NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN ETIKA KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL
Oleh : RUSMALADEWI EMI ZULAIFAH
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2005
2
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN ETIKA KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL
Telah Disetujui Pada Tanggal
Dosen Pembimbing
Emi Zulaifah, Dra., M. Sc
3
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN ETIKA KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL Rusmaladewi Emi Zulaifah INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan positif antara religiusitas dengan etika kerja pada Pegawai Negeri Sipil. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara religiusitas dengan etika kerja pada Pegawai Negeri Sipil, semakin tinggi tingkat religiusitas semakin tinggi etika kerja. Sebaliknya semakin rendah tingkat religiusitas semakin rendah pula etika kerja. Subjek dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil berusia 25-55 tahun yang bekerja pada Instansi dan Dinas di lingkungan Pemerintah Kota Palangkaraya. Adapun skala yang digunakan adalah Skala Religiusitas sebanyak 41 aitem yang dimodifikasi penulis dari Skala yang digunakan oleh Fidyah (2001) mengacu pada aspek dan dimensi yang disusun oleh Glock & Strak, dan Skala Etika Kerja pada Pegawai Negeri Sipil penulis susun sendiri sejumlah 34 aitem mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh The Georgia Departement of Technical and Adult Education. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas SPSS versi 11.0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara religiusitas dengan etika kerja pada pegawai negeri sipil. Korelasi product moment dari Pearson menunjukan korelasi sebesar r = 0.388 (p? 0.01) yang artinya ada hubungan yang sangat signifikan antara religiusitas religiusitas dengan etika kerja pada pegawai negeri sipil. Jadi hipotesis penelitian diterima. Kata Kunci : Religiusitas, Etika, Etika Kerja, Work Ethic
4
A.
Pengantar
Pekerjaan bisa dikatakan sebagai suatu kebutuhan bagi manusia, karena dengan pekerjaan seseorang akan merasa terpuaskan dan terjamin pemenuhan kebutuhan hidupnya. Tidak heran jika hampir semua orang, pada saatnya berlombalomba untuk mencari atau menciptakan pekerjaan. Ketika seseorang ingin bekerja, idealnya akan mengerjakan sesuatu dengan sebaik-baiknya. Baik itu bekerja di perusahaan (swasta) ataupun di instansi pemerintah (PNS). Tetapi pada kenyataannya, ketika masih banyak orang yang belum mendapat kesempatan untuk bekerja, ternyata orang yang sudah mendapatkan pekerjaan juga tidak bekerja sungguh-sungguh Kebanyakan masyarakat kita menginginkan bekerja di sebuah instansi baik itu swasta ataupun negeri. Bisa kita teliti berapa banyaknya masyarakat pelamar pekerjaan sebagai pegawai negeri, setiap ada pendaftaran hampir ribuan orang berusaha untuk bisa lolos tes dan diangkat menjadi Pegawai Negeri. Pegawai Negeri Sipil sebagai salah satu unsur Aparatur Negara mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menyelenggarakan tugas-tugas umum pemerintah dan pembangunan. Sosok Pegawai Negeri Sipil yang mampu memainkan peranan tersebut antara lain dapat dilihat dari sikap dan perilakunya yang penuh dengan dengan kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undangundang Dasar 1945, pemerintah serta yang bersatu padu, bermental baik,
5
berwibawa, kuat, bersih, berkualitas tinggi, sadar akan tanggungjawabnya sebagai abdi negara dan abdi masyarakat (UU Republik Indonesia No.43, 1999). Namun menurut Widjaja (1991), tidak mudah bagi seorang aparatur Negara atau pemerintah seperti PNS untuk menjadi teladan dan panutan umum dalam hal kesusilaan. Karena adanya berbagai kesulitan seperti gaji, disiplin, dan lain-lain. Ini merupakan kenyataan yang harus di hadapi bersama. Beberapa fakta kasus yang melibatkan PNS antara lain, di Kalimantan Tengah seorang oknum pegawai negeri sipil (PNS) yang berprofesi sebagai guru pendidikan agama Islam dituding menipu seorang guru lain sebesar Rp7,5 juta (Kaltengpos, 2004). Di Departemen Agama ditemukan adanya kasus dugaan korupsi sebesar Rp 16 milyar oleh salah seorang pejabat di situ. Diduga korupsi terjadi pada proyek pembinaan perguruan agama Islam tingkat menengah (development of madrasah aliyah project) yang berlangsung antara 1999-2001 (http://www.transparansi.or.id/berita/). Sementara itu Koalisi Anti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme Departemen Agama mendesak agar Menteri Agama Said Agil AlMunawar mundur dari jabatannya. Karena, selama masa jabatannya, Said Agil dituduh menggelapkan dana haji (http://www.tempo.co.id/). Selain itu juga ada kasus pegawai yang datang terlambat dan pulang selalu lebih cepat, atau kasus pegawai yang menghabiskan waktu kerja hanya untuk baca koran, main catur atau ngerumpi hingga berjam-jam (Bina Rohani, 2004).
6
Bangsa ini mau tidak mau harus menerima kenyataan betapa hancur mental pegawai negeri. Kalau diibaratkan besi, hal ini sudah sangat berkarat dan harus dimusnahkan agar tidak merusak lingkungan. Selayaknya pegawai negeri memiliki nilai-nilai etika dan moral yang baik (Hendrowinoto, dalam Kompas 2004). Nilainilai etika yang harus ditaati oleh Pegawai Negeri Sipil, tercermin dalam PP Nomor 30 Tahun 1980 terdapat 26 butir kewajiban dan 18 butir larangan bagi PNS. Menurut Mubyarto (2002), etika sebagai ajaran baik-buruk, benar-salah, atau ajaran tentang moral, bersumber terutama dari ajaran agama. Sugiati (dalam www.indomedia.com) menegaskan bahwa dalam implementasinya etika selalu dipengaruhi oleh faktor agama dan budaya. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Keraf (2003) bahwa agama dan kebudayaan di anggap sebagai sumber utama nilai moral dan aturan atau norma moral atau etika. Sejak terbitnya buku Max Weber The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism (1904-5) orang yakin adanya hubungan erat antara (ajaran-ajaran) agama dan etika kerja ( Mubyarto, 2002). Menurut Cherrington, dkk (dalam Hill & Petty, 1995) etika kerja adalah suatu norma budaya yang dimiliki oleh individu, serta diterapkan dalam bekerja dan berdasarkan pada kepercayaan masing-masing individu bahwa ada nilai-nilai intrinsik dalam bekerja.
7
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk
meneliti mengenai
hubungan antara religiusitas dengan etika kerja pada PNS. Pertanyaan yang di ajukan adalah “Apakah ada hubungan Religiusitas dengan etika kerja pada PNS?”
Pengertian Etika Kerja Cherrington (dalam Boatwright & Slate, 2000) mendefinisikan etika kerja sebagai suatu sikap positif dalam bekerja, individu yang menyukai pekerjaannya akan mempunyai etika kerja yang lebih baik daripada individu yang tidak menyukai pekerjaannya. Hitt (dalam Boatwright & Slate, 2000) mengatakan bahwa etika individu berhubungan dengan nilai-nilai yang dianut oleh individu, dimana nilainilai tersebut akan mengarahkan individu dalam menjalani hidupnya. Etika kerja adalah suatu sikap dan perilaku positif individu dalam melakukan pekerjaan yang dipengaruhi oleh nilai-nilai kepercayaan yang dimiliki oleh individu serta peraturan yang berlaku, sehingga individu tersebut bisa melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukannya. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Etika Kerja Menurut Hill & Petty (dalam Hatcher, 1995) ada empat faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku etika kerja, yaitu:
8
a.
Interpersonal Skill, bagaimana individu melakukan hubungan kerja dengan orang lain dan karakteristik personal yang dapat membuat individu lebih sukses.
b.
Initiative, menggambarkan karakteristik individu yang ingin maju dan tidak cepat puas dengan apa yang telah dicapainya.
c.
Dependable, yaitu bagaimana individu menyetujui peraturan yang berlaku dalam melaksanakan pekerjaan dan bekerja secara konstan atau tetap, serta dapat diandalkan dalam mengerjakan pekerjaannya.
d.
Work Commitment, yaitu hal-hal yang harus dilakukan dengan rasa memiliki terhadap pekerjaan dan adanya keinginan untuk bekerja dengan baik. Miller dan Coady (dalam Boatwright & Slate, 2000) mengatakan bahwa
perilaku work ethic dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut, yaitu sikap, value, dan kepercayaan yang dimiliki oleh individu yang bersangkutan yang akan membuat individu mampu beradaptasi dengan lingkungan kerjanya. Aspek-Aspek dalam Etika Kerja The Georgia Departement of Technical and Adult Education (dalam Boatwright & Slate, 2000) mendefinisikan komponen nilai-nilai work ethic, yaitu meliputi; disiplin dalam waktu (Attendance and Punctuality), kejujuran (Integrity and Honesty), produktif (Productivity), dapat bekerja sama dalam kelompok (Cooperativeness and Teamwork), cepat tanggap/responsive dalam melaksanakan
9
tugas (Responsiveness and teamwork), dan taat terhadap peraturan yang berlaku (Adherence to policies).
Pengertian Religiusitas Daradjat (dalam Rahayu, 1997) mengemukakan tentang kesadaran beragama (religious counsciousness) yang nerupakan aspek kognisi dari aktivitas agama dan pengalaman beragama yang membawa perasaan pada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan. Oleh karena itu nilai-nilai agama yang telah diinternalisasi oleh seseorang diharapkan mampu menuntun semua perilakunya. Hal tersebut senada dengan pendapat Dister (dalam Anggarasari, 1997) yang mengartikan religiusitas sebagai keberagamaan, yang berarti adanya unsur-unsur internalisasi agama itu kedalam diri individu. Orang yang religius adalah orang yang yakin tentang adanya Tuhan dan beribadah kepada-Nya, serta telah menginternalisasi nilai-nilai agama dan berperilaku sesuai dengan norma dan nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya.
B. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara religiusitas dengan etika kerja pada PNS. Semakin tinggi tingkat religiusitas
10
semakin tinggi etika kerja. Sebaliknya, semakin rendah tingkat religiusitas semakin rendah pula etika kerja.
C. Metode Penelitian Variabel Penelitian 1. Variabel bebas
:
Religiusitas
2. Variabel Tergantung
:
Etika Kerja
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah PNS yang bekerja di Pemerintahan Kota Palangkaraya Kalteng, baik laki-laki maupun perempuan, berusia antara 25 tahun sampai 55 tahun, serta beragama islam. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan skala sebagai metode pengumpulan data. Digunakan dua skala yaitu Skala Religiusitas yang dimodifikasi skala dari Fidyah (2001) berdasarkan aspek-aspek yang diungkap oleh Glock & Stark. Serta Skala Etika Kerja yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang diungkap oleh The Georgia Departemen of Tehcnical and Adult Education.
11
Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis adalah menggunakan program analisis data korelasi product moment dari Pearson dari SPSS 11.0 for Windows.
D. Hasil Penelitian Hasil Penelitian 1. Hasil Kategorisasi Hasil kategorisasi skor frekuensi religiusitas menunjukan bahwa rata-rata subjek memiliki tingkat religiusitas yang sedang karena didapat hasil yang menyebar untuk tiap kategorisasi subjek dan hasil kategorisasi skor frekuensi etika kerja subjek rata-rata menunjukan bahwa rata-rata subjek memiliki tingkat etika kerja sedang yaitu sebanyak 50 subjek. 2. Uji Normalitas Uji asumsi normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran skor subjek bervariasi secara normal. Uji normalitas dengan menggunakan teknik OneSample Kolmogorov-Smirnov Test dari program SPSS 11,0 diperoleh sebaran skor pada variabel religiusitas adalah normal (K-S Z = 1,305; p = 0,066 atau p ? 0,05) dan sebaran variabel etika kerja adalah normal (K-S Z = 1,146; p = 0,145 atau p ?
12
0,05). Karena data yang diperoleh memiliki signifikan lebih dari 0,05 maka data ini normal. 3. Uji Linieritas Uji asumsi linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua variabel penelitian memiliki hubungan yang linear. Hal ini diperlukan untuk menentukan taraf hubungan antara kedua variabel secara tepat. Dua variabel dikatakan linear jika Anova Tabel menunjukan p Linearity ? 0,05 dan p Deviation from Linearity ? 0,05. Dari data penelitian didapat F Linearity 16,485 dengan p ? 0,000 (p ? 0,05) dan F Deviation from Linearity 0,722 dengan p = 0,772 (p ? 0,05) maka data tersebut adalah linear. 4. Uji Hipotesis Hasil uji normalitas dan linearitas menunjukan bahwa data yang diperoleh normal dan linear, sehingga dilanjutkan dengan uji korelasi product moment Pearson. Korelasi antara religiusitas dengan etika kerja pada PNS menghasilkan hubungan yang positif, r = 0,388; p = 0,000 (p ? 0,05) pada uji satu ekor. Hal ini menunjukan bahwa ada korelasi positif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan etika kerja. Selain itu diperoleh juga koefisien R Squared sebesar 0,150. Nilai ini menunjukan bahwa religiusitas mempunyai sumbangan efektif sebesar 15,0 % terhadap variabel etika kerja, sedangkan sisanya sebesar 85,0% merupakan pengaruh dari faktor lain.
13
5. Analisis Tambahan Berdasarkan hasil analisis data tambahan diketahui bahwa untuk religiusitas hasilnya adalah; {t = 0,824; p = 0,412 (p? 0,05)}. Maka tidak ada perbedaan tingkat religiusitas antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan untuk etika kerja hasilnya adalah {t=0,884; p = 0,379 (p? 0,05)}. Maka tidak ada perbedaan etika kerja antara laki-laki dan perempuan.
E. Pembahasan Hasil analisis data menunjukan bahwa ada hubungan yang positif antara religiusitas dengan etika kerja pada PNS. Artinya semakin tinggi tingkat religiusitas, semakin tinggi pula etika kerja pada PNS, begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat religiusitas semakin rendah pula etika kerja yang dimiliki oleh PNS. Karena itu dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai religiusitas yang ada pada PNS dapat mempengaruhi etika kerja pada PNS. Artinya apabila seseorang telah dapat menginternalisasi nilai-nilai agama yang dianutnya, semakin baik sikap dan perilakunya dalam bekerja Religiusitas mempunyai sumbangan efektif sebesar 15,0 % terhadap variabel etika kerja, sedangkan sisanya sebesar 85,0% merupakan pengaruh dari faktor lain. Selain dari hal-hal tersebut di atas ada faktor-faktor lain yang dapat memunculkan perilaku etika kerja yang baik pada suatu organisasi antara lain
14
adalah pemimpin yang bersikap tegas dan dapat menjadi teladan bagi pegawainya, juga pemberian sanksi yang sesuai dengan tingkat pelanggaran terhadap peraturan yang telah dilakukan oleh pegawai atau karyawan. Hasil penelitian yang menunjukan adanya hubungan antara religiusitas dengan etika kerja ini sesuai dengan pemikiran yang disampaikan oleh Hitt (dalam Boatwright & Slate, 2000) bahwa etika individu berhubungan dengan nilai-nilai yang dianut oleh individu, dimana nilai-nilai tersebut akan mengarahkan individu dalam menjalani hidupnya. Selain itu menurut Miller & Cody (dalam Naylor, 1988) etika kerja (work ethic) menunjuk pada keyakinan, nilai-nilai yang diyakini oleh inidividu dan diterapkan dalam dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan oleh individu tersebut. Nilai-nilai yang dimaksud di atas adalah nilai-nilai agama dan kepercayaan yang dianut oleh individu dan yang bersangkutan. Menurut Hill dan Petty (dalam Hatcher, 1995) ada empat faktor lain yang juga ikut mempegaruhi timbulnya perilaku etika kerja yang baik, yaitu ; Interpersonal Skill, initiative, dependable, dan work commitment. Berdasarkan analisis tambahan diperoleh bahwa tidak ada perbedaan religiusitas dan etika kerja antara laki-laki dan perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Millers & Garret (dalam Boatwright & Slate, 2000) bahwa tidak ditemukan adanya perbedaan work ethic pada laki-laki dan perempuan. Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Boatwright dan Slate (2000)
15
dilaporkan bahwa perempuan memiliki etika kerja yang lebih kuat daripada lakilaki. Dalam penelitian Boatwright dan Slate (2000) disebutkan pula bahwa umur juga memiliki pengaruh terhadap etika kerja. Respoden dengan usia 20-24 tahun dilaporkan memiliki etika kerja yang lebih baik. Hal tersebut dipertegas oleh Gooding (dalam Boatwright & Slate, 2000) bahwa perbedaan work ethic value berdasarkan usia disebabkan karena tingkat pendidikan, maturity, dan pengalaman yang kemudian diterapkan dalam lingkungan kerja. Adapun kelemahan dari penelitian ini adalah tidak mengontrol faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku etika kerja seperti faktor budaya, interpersonal skills, pengaruh pemimpin, dan lain-lain.
F. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data menunjukan adanya hubungan yang sangat positif antara religiusitas dengan etika kerja pada Pegawai Negeri Sipil. Semakin tinggi tingkat religiusitas semakin tinggi perilaku etika kerja pada Pegawai Negeri Sipil, sebaliknya semakin rendah tingkat religiusitas semakin rendah pula perilaku etika kerja pada Pegawai Negeri Sipil. Sumbangan efektif yang diberikan dari variabel religiusitas terhadap variabel etika kerja pada Pegawa Negeri Sipil adalah sebesar 15% dan sisanya 85% disebabkan oleh faktor-faktor lain yang dapat
16
membentuk perilaku etika kerja yang baik. Maka hipotesis yang berbunyi ada hubungan antara religiusitas dengan etika kerja pada PNS dapat diterima. Dari hasil analisis tambahan diperoleh bahwa tidak ada perbedaan tingkat religiuisitas dan etika kerja pada laki-laki dan perempuan.
G. Saran Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tema yang sama, disarankan
untuk
lebih
mempertimbangkan
variabel-variabel
lain
yang
berhubungan dengan etika kerja, sehingga dapat ditentukan faktor-faktor lain yang juga berperan dan mempunyai sumbangan yang paling besar terhadap perilaku etika kerja.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anggarasari, R. E. 1997. Hubungan Tingkat Religiusitas dengan Sikap Konsumtif pada ibu Rumah Tangga. Jurnal Psikologika. Nomor 4 tahun II 1997. 16-17. Dulhadi. 23 Agustus 2002. Depag Dilanda Kasus Korupsi Rp 16 Milyar . http://www.transparansi.or.id/berita/berita-agustus2002/berita_230802.html Hatcher, T. 1995. From Apprentice to Instructor Work Ethic in Apprenticeship Training. Journal of Industrial Teacher Education. Volume 33 number 1. http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JITE/v33n1/hatcher.html Hendrowinoto, N. K. Penyakit Kronis Mbolos. Harian Umum Sore Sinar. 2003. http://www.sinarharapan.co.id/berita/0312/06/fea02.html Hill, B. R & Petty, G. C. 1995. A New Look at Selected Employability Skills: A Factor Analysis of the Occupational Work Ethic. Journal of Education Research.Volume 20. http://www.coe.uga.edu/~rhill/workethic/jverart.htm Kaltengpos. Oknum Guru Main Tipu.11 January 2004 Keraf, S. 1998. Etika Bisnis, Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta. PT. Kanisius. Mubyarto 2002. Artikel jurnal ekonomi rakyat Th. I - No. 1 Naylor, M. 1988. Vocational Educational and the Work Ethic in a Changing Workplace. Source ERIC Clearinghouse on Adult Career and Vocational Education Columbus OH. www. thememoryhole.org./ Rahayu, P. H. 1997. Hubungan Tingkat Religiusitas Dengan Perilaku Coping Stres. Jurnal Psikologika. Nomor 4 Tahun II. Shils, E. 1993. Etika Akademis (Diterjemahkan oleh Agus Nugroho). Yayasan Obor Indonesia. Sugiati. S. Ekonomi Nasional ,Menuju Bisnis Beretika Islam.
18
http://www.indomedia.com/bpost/022005/18/opini/opini1.htm UU Republik Indonesia No. 43 tahun 1999. Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. www.liputan6.com/fullnews/94851 www.indosiar.com/news. 13 Juni 2005. _____________. 2004. Korupsi Berawal dari Diri Sendiri. Bina Rohani No. 04/vol.x. ____________. 19 April 2004. Koalisi Anti-KKN Desak Menteri Agama Mundur. http://www.tempo.co.id/hg/nasional/2004/04/19/brk,20040419-04,id.html
19