MOUNT ELBRUS EXPEDITION MAPALA UMY 2014 SEBAGAI ALAT DIPLOMASI KEBUDAYAAN INDONESIA-RUSIA Nurul Ilmi Darajatullah
[email protected] Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Abstrak This study discusses how the activities of Mount Elbrus Expedition that was organized by MAPALA UMY 2014 in which became a tool of cultural diplomacy between Indonesia and Russia. That the theory is used in this study is the cultural diplomacy and national interest. The method uses a case study of descriptive qualitative, using the steps of analysis, Interview the athletes of expedition, writer’s experience as chairman of expedition and research library. Reduction of data by systematically summarizing the results of interviews, data and observations that have been made. Testing the data from the study. Summing up the data. This experiment shows that Mount Elbrus Expedition MAPALA UMY 2014 had become a tool of Cultural Diplomacy,Indonesia-Russia, through: World-record breaking Muri, using of Batik Indonesia Bantul in Highest Peak Elbrus, 5642 MDPL (Highest mountain peak in Europe); Introducing and Promoting Tourism Yogyakarta Indonesia especially in Moscow and Terskol, Kabardino Balkaria; Participate in Celebrating and Campaigning "International Anti-Drugs Movement" through activities of nature; Conduct a study of social and cultural people - Muslims of Tatarstan (Russian city Muslim) and the Muslim Ethnic Balkaria (rural Muslims) at the foot of Mount Elbrus, Republic Kabardino- Balkaria. Keywords: Cultural Diplomacy, National Interest Budaya olahraga yang tumbuh dan berkembang dalam diri setiap lapisan masyarakat Indonesia dapat menjadi sarana untuk meningkatkan nilai - nilai nasionalisme. Melalui olahraga, masyarakat dapat belajar banyak hal diantaranya, yaitu kedisiplinan, sportivitas, sifat pantang menyerah, semangat kerja sama, saling menghargai, rasa kebanggaan dan kehormatan. Bahkan dalam konteks kajian Hubungan Internasional, olahraga menjadi satu sarana diplomasi bagi suatu negara1. Menurut Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari, para pelaku diplomasi kebudayaan bukan hanya saja hanya dari pihak pemerintah namun juga dari non pemerintah bahkan
1
Diplomasi tradisional (first track diplomacy) ala Pemerintah kini berkembang menjadi diplomasi publik atau bisa juga disebut diplomasi informal (second track diplomacy), yang wujudnya bisa dengan diplomasi budaya (cultural diplomacy) lewat misi kesenian. Andris-dhitra dalam diplomasi kebudayaan-MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI BUDAYA (KAJIAN IOV INDONESIA)
individu. Karena sasaran yang akan dicapai adalah seluruh masyarakat negara sasaran2. Hal ini adalah bentuk perkembangan hubungan antar negara-bangsa kontemporer, dimana diplomasi dapat dilakukan oleh siapa saja. Menurut Pudjomartono, 2008 diplomasi publik menekankan pada cara-cara berkomunikasi dengan publik negara lain. Pelakunya, selain diplomat profesional, bisa juga individu-individu atau lembaga swasta.Tujuan diplomasi publik adalah untuk ”menjual” pada masyarakat negara lain hal-hal yang menarik dari negara dan bangsa pelaku. Sarananya antara lain, kegiatan kebudayaan, pertukaran mahasiswa, pemutaran film, pertunjukan teater dan sebagainya. Diplomasi publik bisa dikatakan mirip tugas hubungan masyarakat3. Konsep diplomasi kebudayaan secara makro adalah usaha-usaha suatu negara dalam upaya memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui dimensi kebudayaan, termasuk didalamnya adalah kegiatan olahraga yang diselanggarakan oleh Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menjadi salah satu aktor pelaku diplomasi kebudayaan melalui kegiatan Mount Elbrus Expedition pada tahun 2014 di Rusia, dengan membawa misi, diantaranya: 1.
Mengangkat dan mensejajarkan Yogyakarta secara nasional dan internasional melalui kegiatan pendakian.
2.
Memacu semangat pemuda Indonesia melalui kegitan pendakian.
3.
Mengibarkan “Bendera Merah Putih dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ”di puncak tertinggi di benua Eropa.
4.
Mengkampanyekan
“Gerakan
Pemuda
Anti
Narkoba”
melalui
kegiatan
kepencintaalaman.
2
Tulus warsito dan wahyuni kartika sari, Diplomasi Kebudayaan Dalam Konsep dan Relevansi Bagi Negara Berkembang Studi Kasus Indonesia hal 16. 3 Andris- Dhirta dalam MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI BUDAYA (KAJIAN IOV INDONESIA) Hal 4
5.
Memperkenalkan Pariwisata Indonesia khususnya Yogyakarta ke Negara Tujuan Pendakian.
6.
Memecahan Rekor Muri Indonesia, pemakaian batik tertinggi di ketinggian 5642 MDPL, Rusia
7.
Mengembangkan studi mengenai persiapan pendaki gunung tropis menuju pendakian gunung es.
8.
Melakukan kajian sosial dan budaya orang – orang muslim Tatarstan (muslim kota Rusia) dan Muslim Etnis Balkaria (muslim pedesaan) di kaki Gunung Elbrus, Republik Kabardino- Balkaria4. Melalui kegiatan Mount Elbrus Expedition MAPALA UMY, Mahasiswa Pencinta
Alam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menjadi agent diplomasi kebudayaan Indonesia yang mewakili pemerintah dalam proses pencapaian kepentingan nasional nya. Hal ini sejalan beriringan dengan tujuan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan hubungan bilateral dengan Pemerintah Rusia dibidang pariwisata, peningkatan wisatawan Rusia ke Indonesia dan pertukaran mahasiswa termasuk beasiswa dari Pemerintahan Rusia bagi warga Indonesia.5. Pencapaian misi dalam kegiatan pendakian gunung tertinggi di Eropa, Gunung Elbrus 5642 MDPL telah melibatkan Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Rusia. Diantaranya Kementerian Luar Negeri Indonesia, Kedutaan Besar Republik Indonesia – Rusia, Pemerintahan Provinsi Yogyakarta, Komite Olah Raga Nasional Indonesia, Yogyakarta (KONI DIY), Dinas Pariwisata Yogyakarta, Pemerintahan Kabupaten Bantul, dan Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), serta Kedutan Besar Rusia, Indonesia, Kantor Perijinan Pendakian Gunung Elbrus Negara Bagian Kabardino- Balkaria, Alfindustria Travel Agent,
4
Ketua Bidang II dalam Pers release MT Elbrus Ekspedition, 30 mei 2014 kantor Gubernur Yogyakarta. Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri, Dian Triansjah Djani, Tempo 07 Februari 2015. Diplomasi Indonesia – Rusia. 5
Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Rusia (PERMIRA) dan Pengurus Cabang Istimewa Muhammadiyah Rusia. Kegiatan Mount Elbrus Expedition MAPALA UMY menjadi salah satu Event yang mampu menjadi sarana silaturahmi antar lembaga baik itu lembaga nasional maupun lembaga internasional serta meningkatan hubungan diplomatik antara indonesia – Rusia dan citra Indonesia dimata dunia dibidang olahraga. Menurut Thomas frank dan Edward Weisband menekankan pentingnya citra dan berpendapat “Cara dua negara saling melihat satu sama lain menentukan cara mereka berinteraksi. Suatu pola kerjasama yang sistematik tidak mungkin berkembang di Negara- Negara yang masing-masing menganggap lawan sebagai jahat, agresif dan tidak bermoral6”. Melalui misi-misi yang dibawa dalam Mount Elbrus MAPALA UMY, baik yang dilaksanakan di indonesia maupun di Rusia, terbukti telah memberikan kontribusi terhadap kemajuan dan citra bangsa. Lebih tepatnya dalam istilah diplomasi publik tentang fungsi hubungan masyarakat, diplomasi publik adalah proses komunikasi yang bertujuan membangun citra positif terhadap gambaran mengenai kehidupan dan dinamika politik suatu negara. Gambaran positif ini sangat penting bagi dunia untuk meningkatkan kerjasama antar negara, sehingga tercipta kepercayaan bahwa suatu bangsa memiliki potensi untuk mengembangkan kerjasama dalam semua aspek politik, ekonomi, budaya, dan pendidikan. Misi ini pada gilirannya akan membawa efek kesejahteraan bagi masyarakat (Widodo & Trimananda, 2009)7.
Konsep Diplomasi Kebudayaan
Mohtar mas’ud, study hubungan internasional “tingkat anlisa dan teorisasi, pusat antar universitas-studi sosial, UGM Yogyakarta. 1989. Hal.19” 7 Andris- Dhirta dalam MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI BUDAYA (KAJIAN IOV INDONESIA) 6
Secara konvensional pengertian konsep diplomasi adalah sebagai usaha suatu negara bangsa dalam upaya menunjukkan serta memperbaiki kebudayaan dikalangan masyarakat internasional. Sedangkan kebudayaan secara makro dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dari hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang diartikan milik diri manusia dalam suatu negara8. Kebudayaan dalam artian mikro biasanya termanifestasikan dalam pendidikan, kesenian, ilmu pengetahuan dan olahraga9. Dengan demikian, diplomasi kebudayaan dapat diartikan sebagai usaha suatu negara untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui dimensi kebudayaan baik secara mikro sesuai dengan ciri khas yang utama. Seperti halnya propaganda dan lain-lain, yang dalam pengertian konvensional dapat dianggap sebagai bukan politik, ekonomi atau pun militer dalam suatu negara10. Diplomasi kebudayaan dapat dilakukan oleh pemerintah maupun non pemerintah, individual, maupun kolektif dalam setiap warga negara. Oleh karena itu, pola hubungan diplomasi kebudayaan antar bangsa dapat terjadi antar siapa saja sebagai aktornya. Dimana sasaran dan tujuan utamanya dari diplomasi kebudayaan adalah mempengaruhi pendapat umum (masyarakat negara lain) baik level nasional (dari suatu masyarakat negara-negara tertentu) maupun internasional. Materi atau isi diplomasi kebudayaan adalah segala hal yang secara makro maupun mikro dianggap sebagai pendayagunaan aspek budaya (dalam politik luar negeri), dan sebagainya.
Mengenai
sejauh
mana
hal-hal
yang
dianggap
relevan
dalam
mengidentifikasikan fenomena-fenomena diplomasi kebudayaan dapat dikelompokkan sebagai berikut: 8
Tulus Warsito dan Wahyuni Kartika Sari. Diplomasi Kebudayaan Konsep dan Relevansi Bagi Negara-Negara Berkembang, Penerbit Ombak 2007 hal 3 9 Ibid hal 3 10 Tulus Warsito dan Wahyuni Kartika Sari. Diplomasi Kebudayaan Konsep dan Relevansi Bagi Negara-Negara Berkembang, Penerbit Ombak 2007 hal 4
a. Kajian terhadap setiap usaha diplomasi yang menggunakan media kebudayaan dalam arti mikro sperto eksibisi, kompetisi, penukaran misi pendidikan, olahraga dan lain-lain. Walaupun bersifat mikro, arti kebudayaan tersebut justru merupakan pengertian yang paling konvensional atau umum dan khas. b. Kajian terhadap setiap usaha diplomasi yang menggunakan media kebudayaan dalam arti makro, seperti propaganda, hegemoni kebudayaan dan lain sebagainya. Tujuan - tujuan diplomasi yang selama ini dikenal adalah untuk mencari pengakuan, penyesuaian, bujukan, ancaman, hegemoni, atau subversi, secara teoritik tujuan diplomasi kebudayaan untuk memenuhi kepentingan nasional. Sedangkan kepentingan nasional itu sendiri dapat diartikan sebagai kegiatan yang legal-formal dalam pemerintahan maupun juga yang berlangsung pada masyarakat luas, baik orang perorangan maupun kelompok. Menurut S.L. Roy, salah satu tujuan pokok dari diplomasi adalah mencegah negara-negara lain bergabung melawan suatu negara tertentu11. Salah satu bentuk dari diplomasi kebudayaan adalah eksebisi atau pameran, dapat dilakukan untuk menampilkan konsep-konsep atau karya kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi maupun nilai-nilai sosial atau ideologi dari suatu bangsa kepada bangsa lain kenyataan sehari-hari membuktikan bahwa melalui pameran dapat diperoleh manfaat pengakuan yang kemudian dikaitkan dengan kepentingan nasional, baik melalui perdagangan, pendidikan, maupun yang lain yang ada dalam suatu negara. Bentuk lain dari diplomasi kebudayaan salah satunya yaitu kompetisi. Secara umum berarti pertandingan atau persaingan dalam arti positif. Misalnya olahraga, kontes kecantikan, ataupun kompetisi tersebut berupa pertandingan maupun persaingan antar negara bangsa yang dianggap sebagai diplomasi kebudayaan karena didalamnya terlibat
11
S.L. Roy. Diplomasi, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 1995.
sistem nilai dalam kekuatan nasional masing-masing negara yang bersangkutan dalam rangka mengungguli bangsa lain12. Dalam konteks diplomasi kebudayaan, kegiatan Mount Elbrus Expedition masuk dalam beberapa aspek: a.
Eksebisi atau pameran dengan memperkenalkan karya kesenian berupa batik bantul kepada masyarakat muslim Kabardino-Balkaria dan masyarakat Rusia dengan cara persuasif dan pemecahan Rekor Muri Dunia-Indonesia, “Pemakaian Baju Batik Tertinggi di Dunia”.
b.
Transfer ilmu pengetahuan tentang keislaman antara Indonesia – Rusia, dengan orang-orang muslim etnis Tatarstan (Moscow) dan Etnis Kabardino-Balkaria (Pegunungan Kaukasus) dengan cara berdiskusi dan memberikan buku “The Moeslim Of Indonesia” yang dititipkan dari Pihak Kementerian Luar Negeri. Hasil dari obsevasi tersebut dijadikan sebuah buku yang berjudul “The Balkarian In Terskol” dimana buku tersebut tim berikan kepada pemangku – pemangku agama islam di Tatarstan dan Kabardino-Balkaria.
c.
Aspek olahraga tercatat bahwasannya dalam pendakian gunung Elbrus, MAPALA UMY berhasil menambah catatan baru untuk Indonesia dalam mensejajarkan diri dengan komunitas pendaki di dunia dalam pencapaian puncak tersebut, karena tidaklah mudah bagi orang-orang yang tinggal di daerah tropis untuk bisa melakukan pendakian puncak gunung Elbrus dengan ketinggian 5642 MDPL. Hal ini menambah penilaian baru masyarakat dunia terhadap masyarakat Indonesia khususnya dibidang pendakian.
12
Tulus Warsito dan Wahyuni Kartika Sari. Diplomasi Kebudayaan Konsep dan Relevansi Bagi Negara-Negara Berkembang, Penerbit Ombak 2007 hal 23
Tiga aspek tersebut masuk dalam usaha diplomasi yang menggunakan media kebudayaan dalam arti mikro serta sistem nilai dalam kekuatan nasional yang berpengaruh terhadap paradigma penilaian masyarakat Rusia terhadap Indonesia dalam rangka mengungguli bangsa lain. Konsep Kepentingan Nasional Kepentingan Nasional (National Interest) adalah konsep yang paling popular dalam analisa hubungan internasional, baik untuk mendekskripsikan, menjelaskan, meramalkan, maupun menganjurkan perilaku internasional. Analis sering memakai konsep “Kepentingan Nasional” sebagai dasar untuk menjelaskan perilaku luar negeri suatu negara13. Menurut Hans J. Morghentau, kepentingan nasional (National Interest) merupakan pilar utama bagi teorinya tentang politik luar negeri dan politik internasional yang realis14. Kepentingan nasional setiap negara adalah mengejar kekuasaan, yaitu apa saja yang bisa membentuk dan mempertahankan pengendalian suatu negara atas negara lain. Hubungan kekuasaan atau pengendalian ini bisa diciptakan melalui tehnik- tehnik paksaan maupun kerjasama15. Arti minimum yang Inheren didalam konsep kepentingan nasional adalah kelangsungan hidup (survival). Kemampuan minimum negara-bangsa adalah melindungi identitas fisik, politik dan kulturalnya dari gangguan negara-bangsa lain. Diterjemahkan dalam pengertian yang lebih spesifik, negara-bangsa harus bisa mempertahankan intergritas teritorialnya
(identitas
fisiknya),
mempertahankan
rezim
ekonomi-politiknya
(identitas politiknya) yang mungkin saja demokratis, otoriter, sosialis, atau komunis, dan sebagainya serta memelihara norma-norma etnis, religious, linguist, dan Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi. LP3S, 1990 Hal 139 Ibid hal 140 15 Ibid hal 140 13 14
sejarahnya (identitas kulturalnya). Dari tujuan tujuan umum tersebut, para pemimpin suatu negara bisa menurunkan kebijakan-kebijakan spesifik terhadap negara lain, baik yang bersifat kerjasama maupun konflik. Misalnya, perlombaan persenjataan, perimbangan kekuatan, pemberian bantuan asing, pembentukan aliansi, atau perang ekonomi dan propaganda16. Konteks kekinian dalam perkembangan pola negara-bangsa, kebijakankebijakan spesifik pemerintah, tidak hanya berkutat pada perlombaan persenjataan, ekonomi ataupun propaganda, akan tetapi bentuk kebijakannya jauh lebih beragam. Sesuai dengan perkembangan hubungan masyarkat internasional seperti dukungan Pemerintah Indonesia dalam kegiatan Mount Elbrus Expedition MAPALA UMY 2014, Rusia. Ada maksud dan tujuan Pemerintah Indonesia dalam mendukung kegiatan Mount Elbrus Ekspedition MAPALA UMY 2014. Ada kepentingan pemerintah Indonesia terhadap Rusia dalam meningkatkan hubungan diplomatiknya. Hubungan diplomatik pemerintah Indonesia – Rusia, selama ini hanya fokus terhadap kerjasama militer saja. Dalam Kunjungan resmi Presiden RI dan rombongan ke Moskow pada tanggal 30 November - 1 Desember 2006. Presiden RI melakukan pertemuan dengan masyarakat Indonesia bertempat di KBRI Moskow, dihadiri sekitar 150 masyarakat Indonesia terdiri dari Delegasi Resmi Presiden RI, Staf KBRI Moskow, Media Indonesia dan Masyarakat Indonesia. Kunjungan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kerjasama di bidang politik, ekonomi dan perdagangan, teknik militer, industri dan teknologi, energi, pendidikan, pariwisata dan olahraga. Presiden RI akan mendorong lebih banyak lagi mahasiswa
16
Ibid hal 141
Indonesia untuk belajar ke Federasi Rusia dan mendukung lebih banyak lagi mahasiswa Rusia belajar bahasa dan kesenian Indonesia. Pada pertemuan tersebut Presiden RI juga menyampaikan perkembangan situasi di tanah air, mencakup langkah yang ditempuh dalam mengatasi krisis ekonomi, hutang eksternal, penggangguran, gerakan gelombang demokrasi dan situasi keamanan yang perlu mendapat perhatian. Saat ini pemerintah terus berusaha untuk memulihkan krisis ekonomi, melanjutkan proses demokrasi dan menertibkan situasi keamanan di tanah air, dan ekonomi mulai membaik. Langkah-langkah sebagai upaya bersama yang dilakukan dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran, melakukan langkah-langkah nyata meningkatkan kualitas hidup dan melakukan program-program terarah. Mahasiswa diharapkan menunjukkan prestasi yang baik supaya dapat diteruskan di tanah air karena mahasiswa juga membawa nama merah putih17. Menurut Duta Besar Indonesia-Rusia Djauhari Orutmangun, “perkembangan kerjasama terjadi baik di bidang politik dan pertahanan, ekonomi dan perdagangan, pariwisata, pendidikan, maupun sosial dan budaya. Perkembangan hubungan juga pada semua tatanan, mulai dari pemerintah, seperti kehadiran Presiden SBY pada KTT APEC di Vladivostok, kunjungan pada tingkat Menteri, pelaku bisnis, hingga masyarakat kedua belah pihak”18. Hal serupa disampaikan Direktur Diplomasi Publik Kemenlu Al Busya Basnur, 09 Maret 2014 dalam audiensi tim terkait misi ekspedisi “kegiatan ini menjadi jalan bagi kami (pemerintah indonesia) khususnya kedutaan besar Indonesia di rusia untuk menjangkau wilayah rusia bagian timur khususnya kawasan kabardino-balkaria untuk 17
Kementerian Luar Negeri. Republik Indonesia. Kunjungan Presiden Republik Indonesia Dr. Susilo Bambang Yudhoyono Ke Federasi Rusia, 29 November â?? 1 Desember 2006. No. 133/PEN/XII/06 (KBRI Moskow) 18
http://www.kemlu.go.id/moscow/Pages/Embassies.aspx. Indonesia-Rusia, Hubungan Penuh Makna di Tahun 2012. Kamis, 20 Desember 2012
memperkenalkan Indonesia secara persuasip dari sisi agama dan kebudayaan kepada masyarakat disana yang mayoritas penduduknya agama islam”19 Mount Elbrus Expedition MAPALA UMY 2014 menjadi kegiatan yang dapat mensuport kepentingan nasional Indonesia dalam peningkatan bidang pariwisata, pendidikan dan budaya. Mount Elbrus Expedition MAPALA UMY didalam pencapaian misinya telah membuka dan menjalin komunikasi antara pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Rusia melalui kementerian Luar Negeri Indonesia kepada Kedutaan Besar Rusia di Indonesia (Goverment to government), maupun komunikai dan hubungan langsung Tim Ekspedisi dengan organisasi maupun masyarakat rusia dalam memberikan informasi tentang muslim Indonesia, pariwisata yogyakarta serta kampanye Gerakan Anti Narkoba (people to people). Menurut Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari, “para pelaku diplomasi kebudayaan bukan hanya saja hanya dari pihak pemerintah, namun juga dari non pemerintah, bahkan individu. Karna sasaran yang akan dicapai adalah seluruh masyarakat negara sasaran. Pemerintah dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasionalnya selalu mengoptimalkan kekuatan nasional.”20 Kaitan antara kegiatan Mount Elbrus Ekspedition MAPALA UMY 2014 dengan kepentingan nasional Indonesia dalam hal ini adalah dimana kegiatan tersebut menjadi bagian dari kekuatan nasional Indonesia (masyarakat) yang menunjang kepentingan nasional Indonesia terhadap Rusia khususnya dalam pengembangan hubungan kebudayaan IndonesiaRusia. Gambar 1.1 Pelaku dan Sasaran Diplomasi Kebudayaan21
19
Pertemuan tim dengan pihak kementerian Luar Negeri di Jakarta.09 maret 2014 Tulus warsito dan wahyuni kartika sari, Diplomasi Kebudayaan Dalam Konsep dan Relevansi Bagi Negara Berkembang Studi Kasus Indonesia. Hal 2 21 Tulus warsito dan wahyuni kartika sari, Diplomasi Kebudayaan Dalam Konsep dan Relevansi Bagi Negara Berkembang Studi Kasus Indonesia, hal, 17 20
Pemerintah
Pemerintah Kekuatan Nasional
Kepentingan
Kepentingan
Nasional
Nasional
Strategi Kebudayaan Masyarakat
Masyarakat
Dalam hal ini Mount Elbrus Expedition MAPALA UMY menjadi salah satu kegiatan yang menjalankan diplomasi kebudayaan yang mewakili pemerintah dalam pencapaian kepentingan nasional melalui strategi kebudayaan sehingga kegiatan Mount Elbrus menjadi salah satu instrument kekuatan nasiaonal. Menurut Pudjomartono, 2008 “Diplomasi publik menekankan pada cara-cara berkomunikasi dengan publik negara lain. Pelakunya, selain diplomat profesional, bisa juga individu-individu atau lembaga swasta. Tujuan diplomasi publik adalah untuk ”menjual” pada masyarakat negara lain hal-hal yang menarik dari negara dan bangsa pelaku. Sarananya antara lain, kegiatan kebudayaan, pertukaran mahasiswa, pemutaran film, pertunjukan teater dan sebagainya. Diplomasi publik bisa dikatakan mirip tugas hubungan masyarakat”22. Melihat dari pola komunikasi diatas, kegiatan Mount Elbrus Expedition MAPALA UMY 2014 melakukan komunikasi dengan pemerintah Rusia dan Masyarkat Rusia melalui strategi kebudayaan. Diplomasi kebudayaan dilakukan oleh pemerintah maupun nonpemerintah, dan sasaran utamanya adalah masyarakat suatu Negara-bangsa (dan semata-mata langsung terhadap pemerintahnya). Oleh karena itu karakteristik konsep-konsep diplomasi
22
Andris- Dhirta dalam MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI BUDAYA
(KAJIAN IOV INDONESIA) Hal 4
kebudayaan amat didasarkan pada ciri-ciri pola komunikasinya dan bukan pada bidang operasi atau bidang-bidang disiplin yang dilibatkannya.23 Kegitan Mount Elbrus Expedition pada perkembangannya sejalan beriringan dengan tujuan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan hubungan bilateral dengan pemerintah Rusia dibidang pariwisata, peningkatan wisatawan Rusia ke Indonesia dan pertukaran mahasiswa.24 Pariwisata sering dipersepsikan sebagai wahana untuk meningkatkan pendapatan pemerintah, khususnya perolehan devisa sehingga perkembangannya lebih bersifat ekonomi-sentries dan berorientasi pada pertumbuhan. Karena jumlah perolehan devisa ditentukan oleh jumlah kunjungan, pengeluaran, dan lama kunjungan wisatawan ke Negara tujuan. Beberapa Negara yang ada di dunia ini mulai menaruh perhatian terhadap kehidupan dan perkembangan pariwisata. Karena telah disadari bahwa pariwisata bukan saja sebagai aspek kebutuhan manusia yang bersifat naluriah dan alamiah, melainkan juga merupakan salah satu sumber penting untuk memperoleh devisa dalam rangka meningkatkan perekonomian nasional pada umumnya25. Faktor utama yang menjadikan kegiatan ini sebagai kegiatan yang menjadi salah satu kendaraan atas pencancapaian kepentingan nasional melalui diplomasi kebudayaan menurut bentuk dan tujuan adalah; Kesimpulan kompetisi
23
Tulus warsito dan wahyuni kartika sari, Diplomasi Kebudayaan Dalam Konsep dan Relevansi Bagi Negara Berkembang Studi Kasus Indonesia, hal, 17. 24 Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri, Dian Triansjah Djani, Tempo 07 Februari 2015. Diplomasi Indonesia – Rusia. 25 thesis.umy.ac.id/datapublik/t15110.pdf. Kerjasama Bilateral Indonesia Rusia dalam Sektor Budaya dan Pariwisata Pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono(SBY).
Dalam pencapaian puncak gunung tertinggi di Benua Eropa, Tim Ekspedisi telah mensejajarkan indonesia dengan negara-negara lainnya dalam eksistensinya di kegiatan pendakian salah satu puncak dari tujuh puncak gunung tertinggi di dunia. Ekspedisi yang dilakukan beberapa negara mempunyai tujuan akan sebuah citra positif dan pengakuan atas negaranya tersebut yang akan berpengaruh pada cara pandang suatu bangsa terhadap gambaran mengenai kehidupan dan dinamika politik suatu negara. Kompetisi tersebut diatas, baik sebagai pertandingan maupun persaingan antara negarabangsa, dianggap sebagai salah satu bentuk diplomasi kebudayaan, karena didalamnya terlibat system nilai yang paling esensial dalam me-manage kekuatan nasional masingmasing negara yang bersangkutan dalam rangka mengungguli bangsa lain. Esensi dari management kekuatan nasional ini tidak lain adalah pemamfaatan dimensi kebudayaan (makro) dalam diplomasi26. Kegatan ini menjadi kompetisi bergengsi bahwasannya Indonesia mampu sejajar dalam pencapaian puncak tersebut dengan negara-negara lainnya. Dimana Indonesia menjadi Negara ke 53 dalam pencapaian puncak-puncak tersebut oleh tim 7 summit Wanadri pada tahun 2013 dan pencapain puncak Elbrus, Rusia pada tahun 2014 oleh MAPALA UMY. Eksibisi Kegiatan Mount Elbrus Expedition MAPALA UMY 2014 dalam menjalankan misi memperkenalkan dan mempromosikan Batik Bantul dan Pariwisata Yogyakarta dilaksanakan oleh Tim ekspedisi dengan memperkenalkan langsung kepada masyarakat Rusia khususnya masyarakat etnis muslim tatarstan di gedung kebudayaan Etnis Tatarsan di Moscow dan masayarakan etnis muslim Balkaria di Terskol, Kabardino –Balkaria. Dukungan dan harapan Pemerintah Kabupaten Bantul dalam misi tersebut disampaikan oleh Ibu Hj. Hariati, Bupati Bantul dalam Audiensi dengan Tim Ekspedisi dan
26
Tulus warsito dan wahyuni kartika sari, Diplomasi Kebudayaan Dalam Konsep dan Relevansi Bagi Negara Berkembang Studi Kasus Indonesia, hal 23.
Wakil Rektor 3 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Ibu Hj. Hariati mengungkapkan “ Kegiatan Ekpedisi Mount Elbrus di Eropa merupakan jalan bagi kami untuk memperkenalkan produk batik Khas Bantul kepada orang-orang Rusia, terutama tim akan melakukan ekplorasi kehidupan orang-orang muslim di kaki gunung Elbrus. Semoga tim dapat memperkenalkan batik sebagai warisan budaya aseli dari Indonesia dan berhasil memecahkan rekor Pemakaian Batik Tertinggi di Benua Eropa”. Harapan tersebut terwujud setelah tim mencapai puncak elbrus dan memperkenalkan serta menyerahkan Batik Bantul kepada pemangku agama islam Terskol, Etnis Muslim Kabardino-Balkaria (orang-orang Kabardin) Bapak Abdul Halim. Sehingga masyarakat disana mengetahui bahwasannya batik banyak sekali coraknya, tergantung dengan daerah masing-masing. Menurut bapak Abdul Halim; “saya pernah mendengar kata batik sehingga setelah kalian datang kami menjadi tahu bahwasannya batik adalah dari Indonesia. Saya sangat senang sekali hingga akhirnya saya mengetahui tentang warisan dunia dari Indonesia yaitu batik”.27 Hasil dari perjalanan tim dalam memperkenalkan Batik Bantul dan Pariwisata Yogyakarta, menarik kesimpulan bahwa masyarakat Rusia yang kami temui di Moscow dan di terskol belum mengetahui tentang batik aseli Indonesia dan pariwisata Yogyakarta. Yang hanya mereka ketahui adalah Indonesia mempunyai Bali dengan eksotisme wisatanya. Setelah tim memperkenalkan tentang pariwisata Yogyakarta dan Batik bantul akhirnya mereka mengetahui bahwa Indonesia mempunyai beragam karya dan pariwisata. Ini memungkinkan mereka tertarik untuk datang ke Indonesia28. Selain dari memperkenalkan batik dan pariwisata Yoguakarta, tim melaksanakan Kampanye Anti Narkoba Internasional, tim Ekspedisi ikut serta dalam mengkampanyekan gerakan Anti Narkoba Internasional dalam menyambut Hari Anti Narkoba Internasional di
27 28
Wawancara M Fauzan, Atlet Ekspedisi dalam kegiatan penyerahan batik bantul di masjid lama terskol. Wawancara saigunsi Bonita Arimi, Atlet Ekspedisi Mount Elbrus 5 maret 2015.
Puncak Elbrus, yang diperingati setiap tanggal 22 juni. Hal ini sebagai bentuk dari partisipasi pemuda Indonesia dalam menolak narkoba. Hasil dari kegiatan kampanye tersebut, atlet ekspedisi dijadikan sebagai duta anti narkoba di Yogyakarta, dalam hal ini Universitas Muhammadiyah Yogyakarta bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional melakukan sosialisasi tentang Narkoba ke sekolah-sekolah menengah dan atas, dengan pelaksana tekhnis dilaksanakan oleh Atlet Mount Elbrus Ekspedition. Kegiatan penutup dari perjalanan tim di Rusia yaitu eksibisi yang dilaksanakan di Jogja Nasional Musium pada tanggal 25 juni 2014, dengan membawa dan memamerkan seluruh hasil perjlanan berupa informasi kehidupan sosial masyarakat Tatastan, Moscow, masyarakat etnis Balkaria, Kabardino Balkaria, arsitektur dan kehidupan orang islam yang hidup di Negara Uni Soviet dan kini menjadi Negara Rusia. Foto yang dipamerkan itu menggambarkan perjalanan lima anggota Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dalam menjelajahi puncak Gunung Elbrus," kata Sekretaris Mapala UMY, HarryAkbar, di Yogyakarta. Di sela pameran foto ekspedisi Gunung Elbrus, ia mengatakan, terbagi dalam tiga tema yakni arsitektur, human interest dari masyarakat muslim Rusia yang tinggal di kaki Gunung Elbrus, dan pendakian ke GunungElbrus. "Dalam ekspedisi itu selain menjelajahi puncak Gunung Elbrus, tim mahasiswa UMY juga mempunyai misi mengenal lebih jauh kehidupan muslim di daerah Terskol yang terletak di kaki Gunung Elbrus,".Menurut dia, tim mahasiswa UMY yang melakukan ekspedisi Gunung Elbrus selama dua minggu itu terdiri atas Soewarjono Lempo, Singgih Ainun Muttaqin, Muhammad Fauzan, dan Saigunsi Bonita Arini.
"Selain pameran foto, juga diluncurkan video tentang perjalanan tim mahasiswa UMY dalam ekspedisi itu dan buku berjudul Cabardino-Balkaria yang bercerita kehidupan masyarakat muslim di Terskol,"29 Hasil dari perjalanan tersebut tim pamerkan kepada masyarakat Indonesia khususnya Yogyakarta, hal ini untuk memberikan informasi bahwa orang-orang islam disana hidup berdampingan baik dengan agama lainnya begitupun dengan orang-orang komunis. Hal ini bertujuan untuk memberikan stereotif pemahaman agar kita sesama umat beragama maupun non-agama harus tetap hidup damai dan membantu satu sama lain. Pertukaran Studi Dari sisi Ilmu Pengetahuan, tim berhasil melakukan eksplorasi dan membuat buku tentang sejarah dan kehidupan orang-orang muslim di Moscow yang dulunya sebagai negara komunis (Etnis Tatarstan) dan Kaki gunung Elbrus (Etnis Kabardino-Balkaria). Tim melakukan komunikasi langsung dengan beberapa narasumber yang dalam percakapannya tidak hanya membahas muslim rusia, akan tetapi memberikan informasi dan membahas tentang muslim indonesia. Dalam kesempatan kegiatan ini, Direktorat Jendral Kementerian Luar Negeri bapak Busra Basnur menitipkan buku yang berjudul The muslim of Indonesia untuk diberikan kepada pihak pemangku agama Etnis Tatarstan dan etnis Kabardino Balkaria dengan tujuan agar pemangku agama etnis muslim tersebut dapat mengenal muslim indonesia lebih jauh dan sebagai cinderamata persahabatan antara muslim rusia dan indonesia serta menjadikan Ekspedisi ini sebagai sarana pemerintah Indonesia menyapa masyarakat muslim dikaki gunung Elbrus, yang memang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh pihak pemerintah Indonesia30. Dari studi tentang keadaan islam di Indonesia-Rusia, memberikan cerminan baru tentang informasi kekinian tentang muslim kedua negara. Dalam hal ini islam di Rusia
29 30
http://www.antaranews.com/berita/440951/mapala-umy-pamerkan-foto-ekspedisi-gunung-elbrus. Pertemuan tim ekspedisi di kantor kementrian luar negeri Republik Indonesia, jakarta 16 juni 2014
sebasar 53% dari agama-agama yang ada di Rusia. Dan dari kebanyakan masyarakat muslim di rusia belum mengetahui bahwasannya Indonesia adalah salah satu negara muslim terbesar di dunia. Hal ini memberikan tentang pemahaman bahwasannya informasi tentang Indonesia di Rusia masih sangat minim sekali, baik dari sisi soaial kebudayaan, ilmu pengetahuan dan pariwisata, begitupun informasi tentang Negara Rusia di Indonesia. Masih harus dilakukan stimulasi agar informasi kedua Negara dapat terakses dengan mudah serta melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat membawa informasi tentang kedua Negara khusuusnya Indonesia, sehingga Indonesia dikenal jauh oleh Negara Rusia dan Negara-negara lainnya. Mount Elbrus Expedition MAPALA UMY hanyalah sebagian kecil dari kekuatan nasional (masyarakat) Indonesia yang dapat dijadikan sarana atas tercapainya kepentingan nasional Indonesia dalam peningkatan hubungan diplomatik bidang pariwisata, pendidikan, dan budaya. Sehingga akan muncul ide dan motivasi lain dari seluruh rakyat Indonesia agar bersatupadu menjungjung tinggi Negara Indonesia di kancah internasional.
Daftar Pustaka Buku Tulus warsito dan wahyuni kartika sari, Diplomasi Kebudayaan Dalam Konsep dan Relevansi Bagi Negara Berkembang Studi Kasus Indonesia Mohtar mas’ud, study hubungan internasional “tingkat anlisa dan teorisasi, pusat antar universitasstudi sosial, UGM Yogyakarta. 1989. S.L. Roy. Diplomasi, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 1995. Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi. LP3S, 1990
Jurnal Andris- Dhirta dalam MISI KEBUDAYAAN SEBAGAI ALAT DIPLOMASI BUDAYA (KAJIAN IOV INDONESIA) thesis.umy.ac.id/datapublik/t15110.pdf. Kerjasama Bilateral Indonesia Rusia dalam Sektor Budaya dan Pariwisata Pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono(SBY).
Website Kementerian Luar Negeri. Republik Indonesia. Kunjungan Presiden Republik Indonesia Dr. Susilo Bambang Yudhoyono Ke Federasi Rusia, 29 November â?? 1 Desember 2006. No. 133/PEN/XII/06 (KBRI Moskow). http://www.kemlu.go.id/moscow/Pages/Embassies.aspx. Indonesia-Rusia, Hubungan Penuh Makna di Tahun 2012. Kamis, 20 Desember 2012. Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri, Dian Triansjah Djani, Tempo 07 Februari 2015. Diplomasi Indonesia – Rusia. http://www.antaranews.com/berita/440951/mapala-umy-pamerkan-foto-ekspedisi-gunung-elbrus. Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri, Dian Triansjah Djani, Tempo 07 Februari 2015. Diplomasi Indonesia – Rusia.
Wawacara Ketua Bidang II dalam Pers release MT Elbrus Ekspedition, 30 mei 2014 kantor Gubernur Yogyakarta. Pertemuan tim dengan pihak kementerian Luar Negeri di Jakarta.09 maret 2014. Wawancara M Fauzan, Atlet Ekspedisi dalam kegiatan penyerahan batik bantul di masjid lama terskol. Wawancara saigunsi Bonita Arimi, Atlet Ekspedisi Mount Elbrus 5 maret 2015. Pertemuan tim ekspedisi di kantor kementrian luar negeri Republik Indonesia, jakarta 16 juni 2014