BUPATI
BATANG
PROVINSI JAWA
TENGAH
PERATURAN BUPATI N O M O R - -40 ^^
BATANG
TAHUN
2014
TENTANG PEDOMAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANL\ PANGAN MENJADI PERTANIAN DI KABUPATEN BATANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
BUPATI
Menimbang
Paraf Koordinasi 1 Sekretaris Daerah 1 Asisten II Sekda Ka. Dispertanak 4 Ka. bagian Hukum Fengetik
NON
ESA,
BATANG,
: a. bahwa lahan pertanian pangan m e r u p a k a n bagian dari b u m i sebagai k a r u n i a T u h a n Yang M a h a Esa yang dikuasai oleh negara dan dipergunakan u n t u k sebesar-besar k e m a k m u r a n d a n kesejahteraan rakyat sebagaimana diamanatkan dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia T a h u n 1945; bahwa lahan pertanian pangan d i Kabupaten Batang semakin berkurang dikarenakan beralihnya fungsi lahan pertanian menjadi n o n pertanian, sehingga dikhawatirkan Pemerintah Daerah kesulitan dalam mengupayakan terwujudnya kemandirian, ketahanan dan kedauiatan pangan d i daerah dalam rangka mendukung kebutuhan pangan nasionai;
\ h
\
c.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan peraturan Bupati tentang Pedoman Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Menjadi Non Pertanian di Kabupaten Batang;
1
Mengingat
Paraf Koordinasi 1 Sekretans Dacrali 1 Asisten 11 Sekda Ka. Dispertanak 4 Ka. Bagian Hukum Pengctik
: 1.
Pasal 1 8 ayat (6) U n d a n g - U n d a n g Republik Indonesia T a h u n 1945;
Dasar
Negara
2.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang P e m b e n t u k a n Daerah Tingkat I IBatang (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 1965 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2757);
3.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun I960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
4.
Undang-Undang Nomor 4 Ta Perumahan d a nPemukiman Republik Indonesia Tahun Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);
5.
Undang-Undang Nomor 3 2 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 125, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UndangU n d a n g N o m o r 12 T a h u n 2 0 0 8 t e n t a n g P e r u b a h a n Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 5 9 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
6.
Undang-Undang Nomor 2 6 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 6 8 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4725);
7.
Undang-Undang Nomor 3 2 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2009 Nomor 140, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
8.
Undang-Undang Perlindungan Berkelanjutan Indonesia T a h u n Lembaran Negara
9.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
/
5
2
hun 1992 tentang (Lembaran Negara 1 9 9 2Nomor 2 3 , Republik Indonesia
Nomor 4 1 Tahun 2009 tentang Lahan Pertanian Pangan (Lembaran Negara Republik 2009 Nomor 149, Tambahan Republik Indonesia Nomor 5068);
10.
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1988 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya D a e r a h T i n g k a t II Pekalongan, K a b u p a t e n D a e r a h T i n g k a t II Pekalongan dan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3381);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 16 T a h u n 2004 tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385]; 12. P e r a t u r a n P e m e r i n t a h N o m o r 1 T a h u n 2 0 1 1 t e n t a n g Penetapan Dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103); 13. P e r a t u r a n P e m e r i n t a h N o m o r 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasionai (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2008 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3776); 14. P e r a t u r a n D a e r a h P r o v i n s i J a w a T e n g a h N o m o r 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi J a w a Tengah T a h u n 2009-2029 (Lembaran D a e r a h Provinsi J a w a T e n g a h T a h u n 2 0 1 0 N o m o r 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi J a w a Tengah N o m o r 28); 15. P e r a t u r a n D a e r a h P r o v i n s i J a w a T e n g a h Nomor 2 T a h u n 2013 tentang Perlidungan lahan pertanian pangan berkelanjutan Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah T a h u n 2013 Nomor 2, T a m b a h a n Lembaran daerah Provinsi J a w a Tengah N o m o r 48); 16. P e r a t u r a n G u b e r n u r J a w a T e n g a h N o m o r 4 7 T a h u n 2013 Tentang petunjuk teknis kriteria, persyaratan,dan tata cara alih fungsi lahan pertanian berkelanjutan Provinsi J a w a Tengah; 17. P e r a t u r a n D a e r a h K a b u p a t e n B a t a n g N o m o r 7 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batang Tahun 2011-2031 (Lembaran D a e r a h K a b u p a t e n B a t a n g T a h u n 2 0 1 1 N o m o r 7);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
1 2 4 5
PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN MENJADI PERTANIAN DI KABUPATEN BATANG.
ALIH NON
Paraf Koordinasi Sekretaris UaeraJi
BAB I
A s i s t e n 11 S e k d a Ka. Uispertanak K-a. B a g i a n l i u k u i n fengeiiK
^\
KETENTUAN
U M U M
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati Batang ini yang dimaksud dengan : 1. 2. 3. 4.
Daerah adalah Kabupaten
Batang.
Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat unsur penyelenggara pemerintah daerah. Bupati adalah Bupati Batang.
Daerah
sebagai
Lahan Pertanian adalah bidang lahan yang digunakan u n t u k pertanian.
usaha
5.
Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan adalah perubahan fungsi lahan pertanian pangan menjadi bukan lahan pertanian pangan baik secara tetap m a u p u n sementara.
6. 7.
Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang. S a w a h Irigasi T e k n i s adalah s a w a h y a n g perolehan a i r n y a jaringan irigasi teknis.
8.
S a w a h Irigasi Setengah Teknis adalah s a w a h yang perolehan dari jaringan irigasi setengah teknis.
9.
S a w a h Irigasi Sederhana adalah s a w a h yang perolehan airnya dari jaringan irigasi sederhana.
10.
Sawah Tadah hujan.
11.
Jaringan Irigasi Teknis adalah j a r i n g a n irigasi y a n g bangunan pengambilan dan bangunan bagi/sadap dilengkapi dengan alat pengatur pembagian air dan alat ukur, sehingga air irigasi yang dialirkan dapat diatur dan diukur.
12.
Jaringan Irigasi Setengah T e k n i s adalah j a r i n g a n irigasi yang bangunan-bangunannya dilengkapi dengan alat pengatur pembagian air sehingga air irigasi dapat diatur tetapi tidak dapat d i u k u r . Jaringan Irigasi Sederhana adalah jaringan irigasi y a n g b a n g u n a n bangunannya tidak dilengkapi dengan alat pengukur pembagian air dan alat ukur, sehingga air irigasi tidak dapat d i u k u r d a n u m u m n y a bangunannya m e m p u n y a i konstruksi setengah permanen/tidak permanen.
13.
Hujan adalah
sawah yang perolehan
4
dari
airnya
airnya dari air
14.
15.
16.
17.
18.
Aspek teknis pertanian adalah kesesuaian lahan untuk bisa melaksanakan budidaya tanaman pangan dan ketersediaan sarana prasarana. Kawasan p e r m u k i m a n adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan m a u p u n perdcsaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Jalan Nasionai adalah m e r u p a k a n jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar i b u k o t a provinsi d a n j a l a n strategis nasionai, serta j a l a n tel. Jalan Provinsi adalah merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota atau antar ibukota kabupaten/kota dan jalan strategis provinsi. Jalan Kabupaten adalah merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk pada jalan nasionai dan jalan provinsi, yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta jalan u m u m dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah k a b u p a t e n dan jalan strategis kabupaten.
BAB MAKSUD
n
DAN
TUJUAN
Pasal 2 (1) M a k s u d p e r a t u r a n b u p a t i i n i a d a l a h u n t u k m e n j a m i n k e t e r s e d i a a n lahan pertanian pangan secara berkelanjutan maka perlu ditentukan pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan ke non pertanian. (2| T u j u a n p e r a t u r a n b u p a t i i n i a d a l a h ; a. M e n i n g k a t k a n k e m a k m u r a n s e r t a k e s e j a h t e r a a n p e t a n i dan masyarakat. b. M e w u j u d k a n k e m a n d i r i a n d a n k e d a u i a t a n p a n g a n . c. M e m p e r t a h a n k a n k e s e i m b a n g a n e k o l o g i s .
1
1
'S
4 ^
Paraf Koordinasi Sekretans Daerati A s i s t e n 11 S e k d a Ka. Uisperianalt Kji. tsagian H u K u m pengetik
H\
A
V 5
Paraf Koordinasi 1 Sekretaris Daerali 2 Asisten ]1 Sekda
i
Ka. D i s p e r t a n a k
4
Ka.
^
tiagian Pengeuk
Hukum
^ ^ B A B III
A
MEKANISME ALIH FUNGSI
LAHAN
Pasal 3
Alih fungsi lahan pertanian menjadi n o n pertanian harus pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten mempertimbangkan aspek teknis pertanian.
mendasarkan Batang, dan
Pasal 4 (1)
Lahan yang m a s u k kawasan p e r m u k i m a n dalam peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Batang dan statusnya masih sebagai lahan sawah pertanian pangan apabila dilakukan alih fungsi lahan menjadi n o n pertanian harus mempertimbangkan aspek teknis pertanian. (2) D a l a m p e m b e r i a n i j i n a l i h f u n g s i l a h a n s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a a y a t (1) t e r l e b i h d u l u m e n d a p a t k a n r e k o m e n d a s i d a r i T i m T e k n i s y a n g ditetapkan oleh bupati. (3) T i m T e k n i s s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a a y a t (2] s e b a g a i b e r i k u t : a. U n s u r D i n a s P e r t a n i a n T a n a m a n P a n g a n d a n P e t e r n a k a n ; b. U n s u r D i n a s C i p t a K a r y a , T a t a R u a n g d a n E n e r g i d a n Sumber Daya Mineral; c. U n s u r D i n a s B i n a M a r g a S u m b e r D a y a A i r ; d. U n s u r K a n t o r P e r t a n a h a n ; (4) H a s i l r e k o m e n d a s i t i m t e k n i s s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a a y a t ( 2 ) menjadi b a h a n pertimbangan d a l a m pemberian izin alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian; Pasal 5 Aspek teknis pertanian sebagaimana dimaksud diatur ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
dalam
Pasal
4 ayat (1)
a. Y a n g t i d a k b o l e h d i a l i h f u n g s i k a n l a h a n a d a l a h : 1. S a w a h i r i g a s i t e k n i s y a n g b e r a d a d i k a w a s a n p e r k o t a a n dan pedesaan; 2. S a w a h irigasi setengah teknis, irigasi sederhana d i kawasan p e d e s a a n y a n g dapat d i t a n a m i 2 (dua) kali a t a u l(satu) p a d i d a n 1 (satu) kali palawija d a l a m satu tahun dengan intensitas pertanaman 200 (dua ratus) persen atau lebih; 3. S a w a h irigasi setengah t e k n i s d i k a w a s a n p e r k o t a a n y a n g dapat d i t a n a m i 2 (dua) kali padi d a l a m s a t u t a h u n d e n g a n intensitas p e r t a n a m a n 200 (dua ratus) persen atau lebih; b. Y a n g boleh d i a l i h f u n g s i k a n l a h a n a d a l a h : 1. S a w a h i r i g a s i s e t e n g a h t e k n i s , s e d e r h a n a d a n t a d a h h u j a n d i k a w a s a n perdcsaan y a n g h a n y a dapat d i t a n a m i 1 (satu) kali padi dalam satu tahun dengan intensitas pertanaman kurang dari 200 % (dua ratus per seratus); 2. S a w a h irigasi setengah t e k n i s d a n irigasi s e d e r h a n a d i k a w s a n p e r k o t a a n y a n g d a p a t d i t a n a n a m i 1 (satu) k a l i padi d a n 1 (satu) 6
kali palawija daiam satu t a h u n dengan intensitas pertanaman s a m a dengan 200 % (dua ratus per seratus); 3. S a w a h irigasi setengah t e k n i s d a n irigasi s e d e r h a n a di k a w a s a n p e r k o t a a n y a n g dapat d i t a n a m i 1 (satu) kali padi d a n 1 (satu] kali palawija dalam satu t a h u n dengan intensitas pertanaman sama dengan 2 0 0 % (dua ratus per seratus); 4. L a h a n p e r t a n i a n y a n g berada disepanjang j a l a n Nasionai, j a l a n provinsi dan jalan kabupaten dapat dipertimbangkan u n t u k alih fungsi menjadi lahan n o n pertanian dengan ketentuan : a)
Bagi lokasi jalan nasionai paling j a u h dalam radius 100 (seratus) meter dari badan j a l a n ; b) B a g i l o k a s i j a l a n p r o v i n s i d a n j a l a n k a b u p a t e n d a l a m k o t a paling j a u h 100 (seratus) meter dari b a d a n j a l a n . c) B a g i l o k a s i j a l a n d e s a p a l i n g j a u h 5 0 ( l i m a p u l u h ) m e t e r d a r i badan jalan.
B A B 111 KETENTUAN
PENUTUP
Pasal 6 Peraturan Bupati ini m u l a i berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Kabupaten Batang.
pengundangan Berita Daerah
Ditetapkan di Batang 2014 p a d a t a n g g a l 8SJuli J ^2014 ^ BUPATI
BATANG,
ttd YOYOK RIYO
SUDIBYO
Diundangkan di Batang 2014 8 Juli 2014 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BATANG,
ttd NASIKHIN B E R I T A D A E R A H K A B U P A T E N B A T A N G T A H U N 2 0 1 4 N O M O R 40f / Q . 7
Salinan sesuai dengan aslinya, KEPALA BAGIAN HUKUM, ttd AGUS JAELANI MURSIDI, SH.,M.Hum Pembina Tingkat I NIP. 19650803 199210 1 001