PEDOMAN MENYITAT UNTUK IIMU HUKUM (LEGAL CITATiON GUIDE)
Petunjuk Tentong Bogoimono Menyitol Alou Coro Mencontumkon Sumber Kutipon Unluk Penulison Esqi Akodemik llmu Hukum
Disusun Oleh A.F. EllY ErowotY,S.H.,tL.M.,PhD.
t
Unluk Keperluon Mohosiswo Poscosorjono Podo Progrom Poscosoriono llmu Hukum Fokullqs Hukum Universitos Kololik Porohyongon Bondung
Juni 201I
)
DAFTAR ISI
Hol
Kolo Pengonlor Keluo Progrom Sfudi Poscosorjono llmu Hukum Universilos Kotolik Porohyongon
tl
Doflor lsi
iii
Pendohuluon
I
Cofofon
5
Pedomon Mengutip. Menyimpulkon, don Mempqrofrose
5
Bogion A: Penulison Silosi Untuk Penerbilon Tidok Berkolo
21
Bogion B: Penulison Silosi Untuk Penerbifon Berkolo
Bogion C: Penulison Sitosl Untuk Pusfoko Yong Tidok Dipublikosikon ....................
36
Bogion D: Penulison Silosi Unluk Pusfoko Dqri Infernel
4l
Bogion E: Penulison Sitosi Unluk Sumber Hukum Primer.................
Bogion F: Versi Pendek Penulison Sifosi don Pedomqn Penulison doflor Pusloko
Doflor
Puslokq
67
PE}.IGANTAR Esai akademik hukum yang ditulis oleh akademisi, praktisi atauPun mahasiswa dengan baik dan benar lazimnya akan selalu dipenuhi dengan informasi yang dicantumkan pada 'kaki' teks pada setiap halaman. Informasi itu berisi sumber otoritatif berupa sumber hukum primer atau sekunder yang mendukung langsung ataupun tidak langsung argumentasi penulis esai yang tercantum pada teks. Kalangan akademisi pasti mengetahui bahwa informasi tersebut dikenal dengan sebutan catatan kfi (footnote). Semua esai akademik dalam bidang studi aPapun pasti memperlihatkan adanya catatan kaki. Selain berfungsi untuk mendukung pernyataan atau argumentasi dalam teks, informasi yang terdapat dalam catatan kaki akan memperlihatkan juga seberapa luas dan intensif riset yang telah dilakulan si penulis esai itu. Dengan kata lain, sebuah esai akademik, baik berupa makalah, artikel untuk diterbitkan dalam jumal ilmiah, laporan penelitian, hingga esai akademik untuk meraih gelar akademik sePerti skripsi, thesis dan disenasi,
akan dinilai kurang atau bahkan tidak bermutu apabila didalamnya tidak ditemukan catatan kaki. Bagi mahasiswa hukum yang terbiasa membaca dan melakukan riset pustaka asing pasti akan menemukan bahwa setiap artikel dalam suatu jurnal ilmiah memiliki puluhan bahkan ratusan nomor catatan kaki. Bahkan, pada satu halaman teks bisa jadi hampir sepertiga atau setengahnya justru penuh dengan catatan kaki. Sangat
mungkin terjadi untuk setiap pernyataan yang tertulis dalam teks selalu disertai dengan informasi pada catatan kakinya tentang sumber pustaka yang mendukung atau yang dikutip oleh penulis esai. Fakta ini terjadi karena mencantumkan informasi penting dan relevan dalam catatan kaki sebuah esai akademik sudah menjadi kebiasaan akademik, bahkan menjadi etika akademik yang harus dihormati. Agaknya, dalam dunia akademik dan praktik di Indonesia kebiasaan akademik semacam ini belum terlalu membudaya. Aninya, masih sering ditemukan esai akademik yang dinrlis mahasiswa, bahkan juga akademisi, amat minim atau bahkan sama sekali tidak ada catatan kakinya.
Tidak adanya catatan kaki dalam sebuah esai akademik dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, ada kemungkinan penulis esai 'malas' untuk mencannrmkan sumber kutipan teksnya dalam bentuk catatan kaki sebab cara dan aturan pencantlrman semacam itu memang cukup rumit untuk diikuti. Kedua, isi esai akademik iru mungkin memang sama sekali tidak bernilai ilmiah karena tidak ada bukti lain yang dapat mendulung data, pernyataan atau argumentasi penulisnya. Hal ini dapat terjadi karena si penulis tidak melakukan riset dengan baik atau bahkan menulis suatu hal tanpa dukungan riset pustaka sarna sekali. Ketiga, penulisnya beritikad buruk atau sengaja tidak mencantumkan catatan kaki sekalipun dia tahu bahwa ide atau pemyataan yang dia tulis sesungguhnya bersumber dari pendapat atau karya ilmiah orang lain. Penulis ini dengan sengaja mengambil alih begitu saja ide atau karya orang lain dan menjadikannya seolah ide
a
atau karyanya sendiri. Sikap dan tindakan seperti ini yang dapat dikualifikasi sebagai penjiplakan karya ilmiah Qilagiarism). Keempat, ada kemungkinan pula penulisnya tidak dengan sengaja melakukan penjiplakan, tetapi karena dia tidak mengetahui teknis pengutipan pendapat orang lain, menyadur dan rnenyimpulkan pendapat orang lain, dan tidak paham pula tentang teknik pencantuman sumber kutipan dalam catatan kaki, maka dia 'mengabaikan' catatan kaki. Apapun faktor atau hal yang menyebabkan penulis esai akademik tidal<, atau kurang intensif, mencantumkan catatan kaki kebiasaan itu tidak dapat dibenarkan. Membuat catatan kaki pada dasarnya adalah bagian tak terpisahkan dari aktivitas intelektual seseorang dalam membaca dan menulis. Artinya, untuk dapat membuat catatan kaki seseorang harus banyak membaca dengan kritis dan menulis dengan efektif. Mencantumkan informasi berupa sumber pustaka dalam catatan kaki bukan semata-mata soal teknis seperti mana yang harus ditulis lebih dahulu apakah nama pengarang atau judul sumber, apakah harus dirulis dengan huruf miring atau huruf tebal, apakah tahun terbit pustaka harus dicantumkan atau tidak, dstnya. Informasi dalam catatan kaki harus relevan, tepat, dan efektif membantu pembaca esai itu untuk memahami dan menilai argumentasi penulis, memeriksa validitas sumber kutipan yang digunakan penulis, atau untuk menemukan sumber kutipan apabila pembaca membutuhkannya. Jadi, catatan kaki pada prinsipnya berfungsi untuk (a) membantu pembaca menemukan sumber pustaka yang dirujuk, dikutip, atau disitasi oleh penulis di dalam teks (b) mendukung argumen penulis yang tercantum di dalam teks, dan (c) menghargai ide atau pendapat orang lain yang dikutip, dirujuk atau disitasi oleh penulis di dalam teks.
Membuat catatan kaki dapat disebut juga dengan sebutan menyitat (to cite, citing). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Edisi Keempat (2009), kata kerja menyitat berarti mengutip atau menukil sesuatu (lazimnya berupa ide atau pendapat) dari karya orang Iain untuk dimasukl
diakui pula bahwa dalam KBBI tidak terdapat kata sitasi, tidak juga citation diterjemahkan menjadi sitasi. Oleh sebab itu, penulis Pedoman ini sekalipun menyebut sitasi berkali-kali, namun lebih cenderung menyarankan pembaca untuk menggunakan saja kosa kata yang memang telah dibakul
menyitat (to citQ, dan sitat (citation). Mengutip lazimnya diartikan sebagai mengambil / menu-kil penryataan terrulis atau ide orang lain dengan tidak
J
mengubah sama sekali kata-kata dan kalimat aslinya, hasil dari mengutip dinamakan kutipan. Dalam konteks Ilmu Hukum, contoh paling jelas dari mengutip adalah mengutip isi sebuah pasal atau ayat suatu peraturan perundangundangan. Suatu hal yang perlu diingat adalah bahwa sekalipun mengutip bukan hal yang dilarang dalam dunia akademik, namun ada batasan dan rambu-rambu yang harus dipatuhi seseor.rng apabila mengutip pendapat / katya orang lain. Menyitat adalah satu langkah maju yang harus dilakukan seseorzrng ketika ia mengutip pendapat orang lain. Langkah itu adalah dia harus mencantumkan sumber asli kutipannya itu ke dalam catatan kaki esai akademiknya. Jadi, sekalipun teriemahan ke dalam bahasa Indonesia kata to quote dan to cite adalah mengutip, namun konteksnya berbeda. Pedoman menyitat untuk bidang studi Ilmu Httkum (egal citation) sangat unik dan rumit mengingat karakteristik khas dari Ilmu Hukum itu sendiri. Untuk bidang studi humaniora dan ilmu sosial, pedoman menyitat yang lazim digunakan adalah Modern Language Association (MLA) Handbook for Writers of Research Papers (untuk siswa SMU dan mahasiswa tingkat sarjana) , dan MI'A Style Manual and Guide to Scholarly Publishing (unwk mahasiswa pascasarjana, akademisi, dan penulis profesional), atau American Psychological Association (APA) Style. Khusus untuk studi Ilmu Hukum, salah satu pedoman menyitat yang paling banyak digunakan di hampir seluruh sekolah hukum di Amerika Serikat, Canada, Australia, dan negara-negara Eropa setelah tentunya dimodifikasi sesuai dengan pustaka hukum masing-masing negara, adalah The Bluebook: A Uniform System of Citation, yang pertama kali ditulis dan diterbitkan oleh Harvard Law School. Buku ini, disingkat dengan "the Bluebook" met\adi salah satu buku referensi yang wajib diketahui oleh semua mahasiswa Ilmu Hukum untuk semua tingkat. Setiap kali mereka menulis esai akademik hukum mereka harus 'membuka' the Bluebook unfllk memastikan bahwa cara mereka mengutip dan menyitat semua sumber hukum primer dan sekunder sudah benar dan tepat.
Di Indonesia, tampaknya tidak ada buku berisi pedoman menyitat khusus untuk studi Ilmu Hukum. Sebagian besar sekolah / fakultas hukum di Indonesia lebih cenderung menggunakan MLA Style atau APA Style daipada the Bluebook. Banyak sekolah / fakultas hukum yang menerbitkan pedoman menyitat yang berlaku untuk internal, dengan mengacuke MI'A Style. Memang dapat dikatakan MI-4 Style Iebih sederhana sehingga relatif mudah diikuti oleh para penulis esai, namun kelemahan dari model ini adalah tidak cukup tepat mengakomodasi kebutuhan menyitat sumber hukum primer seperti peratutan perundangundangan, putusan pengadilan, perjanjian internasional, dan dokumen hukum yang diterbitkan oleh berbagai organisasi internasional.
Benolal dari latar belakang di atas, maka Fakultas Hukum dan Program Studi Pascasarjana Ilmu Hukum, Universitas Katolik Parahyangan mulai tahun akademik 201112012 mencoba menerbitkan sebuah Pedoman Menyitat yang
4
disusun dengan mengacu pada the Bluebook. Format dasar menyitat berbagai sumber hukum diambil dai the Bluebook dengan sedikit penyesuaian agar tePat untuk menyitat sumber hukum primer Indonesia. Penyesuaian itu harus dilakukan karena rie Bluebook pada dasarnya disusun untuk menyitat sumber hukum primer di negara-neg.ua yang benradisi }nttkurt Anglo Amez?4 sementara tradisi sistem hukum Indonesia adalah Ciuil I'aw. Pedoman Menyitat ini terdiri 7 (tujuh) bagian yang diawali, setelah Pengantar, dengan pedoman tentang bagaimana mengutip, menyimPulkan dan memparafrase pendapat atau ide orang lain dan mengintegrasilannya ke dalam esai karya sendiri. Setelah itu, Bagian A hingga E bemrrut-turut menjelaskan cara bagaimana menyitat surnber kutipan atau pustaka yang beruPa bulu dan sejenisnya (terbitad tidak berkala), anikel dalam jurnal, majalah dan surat kabar (terbitan berkala)' pustaka yang tidak dipublikasi, pustaka dari intemet, dan pustaka berupa sumber hukum primer nasional maupun internasional. Bagian F mempakan bagian paling akhir, berisi pedoman tent.rng bagaimana menyitat dalam versi pendek, sepeni misalnya penggunaan kata Ib., supra dan pedoman penulisan daftar pustaka.
Pedoman Menyitat ini belum dapat dikatakan komprehensif sehingga mamPu memandu setiap mahasiswa atau penulis untuk menyitat semua sumber hukum primer dan sekunder. Salah satu buktinya adalah dalam pedoman ini belum dijelaskan bagaimana menyitat dokumen-dokumen yang dihasilkan oleh misalnya Kementerian, Komisi-Komisi Negara, dan lembaga pemerintahan yang bulan Kementerian. Contoh konkrit, dalam pedoman ini belum terdapat penjelasan tentang bagaimana menyitat Surat-Surat Keputusan Menteri, Surat Edaran Gubernur Bank Indonesia, ataupun Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Direncanakan pada tahun-tahun mendatang Pedoman Menyitat ini akan direvisi dan dilengkapi sehingga dapat mencakup pula sumber-sumber pustaka tersebut.
CATATAN
Pedoman Menyitat ini disarankan agar digunakan oleh semua mahasiswa Ilmu Hukum pada Universitas Katolik Parahyangan Bandung, pada semua jenjang pendidikan tinggi, untuk keperluan: a. Menulis esai akademik hukum dalam rangka tugas pembelajaran dari Dosen.
b. Menulis laporan
penelitian dalam rangka proses pembelajaran untuk
memperoleh gelar akademik, misalnya skripsi, thesis, dan disertasi.
Penulisan sitasi dengan mengacu pada Pedoman Menyitat ini tidak mengenal pembedaan antara penulisan sitasi untuk esai / karya yang akan dipublikasikan dan penulisan sitasi untuk esai yang tidak dipublikasi. Penulisan sitasi menurut Pedoman Menyitat ini menggunakan huruf kapital dan huruf kecil dengan tipe normal biasa, huruf dengan tipe Large and Small Caps untuk sitasi tertentu, dan huruf miring, namun tidak menggunakan huruf dengan garis bawah (underline).
Untuk menggunakan tipe ht:rrf Large and Small Caps, tekanlah tombol Font pada Microsoft Wordprocessor,lalu cari dan pilih tombol yang bertuliskan Small Caps. Huruf kapital pada kata yang ditulis menggunakan tipe Small Caps akan otomatis berubah menjadi Large Caps.
PEDOMAN UNTIJK ME].IGUTIP, ME]IYIMPLILKAN, dan MEMPARAFRASE
Setiap mahasiswa, baik pada jenjang sarjana ataupun pascasarjana, yang hendak menulis esai akademik atau makalah (papers) dan apalagi skripsi, thesis dan disertasi, tentu saja membutuhkan berbagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan, memperluas wawasan, memahami ide orang lain dan bahkan mengkritisinya. Setiap mahasiswa jelas diharapkan mampu merumuskan ide orisinil sendiri dalam bentuk tulisan ataupun lisan. Apakah dengan demikian tenunrp kesempatan bagi mahasiswa unf,uk menggunakan atau memanfaatkan ide orang lain untuk mendukung argumentasinya sendiri? Jelas tidak, setiaP orang boleh saja memanfaatkan ide atau pendapat orang lain untuk mendukung, membandingkan, bahkan membantah argumentasinya sepanjang orang tersebut memanrhi norma baku dalam etika penulisan akademik.
Norma baku dalam etika penulisan akademik, seperti misalnya batasan-batasan dalam mengutip dan menyadur pendapat orang lain, berlaku universal. Artinya, di semua perguruan tinggi di negara manapun norma tersebut harus dijunjung tinggi. Apabila mahasiswa gagal memahami dan mematuhi norma tersebut, maka ia menanggung risiko dapat dituduh sebagai penjiplak ide atau karya orang lain. Norma dalam etika penulisan akademik itu, antara lain, adalah: l. Tidak boleh mengambil alih atau memperlakukan ide / karya orang lain seolah-olah sebagai ide / karya asli diri sendiri' 2. Tidak boleh mengubah atau mengganti atau merusak makna dari suatu ide /
3.
karya orang lain. Apabila seseorang hendak menggunakan ide
I
karya orang lain untuk
kepentingan penulisan esainya, maka pilihan yang terbuka adalah
4.
rnelakukan pengutipan, parafrase, dan penyimpulan. Selalu harus menyebutkan sumber asli suatu ide / karya orang lain apabila ide / karya tersebut hendak dijadikan rujukan.
ini akan dijelaskan
c.ra
mengutiP' memparafrase, dan menyimpulkan ide atau pendapat orang lain untuk kemudian mengintegrasikannya ke dalam teks atau esai karya sendiri dengan tidak rnelanggar etika penulisan al
Dalam Pedoman
l. Mengutip
tentang bagaimana
Mengutip ide atau karya orang lain dan kemudian mencantumkannya ke dalam esai karya sendiri hanrs memerhatikan beberapa nonna yang berfungsi sebagai rambu atau pedoman berikut ini:
untuk mengutip karya orang lain secara berlebihan' misalnya satu atau beberapa halaman dari sebuah buku, satu bab utuh, ataupun beberapa bagian dari sebuah artikel sehingga secara normal terlihat bahwa sebagian besar karya orang lain itu seolah-olah telah 'diambil alih' atau 'berpindah' menjadi karya dari orang yang mengutip itu'
l. tidak dibenarkan
2.
cantumkan selalu nama penulis asli berikut sumbernya secara lengkap' Misal: nama penulis, judul, penerbit, tahun terbit, judul jurnal, dan halaman dari teks yang dikutip. Lihat Pedornan Menyitat Bagian A hingga F.
kepada pembaca bahwa teks tersebut merupakan kutipan, maka sebaiknya gunakan kata-kata keterangan sepeni: a. menurut X b. disebutkan oleh X bahwa ...'...... c. dalam karyanya yaitu .............., X menyebutkan / menyatakan
3. untuk mernperlihatkan
d. e. f. g. 4.
bahwa............. sebagaimana dijelaskan oleh X dalam X dan Y menjelaskan bahwa ............... X mengatakan sebagai berikut "................ Sepeni disarankan oleh X bahwa
tidak dibenarkan untuk mengubah makna danL/atau kata atau kalimat dari teks asli. Apabila teks asli yang hendak dikutip ternyata mengandung salah cetak, maka cantumkan tanda sebagai berikut [sic!] langsung di belakang kata atau kalirnat yang salah. Tanda itu berani bahwa kesalahan ada pada teks asli.
5.
apabila bagian dari teks asli yang hendak dikutiP ada yang ingin dihilangkan atau tidak ingin dikutip,maka penghilangan itu harus dinyatakan dengan cara membubuhl..an tanda elipsis (yaitu tantla berupa tiga titik yakni ... ). Harus diperhatikan bahwa penghilangan bagian kutipan itu tidak boleh mengakibatkan perubahan makna teks asli'
dari tiga baris atau kurang,
maka penulisannya disatu-han dengan teks esai sendiri, tidak perlu ada perbedaan jarak spasi antara kudPan dengan teks esai sendiri, dan kutipan diapit dengan tanda baca kutip ('..... '). 7. apabila bagian kutipan terdiri lebih dari tiga baris, maka penulisannya harus dipisahkan dari teks esai sendiri, perlu ada perbedaan jarak spasi
6.
apabila bagian kutipan terdiri
8
antara kutipan dengan teks esai sendiri, kutipan diapit dengan tanda baca kutip (".......), -fonr kutipan dapat diperkecil, dan kutipan ditulis/diketik menjorok ke dalam antara 5-7 ketikan'
Contoh Kepolisian Indonesia secara organisatoris harus secara ten$ menerus melakukan pembinaan sumber daya manusia untuk membentuk citra kepolisian yang bersih, berwibawa, dan bersifat mengayomi. Sebagaimana dikatakan oleh Mardjono Reksodiputro bahwa "polisi mempunyai dua wajah, yang angker (tidak tersenyrm) sebagai 'crime frghter' dan yang tersenyum serta siap membantu dan melayani warga masyarakat sebagai 'pengayom"'. Pendapat tersebut hendak mempertegas bahwa tugas pokok kepolisian pada prinsipnya adalah (a) mencegah dan
menindak-lanjuti tindakan kriminal, dan @) membantu, melindungi serta rnemberikan rasa aman kepada seluruh warga masyarakat. Catatan:
atas, penulis teks mengutiP pendapat dari Mardjono Reksodiputro dalam salah satu bab dari bukunya yang berjudul Menyelaraskan Pembaruan Hukum (fakarta: Komisi Hukum Nasional, 2009)' halaman 128' Kutipan dari sumber pustaka ini terlihat dari adanya kalimat yang diawali ftasa berbunyi 'sebagaimana dikatakan oleh . ...', yang kemudian diikuti dengan kutipan utuh dari sumber pustaka tersebut. Kutipan utuh itu dimulai dari kalimat yang diberi tanda kutip buka dan tutup " ", dan harus diakhiri dengan diberi nomor catatan kaki. Bagaimana cara membuat catatan kaki yang berisi sitasi sumber
Dalam contoh
di
pustaka, silakan melihat ke Pedoman Menyitat Bagian A hingga F.
2. Menyimpulkan
Terdapat 4 (empat) ciri utama dari penulisan sebiah simpulan, yakni: a. simpulan mempak rn versi pendek dari suatu teks atau sumber bacaan yang rnampu menjelaskan kepada pembaca tentang hal terPenting dari dalam teks tersebut.
b.
c. d.
panjang sebuah simpulan biasanya berkisar antara seperemPat hingga sepertiga dari panjang teks atau sumber bacaan aslinya. simpulan ditulis menggunakan kata-kata anda sendiri dan sedapat mungkin hindari pengutipan kata atau kalimat dari sumber aslinya. simpulan tetap harus menyebutkan nama penulis atau sumber aslinya
sekalipun rumusan simpulan itu berasal dari kata-kata anda sendiri' Hal ini sebagai bentuk pengakuan dan penghargaan anda terhadap penulis aslinya, sehingga anda tidak akan dituduh telah atau seolah-olah mengambil alih
9
ide orang lain. Pengutipan nama dan sumber asli ini tidak perlu dilakukan apabila simpulan tersebut merupakan bagian simpulan atau penutup dari esai akademik yang anda tulis sendiri.
Pedoman menulis simpulan dari sebuah
artilel atau bahan bacaan
:
l.Bacalah dengan serius dan kritis isi utuh artikel / bahan bacaan.
2.Perhatikan secara seksama bila ada bagian yang berupa gambar, tabel, bagan, dan sejenisnya. Catatlah nomor halaman dari teks yang berisi keterangan tersebut untuk referensi anda nanti. 3.Hilangkan bagian-bagian tidak penting dari bahan bacaan. Apabila bahan bacaan berupa anikel dalam jumal, maka bagian yang ridak penting tersebut mungkin berupa beberapa alinea atau kalimat-kalimat tertentu. Namun, bila bahan bacaan berupa buku maka bagian tidak penting yang harus diabaikan mungkin akan berupa bab atau sub-bab tertentu. 4.Hilangkan pula bagian-bagian yang bersifat pengulangan anrar bab arau antar alinea dari bahan bacaan. 5.Abstraksikan apa yang merupakan hal terpenring atau ide pokok yang terdapat dalam bahan bacaan itu. 6.Tuliskan hasil abstraksi anda tersebut dalam bentuk sebuah topic sentence yarrg akan menjadi rumusan simpulan anda. T.Kembangkan topic sentence anda itu dengan kalimat pendukung sehingga menghasilkan sebuah simpulan yang unrh dan lengkap. Perhatikan, apabila bahan bacaan berupa buku, mala simpulan yang anda nrlis dapat berupa beberapa alinea yang masing-masing memuat sebuah pokok pikiran. Namun, bila bahan bacaan berupa artikel maka simpulannya dapat saja hanya berupa satu, dua atau tiga kalimat utuh. Pedoman menulis simpulan untul sebuah esai akademik telah dituliskan dalam bab terdahulu yang berjudul 'Karakteristik dan Anatomi Esai Akademik'. Oleh sebab itu, silahkan anda membaca kembali bab tersebut.
Contoh
Berikut irri contoh membuat simpulan dari sebuah passage atav bagian dari suatu artikel berjudul "Beberapa Catatan Tentang Supremasi Hukum, Hak Asasi Manusia dan Penyelenggaraan Peradilan Dalam Era Globalisasi", oleh Mardiono
10
Reksodiputro dalam bukunya yang berjudul 'Menyelaraskan Pembaruan Hukum", Komisi Hukum Nasional, 2009. Teks asli:
Apa yang dialami bangsa Indonesia pada waktu ini adalah suatu keadaan dimana kepastian hukum dan perlindungan hukum sangat lemah. Politik pembangunan (ekonomi) dalam masa lalu (1967 - 1997) telah mengabaikan pembangunan sistem hukum yang seharusnya dapat menunjang pernerintahan yang demokratis. Selama 30 puJuh tahun terakhir ini, kepastian hukum yang adil tidak diberikan prioritas. Para anggota birokrasi pemerintah seringkali tidak membantu tegaknya hukum dengan membuat keputusan-keputusan yang bersifat diskriminatif dan arbitrer (mementingkan kelompok tertenfijl). Tidak dibangun suatu sistem peradilan untuk melindungi warga negara terhadap diskresi yang dilakukan eksekutif. Malahan dalam banyak kasus, yrrdikatrif bersedia atau mau dipengaruhi oleh eksekutif. Apabila eksekutif kalah dalam berpekara di pengadilan, maka tidak segan-segan eksekutif mempengaruhi Mahkamah Agung untuk tetap memenangkan perkaranya. Pembangunan ekonomi yang dijadikan 'panglima', merupakan alasan pembenar untuk selalu harus memenangkan eksekutif, meskipun ada pelanggaran hak-hak warga negara. Karena itu proses hukum yang diciptakan bersifat semu, dan hal ini setemsnya sangat melemahkan wibawa hukum dan kepastian hukum (karena hak warga negara juga bersifat semu). Kalau kita kembali kepada 'semangat' konstitusi UUD 1945 kita, maka pengertian 'negara hukum' dan 'kedaulatan rakyat' harus diucapkan dalam 'satu nafas. Inilah yang menurut saya arti dan makna dari supremasi hukum yang harus menjiwai 'semangat reformasi'.
Akibat dari pembangunan ekonomi tiga dasawarsa lalu yang secara keliru menafsirkan supremasi hukum sebagai 'supremasi peraruran yang dibuat oleh eksekutif adalah antara lain:
a. pemerintah (eksekutif) banyak membuat peraturan yang
saling bertentangan dan/atau tidak jelas (secara sengaja agar dapat ditafsirkan sendiri oleh pemerintah); dan
dasarnya hukum tidak lagi dihormati oleh pemerintah (baca: penguasa) baik di tingkat pusat dan di daerah, karena kepentingan hukum sering sekali dikalahkan apabila berhadapan pada kepentingan politik maupun kepentingan ekonomi.
b. pada
Anda dapat menulis simpulan atas isi kutipan anikel di atas seperti salah satu di bawah ini: a.Terjadi kesalahan persepsi terhadap makna supremasi hukum yang berakibat pada kesalahan dalam menegakkan hukum di Indonesia dalam kurun waktu tiga dekade antara 1967-1997. Kesalahan tersebut dampak dari kebijakan pembangunan yang lebih mengedepankan ekonomi sebagai panglima.
1l
b.Menurut Mardjono Reksodiputro, dalam periode 1967-1997 pemerintah menjalankan politik pembangunan yang mengabaikan penegakkan supremasi hukum di Indonesia. Akibatnya, terjadi ketidak-pastian hukum dan melemahnya wibawa hukum.
Catatan:
Pada akhir simpulan harus dicantumkan nomor catatan kaki untuk mencanfumkan sitasi atas sumber asli. Lihat Pedoman Menyitat Bagian A hingga F untuk mengetahui cara menftat dalam bentuk catatan kaki'
Penjelasan tentang hasil simPulan di atas:
Ketika anda membaca kutipan teks di atas, anda pasti menemukan bahwa teks asli terdiri dari dua belas kalimat dalam dua alinea, yang dalam beberapa bagian berisi penegasan, ilustrasi, atau sedikit pengulangan, yang dapat anda hilangkan tanpa mengubah ide pokok dari Mardjono Reksodiputro. Ide pokok tersebut dapat anda ketahui dengan mengabstraksikan isi utuh kutipan itu menggunakan penalaran anda. Ide pokok penulis asli adalah tentang 'kesalahan dalam menegakkan supremasi hukum sebagai akibat dari kesalahan persepsi, yang berlangsung selama 30 tahun pemerintahan Orde Baru, sehingga berdampak pada lemahnya kepastian dan wibawa hukum'. oleh sebab itulah ide pokok penulis asli inilah yang harus rneniadi topic sentence dari simpulan di atas. Perhatikan bahwa pada simpulan di atas: a. ditulis dengan kosa kata dan struktur kalimat yang berbeda dari teks asli, namun tetaP memuat ide pokok dari teks asli' b. Mencantumkan penomoran catatan yang meruiuk ke catatan kaki. Hal ini dimaksudkan untuk menyatakan bahwa: o pembuat simpulan bukanlah si pernilik asli ide pokok tersebut'
.
pembrrat sirnpulan mengakui dan menghargai ide orang lain yakni Mardiono Reksodiputro, dengan demikian si pembuat simpulan tidak melakulan Plagiarsi'
3. Menparafrase (menyadur)
Parafrase merupakan teknik menggunakan pendapat atau karya orang lain ke dalam penulisan esai sendiri namun dengan memerhatikan beberapa norma tertentu sesuai dengan etika penulisan akadernik. Norma-norma tersebut adalah:
t2
a. b.
c. d.
dalam memparafrase seseorang tidak boleh mengubah, menambah, ataupun mengurangi makna dari ide penulis asli. hasil parafrase berupa perumusan dengan menggunakan kalimat dan kosa kata yang berbeda dari teks aslinya, dan perbedaan itu harus tampak dengan amat jelas. Artinya, parafrase yang baik adalah apabila seor.rng pembaca ketika membaca teks asli dan hasil parafrase, dia akan cenderung mengatakan hahwa hasil parafrase itu tidak menunjukkan banyak persamaan dengan teks aslinya selain persamaan makna. hasil parafrase harus tetap menc.rnflrmkan sumber aslinya, yaitu nama penulis asli, sumber bacaan, penerbit, tahun, dan nomor halaman di mana teks asli tersebut didapat. hasil parafrase pada urnumnya hampir sama panjang, atau bahkan dapat lebih panjang, daripada teks asli yang meniadi obyek parailase.
Jadi, tampak ada beberapa persamaan antara paraftase dengan simpulan, yaitu bahwa keduanya merupakan perumr$an ulang atau pemyataan kembali dengan menggunakan bahasa sendiri atas pendapat atau karya orang lain, dan kemudian memasukkannya ke dalam penulisan esai sendiri. Keduanya juga harus mencantumkan sumber teks aslinya. Parafrase, sama seperti simpulan, mempunyai bobot yang lebih tinggi dibandingkan kutipan sebab dengan memparaflase berarti penulis mampu memahami isi teks asli dan berusaha dengan kalimat sendiri merumuskan kembali pesan dalam teks asli. Perbedaan yang ada di antara keduanya hanyalah bahwa parafrase umumnya lebih panjang daripada simpulan. Hal ini dikarenakan dalam memparafrase penulis menuliskan kembali isi utuh (atau sebagian besar) teks asli, sedangkan dalam menyimpulkan penulis hanya mengambil haV poin terpenting dari teks asli.
Pedoman untuk melakulan parafrase: 1. Baca berulang bagian dari teks asli yang hendak diparafrase hingga anda benar-
benar memahami maknanya.
2.
Singkirkan atau tutup teks aslinya, dan mulailah membuat catatan berisi informasi atau pesan dari teks asli itu dengan menggunalan kosa kata dan strultur kalirnat anda sendiri.
3. Tuliskan pada catatan anda itu kata kunci atau subyek dari apa yang anda parafrase itu. Misalnya: pembaharuan KUHP, pendidikan tinggi, sahnya perjanjian, dstnya. Kata kunci ini akan bermanfaat bagi anda ketika anda sudah mampu melakukan parafrase berulang kali. Malsudnya, anda akan memiliki catatan yang khusus berisi kumpulan hasil paraftase, sehingga suatu saat ketika
13
anda menulis esai catatan itu dapat anda manfaatkan. fangan lupa untuk selalu mencantumkan sumber teks asli pada hasil parafiase anda termasuk nomor
halaman dari teks asli yang anda parafrase. 4. Periksa kembali rumusan hasil parafrase anda dan bandingkan dengan teks asli untuk mengetahui apakah parafrase anda tidak menyimpang maknanya dari teks asli, dan apakah hasil parafrase anda tidak menggunakan kosa kata atau kalimat yang sama dengan teks asli. Apabila hasilnya temyata memperlihatkan bahwa rumusan parafrase anda justru berbeda malnanya dari teks asli, atau masih banyak menggunakan kosa kata dan kalimat yang mirip atau bahkan sama dengan aslinya, berani hasil paraftase anda belum baik.
5.
Pastikan selalu bahwa dalam hasil paraftase anda telah tercantum semua informasi yang terdapat dalam teks asli, dan anda tidak menambah atauPun mengubah informasi tersebut, Dengan kata lain. anda dilarang menam pegdaPet-e4da sendiri ke dalam parafrase itu. Namun, anda boleh menyatakan pendapat anda sendiri atau analisis terhadap ide orang lain yang anda parafrase itu. Hal ini dapat anda kembangkan pada bagian terpisah. Gunakan tanda baca kutip apabila anda terpaksa tetap menggunakan kosa kata atau ftasa dari teks asli dalam hasil parafrase anda. Penggunaan kosa kata atau frasa asli masih dapat diterima apabila kosa kata atau ftasa itu memang sangat
bersifat teknis sehingga sulit untuk dicarikan sinonimnya, atau bila menggunakan sinonim justru dapat mengubah makna aslinya karena tidak semua sinonim .7
memiliki makna yang
100o/o
identik.
Karena anda harus merumuskan kembali ide orang lain ke dalam kalimat dengan kosa kata, ftasa, atau struktur yang berbeda dari teks asli, maka anda dapat menggunakan, antara lain:
a. sinonim: b. mengubah struktur kalimat dari kalimat aktif menjadi pasif,
atau
sebaliknya;
c.
memodfikasi kata dalam teks asli dari misalnya kata benda menjadi kata
d.
kerja, kata keterangan menjadi kata sifat, dsbnva; rnengubah kalimat dari pernyataan afirmataif menjadi kalimat negasi, atau sebaliknya.
Contoh
Contoh di bawah ini diambil dari teks asli berjudul "Reformasi Hukum di Indonesia: Hasil Studi Perkembangan Hukum", Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro (kerjasama dengan Mochtar, Karuwin, & Komar), CYBERconsult, fakarta,1999, halaman 144 - 145.
14
Teks asli:
Studi diagnostik ini menemukan kelemahan yang mendasar pada sistem hukum dan sarjana hukum di Indonesia. Kinerja sistem hukum dan sarjana hukum di lndonesia tidaklah memadai. Kritik utama adalah mengenai profesional hulum yang tidak mampu mengimbangi perubahan yang muncul dari pembangunan ekonomi. Masyarakat juga menilai anggora profesi hukum (pengacara, penasehat hukum, notaris, konsultan hukum, jaksa, dan hakim) tidak sepenuhnya memahami tugas utama mereka sebagai "pelayan hukum dan masyarakat". Justru sebaliknya, mereka mulai mengartikan pekerjaan mereka sebagai bagian dari industri yang dikendalikan oleh keuntungan (profit-diven industry). Hasil paraftase:
Penelitian tentang reformasi hukum di Indonesia yang dilakukan oleh Kantor Hukum Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro bekerjasama dengan Mochtar, Karuwin, & Komar, berhasil mengidentifikasi beberapa kelemahan yang amar fundamental menyangkut sistem hukum dan para ahli hukum di tanah air. Kelemahan itu menyangkut tentang kinerja sistem hukum dan ahli hukum yang masih jauh dari memadai. Para pengemban profesi hukum paling sering menjadi sasaran kritik tajam dikarenakan kegagalan mereka untuk mengimbangi perubahan yang terjadi akibat dari pembangunan perekonomian nasional. Dunia profesi atau praktisi hukum dinilai oleh publik sebagai kaum profesional yang belum dapat memahami sepenuhnya tugas utama mereka sebagai "pelayan hukum dan masyarakat". Kelompok ini cenderung mulai lebih memaknai profesinya sebagai lahan industri yang dikendalikan oleh keuntungan. Dengan kata lain, kaum pengemban profesi hukum seperti mengabaikan fungsi pelayanan dan sebaliknya mengedepanhan keuntungan. Keterangan:
Hasil parafrase atas teks asli di atas tetap harus diberi sitasi pada bagian-bagian tertentu sebagai bentuk pengakuan penulisnya atas karya orang lain dan juga agar pembaca dapat mengetahui bahwa ide asli dari parafrase di atas berasal dari orang lain, bukan ide asli penulis esai. Sitasi dapat dilakukan pada misalnya kalimat awal yang berbunyi "Penelitian ...........para ahli hukum di tanah air". Kemudian, pada kalimat ketiga atau keempat juga dapat diakhiri dengan tanda sitasi / catatan kaki. Sangat tidak disarankan apabila seorang penulis dengan sengaja mernparafrase ide / karya orang lain, sekalipun dia menuliskannya kembali dengan kata-katanya sendiri yang berbeda dari teks asii, namun kemudian tidak mencantumkan sitasi pada akhir kalimat hasil parafrase.
l5 Beberapa Contoh
Berikut
Iain
ini
beberapa contoh dalam kalimat pendek hasil parafrase dengan menggunakan, antara lain, sinonim, perubahan srruknrr kalimat, modifikasi kata benda, kata kerja, dsbnya. Teks asli
Semua ftaksi dalam Parlemen menolak RLIU yang diajukan Pemerintah tentang Larangan Merokok di Tempat Umum.
Parafrase
Tidak satupun fraksi dalam Parlemen menyetuiui RUU tentang Larangan Merokok di Tempat Umum, yang diusulkan oleh Pemerintah.
Parafrase yang tidak dianjurkan
Semua fraksi dalam Parlemen tidak menerima RUU yang diajukan Pemerintah tentang Larangan Merokok di Tempat Umum. Mengapa tidak dianjurkan? Karena parafrase ini rnasih amat mirip dengan teks asli karena hanya mengubah satu kata saja dengan sinonimnya yaitu 'menolak' menjadi 'tidak menerima'. Hasil paraliase ini kurang baik dibandingkan dengan hasil Dertama.
Teks asli
A
yang dituduh melakukan tindakan pornoaksi, dijaga ketat oleh polisi di pengadilan Negeri Sidang perdana musisi
Bandung. Parafrase
Polisi rnelakukan pengamanan ketat terhadap sidang pertama kali musisi A yang dituduh melakukan pornoaksi,yang digelar di Pengadilan Negeri Bandung.
Parafrase yang tidak dianjurkan
Polisi melakukan pengamanan ketat terhadap sidang pertama musisi A yang dituduh melakukan pomoalsi di pengadilan Negeri Bandung. Parafrase ini sudah mengubah arti yaitu seolah-olah musisi A melakukan pornoaksi di pengadilan Negeri Bandung. Gedung Pengadilan Negeri Bandung di jaga ketat oleh polisi karena menjadi tempat berlangsungnya sidang perdana musisi A. Parafrase ini juga sedikit mengubah nalna dari teks asli, sebab seolah-olah menekankan bahwa yang dijaga adalah gedung pengadilannya, padahal yang dimaksud
l6 adalah penjagaan terhadap sidangnya. f"-"ai-, ua" informasi dalam teks asli yang hilang yaitu tindal pidana yang diruduhkan terhadap musisi A.
Banyak negara menggunakan Model l,aw dari UNCITRAL tentang Transaksi Komersial Secara Elektronik atau E_ Comm erce Transa c ti ons.
Model l,aw TINCITRAL tentang E-Co--.rii-T*i"u"ao* digunakan oleh banyak negara sebagai model unruk hukum nasional mereka.
Parafrase yang Contoh Hukum dari Komisi pBB Untuk Hukum perdagangan tidak Internasional tentang Transaksi Komersial Secara Elektronik dianjurkan dianut oleh banyak negara di dunia.
ini tidak dianjurkan karena menterjemahkan Model Law menjadi Conroh Hukum dan UNCITRAL menjadi Komisi PBB Untuk Hukum Perdagangan Inrernasional, yang justru dapat membingungkan pembaca. Meskipun terjemahannya benar, namun istilah Contoh Hukum tidak lazim, begitu pula TINCITRAL tidak perlu diterjemahkan karena sudah menl.adi Parafrase
nama resmi.
Teks Asli
Pemberanhsan korupsi masih dilakukan secara tebang pilih oleh aparat penegak hukum.
Parafrase
a. Penegak hukum masih tebang
pilih dalam
memberantas korupsi; atau, b. Tebang pilih pemberantasan korupsi masih dilakukan oleh aparat hukum.
Paraliase yang tidak di dianjurkan
Indonesia.
Parafrase
l
I
ini tidak
benar karena penulis menambah informasi I baru yang tidak ada dalam teks asli, yaitu informasi ,.n,-g I Indonesia. Mungkin saja, penulis teks asli tidak meruiuk ke I Indonesia tapi karena diparafrase secara salah maknanya jehs I
berubah.
I
t7
Khusus untuk istilah teknis hutum, anda harus berhati-hati apabila hendak menggantinya dengan sinonim. Alasannya: a. tidak semua istilah hukum memiliki sinonim b. kalaupun ada sinonimnya, belum tentu memiliki makna yang benar-benar identik sebab dalam beberapa hal ada istilah teknis hukum yang walaupun mirip maknanya tetapi tetap Punya nuansa atau konotasi yang berbeda bila konteksnya berbeda. Misal: istilah perjanjian belum tentu tePat bila diSanti menjadi perserujuan, istilah berhak belum tentu benar bila diganti menjadi berwenang. Demikian pula konsep hukum seperti Jual-beli, irnbal-bet' sewa-beli, dan seterusnya akan bisa berubah makna bila dipaksakan untuk diganti. OIeh sebab itu, disaranl
dikutip sesuai teks
asl
i.
Bagaimana mengutip, menyimpulkan, dan memparafrase teks asli dalam bahasa asing, misalnya Bahasa Inggris? Apakah teks asli harus diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia terlebih dahulu? Apakah penterjemahan ke dalam Bahasa Indonesia sudah dapat disamakan dengan parafiase? Berikut ini penielasannya'
1.
2.
Menterjemahkan teks asli dari bahasa asing ke dalam Bahasa Indonesia secara utuh dan lengkap tidak dapat dianggap sama dengan memparaftase' Terjernahan teks tersebut tetap harus disertai dengan Pencantuman sumber aslinya sesuai dengan model Penulisan referensi (Lihat Bab XII, Modul)' Terjemahan dalam Bahasa Indonesia baru dapat dianggap sebagai parafrase apabila kriteria dan teknik yang dipakai untuk memparafrase sesuai dengan teknik baku paraftase, yaitu: tidak mengubah makna asli, dan dirumuskan kembali dengan pola kalimat dan pemilihan kata menurut orang yang memparafrase, disertai dengan Pencantuman sumber referensi'
ada keharusan untuk menteriemahkan teks asli ke dalam bahasa Indonesia terlebih dahulu baru kemudian seseorang boleh melakukan
3. Tidak 4.
parafrase atauPun PenYimPulan. Ada penulis yang tidak menterjemahkan teks asli, tetapi sebelum ia menulis
simpulannya atau memparafrase teks asli itu ia terlebih dahulu mengutip utuh teks asli dalam bahasa asing tersebut. Kemudian, dia akan menuliskan simpulan arau paraftase dari teks asli itu sarnbil didahului dengan penulisan frase transisional untuk menjelaskan pembaca bahwa bagian lanjut dari esainya berupa simpulan atau Parafrase dari teks asli dalam bahasa asing itu'
4. Kata Penghubung Ke Sumber Asli
l8 Seorang penulis yang mengutip, menyimpulkan, atau memparaliase ide orang lain,
atau yang ingin memperlihatkan kepada pembaca bahwa
"rgrr_"rrri"irry" didukung oleh pendapat orang lain, tenru harus merakukan sitasi terhadap s,.,-ber asli dalam bentuk catatan kaki. Agar penftatan atau penurisan sitasi efektif, seorang penulis perlu memperhatikan penggunaan beberapa kata kunci. Kata-kata kunci yang bermanfaat untuk memperrihatkan adanya keterkaitan antara teks dengan surnber asli yang disitasi dan dicantumkan dalam catatan kaki adalah: a. Misal, disingkat Mis. (atau E.g.,), yang artinya .sebagai contoh,.
b. Lihat, disingkat Lih. (atau See). c. Lihat juga, disingkat Lih.juga (atau See also). d. Bandingkan, disingkat Bdgk. (atau Cl).
Kata-kata kunci di atas merupakan kata-kata kunci yang dapat dipakai untuk menjelaskan bahwa sumber asli yang disitasi dalam catatan kaki mendukung pernyataan atau argumentasi penulis teks. Selain kata-kata kunci di atas, dapat digunakan juga kata_kata kunci lain yang berfungsi untuk membenturkan atau melawankan antara sumber asli yang disitasi dalam catatan kaki dengan pernyataan penulis teks. Kata-kata kunci semacam ini misalnya: a. Namun lihar, b. Namun bandingkan, c. Namun bedakan,
Apabila penulis teks mengutip pendapat orang lain secara utuh, atau pendapat orang lain iru langsung mendukung pernyataan atau argumentasi penulis teks, maka pada sitasi dalarn catatan kaki tidak perlu d.iawari dengan kata penghubung aPaPun.
Contoh:
l. SuBEKrr,
HUKUM PERJANITaT{ 34 (Intermasa, Jakarta, 197g).
Catatan:
Penulisan sitasi dalam catatan kaki pada contoh di aras sama sekali tidak diawali dengan kata apapun juga selain langsung nama pengarang sumber asli. Hal ini memperlihatkan bahwa pernyataan penulis teks didulung langsung oleh pendapat dari Subekti dalam pustaka di atas, atau menunjuJ
t9
ingin memperlihatkan bahwa
pernyataannya dalam teks memang didukung langsung dengan pendaPat Subekti tetaPi sesungguhnya ada pula pendapat orang Iain dalam pwtaka lain yang juga secara langsung mendukung atau sejalan dengan pernyataan / argumentasinya, maka dia dapat menggunakan kata penghubung "Misal yang disingkat Mis'"' Kata "Misal" juga dapat digabungkan dengan kata kunci penghubung lain yang relevan, misalnya: Lih. Mis. (Lihat Misalnya), Namun Lih' Mis (Namun Lihat Misalnya)'
Sebaliknya, apabila penulis teks
Bdgk. Mis. (Bandingkan Misalnya), dstnya.
Contoh: 1. Mi3. SUBEKTI, HUKUM PERIANIIAN 34 (Intermasa,
|akana, 1978)'
Catatan:
Pada contoh di atas, penulis teks mengetahui bahwa ada pendapat Subekti hanyalah salah satu saja dari sekian banyak pendapat orang lain yang sama-sama sejalan atau mendukung argumentasinya, namun menyitat beberapa pendapat itu tidak dia lakukan. Aninya, dia memang sengaja hanya menyitat satu pendapat saja yaitu pendapat Subekti untuk mendukung argumentasinya' Kata kunci 'Lihat' digunakan apabila sumber asli yang disitat secara tidak langsung
mendukung pernyataan atau argumentasi penulis teks. Kata 'Lihat' ini sedikit berbeda dibandingkan dengan menyitat yang tanpa disertai kata kunci apapun seperti telah dijelaskan sebelumnya. fika sumber asli yang disitat secara langsung mendukung pernyaraan dalam teks, maka sitasinya tidak perlu diawali kata apapun. Namun, iika pernyataan dalam teks itu secara tidak langsung seperti mendapat dukungan, atau sejalan dengan, pendapat orang lain maka pendapat orang lain itu dapat disitasi dengan didahului kata penghubung 'Lihat''
Contoh:
5.Zrrl.sunaryatiHartono,PolitikHukumBhinnekaTunggallkaDalam Pembangunan Hukum Nasional, MaleraH HuKUM NASIoNAL" 2008, pada 48.
No' 2 Tahun
20
PENIJLISAN STTASI
BAGIANA: IJNTI.X PE}.IERBITAN TIDAK BERI(ALA
Petunjuk menyitat atau menulis sitasi atau rujukan berikut ini berlaku khusus untuk pustaka yang diterbitkan secara tidak berkala' Termasuk ke dalam kelompok ini adalah sumber pustaka beruPa:
l.
Buku. 2. MakalaVEsai Akadernik pada pertemuan ilmiah. 3. Laporan hasil penelitian tetapi tidak termasuk karya skripsi, thesis, dan disertasi. 4. Pustaka lain yang penerbitannya tidak bersifat periodik. Berbagai pustaka di atas, bersama-sama dengan Pustaka yang disebut dalam Pedoman Bagian B, C, dan D, dalam aktivitas riset hukum sering dinamakan dengan sumber hukum sekunder (secondary legal sources)' Pedoman ini berlaku untuk Penulisan sitasi penama kali, artinya sumber pustaka rersebut dirujuk dalam teks untuk pertama kalinya. Apabila surnber tersebut dirujuk untuk kesekian kalinya, atau berulang-ulang, maka penulisannya dapat dilakukan dengan mengikuti Petunjuk "Versi Pendek Penulisan Sitasi" yang terdapat pada bagian akhir dari Pedoman ini.
A.l.
Pustaka Ditulis OIeh Pengarang Tunggal
Format Dasar: NAMA PENGARANc, JuDUL BuKU halaman/bab yang
dirujuk (edisi, Penerbit,
tahun terbit). Keterangan:
.
o
Nama pengarang ditulis dengan huruf besar-kecil atau small caps dtik]uti tanda baca koma. Tulis nama lengkap pengarang sebagaimana tercantum pada buku yang dirujuk, termasuk misalnya sebutan sePerti Jr (|unior)' Sr (Senior), IX (petunjuk urutan keturunan), namun tidak perlu menyebut gelar ataupun status penulis, misal (Proi Dr' Haji, Raden) sekalipun hal ini
tercantum pada bultu yang dirujuk (sumber sitasi)lalu beri Judnl buku juga ditulis dengan huruf besar-kecil atau Small Caps jarak diikuti keterangan tentang bab dan/atau halaman dari buku yang dirujuk. Antara judul dengan keterangan halaman yang dirujuk tidak perlu tanda koma. Tulis iudul buku secara lengkap tanPa menggunakan singkatan atau menghilangkan kata atau tanda baca, sama sePerti yang tercantum
o
.
dalam publikasi itu. Apabila ada sub judul, tulislah bila hal itu amat relevan. Keterangan tentang edisi buku, penerbit, dan tahun terbit diletakkan dalam tanda kurung ( ) dengan huruf bukan SmaII Caps. Tulis edisi teralhir / terbaru dari buku yang dirujuk, kecuali bila edisi sebelurnnya memang sangat relevan atau otoritatif. Tulislah edisinya bukan cetakan ke berapa buku itu diterbitkan. Apabila buku itu memang hanya dipublikasikan dalam satu edisi saja maka tulis tahun penerbitan publikasi itu. Untuk menggunakan Small Caps, tekan tombol Font atau Ctrl Shirt Klafu cari Small Caps pada program Microsoft Word.
Contoh: SIDHARTA, MoRAIITAS PROFESI HUKIJM SUATU TAWARAN KIRANGKA BERPIKIR 34
(Relika Aditama, Bandung, 2006). RHoNA K.M. SMrrH, TEnBooK oN INTERNATIoNAL HUMAN fucHTs 74 (Oxford
Universiry Press, New York, 2003). SuBEKrr, HUKUM PERIAN;TaN 34 (Intermasa, Jakana, 1978).
A.2. Pustaka Ditulis Oleh Pengarang Dua Orang Format sama seperti pada A.l. namun nama pengarang ditulis lengkap dengan urutan seperti yang tercantum pada buku rujukan, dihubungkan dengan tanda &. Contoh: & ROBERT HOWSE, THE RIGUI.{TION TRADE 126 (2nd ed, Routledge, London, 1999). MICTTAEL J. TRIBILCOCK
OF INTERNATIONAL
& HERUEN BuDIoNo, PEMELASAN HUKUM TEI'{rANG KIBATAL,N 12 (National Legal Reform Program, Jakana, 2010).
ELLY ERAWA'IY PERJAI.I;IAN
A.3. Pustila Ditulis Oleh Pengarang I€bih Dari Dua Orang
Format sama seperti pada A.l. namun tulis nama pengarangnya dengan memilih salah satu cara berikut ini: a. tulis n.rma pengarang pertamanya lalu ikuti dengan er aL, atau b. tulis lengkap semua nama pengarang dengan urutan sebagaimana tercantum dalam buku tersebut, dengan setiap nama dipisahkan dengan
22
tanda baca koma, kecuali sebelum nama pengarang terakhir dihubungkan dengan tanda &. Contoh: Louls HENKIN, et al., IrrrrmertoNar l-{w CAsEs AND MATERTAIs 765 (2nd ed, West Publishing Co, St Paul,1987).
Atau Lolns HENKJN, fucuano C. PUGH, OscAR SCHACTER & HANS SMIT, II.TERNAT'IoNAL LAw CAsEs AND MATEFJAIS 765 (2nd ed, West Publishing Co, St Paul,l987).
A.4. Pustaka Yang Ditulis Oleh Pengarang Berupa Institusi A.4.1. Apabila buku yang dirujuk tidak ada nama pengarangnya namun tercantum nama institusi, maka tulis dengan cara sbb: tulis nama divisi/bagian terkecil dari institusi yang telah menulis / menyiapkan karya tersebut diikuti dengan nama utuh institusi besamya. Contoh: DIREKToRAT PERDAGANGAN, PERINDUSTRIAN, INVESTASIDAN HKI, DIREKToRAT JENDERAL MULTILATERAL DEPARTEMEN LUAR NEGERI
RI,
SEKILAS TENTANG
WoRID
TRADE ORGANrzArroN 16 (2006).
BADAN STANDARDISASI NASIoNAL. KAWAT BAIA TANPA [,AprsAN UN-ruK KoNsrRUKsr
BEroN PRATEKAN 12 (201l). HUMAN fucH1s WATCH, WoRLD REponr 2004: HUMAN RrcHTs AND ARMED
CoNFLrcr 148 (2004).
A.4.2. Apabila buku yang dirujuk tercantum nama pengarangnya mewakili atau atas nama institusi, maka tulis dengan cara sbb: tulis nama lengkap pengarang itu diikuti dengan nama utuh institusi besamya. Contoh: KHATAruNA OcrNAwATr, BADAN ITNGKUNGAN 5 (2008).
STANDARDTSAST
NAsroNAr, Srsrn,{ ManaJrurN
A.5. Pustaka Yang Ditulis Oleh Editor atau Penerjemah Apabila buku yang dirujuk adalah hasil editing seorang atau beberapa editor, atau merupakan karya terjemahan ataupun saduran, maka format dasar penulisan sitasi adalah sebagai berikut. A.5.1. Hasil editing nanun buJ
halaman/bab (Nama Editor diikuti ed atau eds., edisi, Penerbit,
Tahun). Keterangan:
Tulis judul buku dengan Small Caps diikuti jarak lalu cantumkan halaman atau bab yang dirujuk. Dalam tanda kurung ( ) tuliskan nama editor dengan huruf normal bukan Small Caps diikuti keterangan editor yang disingkat ed atau bila editor lebih dari sanr maka tuliskan eds diikuti tanda., lalu cantumkan edisi, penerbit. dan tahun terbit. Contoh: A EURoPEAN LAWYERS' PERSPEcflvE 78 facques H.j.Bourgeois ed., Kluwer Law and Taxation Publishers, Deventer, The Netherlands 1991). SUBSIDIES AND IN"TERNATIoNAL TRADE:
A.5.2. Hasil karya terjemahan. Format Dasar: NAMA PENGAIANG, JUDUL BUKU halaman/bab (Nama Penerjemah penerj atau trans., edisi, Penerbit, Tahr:n).
diikuti
Keterangan:
. .
Tuliskan n:rma pengarang buku yang dirujul dengan huruf Small Caps lalu tanda koma kemudian judul buku juga dengan huruf Small Caps. Setelah judul buku cantumkan halaman dan atau bab yang dirujuk tanpa tanda koma melainl