Penentuan Total Cadangan Minyak Nasional Indonesia dengan Metoda Perhitungan Kurva Puncak Hubbert dan Pendekatan Numerikal terhadap Grafik Produksi Minyak Nasional Indonesia Oleh : Victor S Purba*
Sari Dalam tulisan ini diusulkan dua buah skenario terhadap jumlah produksi minyak nasional Indonesia dimasa yang akan datang. Skenario ini meliputi skenario yang optimistis yang memperkirakan akan terdapat peningkatan dalam produksi minyak nasional dan tidak menutup kemungkinan terjadinya Peak Production dimasa yang akan datang. Sedangkan skenario yang pesimistis memperkirakan akan terjadi penurunan secara kontinu jumlah produksi minyak nasional dimasa yang akan datang. Perhitungan total cadangan minyak Indonesia akan dilakukan dengan cara menghitung luas keseluruhan daerah di bawah grafik produksi minyak nasional dengan memakai cara trapezium. Yakni dengan cara membentuk sebuah trapaezium diantara 2 titik yang saling berdekatan dan menghitung luas daerah trapezium tersebut. Kemudian menjumlahkannya untuk mendapatkan luas total daerah di bawah kurva. Puncak Hubbert (Hubbert Peak) adalah sebuah model yang dapat digunakan untuk mengestimasi puncak dari produksi minyak bumi. Dengan metode ini dapat ditentukan waktu dimana produksi mulai menurun, jumlah cadangan total yang tersisa, waktu dimana produksi dari cadangan terbukti akan habis, dan waktu dimana produksi dari cadangan potensial akan habis. Kata kunci : Skenario Optimistis, skenario pesimistis, total cadangan, puncak Hubbert.
Abstract In this paper, two scenario of future Indonesian oil production are proposed. This scenario include an optimistic scenario which predicting there will be addition (increasing number) in national oil production, and mention there will be a chance for future Peak Production. Other way the pessimistic scenario predict there will be continuing decline in future national oil production. Calculation of total Indonesian oil reseve will be done by calculate area under the national oil production curve with trapezium method. The explanation is by form a trapezium between two nearby dot dan calculate the area of trapezium. After that we summary to get the total area under the curve. Hubbert Peak is a model which can use to estimate the peak of oil production. With this method we may find out the time that production will start declining, the number of ultimate remaining reserve, the time when production from proven reserve will be over, and the time when production from potential reserve will be over.
Keywords : Optimistic scenario, pessimistic scenario, ultimate reserve, Hubbert peak. * Mahasiswa Program Studi Teknik Perminyakan ITB.
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini dunia sangat bergantung kepada minyak bumi sebagai sumber energi. Namun, minyak bumi adalah salah satu sumber energi fosil yang tak dapat diperbaharui (UnRenewable Resource). Pada kenyataannya minyak bumi suatu saat akan habis dan kita harus beralih ke jenis energi lainnya. Yang menjadi masalah kini bukanlah apakah minyak akan habis, tetapi kapan minyak akan habis. Hal inilah yang disebut sebagai krisis minyak dunia. Indonesia bukanlah kawasan kaya minyak setara Timur Tengah. Kenyataan ini diperkuat
Victor S Purba, 12201037, Sem1 2007/2008
oleh fakta bahwa meskipun kegiatan eksplorasi migas yang dilakukan cukup gencar dalam era sebelum krisis ekonomi, minyak yang ditemukan hanya mampu menggantikan minyak yang terkuras, yang membuat cadangan minyak Indonesia dari waktu ke waktu boleh dikatakan tetap konstan. Sedangkan dalam beberapa tahun terakhir malah terjadi penurunan cadangan dan produksi yang lebih cepat atau sekitar 5 persen, karena sudah mulai menemukan lapanganlapangan besar selain menurunnya investasi sebagai dampak krisis ekonomi dan krisis politik. Sebetulnya minyak yang yang terkuras dari ladang-ladang minyak Indonesia baru 40 persen dari jumlah asalnya. Dengan cara
1
menerapkan teknologi terbaru diperkirakan akan dapat dikuras minimal sampai 50 persen dan akan dapat memberikan tambahan cadangan terbukti menjadi dua kali dari yang sekarang ini. Teknologi eksplorasi dan produksi migas telah sangat berkembang dalam kurun waktu 1980-an dan pertengahan 1990an. Berdasarkan informasi dari BP Migas, 90 persen lapangan di Indonesia sudah melewati puncak produksi. Sebanyak 69 persen dari 520 lapangan yang ada berstatus terdeplesi dan lebih dari 50 persen cadangan berada pada lapangan berukuran kecil. Lapangan-lapangan tua diperkirakan hanya mempunyai umur 7-8 tahun. Lapangan-lapangan marjinal yang jumlahnya cukup banyak menunggu untuk dieksploitasi. Produksi yang pernah mencapai lebih dari 1,5 juta barel per hari sepuluh tahun yang lalu sekarang di bawah 1 juta barel per hari. Dengan tingginya harga minyak maka dorongan investasi dan pengusahaan migas di hulu kelihatannya cukup besar. Penemuan cadangan besar di lapisan lebih dalam dari lapangan Cepu (Exxon Mobil), yang notabene adalah lapangan tua, menebar harapan baru bagi investor lain untuk mendapat keuntungan yang serupa. Meski saat ini tingkat produksi minyak Indonesia di bawah 1 juta barel per hari (bph), namun pemerintah akan tetap mengupayakan agar produksi bisa mencapai 1,4 juta bph pada tahun 2009. Salah satu upaya untuk mendongkrak produksi minyak itu adalah dengan mengoptimalkan lapangan atau sumur-sumur minyak yang sudah tua. Menurut publikasi BP yang berjudul “Statistical Review of World Energy 2005″, produksi minyak tertinggi Indonesia terjadi pada tahun 1977, dengan rata-rata sebesar 1,68 juta barrel/hari. Setelah itu, produksi minyak Indonesia tidak pernah lagi mencapai angka tersebut. Pada tahun 2004, produksi minyak Indonesia hanyalah sebesar 1,12 juta barrel/hari. Angka ini sudah berada di bawah konsumsi BBM Indonesia yang jumlahnya sebesar 1,15 juta barrel/hari. Menurut BP, cadangan minyak Indonesia yang dapat dibuktikan keberadaannya hanyalah sekitar 4.7 miliar barrel. Pemerintah Indonesia menyimpulkan bahwa minyak Indonesia akan habis dalam 15 tahun, gas alam dalam 60 tahun dan batubara dalam 150 tahun. Bahan bakar minyak masih akan terus mendominasi keperluan energi Indonesia, yaitu sebesar 50% jenis energi final, 37% untuk jenis energi primer, yang jumlahnya sekarang ini sudah
2
lebih dari 1,2 juta barrel per hari. Masih dirasakan sulit untuk mengganti peran minyak terutama untuk menghasilkan BBM bagi sektor transportasi. 1.2 Maksud dan Tujuan 1. Mengetahui besarnya total cadangan (ultimate reserve) minyak Indonesia 2. Melakukan prediksi terhadap produksi minyak nasional dimasa depan 3. Mengetahui puncak dari produksi minyak bumi Indonesia 4. Menentukan waktu dimana produksi mulai menurun, jumlah cadangan total yang tersisa, waktu dimana produksi dari cadangan terbukti akan habis, dan waktu dimana produksi dari cadangan potensial akan habis. 1.3 Metodologi Penulisan Penulisan ini dilakukan berdasarkan pada pengembangan metode kurva puncak Hubbert (Hubbert Peak) untuk produksi minyak nasional Indonesia. Aplikasi daripada metode kurva puncak Hubbert diharapkan dapat menghasilkan prediksi mengenai masa depan minyak Indonesia. Prediksi terhadap kelakuan produksi minyak Indonesia akan memberikan gambaran mengenai jumlah daripada total cadangan minyak Indonesia. Metode trapezium dianggap sebagai metoda yang paling ideal untuk perhitungan luas daerah di bawah kurva. II. Metode Kurva Puncak Hubbert 2.1 Teori Dasar Kurva Puncak Hubbert Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah cadangan minyak dari suatu lapangan, yaitu sebagai berikut1: 1. Metode Analogi, digunakan apabila data yang tersedia sangat sedikit 2. Metode Volumetrik, digunakan dengan data geologi, log dan data core. 3. Metode Analisa Kemampuan, digunakan dengan data geologi, log, core dan data produksi. Terdiri dari Material Balance, Decline Curve, dan metode Simulasi Reservoir. 4. Metode Statistik, digunakan apabila tidak terdapat data geologi, log maupun data core. Terdiri dari simulasi Monte Carlo dan metode Kurva Puncak Hubbert. Metode yang paling banyak digunakan saat ini untuk memperkirakan awal terjadinya krisis minyak adalah Puncak Hubbert(Hubbert peak)
TM-FTTM-ITB Sem1 2007-2008
yang diperkenalkan oleh seorang ahli geofisika yang bernama M. King Hubbert. Puncak Hubbert(Hubbert peak) adalah sebuah model yang dapat digunakan untuk mengestimasi puncak dari produksi minyak bumi. Dengan metode ini dapat ditentukan waktu dimana produksi mulai menurun, jumlah cadangan total yang tersisa, waktu dimana produksi dari cadangan terbukti akan habis, dan waktu dimana produksi dari cadangan potensial akan habis. Pada tahun 1956, Hubbert memprediksikan bahwa produksi minyak di Amerika Serikat akan mencapai puncaknya pada tahun 19703. Dan ternyata puncak tersebut terjadi pada tahun 1971. Menurut Hubbert, cadangan minyak Amerika Serikat akan habis pada akhir abad ke-21. Pada tahun 1971, Hubbert kembali mencoba untuk memprediksi puncak produksi minyak, kali ini untuk produksi minyak dunia. Menurut beliau, puncak produksi minyak dunia akan terjadi pada tahun 1995-2000. Prediksi ini meleset karena sampai saat ini produksi minyak dunia masih menunjukkan peningkatan. Tetapi ada kemungkinan ini disebabkan oleh faktor-faktor lain yang dapat menunda peak ini, yaitu: krisis energi 1973, perang teluk, dan resesi ekonomi yang terjadi pada tahun 1980 dan 1990-an. Faktor-faktor ini secara tidak langsung sangat mempengaruhi produksi minyak dunia terutama yang berhubungan dengan wilayah Timur Tengah yang merupakan produsen terbesar minyak dunia. Gambar 1 adalah contoh dari Kurva Puncak Hubbert terhadap Amerika Serikat, Norwegia dan Dunia secara keseluruhan3. Indonesia mencapai puncak produksi pada tahun1977 dengan produksi harian mencapai 1,68 juta barrel. Gambar 2 menunjukkan sejarah minyak Indonesia dan produksi total minyak Indonesia sampai tahun 2005. Produksi total minyak Indonesia sampai tahun 2005 mencapai 20,74 milyar barrel5, sementara menurut data dari “Statistical Review of World Energy 2005″ yang dikeluarkan oleh BP, cadangan minyak Indonesia yang dapat dibuktikan keberadaannya sekitar 4.7 miliar barrel. Data-data ini akan digunakan dalam perhitungan selanjutnya. 2.2. Persamaan Umum Kurva Puncak Hubbert Produksi minyak tahunan diperoleh dari produksi minyak harian dikali 365, yang disimbolkan dengan P; sementara total produksi minyak disimbolkan dengan Q. Setelah itu dilakukan perhitungan P/Q;
Victor S Purba, 12201037, Sem1 2007/2008
perbandingan antara produksi minyak tahunan dengan total produksi minyak per tahun4. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 1. Grafik yang menghubungkan antara P/Q terhadap Q ditunjukkan pada Gambar 3 (tiga). Persamaan garis lurus pada Gambar 3 dapat ditulis dengan menggunakan persamaan y = mx + a ....................................................(1) atau dalam hal ini dapat ditulis menjadi y = -0.0024x + 0.0691 ..................................(2) dimana y sama dengan nilai P/Q dan x sama dengan nilai Q Dari persamaan ini dapat diperoleh nilai Q untuk P/Q sama dengan nol yang disebut dengan Qt yakni sebesar 28,972 (dibulatkan menjadi 28). Nilai ini merupakan total produksi maksimum yang akan pernah dicapai. Persamaan diatas dapat juga ditulis menjadi bentuk: P/Q = mQ + a ...............................................(3) Dimana persamaan ini dapat diubah menjadi bentuk: P = mQ2 + aQ ...............................................(4) untuk mendapatkan nilai P. Selanjutnya P diubah menjadi 1/P untuk mengubah satuannya menjadi tahun/milyar barrel. Berikutnya perlu dilakukan penyesuaian data waktu dengan data yang dimiliki. Dari data yang ada diketahui bahwa pada akhir tahun 1992 telah dihasilkan produksi minyak sebesar 15 milyar barrel (dari Tabel 1). Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2. Langkah terakhir adalah menggambarkan kurva bentukBell (bell-shaped graph) dengan waktu sebagai sumbu x dan P sebagai sumbu y bersamaan dengan data aslinya seperti yang terlihat pada Gambar 4. III. Metode Trapezium 3.1 Pendahuluan Untuk metode pendekatan numerikal harus dilihat kembali grafik produksi nasional minyak Indonesia seperti pada Gambar 1. Dari data di atas dapat dilihat bahwa dalam 1 dekade terakhir ini ada kecenderungan menurun dari produksi minyak nasional Indonesia. Namun decline rate produksi minyak nasional tidak sama untuk setiap dekade. Hal ini sangat dipengaruhi oleh adanya penemuan-penemuan cadangan baru yang apabila dalam jumlah sangat besar bahkan dapat menyebabkan terjadinya puncak-puncak dalam grafik produksi.
3
3.2 Skenario Pesimistik Dalam skenario pesimistik diperkirakan akan terjadi penurunan produksi minyak nasional Indonesia. Asumsi ini didukung apabila tidak terdapat penemuan-penemuan lapangan baru yang cukup potensial dan dalam jumlah yang signifikan. Sehingga hanya mengacu hanya pada jumlah cadangan yang dimiliki dan diproduksikan pada saat ini. Dengan mempertimbangkan tingkat penurunan (decline rate) pada kondisi konstan, maka diperoleh grafik produksi minyak nasional seperti pada Gambar 5. Untuk menghitung luas di bawah grafik yang dalam hal ini merupakan jumlah total cadangan minyak Indonesia (Ultimate Reserve), dilakukan cara pendekatan trapezium. Yakni dengan cara membentuk sebuah trapaezium diantara 2 titik yang saling berdekatan dan menghitung luas daerah trapezium tersebut. Cara ini dipandang sebagai cara terbaik untuk mendapatkan luas yang paling ideal mengingat data yang tersedia memiliki selang yang tetap. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.
dalam bentuk grafik seperti yang terdapat pada Gambar 6. Untuk menghitung luas di bawah grafik yang dalam hal ini merupakan jumlah total cadangan minyak Indonesia (Ultimate Reserve), dilakukan cara pendekatan trapezium. Yakni dengan cara membentuk sebuah trapaezium diantara 2 titik yang saling berdekatan dan menghitung luas daerah trapezium tersebut. Cara ini dipandang sebagai cara terbaik untuk mendapatkan luas yang paling ideal mengingat data yang tersedia memiliki selang yang tetap. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6. IV. KESIMPULAN •
•
•
3.3 Skenario Optimistik Selanjutnya untuk skenario optimistik diperkirakan akan terjadi peningkatan produksi minyak nasional Indonesia di masa yang akan datang. Asumsi ini didukung dengan adanya penemuan-penemuan lapangan baru yang cukup potensial dan dalam jumlah yang signifikan. Data-data yang mendukung dalam skenario optimistik akan ditampilkan dalam Tabel 4. Dari data-data pada Tabel 4 dapat diperkirakan adanya peningkatan produksi dimasa yang akan datang. Namun hal ini hanya akan berlangsung selama perioda tertentu. Hal ini wajar mengingat diantara lapanganlapangan baru ini tidak terdapat lapangan besar yang dapat mempengaruhi produksi nasional secara signifikan untuk perioda waktu yang panjang. Pada Tabel 5 ditampilkan data peningkatan jumlah produksi yang merupakan akumulasi dari data yang terdapat pada Tabel 4. Setelah memperhitungkan adanya peningkatan produksi nasional yang kemudian akan diikuti dengan penurunan produksi nasional (dengan decline rate tertentu) maka diperoleh data seperti pada Tabel 6. Kemudian digambarkan
4
•
• •
Untuk skenario Pesimistik diperoleh jumlah total cadangan (Ultimate Reserve) yang dimiliki Indonesia sebesar 24,4 milyar barrel minyak Untuk skenario Optimistik diperoleh jumlah total cadangan (Ultimate Reserve) yang dimiliki Indonesia sebesar 26 milyar barrel minyak Berdasarkan kurva Puncak Hubbert pada gambar 4, Indonesia telah melewati puncak produksinya pada tahun 1991. Berdasarkan kurva Puncak Hubbert pada gambar 4, Ultimate Reserve Indonesia sebesar 28 milyar barrel minyak Berdasarkan kurva Puncak Hubbert pada gambar 4, cadangan terbukti Indonesia akan habis pada tahun 2019 Berdasarkan kurva Puncak Hubbert pada gambar 4, cadangan potensial Indonesia akan habis pada tahun 2052
V. DAFTAR PUSTAKA 1.
2.
3. 4. 5. 6.
Permadi, Asep K.: Diktat Kuliah Teknik Reservoir I, Departemen Teknik Perminyakan ITB, Bandung (2004). Arsegianto., Faisal, Ahmad.: Estimation Of Indonesia Ultimate Oil Reserve With Statistical Approach http://en.wikipedia.org/hubbert peak curve http://wolf.readinglitho.co.uk/hubbert's peak mathematics www.opec.org/annual statistical bulletin 2005 www.bp.com/statistical review full report workbook 2006
TM-FTTM-ITB Sem1 2007-2008
LAMPIRAN
Gambar 1. Contoh Kurva Puncak Hubbert3
Indonesian Oil Production History 1,8
21
1,6
Daily Prod (million bpd)
1,4 15 1,2 1,0
12
0,8
9
0,6 6 0,4 3
0,2 0,0 1930
Cummulative Prod (billion bbl)
18
1945
1960
1975
1990
0 2005
Year Daily Prod
Cummulative Prod
Gambar 2. Sejarah Produksi Minyak Indonesia
Victor S Purba, 12201037, Sem1 2007/2008
5
Gambar 3. Produksi Maksimum Total Minyak Indonesia2
Production Peak: 1991 Cumulative Production: 20.91 billion bbls Ultimate Reserve: 8.25 billion bbls Proven Reserve Ends: 2019 Potential Reserve Ends: 2052
Gambar 4. Kurva Puncak Hubbert untuk Indonesia2
6
TM-FTTM-ITB Sem1 2007-2008
Indonesia Oil Production (Pessimistic)
1.600
800
1.400 1.200
600
1.000 800
400
600 400
200
Annual Prod. (Million BPD)
Daily Prod. (Thousand BPD)
1.800
200 0 0 1930 1941 1952 1963 1974 1985 1996 2007 2018 2029
Year Daily Oil Production
Annual Oil Production
Gambar 5. Produksi Minyak Indonesia untuk Kasus Pesimistik
Indonesia Oil Production (Optimistic)
1.600
800
1.400 1.200
600
1.000 800
400
600 400
200
Annual Prod. (Million BPD)
Daily Prod. (Thousand BPD)
1.800
200 0 0 1930 1941 1952 1963 1974 1985 1996 2007 2018 2029
Year Daily Oil Production
Annual Oil Production
Gambar 6. Produksi Minyak Indonesia untuk Kasus Optimistik
Victor S Purba, 12201037, Sem1 2007/2008
7
Indonesia Oil Production
Daily Prod. (Thousand BPD)
1.800 1.600 1.400 1.200 1.000 800 600 400 200 0 1930
1941
1952
1963
1974
1985
1996
2007
2018
2029
Year Daily Oil Prod (pes)
Daily Oil Prod (opt)
Gambar 7. Produksi Minyak Indonesia (Opt+Pes)
8
TM-FTTM-ITB Sem1 2007-2008
Tabel 1
year
Daily Prod
1930
114.300
Cum Prod (Q) 477.038.000
Annual Prod (P) 41.719.500
P (billion bbl/year)
Q (billion bbl)
P/Q
0,0417
0,4770
0,0875
1931
97.400
512.589.000
35.551.000
0,0356
0,5126
0,0694
1932
106.600
551.605.000
38.909.000
0,0389
0,5516
0,0705
1933
116.900
594.273.000
42.668.500
0,0427
0,5943
0,0718
1934
127.500
640.811.000
46.537.500
0,0465
0,6408
0,0726
1935
129.200
687.969.000
47.158.000
0,0472
0,6880
0,0685
1936
136.700
738.001.000
49.895.500
0,0499
0,7380
0,0676
1937
155.400
794.722.000
56.721.000
0,0567
0,7947
0,0714
1938
157.000
852.027.000
57.305.000
0,0573
0,8520
0,0673
1939
170.100
914.113.000
62.086.500
0,0621
0,9141
0,0679
1940
169.400
976.114.000
61.831.000
0,0618
0,9761
0,0633
1941
147.100
1.029.805.000
53.691.500
0,0537
1,0298
0,0521
1942
65.800
1.053.822.000
24.017.000
0,0240
1,0538
0,0228
1943
132.300
1.102.111.500
48.289.500
0,0483
1,1021
0,0438
1944
60.800
1.124.303.500
22.192.000
0,0222
1,1243
0,0197
1945
20.800
1.131.895.500
7.592.000
0,0076
1,1319
0,0067
1946
5.700
1.133.976.000
2.080.500
0,0021
1,1340
0,0018
1947
22.000
1.142.006.000
8.030.000
0,0080
1,1420
0,0070
1948
86.800
1.173.688.000
31.682.000
0,0317
1,1737
0,0270
1949
118.400
1.216.904.000
43.216.000
0,0432
1,2169
0,0355
1950
132.600
1.265.303.000
48.399.000
0,0484
1,2653
0,0383
1951
151.900
1.320.746.500
55.443.500
0,0554
1,3207
0,0420
1952
170.600
1.383.015.500
62.269.000
0,0623
1,3830
0,0450
1953
205.900
1.458.169.000
75.153.500
0,0752
1,4582
0,0515
1954
217.600
1.537.593.000
79.424.000
0,0794
1,5376
0,0517
1955
235.000
1.623.368.000
85.775.000
0,0858
1,6234
0,0528
1956
254.800
1.716.370.000
93.002.000
0,0930
1,7164
0,0542
1957
312.100
1.830.286.500
113.916.500
0,1139
1,8303
0,0622
1958
325.100
1.948.948.000
118.661.500
0,1187
1,9489
0,0609
1959
373.100
2.085.129.500
136.181.500
0,1362
2,0851
0,0653
1960
409.600
2.234.633.500
149.504.000
0,1495
2,2346
0,0669
1961
424.300
2.389.503.000
154.869.500
0,1549
2,3895
0,0648
1962
453.400
2.554.994.000
165.491.000
0,1655
2,5550
0,0648
1963
444.000
2.717.054.000
162.060.000
0,1621
2,7171
0,0596
1964
456.600
2.883.713.000
166.659.000
0,1667
2,8837
0,0578
1965
480.600
3.059.132.000
175.419.000
0,1754
3,0591
0,0573
1966
464.600
3.228.711.000
169.579.000
0,1696
3,2287
0,0525
1967
505.400
3.413.182.000
184.471.000
0,1845
3,4132
0,0540
1968
600.700
3.632.437.500
219.255.500
0,2193
3,6324
0,0604
1969
742.300
3.903.377.000
270.939.500
0,2709
3,9034
0,0694
1970
853.600
4.214.941.000
311.564.000
0,3116
4,2149
0,0739
1971
892.100
4.540.557.500
325.616.500
0,3256
4,5406
0,0717
1972
1.080.800
4.935.049.500
394.492.000
0,3945
4,9350
0,0799
1973
1.338.500
5.423.602.000
488.552.500
0,4886
5,4236
0,0901
1974
1.374.500
5.925.294.500
501.692.500
0,5017
5,9253
0,0847
1975
1.306.500
6.402.167.000
476.872.500
0,4769
6,4022
0,0745
1976
1.503.600
6.950.981.000
548.814.000
0,5488
6,9510
0,0790
1977
1.686.200
7.566.444.000
615.463.000
0,6155
7,5664
0,0813
1978
1.635.200
8.163.292.000
596.848.000
0,5968
8,1633
0,0731
1979
1.590.800
8.743.934.000
580.642.000
0,5806
8,7439
0,0664
1980
1.575.700
9.319.064.500
575.130.500
0,5751
9,3191
0,0617
1981
1.604.200
9.904.597.500
585.533.000
0,5855
9,9046
0,0591
Victor S Purba, 12201037, Sem1 2007/2008
9
10
1982
1.324.800
10.388.149.500
483.552.000
0,4836
10,3881
0,0465
1983
1.245.300
10.842.684.000
454.534.500
0,4545
10,8427
0,0419
1984
1.280.100
11.309.920.500
467.236.500
0,4672
11,3099
0,0413
1985
1.181.500
11.741.168.000
431.247.500
0,4312
11,7412
0,0367
1986
1.256.800
12.199.900.000
458.732.000
0,4587
12,1999
0,0376
1987
1.158.100
12.622.606.500
422.706.500
0,4227
12,6226
0,0335
1988
1.161.500
13.046.554.000
423.947.500
0,4239
13,0466
0,0325
1989
1.231.100
13.495.905.500
449.351.500
0,4494
13,4959
0,0333
1990
1.299.300
13.970.150.000
474.244.500
0,4742
13,9702
0,0339
1991
1.450.000
14.499.400.000
529.250.000
0,5293
14,4994
0,0365
1992
1.347.700
14.991.310.500
491.910.500
0,4919
14,9913
0,0328
1993
1.327.300
15.475.775.000
484.464.500
0,4845
15,4758
0,0313
1994
1.323.800
15.958.962.000
483.187.000
0,4832
15,9590
0,0303
1995
1.328.400
16.443.828.000
484.866.000
0,4849
16,4438
0,0295
1996
1.326.700
16.928.073.500
484.245.500
0,4842
16,9281
0,0286
1997
1.330.400
17.413.669.500
485.596.000
0,4856
17,4137
0,0279
1998
1.315.400
17.893.790.500
480.121.000
0,4801
17,8938
0,0268
1999
1.355.500
18.388.548.000
494.757.500
0,4948
18,3885
0,0269
2000
1.272.500
18.853.010.500
464.462.500
0,4645
18,8530
0,0246
2001
1.214.200
19.296.193.500
443.183.000
0,4432
19,2962
0,0230
2002
1.125.400
19.706.964.500
410.771.000
0,4108
19,7070
0,0208
2003
1.139.600
20.122.918.500
415.954.000
0,4160
20,1229
0,0207
2004
1.094.400
20.522.374.500
399.456.000
0,3995
20,5224
0,0195
2005
1.059.300
20.909.019.000
386.644.500
0,3866
20,9090
0,0185
TM-FTTM-ITB Sem1 2007-2008
Tabel 2 Q
P
1/P
Tempo
1
0.067
14.993
1948.042
2
0.129
7.776
1955.818
3
0.186
5.385
1961.203
4
0.238
4.202
1965.405
5
0.286
3.503
1968.907
6
0.328
3.047
1971.954
7
0.366
2.731
1974.686
8
0.399
2.505
1977.191
9
0.428
2.339
1979.530
10
0.451
2.217
1981.747
11
0.470
2.129
1983.876
12
0.484
2.068
1985.944
13
0.493
2.030
1987.974
14
0.497
2.012
1989.986
15
0.497
2.014
1992
16
0.491
2.036
1994.036
17
0.481
2.079
1996.114
18
0.466
2.145
1998.259
19
0.447
2.240
2000.499
20
0.422
2.370
2002.869
21
0.393
2.546
2005.415
22
0.359
2.789
2008.204
23
0.320
3.128
2011.332
24
0.276
3.623
2014.955
25
0.228
4.396
2019.351
26
0.174
5.741
2025.091
27
0.116
8.613
2033.704
28
0.053
18.797
2052.501
Victor S Purba, 12201037, Sem1 2007/2008
11
Tabel 3 Tahun 1930
12
BPD 114.300
Annual Prod (bbl)
Luas Daerah (bbl)
41.719.500
1931
97.400
35.551.000
37.230.000
1932
106.600
38.909.000
40.788.750
1933
116.900
42.668.500
44.603.000
1934
127.500
46.537.500
46.847.750
1935
129.200
47.158.000
48.526.750
1936
136.700
49.895.500
53.308.250
1937
155.400
56.721.000
51.508.185
1938
126.837
46.295.369
48.019.399
1939
136.283
49.743.429
49.712.140
1940
136.112
49.680.851
51.686.176
1941
147.100
53.691.500
38.854.250
1942
65.800
24.017.000
36.153.250
1943
132.300
48.289.500
35.240.750
1944
60.800
22.192.000
14.892.000
1945
20.800
7.592.000
4.836.250
1946
5.700
2.080.500
5.055.250
1947
22.000
8.030.000
19.856.000
1948
86.800
31.682.000
37.449.000
1949
118.400
43.216.000
42.934.658
1950
116.858
42.653.317
46.648.936
1951
138.752
50.644.556
51.989.987
1952
146.124
53.335.419
58.660.826
1953
175.305
63.986.233
65.707.134
1954
184.734
67.428.035
70.416.145
1955
201.108
73.404.255
76.595.745
1956
218.595
79.787.234
88.291.615
1957
265.195
96.795.995
98.804.756
1958
276.201
100.813.517
107.409.262
1959
312.342
114.005.006
121.445.557
1960
353.113
128.886.108
131.038.798
1961
364.908
133.191.489
137.809.762
1962
390.214
142.428.035
142.740.926
1963
391.928
143.053.817
145.056.320
1964
402.901
147.058.824
161.238.912
1965
480.600
175.419.000
172.759.500
1966
466.027
170.100.000
188.950.000
1967
569.315
207.800.000
213.350.137
1968
599.727
218.900.273
244.800.137
1969
741.644
270.700.000
290.950.000
1970
852.603
311.200.000
317.900.000
1971
889.315
324.600.000
359.260.383
1972
1.079.235
393.920.765
440.810.383
1973
1.336.164
487.700.000
494.350.000
1974
1.372.603
501.000.000
488.650.000
1975
1.304.932
476.300.000
512.249.044
1976
1.501.913
548.198.087
581.249.044
1977
1.683.014
614.300.000
604.800.000
1978
1.630.959
595.300.000
587.600.000
1979
1.588.767
579.900.000
578.708.880
1980
1.582.240
577.517.759
585.158.880
1981
1.624.110
592.800.000
531.450.000
TM-FTTM-ITB Sem1 2007-2008
1982
1.287.945
470.100.000
491.900.000
1983
1.407.397
513.700.000
533.292.623
1984
1.514.754
552.885.245
520.642.623
1985
1.338.082
488.400.000
492.750.000
1986
1.361.918
497.100.000
512.350.000
1987
1.445.479
527.600.000
500.950.273
1988
1.299.454
474.300.546
490.300.273
1989
1.387.123
506.300.000
534.100.000
1990
1.539.452
561.900.000
568.415.000
1991
1.575.151
574.930.000
558.796.626
1992
1.486.749
542.663.251
551.476.626
1993
1.535.041
560.290.000
574.265.000
1994
1.611.616
588.240.000
590.485.000
1995
1.623.918
592.730.000
582.860.082
1996
1.569.836
572.990.163
570.660.082
1997
1.557.068
568.330.000
568.245.063
1998
1.556.603
568.160.125
557.827.232
1999
1.499.984
547.494.338
532.063.919
2000
1.415.434
516.633.500
503.221.133
2001
1.341.942
489.808.766
473.476.419
2002
1.252.450
457.144.072
434.286.869
2003
1.127.205
411.429.665
390.858.182
2004
1.014.484
370.286.698
351.772.363
2005
913.036
333.258.028
324.926.577
2006
867.384
316.595.127
300.765.370
2007
780.646
284.935.614
270.688.833
2008
702.581
256.442.053
243.619.950
2009
632.323
230.797.847
219.257.955
2010
569.091
207.718.063
197.332.159
2011
512.182
186.946.256
177.598.943
2012
460.963
168.251.631
159.839.049
2013
414.867
151.426.468
143.855.144
2014
373.380
136.283.821
129.469.630
2015
336.042
122.655.439
116.522.667
2016
302.438
110.389.895
104.870.400
2017
272.194
99.350.905
94.383.360
2018
244.975
89.415.815
84.945.024
2019
220.477
80.474.233
76.450.522
2020
198.430
72.426.810
68.805.470
2021
178.587
65.184.129
61.924.923
2022
160.728
58.665.716
55.732.430
2023
144.655
52.799.145
50.159.187
2024
130.190
47.519.230
45.143.269
2025
117.171
42.767.307
40.628.942
2026
105.454
38.490.576
36.566.048
2027
94.908
34.641.519
32.909.443
2028
85.417
31.177.367
29.618.499
2029
76.876
28.059.630
26.656.649
2030
69.188
25.253.667
23.990.984
2031
62.269
22.728.300
21.591.885
2032
56.042
20.455.470
19.432.697
2033
50.438
18.409.923 Luas Total
Victor S Purba, 12201037, Sem1 2007/2008
24.447.034.265
13
Tabel 4 DAFTAR LAPANGAN DAN RENCANA PRODUKSI No.
FIELD
PSC
ON STREAM
RESERVES
PEAK PROD.
(MMSTB)
(BOPD)
REMARK
A. ON GOING POD 1
Mengoepeh
PearlOil
2005
6.50
600
Oil
2
Air Hitam
Golden Spike
2003
3.00
1,4
Oil & Gas
3
Oseil Fase-2
2004
63.00
21
Oil
4
Sukowati
KUFPEC PetroChina East J.
2004
23.60
7
Oil & Gas
5
Pungut WF
PT. CPI
2004
7.80
1,8
Oil
6
Oyong
Santos
2005
6.10
8,7
Oil & Gas
7
Ke-30
2005
2.95
3,4
Oil & Gas
8
Ripah (Full Field)
Kodeco PetroChina Jabung
2004
6.92
4,2
Oil
9
Risma
2005
5.20
3
Oil
10
TBA & TBC
2005
9.60
7
Oil
11
2005
0.25
5,8
12
Klari & Payo Intan, Vita, Aryani & Widuri East
CNOOC PetroChina Jabung PetroChina SLWT CNOOC
2005
8.40
2,3
Oil
13
Piano & West Piano
PetroChina
2005
12.35
6,6
Oil
14
Tilan
PT. CPI
2004
2.13
2,5
Oil
15
Yani
CNOOC
2005
1.30
1,1
Oil
16
Nusa
PT. CPI
2004
2.90
800
Oil
Oil & Gas
17
Duri Area 11 (Rev)
PT. CPI
2003
21.60
5,9
Oil
18
Integrated SNSB
ConocoPhillips
2004
228.00
70
Oil & Gas
19
Tanggulangin
Lapindo Brantas
2006
3.00
640
Oil
20
Tambora
TOTAL
2004
24.00
6,4
Condensat
21
Sisi-Nubi
TOTAL
2006
35.90
10
Condensat
22
Sapi
Unocal
2005
0.54
575
Condensat
23
Ujung Pangkah
2006
2.93
750
Condensat
24
North East "O"
AMERADA PetroChina SLWT
2004
0.53
240
Condensat
25
Seturian
Unocal
2007
0.77
300
Condensat
26
Tangguh
2007
35.12
30
Condensat
27
Senoro
BP Indonesia MEDCO ENERGI
2008
21.00
11,8
Condensat
1
Merah Besar
UNOCAL
2010
29.00
19
Oil
2
Block Cepu
EXXON MOBIL
2009
536.00
170
Oil
3
Jeruk
Santos
2009
153.00
50
Oil
4
Bukit Tua
ConocoPhillips
2009
77.00
25
Oil
B. EXPECTED POD
14
5
Ranggas
UNOCAL
2010
57.00
30
Oil & Gas
6
Ujung Pangkah
Amerada Hess
2008
35.00
20
Oil
7
North Duri
CPI
2008
217.00
75
Oil
8
Gendalo
UNOCAL
2008
30.00
19
Condensat
9
Gandang
UNOCAL
2014
3.00
2,2
Condensat
C. MARGINAL FIELD
2006
58.00
30
D. BROWN FIELD
2008
120.00
40
E. FUTURE POD (PROB.+POSS. RESERVE)
2012
400.00
145
TM-FTTM-ITB Sem1 2007-2008
Tabel 5 POD disetujui
Expected POD
OIL
Condensate
Total
OIL
Condensate
year
bbl
year
bbl
year
year
bbl
year
2006
116.473
2006
36.404
2008
30.000
2008
10.904
2006
193.781
2007
134.802
2007
33.963
2009
128.383
2009
19.151
2007
316.299
2008
119.339
2008
38.414
2010
246.409
2010
15.288
2008
419.450
2009
92.090
2009
48.697
2011
347.569
2011
9.370
2009
497.726
2010
71.960
2010
50.943
2012
369.975
2012
5.288
2010
498.166
2011
59.260
2011
49.657
2013
361.071
2013
3.644
2011
473.632
2012
49.659
2012
46.838
2014
335.533
2014
4.473
2012
436.503
2013
38.098
2013
45.400
2015
257.259
2015
5.123
2013
345.880
2014
27.235
2014
39.925
2016
211.795
2016
3.780
2014
282.735
2015
18.883
2015
33.017
2017
171.103
2017
1.946
2015
224.949
2016
10.378
2016
28.372
2018
149.127
2018
5.781
2016
193.658
2017
7.501
2017
23.104
2019
121.919
2019
3.178
2017
155.702
2018
5.730
2018
18.706
2020
102.020
2020
1.699
2018
128.155
2019
4.115
2019
16.026
2021
46.155
2021
657
2019
66.953
2020
3.359
2020
15.540
2022
41.820
2022
359
2020
61.078
2021
2.397
2021
10.449
2023
38.158
2023
141
2021
51.145
2022
800
2022
10.327
2024
35.236
2022
46.363
2023
600
2023
8.951
2025
32.770
2023
42.321
2024
6.801
2024
6.801
2025
4.986
2025
4.986
2026
4.030
2026
4.030
2027
3850
2027
3.850
2028
3278
2028
3.278
2029
1643
2029
1.643
2030
1643
2030
1.643
2031
1643
2031
1.643
2032
819
2032
819
Victor S Purba, 12201037, Sem1 2007/2008
bbl
bbl
15
Tabel 6 Tahun 1930
16
BPD 114.300
Additional Prod (bbl)
Annual Prod (bbl)
Luas Daerah (bbl)
41.719.500
1931
97.400
35.551.000
37.230.000
1932
106.600
38.909.000
40.788.750
1933
116.900
42.668.500
44.603.000
1934
127.500
46.537.500
46.847.750
1935
129.200
47.158.000
48.526.750
1936
136.700
49.895.500
53.308.250
1937
155.400
56.721.000
51.508.185
1938
126.837
46.295.369
48.019.399
1939
136.283
49.743.429
49.712.140
1940
136.112
49.680.851
51.686.176
1941
147.100
53.691.500
38.854.250
1942
65.800
24.017.000
36.153.250
1943
132.300
48.289.500
35.240.750
1944
60.800
22.192.000
14.892.000
1945
20.800
7.592.000
4.836.250
1946
5.700
2.080.500
5.055.250
1947
22.000
8.030.000
19.856.000
1948
86.800
31.682.000
37.449.000
1949
118.400
43.216.000
42.934.658
1950
116.858
42.653.317
46.648.936
1951
138.752
50.644.556
51.989.987
1952
146.124
53.335.419
58.660.826
1953
175.305
63.986.233
65.707.134
1954
184.734
67.428.035
70.416.145
1955
201.108
73.404.255
76.595.745
1956
218.595
79.787.234
88.291.615
1957
265.195
96.795.995
98.804.756
1958
276.201
100.813.517
107.409.262
1959
312.342
114.005.006
121.445.557
1960
353.113
128.886.108
131.038.798
1961
364.908
133.191.489
137.809.762
1962
390.214
142.428.035
142.740.926
1963
391.928
143.053.817
145.056.320
1964
402.901
147.058.824
161.238.912
1965
480.600
175.419.000
172.759.500
1966
466.027
170.100.000
188.950.000
1967
569.315
207.800.000
213.350.137
1968
599.727
218.900.273
244.800.137
1969
741.644
270.700.000
290.950.000
1970
852.603
311.200.000
317.900.000
1971
889.315
324.600.000
359.260.383
1972
1.079.235
393.920.765
440.810.383
1973
1.336.164
487.700.000
494.350.000
1974
1.372.603
501.000.000
488.650.000
1975
1.304.932
476.300.000
512.249.044
1976
1.501.913
548.198.087
581.249.044
1977
1.683.014
614.300.000
604.800.000
1978
1.630.959
595.300.000
587.600.000
1979
1.588.767
579.900.000
578.708.880
1980
1.582.240
577.517.759
585.158.880
1981
1.624.110
592.800.000
531.450.000
TM-FTTM-ITB Sem1 2007-2008
1982
1.287.945
470.100.000
491.900.000
1983
1.407.397
513.700.000
533.292.623
1984
1.514.754
552.885.245
520.642.623
1985
1.338.082
488.400.000
492.750.000
1986
1.361.918
497.100.000
512.350.000
1987
1.445.479
527.600.000
500.950.273
1988
1.299.454
474.300.546
490.300.273
1989
1.387.123
506.300.000
534.100.000
1990
1.539.452
561.900.000
568.415.000
1991
1.575.151
574.930.000
558.796.626
1992
1.486.749
542.663.251
551.476.626
1993
1.535.041
560.290.000
574.265.000
1994
1.611.616
588.240.000
590.485.000
1995
1.623.918
592.730.000
582.860.082
1996
1.569.836
572.990.163
570.660.082
1997
1.557.068
568.330.000
568.245.063
1998
1.556.603
568.160.125
557.827.232
1999
1.499.984
547.494.338
532.063.919
2000
1.415.434
516.633.500
503.221.133
2001
1.341.942
489.808.766
473.476.419
2002
1.252.450
457.144.072
434.286.869
2003
1.127.205
411.429.665
390.858.182
2004
1.014.484
370.286.698
351.772.363
2005
913.036
333.258.028
324.926.577
2006
867.384
316.595.127
358.489.938
2007
1.096.945
316.299
400.384.749
404.963.026
2008
1.122.031
419.450
409.541.303
411.004.570
2009
1.130.049
497.726
412.467.837
401.008.245
2010
1.067.257
498.166
389.548.653
374.685.294
2011
985.814
473.632
359.821.936
343.698.581
2012
897.466
436.503
327.575.226
302.623.947
2013
760.747
345.880
277.672.668
258.577.382
2014
656.115
282.735
239.482.096
222.121.960
2015
560.991
224.949
204.761.824
192.918.444
2016
496.096
193.658
181.075.065
168.628.600
2017
427.896
155.702
156.182.135
146.187.263
2018
373.130
128.155
136.192.390
120.552.234
2019
287.430
66.953
104.912.078
99.816.179
2020
259.508
61.078
94.720.280
89.286.167
2021
229.732
51.145
83.852.054
79.720.133
2022
207.091
46.363
75.588.211
71.917.260
2023
186.976
42.321
68.246.310
59.123.952
2024
136.991
6.801
50.001.595
47.294.396
2025
122.157
4.986
44.587.197
42.274.362
2026
109.484
4.030
39.961.526
38.004.148
2027
98.758
3.850
36.046.769
34.210.303
2028
88.695
3.278
32.373.837
30.516.581
2029
78.519
1.643
28.659.325
27.256.344
2030
70.831
1.643
25.853.362
24.590.679
2031
63.912
1.643
23.327.995
22.041.200
2032
56.861
819
20.754.405
19.582.138
2033
50.438
18.409.870 Luas Total
Victor S Purba, 12201037, Sem1 2007/2008
26.005.368.158
17