1
ORIENTASI STRATEGIS LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN oleh: Soedarmono Soejitno disampaikan pada Pertemuan Pembahasan Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan dan Penyusunan Orientasi Strategis Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan, Proyek HPEQ, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta, 15 Pebruari 2012
DAFTAR ISI hal. 1 ORIENTASI STRATEGIS SISTEM AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN..... 3 1.1 Pengertian........................................................................................................................................ 3 1.2 Perumusan Visi, Tata Nilai, Misi dan Tujuan Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan........................................................................................................................... 4 1.3 Interprofesionalisme sebagai Aplikasi Nilai Operasional Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan................................................................................................... 7 2 PERUMUSAN STRATEGI LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN DENGAN BALANCED SCORECARD (BSC)............................................................ 7 2.1 Peta Strategi.................................................................................................................................... 8 2.2 Indikator Penentu Kinerja (Key Performance Indicators) Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan................................................................................................... 10 3 MANAJEMEN KEUANGAN LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN....................................................................................................................................... 11 3.1 Penghitungan Biaya (Costing)................................................................................................... 11 3.2 Pendanaan (Financing)............................................................................................................... 12 3.3 Penetapan Tarif (Pricing)........................................................................................................... 12 3.4 Penganggaran (Budgeting)…………………………………………………………………………………. 13 4 MANAJEMEN PERUBAHAN............................................................................................................ 13 Referensi ………………………………………………………………………………………………............................ 16
DAFTAR KOTAK
hal. Kotak 1.1 : Visi Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan........................................................... 4 Kotak 1.2 : Nilai Dasar Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan............................................ 4 Kotak 1.3 : Nilai Operasional Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan............................... 4 Kotak 1.4 : Misi Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan.......................................................... 5 Kotak 1.5 : Tujuan Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan..................................................... 5 Kotak 2.1 : Indikator Penentu Kinerja Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan dari Perspektif Pelanggan.................................................................................................................. 10 Kotak 2.2 : Indikator Penentu Kinerja Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan dari Perspektif Keuangan.................................................................................................................. 10 Kotak 2.3 : Indikator Penentu Kinerja Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan dari Perspektif Proses Produksi..................................................................................................... 10 Kotak 2.4 : Indikator Penentu Kinerja Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan dari Perspektif Belajar dan Berkembang.................................................................................... 10
2 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 : Rangkaian dalam Sistem............................................................................................................... Gambar 1.2 : Orientasi Strategis dalam Rangkaian Sistem........................................................................ Gambar 1.3 : Kemandirian Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan.................................... Gambar 1.4 : Orientasi Strategis Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan........................ Gambar 1.5 : Interprofesionalisme dalam Pendidikan dan Pelayanan Kesehatan.......................... Gambar 2.1 : Hambatan dalam Menerapkan Strategi.................................................................................. Gambar 2.2 : Contoh Template Peta Strategi untuk Organisasi Pelayanan Publik.......................... Gambar 2.3 : Peta Strategi Organisasi Pelayanan Publik............................................................................ Gambar 3.1 : Ruang Lingkup Manajemen Keuangan.................................................................................... Gambar 3.2 : Harapan Pendanaan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan untuk Menyeimbangkan Rencana Pengeluarannya....................................................................... Gambar 3.3 : Dinamika Penetapan Tarif............................................................................................................ Gambar 3.4 : Perlunya Penetapan Tarif agar Rencana Pendapatan Dapat Mendanai Pengeluaran Organisasi.................................................................................................................. Gambar 4.1 : Aspek Teknis dan Aspek Manusia dalam Mengelola Perubahan................................. Gambar 4.2 : Cara Berinteraksi Fasilitator Perubahan................................................................................ Gambar 4.3 : Pengembangan SDM Indonesia..................................................................................................
DAFTAR TABEL
hal. 3 3 4 6 7 7 8 9 11 12 12 12 13 13 15
hal. Tabel 3.1 : Manfaat Penghitungan Biaya untuk Pelayanan RS Pemerintah........................................ 11 Tabel 4.1 : 5 Jenis Kekuatan / Kekuasaan yang Berpengaruh pada Perubahan Organisasi....... 14
3
1. ORIENTASI STRATEGIS SISTEM AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN 1.1. PENGERTIAN SISTEM : suatu rangkaian dari bagian-bagian yang saling berhubungan dengan batas-batas yang jelas dan dapat dibedakan dari lingkungannya. Gambar 1.1 : Rangkaian dalam Sistem SISTEM : Masukan
Proses
Luaran
[1;2]
DAMPAK pada Lingkungan
Hasil Akhir
Bagian 1 : Masukan
Proses
Luaran
Bagian 2 : Masukan
Proses
Luaran
Bagian 3 : Masukan
Proses
Luaran
LINGKUNGAN
ORIENTASI STRATEGIS : [3] adalah kejelasan arah yang ingin dituju organisasi. membentuk pola organisasi dalam beradaptasi terhadap perubahan lingkungannya, merupakan kunci dari keberlangsungan serta perkembangan organisasi. meliputi : o Visi, o Tata Nilai (Values) : Nilai Dasar Nilai Operasional o Misi, dan o Tujuan organisasi. Gambar 1.2 : Orientasi Strategis dalam Rangkaian Sistem NILAI DASAR
(Basic /Core Values)
NILAI OPERASIONAL MASUKAN
PROSES
TUJUAN (LUARAN)
MISI (HASIL AKHIR)
VISI (DAMPAK)
[5;6]
Man, Money, Material, Method, Management & Organization, Market, Moral, Mentality, Momentum
Hasil yang harus dicapai untuk mewujudkan Misi organisasi. [4]
Tugas yang harus dilakukan oleh organisasi untuk mewujudkan Visi. [2]
Gambaran keadaan yang ingin diciptakan, jika mampu mengatasi masalah utama (main problem) saat ini. [4]
4
1.2. PERUMUSAN VISI, TATA NILAI, MISI DAN TUJUAN SISTEM AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN Formulir Bantu Perumusan VISI [7] Sumber
Stakeholders
VISI
Analisis
Harapan thd Pemerintah Institusi Pelayanan Publik
Kata kunci
Input
Kata kunci
Proses
Kata kunci
Output
Kata kunci
Out come
Kata kunci
Impact
HASIL : Kalimat Visi Kotak 1.1: Visi Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan [8] Terjaminnya mutu pendidikan tinggi kesehatan yang berstandar global
Kotak 1.2: Nilai Dasar Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan [8] Amanah dan Mandiri
Gambar 1.3: Kemandirian Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan :[9] Pemerintah
Usaha/Industri
Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan Civil Society
Kotak 1.3: Nilai Operasional Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan [4] 1. Komitmen untuk meningkatkan kinerja institusi pendidikan tinggi kesehatan (Continuous Quality Improvement) 2. Perpaduan kualitas pendidikan tinggi kesehatan dengan kualitas pelayanan kesehatan (Quality Cascade) 3. Pemetaan jenjang karir tenaga kesehatan mulai dari tahap pendidikannya, penempatannya sampai dengan pengembangan profesional berkelanjutan (Conceptualization - Production - Usability) 4. Mampu dipercaya oleh semua pemangku kepentingan yang meliputi 4 Pilar Utama: institusi pendidikan; organisasi profesi; pemerintah; masyarakat pengguna; serta mahasiswa dan masyarakat internasional (Trustworthy)
5 Formulir Bantu Perumusan MISI [7] Visi
Nilai Dasar
Akuntabilitas Isu Pokok Sosial
Kalimat Misi
HASIL : Kalimat Misi Kotak 1.4: Misi Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan [4] Terselenggaranya akreditasi nasional pendidikan tinggi kesehatan secara berkelanjutan (sustainable) yang dipercaya oleh semua pemangku kepentingan
Formulir Bantu Perumusan TUJUAN [7] NO
KATA KUNCI MISI
SUCCESS FACTORS
CRITICAL SUCCESS FACTOR
INDIKATOR
TUJUAN
HASIL : Daftar Tujuan, sebagai penjabaran dari Misi Kotak 1.5: Tujuan Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan [4] 1. Tersusunnya kebijakan, standar, instrumen dan prosedur akreditasi pendidikan tinggi kesehatan berdasarkan Nilai Operasional Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan; 2. Terpadunya akreditasi pendidikan akademik, vokasi dan profesi kesehatan yang saling mendukung peningkatan keterampilan tenaga kesehatan secara keseluruhan; 3. Terwujudnya kemampuan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan untuk membiayai kegiatan operasionalnya sendiri atau dengan bantuan pemerintah yang secara bertahap semakin berkurang.
6
Gambar 1.4 : Orientasi Strategis Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan NILAI DASAR :
Amanah dan Mandiri
NILAI OPERASIONAL: CQI, QC, CPU, Trustworthy MASUKAN
PROSES TUJUAN (LUARAN) (STRATEGI) Man, Money, Material, SPESIFIK untuk 1. Tersusunnya kebijakan, standar, instrumen Method, Management & Setiap Lembaga dan prosedur akreditasi pendidikan tinggi Organization, Market, Akreditasi kesehatan berdasarkan Nilai Operasional Moral, Mentality, Pendidikan Tinggi Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi Momentum Kesehatan Kesehatan; 2. Terpadunya akreditasi pendidikan akademik, vokasi dan profesi kesehatan yang saling mendukung peningkatan keterampilan tenaga kesehatan secara keseluruhan; 3. Terwujudnya kemampuan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan untuk membiayai kegiatan operasional sendiri atau dengan bantuan pemerintah yang secara bertahap semakin berkurang.
MISI (HASIL AKHIR) Terselenggaranya akreditasi nasional pendidikan tinggi kesehatan secara berkelanjutan (sustainable) yang dipercaya oleh semua pemangku kepentingan
VISI (DAMPAK) Terjaminnya mutu pendidikan tinggi kesehatan yang berstandar global
7
1.3. INTERPROFESIONALISME SEBAGAI APLIKASI NILAI OPERASIONAL SISTEM AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN Gambar 1.5: Interprofesionalisme dalam Pendidikan dan Pelayanan Kesehatan [9;10;11]
2. PERUMUSAN STRATEGI LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN DENGAN BALANCED SCORECARD (BSC) Gambar 2.1 : Hambatan dalam Menerapkan Strategi [12;13;14] Hanya 10 % organisasi yang menjalankan strateginya
HAMBATAN DALAM MENERAPKAN STRATEGI Hambatan dalam pemahaman Visi : Hanya 5 % staf yang memahami strategi organisasi
Hambatan SDM : Hanya 25 % manajer menerima insentif untuk mencapai strategi
Hambatan Sumber Daya lain : 60 % organisasi tidak menganggarkan penerapan strategi
Hambatan Manajemen : 85 % pimpinan meluangkan < 1 jam / bulan membahas strategi
8
2.1. PETA STRATEGI Gambar 2.2 : Contoh Template Peta Strategi untuk Organisasi Pelayanan Publik [4]
Visi, Nilai Dasar, Misi & Tujuan (ORIENTASI STRATEGIS) PERSPEKTIF Pelanggan / Pemangku Kepentingan : Siapa Pelanggan dan Pemangku Kepentingan kita ? Bagaimana kita menciptakan Nilai Tambah bagi mereka ?
N I L A I
Keuangan : Bagaimana kita menciptakan Nilai Tambah sambil mengendalikan biaya ?
O P E R A S I O N A L
Proses Produksi : Produksi apa yang harus dioptimalkan untuk menciptakan Nilai Tambah bagi Pelanggan kita ? Belajar dan Berkembang : Bagaimana kita memberdayakan diri kita agar dapat memenuhi tuntutan lingkungan ?
9
Gambar 2.3 : Peta Strategi Organisasi Pelayanan Publik [4] PERSPEKTIF PELANGGAN
Atribut untuk Nilai Tambah bagi Pelanggan Kualitas Kualitas Kegunaan Kualitas Transaksi Hubungan Hubungan Pelanggan Atribut Produk / Layanan
Harga
Waktu
Reputasi organisasi Citra
Pendanaan Yang Berkelanjutan PERSPEKTIF KEUANGAN
PERSPEKTIF PRODUKSI
KESELARASAN
PERSPEKTIF BELAJAR & BERKEMBANG
Meningkatkan Pendapatan dan Sumbernya
Manajemen Klien Menciptakan Nilai Tambah bagi Klien
Inovasi Kembangkan Produk / Layanan baru
Efisiensi Biaya dan Produktifitas
Manajemen Produksi Produksi & Distribusi Produk/Layanan
Human Resources Management
Knowledge Management (Benchmarking)
Modal / Kapasitas SDM Kompetensi & Profesionalisme
Modal / Kapasitas Informasi Sistem Informasi, Jejaring & Pengetahuan
+
Pemanfaatan Aset / Strategi Investasi
Peraturan dan Hubungan Sosial Tingkatkan hubungan dengan masyarakat / komunitas
Good Governance
+
Modal / Kapasitas Organisasi Sistem Komunikasi & Pembuatan Keputusan; Norma & Perilaku; Sistem Akuntabilitas & Insentif
10
2.2. INDIKATOR PENENTU KINERJA (KEY PERFORMANCE INDICATORS) LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN Berdasarkan keempat perspektif BSC dapat diidentifikasi Indikator Penentu Kinerja (Key Performance Indicators) untuk Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan. Kotak 2.1 : Indikator Penentu Kinerja Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan dari Perspektif Pelanggan [4] Dengan mencermati Atribut untuk Nilai Tambah bagi Pelanggan di Gambar 2.3, maka Indikator Penentu Kinerja Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan dari Perspektif Pelanggan adalah : 1. Harga Paket Akreditasi untuk 1 Program Studi; 2. Hubungan dengan Pelanggan.
Kotak 2.2 : Indikator Penentu Kinerja Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan dari Perspektif Keuangan [4] Dengan mencermati Peta Strategi pada Gambar 2.3, maka Indikator Penentu Kinerja Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan dari Perspektif Keuangan adalah : 1. Peningkatan Pendapatan dan Sumbernya; 2. Rasio Pendapatan dibanding Jumlah Tenaga (Efisiensi Biaya dan Produktifitas); 3. Rasio Investasi dibanding Penjualan (Pemanfaatan Aset / Strategi Investasi).
Kotak 2.3 : Indikator Penentu Kinerja Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan dari Perspektif Produksi [4] Dengan mencermati Peta Strategi pada Gambar 2.3, serta hasil Analisis Pasar pada survei terhadap peserta Konperensi HPEQ di Bali Desember 2011 yang lalu, maka Indikator Penentu Kinerja Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan dari Perspektif Produksi adalah : “Penerapan akreditasi program studi yang bersifat Formatif, yaitu Akreditasi 5 tahun sekali dengan pembinaan akreditasi setiap tahunnya”
Kotak 2.4 : Indikator Penentu Kinerja Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan dari Perspektif Belajar dan Berkembang [4] Dengan mencermati Peta Strategi di Gambar 2.3, maka Indikator Penentu Kinerja Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan dari Perspektif Belajar dan Berkembang adalah : “Penerapan Manajemen Pengetahuan untuk memfasilitasi Perubahan Organisasi”
11
3. MANAJEMEN KEUANGAN LEMBAGA AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN Gambar 3.1 : Ruang Lingkup Manajemen Keuangan [15] AKUNTANSI 1. COSTING
2. FINANCING MANAJEMEN KEUANGAN
3. PRICING
4. BUDGETING
3.1. PENGHITUNGAN BIAYA (COSTING) STANDARISASI Standar Biaya Umum Digunakan untuk penganggaran kegiatan-kegiatan yang bersifat umum Biasanya dipakai dalam standarisasi biaya untuk masukan / input
BIAYA [16] Standar Biaya Khusus Khusus digunakan untuk biaya-biaya tertentu Biasanya dipakai untuk standarisasi biaya luaran / output
Tabel 3.1 : Manfaat Penghitungan Biaya untuk Pelayanan RS Pemerintah [15;16;17]
Biaya
Operasional
Pemeliharan
Investasi (+ Depresiasi)
Langsung
1
2
3
Tidak Tetap / Variable
Tidak Langsung
4
5
6
Tetap / Fixed
Biaya
Tarif Rawat Inap Kelas III Miskin = 1 = Biaya Operasional, Langsung dan Tidak Tetap; = Paket Pelayanan Esensial (PPE) untuk masyarakat miskin;
Tarif Rawat Inap Kelas III Swasta = 1 + 2 + 4 = PPE untuk masyarakat kurang mampu;
Tarif Rawat Inap Kelas II = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 = PPE untuk masyarakat umum dan Askes standar untuk PNS;
Tarif Rawat Inap Kelas I = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + Subsidi untuk Biaya Kelas III Swasta (5);
Tarif Rawat Inap Kelas VIP = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + Subsidi untuk Biaya Kelas III Swasta ( 3 + 6) + Surplus*;
Tarif Rawat Jalan Pagi = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6;
Tarif Rawat Jalan Sore = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + Surplus*;
Tarif Rawat Gawat Darurat = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6;
Tarif Layanan Lain di RS = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6.
12 *Surplus dibutuhkan untuk kesinambungan (sustainability) pelayanan rumah sakit, misalnya untuk memenuhi Biaya Investasi ataupun Biaya Operasional ketika subsidi hilang/dikurangi dan untuk mengembangkan kegiatan yang diperlukan untuk meningkatkan pelayanannya.
3.2. PENDANAAN (FINANCING) Gambar 3.2 : Harapan Pendanaan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan untuk Menyeimbangkan Rencana Pengeluarannya [9] SUMBER PENDANAAN : Pemerintah Asosiasi Institusi Pendidikan Institusi Pendidikan yang diakreditasi Organisasi Profesi Pendanaan dari Luar Negeri Pendapatan sendiri
PENDAPATAN (harapan)
=
Biaya Operasional (termasuk Biaya Pemeliharaan dan Ketenagaan) Biaya Investasi (+ Depresiasi)
= PENGELUARAN (rencana)
3.3. PENETAPAN TARIF (PRICING) Gambar 3.3 : Dinamika Penetapan Tarif [6] COST
FINANCE
REGULATIONS & CONTRACTS
TARIF / PRICE
ABILITY TO PAY / ATP
MARKET FORCES
WILLLINGNESS TO PAY / WTP
Gambar 3.4 : Perlunya Penetapan Tarif agar Rencana Pendapatan Dapat Mendanai Pengeluaran Organisasi [18] SUMBER PENDAPATAN : Pemerintah Asosiasi Institusi Pendidikan Institusi Pendidikan yang diakreditasi Organisasi Profesi Pendanaan dari Luar Negeri Penetapan Tarif
PENDAPATAN (rencana)
=
=
Biaya Operasional (termasuk Biaya Pemeliharaan dan Ketenagaan) Biaya Investasi (+Depresiasi)
PENGELUARAN
13
3.4. PENGANGGARAN (BUDGETING) Bisakah anggaran yang baik dibuat sebelum dilakukan Penghitungan Biaya (Costing) yang seksama, Komitmen Pendanaan (Financing) dan Penetapan Tarif (Pricing) yang profesional ?
4. MANAJEMEN PERUBAHAN Gambar 4.1 : Aspek Teknis dan Aspek Manusia dalam Mengelola Perubahan [19;20] sistem, struktur, proses, peran dan fungsi SEKARANG
ASPEK TEKNIS
sistem, struktur, proses, peran dan fungsi di MASA DEPAN
MENGELOLA PERUBAHAN
Sekarang
Masa Depan
Transisi
ASPEK MANUSIA Orang 1
Orang 1
Orang 2
Orang 2
Orang 3
Orang 3
Orang X SEKARANG
Orang X di MASA DEPAN
Gambar 4.2 : Cara Berinteraksi Fasilitator Perubahan [21] 6. Model KEMITRAAN
MENAWARKAN (SELLING)
5. Model KONSENSUS 4. Model DIALOG 3. Model SATU ARAH 2. Model INSTRUKSI 1. Model PENGENDALIAN
MODEL PERUBAHAN ORGANISASI
KONSULTATIF
CARA BERINTERAKSI
PARTISIPATIF
14 Tabel 4.1 : 5 Jenis Kekuatan / Kekuasaan yang Berpengaruh pada Perubahan Organisasi [22] JENIS KEKUATAN Cara Menggunakan
Formal Pribadi / Personal melalui melalui keahlian kedudukan/jabatan resmi
Struktural Kultural Pembelajaran melalui koalisi dan tawar- melalui karisma, inspirasi melalui komunikasi dan menawar (bargaining) dan konsultasi dialog
Fasilitator Perubahan Manajer pada jabatan yangProfesional dengan yang Menonjol tinggi keahlian dalam perilaku atau teknologi
Pihak yang dekat dengan Manajer dengan sifat-sifat Semua pihak yang terlibat penguasa kepemimpinan dalam diagnosa masalah dan perumusan solusinya
Model Perubahan
melalui kekuasaan
melalui keahlian
melalui negosiasi
melalui persuasi
melalui pembelajaran
Strategi Perubahan yang Menonjol
Power-coercive
Empirical-rational
Negosiasi
Normative-reeducative
Dialog secara demokratis
Kondisi yang Tepat untuk diterapkan
Krisis Penciutan organisasi
Situasi yang mudah diprediksi Masalah yang sudah diketahui solusinya
Perubahan yang “sensitif” Meningkatkan mutu pada Membangun organisasi karena banyak pelaku dan organisasi dan etos kerja Pembelajaran organisasi kepentingan
Reaksi yang Timbul
Resisten Patuh
Patuh Resisten
Konflik Sepakat
Komitmen Kepatuhan
Komitmen Dukungan
Tingkat Interaksi
Antar Individu
Antar Individu
Antar Kelompok
Dalam Sistem
Dalam Sistem dan Antar Sistem
15
Gambar 4.3: Pengembangan SDM Indonesia
CARA BERPIKIR Critical
Learning Organization
Inert
Testimonial
Power Coercive
Persistency
16
REFERENSI 1. RE Laksmono, Soedarmono Soejitno. Panduan Pemberdayaan Sistem Kesehatan Desa. Jakarta. 2008. (Belum dipublikasi) 2. Soedarmono Soejitno. Akselerasi Reformasi Kesehatan. Jakarta. PT. Adgraf Intramitra dan Yayasan ITEDA. 2001. 3. Soedarmono Soejitno. Perencanaan Strategis Untuk Mengatasi Krisis Kesehatan. Griya Husada vol.1/no.1/Nopember 1998, hal. 34-41. 4. Soedarmono Soejitno. Laporan Bulanan Pertama Technical Assistance for Developing Business Plan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional Education Quality Improvement / HPEQ). Jakarta. Desember 2011. 5. Soedarmono Soejitno. Framework for the Development of SHI : Health System Performance Assessment (HSPA) and Further Work. 1st Quarterly Report of Healthcare Policy Specialist for GTZ. Jakarta , March 2007. 6. Soedarmono Soejitno, Asih Eka Putri, MW Manicki. Towards the National Health Insurance Program: Future Models of Integrated Healthcare Delivery System. The Coordinating Ministry for People’s Welfare of RI, The Ministry of Health of RI, GTZ, GVG. 2008. 7. RE Laksmono, Emil Ibrahim, Soedarmono Soejitno. Pedoman Penyusunan Rencana Strategis untuk Organisasi Kesehatan. 2001. (Tidak dipublikasi) 8. Hasil Diskusi Task Force LAM dengan Komponen l pada Rapat Koordinasi HPEQ. Surabaya. 24-25 September 2011. 9. Soedarmono Soejitno. Laporan Bulanan Kedua Technical Assistance for Developing Business Plan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional Education Quality Improvement / HPEQ): Pembentukan Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) Profesi Kesehatan. Jakarta. Januari 2012. 10. Irawan Yusuf. Building Interprofessional Education through Reform in Accreditation System. Disampaikan pada 2nd HPEQ International Conference : Promoting Health through Interprofessional Education. Nusa Dua, Bali. December 3-5, 2011. 11. WHO. Framework for Action on Interprofessional Education & Collaborative Practice. Geneva. WHO. 2010. 12. Niven PR. Balanced Scorecard Step-By-Step for Government and Nonprofit Agencies. Hoboken NJ. John Wiley & Sons, Inc. 2003. 13. Niven PR. Balanced Scorecard Step-By-Step : Maximizing Performance and Maintaining Results. New York. John Wiley & Sons, Inc. 2002. 14. Kaplan RS, Norton DP. The Strategy-Focused Organization: How Balanced Scorecard Companies Thrive in the New Business Environment. Boston, Harvard Business School Press. 2000. 15. Soedarmono S, Yuyun SMS, Yudianto Y, M Rizal. Manajemen Keuangan Unit Transfusi Darah. Disampaikan pada : Pelatihan “Costing” bagi Kepala UTDC dan Tenaga Administrasi UTDC / PMI Cabang se Jawa Barat. Bandung, 2-3 Pebruari 2007. 16. Soedarmono S, Asih EP, MW Manicki, D Weiss. Mekanisme Pembiayaan RS di Indonesia : Apakah RS sudah siap untuk asuransi kesehatan sosial ? Jakarta, Kerjasama Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat – Departemen Kesehatan – GTZ, 2007. 17. Soedarmono Soejitno. Sosialisasi Paket Pelayanan Esensial (PPE-RS). Disampaikan pada acara Sosialisasi PPE-RS dalam Rangka Menunjang Pelaksanaan Program Penanggulangan Dampak Pengurangan Subsidi Energi Bidang Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial (PD-PSE BK & KS). Palembang, 12-14 Januari 2002. 18. Kajian Awal Analisa Kebijakan Pelayanan Darah Transfusi Nasional. (Draft 1). Bidang Transfusi Darah, Palang Merah Indonesia. Jakarta. September, 2007. 19. Creasy T. Defining Change Management. Change Management Learning Center. www.changemanagement.com. Diakses tanggal 4/2/2007. 20. Soedarmono Soejitno. Langkah-Langkah Manajemen Perubahan. Disampaikan pada Pertemuan Pembahasan Permasalahan Pelayanan Transfusi Darah. Cimacan, Jawa Barat 14-16 Pebruari 2007. 21. Lauder K. The Third Circle, How Government Instutions Can Engange Society: International Experience. Disampaikan pada Seminar Membangun Kemitraan antara Pemerintah dan Masyarakat Madani untuk Mewujudkan Tata Pemerintahan yang Baik. Bappenas, Jakarta, 10 Oktober 2001. 22. Boonstra JJ, Gravenhorst KMB. Power Dynamics and Organizational Change: A Comparison of Perspectives. European Journal of Work and Organizational Psychology, 1998, 7 (2), 97–120.