NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI DALAM MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL
Oleh : NOVI ARIYANI MUH. BACHTIAR
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI DALAM MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL
Telah Disetujui Pada Tanggal
_______________________
Dosen Pembimbing Utama (M. Bachtiar, Drs., MM)
HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI DALAM MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL
Novi Ariyani Muh. Bachtiar
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara kecemasan dengan penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun pada Pegawai Negeri Sipil. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara kecemasan dengan penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun. Subjek dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantul berusia 50 – 56 tahun yang akan memasuki masa pensiun. Skala yang digunakan adalah skala kecemasan yang terdiri dari 40 aitem dan disusun berdasarkan aspek kecemasan yang dikemukakan oleh Blackburn dan Davidson (1994). Skala penyesuaian diri terdiri dari 34 aitem yang mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Haber dan Runyon (1984). Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 12,0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara kecemasan dengan penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun. Analisis Product Moment Pearson menunjukkan korelasi sebesar r = -0,927 dan p = 0,000 yang artinya ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kecemasan dengan penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun. Jadi hipotesis penelitian ini diterima. Semakin tinggi kecemasan, semakin rendah penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun. Sebaliknya semakin rendah kecemasan, maka semakin tinggi penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun.
Kata kunci : kecemasan, penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun
PENGANTAR Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan aktivitas fisik maupun aktivitas mental yang menjadi kegiatan utama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Manusia yang melakukan aktivitas kerja sering disebut dengan istilah Homo Labor yang berarti pekerja atau manusia yang bekerja. Yaktiningsasi (Rini, 2001) mengemukakan pengertian bekerja yaitu apabila seseorang melakukan kegiatan atau aktivitas fisik maupun mental, untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai dan bermanfaat, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain, maka aktivitas tersebut dapat dikatakan bekerja. Setiap orang tentu berharap dapat selalu bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri hingga tua nanti, tetapi dalam dunia kerja yang formal seiring dengan bertambahnya usia akan menghantarkan seseorang memasuki gerbang pensiun. Pekerja yang bekerja pada suatu instansi, baik sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), TNI/Polri, maupun karyawan swasta harus berhenti dari pekerjaannya ketika usianya telah mencapai batas usia pensiun. Masa pensiun merupakan suatu masa putusnya hubungan kerja antara karyawan dengan instansi atau organisasi tempat bekerja, pada saat karyawan telah mencapai batas usia pensiun. Masa pensiun biasanya jatuh bertepatan dengan usia pertengahan (40-60 tahun) yang dinyatakan oleh para ahli sebagai masa krisis (Hurlock, 1999). Usia pensiun pegawai negeri di Indonesia menurut Undang-Undang No.11 th 1961 adalah 50 (limapuluh) tahun, sedangkan batas usia pensiun pegawai negeri menurut Peraturan
Pemerintah No.32 th 1979 adalah 56 tahun atau lebih bagi pegawai negeri yang menduduki jabatan tertentu (Triatmodjo, 1983). Masa pensiun sering dianggap menjadi masalah, karena itu masa pensiun sering disebut sebagai masa krisis kejiwaan yang disebabkan oleh adanya peralihan dari periode usia dewasa yang penuh semangat dan kemantapan karena adanya kedudukan, pekerjaan, ekonomi mapan, dan keluarga menuju ke periode usia tua yang serba tidak jelas, meragukan, dan bahkan sering dirasa mengerikan karena munculnya berbagai peristiwa seperti pensiun, anak-anak yang mulai besar dan meninggalkan orang tua, kesehatan yang makin menurun, dan juga karena kematian pasangan. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa pensiun menuntut individu agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya, akan tetapi penyesuaian ini tidak mudah untuk dilakukan karena individu harus mulai setahap demi setahap melepaskan diri dari kultur kerja dan pola hidup yang selama ini telah dijalani. Hambatan-hambatan didalam penyesuaian diri individu dapat dilihat dari hasil penelitian Rini (2001) yang menemukan bahwa sebanyak 23,33 persen orang mengalami kesulitan penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun. Selain itu, penelitian Holmes dan Rahe (Acocella & Calhoun, 1990) menunjukkan bahwa pensiun menduduki rangking kesepuluh dari 43 peristiwa yang dapat menimbulkan kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri. Penyesuaian diri merupakan suatu proses yang akan selalu dihadapi manusia didalam setiap periode perkembangannya. Apabila individu mampu menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang menjadi bagian dari proses perkembangan, maka
individu tersebut akan lebih mudah dalam menempuh tahap perkembangan selanjutnya. Individu yang mampu menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang terjadi di usia pertengahan, dapat dikatakan bahwa individu tersebut telah berhasil mencapai successful atau optimum aging dihari tuanya. Penyesuaian diri individu terhadap masa pensiun itu sendiri banyak dipengaruhi oleh faktor individual maupun sosial yang muncul pada saat sebelum maupun sesudah terjadinya pensiun. Menurut Manson (Meichati, 1974) faktor-faktor yang berpengaruh tersebut antara lain adalah kecemasan, depresi, kepekaan sosial, sentimen, kegagalan, kesepian, dan hubungan pribadi. Peneliti menggunakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri, yaitu kecemasan, sebagai variabel dalam penelitian kali ini. Kecemasan dengan berbagai macam gejalanya dapat mengganggu konsentrasi individu dalam bekerja dan dapat membuat individu kesulitan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Apabila hal itu terjadi pada karyawan yang akan mengalami masa pensiun, maka akan sangat mengganggu pekerjaannya sehingga individu tidak dapat mengakhiri tugasnya dengan baik dan justru akan semakin mempersulit penyesuaiannya ketika pensiun nanti. Rasimin (1992) mengatakan bahwa kecemasan akan muncul beberapa tahun menjelang masa pensiun tiba dan akhirnya memuncak beberapa saat menjelang pensiun sampai dengan tibanya masa pensiun. Idealnya, masa pensiun harus dihadapi secara realistis dengan cara individu bersedia menerima kenyataan bahwa dirinya getting older dan harus pensiun, sehingga dapat meminimalisir bahkan menghilangkan timbulnya kecemasan pada diri individu,
yang kemudian akan membuat individu lebih mudah menyesuaikan diri dan dapat membuat individu tetap survive menjalani hidup. Tetapi pada kenyataannya tidak selalu demikian, masih banyak orang mempersepsi secara negatif masa pensiun dengan menganggap bahwa pensiun merupakan pertanda bahwa karena usia tua dan produktivitas yang makin menurun maka dirinya sudah tidak dibutuhkan dan tidak berguna lagi, sehingga tidak akan menguntungkan lagi bagi perusahaan atau organisasi tempat mereka bekerja. Pemahaman yang cenderung negatif terhadap masa pensiun secara tidak sadar dapat menimbulkan kecemasan yang kemudian mempengaruhi sikap dan perilaku individu sehingga menjadi terlalu sensitif dan selalu menilai segala sesuatu secara subjektif, yang pada akhirnya dapat mengganggu kemampuan penyesuaian diri seseorang dengan lingkungan sosialnya. Serangkaian perubahan besar yang akan dihadapi individu pada masa pensiun tersebut memunculkan permasalahan yang akan berusaha diungkap dalam penelitian kali ini, yaitu; apakah individu yang akan pensiun mengalami kecemasan, dan apakah ada hubungan antara kecemasan dengan kemampuan penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun? Hal itulah yang ingin diketahui lebih lanjut dalam penelitian ini. Tinjauan Pustaka Penyesuaian Diri Dalam Menghadapi Masa Pensiun Woodworth (Gerungan, 1991) mengemukakan definisi penyesuaian diri sebagai usaha individu untuk mengubah diri agar sesuai dengan keadaan lingkungan, maupun mengubah lingkungan agar sesuai dengan keadaan diri. Diri adalah keseluruhan yang ada pada diri individu baik berupa tubuh, perilaku, pikiran, maupun perasaan. Apabila
individu dapat memahami diri sendiri dengan baik dan sadar akan potensi dirinya, maka individu tersebut akan lebih mudah untuk memahami perasaan, emosi, dan motivasi yang dimiliki oleh orang lain, sehingga individu akan mampu menyesuaikan cara hidupnya dengan lingkungan sekitarnya dan dapat hidup bersama dengan orang lain secara harmonis. Senada dengan Warga (1983) yang mengatakan bahwa penyesuaian diri dapat dicapai oleh individu yang mampu menguasai tuntutan lingkungan dan bersedia menerima kenyataan, serta ditentukan oleh seberapa baik individu mampu menghadapi dan mengatasi setiap perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Masa pensiun sangat potensial dalam menimbulkan berbagai masalah fisik maupun psikologis bagi diri individu. Masalah-masalah tersebut dapat terjadi pada diri individu yang ketika dirinya masih merasa produktif dan masih mampu bekerja, tetapi berdasarkan peraturan individu tersebut harus memasuki masa pensiun, yang berarti individu harus kehilangan aktivitas utama yang telah sekian lama menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikologis individu. Individu harus menyesuaikan diri dengan berbagai macam perubahan, baik intern maupun ekstern, yang terjadi pada masa sebelum dan sesudah pensiun sehingga individu dapat menjalani masa pensiun dengan baik. Penyesuaian tersebut akan sulit dilakukan karena secara psikologis individu membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menerima peran dan pola hidup yang baru dan untuk melepaskan diri dari pola aktivitas yang selama ini telah dijalani. Individu yang tidak mampu menyesuaikan diri akan mengalami masalah-masalah yang pada akhirnya dapat mengganggu kemampuan individu dalam menjalin hubungan sosial dengan orang-orang di sekitarnya, dimana hal tersebut akan semakin mempersulit proses penyesuaian dirinya kembali.
Kecemasan Definisi mengenai kecemasan dikemukakan oleh Semiun (2006), yang mengatakan bahwa kecemasan (anxiety) adalah suatu keadaan emosional sebagai afek dari rangsangan-rangsangan fisiologis, yang ditandai oleh adanya perasaan-perasaan tegang yang tidak menyenangkan, perasaan takut, perasaan ngeri terhadap masa depan dan diikuti oleh munculnya persangkaan atau firasat. Kecemasan juga bersifat subyektif, yang dapat diartikan bahwa sesuatu yang dapat menimbulkan rasa cemas pada diri seseorang, belum tentu dapat menimbulkan reaksi kecemasan yang sama pada orang lain. Lazarus (2006) mengemukakan pengertian kecemasan dengan membedakan antara kecemasan sesaat (state anxiety) dengan kecemasan dasar (trait anxiety). Kecemasan dasar terbentuk dari pengalaman-pengalaman masa lalu dan dari hasil pemikiran individu tentang kecemasan tersebut. Kecemasan dasar berhubungan dengan kepribadian individu yang mengalaminya, sehingga kecemasan yang dirasakan tiap orang berbeda-beda tergantung pada kecenderungan individu dalam mempersepsi situasi di sekitarnya, apakah situasi di sekitar dipersepsi sebagai situasi yang mengancam atau tidak. Kecemasan sesaat merupakan reaksi emosional yang bersifat sementara dan berubah-ubah yang timbul ketika individu dihadapkan pada suatu masalah yang khusus, seperti misalnya kecemasan dalam menghadapi masa pensiun. Kecemasan sesaat lebih bersifat subyektif dan dapat menimbulkan rasa tegang, takut, atau gelisah dan meningkatkan kerja sistem syaraf otonom sehingga dapat berdampak pada kondisi fisik
seperti jantung berdebar-debar, berkeringat dingin, gemetar, mual, dan juga berdampak pada kondisi psikis seperti sulit berkonsentrasi. Rycroft (Nuryani, 1993) mengatakan bahwa kecemasan merupakan kondisi emosi yang berhubungan dengan masa depan, atau dengan kata lain kecemasan merupakan kondisi emosional yang muncul karena adanya perasaan khawatir seseorang terhadap sesuatu hal yang belum pasti, yang akan terjadi di masa yang akan datang. Kecemasan merupakan kondisi psikologis yang sangat tidak menyenangkan karena pikiran dan pendapat menjadi tidak fokus, konsentrasi menurun, perilaku menjadi tidak menentu dan cenderung tidak terkontrol, yang pada akhirnya akan timbul perasaan kehilangan keseimbangan mental, atau dengan kata lain individu akan kehilangan kemampuan menyesuaikan diri dengan diri maupun dengan lingkungannya.
Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Variabel tergantung :
Penyesuaian
diri
dalam
menghadapi masa pensiun 2.
Variabel bebas
: Kecemasan.
Definisi Operasional Variabel Penelitian Penyesuaian Diri Dalam Menghadapi Masa Pensiun Penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun adalah suatu tingkah laku yang melibatkan aktivitas mental yang bertujuan untuk menghadapi maupun mengatasi tantangan, tuntutan, dan tekanan yang muncul karena adanya peristiwa pensiun. Hasil akhir yang diharapkan dari penyesuaian tersebut adalah tetap terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan yang memunculkan rasa kebahagiaan dan kepuasan pada diri individu maupun orang lain dan lingkungan dan demi terciptanya hubungan yang menyenangkan antara individu dengan orang lain dan lingkungannya, selama individu tersebut menjalani masa pensiunnya. Penyesuaian diri yang sehat pada individu yang akan menghadapi pensiun ditandai oleh adanya persepsi yang tepat terhadap kenyataan dan realitas, penilaian positif terhadap diri sendiri, kemampuan untuk mengatasi stres dan ketakutan, kemampuan mengekspresikan emosi dan perasaan, serta kemampuan menjalin hubungan interpersonal yang sehat (Haber & Runyon, 1984).
Kecemasan Rycroft (Nuryani, 1993) mengatakan bahwa kecemasan merupakan kondisi emosi yang berhubungan dengan masa depan, atau dengan kata lain kecemasan merupakan kondisi emosional yang muncul karena adanya perasaan khawatir seseorang terhadap sesuatu hal yang belum pasti, yang akan terjadi di masa yang akan datang. Kecemasan merupakan kondisi psikologis yang sangat tidak menyenangkan karena pikiran dan pendapat menjadi tidak fokus, konsentrasi menurun, perilaku menjadi tidak menentu dan cenderung tidak terkontrol, yang pada akhirnya akan timbul perasaan kehilangan keseimbangan mental, atau dengan kata lain individu akan kehilangan kemampuan menyesuaikan diri dengan diri maupun dengan lingkungannya. Kecemasan
merupakan
gejala
fisik
maupun
psikologis
yang
tidak
menyenangkan sebagai reaksi terhadap adanya perasaan takut yang subyektif, kabur, dan tidak jelas, yang ditandai oleh munculnya perubahan suasana hati, pikiran, motivasi dan gejala biologis seperti jantung berdebar-debar, maupun tampak pada perilaku
berupa gugup, gelisah, dan kewaspadaan yang berlebihan (Blackburn & Davidson, 1994).
METODE PENELITIAN Subjek Penelitian Subyek penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil laki-laki maupun perempuan yang berusia 50 - 56 tahun. Subyek adalah Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Pratama Pajak wilayah Bantul. Pemilihan subyek pada usia tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa usia tersebut tergolong ke dalam usia pertengahan akhir dimana seorang pekerja sedang berada pada puncak karier yang kemudian akan segera berakhir pada saat pensiun tiba ketika usia telah mencapai 56 tahun. Kriteria pemilihan subyek juga dilihat dari jenis pensiunnya yaitu regular compulsory retirement. Regular compulsory retirement yaitu pensiun yang terjadi karena adanya peraturan mengenai batas usia pensiun dimana individu mengalami pensiun sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Metode Pengumpulan Data Penyesuaian Diri Dalam Menghadapi Masa Pensiun Skala penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun merupakan alat ukur untuk mengungkap penyesuaian diri individu dalam menghadapi masa pensiun yang disusun berdasarkan teori aspek-aspek penyesuaian diri menurut Haber dan Runyon (1984). Skala ini terdiri dari lima aspek yang memuat 40 aitem pernyataan. Penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun diperoleh berdasarkan skor skala penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun. Semakin tinggi skor skala
penyesuaian diri, berarti semakin tinggi kemampuan penyesuaian diri individu dalam menghadapi masa pensiun, sebaliknya semakin rendah skor skala penyesuaian diri, berarti semakin rendah kemampuan penyesuaian diri individu dalam menghadapi masa pensiun. Pemberian skor dengan melihat sifat aitem yaitu pada aitem favourable diberikan skor 4 untuk pilihan SS, skor 3 untuk pilihan S, skor 2 untuk pilihan TS, skor 1 untuk pilihan STS. Pada aitem unfavourable diberikan skor 1 untuk pilihan SS, skor 2 untuk pilihan S, skor 3 untuk pilihan TS, skor 4 untuk pilihan STS.
Kecemasan Skala kecemasan adalah alat ukur untuk mengungkap kecemasan pada individu ketika memasuki masa menjelang pensiun. Skala kecemasan terbagi dalam lima aspek yang memuat 40 aitem pernyataan. Aitem-aitem dalam skala disusun berdasarkan teori aspek-aspek kecemasan menurut Blackburn dan Davidson (1994). Kecemasan diperoleh berdasarkan skor skala kecemasan. Semakin tinggi skor skala kecemasan, berarti semakin tinggi kecemasan yang dirasakan individu, sebaliknya semakin rendah skor skala kecemasan, berarti semakin rendah kecemasan pada diri individu. Pemberian skor dengan melihat sifat aitem yaitu pada aitem favourable diberikan skor 4 untuk pilihan SS, skor 3 untuk pilihan S, skor 2 untuk pilihan TS, skor 1 untuk pilihan STS. Pada aitem unfavourable diberikan skor 1 untuk pilihan SS, skor 2 untuk pilihan S, skor 3 untuk pilihan TS, skor 4 untuk pilihan STS.
HASIL PENELITIAN Hasil Uji Normalitas Uji
normalitas
dilakukan
dengan
menggunakan
teknik
One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran data adalah jika p > 0,05 maka sebaran dinyatakan normal, namun jika p < 0,05 maka sebaran dinyatakan tidak normal. Dari hasil pengolahan data variabel penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun diketahui nilai K-S Z = 0,792 dan p = 0,557 yang berarti p > 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebaran untuk variabel penyesuaian diri adalah normal. Kemudian dari hasil pengolahan data variabel kecemasan diketahui nilai K-S Z = 0,578 dan p = 0,892 yang berarti p > 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebaran untuk variabel kecemasan adalah normal. Karena data pada penelitian memiliki signifikan lebih dari 0,05 maka sebaran data penelitian kali ini adalah normal. Hasil Uji Linearitas Uji linearitas adalah pengujian garis regresi antara variabel bebas dan variabel tergantung dengan tujuan untuk mengetahui apakah hubungan antara variabel kecemasan dengan penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun mengikuti garis linear atau tidak. Dari hasil uji linearitas yang dilakukan menghasilkan F Linearity 13,988 dan P = 0.000 atau P < 0.05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut berkorelasi linear.
Hasil Uji Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan yang negatif antara kecemasan dengan penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun. Syarat untuk melakukan uji hipotesis yaitu uji asumsi yang terdiri dari uji normalitas (data normal) dan uji linieritas (data linier) telah terpenuhi. Dengan demikian pengujian hipotesis pada penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan teknik Product Moment Pearson. Hasil analisis menunjukkan koefisien korelasi antara variabel kecemasan dengan penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun adalah r = -0,927 dengan p = 0.000 (p < 0.01). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kecemasan dengan kemampuan penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun. Artinya, Semakin rendah kecemasan, maka semakin tinggi kemampuan penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun. Sebaliknya, Semakin tinggi kecemasan, maka semakin rendah kemampuan penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun. Dengan demikian hipotesis pada penelitian ini diterima. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kecemasan dengan penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun pada Pegawai Negeri Sipil yang bekerja pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantul. Hasil penelitian menunjukkan r = -0.927 dan p = 0.000 (p < 0.01) yang berarti korelasi antara variabel kecemasan dengan penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun
menunjukkan hubungan negatif yang tinggi, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Berdasarkan kategorisasi variabel penelitian dapat dilihat bahwa sebanyak 52,6 % dari 38 subjek memiliki tingkat kecemasan yang rendah, dan 55,3 % dari 38 subjek memiliki tingkat kemampuan penyesuaian diri yang sedang. Dengan kata lain, sebagian besar subjek pada penelitian kali ini tidak merasakan kecemasan sehingga subjek dapat tetap melakukan penyesuaian diri dengan baik. Kontribusi variabel ketidakcemasan terhadap penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun pada penelitian ini yakni 0.860. Hal ini menunjukkan bahwa ketidakcemasan memberi sumbangan efektif sebesar 86 % pada kemampuan penyesuaian diri individu. Adapun skor tertinggi kecemasan yang diperoleh subyek dalam penelitian ini sebesar 111 dan skor terendah sebesar 40. Sedangkan skor tertinggi kemampuan penyesuaian diri yang diperoleh subyek sebesar 133 dan skor terendah sebesar 79. Adanya hubungan negatif antara kecemasan dengan penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun sesuai dengan teori Manson (Meichati, 1974) yang mengatakan bahwa kecemasan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri individu. kecemasan adalah kondisi psikologis yang tidak menyenangkan sebagai reaksi terhadap adanya perasaan takut akan kehilangan aktivitas bekerja yang juga berfungsi sebagai sarana untuk mengadakan interaksi fisik maupun komunikasi, dimana perasaan takut tersebut masih bersifat subyektif, kabur, dan tidak jelas, yang ditandai oleh munculnya gejala fisik seperti jantung berdebar-debar, maupun gejala psikologis berupa ketegangan, kegelisahan, dan kekhawatiran.
Individu yang mengalami kecemasan seringkali tidak dapat bepikir dan berperilaku realistis sesuai dengan kenyataan, sehingga dapat mengganggu penyesuaian dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Warga (1983) mengatakan bahwa penyesuaian diri ditentukan oleh bagaimana individu mampu menguasai tuntutan lingkungan dan bagaimana individu dapat menerima perubahan yang terjadi dalam kehidupan. Dengan kata lain, penyesuaian diri dapat dicapai oleh individu yang bersedia menerima kenyataan serta ditentukan oleh seberapa baik individu mampu menghadapi dan mengatasi setiap perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Individu seringkali mengalami kecemasan karena individu tidak siap dan tidak dapat menerima kenyataan bahwa dirinya harus pensiun. Kecemasan akan membuat individu semakin takut dan semakin menghambat proses penyesuaian diri individu tersebut pada masa sebelum dan sesudah pensiun. Sebaliknya, apabila individu dapat menerima kenyataan bahwa dirinya memang harus pensiun, maka akan mengurangi tibulnya kecemasan yang kemudian akan mempermudah proses penyesuaian dirinya.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan oleh peneliti, yaitu ada hubungan negatif antara dengan penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun diterima atau terbukti. Hal ini menunjukkan bahwa Semakin tinggi kecemasan, maka semakin rendah penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun Sebaliknya semakin rendah kecemasan, maka semakin tinggi kemampuan penyesuaian diri dalam menghadapi masa pensiun.
SARAN 1. Bagi pegawai yang akan memasuki masa pensiun Bagi para pegawai yang akan memasuki masa pensiun disarankan untuk tetap melakukan persiapan sebelum masa pensiun tiba sehingga dapat membuat individu yang akan pensiun tetap produktif yang kemudian akan semakin meminimalisir timbulnya kecemasan dan semakin memepermudah proses penyesuaian diri individu tersebut. 2. Bagi instansi Instansi dapat membantu para calon pensiunan mempersiapkan diri untuk menghadapi masa pensiun dengan berbagai cara, antara lain dengan mengadakan training yang berfungsi sebagai pembekalan sehingga dapat membuat pegawai lebih siap untuk menghadapi masa pensiun. Selain itu, instansi dapat mengadakan kegiatan bersama secara rutin bagi para pensiunan, sehingga pegawai-pegawai yang telah pensiun dapat tetap bertemu dan tetap menjaga tali silaturahmi. 3. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti masa pensiun disarankan untuk memperhatikan faktor-faktor lain yang berkaitan dengan diri individu yang akan pensiun seperti faktor keluarga dan tempat tinggal, status ekonomi, kemampuan menjalin hubungan sosial, dan status jabatan ketika pensiun. Selain itu dapat juga menggunakan subjek yang bekerja pada instansi kecil yang tidak memberikan jaminan dana pensiun.
DAFTAR PUSTAKA Acocella, J.R. & Calhoun, J.F. 1990. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan (Alih Bahasa: Satmoko, R.S). Semarang: IKIP Press. Blackburn, I.M., & Davidson. 1994. Terapi Kognitif Untuk Depresi dan Kecemasan. Semarang: IKIPSemarang Press. Gerungan, W.A. 1991. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco. Haber, A. & Runyon, P.R. 1984. Psychology of Adjustment. Illnois: The Dorsey Press. Hurlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Lazarus, R.S. 2006. Coping With Aging. Tokyo: Mc Graw Hill. Meichati, S. 1974. Penyelidikan Tentang Tanggapan Remaja Mengenal Diri dan Kehidupannya. Laporan Penelitian (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Nuryani, T. 1993. Hubungan Antara Locus of Control dengan Kecemasan Dalam Menghadapi Pensiun Pada Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Rasimin, B.S. 1992. Pensiun dan Karier. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Rini, S. 2001. Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Penyesuaian Diri Pada Masa Pensiun. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Semiun, Y. M. Sc., OFM. 2006. Kesehatan Mental. Pandangan Umum Mengenai Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental Serta Teori Teori yang Terkait. Edisi 1. Yogyakarta: Kanisius. Triatmodjo, S.,S.H. 1983. Hukum Kepegawaian. Mengenai Kedudukan Hak dan Kewajiban Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: Ghalia Indonesia. Warga, R.G. 1983. Personal Awareness. A Psychology of Adjustment. Boston: Houghton Mifflin.
IDENTITAS PENULIS Nama : Novi Ariyani Alamat : Muja-Muju UH II/806 Yogyakarta Telp
: 08562579920