PERBEDAAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN OLEH ANGGITA PUTRI WULANDARI 802012091
TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai citivas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Anggita Putri Wulandari Nim : 802012091 Program Studi : Psikologi Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Jenis Karya : Tugas Akhir Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya berjudul: PERBEDAAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalihmedia atau mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan tugas akhir, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis atau pencipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di
: Salatiga
Pada Tanggal : 12 Januari 2016 Yang menyatakan,
Anggita Putri Wulandari Mengetahui, Pembimbing
Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., MA.
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Anggita Putri Wulandari
Nim
: 802012091
Program Studi
: Psikologi
Fakultas
: Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul: PERBEDAAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN Yang dibimbing oleh: Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., MA.
Adalah benar-benar hasil karya saya. Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sumber aslinya.
Salatiga, 12 Januari 2016 Yang memberi pernyataan,
Anggita Putri Wulandari
LEMBAR PENGESAHAN PERBEDAAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN Oleh Anggita Putri Wulandari 802012091
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Disetujui pada tanggal 12 Januari 2016eptemb2015 Oleh: Pembimbing,
Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., MA.
Diketahui Oleh,
Disahkan Oleh,
Kaprogdi
Dekan
Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.
Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016
PERBEDAAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN
Anggita Putri Wulandari Berta Esti Ari Prasetya
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi perbedaan intensi berwirausaha antara mahasiswa laki-laki dan perempuan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Sampel pada penelitian ini adalah berjumlah 50 orang dan teknik sampling yang digunakan adalah teknik accidental sampling. Metode penelitian yang dipakai dalam pengumpulan data yakni dengan metode skala menggunakan skala EIQ (Entrepreneurial Intention Questionnaire) dari Linan & Chen (2006) yang di kembangkan dari aspek yang di kemukakan oleh Ajzen. Teknik analisa data yang dipakai adalah dengan formula uji-t. Dari hasil analisa data diperoleh nilai t -2,472 dengan
signifikansi sebesar 0,017 (p < 0,05), yang berarti ada perbedaan intensi
berwirausaha antara laki-laki dan perempuan. Mahasiswa perempuan memiliki intensi berwirausaha yang lebih tinggi dibanding mahasiswa laki-laki. Kata Kunci : intensi berwirausaha, jenis kelamin
i
Abstract This study aims to determine the significance of the entrepreneurial intention between male college student and female ones in Psychology faculty of Satya Wacana Christian University. The sample of this research is on 50 persons, and the sampling technique is sampling accidental technique. The method of the research used in collecting datas is EIQ (Entrepreneurial Intention Questionnaire) from Linan & Chen (2006) based on aspect from Ajzen. The data analyzing technique used is t- test formula analyzing. From the data analyzing the writer gets the mark of t is -2,472 with the significantcy of 0,017 (p<0,05) that means there is a different entrepreneurial intention between male and female in their. Female college students have more intencity than the male students. Keyword : entrepreneurial intention, gender
ii
1
PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara berkembang dengan salah satu permasalahan yang sama setiap tahunnya yaitu tentang banyaknya pengangguran. Meskipun jumlah lapangan kerja selalu bertambah, hal tersebut tetap tidak membuat pengangguran berkurang mengingat jumlah lapangan kerja yang ada tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja. Ini membuat pengangguran di Indonesia semakin meningkat. Menurut catatan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS, 2015) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2015 sebesar 5,81 persen menurun dibanding TPT Agustus 2014 (5,94 persen), dan meningkat dibandingkan TPT Februari 2014 (5,70 persen). Ada pula isu PHK besar-besaran yang akan dilakukan perusahaan-perusahaan di Indonesia akibat melemahnya nilai tukar rupiah. Hal ini semakin megkhawatirkan bagi para pencari kerja. Penyerapan tenaga kerja hingga Februari 2015 masih di dominasi oleh penduduk bekerja berpendidikan rendah yaitu SD ke bawah sebanyak 54,6 juta orang (45,19 persen), dan Sekolah Menengah Pertama sebanyak 21,5 juta (17,77 persen). Penduduk bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 13,1 juta orang mencakup 3,1 juta orang (2,60 persen) berpendidikan Diploma dan sebanyak 10,0 juta orang (8,29 persen) berpendidikan sarjana ke atas (BPS, 2015). Bisa dilihat bahwa penyerapan tenaga kerja pada perguruan tinggi masih minim. Sebenarnya menjadi pengangguran dan tidak tersedianya lapangan pekerjaan bukanlah akhir dari segalanya. Hal tersebut bisa ditekan dengan cara berwirausaha. Berwirausaha tidak hanya bisa memberikan pekerjaan untuk diri individu sendiri tetapi juga bisa membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain. Semakin maju suatu negara, semakin banyak orang terdidik, maka semakin penting suatu wirausaha (Alma, 2011). Wirausaha adalah orang yang mendirikan, mengembangkan, dan melembagakan usaha
2
yang dimilikinya. Dalam usahanya itu dilakukan dengan penuh kreatif, inovatif, swakendali, dan siap mengambil resiko dalam melihat, menciptakan, dan memanfaatkan peluang untuk maju, dan meningkatkan usahanya (Riyanti, 2008). Wirausaha merupakan salah satu cara untuk dapat meningkatkan ekonomi di suatu negara. Kebanyakan para mahasiswa berpikir ketika sudah lulus dari perguruan tinggi mereka akan mencari pekerjaan di perusahaan. Padahal seperti yang sudah di jelaskan di atas bahwa untuk memperoleh pekerjaan tidaklah mudah. Dalam rangka mengatasi masalah di atas, Kemendikbud membuat sebuah program agar dapat mengubah pola pikir mahasiswa yang dulu job seeker menjadi job creator dengan Progam Mahasiswa Wirausaha (PMW). Dengan tumbuhnya jiwa wirausaha di kalangan mahasiswa di harapkan mereka tertarik untuk berwirausaha dan menambah jumlah wirausahawan di Indonesia. Di Indonesia sendiri jumlah wirausahawan hanya sekitar 1,6% saja (Ciputra, 2009), sedangkan untuk mencapai kesejahteraan ekonomi suatu negara maka setidaknya harus ada minimal 2% penduduk yang menjadi wirausahawan. Berdasarkan data dari Ditjen Dikti (2011), kemauan dalam bidang kewirausahaan bagi lulusan perguruan tinggi masih sangat rendah, yakni sebesar 6,14%, sedangkan pada lulusan SMA yakni sebesar 22,63%. Untuk itu perlu adanya niat atau intensi pada mahasiswa untuk berwirausaha. Intensi berwirausaha dapat ditumbuhkan dengan mewujudkan penambahan perluasan lapangan kerja dengan menciptakan lapangan pekerjaan. Selaras dengan pernyataan tersebut sesuai dengan UU No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian, dalam rangka meningkatkan perekonomian bangsa, presiden RI (Susilo Bambang Yudhoyono) mengeluarkan Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2009 tentang mengembangan ekonomi kreatif yang mana bahwa kreativitas berbasis pada kemampuan individu yang sangat
3
memungkinkan setiap orang untuk dapat menciptakan lapangan kerja untuk dirinya dan bahkan untuk orang lain. Pengembangan tersebut juga perlu dilakukan di kota kecil seperti kota Salatiga. Di Salatiga terdapat satu-satunya universitas yaitu Universitas Kristen Satya Wacana. Sesuai dengan salah satu visi Universitas yaitu mencetak lulusan creative minority atau minoritas berdaya cipta, mahasiswa lulusan UKSW memiliki tugas untuk menjadi lulusan yang berdaya cipta. Intensi menurut Fishbein & Ajzen (dalam Wijaya, 2007) merupakan komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Intensi didefinisikan sebagai dimensi probabilitas subjektif individu dalam kaitan antara diri dan perilaku. Intensi kewirausahaan sendiri dapat diartikan sebagai proses pencarian informasi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembentukan suatu usaha (Katz dan Gartner, 1988). Entrepreneurial intention atau niat kewirausahaan dapat diartikan sebagai langkah awal dari suatu proses pendirian sebuah usaha yang umumnya bersifat jangka panjang (Lee & Wong, 2004). Menurut Krueger (1993), intensi berwirausaha mencerminkan komitmen seseorang untuk memulai usaha baru dan merupakan isu sentral yang perlu diperhatikan dalam memahami proses kewirausahaan pendirian usaha baru. Katz & Gartner (1988) juga menyatakan bahwa seseorang dengan intensi untuk memulai suatu usaha akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dalam usaha yang akan dijalankannya bila dibandingkan dengan seseorang tanpa intensi untuk memulai usaha. Krueger & Carsrud (dalam Indarti & Rostiani, 2008); Ajzen & Fishbein; Krueger & Casrud (dalam Kautonen & Luoto, 2008) menyatakan bahwa intensi telah menjadi prediktor terbaik bagi perilaku berwirausaha seseorang. Oleh karena itu menurut Choo & Wong (2006) intensi dapat
4
dijadikan sebagai pendekatan dasar yang masuk akal untuk memahami siapa-siapa yang akan menjadi seorang wirausaha. Ajzen dalam (Linan & Chen, 2006) menyatakan intensi dibentuk oleh 3 determinan pembentuk yaitu attitude (sikap), subjective norm (norma subjektif), dan perceived behavior control (kontrol perilaku). Sikap berperilaku (attitude), yang merupakan dasar bagi pembentukan intensi. Terdapat dua aspek pokok dalam sikap terhadap perilaku, yaitu: keyakinan individu bahwa menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu akan menghasilkan akibat-akibat atau hasil-hasil tertentu, dan merupakan aspek pengetahuan individu tentang obyek sikap dapat pula berupa opini individu hal yang belum tentu sesuai dengan kenyataan. Semakin positif keyakinan individu akan akibat dari suatu obyek sikap, maka akan semakin positif pula sikap individu terhadap obyek sikap tersebut, demikian pula sebaliknya. Norma subyektif (subjective norm) yaitu keyakinan individu akan norma, orang sekitarnya dan motivasi individu untuk mengikuti norma tersebut. Terdapat dua aspek pokok dalam norma subjektif, yaitu: keyakinan akan harapan-harapan norma referensi dan motivasi kesediaan individu untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan pendapat atau pikiran pihak lain yang dianggap penting bahwa individu harus atau tidak harus berperilaku. Kontrol perilaku (perceived feasible), yang merupakan dasar bagi pembentukan kontrol perilaku yang dipersepsikan. Kontrol perilaku yang dipersepsikan merupakan persepsi terhadap kekuatan faktorfaktor yang mempermudah atau mempersulit suatu perilaku. Dalam intensi berwirausaha, Linan & Chen (2006) mengembangkan determinan tersebut menjadi 4 poin yaitu professional attraction, social valuation, entrepreneurial capacity, dan entrepreneurial intention.
5
Pada suatu kesempatan, Indarti & Rostiani (2008) mengemukakan faktor-faktor yang memengaruhi intensi berwirausaha yaitu faktor kepribadian, faktor lingkungan dan faktor demografi. Faktor kepribadian meliputi kebutuhan akan prestasi dan efikasi diri. Faktor lingkungan, yang dilihat pada tiga elemen kontekstual: akses kepada modal, informasi dan jaringan sosial; sedangkan faktor demografis meliputi jenis kelamin, umur, latar belakang pendidikan dan pengalaman bekerja. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang memengaruhi intensi berwirausaha dan menjadi sebuah variabel yang penting diteliti karena dalam berwirausaha antara pria dan wanita terdapat perbedaan baik secara fisik maupun psikologis (Kartono, 2006). Menurut Hungu (2007) jenis kelamin (seks) adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Beberapa peneliti juga telah meneliti tentang pengaruh jenis kelamin terhadap intensi berwirausaha (Mazzarol et al., 1999; Kolvereid, 1996; Matthews dan Moser, 1996; Schiller dan Crewson, 1997). Seperti yang sudah diduga, bahwa mahasiswa laki-laki memiliki intensi yang lebih kuat dibandingkan mahasiswa perempuan. Secara umum, sektor wiraswasta adalah sektor yang didominasi oleh kaum laki-laki. Crant (1996) yang meneliti intensi mahasiswa di perguruan
tinggi
wirausaha
yang
menemukan bahwa mahasiswa laki-laki lebih
mempunyai pengaruh
tinggi
dibanding
mempunyai
intensi
mahasiswa perempuan. Jenis kelamin
terhadap intensi wirausaha mengingat adanya perbedaan
pandangan terhadap pekerjaan antara laki-laki dan perempuan. Manson dan Hogg (dalam Wijaya, 2007) mengemukakan bahwa kebanyakan perempuan cenderung sambil lalu dalam memilih pekerjaan dibanding dengan laki-laki. Kaum perempuan menganggap pekerjaan bukanlah hal yang penting. Karena perempuan masih dihadapkan pada tuntutan tradisional yang lebih besar menjadi istri dan ibu
6
rumah tangga. Crant (1996) memandang bahwa pengaruh jenis kelamin terhadap intensi berwirausaha dikarenakan
laki-laki mempunyai sifat yang lebih proaktif
dibanding perempuan. Seseorang yang proaktif akan mudah bergaul, mempunyai banyak relasi, cepat menyesuaikan diri dan fleksibel dalam melihat peluang. Dengan banyaknya relasi yang dijalin, maka lebih banyak informasi bisnis yang diperoleh sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan bisnis (Priyanto, 2007). Di sisi lain penelitian yang dilakukan oleh Indarti & Rostiani (2008) tentang ada tidaknya perbedaan intensi berwirausaha menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan intensi berwirausaha antara mahasiswa laki-laki dan perempuan. Ada beberapa fenomena yang terkait dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa Fakultas Psikologi. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 22 September 2015 di sekitar kantor Fakultas Psikologi UKSW dengan beberapa mahasiswa psikologi, hanya 4 (3 perempuan dan 1 laki-laki) dari 30 orang mahasiswa (17 perempuan dan 13 laki-laki) yang berniat untuk membuka lapangan pekerjaan sendiri setelah lulus nanti. Bisa dilihat bahwa intensi berwirausaha pada mahasiswa perempuan presentasenya lebih banyak di banding mahasiswa laki-laki. Bagi mahasiswa yang memiliki intensi berwirausaha yang rendah, mereka lebih memilih bekerja sesuai dengan bidang ilmu mereka seperti psikolog, konselor, Human Research and Development (HRD), atau pekerjaan lain yang berhubungan dengan relasi manusia. Namun, bagi mahasiswa yang memiliki intensi berwirausaha yang tinggi, mereka lebih memilih untuk menciptakan lapangan kerja seperti home industry sesuai dengan keterampilan yang mereka miliki. Dari 4 mahasiswa yang ingin membuka lapangan pekerjaan sendiri tadi, hanya 1 orang yang berkeinginan untuk membuka jasa psikologi
7
sendiri dan ingin melanjutkan studi untuk bisa mencapai keinginan tersebut. Sisanya ingin membuka usaha di bidang makanan. Pro dan kontra tersebut memperkuat alasan peneliti untuk melakukan penelitian mengenai intensi berwirausaha di tinjau dari jenis kelamin karena jenis kelamin menjadi suatu variabel yang paling penting berkaitan dengan intensi berwirausaha selaras dengan pendapat banyak peneliti (Mazzarol et al., 1999; Kolvereid, 1996; Matthews dan Moser, 1996; Schiller dan Crewson, 1997) dan memiliki dampak terhadap kesuksesan berwirausaha pada mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana terutama Fakultas Psikologi. Penelitian mengenai variabel ini adalah untuk membuktikan apakah hasil dari penelitian tersebut selaras dengan apa yang ada di Fakultas Psikologi UKSW karena setiap kondisi dan situasi memungkinkan untuk mendapatkan hasil yang berbeda dengan berbagai dinamika yang terjadi. Karakterisitik subjek, tempat penelitian, dan organisasi yang berbeda memungkinkan hasil penelitian yang berbeda pula. RUMUSAN MASALAH Apakah ada perbedaan intensi berwirausaha antara mahasiswa laki-laki dan perempuan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) ? HIPOTESIS Ada perbedaan intensi berwirausaha antara mahasiswa laki-laki dan perempuan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan tipe penelitian komparatif . Penelitian komparatif adalah penelitian yang
8
bersifat membandingkan. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini akan dibandingkan intensi berwirausaha antara laki-laki dan perempuan. Variabel Penelitian Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas (X) : jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) 2. Variabel terikat (Y) : intensi berwirausaha Subjek Penelitian Azwar (2012) mendefinisikan populasi sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) semester akhir atau angkatan 2012 dan 2011 yang berjumlah 132 orang. Sampel adalah sebagian dari populasi (Azwar, 2005). Berdasarkan populasi Mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW semester akhir, penulis mengambil sampel dalam penelitian ini berjumlah 50 orang yang disesuaikan dengan pertimbangan waktu dan sumber daya yang ada serta telah memenuhi syarat pengambilan sampel dari populasi terkecil yaitu 30 (Azwar, 2004). Karakteristik sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1.
Mahasiswa aktif Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW).
2.
Mahasiswa Fakultas Psikologi semester akhir atau angkatan 2011 dan 2012.
3.
Mahasiwa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana yang berusia 21-23 tahun.
9
Alat ukur Pengumpulan Data Alat ukur pengumpulan data menggunakan EIQ (Entrepreneurial Intention Questionnaire) dari Linan & Chen (2006) yang di kembangkan dari aspek yang di kemukakan oleh Ajzen. Aspek-aspek yang digunakan dalam alat ukur ini meliputi personal attraction, perceived social norms, self-efficacy and intention. Jumlah aitem pada skala ini adalah 22 aitem dengan alpha Cronbach 0,947. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan try out terpakai dimana subjek yang digunakan dalam try out digunakan sekaligus untuk penelitian. Penelitian ini akan di uji lebih lanjut dengan analisis aitem untuk menguji daya diskriminasi dan reliabilitas aitem. Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan Alfa Cronbach menunjukkan hasil yang memuaskan dengan hasil perhitungan reliabilitas sebesar 0,956. Berdasarkan hasil uji yang diperoleh maka alat ukur yang digunakan dapat dikatakan alat ukur yang reliabel. Dilakukan dua kali pengujian menggunakan program komputer SPSS Statistics 21.0. menunjukkan bahwa ada 1 aitem yang gugur karena mempunyai nilai corrected item total < 0,30 yaitu item 1. Pengujian tersebut mendapatkan hasil bahwa aitem yang tersisa adalah 21 aitem yang dianggap valid dengan item-total correlation bergerak antara 0,449-0,872 dan standar yang digunakan adalah sebesar 0,30 (Azwar, 2012). Reliabilitas yang dihitung dengan Alfa Cronbach sebesar 0,956 yang berarti bahwa alat ukur yang digunakan sangat reliabel. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan penulis dengan pertama-tama memohon surat persetujuan dari dosen pembimbing untuk mengambil data yang ditujukan kepada Falkutas Psikologi UKSW. Penyebaran angket dilakukan pada 19 November 2015.
10
Peneliti menyebarkan 50 angket. Dalam pemilihan subjek peneliti menggunakan teknik accidental sampling yaitu merupakan teknik penentuan sampel secara kebetulan, atau siapa saja yang kebetulan (insidential) bertemu dengan peneliti yang dianggap cocok dengan karakteristik sampel yang ditentukan akan dijadikan sampel (Sugiyono, 2010), maka pada saat mengambil data, penulis mencari subjek sesuai dengan karakteristik yang telah di tentukan sebelumnya. Tehnik Analisis Data Dalam penelitian ini akan dilakukan uji asumsi. Apabila hasil uji asumsi menunjukkan data yang berdistribusi normal serta homogen, maka selanjutnya dilakukan uji-t. Uji-t dilakukan dengan menggunakan SPSS Statistics 21.0 for windows dengan program uji Independent Sample T Test.
HASIL PENELITIAN Uji Asumsi Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh nilai Kolmogorov Smirnov untuk sampel laki-laki sebesar 0,987 hal ini berarti untuk signifikansi pria >0,05 sehingga sampel pria berdistribusi normal. Sedangkan nilai Kolmogorov Smirnov untuk sampel perempuan sebesar 0,495 hal ini berarti untuk signifikansi wanita >0,05 sehingga sampel wanita berdistribusi normal. Melihat hasil nilai Kolmogorov Smirnov untuk laki-laki dan perempuan bersignifikansi >0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kedua jenis sampel sebaran datanya berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat dalam tabel berikut :
11
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Perempuan
Laki-laki
25
25
99,08
112,20
15,976
21,192
Absolute
,099
,197
Positive
,099
,095
Negative
-,093
-,197
Kolmogorov-Smirnov Z
,495
,987
Asymp. Sig. (2-tailed)
,967
,284
N Normal Parameters
Mean
a,b
Std. Deviation
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
Tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji homogenitas dengan metode Levene's Test. Nilai Levene ditunjukkan dengan p value (sig) sebesar 0,448 di mana > 0,05 yang berarti terdapat kesamaan varians antar kelompok atau yang berarti homogen.
Tabel 2. Hasil Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic
df1 ,586
df2 1
Sig. 48
,448
Selanjutnya melalui pendekatan Independent Sample t-test yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan. Hasil perhitungan Uji-t sebesar -2,472 dapat diketahui nilai signifikansinya adalah sebesar 0,017 (p<0,05). Maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya ada perbedaan intensi berwirausaha antara laki-laki dan perempuan.
12
Tabel 3. Hasil Uji-t Independent Samples Test Levene's
t-test for Equality of Means
Test for Equality of Variances F
Sig.
t
df
Sig.
Mean
Std.
95% Confidence Interval of the
(2-
Differ
Error
Difference
tailed) ence
Differe
Lower
Upper
nce Equal
,586
,448
-2,472
48
,017 -13,12000
variance Inten si
-23,79211
-2,44789
-23,81303
-2,42697
5,30783
s assumed
berwi rausa ha
Equal
-2,472 44,
variance
,017 -13,12000
5,30783
62
s not
0
assumed
Berdasarkan
hasil
perhitungan
variabel,
berikut
adalah
kategorisasi
deskriptifnya. Berdasarkan penggolongan tersebut, didapatkan hasil bahwa intensi berwirausaha mahasiswa laki-laki dan perempuan berada pada kategorisasi tinggi. Berikut tabel kategorisasi : Tabel 4.1 Kategorisasi Intensi Berwirausaha Mahasiswa Perempuan NO
Interval
Kategorisasi
Mean
f
%
Sangat Rendah
0
0%
1.
21≤ x < 46,2
2.
46,2≤ x < 71,4
Rendah
2
8%
3.
71,4 ≤ x < 96,6
Sedang
7
28%
4.
96,6 ≤ x < 121,8
Tinggi
15
60%
5.
121,8 ≤ x ≤ 147
Sangat Tinggi
1
4%
25
100%
Jumlah x = skor intensi berwirausaha
99,08
13
Tabel 4.2 Kategorisasi Intensi Berwirausaha Mahasiswa Laki-laki NO
Interval
Kategorisasi
Mean
f
%
Sangat Rendah
1
4%
1.
21≤ x < 46,2
2.
46,2≤ x < 71,4
Rendah
0
0%
3.
71,4 ≤ x < 96,6
Sedang
4
16%
4.
96,6 ≤ x < 121,8
Tinggi
11
44%
5.
121,8 ≤ x ≤147
Sangat Tinggi
9
36%
25
100%
112,2
Jumlah x = skor intensi berwirausaha PEMBAHASAN
Dari uraian hasil penelitian perhitungan Uji-t sebesar -2,472 menunjukkan bahwa signifikansi yang diperoleh sebesar 0,017 (p<0,05). Maka H1 diterima yang berarti bahwa ada perbedaan intensi berwirausaha antara laki-laki dan perempuan. Hal tersebut bisa dipengaruhi oleh beberapa hal seperti faktor-faktor lain seperti faktor kepribadian, faktor lingkungan dan faktor demografi lainnya (Indarti & Rostiani, 2008). Intensi berwirausaha antara mahasiswa perempuan dan laki-laki sama-sama berada pada kategori tinggi. Hasil dari penelitian ini juga mendukung penelitian-penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa intensi berwirausaha mahasiswa laki-laki lebih kuat di banding mahasiswa perempuan (Mazzarol et al., 1999; Kolvereid, 1996; Matthews dan Moser, 1996; Schiller dan Crewson, 1997) . Secara umum, sektor wiraswasta adalah sektor yang didominasi oleh kaum laki-laki.
Alma
(2009),
menjelaskan
perbedaan-
perbedaan laki-laki dan perempuan dalam berwirausaha. Perbedaan tersebut antara lain dapat dilihat dari motivasi, dan karakteristik kepribadian. Perempuan untuk
14
berwirausaha dimotivasi oleh keinginan akan prestasi dan adanya frustasi dalam pekerjaan
sebelumnya.
Dia merasa
terkekang
tidak
dapat
menampilkan
kebolehannya dan mengembangkan bakat-bakat yang ada pada dirinya. Hal ini bisa saja menjadi pertimbangkan mahasiswa perempuan Fakultas Psikologi UKSW dalam memilih suatu pekerjaan. Subjek mahasiswa dalam penelitian ini semuanya belum bekerja. Mereka mungkin saja ingin mencoba bekerja sebagai pegawai, ketika bekerja sebagai pegawai dirasakan menghambat ruang gerak mereka barulah mereka memutuskan untuk berwirausaha. Lebih lanjut penelitian yang dilakukan oleh Manson dan Hogg (dalam Wijaya, 2007) yang mengemukakan bahwa kebanyakan perempuan cenderung sambil lalu dalam memilih pekerjaan dibanding dengan laki-laki. Kaum perempuan menganggap pekerjaan bukanlah hal yang penting. Karena perempuan masih dihadapkan pada tuntutan tradisional yang lebih besar menjadi istri dan ibu rumah tangga. Akan tetapi hasil penelitian ini bertentangan dengan Indarti & Rostiani (2008) juga yang menemukan hal yang berbeda bahwa tidak ada perbedaan intensi berwirausaha antara laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian tersebut berbeda bisa saja dikarenakan penelitian dilakukan di 3 negara dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja yang berbeda-beda. Selain itu usia yang dijadikan sampel juga bervariasi dari yang berumur kurang dari 25 sampai lebih dari 25 tahun. Sedangkan dalam penelitian ini sampel yang digunakan memiliki latar belakang pendidikan yang sama yaitu psikologi dan pengalaman kerja yang minim karena masih disibukkan dengan tugas perkuliahan serta skripsi. Usia sampel dalam penelitian ini juga di kontrol yaitu 21-23 tahun yang merupakan usia mahasiswa semester akhir yang akan lulus.
15
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini terdapat perbedaan intensi berwirausaha antara mahasiswa laki-laki dan perempuan. Mahasiswa laki-laki memiliki intensi yang lebih kuat dibanding mahasiswa perempuan mungkin dikarenakan mahasiswa perempuan kurang mempunyai motivasi untuk berprestasi dalam hal berwirausaha serta keinginan untuk mencoba bekerja di kantor atau perusahaan sebagai pegawai. Selain itu mereka juga masih dihadapkan pada tuntutan tradisional sebagai ibu rumah tangga yang mengurus kebutuhan rumah tangga di rumah. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil penelitian sebagai berikut : 1.
Dari hasil perhitungan Uji-t, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya ada perbedaan intensi berwirausaha antara mahasiswa laki-laki dan perempuan. Dilihat dari nilai rata-rata menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki memiliki intensi berwirausaha yang lebih tinggi di banding mahasiswa perempuan.
2.
Di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana mahasiswa perempuan maupun laki-laki memiliki intensi berwirausaha pada kategori tinggi.
SARAN 1.
Bagi Subjek Penelitian a. Bagi
mahasiswa
Fakultas
Psikologi
terutama
perempuan
dapat
meningkatkan intensi berwirausaha dengan cara mencari informasi dari sumber lain selain melalui perkuliahan yang memang pada dasarnya minim pembahasan tentang kewirausahaan. Sedangkan bagi mahasiswa laki-laki yang memiliki intensi berwirausaha yang lebih tinggi diharapkan dapat merealisasikannya dengan membuka usaha-usaha baru.
16
b. Bagi pemerintah, pengadaaan progam kewirausahaan dapat di pantau lagi pelaksaannya sehingga bisa dipastikan semua perguruan tinggi atau universitas di Indonesia
mengadakan progam tersebut. Sasaran utama
terhadap mahasiswa perempuan yang intensi berwirausahanya masih kurang. 2.
Bagi penelitian selanjutnya : a.
Penelitian ini berfokus pada intensi berwirausaha dan jenis kelamin. Faktorfaktor lain yang memengaruhi intensi berwirausaha dapat lebih diperhatikan untuk penelitian yang berikutnya. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor kepribadian, faktor lingkungan dan faktor demografi. Faktor kepribadian meliputi kebutuhan akan prestasi dan efikasi diri. Faktor lingkungan, yang dilihat pada tiga elemen kontekstual: akses kepada modal, informasi dan jaringan sosial; sedangkan faktor demografis selain jenis kelamin ada usia, latar belakang pendidikan dan pengalaman bekerja.
b.
Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian tentang intensi berwirausaha dapat lebih diperluas, bukan hanya mahasiswa Falkutas Psikologi saja tapi juga fakultas-fakultas yang lain serta sampel yang di ambil di perbanyak lagi.
17
DAFTAR PUSTAKA Alma, Buchari. (2011). Kewirausahaan. Alfa Beta: Bandung. Azwar, S. (2004). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2005). Metodologi penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan validitas ed. ke-4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Badan Pusat Statistik,2015. Retrieved from Berita Resmi Statistik website: http://www.bps.go.id/brs/view/id/1139. Choo, S., & Wong, M. (2006). Entrepreneurial intention: Triggers and barriers to new venture creations in Singapore. Singapore Management Review 28 (2): 47-64. Ciputra. (2009).Ciputra quantum leap enterpreneurship: Mengubah masa depan bangsa dan masa depan anda. Jakarta: Elex Media Komputindo. Crant, J M. (1996).The proactive personality scale as a predictor of entrepreneurial intentions. Journal of Small Business Management 34 (3). Dharmawan. (2014). Implementasi pendidikan karakter bangsa pada mahasiswa di perguruan tinggi. Ejournal, 1-13. Hungu. (2007). Demografi kesehatan Indonesia. Jakarta : Penerbit Grasindo. Indarti, N. & Rostiani, R. (2008). Intensi kewirausahaan mahasiswa: Studi perbandingan antara Indonesia, Jepang dan Norwegia. Jurnal Ekonomika dan Bisnis Indonesia, 23. Kartono, K. (2006). Psikologi Wanita : Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa : Jilid 1.Bandung : Mandar Maju. Katz, J., dan Gartner, W. (1988). Properties of emerging organizations. Academy of Management Review 13 (3): 429-441. Kautonen, T. & Luoto, S. (2008). Entreprenerial intention in the third age: the impact of career history. Finland. Retrieved from http://www.swinburne.edu.au/lib/ir/online conferen ces/agse2008/000020.pdf Kolvereid, L. (1996). Prediction of employment status Entrepreneurship Theory and Practice 21 (1): 47-57.
choice
intentions.
Krueger, N. F. & Carsrud ,A. L..(1993). Entrepreneurial intentions: Applying the theory of planned behavior. Entrepreneurship & Regional Development 5 (4): 315-330. Lee, S.H. & Wong, P.K. (2004). An exploratory study of technopreneurial intentions: A career anchor perspective. Journal of Business Venturing, 19 (1): 7-28.
18
Linan, F & Chen, Y. (2006). Testing the entrepreneurial intention model on a twocountry sample. Universitat Autònoma de Barcelona : Departament d'Economia de l'Empresa. Mathews, C. H. dan Moser, S. B. (1996). A longitudinal investigation of the impact of family background and gender on interest in small firm ownership. Journal of Small Business Management 34 (2): 29-43. Mazzarol, T., et al. (1999). Factors influencing small business start-ups. International Journal of Entrepreneurial Behaviour and Research 5 (2): 48-63. Priyanto, E. (2007). Pengaruh Kualitas Produk terhadap Loyalitas Pelanggan Frestea.Skripsi Sarjana Pendidikan UPI.Bandung Riyanti, B.P.D. (2003). Kewirausahaan Dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Jakarta : Grasindo. Schiller, B.R., & Crewson, P. E. (1997). Entrepreneurial origins: a longitudinal inquiry. Economic Inquiry 35 (3): 523–531. Sitepu, E.K. (2008). Analisis faktor – faktor yang menghambat women entrepreneur dalam berwirausaha (Studi kasus pada wanita pengusaha salon di jalan Sei Mencirim Medan). Skripsi. USU: Medan. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Watts, G.W. (2000). Psychologist-entrepreneurs: Roles, roll-Ups, and rolodexes. The Psychologist-Manager Journal 4 (1): 79-90. Widaryanti. (2013). Intensi Kewirausahaan Mahasiswa. Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis 10 (2). Wijaya, T. (2007).Hubungan Adversity Intelligence dengan Intensi Berwirausaha. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan 9 (2): 117-127