HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KESIAPAN MENGHADAPI PENSIUN PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL Nurul Fardila, Tuti Rahmi, Yanladila Yeltas Putra Program Studi Psikologi, Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang e-mail :
[email protected]
Abstract. Relationship with family social support facing retirement readiness on civil servants (PNS). This research is a correlatinal research that purposed to know the relationship between family social support with retirement readiness on civil servants. The study population was 92 people. The sampling technique using proportional random sampling and total sample of 70 people. Data collection using Interpersonal Support Evaluation List (ISEL) which in adaptation to the scale of family social support and scale retirement readiness. Data obtained with product moment analysi. Based on the analysis of data obtained by the value of rxy = 0.413, thus conclude there is a significant relationship between family social support with retirement readiness on civil servants.
Keyword : perception, family social support, retirement readiness, civil servants
Abstrak. Hubungan dukungan sosial keluarga dengan kesiapan menghadapi pensiun pada pegawai negeri sipil. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan kesiapan menghadapi pensiun pada Pegawai Negeri Sipil (PNS). Populasi penelitian ini berjumlah 92 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik proportional random sampling dan total sampel 70 orang. Pengumpulan data menggunakan skala dukungan sosial Interpersonal Support Evaluation List (ISEL) yang di adaptasi menjadi skala dukungan sosial keluarga dan skala kesiapan menghadapi pensiun. Data diperoleh dengan analisis product moment. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai rxy = 0.413, dengan demikian disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan kesiapan menghadapi pensiun pada Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Kata kunci: persepsi, dukungan sosial keluarga, kesiapan menghadapi pensiun, Pegawai Negeri Sipil (PNS)
kebutuhannya, baik kebutuhan fisik, sosial,
PENDAHULUAN Bekerja merupakan aktivitas yang dilakukan
individu
untuk
maupun kebutuhan ego. Selain sebagai
memenuhi
sumber penghasilan, pekerjaan juga bisa 157
158 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 2, November 2014, hlm. 157-168
menjadi simbol dari identitas diri. Individu
2012;
yang bekerja memiliki arti dan peran yang
menunjukkan bahwa pensiun berada pada
jelas dalam masyarakat. Namun seiring
tingkat ke 10 dari 25 daftar kejadian dalam
berjalannya
waktu,
menghadapi
kenyataan
selamanya
ia
dapat
Mu’in
&
Setyaningsih,
2013)
individu
akan
hidup yang dapat menimbulkan stres. Masa
bahwa
tidak
pensiun menjadi hal yang menyakitkan bagi kesehatan
fisik
Hurlock (1993), pelepasan masa jabatan
individu
keliru
atau pekerjaan di sebut pensiun.
sebab akibat pensiun yang diikuti sakit dan
Demikian
bekerja.
juga
halnya
Menurut
dan
emosional
dalam
karena
mengatribusikan
dengan
kematian karena masa pensiun tiba saat usia
seseorang yang memiliki pekerjaan sebagai
tua, pada saat kondisi fisik dan mentalnya
seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dalam
mengalami
ruang lingkup PNS, sesuai dengan ketentuan
Abdullah, 2011).
kemunduran
(Ermayanti
&
yang berlaku bahwa Batas Usia Pensiun
Pada kenyataannya, masa pensiun
(BUP) berdasarkan UU No.5 Tahun 2014
tidak datang secara tiba-tiba, melainkan
adalah 58 tahun untuk pejabat administrasi,
secara bertahap. Tahap pertama yang akan
60 tahun bagi pejabat pimpinan tinggi, dan
dilalui adalah tahap pra-pensiun atau masa
pejabat fungsional sesuai dengan peraturan
persiapan pensiun (Hakim, 2007). Beberapa
perundang-undangan.
perusahaan ataupun instansi pemerintah
Menjelang
usia
memanfaatkan masa ini dengan serangkaian
telah
kegiatan atau yang biasa dikenal dengan
mempersiapkan diri untuk dapat menjalani
program masa persiapan pensiun (MPP).
masa pensiunnya kelak dengan baik. Namun
Berdasarkan hasil wawancara dengan Badan
dalam kenyataannya tidak semua pensiunan
Kepegawaian
PNS
menjalaninya dengan baik
pensiun, program MPP baru dilakukan 2
(Syamsir, 2009). Hal ini dapat disebabkan
kali, yakni pada tahun 2013 dan 2014 untuk
karena beban mental yang ada dalam dirinya
seluruh PNS Kota X yang hendak pensiun.
seperti,
berkurangnya
Program ini diberikan pada pegawai 1 tahun
penghormatan orang lain terhadap dirinya,
menjelang pensiun. Hal ini belum tentu
ketakutan akan kegiatan yang belum jelas
mampu
untuk dijalani ketika pensiun nanti, atau
persipan yang cukup untuk menjalani masa
faktor
berkurangnya
pensiunnya kelak. Untuk itu, dibutuhkan
pendapatan, fasilitas yang diterima, dan
strategi lain dalam mempersiapkan individu
sebagainya.
Thomas
menghadapi masa pensiunnya agar ia tidak
Holmes dan Richard Rahe (dalam Sativa,
merasa cemas dengan datangnya masa
pensiun,
memasuki
PNS
dapat
perasaan
lainnya
Hasil
masa
hendaknya
akan
seperti
penelitian
Daerah
membuat
Kota
pegawai
X
bagian
memiliki
Fardila, dkk., Hubungan Dukungan Sosial Keluarga…|159
pensiun dan mampu menyesuaikan diri
sampingan selain sebagai pegawai tentu
dengan
tidak perlu khawatir akan pendapatan yang
baik
dalam
menjalani
masa
pensiunnya kelak.
akan berkurang ketika masa pensiun datang;
Kesiapan pensiun adalah penerimaan,
(c) sumber daya relasional sosial, dukungan
kesiagaan, dan kesediaan individu terhadap
sosial dari keluarga dan teman terdekat
keseluruhan perubahan yang terjadi dimana
dapat
ia tidak lagi bekerja dan diwujudkan dalam
semangat
bentuk tingkah laku. Sutanto dan Cokro
menghadapi realitas kehidupan yang sedang
(2008)
dihadapi.
mengemukakan
beberapa
aspek
membantu dan
individu
untuk
percaya
diri
tetap dalam
persiapan dan kesiapan pribadi individu
Dukungan sosial atau ketersediaannya
yang merupakan kebutuhan utama untuk
sumber daya relasional sosial diterima oleh
mempersiapkan masa pensiun, yaitu: (a)
individu dari lingkungan melalui persepsi.
kesiapan materi finansial, kesiapan ini
Persepsi dimana orang lain yang menjadi
berupa
fokusnya disebut persepsi sosial (Sarwono
ketersediaan
pendukung
berupa
sejumlah tabungan,
bekal asuransi,
&
Meinarno,
2009).
Teiford
(dalam
simpanan asset, dan kegiatan usaha; (b)
Sarwono & Maeinarno, 2009) menjelaskan
kesiapan fisik, semakin bertambahnya usia,
bahwa persepsi sosial adalah studi terhadap
kemampuan
bagaimana orang membentuk kesan dan
fisik
pun
akan
semakin
berkurang, oleh sebab itu perlunya menjaga kesehatan fisik dengan menjalankan pola
membuat kesimpulan tentang orang lain. Dukungan
sosial
support)
hidup yang benar, dan (c) kesiapan mental
adalah
dan emosi, yakni kekuatan dan kemampuan
dicirikan oleh perhatian emosi, bantuan
beradaptasi dengan perubahan yang akan
instrumental, penyediaan informasi, atau
terjadi, seperti perubahan status, kehilangan
pertolongan lainnya (Taylor, Peplau, &
pekerjaan, pengurangan pendapatan, dan
Sears,
kehilangan kemampuan.
meningkatkan
Kim dan Moen (dalam Papalia, Old &
pertukaran
(social
2009).
personal,
interpersonal
Dukungan rasa
perasaan
sosial
sejahtera, yang
positif,
yang
dapat kontrol serta
Feldman, 2008) menyebutkan beberapa hal
membantu individu mempersepsi perubahan
yang dapat mempengaruhi seberapa baik
yang terjadi dengan tingkat stres yang lebih
para pensiunan menghadapi masa pensiun,
rendah (Astuti, Santosa, & Utami, 2000).
antara lain: (a) sumber daya personal, antara
Dukungan
lain kesehatan, status sosial ekonomi, dan
mengatasi tekanan psikologis pada masa-
kepribadian; (b) sumber daya ekonomi,
masa sulit dan menekan (Broman dalam
individu
Taylor, Peplau & Sears, 2009). Poin yang
yang
memiliki
penghasilan
sosial
bisa
efektif
dalam
160 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 2, November 2014, hlm. 157-168
jelas dan penting disini adalah hubungan
praktis (tangible support), atau bantuan
sosial
yang bersifat pelayanan seperti membantu
dapat
membantu
penyesuaian
psikologis, memperkuat praktik hidup sehat,
dalam
dan membantu pemulihan dari sakit hanya
maupun
ketika hubungan tersebut bersifat suportif
dukungan informasi (appraisal support),
atau mendukung (Ross, Lutz & lakey dalam
atau suatu bentuk dukungan kepada individu
Taylor, Peplau & Sears, 2009).
dalam memahami kejadian yang menekan
Mu’in
secara
sehari-hari
finansial;
(b)
dengan lebih baik serta memberikan pilihan
hubungan
strategi coping yang harus dilakukan guna
yang diterima
menghadapi kejadian tersebut; (c) dukungan
individu dengan tingkat kecemasan yang
harga diri (self-esteem), atau suatu bentuk
dialami dalam menghadapi masa pensiun.
bantuan dimana individu merasakan adanya
Individu yang mendapatkan dukungan sosial
perasaan
tinggi tidak mengalami kecemasan dalam
dibandingkan keadaan yang dimiliki dengan
menghadapi masa pensiunnya. Salah satu
orang lain, yang membuat individu merasa
bentuk dari dukungan sosial tersebut adalah
sejajar dengan orang lain seusianya; dan (d)
dukungan yang berasal dari significant
dukungan belonging, atau suatu bentuk
others yaitu istri, anak dan teman yang
bantuan dimana individu tahu bahwa ada
sangat
orang lain yang dapat diandalkan ketika ia
antara
Setyaningsih
bantuan
kegiatan
(2013)
menyatakan
dan
melakukan
bahwa
dukungan
terdapat
sosial
mempengaruhi
seseorang
untuk
merasa siap dalam menghadapi perubahan
positif
akan
dirinya
bila
ingin melakukan suatu kegiatan bersama.
lingkungan, aktifitas yang berbeda dan
Penelitian
ini
mengetahui
Papalia,
2007)
antara dukungan sosial keluarga dengan
menyebutkan, dalam sebuah studi dari 753-
kesiapan menghadapi pensiun. Berdasarkan
an pensiunan dan pekerja setengah baya
kajian teoritis di atas, peneliti mengajukan
(usia 58-64), status perkawinan memiliki
hipotesis
pengaruh yang signifikan terhadap sikap
“Terdapat hubungan persepsi dukungan
positif
sosial
&
terhadap
Feldman,
pensiun,
hal
menunjukkan
bahwa
menikah
memberikan
dukungan
sosial
ini dapat
sebagai
terdapat
untuk
kondisi penurunan fisik. Mutran, dkk (dalam Sterns
apakah
bertujuan
penelitian
keluarga
hubungan
sebagai
dengan
berikut,
kesiapan
menghadapi pensiun pada Pegawai Negeri Sipil (PNS)”.
penyeimbang dalam ketidakpastian pensiun. Cohen menyimpulkan
dan ada
Hoberman empat
(1983) komponen
dukungan sosial, yaitu : (a) dukungan
METODE Metode pendekatan
penelitian kuantitatif
ini dengan
adalah jenis
Fardila, dkk., Hubungan Dukungan Sosial Keluarga…|161
penelitian
korelasi.
Adapun
variabel
penelitian yang terdapat pada penelitian ini adalah
variabel
independen
orang, serta golongan IV sebanyak 13 orang dari total populasi 17 orang.
(persepsi
Instrument dan teknik pengumpulan
dukungan sosial keluarga) dan variabel
data yang digunakan dalam penelitian ini
dependen (kesiapan pensiun).
adalah
Populasi pada penelitian ini adalah
skala
dukungan
sosial
yang
dikembangkan oleh Cohen, Mermelstein,
seluruh calon pensiunan yang akan pensiun
Kamarck
pada tahun 2017 di Kota X. Berdasarkan
dikenal dengan skala Interpersonal Support
data
Badan
Evaluation List (ISEL), kemudian diadaptasi
Kepegawaian Daerah (BKD) Kota X,
menjadi skala dukungan sosial keluarga.
jumlah populasi PNS yang memasuki masa
Variabel kesiapan menghadapi pensiun di
pensiun pada tahun 2017 sebanyak 92 orang
ukur dengan skala kesiapan menghadapi
yang bekerja pada Badan, Dinas dan Kantor
pensiun yang disusun berdasarkan aspek-
Pemerintahan Kota X. Teknik pengambilan
aspek
sampel pada penelitian ini adalah teknik
menurut Sutanto dan Cokro (2008).
yang
diperoleh
dari
dan
Hoberman
kesiapan
(1985)
menghadapi
yang
pensiun
stratified sampling. Sampel yang dipilih tersebar diseluruh bagian atau kelas tempat
HASIL DAN PEMBAHASAN
kerja yang meliputi Badan, Dinas, dan
Hasil
Kantor di dalam Pemerintahan Kota X.
Berdasarkan
hasil
penelitian,
Total sampel 70 orang dari total populasi 92
didapatkan gambaran subjek berdasarkan
orang, yang meliputi golongan II sebanyak 3
latar belakang pendidikan, jenis kelamin dan
orang dari total populasi 4, golongan III
golongan/ pangkat kepegawaian sebagai
sebanyak 54 orang dari total populasi 71
berikut;
Tabel 2. Gambaran Subjek Berdasarkan Golongan/ Pangkat Kepegawaian dan Latar Belakang Pendidikan (n=70) Golongan IV/ Kategori Golongan II/ Pengatur Golongan III/ Penata Total Pembina SMP 3 3 (4.3%) SMA 3 27 30 (2.9%) Diploma 2 1 3 (4.3%) Sarjana 22 12 34 (48.6%) Total 3 (4.3%) 54 (77.1%) 13 (18.6%) 70 (100%)
No
Tabel 3. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin (n=70) Jenis Kelamin f (%)
162 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 2, November 2014, hlm. 157-168 1. 2.
Laki-laki Perempuan Total
42 orang 28 orang 70 orang
60% 40% 100%
Tabel 4. Gambaran Subjek Berdasarkan Jabatan yang Diduduki serta Golongan/ Pangkat Kepegawaian (n=70) Jabatan Gol. Gol. II Gol. III Gol. IV N
Staf
Kepala Sub-Bagian
Kepala Seksi
Kepala Bidang
Kepala Daerah (Lurah)
Kepala Dinas
N
3 14 3 24
3 2
26 2 27
5 7 10
6 6
1 1
3 54 14 70
Hasil dari uji normalitas sebaran
Berdasarkan hasil analisis korelasi,
variable dukungan sosial diperoleh nilai K-
hubungan dukungan sosial keluarga dengan
SZ= 1.29 dan p= 0. 07 (p>0.05), variable
kesiapan menghadapi pensiun diperoleh
kesiapan menghadapi pensiun diperoleh
koefisien
nilai K-SZ= 0.993 dan p= 0.27 (p>0.05).
p=0.000 (p<0.001) menandakan hipotesis
Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa
diterima.
kedua
yang signifikan antara dukungan sosial
variable
dalam
penelitian
ini
terdistribusi normal.
keluarga
Nilai linearitas pada dukungan sosial keluarga
dengan
kesiapan
korelasi
(re)
sebesar
0.413,
Bahwa terdapat korelasi positif
dengan
kesiapan
menghadapi
pensiun pada pegawai negeri sipil. Semakin
menghadapi
positif persepsi calon pensiunan terhadap
pensiun adalah sebesar F = 16.116 yang
dukungan sosial keluarga yang diterimanya
memiliki p = 0,000 (p<0.05). Dengan
maka semakin tinggi tingkat kesiapan calon
demikian dapat dikatakan bahwa dukungan
pensiunan tersebut dalam menghadapi masa
sosial keluarga dan kesiapan menghadapi
pensiunnya. Hal ini berarti hipotesis yang
pensiun dalam penelitian ini memiliki
diajukan diterima kebenarannya.
korelasi yang linier. Uji hipotesis penelitian
Pembahasan
bertujuan untuk menguji hipotesis dalam
Berdasarkan
hasil
penelitian
berbunyi
persepsi
hubungan positif sangat signifikan antara
dukungan sosial keluarga dengan kesiapan
dukungan sosial keluarga dengan kesiapan
menghadapi pensiun pada Pegawai Negeri
menghadapi pensiun pada pegawai negeri
Sipil (PNS)”.
sipil (PNS). Semakin positif dukungan
hubungan
bahwa
data
penelitian ini. Hipotesis dalam penelitian ini “Terdapat
diketahui
analisis
terdapat
sosial yang diterima oleh calon pensiunan,
Fardila, dkk., Hubungan Dukungan Sosial Keluarga…|163
maka akan semakin tinggi tingkat kesiapan
mereka. Dukungan sosial bisa efektif dalam
calon pensiunan dalam menghadapi masa
mengatasi tekanan psikologis pada masa
pensiunnya. Hal ini sesuai dengan survey
sulit dan menekan (Broman dalam Taylor,
sebelumnya yang menyatakan bahwa status
Peplau & Sears, 2009). Untuk itu, dukungan
pernikahan dan dukungan sosial keluarga
sosial dapat digunakan sebagai pelindung
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
(buffering effect) terhadap efek negatif dari
sikap positif menghadapi masa pensiun
stres, sehingga dukungan sosial memegang
(Mutran, dkk dalam Papalia, Sterns &
peranan penting dalam memelihara kondisi
Feldman, 2007).
psikologis individu agar tidak mengalami
Dukungan
satunya
tekanan. Keluarga merupakan lingkungan
bersumber dari keluarga. Kuantitas dan
pertama yang ditemui oleh individu dan
kualitas dari dukungan sosial yang diterima
menjadi
oleh
perkembangan hidup manusia (Smet, 1994).
calon
sosial
pensiunan
salah
dapat
membuat
tempat
sebab
yang
itu,
penting
keluarga
dalam
kebutuhan mereka terpenuhi. Kebutuhan
Oleh
merupakan
tersebut bisa berupa kebutuhan informasi,
lingkungan terdekat (significant other) yang
kebutuhan yang bersifat praktis, kebutuhan
bisa memberikan dukungan, baik secara
untuk dihargai, dan kebutuhan akan adanya
fisik maupun secara sosial.
seseorang yang dapat diandalkan. Sejalan
Masa pensiun itu pun tidak datang
dengan itu, Papalia, Sterns dan Feldman
secara tiba-tiba, melainkan melalui suatu
(2007) menyebutkan bahwa transisi dari
proses. Robert Atchley (dalam Santrock,
masa bekerja ke masa pensiun akan lebih
2002) mengemukakan terdapat 7 tahap
mudah jika calon pensiunan memiliki teman
menjelang masa pensiun, salah satunya
dan keluarga yang mendukung mereka
adalah fase pra-pensiun. Fase ini biasanya
dengan peran baru mereka. Data hasil
dimanfaatkan untuk mulai mempersiapkan
penelitian menunjukkan bahwa sebagian
segala sesuatu yang berhubungan dengan
besar sampel penelitian memilki persepsi
masa pensiun nanti, seperti kesiapan fisik
yang positif terhadap dukungan harga diri
karena masa pensiun akan dilalui pada usia
(self-esteem support) yang mereka terima,
tua,
begitu juga dengan dukungan informasi,
tabungan, investasi, usaha sampingan, dan
dukungan
kesiapan emosi dan mental seperti rencana
yang
bersifat
praktis
atau
pelayanan dan dukungan akan kepemilikan. Sebagai pegawai negeri sipil (PNS),
kesiapan
materi
finansial
seperti
kegiatan yang dapat mengisi waktu-waktu luang di masa pensiun. Individu yang
masa pensiun merupakan suatu masa yang
memiliki
perencanaan
yang
baik
dan
akan mereka lalui pada akhir masa jabatan
persiapan yang matang akan cenderung
164 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 2, November 2014, hlm. 157-168
lebih dapat beradaptasi dengan kondisi
peningkatan
dalam
5
tahun
terakhir
paska pensiun sehingga mencegah perasaan
semenjak penelitian sebelumnya dilakukan.
cemas dalam menghadapi pensiun.
Hal ini bisa disebabkan karena dukungan
Kesiapan menghadapi pensiun subjek
sosial yang diterima oleh subjek penelitian
penelitian ini tergolong sedang hingga
juga berada pada kategori netral hingga
tinggi. Survey Transamerica Center for
positif.
Retirement Studies (TCRS) menyebutkan
Selain itu, subjek penelitian memiliki
bahwa karyawan yang memiliki kesiapan
kesiapan fisik yang juga berada pada
menghadapi pensiun adalah pakerja yang
kategori sedang hingga tinggi. Kesiapan
memilki perencanaan untuk menghadapi
fisik tersebut ditunjukkan dengan menjaga
pensiun (Collinson, 2013). Hasil penelitian
kesehatan melalui olah raga yang teratur,
ini menunjukkan, kesiapan akan materi
mengurangi konsumsi makanan yang tidak
finansial berada pada kategori sedang.
sehat, tidur dan istirahat yang cukup, serta
Tepatnya, lebih dari setengah total populasi
mengetahui
penelitian
matang
penyakit yang sering muncul di usia tua.
untuk
Beberapa studi secara konsisten melaporkan
menghadapi masa pensiun. Ketersedian
bahwa 30%-33% pensiunan menyatakan
sejumlah bekal pendukung berupa tabungan,
berbagai perasaan yang negatif mengenai
investasi, simpanan, dan kegiatan usaha
menjadi pensiunan (Ermayanti & Abdullah,
akan lebih membantu individu untuk merasa
2011). Hal ini disebabkan oleh kekeliruan
siap dalam menghadapi masa pensiun.
dalam mengatribusikan sebab akibat pensiun
belum
mempersiapkan
begitu
materi
finansial
dan
menjauhi
penyebab
Penelitian sebelumnya yang mengkaji
karena masa pensiun datang pada saat usia
tentang kesiapan menghadapi pensiun pada
tua dimana kondisi fisik dan mentalnya
PNS di wilayah provinsi yang sama dengan
mengalami
penelitian ini menemukan bahwa
pada
Abdullah, 2011). Pemeliharaan kesehatan
umumnya PNS di lokasi penelitian belum
hendaknya telah dilakukan semenjak usia
memiliki kesiapan yang matang dalam
muda dengan cara menjalankan pola hidup
menghadapi masa pensiun, baik kesiapan
sehat (Abikusno, 2005). Hal ini disebabkan
mental
karena
maupun
kesiapan
secara
kemunduran
semakin
bertambahnya
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
menurun. Oleh sebab itu, perlu bagi setiap
subjek penelitian memiliki tingkat kesiapan
pekerja untuk terus menjaga kesehatan agar
mental dan emosi pada kategori sedang
tetap sehat menjalani masa pensiun di usia
hingga
tua.
merupakan
suatu
akan
usia,
kemampuan
Ini
juga
&
administratif (Syamsir, 2009). Namun, data
tinggi.
fisik
(Ermayanti
semakin
Fardila, dkk., Hubungan Dukungan Sosial Keluarga…|165
Selain melakukan analisis terhadap hipotesis
dan
aspek
setiap
variabel
lebih
tinggi
golongan/
daripada
pangkat
III
subjek (penata)
dengan yang
penelitian, peneliti juga melakukan analisis
memiliki latar belakang SMA, diploma, dan
terhadap kesiapan menghadapi pensiun yang
sarjana. Hal ini bisa disebabkan karena
dilihat
pangkat
pegawai yang memiliki golongan/ pangkat II
kepegawaian subjek dan latar belakang
(pengatur) belum memiliki jabatan tertentu
pendidikan. Hasil penelitian ini menemukan
selama masa aktif kerja meskipun mereka
bahwa
kesiapan
hanya memiliki latar belakang pendidikan
menghadapi pensiun yang signifikan antara
SMA. Bagi mereka masa pensiun bukanlah
PNS yang memiliki golongan/ pangkat
merupakan
kepegawaian II, III, dan IV. Berdasarkan
mengganggu perkembangan atau kondisi
hasil penelitian ini, tingkat kesiapan paling
mental mereka (Syamsir, 2009). Artinya,
tinggi dimiliki oleh golongan/ pangkat IV
secara umum pegawai dengan golongan/
(Pembina). Hal ini disebabkan karena
pangkat II (pengatur) tidak mengalami
sebagian besar subjek dengan golongan/
masalah
pangkat
latar
kehilangan berbagai fasilitas dimasa kerja,
belakang pendidikan sarjana dan sisanya
status jabatan serta harga diri kecuali
adalah diploma. Hasil penelitian ini juga
masalah
menemukan bahwa terdapat perbedaan yang
pendapatan jika dibandingkan dengan saat
signifikan
mereka
berdasarkan
terdapat
IV
golongan/
perbedaan
(Pembina)
pada
memiliki
kesiapan
PNS
dalam
persoalan
yang
begitu
finansial
masih
atau
aktif.
yang
berarti
terlalu
seperti
berkurangnya
Sehingga
pada
menghadapi masa pensiunnya berdasarkan
umumnya ketika akan memasuki masa
latar
Menurut
pensiun secara mental PNS yang belum
Santrock (2002), lansia yang memiliki
menduduki jabatan selama berdinas aktif
penyesuaian diri yang lebih baik pada fase
sebagai PNS lebih siap menghadapi pensiun
pensiun adalah orang-orang lansia yang
dibandingkan dengan PNS yang pernah
sehat, memiliki pendapatan yang layak,
menduduki jabatan.
belakang
pendidikan.
aktif, berpendidikan tinggi, memiliki relasi
Kondisi ini akan berbeda halnya
sosial yang luas baik keluarga maupun
dengan pegawai yang memiliki golongan/
teman-teman dan biasanya merasa puas
pangkat III serta memegang suatu jabatan
dengan kehidupannya sebelum pensiun.
selama masa aktif kerja. Secara umum
Sementara
dengan
subjek yang memiliki golongan/pangkat III
yang
(penata) adalah subjek yang memiliki
keseluruhannya memiliki latar belakang
jabatan sebagai kepala seksi, kepala sub-
pendidikan SMA memiliki kesiapan yang
bagian, kepala bidang, kepala dinas dan
golongan/
itu,
pangkat
II
subjek (pengatur)
166 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 2, November 2014, hlm. 157-168
kepala daerah sebagai lurah, sementara itu
ataupun perempuan. Menurut Papalia, dkk
yang lainnya memiliki jabatan sebagai staf
(2009), perempuan memiliki kecenderungan
administrasi. Sesuai dengan hasil penelitian
lebih besar untuk merawat diri mereka
sebelumnya
bahwa
sendiri dan memperolah perawatan medis,
banyak diantara para pensiun yang tidak
serta dukungan sosial yang lebih besar
memiliki kesiapan secara mental, terutama
dibandingkan laki-laki. Namun, dukungan
mereka yang pernah menduduki jabatan
sosial yang diterima oleh subjek laki-laki
pada saat aktif sebagai PNS (Syamsir,
pada penelitian ini tidak jauh berbeda
2009). Hal ini terjadi karena para pegawai
dengan perempuan.
yang
menyebutkan
yang dahulunya memangku suatu jabatan
Selain itu, faktor budaya juga bisa
tertentu telah terbiasa dengan berbagai
mempengaruhi
kesiapan
tunjangan fasilitas yang diberikan oleh
pensiun
subjek
pemerintah dan fasilitas tersebut tentu tidak
perempuan. Subjek pada penelitian ini
akan mereka terima lagi ketika mereka telah
merupakan orang Minangkabau, dimana
pensiun.
laki-laki masih memiliki peran dan jabatan
Selain itu, peneliti juga melakukan analisis
dan
di dalam keluarganya sebagai mamak dan perempuan masih berperan sebagai ibu
pensiun pada PNS yang dilihat berdasarkan
rumah tangga. Dalam budaya Minangkabau,
jenis kelamin. Adanya pandangan mengenai
laki-laki yang berperan sebagai mamak
peran jenis kelamin laki-laki sebagai pencari
masih memiliki tugas dan tanggung jawab
nafkah bagi keluarga menjadikan status
terhadap anak dan kemenakan, oleh sebab
pensiun bukanlah hal mudah bagi seorang
itu mereka masih dihargai oleh keluarga dan
laki-laki, sehingga laki-laki lebih mudah
masyarakat meskipun telah pensiun karena
cemas dalam menghadapi pensiun
peran mereka masih dibutuhkan.
Namun,
kesiapan
laki-laki
menghadapi
2010).
terhadap
pada
menghadapi
hasil
penelitian
(Sari, ini
menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan
SIMPULAN DAN SARAN
yang signifikan pada kesiapan menghadapi pensiun PNS berdasarkan jenis kelamin. Kesiapan subjek laki-laki pada sampel penelitian secara empirik lebih tinggi dari pada kesiapan subjek perempuan. Hal ini disebabkan oleh dukungan sosial yang diterima oleh calon pensiunan, baik laki-laki
Simpulan Secara umum disimpulkan bahwa sebagian besar pegawai negeri sipil yang akan pensiun dalam penelitian ini memiliki kategori dukungan sosial keluarga yang positif dan memiliki tingkat kesiapan yang tinggi. Terdapat hubungan yang signifikan
Fardila, dkk., Hubungan Dukungan Sosial Keluarga…|167
positif
sosial
calon pensiunan menghadapi masa pensiun
menghadapi
hendaknya dapat memberikan dukungan
pensiun, dengan korelasi sebesar 0.413.
yang tidak hanya bersifat fisik seperti
Semakin tinggi dukungan sosial keluarga
program
yang diterima oleh calon pensiunan, maka
dukungan yang bersifat psikologis kepada
akan
calon pensiunan. Salah satunya adalah
keluarga
antara
dengan
semakin
dukungan
kesiapan
tinggi
pula
kesiapan
keahlian
saja,
namun
juga
menghadapi pensiun pegawai negeri sipil.
dengan menyusun program-program khusus
Saran
seperti konseling pra-pensiun sebagai suatu
Calon pensiunan diharapkan mampu menjaga,
meningkatkan,
cara untuk mengantisipasi masalah-masalah
dan
yang akan muncul pada masa pensiun
mempertahankan persepsi positif terhadap
dengan melibatkan orang-orang terdekat
dukungan
telah
individu, seperti keluarga. Bagi peneliti lain
dimiliki, lebih memahami fungsi keluarga
yang akan meneliti tentang topik yang sama
sebagai lingkungan sosial yang paling dekat
disarankan untuk melihat faktor-faktor lain,
sehingga diharapkan calon pensiunan dapat
seperti jenis kelamin, golongan/ pangkat
mecapai kepuasan atau kebahagiaan hidup
kepegawaian,
di usia tua pada masa pensiun nanti.
pendidikan.
sosial
keluarga
yang
dan
latar
belakang
Selain itu, kepada pemerintah yang bertanggung jawab dalam mempersiapkan
DAFTAR PUSTAKA Abikusno, N. (2005). Model pendekatan bio-psiko-sosial pada masa pensiun. Universa Medicina , 24 (2), 103-110. Astuti, A. b., Santosa, S. W., & Utami, M. S. (2000). Hubungan antara dukungan keluarga dengan penyesuaian diri perempuan pada kehamilan pertama. Jurnal Psikologi (2), 84-95. Cohen, S. & Hoberman, H. M.. (1983). Positive event and social support as buffers of life change stress. Journal of Applied Social Psychology, XIII (2), 99-125.
Collinson. (2013). Studies transmerica center for retirement, the changing face of retirement. CB Hague: Aegon. Ermayanti, S., & Abdullah, S. M. (2011). Hubungan antara persepsi terhadap dukungan sosial dengan penyesuaian diri pada masa pensiun. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala. Hakim, S. N. (2007). Perencanaan dan persiapan menghadapi masa pensiun. Warta , 10, 96-107. Hurlock, E. B. (1993). Psikologi perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan edisi
168 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 2, November 2014, hlm. 157-168
kelima (Terjemahan). Erlangga.
Jakarta:
Mu'in, M., & Setyaningsih, S. (2013). Dukungan sosial dan tingkat kecemasan pada kelompok pekerja pns yang menghadapi masa pensiun. Jurnal Keperawatan Kominitas, I (2), 116-121. Papalia, D. E., Sterns, H. L., Feldman, R. D., & Camp, C. J. (2007). Adult development and aging (3rd edition). New York: McGraw-Hill. Papalia, D.E., Old, S.W. & Feldman, R.D. (2008). Human development (psikologi perkembangan) ed. kesembilan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Papalia, D.E., Sterns, H.L., Feldman, R.D., Camp, C.J. (2009). Human development, perkembangan manusia (ed 10). Jakarta: Salemba Humanika. Santrock, J. W. (2002). Life-span development: perkembangan masa hidup, edisi 5 jilid 2. Jakarta: Erlangga. Sativa, R. L. (2012, Juli 09). 25 Kejadian yang paling bikin orang stres dan risiko sakitnya. Diakses pada Juli 05, 2014, dari detikHealth:
http://health.detik.com/read/2012/07/ 09/190035/1961441/763/25kejadian-yang-paling-bikin-orangstres-dan-risiko-sakitnya Sarwono. S. W., & Meninarno, E.A. (2009). Psikologi sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Smet, Bart. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Sari, R. L. (2010). Pengaruh dukungan sosial dan kepribadian terhadap penyesuaian diri pada masa pensiun. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Negeri Syarif Hidayatullah. Sutanto, J. T., & Cokro, C. I. (2008). Pensiun bukan akhir segalanya : cara cerdas menyiasati masa pensiun. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Syamsir. (2009). Kajian kesiapan menghadapi pensiun pada pns di sumatera barat. Demokrasi, VIII (1), 187- 212. Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2009). Psikologi sosial edisi kedua belas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.