HUBUNGAN SELF-EFFICACY AKADEMIK TERHADAP MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PERILAKU MENYONTEK SISWA SMA N 2 WONOGIRI
OLEH
TWESTYANA PUJI ISMANTO 80 2010 051
TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014
HUBUNGAN SELF-EFFICACY AKADEMIK TERHADAP MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PERILAKU MENYONTEK SISWA SMA N 2 WONOGIRI
Twestyana Puji Ismanto Berta Esti Ari Prasetya Enjang Wahyuningrum
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara self-efficacy akademik dalam mata pelajaran matematika pada siswa SMA N 2 Wonogiri dengan perilaku menyontek. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang negatif signifikan antara self-efficacy akademik terhadap mata pelajaran matematika dengan perilaku menyontek siswa SMA N 2 Wonogiri. Penelitian ini dilakukan SMA N 2 Wonogiri. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 88 siswa. Variabel self-efficacy akademik dalam mata pelajaran matematika pada siswa SMA N 2 Wonogiri diukur dengan menggunakan adaptasi dari Self-Efficacy in Mathematics Questionaire milik McCutcheon (2008) berjumlah 20 item dan variabel perilaku menyontek diusun sendiri oleh peneliti berdasarkan bentuk – bentuk perilaku menyontek menurut Finn & Frone (2004) yang berjumlah 20 item. Data analisis menggunakan teknik analisis Product Moment Pearson. Koefisien korelasi yang diperoleh sebesar -0,293 dengan signifikansi sebesar 0,003 (p<0,005) sehingga kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif signifikan antara self-efficacy akademik terhadap mata pelajaran matematika dengan perilaku menyontek siswa SMA N 2 Wonogiri. Kata kunci: Self-Efficacy Akademik dalam Mata Pelajaran Matematika, Perilaku Menyontek
i
ABSTRACT The purpose of this research is to know te relation between academic self-efficacy in mathematic with cheating behaviour. Hypothesis advanced by this research is that there is a negative connection between academic self-efficacy in mathematic with cheating behaviour students of SMA N 2 Wonogiri. The study is done in SMA N 2 Wonogiri. A subject in this research is totaled 88 students. Variable academic self-efficacy in mathematic was adapted from Self-Efficacy in Mathematics Questionaire from McCutcheon (2008) totaled 20 items and variable cheating behaviour was made by researcher according to the type of cheating from Finn & Frone (2004) totaled 20 items. Analyzed data used technique analysis pearson product momen. A correlation coefficient received is -0,293 with significance of 0,003 (p<0,005) so the obtained conclusions of research shows there is a significant negative relationship between academic self-efficacy in mathematic with cheating behaviour students of SMA N 2 Wonogiri. Keywords : academic self-efficacy in mathematic, cheating behaviour
ii
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Matematika adalah pelajaran yang menuntut bakat dan kemampuan alamiah (Tamsil, Aditomo, & Tjahyono, 2009). Hal yang hampir serupa juga tertuang dalam kompetensi inti mata pelajaran matematika untuk jenjang SMA/K kurikulum 2013, yaitu siswa mampu mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan (Kemendikbud, 2013). Hal tersebut menyiratkan secara jelas bahwa tujuan pembelajaran matematika menekankan pada kemampuan berpikir yang harus dimiliki siswa. Hadi (dalam Nilah, 2013) menyatakan bahwa salah satu alasan utama diberikan matematika kepada siswasiswi di sekolah adalah untuk memberikan kepada individu pengetahuan yang dapat membantu mereka mengatasi berbagai hal dalam kehidupan seperti pendidikan, pekerjaan, kehidupan pribadi, kehidupan sosial, dan kehidupan sebagai warga negara. Schab (dalam Anderman,1998) menemukan bahwa perilaku menyontek banyak terjadi pada pelajaran ilmu pengetahuan dan matematika. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Love et al. (dalam Dody, 2012) membuktikan bahwa perilaku menyontek terjadi hampir di semua tingkatan usia. Salah satu kasus yang terjadi di Indonesia terjadi di Surabaya pada tahun 2011 dimana seorang siswa SD Negeri Gadel 2 diminta oleh gurunya untuk menyebarkan jawabannya kepada seluruh temannya. Berdasarkan hasil wawancara yang berkaitan dengan pelajaran matematika, delapan siswa SMAN 2 Wonogiri menjadi responden pada hari Senin, 17 Februari 2014 di kos. Peneliti mendapat hasil bahwa ternyata siswa SMAN 2 Wonogiri melakukan perilaku menyontek ketika pelajaran matematika saat mengerjakan tugas
2
maupun ulangan kepada teman,
matematika yang diberikan oleh gurunya dalam bentuk bertanya serta mencatat hasil pekerjaan teman. Menyontek sendiri memiliki
dampak yang kurang baik bagi siswa seperti tidak mandiri, mudah putus asa, gampang ditipu atau dibohongi orang lain (http://guru.sman1-mgl.sch.id/suryahandayana/?p=82). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat (Departemen Pendidikan Nasional, 2004) menyontek yang berasal dari kata “sontek” adalah mengutip, menjiplak tulisan sebagaimana aslinya. Dody (2012) menyebutkan bahwa menyontek dalam perspektif psikologi dapat digambarkan sebagai fenomena yang terkait masalah belajar, perkembangan dan motivasi. Menurut Anderman dan Murdock (dalam Dody, 2012) beberapa siswa menyontek karena mereka sangat fokus pada nilai atau rangking di kelas, yang lain menyontek karena mereka sangat takut pada kesan yang diberikan oleh teman sebaya mereka pada dirinya yakni dianggap bodoh dan dijauhi. Sering kali self-efficacy dikaitkan dengan perilaku menyontek seseorang. Pajares
& Sunch (dalam Giatno, 2003) menyebutkan bahwa kebutuhan seseorang
dalam menempuh pendidikan terkait dengan self-efficacy dimana seseorang dengan selfefficacy tinggi akan menjadi penentu keberhasilan seseorang dalam menjalankan tugas sehingga kebutuhan seseorang dalam menempuh pendidikan juga terkait dengan selfefficacy. Disebutkan ada beberapa penyebab terjadinya perilaku menyontek antara lain adalah prokrastinasi dan self-efficacy, kecemasan yang berlebihan, motivasi belajar dan berprestasi, keterikatan pada kelompok, keinginan akan nilai tinggi, pikiran negatif, harga diri dan kendali diri serta perilaku impulsive dan cari perhatian (Dody, 2012). Berdasarkan faktor-faktor yang telah dipaparkan, disebutkan bahwa self-efficacy merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku menyontek.
3
Bandura (dalam Freidman& Schustack, 2008) mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan (harapan) tentang seberapa jauh seseorang mampu melakukan satu perilaku dalam suatu situasi tertentu. Menurut Bandura, konsep self-efficacy adalah keyakinan bahwa kita mampu melakukan suatu perilaku dengan baik sehingga selfefficacy ini akan menentukan apakah kita akan menunjukkan perilaku tertentu, sekuat apa kita dapat bertahan saat menghadapi kesulitan atau kegagalan, dan bagaimana kesuksesan atau kegagalan dalam tugas tertentu mempengaruhi perilaku di masa depan. Bandura (dalam Giatno, 2003) menyebutkan ciri – ciri seseorang dengan selfefficacy yang rendah antara lain : (1) menghindari tugas yang sulit, (2) pasif , (3) membangun aspirasi yang lemah dan komitmen yang rendah, (4) fokus hanya pada kekurangan pribadi, (5) tidak mau berusaha, (6) tidak bersemangat karena kegagalan di masa lalu, (8) selalu cemas, stress, dan depresi, (9) selalu membuat alasan atas kegagalan tersebut. Sedangkan ciri – ciri seseorang dengan self-efficacy tinggi antara lain : (1) aktif dalam menyelesaikan kemungkinan, (2) selalu menentukan tujuan melalui penetapan standar dengan merencanakan persiapan dan pelaksanaan terhadap segala bentuk kegiatannya, (3) berusaha keras, teguh, (4) kreatif dalam memecahkan masalah, (5) belajar dari pengalaman terdahulu, (6) selalu membangun kesuksesan dan stress rendah. Siswa –siswi yang memiliki self-efficacy akademik rendah akan memiliki peluang untuk menyontek, karena rendah atau tidak adanya keyakinan dalam diri untuk mampu menyelesaikan tugas yang dihadapinya. Dalam hal ini tugas tersebut berkaitan dengan mata pelajaran matematika. Hubungan antara self-efficacy (keyakinan diri) dengan perilaku menyontek diungkapkan oleh Murdock, Hale, dan Weber dalam Dody (2012) yang menemukan bahwa keyakinan diri rendah yang dimiliki pelajar di sekolah menengah atas menjadi salah satu indikasi munculnya perilaku menyontek. Selain itu,
4
penelitian Endang (2010) juga menemukan bahwa self-efficacy memiliki korelasi negatif yang signifikan dengan perilaku menyontek pada mahasiswa, sehingga semakin tinggi self-efficacy mahasiswa maka semakin rendah perilaku menconteknya. Ditambah lagi hasil penelitian Finn dan frone (2004) menunjukkan bahwa remaja yang tampil dengan baik di sekolah dan memiliki self-efficacy akademik yang tinggi, kurang suka menyontek dibandingkan remaja dengan self-efficacy akademik yang rendah. SMA N 2 Wonogiri merupakan sebuah sekolah yang terletak di Wonokarto, Wonogiri. Sekolah tersebut memiliki prestasi yang baik, perlombaan – perlombaan baik di bidang akademik ataupun non akademik pun pernah diraih oleh siswa-siswinya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan delapan siswanya pada hari senin, 17 Februari 2014, siswa-siswi tersebut masing-masing terdiri dari kelas X, XI, dan XII mengaku pernah menyontek pada mata pelajaran matematika. Bentuk perilaku yang muncul adalah dengan memberi jawaban kepada teman pada saat ulangan ataupun mengerjakan tugas, membawa catatan saat ulangan, dan menanyakan jawaban kepada teman. Bahkan salah seorang diantaranya menyebutkan bahwa perilaku menyontek ini merupakan suatu budaya sehingga siswa tidak dapat memaksimalkan kemampuan akademiknya pada saat mengerjakan tugas maupun soal ulangan yang diberikan. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk membuat sebuah penelitian dengan judul “Hubungan Self-Efficacy Akademik Terhadap Mata Pelajaran Matematika Dengan Perilaku Menyontek Siswa SMA N 2 Wonogiri”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi hubungan negatif antara self-efficacy akademik terhadap mata pelajaran matematika dengan perilaku menyontek pada siswa SMA N 2 Wonogiri. Manfaat penelitian ini yaitu penelitian ini diharapkan dapat memberikan
5
kontribusi bagi psikologi khususnya di dunia pendidikan yang berkaitan dengan selfefficacy akademik. TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Menyontek Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat (Departemen Pendidikan Nasional, 2004) menyontek yang berasal dari kata “sontek” adalah mengutip, menjiplak tulisan sebagaimana aslinya. Selain itu,
Bower, 1961 (dalam
Mujahidah, 2009) mendefinisikan menyontek sebagai perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis. Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa perilaku menyontek merupakan perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah seperti mengutip, serta menjiplak pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya untuk tujuan mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis. Bentuk – bentuk Perilaku Menyontek Menurut Finn & Frone (2004) bentuk – bentuk perilaku menyontek meliputi: a.
Menggunakan catatan jawaban sewaktu ujian
b.
Menyontek jawaban dari siswa lain
c.
Memberikan jawaban yang telah selesai kepada teman
d.
Plagiarisme (penjiplakan).
Keempat bentuk perilaku menyontek tersebut akan digunakan sebagai alat ukur untuk mengukur perilaku menyontek.
6
Faktor – faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Perilaku Menyontek Mujahidah (2009) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek dan dibagi dalam tiga kategori, yaitu (1) faktor situasional (tekanan untuk mendapat nilai tinggi, kontrol/ pengawasan selama ujian, kurikulum, pengaruh teman sebaya, ketidaksiapan mengikuti ujian, iklim akademis di institusi pendidikan), (2) faktor personal( kurang percaya diri, self-esteem dan need approval, ketakutan terhadap kegagalan, kompetisi dalam memperoleh nilai dan peringkat akademis, self-efficacy), (3) faktor demografi (jenis kelamin, usia, nilai, moralitas, riwayat pendidikan sebelumnya, jurusan). Dody (2012) menyebutkan beberapa penyebab terjadinya perilaku menyontek pada siswa, yaitu: prokrastinasi dan self efficacy, kecemasan yang berlebihan, motivasi belajar dan berprestasi, keterikatan pada kelompok, keinginan akan nilai tinggi, pikiran negatif, harga diri dan kendali diri, perilaku impulsive dan cari perhatian. Self-Efficacy Akademik Terhadap Mata Pelajaran Matematika Bandura (dalam Freidman& schustack, 2008) mendefinisikan self-efficacy merupakan keyakinan (harapan) tentang seberapa jauh seseorang mampu melakukan satu perilaku dalam suatu situasi tertentu. Terkait dengan bidang akademik, Baron dan Byrne (dalam Aswendo, 2010) mengungkapkan bahwa self-efficacy akademik dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang bahwa dirinya mampu untuk melakukan tugas akademik yang diberikan dan menandakan level kemampuan dirinya. Moeliono dalam Widiyanti (2007) mengartikan matematika sebagai ilmu tentang bilangan – bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai bilangan. Dari definisi tersebut,
7
matematika merupakan salah satu pelajaran yang memerlukan kemampuan lebih yang berkaitan dengan bilangan. Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa self-efficacy akademik terhadap pelajaran matematika adalah keyakinan (harapan) tentang seberapa jauh seseorang mampu untuk melakukan tugas akademik yang diberikan berkaitan dengan matematika/ ilmu tentang bilangan. Domain Self-Efficacy Akademik Terhadap Mata Pelajaran Matematika Domain/area nantinya akan digunakan oleh peneliti untuk mengukur selfefficacy akademik terhadap pelajaran matematika. Menurut Mc Cutcheon (2008) dimensi domain psikologis untuk mengukur self-efficacy terhadap pelajaran matematika adalah: a.
Affective Dimensi affective meliputi keyakinan sisa tentang diri sendiri dan kapasitas mereka untuk belajar matematika, harga diri mereka dan status mereka dianggap sebagai peserta didik ; keyakinan mereka tentang sifat pemahaman matematika; dan potensi mereka untuk berhasil dalam pelajaran matematika (Tanner & Jones, dalam McCutcheon, 2008).
b.
Cognitive Dimensi cognitive meliputi kesadaran siswa tentang pengetahuan matematika mereka sendiri; kekuatan dan kelemahan mereka; dan perkembangan pemahaman terhadap pelajaran matematika (Tanner & Jones, dalam McCutcheon, 2008). Kognisi mengacu pada proses untuk mengetahui dan memahami; proses penyimpanan, pengolahan, dan mengambil informasi (McCutcheon, 2008).
8
c.
conative Dimensi conative mengacu pada tindakan berjuang, memfokuskan perhatian dan energi, dan tindakan tujuan. Dimensi conative meliputi niat siswa dan disposisi untuk belajar, pendekatan mereka untuk memonitor pembelajaran mereka sendiri dan penilaian diri (McCutcheon, 2008). Conative termasuk disposisi siswa untuk berusaha dalam belajar dan memanfaatkan strategi yang mendukung pembelajaran mereka. Ini termasuk kecenderungan untuk merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi pekerjaan mereka dan kecenderungan mereka untuk kesadaran dan refleksi (McCutcheon, 2008). Ketiga domain yang telah dipaparkan diatas yaitu affective, cognitive, dan
conative akan digunakan peneliti sebagai alat ukur untuk mengukur self- efficacy terhadap pelajaran matematika. Hubungan antara Self-Efficacy Akademik terhadap Mata Pelajaran Matematika dengan Perilaku menyontek Perilaku menyontek yang terjadi di dalam lingkup pendidikan sering kali dikaitkan dengan self- efficacy. Bandura dkk dalam Ormrod (2008) mengungkapkan bahwa hal tersebut terjadi karena self- efficacy yang ada dalam diri siswa mempengaruhi pilihan aktivitas mereka, tujuan mereka, dan usaha serta persistensi mereka dalam aktivitas di dalam kelas. Perilaku menyontek yang dilakukan baik dalam bentuk melihat jawaban teman, membawa catatan pada saat ujian, atau bahkan menggunakan alat bantu seperti handphone ataupun kalkulator pada saat ujian sedang berlangsung menunjukkan bahwa siswa – siswi yang melakukan hal tersebut tidak menggunakan kemampuan yang dimiliki dengan maksimal. Anderman,E. M., Griesinger, T., dan Westerfield,G. (1998) menjelaskan bahwa menyontek merupakan hal yang biasa di kalangan remaja SMA
9
karena siswa sekolah lanjutan lebih berfokus pada peringkat dan performa dibandingkan dengan siswa sekolah dasar. Penelitian yang dilakukan oleh Finn & Frone (2004) menunjukkan bahwa individu dengan self-efficacy tinggi akan lebih memilih tugas yang menantang dan bertahan lama dalam menghadapi setiap hambatan serta akan lebih berusaha keras untuk mencapai sebuah keberhasilan akademik, itu artinya siswa dengan self-efficacy tinggi lebih memilih menyelesaikan tugas akademik dengan menggunakan kemampuan yang dimilikinya daripada melakukan perilaku menyontek. Sedangkan individu dengan Selfefficacy akademik rendah akan mendorong siswa untuk menyontek, karena hal ini berpengaruh pada rendahnya motivasi untuk giat belajar dan mengerjakan tugas sehingga membuat siswa melakukan tidakan yang bersifat negatif seperti halnya menyontek. Adapula Endang (2010) juga menemukan bahwa self-efficacy memiliki korelasi negatif yang signifikan dengan perilaku menyontek pada mahasiswa, sehingga semakin tinggi self-efficacy mahasiswa maka semakin rendah perilaku menconteknya. Dari paparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan antara selfefficacy dengan perilaku menyontek merupakan masalah yang menarik untuk dikaji lebih lanjut, namun dalam hal pendidikan penulis melihat bahwa belum adanya penelitian yang berkaitan dengan hal tersebut dilakukan di SMA N 2 Wonogiri. inilah yang mendasari penulis melakukan penelitian mengenai hubungan antara self-efficacy akademik dengan perilaku menyontek siswa SMA N 2 Wonogiri.
10
Hipotesis 1.
Hipotesis Empirik Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang negatif signifikan antara self-efficacy akademik terhadap pelajaran matematika dengan perilaku menyontek siswa SMA N 2 Wonogiri. Hal ini berarti semakin tinggi selfefficacy akademik terhadap pelajaran matematika maka semakin rendah perilaku menyontek yang terjadi pada siswa, dan sebaliknya. Semakin rendah self -efficacy akademik terhadap pelajaran matematika yang dimiliki maka semakin tinggi perilaku menyontek yang terjadi pada siswa.
2.
Hipotesis statistik Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah : H0 : rxy ≥0 Tidak ada hubungan negatif yang signifikan antara self-efficacy akademik terhadap pelajaran matematika dengan perilaku menyontek siswa SMA N 2 Wonogiri. H1 : rxy <0 Ada hubungan negatif yang signifikan antara self-efficacy akademik terhadap pelajaran matematika dengan perilaku menyontek siswa SMA N 2 Wonogiri.
METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu self-efficacy akademik terhadap pelajaran matematika dan perilaku menyontek. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional, yaitu penelitian yang menghubungkan antara dua variabel atau lebih (Azwar, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa – siswi kelas XII SMA N 2 Wonogiri dari semua jurusan yang ada yaitu IPA, IPS, dan Bahasa yang berjumlah 383 siswa sedangkan sampel yang digunakan diambil masing – masing
11
satu kelas dari tiap – tiap jurusan terdiri dari kelas XII IPA 3 berjumlah 32 orang, kelas XII IPS 4 berjumlah 36 orang, dan kelas XII Bahasa yang berjumlah 20 orang. Total keseluruhan sampel adalah 88 orang. Pemilihan kelas dilakukan secara insidental berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika di SMA N 2 Wonogiri, berkaitan dengan kelas yang siswanya menunjukkan perilaku menyontek. Penelitian ini menggunakan dua alat ukur, yaitu : a.
Skala Self-Efficacy Akademik terhadap Pelajaran Matematika Skala pengukuran self-efficacy akademik terhadap pelajaran matematika disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan domain affective, cognitive, dan conative yang diadopsi dari Self-Efficacy in Mathematics Questionaire milik McCutcheon (2008). Skala tersebut tersusun dalam 20 item dan pernyataan didalamnya terbagi menjadi dua bentuk yaitu favourable (bersifat positif) dan unfavourable (bersifat negatif). Adapun bentuk penilaian untuk item favourable sebagai berikut: nilai 4 diberikan untuk jawaban Sangat Setuju, nilai 3 diberikan untuk jawaban Setuju, nilai 2 diberikan untuk jawaban Tidak Setuju dan nilai 1 diberikan untuk jawaban Sangat Tidak Setuju. Sedangkan untuk penilaian item unfavourable adalah sebagai berikut: nilai 1 diberikan untuk jawaban Sangat Setuju, nilai 2 diberikan untuk jawaban Setuju, nilai 3 diberikan untuk jawaban Tidak Setuju dan nilai 4 diberikan untuk jawaban Sangat Tidak Setuju. Semakin tinggi skor yang diperoleh pada skala self-efficacy akademik terhadap pelajaran matematika menunjukkan semakin tinggi skala self-efficacy akademik terhadap pelajaran matematika yang dimiliki. Salah satu contoh item dari skala self-efficacy akademik terhadap pelajaran matematika untuk domain affective adalah saya belajar bersungguh-sungguh supaya saya dapat menyelesaikan soal
12
matematika dengan baik. Salah satu contoh item dari skala self-efficacy akademik terhadap pelajaran matematika untuk domain cognitive adalah jika saya dapat menyelesaikan soal matematika dengan baik, itu karena soalnya mudah. Salah satu contoh item dari skala self-efficacy akademik terhadap pelajaran matematika untuk domain conative adalah saya pastikan saya paham dengan kesalahan saya ketika mengerjakan soal matematika. Tryout terpakai digunakan untuk menguji daya beda antar item dan reliabilitas skala, dan menghasilkan 15 item yang memenuhi syarat dengan nilai reliabilitas 0,287 sampai 0,887. Penentuan – penentuan item valid menggunakan ketentuan dari Azwar (2012) yang menyatakan bahwa item pada skala pengukuran dapat dikatakan valid apabila ≥0,250, hal tersebut berarti semua data dikatakan valid. Adapun nilai Alpha’s Cronbach yang diperoleh sebesar 0,926. b.
Skala Perilaku Menyontek Skala pengukuran perilaku menyontek dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan bentuk – bentuk perilaku menyontek yang diungkapkan oleh Finn & Frone (2004) yang meliputi menggunakan catatan jawaban sewaktu ujian, menyontek jawaban dari siswa lain, memberikan jawaban yang telah selesai kepada teman, plagiarisme (penjiplakan). Skala ini berisi 20 pernyataan yang mengungkap perilaku menyontek dengan memilih satu dari empat pilihan jawaban yaitu (SS) Sangat Setuju, (S) Setuju, (TS) Tidak Setuju, dan (STS) Sangat Tidak Setuju. Bentuk skala ini adalah favourable (bersifat positif) sehingga penilaiannya sebagai berikut: nilai 4 diberikan untuk jawaban Sangat Setuju, nilai 3 diberikan untuk jawaban Setuju, nilai 2 diberikan untuk jawaban Tidak Setuju dan nilai 1 diberikan untuk jawaban Sangat Tidak Setuju.
13
Semakin tinggi skor yang diperoleh pada skala perilaku menyontek menunjukkan semakin tinggi perilaku menyontek yang dilakukan. Salah satu contoh item dari perilaku menyontek dari bentuk menggunakan catatan jawaban sewaktu ujian adalah saya membuat dan membawa catatan kecil ketika tes matematika. Salah satu contoh item dari perilaku menyontek dalam bentuk menyontek jawaban dari siswa lain adalah saya menggunakan kode tertentu untuk melakukan tanya jawab kepada teman ketika tes matematika sedang berlangsung. Salah satu contoh item dari perilaku menyontek dalam bentuk memberikan jawaban yang telah selesai kepada teman adalah saya bersedia untuk memberikan hasil pekerjaan saya yang telah selesai kepada teman saat mengerjakan tes matematika. Salah satu contoh item dari perilaku menyontek dalam bentuk plagiarisme (penjiplakan) adalah saya menyalin tugas teman saya tanpa memberi tahu teman yang bersangkutan. Tryout terpakai digunakan untuk menguji daya beda antar item dan reliabilitas skala, dan menghasilkan 20 item yang memenuhi syarat dengan nilai reliabilitas 0,273 sampai 0,651. Penentuan – penentuan item valid menggunakan ketentuan dari Azwar (2012) yang menyatakan bahwa item pada skala pengukuran dapat dikatakan valid apabila ≥0,250, hal tersebut berarti semua data dikatakan valid. Adapun nilai Alpha’s Cronbach yang diperoleh sebesar 0,876. HASIL PENELITIAN Analisis deskriptif dalam penelitian ini menggunakan tabel descriptive statistic dalam SPSS for Windows 16.0. pada variabel self-efficacy akademik terhadap pelajaran matematika skor terendah yang diperoleh adalah 20 dan skor paling tinggi adalah 59, rata – ratanya adalah 42,06 dengan standar deviasi 9,244. Sedangkan pada variabel
14
perilaku menyontek skor terendah yang diperoleh adalah 32 dan skor paling tinggi adalah 69, rata – ratanya adalah 50,85 dengan standar deviasi 7,279. Berdasarkan norma kategorisasi hasil pengukuran skala
self-efficacy akademik
terhadap pelajaran matematika dapat dilihat bahwa 15 subjek berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 17,04%, 33 subjek pada kategori tinggi sebanyak 37,5%, 20 subjek pada kategori sedang sebanyak 22,73%, 15 subjek pada kategori rendah sebanyak 17,04 %, dan 5 subjek pada kategori sangat rendah sebanyak 5,69%. Tabel Pengukuran Kategorisasi Self-Efficacy Akademik terhadap Pelajaran Matematika No
Interval
Kategori
Mean
N
Presentase
1
51 ≤ x ≤ 60
Sangat tinggi
15
17,04%
2
42 ≤ x < 51
Tinggi
33
37,5%
3
33 ≤ x < 42
Sedang
20
22,73%
4
24 ≤ x < 33
Rendah
15
17,04%
5
15 ≤ x < 24
Sangat rendah
5
5,69%
88
100%
42,06
Jumlah SD = 9,244
Min = 20
Max = 59
Keterangan x = self-efficacy akademik terhadap pelajaran matematika Sedangkan norma kategorisasi hasil pengukuran skala
perilaku menyontek
dapat dilihat bahwa 1 subjek berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 1,14%, 16 subjek pada kategori tinggi sebanyak 18,18%, 54 subjek pada kategori
15
sedang sebanyak 61,36%, 16 subjek pada kategori rendah sebanyak 18,18%, dan 1 subjek pada kategori sangat rendah sebanyak 1,14%. Tabel Pengukuran Kategorisasi Perilaku Menyontek No
Interval
Kategori
1
68 ≤ x ≤ 80
2
Mean
N
Presentase
Sangat tinggi
1
1,14%
56 ≤ x < 68
Tinggi
16
18,18%
3
44 ≤ x < 56
Sedang
54
61,36%
4
32 ≤ x < 44
Rendah
16
18,18%
5
20 ≤ x < 32
Sangat rendah
1
1,14%
88
100%
50,85
Jumlah SD = 7,279
Min = 32
Max = 69
Keterangan y = perilaku menyontek Uji Asumsi Metode Kolmogorov Smirnov Test dalam SPSS for Windows 16.0 digunakan untuk melakukan uji normalitas data. Diketahui pada variabel self-efficacy akademik terhadap pelajaran matematika memiliki koefisien normalitas sebesar 0,958 (p> 0,05) dengan demikian distribusi data variabel self-efficacy akademik terhadap pelajaran matematika adalah normal, sedangkan untuk variabel perilaku menyontek memiliki koefisien normalitas sebesar 1,014 (p> 0,05), hal ini berarti variabel perilaku menyontek bahwa berada pada distribusi normal.
16
Uji linearitas dapat dilihat pada output ANOVA Table. Dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada Linearity sebesar 0,008, karena signifikansi kurang dari 0,05 (0,008 < 0,05) dan juga hasil signifikansi pada Deviation from Linearity sebesar 0,673 juga lebih besar dari 0,05 (0,673 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa antara selfefficacy akademik terhadap mata pelajaran matematika dan variabel perilaku menyontek terdapat hubungan yang linear. Dengan ini, maka asumsi linearitas terpenuhi. Uji Korelasi Hasil perhitungan korelasi antara kedua variabel, diperoleh koefisien korelasi antara self-efficacy akademik terhadap mata pelajaran matematika dan perilaku menyontek dan r = -0,293 dengan sig.= 0,003 (p<0,05), berarti terdapat hubungan negatif yang signifikan antara self-efficacy akademik terhadap mata pelajaran matematika dengan perilaku menyontek. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi self efficacy akademik terhadap pelajaran matematika pada siswa maka semakin rendah perilaku menyontek yang terjadi, sebaliknya semakin rendah self efficacy akademik terhadap pelajaran matematika pada siswa maka semakin tinggi perilaku menyontek yang terjadi. PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian tentang hubungan antara self-efficacy akademik terhadap mata pelajaran matematika dengan perilaku menyontek siswa SMA N 2 Wonogiri didapatkan hasil perhitungan korelasi dengan nilai r = -0,293 dengan signifikansi p = 0,003 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara self-efficacy akademik terhadap mata pelajaran matematika dengan perilaku menyontek siswa SMA N 2 Wonogiri. Dengan demikian hipotesis yang diajukan oleh peneliti dinyatakan diterima. Hasil korelasi tersebut mempunyai makna bahwa semakin tinggi
17
self-efficacy akademik terhadap pelajaran matematika pada siswa maka semakin rendah perilaku menyontek yang terjadi, sebaliknya semakin rendah self-efficacy akademik terhadap pelajaran matematika pada siswa maka semakin tinggi perilaku menyontek yang terjadi. Hasil dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Endang (2010) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara selfefficacy dengan perilaku mencontek mahasiswa Fakultas Psikologi Univesitas X angkatan 2009 dengan nilai r= 0,78. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas X angkatan 2009 yang memiliki tingkat self-efficacy rendah cenderung melakukan perilaku mencontek yang tinggi. Begitu juga sebaliknya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas X angkatan 2009 yang memiliki tingkat self -efficacy tinggi cenderung melakukan perilaku mencontek yang rendah. Selain itu penelitian yang dilakukan Vera (2011) juga menunjukkan hal yang serupa dimana terdapat korelasi yang negatif signifikan antara efikasi diri akademik dengan perilaku menyontek dengan nilai r = -0,439. Finn& Frone (2004) telah menyatakan bahwa self-efficacy diri akademik merupakan salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap perilaku menyontek. Adanya korelasi antara self-efficacy akademik terhadap pelajaran matematika dengan perilaku menyontek pada siswa SMA N 2 Wonogiri bisa terjadi karena disebabkan tingkat self-eficacy akademik terhadap pelajaran matematika yang dimiliki oleh para siswa. Tinggi rendahnya tingkat self-efficacy akademik dalam pelajaran matematika yang dimiliki siswa dapat berhubungan dengan perilaku menyontek. Siswa dengan tingkat self-efficacy akademik terhadap pelajaran matematika rendah cenderung akan melakukan perilaku menyontek karena siswa tersebut tidak yakin dengan adanya
18
kemampuan yang dimilikinya dalam menyelesaikan suatu tugas. Hal tersebut akan berbeda dengan siswa yang memiliki self-efficacy akademik terhadap pelajaran matematika tinggi. Siswa dengan self-efficacy akademik terhadap pelajaran matematika tinggi akan cenderung untuk menghadapi dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Murdock et al dalam Dody (2012) yang menyebutkan bahwa keyakinan diri yang rendah menjadi salah satu indikasi munculnya perilaku menyontek pada siswa. Sumbangan efektif dari self-efficacy akademik terhadap pelajaran matematika sebesar 8,59%. Hal ini menunjukkan bahwa 91,41% dipengaruhi oleh faktor lain seperti tekanan untuk mendapat nilai tinggi, kontrol/ pengawasan selama ujian, kurikulum, pengaruh teman sebaya, ketidaksiapan mengikuti ujian, iklim akademis di institusi pendidikan, kurang percaya diri, self-esteem dan need approval, ketakutan terhadap kegagalan, kompetisi dalam memperoleh nilai dan peringkat akademis, jenis kelamin, usia, nilai, moralitas, riwayat pendidikan sebelumnya, jurusan. Berdasarkan analisis deskriptif dalam penelitian ini, diperoleh data bahwa ratarata self-efficacy akademik terhadap pelajaran matematika sebesar 42,06 yang berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas XII SMA N 2 Wonogiri memperoleh self-efficacy akademik terhadap pelajaran matematika yang baik. Rata-rata pada perilaku menyontek sebesar 50,85 yang berada pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku menyontek dari sebagian besar siswa tidak tinggi dan juga tidak rendah. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, koefisien korelasi antara antara self-efficacy akademik terhadap pelajaran matematika
19
dengan perilaku menyontek siswa SMA N 2 Wonogiri sebesar -0,293 dengan signifikansi sebesar 0,003 (p<0,05). Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan yang negatif signifikan antara self-efficacy akademik terhadap pelajaran matematika dengan perilaku menyontek siswa SMA N 2 Wonogiri. Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka peneliti memberi saran sebagai berikut : 1.
Bagi siswa Berdasarakan hasil penelitian, peneliti memberikan saran kepada siswa – siswi supaya dapat meningkatan self-efficacy akademik nya supaya siswa yakin untuk mampu menyelesaikan tugas dengan menggunakan kemampuan sendiri, bukan dari hasil menyontek.
2.
Bagi guru Berdasarakan hasil penelitian, peneliti memberikan saran kepada guru untuk selalu mengingatkan, memberi motivasi serta meyakinkan siswa-siswinya bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sehingga dapat menyelesaikan tugas dengan menggunakan kemampuan mereka masing-masing dan bukan dari hasil menyontek sehingga tebentuklah self-efficacy akademik yang tinggi.
3.
Bagi peneliti selanjutnya Berdasarakan hasil penelitian, peneliti memberikan saran kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor lain yang mempengaruhi perilaku menyontek selain self-efficacy seperti tekanan untuk mendapat nilai tinggi, kontrol/ pengawasan selama ujian, kurikulum, pengaruh teman sebaya, ketidaksiapan
20
mengikuti ujian, iklim akademis di institusi pendidikan, kurang percaya diri, selfesteem dan need approval, ketakutan terhadap kegagalan, kompetisi dalam memperoleh nilai dan peringkat akademis, jenis kelamin, usia, nilai, moralitas, riwayat pendidikan sebelumnya, jurusan.
21
DAFTAR PUSTAKA Anderman, E. M., Griesinger,T., dan Westerfield, G.(1998). Motivation and Cheating During Early Adolescence. Journal of Educational Psychology. 90, 1, 84-93. Aswendo D., Farida H., & Dian R.S. (2010). Pengaruh Pelatihan Berpikir Positif Pada Efikasi Diri Akademik Mahasiswa (Studi Eksperimen Pada Mahasiswa). Jurnal Psikologi Undip Vol. 8, No.2, Oktober 2010. Universitas Diponegoro. Semarang. Azwar, S. (2012).Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. _____. (2003). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Departemen Pendidikan Nasional (2004). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Balai Pustaka. Dody, H. (2012). Menyontek Mengungkap Akar Masalah dan Solusinya. Jakarta Barat: Indeks Jakarta. Finn, K.V. & Frone, M.R (2004). Academic Performance and Cheaing: Moderating Role of School Identification and Self-Efficacy. The Journal of Educational Research. 97, 115-162 Friedman. H. S & Schustack. M. W. (2008). Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern. Jakarta: Erlangga. Kompetensi Dasar SMA/ MA. (2013). https://urip.files.wordpress.com/2013/02/kompetensi-inti-dan-kompetensi-dasarsma-rev9feb.pdf Kukuh. S. W. (2011), 13 Juni. Nasib Ibu Siami, Jujur Malah Hancur. Tempo [online]. http://www.tempo.co/read/news/2011/06/13/079340404/Nasib-Ibu-Siami-JujurMalah-Hancur. Diakses pada 4 Maret 2014 McCutcheon S.L.T (2008). Self Efficacy in Mathematics: Affective, Cognitife, and Conative Domains of function. Proceedings of the 31st Annual Conference of the Mahematic Education Research group of Australasia.MERGA Mujahidah. (2009). Perilaku Menyontek Laki-laki Dan Perempuan; Studi Meta Analisis. Jurnal Psikologi 2009, Vol. II, No.2 Fakultas Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri. Samarinda Nilah K. (2013). Study Ethnomathematich: Pengungkapan Sistem Bilangan Masyarakat Adat Baduy. Universitas Pendidikan Indonesia.repository.upi.edu
22
Ormrod, J.E. (2008). Psikologi Pendidikan Edisi Keenam: Membantu siswa tumbuh dan berkembang. Jakarta: Erlangga Priyatno, D. (2013). Mandiri belajar analisis data dengan SPSS. Yogyakarta: Mediakom Sampurna. T, Anindito.& A, Evy T (2009). Reflected Appraisals & Mathematic Self – efficacy pad a Siswa SMA. Amina Indonesian Psychological Journal 2009, Vol. 24. No. 2, 183-188. Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Surabaya Tri. G (2003). Hubungan Self Efficacy dengan Tingkat Stress pada Mahasiswa Psikologi yang sedang mengerjakan Skripsi. Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga: UKSW Vera. J. S. (2011). Hubungan antara Efikasi Diri Akademik dengan Perilaku menyontek pada Siswa SMA. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta Widiyanti, Niken. (2007). Hubungan Antara Persepsi Siswa terhadap Kualitas Pengajaran Guru Matematika dengan Prestasi Belajar Matematika. Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga: UKSW