NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BEREMPATI DENGAN INTENSI MENDAFTAR PROGRAM MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI
OLEH : RESKA ARYANI RETNO KUMOLOHADI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007
2
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BEREMPATI DENGAN INTENSI MENDAFTAR PROGRAM MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI
OLEH : RESKA ARYANI RETNO KUMOLOHADI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007
3
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BEREMPATI DENGAN INTENSI MENDAFTAR PROGRAM MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI
Telah Disetujui Pada Tanggal
______________________
Dosen Pembimbing Utama
(R A Retno Kumolohadi,,S.Psi., M.Si.)
4
HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BEREMPATI DENGAN INTENSI MENDAFTAR PROGRAM MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI Reska Aryani Retno Kumolohadi
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan positif antara kemampuan berempati dengan intensi mendaftar Program Magister Profesi Psikologi. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kemampuan berempati dengan intensi mendaftar Program Magister Profesi Psikologi. Semakin tinggi kemampuan berempati maka akan menunjukkan intensi mendaftar Program Magister Profesi Psikologi yang tinggi begitupun sebaliknya semakin rendah kemampuan berempati maka semakin rendah intensi mendaftar Program Magister Profesi Psikologi-nya. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa akhir yang sedang mengerjakan skripsi dan telah yudisium pada Fakultas Psikologi UAD. Adapun skala yang digunakan adalah skala kemampuan berempati sejumlah 27 aitem berdasarkan aspek yang diambil dari teori Davis (1983). Skala intensi mendaftar Program Magister Profesi Psikologi yang berjumlah 17 aitem dibuat berdasarkan definisi dari Fishbein dan Ajzen (1975). Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik parametrik dari Pearson dengan perangkat lunak program SPSS versi 12,00 untuk menguji apakah ada hubungan antara kemampuan berempati dengan intensi mendaftar Program Magister Profesi Psikologi. Hasil korelasi dari Pearson menunjukkan korelasi sebesar r = 0,515; p = 0.000 atau p < 0.01 yang artinya ada hubungan positif kemampuan berempati dengan intensi mendaftar Program Magister Profesi Psikologi. Jadi hipotesis penelitian ini diterima.
Kata kunci : Kemampuan Berempati, Intensi Mendaftar, Program Magister Profesi Psikologi.
5
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Masalah Saat ini kebutuhan akan lulusan pendidikan psikologi pada level lanjut, utamanya lulusan program magister profesi, sudah menjadi keharusan (Tim Penyusun Studi Kelayakan, 2005). Dengan mendaftar program magister profesi dapat membantu kita untuk menunjang keberhasilan akan masa depan. Sehingga dengan adanya keinginan untuk melanjutkan Program Magister, berarti akan bertambah pula pengetahuan dan pengalaman sesorang. Kebutuhan untuk masuk atau melanjutkan program magister profesi ini terutama dirasakan oleh para individu yang telah menyelesaikan S1. Sehingga orang perlu memiliki intensi yang tinggi untuk menyadari hal tersebut. Semakin besar intensi individu, maka semakin besar pula probabilitas individu untuk berperilaku. Adjzen dan Fishbein (1975) mengatakan bahwa intensi perilaku merupakan fungsi dari adanya keyakinan-keyakinan tertentu yang berhubungan dengan perilaku sendiri. Pada perilaku mendaftar, intensi mendaftar pada suatu organisasi misalnya Program Magister merupakan tahap akhir dari proses pendaftaran yang dilakukan seseorang sebelum pada akhirnya mendaftar di organisasi atau Program Magister tersebut. Sehingga, dapat disimpulkan berapa penting arti intensi mendaftar dalam suatu proses pendaftaran. Hal ini disebabkan semakin tinggi intensi mendaftar seseorang di suatu organisasi,
6
semakin besar kemungkinan seseorang mendaftar di organisasi itu, dan sebaliknya. Berdasarkan data yang ada, pendaftar di program magister profesi psikologi universitas swasta lebih rendah dibandingkan pendaftar program magister profesi psikologi universitas negeri. Seperti yang terjadi pada program magister profesi psikologi UAD, untuk angkatan pertama berjumlah 13 orang dan untuk angkatan kedua berjumlah 5 orang (sumber: bagian akademik UAD). Hal ini sangat berbeda dengan jumlah pendaftar pada program magister profesi psikologi, untuk semester I tahun 2003 jumlah pendaftar sebanyak 78 dan untuk semestar I tahun 2005 sebanyak 125 orang, dengan jumlah mahasiswa yang diterima 40 orang (Tim Penyusun, 2005). Rendahnya intensi mendaftar magister profesi psikologi dipengaruhi oleh banyak faktor. Ajzen (Bringham, 1991) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi intensi adalah (1) Sikap, (2) Norma subjektif, (3) Kontrol perilaku, dan (4) Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor selain sikap, norma subjektif, dan perilaku lampau yang kemungkinan turut mempengaruhi pembentukan. Fishbein dan Ajzen (1975) mencatat beberapa faktor eksternal yang kemungkinan dapat mempengaruhi pembentukan intensi. Faktor-faktor tersebut yaitu : 1. Situasi eksperimental, 2. Karakteristik target, 3. Variasi perilaku, 4. Variasi situasi, 5. Variasi waktu, 6. Perbedaan individu, 7. Karakteristik kelompok referensi.
7
Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi intensi adalah perbedaan individu. Perbedaan individu disini adalah perbedaan kepribadian yang dimiliki seseorang. Intensi mendaftar program magister psikologi seseorang dipengaruhi oleh tipe kepribadian yang dimilikinya. Menurut Ajzen dan Fishbein (Ajzen, 1991) sikap dan kepribadian seseorang berpengaruh terhadap perilaku tertentu dan secara tidak langsung dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan erat dengan perilaku. Dimana dalam teori perilaku terencana (theory of planned behavior),
perilaku
yang
ditampilkan
individu
adalah
intensi
untuk
menampilkan perilaku tertentu. Misalkan saja seorang mahasiswa yang memiliki kepribadian berempati dan yang tidak memiliki kepribadian berempati, intensi mendaftar program magister profesi psikologinya akan berbeda. Seorang yang empatinya tinggi, intensi mendaftar program magister profesi psikologinya juga cenderung akan tinggi. Karena dengan kemampuan empati yang tinggi mahasiswa tersebut juga memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu menjadi seorang psikolog. Penelitian mengenai hubungan antara empati dengan intensi juga pernah dilakukan, misalnya saja oleh Munawarah (2000). Setiap lingkungan didominasi oleh suatu tipe kepribadian dan setiap lingkungan memiliki cirri fisik tertentu dengan masalah dan kecenderungan tertentu. Dari keenam tipe kepribadian yang ada, tipe sosial merupakan tipe yang paling tepat untuk bekerja sebagi seorang psikolog atau konselor. Menurut Holland (1997), seorang praktisi yang mempelajari hubungan antara kepribadian dengan minat pekerjaan, individu memiliki kemampuan untuk berpikir, memandang sesuatu dan bertingkah laku dengan cara tertentu
8
dan unik, yang merupakan kepribadian individu yang membedakannya dengan individu lain. Kepribadian dari diri individu yang unik ini membentuk tipe kribadian tertentu. Tipe kepribadian adalah suatu penggolongan individu berdasarkan perkembangan kepribadiannya yang merupakan hasil interaksi sosial, aktivitas, dan minat yang membentuk sifat pada diri seseorang yang berpengaruh kuat terhadap cara berpikir, mengamati dan bertindak. Ada 6 tipe kpribadian individu, yaitu Realistik/Realistic (R), Investigatif/Investigative (I), Artistik/Artistic (A), Sosial/Social (S), Enterpraising/Enterprising (E), dan Konvensional/Conventional (C) (Holland, 1997). Berdasarkan teori ini, pekerjaan sebagai psikolog atau konselor cenderung memiliki pribadi yang berempati. Empati termasuk dalam kepribadian tipe sosial. Berdasarkan tipe ini, orang-orang sosial memliki keyakinan diri yaitu merasakan dirinya suka menolong orang lain, memahami orang lain, dan suka menolong orang lain. Selain itu, mereka memandang masalah lebih dari sudut hubungan manusia. Gaya pemecahan masalahnya dengan menggunakan keyakinan, kompetensi dan nilai-nilai sosial. Seorang psikolog untuk mendapatkan ijin praktek diharuskan mendaftar di Program Magister Profesi Psikologi. Dengan tingginya kemampuan empati yang dimiliki, maka psikolog tersebut mampu memahami dan mengerti keadaan diri kliennya. Seperti yang diungkapkan oleh May (1997), dimana dalam proses konseling akan membutuhkan empati yang lebih tinggi. Penelitian hubungan kemampuan berempati dengan intensi mendaftar program magister profesi ini menarik untuk diteliti karena secara teoritis telah
9
terbukti adanya hubungan empati dengan intensi. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti apakah hal ini juga berlaku pada hal yang lebih spesifik yaitu pada kemampuan berempati dengan intensi mendaftar program magister profesi psikologi. 1.
Intensi Menururt Chaplin (2005) intensi (maksud, pamrih, tujuan) dapat
didefinisikan sebagai satu perjuangan guna mencapai satu tujuan atau ciri-ciri yang dapat dibedakan dari proses-proses psikologis yang mencakup referensi atau kaitannya dengan satu objek. Ahli lain, Jamaludin Ancok (Prijonggo, 1999), menyatakan bahwa intensi merupakan niat, kehendak atau kemauan untuk melakukan sesuatu. Intensi untuk berperilaku adalah kemungkinan subjektif individu untuk melakukan suatu perilaku tertentu (Ajzen & Fishbein, 1980 dalam Abidin, Djunaidi, & Utomo, 2003). Definisi intensi yang paling sering dipakai oleh para ahli psikologi dan para peneliti adalah definisi yang diungkapkan oleh Fishbein dan Ajzen. Fishbein dan Ajzen (1975) menyatakan bahwa intensi adalah suatu tempat dalam dimensi probabilitas subjektif seseorang mengenai hubungan antara orang tersebut dengan beberapa tindakan Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa intensi adalah suatu tempat dalam dimensi probabilitas subjektif seseorang mengenai hubungan antara orang tersebut dengan beberapa tindakan (Fishbein dan Ajzen, 1975).
10
2.
Intensi Mendaftar Program Magister Profesi Psikologi Program magister Profesi Psikologi adalah adalah program pendidikan
profesi yang lebih menekankan penerapan ilmu Psikologi untuk pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk praktek-praktek psikologis bagi yang membutuhkan pendekatan individual maupun kelompok (www.unair.ac.id). Fishbein dan Ajzen (1975) menyatakan bahwa intensi adalah suatu tempat dalam dimensi probabilitas subjektif seseorang mengenai hubungan antara orang tersebut dengan beberapa tindakan. Ahli lain, Jamaludin Ancok (Prijonggo, 1999), menyatakan bahwa intensi merupakan niat, kehendak atau kemauan untuk melakukan sesuatu. Berdasarkan kamus bahasa Indonesia (Salim, 1991) daftar adalah catatan sejumlah hal atau nama (nama, barang, dsb) yang disusun berderet dari atas ke bawah. Sedangkan mendaftar adalah mencatat atau memasukkan ke dalam daftar. Sehingga yang berdasarkan definisi diatas yang dimaksud dengan intensi mendaftar adalah rencana atau maksud individu untuk mendaftar pada program magister profesi psikologi. Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi mendaftar Program Magister Profesi Psikologi diantaranya yaitu 1. Sikap terhadap perilaku (attitudes toward behavior) yang dijelaskan oleh Ajzen (2005) ditentukan oleh keyakinan individu terhadap konsekuensi yang timbul dari suatu perilaku. Misalnya perilaku mendaftar program magister profesi psikologi, individu akan melihat dari sisi positif dan sisi
11
negatif dari perilaku tersebut. Jika lebih banyak sisi positifnya, maka intensi mendaftar program magister profesi psikologi akan tinggi. 2. Norma subyektif (subjective norm), yaitu persepsi terhadap tekanan dari lingkungan sosial untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sebuah perilaku (Ajzen, 2005). Berdasarkan faktor ini, individu akan memiliki intensi mendaftar program magister profesi psikologi jika lingkungannnya memberikan dukungan penuh terhadap sikap yang diambilnya. 3. Persepsi kontrol berperilaku (perceived behavioral control), persepsi ini merupakan fungsi dari keyakinan individu terhadap hadir atau tidaknya faktor-faktor yang mendukung atau menghalangi proses dalam melakukan perilaku aktual (Ajzen, 2005). Individu yang akan mendaftar program magister profesi psikologi, akan mempertimbangkan kerugian-kerugian atau masalah-masalah yang ada. Jika kerugian tersebut bisa dihadapinya, seperti pengorbanan waktu, tenaga, dan biaya, maka intensi untuk mendaftar akan lebih tinggi. 4. Faktor Personal, faktor personal dalam hal ini adalah kepribadian. Faktor kepribadian ini tidak mempengaruhi intensi secara langsung, melainkan melalui beberapa faktor yang berkaitan erat dengan intensi (Ajzen, 2005). Jadi salah satu faktor yang mempengaruhi intensi, yaitu kepribadian yang dimiliki oleh individu. Seorang yang memiliki sifat kepribadian berempati yang tinggi, akan membuat intensi mendaftar program magister profesi psikologi juga lebih tinggi. Karena dengan kemampuan berempati yang ada, individu tersebut memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu mengikuti kegiatan
12
di program magister profesi psikologi dengan baik. Sehingga individu tersebut bisa menjadi psikolog yang handal. Dimana, suatu proses konseling yang akan dilakukan seorang psikolog akan membutuhkan kemampuan berempati yang besar. 3.
Kemampuan Berempati Kemampuan adalah kesanggupan, kekuatan, kekuasaan atau kebolehan
untuk melakukan sesuatu (Salim, 1991). Berdasarkan Kamus Lengkap Psikologi (Chaplin, 2005) kemampuan atau ability adalah kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan. Selain itu kemampuan juga merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Kemampuan bisa merupakan
kesanggupan
bawaan
sejak
lahir,
atau
merupakan
hasil
latihan/praktik. Empati adalah suatu kepribadian yang ikut merasa dan berpikir ke dalam kepribadian lain sehingga tercapai suatu keadaan identifikasi (May, 1997). Menurut Chaplin (2005), empati adalah pemroyeksian perasaan sendiri pada satu kejadian, satu objek alami, atau satu karya estetis. Selain itu empati juga merupakan realisasi dan pengertian terhadap perasaan, kebutuhan dan penderitaan pribadi lain. Empati sebagai sebuah proses dimana kita seolah-olah mengalami sendiri apa yang dialami oleh orang lain (Feshbach, 1978; Hoffman, 1985, dalam Strayer & Roberts, 1997). Davis (1983) menyatakan bahwa empati merupakan suatu reaksi atau respon individu pada saat ia mengamati pengalaman-pengalaman orang lain
13
Davis (1983) secara global ada 2 komponen dalam empati, yaitu komponen kognitif dan komponen afektif yang masing – masing mempunyai 2 aspek, yaitu: Aspek kognitif terdiri dari Perspective Taking (PT) atau Pengambilan Perspektif dan Fantasy (FS) atau Fantasi, sedangkan komponen afektif meliputi aspek Emphatic Concern (EC) atau Perhatian Empatik dan Personal Distress (PD) atau Distress Pribadi. Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa empati adalah keasnggupan seseorang untuk mengalami pengalaman perasaan yang berorientasi pada orang lain yang mungkin sama dengan orang lain tetapi tidak harus identik, berasal dari keprihatinan terhadap keadaan emosional dan kondisinya dan menerima sudut pandang orang lain. 4.
Hubungan antara Kemampuan Berempati dengan Intensi Mendaftar Program Magister Profesi Psikologi Intensi mendaftar program magister profesi yang dimiliki mahasiswa
dipengaruhi oleh kepribadiannya. Menurut Ajzen dan Fishbein (Ajzen, 1991) sikap dan kepribadian seseorang berpengaruh terhadap perilaku tertentu dan secara tidak langsung dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan erat dengan perilaku. Dimana dalam teori perilaku terencana (theory of planned behavior),
perilaku
yang
ditampilkan
individu
adalah
intensi
untuk
menampilkan perilaku tertentu. Penelitian yang sama juga pernah dilakukan oleh Munawarah (2000), yang meneliti hubungan antara empati dengan intensi prososial.
14
Kemampuan berempati menjadi suatu potensi bagi diri individu tersebut, karena dengan adanya kemampuan berempati yang tinggi individu tersebut merasa yakin bahwa dirinya memiliki kemampuan yang memadai menjadi psikolog. Sehingga keinginan untuk menjadi psikolog menjadi lebih besar. Pintu masuk untuk menjadi psikolog adalah masuk ke jenjang profesi dengan cara mendaftar program magister profesi psikologi. Kemampuan berempati tidak langsung berhubungan dengan intensi, melainkan merupakan faktor personal dari intensi yaitu Kepribadian. Menurut Holland (1997), seorang praktisi yang mempelajari hubungan antara kepribadian dengan minat pekerjaan, pekerjaan sebagai psikolog atau konselor cenderung memiliki kemampuan berempati. Berdasarkan teori ini, pribadi yang berempati termasuk dalam kepribadian tipe sosial. Faktor Kepribadian ini mempengaruhi
determinan
intensi,
yaitu
keyakinan
terhadap
perilaku
(behavioral beliefs), keyakinan normatif (normative beliefs), dan keyakinan terhadap kontrol diri (control beliefs) (Ajzen, 2005). Keyakinan berperilaku, keyakinan normatif, dan keyakinan kontrol yang didapat tiap individu tentu saja berbeda-beda dikarenakan tiap-tiap individu memliki karakteristik kepribadian yang berbeda pula (Holland, 1997). Kepribadian juga menjadi faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan intensi, misalnya intensi mendaftar program magister profesi psikologi. Pribadi yang kurang yakin memiliki kemampuan berempati, cenderung tidak berminat mendaftar program magister psikologi. Karena, untuk menjadi seorang psikolog dibutuhkan empati yang tinggi (May, 1997).
15
Sumber-sumber determinan intensi tersebut yaitu keyakinan terhadap perilaku (behavioral beliefs), keyakinan normatif (normative beliefs), dan keyakinan terhadap kontrol diri (control beliefs), mempengaruhi faktor sikap terhadap perilaku, norma subyektif, dan persepsi terhadap kontrol perilaku (Ajzen, 2005). Sikap terhadap perilaku yaitu seberapa jauh individu melakukan evaluasi maupun penilaian terhadap sebuah perilaku yang hendak dikerjakan. Misalnya perilaku mendaftar program magister profesi psikologi, individu akan melihat dari sisi positif dan sisi negatif dari perilaku tersebut. Jika lebih banyak sisi positifnya, maka intensi mendaftar program magister psikologi akan tinggi. Berdasarkan norma subjektif, individu akan memiliki intensi mendaftar program magister profesi psikologi jika lingkungannya memberikan dukungan penuh terhadap sikap yang diambilnya. Sama halnya dengan persepsi kontol berperilaku, Individu yang akan mendaftar program magister profesi psikologi, akan mempertimbangkan kerugian-kerugian atau masalah-masalah yang ada. Jika kerugian tersebut bisa dihadapinya, seperti pengorbanan waktu, tenaga, dan biaya, maka intensi untuk mendaftar akan lebih tinggi. Sehingga, ketiga faktor diatas akan mempengaruhi secara langsung terbentuknya intensi. Semakin tinggi kemampuan berempati seseorang maka diharapkan intensi mahasiwa untuk mendaftar program magister profesi psikologi dapat meningkat pula. 5.
Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini yaitu ada hubungan positif antara kemampuan
berempati dengan intensi mendaftar program magister profesi psikologi.
16
Semakin tinggi kemampuan berempati maka akan semakin tinggi pula intensi untuk mendaftar program magister profesi psikologi-nya.
17
BAB II Metode Penelitian
A.
Subyek Penelitian
Populasi dan sampel penelitian ini mengambil subjek mahasiswa atau mahasiwi tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. Metode pengambilan sampel penelitian ini adalah dengan cara purposive sampling. Karakteristik subjek yang diambil adalah yang memiliki salah satu atau lebih dari ciri-ciri di bawah ini: 1. Mahasiswa atau mahasiswi yang sedang mengambil skripsi. 2. Mahasiswa atau mahasiswi yang telah yudisium.
B. Metode Pengumpulan Data 1.
Skala Intensi Mendaftar Program Magister Profesi Psikologi Penilaian terhadap kesahihan aitem didasarkan pada kriteria bahwa
aitem dinyatakan sahih jika memiliki batas kritis /rxy = 0,25 (Azwar, 2005).. Hasil analisis aitem menunjukkan bahwa dari 20 aitem yang disajikan, 17 aitem sahih dan 3 aitem gugur. Aitem-aitem yang gugur adalah nomor 5, 15, 20 Aitem yang shahih memiliki koefesien validitas bergerak dari 0,282 sampai dengan 0,754. Sedangkan uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach menunjukkan
koefisien
reliabilitas
sebesar
rtt=
0,913.
Hasil
ini
menunjukkan bahwa skala intensi mendaftar program magister profesi psikologi memenuhi syarat untuk digunakan sebagai alat ukur.
18
Selanjutnya Blueprint Skala Intensi setelah uji coba dapat dilihat sebagai berikut: Distribusi Butir Shahih Skala Intensi Mendaftar Program Magister Profesi Psikologi Setelah Uji Coba Favorable
Aspek
Probabilitas individu untuk mendaftar program magister
Unfavorable
Nomor Aitem
Jumlah
Nomor Aitem
1, 3, 7, 9, 11, 13, 17, 19
8
2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18
Jumlah
9
Distribusi Butir Shahih Skala Intensi Mendaftar Program Magister Profesi Psikologi Nomor Urut Butir Baru Setelah Uji Coba Favorable
Aspek
Nomor Aitem Probabilitas individu untuk mendaftar program magister
2.
1, 3, 6, 8, 10, 12 15, 17
Unfavorable
Jumlah
Nomor Aitem
Jumlah
8
2, 4, 5, 7, 9, 11, 13, 14, 16
9
Skala Kemampuan Berempati Penilaian terhadap keshahihan aitem didasarkan pada kriteria bahwa
aitem dinyatakan sahih jika memiliki batas kritis /rxy = 0,25 (Azwar, 2005). Hasil analisis aitem menunjukkan bahwa dari 42 aitem yang disajikan, 27 aitem sahih dan 15 aitem gugur. Aitem-aitem yang gugur adalah nomor 4, 5, 10, 12, 16, 20, 24, 25, 27, 30, 34, 36, 40, dan 42. Aitem yang shahih memiliki koefesien validitas bergerak dari 0,265 sampai dengan 0,702. Uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach menunjukkan koefisien reliabilitas
19
sebesar rtt= 0,896. Hasil ini menunjukkan bahwa skala kemampuan berempati memenuhi syarat untuk digunakan sebagai alat ukur. Selanjutnya blueprint skala persepsi kualitas setelah uji coba dapat dilihat sebagai berikut: Distribusi Butir Shahih Skala Kemampuan Berempati Setelah Uji Coba Aspek Pengambilan Perspektif
Favorable Nomor Aitem
Jumlah
Unfavorable Nomor Aitem Jumlah
1, 9, 13, 39
4
-
0
17, 21, 23, 35
4
2, 6, 14
3
Perhatian Empatik
3, 7, 11, 15, 19, 33, 41
7
Distress Pribadi
29, 31, 37
3
Fantasi
22, 26, 28, 32, 38 8
18
5
1
9
Distribusi Butir Shahih Skala Kemampuan Berempati Nomor Urut Butir Baru Setelah Uji Coba Aspek Pengambilan Perspektif
Favorable Nomor Aitem
Jumlah
Unfavorable Nomor Aitem Jumlah
1, 7, 9, 26
4
Fantasi
12, 14, 16, 23
4
2, 4, 10
3
Perhatian Empatik
3, 5, 8, 11, 13 22, 27
7
15, 17, 18, 21, 25
5
Distress Pribadi
19, 20, 24
3
6
1
18
-
0
9
20
C.
Metode Analisis Data
Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan teknik statistik kuantitatif. Teknik statistik yang dipakai untuk mencari korelasi antara tingkat pendidikan dengan komitmen terhadap organisasi adalah korelasi product moment dari Pearson. Analisis data penelitian yang diperoleh dalam bentuk angka akan dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 12.0 for windows.
21
BAB III
Hasil Penelitian Data pelengkap mengenai deskripsi subyek penelitian adalah mengenai kategorisasi skala kemampuan berempati dan kategorisasi skala intensi mendaftar program magister profesi psikologi. Penentuan batasan untuk menetapkan kategorisasi tersebut menggunakan kriteria sebagai berikut : 1) Sangat Rendah
= x = (µ - 1,8s )
2) Rendah
= (µ - 1,8s ) = x = (µ - 0,6s )
3) Sedang
= (µ - 0,6s ) < x = (µ + 0,6s )
4) Tinggi
= (µ + 0,6s ) < x = (µ + 1,8s )
5) Sangat Tinggi
= x > (µ + 1,8s )
Keterangan : µ = mean hipotetik s = standar devisiasi hipotetik x = skor a)
Skala Kemampuan Berempati Penjabaran penggunaan kriteria diatas untuk skala kemampuan
berempati adalah sebagai berikut : Deskripsi Statistik Data Penelitian Skor Hipotetik Variabel X X Mean SD max min Kemampuan Berempati 108 27 67,5 13,5
X max 93
Skor Empirik X Mean min 66
79,47
SD 5,54
22
Berdasarkan sebaran empirik dari skor skala kemampuan berempati maka subyek penelitian bisa dikelompokkan menjadi lima kategori, seperti pada tabel berikut ini : Kriteria Kategorisasi Skala Kemampuan Berempati No. Kategori Rumus Norma Jumlah
Prosentase
1.
Sangat Rendah
x = (43,2)
0
0%
2.
Rendah
(43,2) = x = (59,4)
0
0%
3.
Sedang
(59,4) < x = (75,6)
19
24,68%
4.
Tinggi
(75,6) < x = (91,8)
54
70,13%
5.
Sangat Tinggi
4
5,19%
77
100%
x > (91,8) Total
Berdasarkan tabel kategorisasi diketahui bahwa sebaran hipotetik pada skor skala kemampuan berempati memiliki nilai terendah adalah = 27 dan nilai tertinggi adalah > 108. Hasil pengolahan yang ditunjukkan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari keseluruhan jumlah responden, mayoritas sampel sebanyak 19 orang (24,68 %) mahasiswa menyatakan menggunakan kemampuan berempati dalam kategori sedang, 54 orang (70,13 %) dalam kategori tinggi, 4 orang (5,19 %) dalam kategori sangat tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar subyek memiliki kemampuan berempati yang tinggi. b
Skala Intensi Mendaftar Program Magister Profesi Psikologi Penjabaran penggunaan kriteria diatas untuk skala itensi mendaftar
program magister profesi psikologi adalah sebagai berikut :
23
Deskripsi Statistik Data Penelitian Skor Hipotetik Variabel X X Mean SD max min Intensi Mendaftar Magister Profesi 68 17 42,5 8,5 Psikologi
Skor Empirik X Mean min
X max 67
37
51,17
SD
5,91
Berdasarkan sebaran empirik dari skor skala itensi mendaftar program magister profesi psikologi maka subyek penelitian bisa dikelompokkan menjadi lima kategori, seperti pada tabel berikut ini : Kriteria Kategorisasi Skala Intensi Mendaftar Program Magister Profesi Psikologi No. Kategori Rumus Norma Jumlah Prosentase 1.
Sangat Rendah
x = (27,2)
0
0%
2.
Rendah
(27,2) = x = (37,4)
1
1,3%
3.
Sedang
(37,4) < x = (47,6)
16
20,78%
4.
Tinggi
(47,6) < x = (57,8)
51
66,23%
5.
Sangat Tinggi
9
11,69%
77
100%
x > (57,8) Total
Tabel kategorisasi menunjukkan kategori intensi subyek cukup beragam, dimana jumlah terendah terdapat pada kategori rendah sebesar 1,3% dan jumlah tertinggi terdapat pada kategori tinggi sebesar 66,23%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar subyek memiliki intensi tinggi untuk mendaftar di Program Magister Profesi Psikologi. 1. Uji Asumsi a) Uji Normalitas
24
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah bentuk sebaran dari skor jawaban subjek normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan terhadap distribusi skor intensi mendaftar Program Magister Profesi Psikologi dan kemampuan berempati, dengan menggunakan teknik one sample Kolmogorov Smirnov Test pada program komputer SPSS for windows 12,0. Dari hasil pengolahan data intensi mendaftar Program Magister Profesi Psikologi diperoleh koefisien K-SZ=0,966 dengan p=0,308 (p>0,05) dan data persepsi kualitas diperoleh K-SZ=0,745 dengan p=0,636 (p>0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua data dari tiap variabel normal. b) Uji Linearitas Uji linieritas ini dilakukan untuk mengetahui linieritas hubungan antara variabel kemampuan berempati dengan variabel intensi mendaftar Program Magister Profesi Psikologi. Uji linieritas ini dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS versi 12.0 yaitu untuk statistik compare mean. Untuk linearity diperoleh bahwa F = 25,013 dan p = 0,000 (p<0,05). Hasil uji linieritas tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berempati dan intensi mendaftar Program Magister Profesi Psikologi bersifat linier. 2. Uji Hipotesis Hubungan antara kemampuan berempati dan intensi mendaftar Program Magister Profesi Psikologi semula dapat diketahui dari product moment untuk uji hipitesis. Karena hasil uji asumsi dari kedua variabel tersebut bersifat normal maka uji hipotesis yang digunakan adalah stastistik parametrik (one tailed) dari Pearson yang terdapat pada program komputer
25
SPSS versi 12.0. Dari hasil analisis tersebut diperoleh angka koefisien korelasi (r) sebesar 0,515 dengan p = 0,000 (p<0,01). Hasil uji korelasi tersebut menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara kedua variabel penelitian. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara kemampuan berempati dengan intensitas mendaftar Program Magister Profesi Psikologi diterima.
26
BAB IV
Pembahasan Menurut hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang mengatakan hubungan positif antara kemampuan berempati dengan intensi mendaftar program magister profesi psikologi dapat diterima. Artinya semakin tinggi kemampuan berempati subjek, semakin tinggi intensi mendaftar program magister profesi psikologi, demikian juga sebaliknya, semakin rendah kemampuan berempati subjek, semakin rendah intensi mendaftar program magister profesi psikologinya. Hasil ini sesuai dengan penelitian lain yang menyatakan ada hubungan antara empati dengan intensi, seperti dalam Munawarah (2000). Empati merupakan suatu reaksi atau respon individu pada saat ia mengamati pengalaman-pengalaman orang lain (Davis, 1983). Sedangkan menurut Titchener kemampuan berempati yaitu kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan, keinginan dan atau kebutuhan orang lain tanpa hanyut ke dalam orang laian tersebut (http://bhinneka.fsn.net ). Tingginya kemampuan berempati pada subjek dalam penelitian ini didukung oleh sistem perkuliahan yang diberikan pada mereka. Materi kuliah dan pratikum yang disediakan banyak melibatkan mahasiswa berinteraksi dengan individu lain, seperti Diagnosis Kesukaran Belajar, Psikologi Anak Remaja Khusus, Psikologi Dalam, Deteksi Dini dalam Perkembangan, Pratikum Tes Rorsach, dan Pratikum Tes Pauli & Psikoterapi. Semua mata kuliah tersebut
27
banyak menuntut mahasiswa psikologi UAD untuk terlibat langsung dengan orang lain. Mereka diberikan tugas untuk mendeteksi individu yang mengalami permasalahan terkait dengan mata kuliah yang ada. Selain mata kuliah Psikologi Konseling & Psikoterapi, mahasiswa juga mendapat mata kuliah Teknik Konseling yang memiliki pratikum sendiri. Hal ini, akan lebih membantu mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan berempatinya, karena mereka tidak hanya diberikan teori saja tetapi langsung dipraktekan terhadap individu lain. Dengan adanya pratikum Teknik Konseling dan mata kuliah pendukung lainnya, akan membuat mahasiswa marasa yakin atas kemampuan mereka mengikuti perkuliahan yang ada di Program Magister Profesi Psikologi. Berdasarkan tabel norma kategorisasi dapat diketahui bahwa subyek memiliki intensi mendaftar program magister profesi psikologi yang tinggi (66,23 %). Adanya sebaran subyek yang hampir merata pada semua kategori dapat diartikan bahwa tidak semua subyek berkeinginan untuk mendaftar Magister Profesi Psikologi. Berdasarkan orientasi kancah, diketahui bahwa lulusan Prodi Psikologi UII memiliki pilihan jenjang karir yang beragam, misalnya berwiraswasta, bekerja, atau berumahtangga. Perilaku alumni dalam memilih jenjang karir yang bervariasi ini menunjukkan intensi individu yang beragam, sesuai dengan teori dari Fishbein dan Ajzen (1975) yang menyatakan bahwa intensi merupakan dasar perilaku manusia. Kemampuan berempati menjadi suatu potensi bagi diri individu tersebut, karena dengan adanya kemampuan berempati yang tinggi individu tersebut merasa yakin bahwa dirinya memiliki kemampuan yang memadai menjadi
28
psikolog. Sehingga keinginan untuk menjadi psikolog menjadi lebih besar. Pintu masuk untuk menjadi psikolog adalah masuk ke jenjang profesi dengan cara mendaftar program magister profesi psikologi. Kemampuan berempati tidak langsung berhubungan dengan intensi, melainkan merupakan faktor personal dari intensi yaitu Kepribadian. Menurut Holland (1997), seorang praktisi yang mempelajari hubungan antara kepribadian dengan minat pekerjaan, pekerjaan sebagai psikolog atau konselor cenderung memiliki kemampuan berempati. Berdasarkan teori ini, pribadi yang berempati termasuk dalam kepribadian tipe sosial. Kepribadian juga menjadi faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan intensi, misalnya intensi mendaftar program magister profesi psikologi. Pribadi yang kurang yakin memiliki kemampuan berempati, cenderung tidak berminat mendaftar program magister psikologi. Karena, untuk menjadi seorang psikolog dibutuhkan empati yang tinggi (May, 1997). Berdasarkan nilai R squared tabel pengukuran korelasi, diketahui bahwa sumbangan yang diberikan kemampuan berempati terhadap intensi mendaftar sebesar 0,265 atau 26,5 %. Angka ini menunjukkan bahwa selain dipengaruhi oleh kemampuan berempati, intensi juga dipengaruhi oleh faktor lain. Penelitian yang meneliti adanya faktor lain yang mempengaruhi intensi misalnya dalam penelitian Astrom dan Kiwanuka (2006) yang menunjukkan intensi dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan keluarga. Mahasiswa yang memiliki keluarga dengan latar belakang pendidikan tinggi secara tidak langsung akan mendapatkan tekanan sosial (social pressure) untuk menyesuaikan diri dengan
29
pendidikan di keluarganya. Dalam TRA (Fishbein dan Ajzen, 1975), hal ini disebut sebagai subjective norms, yaitu individu meyakini perlu atau tidaknya sebuah
perilaku
dilakukan
berdasarkan
persepsi
terhadap
persetujuan
lingkungan sosialnya. Terlepas dari faktor lain yang berpengaruh terhadap intensi, penelitian dalam skripsi ini telah berhasil membuktikan adanya hubungan positif antara kemampuan berempati dengan intensi mendaftar program Magister Profesi Psikologi pada mahasiswa Prodi Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. Artinya, keinginan subyektif mahasiswa Fakultas Psikologi UAD untuk mendaftar di Program Magister Profesi Psikologi dipengaruhi oleh keyakinan subyek terhadap kemampuannya yang dapat memahami dan membantu orang lain, dimana semakin tinggi kemampuan berempati, semakin kuat pula intensi mahasiswa untuk mendaftar Program Magister Profesi Psikologi..
30
BAB V
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif antara kemampuan berempati dengan intensi mendaftar program magister proesi psikologi (koefisien korelasi rxy = 0,515 dengan p = 0,000. p < 0,01). Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang mengemukakan bahwa adanya hubungan positif antara kemampuan berempati dengan intensi mendaftar program magister profesi psikologi, diterima. Semakin tinggi kemampuan berempati maka semakin tinggi intensi program magister profesi psikologi pada mahasiswa Fakultas Psikologi UAD, sebaliknya semakin rendah kemampuan berempati maka semakin rendah intensi mendaftar program magister profesi psikologi pada mahasiswa Fakultas Psikologi UAD.
B.
Saran
Adanya hubungan positif antara kemampuan berempati dengan intensi mendaftar magister profesi psikologi seharusnya mampu dimanfaatkan oleh beberapa pihak yang terkait dengan tema penelitian, diantaranya: 1. Saran terhadap mahasiswa Fakultas Psikologi UAD.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui ternyata kemampuan berempati dalam penelitian ini tergolong tinggi, sehingga peneliti menyarankan agar mahasiswa Fakultas Psikologi UAD lebih melatih kemampuan berempati
31
yang dimiliki dengan cara terus belajar dan memperdalam setiap mata kuliah yang telah diberikan selama proses perkuliahan terutama mata kuliah yang melibatkan
mahasiswa
secara
langsung
dengan
lingkungan.
Serta
memanfaatkan setiap kegiatan pratikum yang diadakan kampus secara maksimal dalam mendalami psikologi. Dengan memaksimalkan penggunaan fasilitas
kampus,
mahasiswa
diharapkan
mampu
memperkaya
pengalamannya dalam mempelajari psikologi. Adanya kelompok subyek yang kurang tertarik untuk mendaftar ke magister profesi psikologi adalah wajar dikarenakan pilihan karir yang tersedia bagi sarjana psikologi cukup luas. Akan tetapi alangkah baiknya bagi mahasiswa Fakultas Psikologi UAD untuk mempertimbangkan karir sebagai psikolog agar ilmu yang dipelajari selama S-1 dapat dimanfaatkan untuk membantu memecahkan permasalahan yang terjadi di masyarakat terutama yang berkaitan dengan psikologi. 2. Saran terhadap pengelola Prodi Psikologi UAD
Pengelola Prodi Psikologi UAD hendaknya mempertahankan Sistem Perkuliahan yang telah dimiliki, sekaligus berusaha untuk menambah sarana yang dimiliki sebagai penunjang proses belajar mengajar. Selain itu, pengelola perlu mempertimbangkan untuk memberikan materi tambahan yang berkaitan dengan pilihan karir sebagai psikolog, agar intensi mahasiswa untuk mendaftar program magister profesi psikologi meningkat. 3. Saran terhadap pengelola magister profesi psikologi.
Dengan adanya hubungan positif antara kemampuan berempati dengan intensi mendaftar program magister profesi psikologi, pengelola magister
32
diharapkan mampu menyusun strategi promosi yang efektif yang berkaitan dengan
kemampuan
berempati
calon
pendaftar.
Misalnya
dengan
mengedepankan pemberian sitem perkuliahan yang melibatkan mahasiswa langsung beradaptasi dengan individulain atau lingkungan. Sehingga dapat membantu mahasiswa mengembangkan kemampuan berempati yang telah mereka miliki. 4. Saran terhadap peneliti selanjutnya.
a. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tema yang sama, disarankan untuk mempertimbangkan variabel-variabel (Intelegensi, Gaji, Emosi) lain yang berhubungan dengan intensi mendaftar program magister profesi psikoogi, sehingga dapat ditentukan faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi intensi mendaftar program magister profesi psikologi. b. Peneliti selanjutnya bila meneliti tema yang sama, disarankan untuk memperluas jangkauan penelitian di universitas-universitas yang belum memiliki program magister profesi psikologi, mengingat lokasi penelitian kali ini diadakan di Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan yang telah memiliki program magister profesi psikologi, sehingga dapat diketahui bila ada perbedaan dengan hasil penelitian peneliti. c. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan mampu meneliti hubungan kemampuan berempati dan intensi mendaftar program magister secara umum atau tidak terbatas pada psikologi saja, karena ada beberapa
33
fakultas lain yang menawarkan program magister sesuai dengan disiplin ilmu yang diajarkan di S-1. d. Peneliti selanjutnya hendaknya juga memperhatikan teknik pengambilan sampel penelitian. Akan lebih baik jika pada penelitian selanjutnya dilakukan pengambilan sampel penelitian secara random agar hasil penelitian dapat digeneralisir ke seluruh populasi penelitian. e. Sebaiknya disaat penyebaran angket dan pengisian angket, peneliti selanjutnya terlibat penuh mendampingi subjek penelitian. Selain itu, peneliti juga mencari subjek yang tidak terlalu sibuk melakukan aktivitasnya. Supaya subjek dapat berkonsentrasi penuh dalam mengisi angket, sehingga tidak terjadi kesalahan.
34
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z., Djunaidi, A., & Utomo, A.B. 2003. Studi tentang Intensi Agresi di Kalangan Siswa Sekolah Menengah Kejuruan/Teknik (SMK/STM) dan Sekolah Menengah Umum (SMU) di Kota Bandung. Jurnal Psikologi. Vol. 11, No.1, 11-25. Ajzen, I. 1991. Theories Of Planned Behavior. Journal of Organizational Behavior and Human Decission Processes. 50. 179-221. Ajzen, I. 2005. Attitudes, Personality, and Behavior. USA: Open University Press. Astrom, A. N. & Kiwanuka, S. N. 2006. Examining Intention to Control Preschool Children’s Sugar Snacking: a Study of Carers in Uganda. International Journal of Paediatric Dentistry. 16. 10-18. Azwar, S. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Brigham, J. C. 1991. Social Psychology. New York: Harper Collins Publisher. Inc. Chaplin, J.P. 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Persada.
Jakarta: PT Raja Grafindo
Davis, M. 1983. Measuring Individual Differences in Emphaty: Evidence for a Multidimensional Approach. Journal of Personality and Social Psychology. 44(1). 113-126. Fishbein, M. & Ajzen, I. 1975. Belief Attitude, Intention, and Behavior: An Introduction to Theory and Research. USA: Addison-Wesley Publishing Company. Holland, J.L. 1997. Making Vocational Choices, A Theory of Vocational Personalities and Work Environments, third edition. Florida: Psychological Assessment Resources, Inc. May, R. 1997. Seni Berkonseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Munawarah, S.M. 2000. Empati dan Intensi pada Perawat. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
35
Prijonggo, W. 1999. Pengaruh Diskrepansi Antara Persepsi Ideal dan Aktual Pada Surat Kabar Surya Terhadap Intensi Membeli. Anima. Vol. 14, No.54, 139-159. Salim, P. & Salim, Y. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Konteporer Edisi Pertama. Jakarta: Modern English Press. Strayer, J. & Roberts, W. 1997. Facial and Verbal Measures of Children’s Emotions and Empathy. 20(4). 627-649. Tim Penyusun. 2005. Pembukaan Pendidikan Profesi Psikologi Jenjang Magister. Studi Kelayakan (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Magister Profesi Psikologi Universitas Islam Indonesia. Titchener. 2006. Disain Penelitian Kompatiologi (Proposal untuk Umum & Lembaga Ver 24 Oktober 2006). http://bhinneka.fsn.net Website Internet: http://www.unair.ac.id Sumber informasi lain: Leaflet Program Magister Profesi Psikologi UAD
Identitas Penulis
Nama : Reska Aryani Alamat : Yogyakarta No HP : 085228745303