ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah39
PERBEDAAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG PEMBERIAN MP-ASI DAN STATUS GIZI BALITA ( 6-24 BULAN) DI DESA NICE DAN NON NICE WILAYAH PUSKESMAS KOTARAJAKECAMATAN SIKUR KABUPATEN LOMBOK TIMUR Oleh: Yuli Laraeni, Herta Mastalina, Herlina Fithratul Aini Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram
Abstract: Knowledge is one of the factors that influence nutritional status. Lack of knowledge about nutrition can affect nutritional disorders Knowledge is the initial capital to prepare food for the children. Feeding breast milk (MP-ASI) can run well needed good knowledge anyway. Nice village is a village getting empowerment program funded by the ADB. One of the activities carried out are nutrition classes with material complementary feeding, which aims to increase knowledge about the toddler's mother giving the MP-ASI. While non Nice village is a village that does not get people's empowerment and not financed by ADB that no classroom activities nutrition. Know the Difference knowledge about the toddler's mother giving complementary feeding on nutritional status of children (6-24 months) in the village of Nice and the Nice region Puskesmas non Kotaraja Sikur East Lombok district. Methodology: The study design was observational analytic studies are cross sectional. A sample of 79 toddlers each - one in the village and non Nice Nice are taken randomly at intervals of 5 and processed using the master table. Results: Of the 79 mothers most toddlers have good knowledge, in the nice village of 56 people (60.3%), non-Nice in the village of 42 people (53.2%). Nutritional status of children under five indicators of B / U in the village are mostly good Nice by 67 infants (84.4%), the rest of malnutrition and over nutrition. In the village of non Nice nutrition were 63 infants (79.7%), the rest of malnutrition and malnutrition 1 person. Based on indicators of weight / height in nice village 76 people (96.2%) entered the normal nutrition and malnutrition 3 people (3.8%).In the village of non Nice 75 people (95%) normal nutritional status,. Remaining thin 2 people (2.5%) and 2 (2.5%) categories bony.Conclusions and Recommendations: There is a difference of knowledge of mothers and infants in rural non Nice and Nice.. There is no difference in nutritional status of children in the village and non Nice Nice by indicators BB / U and BB / TB. Improving the performance of health workers in providing information / education so as to enhance their knowledge and nutritional status of children. Keywords: Knowledge, nutritional status (BB / U and BB / TB) Pendahuluan Masalah gizi di Indonesia sampai saat ini masih sangat memprihatinkan, dan terbukti menghambat pertumbuhan ekonomi, berkaitan erat dengan tingginya angka kematian ibu ,bayi dan balita, rendahnya tingkat kecerdasan yang berakibat pada rendahnya produktfitas, pengangguran dan kemiskinan. (Depkes RI,2009). Makanan pendamping ASI (MP–ASI) adalah makanan yang diberikan kepada bayi mulai umur 6 bulan. Usia 6-24 bulan merupakan masa yang amat penting sekaligus masa kritis dalam proses tumbuh kembang bayi baik fisik maupun kecerdasan. Karena itu setiap bayi pada masa ini harus memperoleh perawatan kesehatan dan asupan gizi sesuai dengan kebutuhannya ( Depkes RI, 2002).
Berdasarkan penelitian lailatul munawarah di wilayah kerja Puskesmas Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan, menunjukkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi ibu dan pola makan balita dengan status gizi balita dengan nilai P=0,000 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan ibu balita tentang pemberian MP-ASI dan status gizi anak balita yang ada di Desa Nice dan Non Nice di Wilayah Puskesmas Kotaraja Kecamatan sikur Kabupaten Lombok Timur. Metode Penelitian Penelitian merupakan studi observasional analitik bersifat crossectional karena pengumpulan data variabel bebas dan terikatnya dikumpulkan
_______________________________________ http://www.lpsdimataram.comVolume 7, No. 6,Desember 2013
40 Media Bina Ilmiah
secara bersamaan dalam satu waktu. Besar sampel yang diambil adalah 79 ibu balita dan balita masing – masing untuk Desa Nice dan Non Nice.Cara pengambilan sampel dengan menggunakan sistematika random sapling. Variabel penelitian terdiri dari Variabel terikat ( Dependent) yaitu Status gizi dan Variabel bebas ( Independent) yaitu pengetahuan ibu balita tentang pemberian MP - ASI .Cara pengambilan data pengetahuan ibu balita tentang pemberian MP-ASI dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner, kemudian diolah secara diskriptif dan dikelompokkan. Data tentang status gizi balita dikumpulkan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan balita kemudian dianalisa dengan menggunakan standar baku WHO 2005. Data diuji secara statistik menggunakan Uji t-independen dan Chi-Square dengan alat bantu computer. Hasil Dan Pembahasan a.
Karakteristik Responden
Sebagian besar responden berumur 20 -35 tahun baik di Desa Nice maupun Non Nice yaitu sebesar 67 orang (84.2%) di Desa Nice dan 62 orang ( 78.9%) di desa non Nice, dapat dilihat pada tabel 1.
ISSN No. 1978-3787
Pada ibu yang bekerja tentu saja waktu yang diberikan kepada anak balitanya akan lebih sedikit daripada ibu yang tidak bekerja, tetapi perhatian yang diperlukan oleh anak balita sama besarnya. Ibu yang bekerja diluar rumah setiap hari maka ibu tidak dapat mengawasi secara langsung terhadap pola makanan sehari-hari anak balitanya. Sebagian besar tingkat pendidikan responden masih rendah, baik di desa Nice dan Non Nice yaitu sebesar 37 orang ( 46.8%) di desa Non Nice 40 orang ( 50.6%) .Ini menunjukan tingkat pendidikan responden di desa nice maupun non Nice hampir sama Pendidikan orang tua juga ikut menentukan mudah dan tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh, serta berperan dalam penentu pola penyusunan makanan dan pola pengasuhan anak. Dalam pola penyusunan makanan erat hubungannya dengan pengetahuan ibu mengenai bahan makanan seperti sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral (Itriani A, 2008). b.
Tingkat Pengetahuan Ibu Balita di Desa Nice dan Non Nice
Tabel 2. Distribusi Pengetahuan Ibu Balita di Desa Nice dan Non Nice
Tabel 1. Karakteristik Responden
Umur 20-35 merupakan umur yang sudah cukup untuk mempunyai anak. Pada masyarakat yang mempunyai kebiasaan kawin muda, dianjurkan untuk menunda kehamilannya dulu sampai paling sedikit umur 18 tahun. Karena kalau hamil kurang dari 18 tahun sering melahirkan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang angka kesakitan dan angka kematianya tinggi. Demikian pula dianjurkan untuk tidak hamil sesudah umur 35 tahun, karena sesudah umur 35 tahun, resiko terhadap bayi maupun ibunya meningkat lagi ( Ranuh,1995). Distribusi pekerjaan responden di wilayah Nice dan Non Nice sebagian besar sebagai Ibu Rumah Tangga yaitu sebesar 71 orang (89.9%) di Desa Nice, dan 79 orang ( 100 %) di Desa Non Nice. _______________________________________________ Volume 7, No. 6, Desember 2013
Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan orang tua, khususnya ibu merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada balita. Di pedesaan makanan banyak dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan kebudayaan (Agus Rosari, 2008) Ibu adalah seorang yang paling dekat dengan anak haruslah memiliki pengetahuan tentang gizi. Pengetahuan minimal yang harus diketahui seorang ibu adalah tentang kebutuhan gizi, cara pemberian makan, jadwal pemberian makan pada balita, sehingga akan menjamin anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal (Agus Rosari, 2008) Dari tabel 2, dapat dilihat, responden yang mempunyai pengetahuan baik di Desa Nice sebesar 56 orang ( 60.3%), dan sedang 23 orang (39.7%). Sedangkan di Desa non Nice yang masuk katagori pengetahuan baik sebesar 42 orang (53.2%),
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
pengetahuan sedang 35 orang ( 44,3%) dan kurang sebanyak 2 orang ( 2.5 %). Berdasarkan uji T- independent didapatkan nilai P< 0.05 yaitu 0.000. dan berdasarkan uji Chi – square juga didapatkan nilai P<0,05 yaitu 0.039. Hal ini menunjukkan ada perbedaan pengetahuan di desa Nice dan non Nice berdasarkan uji T-Independent maupun Uji Chi-Square Hal ini di sebabkan karena di Desa Nice sudah dilaksanakan kelas gizi, dan untuk mengakses informasi lebih cepat, karena di desa Nice (Kotaraja) merupakan Desa yang sudah cukup maju, dimana semua fasilitas bisa di dapat dengan cepat. Sedangkan di Desa Non Nice belum dilaksanakan kelas bayi/balita sehingga masih ada responden yang tingkat pengetahuannya masih kurang. Selain itu di Desa non Nice masih banyak wilayah yang masih jauh dan agak terpencil, sehingga masih sulit untuk mengakses dan mendapatkan informasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah jauh dekatnya sumber informasi/pengetahuan, dan seberapa sering informasi itu dilakukan/diberikan. Menurut Notoatmodjo ( 2008) pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan disamping itu juga dipengaruhi oleh faktor lain misalnya akses informasi dimana bahwa semakin banyak informasi dapat mempengaruhi atau menambah pengetahuan seseorang dan dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki Menurut penelitian Sulistyoningsih (2005) tingkat pengetahuan juga dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat pendidikan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi tingkat pengetahuannya c.
Status Gizi Balita di Desa Nice di Desa Nice dan Non Nice.
Tabel 3. Distribusi Status Gizi Balita di Desa Nice dan Non Nice berdasarkan BB/U dan BB/TB
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan (Depkes RI, 2003). Faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi adalah faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung adalah
Media Bina Ilmiah41
Konsumsi dan infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung diantaranya adalah pengetahuan tentang gizi, pendapatan, sosial budaya dan masih banyak lagi faktor lainnya yang dapat mempengaruhi status gizi secara tidak langsung ( Suhardjo, 2003) Indikator BB/U digunakan sebagai salah satu cara penilaian status gizi untuk kondisi sekarang. Dari tabel 3 dapat kita lihat, di wilayah Desa Nice sebagian besar status gizi sampel masuk dalam kategori baik yaitu sebesar 67 orang (84.8 %), 11 orang ( 13.9 %), dan 1 orang ( 1.3 %) masuk dalam kategori lebih. Sedangkan di Desa non Nice sebagian besar masuk dalam kategori gizi baik sebesar 63 orang ( 79.7%), 15 orang (19 %) masuk status gizi kurang dan 1 orang (1.3 %) masuk kategori gizi buruk. Distribusi status gizi sampel di desa Nice dan non Nice hampir sama, hanya saja di desa non Nice terdapat 1 orang (1.3%) berstatus gizi buruk. Berdasarkan hasil uji statistitik dengan menggunakan uji Chi- Square nilai P> 0,05. yaitu 0,434 dan uji t- independen didapatkan nilai P>0,05 yaitu 0.132. Ini menunjukan tidak ada perbedaan status gizi balita di desa Nice dan non Nice. Hal ini disebabkan karena di Desa Nice maupun non Nice karakteristik ibu balita hampir sama baik dari umur, pekerjaan dan pendidikan. Dimana hal ini merupakan faktor – faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi status gizi balita. Umur ibu merupakan salah satu faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi status gizi balita. Pada ibu masyarakat yang mempunyai kebiasaan kawin muda, dianjurkan untuk menunda kehamilannya dulu sampai paling sedikit umur 18 tahun. Karena kalau hamil kurang dari 18 tahun sering melahirkan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang angka kesakitan dan angka kematianya tinggi. Demikian pula dianjurkan untuk tidak hamil sesudah umur 35 tahun, karena sesudah umur 35 tahun, resiko terhadap bayi maupun ibunya meningkat lagi (Ranuh, 2005) Pada ibu yang bekerja tentu saja waktu yang diberikan kepada anak balitanya akan lebih sedikit daripada ibu yang tidak bekerja, tetapi perhatian yang diperlukan oleh anak balita sama besarnya. Ibu yang bekerja diluar rumah setiap hari tidak dapat mengawasi secara langsung terhadap pola makanan sehari-hari anak balitanya (Bumi C, 2005). Pendidikan orang tua juga ikut menentukan mudah tidaknya menyerap dan memahami pengetahuan. Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan khususnya ibu, merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada balita. Di pedesaan makanan banyak dipengaruhi oleh keadaan
_______________________________________ http://www.lpsdimataram.comVolume 7, No. 6,Desember 2013
42 Media Bina Ilmiah
sosial ekonomi dan kebudayaan. Terdapat pantangan makanan pada balita misalnya anak kecil tidak diberikan ikan karena dapat menyebabkan cacingan, kacang kacangan dapat menyebabkan sakit perut atau kembung (Anggraini SD, 2008) Indeks BB/TB digunakan sebagai salah satu indikator untuk menilai status dalam jangka waktu yang lama (Supariasa,2001) Peneliti menggunakan indikator berat badan menurut tinggi badan karena peneliti ingin mengetahui status gizi balita pada saat sekarang (BB/U) dipengaruhi oleh keadaan status gizi balita pada masa yang lalu atau tidak. Berdasarkan hasil penelitian, 1 balita yang status gizi BB/U masuk kategori gizi buruk , didapatkan status gizi berdasarkan BB/TB normal. Ini menunjukkan status gizi pada masa sekarang tidak selamanya dipengaruhi oleh keadaan gzi pada masa lalu. Tetapi jika status gizi pada masa lalu kurang bagus, maka akan tetap mempengaruhi status gizi pada masa yang sekarang. Seperti pada hasil penelitian, 2 balita yang masuk kategori kurus sekali berdasarkan BB/TB, memiliki status gizi kurang berdasarkan BB/U. Dari tabel 3 dapat kita lihat status gizi balita berdasarkan indikator BB/TB di Desa Nice sebagian besar balita berstatus gizi normal yaitu sebesar 76 orang ( 96.2 %), dan kurus 3 orang ( 3,8 %). Sedangkan di Desa Non Nice yang masuk dalam kategori Normal sebanyak 75 orang (95 %) kategori kurus 2 orang ( 2.5 %) dan yang masuk kategori kurus sekali sebanyak 2 orang ( 2.5 %). Distribusi hampir sama hanya saja di desa Nice tidak ada sampel yang masuk dalam kategori kurus sekali. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji T-independen dan Chi-Square menunjukkan tidak ada perbedaan status gizi berdasarkan indikator BB/TB, dengan nilai P> 0,05 yaitu 0.199. Hal ini di sebabkan rata – rata balita yang masuk kategori kurus sekali di wilayah puskesmas Kotararaja baik Desa Nice maupun non Nice mempunyai penyakit penyerta, seperti suspek TB, pneumonia, dan kelainan perkembangan. Ini merupakan salah satu faktor langsung yang mempengaruhi status gizi. Faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi ada 2, yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung adalah konsumsi dan infeksi. Faktor tidak langsung, pengetahuan tentang gizi, pendapatan, sosial budaya, jarak kelahiran yang dekat, dan kesukaan terhadap makanan tertentu (Suhardjo, 2003) Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi anak, karena keadaan gizi yang jelek juga dapat _______________________________________________ Volume 7, No. 6, Desember 2013
ISSN No. 1978-3787
mempermudah terkena infeksi, hal ini merupakan hubungan sebab akibat , karena gizi yang buruk dapat menyebabkan terjadinya penyakit infeksi begitupun sebaliknya infeksi dapat memperburuk keadaan gizi (Suhardjo, 2003). Berdasarkan hasill penelitian yang dilakukan oleh Agus Rosari (2008), didapatkan hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita dengan nilai P<0.05.
Penutup a.
Simpulan
1.
84.2 % responden di desa Nice bermur 20-35 tahun dan desa non nice 78.5%. 89,9 % responden di desa Nice sebagai ibu rumah tangga dan di desa non Nice 100 % sebagai ibu rumah tangga. Responden di desa Nice yang tingkat pendidikannya masuk dalam kategori rendah sebesar 46.8%, dan non Nice 50,6 % Ada Perbedaan tingkat pengetahuan ibu balita tentang pemberian MP-ASI di Desa Nice dan non Nice (Uji T- independen, P= 0.000 dan uji Chi-Square,P= 0,039) Tidak ada perbedaan Status gizi balita di Desa Nice dan non Nice berdasarkan indiator BB/U (Uji T- independen, P= 0,434 dan uji ChiSquare,P= 0,132) Tidak ada perbedaan Status gizi balita di Desa Nice dan non Nice berdasarkan indikator BB/TB .(Uji T- independen, P= 0,175 dan uji Chi-Square,P= 0,332)
2.
3.
4.
b.
Saran
1.
Kepada pihak Puskesmas diharapkan meningkatkan program kerja terutama di Desa non Nice dalam meningkatkan engetahuan gizi masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ada di puskesmas Melakukan advokasi kepada pihak-pihak terkait untuk mendapatkan dukungan moral dan materi sehingga desa non Nice bisa melakukan/melaksanakan program/kegiatan yang dapat meningkatkan pengetahuan dan status gizi balita.
2.
Daftar Pustaka Anggraini, SD.2008. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Bergizi Dengan Status Gizi Balita Usia 1-3 Tahun di Desa Lencoh Wilayah Kerja http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah43
Puskesmas Selo Boyolali. Surakarta: fakultas ilmu kesehatan universitas muhammadiyah Surakarta (http://etd.eprints.ums.ac.id/1884/1/J21004 0033.pdf, diakses 29 September 2012) Agus Rosari, 2008.Hubungan Pengetahuan, sikap, dan Perilaku tentang Gizi dengan status gizi anak balita (1-5 tahun) Di Desa Jorong Surau Laut Dengan Status Gizi Anak Balita ( 1 – 5 Tahun)Di IV Angkek Kabupaten Agam.Fakultas Kedokteran ( di akses 29 September 2012) Azwar
Lola Marica, (2012). Hubungan Pengetahuan, Sikap,dan Tindakan Ibu dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI dengan Status gizi Bayi Umur 7-12 Bulan di Kelurahan Tengah Sawah Wilayah Kerja Puskesmas Tengah Sawah Bukit Tinggi.Fakultas Keperawatan.(Di Unduh tanggal 29 September, 2012) Lailatul
Saifuddin, (2008). Penyusunan Skala Psikologi, Yogyakarta Pustaka Pelajar,
Bumi C, 2005. Pengaruh Ibu Yang Bekerja Terhadap Status Gizi Anak Balita di Kelurahan Mangunjiwan Kabupaten Demak, Semarang: fakultas ilmu keolahragaan universitas negeri semarang (http://www.pdfqueen.com, diakses 12 Oktober 2012), Depkes
Khomson, Ali. (2008). Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
RI. (2009) Panduan Kelompok masyarakat. Jakarta. Proyek Nice.
gizi
Depkes RI. (2008). Pedoman Umum Proyek Perbaikan Gizi Melalui Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta. Proyek Nice.
Munawaroh,( 2006).Hubungan Antara Tngkat Pengetahuan Gizi Ibu, Pola Makan balita Dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan. Fakultas Ilmu Keolahragaan Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat (Di Unduh tanggal 12 Oktober 2012)
Notoatmodjo, S. (1997). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta.Rineka Cipta Notoatmodjo, S.(2003). Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi), Jakarta. Rienka Cipta Notoatmodjo, S.(2008). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
Depkes RI. (2003). Pemantauan Pertumbuhan Balita. Derektorat Gizi Masyarakat.
Ranuh, IG.N.Gde. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta.EGC
Depkes RI. (2009 ). Buku Kesehatan Ibu Dan Anak. Depkes dan JICA
Supariasa. (2001). Penilaian Status Gizi. Jakarta. EGC
Depkes RI.(2002).Petunjuk Teknis Pengelolaan Makanan Pendamping ASI.Jakarta.Derektorat Jendral Bina Kesehatan masyarakat
Suhardjo. (2003). Perencanaan Pangan Dan Gizi. Jakarta. Bumi Aksara
Dikes,
(2011). Data Rekapitulasi Pekan penimbangan Balita. Lombok Timur
Dikes. ( 2011). Data F III Gizi. Lombok Timur Itriani, A. (2008). Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Balita Dengan Pola Pemberian MP-Asi Pada Anak Usia 6-24 Bulan di Posyandu Menur IV Kelurahan Jebres Kecamatan Jebres Surakarta. Surakarta: fakultas ilmu kesehatan (http://www.pdfqueen.com, diakses 29 September 2012).
Sulistyoningsih (2005). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku dalam pemberian ASI di Desa Cikunir Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. (http//www.kopertis4.0r.id/pages/data%20 2007/jurnal, diunduh tanggal 14 september 2012). WHO.(2005). Penilaian Status gizi. Jakarta. EGC
_______________________________________ http://www.lpsdimataram.comVolume 7, No. 6,Desember 2013