1
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN ETIKA KERJA ISLAM PADA KARYAWAN BANK SYARIAH
Oleh : Ravianty Dony 01320300
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2006
2
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN ETIKA KERJA ISLAM PADA KARYAWAN BANK SYARIAH
Telah Disetujui Pada Tanggal
_________________
Dosen Pembimbing
(Uly Gusniarti, S. Psi., M.Si., Psi)
3
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN ETIKA KERJA ISLAM PADA KARYAWAN BANK SYARIAH Ravianty Dony Uly Gusniarti
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan positif antara kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Sampel dari penelitian ini 31 orang karyawan bank syariah. Skala yang digunakan adalah skala kecerdasan spiritual disusun berdasarkan teori Zohar dan Marshall (2000), Agustian (2001) dan Idrus (2003), dan skala etika kerja Islam pada karyawan bank syariah disusun berdasarkan teori Majelis Ugama Islam Singapura (1999), Yousef (2001), Smith (2002), dan Obaidullah (2005). Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan korelasi Product Moment dengan bantuan program SPSS versi 12.0 for windows. Hasil analisis menunjukkan koefisien korelasi r xy = 0,898 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Hal ini berarti terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Semakin tinggi kecerdasan spiritual maka semakin tinggi pula etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan spiritual maka semakin rendah pula etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Koefisien R Squared sebesar 0,807 menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual mempunyai sumbangan efektif sebesar 80,7 % terhadap variabel etika kerja Islam. Berdasarkan hasil analisis tambahan diperoleh beberapa hal yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita dalam hal etika kerja Islam pada karyawan bank syariah (t = 1,565 dan p = 0,136. p > 0,05), tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara karyawan dengan pengalaman kerja 0-2 tahun, >2-4 tahun dan >4-6 tahun dalam hal etika kerja Islam pada karyawan bank syariah (F = 0,491 dan p = 0,620. P > 0,05), dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara karyawan dengan tingkat pendidikan SLTA, S1 dan S2 dalam hal etika kerja Islam pada karyawan bank syariah (F = 1,440 dan p = 0,260. p > 0,05). Koefisien R Squared sebesar 0,079 menunjukkan bahwa pengalaman kerja dan tingkat pendidikan mempunyai sumbangan efektif sebesar 7,9 % terhadap variabel etika kerja Islam. Kata kunci : Kecerdasan Spiritual, Etika Kerja Islam pada Karyawan Bank Syariah
4
PENGANTAR
Bank syariah adalah bank umum yang memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran berdasarkan prinsip syariah. Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara pihak bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan pembiayaan kegiatan usaha (divisi sumber daya insani BSM, 2005). Karyawan bank syariah sebagai salah satu unsur pengelola bank syariah, dalam menyelenggarakan tugas-tugasnya hendaklah memiliki etika kerja Islam yang tinggi. Etika kerja Islam adalah perilaku manusia baik individu maupun level sosial yang sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam kitab suci Al-Quran dan hadits Rasulullah saw dalam melakukan pekerjaan (Yousef, 2001 dan Smith, 2002). Perilaku pengelola bank syariah dalam menyelenggarakan kegiatan perbankan syariah yang sesuai dengan Quran dan hadits antara lain, menjauhi riba dan spekulasi dalam setiap usaha perbankan syariah, menegakkan dasar hak asasi manusia dalam kerjasama ekonomi, kedermawanan untuk mendukung sektor usaha sosial, meningkatkan saham yang adil, mendukung sektor usaha bagi yang kurang mampu, dan non diskriminasi dalam pekerjaan berdasarkan jenis kelamin, ras dan kebangsaan (Obaidullah, 2005). Kenyataannya masih terdapat beberapa pengelola bank syariah yang berperilaku tidak sesuai dengan Quran dan hadits. Khalil (2005) mengungkapkan beberapa fakta kasus yang mengungkap persoalan ini antara lain, terdapat personel bank syariah yang cukup besar bermasalah dengan pihak Citi Bank karena terlibat dalam penjualan surat berharga secara riba atau bunga. Selain itu
5
juga terdapat kasus diskriminasi pelayanan. Terdapat personel bank syariah yang memilih hanya orang kaya saja yang menerima pengucuran dana melalui produk mudharabah (pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil) dan musyarakah (pembiayaan berdasarkan usaha patungan). Hal ini menunjukkan etika kerja Islam yang dimiliki rendah, selayaknya pengelola bank syariah berperilaku sesuai dengan Quran dan hadits. Etika kerja Islam tidak seperti etika kerja biasa, etika kerja Islam lebih menekankan pada niat dari pada hasil (Yousef, 2001 dan Smith, 2002). Etika kerja Islam perbankan syariah sangat penting diterapkan oleh semua pengurus bank syariah. Sikap dan perilaku dalam bekerja melakukan kegiatan perbankan yang sesuai
ajaran
Islam,
tidak
hanya
mewujudkan
kemaslahatan
umat
(hablumminannas), tetapi juga meraih ridho Allah di dunia dan akhirat (hamblumminallah). Menurut Yousef (2001) etika kerja Islam seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, faktor umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, budaya nasional, tipe organisasi dan kepemilikan organisasi. Menurut Smith (2002) perilaku etika dalam bekerja pada karyawan muslim dipengaruhi oleh spiritualitas yakni bagaimana seseorang memaknai bahwa bekerja bukan sekedar tugas duniawi tetapi sebagai tugas dan kewajiban moral pada Allah, pada perusahaan, dan pada komunitas muslim yang lebih luas. Menurut Khalil (2005), bila mempunyai spiritualitas yang tinggi maka karyawan akan mempunyai keyakinan bahwa ada Allah Yang Maha Kuasa yang senantiasa membantu umat yang mau bekerja, laba perusahaan bukanlah segala-
6
galanya, dan tujuan bekerja adalah berjihad dan mengabdi sebagai hamba Allah. Sebaliknya spiritualitas yang rendah akan menurunkan keyakinan karyawan bahwa bekerja cukup sebagai tugas duniawi saja atau sekedar menjalankan formalitas tugas. Spiritualitas karyawan bank syariah berusaha ditingkatkan oleh pihak manajemen bank syariah dengan menanamkan keyakinan pada karyawannya bahwa bekerja sebagai bagian dari kehidupan spiritual, bekerja bukan sekedar tugas duniawi, dan bekerja sebagai perwujudan iman kepada Allah Swt sehingga bisa mengantarkan seseorang bekerja dengan ikhlas, jujur dan mau bekerja keras serta memperbaiki diri (Fajrie, 2004). Kecerdasan spiritual sebagai salah satu dimensi dari spiritualitas merupakan kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik), serta berprinsip “hanya karena Allah” (Agustian, 2001). Karyawan bank syariah yang memiliki tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi diharapkan memiliki etika kerja Islam yang tinggi pula. Karyawan yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi akan mampu untuk menempatkan makna ibadah pada proses bekerja, sehingga mendorong karyawan untuk mempunyai etika kerja Islam yang tinggi yakni berperilaku sesuai Quran dan hadits dalam melakukan pekerjaannya dengan niat ibadah melaksanakan amanah Allah Swt dan untuk meraih keridhoanNya dunia dan akhirat. Karyawan akan berusaha untuk menghindarkan sikap dan perilakunya dari perkara-perkara yang
7
tidak beretika dan mendatangkan kemurkaan Allah Swt (mazmumah) dan juga akan menggalakkan melaksanakan segala perintah Allah Swt serta sunnah Rasulullah Saw (mahmudah), dan mengamalkan akhlak yang mulia. Berdasarkan uraian di atas peneliti berasumsi bahwa ada hubungan positif antara kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Peneliti tertarik untuk meneliti salah satu dimensi spiritualitas yakni kecerdasan spiritual dan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah.
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Etika Kerja Islam 1. Pengertian etika kerja Islam Etika kerja Islam konsepnya berasal dari petunjuk Allah SWT dalam kitab suci Al-Quran dan diperkuat dengan cara Rasulullah saw berperilaku yakni hadits yang mengajarkan perilaku manusia dalam melakukan pekerjaannya seperti kerja keras, kejujuran dan keadilan, keahlian dan teknologi, dedikasi pada kerja, kerjasama, kompetisi, kreativitas, dan lain-lain. Perilaku ini dianggap sebagai sebuah kebajikan dan kewajiban bagi individu yang mampu dengan lebih menekankan niat daripada hasil kerja (Yousef, 2001). Smith (2002) mengemukakan etika kerja Islam merupakan perilaku manusia baik individu maupun level sosial dalam melakukan pekerjaannya, yang sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam kitab suci Al-Quran dan hadits
8
Rasulullah saw untuk memenuhi tugas dan kewajiban moral pada Allah Swt, pada perusahaan tempat bekerja dan pada komunitas muslim yang lebih luas. Majelis Ugama Islam Singapura (1999) mengemukakan bahwa etika kerja Islam adalah bekerja sesuai dengan ajaran Islam yang dianggap sebagai amal soleh yang melebihi daripada sekedar mencari reski Allah SWT untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT dan mengelak dari kemurkaanNya, terikat pada balasan baik dan buruk di hari akhirat dan rasa tanggung jawab bukan hanya pada perusahaan tetapi yang lebih penting kepada Allah SWT untuk mencapai kejayaan dunia dan akhirat. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa etika kerja Islam adalah sikap dan perilaku individu dalam melakukan pekerjaannya yang sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam kitab suci Al-Quran dan Hadits Rasulullah saw sebagai ibadah yakni dengan menyertai niat untuk memenuhi amanah / kewajiban pada Allah SWT dan meraih keridhoanNya di dunia dan akhirat, serta tanggung jawab moral pada perusahaan dan pada komunitas muslim yang lebih luas. 2. Pengertian etika kerja Islam pada karyawan bank syariah Aspek-aspek nilai Islam dan etika perbankan syariah yang harus ditaati oleh pengelola bank syariah yakni, pertama menjauhi riba dan spekulasi dalam setiap usaha perbankan. Kedua, menegakkan dasar hak asasi manusia dalam kerjasama ekonomi. Ketiga, kedermawanan untuk mendukung sektor usaha sosial. Keempat, menegakkan saham yang adil. Kelima, mendukung sektor usaha bagi
9
yang kurang mampu. Keenam, nondiskriminasi dalam pekerjaan berdasarkan sex, ras dan kebangsaan (Obaidullah, 2005). Khusus masalah riba, Allah SWT dalam banyak ayat telah mengingatkan secara tegas, diantaranya surat Al-baqarah (2); 278-279, “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan rasulNya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat dari (pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak pula teraniaya” (Khalil, 2005). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa etika kerja Islam pada karyawan bank syariah adalah sikap dan perilaku individu dalam melakukan pekerjaannya yang sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam kitab suci Al-Quran dan Hadits Rasulullah saw sebagai ibadah, yakni dengan menyertai niat untuk memenuhi amanah atau kewajiban pada Allah dan meraih keridhoanNya di dunia dan akhirat, serta tanggung jawab moral pada perusahaan dan pada komunitas muslim yang lebih luas. Perilaku individu yang dimaksud disini adalah perilaku karyawan bank syariah, dan pekerjaan yang dimaksud adalah kegiatan perbankan syariah. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi etika kerja Islam Etika kerja Islam seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, budaya nasional, tipe organisasi dan kepemilikan organisasi (Yousef, 2001).
10
Menurut Smith (2002) perilaku etika dalam bekerja pada karyawan muslim dipengaruhi oleh spiritualitas yakni bagaimana seseorang memaknai bahwa bekerja bukan sekedar tugas duniawi tetapi juga sebagai tugas dan kewajiban moral pada Allah Swt, pada perusahaan, dan pada komunitas muslim yang lebih luas. Alhabsi (1996) mengemukakan bahwa segala jenis kerja serta aspekaspek yang terkait didalamnya termasuk hal etika kerja yang dilakukan oleh individu tidak boleh diasingkan dari spiritual. Etika kerja dimaknai sebagai suatu bentuk jihad atau ibadah pada Allah Swt. 4. aspek-aspek etika kerja Islam Instrument Islamic Value Rating / IVR (Obaidullah, 2005) berisi daftar Islamic Value Concern atau aspek nilai Islam yang digunakan sebagai kriteria untuk mengukur kinerja etika pada bank syariah antara lain sebagai berikut; a. Perihal riba dan spekulasi Menjauhi riba dan spekulasi penipuan dalam setiap usaha perbankan dan mendukung bisnis yang menunjukkan hal yang sama. b. Perihal Hak Asasi Manusia (HAM) Tidak berinvestasi pada pemerintah maupun pihak bisnis lainnya yang gagal dalam menegakkan dasar Hak Asasi Manusia dalam pengaruhnya pada lingkungan, maupun bisnis yang link-nya pada rezim yang menindas. c. Perihal usaha sosial Mendukung kedermawanan atau bermurah hati dalam kegiatan organisasi yang meliputi sektor usaha sosial.
11
d. Perihal perhatian dan penekanan pada kerjasama ekonomi Meningkatkan
saham
yang
adil,
berdasarkan
pembelanjaan
atau
pembiayaan seperti Mudharabah (pembiayaan berdasarkan prinsip usaha bagi hasil) dan Musyarakah (pembiayaan berdasarkan prinsip usaha patungan) sebagai perbandingan untuk pemasukan keuangan atau debt based financing, seperti Murabahah (jual beli barang dengan memperoleh keuntungan) dan ijarah (pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa). e. Perihal sektor bagi yang kurang mampu Mendukung usaha atau bisnis kecil, bisnis dalam negara muslim yang sedang berkembang, dan bisnis oleh generasi pertama pebisnis atau entrepreneurs. f. Perihal diskriminasi Non diskriminasi dalam pekerjaan berdasarkan jenis kelamin, ras, dan kebangsaan.
B. Kecerdasan Spiritual 1. Pengertian kecerdasan spiritual Menurut Zohar dan Marshall (2000) kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kemampuan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya.
12
Agustian (2001) mengemukakan kecerdasan spiritual sebagai kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik) serta berprinsip “hanya karena Allah.” Berdasarkan beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah kemampuan individu untuk menempatkan makna ibadah terhadap setiap perilaku dan tindakan, dengan cara membersihkan atau mensucikan pikiran dan berprinsip hanya karena Allah Swt. 2. Aspek-aspek kecerdasan spiritual Idrus (2003) mengembangkan instrument kecerdasan spiritual dari konsep kecerdasan spiritual Zohar dan Marshall (2000) dengan merinci masingmasing aspek Zohar dan Marshall (2000) kedalam beberapa indikator yang telah disesuaikan dengan konteks Indonesia dan adopsi konsep SQ dalam nuansa Islam yakni sebagai berikut : a. Kemampuan untuk bersikap fleksibel (adaktif secara spontan dan aktif), dengan indikatornya yaitu kemampuan bergaul. b. Memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, dengan indikatornya yaitu kesadaran adanya Tuhan c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, dengan indikatornya yaitu cobaan sebagai ujian, kesabaran, dan ikhlas / rela. d. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit, dengan indikatornya yaitu ketabahan.
13
e. Kualitas hidup yang diihami oleh visi dan nilai-nilai, dengan indikatornya yaitu hari ini lebih baik dari kemarin dan tujuan hidup. f. Keengganan untuk mengalami atau menyebabkan kerugian yang tidak perlu, dengan indikatornya yaitu menggunjing, meninggalkan ibadah, berkorban. g. Kecenderungan
untuk
melihat
keterkaitan
antara
berbagi
hal
(berpandangan holistik), dengan indikatornya yaitu keterkaitan antar mahluk atau kejadian, tentang nasib manusia. h. Kecenderungan nyata untuk bertanya “mengapa?”
atau
“bagaimana
jika?” untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar atau benar, dengan indikatornya yaitu mencari jawaban atas sesuatu, bertanya pada agamawan atau buku, mengikuti pengajian. i.
“Bidang mandiri” yaitu memiliki kemampuan untuk bekerja mandiri atau memiliki otonomi, dengan indikatornya yaitu berbuat / beramal tanpa tergantung pada orang lain.
C. Hubungan kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah Kecerdasan spiritual merupakan kemampuan individu untuk menempatkan makna ibadah terhadap setiap perilaku dan tindakan, dengan cara membersihkan atau mensucikan pikiran dan berprinsip hanya karena Allah SWT. Perilaku dan tindakan dalam bekerjapun perlu dimaknai sebagai ibadah kepada Allah SWT. Dengan demikian selain mendapat pahala untuk hari akhirat
14
kelak, individu akan termotivasi dengan kuat untuk berkerja proaktif, disiplin, dapat dipercayai, teratur, selalu berwaspada untuk mengelakkan diri dari kemungkaran, termasuk perkara-perkara yang tidak bermoral serta seorang pekerja yang berprestasi tinggi (Alhasbi, 1996). Kecerdasan spiritual sangat penting, karyawan yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi akan mampu untuk menempatkan makna ibadah pada proses bekerja, sehingga mendorong karyawan untuk mempunyai etika kerja Islam yang tinggi yakni berperilaku sesuai Quran dan hadits dalam melakukan pekerjaannya dengan niat ibadah melaksanakan amanah Allah SWT dan untuk meraih keridhoanNya dunia dan akhirat. Karyawan akan berusaha untuk menghindarkan sikap dan perilakunya dari perkara-perkara yang tidak beretika dan mendatangkan kemurkaan Allah SWT (mazmumah) dan juga akan menggalakkan melaksanakan segala perintah Allah SWT serta sunnah Rasulullah Saw (mahmudah), dan mengamalkan akhlak yang mulia. Karyawan dengan kecerdasan spiritual yang rendah akan menganggap pekerjaannya sebagai suatu jenis usaha untuk mencari reski semata sehingga karyawan memusatkan perhatiannya kepada keuntungan semata. Hal ini mendorongnya untuk melakukan perkara-perkara yang melanggar ajaran agama atau perkara-perkara yang tidak beretika, khususnya apabila ia menghadapi kesempitan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan karyawan bank syariah yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi diharapkan semakin tinggi pula etika kerja Islam yang dimilikinya. Apabila seorang karyawan bank syariah memiliki
15
kecerdasan spiritual yang tinggi maka karyawan akan mampu memberi makna ibadah pada proses kerja sehingga mendorong seorang karyawan bank syariah untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Islam dan etika perbankan syariah berdasar Quran dan hadits dalam menyelenggarakan tugas kerjanya. Semakin tinggi kecerdasan spiritual, semakin tinggi pula etika kerja Islam yang dimilikinya.
D. Hipotesis Ada hubungan positif antara kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Semakin tinggi kecerdasan spiritual yang dimiliki oleh karyawan bank syariah, maka semakin tinggi pula etika kerja Islam karyawan bank syariah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menyertakan beberapa variabel antara lain: (1) Variabel tergantung (dependent) berupa etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. (2) Variabel bebas (independent) yaitu kecerdasan spiritual. Subjek penelitian ini adalah karyawan bank syariah di Yogyakarta baik laki-laki maupun perempuan muslim, berusia 22 – 55 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling, yaitu dengan cara memberikan skala pada subjek yang memiliki persyaratan di atas (Hadi, 2000).
16
Penelitian dilakukan di Bank Muamalat kantor cabang Yogyakarta dan Bank BNI Syariah kantor cabang Yogyakarta. Peneliti mengambil tempat penelitian di bank-bank ini karena dapat dianggap mewakili populasi dari subjek penelitian. Skala kecerdasan spiritual dan skala etika kerja Islam pada karyawan bank syariah ini disusun dengan menggunakan skala model Likert yang terdiri dari empat pilihan jawaban yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai). Subjek diperkenankan untuk memilih salah satu dari empat alternatif jawaban yang paling sesuai dengan keadaan dirinya. Uji coba alat ukur yang dipakai peneliti adalah uji coba terpakai yaitu uji coba yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas dan validitas alat ukur, dan data yang dihasilkan dari uji coba dapat diambil sebagai data langsung. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan korelasi Product Moment dengan bantuan program SPSS versi 12.0 for windows untuk menguji apakah terdapat hubungan antara kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Subjek dalam peneltian ini digolongkan kedalam tiga kategori. Kategori digunakan sebagai acuan dalam mengelompokkan keadaan subjek pada saat data empiris telah diperoleh yaitu tinggi, sedang dan rendah. Kategori ini berdasarkan sebaran hipotetik ( X max – X min) sehingga diperoleh perkiraan besarnya
17
standar hipotetik skor empiris yang berada pada suatu deviasi standar di atas mean hiptetik dikategorikan tinggi, sementara untuk satu deviasi standar di bawah mean hipotetik dikategorikan rendah. Kategori skor kecerdasan spiritual menunjukkan bahwa 70,97 % (22 orang) memperoleh skor tinggi dan 29, 03 % (9 orang) memperoleh skor sedang. Berdasarkan hasil kategorisasi skor tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar subjek penelitian memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi. Kategori skor variabel etika kerja Islam pada karyawan bank syariah yang diperoleh, dapat diketahui bahwa 61, 29 % (19 orang) memperoleh skor tinggi dan 38, 71 % (12 orang) memperoleh skor sedang. Berdasarkan hasil kategorisasi skor tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar subjek penelitian memiliki etika kerja Islam perbankan syariah yang tinggi. Uji Asumsi Sebelum dilakukan analisis data untuk menguji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linearitas. Uji normalitas dan uji linearitas merupakan syarat sebelum dilakukan pengetesan terhadap nilai korelasi, agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya (Hadi, 2000). a. Uji Normalitas Uji normalitas menggunakan teknik One Sample Kolmogorov-Smirnov Test dari program SPSS 12.0 for windows, diperoleh sebaran skor pada variabel kecerdasan spiritual adalah normal (K-S Z = 0,805 ; p = 0,536 atau p > 0,05) dan sebaran variabel etika kerja Islam pada karyawan bank syariah adalah normal (K-
18
S Z = 1,170 ; p = 0,129 atau p > 0,05). Karena data yang diperoleh memiliki signifikan lebih dari 0,05 maka data ini normal. b. Uji Linearitas Uji Linearitas menggunakan analisis product moment dari program SPSS 12.0 for windows. Variabel kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah menunjukkan F = 228,705 dengan p = 0,000 (p < 0,01) sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah hasilnya adalah linear. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Karl Pearson dengan bantuan komputer program SPSS 12.0 dan diperoleh koefisien rxy = 0,898 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Semakin tinggi kecerdasan spiritual maka semakin tinggi pula etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan spiritual maka semakin rendah pula etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Uji Tambahan Berdasarkan hasil analisis tambahan menggunakan analisis Independent Sample T Test dengan program komputer SPSS 12.0 for windows dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita dalam hal etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Selain itu analisis tambahan menggunakan analisis Uji F (Anova) dengan program komputer SPSS 12.0 for
19
windows One-Way Anova dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara karyawan dengan lama bekerja 0-2 tahun, >2-4 tahun, dan >4-6 tahun, dalam hal etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Analisis tambahan selanjutnya menggunakan analisis Uji F (Anova) dengan program komputer SPSS 12.0 for windows One-Way Anova, juga dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara karyawan dengan tingkat pendidikan SLTA, S1 dan S2, dalam hal etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Analisis tambahan dengan program komputer SPSS 12.0 for windows untuk mengetahui seberapa besar hubungan atau seberapa jauh pengalaman kerja dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap etika kerja Islam pada karyawan bank syariah digunakan uji regresi. Hasil analisis menunjukkan angka R Square adalah 0,079. Hal ini berarti 7,9 % dari variasi etika kerja Islam pada karyawan bank syariah bisa dijelaskan oleh variabel pengalaman kerja dan tingkat pendidikan. Analisis tambahan dengan program komputer SPSS 12.0 for windows untuk mengetahui besar hubungan antara masing-masing aspek kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah digunakan uji regresi. Hasil analisis menunjukkan aspek keengganan untuk mengalami kerugian yang tidak perlu dan aspek memiliki kecenderungan untuk bertanya “mengapa” atau “bagaimana jika” dalam rangka mencari jawaban yang benar, sebagai prediktor yang paling tinggi terhadap peningkatan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah.
20
Analisis tambahan untuk mengetahui frekuensi jawaban subjek pada masing-masing item aspek kecerdasan spiritual yang berfungsi sebagai prediktor tertinggi terhadap peningkatan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah digunakan statistik deskriptif dengan program komputer SPSS 12.0 for windows. Hasil analisis menunjukkan diantaranya item “saya beribadah dengan khusyuk pada Allah karena hidup dan mati saya hanya untuk Allah”, 35,5% subjek penelitian menjawab sangat sesuai dan 64,5% subjek penelitian menjawab sesuai. Hal ini menunjukkan sebagian besar subjek penelitian mendukung untuk menghidari kerugian yang tidak perlu hanya karena Allah. Hasil analisis juga menunjukkan diantaranya item “saya mencari jawaban atas sesuatu dengan menyebut nama Allah supaya memperoleh kemurahan anugerahNya berupa pengetahuan, pemahaman dan wawasan baru” pada skala kecerdasan spiritual aspek memiliki kecenderungan untuk bertanya “mengapa” atau “bagaimana jika” dalam rangka mencari jawaban yang benar, 35,5% subjek penelitian menjawab sangat sesuai, 61,3% subjek penelitian menjawab sesuai dan 3,2% subjek penelitian menjawab tidak sesuai. Item “saya membaca, menelaah alam raya, kitab suci, masyarakat, koran, majalah dan apapun demi karena Allah”, 12,9% subjek penelitian menjawab sangat sesuai, 80,6% subjek penelitian menjawab sesuai dan 6,5% subjek penelitian menjawab tidak sesuai. Hal ini menunjukkan sebagian besar subjek mendukung untuk bertanya dalam rangka mencari jawaban yang benar hanya karena Allah.
21
D. Pembahasan Hasil analisis data yang dilakukan membuktikan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah (rxy = 0,898). Hubungan positif ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kecerdasan spiritual maka semakin tinggi pula etika kerja Islam pada karyawan bank syariah.
Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan
spiritual maka semakin rendah pula etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Karyawan yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi akan mampu untuk menempatkan makna ibadah pada proses bekerja, sehingga mendorong karyawan untuk mempunyai etika kerja Islam yang tinggi yakni berperilaku sesuai Quran dan hadits dalam melakukan pekerjaannya dengan niat ibadah melaksanakan amanah Allah Swt dan untuk meraih keridhoanNya dunia dan akhirat. Karyawan akan berusaha untuk menghindarkan sikap dan perilakunya dari perkara-perkara yang tidak beretika dan mendatangkan kemurkaan Allah Swt (mazmumah) dan juga akan menggalakkan melaksanakan segala perintah Allah Swt serta sunnah Rasulullah Saw (mahmudah), dan mengamalkan akhlak yang mulia. Hal di atas ini sesuai dengan pemikiran yang disampaikan oleh Alhabsi (1996) bahwa kerja yang mampu dimaknai sebagai ibadah oleh individu maka individu akan termotivasi dengan kuat untuk berkerja, proaktif, disiplin, dapat dipercayai, teratur, selalu berwaspada untuk mengelakkan diri dari kemungkaran, termasuk perkara-perkara yang tidak bermoral serta seorang pekerja yang berprestasi tinggi.
22
Karyawan dengan kecerdasan spiritual yang rendah akan menganggap pekerjaannya sebagai suatu jenis usaha untuk mencari reski semata sehingga karyawan memusatkan perhatiannya kepada keuntungan semata. Hal ini mendorongnya untuk melakukan perkara-perkara yang melanggar ajaran agama atau perkara-perkara yang tidak beretika, khususnya apabila ia menghadapi kesempitan. Hal di atas sesuai dengan pemikiran yang disampaikan oleh Sarji (2003) mengemukakan bahwa penghayatan dan pengamalan nilai-nilai etika kerja sesuai dengan ajaran Islam untuk dapat melaksanakan amanah Allah Swt demi memperoleh keridhoanNya di dunia dan di akhirat, bahwa bekerja yang dilaksanakan bukan hanya sekadar mencari reski untuk hidup tetapi perlu dijadikan sebagai suatu ibadah. Bila karyawan gagal memaknai bahwa kerja sebagai ibadah pada Allah maka perhatiannya terpusat pada keuntungan semata atau sekedar mencari reski untuk hidup. Majelis Ugama Islam Singapura (1999) mengemukakan bahwa bekerja sesuai dengan ajaran Islam yang dianggap sebagai amal soleh yang melebihi daripada sekedar mencari reski Allah Swt untuk mendapatkan keridhoan Allah Swt dan mengelak dari kemurkaanNya, terikat pada balasan baik dan buruk di hari akhirat dan rasa tanggung jawab bukan hanya pada perusahaan tetapi yang lebih penting kepada Allah Swt untuk mencapai kejayaan dunia dan akhirat. Bila karyawan memaknai kerja bukan sebagai amal sholeh untuk keridhoan Allah, maka karyawan akan mementingkan mencapai kejayaan duniawi saja dan
23
melakukan perkara-perkara yang melanggar ajaran agama atau perkara-perkara yang tidak beretika, khususnya apabila ia menghadapi kesempitan. Ditinjau dari segi aspek-aspek serta indikator kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah, dapat dijelaskan mengenai hubungan yang sangat signifikan antara kedua variabel ini. Aspek kecerdasan spiritual antara lain keengganan untuk mengalami kerugian yang tidak perlu, akan dapat meningkatkan etika kerja Islam. Berdasarkan analisis tambahan sebagian besar subjek penelitian mendukung aspek ini antara lain beribadah secara khusyuk pada Allah karena hidup dan mati hanya untuk Allah. Dengan demikian subjek akan menjaga sikap dan perilakunya agar sesuai dengan perintah Allah termasuk menjauhi riba dalam kegiatan ekonomi. Misalnya kasus riba, pemastian masa depan melalui instrumen suku bunga akan mematikan sejumlah kemungkinan aliran investasi. Semakin tinggi suku bunga maka semakin besar kemungkinan aliran investasi yang terbendung. Pada akhirnya riba akan memperburuk perekonomian secara makro, yang kemudian mempengaruhi para pelaku-pelaku ekonomi di tingkat mikro. Sehingga karyawan bank syariah yang tinggi aspek keengganan untuk mengalami kerugian yang tidak perlu akan menghindari riba yang hakikatnya menghindari keburukan pada perekonomian secara menyeluruh demi ridho Allah. Aspek kecerdasan spiritual selanjutnya yakni memiliki kecenderungan untuk bertanya “mengapa” atau “bagaimana jika” dalam rangka mencari jawaban yang benar, akan meningkatkan etika kerja Islam. Berdasarkan analisis tambahan sebagian besar subjek penelitian mendukung pernyataan “mencari jawaban atas
24
sesuatu dengan menyebut nama Allah supaya memperoleh kemurahan anugerahNya berupa pengetahuan, pemahaman dan wawasan baru”, dan “membaca, menelaah alam raya, kitab suci, masyarakat, koran, majalah dan apapun demi karena Allah”. Dengan bertambahnya pengetahuan dan wawasan karyawan bank syariah tentang pertanyaan yang dicari, maka akan terungkap kebenaran atau fakta yang mengantarkannya pada kualitas hidup yang lebih baik sebagai mahluk Allah dalam menjalankan tugas kerjanya dalam setiap kegiatan perbankan. Aspek kecerdasan spiritual lainnya yakni memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, dengan indikatornya yaitu kesadaran adanya Tuhan. Karyawan yang menyadari adanya Tuhan dalam setiap aktivitas hidupnya maka akan menggalakkan akhlak yang mulia menjauhi hal-hal yang mungkar demi meraih ridho Allah. Karyawan akan enggan untuk melakukan riba dan spekulasi, peduli pada hak orang lain, dan usaha social demi kemaslahatan umum dan menegakkan ekonomi Islam. Hal ini menunjukkan peningkatan pada area etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Koefisien R Squared sebesar 0,807 menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual mempunyai sumbangan efektif sebesar 80,7 % terhadap variabel etika kerja Islam. Sedangkan sisanya sebesar 19,3 % merupakan pengaruh dari faktor lain. Selain dari hal-hal tersebut di atas ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi etika kerja Islam seseorang yakni umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, budaya nasional, tipe organisasi dan kepemilikan organisasi (Yousef, 2001).
25
Berdasarkan hasil analisis tambahan diperoleh beberapa hal yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita dalam hal etika kerja Islam pada karyawan bank syariah (t = 1,565 dan p = 0,136. p > 0,05), tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara karyawan dengan pengalaman kerja 0-2 tahun, >2-4 tahun dan >4-6 tahun dalam hal etika kerja Islam pada karyawan bank syariah (F = 0,491 dan p = 0,620. P > 0,05), tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara karyawan dengan tingkat pendidikan SLTA, S1 dan S2 dalam hal etika kerja Islam pada karyawan bank syariah (F = 1,440 dan p = 0,260. p > 0,05). Tidak adanya perbedaan yang signifikan dalam hal etika kerja Islam pada karyawan bank syariah ditinjau dari jenis kelamin, pengalaman kerja dan tingkat pendidikan disebabkan oleh pelamar kerja terlebih dahulu melewati proses seleksi, proses pendidikan dan pelatihan perbankan syariah untuk mendapatkan karyawan yang berkompeten di bidang perbankan syariah. Selain proses seleksi, pendidikan dan pelatihan, pihak bank syariah juga memanfaatkan jalur magang untuk perekrutan karyawan tetap. Para peserta magang yang layak dan mampu memberikan kontribusi yang baik bagi bank syariah akan direkrut untuk menjadi karyawan tetap. Semua proses ini memungkinkan seluruh karyawan bank syariah baik pria maupun wanita baik yang baru atau sudah lama bekerja pada bank syariah dengan tingkat pendidikan yang beragam mempunyai etika kerja Islam yang distandarkan oleh pihak bank syariah. Adapun kelemahan dari penelitian ini adalah tidak mengontrol faktorfaktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku etika kerja Islam pada karyawan
26
bank syariah seperti umur, budaya nasional, tipe organisasi dan kepemilikan organisasi. Selain itu korelasi yang kuat antara kedua variabel penelitian ini disebabkan oleh overlap bidang penelitian, etika kerja Islam bisa sebagai bagian dari spiritualitas itu sendiri. Saat penyebaran angket dan pengisian angket peneliti tidak terlibat penuh mendampingi subjek penelitian sehingga tidak bisa mencek kelengkapan pengisian skala. Selain itu alat ukur yang digunakan masih harus disempurnakan lagi. Penulis kurang kritis dalam pembuatan item yang mewakili aspek yang tepat untuk mengungkap hal yang akan diungkap dan masih terdapat unsur social desirability dalam beberapa item. Contoh item yang mengarahkan subjek untuk menyesuaikan jawaban dari pernyataan item agar sama dengan harapan sosial antara lain item kecerdasan spiritual, “saya bergaul dari hati ke hati dengan penuh keikhlasan pada setiap orang”. Contoh item etika kerja Islam pada karyawan bank syariah, “bila perbedaan dengan rekan kerja dan klien membuat saya tersinggung, saya senantiasa memberi keluasan maaf”.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif antara kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang mengemukakan bahwa adanya hubungan positf antara
27
kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam, diterima. Semakin tinggi kecerdasan spiritual maka semakin tinggi etika kerja Islam pada karyawan bank syariah, sebaliknya semakin rendah kecerdasan spiritual maka semakin rendah etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Sumbangan variabel kecerdasan spiritual terhadap etika kerja Islam pada karyawan bank syariah adalah 80,7 %. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual adalah faktor utama selain adanya faktor-faktor lain sebesar 19,3 % yang turut mempengaruhi etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Hasil kategorisasi menunjukkan kecerdasan spiritual yang tinggi (70,97 %) dan etika kerja Islam yang tinggi (61, 29 %). Berdasarkan hasil analisis tambahan diperoleh beberapa hal yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita dalam hal etika kerja Islam pada karyawan bank syariah (t = 1,565 dan p = 0,136. p > 0,05), tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara karyawan dengan pengalaman kerja 0-2 tahun, >2-4 tahun dan >4-6 tahun dalam hal etika kerja Islam pada karyawan bank syariah (F = 0,491 dan p = 0,620. P > 0,05), dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara karyawan dengan tingkat pendidikan SLTA, S1 dan S2 dalam hal etika kerja Islam pada karyawan bank syariah (F = 1,440 dan p = 0,260. p > 0,05). Koefisien R Squared sebesar 0,079 menunjukkan bahwa pengalaman kerja dan tingkat pendidikan mempunyai sumbangan efektif sebesar 7,9 % terhadap variabel etika kerja Islam. Aspek kecerdasan spiritual yakni aspek keengganan untuk mengalami kerugian yang tidak perlu (koefisien korelasi = 0,835, p = 0,00) dan aspek
28
memiliki kecenderungan untuk bertanya “mengapa” atau “bagaimana jika” dalam rangka mencari jawaban yang benar (koefisien korelasi = 0,820, p = 0,00), sebagai prediktor yang paling tinggi terhadap peningkatan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah (P < 0,05).
B. Saran 1. Bagi karyawan bank syariah Melihat hasil penelitian yang menunjukkan kecerdasan spiritual dan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah sebagian besar tinggi, karyawan bank syariah disarankan untuk mempertahankan kecerdasan spiritual dan etika kerja Islam. Jangan pernah berhenti dan terus berusaha meningkatkan kualitas diri dengan niat untuk meraih keridhoan Allah SWT di dunia dan akhirat. 2. Bagi peneliti selanjutnya a. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tema yang sama, disarankan
untuk
mempertimbangkan
variabel-variabel
lain
yang
berhubungan dengan etika kerja Islam, sehingga dapat ditentukan faktorfaktor lain yang juga mempengaruhi etika kerja Islam. b. Perbaikan alat ukur skala etika kerja Islam pada aspek perhatian dan penekanan pada kerjasama ekonomi. Peneliti selanjutnya disarankan untuk membuat item yang tepat yang mewakili aspek untuk mengungkap hal yang akan diungkap.
29
DAFTAR PUSTAKA Agustian, G.A. 2001. ESQ : Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, Berdasarkan 6 rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta ; Penerbit Arga. Alhabsi, O.S. 1995. Sumbangan Etika Islam pada Pembangunan MPPB. http://vlib.unitarkljl.edu.my/staffpublications/datuk/ETIKMPPB.pdf Alhabsi, O.S. 1996. Tanggung Jawab Pekerja kepada Organisasi / Jabatan dari Perspektif Islam. http://vlib.unitarkljl.edu.my/staffpublications/datuk/CEUTMNOV.pdf Divisi sumber daya insani Bank Syariah Mandiri, 2005. Profil Bank Syariah Mandiri. Http://www.syariahmandiri.co.id Fajrie, A. 5 Desember 2005. BMI Gelar Muamalat Spirit bagi Manejer LKS. http://www.e-syariah.com Hadi, S. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta ; Andi offset. Idrus, M. 2003. Kecerdasan Spiritual Mahasiswa Yogyakarta. Laporan Penelitian. Yogyakarta ; Lembaga Penelitian Universitas Islam Indonesia. Khalil, J. 28 Februari 2005. Peranan Etika Dalam Mengurus Lembaga Keuangan Syariah. Http://www.tazkiaonline.com Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS). 5 Maret 1999. Etika Kerja dalam Islam : Krisis Ekonomi dan Keperluan untuk Bermuhasabah. http://www.cybermimbar/ser-m-050399.html Obaidullah, M. 2005. Rating of Islamic Financial Institution, Some Methodological Suggestion. Scientific publishing center King Abdulaziz University Saudi Arabia. Http://www.islamiccenter.kaau.edu.sa Quran Karim dan Terjemahan Artinya. 2000. Yogyakarta ; UII Press. Sarji, A. 2003. Tenaga Kerja yang Beretika. http://www.notakt03.html Smith, A.W. 2002. Managing Ethnic Diversity in a Japanese Joint Venture in Malaysia. University of British Columbia ; Center for Japanese Research. Http://www.monashuniversity.ac.id Yousef, A.D. 2000. Organizational Commitment as a Mediator of the Relationship between Islamic Work Ethic and Attitudes toward Organizational Change. Volume 53, Iss.4 ; pg.513, 25 pgs. United Arab Emirates. Http://www.proquest.umi.com/pqdw?did=52982311&sid=1&Fmt=4&cli entld=44697&RQT=309&VName=PQD Yousef, A.D. 2000. The Islamic Work Ethic as a Mediator of the Relationship between Locus of Control and Role Ambiguity – a Study in an Islamic Country Setting. Journal of Managerial Psychology. Volume 15, Iss. 4 ; pg. 283. United Arab Emirates. Http://www.proquest.umi.com/pqdw?did=115922277&sid=1&Fmt=3&cl ientld=44697&RQT=309&VName=PQD Zohar, D & Marshall, I. 2000. SQ ; Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. Bandung ; Penerbit Mizan.