Analisis Perbandingan Perkembangan Asset dan Tingkat kepercayaan Masyarakat Sebelum dan Setelah Terjadinya Krisis Global pada Bank Syariah di Indonesia SEMINAR PENULISAN ILMIAH Diajukan guna melengkapi syarat- syarat untuk mencapai gelar setara Sarjana Muda Jurusan Akuntansi Jenjang Strata Satu Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Nama : Lonella Dwita NPM
: 24210062
Fakultas/ Jurusan : Ekonomi/ Akuntansi Pembimbing
: Mella Sri
Kencanawati,SE., MMSI
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah •
•
Dalam kaitannya dengan pemenuhan akuntabilitas laporan keuangan bank syariah, Baydoun dan willet (2000), merekomendasikan laporan nilai tambah, sebagai tambahan dalam laporan keuangan bank syariah. Kaitannya dengan kinerja keuangan bank syariah, dengan belum belum dimasukkannya laporan nilai tambah sebagai laporan keuangan tambahan dalam laporan keuangan bank syariah, hanya didasarkan pada neraca dan laporan laba rugi saja. Hal ini menyebabkan hasil analisis belum menunjukkan hasil yang tepat, karena laporan laba rugi merupakan laporan yang lebih memperhatikan kepentingan (direct stakeholders), sehingga profit yang diperoleh distribusinya hanya sebatas kepada direct stakeholders saja. Sementara dengan laporan nilai tambah kemampuan bank syariah dalam menghasilkan provitabilitas dihitung dengan memperhatikan kontribusi pihak lain seperti karyawan, masyarakat, pemerintah dan lingkungan. Sehingga profit yang diperoleh dalam distribusinya tidak hanya sebatas pada direct stakeholders saja melainkan juga kepada indirect stakeholders.
Rumusan masalah a. Bagaimana kinerja keuangan PT BSM tahun 2011 dan 2012, jika dianalisis dengan menggunakan pendekatan laba rugi dan nilai tambah? b. Bagaimana perbedaan kinerja keuangan PT BSM tahun 2011 dan 2012, jika dianalisis dengan menggunakan pendekatan laba rugi dan nilai tambah? Batasan masalah 1. 2. 3.
Laporan keuangan yaitu neraca dan laporan laba rugi PT BSM tahun 2011 dan 2012 PSAK No.59 yaitu tentang Akuntansi Perbankan Syariah Rasio keuangan yaitu ROAdan ROE serta rasio total laba per total aktiva produktif, baik yang menggunakan pendekatan laba rugi maupun yang menggunakan pendekatan nilai tambah
Tujuan Penelitian a.
b.
Untuk mengetahui kinerja keuangan PT BSM tahun 2011 dan 2012, jika dianalisis dengan menggunakan pendekatan laba rugi dan nilai tambah. Untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan PT BSM tahun 2011 dan 2012, jika dianalisis dengan menggunakan pendekatan laba rugi dan nilai tambah.
Perbandingan Laporan Laba Rugi dan Nilai Tambah PT BSM Tahun 2011 dan 2012 •
(Dalam Ribuan Rupiah )
Perbandingan Kinerja Keuangan PT BSM Tahun 2011 dengan Pendekatan Laba Rugi dan Nilai Tambah (Dalam Ribuan Rupiah)
Perbandingan Kinerja Keuangan PT BSM Tahun 2012 dengan Pendekatan Laba Rugi dan Nilai Tambah
Kesimpulan 1.
2.
Kinerja keuangan PT BSM Tahun 2011 yang dihitung dengan menggunakan pendekaan laba rugi menghasilkan Laba Bersih / Total Aktiva produktif sebesar 0.12%, ROA 1.95%, dan ROE 64.84%. Jika dengan pendekatan nilai tambah menghasilkan Total Nilai Tambah / Total Aktiva Produktif sebesar 14.52%, ROA 13.41%, ROE 21.24%. Sedangkan kinerja keuangan keuangan PT BSM Tahun 2012 yang dihitung dengan pendekatan laba rugi menghasilkan Laba Bersih / Total Aktiva Produktif sebesar 0.17%, ROA 2.25%, ROE 68.52%. Jika dengan pendekatan nilai tambah menghasilkan Total Nilai Tambah / Total aktiva Produktif sebesar 26.27%, ROA 23.64%, ROE 30.65%. Terdapat perbedaan jumlah rasio yang lebih besar jika menggunakan pendekatan nilai tambah karena total nilai tambah yang digunakan sebagai pembagi dalam pendekatan nilai tambah lebih besar jumlahnya jika dibandingkan dengan total laba bersih yang digunakan sebagai pembagi dalam pendekatan laba rugi. Laba bersih BSM Tahun 2011 adalah Rp 551.070.248 dan Rp 805.690.561 untuk Tahun 2012. Sedangkan total nilai tambah tahun 2011 adalah Rp 652.811.510 dan Rp 1.281.766.766 untuk Tahun 2012.
Saran •
•
saran yang dapat penulis sampaikan sebagai masukan bagi PT BSM sebagai berikut : Perusahan sebaiknya menggunakan laporan nilai tambah, karena pendekatan nilai tambah lebih memperhatikan atas nilai keadilan, Dimana semua pihak berhak merasakan setiap nilai tambah yang dihasilkan, tidak memandang apakah berasal dari operasi utama atau bukan. Kesediaan manajemen untuk mendistribusikan nilai tambah kepada semua pihak yang dimaksud secara adil yaitu nasabah sebagai pihak ketiga yang telah menggunakan jasanya, karyawan pihak yang telah mencurahkan daya dan upaya yang dimiliki agar perusahaan mendapatkan keuntungan, pemerintah (melalui pajak), pemilik modal (melalui deviden), masyarakat (melalui zakat).