JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
1
Tipologi Kawasan Bahaya Banjir di Kawasan Perkotaan Kecamatan Sampang Prana Dutanegara dan Rulli Pratiwi Setiawan, ST., M. Sc. Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail:
[email protected] Abstrak—Perkotaan Kecamatan Sampang sering mengalami banjir yang sangat besar yang rata-rata terjadi pada bulan april dan maret pada tahun 2013 yang terjadi di satu perkotaan Kecamatan Sampang, disebabkan tingginya curah hujan pada hulu sungai dan berkurangnya daya tampung Sungai Kemoning. Selain itu kondisi fisik saluran drainase yang rusak, kualitas dan kinerja drainase yang buruk karena menumpuknya sampah dan tidak setiap tempat terdapat saluran drainase semakin memperparah wilayah ini dan mengganggu jalannya aktivitas kota. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : analisis distribusi frekuensi dan overlay yang digunakan untuk menentukan tipologi bahaya banjir. Selanjutanya dilakukan analisis Delphi guna menemukan variabel berpengaruh terhadap pelayanan drainase, dan setelah itu dilakukan analisis Expert Judgement untuk menghasilkan arahan melalui variabel berpengaruh sesuai dengan Tipologi kawasan bahaya banjir. Dalam penelitian ini menghasilkan tipologi kawasan yang terdiri dari tiga tipologi, yaitu sangat bahaya, bahaya dan cukup bahaya. Kata Kunci--pelayanan drainase, bencana banjir, kecamatan perkotaan Sampang
I. PENDAHULUAN Perkotaan Kecamatan Sampang mengalami pembangunan yang pesat, hal ini disebabkan oleh fungsi Perkotaan Kecamatan Sampang sebagai tempat Pusat kegiatan Lokal (PKL) yang memiliki fungsi penting sebagai pusat pertumbuhan ekonomi. dan merupakan pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan jasa [1]. Akan tetapi sudah terdapat tiga kali kejadian banjir yang sangat besar di Sampang yaitu pada tahun 1921, 1991, 2002, dan yang sering mengalami banjir ini adalah di sekitar kawasan sungai Kemoning yang melewati 4 Kecamatan yaitu Kecamatan Robatal, Kedungdung, Karangpenang dan Sampang dengan daerah hulu Sungai Kemoning ini terdapat di daerah Robatal, daerah banjir terdapat pada Kecamatan Sampang dimana daerah yang sering terjadi banjir yaitu Kelurahan Paseyan, Gunungsekar, Dalpenang, Rongtengah dan Gunungmadah. Banjir tersebut disebabkan karena tingginya curah hujan yang turun pada hulu sungai, sedangkan faktor penyebab lainnya yaitu berkurangnya daya tampung Sungai Kemoning yang diakibatkan terjadinya sedimentasi karena adanya erosi yang intensif pada bagian hulu sungai. Banjir tersebut terjadi pada 7 Kelurahan di Perkotaan Kecamatan Sampang, yaitu Kelurahan Banyuanyar,
Kelurahan Dalpenang, Kelurahan Gunung Sekar, Kelurahan Karangdalem, Kelurahan Rongtengah, Kelurahan Polagan, dan Kelurahan Tanggumong, dengan luas genangan sebesar 551,29 ha atau sebesar 22,5% dari luas wilayah yang tergenang banjir dengan kedalaman dan luas genangan yang berbeda-beda. Pada wilayah Perkotaan Kecamatan Sampang kondisi drainase masih belum optimal dan tidak semua ruas jalan dilengkapi oleh saluran tersebut, mengakibatkan banyaknya ruas jalan yang rusak berat akibat air hujan yang menggenangi jalan. Secara umum saluran drainase yang berada pada sisi jalan lingkungan keberadaannya kurang memadai dengan lebar saluran 25-50 cm, dimana saluran tersebut tidak dapat menampung limbah buangan rumah tangga dan air hujan, sehingga pada musim hujan kawasan ini tergenang oleh air. Selain itu kondisi saluran yang ada juga kurang baik yaitu banyak saluran yang secara fisik dapat dikatakan rusak [2]. Saluran drainase merupakan prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan air atau ke bangunan resapan buatan. Menurut SK Menteri PU No. 239 tahun 1987 tentang Drainase Perkotaan. Dilihat dari kondisi fisik drainase di Perkotaan Kecamatan Sampang, sebesar 34% dari seluruh drainase sekunder dinyatakan rusak. Kondisi drainase yang rusak ini, dapat mengakibatkan kualitas dan kinerja dalam mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air, dan mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan akan tidak optimal sehingga dapat mengakibatkan dampak negatif, seperti banjir yang menyebabkan rusaknya infrastruktur perkotaan lainnya. Selain dari kondisi fisik yang rusak, kualitas dan kinerja drainase yang buruk juga dipengaruhi oleh menumpuknya sampah pada saluran drainase, dan diperparah dengan saluran drainase yang tertutup, sehingga sampah yang terdapat di dalam saluran drainase tidak bisa diatasi. Pada aspek kelembagaan permasalahan yang dihadapi yaitu kurangnya perawatan rutin dari instansi pemerintahan yang terkait, yang disebabkan tidak adanya dana pemeliharaan, dan tidak adanya perhatian dari pihak pemerintah [3]. Dari permasalahan tersebut di atas, maka dari itu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi hal-hal yang memperngaruhi kurang optimalnya pelayanan drainasi, sehingga diperoleh rumusan arahan penanganan banjir di Kawasan Perkotaan Kecamatan Sampang melalui peningkatan pelayanan drainase.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
II. METODE PENELITIAN A. Sumber Data dan Variabel Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang diperoleh melalui data informasi dari sejumlah instansi dan literatur terkait. B. Langkah Analisis Untuk mencapai sasaran pertama, yakni menentukan tipologi kawasan penanganan bahaya banjir menggunakan analisis distribusi frekuensi dan overlay weighted. Hal pertama yang dilakukan adalah menganalisis pembagian katagori bahaya melalui analisis sturgess. Berikut ini adalah proses analisis Sturgess untuk semua variabel: K = 1 + 3,33 log n K = 1 + 3,33 Log 7 K = 2,79 = 3
;n = jumlah desa = 7
K : Jumlah Kelas Interval N : Jumlah data
Hasil dari analisis Sturgess diatas menghasilkan tiga katagori/tingkat bahaya banjir. Setalah itu dilakukan analisis interval melalui analisis dristribusi frekuensi. Berikut ini adalah proses analisis distribusi frekuensi [4]: R = Nilai data tertinggi – Nilai data terendah Hasil dari analisis distribusi frekuensi menghasilkan tiga tipologi bahaya banjir, yaitu: Tabel 1 Pejelasan Bahaya Banjir Tipologi Katagori/Tingkat Jenis Warna 1 Sangat Bahaya Merah 2 Bahaya Kuning 3 Cukup Bahaya Hijau Sumber: Hasil Analisis, 2014
Dari penjelasan tabel diatas, bertujuan untuk menjelaskan hasil tabel dari kelima variabel yang akan dianalisis. Variabel tersebut terdiri dari lama genangan, ketinggian genangan, luas genangan, topografi, dan luas drainase
2
a. Lama Genangan Berikut ini adalah data lama genangan yang terdapat pada wilayah penelitian. Yang dimana durasi genangan paling lama terdapat pada Kelurahan Dalpenang, dengan durasi ±24jam, sedangkan Kelurahan yang mempunyai durasi genangan yang paling rendah terdapat Kelurahan Tanggumung, yaitu sebesar ±12 jam. Tabel 2 Data Penelitian Lama Genangan Durasi Genangan Kelurahan No (jam) 1 Polagan ±14 2 Banyuanyar ±12 3 Rongtengah ±20 4 Dalpenang ±24 5 Karangdalem ±18 6 Gunungsekar ±16 7 Tanggumung ±12 Sumber: Dinas PU Pengairan, 2012
Berikut merupakan hasil interval lama genangan dari hasil pembagian interval: Tabel 3 Interval Lama Genangan Tingkat Bahaya Interval Cukup Bahaya 12-15 jam Bahaya 16-19 jam Sangat bahaya 20-24 jam Sumber: Hasil Analisis
Setelah dilakukan analisis pembagian interval, selanjutnya dilakukan Skoring. Hasil Skoring dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4 Skor Lama Genangan Kelurahan Skor Tingkat Bahaya Banyuanyar 3 Dalpenang 1 Gunungsekar 2 Karangdalem 2 Polagan 3 Rongtengah 1 Tanggumung 3 Sumber: Hasil Analisis
Hasil dari skoring di atas dapat dilihat pada peta dibawah ini:
III. PEMBAHASAN Wilayah yang digunakan dalam penelitian ini adalah wilayah Perkotaan Kecamatan Sampang, meliputi 7 Kelurahan yang masih dalam wilayah Kecamatan Sampang antara lain Kelurahan Banyuanyar, Kelurahan Dalpenang, Kelurahan Gunung Sekar, Kelurahan Karangdalem, Kelurahan Rongtengah, Kelurahan Polagan, dan Kelurahan Tanggumong. Secara administrasi batas-batas wilayah Kecamatan Sampang adalah sebagai berikut : Sebelah Utara :Desa Kamoning dan Desa Pekalongan Sebelah Selatan :Desa Aeng Sareh, Kecamatan Torjun Sebelah Timur :Selat Madura Sebelah Barat :Desa Pasean dan Desa Gunung Maddah, Kecamatan Camplong Gambar 1 Peta Tipologi Lama Genangan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
3
Keterangan peta: 1. Merah untuk tipologi 1 2. Kuning untuk tipologi 2 3. Hijau untuk tipologi 3
Dari hasil peta diatas untuk kelurahan dalpenang dan rongtengah terdapat pada tipologi 1, untuk Gunungsekar dan Karangdalem terdapat pada tipologi 2, selanjutnya Kelurahan Tanggumung, Polagan dan Banyuanyar terdapat pada tipologi 3. b. Ketinggian Genangan Berikut ini adalah data ketinggian genangan yang terdapat pada wilayah penelitian. Yang dimana ketinggian genangan paling tinggi terdapat pada Kelurahan Dalpenang, dengan ketinggian 2,2 meter, sedangkan kelurahan yang mempunyai ketinggian genangan yang paling rendah terdapat Kelurahan Banyuanyar, yaitu sebesar 0,6 meter. Tabel 5 Data Penelitian Ketinggian Genangan No Kelurahan Kedalaman(m) 1 Polagan 1 2 Banyuanyar 0,6 3 Rongtengah 2 4 Dalpenang 2,2 5 Karangdalem 1,5 6 Gunungsekar 1,2 7 Tanggumung 0,8 Sumber: Dinas PU Pengairan, 2012
Selanjutnya dilakukan analisis pembagian interval yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 6 Interval Ketinggian Genangan Tingkat Bahaya Interval Cukup Bahaya 0,6 - 1,14 Bahaya 1,14 - 1,68 Sangat bahaya 1,68 - 2,22 Sumber: Hasil Analisis
Setelah dilakukan analisis pembagian interval, selanjutnya dilakukan Skoring. Hasil Skoring dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 7 Skor Ketinggian Genangan Kelurahan Skor Tingkat Bahaya Banyuanyar 3 Dalpenang 1 Gunungsekar 2 Karangdalem 2 Polagan 3 Rongtengah 2 Tanggumung 3 Sumber: Hasil Analisis
Hasil dari skoring di atas dapat dilihat pada peta dibawah ini: Hasil dari peta dibawah ini, untuk tipologi satu terdapat pada kelurahan Dalpenang, tipologi dua terdapat pada kelurahan Karangdalem dan Gunungsekar, selanjutnya tipologi tiga terdapat pada kelurahan Polagan, Banyuanyar, dan Tanggumung.
Gambar 2 Peta Tipologi Ketinggian Genangan
Keterangan peta: 1. Merah untuk tipologi 1 2. Kuning untuk tipologi 2 3. Hijau untuk tipologi 3
c. Luas Genangan Berikut ini adalah data luas genangan yang terdapat pada wilayah penelitian. Yang dimana luas genangan paling tinggi terdapat pada Kelurahan Gunungsekar, dengan luas genangan sebesar 100 m2, sedangkan Kelurahan yang mempunyai luas genangan yang paling rendah terdapat Kelurahan Karangdalem, sebesar 9,91 m2. Tabel 8 Data Penelitian Luas Genangan No Kelurahan Luas Genangan (m2) 1 Polagan 29,01 2 Banyuanyar 11,99 3 Rongtengah 39,5 4 Dalpenang 45,05 5 Karangdalem 9,91 6 Gunungsekar 100 7 Tanggumung 39,82 Sumber: Dinas PU Pengairan, 2012
Selanjutnya dilakukan analisis pembagian interval yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 9 Interval Luas Genangan Tingkat Bahaya Interval Cukup Bahaya 9 - 23,2 m2 Bahaya 39,5 - 69,5 m2 Sangat bahaya 69,5 - 101 m2 Sumber: Hasil Analisis
Setelah dilakukan analisis pembagian interval, selanjutnya dilakukan Skoring. Hasil Skoring dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
Tabel 10 Skor Luas Genangan Kelurahan Skor tingkat bahaya Polagan 3 Banyuanyar 3 Rongtengah 3 Dalpenang 1 Karangdalem 3 Gunungsekar 1 Tanggumung 3 Sumber: Hasil Analisis
Hasil dari skoring di atas dapat dilihat pada peta dibawah ini:
4
Tabel 12 Interval Topografi Tingkat Bahaya Interval Cukup Bahaya <7 Bahaya 7 - 15 Sangat Bahaya >15 Sumber: Hasil Analisa, 2014
Setelah dilakukan analisis pembagian interval, selanjutnya dilakukan Skoring. Hasil Skoring dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 13 Skor Tpografi Kelurahan
Skor Tingkat Bahaya
Banyuanyar Dalpenang Gunungsekar Karangdalem Polagan Rongtengah Tanggumung Sumber: Hasil Analisa, 2014
3 3 2 3 2 3 3
Hasil dari skoring di atas dapat dilihat pada peta dibawah ini:
Gambar 3 Peta Tipologi Luas Genangan
Keterangan peta: 1. Merah untuk tipologi 1 2. Kuning untuk tipologi 2 3. Hijau untuk tipologi 3
Hasil dari peta diatas untuk tipologi satu terdapat pada kelurahan Dalpenang, dan Gunungsekar. Sedangkan untuk tipologi tiga terdapat kelurahan Polagan, Banyuanyar, Rongtengah, Karangdalem, dan Tanggumung. d. Topografi Kondisi topografi yang terdapat di perkotaan Kecamatan Sampang mulai dari (-02) sampai dengan 74 m dari dpal.
Gambar 4 Peta Tipologi Topografi
Keterangan peta: 1. Merah untuk tipologi 1 2. Kuning untuk tipologi 2 3. Hijau untuk tipologi 3
Tabel 11 Data Topografi
No 1 2 3 4 5 6 7
Kelurahan Polagan Banyuanyar Rongtengah Dalpenang Karangdalem Gunungsekar Tanggumung
Kontur (-02)-10m 0-74m 4-64m 4-34m (-02)-38m 2-14m 4-39m
Hasil peta ditas maka dapat disimpulkan pada tipologi satu terdapat pada kelurahan Gunungsekar, Karangdalem, Polagan dan Dalpenang, sedangkan pada tipologi dua pada kelurahan tersebut dengan jumlah yang lebih sedikit, selanjutany untuk tipologi tiga terdapat pada Rongtengah, Banyuanyar dan Tanggumung yang mempunyai luas tipologi yang relatif lebih sedikit.
Sumber : Dinas PU Pengairan, 2012
Selanjutnya dilakukan analisis pembagian interval yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini
e. Luas Drainase Luas drainase yang terdapat di Perkotaan Kecamatan Sampang telah dibagi per kelurahan. Untuk melihat hasil
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
pembagian luas drainase yang sudah diprosentasekan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 14 Data Luas Drainase
No 1 2 3 4 5 6 7
Kelurahan
Luas Drainase (m2) 0,69 0,06 10,49 5,13 0,51 9,78 0,97
Banyuanyar Dalpenang Gunungsekar Karangdalem Polagan Rongtengah Tanggumung
5
3. Hijau untuk tipologi 3
Dari hasil peta diatas untuk tipologi 1 terdapat pada kelurahan Dalpenang, Tanggumung, Banyuanyar, dan Polagan, selanjutnya untuk tipologi 2 terdapat kelurahan Karangdalem. Tipologi 3 terdapat pada kelurahan Gunungsekar dan Rongtengah Setelah didapat hasil dari beberapa proses analisa di atas, dilakukan overlay terhadap peta-peta tersebut sehingga diperoleh hasil berupa pembagian tipologi kawasan bahaya banjir yang dapat dilihat pada peta di bawah ini.
Sumber : Dinas PU Pengairan, 2012
Maka hasil pembagian tingkat bahaya dan interval dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 15 Interval Luas Drainase
Tingkat Bahaya Cukup Bahaya Bahaya Sangat bahaya
Interval 7,06-10,56% 3,56-7,06% 0,06-3,56%
Sumber : Hasil Analisis, 2014
Setelah dilakukan analisis pembagian interval, selanjutnya dilakukan Skoring. Hasil Skoring dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 16 Skor Luas Drainase
Kelurahan Banyuanyar Dalpenang Gunungsekar
Skor Tingkat Bahaya 1 1 3
Karangdalem Polagan Rongtengah Tanggumung
2 1 3 1
Sumber : Hasil Analisis, 2014
Hasil dari skoring di atas dapat dilihat pada peta dibawah ini:
Gambar 5 Peta Tipologi Luas Drainase
Keterangan peta: 1. Merah untuk tipologi 1 2. Kuning untuk tipologi 2
Gambar 6 Peta Tipologi Kawasan Bahaya Banjir
Berdasarkan Peta diatas yang telah dilakukan analisis overlay weighted dihasilkan kawasan tipologi berdasarkan tingkat bahaya. Berikut adalah penjelasan dari nasingmasing tipologi yang ada: a Tipologi satu yang berkatagori sangat bahaya didominasi pada kelurahan dalpenang (78,13%). b Tipologi dua yang berkatagori bahaya terdapat di Kelurahan Tanggumung, Karangdalem, Gunung sekar, Polagan (97,87%), Banyuanyar, Rongtengah. c Tipologi tiga yang berkatagori cukup sebagian besar terdpat pada Kelurahan Banyuanyar (36,00%), dan Kelurahan Tanggumung (32,44%). IV. KESIMPULAN Setiap tahunnya perkotaan Kecamatan Sampang mengalami banjir, yang disebabkan karena banyakny faktor, salah satunya kurangnya penyediaan drainase dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk memberi penanganan dan memelihara drainase. Dengan adanya permasalahan yang ada, maka dilakukan penelitian menentukan tipologi kawasan bahaya banjir. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka Menghasilkan tipologi kawasan bahaya banjir, yaitu sangat bahaya, bahaya dan cukup bahaya. Tipologi satu yang berkatagori sangat bahaya didominasi pada kelurahan dalpenang (78,13%). Tipologi dua yang berkatagori bahaya terdapat di Kelurahan Tanggumung, Karangdalem, Gunung
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
sekar, Polagan (97,87%), Banyuanyar, Rongtengah. Tipologi tiga yang berkatagori cukup sebagian besar terdpat pada Kelurahan Banyuanyar (36,00%), dan Kelurahan Tanggumung (32,44%). V. DAFTAR PUSTAKA [1] RTRW Kabupaten Sampang (2010). Bappeda Kabupaten Sampang [2] Penyusunan Master Plan Drainase Perkotaan. 2007 [3] Syamsih, Syaifullah. 2006. Studi Evaluasi Saluran Drainase Kecamatan Sampang Kabupaten Sampang [4] Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana.2010 Bakornas Penanggulangan Bencana
6