PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh: Klemens Setya Puja Kisworo Nim: 121314014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh: Klemens Setya Puja Kisworo Nim: 121314014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada : 1.
Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan rahmatNya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2.
Kepada orang tua yang saya cintai, Ayahanda Agustinus Suhadi dan Ibunda Agatha Sutantini.
3.
Kedua kakak saya yang telah mendukung dan memberi semangat.
4.
Monica Inggrid Kurniawan yang selalu memberi semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
5.
Sahabat-sahabat saya yang telah memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
6.
Teman-teman Pendidikan Sejarah 2012 yang telah berjuang bersama.
7.
Para pendidik dan saudara-saudaraku yang telah membantu, membimbing, memotivasi, dan mendoakanku selama ini.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat (Winston Churchill) Life is just script to play. The good news is, you can choose the character you want to play (Monica Ingrid Kurniawan) Jangan pernah berhenti melangkah ketika kamu ingin mencapai tujuanmu (Klemens Setya Puja Kisworo)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK NASIONALISME I.J. KASIMO PADA ZAMAN KOLONIAL
Oleh : Klemens Setya Puja Kisworo Universitas Sanata Dharma 2017
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa tiga permasalahan pokok, yaitu : (1) latar belakang I.J. Kasimo mengembangkan nasionalisme pada zaman kolonial; (2) proses yang dilalui I.J. Kasimo dalam mengembangkan nasionalismenya pada zaman kolonial; (3) Sumbangan pemikiran I.J. Kasimo dari nasionalisme yang dimilikinya bagi masyarakat Indonesia. Penelitian ini disusun berdasarkan metode penelitian historis faktual dengan tahapan : pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan multidimensional yaitu ilmu sosial-politik dengan model penulisan deskriptif analitis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Munculnya nasionalisme I.J. Kasimo merupakan akibat dari adanya sistem feodalisme dan kolonialisme yang dialaminya sejak kecil. Selain itu aspek lain yang yang mendorongnya menjadi seorang yang nasionalis adalah ajaran-ajaran dari Pastor van Lith serta kegemarannya membaca buku-buku yang berkaitan dengan sosial politik. (2) I.J. Kasimo mengembangkan nasionalisme dengan cara yang evolusioner. Ia bekerjasama dengan kaum pergerakan lainnya untuk mendapatkan hak mereka dengan meyakinkan pemerintah kolonial menggunakan cara-cara yang tidak bertentangan dengan hukum. (3) I.J. Kasimo memberikan banyak pelajaran bagi masyarakat Indonesia. Ia mengajarkan kepada seluruh masyarakat Indonesia agar hidup toleran dan berjuang sepenuh hati untuk mempertahankan NKRI. Kata Kunci: I.J. Kasimo, Nasionalisme, Kolonialisme
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT I.J. KASIMO NASIONALISM IN COLONIAL ERA By: Klemens Setya Puja Kisworo University of Sanata Dharma 2017
This study aims to describe and analyze three major problems; they are: (1) the background of I.J. Kasimo who had developed nationalism in colonial era; (2) the process of I.J. Kasimo in developing his nationalism in colonial era. (3) I.J. Kasimo’s conceptual contribution of nationalism for Indonesian society. This study is based on factual historical research involving selection topics, researches collection, verification, interpretation, and historiography. Approaches that has been used is a multidimensional approach. It is a socio-political science with an analytical model of descriptive writing. The result of the study showed that : (1) The emergence nationalism of I.J. Kasimo were is the result of feudalism and colonialism’s system that he had been undergone since he was a child. Other than that, other aspects that pushed him to be a nationalism were the teachings from Pastor van Lith and the hobby of reading books related to social politics. (2) I.J. Kasimo developed nationalism in an evolutionary way. He cooperated with other movements to get their rights by convincing the colonial’s government using ways that were not contradicting to the law. (3). I.J. Kasimo had offered many lessons for the people of Indonesia. He taught the whole community of Indonesia to live a tolerant life and striving wholeheartedly to maintain NKRI. Keywords : I.J. Kasimo, Nasionalism, Colonialism
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan anugerah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Nasionalisme I.J. Kasimo Pada Zaman Kolonial”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pendidikan Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada : 1. Bapak Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Universitas Sanata Sharma Yogyakarta. 3. Dra. Theresia Sumini, M.Pd. selakuKetua Progam Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 4. Dr. Anton Haryono, M.Hum selaku dosen pembimbing I yang telah sabar membimbing, membantu, dan memberikan banyak pengarahan, saran serta masukan selama penyusunan skripsi.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMA JUDUL ........................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................ vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................................... vii ABSTRAK ........................................................................................................ viii ABSTRACT ...................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ...................................................................................... x DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4 C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5 E. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 5 F. Landasan Teori ....................................................................................... 8 G. Metodologi Penelitian ............................................................................ 13 H. Sistematika Penulisan ............................................................................ 18 BAB II LATAR BELAKANG I.J. KASIMO MENGEMBANGKAN NASIONALISME ............................................................................................ 19 A. Masa Kecil I.J. Kasimo .......................................................................... 19 B. Bertemu Pastor F. van Lith .................................................................... 24 C. Kegemaran Membaca yang Dimiliki I.J. Kasimo .................................. 27 BAB III PROSES I.J. KASIMO MENGEMBANGKAN NASIONALISME ............................................................................................ 32
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Mengembangkan Nasionalisme melalui Partai katolik .......................... 32 B. Mengaktualisasikan Nasionalisme Melalui Voolksraad ........................ 42 C. Mendukung Petisi Soetardjo dan GAPI ................................................. 50 D. I.J. Kasimo pada Zaman Jepang............................................................. 54 BAB IV SUMBANGAN PEMIKIRAN I.J. KASIMO .................................. 58 A. Bagi Dunia Politik .................................................................................. 58 B. Bagi Umat Katolik di Indonesia ............................................................. 67 C. Bagi Keberagaman di Indonesia ............................................................ 72 BAB V KESIMPULAN ................................................................................... 77 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 80 LAMPIRAN ...................................................................................................... 82
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ignatius Joseph Kasimo adalah salah satu tokoh Katolik Indonesia yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 8 November 2011.1 Ia dinilai pantas mendapatkan gelar Pahlawan Nasional karena berjasa sebagai salah satu tokoh pelaku sejarah pergerakan awal kemerdekaan Indonesia. Tokoh ini memiliki jiwa kepemimpinan yang nasionalis, jujur, berani, dan konsisten. I.J Kasimo juga memberikan teladan nyata dalam pengabdian tanpa pamrih bagi bangsa serta melaksanakan politik yang beretika dan bermartabat. I.J. Kasimo dilahirkan dalam zaman di mana rakyat mulai sadar dan bangkit melawan penjajah Belanda. Pada awal abad ke-20 berbagai organisasi pergerakan nasional didirikan. Mula-mula masih bersikap hati-hati dan terselubung “meningkatkan martabat rakyat”. Akan tetapi kemudian makin berani dan makin terang-terangan. Tujuan perjuangannya, yaitu : kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 20 Mei 1908 Boedi Oetomo didirikan.2 Tiga tahun kemudian golongan Islam mendirikan Sarekat Islam. Lalu disusul Indische Partij oleh E.F.E. Douwes Dekker. Kemudian Jong Java, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon dan Jong Sumatranen Bond. Indonesia benar-benar dilanda pergerakan nasional. Setahun setelah Boedi Oetomo didirikan, pada 1909 organisasi tersebut sudah mempunyai 40 cabang dengan jumlah anggota kurang 1 2
Benny Sabdo, “ Pahlawan Nasional untuk Kasimo” Hidup, 27 November 2011, hlm. 14. Mikhael Dua, dkk, Politik Katolik Politik Kebaikan Bersama, Jakarta: Obor, 2008, hlm. 28.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
lebih 10.000 orang. Sarekat Islam juga tumbuh pesat sehingga antara 1917-1920 menjadi organisasi massa pertama yang sangat terasa pengaruhnya di dalam politik Indonesia.3 Ketika I.J. Kasimo masih belajar di Muntilan, iklim pergerakan nasional yang melanda
kota-kota
besar
di
Indonesia
sudah
menghembus
dan
mempengaruhi murid-murid Kweekschool4 Muntilan. Akan tetapi kesempatan yang luas baru terbuka setelah mereka meninggalkan sekolah. Pada tahun 1918, I.J. Kasimo memasuki Middelbare Landbouwschool Bogor.5 Di sekolah tersebut ia aktif dalam keanggotaan Jong Java yang bertujuan untuk mendidik para anggota supaya kelak dapat memberikan tenaganya untuk pembangunan Jawa Raya dengan jalan mempererat persatuan, menambah pengetahuan anggota, serta berusaha menimbulkan rasa cinta akan budaya sendiri. 6 Pada tahun 1924-1960 I.J. Kasimo dipilih sebagai ketua Pakempalan Politiek Katholiek Djawi (PPKD)7. Karena jiwa nasionalisme yang dimilikinya, anggota PPKD meluas sampai ke luar Jawa. Untuk itu, pada 1930 nama organisasi diubah menjadi Perkoempoelan Politiek Katholiek di Djawa (PPKD) dan bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa organisasi. Perubahan nama terjadi lagi pada 1935, menjadi Perkoempoelan Politiek Katholiek Indonesia (PPKI)8
3
Tim Wartawan Kompas, I.J. Kasimo Hidup dan Perjuangannya, Jakarta : PT Gramedia, 1980 , hlm. 18. 4 Kweekschool adalah sekolah pendidikan guru 6 tahun berbahasa Belanda, menyiapkan tenaga pengajar bagi HIS (SD Pribumi 7 tahun berbahasa Belanda) dan dapat dimasuki oleh lulusan HIS. 5 Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 16. 6 Ibid., hlm. 19. 7 Ibid., hlm. 26. 8 Anton Haryono, Awal Mulanya adalah Muntilan: Misi Jesuit di Yogyakarta 1914-1940, Yogyakarta: Kanisius, 2009, hlm. 202.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
Pada masa pergerakan kemerdekaan, Kasimo ditunjuk sebagai anggota Volksraad periode 1931-1942.9 Ia ikut menandatangani petisi Soetardjo yang menginginkan kemerdekaan Hindia-Belanda.10 Dalam sebuah sidang di Volksraad 19 Juli 1932, ia mengemukakan sebuah pernyataan politik tentang kemerdekaan Indonesia. “ Suku-suku bangsa Indonesia yang berada di bawah kekuasaan Belanda, menurut kodratnya mempunyai hak dan kewajiban untuk membina eksistensinya sebagai bangsa dan berhak memperjuangkan pengaturan Negara sendiri sebagai sarana untuk mencapai kesejahteraan bangsa sesuai dengan kebutuhan nasionalnya”.11 Beberapa kali ia menjabat sebagai menteri, diantaranya menjadi Menteri Muda Kemakmuran (1947-1948), Menteri Persediaan Makanan Rakyat (19481949 dan 1949-1950), Menteri Kemakmuran (1949-1950), Menteri Perekonomian (1955-1956). Ia juga sempat mendapat penghargaan Bintang Ordo Gregorius Agung dari Paus Yohanes Pulus II pada 29 Agustus 1980.12 I.J. Kasimo merupakan seseorang yang mengubah citra golongan Katolik sebagai unsur yang melekat pada kolonialisme menjadi bagian integral dari bangsa Indonesia. Ia telah berjuang sejak menjadi anggota Volksraad dengan gagasan yang mendukung perjuangan kemerdekaan antara lain dengan mendukung petisi Soetardjo. Pada masa revolusi kemerdekaan, ia menjadi menteri yang mengupayakan swasembada pangan ketika hubungan dengan dunia luar terputus. Dalam persidangan konstituante ia memperjuangkan Pancasila agar tetap
9
Anhar Gonggong, “Kasimo layak jadi Pahlawan Nasional”, Hidup, 9 November 2008, hlm. 6. Alexander Aur, “Perjuangkan Kemerdekaan”, Hidup, 9 November 2008, hlm. 7. 11 Ibid 12 Greg Soetomo, “Katolik yang tidak minder”, Hidup, 27 November 2011, hlm. 11. 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
menjadi dasar negara.13 Bahkan ia turut bergerilya dari desa ke desa selama beberapa bulan dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948.
B. Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Apa latar belakang I.J. Kasimo mengembangkan Nasionalisme pada zaman kolonial ? 2. Bagaimana proses yang dilalui I.J. Kasimo dalam mengembangkan Nasionalismenya pada zaman kolonial ? 3. Apa saja sumbangan pemikiran I.J. Kasimo dari Nasionalisme yang dimilikinya bagi masyarakat Indonesia ?
C. Tujuan Penulisan Sesuai dengan masalah yang dikemukakan, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah: 1.
Menjelaskan latar belakang I.J. Kasimo mengembangkan Nasionalisme pada zaman kolonial.
2.
Menjelaskan proses yang dilalui I.J. Kasimo dalam mengembangkan Nasionalismenya pada zaman kolonial.
13
Asvi Warman Adam, Menyingkap Tirai Sejarah, Bung Karno & Kemeja Arrow, Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2012, hlm. 69.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
3. Mendiskripsikan sumbangan-sumbangan I.J Kasimo dari Nasionalisme yang dimilikinya bagi masyarakat Indonesia.
D. Manfaat Penelitian Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Diharapkan hasil dari penelitian ini akan dapat membantu penulis memahami perjuangan-perjuangan I.J. Kasimo dalam mengembangkan nasionalisme, sehingga tokoh ini sangat berperan dalam mengangkat jati diri dan martabat bangsa Indonesia. Hasil penulisan skripsi juga berguna sebagai sumbangan pemikiran dalam menganalisa perjuangan-perjuangan I.J. Kasimo pada masa kolonial. Skripsi ini pun dapat digunakan sebagai kajian lebih lanjut bagi institusi atau lembaga terkait, mahasiswa dan pihak lain yang membutuhkan.
E. Tinjauan Pustaka Jika seseorang ingin menulis sejarah, maka pertama yang dibutuhkan adalah sumber-sumber sejarah. Sumber-sumber sejarah yang digunakan dalam skripsi ini antara lain buku karangan Anton Haryono berjudul Awal Mulanya Adalah Muntilan : Missi Jesuit Di Yogyakarta14. Buku ini mendiskripsikan sejarah penyebaran dan perkembangan misi agama Katolik di Yogyakarta pada tahun 1914 hingga tahun 1940. Di dalamnya juga terdapat data-data mengenai 14
Anton Haryono, Awal Mulanya Adalah Muntilan: Misi Jesuit di Yogyakarta1914-1940, Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2009.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
perkembangan umat Katolik Jawa yang sudah mempunyai organisasi politik yang mandiri, yaitu PPKD. Selain itu, buku ini mendiskripsikan berbagai visi kebangsaan PPKD, diantaranya terrmuat dalam pidato-pidato I.J. Kasimo di Voolksraad. Dari pidato-pidato I.J. Kasimo ataupun visi-visi kebangsaan PPKD, nantinya akan terlihat bagaimana perjuangan I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalisme yang tampak semakin nyata. Sumber berikutnya adalah buku berjudul Sejarah Nasional Indonesia V karangan Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto.15 Buku ini membahas mengenai zaman kebangkitan nasional sampai masa akhir pemerintahan Belanda di Indonesia. Dalam buku ini diterangkan mengenai kegigihan I.J. Kasimo dalam mengembangkan nasionalismenya lewat dukungannya agar Petisi Soetardjo dapat diterima oleh pemerintahan Belanda. Buku ini juga menerangkan saat I.J. Kasimo terlibat dalam GAPI (Gabungan Politik Indonesia) yang kemudian ia menjadi semakin akrab dengan tokoh pergerakan yang beragama non Katolik. Buku Menyingkap Tirai Sejarah, Bung Karno & Kemeja Arrow16, karya Asvi Warman Adam menguraikan bagaimana I.J. Kasimo telah berjasa mengubah citra golongan Katolik yang semula dianggap sebagai golongan yang pro terhadap bangsa kolonial kemudian diakui menjadi bagian integral dari bangsa Indonesia. Citra Katolik yang melekat dengan kolonialisme dibuang, namun penampilan golongan Katolik yang sedari dulu peduli dengan kesejahteraan rakyat yang ditonjolkan. Buku tersebut juga memberikan gambaran bagaimana I.J. Kasimo
15
Marwati Djoened, Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia V, Jakarta :PN. Balai Pustaka, 1984. 16 Asvi Warman Adam, Menyingkap Tirai Sejarah, Bung karno & Kemeja Arrow, Jakarta : PT Kompas Media Nusantara, 2012.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
berjuang dengan mendirikan PPKD, masuk dalam anggota Voolksraad dan mendukung petisi Soetardjo. Buku Politik Katolik Politik Kebaikan Bersama17 karya Mikhael Dua. Buku ini memberikan gambaran seputar perjuangan-perjuangan tokoh Katolik untuk mencapai kemerdekaan melalui dunia politik, salah satunya adalah I.J. Kasimo. Buku ini juga menguraikan tentang ajaran-ajaran dari Pastor van Lith yang mempengaruhi I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalismenya. Dalam mengembangkan
nasionalismenya,
melalui
partai
Katolik
ia
berusaha
membuktikan kepada kaum pribumi dengan bekerja sekuat-kuatnya untuk mengembangkan kemajuan negara dan kesejahteraan rakyat. Sejak awal perjuangan kemerdekaan, gerakan politik Katolik secara sadar memang diarahkan dengan menjadikan kepentingan bersama sebagai tujuan tertinggi politik Katolik, yaitu kemerdekaan. Buku berjudul Peringatan Perdjoangan Politik Khatolik Indonesia18 yang ditulis I.J. Kasimo sendiri membahas bagaimana lahirnya golongan-golongan Katolik yang turut memperjuangkan hak sebagai warga negara melalui partai politik. Buku ini juga menjelaskan keterlibatan PPKD sebagai partai yang menjadi pusat penggerak perjuangan politik Katolik di Indonesia. Buku karya Thasadi, dkk yang berjudul Tokoh-Tokoh Pemikir Paham kebangsaan19 menguraikan bagaimana I. J. Kasimo mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi karena ia dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang merasakan betapa sistem feodalisme dan kolonialisme yang sangat merugikan keluarganya. Buku ini 17
Mikhael Dua, dkk, Politik Katolik Politik Kebaikan Bersama, Jakarta: Obor, 2008. I.J. Kasimo, Peringatan Perdjoangan Politik Khatolik Indonesia, Jakarta : Dewan PKRI, 1949. 19 Tashadi, dkk, Tokoh-Tokoh Pemikir paham Kebangsaan, Jakarta : Dedikbud, 2001. 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
juga menjelaskan tentang kehidupan I.J. Kasimo setelah mengenal Pastor van Lith yang membuatnya semakin menghayati ajaran Katolik. Situasi tersebut ternyata mampu membentuk pribadi dan pemikiran-pemikiran I.J. Kasimo sebagai penganut agama Katolik yang taat sekaligus sebagai nasionalis yang gigih. Semuanya itu terlihat dari aktivitas dan perjuangannya selama masa pergerakan nasional, masa merebut kemerdekaan dan masa mengisi kemerdekaan. Buku karya Tim Wartawan Kompas dan Redaksi Penerbit Gramedia dengan judul I.J. Kasimo Hidup dan Perjuangannya20, memberikan gambaran tentang kehidupan dan perjuangan I.J. Kasimo secara keseluruhan. Buku ini berisi tentang kehidupan I.J. Kasimo semasa kecil hingga dewasa yang kemudian berperanan dalam berbagai aspek kehidupan baik politik, ekonomi, sosial, budaya serta agama.
F. Landasan Teori Sebelum masuk pada pokok pembahasan, penulis perlu menguraikan beberapa konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini yakni mengenai konsep nasionalisme dan kolonialisme. Hal ini bertujuan untuk memperjelas arti dari beberapa kata penting yang sering kali digunakan dalam pembahasan sehingga ada kesamaan pandang. 1. Nasionalisme Boy C. Shafer mendefinisikan
nasionalisme sebagai berikut: 1)
nasionalisme adalah rasa cinta pada tanah air, ras, bahasa serta sejarah budaya 20
Tim Wartawan Kompas , I.J. Kasimo Hidup dan Perjuangannya, Jakarta : PT Gramedia, 1980.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
bersama; 2) nasionalisme adalah suatu keinginan yang tinggi akan kemerdekaan politik, keselamatan dan prestise bangsa; 3) nasionalisme adalah suatu kebaktian mistis terhadap organisme sosial yang kabur, kadang-kadang bahkan adikodrati yang disebut bangsa atau Volk yang kesatuannya lebih unggul daripada bagianbagiannya; 4) nasionalisme adalah dogma yang mengajarkan bahwa setiap individu hanya hidup untuk bangsa dan demi bangsa itu sendiri; 5) nasionalisme adalah dogma yang menyatakan bahwa bangsa sendirilah yang harus dominan di antara bangsa-bangsa lain dan harus bertindak lebih agresif.21 Nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada Negara kebangsaan. Perasaan sangat mendalam akan suatu ikatan yang erat dengan tanah tumpah darahnya, tradisi setempat dan penguasa resmi di daerahnya selalu ada di sepanjang sejarah dengan kekuatan yang berbeda-beda. Akan tetapi baru pada akhir abad ke-18 Masehi nasionalisme dalam arti kata modern menjadi suatu perasaan yang diakui secara umum. Nasionalisme ini makin lama makin kuat peranannya dalam membentuk semua segi kehidupan baik yang bersifat umum maupun yang bersifat pribadi.22 Dahulu kesetiaan orang tidak ditujukan kepada negara kebangsaan, melainkan kepada berbagai macam bentuk kekuasaan sosial, organisasi politik atau raja feodal, dan kesatuan ideologi seperti misalnya suku dan clan, negara kota, atau raja feodal, kerajaan dinasti, Gereja atau golongan keagamaan. Berabad-abad lamanya cita-cita dan tujuan politik bukanlah negara kebangsaan, melainkan
21
Boyd C. Shafer, Nationalism Myth and Reality, New York, A Harvest Book Harcourt Brace & World Inc, 1955, hlm. 6. 22 Hans Kohn, Nasionalisme arti dan sejarahnya, Jakarta : P.T. Pembangunan Djakarta, 1961, hlm. 11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
setidak-tidaknya dalam teori imperium yang meliputi seluruh dunia, meliputi berbagai bangsa dan golongan-golongan etnis di atas dasar peradaban yang sama serta untuk menjamin perdamaian bersama. Nasionalisme adalah salah satu dari kekuatan yang menentukan dalam sejarah modern. Nasionalisme berasal dari Eropa Barat abad ke-18; selama abad ke-19 nasionalisme telah tersebar diseluruh Eropa dan dalam abad ke -20 menjadi suatu pergerakan sedunia. Dari tahun ke tahun arti nasionalisme makin bertambah penting di Asia dan Afrika. Tetapi nasionalisme tidaklah sama di setiap negara dan setiap zaman. Nasionalisme merupakan suatu peristiwa sejarah, jadi ditentukan oleh ide-ide politik dan susunan masyarakat dari berbagai negara di mana ia berakar. Sebagaimana agama, nasionalisme dapat menggambarkan bentuk-bentuk
yang
sangat
berbeda-beda.
Hanya
dengan
mempelajari
pertumbuhan sejarah nasionalisme dan mengadakan penyelidikan perbandingan tentang bentuknya yang berbeda itu, akan dipahami pengaruh nasionalisme sekarang, dan harapan serta bahaya yang telah dibawanya dan akan terus dibawanya, bagi kemerdekaan umat manusia dan pemeliharaan perdamaian.23 Sebelum abad nasionalisme muncul, banyak individu yang mempunyai perasaan yang mirip dengan nasionalisme. Namun perasaan ini hanyalah terbatas kepada individu-individu saja. Banyak rakyat melihat bahwa hidupnya hanya tergantung kepada negaranya saja. Bisa saja bahaya dari luar membangkitkan perasaan persatuan nasional, sebagaimana yang terjadi di Yunani selama perang Persia atau di Perancis dalam perang Seratus Tahun.
23
Ibid., hlm. 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
Nasionalisme Indonesia dapat dilihat dari pembukaan UUD 1945 sebagai nasionalisme Pancasila, yaitu religius, monoteistis, humanistis, berkerakyatan, dan keadilan sosial. Nasionalisme dan patriotisme saling kait mengkait dan merupakan dwi tunggal. Keduanya disumberi oleh rasa cinta, hanya arahnya berbeda. Apabila cinta nasionalisme lebih terarah kepada sesama bangsa, maka patriotisme lebih terarah kepada cinta tanah air dan keduanya berisikan solidaritas atau rasa setia kawan.24 Nasionalisme Indonesia dipertegas secara khusus sebagai nasionalisme pancasila, yaitu nasionalisme yang 1) ber-Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) berPerikemanusiaan yang berorientasi internasionalsime; 3) ber-Persatuan Indonesia yang patriotik; 4) ber-Kerakyatan atau demokratis, dan; 5) ber-Keadilan sosial untuk seluruh rakyat.25 2. Kolonialisme Kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar batas negaranya, sering kali kolonialisme digunakan untuk mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga kerja, dan pasar wilayah. Istilah ini juga menunjuk kepada suatu himpunan keyakinan yang digunakan untuk melegitimasi atau mempromosikan sistem ini, terutama kepercayaan bahwa moral dari pengkoloni lebih hebat ketimbang yang dikolonikan.26
Kekuasaan
dari
kolonialisme
biasanya
mengambil
sikap
bermusuhan terhadap pergerakan nasional dan menentangnya. Kekuasaan tersebut 24
Roeslam Abdulghani, Indonesia Menatap Masa Depan, Jakarta: Pustaka Merdeka, 1987, hal. 200. 25 Siswono Yudohusodo, dkk, Nasionalisme Indonesia dalam Era Globalisasi, Yogyakarta: Widya Patria, 1994, hlm. 35. 26 https://id.m.wikipedia.org/wiki/kolonialisme
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
mempertahankan tata tertib yang ada sebagai realitas yang berfungsi. Ideologi kolonialisme dengan jelas menunjukkan orientasinya ke masa lampau dan tidak mempunyai pandangan ke masa depan. Bahkan kelompok konservatif yang ekstrem ingin mengembalikan masa depan ke masa lampau.27 Masyarakat kolonial terbagi atas dua golongan yang berbeda, yakni penjajah dan terjajah, dan sebagai dua kesatuan yang berlawanan kepentingannya menciptakan situasi konflik yang permanen di berbagai bidang kehidupan. Prinsip diskriminasi pada masyarakat kolonial, lebih memperhebat konflik ini. Nasionalisme yang lahir, berkembang, dan terwujud sebagai pergerakan nasional adalah suatu bentuk tanggapan terhadap situasi tersebut. Nasionalisme sebagai faktor kekuatan juga menentukan jalannya politik kolonial. 28 Kehadiran kolonialisme di bumi Indonesia adalah fakta historis yang turut menentukan perjalanan sejarah bangsa Indonesia.29 Bagi Indonesia, masa kolonialisme dapat dikatakan sebagai masa tersulit. Kondisi sosial dan ekonomi pada masa 1800-an mengalami ketidakstabilan yang cukup hebat akibat adanya sistem kolonial yang cenderung memaksa.30 Kondisi masyarakat Jawa tidak semakin baik tetapi semakin miskin dan mengalami pembodohan yang dilakukan oleh pemerintah demi mencapai keuntungan ekonomi tersebut. Masyarakat Jawa
27
Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari Kolonialisme sampai Nasionalisme, Jakarta : PT Gramedia, 1990, hlm. 260. 28 Sartono Kartodirdjo, op.cit., hlm. 252. 29 Ibid., hlm. 15. 30 Marwati Djoened, Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Jilid V, Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984, hlm. 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
hanya sekedar dimanfaatkan sebagai penyedia sumber tenaga kerja murah serta memiliki tanah sangat potensial31
G. Metode dan Pendekatan Penelitian
1. Metode Penelitian Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : (1) pemilihan topik, (2) pengumpulan sumber, (3) verivikasi, (4) interpretasi, (5) penulisan.32 a. Pemilihan Topik Penelitian ini telah menentukan topik “Nasionalisme I.J. Kasimo pada Zaman Kolonial”. Nasionalisme pada zaman kolonial sangat menarik untuk dibahas, karena Indonesia pada zaman itu sudah terdiri dari golongan-golongan yang beranekaragam sehingga untuk mewujudkan nasionalisme diperlukan kerjasama antara golongan yang satu dengan golongan yang lain. Topik harus memiliki nilai, artinya harus berdasarkan pengalaman manusia yang dianggap penting terutama peristiwa-peristiwa yang dapat membawa perubahan dalam masyarakat. Bagi penulis, skripsi ini memiliki nilai yang sangat mendalam bagi kemajemukan Indonesia di mana pada masa kolonial orang kristiani dianggap sebagai sekutu Belanda, namun I.J. Kasimo yang selalu mengedepankan kemerdekaan Indonesia membuktikan bahwa pada saat itu orang kristiani tidak berpihak pada Belanda melainkan kemerdekaan untuk Indonesia. 31 32
Ibid., hlm. 5. Kuntowijoyo, PengantarIlmu Sejarah, Yogyakarta : Bentang Pustaka, 2005, hlm. 89.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
b. Heuristik atau Pengumpulan Sumber Setelah topik ditentukan, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan sumber-sumber sejarah (Heuristik) baik yang berupa sumber primer dan sumber sekunder. Karena penelitian ini merupakan penelitian pustaka, maka data-data diperoleh dari laporan-laporan penelitian tentang Nasionalisme I.J. Kasimo yang terdapat dalam buku, majalah, maupun artikel di internet. Karena keterbatasan sumber di perpustakaan Sanata Dharma, maka penulis juga mencari sumbersumber terkait di perpustakaan Kolsani Yogyakarta dan Perpustakaan Seminari Tinggi Santo Paulus Kentungan. c. Verifikasi atau Kritik Sumber Verifikasi atau kritik sumber merupakan tahap penelitian setelah pengumpulan data. Ktitik sumber bertujuan untuk mengetahui kredibilitas (dapat dipercaya atau tidaknya sebuah sumber) dan otentisitas (asli atau tidaknya) sumber data yang dipakainya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kritik sumber dalam penelitian atau penulisan sejarah merupakan langkah yang harus dilakukan untuk mengetahui apakah data yang ada dapat dipertanggungjawabkan atau tidak.33 Langkah-langkah konkret kritik sumber dalam rangka mendapatkan data yang kredibel menggunakan beberapa sumber buku yang terkumpul seperti pada buku yang ditulis oleh Tim Wartawan Kompas dengan judul “I.J. Kasimo Hidup dan Perjuangannya” yang diterbitkan oleh PT Gramedia Jakarta tahun 1980, yang nantinya dianggap sebagai sumber primer karena buku ini menggali data dengan
33
Ibid., hlm. 98.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
mewawancarai I.J. Kasimo sendiri di samping kerabat, para sahabat dan rekanrekan seperjuangannya. Buku ini juga memuat tulisan-tulisan yang disumbangkan oleh sejumlah tokoh masyarakat, yakni Mohammad Hatta, A.H. Nasution, Mohammad Roem, Sjafruddin Prawiranegara, Dr. T.B. Simatupang, Dr. Alfian dan Drs. Ben Mang Reng Say yang mengungkapkan segi-segi tertentu dari hidup dan perjuangan I.J. Kasimo. Selain menggunakan sumber-sumber yang terdapat dalam buku, penelitian ini juga menggunakan majalah yang pernah memuat tulisan mengenai I.J. Kasimo. Data-data yang berhasil diperoleh kemudian akan dibandingkan sesuai konteks Zaman yang dialami I.J. Kasimo. Data-data tersebut kemudian ditelaah dan dibandingkan dengan data-data lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian ini. d. Interpretasi Interpretasi juga sering disebut penafsiran data. Data yang diperoleh dari sumber kemudian diintepretasi. Terdapat dua macam interpretasi yaitu analisis (menguraikan) dan sintesis (menyatukan). Fakta-fakta yang diperoleh melalui sumber kemudian diinterpretasi menjadi rangkaian peristiwa yang dapat diuji kebenarannya. Dengan demikian interpretasi data tersebut menjadi kuat karena berdasarkan data yang relevan. e. Historiografi atau Penulisan Tahap terakhir yang dilakukan adalah penulisan. Penulisan ini berdasarkan data-data yang diperoleh dari sumber-sumber yang digunakan dalam penulisan. Dalam penulisan ini, penulis harus memperhatikan penyusunan cerita yang berurutan, penyusunan berbagai kejadian sesuai urutan waktu, hal yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
berhubungan dengan sebab akibat dari suatu peristiwa, daya pikir untuk menciptakan sesuatu yang ada dipikirannya berdasarkan pengalamannya. Berdasarkan judul “Nasionalisme I.J. Kasimo pada Zaman Kolonial” yang menyiratkan ruang dan waktu yang begitu luas, maka diperlukan sistem, kronologi dan periodisasi dalam penulisannya, yaitu terlihat dalam pembagian periodisasi pada masa pemerintahan Hindia Belanda dan masa pendudukan Jepang. Penulisan sejarah ini dilakukan setelah melalui beberapa kriteria yang telah tercantum dalam metode penelitian sejarah, antara lain: pemilihan topik, pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Di samping itu dalam penulisan sejarah haruslah sistematis yang mencakup topik, latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penelitian. Beberapa masalah pokok yang akan dibahas pada penulisan ini adalah, pertama : Bagaimana latar belakang I.J. Kasimo mengembangkan Nasionalisme pada zaman kolonialisme; kedua : Bagaimana proses yang dilalui I.J. Kasimo dalam mengembangkan nasionalismenya; ketiga : sumbangan I.J. Kasimo dari nasionalisme yang dimilikinya bagi masyarakat Indonesia. 2. Pendekatan Penelitian Sejarah sebagai ilmu sosial tidak bisa berdiri tanpa bantuan ilmu sosial yang lain. Maka dari itu sejarah meminjam ilmu sosial yang lain agar penelitian sejarah lebih jelas. Pendekatan menjadi sangat penting, sebab dari pendekatan yang mengambil sudut pandang tertentu akan menghasilkan kisah kejadian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
tertentu.34 Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan pendekatan sosial dan pendekatan politik dalam memahami Nasionalisme I.J. Kasimo. a. Pedekatan Sosial Pendekatan sosial adalah pendekatan yang mempelajari manusia dalam hubungannya dengan manusia-manusia lainnya. Selain itu, dapat diartikan sebagai pendekatan yang mempelajari perilaku dan aktivitas sosial dalam kehidupan bersama. Pendekatan sosial dipilih karena Nasionalisme I.J. Kasimo berawal dari lingkungan tempat tinggal Kasimo pada masa feodalisme dan kolonialisme. Ia melihat betapa menderitanya kaum pribumi karena adanya sistem feodalisme dan kolonialisme. Dalam pendekatan ini, akan dilihat kembali loyalitas I.J. Kasimo beserta kaum pergerakan lain untuk bersama-sama berusaha menyejahterakan rakyat. b. Pendekatan Politik Pendekatan politik merupakan pendekatan yang berorientasi pada kebijakan-kebijakan politik. Pendekatan politik digunakan untuk melihat kehidupan politik khususnya pada zaman kolonial di Indonesia. Pendekatan politik juga digunakan untuk melihat kembali perjuangan I.J. Kasimo melawan kolonialisme di Indonesia.
34
Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010, hlm. 37.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
H. Sistematika Penulisan Hasil penelitian ini dituangkan dalam tulisan dengan sistematika sebagai berikut : BAB I pendahuluan memuat latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, tinjauan pustaka, landasan teori, metodologi penelitian dan pendekatan, serta sistematika penulisan. BAB II membahas latar belakang I.J. Kasimo mengembangkan Nasionalisme pada zaman kolonial. BAB
III
membahas
proses
yang
dilalui
I.J.
Kasimo
dalam
mengembangkan Nasionalismenya pada zaman kolonial. BAB IV membahas sumbangan pemikiran I.J. kasimo dari Nasionalisme yang dimilikinya bagi masyarakat Indonesia. BAB V berisi kesimpulan. Bab ini berisi pernyataan penulis mengenai hasil penelitian sekaligus jawaban atas permasalahan yang ada pada pendahuluan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
BAB II LATAR BELAKANG I. J. KASIMO MENGEMBANGKAN NASIONALISME
A. Masa Kecil I.J. Kasimo Permulaan abad ke-20 adalah keadaan di mana orang-orang Katolik mulai menemukan jalan baru untuk ikut memperjuangkan nasionalisme. Hal ini dikarenakan menjelang akhir abad ke-19, perubahan haluan politik terjadi di negeri Belanda. Kaum Liberal yang didukung oleh partai-partai Kristen dan Katolik menang dalam parlemen terhadap kelompok konservatif. Dengan kemenangan ini, politik Cultuurstelsel, politik “tanam paksa” yang digulirkan oleh van den Bosch dan didukung oleh partai konservatif pada 1830 diganti dengan politik etis.1 Meskipun akhirnya politik etis terbilang gagal di beberapa bidang, namun politik etis membawa pengaruh besar bagi lahirnya partai-partai dari golongan pribumi yang nantinya memberikan semangat nasionalisme kepada masyarakat pribumi. Dari partai-partai pribumi itulah orang Katolik mulai sadar besarnya pengaruh politik pada nasib dan masa depan bangsa. Keterlibatan kalangan Katolik akan sangat bermanfaat untuk ikut mempengaruhi dan mengarahkan kebijakan-kebijakan publik selaras dengan nilai-nilai Katolik. Salah satu tokoh Katolik yang turut memperjuangkan nasionalisme di Indonesia adalah Ignatius Joseph Kasimo Endrawahjana. I.J. Kasimo lahir di Yogyakarta, 10 April 1900.2 Ia dilahirkan sebagai anak keempat di antara sebelas
1 2
Mikhael Dua, dkk, Politik Katolik Politik Kebaikan Bersama, Jakarta: Obor, 2008, hlm. 27. Alexander Aur, “Perjuangkan Kemerdekaan”, Hidup, 9 November 2008, hlm. 7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
orang anak dari suami-istri Ronosentiko dan Dalikem. Ayahnya bekerja sebagai prajurit Keraton Yogyakarta, sedangkan segala urusan rumah tangga diserahkan kepada istrinya. Dalikemlah yang harus mengurusi segala urusan rumah tangga, karena pada saat itu seorang prajurit Keraton tidak diperkenankan memiliki pekerjaan lain selain mengabdi pada Sultan. I.J. Kasimo dilahirkan di Yogyakarta, dimana sistem feodalisme saat itu sangat merugikan rakyat kecil. Segala sesuatu dipusatkan untuk kepentingan Sultan serta keluarganya. Kepentingan rakyat kecil tidak pernah menjadi bahan pertimbangan utama. Hampir
seluruh tanah di dalam wilayah kesultanan
misalnya, dikuasai oleh Sultan dan dibagikan kepada para pangeran (putra-putri Sri Sultan) dan petugas-petugas kesultanan sebagai sumber kehidupan. Rakyat kecil sudah boleh merasa bangga jika sampai dipilih menjadi bekel3 dan menerima sebagian dari hasil tanah.4 Dalam struktur feodal yang berlaku di Yogyakarta pada waktu itu, abdi dalem merupakan milik pribadi sultan. Ronosentiko sebagai abdi dalem prajurit Mantrijero tidak menerima gaji. Sebagai imbalan atas jasa-jasanya, Ronosentiko memperoleh sebidang tanah seluas dua jung atau kurang lebih delapan bahu (7096,50 m2). Setelah sistem apanage5dihapuskan dan diganti dengan undangundang tahun 1918, ia menerima ganti berupa uang sebesar 26 gelo.6
3
Bekel adalah pengelola milik pangeran atau keluarga Sultan. Ia biasanya berfungsi sebagai lurah oleh karena lurah sebagai kepala desa menurut pengertian sekarang, pada waktu itu belum dikenal. 4 Tim Wartawan Kompas, I.J. Kasimo Hidup dan Perjuangannya, Jakarta : PT Gramedia, 1980, hlm. 3. 5 Apanage adalah sistem tanah untuk jabatan sementara, sebagai upah atau gaji seorang priyayi atau bangsawan. 6 Tashadi, dkk, Tokoh-Tokoh Pemikir Paham Kebangsaan, Jakarta : Dedikbud, 1993, hlm. 156.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
Sejak kecil I.J. Kasimo sudah merasakan betapa sistem feodal yang berlaku sangat merugikan rakyat kecil. Gaji ayahnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Untuk itu ibunya harus membanting tulang untuk mencari tambahan penghasilan dengan membuka warung dan menjadi Parealan7 serta mengusahakan pembatikan kecil-kecilan. Melihat kerja keras ibunya, ia tidak tinggal diam. Setiap hari Kasimo kecil pergi ke pasar bersama ibunya untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Ia juga membantu ibunya melayani pelanggan di warung, mengerok batik, dan sebagainya. Setiap pagi ia membuat teh untuk ayahnya, membersihkan rumah, dan menimba air untuk mandi. Dalam keluarganya, I.J. Kasimo juga mendapat perlakuan tidak adil karena sistem feodalisme pada saat itu. Pada zaman itu merupakan kebiasaan yang lazim bahwa anak laki-laki sulung dicalonkan untuk menggantikan kedudukan ayah. Akan tetapi karena Daliman (anak laki-laki pertama dalam keluarga Ronosentiko) meninggal dunia ketika masih kecil, maka anak kedua yaitu Mangoenprawiro, yang mempersiapkan untuk menggantikan ayahnya menjadi prajurit Mantrijero.8 Sebagai calon pengganti ayahnya, kakak yang akan menjadi priyayi ini mempunyai kedudukan istimewa di dalam keluarga. Ia adalah seorang kompris.9 Sebagai kompris ia dibebaskan dari semua pekerjaan rumah tangga dan setelah cukup usianya harus meninggalkan rumah untuk magang di kediaman
7
Parealan adalah tukang tukar uang di pasar. Mantrijero adalah salah satu laskar prajurit professional dan prajurit pengawal Keraton Yogyakarta. 9 Kompris berasal dari bahasa Belanda kroonprins, yang di sini berarti anak laki-laki tertua dari keluarga priyayi. 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
seorang pangeran10 Dengan begitu semua pekerjaan untuk membantu pekerjaan rumah tangga dibebankan oleh I.J. Kasimo dan adik-adiknya. Selain dilahirkan di zaman feodal, Kasimo juga dilahirkan pada zaman di mana kolonialisme Belanda di Indonesia masih sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan di Hindia Belanda. Khususnya pada 1901 saat sistem tanam paksa dihapuskan dan pemerintah Belanda mengumumkan politik kolonial baru, yaitu politik etis. Tanam Paksa dihapuskan karena alasan kemanusiaan. Tanggal 17 September 1901 pada pidato kerajaannya, Ratu Wilhemina mendesak pemerintahan
Hindia
Belanda
untuk
menjalankan
kewajiban
moral
mengembangkan perbaikan nasib penduduk pribumi. Daerah jajahan seperti Indonesia tidak harus dieksploitasi untuk memberikan keuntungan bagi negeri Belanda. Menjadi kewajiban Belanda untuk mendidik bangsa Indonesia ke arah pemerintahan sendiri yang harus dilakukan secara adil dan jujur berdasarkan rasa kemanusiaan.11 Politik etis tersebut seakan memberikan harapan baru bagi kaum pribumi karena pendidikan dan pelayanan kesehatan mulai dibangun untuk kepentingan kaum pribumi. Banyak pengusaha mulai menanamkan modalnya di Indonesia. Permulaan abad ke-20 ditandai oleh semangat baru: rakyat Hindia Belanda perlu dipersiapkan untuk menangani administrasi pemerintahan. Pendidikan menjadi fokus kebijakan baru pemerintah Hindia Belanda dan lembaga-lembaga non pemerintah.12
10
Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 5. Mikhael Dua, dkk, op.cit, hlm. 27. 12 Ibid., hlm. 28. 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
Pada kelanjutannya, politik etis dianggap gagal karena pelaksanaannya berlangsung sangat lambat. Politik etis gagal memecahkan masalah ekonomi, politik, dan sosial. Politik etis juga menyebabkan diskriminasi rasial semakin kuat di kalangan masyarakat. Dalam bidang pendidikan misalnya, sistem persekolahan oleh pemerintah Hindia Belanda waktu itu secara politis mengelompokkan masyarakat ke dalam golongan-golongan dengan garis pemisah yang tajam. Tidak hanya antara masyarakat Eropa dan masyarakat pribumi saja, melainkan pemerintah mendorong penggolongan-penggolongan di
dalam
masyarakat pribumi sendiri. Bentuk-bentuk pengelompokan itu, selain kelas Ongko Loro13 yang diperuntukan bagi pribumi sebagai sekolah rakyat, juga ada sekolah Bumiputera Kelas Satu (Eerste Indlandsche-School) yang didirikan tahun 1907 dan kemudian di tahun 1914 diganti dengan nama Holland Inlandsche School (HIS), yang diperuntukkan bagi anak-anak pribumi dari golongan masyarakat kelas atas seperti bangsawan dan priyayi tinggi.14 Dalam zaman kolonialisme inilah I.J. Kasimo dilahirkan dan dibesarkan. Sebagai anak kecil yang baru berusia 11-12 tahun, I.J. Kasimo memang sepenuhnya belum menyadari akibat-akibat buruk yang disebabkan oleh sistem feodalisme dan kolonialisme. Akan tetapi pengalaman pribadi yang dirasakannya dari keadaan tersebut sangat menentukan kepribadian dan perjuangan hidupnya di kemudian hari.
13 14
Ongko Loro adalah sekolah yang diperuntukkan untuk kaum pribumi. Tashadi, dkk, op.cit., hlm. 156.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
B. Bertemu Pastor F. van Lith Watak dan kepribadian I.J. Kasimo semakin terbentuk ketika ia bertemu dengan Frans van Lith S.J. atau lebih dikenal dengan nama Pastor van Lith. Pastor van Lith adalah seorang imam Jesuit dari Belanda yang meletakkan dasar karya Katolik di Jawa. Ia dicintai masyarakat pribumi karena turut membela dan berjuang bersama masyarakat pribumi dibandingkan mendukung penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Pastor van Lith selalu membela dan memotivasi murid-muridnya supaya kelak bisa menjadi pemimpin bagi kaum pribumi. Bahkan ia berusaha membentuk jiwa-jiwa pejuang agar kelak bisa bebas dari penindasan bangsa asing. Ia dikenal sangat sabar dan lebih mementingkan agar apa yang diajarkannya itu benar-benar meresap ke dalam jiwa muridmuridnya. Apabila para pastor lain yang datang dari negeri Belanda hanya mempunyai misi untuk membabtis orang-orang pribumi, tidak demikian dengan Pastor van Lith. Ia berusaha keras untuk benar-benar menyelami jiwa Jawa dahulu, baru kemudian ia memberikan pengertian kepada orang Jawa tentang pembabtisan tersebut. Selain itu, ia juga mempelajari bahasa Jawa, bahasa Kawi (Jawa Kuno), sejarah serta kebudayaan Jawa.15 Dalam misinya, Pastor van Lith bertujuan untuk memberikan pendidikan yang tinggi kepada pemuda-pemuda Jawa, sehingga mereka mendapat kedudukan yang lebih baik dalam masyarakat. Ia menyadari perasaan tertindas yang dirasakan oleh murid-muridnya. Ia juga tahu bahwa murid-muridnya mempunyai bibit-bibit nasionalisme yang sudah tertanam karena faktor keadaan. Tetapi Pastor
15
Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
van Lith tidak mematikan perasaan nasionalisme itu, namun ia malah membinanya sambil membuang sentimen negatif tentang nasionalisme. Berkat kepedulian dan kecintaannya terhadap kaum pribumi, Pastor van Lith mendapat julukan sebagai “Bapak orang Jawa” dan “Perintis misi Jawa”. Pastor van Lith sangat dihormati dan disayangi oleh siswa-siswanya ataupun bekas anak didiknya. Mereka sering menganggapnya sebagai seorang rasul. Banyak di antara bekas siswanya yang kemudian memeluk sambil berjongkok jika mereka bertemu kembali dengan Pastor van Lith. Di luar lingkungan Katolik pun ia sangat dihormati dan disegani orang. Hidupnya yang sangat akrab dengan dengan rakyat membuat Pastor van Lith diterima di semua lapisan masyarakat. Ia diterima baik di antara para petani kecil maupun di kalangan bangsawan.16 Pengaruh imam Jesuit ini amat besar terhadap I.J. Kasimo. Ajaran-ajaran Pastor van Lith demikian meresap dalam jiwa I.J. Kasimo sehingga dapat dikatakan menjadi pedoman hidup dalam dirinya. Ia terkesan dengan pribadi Pastor van Lith yang sangat menyelami jiwa Jawa, padahal ia adalah seorang Belanda. Ia juga terkesan karena Pastor van Lith halus perangainya dan sesuai dengan kepribadian orang Jawa. Menghadapi anak-anak yang nakal misalnya, ia hanya melelehkan air mata. Mungkin karena ia menyelami jiwa Jawa yang lebih dapat menerima kritik yang disampaikan secara halus daripada dimaki-maki atau dibentak secara kasar.17 Banyak dari murid-muridnya yang memilih dipukuli daripada melihat Pastor van Lith menangis, karena jika Romo van Lith menangis mereka tahu bahwa Pastor van Lith sangat terluka hatinya. 16 17
Tashadi, dkk, op.cit., hlm. 181. Ibid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
Berkat ajaran Romo van Lith, bibit-bibit nasionalisme yang ada pada I.J. Kasimo semakin tertanam kuat. Ia mengajarkan kepada I.J. Kasimo untuk bekerja keras, hidup sederhana, mempunyai rasa kemanusiaan, serta bersikap jujur dan berani dalam mebela hak dan kepentingan rakyat yang tertindas. Ia juga mengajarkan agar I.J. Kasimo mempunyai sikap toleransi terhadap golongan lain yang bukan Katolik dengan memberikan kepada yang bukan Kristen kebahagiaan dari iman kepercayaan dan permandian. Sifat-sifat seperti perikemanusiaan, kerakyatan, kesederhanaan, kejujuran dan keberanian serta toleransi terhadap golongan lain yang dimiliki I.J. Kasimo, sedikit banyak merupakan pencerminan dari ajaran yang diterimanya dari Pastor van Lith yang nantinya sangat berguna untuk memperjuangkan nasionalisme yang ia cita-citakan kelak. Banyak ucapan Pastor van Lith yang masih diingat oleh I.J. Kasimo. Diantaranya adalah : “ Ik leef te midden der Javanen. Ik voel en denk met hun”. (Saya hidup ditengah-tengah orang Jawa. Saya merasakan dan berpikir seperti mereka) “De Javaan is eenverschoppeling in zijn eigen land” (Orang Jawa menjadi orang yang diperlakukan dengan hina di negaranya sendiri.)18 Ucapan dari Pastor van Lith tersebut membuat I.J. Kasimo kagum karena rasa peduli yang dimiliki Pastor van Lith terhadap kaum pribumi. Ia juga kagum terhadap ucapannya tersebut karena Pastor van Lith yang seorang Belanda lebih membela kaum pribumi dibandingkan bangsanya sendiri. Tidak diragukan lagi bahwa ajaran-ajaran dari Pastor van Lith memang menjadi faktor penting dalam menentukan watak dan kepribadian I.J. Kasimo dalam mengembangkan benih-benih nasionalisme yang dimilikinya. Berkat dukungan, semangat, dan kerja nyata dari Pastor van Lith untuk membebaskan 18
Ibid., hlm. 12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
Indonesia dari penjajahan bangsa asing membuat I.J. Kasimo semakin berpegang teguh pada pendiriannya. Pastor van Lith selalu menekankan kesetaraan, bahwa pribumi sama kedudukannya dengan bangsa Belanda. Dengan kata lain, Pastor van Lith selalu menanamkan jiwa nasionalisme kepada muridnya, termasuk I.J. Kasimo. C. Kegemaran Membaca yang Dimiliki I.J Kasimo I.J. Kasimo adalah seseorang yang sangat gemar membaca. Karena kegemarannya ini, ia menjadi seseorang yang mempunyai pikiran yang sangat luas dan menjadi bekalnya dikemudian hari untuk turut serta membangun bangsa Indonesia. Kegemaran membacanya ini sebenarnya ia peroleh sejak kecil. Sewaktu kecil ia sering meminjam buku-buku milik ayahnya, Ronosentiko. Setiap malam ia selalu membaca buku tentang babad Ramayana. Sewaktu sekolah di Muntilan, I.J. Kasimo mempunyai lebih banyak waktu untuk membaca. Jika ada waktu luang di sekolah, ia selalu menggunakann waktu tersebut untuk membaca. Keadaan ini sangat berbeda sewaktu ia masih tinggal dengan keluarganya. Setiap hari ia harus membantu ibunya untuk mengurus kebutuhan rumah tangga. Keadaan itu membuat kesempatannya untuk membaca hanya didapatkan sewaktu malam hari saja. Kesempatan membaca yang banyak membuat minat membacanya makin berkembang di Muntilan, terlebih karena ia sudah lancar berbahasa Belanda. Hal ini membuat wawasannya semakin luas karena ia bisa mempelajari buku-buku yang menggunakan bahasa Belanda. Di Muntilan, ia selalu membaca majalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
Sworo Tomo19 dan banyak membaca buku yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan ekonomi dan sosial. Akan tetapi kadang-kadang ia juga tertarik dengan buku-buku lain, seperti buku-buku tentang ilmu sosiologi, agama serta roman.20 Kegemaran membacanya ini ternyata sangat bermanfaat ketika I.J. Kasimo menjadi anggota klub diskusi di sekolahnya. Pada waktu itu setiap murid kelas IV harus mengikuti klub diskusi yang dipimpin oleh Mas Soejoet, guru bahasa Jawa. Setiap hari miggu tertentu mereka berkumpul dan salah seorang harus menyampaikan pidato atau pendapat yang mengomentari suatu masalah yang yang dianggap yang paling menarik. Pada waktu itulah nampak benar bagaimana ketekunan I.J. Kasimo dalam membaca memberikan sumbangan yang besar terhadap kemampuannya untuk menyampaikan argumentasi. Dukungan kekayaan pengetahuan umum serta bacaan yang luas yang mencakup segala masalah, sangat membantunya dalam mengutarakan pendapat maupun dalam menyanggah pendapat orang lain. Ditambah lagi dengan kelincahannya berbicara, I.J. Kasimo waktu itu tampil sebagai anggota yang paling menonjol dan disegani oleh yang lain.21 Dari kegemarannya ini, banyak buku-buku yang sangat mempengaruhi I.J. Kasimo untuk menjadi seorang yang nasionalis. Seperti buku karangan de Bruijn yang berjudul Sociologische Beginselen (Prinsip-prinsip Sosiologi). Di dalam
19
Sworo Tomo adalah sebuah terbitan yang semula merupakan sebuah forum komunikasi untuk alumni Kolese Xaverius Muntilan. Tujuan Sworo Tomo adalah sebagaimana terumus dalam terbitan No.34/IV, September 1926 berbunyi, antara lain: Untuk menjelaskan ajaran Katolik guna melawan ajaran-ajaran lain yang mengaburkan. 20 Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 14. 21 Ibid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
buku ini dikatakan bahwa pemerintah yang terbaik sebaiknya berasal dari masyarakat itu sendiri. Hal ini disebabkan anggota masyarakat yang bersangkutan jauh lebih mengenal masyarakatnya sendiri daripada orang lain yang datang dari luar masyarakat itu sendiri.22 Sebuah buku lain yang sangat mempengaruhi pemikirannya adalah buku Katholieke Maatschappijleer (Ajaran Sosial Katolik), terjemahan oleh Dr. Drieschen dari buku karangan seorang imam Karmelit, Dr. Llovera. Ia mengatakan bahwa setiap bangsa mempunyai hak untuk mencapai kemerdekaan dan persatuan.23 Buku ini memberikan landasan idiil kepada Kasimo untuk memperjuangkan kemajuan sosial ekonomi yang memang sudah lama menjadi minat dan perhatiannya. Kemudian ada artikel yang dibuat oleh Pastor van Lith yang tentunya sangat berpengaruh besar bagi I.J. Kasimo. Artikel ini berjudul De Politiek Van Nederlands ten Opzinchte Van Nederlands Indie (politik Negeri Belanda terhadap Hindia Belanda). Dalam artikel ini Romo van Lith mempunyai pandangan mengenai perkembangan politik yang akan terjadi di negeri ini. Dalam seruannya kepada orang-orang Indo-Belanda misalnya, Romo van Lith mengatakan, “ Berlalulah sudah zaman penjajahan oleh bangsa kulit putih. Seorang kulit putih tidak akan bertahan untuk selama-lamanya menghadapi 100.000 orang Asia. Orang bermain dengan api jika dengan tinggi hati ingin menjajah orang Jawa, hanya dengan alasan karena ia seorang Jawa. Akuilah hak-hak golongan pribumi, jika kalian ingin agar hak-hakmu diakui. Di dalam gereja kristus tidak ada orang Jahudi, orang Romawi, orang Junani, orang Belanda atau orang Jawa. Dan apa yang ada di dalam gereja sejak semula sudah merupakan hukum, kini kita harus dijadikan hukum pula di luar gereja. Orang Belanda. orang Indo, orang Jawa mulai saat ini harus 22 23
Tashadi, dkk, op.cit., hlm. 185. Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 17.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
hidup rukun seperti saudara. Jika tidak maka dalam waktu dekat pasti akan terjadi perpecahan. Banyak orang di negeri Belanda tidak melihat keadaan di Hindia Belanda seperti kenyataannya. Mereka mengira bahwa keadaan akan tetap berlangsung seperti sekarang, akan tetapi mereka salah. Apa yang berlangsung sekarang tidak akan tetap demikian, yang lemah menjadi kuat dan yang kuat menjadi lemah. Apa yang sekarang berjalan akan berhenti dan apa yang sekarang tegak akan jatuh. Zaman baru dan dunia baru akan tiba dan siapa yang bijaksana akan mempersiapkan diri.”24
Artikel tersebut dipahami sebagai ancaman Pastor van Lith kepada pemerintah Belanda untuk segera mengembalikan kesejahteraan kaum pribumi yang telah hilang akibat keserakahan bangsa Belanda. Artikel tersebut juga membenarkan bahwa perlawanan dari kaum pribumi sebenarnya adalah hal yang wajar dilakukan. Bahkan Pastor van Lith meyakini jika Belanda tidak segera mengembalikan kesejahteraan kaum pribumi, mereka akan bersatu untuk mengusir bangsa Belanda dari bumi Indonesia. Artikel Pastor van Lith ini sangat penting artinya untuk I. J. Kasimo. Artikel tersebut memberikan pedoman kepada I. J. Kasimo dalam tahun-tahun pertamanya mengenai perjuangan politiknya di Indonesia, bahkan dapat dikatakan bahwa seluruh hidupnya merupakan jawaban terhadap seruan Romo van Lith tersebut. Pengalaman-pengalaman inilah yang menumbuhkan jiwa kerakyatan pada diri I.J. Kasimo. Ia semakin yakin dan berani untuk membela rakyat yang tertindas akibat kebijakan-kebijakan dari bangsa penjajah. Pengalaman-pengalamannya tersebut juga mendorongnya untuk selalu berjuang bagi kepentingan rakyat kecil.
24
Tashadi, dkk, op.cit, hlm. 183.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
Di samping itu, pengalaman ini juga menyebarkan benih nasionalisme yang akan nampak berkembang dalam periode hidup yang berikutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
BAB III PROSES I.J. KASIMO MENGEMBANGKAN NASIONALISME A. Mengembangkan Nasionalisme melalui Partai Katolik Upaya I.J. Kasimo untuk memperjuangkan nasionalisme di tengah masyarakat pribumi yang mempunyai sentimen negatif terhadap agama Kristiani semakin terbukti setelah ia lulus dari MLS pada tahun 1921.1 Pada saat itu orang Kristiani dianggap sebagai sekutu dari pemerintah Hindia Belanda dikarenakan persamaan agama yang mereka anut. I.J. Kasimo sebagai seorang pribumi yang beragama Katolik mempunyai keinginan untuk membentuk suatu partai Katolik khusus untuk golongan pribumi. Hal tersebut dilakukannya karena ia ingin membuktikan bahwa agama Katolik bukan berarti agama yang mendukung pemerintah Hindia Belanda. Dari situ nasionalisme I.J. Kasimo sangat terlihat karena pemikirannya mengenai pendirian partai Katolik khusus untuk golongan pribumi. Rencana pendirian partai Katolik tersebut berarti sama saja ingin memisahkan diri dari pemerintah Hindia Belanda karena pasti terdapat tujuan yang berbeda
antara golongan pribumi dan pemerintah Belanda. Jika ia
bergabung dengan partai dari orang Belanda, maka nasionalismenya sangat sulit tercapai karena partai Belanda pasti mempunyai kepentingan sendiri untuk bangsanya. Sedangkan jika ia memiliki partai sendiri, maka ia bisa mengajak kaum pribumi untuk memberikan pengertian mengenai pentingnya nasionalisme bagi kermajuan bangsa.
1
Thasadi, dkk, Tokoh-Tokoh Pemikir Paham Kebangsaan, Jakarta: Dewan PKRI, 1949, hlm. 164.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
I.J. Kasimo semakin berpegang teguh pada pendiriannya untuk mendirikan partai Katolik ketika pada tahun 1922 Pastor Frans van Lith menulis sebuah artikel yang antara lain berbunyi : “Berlalulah sudah zaman penjajahan oleh bangsa kulit putih. Seorang kulit putih tidak akan dapat bertahan untuk selama-lamanya menghadapi 100.000 orang Asia. Orang bermain dengan api jika dengan tinggi hati ingin menjajah orang Jawa, hanya dengan alasan karena ia orang Jawa. Akuilah hak-hak golongan pribumi, jika kalian ingin agar hak-hakmu diakui.”2 Artikel ini membuat I.J. Kasimo semakin yakin untuk mengembangkan nasionalisme di tengah keraguan masyarakat Indonesia terhadap umat Kristiani. I.J. Kasimo mengartikan artikel tersebut sebagai kritik terhadap kolonialisme Belanda dan bukti keberpihakan Pastor van Lith kepada kaum pribumi yang menghendaki kemerdekaan. Artikel tersebut juga menjadi suatu peringatan dari Pastor van Lith terhadap pemerintah Belanda bahwa penjajahan tidak akan bertahan selamanya. Suatu saat kaum pribumi akan bangkit untuk menuntut hak mereka. Yang lebih mendalam lagi, artikel ini mencoba menegaskan bahwa arogansi Belanda terhadap kaum pribumi tidak hanya merusak citra Belanda, melainkan juga citra agama Kristiani di hadapan orang-orang Indonesia. Artikel ini menjadi inspirasi utama bagi I.J. Kasimo dan mantan muridmuridnya di Kweekschool3 Muntilan yang ingin melibatkan diri secara aktif dalam kehidupan politik. Artikel ini dipandang sebagai sebuah pedoman yang menjadi alasan utama bagi pertemuan para tokoh seperti I.J. Kasimo, F.S Harjadi, dan Raden Mas Jakobus Soejadi Djajasepoer. I.J. Kasimo memulai pemikirannya 2
Mikhael Dua, dkk, Politik Katolik Politik Kebaikan Bersama, Jakarta: Obor, 2008, hlm. 34. Kweekschool adalah salah satu jenjang pendidikan resmi untuk menjadi guru pada zaman Hindia Belanda. 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
untuk mendirikan partai Katolik pada tahun 1923 bersama F.S. Harjadi dan RM Jakob Soedjadi.4 Mereka bertiga sepakat untuk membentuk sebuah panitia persiapan untuk mendirikan partai Katolik. Selama satu tahun mereka mengadakan persiapan dengan memberikan pengertian kepada masyarakat Jawa di Yogyakarta dan sekitarnya. Setiap mengadakan pertemuan dengan masyarakat pribumi Jawa selalu dimanfaatkan untuk mematangkan gagasan mendirikan partai politik tersebut. Melalui partai Katolik tersebut, sangat jelas bahwa nasionalisme yang dikembangkan I.J. Kasimo memang tidak bisa terlepas dari nasionalisme yang bersifat religius. Ia mengembangkan nasionalisme dengan berpedoman pada ajaran-ajaran Katolik. Dari ajaran Katolik tersebut, ia mengaktualisasikannya ke dalam nasionalisme yang ia cita-citakan. Hal itu dibuktikan saat ia menolak untuk bergabung dengan IKP (Indische Katholieke Partij) yang berdiri sejak tahun 1917.5 Memang benar bahwa IKP adalah partai Katolik yang didalamnya pasti terdapat banyak persamaan dengan partai yang ingin dibentuk I.J. Kasimo mengenai ajaran-ajaran Katolik. Tetapi karena nasionalisme yang dimilikinya I.J. Kasimo beranggapan jika ia bergabung dengan IKP, maka ia sama saja menjadi penjajah bangsanya sendiri karena IKP dikendalikan oleh orang Belanda. Ia tidak dapat mengabdikan diri pada negerinya jika nama Katolik terdiri dari orang-orang yang menindas bangsanya. Hal tersebut semakin membuktikan bahwa I.J. Kasimo memang seorang nasionalis sejati. Ia tetap berpegang teguh untuk mendirikan partai khusus untuk golongan Katolik pribumi. Ia bisa saja bergabung dengan IKP 4
Mikhael Dua, dkk, op.cit., hlm. 37. Ibid.,hlm. 33.
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
jika hanya ingin memperkuat identitas agama Katolik. Tetapi ia dengan tegas menolak bergabung dengan IKP dan ingin membuktikan bahwa Katolik Pribumi adalah Katolik yang nasionalis. Masalah-masalah yang dihadapi I.J. Kasimo untuk mendirikan partai Katolik tidak membuatnya gentar untuk tetap bersikeras mendirikan partai Katolik bersama teman-teman bekas murid Kweekschool Muntilan. I.J. Kasimo dan teman-temannya tahu bahwa kedudukan mereka di kalangan masyarakat tidak dapat dipandang tinggi. Kecuali itu, mereka juga tahu bahwa jumlah orang Katolik Jawa waktu itu belum banyak, yaitu kurang dari 10.000 orang.6 Meskipun demikian, dalam pertemuan tersebut mereka berani mengambil keputusan untuk mendirikan partai politik untuk .golongan Jawa sendiri, di samping Indische Katholieke Partij (IKP) yang anggota-anggotanya hampir 100% terdiri dari orangorang Katolik Belanda. Akhirnya upaya I.J. Kasimo dan teman-temannya untuk mendirikan partai Katolik untuk golongan pribumi dapat terwujud pada tahun 1923.7 Kebanyakan dari mereka adalah guru sekolah rakyat di Jawa Tengah. Mereka adalah rakyat biasa yang mempunyai cita-cita yang sangat tinggi demi tercapainya pemerintahan yang adil di negaranya. Mereka sadar bahwa pemerintahan yang adil adalah pemerintahan yang menjamin kebebasan beragama, kebebasan menerima pendidikan, kebebasan pelayanan di bidang sosial, kesehatan, dan lain-lain.
6
Tim Wartawan Kompas, I.J. Kasimo Hidup dan Perjuangannya, Jakarta : PT. Gramedia, 1980, hlm. 21. 7 I.J. Kasimo, Perdjoangan Politik Katholik Indonesia, Jakarta :Penghubung Dewan Pimpinan PKRI, 1949, hlm. 18.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
Pengurusnya terdiri atas tiga orang, yaitu FS. Haryadi sebagai ketua, I.J. Kasimo sebagai sekretaris, dan RM. Yakob Sujadi sebagai bendahara. Di dalam lembaran negara, nama resmi yang tercantum adalah Katholieke Vereeniging Voor Politieke Actie Afdeling Khatolieke Javanen. Tetapi berkat nasionalisme yang dimiliki I.J. Kasimo, ia merasa tidak pantas jika nama partai yang dibentuknya menggunakan nama Belanda. Untuk itu, agar partai tersebut dapat dimaknai sebagai partai Katolik pribumi, maka partai tersebut mempunyai nama tersendiri di kalangan pribumi, yaitu Pakempalan Politik Katholik Djawi (PPKD). Perubahan nama partai menggunakan bahasa Jawa tersebut bukan tanpa alasan. Ia ingin menunjukkan bahwa partai yang ia dirikan adalah partai yang benar-benar milik pribumi dan tidak ada campur tangan Belanda.
Mengenai
perubahan nama partai di kalangan pribumi tersebut, nasionalis I.J. kasimo semakin terbukti meskipun dalam lingkup nasionalis Jawa. Tetapi nasionalis Jawa ini akan berkembang menjadi nasionalis Indonesia seiring dengan perjuanganperjuangannya kelak. Upaya I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalisme kembali mendapatkan hambatan pada awal terbentuknya partai, yakni pada tahun 1923. Melalui partai Katolik ini ia harus memutuskan untuk bergabung dengan IKP dengan alasan agar mendapat persetujuan dari hirarki gereja mengenai izin pendirian partai. Memang pada saat itu tidak diperbolehkan mendirikan partai Katolik baru jika sebelumnya sudah ada partai Katolik lain.8 Padahal izin dari hirarki gereja adalah syarat mutlak untuk mendirikan partai katolik. Untuk itu,
8
Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 25.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
mau tidak mau partai yang baru didirikan itu harus bergabung dengan IKP agar mendapatkan izin dari Hirarki Gereja. Dengan bergabungnya PPKD dengan IKP tidak membuat semangat I.J. Kasimo untuk mendirikan partai khusus untuk golongan Katolik pribumi luntur. Bahkan setelah mendapat persetujuan dari hirarki gereja dan IKP untuk mendirikan partai yang berafiliasi dengan IKP, I.J. Kasimo masih harus berjuang untuk mendapatkan pengakuan dari pemerintah Hindia Belanda. Pada saat itu pengakuan badan hukum dari pemerintah Hindia Belanda sangat penting bagi suatu organisasi. I.J. Kasimo adalah seorang Nasionalis yang sangat cerdas dan berani. Demi mendapat persetujuan dari pemerintah Hindia Belanda, I.J. Kasimo mencantumkan secara terselubung tujuan partai tersebut. Sejak semula I.J. Kasimo ingin menunjukkan bahwa perjuangan golongan Katolik Jawa yang dicanangkan adalah suatu perjuangan dalam rangka emansipasi bangsa, yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.9 Dengan tujuan partai seperti itu I.J. Kasimo tidak akan mendapat persetujuan dari pemerintah Hindia Belanda karena pada saat itu adalah zaman penjajahan. Maka dari itu demi memperoleh pengakuan dari pemerintah Hindia Belanda, tujuan partai hanya dicantumkan sebagai partai yang ikut serta berusaha membangun dan memajukan negara. Dengan tujuan partai seperti itu, partai yang baru ini langsung memperoleh pengakuan dari pemerintah Hindia Belanda.
9
Tashadi, dkk, op.cit., hlm. 189.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
Pada tahun 1925 merupakan langkah baru perjuangan I.J. Kasimo untuk mendirikan partai Katolik tanpa adanya campur tangan oleh orang Belanda. Pada saat itu di bidang politik terjadi perkembangan baru. Untuk menjamin agar mayoritas di dalam dewan-dewan perwakilan rakyat tetap berada di tangan Belanda, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan baru mengenai pemilihan anggota dewan-dewan perwakilan ini. Menurut peraturan tersebut para pemilih dibagi dalam 3 golongan : golongan Belanda, pribumi dan timur asing (pemilihan anggota pada waktu itu dilakukan secara tidak langsung). Jika sebelumnya golongan penduduk Belanda dapat memilih seorang pribumi atau timur asing, maka kini tiap golongan penduduk hanya boleh memilih wakil dari golongannya sendiri.
10
Dengan peraturan tersebut, pemerintah kolonial ingin
menjaga agar golongan Belanda tidak sampai kehilangan mayoritas melalui politik tersebut. Akibat perkembangan tersebut, cita-cita I.J. Kasimo untuk mendirikan partai Katolik akhirnya terwujud. Kebijakan tersebut membuat sistem federasi di dalam lingkungan IKP dihapuskan. IKP berdiri sendiri sebagai partai politik, begitu juga dengan PPKD akhirnya bisa berdiri sendiri tanpa adanya campur tangan dari pemerintah Belanda. Tepatnya pada tanggal 22 februari 1925 tercapailah cita-cita I.J. Kasimo untuk mempunyai partai politik yang berdiri sendiri.11 Upaya I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalisme melalui PPKD mulai berkembang dari nasionalis Jawa ke nasionalis Indonesia. Ia sadar bahwa 10 11
Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 27. I.J. Kasimo, op. cit., hlm. 19.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
persatuanlah yang harus dicapai demi kemajuan bangsa Indonesia. Hal tersebut terlihat dari tujuan PPKD yang akan turut berusaha sekuat-kuatnya bagi kemajuan Indonesia. Usahanya itu didasarkan atas dasar-dasar Katolik, tetapi dengan memperhatikan bahwa penduduk Indonesia terdiri terutama atas orang-orang yang bukan Katolik.12 Sementara itu PPKD yang saat itu dipimpin I.J. Kasimo, tepatnya pada 1924 mempunyai pedoman pokok yaitu (a) Aksi PPKD terletak pada
politik yang berdasarkan asas-asas Katolik. (b) Aksi ini bersifat pada
permulaan nasional Jawa, kemudian nasional Indonesia. (c) Haluan PPKD harus evolusioner, artinya menurut jalan yang teratur, tetapi dengan tempo yang cepat.13 Atas dasar pemikiran I.J. Kasimo yang mulai mengembangkan nasionalismenya dari Jawa menuju Indonesia, anggota PPKD meluas. Anggotanya tidak hanya terdiri atas orang-orang Katolik Jawa tetapi juga orang-orang Katolik pribumi lainnya. Untuk itu, pada 1930 nama organisasi diubah menjadi Perkoempoelan Politiek Khatoliek di Djawa dan bahasa Indonesia dijadikan sebagai
bahasa
organisasi.14
Perubahan
nama
partai
tersebut
kembali
memperlihatkan nasionalisme I.J. Kasimo yang semakin maju. Ia sadar bahwa Indonesia terdiri dari berbagai pulau. Maka dari itu partai yang semula bernama Pakempalan Politik Khatolik Djawa diubah menjadi Perkoempoelan Politiek Khatolik di Djawa. Nama partai yang semula memakai bahasa Jawa diubah menggunakan bahasa Indonesia. Kemudian bila dicermati nama partai ditambah menggunakan kata “di”. Kata “di” dapat diartikan bahwa I.J. Kasimo menyadari 12
A.K. Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, Jakarta : PT. Dian Rakyat, 1980, hlm. 72. 13 I.J. Kasimo, Perdjoangan Politik Katholik Indonesia, Jakarta : Dewan Pimpinan PKRI, 1949, hlm. 18. 14 Anton Haryono, Awal Mulanya adalah Muntilan. Yogyakarta : Kanisius, 2009, hlm. 202.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
bahwa Indonesia bukan hanya terdiri dari Jawa saja, melainkan terdiri dari banyak daerah. Kata “di” dalam “di Jawa” menunjukkan bahwa Jawa hanya sebagian daerah dari Indonesia. Selain ditandai dengan perubahan nama partai yang semakin mengarah ke sifat keindonesiaan, nasionalisme I.J. Kasimo semakin terlihat ketika ia menerbitkan surat kabar politik berbahasa Indonesia yaitu Soeara Khatoliek. Media komunikasi ini semula menumpang pada Swara Tama15, pers Katolik berbahasa Jawa yang sangat tekun mengulas berbagai persoalan bangsa. Namun, sejak 1930 Soeara Katholiek terbit mandiri tiga kali sebulan dan sejak 1934 berubah menjadi mingguan.16 Dengan Soeara Katholiek, I.J. Kasimo berharap umat Katolik bisa memperkokoh ikatan persaudaraan serta menumbuhkan semangat kekatolikan dan nasionalisme di seluruh Indonesia. Dari waktu ke waktu I.J. Kasimo semakin gencar dalam mengembangkan nasionalismenya. Hal tersebut terbukti bahwa melalui PPKD, ia terus berusaha memperluas jangkauan pengaruh perjuangan kebangsaannya. Melalui PPKD, ia mulai mendekatkan diri dengan partai-partai nasional lainnya seperti Parindra, Pasundan., Gerindo, dan lain sebagainya. Hal tersebut dilakukannya agar PPKD bisa berdialog mengenai visi dan misi kebangsaan diantara partai-partai nasionalis lainnya.
Kedekatan
PPKD
dengan
partai
nasional
lainnya
semakin
memperlihatkan usaha I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalismenya yang semula hanya bersifat kedaerahan yang kemudian meluas dengan mendekatkan 15
Swara Tama adalah sebuah terbitan yang semula merupakan sebuah forum komunikasi untuk alumni Kolese Xaverius Muntilan. Tujuan Sworo Tomo adalah sebagaimana terumus dalam terbitan No.34/IV, September 1926 berbunyi, antara lain: Untuk menjelaskan ajaran Katolik guna melawan ajaran-ajaran lain yang mengaburkan. 16 Anton Haryono, op. cit., hlm. 204.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
diri dengan partai-partai yang bersifat nasionalis lainnya. Hal tersebut semakin meyakinkan masyarakat Indonesia bhawa PPKD pimpinan I.J. Kasimo adalah partai yang nasionalis walaupun partai tersebut berlabel Katolik. Semangat I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalime semakin nyata ketika pada 1935 PPKD memutuskan untuk menganti nama partai menjadi Perkoempoelan Politik Katholieke Indonesia (PPKI)17. Perubahan tersebut dikarenakan adanya kecenderungan pada organisasi-organisasi pergerakan nasional di Indonesia untuk berkembang dari organisasi-organisasi lokal menjadi nasional. Dari pengaruh tersebut, I. J. Kasimo yang semula mencita-citakan suatu partai Katolik yang dikhususkan untuk golongan Katolik Jawa, kini ia mulai menaruh perhatiannya kepada golongan Katolik di luar Jawa. Hal tersebut juga dikarenakan mulai menyebarnya agama Katolik di luar Jawa. Semula PPKD dengan kata Djawa-nya terasa kental dengan orang-orang Katolik jawa saja. Dengan perubahan nama menjadi PPKI memungkinkan partai yang dipimpin I.J. kasimo tersebut menerima anggota dari luar Jawa. Dari perubahan nama partai tersebut, uapaya I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalisme kembali muncul karena dengan perubahan nama partai tesebut, ia ingin menghilangkan akar kesukuan di dalam partainya. Sebenarnya yang mendorong I.J. Kasimo terjun dalam dunia politik adalah kesadarannya tentang perintah keempat dari Sepuluh Perintah Tuhan yang berbunyi “Hormati Ayah Ibumu”. Perintah ke empat tersebut dipahami I.J. Kasimo dalam arti luas. Menurutnya hormat kepada ayah dan ibu dalam perintah
17
Ibid., hlm. 202.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
keempat tersebut tidak hanya hormat dan cinta kepada orang tua saja, melainkan cinta dan hormat kepada nusa dan bangsa. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran I.J Kasimo yang mengalami perubahan ketika awalnya ia memperjuangkan nasionalisme dari nusa bangsa Jawa kemudian menjadi nusa bangsa Indonesia.. Hal ini mengundang kewajiban antara lain kewajiban untuk bekerja bagi kesejahteraan dan keluhuran tanah air. Semuanya itu mempunyai arti membebaskan tanah air dari belenggu penjajahan.18 Hal inilah yang mendorong I.J. kasimo terjun dalam dunia politik khusunya melalui PPKD/PPKI untuk mencapai cita-citanya dengan menyumbangkan tenaga untuk membebaskan rakyat dari penindasan bangsa asing. 2. Mengaktualisasikan Nasionalisme melalui Voolksraad Upaya I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalismenya kembali berlanjut ketika ia diangkat menjadi anggota Voolksraad pada 1931.19 Keanggotaan Volksraad terdiri dari wakil-wakil golongan masyarakat yang jumlahnya sejak tahun 1927 diperluas dari 48 menjadi 60 orang. Dari jumlah ini, sejak tahun 1931 golongan pribumi diwakili oleh 30 orang sedangkan sisanya terdiri dari wakil-wakil golongan Belanda dan Timur Asing (yaitu Cina dan Arab). Para anggota Voolksraad sebagian besar dipilih secara tidak langsung melalui dewan perwakilan kotapraja, kabupaten dan propinsi. Sebagian lainnya diangkat oleh gubernur jenderal. Untuk masa sidang tahun 1931-1935, ada 5 orang pribumi yang diangkat oleh gubernur jenderal termasuk I.J. Kasimo. Bersama I.J. Kasimo diangkat pula Wiwoho dari golongan Islam, dr. Apituley 18 19
Tashadi, dkk, op.cit., hlm. 190. Greg Soetomo SJ, “Katolik yang Tidak Minder”. Hidup. 27 November 2011, hlm. 11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
dari Moluks Politiek Verbond (Perhimpunan Politik Maluku), Tuanku Mahmud dari Kesultanan Aceh, dan dr. Arifin, yaitu adik dari Abdul Muis, seorang tokoh Sarekat Islam.20 Voolksraad atau Dewan Rakyat didirikan pada 1917.21 Badan ini tidak mempunyai kekuasaan legislatif, hanya memberi nasihat antara lain mengenai keuangan. Voolksraad juga membahas mengenai segala permasalahan yang dihadapi oleh negara Hindia Belanda pada waktu itu. Mulai dari masalah anggaran belanja, pendidikan dan agama sampai kepada masalah tenaga kerja, nasib petani kecil dan kemerdekaan bangsa. Pada tahun 1920 jumlah anggota menjadi 49 orang, diantaranya 24 dipilih dan 24 diangkat termasuk 8 pribumi. Anggota Dewan Rakyat mempunyai kebebasan untuk mengecam aturan-aturan pemerintah. Dengan pecahnya perang Dunia I, muncullah suasana yang lebih demokratis. Bahasa dewan boleh menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa debat. Pidato dalam sidang-sidang permulaan sering mengarah pada revolusioner, mengandung banyak kecaman terhadap pemerintah dan menimbulkan perasaan anti terhadap kolonialisme, anti Belanda dan anti kapitalisme.22 Dengan adanya Voolksraad inilah muncul pidato-pidato I.J. Kasimo yang dikenal sebagai pidato yang sangat berani menentang pemerintah Hindia Belanda. Hal ini dikarenakan di dalam Voolksraad I.J. Kasimo beserta anggota lainnya bebas melontarkan kritik-kritik tajam terhadap pemerintah Hindia Belanda karena sidang-sidang Voolksraad sifatnya bebas dan terbuka. Setiap anggota bebas untuk 20
Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 33. Mikhael Dua, dkk, op.cit., hlm. 29. 22 Marwati Djoened, Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Jilid V, Jakarta, PN. Balai Pustaka.1984, hlm. 50. 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
mengajukan pendapatnya mengenai masalah apa saja. Mereka juga bebas untuk menyerang pemerintah dan melontarkan kritik yang setajam-tajamnya. Semua anggota di Voolksraad juga diperlakukan dengan sama. Seperti pada saat sidang tidak ada anggota yang menempatkan dirinya lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang lain. Sekalipun mereka berbeda pendapat dan kerap kali terlibat dalam perdebatan sengit, namun hubungan pribadi tetap baik. Terutama di antara para anggota golongan pribumi, nampak terjalin hubungan yang akrab sekali. I.J. Kasimo berpendapat bahwa cara terbaik untuk menarik kepercayaan golongan lain adalah ikut serta duduk di dalam dewan-dewan perwakilan rakyat seperti Voolksraad. Oleh sebab itu sebagian besar dari kegiatan partai diarahkan untuk memperoleh kursi-kursi di dalam dewan-dewan perwakilan. Melalui dewan-dewan perwakilan itu wakil-wakil PPKI memperjuangkan kepentingan rakyat banyak. Tentu saja berdasarkan prinsip-prinsip Katolik dan sesuai dengan program kerja PPKI yang antara lain bertujuan memperjuangkan desentralisasi pemerintahan, undang-undang sosial, peningkatan dan perluasan fasilitas pendidikan serta kesehatan rakyat.23 Di dalam Voolksraad, I.J. Kasimo dengan tegas berkomitmen agar PPKI tidak berada dalam satu fraksi dengan IKP. Ia ingin menunjukkan kepada para pemimpin dari golongan lain, bahwa PPKI dan IKP Sekalipun sama-sama partai Katolik, tetapi mempunyai pandangan dan pendapat yang berbeda. Hal tersebut sangat jelas menekankan bahwa I.J. Kasimo adalah seorang yang nasionalis. Ia tidak mau bekerjasama dengan partai yang didirikan oleh orang Katolik Belanda,
23
Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 36.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
meskipun adanya persamaan agama yang mereka anut. Ia sangat yakin bahwa partai tersebut hanya mementingkan kekuasaan, berbeda dengan pendiriannya yang ingin mengembangkan nasionalisme untuk Indonesia. Dalam mewujudkan kemerdekaan, kaum pribumi menempuh cara yang berbeda-beda. Diantaranya ada yang melalui paham tentang sikap terhadap pemerintah (kooperasi dan non-kooperasi), menurut agama (Islam, netral, Kristen), dan menurut pengikutnya (laki-laki, perempuan, pemuda, pemudi)24 Mengenai Voolksraad ini memang ada dua aliran pendapat diantara kaum pergerakan, diantaranya ada orang-orang yang berpendapat seperti I.J. Kasimo. Ia mengatakan bahwa Volksraad mempersatukan gerakan nasional Indonesia. Dengan mengumpulkan pemimpin-pemimpin Indonesia dari berbagai daerah dan menghadapkan mereka kepada masalah-masalah bersama, terutama hubungan mereka
dengan
Belanda,
Voolksraad
membantu
mempersatukan
dan
mengintegrasikan gerakan nasional Indonesia. 25 Di samping pendapat I.J. Kasimo tersebut, ada pemikiran lain bahwa Voolksraad justru memecah belah gerakan nasional Indonesia menjadi kelompok nonkooperasi dan kelompok Kooperasi. Kelompok nonkooperasi terdiri dari organisasi-organisasi seperti PNI (Partai Nasional Indonesia), PI (Perhimpunan Indonesia), Partindo (Partai Indonesia), dan PKI (Partai Komunis Indonesia), serta meliputi pemimpin-pemimpin seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sutan Sjahrir, Mr. Achmad Soebardjo, Mr. Ali Sastroamidjojo, dan lain-lain. Tujuan perjuangan mereka adalah mencapai kemerdekaan Indonesia dengan kekuatan 24 25
A.K. Pringgodigdo, op.cit., hlm. 195. Ibid.,hlm. 35.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
sendiri. Mereka menolak untuk bekerja sama dengan pemerintah kolonial (nonkooperasi) dan menganggap dewan-dewan perwakilan seperti Voolksraad tidak ada gunanya sama sekali.26 Jika kelompok radikal ini ingin mencapai kemerdekaan dengan aksi dan revolusi, maka kelompok kedua yang terdiri dari partai-partai moderat ingin mencapai kemerdekaan nasional melalui evolusi. Mereka ingin mengadakan perombakan di bidang ketatanegaraan, politik, ekonomi dan sosial melalui caracara yang tidak bertentangan dengan hukum. Tokoh –tokoh Voolksraad seperti Mohammad Hoesni Thamrin, Soetardjo Kartohadikusumo, Mr. Soesanto Tirtoprodjo, Soekardjo Wirjopranoto, Wurjaningrat dan dr. Sam Ratulangi serta I.J. Kasimo termasuk tokoh-tokoh dalam kelompok moderat.27 I.J. Kasimo memilih jalan evolusi karena dengan duduk di Voolksraad, ia ingin meyakinkan Pemerintah Belanda mengenai perlunya diadakan perubahan dalam susunan ketatanegaraan di Indonesia. Ia tidak ingin menempuh jalur revolusi karena pada saat itu Belanda sangat tegas dalam menangani gerakan yang radikal atau revolusioner. Gerakan revolusioner tersebut akan ditindas dengan alasan bahwa pemerintah Belanda bertanggung jawab atas keadaan di Indonesia pada saat itu. Dengan keadaan seperti itu, ia memilih untuk mengembangkan nasionalismenya melalui jalan evolusi agar tidak terjadi kelumpuhan perjuangan dikalangan kaum pergerakan nasional. Dengan jalan evolusi yang dipilih I.J. Kasimo, bukan berarti ia mengikuti alur dari pemerintah Belanda. Ketegasan dan
26 27
Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 35. Ibid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
keberaniannya sangat terbukti melalui pidato-pidatonya di Voolksraad. Bahkan pidato-pidatonya dikenal sangat radikal dikalangan kaum pergerakan nasional. Hal ini terbukti dari pidato-pidatonya yang sangat berani untuk menentang penjajahan di Indonesia. Hal ini ia lontarkan dalam pidatonya di depan Voolksraad pada tanggal 13 Juli 1931. Mewakili PPKI, ia menegaskan bahwa kekatolikan tidak bertentangan dengan kebangsaan. Ia menyatakan, “Kami orang-orang Katolik Jawa bukanlah pengikut-pengikut yang baik dari perintis besar Misi Jawa ini jika kami tidak sependapat dengan dia serta pengarang-pengarang Katolik terkenal lainnya seperti Cathrein dan Ferrari mengenai prinsip kebangsaan, yaitu prinsip yang mengatakan bahwa setiap bangsa mempunyai hak untuk membentuk sebuah negara merdeka”28 Pidato yang dikemukakan I.J. Kasimo di dalam Voolksraad tersebut sudah sangat jelas bahwa ia ingin membuktikan bahwa umat Katolik pribumi sangat mendukung dan mengupayakan kemerdekaan bagi Indonesia. Dalam pidatonya ia menegaskan bahwa orang Katolik sangat sependapat dengan “perintis besar Misi Jawa” yaitu Pastor van Lith. Pernyataan ini secara implisit memberi gambaran dua hal sekaligus. Pertama, pendidikan karakter di Kweekschool Muntilan menunjukkan keberhasilan Pastor van Lith. Pendidikan ini tidak hanya sebatas pada terciptanya kader-kader Gereja, tetapi juga kader-kader bangsa yang tanggap akan kebutuhan aktual masyarakat. Kedua, keberpihakan Pastor van Lith terhadap aspirasi nasional bangsa Indonesia yang hendak diteladani merupakan daya dorong yang sangat berharga. Misionaris Jesuit tidak hanya memberi ruang kebebasan bagi umat Katolik pribumi untuk memupuk nasionalismenya, tetapi
28
Mikhael Dua, dkk, op.cit., hlm. 40.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
juga mendukungnya.29 Selain karena pendidikan karakter yang diterima I.J. Kasimo dari Pastor van Lith, pidato tersebut juga terinspirasi dari buku Chaterin dan Ferarri. Dalam buku tersebut ia menemukan bahwa setiap bangsa mempunyai hak untuk merdeka. Dari buku tersebut, ia tahu bahwa Indonesia juga mempunyai hak untuk lepas dari pemerintahan Belanda, pemerintahan yang sangat merugikan kaum pribumi. Dari pendidikan karakter dan buku-buku tentang prinsip kemerdekaan yang diterimanya inilah yang mebuat I.J. Kasimo berani berpidato mengenai keinginan untuk merdeka walaupun ia adalah kaum minoritas jika dilihat dari segi agama. Ia ingin menyadarkan kaum pribumi bahwa Indonesia mempunyai hak untuk merdeka. Indonesia berhak lepas dari belenggu pemerintah Belanda. Dari pidato tersebut I.J. Kasimo juga ingin membuktikan bahwa kendati dirinya wakil dari umat Katolik, namun sebenarnya ia mewakili kepentingan pribumi yang sedang dibelenggu oleh penjajahan bangsa asing. Sikap yang sama diungkapkannya setahun kemudian, tepatnya tanggal 19 Juli 1932 di sidang Voolksraad. Dalam sidang yang terhormat ini, ia mengemukakan sebuah pernyataan politik yang tegas, “Tuan Ketua! Dengan ini saya menyatakan suku-suku bangsa Indonesia yang berada di bawah kekuasaan negeri Belanda, menurut kodratnya mempunyai hak serta kewajiban untuk membina eksistensinya sendiri sebagai bangsa, dan karenanya berhak memperjuangkan pengaturan negara sendiri sebagai sarana untuk mencapai kesejahteraan bangsa sesuai dengan kebutuhan nasional, yaitu sesempurna mungkin. Ini berarti bahwa negeri Belanda sebagai negara berbudaya yang terpanggil mempunyai kewajiban untuk ikut mengembangkan seluruh rakyat, dan khusunya sebagai negara penjajah, mempunyai kewajiban untuk membimbing dan merampungkan pendidikan rakyat, sehingga dengan demikian dapat 29
Anton haryono, op.cit., hlm. 204.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
dicapai kesejahteraan rakyat Indonesia, untuk kemudian dapat diberikan hak untuk mengatur dan akhirnya memerintah negara sendiri.”30
Pidato dari I.J. Kasimo tersebut sudah sangat menegaskan bahwa ia memiliki nasionalisme yang tinggi demi kepentingan bangsa Indonesia. Hal ini terlihat dari pidatonya yang menekankan bahwa suku-suku bangsa Indonesia yang berada di bawah kekuasaan negeri Belanda berhak merdeka. Pidato tersebut sudah sangat jelas bahwa nasionalisme yang dimilikinya sudah meluas, tidak hanya untuk kepentingan di Jawa saja, tetapi untuk kepentingan semua suku di Indonesia. Selain itu melalui pidatonya tersebut, ia dengan tegas meminta pertanggungjawaban dari pemerintah Hindia Belanda mengenai kebijakankebijakan yang sangat merugikan kaum pribumi. Ia juga dengan tegas meminta kepada pemerintah Belanda untuk segera pergi dari bumi Indonesia setelah pemerintah Belanda merampungkan tanggungjawabnya untuk menyelesaikan persoalan yang dibuat oleh pemerintah Hindia Belanda sendiri. Pidato tersebut dikenal sebagai pidato yang sangat radikal diantara kaum pergerakan. Pidato tersebut sekaligus membuktikan bahwa I.J. Kasimo yang merupakan kelompok moderat bukanlah sebagian orang yang hanya menunggu kemerdekaan yang diberikan oleh pemerintah. Kelompok moderat juga bisa bersikap radikal tetapi melalui cara yang berbeda. Perjuangan I.J. Kasimo di dalam Voolksraad dalam tahun-tahun pertama memang ditujukan untuk meyakinkan para pemimpin golongan lain, bahwa golongan Katolik Indonesia adalah orang-orang nasionalis seperti golongan lain
30
Ibid., hlm. 41.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
juga. Hal ini terutama dilakukan dengan jalan memperjuangkan kepentingan rakyat banyak.31 Selain itu, I.J. Kasimo juga banyak memperjuangkan kepentingan rakyat khususnya dalam dua bidang, yaitu pertanian dan pendidikan yang pada saat itu dinilai sangat merugikan kaum pribumi. 3. Mendukung Petisi Soetardjo dan GAPI Upaya I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalisme kembali muncul ketika ia mendukung gagasan dari Soetardjo Kartohadikusumo, teman seperjuangannya di Voolksraad. Petisi ini berusaha mengupayakan agar diselenggarakan suatu musyawarah antara wakil-wakil Indonesia dengan negeri Belanda dimana anggotanya harus mempunyai hak yang sama. Tujuannya adalah untuk menyusun suatu rencana yang isinya adalah pemberian kepada Indonesia suatu pemerintahan yang berdiri sendiri. Pelaksanaannya akan dijalankan secara berangsur-angsur dalam waktu sepuluh tahun atau dalam waktu yang akan ditetapkan dari kesepakatan kedua belah pihak.32 Gagasan tersebut dikenal dengan nama “Petisi Soetardjo” yang diajukan pada tanggal 15 Juli 1936.33 I.J. Kasimo sangat peduli terhadap kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia tanpa memandang agama apa yang mereka anut. Untuk itulah dengan jiwa nasionalisme yang ia miliki, ia turut mendukung dan berupaya agar petisi tersebut dapat terealisasi dengan baik. Selain itu ia sangat mendukung petisi Soetardjo karena petisi tersebut sangat sejalan dengan pemikirannya yang moderat. Ia ingin menuntut kemerdekaan dengan cara mengadakan perombakan di bidang ketatanegaraan, politik, ekonomi, dan sosial melalui cara-cara yang tidak 31
Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 39. Marwati Djoened, Nugroho Notosusanto, op.cit., hlm. 221. 33 Tashadi, dkk, op.cit., hlm. 196. 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
bertentangan dengan hukum. Menurutnya, kerjasama di berbagai bidang antara Indonesia dan negeri Belanda tidak akan memberikan keuntungan yang seimbang bagi kedua belah pihak . Kerja sama tersebut hanya akan menguntungkan pihak yang kuat dan merugikan pihak yang lemah saja. Untuk itulah ia turut mendukung petisi tersebut dengan harapan pemerintah Hindia Belanda bersedia memikirkan pertanggungjawabannya atas segala kerugian yang dialami Indonesia melalui petisi tersebut. Nasionalisme yang dimiliki I.J. Kasimo sangat berperan ketika ia turut serta membantu menyerbarluaskan petisi Soetardjo dikalangan masyarakat Indonesia. Hal itu dilakukannya dengan cara menyebarluaskannya melalui majalah Soeara Katholik. Soeara Katholik adalah majalah milik PPKI yang saat itu diketuai oleh I.J. Kasimo. Berkat upayanya tersebut, dengan cepat petisi ini menyebar luas di kalangan masyarakat. Usahanya untuk menyebarluaskan isi tentang petisi Soetardjo didasarkan atas dasar keinginannya agar masyarakat Indonesia turut mendukung petisi tersebut. Upaya I.J. Kasimo untuk menyebarkan petisi Soetardjo melalui majalah Soeara Katholik sudah sangat membuktikan bahwa ia adalah kaum minoritas yang nasionalis. Melalui majalah yang mempunyai label Katolik, ia tetap menyisipkan kepentingan bangsa dengan menyuarakan agar rakyat Indonesia mendukung petisi Soetardjo. Selain itu, dukungannya juga diwujudkan melalui keanggotaanya di Sentral Komite Petisi Soetardjo yang diketuai oleh Mr. Sartono. Dalam komite tersebut, I.J. Kasimo duduk sebagai anggota panitia. Sentral Komite Soetardjo adalah komite yang berusaha mencari dukungan dari partai-partai di Indonesia agar petisi Soetardjo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
mendapat dukungan dari berbagai partai-partai di Indonesia. Melalui komite tersebut, ia turut berkerja keras dengan mendirikan sub-komite melalui berbagai cabang-cabang PPKI di berbagai daerah. Dalam hal ini, nasionalismenya kembali dibuktikan dengan mendirikan sub-komite melalui PPKI. Ia tidak pernah mempermasalahkan agama untuk mencapai tujuannya dalam mengembangkan nasionalisme walaupun agama Katolik adalah agama yang minoritas. Yang terpenting adalah memerdekaan Indonesia demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia, bukan kesejahteraan umat Katolik saja. Berkat I.J. Kasimo, PPKI sebagai partai Katolik sangat berperan dalam usaha untuk turut memperjuangkan petisi Soetardjo. Upaya tersebut membuat PPKI semakin dikenal dikalangan para kaum pergerakan ataupun partai-partai yang turut memperjuangkan nasionalisme. Hal tersebut juga semakin membuktikan bahwa Katolik pribumi adalah Katolik yang nasionalis. Namun usaha-usaha untuk mewujudkan Petisi Soetardjo gagal. Keputusan Kerajaan Belanda No. 40 tanggal 16 November 1938, menegaskan petisi yang diajukan atas nama Voolksraad ditolak oleh Ratu Belanda. Alasan penolakannya antara lain ialah bahwa Indonesia belum matang untuk memikul tanggung jawab memerintah diri sendiri. Surat keputusan itu disampaikan pada sidang Voolksraad tanggal 29 November 1938.34 Kekecewaan atas penolakan tersebut mendorong terbentuknya suatu federasi pada 21 Mei 1939 yang diberi nama Gabungan Politik Indonesia (GAPI). Adapun organisasi politik yang tergabung di dalamnya yaitu
34
Marwati Djoened, Nugroho Notosusanto, op.cit.,hlm. 229.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
Parindra, Gerindo, PSII, PII, Persatuan Minahasa, Pasundan, dan PPKI.35 GAPI menuntut kepada pemerintah Belanda supaya di Indonesia membentuk parlemen yang sebenarnya, bukan parlemen sandiwara seperti Voolksraad. Untuk melancarkan aksinya tersebut, GAPI membentuk Kongres Rakyat Indonesia (KRI). Kongres Rakyat Indonesia diresmikan sewaktu diadakannnya Kongres Rakyat Indonesia yang pertama tanggal 25 Desember 1939 di Jakarta.36 Kongres Rakyat Indonesia ini berhasil mengeluarkan keputusan antara lain adalah tuntutan agar Indonesia berparlemen penuh dan penetapan bendera Merah Putih dan Lagu Indonesia Raya sebagai bendera dan lagu persatuan Indonesia, serta peningkatan pemakaian bahasa Indonesia bagi rakyat Indonesia. Meskipun petisi yang didukung oleh I.J. Kasimo ini gagal, perjuangannya untuk menarik kepercayaan dari masyarakat pribumi mulai memperlihatkan hasilnya. Dalam lingkungan Voolksraad, ia sudah diterima sebagai seorang nasionalis. Berbeda dengan sebelumnya, banyak yang menganggap I.J. Kasimo adalah seorang tokoh yang pro terhadap Belanda. Selain itu, ia juga dikenal karena bisa berelasi dan bersosialisasi dengan baik di dalam GAPI. Melalui GAPI, ia bisa mendekatkan serta memperluas hubungannya dengan pemimpin-pemimpin nasional lainnya yang beragama non Katolik seperti Muhammad Husni Thamrin dan Abikusno Tjokrosuyoso. Melalui hubungan dekat antara I.J. Kasimo dan tokoh-tokoh non Katolik tersebut sangat berpengaruh bagi upayanya untuk terus mengembangkan nasionalisme. Ia semakin dikenal sebagai tokoh yang benarbenar berupaya mengembangkan nasionalisme. Karena kedekatannya dengan para 35 36
Tashadi, dkk, op.cit., hlm. 197. Marwati Djoened, Nugroho Notosusanto, op.cit., hlm. 232.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
tokoh pergerakan lain , PPKI juga mendapat pengaruh yang sangat besar darinya. Untuk pertama kalinya di dalam sejarah, PPKI benar-benar ikut aktif di dalam gelanggang percaturan politik. Untuk pertama kalinya juga, golongan Katolik Indonesia secara terorganisir benar-benar ikut di dalam emansipasi bangsa yang bertujuan mencapai negara merdeka dan berdaulat.37 4. I.J. Kasimo pada Zaman Jepang Upaya I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalisme terus berlanjut ketika Jepang berusaha masuk ke Indonesia dan merebut tampuk kekuasaan dari tangan pemerintah Hindia Belanda. Usaha Jepang untuk membangun suatu imperium di Asia telah menyebabkan suatu perang di Pasifik. Pada tanggal 8 Desember 1941 secara tiba-tiba Jepang menyerang dan membom Pearl Harbor yakni pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat yang terbesar di Pasifik. Setelah itu, tepatnya pada tanggal 10 Januari 1942 Jepang bergerak ke selatan dan menyerang Indonesia.38 Tiga bulan kemudian, yaitu pada tanggal 8 Maret 1942, pemerintah Hindia Belanda menyerah dan Jepang secara resmi memegang tampuk kekuasaan di Indonesia. Bendera Hinomaru39 menggantikan bendera MerahPutih-Biru. Lagu kebangsaan Kimigayo40 dikumandangkan di seluruh Nusantara. Zaman pendudukan Jepang adalah zaman dimana I.J. Kasimo mempunyai beban yang sangat berat untuk mengembangkan nasionalismenya. Hal ini dikarenakan Jepang menganggap agama Kristiani adalah agama “barat”, agama
37
Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 42. Sartono Kartodirdjo, Sejarah Nasional Jilid VI, Jakarta, Depdikbud, 1975, hlm. 1. 39 Hinomaru adalah lambang bendera nasional Jepang dengan sebuah lingkaran merah di tengah bidang putih. Hinomaru berarti lingkaran matahari. 40 Kimigayo adalah lagu kebangsaan Jepang yang berarti “Semoga kekuasaan yang mulia berlanjut selamanya” 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
barat berarti agama musuh. Oleh karena itu sikap mereka terhadap golongan Kristiani sama sekali tidak menunjukkan toleransi. Banyak rohaniwan dan pemimpin awam katolik disiksa dan dibunuh oleh tentara Jepang. Tidak kurang dari 74 imam, 47 bruder, dan 160 suster meninggal. Selain itu Vikarius Apostolik Maluku dan Papua, Mgr. J. Aerts dituduh menyembunyikan senjata. Bersama 12 imam dan bruder, ia ditembak mati tanpa proses pengadilan.41 Karena keadaan tersebut kegiatan partai Katolik lumpuh total. Dalam situasi seperti ini, pemerintah Jepang membuat sejumlah peraturan dalam rangka pengawasan dan pengaturan hidup beragama, termasuk dilarangnya penggunaan bahasa Belanda dalam kegiatan rohani.42 Kehidupan umat Katolik pada saat itu menjadi sangat mencekam. Mereka tidak bisa menjalankan kegiatan keagamaan secara bebas. Upaya I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalismenya semakin sulit ketika
Jepang
tidak
mengikutsertakannya
untuk
bekerjasama
dengan
pemerintahan Jepang. Padahal ia adalah tokoh pergerakan yang cukup terpandang karena telah menjabat sebagai anggota Voolksraad selama lebih dari 10 tahun. Sebaliknya, tokoh-tokoh seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh Hatta, dan Sutan Syahrir yang sempat dipenjara oleh pemerintah Hindia Belanda dibebaskan dan mendapat tawaran untuk bekerjasama dengan pemerintahan Jepang. Padahal sangat jelas bahwa Ir. Soekarno, Drs. Moh Hatta dan Sutan syahrir adalah tokoh-tokoh yang ingin mencapai kemerdekaan melalui cara-cara yang radikal, berbeda dengan I.J. Kasimo yang ingin mencapai kemerdekaan dengan jalan moderat. Namun I.J.
41 42
Tashadi, dkk, op.cit., hlm. 42. Ibid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
Kasimo yang mempunyai paham moderat malah dimasukkan ke penjara tanpa alasan yang jelas, tepatnya pada tahun 1942.43 Meskipun I.J. Kasimo tidak mengalami penyiksaan yang kejam, namun ia sering menyaksikan bagaimana kejamnya tentara Jepang jika sedang menyiksa tahanan. Ia sangat prihatin dengan keadaan para tahanan lain. Mereka tak segansegan menggunakan cara-cara penyiksaan yang paling kejam untuk mengorek keterangan dari seorang tahanan.44 Setelah 53 hari di dalam tahanan, ia pun juga dibebaskan tanpa alasan yang jelas oleh tentara Jepang. I.J. Kasimo sadar bahwa pada saat zaman pemerintahan Jepang, sangat sulit mengembangkan nasionalisme yang menjadi cita-citanya. Tetapi ia tidak berdiam diri begitu saja dengan keadaan pada waktu itu. Setelah bebas dari tahanan, I.J. Kasimo mencurahkan seluruh tenaga dan waktunya untuk mensejahterakan masyarakat di bidang pertanian. Ia bekerja di kantor Jawatan Pertanian Surakarta. Ia menjabat sebagai adjun landbouw consulent (penyuluh pertanian). Tugasnya antara lain memberikan bimbingan kepada para mantri tani atau demang tani. Pada waktu itu hampir semua mantri tani yang pernah bersekolah di sekolah pertanian adalah bekas murid I.J. Kasimo di Tegalgondo45, bahkan di antara para kepala desa di daerah Surakarta banyak juga yang pernah
43
Tim Wartawan Kompas, op.cit, hlm. 45. Ibid.,hlm. 46. 45 Seperti diketahui bahwa I.J. kasimo pernah menjadi guru sekolah pertanian di Tegalgondo karena ia pernah berselisih paham dengan pimpinan tertinggi perkebunan sewaktu ia bekerja di perkebunan karet milik Belanda di Merbuh. Kasimo tidak terima ia dikatakan sebagai anak kera. Harga dirinya terasa diinjak-injak dan ia membalas perkataan pimpinan tersebut dengan menyebutnya sebagai kera. Ia melarikan diri dan ia dipindahkan ke sekolah pertanian di Tegalgondo. 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
menjadi muridnya, sebab itu pengaruh I.J. Kasimo di bidang pertanian di daerah Surakarta sangat besar pada waktu itu.46 Memang selama penjajahan Jepang I.J. Kasimo tidak mempunyai banyak pilihan untuk terus memperjuangkan nasionalismenya. Terlebih agama yang dianutnya sangat dibenci oleh pemerintahan Jepang. Tetapi dalam hal ini ia tidak mudah menyerah. Ia tetap berpegang teguh pada agama yang dianutnya walaupun taruhannya adalah nyawa. Ia juga tetap mengabdikan diri pada negara dengan usaha mensejahterakan rakyat di bidang pertanian.
46
Tashadi, dkk, op.cit., hlm. 170.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
BAB IV SUMBANGAN PEMIKIRAN I.J. KASIMO A. Sumbangan Pemikiran I.J. Kasimo Bagi Dunia Politik I.J. Kasimo adalah seorang tokoh nasionalis yang memilih terjun ke dalam dunia politik untuk mencapai cita-citanya. Ia adalah seorang politisi berkarakter yang sulit dicari padanannya di masa sekarang ini. Ia menganggap berpolitik adalah sebuah pengabdian, bukannya kesempatan untuk mencari keuntungan. Dalam berpolitik ia tidak pernah menonjolkan jasa-jasa pribadinya kepada orang lain. Ia bekerja dengan kerendahan hati, ketulusan, serta kejujuran. Untuk itulah ia pantas menjadi seorang tokoh inspiratif bagi politikus-politikus di Indonesia khususnya pada masa sekarang ini. Dewasa ini banyak sekali tindakan-tindakan kurang terpuji yang dilakukan oleh elit politik. Perlombaan untuk mendahulukan kepentingan pribadi atau golongan dengan mengabaikan kepentingan umum atau kepentingan bersama, korupsi yang menggerogoti hampir semua elemen politik, serta berbagai perilaku tidak pantas lainnya yang didukung oleh kekuasaan politik tidak jarang mengundang sinisme yang pada gilirannya membuat politik dipandang rendah seakan-akan hanya layak bagi manusia tidak bermoral.1 Saat ini politik di Indonesia juga cenderung diikuti dengan semangat perlombaan penguatan identitas komunal. Tuntutan untuk mendapatkan pengakuan diri dan identitas kelompok menjadi sangat kuat. Asas partai politik mulai dipersoalkan. Pancasila yang sebelumnya dijadikan asas setiap partai politik 1
Mikhael Dua, dkk, Politik Katolik Politik Kebaikan Bersama, Jakarta :Obor, 2008, hlm. 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
cenderung digugat. Tidak heran, gesekan dan konflik sosial sering terjadi dan hampir tidak terhindarkan. Ruang kemerdekaan yang diciptakan oleh revolusi diisi dengan persaingan politik yang tidak jarang menimbulkan konflik sosial. Sebagian elemen bangsa sibuk dengan upaya penguatan komunal, bukannya menggunakan kesempatannya untuk mendorong bangsa ini ke suatu masa depan yang lebih baik. Akibatnya, mereka yang tidak lagi merasa aman berada dalam ruang publik berlari masuk ke dalam kelompoknya sendiri dan ikut memperkuat diri sehingga tercipta berbagai kelompok yang saling berhadapan secara konfrontatif. Yang menyedihkan, tidak jarang agama dijadikan tameng penguatan diri.2 Hal semacam itu tentunya sangat jauh dari sikap yang harusnya dilakukan oleh masyarakat Indonesia, yaitu toleransi dan sikap saling menghargai. Padahal untuk menjalankan sistem politik yang baik seharusnya diikuti dengan kesadaran dan kearifan untuk menerima pluralisme. Oleh karena itu, seharusnya pluralisme disadari sebagai sebuah kunci untuk mencapai suatu masyarakat yang demokratis. Bahkan dalam semangat kebersamaan sebagai bangsa, kesadaran akan kemajemukan seharusnya diikuti dengan semangat membangun kerjasama yang saling menguntungkan. Sayangnya, yang terjadi adalah sebaliknya. Selalu saja ada kelompok yang merasa tidak nyaman dan bahkan tidak rela hidup berdampingan dengan mereka yang berbeda.3 Dari sikap dan tingkah laku seorang politikus akan mudah terlihat apakah dia seorang oportunis ataukah seorang politikus konsekuen dan berkepribadian. Seorang politikus oportunis akan memakai politik untuk kepentingan dirinya 2 3
Ibid., hlm. 15. Ibid., hlm. 16.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
seperti memperkaya diri atau memperoleh kekuasaan. Dia tidak akan malu mengubah pendirian politiknya sejauh itu menguntungkan dirinya. Berbeda dengan itu, seorang politikus yang berkepribadian biasanya berpolitik untuk suatu idealisme atau cita-cita tertentu yang diyakininya berguna bagi masyarakat banyak. Oleh karena itu ia akan terus berjuang guna mencapai cita-cita itu, dan tidak mungkin akan mengubah pendirian politiknya di dalam suasana politik yang sebagaimanapun kalau seandainya ia menganggap hal itu bertentangan dengan idealisme yang mendasari perjuangan politiknya.4 I.J. Kasimo adalah seorang politikus yang berkepribadian. Ia selalu mendahulukan kepentingan orang banyak dibanding kepentingan dirinya sendiri. Ia adalah seorang nasionalis sejati yang memilih terjun ke dunia politik untuk mencapai cita-citanya. Salus populi suprema lex (Kesejahteraan Umum adalah hukum yang tertinggi) adalah azas perjuangan politik yang utama bagi I.J. Kasimo. Ia mengartikan Salus Populi sebagai tiga prinsip yang menjadi tujuan perjuangan, yaitu keadilan bagi setiap warga negara, demokrasi sebagai sarana dan tujuan perwujudan kehendak rakyat, dan kesejahteraan bangsa yang diwujudkan dalam kemakmuran rakyat yang terlepas dari belenggu kemiskinan dan kebodohan, keadilan, demokrasi, dan kesejahteraan rakyat. Azas ini memberikan dorongan dan insiprasi kepadanya untuk menerjunkan diri dalam perjuangan politik. Ia percaya bahwa kekatolikan seorang Katolik dibangun tidak dengan membangun diri sendiri, melainkan dengan membangun sesama, dengan menjadikan nasib dan masa depan sesama sebagai bagian dari nasib dan masa 4
Tim Wartawan Kompas, I.J. Kasimo Hidup dan Perjuangannya, Jakarta : PT. Gramedia, 1980, hlm. 164.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
depannya sendiri.5 Ia tidak ingin menjadi penonton pasif yang hanya menunggu kebaikan yang diberikan oleh pihak penguasa. Terdapat suatu keyakinan kuat untuk ikut mencerdaskan dan memajukan bangsa melalui politik. Pertama-tama I.J. Kasimo ingin memperjuangkan tempat yang wajar bagi umat Katolik sebagai kelompok minoritas di Indonesia. Pada zaman penjajahan Belanda umat Katolik pribumi dianggap sebagai sekolompok orang yang pro terhadap Belanda. Untuk itulah, ia bersama teman-teman bekas murid kweekschool6 Muntilan memutuskan untuk mendirikan partai Katolik khusus untuk golongan Katolik pribumi. I.J. Kasimo beranggapan bahwa jalan satusatunya untuk mendapatkan kepercayaan terhadap masyarakat Indonesia adalah turut berjuang melalui partai Katolik. Memang pada saat itu sudah ada partai lain seperti Indische Partij, Sarekat Islam dan Boedi Oetomo. Namun ia merasakan adanya suatu kekurangan yang tidak dapat dipenuhi oleh partai-partai tersebut. Ia pernah mengatakan bahwa : “Sebab meskipun kita dengan partai-partai nasional itu mempunyai banyak kepentingan-kepentingan nasional bersama, namun disana kita merasa kekurangan banyak satu hal sangat penting, yaitu perhatian terhadap soal agama Katolik di bidang politik. Memang sewajarnya bahwa suatu partai netral tidak dapat memperhatikan kepentingan-kepentingan agama, dan berdasarkan asas netralnya malahan tidak boleh berbuat demikian. Lain dari pada itu meskipun tujuan-tujuan nasional golongan Katolik bangsa kita sama dengan tujuan-tujuan partai netral, namun penentuan syaratsyarat untuk mencapai tujuan tersebut dapat berlainan sekali karena azas dan keyakinan berlainan”7 Dari ungkapan I.J. Kasimo , ia menyadari jika bergabung dengan partaipartai tersebut, ia tidak bisa berjuang untuk membuktikan bahwa agama Katolik 5
Mikhael Dua, dkk, op.cit., hlm. 11. Kweekschool adalah salah satu jenjang resmi untuk menjadi guru pada zaman Hindia Belanda dengan bahasa pengantar bahasa Belanda. 7 Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 24. 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
adalah agama yang nasionalis. Dalam partai-partai tersebut, masih timbul banyak kecurigaan terhadap agama Katolik. Golongan Katolik dinggap sebagai golongan yang mendukung pemerintahan Belanda di Indonesia. Untuk itu ia mempunyai tekad untuk mendirikan partai khusus untuk golongan Katolik. Kesetiaan I.J. Kasimo terhadap kaum pribumi semakin terbukti saat ia tidak mau bergabung dengan IKP ( Indische Katholieke Partij). IKP adalah partai Katolik yang dimiliki oleh orang Belanda. Jika ia hanya ingin memperkuat identitas agama Katolik, maka tentu saja ia memilih bergabung dengan IKP. Tetapi ia ingin mendirikan partai Katolik khusus golongan pribumi. Tujuannya adalah agar masyararakat Indonesia percaya bahwa golongan Katolik pribumi sangat berbeda dengan
pemerintah Belanda. Golongan Katolik pribumi
sebenarnya adalah golongan yang menginginkan kesejahteraan bagi Indonesia. Sebaliknya pemerintahan Belanda hanya ingin meraih keuntungan dengan menindas kaum pribumi. Kecintaan I.J. Kasimo kepada tanah air kembali dibuktikan melalui dunia politik ketika ia berhasil membentuk partai khusus untuk golongan Katolik pribumi di Yogyakarta pada tahun 1923. Dari keberhasilan I.J. Kasimo tersebut, partai Katolik untuk kaum pribumi secara resmi sudah terbentuk. Di dalam pemerintahan Belanda, partai ini dikenal dengan nama Katholieke Vereeniging Voor Politieke Actie Afdeling Khatolieke Javanen. Tetapi karena I.J. Kasimo ingin membuktikan bahwa partai yang baru dibentuknya ini adalah partai khusus untuk golongan Katolik pribumi, maka nama partai menggunakan nama Jawa, yaitu Pakempalan Politik Katholik Djawi (PPKD). Dalam kepengurusannya, PPKD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
terdiri dari tiga orang, mula-mula F.S Haryadi sebagai ketua, I.J. Kasimo sebagai sekretaris, dan R.M. Yakob Sujadi sebagai bendahara. Namun setelah setahun kemudian yaitu pada 1924, I.J. Kasimo menjabat sebagai ketua PPKD.8 Upaya I.J. Kasimo untuk mendapatkan kepercayaan dari kaum pribumi mulai mebuahkan hasil. Seiring dikenalnya PPKD oleh kaum pribumi, golongan Katolik mulai mendapatkan kepercayaan dari kaum pribumi. Tetapi hal tersebut tidak membuatnya berpuas diri. Ia masih harus berjuang agar masyarakat Indonesia mendapatkan kesejahteraan yang selama ini dirampas oleh pemerintah Belanda. Usahanya kembali dimulai ketika ia diangkat menjadi anggota Voolksraad9 pada tahun 1931.10 Sebagai anggota Voolksraad, ia dikenal sebagai politikus yang sangat berani dalam menentang penjajahan Belanda yang memang sangat merugikan rakyat. Dalam sidang Voolksraad, tidak segan-segan ia berpidato yang langsung mengarah mengenai kemerdekaan Indonesia. Sebagai anggota Voolksraad, I.J. Kasimo juga sangat peduli terhadap kehidupan kaum pribumi yang banyak dirugikan oleh pemerintah Belanda. Di bidang pertanian Ia selalu memperjuangkan agar setiap peraturan baru yang dikeluarkan tidak merugikan kepentingan para petani. Seperti misalnya ketika dalam tahun 1933 pemerintah bermaksud mengeluarkan peraturan baru dibidang impor beras, maka I.J. Kasimo mendesak agar diambil langkah-langkah yang melindungi harga beras dalam negeri, sehingga dengan demikian penghasilan
8
Tashadi, dkk, Tokoh-Tokoh Pemikir Paham Kebangsaan, Jakarta : Dedikbud. 1993, hlm. 193. Voolksraad adalahdewan perwakilan rakyat Hindia Belanda yang diprakarsai oleh Gubernur Jendral J.P. van Limburg Stirum bersama dengan Menteri urusan Koloni Belanda; Thomas Bastian Pleyte. 10 Anhar Gonggong, “Kasimo Layak Jadi Pahlawan Nasional”, Hidup. 9 November 2008, hlm. 6. 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
petani tidak dirugikan.11 Sementara itu dibidang pendidikan ia mengkritik sistem pendidikan yang berlaku pada saat itu. Sistem pendidikan pada sat itu bertujuan untuk menghasilkan tenaga-tenaga pribumi bagi pemerintah dan perusahaan asing. Hal ini dimaksudkan agar jumlah tenaga impor yang sangat mahal dapat dibatasi dengan adanya tenaga pribumi yang murah. I.J. Kasimo sangat menentang hal ini karena menurutnya sistem pendidikan yang demikian adalah hal yang salah. Misalnya saja sistem pendidikan seperti itu menyebabkan anak-anak golongan menengah yang sudah menyelesaikan pendidikan harus bekerja pada pemerintah atau perusahaan Belanda dengan gaji yang lebih rendah dari pada meneruskan usaha orangtuanya. Menurut I.J. Kasimo, sistem pendidikan di sekolah-sekolah seharusnya lebih ditujukan untuk memberikan pendidikan kepada murid-murid, bukannya mempersiapkan mereka untuk pekerjaan tertentu saja. Dengan begitu pendidikan akan membantu perkembangan penduduk di bidang kebudayaan, sosial, dan ekonomi.12 Hal-hal tersebut membuktikan bahwa sebagai politikus yang beragama Katolik, I.J. Kasimo tidak hanya memperjuangkan golongan Katolik agar diterima dalam masyarakat pribumi melainkan ia berjuang dengan sepenuh hati untuk menyejahterakan kaum pribumi yang tidak lain bukan terdiri dari golongan Katolik saja. Upaya
I.J.
Kasimo
untuk
memperjuangkan
kemerdekaan
dan
memperjuangkan agar golongan Katolik mendapat kepercayaan dari kaum pribumi kembali berlanjut tepatnya pada 1936. Pada saat itu ia memperlihatkan sikap yang memihak perjuangan kaum nasionalis karena turut mendukung petisi 11 12
Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 40. Ibid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
Soetardjo yang menuntut otonomi bagi Indonesia.13 Meskipun akhirnya Petisi Soetardjo gagal, tetapi usaha I.J. Kasimo dengan turut mengumpulkan dukungan dari berbagai pihak sangat dihargai oleh tokoh-tokoh nasionalis lainnya. Sebagai politikus yang mulai mendapatkan kepercayaan dari tokoh-tokoh nasional lainnya, ia bersama PPKD/PPKI bersama partai nasionalis lainnya mendirikan GAPI (Gabungan Politik Indonesia) bersama PSII, PII, Gerindo, Pasundan, dan Persatuan Minahasa. Saat bergabung dengan GAPI ia mulai akrab dengan tokoh nasional non Katolik seperti Mohammad Hoesni Thamrin. Setelah berjuang selama hampir 20 tahun, akhirnya I.J. Kasimo berhasil mendapatkan kepercayaan dari tokoh-tokoh nasional lainnya. PPKI diterima sebagai partai nasional dan sederajat dengan partai-partai politik lainnya. Sebagai seorang politikus, hidup I.J. Kasimo secara keseluruhan dapat dikatakan berhasil. Ia berhasil , dalam arti bahwa usaha dan jerih payahnya membawa hasil yang baik. Cita-citanya untuk membuktikan bahwa golongan Katolik Indonesia adalah golongan yang sepenuhnya menginginkan kemerdekaan Indonesia sudah tercapai. Berkat usahanya, golongan Katolik tidak dianggap lagi sebagai golongan yang pro Belanda. Mereka sudah dianggap sebagai warga negara penuh yang mempunyai kedudukan, hak serta kewajiban yang sama seperti warga negara Indonesia lainnya. Selain itu ia juga berhasil mempertahankan citranya sebagai seorang politikus yang jujur. Ia tidak pernah memakan uang rakyat demi kepentingan pribadinya. I.J. Kasimo juga tidak mendirikan partai Katolik untuk mencari kedudukan. Baginya, kegiatan politik memang tidak untuk
13
Asvi Warman Adam, Bung Karno & kemeja Arrow, Jakarta: Kompas. 2012, hlm. 66.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
mencari keuntungan pribadi. Menurutnya, kegiatan politik adalah suatu cara untuk mengabdi rakyat dan mengabdi kepentingan umum. Ketika I.J. kasimo dan kawan-kawannya mendirikan Pakempalan Politik Katolik Djawi dalam tahun 1923, tujuannya memang untuk membela kepentingan golongan Katolik, khususnya golongan Katolik Jawa. Tetapi tujuan akhir dari seluruh perjuangan politiknya adalah mengabdi kepentingan umum. Ia percaya bahwa kegiatan politik merupakan suatu bentuk merasul. Melalui politik orang pun dapat berbuat banyak bagi kepentingan umum.14 Untuk itulah ia patut menjadi panutan bagi politikus-politikus di Indonesia karena ia adalah seorang politikus yang nasionalis. Memang pertamatama ia mencari keadilan dengan memperjuangkan hak kaum Katolik, dan setelah itu ia mampu membuktikan bahwa kaum Katolik adalah kaum yang 100% pro terhadap Indonesia. Baru setelah itu ia turut berjuang bersama-sama dengan partai-partai non Katolik ataupun tokoh-tokoh non Katolik untuk mencapai kesejahteraan bersama, bukannya malah memperkuat identitas agamanya sendiri. Tidaklah mengherankan kalau dia dianggap sebagai pemimpin serta pengembang nasionalisme oleh masyarakat Indonesia. Tokoh-tokoh politik pada saat ini seharusnya mencontoh bagaimana perjuangan I.J. Kasimo dalam mewujudkan nasionalismenya melalui dunia politik. Ia mengajarkan politik yang jujur, konsekuen, dan politik yang bermartabat. Ia juga sangat berani dalam menentang kebijakan-kebijakan yang menurutnya merugikan rakyat kecil. Ia lebih mendahulukan kepentingan bersama
14
Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 107.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
dari pada kepentingan pribadi. Tokoh ini tidak mengenal kata mayoritas dan minoritas saat berpolitik. Ia menganggap masyarakat Indonesia itu sama, masyarakat Indonesia itu satu. I.J. Kasimo juga mengajarkan bahwa jika masuk dalam dunia politik, maka cita-cita terpenting yang harus dicapai adalah kemajuan bagi seluruh rakyat Indonesia, bukannya kemajuan dalam satu golongan saja. B. Sumbangan pemikiran I.J. Kasimo bagi Umat Katolik di Indonesia Mungkin tidak ada yang menyangka bahwa seorang anak dari latar belakang agama Islam dan dari keluarga yang biasa kelak bisa menjadi seorang yang sangat berjasa bagi umat Katolik di Indonesia. Itulah I.J. Kasimo, seorang tokoh pergerakan nasional yang sangat dikenang oleh umat Katolik. Ia adalah seorang nasionalis yang sangat hebat. Ia selalu membela rakyat kecil yang tertindas tanpa membedakan suatu golongan apapun. Atas jasa-jasanya, umat Katolik mendapatkan tempat setara di kalangan masyarakat Indonesia sampai saat ini. Dalam sambutan peringatan 40 tahun partai Katolik, ia pernah mengungkapkan, “Betul kita umat Katolik di tanah ini merupakan golongan kecil saja. Tetapi dengan asas-asas katolik yang kita sadari serta kita yakini sebagai asas-asas yang benar-benar dapat merupakan dasar kokoh bagi segala usaha dan kegiatan ke arah lekas tercapainya masyarakat adil dan makmur, kita tetap mempunyai panggilan. Janganlah kita hendaknya mengingkari panggilan suci ini.”15 Ungkapan dari I.J. Kasimo jelas menunjukkan bahwa sebagai kaum peribumi, umat Katolik tidak boleh takut untuk turut memperjuangkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia meskipun golongan Katolik adalah 15
Ibid., hlm. 13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
golongan yang minoritas. Golongan Katolik harus yakin bahwa asas-asas Katolik adalah asas-asas yang tidak bertentangan dengan tujuan seluruh rakyat Indonesia, yaitu kemerdekaan. Maka dari itu, I.J. Kasimo mengajak umat Katolik untuk turut berjuang demi tercapainya masyarakat yang adil dan makmur tanpa meninggalkan ajaran-ajaran Katolik. I.J. Kasimo mempunyai pedoman sendiri dalam kiprahnya untuk mengembangkan nasionalisme.
Ia adalah seorang tokoh nasionalis yang
berpedoman pada ajaran-ajaran Katolik. Ia mengajarkan kepada umat Katolik agar menjadi seorang yang nasionalis tanpa meninggalkan ajaran-ajaran Katolik. Selain itu, ia ingin menggunakan ajaran-ajaran Katolik sebagai roh untuk berkiprah di tengah masyarakat.16 Atas dasar pedoman tersebut, ia mampu menyelaraskan ajaran-ajaran
kekatolikan
dengan
perjuangannya
untuk
mengembangkan
nasionalisme. Banyak sekali ajaran-ajaran Katolik yang mendoirong I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalismenya bagi bangsa Indonesia. . Salah satunya adalah nilai kerasulan yang menjadi salah satu pedomannya untuk mengembangkan nasionalisme. Secara garis besar nilai-nilai kerasulan yang dipahaminya adalah nilai-nilai humanisme. Nilai humanisme berarti semua manusia memiliki kedudukan yang sama di mata Tuhan. Maka dari itu diharuskan setiap bangsa menghormati martabat bangsa lain, sehingga ia tidak setuju dengan perjuangan nasionalisme yang revolusioner dan radikal. Ajaran mengenai nilai humanisme telah diaktualisasikan oleh I.J. Kasimo saat terjadi dua aliran pendapat mengenai
16
Greg Soetomo, “Katolik yang Tidak Minder”. Hidup, 27 November 2011, hlm.11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
bagaimana cara meraih kemerdekaan. Kelompok pertama menginginkan kemerdekaan dicapai melalui aksi dan revolusi. Kelompok ini terdiri dari Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sutan Sjahrir, Mr. Achmad Soebardjo, Mr. Ali Sastroamidjojo, dan lain sebagainya. Sedangkan kelompok kedua menginginkan kemerdekaan diraih dengan jalan evolusi. Yaitu dengan jalan mengadakan perombakan di bidang ketatanegaraan, politik, ekonomi dan sosial melalui caracara yang tidak bertentangan dengan hukum. I.J. Kasimo, dr. Sam Ratulangi, Mohammad Hoesni Thamrin, Soetardjo Kartohadikusumo, Mr. Soesanto Tirtoprodjo, Soekardjo Wirjopranoto dan Wurjaningrat tergolong dalam kelompok pemimpin yang moderat ini.17 I.J. Kasimo memilih jalan evolusi karena terpengaruh dari ajaran-ajaran Katolik tentang nilai humanisme. Ia lebih mengutamakan cinta kasih dan persaudaraan antara semua bangsa. Ia menganggap perang hanyalah sapu dendam. Dalam perjuangan I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalismenya, ia selalu mengingat tentang perintah keempat dari Sepuluh Perintah Tuhan dalam arti luas. “Hormati ayah-ibumu” tidak hanya berarti hormat dan cinta kepada orang tua saja, melainkan juga cinta dan hormat kepada nusa dan bangsa. Hal ini mengundang kewajiban antara lain kewajiban untuk bekerja bagi tercapainya kehormatan dan keagungan tanah air. Semuanya itu mempunyai arti untuk membebaskan tanah air dari belenggu penjajahan. Dalam hal ini, selain hormat kepada kepada ayah dan ibu yang telah membesarkan I.J. Kasimo, ia juga sadar bahwa Indonesia adalah suatu tempat dimana ia tinggal. Jika tempat kelahirannya
17
Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 35.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
diusik, maka ia juga harus berjuang agar di tanah kelahirannya ini ia beserta seluruh rakyat Indonesia dapat hidup tentram. Rasa cinta dan hormat pada tanah air tentu saja sudah dilakukan oleh I.J. Kasimo lewat perjuangan-perjuangannya dalam mengembangkan nasionalisme. Seperti pada saat Jepang menguasai Indonesia pada 1942.18 Ia dipenjara karena dituduh sebagai orang yang pro kepada Belanda dan dapat membahayakan kelangsungan misi Jepang di Indonesia. Setelah bebas dari penjara ia tetap berfikir bagaimana caranya agar dapat berjuang untuk Indonesia. Ia tidak pernah takut kepada Jepang walaupun pada saat itu Jepang dikenal sangat kejam pada agama Kristiani. Perasaan takut itu hilang karena kecintaannya pada tanah air. Maka dari itu ia tetap mengabdi kepada negara dengan mencurahkan seluruh tenaga dan waktunya dibidang pertanian. Semuanya itu ia lakukan demi mensejahterakan kaum pribumi. Selain itu, banyak sekali ajaran-ajaran yang diberikan oleh pastor van Lith kepada I.J. Kasimo untuk menjadi seorang Katolik yang nasionalis. Pastor van Lith memang dikenal sebagai pastor yang membela kaum pribumi dari penindasan bangsa Belanda, padahal ia sendiri adalah seorang Belanda. Pastor van Lith menyadari perasaan tertindas yang dirasakan oleh I.J. Kasimo beserta kaum pribumi lainnya dan sangat memaklumi perasaan cinta kepada tanah air yang dimiliki mereka. Berkat ajaran dari pastor van Lith, I.J. Kasimo sebagai seorang Katolik bisa menjadi pribadi yang mempunyai sikap perikemanusiaan, kerakyatan, kesederhanaan, kejujuran dan keberanian, serta toleransi terhadap golongan lain yang bukan Katolik. Sifat-sifat yang dimiliki I.J. kasimo tersebut,
18
Sartono Kartodirdjo, Sejarah Nasional Jilid VI, Jakarta: Depdikbud, 1975, hlm. 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
ternyata membawa pengaruh besar bagi agama Katolik. Agama Katolik sudah dianggap sebagai agama yang nasionalis. Selain itu, berkat kegigihannya, orangorang Katolik mulai masuk pada jabatan-jabatan di pemerintahan. I.J. Kasimo juga seorang tokoh nasionalis yang patut diteladani oleh umat Katolik karena ia bisa menyeimbangkan antara kegiatan berpolitik dan kegiatan menggereja. Kesibukannya dalam berpolitik tidak membuatnya lupa untuk menjalankan kewajibannya sebagai seorang Katolik yang taat. Ia mempunyai kebiasaan untuk menghadiri misa kudus setiap hari. Suatu kebiasaan yang dimulainya sejak ia bersekolah di Muntilan. Ia biasa berjalan kaki dari rumahnya di Jalan Gresik ke gereja Santa Theresia. Ketika masih tinggal di Surakarta ia juga sangat rajin untuk beribadah di gereja Purbayan walaupun ia harus berjalan sejauh 3 kilometer dari rumahnya. Dahulu ketika masih ada kebiasaan untuk membagikan komuni suci sebelum misa untuk mereka yang terburu-buru, I.J. Kasimo biasa menerima komuni sebelum misa.19 Dengan kegiatan menggereja itulah ia dapat menimba kekuatan untuk menjalankan tugasnya sebagai seorang politikus. I.J. Kasimo memang salah satu tokoh nasional yang patut menjadi teladan bagi umat Katolik di Indonesia. Ia mengajarkan kepada umat Katolik di Indonesia untuk lebih memahami dan memaknai ajaran-ajaran Katolik dengan baik. Bukan hanya memahami dan memaknai saja, melalui ajaran Katolik ia mengajarkan bahwa ajaran-ajaran Katolik harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, ia mengajarkan kepada umat Katolik sebagai umat yang minoritas
19
Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 108.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
untuk turut serta mengembangkan negara Indonesia agar menjadi bangsa yang kokoh walaupun terdapat berbagai perbedaan di dalamnya. Setiap orang Katolik dalam status atau profesi apapun harus mengambil bagian dalam perjuangan untuk mengembangkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia20. Ia juga mengajarkan kepada umat Katolik agar menjadi seorang Katolik yang nasionalis. Walaupun agama Katolik adalah agama yang minoritas di Indonesia, tetapi umat Katolik harus terus berjuang demi kepentingan bersama tanpa memandang suku ataupun golongan. C. Sumbangan Pemikiran I.J. Kasimo bagi
Keberagaman Agama di
Indonesia I.J. Kasimo adalah seorang tokoh pergerakan yang patut menjadi teladan bagi keberagaman agama yang ada di Indonesia jika melihat situasi di Indonesia saat ini. Saat ini di Indonesia sering terjadi konflik yang diakibatkan oleh kesalahpahaman di antara agama-agama yang ada di Indonesia. Jika dipahami dengan baik, agama memang menjadi alat persatuan untuk membangun suatu negara. Tetapi tidak sedikit orang malah menjadikan agama sebagai pemicu konflik di dalam masyarakat Indonesia. Mereka berlomba-lomba untuk menguatkan identitas agama mereka masing-masing. Wacana dominan dan non dominan serta mayoritas dan minoritas pun semakin memperuncing terjadinya konflik. Mereka ingin menunjukkan bahwa agama yang mereka anut adalah agama yang paling suci dengan cara yang salah. Tidak segan-segan agama yang
20
Benny Sabdo, Kiprah Tokoh Katolik Indonesia, Yogyakarta: Kanisius, 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
satu membuat kebohongan terhadap agama yang lain. Mereka sampai lupa bahwa keberagaman agama yang ada di Indonesia itu sebenarnya bertujuan untuk membangun bangsa yang hebat, bukannya berlomba-lomba untuk mendapat pengakuan bahwa agama merekalah yang paling hebat. Mereka tidak sadar bahwa apa yang mereka lakukan sebenarnya tidak bisa membuat bangsa Indonesia menjadi semakin maju, tetapi sebaliknya hal itu membuat Indonesia akan semakin hancur karena tidak adanya persatuan yang selama ini dicita-citakan oleh I.J. Kasimo serta tokoh-tokoh pergerakan nasional lainnya. Dari persoalan-persoalan yang didasari oleh agama tersebut, sebaiknya masyarakat Indonesia belajar dari I.J. Kasimo. Ia adalah seorang tokoh nasionalis yang mempunyai komitmen kemanusiaan tanpa mempersoalkan agama. Hal itu terbukti ketika pada 1921 ia diangkat sebagai pegawai gubernemen di Merbuh yang terletak di kabupaten Kendal, di sebelah barat kota Semarang.. Di dalam perkebunan yang sangat luas ini ia bersama mandor-mandor lain dari bangsa Belanda bertugas mengawasi buruh-buruh yang menyadap karet.21 Sebagai mandor, ia tidak pernah menabur kebencian mengenai agama yang dianut oleh buruh tersebut, padahal saat itu banyak kecurigaan dari kaum pribumi kepada golongan Katolik. Kaum pribumi menganggap golongan Katolik adalah golongan yang mendukung penuh pemerintahan Belanda di Indonesia. I.J. Kasimo tetap bersikap baik walaupun terdapat perbedaan agama antara ia dan buruh-buruh penyadap karet. Dengan sifatnya yang seperti itu, ia mempunyai hubungan yang sangat erat dengan para buruh penyadap karet. Bahkan sewaktu ada buruh yang
21
Ibid.,hlm. 19.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
dipecat, ia tetap menerima buruh tersebut dan dipekerjakan di bagian lain. Padahal peraturan pada saat itu melarangnya untuk melakukan hal tersebut. Akibatnya I.J. Kasimo dipanggil oleh pemimpin tertinggi perkebunan. Ia dimaki-maki, dituduh merusak ketertiban umum dan dituduh merusak suasana kerja. Akhirnya ia dipecat oleh pemimpin tertinggi perkebunan tersebut. Ia rela kehilangan jabatannya hanya demi seorang buruh. Ia rela membela kaum kecil karena alasan kemanusiaan. Ia menolong rakyat kecil tanpa memandang latar belakang agamanya. Yang ia pikirkan hanyalah menolong semua kaum pribumi tanpa kecuali. I.J. Kasimo adalah salah satu tokoh Katolik yang dikenal mempunyai nasionalisme yang tinggi. Pada saat penjajahan Belanda, tidak henti-hentinya ia ingin membuktikan kepada masyarakat Indonesia bahwa agama Katolik adalah agama yang nasionalis. Jika ia tidak mempunyai rasa nasionalis dan hanya ingin menguatkan identitas agama Katolik, bisa saja ia menggabungkan diri dengan IKP yang dibentuk oleh Belanda. IKP adalah partai Katolik yang dimiliki oleh Belanda. Tetapi karena pendiriannya, ia tetap ingin membuktikan bahwa agama Katolik adalah agama yang nasionalis. Agama Katolik ingin ikut berjuang demi terciptanya kesejahteraan rakyat di Indonesia. Perjuangannya pun tidak sia-sia karena ia bisa mendirikan partai khusus untuk golongan Katolik. Melalui partai tersebut, ia berjuang bersama kelompok lain yang bukan berasal dari agama Katolik. Lambat laun agama Katolik sudah dianggap sebagai agama yang nasionalis karena bukti perjuangan yang nyata dari I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalismenya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
Ia adalah salah satu tokoh yang menginspirasi masyarakat Indonesia agar bisa menghormati hak-hak semua agama yang ada di Indonesia. Ia selalu membela kepentingan pribumi tanpa kecuali. Ia membela semua kaum pribumi, termasuk membela kaum pribumi mayoritas padahal ia adalah kaum minoritas jika dilihat dari segi agama. Ia dikenal sebagai tokoh yang bisa menerima semua kalangan, tidak memandang latar belakang sosial ataupun agama. Ia tidak pernah alergi pada perbedaan, baginya perbedaan justru bisa menjadi rahmat untuk membangun negeri ini.22 I.J. Kasimo juga dikenal sebagai simbol minoritas yang percaya diri. Dalam banyak hal, ia maju ke depan sebagai orang Katolik. Ia tidak pernah menutup-nutupi kekatolikannya. Sejak berumur 23 tahun, ia berjuang tanpa raguragu menggunakan bendera Katolik. Kekatolikannya tidak pernah menjadi penghambat baginya untuk berperan secara luas. Tetapi dengan menggunakan ajaran-ajaran katolik, ia menyuarakan cita-cita yang universal. Dengan demikian, dalam perjuangannya ia tidak bisa dikatakan
minoritas. Perjuangannya yang
universal ini membawanya melintasi berbagai golongan dan agama. Inti perjuangannya adalah mewujudkan hak-hak asasi manusia untuk merdeka dari segala bentuk penjajahan dan penindasan.23 Perjuangan I.J. Kasimo tersebut tentunya sangat berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang yang ingin memperkuat identitas agamanya dengan cara yang salah. Mereka hanya ingin menghakimi dan mencari kesalahan agama lain tanpa memikirkan pentingnya nasionalisme bagi 22
Tom Saptaatmaja, “ Belajar dari Kasimo dan Gus Dur”, Hidup, 27 November 2011, hlm.19. Greg Soetomo, “Minoritas yang Percaya Diri”, Hidup, 9 November 2008, hlm. 4.
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
kelangsungan hidup di Indonesia. Untuk itulah I.J. Kasimo patut menjadi teladan oleh masyarakat Indonesia. Bukannya mencari kesalahan agama lain, tetapi ia berusaha membuktikan bahwa agama yang ia anut adalah agama yang nasionalis tanpa memandang rendah agama lain. Apa yang dilakukan I.J. kasimo tersebut seharusnya menjadi contoh yang baik bagi kehidupan beragama di Indonesia. Masyarakat Indonesia harus membuktikan bahwa agama yang mereka anut adalah agama yang nasionalis tanpa memandang rendah agama lain dan siap bekerjasama dengan agama lain untuk mewujudkan negara Indonesia menjadi negara yang hebat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan dari bab II sampai bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Sejak memutuskan untuk mengembangkan nasionalisme, I.J. Kasimo bertekad
untuk memperjuangkan nasib kaum pribumi agar mendapat
kehidupan yang layak di tanah airnya sendiri. Perilaku dan sifat I.J. Kasimo terbentuk karena pengalaman masa kecilnya yang penuh dengan ketidak adilan. Ia dibesarkan pada saat sistem feodalisme dan kolonialisme yang menggerogoti hampir seluruh lapisan masyarakat. Sistem feodalisme dan kolonialisme inilah yang nantinya menjadi salah satu alasannya untuk mengembangkan nasionalisme. Tumbuhnya rasa nasionalisme dalam diri I.J. Kasimo tidak luput dari pengaruh Pastor van Lith yang menanamkan rasa cinta kepada tanah air dan patriotisme ditengah penderitaan yang terjadi akibat kolonialisme. Selain itu aspek lain yang membentuk dirinya menjadi seorang nasionalis adalah kegemarannya membaca. Dari kegemaran membacanya
tersebut,
ia
menemukan
buku-buku
yang
semakin
mematangkan pemikirannya bahwa kesejahteraan rakyat memang hal yang paling penting bagi kelangsungan hidup di suatu negara. 2.
Proses yang dilalui I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalismenya ditempuh melalui jalur politik. Dalam mengembangkan nasionalismenya melalui jalur politik, ia memilih jalan yang evolusioner. Ia memilih jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
evolusi karena pada saat itu Belanda sangat tegas dalam menangani kelompok-kelompok revolusioner. Ia khawatir jika semua kaum pergerakan menggunakan cara yang revolusioner , maka akan terjadi kelumpuhan perjuangan karena akan ditindak tegas oleh Belanda. Oleh karena itu ia memilih jalan evolusioner dengan cara bekerjasama dengan partai nasionalis lainnya dan meyakinkan pemerintah Belanda melalui cara-cara yang tidak bertentangan dengan hukum. Meskipun cara yang ditempuh I.J. Kasimo melalui jalan evolusioner, namun ia menunjukkan sikap yang sangat radikal melalui pernyataan-pernyatannya yang dikenal sangat berani. 3.
Berkat upaya I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalismenya, banyak sekali pemikiran-pemikirannya yang bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat Indonesia. Ia mengajarkan kepada seluruh masyarakat Indonesia agar mayarakat Indonesia bisa menghargai perbedaan agama yang ada di Indonesia. Ia mengajarkan kepada masyarakat Indonesia bahwa perbedaan yang ada sebenarnya adalah suatu kekuatan yang hebat untuk membangun negeri ini. Ia juga mengajarkan kepada politikus di Indonesia agar menjadi politikus yang benar-benar mengorbankan tenaganya untuk rakyat, bukannya memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadi. Ia juga mengajarkan politikus di Indonesia agar menjadi politikus yang jujur, bermartabat, dan konsekuen untuk menjalankan tugasnya. Selain itu ia juga mengajarkan kepada umat katolik agar mampu menyelaraskan ajaran-ajaran Katolik dengan kegiatan sehari-hari. I.J. Kasimo juga menginspirasi umat katolik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
agar menjadi umat yang turut memajukan bangsa Indonesia meskipun golongan katolik adalah golongan yang minoritas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
DAFTAR PUSTAKA
Asvi Warman Adam. 2012. Menyingkap Tirai Sejarah : Bung Karno dan kemeja Arrow. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. Benny Sabdo. 2015. Kiprah Tokoh Katolik Indonesia. Yogyakarta: PT Kanisius. Dua, Mikhael, dkk. 2008. Politik Katolik Politik Kebaikan Bersama. Jakarta: Obor. Haryono, Anton. 2009. Awal Mulanya Adalah Muntilan. Yogyakarta: Kanisius. Kasimo, I.J. 1949. Peringatan Perdjoangan Politik Khatolik Indonesia. Jakarta: Dewan PKRI. Kohn, Hans. 1961. Nasionalisme Arti dan Sejarahnya. Jakarta: Pustaka Sardjana. Kuntowijoyo. 2006. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang Pustaka. Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah Nasional Jilid V. Jakarta: PN. Balai Pustaka. --------------------- 1993. Sejarah Nasional Jilid VI. Jakarta : PN. Balai Pustaka. Pringgodigdo, A. K. 1979. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: P.T. Dian Rakyat. Roeslam Abdulghani. 1987. Indonesia Menatap Masa Depan. Jakarta: Pustaka Merdeka. Sartono Kartodirjo. 1990. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan nasional Dari Kolonialisme sampai Nasionalisme. Jakarta: P.T. Gramedia. Shafer, Boyd. C. 1955. Nationalism Myth and Reality. New York: A Harvest Book Harcourt Brace & World Inc. Siswono Yudohusodo, dkk. Nasionalisme Indonesia dalam Era Globalisasi. Yogyakarta: Widya Patria. Suhartono Pranoto.W. 2010. Teori dan Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Graha Ilmu. Thasadi, dkk. 1993. Tokoh-Tokoh Pemikir Paham Kebangsaan. Jakarta: CV. Manggala Bhakti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
Tim Wartawan Kompas. 1980. I.J. Kasimo Hidup dan Perjuangannya. Jakarta: Gramedia.
Sumber Majalah Anhar Gonggong. 2008. “Kasimo layak jadi Pahlawan Nasional”. dalam Hidup, 62 (45), 6-7. Aur, Alexander. 2008. “Perjuangkan Kemerdekaan”. dalam Hidup, 62 (45), 7.
Benny Sabdo. 2011. “Pahlawan Nasional untuk Kasimo”. dalam Hidup, 65 (48), 14. Soetomo, Greg. 2011. “Katolik yang Tidak Minder”. dalam Hidup, 65 (48), 11. ------------------- 2008. “Minoritas yang Percaya Diri”. Dalam Hidup, 62 (45), 4. Tom Saptaatmaja. 2011. ““ Belajar dari Kasimo dan Gus Dur”. dalam Hidup, 65 (48), 19.
Sumber Internet Kolonialisme, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kolonialsime. Diakses 19 Oktober 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Foto diri I.J. Kasimo
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Ignatius_Joseph_Kasimo_Hendrowahyono
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
I.J. Kasimo (kanan) saat masa pendidikan di Bogor
Sumber : prioritasnews.com
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
I.J. Kasimo saat berbincang dengan Ir. Soekarno
Sumber : http://www.slideshare.net/giovannipromesso/gereja-dan-politik-belajardari-ij-kasimo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SILABUS Mata Pelajaran
: Sejarah Indonesia
Kelas
: XI
Kompetensi Inti
:
1.
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2.
Menghayati dan mengamati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3.
Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4.
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kompetensi Dasar
1.1 Menghayati nilainilai persatuan dan keinginan bersatu dalam perjuangan pergerakan nasional menuju kemerdekaan bangsa sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa terhadap bangsa dan negera Indonesia. 2.1 Mengembangkan nilai dan perilaku mempertahankan harga diri bangsa dengan bercermin pada kegigihan para pejuang dalam menjajah. 3.5 Menganalisis peran
Materi Pokok
Pembelajaran
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tokoh-tokoh nasional dalam perjuangan menegakkan negara Indonesia. 4.5. Menulis sejarah tentang salah satu tokoh nasional yang berjuang melawan penjajahan kolonial barat.
Tokoh-tokoh nasional dalam
Mengamati :
Observasi :
2 X 45
Membaca buku
Mengamati
menit
I Wayan Badrika. 2006.
perjuangannya
teks, browsing
kegiatan
Sejarah untuk
menegakkan negara
internet dan
peserta didik
SMA kelas XI
republik Indonesia
berdiskusi dengan
dalam proses
Progam
Latar belakang
teman di samping
mengumpulkan
Pengetahuan
I.J. Kasimo
tentang
data, analisis
Sosial, Jilid 2.
mengembangkan
nasionalisme I.J.
data dan
Jakarta :
nasionalisme
Kasimo pada
pembuatan
Erlangga.
pada zaman
zaman kolonial
laporan tentang
kolonial Proses yang
Tim Wartawan
Menanya:
nasionalisme
Kompas. 1980.
Tanya jawab,
I.J. Kasimo
I.J. Kasimo
dilalui I.J.
berdiskusi, dan
pada zaman
Hidup dan
Kasimo dalam
memberi komentar
kolonial
Perjuangannya.
mengembangkan
tentang
Portofolio :
Jakarta : PT
nasionalisme
nasionalisme I.J.
Menilai laporan
Gramedia
pada zaman
Kasimo pada
makalah
kolonial
zaman kolonial
peserta didik
dkk. 2008.
tentang
Politik Katolik
nasionalisme
Politik
Sumbangan pemikiran I.J.
Mengekspolrasikan :
Mikhael Dua,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kasimo dari
Di dalam
I.J. Kasimo
Kebaikan
nasionalime
kelompok, siswa
pada zaman
Bersama.
yang dimilikinya
mengumpulkan
kolonial
Jakarta : Obor
bagi masyarakat
data lanjutan
indonesia
terkait dengan
Tes Tertulis :
Warman. 2012.
latar belakang,
Menilai
Bung Karno
Adam, Asvi
serta usaha-usaha
kemampuan
dan Kemeja
I.J. Kasimo
peserta didik
Arrow. Jakarta :
mengembangkan
dalam
Kompas.
nasionalisme pada
penguasaan
zaman
materi tentang
kolonialimse,
nasionalisme
melalui bacaan
I.J. Kasimo
atau internet
pada zaman
Mengasosiasi : Menganalisis informasi yang didapat dari berbagai sumber mengenai
kolonial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keterkaitan untuk mendapatkan kesimpulan tentang latar belakang, proses, serta sumbangan pemikiran I.J. Kasimo dari nasionalisme yang dimilikinya bagi masyarakat Indonesia, melalui bacaan atau internet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan
: SMA N 2 Yogyakarta
Kelas/ Semester
: XI/ 2
Mata Pelajaran
: Sejarah Indonesia
Materi Pokok
: Tokoh-Tokoh Nasional
Pertemuan
:1
Alokasi Waktu
: 2 X 45 Menit
A. Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya. 2. Menghayati dan mengamati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,
dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi No.
Kompetensi Dasar
1. 1.1 Menghayati nilai-nilai
persatuan dan keinginan bersatu dalam perjuangan pergerakan nasional menuju kemerdekaan bangsa sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa terhadap bangsa dan negera Indonesia.
Indikator Pencapaian Kompetensi 1.1.1 Menunjukkan sikap syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah.
2. 2.1 Mengembangkan nilai
2.1.1 Menunjukkan sikap dan perilaku cinta dan perilaku tanah air dalam kehidupan seharimempertahankan harga hari. diri bangsa dengan bercermin pada kegigihan para pejuang dalam melawan penjajah. 3. 3.5 Menganalisis peran 3.5.1 Mendiskripsikan latar belakang I.J. tokoh-tokoh nasional Kasimo mengembangkan dalam perjuangan nasionalisme pada zaman kolonial. menegakkan negara 3.5.2 Mendiskripsikan proses yang dilalui Republik Indonesia, I.J. Kasimo dalam mengembangkan khususnya I.J. Kasimo. nasionalisme pada zaman kolonial. 3.5.3 Mendiskripsikan sumbangan pemikiran I.J. Kasimo dari nasionalisme yang dimilikinya bagi masyarakat Indonesia. 4.1 4.1 Menyajikan hasil analisis 4.1.1 Melaporkan hasil analisis tentang latar tentang peran tokohbelakang, poses, dan sumbangan tokoh nasional dalam pemikiran I.J. Kasimo dari perjuangan menegakkan nasionalisme yang dimilikinya bagi negara Republik masyarakat Indonesia. Indonesia, khususnya I.J. Kasimo.
C. Tujuan Pembelajaran 1. Kompetensi sikap spiritual a. Menunjukkan sikap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah dengan belajar tekun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Kompetensi Sikap Sosial b. Menunjukkan sikap perilaku menghargai jasa-jasa pahlawan dalam melawan penjajah. c. Menunjukkan sikap tanggungjawab dan peduli di sekolah. d. Menunjukkan sikap responsif dan proaktif dalam setiap kegiatan pembelajaran di kelas. e. Menunjukkan sikap dan perilaku cinta tanah air dalam kehidupan sehari-hari. f. Menunjukkan sikap dan perilaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas. 3. Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik dapat : g. Menjelaskan latar belakang I.J. Kasimo mengembangkan nasionalisme pada zaman kolonial. h. Menjelaskan proses yang dilalui I.J. Kasimo dalam mengembangkan nasionalisme pada zaman kolonial i. Menjelaskan sumbangan pemikiran I.J. Kasimo bagi masyarakat Indonesia. j. Mempresentasikan dan melaporkan latar belakang, proses, dan sumbangan
pemikiran
I.J.
Kasimo
dalam
mengembangkan
nasionalismenya bagi masyarakat Indonesia.
D. Materi Ajar Nasionalisme I.J. Kasimo pada Zaman Kolonial 1. Latar belakang I.J. Kasimo mengembangkan nasionalisme pada zaman kolonial. 2. Proses
yang
dilalui
I.J.
Kasimo
dalam
mengembangkan
nasionalismenya pada zaman kolonial. 3. Sumbangan pemikiran I.J. Kasimo dari nasionalisme yang dimilikinya bagi masyarakat Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Metode Pembelajaran 1. Metode Pembelajaran
: Observasi, Diskusi, , presentasi, Tanya Jawab, dan tugas.
2. Pendekatan Pembelajaran
: Saintifik
3. Model Pembelajaran
: Cooperative Learning
F. Sumber Belajar Sumber buku
I Wayan Badrika. 2006. Sejarah untuk SMA kelas XI Progam Pengetahuan Sosial, Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Tim Wartawan Kompas. 1980. I.J. Kasimo Hidup dan Perjuangannya. Jakarta : PT Gramedia.
Mikhael Dua, dkk. 2008. Politik Katolik Politik Kebaikan Bersama. Jakarta : Obor.
Adam, Asvi Warman. 2012. Bung Karno dan Kemeja Arrow. Jakarta : Kompas.
G. Media Pembelajaran
Alat
: Laptop, LCD
Bahan
: Foto-foto perjuangan I.J. Kasimo
H. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan
Deskripsi
Alokasi Waktu
1. Pendahuluan
Guru mengucapkan salam.
Guru mengabsen siswa.
Orientasi : Guru memusatkan perhatian siswa pada materi yang akan dipelajari dengan menampilkan slide.
Apersepsi : Guru menanyakan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
10’ Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
zaman kolonial.
Motivasi
:
Guru
mengenai
menyampaikan
dampak-dampak
pahlawan
dari
nasional
dalam
mengembangkan nasionalismenya bagi masyarakat Indonesia
Guru menuliskan tujuan pembelajaran.
Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok
yang
beranggotakan
3-5
siswa. Guru
memberikan
bahan
diskusi
pembelajaran. 2. Kegiatan Inti
A. Mengamati Siswa membaca teks atau referensi yang disediakan oleh guru tentang nasionalisme
yang
dikembangkan
para pahlawan nasional di Indonesia Guru
menampilkan
gambar
I.J.
Kasimo B. Menanya Guru kepada
memberikan siswa
kesempatan
untuk
bertanya
berkaitan dengan nasionalisme I.J. Kasimo pada zaman kolonial. C. Mengumpulkan Informasi Peserta didik dapat mengumpulkan informasi melalui internet, teks yang sudah disediakan atau referensi lain yang relevan tentang nasionalisme I.J. Kasimo pada zaman kolonial.
70’ Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Menalar
Peserta didik mendiskusikan tentang nasionalisme I.J.Kasimo pada zaman kolonial
bersama
teman
satu
kelompoknya.
Dalam kelompok diskusi, peserta didik menganalisis, menghubungkan, dan
mengasosiasikan
informasi-
informasi yang ditemukan melalui sumber tertulis atau internet tentang nasionalisme I.J. Kasimo pada zaman kolonial. E. Mengkomunikasikan
Masing-masing kelompok menyajikan secara lisan hasil analisis dan kesimpulan tentang nasionalisme I.J. Kasimo pada zaman kolonial.
Peserta didik yang lain menyimak dan mencatat informasi dari siswa yang mengungkapkan jawabannya di depan kelas.
Peserta
didik
melaporkan
hasil
analisis dan evaluasi dalam bentuk tulisan
yang
berisi
nasionalisme
I.J.Kasimo pada zaman kolonial.
3. Penutup
Guru
menyimpulan
materi
yang
dipelajari hari ini. Guru mengevaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan belajar.
10’ Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Peserta didik menyampaikan nilainilai yang diperoleh hari ini. Informasi pembelajaran yang akan datang. Mengucapkan salam. I. Penilaian A. Sikap Spiritual 1. Teknik penilaian
: Non Tes (pengamatan sikap selama proses Pembelajaran)
2. Bentuk instrumen
: Lembar penilaian skala sikap
3. Kisi-kisi
:
No
Sikap/ nilai
Butir Instrumen
1.
Bersyukur kepada Tuhan
1
2.
Berdoa kepada Tuhan
2
4. Instrumen : Indikator
No.
Nama Peserta Didik
1.
Adam
2.
Iwan
3.
Arif
4.
Aldi
Bersyukur Kepada Tuhan (1-4)
Berdoa Sebelum dan Sesudah Kegiatan Pembelajaran (1-4)
Nilai Akhir
Kisi-kisi indikator sikap spiritual : Bersyukur kepada Tuhan 1. Bersyukur dengan tidak sungguh-sungguh 2. Kadang-kadang bersyukur dengan sungguh-sungguh 3. Sering bersyukur 4. Selalu bersyukur dengan sungguh Kisi-kisi indikator sikap spiritual: berdoa sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran 1. Berdoa tidak sungguh-sungguh 2. Kadang-kadang berdoa dengan sungguh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Sering berdoa 4. Selalu berdoa dengan sungguh-sungguh Petunjuk Penyekoran : Peserta didik memperoleh nilai : A= baik sekali : apabila memperoleh skor 8 B= baik : apabila memperoleh skor 6 C= cukup : apabila memperoleh skor 4 D= kurang : apabila memperoleh skor 2 a. Sikap Sosial 1. Teknik Penilaian: Non Tes (pengamatan sikap selama proses pembelajaran) 2. Bentuk instumen: Lembar penilaian skala sikap 3. Kisi-kisi: Sikap menghargai No. Sikap/ nilai Butir Instrumen 1.
Sikap saling menghormati
1
2.
Peduli
2
3.
Santun
3
4.
Kerja sama
4
5. Instrumen No. Peserta Didik
Indikator
Memiliki sikap saling menghormati (1-4) 1.
Adam
2.
Iwan
3.
Arif
4.
Aldi
Peduli (1-4)
Kisi-kisi indikator sikap saling menghormati : Deskriptor
Skor
Tidak saling menghormati
1
Kurang menghormati
2
Cukup menghormati
3
Sangat menghormati
4
Kisi-kisi indikator sikap peduli :
Jumlah Skor Santun (1-4)
Kerja sama (1-4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Deskriptor
Skor
Tidak saling peduli
1
Kurang peduli
2
Cukup peduli
3
Sangat peduli
4
Kisi-kisi indikator sikap santun : Deskriptor
Skor
Tidak pernah bersikap/ berperilaku santun
1
Kurang santun dalam bersikap/ berperilaku
2
Cukup santun dalam bersikap/ berperilaku
3
Sangat santun dalam bersikap/ berperilaku
4
Kisi-kisi indikator sikap kerja sama : Deskriptor
Skor
Tidak saling kerja sama
1
Kurang kerja sama
2
Cukup kerja sama
3
Sangat kerja sama
4
Petunjuk Penyekoran : Peserta didik memperoleh nilai : A= Baik Sekali
: apabila memperoleh skor 16
B= Baik
: apabila memperoleh skor 12
C= Cukup
: apabila memperoleh skor 8
D= Kurang
: apabila memperoleh skor 4
a.
Penilaian Sikap Diskusi 1. Teknik
: Non tes (pengamatan sikap selama diskusi)
2. Bentuk instrumen
: Lembar penilaian skala nilai
3. Kisi-kisi
: Sikap selama diskusi
No. Sikap/ nilai 1.
Keaktifan
Butir Instrumen 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.
Keseriusan
2
3.
Mengemukakan pendapat
3
4.
Bertanya
4
4.
Instrumen :
No.
Nama
Indikator Keaktifan
Keseriusan
Bertanya
Nilai Mengemukakan Akhir Pendapat
1.
Adam
2.
Iwan
3.
Arif
4.
Aldi
Kisi-kisi indikator penilaian sikap diskusi : 4.1 (Keaktifan, mengemukakan pendapat, bertanya) a. Skor 1 diperoleh siswa bila tidak terlibat dalam kelompok b. Skor 2 diperoleh siswa bila terlibat dalam kelompok namun tidak memberi masukan c. Skor 3 diperoleh siswa bila terlibat dan memberi masukan d. Skor 4 diperoleh siswa bila berperan aktif dalam kelompok 4.2 (Keseriusan) a. Skor 1 diperoleh siswa bila tidak serius dalam mengerjakan tugas b. Skor 2 diperoleh siswa bila siswa cukup serius dalam mengerjakan tugas c. Skor 3 diperoleh siswa bila siswa serius dalam mengerjakan tugas d. Skor 4 diperoleh siswa bila siswa sangat serius dalam mengerjakan tugas Petunjuk Penyekoran: Peserta didik memperoleh nilai : A= Baik Sekali
: apabila memperoleh skor 16
B= Baik
: apabila memperoleh skor 12
C= Cukup
: apabila memperoleh skor 8
D= Kurang
: apabila memperoleh skor 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Pengetahuan (Kognitif) 1. Teknik Penilaian : Tes 2. Bentuk Instrumen : Lembar tugas 3. Kisi-kisi : Tugas terstruktur 4. Instrumen : Essai 4.1 Apa latar belakang I.J. Kasimo mengembangkan nasionalisme pada zaman kolonial ? 4.2 Bagaimana proses yang dilalui I.J. Kasimo dalam mengembangkan nasionalisme pada zaman kolonial ? 4.3 Apa saja sumbangan pemikiran I.J. Kasimo dari nasionalisme yang dimilikinya bagi masyarakat Indonesia ? √ Kunci Jawaban
4.1 Sejak memutuskan untuk mengembangkan nasionalisme, I.J. Kasimo bertekad untuk memperjuangkan nasib kaum pribumi agar mendapat kehidupan yang layak di tanah airnya sendiri. Perilaku dan sifat I.J. Kasimo terbentuk karena pengalaman masa kecilnya yang penuh dengan ketidak adilan. Ia dibesarkan pada saat sistem feodalisme dan kolonialisme yang menggerogoti hampir seluruh lapisan masyarakat. Sistem feodalisme dan kolonialisme inilah yang nantinya menjadi salah
satu
alasannya
untuk
mengembangkan
nasionalisme.
Tumbuhnya rasa nasionalisme dalam diri I.J. Kasimo tidak luput dari pengaruh Pastor van Lith yang menanamkan rasa cinta kepada tanah air dan patriotisme ditengah penderitaan yang terjadi akibat kolonialisme. Selain itu aspek lain yang membentuk dirinya menjadi seorang nasionalis adalah kegemarannya membaca. Dari kegemaran membacanya tersebut, ia menemukan buku-buku yang semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mematangkan pemikirannya bahwa kesejahteraan rakyat memang hal yang paling penting bagi kelangsungan hidup di suatu negara. 4.2 Proses
yang
dilalui
nasionalismenya
I.J.
ditempuh
Kasimo
untuk
mengembangkan
melalui
jalur
politik.
Dalam
mengembangkan nasionalismenya melalui jalur politik, ia memilih jalan yang evolusioner. Ia memilih jalan evolusi karena pada saat itu Belanda
sangat
tegas
dalam
menangani
kelompok-kelompok
revolusioner. Ia khawatir jika semua kaum pergerakan menggunakan cara yang revolusioner , maka akan terjadi kelumpuhan perjuangan karena akan ditindak tegas oleh Belanda. Oleh karena itu ia memilih jalan evolusioner dengan cara bekerjasama dengan partai nasionalis lainnya dan meyakinkan pemerintah Belanda melalui cara-cara yang tidak bertentangan dengan hukum. Meskipun cara yang ditempuh I.J. Kasimo melalui jalan evolusioner, namun ia menunjukkan sikap yang sangat radikal melalui pernyataan-pernyatannya yang dikenal sangat berani. 4.3 Berkat upaya I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalismenya, banyak sekali pemikiran-pemikirannya yang bisa menjadi inspirasi bagi
masyarakat
Indonesia.
Ia
mengajarkan
kepada
seluruh
masyarakat Indonesia agar mayarakat Indonesia bisa menghargai perbedaan agama yang ada di Indonesia. Ia mengajarkan kepada masyarakat Indonesia bahwa perbedaan yang ada sebenarnya adalah suatu kekuatan yang hebat untuk membangun negeri ini. Ia juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengajarkan kepada politikus di Indonesia agar menjadi politikus yang benar-benar mengorbankan tenaganya untuk rakyat, bukannya memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadi. Ia juga mengajarkan politikus di Indonesia agar menjadi politikus yang jujur, bermartabat, dan konsekuen untuk menjalankan tugasnya. Selain itu ia juga mengajarkan kepada umat katolik agar mampu menyelaraskan ajaran-ajaran Katolik dengan kegiatan sehari-hari. I.J. Kasimo juga menginspirasi umat katolik agar menjadi umat yang turut memajukan bangsa Indonesia meskipun golongan katolik adalah golongan yang minoritas. E. Pedoman Penskoran No. Rambu-rambu skor Jawaban yang lengkap dengan alasan yang tepat 1. Jawaban berdasarkan referensi yang relevan dengan 2. alasan seadanya Jawaban kurang lengkap Jawaban tidak sesuai dengan soal yang ditanyakan
3. 4. Catatan : Setiap soal, skor maksimal 20
Skor 20 15 6 4
Keterangan :
-
Siswa yang memperoleh nilai <75 dinyatakan tidak tuntas dan mengikuti remidi Siswa yang memperoleh nilai >75 dinyatakan tuntas dan mengikuti pengayaan
F. Psikomotorik a. Teknik Penilaian : Tes b. Bentuk Instrumen : Lembar Tugas c. Kisi-kisi : Tugas : Peserta didik diberi tugas untuk membuat artikel ilmiah. d. Instrumen :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Soal : Buatlah artikel ilmiah tentang I.J. Kasimo sebagai tokoh yang mengembangkan nasionalisme dalam bentuk narasi !
No .
Peserta Didik
1. 2. 3. 4.
Aspek yang dinilai
Nama Relevansi (1-4)
Kelengkapan (1-4)
Pembahasan Ketepatan (1-4) waktu (1-4)
Adam Iwan Arif Aldi
Petunjuk Penyekoran: Peserta didik memperoleh nilai : Baik sekali : apabila memperoleh skor 13-16 Baik : apabila memperoleh skor 9-12 Cukup : apabila meperoleh skor 5-8 Kurang : apabila memperoleh skor 1-4 Yogyakarta,…..Februari 2017 Mengetahui : Kepala SMA N 2 Yogyakarta
F. Rahardi. S.Pd. NIP…….
Guru Mata Pelajaran
Klemens Setya Puja Kisworo NIP…..
Nilai akhir