PERBEDAAN KESIAPAN PENSIUN PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL GOLONGAN III DITINJAU DARI JENIS KELAMIN
OLEH IRIANE GUAVANY 802012066
TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016
PERBEDAAN KESIAPAN PENSIUN PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL GOLONGAN III DITINJAU DARI JENIS KELAMIN
Iriane Guavany Ratriana Y.E. Kusumiati
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi perbedaan Kesiapan Pensiun Pegawai Negeri Sipil Pada Golongan III Ditinjau Dari Jenis Kelamin. Partisipan pada penelitian ini adalah berjumlah 64 orang dan teknik sampling yang digunakan adalah sampel purposive sampling. Metode penelitian yang dipakai dalam pengumpulan data yakni dengan metode skala likert, yaitu Skala Kesiapan Pensiun yang dibuat berdasarkan aspek – aspek kesiapan pensiun yang dikembangkan berdasarkan pandangan teori dari Sutarto dan Ismulcokro.. Teknik analisa data yang dipakai adalah dengan formula uji-t. Dari hasil analisa data diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,225 (p < 0,05), yang berarti tidak ada perbedaan Kesiapan Pensiun Pegawai Negeri Sipil Pada Golongan III Ditinjau Dari Jenis Kelamin. Kata Kunci : Kesiapan Pensiun, Jenis Kelamin
i
Abstract
This study aims to determine the significance of differences in the preparation of the Civil Service Retirement diversified III Seen From Gender. Participants in this study is numbered 64 and the sampling technique used was purposive sampling. The research method used in the data collection with the Likert method, namely the preparation Scale pension is based on aspects retirement readiness developed by Sutarto and Ismulcokro. Data analysis technique used is the t-test formula. From the analysis of data obtained significance value of 0.225 (p <0.05), which means there is no difference in the Civil Service Retirement Preparation diversified III Seen From Gender. Keywords: Retirement Preparation, Gender
ii
1
PENDAHULUAN Masa pensiun adalah masa yang akan dihadapi semua karyawan perusahaan atau pegawai pemerintah. Datangnya sudah pasti berdasarkan pada batas tertentu. Pensiun terbagi menjadi 2 yaitu pensiun yang secara secara sukarela dan yang berdasarkan pada peraturan (Eliana, 2003). Berdasarkan artikel pada Prasetya Online (2010) menyebutkan bahwa masa pensiun merupakan fase baru dalam kehidupan seseorang. Pada fase ini, masa pensiun datang diiringi dengan beberapa permasalahan seperti meningkatnya beban ekonomi keluarga, menurunnya kesehatan, hingga kualitas hidup produktif yang menurun. Dari beberapa permasalahan yang mungkin muncul pada masa pensiun maka perlu adanya persiapan untuk dapat menyesuaikan diri dalam memasuki masa pensiun tersebut. Menurut Sasmito (2011)
pada kenyataannya, tidak mudah bagi mantan
karyawan untuk bisa menyesuaikan diri dengan status pensiunan. Hidup dengan status pensiunan menuntut banyak penyesuaian. Bagi yang sudah siap menyesuaikan diri maka mentalnya akan siap menghadapi. Bagi yang tidak siap maka akan dilanda kebingungan dan kerisauan. Menurut Phillips dkk (Setyarini & Atamimi, 2011) Pensiun merupakan sebuah transisi atau proses yang disertai dengan perubahan status atau aktivitas. Schwartz (dalam Hurlock, 1991) mengatakan bahwa masa pensiun dapat dirasakan sebagai masa transisi ke pola hidup yang baru. Pensiun selalu menyangkut tentang perubahan peran, perubahan keinginan dan nilai, perubahan secara keseluruhan terhadap pola hidup setiap individu. Menurut Agustina (dalam Yunianti dkk, 2014) mengatakan bahwa masa pensiun bisa mempengaruhi konsep diri, karena pensiun menyebabkan seseorang kehilangan peran (role) dan identitas dalam masyarakat yang dapat mempengaruhi
2
harga diri mereka. Pensiun akan menyebabkan seseorang kehilangan perannya dalam masyarakat yang selanjutnya mempengaruhi statusnya dan pada akhirnya bisa mempengaruhi konsep diri menjadi negatif. Seseorang yang akan memasuki masa pensiun harus melakukan persiapan agar dapat menghadapi berbagai perubahan yang akan muncul pada masa pensiun seperti faktor sosial, ekonomi, faktor psikologis dan faktor kesehatan. Dari perubahan – perubahan yang akan muncul pada masa pensiun yang sudah dijelaskan sebelumnya, Dari faktor sosial, Individu akan kehilangan sumber penghargaan dari lingkungan dan masyarakat berkaitan dengan hilangnnya status pekerjaan itu. Fletcher & Hanson (1991) menyatakan bahwa dengan memasuki masa pensiun, orang akan kehilangan status pekerjaannya. Karena itu akan sering muncul kekhawatiran dalam diri individu saat memasuki masa pensiun. Faktor ekonomi juga merupakan masalah yang mungkin muncul ketika masa pensiun. Karena saat memasuki masa pensiun, sedikit demi sedikit individu akan merasakan bahwa pendapatannya makin berkurang. Menurut Glick (dalam Schell & Hall, 1984) perubahan penting dalam kehidupan sosial seseorang terjadi pada waktu mereka pensiun. Masa pensiun umumnya mengurangi pendapatan sebesar 50 % sehingga mereka harus memperhitungkan kembali pengeluaran makan, perumahan, dan biaya lain-lain. Kemudian adapun masalah dari faktor psikologis yang mungkin muncul pada saat masa pensiun seperti perasaan depresi. Eliana (2003) mejelaskan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Holmes dan Rahe, mengungkapkan bahwa masa pensiun menempati rangking 10 besar sebagai penyebab depresi. Didalam penelitian Mahmoudi dan Hasani (2007) yang dilakukan terhadap lansia dengan menggunakan Geriatric
3
Scoring System (GSS), didapatkan 14% lansia mengalami depresi akibat pensiun. Permasalahan psikologis yang mungkin muncul ketika masa pensiun juga dijelaskan Turner & Helms (dalam Hidayati, 2009) yang mengungkapkan bahwa masa pensiun menyebabkan terjadinya post power syndrome karena kasus kehilangan pekerjaan yakni, kehilangan harga diri, hilangnya jabatan menyebabkan hilangnya perasaan atas pengakuan diri, kehilangan fungsi eksekutif yaitu fungsi yang memberikan kebanggaan diri, kehilangan perasaan sebagai orang yang memiliki arti dalam kelompok tertentu, kehilangan orientasi kerja, kehilangan sumber penghasilan terkait dengan jabatan terdahulu. Pensiun sudah pasti tiba pada batas tertentu. Di Indonesia pensiun tiba pada batas usia tertentu seperti dalam Pasal 87 ayat (1) huruf c dan Pasal 90 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negar, ditentukan bahwa Pegawai negeri Sipil diberhetikan dengan hormat karena mencapai batas usia pensiun yaitu 58 Tahun. Pada usia tersebut termasuk dalam kategori usia dewasa madya. Pada masa dewasa madya tersebut terdapat tugas perkembangan yang baru yaitu belajar untuk menyesuaikan dirinya kembali terhadap perubahan-perubahan yang terjadi misalnya perubahan fisiologis, fisik, perubahan seksual, perubahan minat dan tugas yang berhubungan dengan kehidupan keluarga menurut Hurlock (dalam Yunianti dkk, 2014). Menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan sesuatu hal yang sangat membanggakan. Banyaknya keuntungan yang akan diperoleh PNS seperti fasilitas dan tunjangan – tunjangan. Dari banyaknya keuntungan tersebut membuat pekerjaan ini sangat di minati oleh banyak orang khususnya di Indonesia. Terbukti dengan banyak nya orang yang mengikuti pendaftaran Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) setiap tahunnya. Menurut Dinsi (2006) pihak yang paling takut menghadapi
4
masa pensiun adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS). Para Pegawai Negeri Sipil yang telah pensiun, mengalami mental shock (faktor kejiwaan). Menjelang akhir masa kerjanya, mereka tampak kurang beraktivitas dan sering sakit-sakitan. Mental shock ini terjadi, karena adanya ketakutan tentang apa yang harus dihadapi kelak, ketika masa pensiun tiba. Rakhmawanto (2014) Problem yang menimbulkan shock tersebut sering terjadi pada
seseorang
yang
sebelumnya
telah
memiliki
kedudukan
atau
jabatan
strategis/penting. Ketika pensiun tiba jabatan tersebut ditinggalkan, hal ini secara otomatis akan berdampak pada hilangnya penghasilan dari tunjangan jabatannya tersebut yang tentunya juga terjadi penurunan pendapatan secara drastis. Selain itu, Pegawai Negeri Sipil yang memasuki masa pensiun, baik sukarela maupun terpaksa, menyebabkan hilangnya identitas peran. Tuntutan hidup yang terus mendesak dan dirinya adalah satu-satunya penopang hidup keluarga, menyebabkan risiko terjadinya depresi semakin besar. Dengan demikian, seseorang yang akan memasuki masa pensiun khususnya Pegawai Negeri Sipil tentunya membutuhkan persiapan untuk dapat menyesuaikan dirinya terhadap perubahan – perubahan yang akan terjadi pada masa pensiun. Rakhmawan (2014) adanya persiapan menjelang masa pensiun baik secara fisik maupun mental sangat diperlukan. Persiapan pensiun ini sebaiknya dilakukan pada saat seorang masih aktif dalam bekerja atau intens dipersiapkan pasca saat masa transisi (paling tidak 5-10 tahun menjelang masa pensiun). Persiapan pensiun ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi pengaruh negatif, yang diharapkan tidak menimbulkan efek negatif pada saat orang telah memasuki masa pensiun. Menurut Sutarto dan Ismulcokro (2008), kesiapan pensiun adalah keadaan siap untuk mereaksi dan menghadapi datangnya masa berhenti bekerja dari suatu pekerjaan
5
yang ditekuninya yang dipengaruhi dari dalam diri individu dan pengaruh dari luar individu. Menurut Wardana (2013),semakin baik kesiapan diri seseorang saat akan memasuki masa pensiun maka kemungkinan besar akan semakin sukses dan nyaman saat menikmati hari-hari tuanya. Menurut Sutarto dan Ismulcokro (2008) terdapat empat aspek kesiapan dalam menghadapi masa pensiun yaitu: a. Kesiapan materi finansial : Ketersediaan sejumlah bekal pendukung berupa tabungan, asuransi, simpanan asset dan kegiatan usaha selain penghasilan bulanan pensiun. b. Kesiapan fisik : Kesehatan fisik yang senantiasa terpelihara dengan menjalankan pola hidup yang benar. Kesehatan yang dimiliki pada masa lansia adalah berkat pemeliharaan kesehatan yang sudah dilakukan secara terus menerus semenjak masih muda. c. Kesiapan mental dan emosi : Kekuatan dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. d. Kesiapan Seluruh Keluarga : Mempersiapkan dan menyiapkan seluruh anggota keluarga untuk menyesuaikan gaya hidup baru yang jauh berbeda. Muratore & Earl, 2010 menjelaskan bahwa salah satu faktor mempengaruhi persiapan pensiun pada individu, yaitu jenis kelamin. Petkoska & Earl, 2009 membuktikan bahwa terdapat perbedaan usaha yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan dalam usaha persipan pensiun. Laki-laki lebih banyak melakukan persiapan financial sedangkan perempuan lebih banyak menghabiskan usaha untuk peningkatan kesehatan dan bersenang-senang.
6
Terkait dengan persiapan pensiun, Putri (2015) dalam penelitiannya tentang Pravalensi Depresi pada Pensiunan PNS terdapat perbedaan Pravalensi Depresi antara laki – laki dan perempuan dimana tingkat depresi laki – laki pada masa pensiun lebih tinggi dibanding wanita. Terdapat pula pendapat lain yang menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi kepuasan pada masa pensiun. Mein et al(2003) dalam penelitiannya mengenai perbedaan jenis kelamin dalam merasakan kepuasan hidup masa pensiun menyatakan bahwa pada umumnya pria mengalami penurunan kesehatan secara fisik dan psikis dibandingkan wanita. Namun, Eddington dan Shuman (2005) mengenai gender dan kebahagiaan masa tua mengatakan bahwa wanita lebih memiliki afek negatif yang lebih tinggi dan tingkat depresi yang lebih tinggi dibanding pria. Saat memasuki masa pensiun pada umumnya golongan terakhir yang dipegang oleh seorang Pegawai Negeri Sipil adalah golongan III dan IV. Dalam penelitian ini, penulis terfokus pada Pegawai Negeri Sipil Golongan III dikarenakan merujuk pada penelitian Putri (2015) yang menunjukkan bahwa prevalensi depresi terbanyak pada pensiunan Pegawai Negeri Sipil adalah pada PNS golongan III. Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas dan masih adanya perbedaan hasil penelitian mengenai perbedaan laki – laki dan perempuan terkait dengan kesiapan pensiun. Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian mengenai “Perbedaan Kesiapan Pensiun Pada Pegawai Negeri Sipil Golongan III Ditinjau Dari Jenis Kelamin”. Disamping itu penulis juga mengajukan hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada perbedaan signifikan Kesiapan Pensiun Pada Pegawai Negeri Sipil Golongan III Ditinjau Dari Jenis Kelamin.
7
METODE PENELITIAN Partisipan Partisipan dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di kantor pemerintahan kota Banjarmasin yang menjelang pensiun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan melihat karakteristik tertentu, yaitu : 1.
Pegawai Negeri Sipil Golongan III
2.
Berusia antara 50 – 58 Tahun
3.
Memiliki masa kerja ± 25 – 35Tahun
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan pertama – tama memohon surat persetujuan dari dosen pembimbing untuk mengambil data yang ditujukan kepada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Kalimantan Selatan, Kesbangpol Kota Banjarmasin, dan Badan Kepegawaian Daerah Kota Banjarmasin. Kemudian dengan surat persetujuan tersebut, penulis mengajukan permohonan izin kepada Kesbangpol Provinsi Kalimantan Selatan dan Kesbangpol Kota Banjarmasin sebagai syarat untuk dapat melakukan penelitian di kantor pemerintahan kota Banjarmasin dan dapat memperoleh data kepegawaian dari Badan Kepegawaian Daerah Kota Banjarmasin terkait dengan partisipan yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu 30 data pegawai Perempuan dan 30 data pegawai Laki – Laki yang sesuai dengan rancangan penelitian. Selanjutnya dengan surat izin dari Kesbangpol Provinsi Kalimantan Selatan dan Kesbangpol Kota Banjarmasin serta adanya data kepegawaian yang diperoleh dari Badan Kepegawaian Daerah Kota Banjarmasin, peneliti mulai menyiapkan 70 skala psikologi dengan rincian 60 skala yang akan digunakan dan 10 skala yang digunakan sebagai cadangan dalam penelitian. Selanjutnya penyebaran
8
angket mulai dengan mendatangi pegawai – pegawai yang tercantum didalam data kepegawaian yang diberikan oleh Badan Kepegawaian Daerah Kota Banjarmasin tersebut. Namun demikian, dari data kepegawaian tersebut tidak semua pegawai yang dapat ditemui. Penulis juga melakukan penyebaran angket kepada pegawai – pegawai yang tidak tercantum didalam data kepegawaian tersebut. penyebaran angket dilakukan sejak tanggal 4 April 2016 sampai dengan 11 April 2016. setelah semua angket terisi dan terkumpul kepada penulis, penulis mengelompokkan angket – angket tersebut berdasarkan jenis kelamin dan mulai membuat penilaian dan melakukan olah data dengan menggunakan program komputer SPSS statistics 21.0 for windows. Alat Ukur Penelitian Teknik Pengumpulan data adalah dengan menggunakan angket yang akan diisi oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja di kantor pemerintahan kota Banjarmasin. Angket yang akan diberikan berupa skala yaitu Skala Kesiapan Pensiun yang dibuat berdasarkan aspek – aspek kesiapan pensiun yang dikembangkan oleh Rahmi (2012) berdasarkan pandangan teori dari Sutarto dan Ismulcokro. Adapun aspek – aspek tersebut adalah : a) Kesiapan Materi Finansial b) Kesiapan Fisik c) Kesiapan Mental dan Emosi d) Kesiapan Seluruh Keluarga. Jumlah item yang diuji untuk skala makna hidup ada 37 item dan item tersebut dikatakan valid apabila kofisien korelasinya ≥ 0,03. Hasil uji seleksi item dan reliabilitas untuk skala kesiapan pensiun ini terdapat dalam empat kali pengujian. pada pengujian pertama dari skala kesiapan pensiun dengan 37 item didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,906 yang berarti alat ukur tersebut tergolong reliabel. Item yang gugur berjumlah 2 item, yaitu item nomor 6 dan 18. Daya diskriminasi item menggunakan ketentuan dari Azwar (2012) yang menyatakan bahwa item pada skala pengukuran dapat dikatakan berdiskriminasi baik
9
apabila ≥ 0,03. Nilai korelasi item total bergerak antara 0,304 – 0,585. Pada pengujian kedua didapatkan perubahan koefisien reliabilitas yaitu menjadi sebesar 0,905 dengan jumlah 2 item gugur yaitu item nomor 3 dan 24. Nilai korelasi item bergerak antara 0,313 – 0,547. Kemudian pada pengujian ketiga didapatkan perubahan koefisien reliabilitas yaitu menjadi sebesar 0,901 dengan jumlah 1 item gugur yaitu item nomor 11. Nilai korelasi item dalam pengujian ketiga ini bergerak antara 0,311 – 0,558. Dan pada pengujian terakhir, koefisien reliabilitasnya yaitu sebesar 0,901 dengan minimal indeks daya diskriminan item sebesar 0,305. Jadi, jumlah item dari daya diskriminasi untuk skala kesiapan pensiun adalah sebanyak 31 item.
HASIL PENELITIAN Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan Alfa Cronbach menunjukkan hasil yang memuaskan dengan hasil perhitungan reliabilitas sebesar 0,901. Berdasarkan hasil uji yang diperoleh maka alat ukur dalam penelitian dapat dikatakan alat ukur yang reliabel. Tabel 1: Reliability Statistic
Uji Validitas Berdasarkan validitas isi, skala pengukuran ini sudah termasuk valid karena antara bahan acaun dengan variabel serta item sudah sesuai.
10
Analisis Item Hasil yang diperoleh dari empat kali perhitungan atau pengujian menggunakan program komputer SPSS Statistics 21.0. menunjukkan bahwa terdapat 6 item yang gugur, karena mempunyai nilai corrected item total < 0,30. Dari hasil tersebut maka item yang tersisa adalah 31 item yang dianggap valid dan memiliki reliabilitas yang dihitung dengan Alfa Cronbach sebesar 0,901. Standar yang digunakan adalah sebesar 0,30 (Azwar, 2012), maka bila item tidak memiliki corrected item-total correlation 0,30 maka item dianggap tidak valid. Uji Asumsi Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh nilai Kolmogorov Smirnov untuk sampel laki – laki sebesar 0,800 hal ini berarti untuk signifikansi laki - laki >0,05 sehingga sampel laki - laki berdistribusi normal. Sedangkan nilai Kolmogorov Smirnov untuk sampel perempuan sebesar 0,303 hal ini berarti untuk signifikansi rumah >0,05 sehingga sampel perempuan berdistribusi normal. Melihat hasil nilai Kolmogorov Smirnov
untuk laki - laki dan perempuan bersignifikansi >0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa kedua jenis sampel sebaran datanya berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat dalam tabel berikut : Hasil Uji Normalitas Tabel 2: One –Sample Kolmogorov-Smirnov Test
11
Kemudian Tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji homogenitas dengan metode Levene's Test. Nilai Levene ditunjukkan pada baris Nilai based on Mean, yaitu dengan p value (sig) sebesar 0,026 di mana < 0,05 yang berarti tidak terdapat kesamaan varians antar kelompok atau yang berarti tidak homogen. Selanjutnya melalui pendekatan Independent Sample t-test yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan, hasil perhitungan Uji-t dapat diketahui nilai signifikansinya adalah sebesar 0,225 (p>0,05). Yang artinya tidak terdapat perbedaan kesiapan pensiun pada pegawai negeri sipil golongan III ditinjau dari jenis kelamin. Hasil Uji Homogenitas dan Uji T Tabel 3: Independent Sample Test
Bedasarkan hasil perhitungan variabel, berikut adalah kategorisasi deskriptifnya. Kategorisasi tersebut digunakan untuk menggolongkan kategorisasi kesiapan pensiun pada laki – laki dan perempuan. Berdasarkan penggolongan tersebut, didapatkan hasil bahwa kesiapan pensiun PNS golongan III yang berjenis kelamin Laki – Laki dan Perempuan berada dalam kategori Sangat Tinggi. Berikut tabel kategorisasi :
12
Tabel 4: Kategorisasi Kesiapan Pensiun PNS Golongan III Berjenis Kelamin Laki - Laki NO
Interval
Kategorisasi
Mean
F
%
Sangat Buruk
0
0%
1.
31 ≤ x < 54,25
2.
54,25 ≤ x < 77,5
Buruk
0
0%
3.
77,5 ≤ x < 100,75
Baik
0
0%
4.
100,75 ≤ x < 124
Sangat Baik
34
100%
34
100%
F
%
Sangat Buruk
0
0%
119,3
Jumlah x = skor kesiapan pensiun Tabel 5: Kategorisasi Kesiapan Pensiun PNS Golongan III Berjenis Kelamin Perempuan NO
Interval
Kategorisasi
Mean
1.
31 ≤ x < 54,25
2.
54,25 ≤ x < 77,5
Buruk
0
0%
3.
77,5 ≤ x < 100,75
Baik
1
3,13 %
4.
100,75 ≤ x < 124
Sangat Baik
31
96,87
32
100%
115,6
Jumlah x = skor kesiapan pensiun
PEMBAHASAN Dari uraian hasil penelitian menunjukkan bahwa signifikansi yang diperoleh sebesar 0,225 (p>0,05). Yang berarti tidak ada perbedaan kesiapan pensiun pada pegawai negeri sipil golongan III ditinjau dari jenis kelamin. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa kesiapan pensiun subjek laki – laki dan perempuan sama – sama tergolong sangat baik yang terlihat dari persiapan seluruh aspek kesiapan pensiun yang
13
menunjukkan skor yang tinggi. Hasil penelitian ini juga serupa dengan hasil penelitian dari Hasyani (2006) bahwa tidak adanya perbedaan antara laki-laki dan subjek perempuan terkait kecemasan menghadapi pensiun. Secara umum, peran gender secara tradisional terkait dengan persiapan pensiun memang lebih cenderung dominan pada laki-laki. Namun demikian, sesuai dengan perkembangan jaman dimana meningkatnya kehadiran perempuan didalam dunia kerja sehingga menimbulkan terjadinya
pergeseran peran gender yang tentunya
mempengaruhi sikap tersahdap persiapan pensiun. Dan dapat dibuktikan dengan adanya hasil survei dari Wolcott dalam Stepens dan Alpass (1998), yang menyatakan bahwa sikap perempuan terhadap pensiun telah terjadi perubahan. Oleh karena itu, peran gender tradisional dianggap menjadi kurang tepat dari waktu ke waktu terkait dengan persiapan pensiun. sehingga diperlukan penelitian untuk menentukan apakah konseptualisai tradisional gender masih sesuai untuk persiapan pensiun kontemporer. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, terkait dengan kesiapan pensiun ada beberapa faktor yang dapat memepengaruhi kesiapan pensiun , jika dilihat dari sudut pandang psikologis ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesiapan pensiun yaitu Menurut Yunianti dkk (2014) bahwa self-esteem mempengaruhi kesiapan pensiun karena ketika seseorang memilliki self-esteem yang tinggi maka akan mempengaruhi kesiapan pensiun individu. Adapun faktor psikologis lain yaitu konsep diri karena Individu dengan konsep diri positif, rasa percaya diri kuat, maka individu tersebut akan lebih dapat menyesuaikan diri dengan kondisi pensiun tersebut. Sikap terhadap pensiun juga mempengaruhi terhadap kesiapan pensiun, seperti yang dijelaskan Hurlock bahwa sikap para pekerja terhadap pensiun pasti mempunyai pengaruh yang besar terhadap penyesuaiannya.
14
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dari hasil perhitungan Uji-t dapat diketahui nilai signifikansinya adalah sebesar 0,225 (p>0,05). Artinya tidak terdapat perbedaan kesiapan pensiun pada pegawai negeri sipil golongan III ditinjau dari jenis kelamin. Saran 1. Bagi pegawai yang menjelang pensiun: Bagi para pegawai yang menjelang pensiun baik yang berjenis kelamin laki – laki dan perempuan sama – sama mempertahankan kesiapan pensiun yang dimiliki agar dapat menyesuaikan diri dengan baik pada saat masa pensiun tiba. 2. Bagi peneliti selanjutnya: a) Memperhatikan kondisi maupun psikis subjek sebelum melakukan tes, sehingga kesalahan
dalam
menjawab
tes
dapat
diminimalisir
sehingga
dapat
menghasilkan hasil yang maksimal. b) Peneliti selanjutnya yang tertarik dengan penelitian ini diharapkan untuk menggunakan metode penelitian kualitatif agar mendapatkan hasil yang akurat dan menghindari adanya kemungkinan faking good.
15
DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. (1999). Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Belajar Dagun, S. M. (1992) Maskulin Dan Feminin Perbedaan Pria-Wanita Dalam Fisiologi, Psikologi, Seksual, Karier Dan Masa Depan. Jakarta: Rineka Cipta. Dinsi, V,. Setiati, E., & Yuliasari, E. (2006). Ketika Pensiun Tiba. Jakarta : Wijayata Media Utama. Earl, J.K & Muratore, A. (2010). Predicting retirement preparation through thedesign of a new measure. Australian Psychologist, June 2010; 45(2): 98–111. Eddington, N. & Shuman, R. (2005). Subjective Well Being (Happiness). Contiuing psychology education: 6 continuing education hours. Diunduh dari: http://www.texcpe.com/html/pdf/ca/ca-happiness.pdf pada tanggal 18 Januari 2016 Eliana, R (2003). Konsep Diri Pensiunan. Jurnal. Di unduh dari : http://library.usu.ac.id/download/fk/psikologi-rika%20eliana.pdf pada tanggal 17 November 2015 Feist&Feist. (2008). Theories of Personality Edisi Keenam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Fletcher, W. L. & Hansson, O.R. (1991). Assesing the social component retirement of anxiety scale. Psychology and Aging Hurlock, E. B. (1991). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima Terjemahan Soedjarwo & Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga Mahmoudi G, Vahedi M, Hasani S. Studi of depression in nurses at the University of Medical Science Affiliated Hospitals in 2007. World Applied Sciences Journal 6. 2009;(9):1200-4. Mein, G., et al. (2003). Is retirement good or bad mental and physical health functioning? Whitehall Iilongitudinal study of civil servant. Journal Department of Epidemiology and Public Health, Royal Free and UniversityCollege Medical. London, 57(2), 46 – 49. Muslimah, A. I. & N. Wahdah. (2013). Hubungan Antara Attachment dan Self Esteem dengan Need for Achievement Pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri 8 Cakung Jakarta Timur. Volume 6, No. 1. Jurnal. Diunduh dari : http://ejournalunisma.net/ojs/index.php/soul/article/view/736 pada tanggal 10 September 2015 Noone, J. H., Stephens, C. V. & Alpass, F.M. (2009). Do men and women still differ in their retirement planning? Testing a theoretical model of gendered pathways to retirement preparation.
16
Rakhmawanto, A. (2014). Program Pensiun Pegawai Negeri Sipil: Analisis Perspektif Perbaikan Sistem Pensiun PNS dari Pay as you go ke Fully Funded. Civil Service Vol.8. No.2. Jurnal. Diunduh dari : http://www.bkn.go.id/wpcontent/uploads/2014/12/Jurnal-Gabungan-Nov-2014.pdf pada tanggal 3 Februari 2016 Santrock, John W. (1995). Life-Span Development; Perkembangan Masa Hidup (Edisi kelima). Alih bahasa oleh Achmad Chusairi dan Juda Damanik. Jakarta: Erlangga Sasmito, E. (2011). Hidup Makmur Di Masa Pensiun. Jakarta: Raih Asa Sukses Setyarini, R & Atamimi, N. (2011). Self-Esteem dan Makna Hidup pada Pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Volume 38, No. 2. Jurnal. Diunduh dari : http://jurnal.psikologi.ugm.ac.id/index.php/fpsi/article/view/12 pada tanggal 25 September 2015 Sutarto, J. T. & Ismulcokro, C. (2008). Pensiun Bukan Akhir Segalanya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Theresia Kresensia Haryani (2006). "Kecemasan Menjalani Masa Pensiun Ditinjau Dari Jenis Kelamin dan Status Ekonomi". Skripsi Sarjana Strata 1. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2015. Penyelenggaraan Program jaminan Pensiun. Diunduh dari : http://peraturan.bkpm.go.id/jdih/lampiran/PP%2045%202015%20Penyelenggara an%20Program%20Jaminan%20Pensiun.pdf pada tanggal 25 September 2015 Prasetya Online (2010). Pensiun, Fase Baru Kehidupan. Artikel. Diunduh dari : http://prasetya.ub.ac.id/berita/pensiun-fase-baru-kehidupan-400-id.html pada tanggal 9 September 2015 Putri, F. D. (2015). Prevalensi Depresi pada Pensiunan Pegawai Negeri Sipil yang Mengambil Dana Pensiun di Bank BTPN Cabang M. Yamin Padang. Jurnal. Diunduh dari: http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/258 pada tanggal 5 Februari 2016 Yunianti, M., Dkk. (2014). Hubungan Antara Self-Esteem Dengan Kesiapan Pensiuan Pada Perwira Menengah TNI AL. Diunduh dari : http://psikologi.ub.ac.id/wpcontent/uploads/2014/09/JURNAL-MANGESTI-YUNIANTI-0911231007.pdf pada tanggal 7 September 2015 Widyowati, A & Hadjam, N.R. (2013). Peran Core Self Evaluation dalam Memprediksi Persiapan Pensiun. Di unduh dari : http://journal.uad.ac.id/index.php/HUMANITAS/article/view/2332 pada tanggal 17 November 2015