KOMUNIKASI KELUARGA DALAM PERKEMBANGAN ANAK Oleh Afrina Sari Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi, Sastra dan Bahasa Universitas Islam “45” Bekasi Abstract This study aims to describe patterns of family communication in child development. Design research is a descriptive survey using a statistical test of causality by Structural Equation Model (SEM) using LISREL and SPSS version 16 for conform and look at the model equation. The results showed that (1) Effect of verbal language, intonation, tone of the physical development of children is 0.210 and the other is the influence of other variables (errorvar) of 0.790. Effect of verbal language, intonation, tone of emotional development of children is 0.329 and the other is the influence of other variables (errorvar) of 0.671. Effect of verbal language, intonation, tone of the child's cognitive development is 0.138 and the other is the influence of other variables (errorvar) of 0.862. Effect of verbal language, intonation, tone of the psychosocial development of children is 0.0955 and the other is the influence of other variables (errorvar) of 0.905. (2) Effect of nonverbal communication facial expressions, proximity, and hectic kinesics against physical development of children is 0.136 and the other is the influence of other variables (errorvar) of 0.864. Effect of facial nonverbal communication, proximity, hectic and kinesics to the development of the child's emotions is 0.240 and the other is the influence of other variables (errorvar) of 0.760. Effect of nonverbal communication facial expressions, proximity, hectic and kinesics of cognitive development of children is 0.130 and the other is the influence of other variables (errorvar) of 0.870. Effect of nonverbal communication facial expressions, proximity, hectic and kinesics of the psychosocial development of children is 0.0977 and the other is the influence of other variables (errorvar) of 0.902. Keywords: Family communication , child development
PENDAHULUAN Hubungan orangtua dan anaknya merupakan hubungan interpersonal antara orangtua dan anak dalam komunikasi keluarga. Menurut Rakhmat (2007) ada empat
model menganalisa hubungan interpersonal yaitu: (1) model pertukaran sosial, (2) Model peranan, (3) Model permainan, (4) Model interaksional.
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
1
Model pertukaran sosial memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Hubungan orangtua dan anaknya dapat dianalisa berdasarkan model pertukaran sosial ini dengan melihat bahwa orangtua memberikan suatu reward kepada anaknya apabila anaknya mendapatkan suatu prestasi. Sebaliknya akan memberikan punnisment kepada anaknya apabila anaknya melakukan suatu hal yang tidak sesuai dengan kesepakatan antara orangtua dan anaknya. Model Peranan memandang hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara, dimana setiap orang memainkan peranannya sesuai dengan ”naskah” yang telah dibuat masyarakat. Hubungan orangtua dan anaknya dapat dipandang dari model peranan yaitu orangtua sudah tercatat dalam ”naskah” sebagai panutan dari anaknya, sehingga setiap prilakunya ditunjukkan sebagai teladan atau patokan dalam tindakan seorang anak. Menurut Rakhmat (2007) ekspektasi peranan mengacu kepada kewajiban, tugas dan hal yang berkaitan dengan posisi tertentu dalam kelompok. Orangtua memiliki kewajiban mengasuh dan membimbing anak-anaknya, sedangkan tugas orangtua adalah menghantarkan anak-anaknya kepada kehidupan yang baik dan sejahtera. Model permainan melihat hubungan interpersonal dalam bentuk permainan. Dalam model permainan
hal yang dimunculkan adalah aspek kepribadian. Aspek kepribadian melingkupi aspek orangtua, orang dewasa, anak-anak. Adakalanya seseorang akan menjadi orangtua, adakala akan bermain sebagai orang dewasa, begitu juga akan bermain sebagai anak-anak. Hubungan orangtua dan anaknya dapat dikembangkan dalam model permainan dengan memainkan peranan yang berbalik dimana orangtua bermain sebagai anak dan sebaliknya anak bermain sebagai orangtua pada saat mencari kedekatan hubungan. Model interaksional memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat struktural, integratif, dan medan. Hubungan interpersonal dapat dipandang sebagai sistem dengan sifat-sifatnya. untuk menganalisanya kita harus melihat pada karakteristik individuindividu yang terlibat. Dalam hubungan orangtua dan anaknya individu yang terlibat adalah ayah, ibu dan anak. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan, serta permainan yang dilakukan. Model interaksional merupakan paduan dari ketiga model sebelumnya (Rakhmat 2007). Hubungan orangtua dan anaknya dikembangkan berdasarkan keseimbangan dan kepuasan bersama antara orangtua dan anak. Hurlock (1978) mengatakan bahwa ada beberapa sikap orangtua
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
3
yang khas dalam pengasuhan anaknya yaitu: a) melindungi; secara berlebihan; dikatakan oleh Hurlock (1978) bahwa perlindungan yang dilakukan orangtua secara berlebihan mencakup pengasuhan dan pengendalian anak yang berlebihan. Hal ini menumbuhkan ketergantungan yang berlebihan, ketergantungan kepada semua orang, bukan pada orantua saja, yang berakibat pada kurangnya rasa percaya diri dan frustasi. b) Permisivitas;--permisivitas terlihat pada orangtua yang membiarkan anak berbuat sesuka hati, dengan sedikit kekangan. hal ini menciptakan suatu rumahtangga yang berpusat pada anak. Jika sikap permisif ini tidak berlebihan, ia mendorong anak untuk menjadi cerdik, mandiri dan memiliki penyesuaian sosial yang baik. sikap ini juga menumbuhkan rasa percaya diri, kreatifitas dan sikap matang. c) memanjakan: permisivitas berlebihan- memanjakan- membuat anak egois, menurut, dan sering berkuasa (tiranik). Mereka menuntut perhatian dan pelayanan dari orang lain, perilaku yang menyebabkan penyesuaian sosial yang buruk dirumah dan diluar rumah. d) Penolakan;--penolakan dapat dinyatakan dengan mengabaikan kesejahteraan anak, atau dengan menuntut terlalu banyak dari anak dan sikap bermusuhan yang terbuka. Hal ini menumbuhkan rasa dendam, perasaan tak berdaya, frustasi, perilaku gugup, dan sikap permusuhan terhadap orang lain, terutama terhadap mereka yang lebih
lemah. e) Penerimaan;--penerimaan orangtua di tandai oleh perhatian besar dan kasih sayang pada anak. Orangtua yang menerima, memperhatikan perkembangan kemampuan anak dan memperhitungkan minat anak. Anak yang diterima umumnya bersosialisasi dengan baik, kooperatif, ramah, loyal secara emosional stabil dan gembira. f) Dominasi;-- anak yang didominasi oleh salah satu atau kedua orangtua berisifat jujur, sopan dan berhati-hati tetapi cenderung malu, patuh dan mudah dipengaruhi orang lain, mengalah dan sangat sensitif. Pada anak yang didominasi sering berkembang rasa rendah diri dan perasaan menjadi korban. g) Tunduk pada anak;--orangtua yang tunduk pada anaknya membiarkan anak mendominasi mereka dan rumah mereka. Anak memerintah orangtua dan menunjukkan sedikit tenggang rasa, penghargaan atau loyalitas pada mereka. Anak belajar untuk menentang semua yang berwewenang dan mencoba mendominasi orang diluar lingkungan rumah. h) Favoritisme;-meskipun mereka berkata bahwa mereka mencintai semua anak dengan sama rata, kebanyakan orangtua mempunyai favorit. Hal ini membuat mereka lebih menuruti dan mencintai anak favoritnya daripada anak lain dalam keluarga. Anak yang disenangi cenderung memperlihatkan sisi baik mereka pada orangtua tetapi agresif dan dominan dalam hubungan dengan kakak-adik mereka. i) Ambisi
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
4
orangtua;-- hampir semua orangtua , mempunyai ambisi bagi anak mereka, seringkali sangat tinggi sehingga tidak realistis. Ambisi ini sering dipengaruhi oleh ambisi orangtua yang tidak tercapai dan hasrat orangtua supaya anak mereka naik di tangga status sosial. Bila anak, tidak dapat memenuhi ambisi orangtua, anak cenderung bersikap bermusuhan, tidak bertanggungjawab dan berprestasi dibawah kemampuan. Tambahan pula mereka memiliki perasaan tidak mampu yang sering diwarnai perasaan dijadikan orang yang di korbankan yang timbul akibat kritik orangtua terhadap rendahnya prestasi mereka. Menurut Piaget (Gunarsa, 2002), manusia tumbuh, beradaptasi dan berubah melalui perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan sosio-emosional, dan perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak memanipulasi dan aktif dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Penelitian ini mengamati hubungan antara dua peubah yaitu peubah bebas sering juga disebut sebagai peubah pengaruh, dan peubah tidak bebas atau sering juga disebut sebagai peubah terpengaruh (Sugiyono 2007). Dalam penelitian ini peubah pengaruh (antesedent) yang diteliti yaitu pola komunikasi keluarga yang meliputi: (1) pola laissez faire, (2) pola protektif, (3) pola pluralistik dan (4) pola konsensual. Peubah
terpengaruh atau peubah konsekuen yaitu: perkembangan anak meliputi: (a) perkembangan fisik (b) perkembangan emosi (c) perkembangan kognitif dan (d) perkembangan psikososial. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini di desain sebagai survei deskriptif kausalitas longitudinal. Maksudnya yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan pengaruh antar variabel sosiologis maupun psikologis, informasi yang dikumpulkan selama jangka waktu tertentu (Creswell, 2002). Analisis data dilakukan dengan pendekatan multi analisis dengan bantuan program statistik LISREL (Linear Structural Relation) versi. 8.70 Lokasi dan waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan di tiga kecamatan pada bulan Mei 2010 sampai dengan September 2010 di kecamatan Bekasi Utara, Pondok Gede dan Pondok Melati. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang tinggal di wilayah Kota Bekasi, dimana keluarga tersebut mempunyai orangtua lengkap, Bapak dan ibu yang memiliki anak laki-laki atau perempuan. Pengambilan sampel dikerjakan memakai teknik
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
5
disporprotionate stratified random sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan pengambilan sampel yang berstrata, kemudian di ambil acak untuk menentukan. besarnya sampling. (Riduwan 2004). Penghitungan sampel menggunakan rumus Taro Yamane yaitu 156 responden PEMBAHASAN Perkembangan Fisik Anak
Anak dalam penelitian ini adalah anak yang berusia antara 0 s/d 6 tahun yang diasuh oleh orangtua yang lengkap. Keluarga yang tinggal di permukiman dan keluarga yang tinggal di perkampungan mempunyai kesamaan pendapat dan perilaku orangtua terhadap anak. Perkembangan anak berdasarkan kelahiran dapat di lihat pada tabel 1, berikut ini.
Tabel 1. Perkembangan Anak berdasarkan Kelahiran Uraian
Permukiman (n)
Kelahiran: - Caesar - Normal - Prematur
21 56 1
Jumlah
78
Perkampungan (n) 14 64 0 78
Presentase (%) 2,0 77,5 0,5 100,0
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2010
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata anak yang tinggal di permukiman dan di perkampungan lahir secara normal (77,5 persen), namun ada juga yang lahir secara operasi caesar (22,0 persen). Hal ini terjadi karena ada proses yang sulit saat akan lahir. Data lapangan di ketahui bahwa anak yang lahir caesar disebabkan karena kondisi ibu yang sulit untuk melahirkan normal. Hasil
Observasi di lapangan di ketahui bahwa tidak ada perbedaan perilaku antara anak yang lahir normal dibanding dengan anak yang lahir caesar. Apabila pertumbuhan fisik anak sesuai dengan pertumbuhan usianya maka perkembangan anak terlihat sama. Perkembangan anak berdasarkan umur dapat di sajikan dalam tabel 2, berikut ini.
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
6
Uraian
Tabel 2. Perkembangan Anak berdasarkan Umur Permukiman Perkampungan (n) (n)
Umur: - 2 - 3 tahun 3,5 - 4,5 tahun - 4,6 - 6 tahun - > 6 tahun Jumlah
25 44 7 2 78
13 49 16 0 78
Presentase (%) 24,0 60,0 14,5 1,5 100,0
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2010
Dari data tersebut diketahui bahwa perkembangan anak jika dikaitkan dengan usianya, sudah sesuai dengan batas kemampuan anak dalam usia balita. Keluarga di permukiman dan keluarga di perkampungan mempunyai pola yang sama dalam mengadopsi informasi dari puskesmas ataupun dari dokter yang mereka kunjungi.
Pengetahuan Ibu dan Ayah pada kedua wilayah penelitian di nilai cukup mengerti dengan perkembangan anak sesuai dengan umur anak. Mereka para orangtua mengerti apa yang harus dilakukan pada saat anak bertambah bulan dan tahun usianya. Perkembangan anak berdasarkan jenis kelamin dapat disajikan dalam tabel 3, berikut ini.
Tabel 3. Perkembangan Anak berdasarkan Jenis Kelamin Uraian Permukiman Perkampungan Presentase (n) (n) (%) Jenis Kelamin: - laki-laki 35 30 41,0 - Perempuan 43 48 59,0 Jumlah
78
78
100,0
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2010
Para orangtua menganggap anak lakilaki maupun anak perempuan adalah sama, sehingga mereka tidak membedakan perilaku dalam pengasuhan. Jika di kaitkan dengan memilih permainan, karena sudah menjadi kebiasaan dan adanya
performance media, seperti film kartun ninja, power ranger, Conan, mereka membedakan jenis mainan bagi anak laki-laki dan anak perempuan. Keluarga di permukiman memilihkan mainan dengan membeli di Mall, atau pertokoan, sedangkan
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
2
keluarga di perkampungan memilih mainan di beli di pasar terdekat rumah dan sebagian mainan di buat dari barang bekas yang mereka miliki, dan terkadang di buat dari bahan yang ada di lingkungan tempat
tinggal seperti pohon pisang, pelepah pohon kelapa, sandal jepit yang rusak. Perkembangan anak berdasarkan pandai berjalan dapat di lihat dalam tabel 4, berikut ini.
Tabel 4. Perkembangan Anak berdasarkan Pandai berjalan Uraian Permukiman Perkampungan Persentase (n) (n) (%) Pandai berjalan: Umur 8 - 10 bulan 6 5 7,5 Umur 11- 13 bulan 51 58 69,0 Umur 14- 16 bulan 20 13 21,0 Umur 17- 24 bulan 1 2 2,5 Jumlah 78 78 100,0 Sumber: Data Primer setelah diolah, 2010
Perkembangan anak secara fisik, terutama pada saat anak pandai berjalan, dari kedua wilayah penelitian 90 persen anak pandai berjalan pada umur 11-16 bulan. Jika di kaitkan dengan perkembangan fisik dan motorik anak, pola pandai berjalan terhadap anak di permukiman dan di perkampungan termasuk pola normal. Menurut data perkembangan anak, perkembangan
Uraian
motorik kasar untuk berjalan lancar antara 11-16 bulan. Artinya keluarga di permukiman maupun di perkampungan mempunyai perkembangan yang sama. Hal ini di mungkinkan karena perkembangan pelayanan puskesmas di setiap wilayah daerah berkembang cukup baik, sehingga masyarakat mendapat pengetahuan untuk memantau perkembangan anaknya lebih cepat.
Tabel 5. Perkembangan Anak berdasarkan Tumbuh Gigi Permukiman Perkampungan Presentase (n) (n) (%)
Tumbuh Gigi: Umur 6 - 9 bulan Umur 10- 12 bulan Umur 13 -15 bulan Umur 16- 24 bulan Jumlah
34 36 7 1 78
20 52 6 0 78
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
35,5 56,0 8,0 0,5 100,0 7
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2010
Perkembangan terhadap tumbuh gigi pada anak dalam penelitian ini dapat dikatakan bahwa 91,5 persen anak-anak dari keluarga di permukiman maupun di perkampungan tumbuh gigi pada umur 6 bulan s/d 12 bulan. Dan 8,5 persen responden menyatakan bahwa anak mereka tumbuh gigi diatas umur 13 bulan s/d 24 bulan. Berdasarkan
Uraian
hasil wawancara dengan beberapa responden di lapangan di ketahui bahwa tumbuh gigi yang dialami anak mereka dimulai dari gigi depan bawah, artinya pertumbuhan fisik secara tumbuh gigi terjadi secara normal. Perkembangan anak berdasarkan berat badan anak dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Perkembangan Anak berdasarkan Berat Badan Permukiman Perkampungan (n) (n)
Berat Badan: Tetap setiap bulan Kadang naik, kadang tetap Selalu kurang Selalu naik Sesuai dengan TB Jumlah
4 20 13 9 32 78
2 14 14 6 42 78
Presentase (%) 4,5 21,0 17,0 9,5 57,0 100,0
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2010
Perkembangan fisik secara berat badan anak terlihat bahwa 6 responden (4,5 persen) menyatakan bahwa timbangan berat badan anak mereka tetap setiap bulan, artinya tidak ada kenaikan berat badan. Sebanyak 34 responden (21,0 persen) menyatakan bahwa timbangan berat badan anak mereka kadang naikkadang tetap. Sebanyak 27 responden (17,0 persen) menyatakan bahwa timbangan berat badannya selalu kurang, artinya setiap bulannya berat badan anak mereka tidak memenuhi timbangan normal. Sebanyak 15 responden (9,5 persen) menyatakan
timbangan berat badan anak mereka selalu naik, dan sebanyak 74 reponden (57,0 persen) menyatakan bahwa timbangan berat badan anak mereka sesuai dengan tinggi badan anak mereka. Perkembangan Emosi Anak Perkembangan emosi pada anak merupakan proses pengungkapan perasaan dan keinginan anak terhadap sesuatu, termasuk dalam pola-pola perilaku dalam menghadapi rasa tidak nyaman atau tidak menyenangkan. Perkembangan anak pada anak usia 3-6 tahun di ungkapkan dengan menangis dan berteriak-teriak. Dalam
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
2
penelitian ini perkembangan emosi diungkapkan dengan kecengengan dan tindakan yang menunjukkan ketidaksukaan. Hal yang utama yang
dituntut dari pengasuh terutama ibu adalah bagaimana membaca dan memperlakukan keinginan anak agar terjalin kembali kesamaan makna,
sehingga anak tidak menunjukkan kemarahan ataupun kejengkelan terhadap sesuatu. Tingkah laku anak dapat di ukur berdasarkan perilaku ibu dalam membujuk anak apabila merajuk atau
ngambek dalam kegiatan mainnya, tabel berikut menunjukkan bagaimana ibu dari keluarga permukiman dan perkampungan membujuk anak saat anak-anak mereka menangis ataupun ngambek:
Tabel 7. Perkembangan Anak berdasarkan cara ibu membujuk Uraian Permukiman Perkampungan cara ibu membujuk (n) (n) Mengendong 34 30 Menciumi wajah dan membelai 15 22 Membujuk sambil memuji 23 24 Membiarkan sampai tangis selesai 2 2 Memberi mainan 2 0 Membeli kue 1 0 Membuat cerita menarik perhatian 1 0 Jumlah 78 78
Presentase (%) 41,0 22,0 31,5 3,0 1,5 0,5 0,5 100,0
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2010
Tabel 7 menjelaskan bahwa perkembangan emosi anak dapat di sinergikan dengan cara ibu membujuk saat anak menangis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga yang tinggal di permukiman terlihat bahwa ibu membujuk anak lebih dengan cara mengendong anak, menciumi wajah anak, membujuk sambil memuji, begitu juga dengan keluarga yang di perkampungan hampir melakukan hal yang sama. Ibu-ibu dari keluarga yang tinggal di permukiman memiliki cara lain yaitu memberikan kue yang di sukai anak yang telah disiapkan di dalam kulkas ataupun di meja makan. Juga
memberikan mainan yang sangat di sukai anak, seperti mobil-mobilan ataupun boneka. Berdasarkan teori perkembangan tentang kecerdasan emosi, dijelaskan bahwa kecerdasan emosional merupakan kecerdasan emosi dan keterampilan-keterampilan dalam mengatur emosi yang menyediakan kemampuan untuk menyeimbangkan emosi sehingga dapat memaksimalkan kebahagiaan hidup jangka panjang. Kehidupan emosi memang merupakan wilayah yang dapat ditangani dengan keterampilan-keterampilan yang lebih tinggi atau lebih rendah, dan membutuhkan keahlian tersendiri
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
2
(Goleman, 1999 dalam Sukmadinata, 2003) Emosi atau perasaan merupakan suasana psikis atau suasana batin yang dihayati seseorang pada suatu saat. Dalam kehidupan sehari-hari keduanya sering diartikan sama.
Namun, sesungguhnya perasaan menunjukkan suasana batin yang lebih tenang, sedangkan emosi menggambarkan suasana batin yang lebih dinamis, bergejolak, terbuka, dan menyangkut ekspresi-ekspresi jasmaniah. Emosi seperti halnya
perasaan juga membentuk suatu kontinum, bergerak dari emosi positif sampai yang bersifat negatif (Sukmadinata, 2003). Perkembangan emosi anak usia balita di pengaruhi oleh perilaku pengasuhnya terutama ibu yang dekat dalam setiap aktivitas kesehariannya. Goleman (1995) dalam Sukmadinata (2003) menyatakan bahwa kecerdasan emosional memegang peranan dalam keberhasilan seseorang dibandingkan dengan IQ, yang sudah lama dipercaya orang dapat meramalkan keberhasilan. IQ tidak dapat bekerja dengan sebaikbaiknya tanpa kecerdasan emosional. IQ tidak menawarkan persiapan menghadapi gejolak dan kesempatankesempatan atau kesulitan-kesulitan yang ada dalam kehidupan, sedangkan orang yang secara emosional terampil memiliki keuntungan dalam setiap bidang kehidupan. Sehubungan dengan perkembangan emosi anak usia balita dalam penelitian ini dapat dikatakan bahwa cara ibu dalam menghadapi anak dalam pola asuh akan membentuk perkembangan emosi anak ke arah yang baik. Perkembangan yang baik akan membantu anak untuk mengimbangi menjadi kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosional akan di butuhkan saat anak menjelang remaja dan dewasa, dimana pada masa itu anak telah dapat mengatur dan terampil dalam pengelolaan emosi, dan menghambat pengaruh yang tidak baik terhadap perkembangan psikososial anak. Lebih lanjut Goleman (1995) dalam Sukmadinata (2003) menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuankemampuan seperti mampu untuk memotivasi diri sendiri dan bertindak gigih/bertahan menghadapi keadaankeadaan yang frustasi; mengendalikan dorongan hati/rangsangan dan tidak melebihlebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati, dan berdoa. Perkembangan Kognitif Perkembangan kognitif merupakan perkembangan pada anak dalam tahap perkembangan tingkat pengetahuan anak terhadap lingkungan yang ditunjukkan dengan keterampilan seperti bisa bicara, bentuk-bentuk pertanyaan yang di munculkan anak ketika menonton televisi bersama orangtua, pendidikan yang di dapat anak.
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
10
Perkembangan anak berdasarkan bisa bicara pada anak Uraian
dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini.
Tabel 8. Perkembangan Anak berdasarkan Bisa Bicara Permukiman Perkampungan (n) (n)
Bisa Bicara: Umur 4 – 6 bulan Umur 7 – 9 bulan Umur 10- 12 bulan Umur 13- 15 bulan 16 – 24 bulan Jumlah
6 46 15 8 3 78
3 50 24 1 0 78
Presentase (%) 6,0 60,0 25,0 6,0 2,0 100,0
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2010
Perkembangan anak berdasarkan bisa bicara terlihat bahwa 9 responden (6,0 persen) menyatakan anak mereka bisa bicara pada umur 4-6 bulan, hal ini termassuk kategori cepat bisa bicara. 96 responden (60,0 persen) menyatakan bahwa anak mereka bisa bicara pada umur 7-9 bulan, ini merupakan umur normal saat anak bisa bicara, walaupun masih belum begitu jelas. Sebanyak 39 responden (25,0 persen) menyatakan
Uraian
bahwa anaknya bisa bicara umur 1012 bulan. Sebanyak 9 responden (6,0 persen) menyatakan bahwa anaknya beru bisa bisa bicara setelah anak berusia diatas satu tahun dan bahkan ada yang hampir mendekati dua tahun yaitu sebanyak 3 responden (2,0 persen) menyatakan anaknya baru bisa bicara. Perkembangan anak berdasarkan bentuk-bentuk pertanyaan ketika menonton televisi dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini.
Tabel 9. Perkembangan Anak berdasarkan Pertanyaan Anak Permukiman Perkampungan (n) (n)
Pertanyaan Anak: Apakah itu Kenapa begitu Menanyakan tiap yang ditonton Menanyakan tokoh di film Jumlah
41 17 14 4 78
36 11 26 5 78
Presentase (%) 49,0 18,0 25,5 6,5 100,0
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2010
Berdasarkan data tersebut dapat di jelaskan bahwa secara perkembangan kognitif anak balita
yang termasuk dalam perkombangan kognitif tahap pra-operasional, dimana pada tahap ini anak berada
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
11
pada apa yang di sebut dengan ”object permanent” yang arti pada masa ini anak akan mengartikan menggunakan pertanyaaan ”apakah itu?”, ”kenapa begitu”, ”itu Siapa?’, dan lain sebagainya. Berdasarkan teori Piaget, mengatakan bahwa hal-hal yang perlu di perhatikan pada anak masa ini adalah membatasi objek yang akan di lihat secara indera mereka, kepada hal-hal yang mudah dicerna mereka. Sehingga orangtua harus mendampingi setiap aktivitas anak, baik dalam menonton televisi maupun dalam melihat lingkungan sosial yang mereka lihat. Perkembangan Psikososial Perkembangan psikososial pada anak merupakan proses perkembangan terhadap faktor psikologi dan faktor sosial yang
objek yang tampak sesuai dengan kemampuannya, sehingga dia ingin tahu dan akan bertanya dengan
dialami oleh anak. Dalam penelitian ini faktor psikologi dan sosial (psikososial) dapat diamati dalam cara bermain yang menunjukkan bahwa anak mengembangkan jiwa sosial dalam cara bermain. Terlihat dalam tabel 49 bahwa 18,0 persen anak bermain dengan temannya dengan bertukar mainan dengan teman-temannya, 27,0 persen anak bermain sepeda dengan temantemannya, 22,5 persen anak bermain petak umpet bersama temantemannya, 6,5 persen bermain bersama dengan main mantenmantenan, 3,5 persen anak bermain sendiri dan 1,5 persen anak bermain bersama bapak atau ibu di rumah.
Tabel 10. Perkembangan Anak berdasarkan Jenis Permainan Anak Uraian Permukiman Perkampungan Presentase Jenis Permainan (n) (n) (%) Tukar mainan bersama teman 18 11 18,0 Main sepeda bersama teman 22 20 27,0 Main Petak umpet 31 37 4,5 Main manten mantenan 2 8 6,5 Bermain sendiri 3 2 3,5 Bermain ditemani ayah/ibu 2 0 1,5 Jumlah 78 78 100,0 Sumber: Data Primer setelah diolah, 2010
Berdasarkan data tersebut, menunjukkan bahwa secara perkembangan psikososial anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya, anak-anak pada keluarga yang tinggal di permukiman
maupun di perkampungan memasuki masa psikososial normal. Data yang menunjukkan 3,5 persen anak bermain sendiri, hal ini di sebabkan karena ada aturan orangtua yang harus mereka patuhi sehingga mereka
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
12
dibatasi bermain, yang berakibat mereka akhirnya bermain sendiri. ini karena orangtua yang menyadari pengaruh lingkungan terhadap anaknya, mereka meluangkan waktu untuk menemani anak-anak mereka bermain di rumah. Keluarga yang Tabel 11 menunjukkan bahwa keluarga di permukiman dan keluarga di perkampungan terlihat tidak terlalu berbeda dalam adaptasi dalam keluarga. 39,0 persen anak pada kedua wilayah penelitian menunjukkan bahwa mereka ketika bertemu dengan anggota keluarga dari keluarga luas (extended family) perilaku awal mereka adalah malumalu, kemudian setelah lima menit berikutnya baru mereka bisa akrab
Data yang menunjukkan 1,5 persen anak bermain bersama orangtua, hal tinggal di permukiman lebih menyadari pengaruh lingkungan, sehingga pola protektif terhadap anak di seimbangkan dengan meluangkan waktu untuk bermain bersama. dan bermain dengan ceria. 44,0 persen anak dari kedua wilayah penelitian menunjukkan mereka langsung akrab dengan anggota keluarga luas lainnya ketika mereka bertemu. Tetapi ada anak yang tidak mau berteman dengan anggota keluarga lainnya yaitu sebesar 15,5 persen, hal ini karena mereka tidak terbiasa dengan orang lain di luar keluarga intinya.
Tabel 11. Perkembangan Anak berdasarkan Adaptasi dalam keluarga Uraian Permukiman Perkampungan Presentase Adaptasi dalam Keluarga (n) (n) (%) Malu-malu, setelah 5 menit akrab 35 27 39,0 Langsung akrab 31 37 44,0 Tidak Mau berteman 9 12 13,5 Selalu dekat ayah/ibu 2 2 3.0 Diam, hanya memperhatikan 1 0 0,5 Jumlah 78 78 100,0 Sumber: Data Primer setelah diolah, 2010
Terlihat juga bahwa 3,0 persen anak dari keluarga di permukiman dan di perkampungan selalu dekat dengan ayah dan ibunya pada saat bertemu dengan keluarga lain di acara pertemuan keluarga, hal ini juga karena anak-anak tersebut lebih sering di awasi oleh orangtua sehingga mereka selalu berada di dekat orangtua ketika mereka pergi
ke rumah keluarga lainnya. Hanya 0,5 persen dari anak di permukiman yang tidak melakukan aktivitas disaat orangtuanya mengadakan pertemuan dengan keluarga luas, data lapangan menunjukkan perilaku anak yang hanya diam dan memperhatikan saja, dikarenakan mereka patuh dengan perintah orangtua, dan mereka terbiasa memperhatikan
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
13
ketika orangtuanya melakukan pekerjaan di rumah. Perkembangan psikososial anak dapat di lihat dari perkataan Ibu ketika mereka di ajak makan. Pada tabel 12 menjelaskan bahwa 53,0 persen anak dari kedua wilayah penelitian menunjukkan bahwa
mereka diajarkan oleh ibu mereka untuk membaca doa sebelum makan. 25,0 persen anak dari kedua wilayah penelitian mengalami susah konsentrasi sehingga mereka kalau makan di ajak bercerita, yang menarik perhatian, momen ini di gunakan untuk memberikan makan.
Tabel 12. Perkembangan Anak berdasarkan Perkataan Ibu saat makan Uraian Permukiman Perkampungan Presentase Perkataan Ibu saat Makan (n) (n) (%) Baca doa sebelum makan 38 45 53,0 Cerita tentang permainan 19 21 25,0 Diam sampai selesai 11 12 15,0 Makan sambil jalan2 ya 4 1 3,0 makan yang banyak ya sayang 5 0 3,0 Makan ya biar cepat gede 1 1 1,0 Jumlah 78 78 100,0 Sumber: Data Primer setelah diolah, 2010
Tabel 12 juga menunjukkan bahwa 13,0 persen anak dari kedua wilayah penelitian, ketika makan hanya diam tanpa berbicara, duduk terpokus makan sampai selesai. Ada juga anak yang hanya mau makan ketika di katakan ” kita makan sambil jalan-jalan yuk”, mereka makan sambil jalan di taman lingkungan. Keluarga yang tinggal di permukiman jalan-jalan di taman lingkungan yang ada di permukiman, sedangkan penduduk yang tinggal di perkampungan, jalan-jalan di sekitar rumah dan mampir di rumah tetangga yang dianggap sudah sering di kunjungi. Keluarga yang tinggal di permukiman lebih sering mengucapkan kata “makan yang
banyak ya sayang” kepadaa anaknya yang makan sendiri di meja makan. Begitu juga ketika anak mereka makan dan mereka membujuk, mereka mengucapkan perkataan”makan ya, biar cepat besar”. Penanaman nilai dalam pembinaan anggota keluarga merupakan tanggungjawab yang tidak kalah pentingnya bagi keluarga. hal ini termasuk dalam indikator perkembangan psikososial anak terhadap kehidupan bermasyarakat. Penanaman nilai kepada anak bagi keluarga di permukiman dan di perkampungan dapat di lihat pada tabel 13 sebagai berikut.
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
2
Tabel 13. Perkembangan Anak berdasarkan Penanaman nilai Uraian Permukiman Perkampungan Presentase Cara penanaman nilai (n) (n) (%) Mengajak membaca Alquran 11 3 9,0 Sekolah TPA 22 8 20,0 Mencontohkan 39 64 66,0 Menjelaskan sebab akibat 2 1 2,0 Mengajak ke gereja 2 2 2,0 menanamkan disiplin 1 0 0,5 Mengajarkan berdoa 1 0 0,5 Jumlah 78 78 100,0 Sumber: Data Primer setelah diolah, 2010
Penanaman nilai merupakan perilaku yang harus dilaksanakan oleh orangtua, karena orangtua diharapkan memiliki kesadaran penuh dalam membimbing anak supaya memperoleh nilai-nilai sebagai pegangan hidup. Hal ini bisa dicapai dengan pemeliharaan hubungan baik antara orangtua dan anak, dan kesempatan yang cukup banyak untuk berbicara antara orangtua dan anak. Anak yang menghadapi masalah, baik kecil maupun besar mengidamkan orangtua sebagai tempat bernaung yang dapat diperoleh melalui komunikasi. Komunikasi akan terbentuk bila hubungan timbal balik selalu terjalin antara ayah, ibu, dan remaja. Meluangkan waktu bersama merupakan syarat utama untuk menciptakan komunikasi antara orangtua dan anak, sebab dengan
adanya waktu bersama, barulah keintiman dan keakraban dapat diciptakan diantara anggota keluarga. Eratnya keterikatan antara anak dengan orang dewasa yang ada dalam keluarga bisa berbeda-beda, sesuai dengan intensitas jalinan hubungan antara orangtua dan anak. Rasa cemas yang sering dialami anak dapat meningkatkan intensitas keterikatan, karena anak dapat memperoleh perasaan aman kedekatan dengan ibu atau pengasuhnya. Akan tetapi hubungan antara orangtua dan anak yang terlalu dekat dapat menyebabkan anak tidak mau lepas dan anak akan menjadi sangat bergantung pada orangtuanya. Sebaliknya jika hubungan antara keduanya renggang atau orangtua bersikap acuh tak acuh terhadap anaknya menyebabkan dalam diri anak timbul reaksi frustasi, begitu juga jika orangtua terlalu keras
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
15
terhadap anaknya dapat menyebabkan hubungan menjadi jauh (Gunarsa & Gunarsa, 2004). Berdasarkan pendapat ini, bahwa dalam penanaman nilai terhadap anak terutama anak balita dilakukan dengan menyesuaikan keadaan yang Model Perkembangan anak Komunikasi Verbal dalam Perkembangan Anak secara fisik
ada pada anak. Jangan memaksakan kehendak untuk anak harus disiplin sementara anak sedang tidak butuh suasana yang sifatnya memaksa.
Estimated Equations Y.1 = 0.0 + 0.441*X.2.1 - 0.00286*X.2.2 + 0.0330*X.2.3 (0.0719) (0.0884) (0.0759) (0.0847) 0.0 4.989 -0.0377 0.389 + Error, R² = 0.210
Error Variance = 0.790
Persamaan Struktural untuk model komunikasi verbal dalam perkembangan anak secara fisik adalah sebagai berikut: besarnya pengaruh variabel laten Verbal bahasa (X,2,1), verbal intonasi (X,2,2), verbal nada (X,3,3), terhadap variabel laten perkembangan anak secara fisik (Y.1), masing-masing sebesar 0,0 dan 0,441 dan -0,00286 dan 0,0330 dengan nilai kesalahan standar dan nilai t hitung masingmasing sebesar 0,0719 dan 0,0884 dan 0,0759 dan 0,0847 serta 0,0 dan 4,989 dan -0,0377 dan -0,389. Estimasi koefisien jalur Verbal bahasa (X,2,1) terhadap perkembangan anak secara fisik (Y.1) Yaitu; γ² = 0,441 secara statistik
signifikan (nilai t hitung=4,989). Estimasi koefisien jalur verbal intonasi (X,2,2) terhadap perkembangan anak secara fisik (Y.1) yaitu; γ²=-0.00286, secara statistik tidak signifikan (nilai t hitung =0,0377). Estimasi koefisien jalur verbal nada (X,2,3) terhadap perkembangan anak secara fisik (Y.1) yaitu; γ²=0,0330, secara statistik signifikan (nilai t hitung=-0,389). secara bersamaan pengaruh komunikasi verbal bahasa, intonasi, nada terhadap perkembangan anak secara fisik adalah 0,210 dan sisi lainnya merupakan pengaruh variabel lain (errorvar) sebesar 0,790.
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
16
Gambar 1. Estimasi Parameter Model Struktural komunikasi verbal dalam Perkembangan anak secara fisik
X,2.1
4,989
0,441 -0,0377
0,790 -0,389
X.2.2
0.00286
X.2
0,210
Y.1
X.2.3 0.0330
Keterangan : Y.1= Perkembangan anak secara fisik X2= Komunikasi verba
X.2.1= Verbal bahasa, X.2.2= Verbal intonasi ,X.2.3=Verbalnada
Komunikasi Verbal dalam Perkembangan Anak secara Emosi Estimated Equations Y.2 = 0.0 + 0.643*X.2.1 - 0.0465*X.2.2 - 0.128*X.2.3 (0.0662) (0.0815) (0.0700) (0.0781) 0.0 7.888 -0.664 -1.644 + Error, R² = 0.329
Error Variance = 0.671
Persamaan Struktural untuk model komunikasi verbal dalam perkembangan anak secara emosi adalah sebagai berikut: besarnya pengaruh variabel laten Verbal bahasa (X,2,1), verbal intonasi (X,2,2), verbal nada (X,3,3), terhadap variabel laten perkembangan anak secara emosi (Y.2), masing-masing sebesar 0,0 dan 0,643 dan -0,0465 dan -0,128 dengan nilai kesalahan standar dan nilai t hitung masingmasing sebesar 0,0662 dan 0,0815 dan 0,0700 dan 0,0781 serta 0,0 dan 7,888 dan -0,664 dan -0,644. Estimasi koefisien jalur Verbal bahasa (X,2,1) terhadap perkembangan anak secara emosi
(Y.2) yaitu; γ² = 0,643 secara statistik signifikan (nilai t hitung=7,888). Estimasi koefisien jalur verbal intonasi (X,2,2) terhadap perkembangan anak secara emosi (Y.2) yaitu; γ²=-0.0465, secara statistik tidak signifikan (nilai t hitung =-0,664). Estimasi koefisien jalur verbal nada (X,2,3) terhadap perkembangan anak secara emosi (Y.2) yaitu; γ²=0,128, secara statistik signifikan (nilai t hitung=-0,644). secara bersamaan pengaruh komunikasi verbal bahasa, intonasi, nada terhadap perkembangan anak secara emosi adalah 0,329 dan sisi lainnya merupakan pengaruh variabel lain (errorvar) sebesar 0,671.
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
17
Gambar 2. Estimasi Parameter Model Struktural komunikasi verbal dalam Perkembangan anak secara emosi 7,888
X,2.1 0,643
-0,664
-0,644
X.2.2 X.2.3
X.2
0.0465
0,329
Y.2
0,671
0.128
Keterangan : Y.2 = Perkembangan anak secara emosi X2 = Komunikasi verbal X.2.3 = Verbal nada.
X.2.1 X.2.2
= Verbal bahasa = Verbal intonasi
Komunikasi Verbal dalam Perkembangan Anak secara Kognitif Estimated Equations Y.3 = 0.0 + 0.402*X.2.1 + 0.0473*X.2.2 - 0.124*X.2.3 (0.0751) (0.0924) (0.0794) (0.0885) 0.0 4.352 0.596 -1.398 + Error, R² = 0.138
Error Variance = 0.862
Persamaan Struktural untuk model komunikasi verbal dalam perkembangan anak secara kognitif adalah sebagai berikut: besarnya pengaruh variabel laten Verbal bahasa (X,2,1), verbal intonasi (X,2,2), verbal nada (X,3,3), terhadap variabel laten perkembangan anak secara kognitif (Y.3), masing-masing sebesar 0,0 dan 0,402 dan 0,0473 dan -0,124 dengan nilai kesalahan standar dan nilai t hitung masing-masing sebesar 0,0751 dan 0,0924 dan 0,0794 dan 0,0885 serta 0,0 dan 4,352 dan 0,596 dan -1,398. Estimasi koefisien jalur Verbal bahasa (X,2,1) terhadap perkembangan anak secara
kognitif (Y.3) yaitu; γ² = 0,402 secara statistik signifikan (nilai t hitung=4,352). Estimasi koefisien jalur verbal intonasi (X,2,2) terhadap perkembangan anak secara kognitif (Y.3) yaitu; γ²=0.0473, secara statistik tidak signifikan (nilai t hitung =0,596). Estimasi koefisien jalur verbal nada (X,2,3) terhadap perkembangan anak secara kognitif (Y.3) yaitu; γ²=-0,124, secara statistik signifikan (nilai t hitung=-1,398). secara bersamaan pengaruh komunikasi verbal bahasa, intonasi, nada terhadap perkembangan anak secara kognitif adalah 0,138 dan sisi
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
1
lainnya merupakan pengaruh variabel
lain (errorvar) sebesar 0,862.
Gambar 3. Estimasi Parameter Model Struktural komunikasi verbal dalam Perkembangan anak secara kognitif
4,352 -0,596
X,2.1 X.2.2
0,402 0,0473
X.2 -1,398
X.2.3
0, 138
Y.3
0,862
0,124
Keterangan : Y.3 = Perkembangan anak secara kognitif X2 = Komunikasi verbal,
X.2.1= verbal bahasa, X.2.2= verbal intonasi, X.2.3= verbal nada.
Komunikasi Verbal dalam Perkembangan Anak secara Psikososial Estimated Equations Y.4 = 0.0 + 0.198*X.2.1 + 0.0480*X.2.2 + 0.136*X.2.3 (0.0769) (0.0947) (0.0813) (0.0906) 0.0 2.091 0.591 1.497 + Error, R² = 0.0955
Error Variance = 0.905
Persamaan Struktural untuk model komunikasi verbal dalam perkembangan anak secara psikososial adalah sebagai berikut: besarnya pengaruh variabel laten verbal bahasa (X,2,1), verbal intonasi (X,2,2), verbal nada (X,3,3), terhadap variabel laten perkembangan anak secara psikososial (Y.4), masingmasing sebesar 0,0 dan 0,198 dan 0,0480 dan 0,136 dengan nilai kesalahan standar dan nilai t hitung masing-masing sebesar 0,0769 dan 0,0947 dan 0,0813 dan 0,0906 serta 0,0 dan 2,091 dan 0,591 dan 1,497.
Estimasi koefisien jalur Verbal bahasa (X,2,1) terhadap perkembangan anak secara psikososial (Y.4) yaitu; γ² = 0,198 secara statistik tidak signifikan (nilai t hitung=2,091>0,05). Estimasi koefisien jalur verbal intonasi (X,2,2) terhadap perkembangan anak secara psikososial (Y.4) yaitu; γ²=0.0480, secara statistik signifikan (nilai t hitung =0,591>0.05). Estimasi koefisien jalur verbal nada (X,2,3) terhadap perkembangan anak secara psikososial (Y.4) yaitu; γ²=-0,136, secara statistik signifikan (nilai t hitung=1,497>0.05). secara
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
2
bersamaan pengaruh komunikasi verbal bahasa, intonasi, nada terhadap perkembangan anak secara
psikososial adalah 0,0955 dan sisi lainnya merupakan pengaruh variabel lain (errorvar) sebesar 0,905.
Gambar 4. Estimasi Parameter Model Struktural komunikasi verbal dalam Perkembangan anak secara psikososial 2,091
X,2.1 0,198
0,591
X.2.2
0,0480
X.2 0,905
X.2.3
0,0955
-0,136
Keterangan : Y.4= Perkembangan anak secara psikososial X2= Komunikasi verbal X.2.1= verbal bahasa X.2.2= verbal intonasi X.2.3= verbal nada.
Berdasarkan gambar 4 dapat di jelaskan bahwa komunikasi verbal secara nada(X2.2)=0.04<0.05, dan komunikasi verbal secara intonasi (X2.3) =-0,136 <0.05, artinya mempengaruhi perkembangan anak secara psikososial. Hal ini berarti bahwa dalam perkembangan anak secara psikososial, penggunaan komunikasi verbal secara nada dan komunikasi verbal secara intonasi
Y.4
1,497
sangat mempengaruhi perkembangan psikososial anak. Sikap anak terhadap lingkungan akan terhalangi apabila orangtua banyak menekankan kata “jangan dan tidak,” anak akan terbatasi dalam berteman. Keberanian anak dalam mengungkapkan sesuatu akan terhalangi, begitu juga dalam penekanan nada kearah penggunaan nada rendah saat bicara dengan anak akan membantu anak untuk menunjukkan kreatifitasnya, anak lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan. Komunikasi Nonverbal dalam Perkembangan Anak secara Fisik
Estimated Equations Y.1 = 0.0 + 0.176*X.2.4 + 0.0485*X.2.5 + 0.166*X.2.6 + 0.151*X.2.7 (0.0754) (0.0807) (0.0837) (0.0852) (0.0797) 0.0 2.187 0.579 1.955 1.899 + Error, R² = 0.136
Error Variance = 0.864
Persamaan Struktural untuk model komunikasi nonverbal dalam
perkembangan anak secara fisik adalah sebagai berikut: besarnya
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
2
pengaruh variabel laten mimik wajah (X,3,6) dan haptic (X.2.7) terhadap variabel laten perkembangan anak secara fisik (Y.1), masing-masing sebesar 0,0 dan 0,176 dan 0,02485 dan 0,166 dan 0,151 dengan nilai kesalahan standar dan nilai t hitung masing-masing sebesar 0,0754 dan 0,0807 dan 0,0837 dan 0,0852 dan 0,0797 serta 0,0 dan 2,187 dan 0,579 dan 1,955 dan 1,899. Estimasi koefisien jalur nonverbal mimik wajah (X,2,4) terhadap perkembangan anak secara fisik (Y.1) yaitu; γ² = 0,176 secara statistik tidak signifikan (nilai t hitung=2,187>0.05). Estimasi koefisien jalur proximity (X,2,5) terhadap perkembangan anak secara fisik (Y.1) yaitu; γ²=0.0485, secara
(X,2,4), proximity (X,2,5), kinesik statistik signifikan (nilai t hitung =0,579>0.05). Estimasi koefisien jalur kinesik (X,2,6) terhadap perkembangan anak secara fisik (Y.1) yaitu; γ²=0,166, secara statistik tidak signifikan (nilai t hitung =1,955>0.05) Estimasi koefisien jalur haptic (X,2,7) terhadap perkembangan anak secara fisik (Y.1) yaitu; γ²=0,151, secara statistik tidak signifikan (nilai t hitung=1,899>0.05). Secara bersamaan pengaruh komunikasi nonverbal mimik wajah, proximity, kinesik dan haptik terhadap perkembangan anak secara fisik adalah 0,136 dan sisi lainnya merupakan pengaruh variabel lain (errorvar) sebesar 0,864.
Gambar 5. Estimasi Parameter Model Struktural komunikasi nonverbal dalam Perkembangan anak secara fisik
2,187 0,579
0,864 1,955
X,2.4 X.2.5
0,176 0,0485 0,166
X.2a
Y.1
0,136
X.2.6 0,151
1,899
X.2.7 X.2.6 = Kinesik
Keterangan : Y.1
= Perkembangan anak secara fisik X2a = Komunikasi nonverbal X.2.4 = Mimik wajah, X.2.5 = Proximity
X.2.7 = Haptic. Berdasarkan gambar 5 dapat di jelaskan bahwa komunikasi nonverbal secara proximity (X2.5)=0.04<0.05, mempengaruhi
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
2
perkembangan anak secara fisik. Hal ini berarti bahwa dalam perkembangan anak secara fisik, penggunaan komunikasi nonverbal secara proximity sangat mempengaruhi perkembangan psikososial anak. Sikap orangtua yang memeluk anak dalam setiap kesempatan akan membantu
menumbuhkan sikap percaya diri pada anak, begitu juga dalam menuntun anak dalam melakukan sesuatu, akan menghindarkan anak dari bahaya jatuh, bahaya terhadap lingkungan, dan sebagainya. Komunikasi Nonverbal dalam Perkembangan Anak secara Emosi
Estimated Equations Y.2 = 0.0 + 0.345*X.2.4 - 0.0842*X.2.5 + 0.272*X.2.6 + 0.0790*X.2.7 (0.0707) (0.0757) (0.0785) (0.0799) (0.0747) 0.0 4.561 -1.072 3.401 1.057 + Error, R² = 0.240
Error Variance = 0.760
Persamaan Struktural untuk model komunikasi non verbal dalam perkembangan anak secara emosi adalah sebagai berikut: besarnya pengaruh variabel laten mimik wajah (X,2,4), proximity (X,2,5), kinesik (X,3,6) dan haptic (X.2.7) terhadap variabel laten perkembangan anak secara emosi (Y.2), masing-masing sebesar 0,0 dan 0,345 dan -0,0842 dan 0,272 dan -0,0790 dengan nilai kesalahan standar dan nilai t hitung masing-masing sebesar 0,0707 dan 0,0757 dan 0,0785 dan 0,0799 dan 0,0747 serta 0,0 dan 4561 dan -1072 dan 3.401 dan 1,057. Estimasi koefisien jalur non verbal mimik wajah (X,2,4) terhadap perkembangan anak secara emosi (Y.2) yaitu; γ² = 0,345 secara statistik tidak signifikan (nilai t hitung=4,561>0.05). Estimasi koefisien jalur proximity (X,2,5)
terhadap perkembangan anak secara emosi (Y.2) yaitu; γ²=0.0842, secara statistik tidak signifikan (nilai t hitung =-1,072<0.05). Estimasi koefisien jalur kinesik (X,2,6) terhadap perkembangan anak secara emosi (Y.1) yaitu; γ²=-0,272, secara statistik signifikan (nilai t hitung =3,401>0.05) Estimasi koefisien jalur haptik (X,2,7) terhadap perkembangan anak secara emosi (Y.1) yaitu; γ²=-0,0790, secara statistik signifikan (nilai t hitung=1,057>0.05). secara bersamaan pengaruh komunikasi nonverbal mimik wajah, proximity, kinesik dan haptik terhadap perkembangan anak secara emosi adalah 0,240 dan sisi lainnya merupakan pengaruh variabel lain (errorvar) sebesar 0,760.
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
2
Gambar 6. Estimasi Parameter Model Struktural komunikasi nonverbal dalam Perkembangan anak secara emosi 4,561 -1072
X,2.4 X.2.5
0,345 0,0842 -0.272
X.2a
0,240
Keterangan : Y.1 = Perkembangan anak secara emosi X2a = Komunikasi nonverbal
X.2.4 X.2.5 X.2.6 X.2.7
= Mimik wajah, = Proximity = Kinesik = Haptik.
Berdasarkan gambar 6 dapat di jelaskan bahwa komunikasi non verbal secara Kinesik (X2.6)=0,272<0.05, mempengaruhi perkembangan anak secara emosi. Hal ini berarti bahwa dalam perkembangan anak secara emosi, penggunaan komunikasi non verbal secara kinesik sangat mempengaruhi perkembangan emosi anak. Sikap orangtua dalam menghadapi anak menangis, anak merajuk karena
keinginan tidak terpenuhi, pada saat anak gembira, saat anak mengungkapkan isi hatinya, akan membantu anak untuk mengembangkan emosional diri, anak akan belajar melakukan penyesuaian diri, sehingga akan menumbuhkan kepribadian yang mandiri.
3,401
X.2.6
0,760 Y.2
0,,760
0,0790
1,057
X.2.7
Komunikasi Non Verbal dalam Perkembangan Anak secara Kognitif
Estimated Equations Y.3 = 0.0 + 0.277*X.2.4 - 0.0658*X.2.5 + 0.119*X.2.6 + 0.120*X.2.7 (0.0757) (0.0809) (0.0840) (0.0854) (0.0799) 0.0 3.424 -0.784 1.397 1.503 + Error, R² = 0.130
Error Variance = 0.870
Persamaan Struktural untuk model komunikasi non verbal dalam perkembangan anak secara kognitif
adalah sebagai berikut: besarnya pengaruh variabel laten mimik wajah (X,2,4), proximity (X,2,5), kinesik (X,3,6) dan haptik (X.2.7) terhadap
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
2
variabel laten perkembangan anak secara kognitif (Y.3), masing-masing sebesar 0,0 dan 0,277 dan -0,0658 dan 0,119 dan 0,120 dengan nilai kesalahan standar dan nilai t hitung masing-masing sebesar 0,0757 dan 0,0809 dan 0,0840 dan 0,0854 dan 0,0799 serta 0,0 dan 3,424 dan -0,784 dan 1,397 dan 1,503. Estimasi koefisien jalur non verbal mimik wajah (X,2,4) terhadap perkembangan anak secara kognitif (Y.3) yaitu; γ² = 0,277 secara statistik tidak signifikan (nilai t hitung = 3,424>0,05). Estimasi koefisien jalur proximity (X,2,5) terhadap perkembangan anak secara kognitif (Y.3) yaitu; γ²=-0.0658, secara statistik signifikan (nilai t
hitung =-0.784<0.05). Estimasi koefisien jalur kinesik (X,2,6) terhadap perkembangan anak secara kognitif (Y.3) yaitu; γ²=-0,119, secara statistik signifikan (nilai t hitung =1,397>0.05) Estimasi koefisien jalur haptik (X,2,7) terhadap perkembangan anak secara kognitif (Y.3) yaitu; γ²=0,120, secara statistik tidak signifikan (nilai t hitung=1,503.0.05). secara bersamaan pengaruh komunikasi non verbal mimik wajah, proximity, kinesik dan haptik terhadap perkembangan anak secara kognitif adalah 0,130 dan sisi lainnya merupakan pengaruh variabel lain (errorvar) sebesar 0,870.
Gambar 7. Estimasi Parameter Model Struktural komunikasi nonverbal dalam Perkembangan anak secara kognitif 4,561 -1072
1,397
X,2.4 X.2.5 X.2.6
0,345 0,0842 -0,119
X.2a
0,130
0,760 Y.3
0,870
0,120
1,503
X.2.7 Keterangan: Y.1 = Perkembangan anak secara kognitif X2a = Komunikasi nonverbal X.2.4 = Mimik wajah, X.2.5 = Proximity, X.2.6 = Kinesik X.2.7 = Haptic.
Berdasarkan gambar 7 dapat di jelaskan bahwa komunikasi non verbal secara kinesik (X2.6)=0,119<0.05, mempengaruhi perkembangan anak secara kognitif. Hal ini berarti bahwa dalam
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
24
perkembangan anak secara kognitif, penggunaan komunikasi non verbal secara kinesik sangat mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Sikap orangtua dalam menghadapi keingintahuan anak yang terkadang di tunjukkan dengan cara menangis,
apabila orangtua menanggapi dengan baik maka pengaruh positif terhadap perkembangan kognitif anak. Komunikasi Nonverbal dalam Perkembangan Anak secara Psikososial
Estimated Equations Y.4 = 0.0 + 0.122*X.2.4 + 0.110*X.2.5 + 0.149*X.2.6 + 0.0823*X.2.7 (0.0771) (0.0824) (0.0856) (0.0870) (0.0814) 0.0 1.475 1.289 1.710 1.010 + Error, R² = 0.0977
Error Variance = 0.902
Persamaan Struktural untuk model komunikasi non verbal dalam perkembangan anak secara psikososial adalah sebagai berikut: besarnya pengaruh variabel laten mimik wajah (X,2,4), proximity (X,2,5), kinesik (X,3,6) dan haptik sebesar 0,0771 dan 0,0824 dan 0,0856 dan 0,0870 dan 0,0814 serta 0,0 dan 1,475 dan 1,289 dan 1,710 dan 1,010. Estimasi koefisien jalur non verbal mimik wajah (X,2,4) terhadap perkembangan anak secara psikososial (Y.4) yaitu; γ² = 0,122 secara statistik tidak signifikan (nilai t hitung=1,475>0.05). Estimasi koefisien jalur proximity (X,2,5) terhadap perkembangan anak secara psikososial (Y.4) yaitu; γ²=0.110, secara statistik tidak signifikan (nilai t hitung =1,289>0.05). Estimasi koefisien jalur kinesik (X,2,6) terhadap perkembangan anak secara .
(X.2.7) terhadap variabel laten perkembangan anak secara psikososial (Y.4), masing-masing sebesar 0,0 dan 0,122 dan 0,110 dan 0,149 dan 0,0823 dengan nilai kesalahan standar dan nilai t hitung masing-masing psikososial (Y.4) yaitu; γ²=0,149, secara statistik tidak signifikan (nilai t hitung =1,710>0.05) Estimasi koefisien jalur haptik (X,2,7) terhadap perkembangan anak secara psikososial (Y.4) yaitu; γ²=0,0823, secara statistik tidak signifikan (nilai t hitung =1,010>0,05). secara bersamaan pengaruh komunikasi non verbal mimik wajah, proximity, kinesik dan haptik terhadap perkembangan anak secara psikososial adalah 0,0977 dan sisi lainnya merupakan pengaruh variabel lain (errorvar) sebesar 0,902.
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
2
Gambar 8. Estimasi Parameter Model Struktural komunikasi nonverbal dalam Perkembangan anak secara psikososial 1,475 1,289
1,710 1,010
X,2.4 X.2.5 X.2.6
0,122 0,110 0,149
X.2a
0,0977
0,760 Y.4
0,902
0,0823
X.2.7
Keterangan : Y.1 = Perkembangan anak secara psikososial X2a = Komunikasi nonverbal X.2.4 = Mimik wajah,
Berdasarkan gambar 8 dapat di jelaskan bahwa komunikasi non verbal secara mimik wajah, proximity, kinesik dan haptik tidak mempengaruhi secara signifikasi terhadap perkembangan anak secara psikososial. Hal ini berarti bahwa dalam perkembangan anak secara secara psikososial, penggunaan komunikasi non verbal mimik wajah, proximity, kinesik, dan haptik tidak mempengaruhi perkembangan psikosial anak secara nyata. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pengaruh komunikasi verbal bahasa, intonasi, nada terhadap perkembangan anak secara fisik adalah 0,210 dan sisi lainnya merupakan pengaruh variabel lain (errorvar) sebesar 0,790.
X.2.5 X.2.6 X.2.7
= Proximity = Kinesik = Haptic.
Pengaruh komunikasi verbal bahasa, intonasi, nada terhadap perkembangan anak secara emosi adalah 0,329 dan sisi lainnya merupakan pengaruh variabel lain (errorvar) sebesar 0,671. Pengaruh komunikasi verbal bahasa, intonasi, nada terhadap perkembangan anak secara kognitif adalah 0,138 dan sisi lainnya merupakan pengaruh variabel lain (errorvar) sebesar 0,862. Pengaruh komunikasi verbal bahasa, intonasi, nada terhadap perkembangan anak secara psikososial adalah 0,0955 dan sisi lainnya merupakan pengaruh variabel lain (errorvar) sebesar 0,905. 2. Pengaruh komunikasi non verbal mimik wajah, proximity, kinesik dan haptik terhadap perkembangan anak secara fisik adalah 0,136 dan
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
2
sisi lainnya merupakan pengaruh variabel lain (errorvar) sebesar kinesik dan haptik terhadap perkembangan anak secara emosi adalah 0,240 dan sisi lainnya merupakan pengaruh variabel lain (errorvar) sebesar 0,760. Pengaruh komunikasi non verbal mimik wajah, proximity, kinesik dan haptik terhadap perkembangan anak secara kognitif adalah 0,130 dan sisi lainnya merupakan pengaruh variabel lain (errorvar) sebesar 0,870. Pengaruh komunikasi non verbal mimik wajah, proximity, kinesik dan haptik terhadap perkembangan anak secara psikososial adalah 0,0977 dan sisi lainnya merupakan pengaruh variabel lain (errorvar) sebesar 0,902. DAFTAR PUSTAKA Azwar. 1997 , Sikap Manusia : Teori dan Pengukuran. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Creswell JW. 2002. Research design, Desain penelitian Qualitative and Quantitative Approaches. KIK Press, Jakarta.
0,864. Pengaruh komunikasi non verbal mimic wajah, proximity, -------------------,(1990), Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, BPK Gunung Mulia, Jakarta Hurlock 1978, Perkembangan anak. [Alih bahasa], Erlangga, Jakarta. Kusnendi. 2008 Model-model Persamaan Struktural, satu dan multigroup sample dengan LISREL. Alfabeta, Bandung. Rakhmat J. Komunikasi. Bandung.
2007. Remaja
Psikologi Karya,
Riduwan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Alfabeta, Bandung. Singarimbun M, Effendi S. 2006. Metode Penelitian Survey. Grafindo, Jakarta Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung. Soekanto S. 2004, Sosiologi Keluarga. Rineka Cipta, Jakarta.
Gunarsa. 2002. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Cetakan keenam. BPK Gunung Mulia, Jakarta.
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
27
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
29
Jurnal Makna, Volume 3, Nomor 1, Maret – Agustus 2012
30