HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan Oleh : SITI FATIMAH F 100 110 121
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan Oleh : SITI FATIMAH F 100 110 121
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
ii
iii
iv
HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Siti Fatimah Zahrotul Uyun Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
[email protected] ABSTRAK Mahasiswa sebagai calon intelektual muda yang sedang mengalami proses belajar dituntut untuk memiliki tanggung jawab dalam bertingkah laku sesuai dengan norma masyarakat, berintelektual tinggi, dan dapat memberikan contoh yang baik pada masyarakat maupun lingkungan kampus. Namun seiring dengan berjalannya waktu, kepedulian mahasiswa terhadap orang lain dan lingkungan disekitar semakin menurun. Salah satu perilaku yang kurang dimiliki mahasiswa adalah perilaku altruisme. Dengan adanya empati mahasiswa diharapkan mampu memunculkan perilaku altruisme dalam dirinya. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui hubungan antara empati dengan perilaku altruisme pada mahasiswa Psikologi (2) Mengetahui tingkat empati pada mahasiswa Fakultas Psikologi.(3) Mengetahui tingkat Perilaku Altruisme pada mahasiswa Fakultas Psikologi. (4) Mengetahui Peran Empati terhadap Perilaku Altruisme mahasiswa Fakultas Psikologi. Hipotesis yang diajukan ada hubungan positif antara empati dengan perilaku altruisme pada mahasiswa psikologi UMS. Subjek penelitian mahasiswa psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta sebanyak 75 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik insidental. Metode pengumpulan data menggunakan skala empati dan skala perilaku altruisme. Teknik analisis data menggunakan korelasi product moment. Berdasarkan analisis product moment diperoleh nilai korelasi = 0,662 dengan sig.= 0,000; (p<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara empati dengan perilaku altruisme. semakin tinggi empati yang dimiliki maka semakin tinggi pula perilaku altruisme pada mahasiswa, sebaliknya semakin rendah empati maka perilaku altruisme mahasiswa semakin rendah pula. Empati pada subjek penelitian tergolong tinggi yang ditunjukkan dengan rerata empirik (RE) sebesar 61,72 sedangkan rerata hipotetik (RH) sebesar 52,5. Perilaku altruisme pada subjek penelitian tergolong tinggi yang ditunjukkan dengan rerata empirik (RE) sebesar 105,05 sedangkan rerata hipotetik (RH) sebesar 82,5. Empati mempengaruhi perilaku altruisme sebesar 43,8%, dan sisanya 56,2% dipengaruhi variabel lain. Kata kunci: Empati, Perilaku Altruisme
v
memiliki
PENDAHULUAN Manusia
adalah
makhluk
harapan
yang
tinggi
terhadap mahasiswa.
sosial yang mempunyai arti bahwa
Selain
di
manusia tidak bisa hidup tanpa
lingkungan
adanya
lain
tersebut kuliah juga mengharapkan
sekitarnya.
Dalam
hal serupa dengan yang diharapkan
manusia
selalu
pada masyarakat. Salah satu perilaku
membutuhkan orang lain mulai dari
mahasiswa yang diharapkan dapat
lingkungan terdekat yaitu keluarga
tumbuh dan berkembang optimal
hingga sampai pada orang yang tidak
adalah perilaku altruisme.
kehadiran
dilingkungan proses
hidup,
orang
dikenal sama sekali. Mahasiswa intelektual
Namun sebagai
muda
di
masyarakat,
yang
calon
berjalannya
sedang
mana
mahasiswa
seiring waktu,
dengan kepedulian
mahasiswa terhadap orang lain dan
mengalami proses belajar dituntut
lingkungan
untuk
menurun. Dapat dikatakan bahwa
memiliki
tanggung
jawab
disekitar
dalam bertingkah laku sesuai dengan
mahasiswa
norma
berintelektual
konsep hidup menyenangkan diri
tinggi, dan dapat memberikan contoh
sendiri dahulu baru orang lain. Hal
yang
ini
masyarakat,
baik
Mahasiswa
pada dianggap
masyarakat.
lebih
semakin
mengakibatkan
menggunakan
mahasiswa
mampu
menjadi makhluk yang individual.
merasakan, memahami, dan peduli
Hal ini dapat dilihat dari situasi
terhadap sesama maupun bagi orang
sehari-hari yang dialami, seperti saat
lain. Dengan kata lain masyarakat
seseorang
1
membutuhkan
bantuan
orang lain sebagian akan langsung
adalah motif untuk meningkatkan
membantu orang yang membutuhkan
kesejahteraan orang lain tanpa sadar
bantuan
untuk kepentingan seseorang (David,
tanpa
memikirkan
diri
sendiri lalu sebagian orang tidak akan
berbuat
orang
apa-apa
tersebut
2012).
meskipun
mampu
Menurut Einsberg dan Mussen
untuk
(dalam
membantu. Frans
Dayakisni
&
Hudaniah,
2003) hal-hal yang termasuk dalam (2008)
menjelaskan
aspek
perilaku
altruisme
adalah
altruisme sebagai perilaku membantu
sebagai berikut:
atau menghibur yang diarahkan pada
a. Sharing (memberi). Individu yang
individu
yang
membutuhkan
sering berperilaku altruis biasanya
pertolongan, ketika sedang sakit, atau
sering
sedang mengalami tekanan. Individu
bantuan kepada orang lain yang
yang memiliki sifat altruis selalu
lebih membutuhkan dari pada
berusaha untuk mempertimbangkan
dirinya.
hak dan kesejahteraan orang lain,
b.
memberikan
Cooperative
(kerja
sesuatu
sama).
mereka selalu berusaha agar orang
Individu yang memiliki sifat
lain tidak mengalami kesusahan.
altruis lebih senang melakukan
Orang yang altruis peduli dan
suatu pekerjaan secara bersama-
mau membantu meskipun tidak ada
sama, karena mereka berfikir
keuntungan yang ditawarkan atau
dengan berkerja sama tersebut
tidak
mereka dapat lebih bersosialisasi
ada
mendapatkan
harapan
ia
akan
sesuatu.
Altruisme
2
dengan sesama manusia dan
c.
(kedermawanan).
Individu yang memiliki sifat
Donating
altruis memiliki sikap dari orang
(menyumbang).
Individu yang memiliki sifat
yang
altruis
senang
memberi derma atau pemurah
sesuatu
atau
kepada
orang
memberikan suatu
bantuan
lain
membutuhkan
dari
tanpa
Helping (menolong). Individu
ditolongnya.
sifat
suka
pertolongannya
mengharapkan
apapun
memiliki
beramal,
hati kepada orang lain yang
tanpa
imbalan
suka
orang yang ditolongnya.
yang
dari
imbalan
orang
yang
altruis
Menurut Wortman dkk (Dayakisni
senang membantu orang lain dan
& Hudaniah, 2003). Menjelaskan
memberikan
beberapa faktor yang mempengaruhi
apa-apa
yang
berguna ketika orang lain dalam
perilaku altruisme antara lain:
kesusahan karena hal tersebut dapat
e.
Generosity
dapat mempercepat pekerjaanya.
mengharapkan
d.
f.
menimbulkan
1. Suasana hati. Jika suasana hati
perasaan
sedang nyaman, orang juga akan
positif dalam diri si penolong.
terdorong
Honesty (kejujuran). Individu
pertolongan lebih banyak.
yang
memiliki
sifat
untuk
memberikan
altruis
2. Meyakini keadilan dunia. Adanya
memiliki suatu sikap yang lurus
keyakinan bahwa dalam jangka
hati, tulus serta tidak curang,
panjang yang salah akan dihukum
mereka
dan yang baik akan mendapat
mengutamakan
nilai
kejujuran dalam dirinya
pahala.
3
3. Empati. Menurut Danil Batson
Salah
satu
faktor
yang
dengan empati dapat mendorong
mempengaruhi seseorang melakukan
seseorang
perilaku altruisme adalah empati.
untuk
melakukan
pertolongan altruisme.
Cotton
4. Faktor situsional. Kondisi dan situasi
yang
meuncul
sesesorang
(dikutip
dari
Garton
&
Gringart, 2005) empati biasanya di
saat
definisikan
sebagai
kemampuan
membutuhkan
afektif untuk berbagi dalam perasaan
pertolongan juga mempengaruhi
orang lain dan kemampuan kognitif
seseorang
untuk memahami perasaan orang lain
untuk
memberikan
pertolongan. 5. Faktor
dalam perspektif dan kemampuan
Sosio-Bologis.
sepintas
perilaku
Secara
berkomunikasi
empati seseorang serta perasaan dan
kesan
pemahaman yang lain dengan cara
mengandung
verbal maupun nonverbal.
resiko tinggi termasuk terluka dan
Goleman (2003) mengartikan
bahkan mati. Ketika orang yang
empati
ditolong
dirasakan
bisa
selamat,
yang
yaitu
memahami
Perilaku seperti itu antara lain
menumbuhkan
muncul
percaya
adaptasi
dengan
ada
proses
lingkungan
merasakan
orang
ditolong mungkin tidak selamat.
karena
terhadap
altruisme
memberikan kontraproduktif,
untuk
dan
lain,
perspektif
yang mampu mereka,
hubungan
saling
menyelaraskan
diri
dengan individu lain.
terdekat, dalam hal ini orang tua.
Davis
(Elvin,
2001),
menjabarkan aspek empati menjadi
4
dua kategori yaitu kognitif dan
buku,
afektif.
Aspek
komponen
kognitif
dari
film
dan
permainan.
ini
melihat
empati terdiri dari aspek perspective
kecenderungan
taking,
Sedangkan
menempatkan diri dan hanyut
komponen afektifnya terdiri dari
dalam perasaan dan tindakan
aspek
orang lain.
fantasy,
emphatic
concern
dan
personal distress. a.
b.
c. Emphatic
individu
concern
(perhatian
perspective taking (pengambilan
empatik) merupakan perasaan
perspektif)
simpati yang berorientasi pada
merupakan
kecenderungan individu untuk
orang
mengambil alih secara spontan
terhadap kemalangan orang lain.
sudut pandang orang lain. Aspek
aspek ini juga merupakan cermin
ini akan mengukur sejauh mana
dari perasaan kehangatan yang
individu memandang kejadian
erat kaitannya dengan kepekaan
sehari-hari dari perspektif orang
dan kepedulian terhadap orang
lain.
lain.
Fantasy
(imajinasi).
menjelaskan
bahwa
d. Personal
fantasi
pribadi).
merupakan kecenderungan untuk
pribadi
mengubah
orang
pola
diri
lain
secara
dan
perhatian
distress
(distress
Pengendalian terhadap lain,
reaksi
penderitaan
yang
meliputi
imajinatif ke dalam pikiran,
perasaan terkejut, takut, cemas,
perasaan,
prihatin,
dan
tindakan
dari
karakter-karakter khayalan pada
dan
tidak
berdaya
(lebih terfokus pada diri sendiri).
5
Hipotesis menyatakan
penelitian
terdapat
ini
perilaku altruisme. Teknik analisis
hubungan
data menggunakan korelasi product
positif antara empati dengan perilaku
moment.
altruisme pada mahasiswa psikologi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Universitas
Muhammadiyah
Berdasarkan
nilai
analisis
Surakarta. Semakin tinggi empati
data
maka akan semakin tinggi perilaku
Korelasi
altruisme begitu pula sebaliknya,
0,000; p ≤ 0,01 Nilai (r) positif
semakin rendah empati maka akan
menunjukkan arah kedua variabel
semakin rendah perilaku altruisme.
positif, nilai signifikansi dibawah
METODE PENELITIAN
0,01. Hasil ini menunjukkan bahwa
Variabel dalam penelitian ini
diperoleh
hasil
=0,662
koefisien
dengan
sig.=
ada hubungan positif yang sangat
adalah empati (Variabel bebas) dan
signifikan
Perilaku
perilaku altruisme. Hubungan positif
altruisme
(Variabel
tergantung) Subjek
antara
empati
dengan
dari penelitian ini dapat digambarkan penelitian
adalah
dengan semakin tinggi empati yang
mahasiswa psikologi sebanyak 75
dimiliki maka semakin tinggi pula
mahasiswa angakatan 2011 sampai
perilaku altruisme pada mahasiswa,
dengan
sebaliknya semakin rendah
2013.
ini
Penelitian
ini
empati
menggunakan teknik pengambilan
maka semakin rendah pula perilaku
sampel
altruisme mahasiswa
yaitu
teknik
insidental.
Metode pengumpulan data dengan
Hasil ini sesuai dengan penelitian
menggunakan skala empati dan skala
yang dilakukan oleh Stephan &
6
Stephan (Gusti & Margaretha 2010)
rerata hipotetik (RH) sebesar 52,5
menunjukkan bahwa orang yang
yang menunjukkan empati subjek
memiliki rasa empati akan berusaha
tergolong tinggi. Kondisi ini dapat
untuk menolong orang lain yang
diartikan bahwa subjek penelitian
membutuhkan
dan
pada dasarnya memiliki sikap yang
merasa kasihan atau iba terhadap
terbentuk dari aspek empati menurut
penderitaan
David
pertolongan
orang
lain.
Hasil
(Elvin,
2001),
penelitian dari Agustin (2008) dari
pengambilan
70 siswa SMA N 1Setu dari kelas
perhatian
satu dan kelas dua yang berusia 14
pribadi. Keseluruhan aspek tersebut
sampai 17 tahun didapat hasil 50,4%
menjadi bagian dari karakteristik
yang menunjukkan bahwa empati
yang dimiliki oleh subjek.
memberikan
kontribusi
perspektif,
yaitu
empatik
dan
fantasi, distress
terhadap
Variabel perilaku altruisme
altruisme dan 49,6% dipengaruhi
memiliki rerata empirik (RE) sebesar
oleh faktor lain.
105,05 dan rerata hipotetik (RH)
Kemudian Batson menjelaskan
sebesar 82,5
yang menunjukkan
bahwa empati dapat menimbulkan
perilaku altruisme subjek tergolong
dorongan
dan
sedang. Kondisi ini dapat diartikan
tujuan dari menolong itu untuk
bahwa subjek penelitian memiliki
memberikan
sikap dari aspek berbagi, kerjasama,
untuk
menolong,
kesejahteraan
bagi
target empati.
menyumbang, menolong, kejujuran
Variabel empati memiliki rerata
dan
empirik (RE) sebesar 61,72 dan
kedermawanan.
Keseluruhan
aspek tersebut menjadi bagian dari
7
karakteristik
yang
dimiliki
oleh
pula perilaku altruisme mahasiswa.
subjek.
Empati pada penelitian ini dijadikan
Sumbangan efektif untuk variabel
sebagai salah satu indikator untuk
dari kedua variabel dilihat dari
meningkatkan
koefisien determinasi
mahasiswa
= 0,438
mempengaruhi
psikologi
altruisme Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
yang menunjukkan bahwa variabel empati
perilaku
Penggunaan
perilaku
subjek
pada
altruisme sebesar 43,8% dan 56,2%
penelitian ini masih terbatas, hanya
sisanya dipengaruhi variabel lainnya.
pada populasi mahasiswa psikologi
Faktor lain
bukan
yang mempengaruhi
pada
fakultas
lain
di
Menurut Wortman dkk (Dayakisni &
Universitas
Hudaniah,2003) yaitu Suasana hati,
Surakarta sehingga untuk melakukan
meyakini
penelitian di lingkungan yang luas
keadilan
dunia,
sosio-
Muhammadiyah
dengan karakteristik yang berbeda,
biologis, dan situsional. Berdasarkan hasil penelitian
diperlukan penelitian yang lebih
serta analisis diatas menunjukkan
dalam lagi serta menambah aitem-
bahwa ada hubungan positif yang
aitem baru yang belum dicantumkan
sangat
empati
oleh peneliti.
dengan perilaku altruisme artinya
SIMPULAN
signifikan
antara
Berdasarkan
semakin tinggi empati maka semakin tinggi
pula
mahasiswa,
perilaku
altruisme
sebaliknya
semakin
hasil
analisis
data penelitian dapat disimpulkan: 1. Ada
hubungan
positif
yang
sangat signifikan antara empati
rendah empati maka semakin rendah
8
dengan
perilaku
mahasiswa.
altruisme
Hal
SARAN
ini
Berdasarkan
hasil
analisi
menunjukkan bahwa semakin
penulid mengajukan saran sebagai
tinggi
empati
berikut:
maka
semakin
perilaku
yang
dimiliki
tinggi
altruisme
pula
1. Bagi Dekan Fakultas Psikologi
pada
Diharapkan
dapat
mahasiswa, sebaliknya semakin
mempertahankan dan meningkatkan
rendah
empati
empati maka semakin
mahasiswa
rendah pula perilaku altruisme
mengadakan
mahasiswa.
seperti
2. Tingkat empati masuk dalam
altruisme
terdapat
sosial,
sehingga
bakti
keadaan seseorang secara langsung
temasuk dalam kategori tinggi.
sebesar
bersama
memahami dan juga membayangkan
perilaku
4. Sumbangan
kegiatan
mahasiswa mampu untuk merasakan,
kategori tinggi. 3. Tingkat
dengan
afektif
43,8%
dan
56,2%
dan dapat memunculkan perilaku
empati
altruisme terhadap orang lain.
masih
2. Bagi Mahasiswa
sisanya
Diharapkan
mahasiswa
dipengaruhi variable lain yang
mampu
dapat mempengaruhi variabel
meningkatkan empati dan perilaku
perilaku
altruisme yang sudah mahasiswa
altruisme
diluar
variabel empati.
miliki.
9
mempertahankan
dan
3. Bagi peneliti lain
Developmentpsycology.112 (2), 275-281.
Diharapkan hasil dari penelitian ini sebagai
referensi,
untuk
Gusti, A. Y., & Margaretha P. M.(2010).Perilaku Prososial Ditinjau dari Empati dan Kematangan Emosi. Jurnal Psikologi. Vol. 9 No.3 Desember, hal. 56-78.
bahan
masukan, pertimbangan, informasi tambahan bagi peneiliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis, sehingga
dapat
menjadi
dalam penyempurnaan
Goleman, D. (2003).Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
acuan
penelitian Myers, D, G (2012). Psikologi sosial.Edisi sepuluh. Jakarta : Salemba Humanika.
yang sejenis.
DAFTAR PUSTAKA Agustin, P.(2008). Kontribusi Empati Terhadap PerilakuAltruisme Pada Siswa Siswi SMA N 1 Setu Bekasi. Jurnal Psikologi. Vol.3,No.7 April, hal.45-53. Dayakisni, T., & Hudaniah.(2003). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press Frans, B, M. (2008).Putting the Altruism Back into Altruism: The Evolution of Empath. Annu Rev.Psychol.59:279300. Garton, A.F., & Gringart, E. (2005). The Development Of a Scale to Measure Empathy in 8- and 9-year Old Children. Australian Journal Of Education and
10