PARASIT PEMBANGUNAN
Vincent(ius) Hadi Wiyono
Satya Wacana University Press 2013
l)r,RpLlsr{KAAN U!ryl Rsr tAs
rffi
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT Saya yang bertanda tangan
di bawah ini:
Nama NIM Fakultas
:9O2aO7OOB
Email :vincent wiyono @yahoo.com
: PROCRAM PASCASARJANA
Program Studi
JUdUI DiSCrtAsi
: PARASIT PEMBAN6UNAN
:VINCENT HADI WIYONO
Pembimbing :1. Marthen L. Ndoen,5E.. MA., 2. Marwata.
SE..
:
DOKTOR sTUDI PEMBANCUNAN
Ph- D.
M.5i.. Akt.. Ph.D.
3. Dr. Pamerdi Giri Wiloso. M.5i. Dengan ini menyata
l. 2. 3. 4.
ka
n bahwa:
Hasil karya yang saya serahkan ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar doktor baik di Universitas Kriiten Satya Wacana maupun di institusi pendidikan lainnya. Hasil karya saya ini bukan saduran,/terjemahan melainkan merupakan gagasan. TUmusan, dan hasil
pelaksanaan penelitia n/implementa5i Jaya sendiri. tanpa bantuan pihak lain. kecuali arahan pembimbing akademik dan narasumber penelitian. Hasil karya saya ini merupakan hasil revisi ierakhir setelah diujikan. yang telah diketahui dan d iset uju i o leh pembimbing. Dalam karya saya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali yang digunakan sebagai acuan dalam naskah dengan menyebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila dikemudian hari terbukti ada penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya saya ini. serta sanksi lain yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Krisien Satya Wacana. 5alatiga.23 Derem ber 2013
(
Pl l{Pll\ I AKA.\\
rffi
'
..,
u\lr
r. ' I tr
,
I ,
RsttAs r ,
.
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES Saya yang berianda tangan N
di bawah ini:
: VINCENT HADI WIYONO
ama
NIM
: 9O2OO7OO8
Fakultas
: PRO6RAM
Email :vincent wiyono Program studi
PASCASARJANA
:
@ ya
hoo. corn
DOKTOR STUDI PEMBANCUNAN
Judul Diseriasi : PARASIT PEMBANGUNAN
ini saya menyerahkan hak non-ekslusif'' kepada Perpustakaan Universitas Univer5ita5 Kristen Satya Wacana untuk menyimpan, mengatur akses serta melakukan pengelolaan terhadap karya saya ini dengan mengacu pada ketentuan akses tugas akhir elektronik sebagai berikut (beri tanda pada kotak DenSan
yang
sesua
i):
5aya mengijinLan llla. L-----l
I r L------
'
Larya tersebut diunggah ke dalam apiikasi Repositori Perpustakaan Universitas,
dan/alau porld 64RUDA. U. Suyu tidak mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori Perpurtakaan Un'versitas. dan/alaJ porlal CARUDA.
Hdk yang tiddk terbatat hanya bagi tatu pihak taja. Pengq;ar peneliti. dan mdhaJitwa yang menyezhkan hak nbn-ektklurif kepada Reporitori Perpunakaan UniverJitat raat mengumpu/kan hati/
't"
"
karq mercka tnatih tnet],i/iki hak .op\/right dtat karya tertebut.
Hanya dkan menanpilkan ha/dnan JLtdul dan ab\ttak. Pi/ihan it)i hatur di/anpiri dengan penjelann/ahtan tertulit dari penbinbntg Ditertatl dan diketahui a/eh pinpinan fakultat (dekan/kaprogdr.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. 06 Januari 2Ol4
Vincent Ha Tandaiantan dan
Wiyono Terang Maha5i5wa
MerSet.hui.
Marwata. Ph.D.
^N-tu4"":
Marthen L. Ndoen, Promotor
Ph. D.
Dr. Pamerdi Ciri Ko.Promotor
Katalog Dalam Terbitan
370.144
Wiy p
Wiyono, Vincent(ius) Hadi Parasit pembangunan / Vincent(ius) Hadi Wiyono.-Salatiga : Satya Wacana University Press, 2013. xxx, 356p. ; 21 cm. ISBN 978-979-8154-67-6 1. Colleges and universities--Study and teaching-Criticism 2. Teacher colleges--Criticism 3. Moral education I. Tiltle [ddc22,slsh17th]
Cetakan pertama: 2013. ISBN 978-979-8154-67-6 Desain Cover: Sartono ©Vincent Hadi Wiyono E-mail:
[email protected] All rights reserved. Save exception stated by the law, no part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system of any nature, or transmitted in any form or by any means elctronic, mechanical, photocopying, recording or otherwise, included a complete or partial transcription, without the prior written permission of the author, application for which should be addressed to author.
Diterbitkan oleh: Satya Wacana University Press Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga Telp. (0298) 321212 Ext.229, Fax. (0298) 311995
Universitas Kristen Satya Wacana
PARASIT PEMBANGUNAN
DISERTASI Diajukan untuk memperoleh gelar Doktor di Universitas Kristen Satya Wacana. Disertasi ini telah dipertahankan dalam Ujian Terbuka Program Pascasarjana Doktor Studi Pembangunan Universitas Kristen Satya Wacana, yang dipimpin oleh Rektor Magnificus Prof. Pdt. John A. Titaley, Th.D pada hari 5 Februari 2014, pukul 10.00 WIB di Kampus Universitas Kristen Satya Wacana, Jalan Diponegoro 52 – 60 Salatiga Jawa Tengah Indonesia
Oleh: Vincent(ius) Hadi Wiyono Lahir di Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia
Promotor: Marthen L. Ndoen, SE., MA., Ph.D.
Ko Promotor: Marwata, SE., MSi., Akt., Ph.D. Dr. Pamerdi Giri Wiloso, MSi.
Penguji: Prof. Daniel D. Kameo, SE., MA., Ph.D. Dr. Gatot Sasongko, SE., MSi. Neil Semuel Rupidara, SE., MSc., Ph.D
MOTTO “RIGHT FIRST” Utamakan yang Benar dan atau yang Berhak
PERSEMBAHAN Karya tulis ini saya dedikasikan kepada ayah tercinta, Almarhum Yohanes Sardjoe Wignjo Sapoetro, yang bertobat dari madhat, ketika anggota keluarganya semakin sering memerlukan obat; yang rela miskin dan terjerat hutang, daripada menyalahgunakan wewenang; yang rela berbagi dengan orang lain yang berkekurangan, meskipun keluarga sendiri masih pas-pasan; yang mengharap anak-anaknya menyelesaikan universitas, karena ia sendiri hanya berpendidikan terbatas; yang mengimpikan anaknya menjadi guru yang ‘digugu lan ditiru’ karena ternyata tidak sedikit guru yang ‘digeguyu lan disaru’; Yang mendoakan anaknya memiliki wawasan dan kompetensi jempolan, karena ia sendiri masih seperti katak merindukan bulan. Rest in Peace, Dad.
DAFTAR ISI Halaman MOTTO PERSEMBAHAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMPIRAN KATA PENGANTAR ABSTRACT
v vi vii x xii xiv xv xvii xxix
BAB 1. PROLOG: SALAH KAPRAH Beberapa Realitas Pengalaman Beberapa Realitas Kesepakatan Struktur Penulisan
1 3 11 21
BAB 2. KONSEP MEMBURU RENTE Sejarah Kelahiran Studi tentang Memburu Rente Pengertian tentang Perilaku Memburu Rente Empat Puluh Tahun Studi tentang Memburu Rente Studi tentang Memburu Rente di Indonesia Studi tentang Memburu Rente di Aras Lokal Rangkuman
27 29 36 40 55 66 68
BAB 3. MEMILIH KAMPUNG PAPRINGAN Memilih Kampung Papringan sebagai Arena Studi Proses Pengumpulan Data Proses Mengolah Data Rangkuman
73 74 79 89 94
PARASIT PEMBANGUNAN
BAB 4. MODAL SOSIAL KAMPUNG PAPRINGAN Profil Komunitas Profil Rumahtangga Profil Lembaga Rangkuman
97 101 110 119 122
BAB 5. PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK MEMBURU RENTE Metode PSP dalam KKN Karakteristik Para Partisipan FGD Pengetahuan tentang KKN Sikap terhadap KKN Praktik dalam KKN Rangkuman
125 126 127 136 147 155 164
BAB 6. PROSES MEMBURU RENTE Proses Memburu Rente di Aras Mikro Proses Memburu Rente di Aras Meso Proses Memburu Rente di Aras Makro Rangkuman
167 168 173 188 198
BAB 7. ALASAN MEMBURU RENTE Alasan Memburu Rente di Aras Mikro Alasan Memburu Rente di Aras Meso Alasan Memburu Rente di Aras Makro Rangkuman
201 202 206 216 220
BAB 8. DAMPAK PERILAKU MEMBURU RENTE Dampak Perilaku Memburu Rente di Aras Mikro Dampak Perilaku Memburu Rente di Aras Meso Dampak Perilaku Memburu Rente di Aras Makro Rangkuman
223 226 232 243 258
BAB 9. MEMBURU RENTE SEBAGAI PARASIT PEMBANGUNAN Memburu Rente dan Teori Perilaku Memburu Rente sebagai Sisi Gelap Modal Sosial
261 263 269
viii
Daftar Isi, Tabel, Gambar, Diagram, dan Lampiran
Memburu Rente sebagai Masalah Kelembagaan Rangkuman
280 289
BAB 10. EPILOG: PERGI UNTUK KEMBALI Temuan Empiris Implikasi
293 295 303
DAFTAR PUSTAKA
317
ix
PARASIT PEMBANGUNAN
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1. Pertanyaan Penelitian, Data yang Diperlukan, dan Cara Pengumpulan Data
80
Tabel 5.1. Pemahaman Partisipan FGD Kelompok-C terhadap Korupsi menurut Umur, Pendidikan dan Pekerjaan
137
Tabel 5.2. Pengetahuan Partisipan FGD Kelompok-A tentang Kolusi menurut Umur, Pendidikan dan Pekerjaan
140
Tabel 5.3. Pengetahuan Partisipan FGD Kelompok-B tentang Kolusi menurut Umur, Pendidikan dan Pekerjaan
142
Tabel 5.4. Pengetahuan Partisipan FGD Kelompok-C tentang Kolusi menurut Umur, Pendidikandan Pekerjaan
143
Tabel 5.5. Pengetahuan tentang Nepotisme Partisipan Kelompok-A
145
Tabel 5.6. Pengetahuan tentang Nepotisme Partisipan Kelompok-B
146
Tabel 5.7. Pengetahuan tentang Nepotisme Partisipan Kelompok-C
147
Tabel 5.8. Sikap Partisipan FGD-C terhadap Korupsi
148
x
Daftar Isi, Tabel, Gambar, Diagram, dan Lampiran
Tabel 5.9. Sikap Partisipan FGD-A terhadap Kolusi
151
Tabel 5.10. Sikap Partisipan FGD-B terhadap Kolusi
152
Tabel 5.11. Sikap Partisipan FGD-C terhadap Kolusi
153
Tabel 5.12. Praktik Partisipan FGD-C dalam Korupsi
156
Tabel 5.13. Praktik Partisipan FGD-A dalam Kolusi
159
Tabel 5.14. Praktik Partisipan FGD-B dalam Kolusi
160
Tabel 5.15. Praktik Partisipan FGD-C dalam Kolusi
161
Tabel 5.16. Praktik Partisipan FGD-A dalam Nepotisme
162
Tabel 5.17. Praktik Partisipan FGD-B dalam Neoptisme
163
Tabel 5.18. Praktik Partisipan FGD-C dalam Nepotisme
164
Tabel 10.1. Tujuan dan Temuan Studi
297
Tabel 10.2. Klasifikasi Pemburu Rente menurut Modus dan Ranah
309
xi
PARASIT PEMBANGUNAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1 Satu Konsep Hubungan antara Bidang Publik dan Privat (Public and Private Spheres) dalam Masyarakat Sipil
18
Gambar 2.1 Biaya Sosial dari Monopoli dan Pencurian
33
Gambar 4.1. Jumlah KK menurut RT di Kampung Papringan Tahun 2010
103
Gambar 4.2 Distribusi Rumahtangga Tercacah menurut RT di Kampung Papringan Tahun 2010
110
Gambar 4.3. Proporsi Rumahtangga Tercacah menurut RT di Kampung Papringan Tahun 2010
111
Gambar 4.4. KK Tercacah menurut Agama yang Dianut di Kampung Papringan Tahun 2010
115
Gambar 4.5. Jumlah Organisasi yang Diikuti oleh Rumahtangga Tercacah di Kampung Papringan Tahun 2010
120
Gambar 5.1. Umur Partisipan FGD di Kampung Papringan Tahun 2010 & 2012
128
Gambar 5.2. Umur Partisipan FGD di Kampung Papringan menurut Kelompok FGD
129
Gambar 5.3. Partisipan FGD menurut Pendidikan yang Ditamatkan di Kampung Papringan
130
xii
Daftar Isi, Tabel, Gambar, Diagram, dan Lampiran
Gambar 5.4. Pendidikan Partisipan menurut Kelompok FGD
131
Gambar 5.5. Partisipan FGD menurut Pekerjaan di Kampung Papringan
133
Gambar 5.6. Pekerjaan Partisipan menurut Kelompok FGD di Kampung Papringan
133
Gambar 5.7. Partisipan FGD menurut Lama Tinggal
134
Gambar 5.8. Lama Tinggal Partisipan menurut Kelompok FGD
135
Gambar 5.9. Sikap Para Partisipan FGD terhadap Kolusi
150
Gambar 5.10. Sikap Para Partisipan FGD terhadap Nepotisme
155
Gambar 5.11. Praktik para Partisipan FGD dalam Kolusi
158
Gambar 5.12. Praktik Para Partisipan FGD dalam Nepotisme
162
Gambar 9.1. Model Bandura tentang Pengaruh Timbal Balik antara Tingkah Laku, Faktor Manusia dan Kognitif, dan Lingkungan
264
Gambar 9.2. Bentuk dan Cakupan Modal Sosial
274
Gambar 9.3. Perilaku Memburu Rente sebagai Masalah Kelembagaan
282
xiii
PARASIT PEMBANGUNAN
DAFTAR DIAGRAM Halaman Diagram 2.1. Proses Memburu Keuntungan (Profit Seeking) dan Memburu Rente (Rent Seeking)
38
Diagram 2.2. Teori Memburu Rente dalam Buku “40 Years of Research on Rent Seeking” menurur Tema dan Subtema
43
Diagram 2.3. Terapan dari Teori Memburu Rente dalam Buku “40 Years of Research on Rent Seeking” menurut Tema dan Subtema
51
Diagram 8.1. Dampak Penerbitan Dokumen Asli tapi Palsu (ASPAL) pada Pembangunan Bidang Terkait
247
Diagram 9.1. Perilaku Memburu Rente sebagai Sisi Gelap Modal Sosial
279
xiv
Daftar Isi, Tabel, Gambar, Diagram, dan Lampiran
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 2.1. Dua Puluh Dua Artikel yang Diterbitkan dalam “Toward a Theory of the Rent Seeking Society”.
335
Lampiran 2.2. Empat Puluh Delapan Artikel yang Diterbitkan dalam “40 Years of Research on Rent Seeking 1: Theory of Rent Seeking”.
339
Lampiran 2.3. Empat Puluh Enam Artikel yang Diterbitkan dalam “40 Years of Research on Rent Seeking 2: Application: Rent Seeking in Practice”.
347
xv
KATA PENGANTAR
Kegundahan
hati atas kurang sedapnya aroma Indonesia di udara jagad raya akibat pemerintahan otoriter yang penuh dengan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) sudah lama diprihatinkan oleh banyak orang, termasuk saya. Tetapi baru saya ungkapkan secara publik dalam suatu Lokakarya Fakultas tempat saya bekerja pada September 20031 melalui paper berjudul “Memperbaiki Inner Beauty Perguruan Tinggi Indonesia”. Kesempatan itu saya peroleh dari pimpinan fakultas saat itu, yaitu Dekan, Dra. Salamah Wahyuni, SU dan Pembantu Dekan I, Drs. Atmaji, MM, yang meminta saya untuk memaparkan suatu pemikiran dalam Bidang Pengajaran. Inti dari paper saya itu adalah suatu kritik yang sebenarnya sangat tajam atas betapa buruknya kinerja para pengajar di Lembaga Pendidikan Tinggi Indonesia pada umumnya, dan di Fakultas tempat saya bekerja pada khususnya. Kritik atau lebih tepatnya otokritik itu berupa sebuah proposisi tentang ‘Tipologi Pengajar’ yang mengombinasikan antara kepintaran dan kemoralan ke dalam suatu kuadran, yang secara hipotetis menghasilkan empat kelompok pengajar, yaitu Pengajar Bermoral dan Pintar (PBP), Pengajar Bermoral Kurang Pintar (PBKP), Pengajar Kurang Bermoral Pintar (PKBP) dan Pengajar Kurang Bermoral Kurang Pintar (PKBKP). Secara normatif, orang-orang yang direkrut untuk menjadi pengajar (atau aparat negara secara umum) seharusnya adalah dua kelompok pertama. Tetapi faktanya, kedua kelompok terakhirlah yang mendominasi. Itulah proposisi saya tentang mengapa kualitas pendidikan (tinggi) serta mutu penyelenggara negara di Indonesia relatif rendah. Kepada Ibu Salamah dan Bapak Atmaji itulah, pertama-tama, ucapan terima kasih ini saya pantas sampaikan. Karena, tanpa Momentum itu, saya kira, sangat dipengaruhi oleh kenyataan atas tumbangnya pemerintahan otoriter Orde Baru di Indonesia pada tahun 1998, yang telah menjadikan kebebasan akademik semakin lebih dimungkinkan. 1
PARASIT PEMBANGUNAN
kesempatan yang beliau berdua berikan dalam forum itu, saya mungkin belum memikirkan dan menghasilkan “Tipologi Pengajar” itu. Ia menjadi embrio bagi lahirnya studi tentang “Perilaku Memburu Rente sebagai Parasit Pembangunan” sekarang ini. Dalam proses selanjutnya, topik tentang memburu rente, yang disederhanakan padanannya dengan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) ini, sempat berebut perhatian (saya) dengan tema tentang kemiskinan dan perilaku kelahiran, untuk menjadi topik disertasi saya. Namun, persaingan, atau tepatnya dilema, itu tidak berlangsung lama. Melalui proses diskusi panjang dengan kawan seangkatan, khususnya Simon Pieter Soegijono (lulus 2011), Mamik Indriyani (lulus 2013), dan Boediyo Soepono (kini almarhum) dalam Mata Kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif pada Semester Februari – Agustus 2008, serta, tentu saja, didorong oleh Prof. Dr. Kutut Suwondo, MS. (kini almarhum), Marthen L. Ndoen, SE., MA., PhD., dan Marwata, SE., MSi., PhD., tema tentang “perilaku memburu rente” itulah yang akhirnya saya pilih menjadi disertasi. Mulai 2008 sampai 2012 beliau bertiga ini menjadi promotor dan kopromotor disertasi saya, yang kemudian berubah sedikit komposisinya menjadi Mathen L Ndoen, SE., MA., PhD., Marwata, SE., MSi., PhD., dan Dr. Pamerdi Giri Wiloso, MSi., setelah wafatnya Prof. Kutut di tahun 2012. Dibimbing oleh keempat promotor ini terasa seperti didampingi oleh rekan seperjalanan. Meskipun memiliki ‘gaya’ uniknya sendiri-sendiri, masing-masing promotor dan kopromotor ini selalu berusaha memahami alur pikir saya. Beliau masing-masing secara kritis bertanya tentang pandangan dan keyakinan saya, yang tidak jarang, bukan pada tempatnya. Pak Kutut banyak memerhatikan ekspresi tulisan, sehingga saya yang seorang editor jurnal ilmiah pun mendapatkan masukan yang luar biasa, terutama dalam hal ketelitian. Kami setipe dalam berpandangan bahwa “pemikiran yang baik harus diekspresikan dalam tulisan yang baik pula”. Karena hanya dengan cara demikian pembaca bisa menangkap apa yang dimaksud oleh penulis. Pak Marthen banyak memberi masukan tentang berbagai paradigma pemikiran dan paradigma penulisan, yang sering mendorong saya untuk merenungkan lebih lanjut tentang berbagai pemikiran itu. xviii
Kata Pengantar
Kompleksitas pemikiran beliau sangat menstimulasi saya untuk semakin menonjolkan unsur kemultidisiplinan karya tulis saya. Pak Marwata banyak memberi contoh bagaimana menganalisis data kualitatif secara sistematis, mulai dari diskripsi empiris sampai interpretasi teoritis. Latar belakang akuntansi tampaknya menjiwai beliau untuk selalu menawarkan solusi praktis ketika saya menghadapi kebingungan dalam mengabstraksi suatu konsep. Pak Pamerdi melengkapi semua cara pandang kami itu dengan perspektif studi pembangunan yang multi disiplin, yaitu pembangunan yang seharusnya ramah terhadap manusia dan terhadap lingkungan. Pak Pam sangat menekankan bahwa para aktor memburu rente bukan hanya parasit, tetapi bahkan predator yang menerkam ‘pembangunan’ sebagai korbannya. Dengan kontribusi masing-masing seperti itu beliau berempat membawa saya kembali ke jalur yang seharusnya saya jalani. Ketika saya mengalami kemandekan, baik karena jenuh atau ‘kelelahan’, beliau berempat tetap sabar untuk mendorong, memberikan semangat dengan mengatakan: “kalau kawan yang lain bisa, saya juga bisa”. Para mentor saya itu memberi kebebasan untuk menelusuri berbagai lorong untuk menemukan “sesuatu” apa pun dan makna apa pun. Meskipun, tidak jarang sesuatu dan makna yang saya angkat itu ternyata tidak relevan dan tidak signifikan atau sarat dengan bias-bias personal. Para wasit saya itu membiarkan, atau tepatnya membuat, saya menemukan jawaban yang saya cari, meskipun beliau berempat sebenarnya sudah memilikinya lewat studi dan pengalaman beliau masing-masing. Di banyak kesempatan, di dalam kelas, di ruang diskusi, di forum seminar, beliau berempat tidak tampak tersinggung ketika saya menyampaikan argumentasi yang tidak jarang bertentangan dengan pendapat atau pandangan beliau. Dari keempat promotor ini saya belajar bagaimana menghargai kebebasan akademik. Pak Wondo, Pak Marthen, Pak Marwata, dan Pak Pam, thank you very much for being my mentors. Maaf apabila saya telah mengecewakan bapak berempat, karena tidak mampu mengelaborasi ide-ide bapak semua dalam karya tulis ini, dan tidak bisa menyelesaikan disertasi ini secepat yang bapak-bapak harapkan. xix
PARASIT PEMBANGUNAN
Namun, saya salah kalau penghargaan terhadap kebebasan akademik dan norma ilmiah itu hanya dijunjung tinggi oleh beliau berempat, para promotor saya itu. Para civitas academica UKSW, secara umum, dan pengajar di kelas Program Doktor Studi Pembangunan Angkatan IV tahun 2007/08 seperti Prof. Liek Wilardjo, PhD., Prof. Dr. Kris H. Timotius, Prof. Daniel D. Kameo, SE., MA., PhD., Prof. Dr. Ir. Sony H. Priyanto, MM., Dr. Soegeng Hardiyanto, Dr. Agus Ign. Kristijanto, Ir. Rully Adi Nugroho, MSc., PhD., juga sangat terbuka terhadap siapa saja, termasuk mahasiswa. Kepada para pengajar ini saya mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang tinggi. Para pengajar ini meneguhkan proposisi saya tentang “Tipologi Pengajar”, meski sedikit atau banyak, proposisi itu juga menyinggung atau tepatnya peringatan bagi beliau semua untuk tidak hanya semata-mata menjadi pengajar, tetapi lebih-lebih manjadi pendidik. Beberapa pengajar berikut perlu saya apresiasi secara khusus karena impresi pribadi saya yang mendalam. Pertama, Prof. Kameo. Dalam berinteraksi dengan mahasiswa, beliau selalu friendly, ramah dan tentu tidak menjaga jarak. Beliau tidak jarang meminjamkan buku untuk difotokopi. Ketika mengkritik dan bertanya, terdengar dan terasa halus, tidak menyalahkan, lebih terkesan sebagai membantu, meskipun beliau adalah salah seorang penguji saya. Pak Kameo tampaknya selalu berusaha untuk berempati dengan keterbatasan atau kesulitan siapa pun. Suatu hari, kami berpapasan di lift, ketika saya mau pulang dan beliau mau mendatangi suatu ujian terbuka. “Belum mulai kok sudah turun?” tanya pak Kameo. “Saya mau pulang pak. Sudah bersusah payah dari Solo ke Salatiga, eh...sampai di sini tidak dianggap sebagai undangan”, jawab saya. “Kenapa? tanya pak Kameo lebih lanjut. “Buktinya...saya tidak diberi bukunya”, jawab saya terus terang. “Tunggu sebentar”, kata beliau kemudian.
Saya tahu Pak Kameo mendatangi meja tamu untuk meminta buku untuk saya, tetapi saya terlalu angkuh untuk menunggu, apalagi xx
Kata Pengantar
membatalkan niat saya untuk pulang. Pak Kameo, you are such a good lecturer. Thank you for all you have done to us, and more specifically to me. Kedua, Dr. Gatot Sasongko, SE., MSi. Kerendahhatian dan ketelitian pak Gatot sangat mengesankan saya. Ketika menguji saya pertama kali dalam Ujian Proposal, beliau baru saja menyelesaikan studi doktornya, yang berparadigma deduktif kuantitatif, di Universitas Diponegoro Semarang. Saya ingat komentar pertama yang beliau sampaikan dalam ujian itu adalah tentang ‘sampling yang seharusnya bersifat acak dan representatif, supaya hasilnya bisa digeneralisasi’. Saya merasa kurang taktis waktu itu, ketika mengatakan, secara polos, bahwa pertanyaan beliau yang berada dalam paradigma deduktif kuantitatif itu tidak cocok untuk mempersoalkan rancangan studi saya yang bersifat induktif kualitatif. Jawabab saya itu menurut ungkapan Jawa disebut “bener ning ora pener”. Maaf ya pak Gatot atas kenaifan saya itu. Pernyataan itu, bagaimana pun, telah mencerahkan kami berdua. Di satu sisi, saya harus presentasi dengan struktur yang baik, jelas dan lengkap, meskipun singkat, dan sebaliknya pak Gatot juga telah mengubah perspektif deduktifnya dengan perspektif induktif, sehingga kami berdua sudah bisa ‘tune in’ dalam mempersoalkan berbagai kasus dalam karya tulis ini. Terima kasih pak Gatot atas ketelitian dan pandangan positifnya sehingga pertanyaan, kritik dan sarannya telah membantu perbaikan tulisan ini. Ketiga, Neil Semuel Rupidara, SE., MSc., Ph.D atau kami panggil Pak Neil. Saya mengenal Pak Neil tidak lama sebelum beliau menjadi penguji disertasi saya. Impresi saya terhadap beliau dalam beberapa kali pertemuan hanyalah orangnya pendiam, no more no less. Orang pendiam memang susah ditebak, oleh karena itu orang Jawa dulu menggambarkan orang pendiam sebagai “nggembol watu item”. Penggambaran itu akhirnya saya buktikan di dalam ujian tertutup tanggal 30 Oktober 2013. Pak Neil mengajukan beberapa pertanyaan sederhana, tetapi sangat mendasar, dan lebih celaka lagi, saya tidak bisa menjawabnya secara meyakinkan. Akhirnya, beberapa pertanyaan itu menjadi masukan bagi perbaikan karya tulis saya. Terima kasih Pak xxi
PARASIT PEMBANGUNAN
Neil atas ketelitiannya untuk mengingatkan saya pada inti penelitian ilmiah yang saya laporkan. Keempat, Dr. Soegeng. Kenonformalan Pak Soegeng, dan dosen umumnya, dan pandangan-pandangannya yang filosofis, tidak jarang memprovokasi saya untuk menyampaikan pendapat, yang tidak jarang berseberangan dengan beliau. Saya yang hanya berusaha berfikir secara logis-empiris2, karena tidak berlatarbelakang filosofis, sering kali harus terkesan berkonfrontasi dengan pak Soegeng yang normatif filosofis. Pernah misalnya di suatu diskusi kelas beliau mengkritik pak Harto dan Orde Baru, lalu saya mengatakan bahwa kita semua adalah produk Orde Baru, hanya ada yang menyadarinya dan ada yang tidak. Dengan berbagai cara Pak Sugeng memang selalu memancing orang lain untuk menunjukkan argumentasi dan sikapnya terhadap suatu diskursus yang sedang dibahas. Pak Sugeng juga sangat terbuka dan siap membantu mahasiswa. Pernah, ketika mengumpulkan paper akhir untuk Mata Kuliah yang beliau ampu, saya meminta beliau untuk mengembalikannya disertai komentar, karena paper itu akan saya terbitkan di suatu jurnal ilmiah, dan seperti diharapkan beliau memenuhinya. Terima kasih Pak Soegeng ya. I am so greatful for knowing somebody like you. Kelima, Prof. Liek Wilardjo. Saya mengenal Pak Liek jauh hari sebelum studi di UKSW, melalui tulisan-tulisan beliau di Kompas. Beliau adalah role model saya sebagai ilmuwan. Tetapi, saya sempat kecewa terhadap Pak Liek atas sikap super protektifnya terhadap mahasiswa bimbingannya. Di dalam suatu seminar, saya berpendapat bahwa penelitian salah seorang mahasiswanya itu memiliki signifikansi teoritis yang sangat luar biasa, tetapi signifikansi empirisnya sangat kurang, sebagai akibat dari kekeliruan dalam implementasi metodologisnya (hal ini bukan hanya kesalahan mahasiswa sendiri, bukan?!). Pak Liek dan saya sempat beradu argumentasi sedikit (mana saya pantas?) tentang “celah” itu dan sebagai jalan keluar saya mengusulkan penambahan satu kata saja dalam judul disertasinya, Bukankah ciri keilmiahan dari suatu argumen itu terletak pada logico-empirico (logisempiris) itu? Oleh karena itu, saya berharap bahwa perbedaan perspektif itu untuk saling melengkapi (komplementatif). 2
xxii
Kata Pengantar
tetapi, serta merta, ditolak di dalam forum itu. Kata beliau: “niat peneliti tidak harus selalu bisa diimplementasikan dalam praktik”. Di dalam hati saya sangat kecewa, karena usul saya itu sebenarnya untuk mempertahankan integritas beliau (saya tahu beliau tidak perlu pembelaan) dan membantu mahasiswa bimbingannya. Begitulah, “tidak ada gading yang tidak retak”, pikir saya menghibur diri. Belakangan saya tahu bahwa Pak Liek akhirnya mengakui kebenaran dan mengakomodasi usulan saya. Thank you pak Liek for being honest. Kemauan atau pandangan Pak Liek memang sering tidak tertangkap dengan tepat oleh mahasiswa, sehingga saya juga pernah mendapatkan nilai yang sangat rendah untuk tugas-tugas yang beliau berikan. Begitulah Pak Liek mendidik kami untuk menjadi pelajar yang selalu rendah hati dan terbuka. Pak Liek, terima kasih atas teladannya dalam mempertahankan norma-norma ilmiah, sehingga hal itu telah menetralisir kekecewaan saya terhadap bapak. You are really a wise scientist. Keenam, Prof. Timotius. Sebagai pengajar dan, waktu itu sebagai rektor, Pak Tim pernah saya “permalukan” ketika mau mengadakan “Kuliah Kebun”, yang ternyata bertempat di suatu hotel di Bandungan, Ambarawa. Saya berpendapat bahwa PPS Studi Pembangunan UKSW beraliran Pembangunan Berkelanjutan, yang berarti “Pro Poor Development”. Oleh karena itu, saya meminta “Kuliah Kebun” dibatalkan, karena tidak sesuai dengan visi Pembangunan Berkelanjutan yang ‘pro poor development’ itu. Sayangnya, kawan-kawan seangkatan tidak sepaham (atau tepatnya barangkali tidak berani?) dengan saya. Meskipun demikian, akhirnya saya pun menghadiri “Kuliah Kebun” itu, karena semua mahasiswa lain juga datang. Bahkan isteri saya pun mengatakan kalau “saya tidak konsekuen”. Biarlah! Hal itu juga sebuah pelajaran yang saya peroleh dalam studi saya itu. Terima kasih Pak Tim, karena dengan sabar sudah mau menjadi bulan-bulanan “kemarahan” saya lewat sms yang sebenarnya sangat tidak pantas dilakukan oleh mahasiswa di dalam budaya yang masih sangat patriarkal feodalistis ini. I know you were at a point of no return. Hanya saja, sampai sekarang saya masih penasaran, karena penolakan saya atas “Kuliah Kebun” itu hanya beliau xxiii
PARASIT PEMBANGUNAN
anggap sebagai masalah finansial, bukan masalah ideologikal. What a pitty. Jangan-jangan Program Pasca Sarjana Studi Pembangunan UKSW juga sudah lupa dengan visi atas keberadaan lembaga ini. Kecuali untuk para promotor dan para pengajar, kredit yang tinggi saya sampaikan juga kepada banyak orang yang menjadikan semua material yang saya perlukan bisa terkumpul. Kelompok pertama adalah para asisten peneliti, yaitu Caecilia, Lista, Sisca, Stefani, dan Yulia. Lima wanita hebat ini dengan mengorbankan kenyamanan masing-masing, telah menjelajahi kampung untuk menyensus semua rumahtangga yang berjumlah kurang lebih 512 KK (tidak termasuk 150 KK relokasi), meskipun sampai 30 Juni 2010 ‘hanya’ berhasil mendata 61,5%, yaitu 270 rumahtangga atau sebanyak 315 KK. Tidak terlupakan juga Yulia, yang sejak awal telah menjadi penunjuk jalan bagi terpilihnya Kampung Papringan ini menjadi daerah penelitian. Lista juga demikian. Dalam kesibukannya kuliah dan mengerjakan berbagai tugas, ia masih bersedia membantu sebagai pencacah sampai-sampai harus beristirahat beberapa hari di rumah sakit akibat kelelahannya membantu penelitian saya. Sisca juga demikian, yang dalam keadaan hamil muda bersedia membantu saya untuk melakukan wawancara dengan puluhan rumahtangga, yang pasti sangat melelahkan dan membosankan. Jerih payah merekalah yang membuat saya bisa menyusun bab tentang modal sosial, dan sekaligus menjadi informasi awal bagi tahap penelitian selanjutnya. Thank you all, I owe you so much. Kelompok kedua adalah para partisipan yang berjumlah 39 orang untuk Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group Discussion – FGD) dan 8 orang untuk Interview Mendalam (In-depth Interview – II). Tujuh nara sumber, yang saya biarkan anonimus, telah membagikan sejarah hidupnya di Kampung Papringan. Mereka juga telah memberikan dirinya untuk menjawab semua pertanyaan yang berhubungan dengan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik dalam Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Mereka mau dan rela membagikan berbagai cerita tentang situasi dan kondisi bagaimana tindakan KKN itu mereka lakukan atau alami. Apalagi Pak Kukuh; beliau telah berkenan berbagi pengalamannya menjadi korban berbagai bentuk kesalah-kaprahan di xxiv
Kata Pengantar
dalam masyarakat. Pak Kukuh bahkan bersedia menurunkam SIM B-1 nya ke A hanya untuk menunjukkan kepada saya kalau proses penerbitan SIM di Kota Adikarta tidak berubah selama 35 tahun. Kepada 47 orang nara sumber ini saya sungguh berhutang budi dan menyampaikan rasa terima kasih yang tidak terhingga. Tidak bisa diabaikan juga peran sebuah Kedai Minum, yang disebut Warung Hijau. Saya hampir setiap malam mangkal di sana, berbagi cerita dengan banyak orang, menyaksikan banyak bapak yang suka begadang main catur. Di warung itu, saya mendapatkan banyak pertanyaan untuk ditindaklanjuti atau pun memperoleh jawaban terhadap persoalan yang masih mengganjal dari wawancara atau obrolan dengan anggota komunitas sebelumnya. Pak Sabar, pemilik warung itu, telah membantu melancarkan penelitian saya, termasuk membuatkan kamar di rumahnya untuk saya tinggali. Terima kasih banyak pak Sabar atas keterbukaannya untuk menerima saya. Selama proses perencanaan, pelaksanaan dan pengolahan serta penulisan hasil penelitian saya sangat dibantu oleh pimpinan Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebalas Maret Surakarta (EP-FE-UNS), yaitu Drs. Kresno Sarosa Pribadi, MSi dan Dra. Izza Mafruhah, MSi., dan pimpinan Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Sebelas Maret Surakarta (PPK-LPPM-UNS), Dra. Endang Sahir, MSc., dan Rahayu Subekti, SH., MH. Pimpinan Jurusan telah membebaskan saya dari tugas mengajar selama studi. Mereka menginisiasi dua kali Seminar Jurusan khusus untuk saya, pada 30 Mei 2009 untuk membahas proposal disertasi dan 29 November 2012 untuk memaparkan hasil studi saya. Kedua lembaga ini juga telah menyisihkan dana penelitian Jurusan EP dan PPK untuk membantu biaya penelitian saya. Pada tahap akhir penulisan disertasi, saya juga mendapat pinjaman laptop (ketika laptop saya rusak mainboard-nya) pada saat yang tepat, dari pimpinan Fakultas Ekonomi, melalui Dr. Wisnu Untoro, MSi dan Drs. Muhammad Agung Prabowo, PhD. Ketiga lembaga itu telah mengalokasikan bantuan kepada saya, yang tidak berhasil saya peroleh dari Dikti atau pun sumber lain. Kepada Dekan dan Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi, para kolega di Jurusan xxv
PARASIT PEMBANGUNAN
Ekonomi Pembangunan dan anggota peer group PPK-LPPM-UNS, saya menyampaikan rasa terima kasih. Anda semua telah membantu meringankan beban saya dengan satu dan lain cara. Untuk semua uluran tangan itu saya mengucapkan banyak terima kasih. Di Fakultas Ekonomi UNS saya juga berterima kasih secara khusus kepada semua kolega, khususnya Drs. BRM. Bambang Irawan, MSi., yang meminjami buku “Indonesia: The Rise of Capital”-nya Richard Robison, Dr. AM. Susilo, MSc., yang telah memberi fotokopi referensi (Institutions, Contracts and Organizations-nya Claude Menard). Demikian pula kepada Heru Agustanto, SE., ME., partner saya dalam mengelola Jurnal Perspektif Ekonomi, dan Drs. Bambang Sarosa, MSi, yang tidak hanya telah meminjami banyak buku, tetapi juga selalu bersedia mendengarkan keluh kesah saya, serta membantu memecahkan berbagai masalah yang saya hadapi. Terima kasih Pak BRM, Pak Sus, Pak Heru & Pak Bambang atas keterbukaannya. Pada tahap akhir studi, saya sangat terbantu oleh keterampilan Mbak Ayu dalam mengorganisasi semua yang saya perlukan. Mengatur waktu konsultasi dengan promotor, menentukan hari dan jam untuk ujian, baik Kelayakan, Tertutup, maupun Terbuka, telah dikerjakan oleh mbak Ayu dengan luar biasa. Saya sungguh berterima kasih atas semua itu. Dalam kesempatan ini saya juga berterima kasih kepada Mbak Raras yang telah mengatur penerbitan karya tulis ini. Semoga buku ini layak disimpan sebagai dokumen yang berharga. Tidak ketinggalan, terima kasih penuh syukur dan cinta, yang sebenarnya jarang terucap, saya sampaikan kepada Maria Sri Siswantini, ibu yang melahirkan, membesarkan, dan menghantar empat anaknya, termasuk saya, untuk menjadi guru. Meskipun hanya berpendidikan terbatas (lulus SD), beliau dengan berbagai keterbatasannya telah menghantarkan kami berempat menjadi orangorang yang bermanfaat. Semoga kami benar-benar menjadi orangorang yang pantas “digugu lan ditiru”. Last but not least, puji syukur yang tidak ada habisnya atas anugerah Tuhan yang paling istimewa, yaitu Caecilia, isteri yang telah dengan setia mendampingi saya selama 30 tahun. Ia telah melahirkan, xxvi
Kata Pengantar
mengasihi, mengasuh dan mengasah dua anak perempuan kami, Sylvia dan Stefani, yang kini sedang berjuang utuk menjadi sarjana yang unggul di bidangnya masing-masing. Isteri dan anak-anak saya ini telah berkorban secara luar biasa dalam mendampingi saya untuk menyelesaikan studi S-3, baik di Australia tahun 1993-1998 maupun di UKSW tahun 2007-2013 ini. Mereka dengan rela hati mengorbankan kenyamanannya, dengan hidup secara pas-pasan bahkan cenderung kurang, demi selesainya studi saya ini. Oleh karena itu, ketiga orang tercinta ini, layak dan pantas untuk menikmati kegembiraan ini. Untuk Sylvia,...tetaplah tekun seperti biasanya untuk mengoptimalkan potensimu di Universitas Cornell sana, dan untuk Stefani,...jadilah psikolog handal seperti yang kamu cita-citakan di Universitas Gadjah Mada sana. Thank you all, I love you and God bless you always. Akhirnya, bapak, ibu, dan saudara yang terberkati, saya merasa kalau kita sekarang ini berada dalam suatu metafora yang dituliskan oleh Matius 9: 1-8 tentang “Orang Lumpuh Disembuhkan”. Saya adalah si lumpuh yang terbaring di atas tilam. Anda semua, baik yang telah disebutkan maupun yang belum, yang ada di sini maupun di tempat lain, adalah orang-orang yang telah bersusah payah dengan kritik dan saran, pertanyaan dan jawaban, tenaga dan biaya serta doa, membawa saya kepada Sang Penyembuh. Hari ini, di sini, saat ini adalah hari penyembuhan itu, hari bagi saya yang lumpuh (berusaha memperoleh gelar PhD) sejak tahun 1993 akhirnya memperoleh kesembuhan (lulus), setelah 20 tahun berlalu. Maka tugas panggilan saya selanjutnya adalah memuliakan Sang Penyembuh itu melalui hidup dan karya saya sehari-hari, demi gereja dan tanah air (pro ecclesia et patria), seperti tertulis dalam Matius 9: 6 itu. Ijinkan saya mengartikan ayat itu sebagai: “Bangunlah, angkatlah ‘beban’ kenyamananmu dan kembalilah ke habitatmu sebagai pengajar yang patut ‘digugu lan ditiru’!”. Semoga Tuhan senantiasa memberkati semua niat baik kita semua, Amin. Salatiga, Oktober 2013 Written with love, Vincent(ius) Hadi Wiyono xxvii
ABSTRACT
This study investigated a phenomenon that locally called Salah Kaprah, in the forms of corruption, collusion and nepotism (CCN) or rent seeking behavior (RSB). Salah Kaprah is a kind of tolerated wrongdoing that is repeated until the wrong is perceived as right, and in the end this behavior is taken for granted. The CCN or RSB in Kampung Papringan and in Adikarta City has proved that such wrong-doing behavior has been happening. There were 2 to 3 ordinal motives or reasons for the rent seekers to involve in the CCN or RSB, namely survival motive, comfort motive, and hedonic motive. These 3 classes of motives represented low, medium, and high levels of rent seekers’ social and economic statuses (SES). These motives could be traced back from the history of human kind who always fought for getting statuses in their social space, through the possession of some or all of many forms of capital – economic, social, cultural, and symbolic. This natural human motive has encouraged people to chose more pragmatic means of getting or doing things. This means was represented by 3 keywords of ‘light, easy, and quick’ so that people tend to behave according to the ‘light, easy, and quick’ paths even though they had to break the laws. The wrong-doing behavior, like any other behavior, was practiced by individuals in the process of modeling or imitation. Thus, the CCN or RSB, ceteris paribus, might initially be experienced by an individual and when succeeded, then repeated again and again. The success attracted others to imitate. Remember that the ‘light, easy, and quick’ behavior was easier to copy than the ‘hard, difficult, and long’ behavior mandated by any standard operating procedure (SOP). So, the Salah Kaprah has eventually become common practices. That is not all. To increase their production scale, the CCN or RSB was then undertaken in groups of family and relatives, friends, members of any associations or organizations. This was to improve
PARASIT PEMBANGUNAN
their bargaining position in the games (CCN or RSB) they were playing. They developed an ‘in-group’ mentality as oppose to the other as ‘out-group’, because the CCN or RSB was a kind of clandestine activity or black market operation. So that norms of trust and reciprocity adopted within group was more specialized than generalized. Specialized trust and reciprocity was good in building bonding social capital between members of the group, but bad for those who were ‘out-group’. This was why the CCN or RSB was an activity in the dark side of social capital, because the social capital being used by the group produced social costs. Finally, the continuing wrong-doing eventually evolved to becoming one of many social values in the cultural sphere. This new evolving values joint perfectly with materialism, consumerism, and hedonism brought by economic, social and cultural globalization, has become a new emerging values. Then, the CCN or RSB found a new modern and powerful vehicle and has increased its capacity to lobby and even insist the policy makers to accommodate their interests into policies they were promulgating. When norms and values (informal rules) and laws and policies (formal rules) have been interfered for their favor, everything else could have been taken care of more easily. The foregoing description of motives, processes, and impacts of the CCN or RSB on development outcome of the community and the city was a portrait of weak institutions under the present rulers. This study indicates that new institutions needed to be initiated and implemented resolutely in order for the community and society to be free from any parasitic mentality of many agencies which have been breaking the laws thus far and have been sacrificing the overall social welfare.
*
xxx