SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534
Optimasi Penggunaan Lahan dalam Pengembangan Kawasan Perkotaan Kecamatan Pacet-Kabuaten Mojokerto
1)
Rini Ratna WN1, Haryo Sulistyarso2, Eko Budi Santoso3 Mahasiswa Program Magister Manajemen Pembangunan Kota, Arsitektur, ITS 2&3) Dosen Program Magister Manajemen Pembangunan Kota, Arsitektur, ITS e-mail: 1)
[email protected] ABSTRAK
Pertumbuhan kawasan perkotaan Pacet sering berdampak negatif terhadap penurunan kualitas lingkungan. Pertumbuhan kawasan perkotaan membutuhkan lahan yang cukup untuk mencukupi kebutuhan pelayanan kota sesuai rencana pengembangan kawasan perkotaan Pacet. Dilain sisi, pertumbuhan kawasan perkotaan Pacet terhambat oleh kondisi fisik lingkungan, kelerengan yang curam dan rawan bencana. Oleh karena itu perlu dilakukan optimasi penggunaan lahan melalui model alokasi lahan optimal untuk masing-masing kegiatan perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alokasi luas lahan optimal melalui empat tahapan. Pertama, menganalisis kesesuaian lahan dengan analisis overlay arcGIS. Kedua, menganalisa jenis dan alokasi kebutuhan penggunaan lahan dengan analisis proyeksi. Ketiga, menganalisa prioritas pengembangan perkotaan pacet dengan menggunakan Analysis Hirarchical Process. Keempat, merumuskan model optimasi penggunaan lahan dengan menggunakan Goal Programming. Dari hasil penelitian, diperoleh skenario optimasi lahan perkotaan Pacet meliputi kombinasi luas lahan pertanian sebesar 492,43 Ha, lahan permukiman sebesar 218,36 Ha, lahan kawasan pariwisata 114,20 Ha dan lahan perdagangan dan jasa sebesar 1,41 Ha. Kata kunci: pertumbuhan perkotaan, kualitas lingkungan, optimasi lahan.
ABSTRACT The growth of urban areas of Pacet often causes negative impact as environmental degradation. Urban areas growth requires sufficient land to meet the demand of public services and to adjust the master plan of urban areas of Pacet. On the other hand, the growth of urban areas Pacet is obstructed by the physical condition of the environment, scarp which prone to disasters. Therefore optimization of land use need to be conducted through model of optimal land allocation for each urban activities. This study aims to determine the optimal allocation of land through four stages. First, analyze the suitability of land using overlay analysis by ArcGIS Software. Second, analyze the type and allocation of land use requirements using projection analysis. Third, analyze the priority development of urban areas of Pacet using Hirarchical Analysis Process. Fourth, formulate the optimization model of land use using goal programming. The research results show the optimal land use scenario for urban areas of Pacet. The optimal scenario of land use in urban areas of Pacet is the combination of 492.43 ha of agricultural, 218.36 ha of urban settlement, 114.20 ha of tourism area and 1.41 Ha of trade and services. Keywords: Urban Development, environmental quality, land optimization.
Pendahuluan Aspek utama yang perlu diperhatikan namun sering dilupakan dalam pengembangan kawasan perkotaan kecil adalah keselarasan pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi keperluan hidup manusia kini dengan tanpa mengabaikan keperluan hidup manusia masa datang (Brundtlandt, 1987). Hal tersebut perlu dilakukan agar tidak mengulangi kesalahan yang terjadi pada kota besar, sehingga pembangunan di kawasan perkotaan kecil mampu menciptakan pembangunan yang berkelanjutan (Knox dan Mayer, 2009). SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015
969
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534
Kawasan perkotaan pacet tergolong dalam kelompok kota kecil. Pada kondisi kekinian, Seiring dengan pertumbuhan kegiatan perekonomian di kawasan perkotaan Pacet, pembangunan juga terjadi semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan degradasi lahan. Degradasi lahan menjadi semakin parah karena diakibatkan maraknya alih fungsi lahan pertanian/hutan menjadi lahan terbangun seperti villa, rumah, dan kawasan wisata. Dalam kurun waktu tiga tahun, telah terjadi laju alih fungsi lahan hijau menjadi lahan terbangun 12,02 % (Kecamatan Pacet dalam angka 2009-2012). Dengan demikian, akibatnya Kecamatan Pacet mengalami degradasi lahan yang ditandai dengan seringnya terjadi bencana tanah longsor dan banjir bandang (Yudistira dan Sutedjo, 2013). Menurut catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto sejak tahun 2000 sampai 2012, Kecamatan Pacet merupakan wilayah kecamatan yang paling sering mengalami bencana banjir dan tanah longsor dibandingkan wilayah kecamatan lain di Mojokerto. Dari hasil pra-survei, seringnya bencana longsor dan banjir menyebabkan beberapa wilayah pertanian mengalami kerusakan terutama yang terletak di sekitar aliran sungai. Hal ini berdampak pada produktivitas lahan khususnya lahan pertanian. Dari gambaran permasalahan diatas, maka diperoleh kontradiksi antara kebutuhan pembangunan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan keterbatasan daya dukung lahannya. Untuk menjembatani kepentingan pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan, maka dibutuhkan sebuah skenario penataan guna lahan yang optimal. Tata guna lahan optimal ini memiliki arti tata guna lahan yang mampu memberikan produktivitas optimal tanpa melampaui ambang batas daya dukungnya.
Metode Penelitian Dalam penelitian ini, proses pengumpulan data dilakukan melalui survei primer dan survey sekunder. Survei primer terdiri dari observasi langsung ke wilayah penelitian dan melakukan wawancara kepada stakeholder terkait. Sedangkan survei sekunder terdiri dari survei instansional dan suvei literatur. Dari proses pengumpulan data dilanjutan pada proses analisa. Adapun proses analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Analisa Kesesuaian Lahan Identifikasi kesesuaian lahan dilakukan melalui Overlay atau analisa tumpang tindih menggunakan software Arc Gis 10.1. input dalam analisa ini adalah beberapa peta dasar yang berpengaruh terhadap kesesuaian lahan perkotaan. prinsip dari analisis ini yakni dengan mengalikan kelas dan bobot pada masing-masing variabel. Berikut adalah klasifikasi kesesuaian lahan yang digunakan.
Kelerengan :20
Bobot
Jenis Tanah : 15
Bobot
Kelas Lereng 1 2 3 4 5 Kelas Tanah 1 2 3 4 5
Tabel 1. Klasifikasi Kesesuaian Lahan Kisaran Lereng Keterangan (%) 0-8 Datar 8-15 Landai 15-25 Agak Curam 25-45 Curam >45 Sangat Curam Janis Tanah Aluivial, Tanah Glei Planosol Hidromorf Kelabu, Literita Air Tanah Latosol Brown Forest Soil, Non Calcis, Brown Mediteran Andosol, laterit, Grumosol, Podsolik Regosol, Litosol, Organosol, Renzina
Harkat (Kelas x bobot) 20 40 60 80 100
Keterangan (Kepekaan Terhadap Erosi)
Harkat (Kelasxbobot)
Tidak Peka
15
Agak Peka
30
Kurang Peka
45
Peka Sangat Peka
60 75
SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015
970
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534 Kelas Hujan
Kisaran Curah Hujan (mm/hari hujan) 1 8-13,6 2 13,6-20,7 3 20,7-27,7 4 27,7-34,8 5 >34,8 Sumber : SK Menteri Pertanian No 837/KPTS/UM/11/1980
Intensitas Hujan :10
Bobot
Keterangan Sangat rendah rendah sedang tinggi sangat tinggi
Harkat (Kelasxbobot) 10 20 30 40 50
Setelah mengetahui penilaian (skor) dari masing-masing variabel, langkah selanjutnya adalah melakukan weighted sum, dengan formulasi tingkat kesesuaian lahan perkotaan sebagai berikut.
{20 * (Kelerengan _raster) + 15 * (Jenis Tanah_raster) + 10 * (Curah hujan_raster)}
.......(1)
Langkah untuk melakukan overlay kesesuaian lahan tersebut yakni dengan mengalikan bobot dengan skor pada masing-masing variabel, kemudian hasil dari perkalian tersebut dijumlahkan untuk memperoleh nilai total yang digunakan sebagai dasar pengklasifikasian kesesuaian lahan seperti pada tabel berikut. Total Harkat >174
Tabel 2. Nilai Kesesuaian Lahan Keterangan kawasan lindung
125-174
kawasan fungsi penyangga Kawasan hutan produksi terbatas <125 jika kelerengan 8-15%: kawasan hutan produksi tetap kawasan hutan produksi konversi budidaya tanaman tahunan jika kelerengan 0-8%: Kawasan tanaman semusim Kawasan Budidaya Sumber : SK Menteri Pertanian No 837/KPTS/UM/11/1980
Analisa Jenis dan Alokasi Kebutuhan Penggunaan Lahan Penentuan jenis lahan yang akan disimulasikan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan proposi penggunaan lahan saat ini dan juga prediksi jenis penggunaan lahan baru yang akan dibutuhkan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, jenis penggunaan lahan yang akan dianalisa lebih lanjut adalah pertanian, permukiman, pariwisata dan perdagangan dan jasa. Sedangkan untuk perhitungan besar luasan yang dibutuhkan dilakukan dengan analisa proyeksi dengan pendekatan dan asumsi yang berlaku di wilayah penelitian. Analisa Prioritas Tujuan Pengembangan Kawasan Perkotaan Sebelum merumuskan model optimasi lahan, perlu dirumuskan terlebih dahulu tujuan pengembangan kawasan perkotaan Pacet. Dengan mengetahui tujuan pengembanganny, maka alokasi lahan yang optimal dapat sesuai dengan tujuan pengembangan perkotaan Pacet. Tujuan Pengembangan Perkotaan pacet dirumuskan dengan melihat potensi dan masalah eksisting. Terdapat 3 tujuan pengembangan yaitu: peningkatan produktivitas pertanian, peningkatan pendapatan sektor pariwisata, dan meningkatkan upaya mitigasi bencana. Masing-masing tujuan pengembangan akan dianalisa tingkat kepentingannya dengan menggunakan analysis hirarcchical process. Perumusan Model Optimasi Penggunaan Lahan Perkotaan Dalam menyusun model optimasi penggunaan lahan kawasan perkotaan pacet menggunakan analisa goal programing. Metode Goal programming merupakan pengembangan dari linear programming. Metode goal programing mampu menyelesaikan suatu permasalahan dimana keputusan yang harus diambil dapat memenuhi beberapa atau lebih dari satu tujuan. SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015
971
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534
Langkah dalam menyelesaikan model goal programing adalah menentukan fungsi tujuan kemudian merumuskan fungsi kendalanya.
Hasil dan Pembahasan Kesesuaian Lahan Perkotaan Pacet Kesesuaian lahan perkotaan yang diketahui dari analisa overlay peta kelerengan, peta jenis tanah dan peta curah hujan. Melalui hasil overlay tersebut dihasilkan peta kesesuaian lahan dengan tiga klasifikasi yaitu kawasan lindung, kawasan penyangga, dan kawasan budidaya. dari hasil analisa tersebut, perkotaan pacet memiliki kesesuaian lahan sebagai kawasan penyangga. Sebagai kawasan penyangga memiliki fungsi sebagai kawasan resapan air. Sehingga fungsi budidaya yang berkembang saat ini harus dapat menjaga luas lahan untuk resapan air yang mencukupi. Maka, keseluruhan wilayah perkotaan pacet yang memiliki luas 826,408 Ha harus di analisa optimasi lahannya.
Gambar 1. Peta Kesesuaian Lahan Perkotaan Pacet
Jenis dan Alokasi Kebutuhan Lahan Perkotaan Pacet
Kebutuhan lahan perkotaan pacet meliputi kebutuhan lahan pertanian, permukiman, pariwisata dan perdagangan dan jasa. Perhitungan masing-masing kebutuhan lahan dijelaskan sebagai berikut:
Kebutuhan Alokasi Lahan Permukiman Proyeksi kebutuhan unit rumah mengikuti proyeksi jumlah rumah tangga. Jumlah rumah tangga di Perkotaan Pacet pada tahun 2013 adalah 4417. Perhitungan proyeksi dilakukan dengan menggunakan metode geometrik, sehingga diperoleh hasil bahwa pada tahun 2020 jumlah rumah tangga di perkotaan Pacet akan menjadi 6803 RT. Maka jumlah unit rumah yang butuh disediakan adalah 6803 unit, dengan asumsi 1 rumah tangga menempati 1 rumah tinggal. Selengkapnya mengenai perhitungan kebutuhan luas perumahan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Proyeksi Kebutuhan Luas Perumahan Rasio Rumah Jumlah Unit Luas (m2) Berimbang Kavling Besar 1 1.134 180 Kavling Sedang 2 2.268 120 Kavling Kecil 3 3.401 60 JUMLAH Sumber : Hasil Analisa 2014 Jenis
Luas lahan Perumahan (m2) 204.120 272.160 204.060 680.340
Luas lahan perumahan yang diperoleh dari Tabel 3 menyatakan sebesar 680.340 m2. Akan tetapi luas lahan tersebut belum mencakup luas lahan prasarana dan sarana penunjang kawasan perumahan. SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015
972
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534
Berdasarkan SNI 03-1733-2004, luasan PSU dibandingkan luas kawasan perumahan memiliki proporsi 40%:60%. Maka luas perumahan sebesar 680.340 m 2 merupakan 60% dari luas total kawasan permukiman yang seharusnya. Sehingga perhitungan luas kawasan perumahan secara total adalah sebagai berikut: Maka kebutuhan luas lahan Permukiman di kawasan perkotaan Pacet pada tahun 2020 mencapai 113,39 Ha.
Kebutuhan Alokasi Lahan Perdagangan dan Jasa Kebutuhan alokasi lahan untuk kegiatan perdagangan dan jasa dapat dihitung melalui pendekatan proyeksi jumlah penduduk. Perhitungan kebutuhan luas lahan perdagangan dan jasa dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Proyeksi Kebutuhan Luas Perdagangan dan Jasa Jumlah Jumlah Kebutuhan Standart Penduduk Penduduk (Unit) Luas Lahan Tahun 2020 yang Minimal dilayani (m2) 1 Toko/warung 15689 250 63 100 2 Pertokoan 6.000 3 3000 Jumlah Sumber : SNI 03-1733-2004 dan Hasil analisa No
Jenis Perjas
Kebutuhan Alokasi Lahan Perjas (m2) 6.275,6 7.844,5 14.120,1
Maka kebutuhan luas lahan perdagangan dan jasa di kawasan perkotaan Pacet pada tahun 2020 mencapai 1,412 Ha.
Kebutuhan Alokasi Lahan Pertanian Lahan pertanian selain memiliki nilai ekonomis juga mengandung nilai ekologis yang mampu menjadi lahan resapan air. Fungsi resapan air harus dapat dipertahankan di wilayah penelitian agar terhindar dari bahaya bencana banjir. Besar air yang harus dapat ditampung perkotaan Pacet bergantung pada curah hujan. Berdasarkan cacatan stasiun pengaman Pacet, diketahui bahwa rata-rata curah hujan dalam 4 tahun terakhir pada bulan basah adalah 19,7 mm/hari. Perhitungan luas lahan pertanian yang dibutuhkan daat dilihat pada Tabel 5.
Rata-rata Curah hujan (mm/Hari)
Tabel 5. Perhitungan Kebutuhan Luas Pertanian Laju Luas Area Volume Infiltrasi Volume Penelitian Curah Tanah (m3/hari) (Ha) hujan /jam (m3/ha/jam)
a
b
19,70
826,408
c (a*b) 162.802,37
d (c/24) 6.783,43
e 30
Luas Lahan Pertanian (Ha) f (d/e) 226,11
Maka kebutuhan luas lahan pertanian di kawasan perkotaan Pacet pada tahun 2020 mencapai 226,11 Ha.
Prioritas Tujuan Pengembangan Perkotaan Permasalahan eksisting yang utama ada di perkotaan Pacet yakni petumbuhan ekonomi yang masih perlu ditingkatkan dan permasalahan keterbatasan kondisi fisik lingkungan dalam mewadahi sebuah pembangunan. Sehingga penggunaan lahan kedepannya harus dapat memberikan manfaat pertumbuhan ekonomi yang lebih dari saat ini, namun tetap menjaga keseimbangan lingkungan. Pertumbuhan ekonomi di Perkotaan pacet di topang oleh dua kegiatan utama yaitu pertanian dan pariwisata. Sehingga optimasi guna lahan kedepannya SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015
973
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534
diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan produksi pertanian dan pengembangan lahan pariwisata yang dapat meningkatkan pendapatannya. Sedangkan dari aspek lingkungan, Perkotaan pacet sebagai kawasan penyangga wajib memenuhi fungsi resapan air guna menjaga keseimbangan wilayahnya agar tidak terjadi bencana seperti banjir. Maka dirumuskan tujuan dari optimasi penggunaan lahan perkotaan Pacet adalah 1. Peningkatan Produksi hasil pertanian 2. Peningkatan pendapatan sektor pariwisata 3. Berkurangnya resiko bencana banjir. Dari ketiga tujuan tersebut, perlu dilakukan pembobotan untuk mengetahui tingkat kepentingan tujuan dan melengkapi formulasi fungsi tujuan. Diperoleh bobot untuk masingmasing tujuan dengan melakukan analisa AHP. Hasil analisa AHP untuk pembobotan tujuan optimalisasi adalah sebagai berikut :
Gambar 2. Prioritas Tujuan Pengembangan
Hasil dari pembobotan AHP pada tujuan Optimasi memiliki nilai inkonsistensi 0,04, yang memiliki arti bahwa pembobotan oleh para pakar dinilai konsisten karena memenuhi syarat besaran inkonsistensi yang diijinkan (≤ 0,1). Berdasarkan hasil pembobotan tersebut diketahui bahwa tujuan mengurangi resiko bencana banjir pendapatkan prioritas paling tinggi (0,660), dan peningkatan pendapat sektor pariwisata mendapat prioritas ke dua (0,202) dnan peningkatan hasil pertanian mendapat bobot 0,137.
Model Optimasi Penggunaan Lahan Perumusan Fungsi Tujuan Persamaan fungsi tujuan dibentuk melalui asumsi meminimalkan deviasi (penympangan) dalam mencapai tujuan. Terdapat tiga tujuan yang akan diakomodasi dalam model ini yaitu peningkatan produktivitas hasil pertanian (D1), peningkatan pendapatan sektor pariwisata(D2), dan mengurangi resiko bencana banjir(D3). Pada masing-masing tujuan terdapat bobot yang menyertai. Bobot tersebut diperoleh dari nilai prioritas yang diperoleh dari analisa AHP. Sehingga fungsi tujuannya yaitu :
Minimisasi Z = 0,137 D1- + 0,202 D2- + 0,660 D3+
.......(2)
Dimana : D1-: besarnya kekurangan dari target peningkatan produksi hasil pertanian (underachieving deviational variabel). D2- : besarnya kekurangan dari target peningkatan pendapatan sentor pariwisata(underachieving deviational variable) D3+: besarnya kelebihan dari target mengurangi resiko bendaca banjir (overachieving deviational variabel).
Perumusan Fungsi Kendala
Perumusan fungsi kendala diturunkan dari hasil analisa alokasi kebutuhan lahan dan juga faktor faktor kendala pada masing masing tujuan. Selain itu juga terdapat hard constraint yang mutlak SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015
974
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534
dipenuhi yakni berupa batasan luas lahan yang dapat dioptimalkan dan ketentuan hasil optimasi memiliki nilai ≥ 0. Fungsi kendala yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 6.
Constraint Hard Constraint
Tabel 6. Fungsi Kendala Persamaan Constraint Asumsi X1 + X2 + X3 + X4 =826,408 Luas lahan yang dapat dioptimalkan meliputi keseluruhan kawasan perkotaan Pacet. Hasil optimasi tidak diperkenankan melebihi atau kurang dari luas lahan total
Soft Constraint Produksi padi
6,7 X1+ D1- - D1+ ≥ 3299,3
Produksi Ubi jalan
29,4 X1+ D1- - D1+ ≥ 7475,4
Produksi Bawang Merah
22,1 X1+ D1- - D1+ ≥ 6994,0
Produksi Bawang putih
13,8 X1+ D1- - D1+ ≥ 180,0
Produksi Daun Bawang
22,9 X1+ D1- - D1+ ≥ 6049,4
Pendapatan pariwisata
55.727 X3+ D2- - D2+ ≥ 6.364.078
Luas Lahan permukiman
X2 + D2- - D2+ ≥ 113,39
Luas lahan Perdagangan Jasa
X4 + D2- - D2+ ≥ 1,412
Luas lahan Pertanian
X1 + D3- - D3+ ≥ 109,03
Penggunaan lahan yang dikembangkan harus dapat meningkatkan produksi hasil pertanian. Penggunaan lahan yang dikembangkan harus dapat meningkatkan produksi hasil pertanian. Penggunaan lahan yang dikembangkan harus dapat meningkatkan produksi hasil pertanian. Penggunaan lahan yang dikembangkan harus dapat meningkatkan produksi hasil pertanian. Penggunaan lahan yang dikembangkan harus dapat meningkatkan produksi hasil pertanian. Penggunaan lahan yang dikembangkan diharapkan dapat meningkatakn pendapatan pariwisata dengan memenuhi kebutuhan pengembangan kawasan pariwisata. Penggunaan lahan yang dikembangkan harus dapat memnuhi kebutuhan lahan permukiman, sesuai hasil proyeksi KK pada tahun 2020 Penggunaan lahan yang dikembangkan harus dapat memnuhi kebutuhan lahan perjas, sesuai hasil proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2020 Penggunaan lahan yang dikembangkan harus dapat memnuhi kebutuhan lahan pertanian, sebagai daerah resapan air hujan.
Sumber : Hasil Anallisa, 2014
Hasil Optimasi Penggunaan Lahan Permodelan goal programming diperoleh dari pengolahan fungsi tujuan dan fungsi kendala dengan menggunakan software LINGO 14. Sehingga diperoleh output berupa solusi alokasi luas lahan yang optimal. Proses simulasi optimasi dilakukan dengan beberapa perlakuan yang berbeda, berdasarkan perubahan constraint yang telah ditentukan. Sedangkan untuk menguji kevalidan dari output yang dihasilkan, dilakukan uji sensitivitas untuk melihat seberapa besar pengaruh perubahan masing-masing variabel dalam model terhadap fungsi tujuan dan fungsi constraint. Untuk lebih jelasnya mengenai hasilpermodelan optimasi penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel berikut.
SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015
975
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534 Tabel 7. Hasil Optimasi penggunaan lahan Perkotaan Pacet Variabel Value Reduced Cost D10,00 0,137 D20,00 0,202 D30,00 0,660 X1 492,4328 0 X2 218,3622 0 X3 114,2010 0 X4 1,412 0 Objective Value 0 Sumber: Hasil Analisis Melalui Software LINGO 14, 2014
Hasil alokasi luas lahan untuk masing-masing jenis penggunaan lahan dapat diketahui melalui ouput solution report. Berdasarkan tabel di atas untuk melihat berapa luas lahan yang dialokasikan diketahui melalui besarnya value. Nilai objective value yang menunjukan angka 0, menandakan bahwa fungsi telah optimal karena mampu meminimalkan devisasi terhadap posisi optimal menjadi 0. Kombinasi proporsi penggunaan lahan yang optimal dapat tercapai ketika masing-masing luasan lahan adalah sebagai berikut: Luasan lahan pertanian (X1) sebesar 492,4328 Ha, Luasan lahan sebagai permukiman (X2) sebesar 218,3622 Ha, Luasan lahan sebagai pariwisata (X3) sebesar 114,201 Ha, dan Luasan lahan sebagai perdagangan jasa (X4) sebesar 1,412 Ha. Untuk lebih jelasnya mengenai proporsi penggunaan lahan dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3. Proporsi Penggunaan Lahan Optimal
Pada model, kseluruhan fungsi constraint dapat terpenuhi dalam permodelan ini. Hal ini dapat dilihat dari nilai reduced cost (perubahan dalam nilai optimal fungsi tujuan) untuk setiap variabel adalah 0 (tidak memiliki reduced cost) bila dibandingkan dari nilai aslinya (value), sehingga penggunaan semua variabel tersebut sudah optimal. Dengan demikian hasil permodelan layak untuk digunakan. Proporsi penggunaan lahan terbesar pada scenario yang dihasilkan adalah penggunaan lahan pertanian sebesar 59,59%. Dari hasil optimasi ini terlihat bahwa lahan sebagai pertanian memiliki prospek yang tinggi untuk dikembangkan. Apabila dilihat dari constraint yang telah ditentukan sebelumnya, yakni sektor pertanian sebagai sektor yang mempunyai nilai ekonomi dan lingkungan maka sesuai untuk menjebatani tercapainya tujuan optimasi. Hal ini berarti bahwa dengan adanya pengembangan lahan perkotaan melalui penyediaan lahan untuk SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015
976
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534
kegiatan pertanian, maka secara tidak langsung akan membantu perekonomian Perkotaan pacet sekaligus menjaga fungi kawasan penyangga sebagai daerah resapan air.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini, dapat ditarik simpulan bahwa: Kawasan perkotaan pacet tergolong dalam klasifikasi lahan penyangga. Fungsi lahan penyangga menandakan bahwa penggunaan lahan di Perkotaan pacet harus mempertimbangkan kondisi fisik lingkungan. Sehingga keseluruhan lahan penggunaannya harus dioptimalkan dengan mengintegrasikan aspek ekonomi dan lingkungan. Luas lahan yang dapat dioptimalkan seluas 826,408. Tujuan pengembangan perkotaan Pacet yang menjadi prioritas adalah mengurangi resiko bahaya banjir. Hal ini menandakan bahwa lahan hijau yang berfungsi sebagai kawasan resapan air harus diutamakan pengembangannya. Alokasi lahan yang optimal dalam pengembangan kawasan perkotaan Pacet dengan kombinasi luas luasan lahan pertanian (X1) sebesar 492,4328 Ha, luasan lahan sebagai permukiman (X2) sebesar 218,3622 Ha, luasan lahan sebagai pariwisata (X3) sebesar 114,201 Ha, dan luasan lahan sebagai perdagangan jasa (X4) sebesar 1,412 Ha
Daftar Pustaka 1. Brundlandt, Gro Harlem. 1987. Our Common Future, was published by Oxford University Press
2. Knox,Paul. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Heike Mayer.2009. Small Town Sustainability: Economic, Sosial and Environmental Innovation. Berlin : Birkhaeuser Verlag Kecamatan Pacet dalam Angka 2010, 2011, 2012, 2013 Surat Keputusan Menteri Pertanian RI No 837/KPTS/UM/11/1980 Tentang Pedoman Kesesuaian Lahan SNI 03-1733-2004 Tentang Perumahan dan Permukiman Yudistira,Agusta. Agus Sutedjo.2013. Pemetaan Lahan Kritis di Kecamatan Pacet dan Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto. Jurnal online Universitas Negeri Surabaya Vol2, No.1. Surat Keputusan Menteri Pertanian RI No 837/KPTS/UM/11/1980 Tentang Pedoman Kesesuaian Lahan SNI 03-1733-2004 Tentang Perumahan dan Permukiman
SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015
977