UNIVERSITAS INDONESIA
BUDAYA POPULER SEBAGAI ALAT DIPLOMASI PUBLIK: ANALISA PERAN KOREAN WAVE DALAM DIPLOMASI PUBLIK KOREA PERIODE 2005-2010
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Hubungan Internasional
ADINA DWIREZANTI 0706291155
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL DEPOK JANUARI 2012
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
BUDAYA POPULER SEBAGAI ALAT DIPLOMASI PUBLIK: ANALISA PERAN KOREAN WAVE DALAM DIPLOMASI PUBLIK KOREA PERIODE 2005-2010
SKRIPSI
ADINA DWIREZANTI 0706291155
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL DEPOK JANUARI 2012
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
KATA PENGANTAR
Budaya popular saat ini telah menjadi sebuah fenomena baru dalam hubungan intermasional. Fenomena ini telah menjadi sebuah fenomena yang lintas batas dan keberadaannya sangatlah berhasil menarik perhatian masyarakat internasional. Hal ini menjadi menarik minat dan memberikan inspirasi kepada penulis untuk melalukan penelitian mengenai budaya popular ini, terutama keberadaan budaya popular Korea atau yang dikenal dengan Korean Wave. Korean Wave ini telah menjadi alat dalam aktivitas diplomasi publik yang dilakukan oleh Korea sebagai cara Korea untuk berkomunikasi dengan masyarakat internasional. Hal ini menunjukkan sebuah trend baru dan revolusi baru dalam diplomasi publik. Dan hal inilah yang akan menjadi pembahasan penulis dalam penelitian ini. Korean Wave yang merupakan sebuah fenomena budaya popular ini menjadi sebuah fenomena yang telah memberikan efek positif terhadap Korea. Hal ini pun terus berlanjut dengan menjadikan Korean Wave sebagai bagian dalam diplomasi publiknya. Hal inilah yang akhirnya menjadi minat penulis, karena menilai penggunaan sebuah budaya popular sebagai alat dalam sebuah diplomasi masih merupakan hal yang baru dan tidak umum untuk digunakan oleh suatu negara. Oleh karena itu, penulis pun pada akhirnya memutuskan untuk mengangkat topik tersebut sebagai topik dalam penelitian ini. Penulis melalui penelitian ini, mencoba untuk membahas peran Korean Wave dalam diplomasi publik Korea yang dilakukan melalui aktivitas pariwisata dan juga pertukaran budaya periode 2005-2010. Penulis berharap bahwa penelitian dalam skripsi dapat menjadi hal yang bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Hubungan Internasional. Akan tetapi, penulis pun menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan, dan masih terlalu jauh dari sebuah kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk lebih memperkaya skripsi ini.
iii
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
Depok, 12 Januari 2011
Adina Dwirezanti
iv
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
UCAPAN TERIMAKASIH
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji Syukur diucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sampai dengan selesai. Penulis berharap agar skripsi ini dapat menjadi bahan masukan dan penambah wawasan bagi semua pihak, serta menjadi salah satu sudut pandang ilmiah mengenai isu terkait, terutama untuk pihak-pihak yang akan melanjutkan penelitian serupa. Penulis pun menyadari bahwa skripsi ini bukanlah sebuah skripsi yang sempurna. Akan tetapi, penyelesaian skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, saran, bimbingan, dan ilmu dari berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Bantarto Bandoro, MA. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran di tengah kesibukannya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih atas kesabarannya dalam membimbing penulis secara perlahanperlahan agar terselesaikannya skripsi ini. 2. Andi Widjajanto, MA selaku Ketua Sidang dan Ketua Program S1 Departemen Ilmu Hubungan Internasional 3. Dosen-dosen HI, terutama dalam dosen-dosen dalam kluster Masyarakat Transnasional yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan kepada penulis dan memperkaya pengetahuan penulis mengenai berbagai macam isu dalam masyarakat trasnnasional. 4. Kedua orang tua penulis, Didik A. Gunawan dan F.A.Widyowati atas kesabaran yang teramat sangat dalam mendidik dan membesarkan penulis. Selalu tidak pernah lelah dan bosan mengingatkan penulis dan berupaya untuk selalu mendukung segala kegiatan dan aktivitas penulis dimanapun dan kapanpun. Skripsi ini pun tidak akan dapat selesai tanpa dukungan v
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
dari orangtua penulis yang selalu ada memberikan penulis penerangan. Terima kasih papa dan mama skripsi ini aku persembahkan untuk kalian. 5. Kakak dan adik penulis, Praditya Putra Nugraha dan A. Hayesega Widiawan. Terima kasih untuk selalu menjadi teman bagi penulis selama ini. Kalian merupakan the best brothers in the world!!!. Terima kasih untuk selalu mendengarkan keluh kesah, omelan penulis dan bermain bersama penulis. 6. Teman-teman SMA penulis, terutama kepada Ain, Jumie, Ay, Ayu dan Atha sebagai teman-teman penulis yang selalu menghibur dan membuat tertawa penulis di setiap pertemuan arisan. Terima kasih juga untuk dukungannya untuk selalu membuat penulis sabar dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Kepada teman-teman delegasi Indonesia di Ajou University periode Fall 2010, April, Tami, Ester, Kiki, dan Vanya. Segala pengalaman yang penulis dapat bersama kalian merupakan hal-hal yang berarti dan tidak tergantikan. Terutama untuk my lovely roomate April. Kamu mengajarkan aku banyak hal selama kita di Korea, terimakasih untuk ilmu mengenai kedewasaan dan keberanian yang kamu bagi ke aku. Terima kepada Ester as my personal stylist while in Korea. Kalian semua 대박..!!!!! 8. Keluarga Agawon Korea yang telah menemani penulis selama di Korea dan selalu membantu penulis disaat susah dan tetap berkomunikasi sampai saat ini. Bang Mata, Teh Qonit, Teh Rini, Ayu, Bang Mike, Bang Tomi, Bang Aldi, Teh Dina, Bang 9. Kepada Profesor Yooshik Gong sebagai pengajar dalam mata kuliah Current Issues in Korean Society di Ajou University Korea, yang telah memberikan banyak pengetahuan kepada penulis mengenai berbagai isu di Korea dan memberikan inspirasi dalam topik skripsi ini.
vi
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
10. Kepada Teman-teman apartmen penulis, Keumsong 306 Apathe members Sophida Yodying, Sopio Mikadze, Benya Chongsajja
yang telah menjadi
pendengar penulis sejak bertemu di Korea sampai saat ini. Saat-saat berkumpul bersama, bersenang-senang, tertawa dan saling bercerita tentang pengalaman dan kehidupan masing-masing tidak akan pernah terlupakan. Terimakasih untuk dukungannya terhadap penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. We’ll meet again soon...!!!!!! 11. Staf-staf Departemen Hubungan Intenasional atas bantuan selama penulis menjadi masahasiwa Hubungan Intenrasional. Kepada mas Roni yang selalu membantu penulis di UPDHI dan mas Andre yang sabar membantu penulis dalam berbagai urusan administrasi HI 12. Semua teman-teman HI 2007yang telah menemai penulis selama 4 tahun ini, Tangguh, Rifki, Yudha, Aji, Theo, Naufal, Zahro, Amri, Fauzan, Prili, Joan, Andi Rosilala, Bajora, Frisca, Tabitha, Tasha, Resi, Dian, Irene, Dhaba, Rindo, Teguh, Tri, Winda, Yandri, Dito. 13. Terima kasih ku yang tidak terhingga kepada teman-teman dekat ku selama 4 tahun kuliah ini dan seterusnya: Muti Dewitari, teman sepaket dari awal kuliah, cabut bareng, pulang bareng, kabur dari rapat bareng, hang-out bareng. Terima kasih buat dukungannya selama ini dan selalu menjadi pendengar yang terbaik. Rainintha Siahaan, teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi ini. Dari minum kopi, nyalon, lunch dan dinner bareng, mencoba berbagai macam makanan agar semangat menyelesaikan skripsi dan bantuan yang tak terhingga yang diberikan kepada penulis terima kasih banyak. Zahro dengan panggilan kesayangan Aro, teman belanja ku, tempat numpang tidur, istirahat, dan melakukan hal-hal random lainnya, terima kaish. Aisyah Ilyas, teman ngopi bareng ditengah-tengah kelas. Riris Adianti, Maria Firani Rosari, Hani Sulastri, Ghita Yoshanti, Erika, Dyah Ayunico Ramadhani, Laras Larasati. Gabriella Cynthia Andries teman penulis yang bersama-sama pergi Korea.
vii
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
Ken Swari Maharani, selalu menjadi teman sekelas dari awal masuk kuliah dengan sama-sama di kluster mastran. 14. Teman-teman HI 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, dan 2010 yang tidak disebutkan namanya satu persatu.
viii
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
ABSTRAK
Nama
:
Adina Dwirezanti
Program Studi
:
Ilmu Hubungan Internasional
Judul
:
“Budaya Populer Sebagai Alat Diplomasi Publik: Analisa Peran Korean Wave Dalam Diplomasi Publik Korea Periode 2005-2010”
Skripsi ini bertujuan untuk membahas mengenai keberadaan budaya popular dalam hal ini adalah Korean Wave sebagai bagian dalam diplomasi Publik Korea. Pembahasan mengenai topik ini dibatasi dalam periode 2005-2010, dimana tahun 2005 ini menjadi awal dari digunakannya Korean Wave sebagai bagian dalam aktivitas diplomasi publik Korea. Pembahasan mengenai diplomasi publik melalui Korean Wave ini dibagi dalam dua aktivitas Korea, yaitu dalam bidang pariwisata dan program pertukaran dengan negara-negara lain. Penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan penjabaran secara deskriptif melalui penjabaran mengenai program-program yang dilaksanakan Korea dalam bidang pariwisata dan program pertukaran tersebut. Melalui analisa data-data aktivitas diplomasi dan signifikansi aktivitas diplomasi tersebut, penulis mendapat beberapa temuan mengenai peran Korean Wave dalam diplomasi publik Korea, yaitu meningkatkan citra Korea, Menarik minat kedatangan masyarakat asing, mendorong kemajuan bidang-bidang lain dari Korea, dan mendorong terjalinnya kerjasama antara Korea dengan negara-negara lainnya. Beberapa peran tersebut dapat tercapai dikarenakan tiga faktor yang ditemukan penulis sangat dominan dalam Korean Wave, yaitu komitmen pemerintah, kepopuleran dari Korean Wave itu sendiri, dan faktor informasi. Kata Kunci: diplomasi publik, korean wave, pariwisata, program pertukaran.
ix
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
ABSTRACT
Name
:
Adina Dwirezanti
Study Program
:
International Relations
Title
:
“Budaya Populer Sebagai Alat Diplomasi Publik: Analisa Peran Korean Wave Dalam Diplomasi Publik Korea Periode 2005-2010”
This research aims to explain about the existence of popular culture, in this case is Korean Wave as part of Korean public diplomacy. The explanation of this topic is will be limited in 2005-2010, which in 2005 was the beginning of Korean Wave as part of public diplomacy of Korea. The explanation of this public diplomacy through the Korean Wave is divided in two activities, tourism and exchange program with other countries. This research used qualitative research metods with descriptive explanation about the public diplomacy’s program that implemented in the field of tourism and Korean Exchange program. Through analysis of the data on the activity of diplomacy and the significance of the diplomacy activity, the author concludes that’s there are some roles that played by the Korean Wave in Korean public diplomacy, such as improving image of Korea, Attracting the arrival of foreign people to come to Korea, encourage the progress of other parts of Korea, and encourage the cooperation between Korea and the other country. Some of these roles can be achieved due to the three aspect that the author was found, such as the government’s commitment, the popularity of the Korean Wave itself, and information about Korean Wave itself.
Key Words: public diplomacy, korean wave, tourism, exchange program
x
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN PENYATAAN ORISINALITAS .............................................................. i HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................... ii KATA PENGANTAR ....................................................................................................iii UCAPAN TERIMAKASIH ........................................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................. ix ABSTRAK ....................................................................................................................... x ABSTRACT .................................................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................................. xii Daftar Skema ................................................................................................................. xv Daftar Gambar .............................................................................................................. xv Daftar Tabel................................................................................................................... xv Daftar Grafik ................................................................................................................. xv DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................. xvii DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1 I.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1 1.2 Rumusan Permasalahan ......................................................................................... 5 1.3 Kerangka Konsep ................................................................................................... 6 1.3.1 Diplomasi Publik .............................................................................................. 6 1.3.2 Diplomasi Kebudayaan ................................................................................... 11 1.3.3 Konsep Pop-Culture ....................................................................................... 13 1.4 Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 15 xi
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
I.5 Asumsi Penelitian ................................................................................................. 22 I.6 Metode Penelitian ................................................................................................. 22 I.7 Tujuan dan Signifikansi Penelitian ....................................................................... 24 I.8 Rencana Pembabakan Skripsi ............................................................................... 25 BAB II KEBIJAKAN DAN AKTIVITAS DIPLOMASI PUBLIK KOREA SELATAN MELALUI KOREAN WAVE PERIODE 2005-2010 .............................. 27 II. 1 Definisi Fenomena Korean Wave dan Perkembangannya ................................... 27 II.2 Kebijakan Korea Dalam Diplomasi Budaya ......................................................... 31 II.3 Korean Wave dalam Diplomasi Budaya Korea .................................................... 35 II.3.1 Korean Wave Melalui Korean Tourism Organization (KTO) ....................... 35 II.3.1.1 Visit Gyeonggi-Korea 2005: Center of Korea Wave ............................. 36 II.3.1.2 Visit .Jeju Year 2006: Hawai of Korea ................................................... 38 II.3.1.3 Visit Gyeongbuk-Korea 2007.................................................................. 41 II.3.1.4 Visit Gwangju Jeonnam Korea Year 2008: Promote Korean Traditional Culture .............................................................................................. 43 II.3.1.5 2009 Visit Incheon Year: Incheon Sebagai Zona Ekonomi dan Tekhnologi ........................................................................................................... 45 II.3.1.6 Visit Korea 2010-2012: Promote Korea as a Whole .............................. 52 II.3.2 Korean Wave Melalui KOFICE ..................................................................... 60 II.3.2.1 KOFICE dalam Bidang Edukasi : Di Balik Kemajuan Korean Wave ..................................................................................................................... 61 II.3.2.2 KOFICE dalam Bidang Pertukaran Budaya Internasional : Pertukaran Budaya Sebagai Alat Komunikasi Korea .......................................... 64 II.4 Signifikansi Diplomasi Publik Melalui Korean Wave ......................................... 68 II.4.1 Signifikansi Diplomasi Publik Melalui Korean Wave dalam Pariwisata ...... 68 II.4.2 Signifikansi Diplomasi Publik Melalui Korean Wave dalam Pertukaran Budaya ..................................................................................................................... 71
xii
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
BAB III ANALISA PERAN DAN FAKTOR KOREAN WAVE DALAM DIPLOMASI PUBLIK KOREA.................................................................................. 78 III.1 Peran Korean Wave Dalam Diplomasi Publik Korea Selatan ............................. 78 III.1.1 Menarik Minat Kedatangan Masyarakat Asing ............................................ 79 III.1.2 Meningkatkan Citra Korea Selatan di Mata Internasional............................ 81 III.1.3 Aktivitas Diplomasi Publik Melalui Korean Wave Mendorong Kemajuan Bidang Lain Korea Selatan..................................................................... 85 III.1.4 Mendorong Terjalinnya Kerjasama Dengan Negara-Negara Lain................90 III.2 Faktor-Faktor di Balik Korean Wave .................................................................. 91 III.2.1 Faktor Komitmen Pemerintah dalam Korean Wave ..................................... 91 III.2.2 Faktor Kepopuleran Korean Wave .............................................................. 94 III.2.3 Faktor Informasi Mengenai Korean Wave....................................................98 III.3 Kesimpulan Peran dan Faktor Korean Wave Sebagai Diplomasi Publik Korea ......................................................................................................................... 100 BAB IV KESIMPULAN ............................................................................................. 103 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 109
xiii
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
Daftar Skema Skema 2. 1 5 Tujuan Aktivitas MCST ............................................................................ 34
Daftar Gambar Gambar 2. 1 Lambang Hallyu Expo 2006....................................................................... 40 Gambar 2. 2 Salah satu adegan dalam Boys Before Flowers yang memperlihatkan lokasi Lighthouse di Pulau Palmi .................................................................................... 47 Gambar 2. 3 Poster acara Incheon Pentaport Rock Festival........................................... 48 Gambar 2. 4 Lambang Korean Wave Festival 2009 ....................................................... 51 Gambar 2. 5 Poster PIFF 2010 ........................................................................................ 57 Gambar 2. 6 Salah satu foto pada Hallyu Dream Concert.............................................. 58 Gambar 2. 7 Kontribusi Korean Wave dalam Pariwisata Korea..................................... 71 Gambar 3. 1 Jumlah penonton video musik Korea dari Youtube ..................................97
Daftar Tabel Tabel 2. 1 Resume Program Pariwisata Korea 2005-2010 ......................................................... 59 Tabel 2. 2 Asian Song Festival Periode 2005-2010 .................................................................... 67
Daftar Grafik Grafik 2. 1 Peningkatan Jumlah wisatawan di Korea ..................................................... 70 Grafik 2. 2 Grafik Korean Wave dalam citra Korea di Thailand .................................... 72 Grafik 2. 3 Grafik Korean Wave dalam citra Korea di Vietnam .................................... 73 Grafik 2. 4 Grafik Korean Wave dalam citra Korea di Jepang ....................................... 74 Grafik 3.1 Pengaruh Korean Wave dalam Kemajuan Produk-Produk Korea.................88 Grafik 3.2 Presentase Pengaruh Korean Wave dalam Produk-Produk Korea.................88 xiv
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
Grafik 3. 3 Grafik ekspor dan impor program TV Korea...............................................95 Grafik 3. 4 Pendapatan berdasarkan konten musik ......................................................... 96
Daftar Skema Skema 3.1 Skema Temuan Penelitian...........................................................................102
xv
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
DAFTAR SINGKATAN
MCST
Ministry of Culture, Sport and Tourism
KTO
Korean Tourism Organization
KOFICE
Korean Foundation for International Cultural Exchange
CCTV
China Centrak Television Station
DBSK
Dong Bang Shin Ki/ South Korean boy band
SNSD group
So Nyeo Shi Dae/ Girls’ Generation/ South Korean Girl
UNESCO
United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
IAAF
International Association of Athletics Federetaion
ITO
Incheon Tourism Organization
PIFF
Pusan International Film Festival
NHK
Nippon Hoso Kyokai / Japan Broadcasting Corporation
H.O.T
High-five Of Teenagers/ South Korean Boy band
NRG
New Radiancy Group / South Korean boy band
Baby V.O.X
Baby Voices of Xpression / South Korean girl group
FIFA
Federation de Football Association
xvi
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Festival-festival yang diadakan KOFICE di Korean dan di luar Korea periode 2005-2010
xvii
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
1
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Globalisasi sebagai sebuah fenomena saat ini menimbulkan semakin banyak dan kompleksnya isu-isu baru dan permasalahan-permasalahan dalam hubungan internasional. Berbagai macam isu seperti masalah lingkungan, masalah masyarakat muncul ke permukaan dan menjadi sebuah isu baru dalam hubungan internasional yang semakin berhubungan dan sudah mengenai istilah tanpa batas (borderless). Selain permasalahan-permasalahan internasional yang harus dihadapi oleh setiap negara, negara pada dasarnya memiliki kepentingan nasionalnya sendiri. Kepentingan nasional tersebut terdiri dari unsur-unsur yang membentuk kebutuhan dalam negaranya. Kepentingan nasional tersebut dapat menjadi sebuah tujuan fundamental dan faktor penentu akhir yang mengarahkan para pembuat keputusan dari suatu negara dalam merumuskan kebijakan luar negerinya. 1 Selain itu, globalisasi juga memberikan dua dampak. Pertama, fenomena globalisasi berkaitan erat dengan munculnya masyarakat sipil global (global civil society). Konsep masyarakat sipil global ini merupakan refleksi realita sosial dimana berkembangnya ranah partisipasi sosial dan politik supranasional dimana kelompok warga negara, gerakan sosial, dan individu terikat dalam dialog, debat, konfrontasi, dan negosiasi satu sama lain dengan berbagai aktor pemerintahan-internasional, nasional, dan lokal-serta dunia bisnis.2 Komunikasi menjadi penting dalam mencapai kepentingan nasional dan juga menghadapi permasalahan-permasalahan internasional tersebut. Komunikasi ini dapat dilakukan melalui konferensi pers, pertemuan politik, ataupun perjamuan dengan para pejabat pemerintah, membuat berbagai pernyataan yang tidak hanya ditujukan pada khalayak domestik, tetapi juga pada pemerintah maupun rakyat 1
Dr. Anak Agung Banyu Perwita dan Dr. Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm 35. 2 Helmut Anheier, dkk., “Introducing Global Civil Society”, dalam Helmut Anheier, dkk., Global Civil Society 2001, (Oxford: Oxford University Press, 2001), hlm. 4. Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
2
negara lain. 3 Komunikasi ini menjadi sebuah bagian dalam diplomasi. Melalui diplomasi tersebut, negara-negara berusaha memperjuangkan kepentingannya dilingkup internasional dan dihadapan negara-negara lain dalam mencapai tujuan kepentingannya tersebut. Diplomasi yang melibatkan peran negara-negara ini dijelaskan oleh Hamilton dan Langhorne disebut dengan diplomasi tradisional. Diplomasi tradisional ini dilakukan dengan proses regularisasi dan secara prosedural.4 Akan tetapi, seperti yang dijelaskan di atas, dengan semakin kompleksnya permasalahan dan semakin beragamnya kebutuhan nasional yang dimiliki oleh masing-masing negara, hubungan internasional tidak lagi semata-mata dipandang sebagai hubungan antar negara namun juga meliputi hubungan antar masyarakat internasional. Dengan demikian, diplomasi tradisional atau yang dikenal dengan istilah ‘first track diplomacy’ tentu saja tidak lagi menjadi cara yang efektif dalam rangka menyampaikan pesan-pesan diplomasi terhadap suatu negara dalam mencapai kepentingannya. Hal ini akhirnya menimbulkan cara-cara baru yang dilakukan dalam aktivitas diplomasi tersebut, salah satunya adalah melalui diplomasi publik. Diplomasi publik ini menjadi cara berdiplomasi yang tidak lagi hanya melibatkan peran pemerintah dalam satu negara saja, tetapi juga melibatkan peran dari aspek-aspek lainnya.5 Publik memegang peranan yang semakin vital dalam menjalankan misi diplomasi sebuah negara terlebih pada situasi yang semakin terintegrasi dengan beragam bidangnya yang sangat variatif. Diplomasi publik didefinisikan sebagai upaya mencapai kepentingan nasional suatu negara melalui understanding, informing, and influencing foreign audiences. Dengan kata
lain,
jika
proses
diplomasi
tradisional
dikembangkan
melalui
mekanisme government to government relations, maka diplomasi publik lebih ditekankan pada government to people atau bahkan people to people relations. 3
K.J Holsti, Politik Internaisonal: Kerangka Analisa, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1987), hlm.231 4 Brian White,”Dplomacy”, dalam John Baylis dan Steve Smith, The Globalization of World Politics, (New York: Oxford University Press, 2005)hlm, 389-390. 5 Stacy Michelle Glassgold, Public Diplomacy: The Evolution of Literature, diakses dari http://uscpublicdiplomacy.org/pdfs/Stacy_Literature.pdf, pada tanggal 18 April 2011, pada pukul 16: 19 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
3
Fenomena Korean Wave merupakan salah satu fenomena dalam era globalisasi ini. Fenomena ini juga memberikan keuntungan tersendiri bagi Korea sebagai negara yang memilikinya. Korea sendiri merupakan negara dengan kemajuan tekhnologi dan ekonomi yang cukup signifikan, Korea telah mengalami pertumbuhan dalan bidang ekonomi sejak masa industrialisasi yang dimulai dari tahun 1960an. Pertumbuhan ekonomi tersebut telah mengubah struktur industri Korea, dari industri ringan menjadi industri berat.6 Tidak hanya kemajuan dalam bidang ekonomi dan tekhnologi saja, kemajuan Korea juga dialami dalam bidang hiburan negaranya yang sangat disukai oleh masyarakat Korea dan masyarakat negara-negara lainnya seperti Jepang, Cina, dan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Hal-hal yang berhubungan dengan Korea semakin digemari oleh masyarakat-masyarakat di negara-negara tetangga seperti Jepang, Cina, dan negara-negara di Asia Tenggara yang akhirnya disebut dengan Korean Wave. Tidak hanya itu, Korean Wave tersebut bahkan mampu mengguncang negara digdaya seperti Amerika. Hal ini diperlihatkan oleh banyaknya film-film Korea yang sekarang ini juga diadaptasi oleh Amerika untuk dibuat versi ulangnya. Salah satunya adalah The Lake House yang pada versi Hollywoodnya dibintangi oleh Sandra Bullock dan Keanu Reeves. Hal ini memperlihatkan bahwa Korean Wave ini telah populer hingga hampir seluruh dunia, tidak hanya wilayah Asia. Fenomena Korean Wave dimulai sejak sekitar tahun 1998, dimana China Central Television Station (CCTV), salah satu saluran televisi di Cina menyiarkan drama Korea yang berjudul What is Love All About. Hal ini terus berlanjut dan menjadikan drama-drama Korea menjadi popular dan disukai oleh masyarakat, tidak hanya di Cina tetapi juga di negara negara lainnya. 7 Sebutan lain dari Korean Wave, yaitu Hallyu Wave merupakan salah satu sebutan yang diciptakan oleh Cina dalam rangka menjelaskan kepopuleran drama-drama Korea di negara tersebut pada pertengahan tahun 1999 oleh salah satu jurnalisnya. Seperti halnya yang dijelaskan dalam penjelasan diplomasi publik oleh Mark Leonard bahwa 6
Kim Kyong-dong dan The Korean Herald, Social Change in Korea, (Paju, Korea: Jimoondang, 2008), hlm. 282. 7 Doobo Shim, Hybridity and the rise of Korean popular culture in Asia, diakses dari http://www2.fiu.edu/~surisc/Hybridity%20and%20the%20rise%20of%20Korean%20popular%20c ulture%20in%20Asia.pdf, pada tanggal 9 April 2011, 17:18 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
4
salah satu tujuan diplomasi publik adalah meningkatkan hubungan dengan suatu negara, yang dilihat dari lingkup pendidikan, tingkat kedatangan warga negara lain ke negara tersebut yang didasarkan tujuan untuk berlibur maupun belajar. Didasarkan sebagai industri ekspor Korea, Korean Wave dikembangkan menjadi alat diplomasi publik Korea melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Korea. Hal ini dimulai dengan kebijakan pemerintah Korea yang
mendorong negaranya untuk mengekspor kebudayaan Korea ke
negara-negara lainnya. Keputusan pemerintah untuk membentuk Departemen Industri Budaya dan Kementrian Olahraga dan Kebudayaan pada tahun 1994 serta mengesahkan the motion picture promotion law pada tahun 1995 telah menjadi pendorong utama dan pertama dalam mengekspor perfilman dan musik yang di lengkapi dengan nilai-nilai budaya yang terkandung didalamnya ke negara-negara lain. Hal ini terus berlanjut dengan adanya peningkatan alokasi dana dalam mengembangkan perfilman dan musik, seperti yang dilakukan pada masa pemerintahan Kim Dae Jung yang memang menyebut dirinya sebagai “President of Culture”. Sejak masa pemerintahan Kim Dae Jung yang dimulai pada tahun 1998, Korea mengalokasikan dana sebesar 148,5 juta dolar Amerika dan mengsahkan the basic law for the Culural Industry Promotion. 8 . Hal ini terus berkembang dengan pengeluaran kebijakan-kebijakan pemerintah Korea secara langsung yang menjelaskan Korean Wave sebagai alat diplomasinya. Implementasi Korean Wave sebagai bagian dari diplomasi publik ini dijalankan melalui berbagai macam program. Program-program tersebut dijalankan baik dalam satu arah dan juga dua arah baik sendiri ataupun dengan melibatkan negara-negara lain dalam program tersebut. Salah satu program tersebut adalah Asian Song Festival dan juga All-Star Together yang diadakan dengan tujuan untuk meningkatkan wisatawan asing datang ke Korea. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Mark Leonard dalam tulisannya mengenai diplomasi publik bahwa tujuan salah satu diplomasi publik dari suatu negara adalah mendorong masyarakat negara lain untuk datang ke suatu negara baik itu untuk 8
Doobo Shim, Hybridity and the rise of Korean popular culture in Asia, diakses dari http://www2.fiu.edu/~surisc/Hybridity%20and%20the%20rise%20of%20Korean%20popular%20c ulture%20in%20Asia.pdf, pada tanggal 9 April 2011, pada pukul 17:18 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
5
berlibur, belajar, dan mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi barang-barang dari suatu negara. 1.2 Rumusan Permasalahan Korea pada dasarnya bukanlah merupakan negara pertama yang mengekspor entertainya ke negara luar. Jepang yang juga merupakan bagian dari negara-negara Asia Timur telah lebih dahulu melakukannya dengan meng-ekspor bagian dari produksi hiburannya ke negara luar. Jepang seperti yang kita ketahui memiliki produk animasi yang dikenal dengan manga yang sangat terkenal di negaranya. Animasi ini tidak hanya disukai oleh kalangan anak-anak saja, tetapi juga disukai oleh kalangan lainnya bahkan kalangan dewasa sekalipun. Hal ini pada akhirnya membuat pemerintah Jepang menjadikan produk animasinya, yaitu manga sebagai cara diplomasinya. Jepang meng-ekspor produk animasinya tersebut ke negara-negara lainnya sebagai sebuah cara unutuk menarik masyarakat internasional terhadap kebudayaan Jepang.9 Akan tetapi, hal ini dianggap tidaklah sukses karena dianggap karakter animasi tersebut tidak sesuai dengan apa yang digemari oleh masyarakat negara-negara lainnya terutama negara barat. Selain itu, karakter animasi Jepang yang didominasi oleh bentuk mata yang besar justru dianggap tidak mencerminkan kebudayaan Jepang serta kehidupan masyarakat Jepang dan justru hanyalah sebagai tokoh animasi internasional.10 Pada akhirnya diplomasi publik melalui animasi Jepang ini tidak dapat memberikan dampak positif yang signifikan terhadap Jepang. Akan tetapi, Korea sebagai negara yang juga memiliki budaya populer, yaitu Korean Wave juga menjadikannya sebagai bagian dalam diplomasi publiknya. Sebagai negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi dalam dekade ini justru dianggap dapat memberikan efek positif terhadap Korea.
9
A New Look at Cultural Diplomacy: A Call to Japan's Cultural Practitioners, diakses dari http://www.mofa.go.jp/announce/fm/aso/speech0604-2.html, pada tanggal 10 April 2011, pada pukul 20:22 10 Stefanie Layer, An Exploration of Japan’s Soft Power, diakses dari www.culturaldiplomacy.org/.../manga-and-anime-an-exploration-of-japans-soft-power.pdf, pada tanggal 15 April 2011, pada pukul 18:56 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
6
Permasalahan yang terdapat dan dialami dalam diplomasi publik Jepang membuat penulis untuk mencoba untuk menjawab pertanyaan permasalahan dibawah ini. Bagaimana peran Korean Wave dalam diplomasi publik Korea Selatan? Periode 2005-2010. Penulis mencoba untuk menjawab melalui analisa terhadap program-program Korea, antara lain program pariwisata dalam negeri Korea, dan juga program Korea ke luar dengan mengikutsertakan Korean Wave didalamnya. Program-program tersebut dijalankan dengan dua cara. Pertama, program dijalankan secara satu arah yang hanya menlibatkan Korea sebagai aktor utama. Kedua program yang dijalankan secara dua arah, dimana aktor yang terlibat tidak hanya Korea saja melainkan juga melibatkan negara-negara lainnya. Periode 2005-2010 menjadi pembatasan masalah yang ditetapkan oleh penulis, dikarenakan periode tahun 2005, menjadi tahun dimana pemerintah Korea mulai menggunakan Korean Wave sebagai bagian dari diplomasi publiknya melalui kebijakan diplomasi kebudayaan yang dijelaskan secara rinci dan jelas. 1.3 Kerangka Konsep 1.3.1 Diplomasi Publik Dijelaskan oleh Sir Victor Wellesley, dalam Diplomacy in Fetters bahwa diplomasi bukanlah merupakan kebijakan, tetapi lembaga untuk memberikan pengaruh terhadap kebijakan tersebut. Namun diplomasi dan kebijakan keduanya saling melengkapi karena seseorang tidak akan dapat bertindak tanpa kerjasama satu sama lain. Diplomasi tidak dapat dipisahkan dari politik luar negeri, tetapi keduanya bersama-sama merupakan kebijakan eksekutif, seperti kebijakan untuk menetapkan strategi, diplomasi, dan taktik.11 Oleh karena itu, diplomasi itu sendiri tujuannya adalah kepada kebijakan tersebut. Dijelaskan secara lebih lanjut, diplomasi merupakan bagian dari kegiatan internasional yang saling berpengaruh, berbelit-belit, dan sangat luas di mana pemerintah dan organisasi internasional berusaha untuk meningkatkan tujuan-tujuannya melalui perwakilan diplomatik ataupun melalui organ-organ lainnya. 11
Smith Simspson, dalam “Education in Diplomacy”, dikutip dari, Sumaryo Suryokusumo, Praktik Diplomasi, (Depok: Penerbit STIH “IBLAM”, 2004),hlm. 7-8 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
7
Diplomasi ini mengalami perkembangan, dimana tidak lagi hanya didominasi oleh aktor-aktor negara. Terutama setelah terjadinya penyerangan terhadap Amerika pada tanggal 11 September 2001, membuat salah satu bentuk diplomasi, yaitu diplomasi publik banyak diperbicangkan sebagai cara dalam melakukan diplomasi. Istilah diplomasi publik ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1965 oleh Edmund Gullion dalam Fletcher School of Law and Diplomacy di Tuffs University. Melalui diplomasi publik ini, opini publik dapat berperan dalam rangka mendukung kebijakan negara. Tidak hanya itu, publik dalam hal ini juga dapat membantu mempengaruhi opini masyarakat negaranegara lainnya mengenai negaranya. 12 Oleh karena itu, diplomasi publik tidak hanya dapat memberikan gambaran yang positif mengenai satu negara, tetapi juga dapat memberikan gambaran negatif mengenai satu negara karena bentuk diplomasi ini menjadi melibatkan aspek-aspek lain dari suatu negara yang tidak dapat lagi secara penuh dikontrol oleh negara. Salah satu alasan dari adanya keterlibatan publik ini didasarkan pada asumsi bahwa pemerintah dianggap tidak selalu dapat menjawab berbagai tantangan dalam isu-isu diplomasi yang kini semakin kompleks terlebih sifat khas yang melekat dari pemerintah adalah sangat kaku (rigid). Dengan kata lain, jika proses diplomasi tradisional dikembangkan melalui mekanisme government to government relations, maka diplomasi publik lebih ditekankan pada government to people atau bahkan people to people relations. Diplomasi publik ini tidak lagi hanya dilakukan melalui pertemuanpertemuan formal ataupun wawancara dengan diplomat, tetapi dapat dilakukan dengan berbagai cara dimana terdapat kesempatan untuk mempengaruhi opini negara lain dan kebijakannya. Isu-isu yang menjadi pokok utama juga mengalami perkembangan dengan melibatkan isu-isu ekonomi, sosial, kesejahteraan, lingkungan dan sebagainya yang biasa disebut dengan low politics. Hal ini menjadikan kepentingan suatu negara tidak lagi hanya terbatas dalam lingkup dan tanggung jawab pemerintah saja, tetapi juga melibatkan aktor-aktor non 12
Daniell S. Papp, Contemporary International Relations, Frameworks for Understanding, (United States of America: Allyn and Bacon, 1997), hlm. 442-443. Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
8
negara. 13 Soft Power menjadi instrumen yang penting, dimana negara melalui beberapa aktivitas melibatkan berbagai aktor dan organisasi-organisasi yang memiliki akibat terhadap publik secara internasional, seperti melalui aktor-aktor, galeri seni dan musik, kelompok media dan wartawan, masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat, pengusaha dan produksinya, politisi, partai, dan pakar politik, akademisi, universitas-universitas, pemimpin agama, kelompok agama, dan sebagainya.14 Beberapa tujuan dari diplomasi publik, yaitu:15
Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai suatu negara, dalam hal ini
membuat
mereka
memikirkannya,
meningkatkan
gambarkan
masyarakat tersebut, dan merubah pendapat mereka mengenai negara tersebut.
Meningkatkan apresiasi masyarakat mengenai suatu negara, dalam hal ini meningkatkan persepsi positif mereka, menyamakan opini mereka dengan negara tersebut mengenai suatu isu.
Meningkatkan hubungan dengan suatu negara, dalam hal ini dalam lingkup pendidikan, mendorong masyarakat negara lain untuk datang ke suatu negara untuk berlibur, belajar, mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi barang-barang dari negara tersebut, dan sebagainya.
Mempengaruhi masyarakat, seperti untuk mendapatkan investasi dari suatu perusahaan, ataupun memperlihatkan posisi kita atau mengajak para aktor politik untuk menyesuaikan dengan diri kita atas dasar kerjasama.
Ke-empat tujuan-tujuan diplomasi publik di atas, pada dasarnya tidak lepas dari salah satu tujuan diplomasi yang dijelaskan oleh Holsti. Dimana ia menjelaskan bahwa salah satu tujuan pemerintah melakukan negosiasi diplomatik untuk maksud-maksud propaganda; menggunakan konferensi tidak hanya untuk tujuan membuat kesepakatan terhadap beberapa isu, tetapi lebih ditujukan untuk menarik 13
John Baylis dan Steve Smith, The Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations, (United States of America: Oxford University Press, 2005), hlm. 192-193. 14 Josef Batora, Multistakeholder Public Diplomacy of Small and Medium-Sized States: Norway and Canada Compared, makalah yang dipresentasikan dalam International Conference on Multistakeholder Diplomacy, Mediterranean Diplomatic Academy, Malta, 11-13 Februari 2005, diakses dariwww.diplomacy.edu, pada tanggal 15 Mei 2011, pada pukul 12:13 15 Mark Leonard, Public Diplomacy, (London: The Foreign Policy Centre. 2002), hlm. 9-10 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
9
publik luar ke pihaknya yang dengan demikian, akan mengurangi posisi tawar menawar ke lawan-lawannya
16
. Sumiko Mori, seorang jurnalis dari Fuji
Television Network, Jepang dalam tulisannya mengenai pop-culture diplomacy menguti definisi diplomasi publik yang dijelaskan dalam dalam The University of Southern California’s Center on Public Diplomacy, yaitu:17 The center studies the impact of private activities – from popular culture to fashion to sports to news to the Internet – that inevitably, if not purposefully, have an impact on foreign policy and national security as well as on trade, tourism, and other national interests.… To be effective, public diplomacy must be seen as a two-way street. It involves not only shaping the message(s) that a country wishes to present abroad, but also analyzing and understanding the ways that the message is interpreted by diverse societies and developing the tools of listening and conversation as well as the tools of persuasion. Dalam kutipan di atas tersebut dijelaskan bahwa popular culture menjadi bagian dari diplomasi publik. Pop culture atau yang juga disebut dengan popular culture itu sendiri merupakan salah satu efek dari terjadinya fenomena globalisasi ini adalah dalam aspek kebudayaan, salah satunya adanya dengan tumbuhnya pop culture. Tulisannya tersebut berjudul Japan’s Public Diplomacy and Regional Integration in East Asia: Using Japan’s Soft Power ditulis dalam program USJapan Relation di Universitas Harvard.18 Joseph S. Nye juga menjelaskan dalam tulisannya “Public Diplomacy and Soft Power” akan betapa pentingnya diplomasi publik dalam hubungan internasional sekarang ini. Soft power menjadi kemampuan untuk menarik perhatian pihak lain untuk mendapatkan hasil yang diinginkan melalui sebuah atraksi dan bukan dengan paksaan ataupan bayaran, dan dalam hal ini, diplomasi publik dikategorikan sebagai sebagai alat dari soft power tersebut. Sebuah negara akan mendapatkan hasil yang diinginkan dalam politik internasional apabila 16
K.J.Holsti, Politik Internasional: Kerangka Analisis, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1987), hlm. 251. 17 Ibid. 18 Sumiko Mori, Japan’s Public Diplomacy and Regional Integration in East Asia: Using Japan’s Soft Power, diakses dari http://www.wcfia.harvard.edu/us-japan/research/pdf/06-10.mori.pdf, pada tanggal 18 Agustus 2011, pada pukul 22:10 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
10
negara lain dapat mengikutinya, mengagumi nilai yang dimilikinya, menirunya, ataupun memiliki keinginan untuk berada dalam tingkat sebuah kemakmuran dan keterbukaan.19 Soft power dalam penjelasan Nye merupakan kemampuan untuk membentuk persepsi pihak lain dan merupakan produk dari politik demokrasi sehari-hari. Kemampuan tersebut cenderung terkait dengan aset-aset tidak berwujud, seperti budaya yang dapat menarik pihak lain, pribadi yang menarik dari sebuah negara, nilai-nilai politik dan lembaga, dan kebijakan yang dianggap sah ataupun memiliki otoritas moral. Perbedaan antara hasil tindakan dan sumber yang digunakan adalah hal yang penting untuk memahami hubungan antara soft power dan diplomasi publik. Dalam politik internasional, sumber daya-sumber daya yang menghasilkan soft power sebagian besar berasal dari nilai-nilai organisasi atau negara dalam mengekspresikan nilai-nilai kebubadayaannya, sebagai contoh dengan praktekpraktek internal dan kebijakan serta bagaimana mengelolanya dalam berhubungan dengan pihak lainnya. Dalam hal ini, diplomasi publik menjadi instrumen yang digunakan pemerintah untuk menjalankan sumber-sumber tersebut untuk berkomunikasi dan mengelola hubungan mereka dengan pihak lain. Diplomasi publik tersebut juga menjadi instrumen bagi pemerintah untuk berkomunikasi dan untuk menarik penonton dari negara lain, tidak hanya negaranya saja. Diplomasi publik mencoba untuk menarik dengan memberikan fokus terhadap sumber potensial tersebut melalui penyiaran, pemberian subsidi dalam ekspor, pertukaran, dan sebagainya. Akan tetapi, apabila isi budaya, nilai-nilai dan kebijakan tersebut tidak menarik, maka diplomasi publik tersebut tidak dapat menjadi atraktif dan menghasilkan persuasi, dan justru dapat menghasilkan kebalikannya. Kebudayaan sebagai alat diplomasi budaya dijelaskan oleh Nye merupakan
seperangkat
kegiatan yang menciptakan makna bagi masyarakat, dan memiliki banyak manifestasi. Biasanya hal ini akan dibedakan antara budaya tinggi seperti sastra,
19
Joseph S. Nye, Jr, Public Diplomacy and Soft Power, diakses dari http://ann.sagepub.com/content/616/1/94.full.pdf, pada tanggal 10 Agustus 2011, pada pukul 22:10 , hlm. 94 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
11
seni, dan pendidikan yang melayani elit masyarakat, dan budaya populer yang berfokus kepada hiburan massa.20 Nye menilai bahwa sekarang ini informasi menjadi sebuah kekuatan terutama dengan semakin besarnya populasi dunia yang mengakses informasi tersebut. Akan tetapi, informasi itu sendiri tidaklah selalu memberikan hal yang positif bagi satu pihak. Informasi juga dapat memberikan efek negatif. Selain itu, editor dan juga cue-givers juga menjadi hal yang penting karena keberadaan mereka dapat mempengaruhi posisi dan pandangan satu pihak. Dalam pandangan mereka, kredibilitas menjadi hal yang penting. Oleh karena itu, sekarang ini, negara tidak hanya memiliki kepentingan terhadap negara lain saja, tetapi juga media, swasta, lembaga-lembaga swadaya, dan komunitas-komunitas lainnya. Hal ini pada akhirnya membuat politik menjadi sebuah kontes dari kompetisi kredibilitas. Oleh karena itu, tanpa adanya kredibilitas nasional, maka diplomasi publik negara tersebut tidak akan menterjemahkan sumber-sumber budaya menjadi sebuah soft power yang atraktif. Diplomasi publik dapat efektif di saat terjadi listening dan talking diantara pihak-pihak yang bersangkutan. Pada akhirnya soft power dapat dikatakan berhasil ketika pihak lain mendapatkan hal yang sama dengan apa yang kita keluarkan, dan hal ini membutuhkan pengertian dari bagaimana pihak lain tersebut mendengarkan pesan kita dan menyerapnya. 1.3.2 Diplomasi Kebudayaan Salah satu penulis yang menjelaskan mengenai diplomasi publik adalah Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari dalam tulisannya mengenai Diplomasi Kebudayaan, Konsep dan Relevansi Bagi Negara Berkembang: Studi Kasus Indonesia.21 Dalam buku tersebut ia menjelaskan bahwa, diplomasi kebudayaan adalah sebuah strategi negara-negara berkembang. Ia menjelaskan bahwa diplomasi publik merupakan sebuah substansi politik luar negeri dalam 20
Ibid, hlm. 96 Tulus Warsito & Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan, Konsep dan Relevansi Bagi Negara Berkembang : Studi Kasus Indonesia, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2007), hlm .2 Universitas Indonesia 21
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
12
pemanfaatannya bagi negara-negara sedang berkembang. Diplomasi kebudayaan merupakan bagian atau salah satu jenis dari begitu banyak diplomasi lain, yang diartikan sebagai usaha negara untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui dimensi kebudayaan, baik secara mikro seperti pendidikan, ilmu pengetahuan, olahraga, dan kesenian, ataupun secara makro sesuai dengan ciri khas yang utama, misalnya propaganda dan lain-lain, yang dalam pengetian konvesionalnya dapat dianggap sebagai bukan politik, ekonomi, ataupun militer. Aktor yang dapat melakukan kegiatan diplomasi kebudayaan ini tidak hanya aktor pemerintah saja, tetap juga aktor non-pemerintah, individual maupun kolektif, ataupun setiap warganegara. Oleh karena itu, hubungan diplomasi kebudayaan antarbangsa bisa terjadi antar pemerintah-pemerintah, pemerintahswasta, swasta-swasta, pribadi-pribadi, pemerintah-pribadi, dan seterusnya. Tujuan utama dari diplomasi kebudayaan adalah untuk mempengaruhi pendapat umum guna mendukung suatu kebijaksanaan politik luar negeri tertentu. Sasaran diplomasi kebudayaan itu sendiri adalah pendapat umum, baik pada level nasional maupun internasional.22 Melalui beberapa penjelasan definisi mengenai diplomasi publik tersebut, terdapat beberapa jenis konsep diplomasi kebudayaan menurut tujuan, bentuk, dan saranya. Dari segi bentuk, diplomasi kebudayaan dapat dilakukan melalui: 1. Eksibisi. Eksibisi atau dapat disebut dengan pameran dilakukan untuk menampilkan konsep-konsep atau karya kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi maupun nilai-nilai sosial atau ideologi dari suatu bangsa kepada bangsa lain. Eksibisi atau pameran ini merupakan bentuk diplomasi kebudayaan yang paling konvensional karena dilakukan secara terbuka dan juga transparan. Eksibisi dapat dilakukan di luar negeri maupun di dalam negeri, baik secara sendirian (satu negara) maupun secara multinasioanl. Pameran atau eksibisi ini dapat dilakukan melalui perdagangan, pariwisatam, pendidikan, dan sebagainya. 2. Propaganda. Tidak jauh berbeda dengan eksibisi, propaganda merupakan penyebaran informasi, baik mengenai kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, maupun nilai-nilai sosial 22
Ibid, hlm. 4
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
13
ideologis suatu bangsa kepada bangsa lain. Akan tetapi, biasanya dilakukan secara tidak langsung melalui media masa dan secara awam berkonotasi negatif, bahkan terkadang dianggap subversif. Bentuk propaganda ini merupakan bentuk lasik atau cikal-bakal dari diplomasi kebudayaan, karena nilai-nilai sosial ideologi suatu bangsa yang dianggap sebagai nilai kebudayaan menjadi bahan pokok untuk disampaikan kepada bangsa lain. 3. Kompetisi, yang lebih cenderung ke arah pertandingan atau persaingan. 4. Penetrasi. Penetrasi yang merupakan perembesan, dilakukan melalui bidang-bidang perdagangan, ideologi, dan militer. Dalam perdagangan, bentuk yang paling dikenal adalah penyelundupan, dalam bidang ideologi, penetrasi berarti propaganda. Sedangkan dalam bidang militer disebut dengan penyelundupan. 5. Negosiasi. Bentuk diplomasi kebudayaan melalui bentuk negosiasi ini lebih mencerminkan keinginan dari bangsa-bangsa yang bersangkutan untuk saling memperkenalkan, mengakui, menghormati, dan menghargai kebudayaan masing-masing bangsa tersebut, baik yang kemudian dilaksanakan dalam bentuk yang lebih khas, seperti pertukaran budaya atau pertukaran ahli maupun bentuk kerjasama makro yang lain. 6. Pertukaran ahli.23 Hal ini mencakup masalah kerjasama pertukaran kebudayaan secara luas, yakni dari kerjasama beasiswa antar negara, sampai dengan pertukaran ahli dalam pola bidang tertentu. Selain beberapa bentuk diatas, masih ada beberapa bentuk lain yang dapat digunakan dalam diplomasi budaya, yaitu terorisme, embargo, dan juga boikot. Dari segi tujuan, diplomasi kebudayaan ini biasanya bertujuan untuk mencari pengakuan, penyesuaian, bujukan, hegemoni atau subversi. Melalui tujuan-tujuan tersebut, saran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan diplomasi tersebut adalah melalui pariwisata, olahraga, pendidikan, perdagangan, dan juga kesenian. 1.3.3 Konsep Pop-Culture Pop culture atau yang juga disebut dengan popular culture dan budaya populer merupakan salah satu efek dari terjadinya fenomena globalisasi dalam 23
Ibid, hlm. 19-26
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
14
aspek kebudayaan, salah satunya dengan tumbuhnya pop culture. Berbagai respon negatif pada dasarnya sempat bermunculan, karena globalisasi dalam konteks ini cenderung dianggap sebagai fenomena Amerikanisasi karena Amerika sebagai produsen terbesar dari kebudayaan popularnya.24 Pop-culture ini terdiri dari film, musik, acara televisi, surat kabar, makanan, pakaian, hal-hal yang berhubungan dengan dunia hiburan dan hal-hal yang umum dan menjadi bagian dari masyarakat. Dijelaskan secara lebih lanjut oleh salah satu sosiolog, Peter Berger bahwa pop culture membawa keyakinan dan nilai-nilai yang sangat signifikan. Ia memberikan contoh dalam hal ini musik rock.25 Daya tarik yang dimiliki oleh jenis musik ini pada dasarnya tidak hanya karena musiknya yang keras, suaranya yang berirama dan dengan tarian yang cenderung keras. Tetapi, jenis musik ini juga menggambarkan nilai-nilai budaya seperti kebebasan berekspresi, spontanitas, dan juga pembebasan dari kehidupan yang membosankan. Dijelaskan oleh Christopher Geist dan Jack Nachbar bahwa terdapat empat dimensi yang dilibatkan dalam pop culture. Pertama, kepercayaan, nilai, dan juga pergerakan dari populasi yang cukup besar dalam mengekspresikan terhadap sesuatu hal. Kedua, buatan manusia dan menggambarkan masyarakat. Ketiga, berbentuk seni. Keempat, dalam sebuah ritual ataupun acara. 26 Ia pun menjelaskan bahwa pop culture menjadi sebuah hal yang popular dikarenakan kemampuan mereka dalam mengartikulasikan gambaran mengenai diri mereka, sikap, aspirasi, ketakutan dan nilai dari masyarakat dimana produk kebudayaan tersebut dipasarkan dan kesediaan mereka untuk memiliki ataupun menggunakan produk-produk dari pop culture tersebut. Pop culture merupakan buatan manusia dan bukan sebuah produksi industri kebudayaan. Akan tetapi, kebudayaan menjadi salah satu sumber yang digunakan masyarakat untuk membentuk sebuah pop culture itu sendiri. Oleh karena itu, hal ini membuat objek utama dari pop 24
Culture and Globalization, diakses dari http://www.globalization101.org/uploads/File/Culture/cultall2010.pdf, pada tanggal 19 April 2011, pada pukul 12:11 25 Ibid. 26 Stanley J. Grenz , (Pop) Culture:Playground of the Spirit or Diabolical Device?, dalam Cultural Encounters: A Journal for the Theology of Culture, diakses dari http://www.stanleyjgrenz.com/articles/(pop)culture.pdf, pada tanggal 20 April 2011, pada pukul 14:26 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
15
culture ini adalah masyarakat tanpa adanya pembedaan posisi sosial maupun level mereka. Hal ini dikarenakan pop culture tidak hanya terdiri dari nilai budaya yang permanen,
tetapi
telah
disesuaikan
dengan
pemikiran
dan
kehidupan
masyarakatnya. 1.4 Tinjauan Pustaka Isu Korean Wave pada dasarnya merupakan isu baru yang berkembang saat ini. Akan tetapi, perkembangan yang sangat signifikan dari fenomena itu sendiri telah membuat berbagai macam pembahasan mengenai perkembangan Korean Wave. Berbagai macam tulisan mencoba menggambarkan efek dari Korean Wave bagi Korea itu sendiri, bagi nilai-nilai budaya yang terkandung dalam drama yang menjadi bagian dari Korean Wave, dan juga dampak Korean Wave bagi hubungan antar Korea dengan negara lainnya. Beberapa diantaranya akan dipaparkan secara singkat dan dapat menjadi data pendukung serta perbandingan bagi penelitian ini. Melalui pemaparan dibawah ini, akan memperlihatkan perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Nilai-Nilai di Balik Korean Wave Pada dasarnya perdebatan mengenai hal ini lebih kepada nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam Korean Wave yang akhirnya mendorong keberhasilannya di dunia global. Salah satu tulisan yang membahasnnya adalah Cho Hae Jong dalam Reading the “Korean Wave ”as a Sign of Global Shift.27 Dalam tulisannya tersebut, ia melihat Korean Wave dari tiga perpektif, yaitu perspektif nasionalis, neoliberalis, dan pos-kolonialis. Melalui perspektif pertama yaitu nasionalis ia menilai bahwa dorongan untuk mengembangkan kebudayaan Korea merupakan sebuah reaksi terhadap rasa nasionalisme terhadap negaranya. Hal ini didukung dengan krisis ekonomi yang sempat melanda Korea pada tahun I997. Selain itu, Cho Hae Jong juga menjelaskan rasa nasionalis ini juga timbul akibat rasa anti Jepang dan juga anti Amerika pada masa kolonialisme. Hal ini pada akhirnya didukung dengan nilai-nili budaya yang dipegang oleh Orang Korea, seperti 27
Cho Hae Joang, Reading the, “Korean Wave” as a Sign of Global Shift, diakses dari www.ekoreajournal.net/free_pdf/4504/8CHJ.PDF, pada tanggal 2Mei 2011, pada pukul 11:22 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
16
konfusianisme yang membuat drama-drama Korea lebih mudah diterima di negara-negara lainnya. Perpesktif kedua, yaitu neoliberal menggambarkan Korean Wave sebagai sebuah orientasi pasar. Dimana dalam perkembangannya Korean Wave tidak lagi hanya melibatkan drama, film, dan musik Korea saja, tetapi juga makanan, alatalat elektronik, dan juga make-up. Perspektif ketiga, adalah pos-kolonialisme. Melalui perspektif ini, Korean Wave dilihat sebagai sebuah hasil dari proses modernisasi, kapitalisme, dan juga homogenisasi kebudayaan global. Ia melihat bahwa pada dasarnya perkembangan Korean Wave tidaklah lepas dari perkembangan budaya dan nilai-nilai barat yang masuk ke Asia terutama Korea, dan dilokalisasikan sesuai dengan kebudayaan Korea itu sendiri. Salah satu tulisan lain, yaitu Introduction to Three Asian: South Korea, Korea’s in Between oleh Jina E.Kim menjelaskan bahwa faktor-faktor sejarah yang dialami oleh Korea merupakan sebuah faktor pendorong Korea untuk mengembangkan nilai-nilai budaya yang dimiliki dalam sebuah drama dan filmfilmnya. 28 Ia menjelaskan secara lebih lanjut bahwa posisi Korea yang selalui berada di bawah Jepang dan Cina secara sejarah budaya, dimana kedua negara tersebut memiliki karakteristik yang lebih signifikan dan lebih memiliki nilai jual yang lebih tinggi menjadi salah satu hal yang mendorong Korea dalam mengembangkan Korean pop culture nya. Adanya globalisasi dan juga rasa nasionalisme merupakan dua hal yang mengkonstruksikan kebijakan dan industri Korea untuk menyamakan posisi dengan dua negara tetangganya, yaitu Cina dan Jepang. Dalam tulisan yang berjudul Reading the “Korean Wave” as a Sign of Global Shift dan dalam tulisan Introduction to Three Asian: South Korea, Korea’s in Between tersebut menjelaskan mengenai pengaruh faktor-faktor sejarah yang terjadi di Korea yang mendorong Korea untuk mengekspor budaya populernya ke negara-negara luar. Kedua penulis ini menilai bahwa ekspor budaya populer Korea ini tidak lepas dari faktor-faktor sejarah yang sempat memberikan efek negatif terhadap Korea, seperti penjajahan yang dilakukan oleh Jepang, peran Amerika di Korea, dan juga krisis ekonomi yang terjadi di Korea yang membuat 28
Jine E. Kim, Introduction to Three Asias: South Korea, Korea’s In Between, diakses dari paradoxa.com/excerpts/Jina_Kim.pdf, pada tanggal 8 Mei 2011, pada pukul 18:45 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
17
kondisi Korea terpuruk. Kondisi negatif yang penah terjadi di Korea ini justru memberikan dampak negatif terhadap Korea dengan menumbuhkan rasa nasionalisme yang kuat dan berhasil mendorong budaya populernya ke negerinegeri orang dan sampai dikenal sebagai Korean Wave. Dampak Korean Wave Bagi Korea Salah satu tulisan yang membicarakan mengenai dampak Korean Wave terhadap Korea adalah tulisan Jiyeon So yang berjudul Pop Culture as an Instrument for Global Public Diplomacy: A Case Study of the Influences of the Korean Wave on Asian Publics. 29 Dalam tulisannya tersebut ia menilai bahwa Korean Wave merupakan sebuah cara diplomasi yang dimiliki Korea berdasarkan Konsep Soft Power (Nye, 2004) yang merujuk pada kemampuan untuk menunjukkan dan menyebarkan aset yang dimiliki seperti kebudayaan, nilai politik dan juga kebijakan. Soft Power tidak hanya kemampuan untuk mengajak orang lain melalui sebuah argumentasi, tetapi juga kemampuan dalam mempengaruhi ke arah sebuah persetujuan bersama. Nye juga menjelaskan bahwa dengan adanya soft power tersebut, juga akan memfasilitasi organisasi-organisasi non-pemerintah untuk terlibat dalam aksi diplomatik. Ia menggambarkan bagaimana Korean Wave tersebut telah menjadi sebuah cara diplomasi yang berhasil bagi Korea. Ia memperlihatkannya melalui 3 hal, yaitu aspek edukasi, wisata, dan juga citra Korea itu sendiri. Dalam aspek edukasi, ia melihat bahwa Korean Wave telah meningkatkan minat masyarakat luar untuk mempelajari Korea, seperti salah satunya adalah Bahasa Korea. Salah satu contoh yang ia berikan adalah yang terjadi di Jepang. Di Jepang, institusi-institusi pendidikan yang menawarkan pendidikan Bahasa Korea mengalami peningkatan dari 142 di 29
Jiyeon So, Pop culture as an instrument for global public diplomacy:A case study of the influences of the Korean Wave on Asian publics, diakses dari http://www.allacademic.com/meta/p_mla_apa_research _citation/2/9/5/4/5/p295450_index.html, pada tanggal 19 April 2011, pada pukul 20:22
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
18
tahun 1995 menjadi 335 di tahun 2004. Terutama, setelah ditayangkannya drama Korea, Winter Sonata. Peningkatan dalam balajar bahasa Korea juga mendorong mahasiswa asing datang ke Korea untuk belajar bahasa. Jumlah masyarakat asing yang menjalani Test of Proficiency in Korean (TOPIK) pada tahun 2004 berjumlah 10.416, yang merupakan sebuah peningkatkan sebesar 38% dari tahun sebelumnya. Bidang pendidikan ini menurut Jiyeon So menjadi sebuah langkah pertama dalam memperdalam pemahaman suatu negara dengan sebuah proses komunikasi budaya Korea. Aspek kedua adalah wisata. Fenomena Korean Wave ini telah memberikan peningkatan dalam wisatawan yang datang ke Korea sebesar 30% pada tahun 2000. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa berdasarkan tulisan dalam New York Times, 80% wisatawan Taiwan datang ke Korea untuk melalukan wisata ke tempat-tempat yang dijadikan tempat shooting untuk drama-drama Korea. Aspek ketiga adalah meningkatkan citra negara. Melalui peningkatan wisatawan yang datang ke Korea menggambarkan bagaimana citra Korea dimata masyarakat luar telah mengalami peningkatan. Kepopuleran akan kebudayaan pop Korea telah memberikan peningkatan citra Korea dimata masyarakat internasional. Hal ini berdasarkan Korea Trade- Investment Promotion Agency (KOTRA) mengenai citra Korea yang menjelaskan bahwa citra Korea telah mengalami peningkatan dari 60,6% menkadi 67,3% pada tahun 2005, terutama peningkatan ini terjadi dalam masyarakat Cina, dari 47,1% pada tahun 2004 menjadi 82,2% pada tahun 2005. Tulisan lain yang menjelaskan mengenai hal ini adalah Sue Jin Lee, dalam The Korean Wave: The Seoul of Asia. Ia menyebutkan dalam tulisannya bahwa Korean Wave tersebut telah menyebar luas ke negara-negara di Asia, salah satunya adalah di Cina. Salah satu kutipannya adalah, “Chinese people felt closer to Korean Culture thanks to access to pop culture, even if they have never been to the country” yang dikutip dari Korea Herald (Chen, 2006, hlm 3).30 Penulis melihat bahwa kedua penulis ini menggambarkan bagaimana Korean Wave sebagai dapat menjadi sebuah alat diplomasi yang akan 30
Sue Jin Lee, The Korean Wave: The Seoul of Asia, diakses dari www.elon.edu/docs/eweb/academics/communications/.../09SueJin.pd, pada tanggal 8 Mei 2011, pada pukul 11:55 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
19
memberikan efek positif terhadap Korea dilihat dari tiga hal, yaitu wisata, edukasi, dan citra Korea dalam dunia internasional. Akan tetapi, tulisan ini hanyalah menggambarkan fenomena Korean Wave saja dan tidak menggambarkan sebuah aktivitas diplomasi yang dijalankan melalui kebijakan dan program-program pemerintah. Tulisan tersebut hanyalah menjelaskan fenomena Korean Wave yang dapat menjadi sebuah alat diplomasi yang dilihat melalui hasil-hasil yang diberikan ole fenomena tersebut. Walaupun begitu, kedua tulisan ini dapat menjadi sebuah gambaran positif dalam kemungkinan-kemungkinan akan sebuah bentuk diplomasi publik yang baru yang dapat digunakan, yaitu melalui budaya populer suatu negara. Pop-Culture Diplomacy Dalam Hubungan antar Negara Selain efek yang diterima oleh Korea melalui Korean Wave tersebut. Beberapa penulis telah melakukan penelitian mengenai Korean Wave dalam hubungan antar negara. Salah satu penulis, yaitu Chul Ho Cho dalam tulisannya Korean Wave in Malaysia and Changes of the Korea-Malaysia Relations. Dalam tulisannya tersebut, ia menggambarkan proses hubungan bilateral kedua negara tersebut dimulai sejak belum adanya pengaruh Korean Wave sampai pada masa Korean Wave telah memasuki Malaysia. Malaysia sebagai sebuah negara Islam dan memiliki dengan multi etnis juga merupakan negara dimana masyarakatnya juga menikmati kepopuleran Korean Wave tersebut. Chul Ho Choo menjelaskan dalam tulisannya tersebut bahwa budaya populer Korea telah membuat hubungan bilateral antara Malaysia-Korea tidak lagi hanya terbatas dalam lingkup negara saja. Hal ini diperlihatkan melalui kerjasama antar dua negara tersebut yang telah terjalin di luar lingkup pemerintahan. Salah satunya adalah pada Mei 2005, dimana
the
Multimedia
Development
Corporation
(MDC)
Malaysia
menandatangani kesepekatan mengenai proyek budaya dengan Korea Culture & Content Agency. Salah satu contoh lainnya adalah pada bulan dan tahun yang sama, The Malaysian Communication and Multimedia Commision (MCMC) juga melakukkan kesepakatan dalam kerjasama dibidang promosi penyiaran dengan
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
20
The Korean Broadcasting Commision. 31 Tidak hanya itu, didirikan juga sebuah istitusi di Malaysia yang merupakan sebuah asosiasi dari para pengusaha Korea dan Malaysia dalam rangka menjalin kerjasama dan persahabatan antar keduanya. Tulisan ini menggambarkan peran fenomena Korean Wave sebagai sebuah budaya populer yang berhasil mempengaruhi hubungan antara Malaysia dan Korea. Sebagai negara dengan mayoritas muslim, Malaysia jelas memiliki kebudayaan dan nilai-nilai sosial yang berbeda dengan Korea. Akan tetapi, keberadaan budaya populer Korea ini tetap dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Malaysia dan justru memberikan efek positif dalam hubungan kerjasama kedua negara tersebut. Tulisan lain yang menjelaskan mengenai penggunaan pop culture sebagai sebuah cara diplomasi adalah tulisan Stefanie Layer yang berjudul An Explanation of Japan’s Soft Power. Dalam tulisannya tersebut ia menjelaskan Jepang yang menggunakan produk animasinya sebagai sebuah diplomasi dalam meningkatkan opini masyarakat internasional terhadap Jepang. Selama ini Jepang dikenal sebagai negara dengan tekhnologi tinggi yang identik dengan hard power. Jepang juga dikenal dengan negara dengan orientasi ekonomi yang juga identik dengan hard power. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1990an memberikan akibat bagi Jepang dengan memotong alokasi dana dalam diplomasi publik dan mengalokasikannya pada perbaikan ekonomi negara. Hal ini menurut penjelasan Stefanie Layer memberikan dampak negatif terhadap Jepang dimata masyarakat internasional. Jepang akhirnya membuat keputusan untuk
menggunakan soft power
sebagai cara diplomasinya. Seperti yang diketahui, Jepang memiliki produk animasi yang sangat terkenal dikalangan masyarakat Jepang Animasi ini tidak hanya disukai oleh kalangan anak-anak saja, tetapi juga disukai oleh kalangan lainnya bahkan kalangan dewasa sekalipun. Hal ini pun pada akhirnya membuat pemerintah Jepang menjadikan produk animasinya, yaitu manga sebagai cara diplomasinya. Jepang mengekspor produk animasinya tersebut ke negara-negara 31
Chil Ho Cho, Korean Wave in Malaysia and Changes of the Korea-Malaysia Relations, diakses dari umrefjournal.um.edu.my/.../JPMM%202010_1%20Cho,%20Chul%20Ho.pdf, pada tanggal 8 Mei 2011, pada pukul 12:32 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
21
lainnya. Salah satu contoh yang digambarkan dalam tulisan tersebut adalah diplomasi animasi Jepang di Jerman. Akan tetapi, hal ini dianggap tidaklah sukses karena dianggap karakter animasi tersebut tidak sesuai dengan apa yang digemari oleh masyarakat negara-negara lainnya terutama negara barat. Selain itu, karakter animasi Jepang yang didominasi oleh bentuk mata yang besar justru dianggap oleh masyarakat Jerman tidak mencerminkan kebudayaan Jepang serta kehidupan masyarakat Jepang dan justru hanyalah sebagai tokoh animasi internasional. 32 Tulisan Stefanie Layer ini pada dasarnya menggambarkan ketidakberhasilan animasi Jepang yang dijadikan sebagai cara diplomasi. Tulisan mengenai aktivitas diplomasi Jepang melalui animasinya ini pada dasarnya menunjukkan kebalikan dari yang terjadi pada Korea. Sebagai negara yang menghasilkan budaya populer terlebih dahulu dibandingkan dengan Korea, Jepang tidak dapat menyesuaikannya dengan budaya-budaya negara lainnya, terutama adalah negara-negara barat. Animasi Jepang yang identik dengan kartun animasi bermata besar ini justru tidak dapat memperlihatkan sebagai sebuah produk Jepang dan hanyalah sebuah animasi internasional. Walaupun karakter animasi Jepang ini dapat dikatakan cukup populer dikenal di negara-negara lainnya, tetapi masyarakat negara-negara tersebut hanyalah mengenai animasinya saja. Beberapa karya ilmiah diatas telah menjelaskan mengenai perkembangan Korean Wave, dampak Korean Wave bagi Korea dan juga dalam pengaruhnya ke hubungan bilateral dengan negara lain maupun opini masyarakat internasional mengenai diplomasi pop culture. Akan tetapi, tulisan-tulisan di atas belum menjelaskan mengenai peran-peran yang bermain dalam perkembangan diplomasi pop culture tersebut, dalam hal ini adalah Korean Wave. Dalam salah satu tulisan, yaitu Pop Culture as an Instrument for Global Public Diplomacy: A Case Study of the Influences of the Korean Wave on Asian Publics hanyalah menjelaskan fenomena Korean Wave yang dapat menjadi sebuah alat diplomasi yang dilihat melalui hasil-hasil yang diberikan ole fenomena tersebut. Akan tetapi, tulisan tersebut tidaklah menjelaskan mengenai pemerintah Korea sebagai aktor negara 32
Stefanie Layer, An Exploration of Japan’s Soft Power, diakses dari www.culturaldiplomacy.org/.../manga-and-anime-an-exploration-of-japans-soft-power.pdf, pada tanggal 15 April 2011, pada pukul 18:56 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
22
yang membuat kebijakan dalam melaksanakan dan menerapkan Korean Wave sebagai sebuah alat diplomasi melalui kebijakan dan juga operasionalisasinya. Padahal
dalam
sebuah
bentuk
diplomasi,
kebijakan
dan
juga
operasionalisasi menjadi sebuah hal yang penting untuk menjelaskan secara benar mengenai peran Korean Wave sebagai alat diplomasi publik. Tanpa adanya kebijakan dan juga hasil, maka peran dari sebuah diplomasi publik tidak dapat dikatakan secara jelas sebagai sebuah bagian dari diplomasi publik. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis berinisiatif untuk membuat sebuah penelitian yang akan membahas mengenai peran Korean Wave sebagai sebuah bagian dari diplomasi publik Korea melalui kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh Korea dan juga dalam operasionalisasinya dalam aktivitas diplomasi publik Korea. I.5 Asumsi Penelitian
Permasalahan negara yang semakin kompleks, membuat diplomasi tidak lagi hanya dapat dilakukan antar negara saja, tetapi juga aktor-aktor nonnegara
Budaya pop atau budaya populer dapat memberikan pengaruh terhadap citra dari suatu negara yang memproduksinya melalui atraksi yang menarik dari produk budaya pop itu sendiri.
Melalui asumsi pertama diatas, maka budaya pop atau budaya populer dapat menjadi sebuah bagian dari diplomasi publik dari suatu negara
I.6 Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif33, yaitu peneliti sebagai instrument utama untuk pengumpulan data dan pengolahan atau analisis data, serta sangat memfokuskan perhatian pada proses dan arti dari suatu peristiwa yang diteliti. Dalam pendekatan kualitatif, penelitian dapat dilakukan dalam tiga tahapan utama, yaitu (1) Pengumpulan Data (Data Collective); (2) Pengolahan 33
John W. Creswell, Research Design: Qualitative and Quantittative Approaches, (Colifornia: Sage Publications, 1994), h. 145. Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
23
Data (Data Analysis); dan (3) Laporan Penelitian (Report Writing).34 Penggunaan metode kualitatif menjadi pilihan penulis dalam melakukan penelitian dikarenakan penulis menilai fenomena ini merupakan fenomena baru yang diangkat menjadi bagian dari pelaksanaan diplomasi. Selain itu, berdasarkan penjelasan Neuman bahwa penelitian kualitatif cenderung lebih terbuka untuk menggunakan variasi bukti dan pengungkapan isu-isu baru. Untuk itulah penulis memilih metode kualitatif dalam penelitian mengingat pembahasan mengenai kebudayaan pop atau kebudayaan popular itu sendiri masih terbatas dan tergolong sebuah isu baru di dalam kajian ilmu Hubungan Internasional. Pada tahap pengumpulan data, yang harus dilakukan adalah menetapkan batasan parameter data yang dikoleksi. Ide dari penelitian kualitatif adalah dengan sengaja menyeleksi informasi atau dokumen yang bisa secara baik menjawab pertanyaan penelitian dengan mempertimbangkan empat parameter, yaitu: di mana penelitian akan dilakukan (setting); siapa yang akan observasi atau diwawancara (actors); apa yang akan diamati dari perbuatan aktor atau topik yang ditanyakan dalam wawancara (events); dan perkembangan sifat dari peristiwa yang dialami oleh aktor dalam setting tersebut (process).35 Pada tahap pengolahan (analisa) data, informasi yang telah dikelompokkan menjadi kategori, memformat informasi
menajadi
sebuah
cerita,
dan
kemudian
ditulis
secara
teks
kualitatif. 36 Jenis penelitian dapat dilihat berdasarkan: tujuan, manfaat, dimensi waktu, dan teknik pengumpulan data. Berdasarkan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yakni suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan dan situasi secara sistematis, faktual, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, dan hubungan antar fenomena yang diteliti. 37 Berdasarkan manfaatnya, penelitian bersifat penelitian akademis/murni yang bertujuan untuk memajukan pengetahuan dan kajian Ilmu Sosial dan serta tidak memiliki manfaat praktis dalam jangka waktu dekat.38 Teknik pengumpulan data 34
Ibid, hal 148-161. Ibid. hal. 148-149. 36 Ibid, hal, 153 37 W. Laurence Neuman, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches, 3nd ed., (Boston: Allyn and Bacon, 1991), hal. 18-35. 38 Ibid, hlm 20 Universitas Indonesia 35
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
24
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi dan literatur, dalam hal ini mengumpulkan informasi dari sumber-sumber seperti media cetak atau elektronik. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua hal, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah data yang didapatkan dari website-website resmi Korea. Sedangkan data sekundernya akan didapatkan dari literature review atas berbagai sumber-sumber seperti jurnal, koran, majalah, buku, maupun artikel internet. Dokumen dalam hal ini juga mengacu pada teks atau apa saja yang tertulis, tampak secara visual atau diucapkan melalui media komunikasi. 39 Selanjutnya tehnik pengidentifikasian data akan dilakukan dengan mereduksi data-data yang dimiliki ke dalam pola ataupun kategori dan diinterpretasikan dengan menggunakan skema tertentu. Pengorganisasian data tersebut ke dalam kategori-kategori ini didasarkan pada tema, konsep, dan juga kemiripan sifat40. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penyajian data dalam penelitian ini akan berupa teks, uraian singkat, bagan, flowchart, dan sebagainya. Oleh karena itu, penyajian datanya akan bersifat deskfriptif analitis dalam penelitian ini 41 . Selanjutnya, penarikan kesimpulan dalam penelitian akan dilakukan dengan cara menganalis kategori yang telah dibuat. I.7 Tujuan dan Signifikansi Penelitian Tujuan dari penelitian dalam skripsi ini adalah: 1) menggambarkan keberhasilan yang didapat Korea melalui aktivitas-aktivitas diplomasi yang dilakukan melalui Korean Wave. 2) memberikan pandangan yang berbeda terhadap bentuk diplomasi yang dapat dilakukan oleh suatu negara. Penelitian ini memiliki beberapa signifikansi. Pertama, penelitian ini dapat menjadi acuan ataupun gambaran terhadap pemerintah dalam menemukan solusi yang tepat dalam mencapai kepentingan negaranya. Kedua, penelitian ini juga dapat menjadi sebuah pemasukan baru bagi ilmu Hubungan Internasional, 39
Ibid, hlm. 219. W. Lawrence Neuman, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches, (Boston: Allyn & Bacon, 2003), hlm 420-421. 41 Ibid. 40
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
25
terutama kajian Masyarakat Transnasional. Hal ini juga dikarenakan bentuk diplomasi yang selama ini masih sangat dominan adalah bentuk diplomasi tradisional yang hanya diperankan oleh negara saja. Sedangkan Korea, sebagai negara yang baru saja mengalami kemajuan yang sangat signifikan telah menggunakan produksi hiburannya sebagai sebuah cara diplomasi negaranya. I.8 Rencana Pembabakan Skripsi Bab I: Pendahuluan Dalam bab pendahuluan ini, terdiri dari latar belakang permasalahan, pertanyaan permasalahan, kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian, sistematika penelitian, serta tujuan dan signifikansi penelitian. Bab II: Isi dan Pembahasan. Kebijakan dan Aktivitas Diplomasi Publik Korea Selataan Melalui Korean Wave Periode 2005-2010 Bab kedua ini akan menjelaskan mengenai pengertian dari fenomena Korea Wave itu sendiri baik dari awal mula dimulainya ekspor Korean Wave itu sendiri sampai pada penyebaran dan peningkatan-peningkatan serta hasil positif yang didapatkan Korea melalui Korean Wave ini. Selanjutnya, penulis akan menjelaskan mengenai diplomasi kebudayaan Korea yang dijelaskan dalam kebijakan-kebijakan luar negerinya dan dilanjutkan dengan program-program yang dikeluarkan Korea dalam rangka menjalankan Korean Wave sebagai bagian dari diplomasi publik Korea. Bab III: Analisa Peran dan Fakor Korean Wave dalam Diplomasi Publik Korea Melalui penjelasan mengenai Korean Wave di bab sebelumnya, maka dalam bab ini akan dibahas analisa penulis mengenai bagaimana posisi ataupun peran Korean Wave dalam diplomasi tersebut.
BAB IV: Kesimpulan
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
26
Bab ini akan berisikan kesimpulan dari analisa yang dilakukan di Bab III, selain itu bab ini juga akan berisikan saran-saran yang diharapkan dapat berguna bagi perkembangan cara diplomasi dan bagi ilmu Hubungan Internasional.
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
27
BAB II KEBIJAKAN DAN AKTIVITAS DIPLOMASI PUBLIK KOREA SELATAN MELALUI KOREAN WAVE PERIODE 2005-2010 Pada bab II ini dibahas mengenai aktivitas diplomasi publik melalui Korean Wave pada periode 2005 sampai periode 2010. Penjelasan dalam bab II ini akan dilakukan dalam beberapa bagian. Pertama, bab ini akan diawali dengan menjelaskan mengenai pengertian dari fenomena Korean Wave tersebut untuk memberikan gambaran mengenai konsep dan perkembangan budaya populer Korea tersebut. Kedua, akan dijelaskan kebijakan diplomasi publik Korea secara umum yang merupakan dasar dalam aktivitas diplomasi publik Korea yang pada akhinya akan semakin mengerucut pada Ministry of Culture, Sport and Tourism (MCST) sebagai departemen yang bertanggung jawab dalam pengembangan budaya Korea termasuk budaya populer Korea. Melalui MCST tersebut, maka penjelasan selanjutnya mengenai aktivitas diplomasi publik melalui Korean Wave ini akan dijelaskan dalam dua hal, yaitu melalui bidang pariwisata dan juga melalui bidang pertukaran budaya sebagai sebuah cara diplomasi yang dilakukan dengan dua arah. Kedua hal ini akan dijelaskan melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh dua organisasi di bawah MCST, yakni Korean Tourism Organization (KTO) dan juga Korean Foundation for International Cultural Exchange (KOFICE). Selanjutnya, setelah selesai penjabaran mengenai aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh kedua organisasi tersebut, penulis akan melakukan analisa dari aktivitas-aktivitas tersebut melalui kolaborasi data mengenai respon masyarakat internasional mengenai Korea melalui Korean Wave tersebut. II. 1 Definisi Fenomena Korean Wave dan Perkembangannya Korean Wave merupakan fenomena budaya pop ataupun budaya populer Korea yang mengalami penyebaran melalui media ke negara-negara lainnya. Penyebaran ini dimulai dengan penyebaran drama-drama Korea yang selanjutnya diikuti oleh musik, dan juga gaya hidup masyarakat Korea. Korean Wave ini pada
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
28
akhirnya digunakan tidak hanya digunakan untuk menunjukkan kecintaan terhadap budaya pop Korea saja, tetapi juga segala hal yang berhubungan degan Korea. Istilah lain Korean Wave, yaitu Hallyu Wave(hanliu, 韓流) merupakan istilah yang diperkenalkan pertama kali oleh salah satu jurnalis Cina uintuk menjelaskan kepopuleran budaya pop Korea di Cina pada tahun 1990an. 42 Fenomena Korean Wave ini dimulai pada saat Cina mulai menayangkan drama Korea, yaitu What is Love All di salah satu stasiun TV Cina, China Central Television Station (CCTV) pada sekitar tahun 1997. Drama pertama Korea yang ditayangkan ini mendapatkan respon yang sangat baik, dan diputarkan kembali pada tahun 1998 dan berada ditingkat tertinggi kedua dalam sejarah perfilman di Cina. Setelah itu, pada tahun 1999, salah satu drama Korea lainnya ditayangkan di Cina dan Taiwan, yaitu Stars in My Heart dan kembali menjadi drama terpopuler di kedua negara tersebut. Sejak saat itu, drama Korea menjadi lebih terkenal dan diikuti dengan disiarkan di negara-negara lainnya, seperti Hongkong, Taiwan, Singapura, Vietnam, Jepang, Indonesia, Thailand, dan negara-negara lainnya. Vietnam juga merupakan salah satu negara pertama di Asia Tenggara yang mengalami kepopuleran budaya populer Korea. Kepopuleran budaya populer Korea atau Korean Wave di negara ini telah dimulai sejak tahun 1997 bersamaan dengan Cina melalui drama Korea Feeling yang disiarkan di salah satu stasiun televisi Vietnam, Ho Chi Minh City TV. Sejak saat ini fenomena kepopuleran Korean Wave ini terus berkembang, dengan diikuti oleh kepopuleran musik dan juga selebriti-selebriti Korea. Berbeda dengan Cina dan Vietnam, kepopuleran Korean Wave di Jepang dimulai sejak tahun 2003 setelah drama Korea Winter Sonata ditayangkan di stasiun televisi Jepang NHK April 2003 dan setelah itu ditayangkan kembali pada Desember 2003, dan pada musim panas 2004. 43 Penayangan Winter Sonata inipun menjadi awal dari Korean Wave di Jepang, atau 42
Doobo Shim, Hybridity and the Rise of Korean Popular Culture in Asia, diakses dari http://www2.fiu.edu/~surisc/Hybridity%20and%20the%20rise%20of%20Korean%20popular%20c ulture%20in%20Asia.pdf, pada tanggal 20 Juli 2011, pada pukul 11:25, hlm. 28-30 43 Millie Creighton, Japanese Sur ng the Korean Wave: Drama Tourism, Nationalism, and Gender via Ethnic Eroticisms, diakses dari http://www.uky.edu/Centers/Asia/SECAAS/Seras/2009/03_Creighton_2009.pdf, pada tanggal 22 Juli 2011, pada pukul 19:36, hlm. 12-13 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
29
yang biasa disebut dengan “Korea Boom” oleh masyarakat Jepang. Beberapa artisnya menjadi artis utama yang terkenal di Jepang yang juga memberikan pengaruh pada konsumsi produk Korea dan segala hal yang berhubungan dengan Korea.44 Perkembangan Korean Wave ini tidak hanya didominasi oleh dramadrama Korea saja, tetapi juga musik Korea itu sendiri. Di awali pada akhir tahun 1990an, salah satu stasiun televisi musik regional, V Channel, menayangkan video musik musisi Korea yang pada akhirnya menjadi sangat populer di Asia. Selain itu, salah satu grup musik Korea, yaitu H.O.T telah mulai terkenal di Cina dan Taiwan pada tahun 1998. Kepopuleran grup musik H.O.T ini menjadi awal dari mulai terkenalnya grup-grup musik Korea lainnya, seperti Ahn Jae-Wook (Salah satu penyanyi dan pemain drama Korea di Stars in my heart), NRG dan Shinhwa, Baby V.O.X yang juga telah mengadakan konser di Cina dan dihadiri oleh lebih dari 30.000 penonton. Band H.O.T ini sangat populer sehingga penjualan album mereka terus berlanjut bahkan sampai band tersebut bubar pada pertengahan 2001. Pada tahun 2002 juga, salah satu penyanyi remaja Boa yang merilis albumnya di tahun tersebut mencapai urutan teratas di Oricon Wekkly Chart, salah satu urutan tangga lagu di Jepang yang setara dengan American Billboard Charts. Lagu-lagu dan gerakan tari dan band-band Korea seperti Wonder Girls, Girls’ Generation, Super Junior, Shinee, DBSK menjadi sangat populer dinegara-negara lain, seperti Jepang, Cina, dan juga negara-negara Asia Tenggara Begitu juga dengan perfilman Korea, salah satu film Korea yakni Shiri menjadi sebuah film yang sangat populer saat itu dan juga ditayangkan di negaranegara Asia lainnya, seperti Hongkong, Jepang, Taiwan, dan Singapura. Walaupun film ini juga mendapatkan banyak kritikan, tetapi film ini menjadi awal dari masuknya film-film Korea di pasar internasional. Karena sejak saat itu, filmfilm Korea menjadi flm-film yang juga mendominasi bioskop-bioskop di Asia. Tidak hanya itu, kesuksesan perfilman Korea juga mulai memasuki pasar 44
Shim Doobo, Perkembangan Gelombang Korea, diakses dari http://kyotoreviewsea.org/KCMS/?p=251&lang=id, pada tanggal 28 Juli 2011, pada pukul 11:56 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
30
Amerika dan Eropa, seperti salah satunya adalah perusahaan perfilman Amerika Hollywood Studios telah membuat ulang film tersebut dalam versi mereka. Kepopuleran tiga jenis budaya populer tersebut pada akhirnya juga mendorong kepopuleran dari artis-artis yang juga berlaga baik dalam drama, film, dan musik tersebut. Salah satunya adalah Ahn Jae-Wook yang merupakan artis paling terkenal terutama di Cina pada tahun 2001. Kepopuleran artis-artis tersebut pada akhirnya memberikan dampak terhadap konsumsi kebudayaan seperti makanan, gaya berpakaian, riasan wajah yang sedang tren saat ini, termasuk juga operasi plastik yang memang terkenal dan menjadi sebuah hal yang biasa dalam masyarakat Korea. Seperti di sepanjang jalan Hanoi, Vietnam dan juga Beijing, Cina menjadi sebuah hal yang biasa disaat terlihat para fans Korea menggunakan banyak anting ditelinganya dan juga celana baggy yang merupakan jenis pakaian yang sedang tren saat itu di Korea. Selain itu, salah satu fans artis Korea Lee Young-ae, SongHae Gyo, Kim Hee Sun, dan Jeon Ji-Hyun di Taiwan dan Cina bahkan sampai melakukan operasi plastik demi merubah muka mereka seperti artis-artis tersebut. Pada dasarnya kepopuleran akan budaya Korea ini tidak saja hanya digambarkan dan dipengaruhi oleh-oleh artis-artis tersebut, tetapi juga dalam cerita-cerita dalam drama tersebut yang memang diperankan oleh artis-artis tersebut. Melalui penjabaran mengenai definisi Korean Wave di atas, dapat dilihat bahwa fenomena Korean Wave ini pada akhirnya akan memberikan kemajuan bagi Korea secara keseluruhan. Kesukaan terhadap drama Korea, musik dan juga film Korea akan mendorong para penggemar tersebut untuk mulai menyukai halhal lain dari Korea yang pada dasarnya mereka ketahui dari drama-drama tersebut. Sebagai contoh adalah telepon genggam. Jenis telepon genggam yang digunakan dalam satu drama Korea pada akhirnya juga akan menjadi perhatian para penggemar yang akan membuat peningkatan dalam penjualan jenis telepon genggam tersebut. Begitu juga dengan aspek-aspek Korea lainnya. Pada akhirnya kepopuleran budaya populer Korea atau juga dengan Korean Wave ataupun Hallyu menjadi budaya populer Korea yang tidak hanya berhubungan dengan Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
31
drama, film, dan musik saja, tetapi juga makanan Korea, gaya berpakaian Korea, dan sebagainya45. II.2 Kebijakan Korea Dalam Diplomasi Budaya Sejak tahun 2005, pemerintah Korea Selatan mulai membangun Korean Wave sebagai bagian dari diplomasi publiknya. Seperti yang dijelaskan dalam kebijakan luar negeri Korea pada tahun 2005 bahwa,“Moreover, building upon the positive image from the “Korean Wave,” MOFAT has engaged in public diplomacy, increasing cultural and promotional activities to further enhance the national image as a leading country in the cultural field”46 Melalui penjelasan tersebut, Korean Wave menjadi bagian dalam diplomasi kebudayaan Korea dalam memperkenalkan Korea ke masyarakat internasional. Dijelaskan secara lebih lanjut dalam principal Goals and Directions of Korean Cultural Diplomacy pada tahun 2007, terdapat dua hal sasaran utama dari kebijakan diplomasi kebudayaan ini, yaitu:47 1. Mendorong kerjasama dengan negara-negara lain melalui pertukaran budaya
Mendukung
berbagai
program
pertukaran
budaya
yang
dilaksanakan baik oleh pemerintah dan non-pemerintah yang akan membuat fondasi yang kuat dalam kerjasama Korea dengan negara-negara lainnya.
Dalam era globalisasi ini, program pertukaran budaya tidak akan hanya membantu Korea dalam meningkatkan identitas kebudayaan nasionalnya saja, tetapi juga akan membantu meningkatkan
45
Kwanyong Kim, “Welcome Greeting”, diakses dari http://www.hallyudreamfestival.or.kr/intro/e_intro2.html, pada tanggal 25 Oktober 2011, pada pukul 16:50 46 “Promotion of Korean Culture Through the “Korean Wave”, dalam 2006 Diplomatic White Paper, diakses dari http://www.mofat.go.kr/english/political/whitepaper/index.jsp, pada tanggal 22 Oktober 2011, pada pukul 16:44 47 “Principal Goals and Directions of Korean Cultural Diplomacy and Related Policies”, diakses dari http://www.mofat.go.kr/english/help/include/newopenmofat.jsp?MOFATNAME=English&INDE XNAME=MOFAT_HOME&PK=298757KEY313&SEQNO=298757&PARTNAME=TYPE_EN GLISH, pada tanggal 17 November 2011, pada pukul 11:32 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
32
kesadaran ataupun pengetahuan dan apresiasi dari masyarakat dari budaya yang berbeda di seluruh dunia. 2. Memperkuat daya saing nasional melalui peningkatkan citra nasional
Keberadaan budaya yang telah menjadi salah satu kunci utama dalam abad ke-21, efek ekonomi dari industri budaya dengan nilai tambah yang diberikan dalam bisnis sekarang ini mulai dievaluasi kembali. Upaya diplomatik dalam isu budaya ini pada akhirnya akan memberikan kontribusi untuk meningkatkan citra nasional Korea di mata internasional yang nantinya akan memberikan kontribusi untuk memperkuat daya saing keseluruhan dari seluruh masyarakat internasional.
Melalui dua sasaran utama diplomasi budaya di atas, pemerintah Korea akan melaksanakannya melalu beberapa strategi pelaksanaan, yaitu: melaksanakan aktivitas promosi dan budaya secara komprehensif dan sistematis, mendirikan dan mengembangkan strategi promosi dan budaya khusus disesuaikan dengan negara ataupun daerahnya, memperkuat kemitraan dengan organisasi lokal serta perusahaan Korea di luar negeri, memperluas program budaya berorientasi masa depan, dan berpartisipasi aktif dalam organisasi internasional. Melalui kebijakan tersebut, Korea berupaya mendorong film-film Korea dan juga drama Korea ke negara-negara luar untuk mempenalkan budaya Korea. Seperti yang dijelaskan dalam Diplomatic White Paper 2008,
bahwa Kementrian Luar Negeri dan
Perdagangan Korea dalam memperkenalkan budaya Korea ke negara-negara luar juga dengan mendorong diplomasi publik melalui penawaran stasiun televisi negara-negara asing video-video dokumentasi yang menggambarkan Korea dan juga kebudayaan Korea.48 Upaya pemerintah Korea dalam menggunakan Korean Wave sebagai bagian dalam aktivitas diplomasinya ini pun terus dijelaskan dalam Diplomatic White Paper yang dimulai dari tahun 2005 seperti yang telah 48
Supporting Overseas Screening of Korean Films and TV Dramas, dalam “2008 Diplomatic White Paper”, diakses dari http://www.mofat.go.kr/english/political/whitepaper/index.jsp, pada tanggal 22 Oktober 2011, pada pukul 19:08 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
33
dijelaskan di atas, tahun 2006, 2007, 2008, 2009, dan juga 2010. Pembahasan mengenai Korean Wave tersebut selalu berada dalam penjelasan tersendiri, dimana hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah Korea dalam mendorong Korean Wave sebagai bagian dalam aktivitas diplomasi publiknya. Kementrian Kebudaya, Olahraga, dan Pariwisata Korea (disebut dengan MCST) merupakan agen pemerintah Korea yang bertanggung jawab dalam area pariwisata, kebudayaan, dan juga olahraga. 49 Keberadaan kementrian ini juga berperan dalam mendorong dalam memperkenalkan Korean Wave dan aspek budaya serta olahraga Korea baik kedalam masyarakatnya domestik negaranya dan juga dalam memperkenalkannya ke masyarakat internasional melalui program-program yang diadakannya. Seperti yang dijelaskan oleh Mentri Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata pada tahun 2006 bahwa, “The ministry has set up public relations offices overseas called “Korea Plaza” to strengthen the country's image through the globalization of hallyu, the boom of Korean pop culture overseas. In particular, the government will support exchanges of cultural contents with foreign countries away from unilateral or export-oriented activities.”50 Pernyataan yang dikeluarkan ini secara jelas memperlihatkan upaya Korea dalam mendorong Korean Wave sebagai bagian dari diplomasi budayanya untuk mencapai tujuan diplomasinya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya Dalam hal ini MCST membangun hubungan bersama berbagai entitas lainnya, dengan 5 tujuan utama yang digambarkan dalam skema di bawah ini, yaitu:51
49
History, diakses dari http://www.mct.go.kr/english/aboutus/history.jsp, pada tanggal 1 November 2011, pada pukul 11:13 50 Hallyu is new growth engine in culture industry, diakses dari http://www.mct.go.kr/english/issue/issueView.jsp?pSeq=492, pada tanggal 3 November 2011, pada pukul 13:!4 51 Jessica Chen, A Study on Cultural Tourism and South Korean Government, diakses dari http://c030.wtuc.edu.tw/ezcatfiles/c030/img/img/743/282605760.pdf, pada tanggal 21 April 2011, pada pukul 19:39. Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
34
Skema 2. 1 5 Tujuan Aktivitas MCST Sumber: http://c030.wtuc.edu.tw/ezcatfiles/c030/img/img/743/282605760.pdf
Kebijakan pemerintah dalam menggunakan Korean Wave sebagai bagian dalam diplomasinya juga dijelaskan dalam kebijakan pariwisatanya. Dimana dijelaskan pada tahun 2005, “Expansion of Korean Wave Fever, Diversification of Korean Wave, and Boosting Visitation of Korea through Promotion of Korean Wave Product” menjadi salah satu kebijakan Korea dalam bidang pariwisata. Dijelaskan secara lebih lanjut bahwa peningkatan pariwisata Korea ini dilakukan melalui beberapa hal, seperti membuat nama merek untuk pariwisata Korea dan juga menggunakan “Dynamic Korean Wave Campaign” sebagai cara marketing untuk meningkatkan wisatawan yang datang ke Korea. Melalui Dyanmic Korean Wave Campaign ini, pemerintah Korea akan menggunakan aspek-aspek Korean Wave seperti drama, film, musik, dan juga selebriti-selebriti Korea dalam berbagai program pariwisata Korea untuk meningkatkan wisatawan asing yang datang ke Korea.
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
35
II.3 Korean Wave dalam Diplomasi Budaya Korea Seperti yang telah dijelaskan diawal bab ini bahwa, terdapat dua organisasi pemerintah Korea yang mendukung dan sangat berperan penting dalam memperkenalkan Korean Wave baik itu ke masyarakat domestik negaranya dan juga ke masyarakat internasional. Kedua organisasi ini berdiri dan bergerak di bawah Kementrian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata (MCST) sebagai salah satu cara unutk mencapai tujuan diplomasi kebudayaan Korea. Kedua organisai tersebut adalah Korean Tourism Organization (KTO) dan Juga Korean Foundation For International Cultural Exchange (KOFICE). Kedua organisasi ini jelas menggunakan cara yang berbeda berdasarkan tujuan masing-masing organisasi tersebut didirikan. II.3.1 Korean Wave Melalui Korean Tourism Organization (KTO) KTO merupakan organisasi yang didirikan berdasarkan undang-undang Korea Selatan dan memiliki tugas untuk mempromosikan industri pariwisata Korea. Organisasi didirikan pada tahun 1962 sebagai sebuah perusahaan investasi pemerintah yang bertanggung jawab terhadap industri pariwisata Korea berdasarkan International Tourism Corporation Act. Selain itu organisasi ini juga dijalankan berdasarkan kebijakan atau aturan pemerintah, yaitu Tourism Promotion Law yang dikeluarkan pada tahun 1961. Pada awalnya, organisasi ini hanya fokus untuk mempromosikan Korea sebagai salah satu negara tujuan untuk berwisata masyarakat asing. Akan tetapi, dimulai pada tahun 1980an, mempromosikan pariwisata domestik menjadi salah satu tugas dari KTO. Visi dari organisasi ini adalah untuk membuat paradigma baru dalam industri pariwisita, dan menjadikan Korea sebagai tempat yang selalu diingat untuk kembali lagi. Pada intinya, organisasi ini dibentuk untuk mengembangkan urusan budaya dan juga pariwisata melalui aktivitas promosi dalam menarik wisatawan, melakukan penelitian dan pengembangan tekhnologi pariwisata untuk memelihara industri pariwisata sebagai sebuah alat dari pertumbuhan ekonomi, melalui kerjasama dengan pemerinah lokal dan industri budaya lainnya, dan
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
36
pengembangan penginapan dan konsultasi. Sejak 2005, dengan masuknya Korean Wave sebagai bagian diplomasi publik Korea berdasarkan kebijakan luar negeri Korea pada tahun 2005 dan tahun-tahun selanjutnya dalam 2006 Korean Diplomatic White Paper. KTO sebagai salah satu organisasi yang bertanggung jawab dalam bidang pariwisata juga menggunakan Korean Wave yuang dilibatkan dalam program-programnya yang direncanakan dan dijalankan setiap tahunnya. Di bawah ini adalah penjelasan mengenai program-program pariwisata Korea sejak tahun 2005-2010 dan beberapa penjelasan mengenai acara-acara dalam program tahunan tersebut, serta posisi Korean Wave dalam program tahunan tersebut yang dijelaskan dalam Visit Gyeonggi-Korea 2005, Visit Jeju Year 2006, Visit Gyeingbuk-Korea 2007, Visit Gwangju Jeonnam Korea Year 2008, Visir Incheon 2009, dan Visit Korea Year 2010-2012 II.3.1.1 Visit Gyeonggi-Korea 2005: Center of Korea Wave Pada tahun 2005 ini, KTO meresmikan tahun 2005 tersebut sebagai “Visit Gyeonggi-Korea Year 2005”. Sebagai salah satu provinsi di Korea, Gyeonggi memiliki banyak objek pariwisata, dan memiliki nilai sejarah yang penting bagi Korea.
Hal ini merupakan salah satu alasan yang mendorong KTO untuk
menjadikan tahun 2005 tersebut sebagai “Visit Gyeonggi-Korea Year 2005”. Selain itu, lebih dari setengah dari total jumlah penduduk Korea tinggal di provinsi tersebut, dan setidaknya sekitar lima juta wisatawan mendatangi provinsi ini melalui bandara Incheon yang memang berada di provinsi ini. Seperti yang dijelaskan oleh Chung Dong-che, Mentri Kebudayaan dan Pariwisata Korea, “Setting its sights on raking in 3.5 trillion won in tourism revenues and attracting a target of 6.9 million tourists during the year, the Preparatory Office for Visit Gyeonggi-Korea 2005 plans to carry out diverse and unique projects - 31 projects in a total of five fields. The projects include 10 international festivals, to be held during the tourism promotion period, and organization of the second Gyeonggi Tour Exhibition, and the construction of the Goyang Tourism and Culture
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
37
Complex.In a ceremony marking the declaration of Visit Gyeonggi-Korea 2005”.52 Salah satu tujuan program ini adalah untuk menentukan identitas pariwisata provinsi Gyeonggi dan sebagai sebuah batu loncatan untuk ekspansi industri. Program Visit Gyeonggi-Korea 2005 ini menggunakan tema “Gyeonggi Province, the Heart of Korea – Visit Gyeonggi Province and Taste Korea at a Glance”. Berbagai acara dibuat dalam rangka menarik wisatawan asing ke Korea, seperti mengunjungi DMZ gratis, serta berbagai jenis fetival seperti Puchon International Fantastic Film Festival, World Ceramic Biennale Festival, dan World Peace Festival. Selain untuk memperlihatkan kebudayaan tradisional Korea melalui bangunan-bangunan sejarah yang bertempat di kawasan ini, kawasan Gyeonggi ini juga merupakan kawasan yang sering digunakan sebagai lokasi pengambilan gambar drama-drama Korea, seperti Daejang-geum, My Sassy Girl, King and the Clown. Hwaseong Fortress yang merupakan salah satu tempat sejarah kerajaan Korea merupakan tempat pengambilan gambar Daejang-geum, yang merupakan drama Korea yang sangat populer di negara-negara lainnya.53 Melalui program Visit Gyeonggi-Korea 2005 ini pemerintah berupaya untuk mendorong dan memperkenalkan tempat-tempat sejarah Korea melalui kepopuleran budaya pop Korea, yaitu Korean Wave dengan mendorong objek-objek wisata tersebut sebagai objek utama dalam berjalannya program tersebut. Dalam program Visit Gyeonggi-Korea 2005 Jung Jun-Ho salah satu artis Korea dipilih sebagai duta perwakilan masyarakat program tersebut. Jung Jun-Ho merupakan salah satu
selebriti terkenal dalam Korea Wave yang mewakili
industri perfilman Korea di Jepang. 54 Ia menjadi duta kedua program tersebut setelah Park Ji-eun (pemain olahraga golf) yang diresmikan pada tanggal 6 Januari tahun 2005. Jung Jun-Ho merupakan salah satu selebriti yang terkenal di Jepang 52
Korea Aims to Join Global Top 10 with 10 million Inbound Tourists, diakses dari A Treasure of Tourist Attractions - Gyeonggi greets tourists with fascinating tour programs during 'Visit Gyeonggi-Korea 2005', diakses dari http://www.newsworld.co.kr/cont/0502/61.htm, pada tanggal 9 November 2011, pada pukul 23:57 54 Market the Tourism in Gyeonggi through Young Korean Wave Stars, diakses dari http://english.gg.go.kr/news/viewToday.jsp?seq=407&page=59&method=&query=, pada tanggal 10 November 2011, pada pukul 18:35 Universitas Indonesia 53
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
38
melalui filmnya Honor of the Family yang ditayangkan di Jepang. Salah satu kegiatan yang diikuti oleh Jung Jun-ho dalam mendukung berjalannya program ini adalah berpartisipasi dalam acara Goyang Marathon yang diadakan di kota Goyang, provinsi Gyeonggi ini pada tanggal 29 Mei 2005. 55 Acara Goyang Marathon merupakan bagian dari pemerintah Gyeonggi dalam mempromosikan pendirian Hallyuwood di kota tersebut. Pendirian Hallyuwood ini bertujuan untuk mengumpulkan berbagai macam budaya populer dan jenis pariwisata lainnya yang tersebar di seluruh provinsi Gyeonggi dalam satu poros, yaiu Hallyu atau yang juga disebut sebagai Korean Wave. Tempat ini menyediakan berbagai macam fasilitas, seperti fasilitas untuk merasakan dan mengalami pengalaman mengenai Korean Wave yaitu hallyu boulevard, star village, permainan dunia hallyu, dan berbagai macam acara lainnya. Taman bermain ini juga dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung Korean Wave, seperti lokasi pengambilan gambar bagi drama-drama Korea dan juga akademi Hallyu. Selain itu, tentu saja juga dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas pariwisata, seperti penginapan, hotel, tempat makan, dan sebagainya.56 II.3.1.2 Visit .Jeju Year 2006: Hawai of Korea Seteleh selesainya program Visit Gyeonggi-Korea 2005, tahun 2006 dicanangkan sebagai Visit Jeju Year. Jeju merupakan pulau yang terletak di daerah selatan Korea, dan membutuhkan waktu sekitar satu jam menggunakan pesawat untuk pergi ke pulau tersebut dari kota Seoul, Busan, dan Gwangju. Pulau ini juga disebut sebagai “Honeymoon Island of Korea”. Berbagai macam acara diadakan pada tahun tersebut seperti Jeju Cherry Blossom Festival, Jeju-s Royal Azaleas, acara pembuatan Kimchi yang merupakan makanan tradisional Korea, Jungmin Beach Film Festival, Samyang Black Sand Festival, dan acara yang bertemakan Korean Wave yang diadakan pada bulan Oktober dengan 55
Movie star Jung Jun-ho acts as the PR Ambassador for 2005, the Visit Gyeonggi-Korea Year, diakses dari http://english.gg.go.kr/board/viewToday.jsp?lm=01&seq=438&page=7&method=&query=, pada tanggal 11 November 2011, pada pukul 14:52. 56 Overview of Project, diakses dari http://www.h-wood.co.kr/en/work/work01.php, pada tanggal 11 November 2011, pada pukul 15:12 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
39
mengadakan konser yang bertajuk “Korean Stars”. 57 KTO mengadakan sesi tandangan untuk para penggemar artis-artis Korean Wave terhadap para artisnya yaitu dalam acara Korea-China-Japan Korea Fever Festival. Peresmian program Visit Jeju Year 2006 ini dilaksanakan pada 10 Januari. Acara peresmian ini juga melibatkan 20 penyanyi Korea untuk memeriahkan acara tersebut. Selain itu, Go Du-Shim artis Korea dan 3 orang hiburaner lainnya dipilih sebagai perwakilan untuk memperkenalkan dan mempromosikan program tersebut. Dalam acara peresmian tersebut, Kim Tae-hwan gubernur provinsi Jeju juga menjelaskan “the government will create a Hallyu Image Complex and organize international event designed to publicide the tourist, leisure and wellbeing aspects of the island” sebagai bagian dari Visit Jeju Project untuk semakin menyebarluaskan dan mempromosiakan budaya populer Korea, Hallyu Wave atau Korean Wave.58 Hal ini dijelaskan oleh Kim Chan, Direktut Umum Pariwisata, Kementrian Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata bahwa, “Celebrating the Visit Jeju Year last year, Jeju developed such tourist products as Korean-ChineseJapanese hiburaners'golf competition and tour programs related to the opening ceremony of the Hallyu Expo in Asia and the shooting of the movie 'Tae Wang Sa Shin Gi'In other locations, tourist programs such as the Ulsan Summer Festival and those related to Bigeum and Cheongsan Islands, known for shooting 'Waltz of Spring'made their debuts.”59 Hallyu Expo ini merupakan sebuah pameran internasional bintang-bintang Hallyu, acara-acara televisi dan film dan merupakan acara internasional pertama dan terpanjang terkait dengan Hallyu Wave. Acara ini mulai dilaksanakan pada tanggal 29 November 2006 dan akan terus berlanjut sampat tanggal 10 Maret
57
Ibid., 2006 proclaimed "Year to Visit Jeju", diakses dari http://www.investkorea.org/InvestKoreaWar/work/reg/eng/ne/index.jsp?l_unit=90202&m_unit=90 308&code=11405&no=608300004&page=32&bno=601127404&seq=35, pada tanggal 13 November 2011, pada pukul 22:12 59 Transrip wawancara Kim Chan, dalam Keeping on Evolving Korean Wave, diakses dari http://www.newsworld.co.kr/cont/0703/32.htm, pada tanggal 11 November 2011, pada pukul 18:26 Universitas Indonesia 58
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
40
2007, di Jeju Convention Center, Pulau Jeju.60 Gambar di bawah ini merupakan simbol
acara
tersebut,
dimana
tulisan
dalam
bahasa
Korea
tersebut
menggambarkan kata Hallyu yang memang identik dengan budaya populer Korea, Korean Wave.
Gambar 2. 1 Lambang Hallyu Expo 2006 Sumber: http://english.visitkorea.or.kr/enu/SI/SI_EN_3_2_1.jsp?cid=293296#Lang_Content_Layer
Selain itu, acara ini juga akan meliputi segala hal yang berhubungan dengan drama, film, musik, permainan, dan juga selebriti yang telah memberikan kontribusi dalam Hallyu Wave atau yang juga disebut dengan Korean Wave. Acara ini akan memperlihatkan sejarah perkembangan budaya populer Korea sejak pertama dimulai, dan juga prospek Hallyu Wave kedepannya. Dalam acara ini juga terdapat konser-konser para penyanyi Korea dan pertemuan penggemar dengan artis Korea. Bae Yong-Jun, yang merupakan salah satu artis Korea yang terkenal dengan dramanya Winter Sonata dipilih sebagai perwakilan dalam acara tersebut.
61
Bae Yong-Jun merupakan salah satu artis Korea yang sangat
berpengaruh dalam perkembangan Korean Wave.
62
Selain Bae Yong-jun,
beberapa selebriti lainnya ikut berperan dalam acara ini seperti, Chae Yeon, SG Wannabe, Lee Jeong-hyun, Super Junior, Dong Bang Shin Ki (DBSK),dan juga 60
Seats to Hallyu Expo in Short Supply, diakses dari http://english.kbs.co.kr/entertainment/news/1425666_28572.html, pada tanggal 14 November 2011, pada pukul 22:10 61 Hallyu Expo in Asia, diakses dari http://english.visitkorea.or.kr/enu/SI/SI_EN_3_2_1.jsp?cid=293296, pada tanggal 14 November 2011, pada pukul 22:45 62 Millie Creighton, op. Cit, hlm. 16 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
41
artis-artis lainnya. Seven, salah satu penyanyi Korea yang saat itu baru akan memulai karirnya dalam bidang perfilman juga dilibatkan dalam pertemuan dengan para penggemar dalam sesi acara “Se7olution in The World”pada tanggal 21 Januari, Lee Jun-ki salah satu artis popular di Koreapun juga mengadakan sesi pertemuan dengan penggemarnya dengan tema ”BISANG (飛上)” pada tanggal 27 Januari. Sesi pertemuan dengan para penggemarnya ini menjadi acara yang terus diadakan selama program tersebut berlangsung dengan tema dan selebriti yang berbeda disesuaikan dengan tema.63 II.3.1.3 Visit Gyeongbuk-Korea 2007 Pada tahun 2007 ini, KTO meresmikan tahun tersebut sebagai Visit Gyeongbuk-Korea
2007
sebagai
salah
satu
program
pariwisata
dalam
mempromosikan sejarah Korea. Melalui program ini, KTO juga mengadakan berbagai acara seperti festival, perayaan, dan juga pameran budaya dunia. 64 Daerah Gyongbuk disebut juga dengan Gyeongsangbuk ini pada dasarnya mudah diakses melalui ibukota Korea, Seoul. Gyeongbuk terletak di wilayah tenggara Korea dan merupakan pusat daerah dari sejumlah atraksi budaya kuno, serta beberapa diantaranya telah diresmikan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Budaya kono yang terdapat di daerah ini juga merupakan warisan budaya dari Dinasti Silla, Kerajaan Misterius Gaya, dan juga budaya Dinasti Joseon. Selama sepanjang tahun tersebut, berbagai acara dan pertunjukan dipersiapkan oleh Korea dengan tema yang berbeda, tetapi menyoroti dan fokus terhadap berbagai era Korea. Pertunjukan-pertunjukan tersebut seperti diantaranya, pertunjukan mengenai perjalanan Dinasti Silla, pertunjukan musik dan tari tradisional di teater terbuka di penginapan Bomun, pertunjukan tari topeng Hahoe di Andong, dan sebagainya. Selain itu, KTO juga menyiapkan program templey 63
Hallyu Stars to Meet Fans in Cheju, diakses dari http://www.mykoreanstars.com/forums/showthread.php?t=145, pada tanggal 14 November 2011, pada pukul 19:56 64 KTO Toronto, Experience Gyeongsangbuk-do Province During “Visit Gyeongbuk-Korea 2007” Year!, diakses dari http://english.visitkorea.or.kr/enu/OO/OO_EN_13_3_2.jsp?cid=347709#Lang_Content_Layer, pada tanggal 14 November 2011, pada pukul 14:07 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
42
stays bagi para wisatawan yang berkeinginan untuk mengetahui lebih dalam mengenai budaya Korea. 65 KTO juga menyiapkan berbagai acara lain seperti, fetival tari topeng, memperkenalkan minuman keras khas Korea, festival kue dan festival lain yang berhubungan dengan budaya tradisi masyarakat, budaya, dan juga pertanian Korea. Selama bulan Agustus-Oktober menjadi acara puncak dalam program Visit Gyeongbuk Korea ini. Dimana, dalam periode 3 bulan ini, KTO mengadakan pameran budaya internasional Gyeongju. Acara ini terdiri dari beberapa hal seperti, pertunjukan dan pameran makanan, mode pakaian, film, seminar, dan juga kebudayaan remaja internasional. Pada program Visit Gyeongbuk-Korea 2007 ini, Ryu Siwon salah satu selebriti Korea yang berasal dari daerah tersebut diresmikan sebagai perwakilan ataupun duta dalam mempromosikan program Visit Gyeongbuk-Korea 2007 tersebut.Ryu Siwon sendiri berasal dari Andong yang merupakan salah satu kota dari provinsi tersebut. Di Andong sendiri, terdapat Damyunjae, sebuah rumah tua bersejarah yang memang merupakan rumah keluarga Siwon sendiri. Dan rumah tua inipun menjadi semakin terkenal semenjak Ratu Elizabeth II, Ratu Inggris berkunjung pada tahun 1999. Seperti yang dijelaskan sendiri oleh Ryu Siwon dalam konferensi pers yang diadakan dalam peresmian program tersebut, “I think it means something that I become the tourism ambassador of Gyeongsangbukdo, the hometown of my father as well as myself. Gyeongsangbukdo is very familiar to me as I spent a lot there with my family in my childhood. And also it was another honored experience for me to have greeted Queen Elizabeth II at my home several years ago. I always think having a hometown is very important to everyone. And now I become the tourism ambassador of my hometown and I am really grateful for that. I will do my best to help attract more domestic and international tourists to Gyeongbukdo in this Visit Gyeongbuk-Korea Year.”66
65
Ibid Ryu Siwon Weekly: Vsit Gyeongbuk-Korea, diakses dari http://favosaurus.com/video/?v=9V5JX1Kc9u4, diakses dari 15 November 2011, pada oukul 11:45
66
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
43
Selain itu pada tanggal 27 Oktober tahun tersebut diadakan konser salah satu penyanyi Korea yang juga merupakan pemimpin dalam Korean Wave, yaitu Rain. Konser tersebut diadakan di kota Daegu, salah satu kota dalam provinsi Gyeogbuk. Konser tersebut bertujuan sebagai ajang promosi program Visit Gyeongbuk-Korea 2007 sekaligus merayakan ditetapkannya Daegu sebagai penyelenggara International Association of Athletics Federetaion (IAAF) World Championship pada tahun 2011. Gyeongju World Culture Expo menjadi ajang dalam program Visit Gyeongbuk-Korea 2007 ini, yang diadakan pada bulan Agustus-Oktober. Kota ini merupakan pusat sejarah dari kerajaan Silla yang memimpin hampir keseluruhan Korea pada abat 7 sampai 9. Gyeongju Wold Culture Expo ini terdiri dari beberapa acara, seperti Multimedia Show; Millenium Light, pemutaran film Korea; Mud Warrior dan Cha-Cha, World Stage Art Fesstivel, World B-boy Festival, International Children’s Play, World Fox Nanjang Festival, Digital Animational History of Three Kingdom, Character Fantasy World, Silla Royal Forest LOHAS Festival, Gyeongju Street Events, dan acara pembukaan dan penutupan.67 II.3.1.4 Visit Gwangju Jeonnam Korea Year 2008: Promote Korean Traditional Culture Tahun 2008, KTO meresmikan program 2008 Visit Gwangju Jeonnam Korea sebagai program-program lanjutan dari program-program yang telah diadakan ditahun-tahun sebelumnya. Provinsi Jeonnam ini merupakan provinsi yang kaya akan adat dan tradisi rakyat Korea. Gwangju merupakan ibukota provinsi Jeonnam, dan provinsi in terletak di bagian barat daya Korea tepat di ujung selatan bersebrangan dengan Pulau Jeju.68 Wilayah Jeonnam ini terkenal akan praktik-praktik budaya yang tetap dirawat dan dilestarikan, perkebunan tehnya yang hijau dan subur, festival Kimchi yang diadakan setiap bulan November, dan juga makanan khas wilayah serta makanan lautnya yang segar 67
Gyeongju Wolrd Culture Expo, diakses dari http://www.cultureexpo.or.kr/assets/download/file/?BjiJZoktQkSWf38Sucl3Bw, pada tanggal 14 November 2011, pada pukul, 16:28 68 KTO Toronto, Experience Jeollanam-do Province During “2008 Visit Gwangju Jeonnam Korea” Year, diakses dari http://english.visitkorea.or.kr/enu/OO/OO_EN_13_3_2.jsp?cid=496138, pada tangal 15 November 201, pada pukul 19:30 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
44
dikarenakan wilayah ini langsung berbatasan dengan Laut Kuning. Selain itu, wilayah ini juga terkenal dengan pemandangan alam yang indah dengan terdapat gunung tertinggi kedua di Korea dan taman nasionalnya. Gwangju sendiri juga terkenal dan merupakan awal dari kelahiran kebudayan-kebudayaan dan pertunjukan-pertunjukan seni Korea. 69 Oleh karena itu, program 2008 Visit Gwangju Jeonnam Korea menjadi ajang untuk memperkenalkan keunikan wilayah tersebut ke masyarakat luas. Selain itu, pada tahun 2002 Gwangju merupakan kota yang menjadi tuan rumah acara olahraga Piala Dunia. Dimana, acara tersebut diadakan di Gwangju World Cup Stadium yang terletak di kota tersebut. Seperti tahun-tahun sebelumnya, berbagai macam festival dan acara dilaksanakan selama berjalannya program tersebut. Salah satunya adalah The Yeongdeong “Moses’Miracle“Festival yang diadakan pada bulan Mei. 70 Pada bulan Juli akan menjadi Muan White Lotus Festival.71 Lalu, juga diadakan Food Culture Festival, pada tanggal 9 sampai 13 Oktober 2008. Pada bulan November, festival lain juga diadakan, yaitu Gwangju Kimchi Festival.72 Selain itu ada juga Gwangju Biennale mulai dibuka pada 5 Oktober 2008, yang merupakan sebuah pameran berskala global dan pelopor dalam seni kontemporer . Pameran ini merupan dampak dan hasil dari pergerakan demokrasi yang terjadi di Korea pada tahun 1980an.73
69
Explore Korea’s Treasures – Gwangju & Jeollanam-do, diakses dari http://english.visitkorea.or.kr/enu/SI/SI_EN_3_6.jsp?cid=641679, pada tanggal 14 November 2011, pada pukul 15:11 70 Jindo-gun, Jindo Yeingdeung Moses Miracle Parting of the Sea Festival, diakses dari http://www.festivals.com/Jindo+Yeongdeung+Moses+Miracle+Parting+of+the+Sea+FestivalSouth%20Korea-NA-Jindo-gun-PfxZ8VsrIU4%3D.aspx, pada tanggal 11 November 2011, pada pukul 22:!5 71 Focus on . . . Muan! White Lotus Festival (July 25 - July 29), diakses dari http://cdn.emarketingsg.com/emktg/korea/korea061308.htm, pada tanggal 15 November 2011, pada pukul 17:24 72 Gwangju Kimchi Festival, diakses dari http://english.visitkorea.or.kr/enu/SI/SI_EN_3_2_1.jsp?cid=293204, pada tanggal 15 November 2011, pada pukul 11:25 73 KTO London, Destination 2008 – Register and Win on Tour2korea.com, diakses dari http://english.visitkorea.or.kr/enu/OO/OO_EN_13_2_2.jsp?cid=496136#Lang_Content_Layer, pada tanggal 14 November 2011, pada pukul 23:14 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
45
II.3.1.5 2009 Visit Incheon Year: Incheon Sebagai Zona Ekonomi dan Tekhnologi Pada tahun 2009, pemerintah Korean meresmikan program 2009: Visit Incheon Year sebagai program pariwisata seperti tahun-tahun sebelumnya. 74 Incheon merupakan salah satu kota metropolitan dan merupakan pelabuhan utama di pesisir barat Korea. Bandar Udara Internasional juga bertempat di kota ini. Selain itu, Incheon juga menjadi tuan rumah dari Piala Dunia FIFA yang diadakan pada tahun 2002, dan juga merupakan salah satu kota penting dalam bidang ekonomi. Program Visit Incheon Year sendiri telah mulai diperkenalkan dan dipromosikan sejak Oktober 2008, dan dilakukan dibeberapa provinsi dan kota utama seperti, Chincheon, Busan, Gwanju, Daejon, dan Seoul. Pemerintah Incheon juga bekerjasama dengan para seniman Korea dan juga industri pariwisata lainnya dalam mempromosikan program tersebut. Hal ini seperti yang dijelakan oleh Ahn Sang-soo yang merupakan walikota pemerintah pusat Incheon dalam wawancaranya dengan IT Times pada Februari 2009, yaitu; “A wandeirng theatrical troup composed of Incheon artists and those of local touring areas is chiefly aimed at publicizing Visit Incheon 2009 nationwide. Those engaged in the tourism industry are also encouraged to take part in overseas gatherings of the tourism industry as well as exhibitions and big fairs to introduce Visit Incheon 2009.”75 Selain mempromosikannya kepada masyarakat dalam negeri, pemerintah lokal Incheon juga mempromosikan program 2009: Visit Incheon Year tersebut ke negara lainnya. Seperti yang dijelaskan oleh Choi Jae-ku, Presiden dari Incheon Tourism Organization (ITO), yaitu;
74
2009: Visit Incheon Year, diakses dari http://kto.visitkorea.or.kr/enu/ek/ek_1_4_3.jsp?cid=641820, pada tanggal 15 November 2011, pada pukul 00:05 75 2009 Year to Visit Incheon, diakses dari http://www.koreaittimes.com/story/633/2009-year-visitincheon, pada tanggal 15 November 2011, pada pukul 01:20 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
46
“The ITO, working with Incheon City, dispatched a tourism promotion delegation to Shandung and Liaoning provinces in China on Nov. 24, 2008 to attract tourists from China in 2009,..”76 Seperti program-program di tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2009 ini pemerintah Incheon juga menyiapkan berbagai macam pertunjukan, festival, dan acara lainnya demi mendorong berjalannya program tersebut dengan baik. Pada bulan Januari, pemerintah mengadakan Sunrise Celebration di Pulau Palmi Incheon yang tepat diadakan pada tanggal 1 Januari setelah tahun baru. Perayaan ini juga akan bersamaan dengan pembukaan Lighthouse Museum salah satu rumah yang merupakan peninggalan dari masa perang tersebut. 77 Palmi Lighthouse tersebut juga merupakan salah satu tempat pengambilan gambar salah satu drama Korea yang terkenal, yaitu Boys Before Flowers. Secara lebih lanjut dijelaskan oleh pihak komite KTO, bahwa lokasi film dan pengambilan gambar menjadi salah satu cara dalam mempromosikan dan memberitahukan informasi terhadap masyarakat luas mengenai Incheon. Gambar di bawah ini merupakan salah satu adegan dalam serial drama Boys Before Flowers Boys Before Flowers yang dilakukan di Palmi Lighthous.
76
Visit Incheon Year 2009: Incheon Tourism Organization goes all out to attract tourists to Incheon from both at home and abroad, diakses dari http://www.newsworld.co.kr/cont/article2009/0902-39.htm, pada tanggal 18 November 2011, pada pukul 12:56 77 Incheon Promises to Be a Magnet for Tourists,Offers exotic tourist spots and festivals yearround with upcoming '2009: Visit Incheon Year' and Global Fair & Festival 2009 Incheon, diakses dari http://www.newsworld.co.kr/cont/0812/76.htm, pada tanggal 18 November 2011, pada pukul 13:16 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
47
Gambar 2. 2 Salah satu adegan dalam Boys Before Flowers yang memperlihatkan lokasi Lighthouse di Pulau Palmi Sumber: http://www.koreaittimes.com/story/1331/visit-korea-incheon-2009
Pada bulan Januari 2009 ini pemerintah Incheon juga mengadakan perayaan di Pegunungan Mani, Pulau Gangwha untuk meresmikan Visit Incheon Year pada tanggal 16 Januari. Perayaan tesebut diadakan di Samsan World Gymnastic Complex, Incheon dengan dimeriahkan oleh penyanyi penyanyi terkenal Korea. Pemerintah juga mengadakan festival lainnya seperti Mania Grand Festival, Incheon Grand Flower Festival, Incheon Grand Sale, Incheon International Beer Festival, dengan Incheon Food Culture Festivaldan Incheon-China Day, serta World City Expo 2009.78 Pada bulan Oktober, terdapat Incheon Soraepogu Inlet Festival, Incheon International Crown Mimem Fetsival dan Incheon International Fireworks Festival dan juga Chinatown Festival, serta Woelmido Culture Festival dan sebagainya. KTO juga menyiapkan acara Pentaport Rock Festival yang melibatkan 50 grup musik yang berasal baik dari Korea dan juga dari luar Korea untuk berpartisipasi. Acara Incheon Pentaport Rock Festival menjadi acara yang cukup besar dalam program Visit Incheon Year tersebut. 79 Acara ini diikuti oleh lebih dari 60 band dan selebriti film Korea, Ryu Seong-beom menjadi pembawa acara dalam acara tersebut. Acara ini juga meriahkan oleh artis-artis, dan penyanyi dari luar negeri seperti The Desftones, the champion of hardcore rap dan Eskimo Joe, 78
Ibid Kim Hee-sung, Two competing music festivals to rock this summer, diakses dari http://english.visitkorea.or.kr/enu/FU/FU_EN_15.jsp?cid=768057, pada tanggal 18 November 2011, pada pukul 18:24 Universitas Indonesia 79
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
48
Lenka yang berasal dari Australia, dan sebagainya. Acara ini juga dimeriahkan oleh pemusik dari Korea sendiri seperti No Brain, Cocore, Guckkasten, Lolo’s Mon Shiners, Black Skirts dan juga Galaxy Express yang juga telah memiliki banyak penggemar. Acara ini menjadi acara internasional, dikarenakan dilibatkanya para penyanyi yang berasal dari luar Korea. Acara Pentaport Rock Festival pada dasarnya menjadi acara yang cukup besar dalam tahun tersebut dan berhasil menarik minat para penonton dan penikmat musik selama 3 hari berturutturut. Gambar di bawah ini merupakan gambar poster acara tersebut yang menggambarkan
meriahnya
musim
panas
pada
acara
tersebut
dan
menggambarkan tempat acara tersebut yang memang diadakan pada lapangan yang berada di kota Incheon tersebut.
Gambar 2. 3 Poster acara Incheon Pentaport Rock Festival Sumber: http://english.visitkorea.or.kr/enu/FU/FU_EN_15.jsp?cid=768057#Lang_Content_Layer
Acara Incheon Pentaport Festival tersebut juga diadakan berbarengan dengan acara festival lainnya dengan tema acara yang sama. Acara tersebut adalah Jisan Valley Rock Festival 2009 yang diadakan pada tanggal yang sama dengan acara Incheon Pentaport Festival. Acara ini juga diikuti oleh penyanyi-penyanyi yang tidak hanya berasal dari dalam Korea saja, tetapi juga berasal dari luar Korea, seperti Oasis, Patti Smith, band pop-punk Fall Out Boys, band Jimmy Eat World, seorang penyanyi dan juga penulis lagu Korea Amerika Pricilla Ahn, dan sebagainya. Korea, dalam hal ini juga diwakilkan dengan penampilan-penampilan dari band-band indie, seperti Onnie Ibalgwan, Yohzo, Lee Han-choul dan juga Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
49
Vodka Rain. Akan tetapi, terdapat perbedaan acara ini dengan acara Incheon Pentaport Festival. Dimana acara Jisan Valley Rock Festival ini menggunakan tema penghijauan dengan menggunakan berbagai perlengkapan acara yang dapat diperbarui ataupun didaur ulang. Pengadaan kedua acara yang diadakan dalam program Visit Incheon Year ini menjadi acara yang diadakan untuk memeriahkan musim panas di tahun tersebut. Selain itu, dengan mengadakan acara ini pemerintah Korea juga bertujuan untuk menarik wisatawan dengan diundangnya penyanyi-penyanyi yang tidak hanya berasal dari Korea saja, tetapi juga dari negara-negara lain yang tentu saja menggunakan bahasa internasional dalam lagulagunya yang akan mempermudah para pengunjung dan penonton yang datang ke acara tersebut untuk lebih mengerti pertunjukannya. KTO dalam tahun 2009 ini juga mengadakan acara besar lain yakni, Global Fair & Festival 2009. Acara ini merupakan acara besar yang telah dipersiapkan bahkan sebelum program tersebut berjalan. Acara ini dimulai pada 7 Agustus dan terus berajalan selama 80 hari sampai dengan Oktober dibeberapa lokasi di Incheon, seperti the Songdo International City Third Construction Site, Central Park, Tomorrow City, and Songdo Convensia. Beberapa hal yang terdapat dalam acara ini adalah pameran, konferensi internasional, dan juga berbagai macam festival seperti the Global Wine Festival, the World Robot Football Contest, World Culture Street and the Multimedia Sho. Secara jumlah, acara ini menyediakan 65 program.80 World Culture Street festival menjadi sebuah acara yang menyenangkan ditengah-tengah acara bisnis dan pengembangan kota yang diikuti oleh para wisatawan untuk mengetahui perbedaan sejarah dan budaya di kota tersebut. Dalam acara ini, panitia juga menyiapkan acara Understand Korean Culture dengan tinggal bersama dengan keluarga Korea bagi para wisatawan yang berkeinginan secara lebih lanjut untuk mempelajari kebudayaan Korea.81
80
Staff, Visit Korea Incheon 2009, diakses dari http://www.koreaittimes.com/story/1331/visitkorea-incheon-2009, pada tanggal 18 November 2011, pada pukul 18:52 81 KTO Sydney, Incheon City, Korea Invites The World to Its Global Festival 2009, diakses dari http://english.visitkorea.or.kr/enu/OO/OO_EN_13_4_2.jsp?cid=735387, pada tanggal 18 November 2011, pada pukul 19:26 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
50
Pada dasanya, tujuan dari acara ini adalah untuk memperlihatkan perkembangan dan juga prestasi kota Incheon. Dimana, kota ini berusaha sebagai kota dengan ekonomi global pada tahun 2020, acara ini diadakan untuk menunjukkan perkembangan di area ekonomi bebas di kota ini, yaitu di Sondo, Yeongjon, dan Cheongna dan rencana pembanguanan urban area dengan menggunakan teknologi yang mutakhir, hemat energi, dan ramah lingkungan. Dengan menggabungkan konsep edukasi dan acara yang menyenangkan, acara Global Fair & Festival ini menjadi acara yang memiliki target terhadap para generasi muda untuk hidup mereka dimasa yang akan datang. Salah satu acara lain yang juga merupakan bagian dari Global Fair & Festival ini adalah acara festival B-boy yang merupakan sebuah acara kompetisi tari B-boy yang diadakan pada tanggal 25-27 September 2009 dan diikuti oleh 15 negara lainnya.82 Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana pemerintah lokal lebih menggunakan selebriti Korea sebagai duta dari program-program yang dijalankan, ditahun Visit Incheon Year ini pemerintah Incheon benar-benar menggunakan selebriti dalam sebuah program yang melibatkan masyarakat-masyarakat internasional. Hal ini dijalankan melalui acara Hallyu Stars Promote the Spirit of Korea in an Exciting Online Festival: Netizens from China, Japan, Singapore, and Taiwan vote for their favorite Hallyu Star. Dimana acara ini diresmikan pada tangga 7 Juli 2009 oleh KTO dengan bekerjasama dengan salah satu website internasional Yahoo.Com. Selebriti-selebriti Korea menjalankan perannya dengan mempromosikan 100 atraksi utama di Korea melalui website tersebut (http://kr.promotion.yahoo.com/korea100sparkles). Melalui website tersebut, selebriti-selebriti Korea yang terkenal melalui drama-drama dan film-film Korea dan merupakan bagian dari Korean Wave menjelaskan mengenai makanan kesukaan mereka, atraksi-atraksi yang terkenal di Korea dan para masyarakat luar dapat melihatnya melalui video ataupun membaca artikel yang dijelaskan oleh para selebriti Korea tersebut. Dimana, melalui program yang diberi nama 82
Thomas J Shon, R16 B-Boy Festival, diakses dari http://english.visitkorea.or.kr/enu/OO/OO_EN_13_4_2.jsp?cid=790622, pada tanggal 18 November 2011, pada pukul 19:16 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
51
“Korea’s Bright Sparks” tersebut mengundang masyarakat dari Cina, Jepang, Singapura, dan Taiwan untuk memilih selebriti Korea yang paling ingin ditemui diantara 10 bintang Hallyu yang sebelumnya telah melewati pemilihan oleh KTO. Selebriti-selebriti tersebut adalah Andy, Jang Seo-hee, Ji-sung, Jun Jin, Kim Jun, Kwon Sang Woo, Lee Min Woo, Paek Eun Hye, Park Yong Ha, Yun Ha. Para penggemar selebriti-selebriti tersebut memiliki kesempatan untuk bertemu dengan selebriti-selebriti tersebut dalam acara “Sparkling Road Trip” yang diadakan setelah acara tersebut. Acara tersebut berhasil menarik minat masyarakat internasional, dimana sejumlah 800.000 orang yang berasal dari Cina, jepang, Singapura, dan Taiwan.83 Program-program lain yang menjadi program penting ataupun menjadi salah satu acara yang menarik banyak perhatian adalah Incheon Korean Wave Concert 2009, yang merupakan bagian dari acara Incheon Korean Wave Festival 2010 seperti yang dapat dilihat dari gambar di bawah ini.
Gambar 2. 4 Lambang Korean Wave Festival 2009 Sumber: http://www.dkpopnews.net/2010/08/info-incheon-korean-wave-festival-2010.html
Acara ini diadakan pada tanggal 5 September 2009 di Incheon Munhak Main Stadium. Pada awalnya acara ini dijadwalkan pada tanggal 22 Agustus, tetapi diundur menjadi bulan September dikarenakan kematian mantan Presiden Korea
83
Meet 100 Korean Celebrities- Korea 100 Sparkles Online Festival, diakses dari http://english.visitkorea.or.kr/enu/FU/FU_EN_15.jsp?cid=805332, pada tanggal 18 November 2011, pada pukul 19:50 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
52
Kim Dae Jung.84 Acara ini pada dasarnya juga merupakan bagian dari Global Fair & Festival Incheon 2009 yang telah dijelaskan sebelumnya dan juga merupakan bagian dari Incheon Korean Wave Festival 2009. Acara ini menjadi acara konser spesial K-Pop yang menunjukkan bersama-sama artis-artis Korea yang popular pada saat itu. Pada acara konser Incheon Korean Wave Concert tersebut dimeriahkann oleh SNSD, Super Junior, Shinee, Baek Jiyoung, KARA, FT Island, Younha, 2PM, SS501, dan masih banyak lagi. Acara lain dalam rangkaian acara Incheon Korean Wave Festival tersebut adalah Incheon Korean Star Wave 2009 yang dimulai dengan konser Lee Min Woo dan dlanjutkan dengan sesi tanda tangan oleh SS501 dan juga diikuti oleh pertemuan dengan penggemar yang berasal dari luar negeri. Berbeda dengan acara konser Incheon Korean Music Wave yang diundur menjadi bulan September, acara Incheon Korea Wave Festival ini tetap berjalan sesuai dengan jadwal awal, yaitu pada tanggal 15 Agustus.85 Acara Korean Wave Festival diadakan dengan tujuan untuk menarik pengunjung dan wisatawan dari luar Korea yang memang mengenal Korea melalui dramadrama dan lagu-lagu Korea atau yang dikenal dengan Korean Wave. II.3.1.6 Visit Korea 2010-2012: Promote Korea as a Whole Pada akhir tahun 2009 dimana akan berakhirnya program 2009:Visit Incheon Year, Korea kembali meresmikan program untuk tahun berikutnya. Dimana tidak seperti program-program dari tahun 2005-2009 yang fokus pada kota dan provinsi, kali ini Korea meresmikan program yang mencakup keseluruhan Korea yaitu Visit Korea Year 2010-2012. Program ini diresmikan pada tanggal 11 November 2009 di Cheonggye Stream yang terletak di kota Seoul. Program ini berjalan dengan tema yang berbeda setiap tahunnya. Dimulai dari tahun 2010, “City & Style” menjadi tema utama, dengan fokusnya pada Seoul’s World Design Capital dan Korean Wave
di Asia Timur. Pada tahun 2011,
84
Coolsmurf, Stars Gather for Incheon Korean Wave Festival 2009, diakses dari http://www.allkpop.com/2009/08/stars_gather_for_incheon_korean_wave_festival_2009, pada tanggal 18 November 2011, pada pukul 22:10 85 Hying, Top Korean Stars performing for Incheon Korean Wave Festival 2009, diakses dari http://www.koreanclicks.com/korean-stars-news/top-korean-stars-performing-for-incheon-koreanwave-festival-2009. pada tanggal 18 November 2011, pada pukul 22:39 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
53
“Nature & People” menjadi tema utama dengan fokusnya pada IAAF World Championship in Athletics in Daegu dan green tourism. Pada tahun 2012, “Blue Ocean” menjadi tema utama dengan fokusnya pada World Expo in Yeonso. 86 Program yang berjalan selama tiga tahun ini akan berada dibawah slogan “Offer the best of Korea with your smile”. 4 perwakilan dipilih untuk menjadi duta dalam rangka mempromosikan berjalannya program ini. Duta-duta tersebut terdiri dari Bae Yong Joon yang merupakan salah satu aktor yang terkenal melalui perannya dalam Winter Sonata dan berperan penting dalam Korean Wave, Kim Yu-na yang merupakan seorang skater yang terkenal dan menjadi bagian dalam perkembangan olahraga Korea, Pororo yang merupakan karakter kartun yang terkenal, dan Girls’ Generation yang juga memiliki peran penting dalam perkembangan Korean Wave dalam bidang musik.87 Selain acara peresmian yang dilakukan pada November 2009, acara lain diselenggarakan di beberapa negara lain demi mempromosikan program tersebut. Salah satunya adalah diadakan di Jepang pada tanggal 30 September, di Tokyo Dome. Acara tersebut merupakan acara peluncuran Visit Korea 2010-2012 yang ditujukan terhadap masyarakat Jepang. Acara ini diadakan oleh KTO dan dihadiri oleh salah satu duta program Visit Korea 2010-2012, yaitu Bae Yong-joon yang merupakan selebriti dan aktor Korea yang terkenal di Jepang dikarenakan dramanya Winter Sonata. 88 Dalam acara tersebut, Bae Yong-joon menjelaskan mengenai hal-hal menarik yang terdapat di Korea. Salah satu ajang promosi lain juga dilakukan di Sanghai, Cina pada tanggal 24 November 2009. Para selebriti Korea yang akan berpartisipasi tiba di Sanghai pada hari yang sama dan langsung disambut oleh kerumunan penggemar. Para penyanyi tersebut termasuk diantaranya adalah Wheesung, f(x), 2PM, 2AM, U-Kiss, 4Minute, dan juga Jang Nara. Para penyanyi tersebut berpartisipasi dalam acara the Feel Korea K-Pop 86
“2010-2012 Visit Korea Year” Campaign, diakses dari http://brandingkorea.org/campaignsarchive/2010-2012-visit-korea-year/, pada tanggal 14 Oktober 2011, pada pukul 00:19 87 PR Ambassador for the Visit Korea Year, diakses dari http://english.visitkoreayear.com/english/vkcinfo/vkcinfo_03_04_01.asp, pada tanggal 13 Oktober 2011, pada pukul 19:5 88 Do Je-hae, 'Visit Korea' Campaign Launched in Japan, diakses dari http://www.koreatimes.co.kr/www/news/nation/2011/04/117_52780.html, pada tanggal 13 Oktober 2011, pada pukul 22:17 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
54
Night and K-Fashion dalam rangka mempromosikan program Visit Korea 20102012. 89 Acara ini berhasil menarik minat pengunjung sebanyak 8000 orang. Pemerintah Korea berharap bahwa kekuatan para selebrit, penyanyi, aktor dan aktris Korea dapat mendorong para wisatawan untuk datang ke Korea. Seperti yang dijelaskan oleh Chung Dong-cheun (2010) eksekutif Korea Creative Content Agency, bahwa; “Although we have different nationalities and speak different languages, I could feel how much they loved the music from the heated atmosphere at the concert,” Berbagai macam acarapun telah dipersiapkan demi berjalannya program Visit Korea 2010-2012 tersebut. Berbagai macam acara terebut tentu saja sesuai dengan fokus utama Korea dalam tema-tema setiap tahun yang memang berbeda. Beberapa acara utama tersebut adalah, Seoul Design Fair yang diadakan pada tanggal 17 September sampai dengan 7 Oktober 2010. Lalu, IAAF World Championship Daegu 2011 yang akan diadakan pada tahun 2011, Expo 2012 Yeosu Korea, yang akan diadakan di tahun 2010. Selain itu adalah Korean Wave Fetsival yang diadakan pada September 2010 selama 7 hari di Gyeongju dan juga provinsi Gyeongsangbuk, Haendae Piff Night yang diadakan pada Oktober 2011 di Kota Busan. Korea Food and Tourism Festival, dan juga Korea Grand Sale yang diadakan pada November 2010 sampai dengan Februari 2011.90 Selain beberapa acara utama di atas, masih banyak acara lain yang juga dilaksanakan oleh KTO. Seperti salah satunya adalah Inspiring Night in Korea 2010. Acara ini merupakan salah satu acara yang diadakan untuk merayakan berjalannya program Visit Korea Year 2010-2012.91 Diselenggarakan di salah satu tempat bersejarah Korea, yaitu Changdeokgung Palace acara ini juga bertujuan untuk memberikan pengalaman dengan pertunjukan tradisional Korea, dan juga 89
Lim Jae-un, Korean wave crashes upon Shanghai shores, diakses dari http://www.mct.go.kr/english/issue/issueView.jsp?pSeq=1426, pada tanggal 12 Oktober 2011, pada pukul 20:47 90 Visit Korea Year 2010-2012, diakses dari http://www.visitkorea.com.my/article/visit-korea-year2010-2012, pada tanggal 19 November 2011, pada pukul 10:19 91 Inspiring Night in Korea 2010, diakses dari http://korean.visitkorea.or.kr/kor/nightinkorea/eng/p_02.html, pada tanggal 22 November 2011, pada pukul 18:28 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
55
misteri dibalik kebudayaan Korea. Acara ini juga bersamaan dengan peresmian salah satu selebriti Korea, Choi Ji-woo sebagai duta kehormatan dalam mempromosikan pariwisata Korea. Hal ini ditujukan untuk membantu berjalannya program pariwisata dalam menarik minat masyarakat asing untuk datang ke Korea. Dijelaskan oleh Choi Ji-woo (2010), bahwa; "Korean people are often misunderstood by foreigners due to our reserved demeanor or because of cultural differences," Choi said. "I will try my best to show our warm hearts to foreigners and promote the country as a great travel destination worth revisiting."92 Choi Ji-woo telah dipilih sebagai salah satu duta kehormatan dalam membantu mempromosikan salah satu program kampanya Visit Korea Year 2010-2012, yaitu “Smile Korea”. Hal ini dikarenakan perannya yang telah cukup signifikan dalam membantu pariwisata Korea, seperti meningkatkan tingkat kualitas dan kuantitas pariwisata Korea melalui drama yang ia perankan, yaitu Winter Sonata.93 Selain itu, terdapat juga acara Busan International Fireworks yang diadakan di kota Busan pada tanggal 21 Oktober 2010. Festival ini termasuk diantaranya adalah, pameran foto, konser K-Pop, dan juga kembang api.94 Acara ini diadakan selama 3 hari sampai dengan tanggal 23 Oktober 2010 di area Gwangandaegyo Bridge. Pertunjukan dari para Hallyu’s stars tersebut berada di hari pertama. Dimana, pada hari pertama tersebut akan, Choi Ji-woo yang juga merupakan duta pariwisata Busan akan membuka pameran foto, dilanjutkan dengan acara tanda tangan dengan para penggemarnya. Setelah itu, acara tersebut dilanjutkan dengan konser, yaitu Hallyu Star Concert yang melibatkan penyanyipenyanyi besar dan telah popular tidak hanya di Korea tetapi juga di negaranegara lain di Asia, seperti Super Junior, Shinee, Boa, dan juga 2AM. Pada 92
Choi Ji-woo Named Honorary Tourism Supporter, diakses dari http://asiaenglish.visitkorea.or.kr/ena/HA/content/cms_view_1051113.jsp#Lang_Content_Layer, pada tanggal 18 November 2011, pada pukul 15:57 93 Hallyu Star Choi Ji-Woo, with Warm and Great Smile!- Actress Choi Ji-woo Has Been Chosen as an Honorary Ambassador for 2010-2012 Visit Korea Year, diakses dari http://english.visitkoreayear.com/english/community/community_01_01_01_view.asp?bidx=113& st=&sech=&page=5, pada tanggal 22 November 2011, pada pukul 18:14 94 Yoon Sojung, Loc.cit Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
56
tanggal 22 Oktober akan menjadi Wolrd Fireworks Day yang akan memperlihakan berbagai macam jenis kembang api yang dilakukan oleh para tim pirotehnik yang berasal dari Cina, Italia, dan juga Italia.95 Pada tanggal 23 malam hari Oktober menjadi hari utama dari festival ini, dimana akan terdapat sejumlah 80.000 kembang api dalam sebuah pertunjukan. 6th Pusan International Film Festival (PIFF) yang sekarang dikenal dengan Busan International Film Festival seperti yang telah dijelaskan sebelumnya juga merupakan bagian dari acara utama dalam Visit Korea Year 2010-2012 untuk tahun 2010. Acara Festival ini juga diadakan di Busan pada tanggal 7 Oktober sampai dengan 15 Oktober 2010.96 Sebenarnya acara ini telah menjadi acara tahunan yang sudah pernah diadakan pada tahun-tahun sebelumnya. Akan tetapi, dengan peresmian program Visit Korea Year 2010-2012 tersebut dengan tema Korean Wave menjadi fokus utama dalam tahun 2010 acara ini menjadi fokus acara dan acara besar dalam berjalannya program tersebut. Acara ini telah menjadi besar dan global dengan diikuti oleh delegasi-delegasi seperti sutradara, aktor dan aktris, dan juga produser yang berasal dari 60 negara yang berbeda. Gambar di bawab ini merupakan poster acara 6th Pusan International Film Festival yang menggunakan gambar abstrak untuk menggambarkan keunikan-keunikan dari setiap film yang berpartisipasi dalam acara tersebut.
95
6th Busan International Fireworks Festival, diakses dari http://english.visitkorea.or.kr/enu/FU/FU_EN_15.jsp?cid=1113472, pada tanggal 19 November 2011, pada pukul 12:15 96 Lights, Camera? Action! The finale of PIFF!, diakses dari http://visitkorea.com.my/article/lights-camera-action-the-finale-of-piff, pada tanggal 22 November 2011, pada pukul 18:18 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
57
Gambar 2. 5 Poster PIFF 2010 Sumber: http://www.biff.kr/eng/html/archive/arc_history15_01.asp
Pada acara festival tersebut para pengunjung berkesempatan untuk menonton berbagai macam film yang berasal dari negara-negara yang berbeda.97 Selain itu, para pengunjung juga memiliki kesempatan untuk bertemu dengan para selebriti, sutradara, dan juga para produser yang juga tidak hanya berasal dari Korea, tetapi juga dari negara-negara lain yang ikut berpartisipasi dalam acara tersebut. Seperti yang dijelaskan di atas, salah satu acara utama dalam tahun 2010 tersebut adalah Korea Wave Festival. Acara ini diadakan pada tanggal 10 September sampai dengan 12 September 2011 di Gyeongsangbuk, Gyeongju, dan Hwang Sung Park. Dalam festival Korean Wave ini akan terdiri dari peragaan busana Korea, Pertunjukan makanan dan juga drama Korea, dan juga konser KPop. Acara pertama dalam festival ini yaitu, Hallyu Star Special Date terdapat berbagai macam selebriti Korea akan hadir seperti Yoon Sang-Hyun, Kim Bum dan juga Um Tae-ung. Ketiga selebriti ini juga merupakan duta dari Hallyu Dream Festival tersebut. 98 Para selebriti-selebriti tersebut akan memberikan pertunjukan seperti konser kecil dan juga bertemu langsung dengan para 97
Come and Enjoy the City of Festivals, Busan, diakses dari http://english.busan.go.kr/community/news/news_01.jsp?command=view&board_code=8&sn=13 17&d_code=EA02004&page=0&nowBlock=0, pada tanggal 22 November 2011, pada pukul 22:34 98 HALLYU DREAM FESTIVAL concludes in great success!,diakses dari http://english.visitkoreayear.com/english/community/community_01_01_01_view.asp?bidx=137& st=&sech=&page=4, pada tanggal 20 November 2011, pada pukul 19:56 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
58
penggemar. Pada acara kedua yaitu peragaan busana, semua model kelas atas dan juga bintang Hallyu akan berpartisipasi dalam peragaan busanan “Lee Young Hee”. Tentu saja peragaan busana tersebut yang berhubungan langsung dengan Hallyu dimana acara tersebut dilengkapi dengan pertunjukan dari para Hallyu Star. Acara terakhir dalam festival tersebut, yaitu Hallyu Dream Concert diisi oleh para penyanyi terkenal Korea, sepertu Super Junior, 2PM, After School, Beast, 2AM, 2NE1, Seve, 4Minute, Miss A, Kara, Son Dam-bi, FT Island, Shinee, dan lain-lain. Gambar di bawah ini merupakan gambar yang memperlihatkan Hallyu Dream Concert yang berhasil menjadi sebuah acara utama pada tahun tersebut yang menarik para wisatawan dari luar negeri.
Gambar 2. 6 Salah satu foto pada Hallyu Dream Concert Sumber: http://english.visitkoreayear.com/english/community/community_01_01_01_view.asp?bidx=137& st=&sech=&page=4#bodywrap
Kesemua para penyanyi tersebut merupakan aktor-aktor penting dalam perkembangan Korean Wave keseluruh dunia, terutama negara-negara Asia. Dalam festival Korean Wave tersebut juga terdapat pameran-pameran dan pertunjukan-pertunjukan lainnya yang memberikan pengalaman mengenai kebudayaan Korea terhadap para pengunjung. Seperti, acara “Reenactment of Queen Seondeok” yang merupakan salah satu ratu dalam masa Dinasti Silla, dan juga “Rice cake & Liquor Festival”. Kedua acara ini merupakan salah satu acara yang diadakan dalam festival tersebut yang bertujuan untuk menunjukkan kebudayaan tradisional Korea. Acara festival ini menjadi sebuah acara yang Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
59
sukses menggabungkan antra kebudayaan tradisional dan kebudayaan popular Korea.99 Melalui penjelasan-penjelasan mengenai program-program pariwisata Korea periode 2005-2010 di atas penulis akan meringkasnya dalam tabel di bawah ini. Tahun
Nama Program
2005
Visit Gyeonggi-Korea 2005
2006
Visit Jeju Year 2006
2007
Visit Gyeongbuk-Korea 2007
2008
Visit Gwangju-Jeonnam Korea Year 2008
2009
Visit Incheon Year 2009
2010
Visit Korea Year 20102012
Ringkasan Korean Wave dalam Program Pariwisata - Menggunakan berbagai lokasi pengambilan drama Korea di provinsi tersebut. - Menggunakan selebriti Korea sebagai duta yang mempromosikan program pada tahun 2005. - Mengadakan acara khusus mengenai Korean Wave - Menggunakan selebriti Korea sebagai duta Menggunakan lokasi pengambilan drama Korea di wilayah Pulau Jeju Menggunakan selebriti Korea untuk mempromosikan program pariwisata Korea Tahun ini menjadi tahun dimana pemerintah tidak menggunakan Korean Wave secara spesifik dalam menjalankan program Visit Gwangju-Jeonnam Korea Year 2008 tersebut - Menggunakan lokasi pengambilam drama di wilayah Incheon - Mengadakan acara dengan menggunakan selebriti Korea - Mengadakan acara Korean Wave - Pemilihan tema Korean Wave sebagai tema program pada tahun 2010 - Selebriti Korea sebagai duta untuk mempromosikan program pariwisata Korea - Mengadakan acara-acara Korean Wave baik sebelum berjalannya prgogram dan selama berjalannya program
99
Hallyu Dream Festival 2010, diakses darihttp://visitkorea.com.my/article/hallyu-dream-festival2010, pada tanggal 20 November 2011, pada pukul 20:39 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
60
Tabel 2. 1 Resume Program Pariwisata Korea 2005-2010 Sumber: diolah oleh penulis
Dari penjelasan tabel di atas, dapat dilihat bahwa terdapat penurunan penggunaan Korean Wave dalam program-program tersebut yang terjadi pada tahun 2007 dan menjadi lebih signifikan di tahun 2008. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa dalam kedua tahun ini, terutama pada tahun 2008, budaya tradisional Korea menjadi objek pariwisata yang sangat didorong kemajuannya. Penulis menilai bahwa hal ini menjadi salah satu upaya pemerintah Korea dalam mengembangkan budaya tradisional Korea yang telah dikenal melalui dramadrama Korea. Pemerintah Korea dalam hal ini mencoba untuk mendorong kepopuleran dari budaya tradisional Korea yang nantinya akan membuat masyarakat asing lebih mengenal Korea melalui budaya tradisional Korea tersebut. Kepopuleran Korean Wave ini dianggap sebagai sebuah peluang bagi Korea untuk memajukan budaya tradisionalnya dengan meresmikan tahun 2007 dan terutama tahun 2008 tersebut sebagai program pariwisata yang akan hanya difokuskan terhadap budaya tradisional Korea. Akan tetapi, Pengadaaan beragam acara yang melibatkan aspek-aspek Korean Wave ini menunjukkan keseriusan pemerintah Korea dalam hal ini terutama MCST dan KTO dalam menjalankan aktivitas diplomasi publiknya melalui Korean Wave. II.3.2 Korean Wave Melalui KOFICE Korea Foundation for International Culture Exchange (KOFICE) merupakan badan organisasi selain KTO yang berdiri dibawah MCST. Organisasi ini didirikan pada tanggal 4 bulan Juni pada tahun 2003 di kota Seoul.100 Sejak didirikannya organisasi ini, tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pengertian mengenai kebudayaan disetiap negara melalui pertukaran budaya dan bertindak dalam pertukaran masyarakat untuk membuka jalannya sebuah kerjasama dalam membentuk sebuah fondasi dalam pertukaran budaya dan juga 100
Greetings, diakses dari http://english.kofice.or.kr/g100_introduction/g100_introduction_01.asp, pada tanggal 22 November 2011 pada pukul 23:16 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
61
kerjasama antar bangsa. Organisasi ini bekerja dalam dua fokus utama, yaitu melakukan survei dan penelitian mengenai industri budaya, dan juga program pertukaran budaya. Hal ini dilakukan dengan berbagai macam bentuk seperti melakukan penelitian di beberapa negara mengenai tingkat kepopuleran budaya Korea, melakukan publikasi mengenai Hallyu, melalui pengadaan forum-forum dan seminar, dan juga melalui festival-festival musik yang akan dijelaskan secara singkat dalam penjelesan selanjutnya.101 II.3.2.1 KOFICE dalam Bidang Edukasi : Di Balik Kemajuan Korean Wave Dalam bidang Edukasi, KOFICE melakukan pengembangan terhadap industri budaya Korea melalui 3 hal, yaitu konferensi mengenai drama televisi Asia, Hallyu Forum, dan juga Asia Music Industri Leaders’ Forum. Hallyu Forum merupakan salah satu aktivitas KOFICE dalam bidang edukasi yang telah dimulai sejak tahun 2005. Hallyu Forum merupakan aktivitas pertama dan satu-satunya yang diadakan oleh KOFICE dalam tahun 2005 tersebut. Pertemuan tersebut diberi nama 2005 Global Culture Industry Forum yang diadakan pada tanggal 11 sampai dengan 12 Oktober 2005. Acara ini bertujuan untuk mencari solusi terhadap masalah struktural ekonomi Korea dan membuat sebuah visi nasional untuk menjadikan Korea sebagai salah satu top most country pada abad ke-21.102 Pada tahun 2006, Hallyu Forum ini kembali diadakan, tetapi kali ini acara forum ini tidak diadakan di Korea melainkan di Vietnam. Acara Hallyu Forum tersebut diadakan pada Februari 2006, dan juga dihadiri oleh selebriti-selebriti Vietnam.103Pada tahun 2007, Hallyu Forum tersebut diadakan pada tanggal 16 Februari 2007 di John F. Kennedy School Harvard University, Amerika Serikat. Forum ini bertajuk “Hallyu in Asia: A Dialogue” yang bertujuan untuk mendiskusikan mengenai penyebaran budaya populer Korea dan juga efek yang 101
Vision, diakses dari http://english.kofice.or.kr/g100_introduction/g100_introduction_02_1.asp, pada tanggal 22 November 2011, pada pukul 23:17 102 2005 Global Culture Industry Forum, diakses dari http://english.kofice.or.kr/f60_academic/f60_academic_02_list.asp?strYear=2005, pada tanggal 23 November 2011, pada pukul 01:34 103 Sang Joon Ly, Chairman of Golden Bridge Finance Group, Establishes HanViet Fondation to Enhance Partnership between Korea and Vietnam, diakses dari http://www.hanvietfoundation.org/en/all/view.asp?dh_id=73&page=3&kind=news&search=&sele ct=&keyword=&searchCategory=, pada tanggal 23 November 2011, pada pukul 15:15 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
62
terjadi. Dalam forum tersebut, tidak hanya membicarakan mengenai budaya populer itu saja, tetapi juga mendiskusikan mengenai Hallyu dalam Hubungan Internasional dan juga dalam level politik. Seperti yang dijelaskan oleh Jason Lim (2007) dalam wawancaranya dengan The Korea Times, bahwa; “Hallyu is a representative example of how constructivism theory in international relations is shaping up. It’s the formation of a mutual identity through sharing of common, cultural norms.”104 Dijelaskan secara lebih lanjut bahwa fenomena Korean Wave yang sekarang ini terjadi memberikan efek terhadap hubungan politik politik Korea Selatan, seperti yang terjadi antara Korean dengan Jepang. Dimana, hubungan kedua negara ini menjadi berjalan ke arah yang lebih positif. Acara Hallyu Forum pada tahun 2007 ini juga dihadiri oleh Park Jin Young yang juga merupakan produser musik, penyanyi, dan juga pendiri dari salah satu agensi musik Korea, JYP Hiburanmen dan juga selebriti Korea.105 Pada forum ini juga dihadiri oleh akademisi-akademisi dari Universitas Harvard dan juga dari beberapa akademisi dari universitas lain di Amerika Serikat, yang ahli dalam bidangnya masig-masing seperti literatr Cina, Jepang, dan sebagainya. Acara ini terus diadakan pada tahun 2008 dengan tema “Korean Wave, Looking for Blue Ocean” yang bertujuan untuk melihat situasi Korean Wave saat itu dan juga prospek perkembangannya ke depan.106 Pada tahun 2009, KOFICE memperluas aktivitasnya dengan mengadakan mengadakan 3 forum yang membahas mengenai perkembangan dan pengembangan budaya Korea. Forum yang pertama adalah 2009 Hallyu Seminar, forum kedua adalah The Workshop for Foreign Cultural Attahes and Officials Residing in, dan forum ketiga adalah 2009 Global Culture Industry Forum. Begitu juga dengan tahun 2010, KOFICE kembali mengadakan seminar dan juga forum-forum seperti 104 104
Cathy Rose A. Garcia, Hallyu Forum to Be Held at Harvard, diakses dari http://www.hancinema.net/hallyu-forum-to-be-held-at-harvard-8518.html, pada tanggal 23 November 2011, pada pukul 15:56 105 Hallyu To Be Sibject of Harvard Forum, and more, diakses dari http://www.hancinema.net/talk-of-the-townhallyu-to-be-subject-of-harvard-forum-and-more8627.html, pada tanggal 23 November 2011, pada pukul 15:54 106 The Windos to the future of the Korean Wave 2008 Korean Wave Forum, diakses dari http://www.kofice.or.kr/n_webzine/200810/eng/02_activities.asp, pada tanggal 23 November 2011, pada pukul 17:05 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
63
tahun-tahun sebelumnya. Sama dengan tahun sebelumnya, pada tahun 2010 ini KOFICE juga mengadakan 3 kali seminar atau forum, yaitu 2010 Hallyu Forum, 2010 Hallyu Seminar, dan 2010 Hallyu Seminar. Ketiga seminar tersebut tidak berbeda dengan forum dan seminar-seminar sebelumnya, yaitu membahas mengenai kondisi Korean Wave dan juga prospek serta rencana pengembangan Korean Wave demi memperluas jangkauan efek kebudayaan popular tersebut ke negara-negara dan kawasan lainnya. Aktivitas edukasi lainnya yang dilakukan oleh KOFICE adalah melalui konferensi drama televisi, yaitu TV Drama Conference of Asia yang mulai dilaksanakan pada tahun 2006 dan terus dilakukan setiap tahunnya. Pada konferensi pertama yang dilaksanakan pada tahun 2006 diikuti oleh sekitar 70 penulis skenario yang berasal dari Korea, Cina, Jepang, Taiwan, Hongkong, dan juga Kim Eunhee yang merupakan penulis skenario Winter Sonata.107 Tujuan dari konferensi ini pada dasarnya adalah untuk mendiskusikan mengenai kondisi drama di setiap negara, menganalisa setiap perbedaan dan persamaan dari setiap drama dan menemukan solusi-solusi yang dibutuhkan untuk mengembangkan kualitas dari drama-drama tersebut. Keberhasilan dalam pengadaan konferensi pada tahun 2006 ini akhirnya mendorong untuk pengadaan ditahun-tahun berikutnya, seperti tahun 2007 di Shanghai, 2008 di Jepang (mulai melibatkan negara-negara Asia Tenggara), 2009 di Korea, dan juga diadakan pada tahun 2010. Selain konferensi dan juga Hallyu Forum di atas, KOFICE juga melakukan aktivitas lain dibidang pendidikan, yaitu Asia Music Industry Leaders Forum 2006.108 Dimana, tahun 2006 ini, merupakan tahun pertama bagi KOFICE dalam mengadakan forum dibidang musik ini. Tujuan diadakannya forum ini adalah untuk mengetahui kondisi industri musik saat itu dan juga rencana-rencana pengembangan dan juga kerjasama bagi para orang-orang dalam industri musik di negara-negara di Asia. Acara ini pertama kali diadakan paa tanggal 22 September 107
The ist TV Drama Writers Conference of East Asia, diakses dari http://english.kofice.or.kr/f60_academic/f60_academic_01_list.asp?strYear=2006, pada tanggal 23 November 2011, pada pukul 01:36 108 Asia Music Industry Leaders Forum, diakses dari http://english.kofice.or.kr/f60_academic/f60_academic_03_list.asp?strYear=2006, pada tanggal 24 November 2011, pada pukul 15:49 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
64
2006 di Korea dan dihadiri oleh perwakilan-perwakilan dari negara-negara lain seperti Jepang dan juga Filipina. Acara ini juga terus dilaksanakan di tahun 2008, 2009, dan juga di tahun 2010. II.3.2.2 KOFICE dalam Bidang Pertukaran Budaya Internasional : Pertukaran Budaya Sebagai Alat Komunikasi Korea Seperti yang telah dijelaskan diawal mengenai aktivitas-aktivitas dasar KOFICE, mendorong terlaksananya pertukaran budaya menjadi salah satu aktivitas utama organisasi ini. Hal ini dilakukan salah satunya adalah untuk mendorong penyebaran budaya populer Korea ke negara-negara seperti Jepang, Cina, Asia Tenggara, dan juga Asia Tengah. Hal ini dilakukan KOFICE dengan beberapa cara, seperti pengadaan festival-festival baik di Korea dan juga di negara-negara lain Asia, pertukaran opini yang dilakukan oleh para ahli media dan budaya untuk memperoleh pengertian yang sama mengenai budaya Korea dan juga untuk mendorong pertukaran budaya antar bangsa, dan juga melalui penyiaran domestik konten-konten budaya populer Korea di negara-negara lain, seperti melalui drama dan juga fim-film Korea. Pertukaran budaya melalui konten-konten visual, yaitu World Visual Content Exchange merupakan salah satu hal yang dilakukan oleh KOFICE dalam mendorong adanya pertukaran budaya antar bangsa. Hal ini dikarenakan, penyiaran merupakan salah satu cara yang efisien dalam memperlihatkan suatu budaya satu negara ke negara lainnya. Melalui penyiaran secara visual, budaya dapat dinikmati dengan mudah melalui cerita ataupun percakapan yang terdapat dalam konten visual tersebut. Hal ini dilakukan melalui drama, dokumentasi, dan juga film yang di kirim ke negara-negara luar melalui KOFICE.109 Akan tetapi, aktivitas ini tidak hanya berjalan satu arah saja, dimana negara-negara lain juga melakukan hal yang sama. Beberapa konten visual tersebut seperti, drama Korea Briliant Legacy yang diproduksi pada tahun 2009 telah dikirim ke 53 negara di Afrika, 3 negara di Asia Tengah, 12 negara di kawasan Oseania, 11 negara di 109
World Visual Content Exchange: Introduction, diakses dari http://english.kofice.or.kr/e50_exchange/e50_exchange_02_1.asp, pada tanggal 24 November 2011, pada pukul 16:56 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
65
kawasan Amerika, Malta, dan juga Guyana. Selain itu drama Korea Coffee Prince produksi tahun 2007 juga telah disiarkan di Zimbabwe dan Tanzania dan masih banyak drama lainnya. Drama Korea yang menjadi pendorong awal Korean Wave, yaitu Jewel in the Palace atau dalam bahasa Koreanya Dae Jang Gum juga telah disiarkan di negara-negara seperti Zimbabwe, Zambia, Malawi, Tanzania, Ethiopia, Uzbekistan, dan juga Afghanistan. Selain drama-drama tersebut, KOFICE juga melibatkan serial-serial kartun sepert GO!GO! Giggles, Math Fun With Ria, Tell me Tell me Ping & Pong, dan juga film dokumentasi The Sun (태양의 신비). 110 Selain pihak Korea yang telah mengirimkan konten-konten visual, beberapa negara lain juga melakukan hal sama seperti Taiwan yang mengirimkan 7 konten visualnya yang terdiri dari drama dan film , Jepang yang telah mengirimkan sebanyak 19 konten, termasuk diantaranya drama dan juga dokumentasi. Dan beberapa negara lain seperti Indonesia, Jordan, Cina, Hongkong, Thailand, Amerika Selatan dan Amerika Tengah.111 Selain itu, KOFICE juga mengundang media-media dari negara-negara lain untuk memperkenalkan budaya Korea yang pada akhirnya akan menjadi berita di negara mereka masing-masing. Hal ini telah dilakukan sejak tahun 2006, dimana KOFICE mengundang beberapa media yang berasal dari Taiwan, Singapura, Sanghai, Beijing, Hongkong, Irak, Qatar, Jordan, dan juga Iran. Para perwakilan media tersebut melihat berbagai pertunjukan budaya Korea dan juga festival-festival di Korea untuk diberitakan di negara mereka. Sebagai contoh pada tahun 2006 ini, para reporter tersebut juga melakukan wawancara dengan Byunghoon Lee yang yang memproduksi serial drama Korea Dae Jang Geum.112 Acara ini menjadi acara yang terus dilaksanakan oleh KOFICE setiap tahunnya melalui program acara Press/Cultural Opinion Leaders Exchange. KOFICE 110
World Visual Content Exchange: Korean Contents Distributed in Foreign Parts, diakses dari http://english.kofice.or.kr/e50_exchange/e50_exchange_03_1.asp, pada tanggal 24 November 2011, pada pukul 16:58 111 World Visual Content Exchange: Foreign Contents distributed in Korea, diakses dari http://english.kofice.or.kr/e50_exchange/e50_exchange_02_2_1.asp, pada tanggal 24 November 2011, pada pukul 16:59 112 Chinese-speaking reporters completed their visit and reporting of Korean culture industry, diakses dari http://www.kofice.or.kr/n_webzine/200610/activities_e.asp, pada tanggal 24 November 2011, pada pukul 22:22 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
66
dalam program ini tidak hanya mengundang reporter-reporter yang berasal dari media-media besar saja, tetapi juga mengundang mahasiswa-mahasiwa universitas yang memang aktif dalam bidang jurnalistik. Seperti yang dilakukan pada Agustus 2010, dimana beberapa jurnalis yang berasal dari universitas-universitas di Cina datang ke Korea atas undangan KOFICE. Para Jurnalis yang juga merupakan mahasiswa yang berasal dari universitas-universitas yang berbeda di Cina dan datang ke Korea melalui proses seleksi. Selama di Korea, mereka merasakan langsung budaya-budaya Korea dan menghadiri berbagai macam festival seperti Korean Wave Festival.113 Selain melibatkan para ahli dalam bidang budaya dan budaya populer Korea yang melibatkan para pengusaha, perwakilan-perwakilan negara, dan juga media, KOFICE juga melibatkan aktor-aktor non-negara lain yaitu masyarakat sebagai aktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap opini budaya Korea. Hal ini juga dilakukan KOFICE melalui pengadaan festival-festival yang diadakan tidak hanya di Korea, tetapi juga di negara-negara lain bekerjasama dengan negara tersebut. Salah satu festival besar yang diadakan oleh KOFICE di Korea adalah melalui Asian Song Festival. Acara ini merupakan acara festival musik dan telah mulai diadakan sejak tahun 2004 dan terus dilaksanakan setiap tahunnya. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan acara festival negara-negara di Asia dan juga sebagai sebuah alat komunikasi oleh masyarakat Asia. 114 Dalam festival ini, KOFICE tidak hanya melibatkan penyanyi-penyanyi dari Korea saja, tetapi juga melibatkan penyanyi-penyanyi dari negara-negara Asia lainnya. Indonesia pernah ikut berpartisipasi dalam festival tersebut pada tahun 2009 dan 2010, dimana Indonesia diwakili oleh Agnes Monica Pada tahun 2010 ini, Jackie Chan dipilih sebagai ketua kehormatan bersama dengan Lee Min Ho yang merupakan selebriti Korea yang populer melalui drama yang dibintanginya Boys Before Flower. 113
University Newspaper Journalists from China, diakses dari http://english.kofice.or.kr/e50_exchange/e50_exchange_03_view.asp?seq=133, pada tanggal 24 November 2011, pada pukul 22:33 114 Top Stars of 9 Asian Countries Perform in Bit-Go-Eul, Gwang Ju, diakses dari http://www.kofice.or.kr/n_webzine/200610/activities_e.asp, pada tanggal 25 November 2011, pada pukul 2:05 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
67
Penjelasan secara ringkas mengenai Asian Song Festival dari mulai tahun 2005 sampai tahun 2010 tersebut dapat dilihat melalui tabel di bawah ini Tanggal dan Lokasi 22 November 2005 di Sajik Stadium, Busan 22 September 2006 di World Cup Stadium, Gwangju 22 September 2007 di Seoul World Cup Stadium, Seoul 3-5 Oktober 2008, di Seoul World Cup Stadium 19 September 2009, di Seoul Worldcup Stadium 22 Oktober 2010, di Seoul Olympic Stadium, Jamsil
Negara-negara yang Berpartisipasi Korea, Jepang, Cina, Taiwan, Hongkong, Thailand, Vietnam
Perkiraan Pengunjung 6000 orang
Korea, Jepang, Cina, Taiwan, Hongkong, Thailand, Vietnam, Singapura, Filipina, Mongolia
25.000 orang
Korea, Jepang, Taiwan, Hongkong, Vietnam, Thailand, Filipina, Indonesia Korea, Jepang, Taiwan, Cina, Mongolian, Singapura, Thailand, Malaysia, Filipina, Indonesia
50.000 orang
50.000 orang
Korea, Cina, Taiwan, Hongkong, Jepang, Thailand, Indonesia, Vietnam, Ukraina, Korea, Jepang, Taiwan, Cina, Malaysia, Thailand
40.000 orang
50.000 orang
Tabel 2. 2 Asian Song Festival Periode 2005-2010 Sumber: http://www.kofice.or.kr
KOFICE juga bekerjasama dengan negara-negara Asia lain dengan mengadakan berbagai macam festival untuk mendorong adanya pertukaran budaya antar negara tersebut. Festival ini tidak hanya terdiri dari satu jenis fetival, tetapi beragam festival seperti festival musik tradisional dan juga modern, festival film, peragaan busana, dan sebagainya. Pengadaan berbagai macam festival ini dilakukan mulai tahun 2006-2010 di negara-negara luar Korea, seperti Vietnam, Hongkong, Singapura, Thailand, Mongolia, Jepang, dan juga Taiwan. Bentuk acara inipun bermacam, seperti festival musik, film, peragaan busana, dan sebagainya yang dapat dilihat secara lebih terperinci dalam bagian lampiran. Sebagai contoh adalah yang dilakukan pada tahun 2006, dimana KOFICE
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
68
bekerjasama dengan pemerintah Vietnam mengadakan festival film di Vietnam, yaitu Korean Film Festival yang diadakan dengan tujuan memperkenalkan filmfilm Korea kepada masyarakat Vietnam. II.4 Signifikansi Diplomasi Publik Melalui Korean Wave Dalam penjelasan mengenai aktivitas diplomasi publik melalui Korean Wave ini, akan dianalisa signifikansi Korean Wave tersebut dalam diplomasi budaya Korea yang merupakan bagian dari diplomasi publik. Penjelasan ini akan dibagi ke dalam dua bagian seperti di atas, yaitu dari aspek pariwisata dan juga pertukaran budaya. Selanjutnya, akan dilihat bagaimana Korean Wave ini dalam mempengaruhi kondisi pariwisata Korea dan pengaruh Korean Wave dalam peningkatan opini masyarakat internasional melalui analisa data. II.4.1 Signifikansi Diplomasi Publik Melalui Korean Wave dalam Pariwisata Budaya populer Korea atau yang disebut dengan Korean Wave digunakan pemerintah Korea dalam hal ini KTO untuk menarik para wisatawan datang ke Korea. Korean Wave ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang hendak datang Ke Korea. Keberadaan Korean Wave dalam diplomasi publik dalam bidang pariwisata ini dapat dilihat dari digunakannya aspek-aspek dari Korean Wave ini seperti, lokasi pengambilan drama, musik K-Pop, dan juga penglibatan selebriti-selebriti Korea dalam program-program pariwisata Korea. Dimulai dari tahun 2005 Korea mengeluarkan program Visit Gyeonggi-Korea 2005, Korea menggunakan lokasi pengambilan gambar drama Korea Dae Jang Gum sebagai salah satu tempat pariwisata yang dipromosikan melalui program ini. Selebriti juga digunakan sebagai cara dalam mempromosikan program pariwisata tersebut. Hal ini dikarenakan kepopuleran dari drama-drama Korea, pada akhirnya akan diikuti oleh kepopuleran dari artis-artis dan selebriti-selebrti yang berperan dalam drama, dan juga film-film tersebut. Sebagai contoh, seperti pada program 2005 ini juga pemerintah Korea menjadikan Jung Jun-Ho sebagai salah satu duta kehormatan program Visit Gyeonggi-Korea 2005 karena kepopulerannya dalam serial drama Korea Honor of the Family. Selanjutnya, pemerintah semakin giat Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
69
dalam menjadikan Korean Wave sebagai alat diplomasinya dalam bidang pariwisata untuk menarik perhatian wisatawan agar datang ke Korea. Pada tahun 2006 ini, penggunaan Korean Wave sebagai alat dalam diplomasi publik Korea untuk menarik wisatawan asing berhasil meningkatkan jumlah wisatawan asing yang datang ke Pulau Jeju pada tahun 2006 tersebut. Dimana pada tahun 2006 ini wisatawan asing yang datang ke Korea mengalami peningkatan sebesar 20,23% dari tahun sebelumnya. Jumlah wisatawan yang datang ke pulau tersebut sampai pada tanggal 11 September 2006 telah berjumlah lebih dari 300.000 wisatawan, dimana pada tahun 2005 jumlah wisatawan yang datang ke Pulau Jeju berjumlah 250.810 wisawatawan. Peningkatan wisatawan yang datang ke Pulau Jeju ini didominasi oleh para wisatawan dari Jepang yang memberikan kontribusi sebesar 39%, diikuti dengan Cina, Taiwan, dan Amerika.115 Fenomena Korean Wave ini dianggap menjadi hal yang memberikan kontribusi terhadap adanya peningkatan jumlah wisatawan tersebut. Jumlah wisatawan yang datang ke Korea secara keseluruhan un mengalami peningkatan 4,5% dari tahun sebelumnya dan berhasil mencapai lebih dari 5 juta wisatawan. 116
Peningkatan tingkat wisawatan ini juga terdapat dalam tingkat kedatangan
secara umum, yaitu keseluruhan Korea. Sejak tahun 2005 sampai tahun 2010 , tingkat wisatawan Korea selalu mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan ini tidak hanya berlaku bagi Pulau Jeju, tetapi juga Korea secara umum,
dikarenakan
Pulau
Jeju
bukanlah
satu-satunya
lokasi
yang
mengembangkan Korean Wave alat diplomasi dalam pariwisatanya. Secara umum, sejak tahun 2005 sampai tahun 2010 jumlah wisatawan yang datang ke Korea selalui bertambah. Hal ini bisa dilihat dari kenaikan grafik di bawah, dimana pada tahun 2005 jumlah pengunjung di Korea mencapai total sebesar 6.022.752 orang
115
Kukinews, Foreign tourists to Jeju exceeds 300,000, diakses dari http://www.investkorea.org/InvestKoreaWar/work/reg/eng/ne/index.jsp?l_unit=90202&m_unit=90 308&code=11405&no=608300004&page=30&bno=609140612&seq=58, pada tanggal 10 November 2011, pada pukul 20:04 116 Kukinewa, Jeju Tourists to Pass 5 Million on Dec.7, diakses dari http://www.investkorea.org/InvestKoreaWar/work/reg/eng/ne/index.jsp?l_unit=90202&m_unit=90 308&code=11405&no=608300004&page=28&bno=612051460&seq=80, pada tanggal 25 November 2011, pada pukul 17:43 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
70
dan terus mengalami peningkatan hingga mendekati angka 9.000.0000, yaitu 8.800.000 orang di tahun 2010.117
9.000.000 8.000.000 7.000.000 6.000.000 5.000.000 4.000.000 3.000.000 2.000.000 1.000.000 0
3‐D Column 2
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Grafik 2. 1 Peningkatan Jumlah wisatawan di Korea Sumber: diolah oleh penulis
Kontribusi Korean Wave dalam meningkatkan jumlah wisatawan ini kurang lebih sebesar 10%. Akan tetapi kontribusi Korean Wave yang 10% ini juga memberikan kontribusi pada peningkatan aspek-aspek pariwisata lainnya, seperti budaya tradisional Korea, makanan Korea, dan juga gaya busana Korea yang sebagian besar diperlihatkan dalam drama-drama Korea yang merupakan bagian dalam fenomena Korean Wave. Hal ini dapat dilihat dari dari gambar dibawah ini yang memperlihatkan persentase kontribusi Korean Wave terhadap pariwisata Korea. Tabel di bawah ini merupakan tabel yang menjelaskan jumlah wisatawan yang datang ke Korea dengan didasari oleh Korean Wave.
Gambar 2. 7 Kontribusi Korean Wave dalam Pariwisata Korea
117
Departures and Arrivals of Tourist/Analysis of Tourism Income and Spending in December 2010, diakses dari http://english.visitkorea.or.kr/enu/bs/tour_investment_support/pds/content/cms_view_1245432.jsp ?gotoPage=3&item=title&keyword=, pada tanggal 4 Oktober 2011, pada pukul 17:23 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
71
Sumber: Korean Tourism Organization
Oleh karena itu, penglibatan Korean Wave dalam diplomasi Korea memberikan efek yang positif dalam meningkatan citra Korea melalui tingkat kedatangan wisatawan yang semakin meningkat. Penggunaan lokasi-lokasi drama Korea, menggunakan artis-artis Korea sebagai duta kehormatan yang mempromosikan program pariwisata, dan melalui konser-konser serta festival-festival Korean Wave menjadi cara tersendiri yang memberikan pengaruh terhadap aspek-aspek pariwisata lainnya dan memberikan dampak positif terhadap Korea. II.4.2 Signifikansi Diplomasi Publik Melalui Korean Wave dalam Pertukaran Budaya Aktivitas KOFICE dalam mengembangkan dan memperluas budaya populer Korea sangat terlihat melaui aktivitas-aktivitas yang dilakukannya, terutama melalui acara-acara festival yang dilakukan dengan KOFICE sebagai perwakilan dari Korea dengan negara-negara lainnya. Aktivitas-aktivitas KOFICE tersebut, seperti mendorong pemutaran drama-drama Korea di negara-negara lainnya, pengadaan festival dan juga forum memberikan efek yang positif terhadap Korea. Aktivitas KOFICE melalui forum-forum dan juga konferensi lebih digunakan untuk mencapai pemahaman mengenai budaya populer dalam hal ini terutama budaya populer Korea di tingkat aktivis, pengusaha, dan perwakilanperwakilan negara. Korean Wave dalam forum-forum dan konferensi-konferensi ini sangat terlihat melalui topik pembicaaraan dalam forum tersebut. Pengadaan Konferensi dan forum ini dibagi dalam beberapa fokus seperti, Korean Wave secara umum, musik dan juga drama. Penggunaan pertukaran- pertukaran konten budaya dengan menggunakan drama, dokumentasi, film, musik, dan segala hal yang berhubungan dengan budaya populer Korea akan memberikan efek secara langsung terhadap masyarakat internasional. Melalui pertukaran konten budaya populer tersebut, masyarakat asing dapat dengan langsung merasakan konten budaya populer tersebut yang pada akhirnya akan memberikan efek pada opini dan pandangan mereka terhadap negara yang bersangkutan. Seperti yang dapat dilihat dari hasil
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
72
penelitian yang dilakukan KOFICE pada Desember 2010, bahwa penggunaan konten-konten Korean Wave seperti musik dan juga drama memberikan efek langsung terhadap peningkatan citra Korea di mata mereka. Hal ini seperti yang terdapat di Thailand. Dimana, berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 4.200 masyarakat Thailand. Hasil penelitian tersebut digambarkan dalam sebuah grafik yang penulis perlihatkan di bawah ini. Grafik tersebut merupakan merupakan gambaran pengaruh drama dan musik dalam peningkatan citra Korea dan keinginan masyarakat internasional untuk datang ke Korea.
Grafik 2. 2 Grafik Korean Wave dalam citra Korea di Thailand Sumber: http://webzine.kofice.or.kr/201105/eng/sub_04_01.asp
Grafik di atas menunjukkan drama dan juga musik Korea sebagai salah satu hal yang sangat mempengaruhi intensitas masyarakat Thailand untuk melakukan kunjungan ke Korea. Selain itu, drama dan juga musik Korea juga mempengaruhi citra Korea dalam masyarakat Thailand dilihat dari ketertarikan untuk mengetahui Korea secara lebih dalam. Oleh karena itu, aktivitas-aktivitas KOFICE melalui festival musik, pendistribusian film dan drama-drama Korea menjadi aktivitas yang mendorong peningkatan citra dan intensi masyarakat asing terhadap budaya Korea dan Korea itu sendiri. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam penjelasan mengenai fenomena Korean Wave bahwa ketertarikan terhadap budaya populer Korea pada akhirnya akan memberikan efek terhadap pandangan terhadap negara Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
73
Korea itu sendiri. Pengadaan berbagai macam acara di Thailand telah menjadi sebuah aktivitas tahunan yang dilakukan KOFICE. Selain Thailand, Vietnam juga merupakan salah satu negara yang menjadi tujuan KOFICE dalam melakukan aktivitas-aktivitas penyebaran budaya populer Korea. Seperti yang dijelaskan dalam tabel aktivitas KOFICE sebelumnya, KOFICE telah melakukan berbagai macam aktivitas, dimulai dari festival film, musik, dan juga dalam gaya busana. Selain itu, perwakilan Vietnam juga pernah mengikuti salah satu forum yang berhubungan dengan Korean Wave yang diadakan oleh KOFICE. Beberapa aktivitas ini juga memberikan efek tidak langung terhadap citra penilaian masyarakat Vietnam kepada Korea. Seperti yang dapat dilihat dari hasil penelitian yang juga dilakukan oleh KOFICE. Dimana melalui gambar grafik tersebut dalam dilihat bahwa musik K-Pop, film, dan juga drama Korea memberikan pengaruh terhadap keinginan masyarakat Vietnam untuk mengunjungi Korea dan juga merubah citra Korea di mata masyarakat Vietnam.
Grafik 2. 3 Grafik Korean Wave dalam citra Korea di Vietnam Sumber: http://webzine.kofice.or.kr/201106/eng/sub_04_01.asp,
Hal ini juga berlaku di negara-negara lainnya, seperti Jepang. Sebagai negara yang pernah meng-invasi Korea, Masyarakat Jepang memiliki pandangan tersendiri terhadap Korea. Masyarakat Jepang lebih menganggap dirinya lebih
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
74
tinggi dibandingkan Korea. Akan tetapi, budaya populer Korea ini berhasil mengubah pandangan tersebut dan membuat masyarakat Jepang menganggap Korea sebagai negara yang tidak jauh berbeda dengan Jepang. KOFICE dalam hal ini sangat berperan melalui aktivitasnnya dalam meningkatkan hubungan kedua negara ini. Seperti yang telah dijelaskan dalam tabel aktivitas KOFICE, setiap tahunnya KOFICE selalui mengadakan berbagai macam acara bersama dengan Jepang sebagai sebuah ajang pertukaran budaya kedua negara dan melibatkan hubungan kedua negara tersebut melalui konten-konten budaya populer Korea. Hal ini seperti yang terjadi di Thailand dan juga Vietnam, juga memberikan pengaruh positif terhadap penilaian masyarakat Jepang mengenai Korea. Pengadaan acara-acara yang dilkukan oleh KOFICE semakin meningkatkan pengetahuan
masyarakat
meningkatkan
keinginan
Jepang
terhadap
masyarakat
budaya
Jepang
untuk
populer
Korea
mengunjugi
dan
Korea.
Kepopuleran Korean Wave di Jepang ini tidak hanya drama Korea saja, tetapi juga musik, film, dan berbagai produk yang berhubungan Korea seperti kosmetik. Grafik di bawah ini menggambarkan bagaimana perubahan tentang Korea dimata masyarakat Jepang dan juga keinginan masyarakat Jepang untuk mengunjungi Korea dipengaruhi oleh musik K-Pop, film, dan juga drama Korea.
Grafik 2. 4 Grafik Korean Wave dalam citra Korea di Jepang Sumber: http://webzine.kofice.or.kr/201107/eng/sub_04_01.asp
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
75
Selain itu, setiap forum yang diadakan oleh KOFICE selalu melibatkan Jepang sebagai salah satu lawan diskusi dalam mengembangakn Korean Wave ini dan juga bersama-sama mendorong kemajuan budaya populer negara-negara lainnya. KOFICE dalam hal ini menjadikan Korean Wave sebagai topik utama sebagai sebuah negara yang memiliki kepopuleran akan budaya populernya untuk juga membantu mendorong konten-konten budaya populer negara-negara Asia lainnya. Beberapa negara di atas ini memperlihatkan bagaimana opini masyarakat internasional, terutama masyarakat Asia mengenai Korean Wave. Seperti penjelasan-penjelasan sebelumnya, KOFICE sebagai organisasi yang fokus dalam pengembangan budaya terutama budaya populer Korea berhasil mempertahankan dan meningkatkan citra Korea di mata masyarakat internasional. Oleh karena itu dengan pengadaan festival-festival musik, film dan segala konten budaya populer Korea dapat menjadi sebuah cara yang dapat memberikan efek positif terhadap citra Korea. Hal ini dikarenakan, melalui pengadaaan festival-festival tersebut sama saja dengan upaya Korea dalam memperkenalkan secara lebih dalam mengenai budaya populer Korea, yaitu Korean Wave kepada masyarakat internasional. Hal ini juga berlaku terhadap pendistribusian ataupun pertukaran konten visual antara Korea dan negara-negara lainnya, dimana pertukaran konten tersebut akan menjadi efek positif bagi Korea dalam memperkenalkan budaya populer Korea melalui film, drama dan juga dokumentasi ke negara-negara lain tetapi juga memberikan kesempatan terhadap negara-negara lain untuk juga memperkenalkan budaya mereka ke Korea. Selain itu, dengan pengadaan berbagai macam aktivitas di negara-negara lain, KOFICE juga melakukan promosi terhadap masyarakat di negara-negara tersebut mengenai budaya populer Korea yang akan menarik perhatian masyarakat setempat. Begitu juga dengan aktivitas KOFICE untuk mengundang para jurnalis dari negara-negara asing tersebut. Karena, dengan berita-berita artikel yang dibuat oleh para jurnalis tersebut mengenani Korea, akan mempengaruhi citra Korea di mata internasional. Semakin banyak artikel yang diterbitkan mengenai budaya populer Korea dan budaya Korea di berbagai macam media, akan memperlihatkan kepopuleran Korea di mata internasional. Hal inilah yang akhirnya dicapai oleh Korea. Aktivitas
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
76
mengundang para jurnalis asing ke Korea untuk memperkenalkan berbagai macam budaya dan aktivitas Korea, terutama Korea Wave telah membuat banyak media-media asing yang menerbitkan berbagai macam artikel mengenai Korea. Hal ini pada akhirnya menjadi salah satu faktor yang mendorong masyarakat asing untuk berkunjung ke Korea untuk mengenal lebih dalam mengenai Korea.118 Penggunaan selebriti-selebrit Korea, lokasi pengambilan gambar dramadrama Korea, dan
berbagai acara yang berhubungan dengan Korean Wave
menjadi sebuah alat bagi Korea untuk memperkenalkan Korea ke masyarakat asing melalui pengadaan berbagai aktivitas yang melibatkan negara-negara lain. Melalui aktivitas yang dilakukan KOFICE tersebut, secara tidak langsung Korea memperkenalkan budaya populer Korea yang dilakukan melalui seminar-seminar dan juga berbagai macam festival. Pada dasarnya hal ini tidak hanya akan memberikan pengetahuan mengenai budaya populer Korea saja, tetapi juga aspekaspek lain dari Korea. Seperti pengadaan seminar yang dilakukan oleh KOFICE. Acara seminar ini tidak hanya menunjukkan kepopuleran dari Korean Wave saja, tetapi juga menunjukkan hal-hal dibalik Korean Wave, seperti tekhnologi Korea dalam upaya pengembangan Korean Wave. Hal ini juga akan menunjukkan proses bekerja masyarakat Korea dalam upaya mendorong budaya populer tersebut baik dalam segi drama dan juga musik. Hal ini pada akhirnya akan membuat masyarakat asing akan mengenal Korea secara luas dan tidak hanya dalam lingkup Korean Wave saja. Seperti yang dijelaskan oleh Mark Leonard dalam tulisannya mengenai diplomasi publik, bahwa sebuah aktivitas diplomasi sebaiknya berjalan dua arah. Aktivitas diolomasi melalui KOFICE ini menurut penulis merupakan aktivitas diplomasi yang berhasil menjalan kan komunikasi antar negara yang tidak hanya dilakukan sepihak tetapi juga melibatkan dua pihak yang bersangkutan. Komunikasi yang terjadi dengan menggunakan Korean Wave menjadi sebuah aktivitas diplomasi yang berjalan dua arah dari Korea ke negaranegara lain, dan juga dari negara-negara lain ke Korea. 118
Korean National Tourism Organization, Tourism Marketing With Korean Wave, diakses dari http://visitkorea.or.kr/enu/asis/images/Korean_Wave_Eng.wmv, pada tanggal 2 Desember 2011, pada pukul 15:50 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
77
Selain untuk memperkenalkan Korea ke masyarakat asing, penggunaan Korean Wave dalam diplomasi publik Korea ini menjadi daya tarik tersendiri bagi Korea untuk menarik masyarakat asing untuk datang ke Korea dan mempelajari lebih banyak mengenai Korea. Seperti yang dijelaskan oleh Arthur Asa Berger dalam tulisannya mengenai pariwisata dan budaya populer, dimana ia menjelaskasn bahwa pada saat orang melakukan wisata, biasanya para wisatawan tersebut akan lebih banyak menghabiskan waktu mereka dengan hal-hal yang berhubungan dengan budaya populer dan hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan mereka sehari-hari.119 Mengunjungi hal-hal yang berhubungan budaya tradisional ataupun keunikan dari suatu negara tetap menjadi hal yang akan dilakukan, tetapi menghabiskan waktu dalam mengunjungi dan melakukan hal-hal yang berhubungan dengan budaya populer, seperti belanja pakaian dari negara tersebut, melihat-lihat, mengunjungi tempat wisata yang terkenal dan menarik, dan mencoba berbagai hiburan yang populer akan menjadi hal yang lebih menarik oleh para wisatawan. Oleh karena itu, penggunaan budaya populer Korea atau Korean Wave sebagai salah satu alat dalam diplomasi publik Korea melalui pariwisata akan menarik minat lebih para wisatawan untuk datang ke Korea. Berbagai aktivitas diplomasi melalui Korean Wave ini menunjukkan komitmen dan keseriusan pemerintah dalam menggunakan Korean Wave sebagai bagian dalam diplomasi publiknya.Hal ini juga memperlihatkan komitmen pemerintah Korea akan pentingnya penggunaan soft power dalam upaya mendorong negara untuk lebih maju ataupun untuk melangsungkan hubungan diplomatik dan persahabatan dengan negara-negara lain.
119
Arthur Asa Berger, Tourism and Popular Culture, diakses dari http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=arthur%20asa%20berger%2C%20tourism%20and%20 popular%20culture&source=web&cd=1&ved=0CCEQFjAA&url=http%3A%2F%2Fculturestudie s.pbworks.com%2Ff%2Ftourism%2Band%2Bpopularculture.doc&ei=9n3sTsbLDIrIrQeq5MWN CQ&usg=AFQjCNGCvqOUkmeFHrKEKs2pM8HdeyYGDA , pada tanggal 17 Desember 2011, pada pukul 22:17 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
78
BAB III ANALISA PERAN DAN FAKTOR KOREAN WAVE DALAM DIPLOMASI PUBLIK KOREA
III.1 Peran Korean Wave Dalam Diplomasi Publik Korea Selatan Korean Wave sebagai sebuah fenomena penyebaran budaya populer Korea telah menjadi bagian dalam berbagai aktivitas diplomasi publik Korea. Korean Wave yang merupakan sebuah budaya populer telah menjadi bagian dalam diplomasi publik yang diberi nama diplomasi budaya. Diplomasi budaya ini pada dasarnya tidak hanya menyangkut budaya populer saja, tetapi juga aspek lain dari Korea, seperti budaya tradisional. Selain diplomasi budaya, Korea juga menggunakan diplomasi olahraga yang juga selalu dijelaskan dalam buku putih kebijakan luar negeri Korea dalam bagian diplomasi budaya. Seperti yang dijelaskan oleh Mark Leonard dalam bukunya mengenai diplomasi publik, pariwisata dapat menjadi sebuah tujuan dari dilakukannya diplomasi publik dalam rangka meningkatkan hubungan dengan negara-negara lainnya. Mempengaruhi masyarakat juga merupakan tujuan lain dari sebuah aktivitas diplomasi publik yang dapat dilakukan untuk meningkatkan apreasi masyarakat asing terhadap suatu negara. Selain itu, kebijakan suatu negara dapat dipengaruhi oleh opini publik yang merupakan akibat dari aktivitas diplomasi publik. Diplomasi publik ini pada akhirnya dapat memberikan dampak positif dalam memberikan gambaran positif mengenai negara tersebut, tetapi juga dapat memberikan gambaran negatif suatu negara. Penggunaan budaya populer dapat menjadi sebuah low politic dalam sebuah aktivitas diplomasi. Berbagai aktivitas diplomasi dilakukan Korea dengan melibatkan Korean Wave, dalam hal ini melalui aspek pariwisata dan juga pertukaran dengan negaranegara lain. Dalam aspek pariwisata, pemerintah aktivitas diplomasi melalui Korean Wave ini dilakukan dalam berbagai aktivitas, seperti menggunakan Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
79
selebriti Korean Wave sebagai duta yang mempromosikan program Korea, mengadakan pameran Korean Wave, mengadakan konser dan berbagai macam aktivitas lainnya. Sedangkan dalam aspek pertukaran dengan negara-negara lain, penggunaan Korean Wave sebagai bagian dalam aktivitas diplomasi dilakukan dengan menjadikan Korean Wave sebagai topik utama dalam forum-forum dan juga seminar. Selain itu aktivitas Korean Wave sebagai diplomasi publik ini juga dilakukan dengan pendistribusian konten-konten visual Korea, dan juga pengadaan festival-festival seperti konser, pemutaran film-film Korea, peragaan busana, dan juga pengadaan konser dalam berbagai jenis pameran yang diadakan oleh Korea bekerja sama dengan negara-negara tersebut. Berbagai macam aktivitas ini telah memberikan kontribusi bagi Korea. Oleh karena itu dalam bab III ini, selanjutnya penulis akan menjelaskan peran-peran Korean Wave sebagai bagian dari diplomasi publik di Korea yang dibagi ke dalam tiga hal. Yaitu, meningkatkan citra positif Korea, mendukung kemajuan bidang-bidang lain dari Korea, dan juga menarik minat masyarakat asing untuk datang ke Korea. III.1.1 Menarik Minat Kedatangan Masyarakat Asing Penggunaan Korean Wave sebagai alat dalam diplomasi publik Korea yang dikemas dalam diplomasi budaya Korea seperti yang dijelaskan dalam bab II dilakukan melalui kegiatan pariwisata dan juga pertukaran dengan negara-negara lain. Melalui berbagai macam kegiatan seperti penggunaan selebriti sebagai duta kehormatan yang mempromosikan program, menjadikan lokasi pengambilan gambar drama-drama Korea sebagai objek utama dalam pariwisata, dan berbagai macam festival yang bertemakan Korean Wave tersebut serta berbagai macam kegiatan yang juga diadakan di beberapa negara lainnya, dinilai penulis berhasil untuk menarik minat kedatangan masyarakat asing ke Korea. Dalam bab II telah dijelaskan bagaimana pengaruh aktivitas diplomasi melalui Korean Wave telah memberikan peningkatan terhadap jumlah kedatangan wisatawan asing ke Korea. Walaupun hanya sebesar kurang lebih 10%, hal ini tetap saja menggambarkan bahwa Korean Wave telah berhasil dalam memberikan pengaruh terhadap minat masyarakat asing untuk datang ke Korea. Selain itu, seperti yang dijelaskan dalam bab II bahwa Korean Wave seperti drama-drama Korea dan juga musik-musik
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
80
Korea sangatlah berperan dalam meningkatkan minat masyarakat asing untuk datang ke Korea. Selain itu, dalam Korean Tourism 2005 Annual Report pun dijelaskan bahwa, sejak tahun 2003 fenomena Korean Wave sendiri telah memberikan dampak positif terhadap industri pariwisata Korea. Dan pada tahun 2005 pengaruh Korean Wave ini terus berlanjut dan memberikan kontribusi positif dalam berbagai kegiatan marketing dan juga hubungan masyarakat serta membuat Korea berhasil mencapai target pariwisata, yaitu pencapaian jumlah wisatawan internasional sebanyak 6 juta orang.120 Oleh karena itu, aktivitas diplomasi publik Korea melalui Korean Wave yang salah satunya dilakukan melalui aspek pariwisata ini dapat dikatakan cukup memberikan pengaruh terhadap minat masyarakat asing untuk datang ke Korea. Selain untuk memperkenalkan Korea ke masyarakat asing melalui berbagai macam aktivitas dalam diplomasi publik melalui Korean Wave tersebut, penggunaan Korean Wave dalam diplomasi publik Korea ini menjadi daya tarik tersendiri bagi Korea untuk menarik masyarakat asing datang ke Korea dan mempelajari lebih banyak mengenai Korea. Hal ini pada dasarnya akan lebih signifikan terhadap para penggemar budaya populer Korea tersebut. Dimana, dengan menggunakan lokasi-lokasi drama sebagai simbol acara, menggunakan para selebriti, pengadaan acara-acara yang berhubungan dengan Korean Wave ini menjadi hal yang akan langsung menarik perhatian para penggemar Korean Wave tersebut. Hal ini seperti yang telah dijelaskan dalam bab II bahwa budaya populer memang selalu menjadi pusat dalam aktivitas pariwisata karena karakter budaya populer yang cenderung berhubungan dengan kebudayaan masyarakat sehari-hari. Dimana, budaya populer Korea atau Korean Wave yang terdiri dari film, drama, musik, gaya berbusana ini berhubungan dengan hiburan dan hal-hal yang umum serta menjadi bagian dari masyarakat sesuai dengan penjelasan mengenai budaya populer yang telah dijelaskan dalam penjelasan konsep.
120
Ministry of Culture and Tourism, Korean Tourism 2005 Annual Report, diakses dari http://english.visitkorea.or.kr/enu/bs/tour_investment_support/pds/content/cms_view_348962.jsp?i tem=title&keyword=&gotoPage=9, pada tanggal 26 Oktober 2011, pada pukul 17:36, hlm. 13 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
81
Oleh karena itu, pengadaan berbagai macam aktivitas yang berhubungan dengan Korean Wave dalam diplomasi publik Korea baik dengan mengadakan kegiatan-kegiatan seperti konser, festival-festival, dan pertemuan dengan selebritiselebriti Korea menjadi kegiatan-kegiatan yang memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, terutama untuk para penggemar drama-drama dan juga musik KPop Korea. Selain itu, pengadaan berbagai macam aktivitas KOFICE seperti pengadaan seminar dan forum, penyebaran konten-konten budaya populer Korea ke negara-negara lainnya, dan pengadaan berbagai macam festival di negaranegara lainnya menjadi cara yang tepat untuk memperkenalkan Korean Wave ke negara-negara asing yang pada akhinya berhasil untuk meningkatkan minat masyarakat asing untuk datang ke Korea berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh KOFICE pada akhir tahun 2010 di beberapa negara di Asia. III.1.2 Meningkatkan Citra Korea Selatan di Mata Internasional Korean Wave sebagai sebuah bagian dalam diplomasi publik Korea memberikan peran yang positif terhadap peningkatan citra Korea di mata internasional. Aspek-aspek Korean Wave seperti, musik, film, dan juga dramadrama yang diikuti oleh seleberiti dan aspek-aspek lainnya yang menjadi populer dikarenakan ketiga hal tersebut digunakan dan dilibatkan dalam berbagai akivitas diplomasi publik melalui Korean Wave dalam bidang pariwisata dan juga program pertukaran memberikan efek yang positif terhadap Korea. Hal ini salah satunya dilihat melalui peningkatan wisatawan yang datang ke Korea dari periode 2005-2010. Melalui penggunaan aspek-aspek dari Korean Wave dalam aktivitas diplomasi publik tersebut, seperti penggunaan lokasi drama, menjadikan selebriti sebagai duta promotor program pariwisata, serta mengadakan berbagai macam acara yang berhubungan dengan Korean Wave menjadi hal yang menarik untuk para wisatawan asing. Peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke Korea tersebut menunjukkan citra positif Korea yang semakin meningkat dengan semakin banyaknya wisatawan yang menjadikan Korea sebagai salah satu tujuan untuk berlibur. Hal ini juga diperlihatkan dalam satu acara yang diadakan di Korea pada tahun 2006 dalam aktivitas diplomsi publik melalui pariwisata,
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
82
yaitu Hallyu Expo 2006 yang berhasil menarik pengunjung dari negara asing, terutama Jepang dan Cina pada tahun tersebut dan membuat Pulau Jeju berhasil meningkatkan jumlah wisatawan asing sebanyak 20,23% dari tahun sebelumnya. Selain itu pengaruh penggunaan Korean Wave sebagai alat dalam diplomasi publik ini juga ditunjukkan dengan semakin meningkatnya ketertarikan masyarakat asing terhadap Korea. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan KOFICE dalam beberapa negara di Asia, seperti Jepang, Vietnam dan juga Thailand yang telah dijelaskan dalam bab II yang memperlihatkan ketertarikan masyarakatnya terhadap Korea yang dipengaruhi oleh konten-konten budaya populer seperti drama, film, dan musik Korea. Hal ini menunjukkan bahwa kedua organisasi Korea, yaitu KTO dan juga KOFICE dalam penggunaan Korean Wave sebagai alat diplomasi publik Korea memberikan efek positif terhadap citra Korea di mata masyarakat internasional. Adanya peningkatan citra positif Korea salah satunya dapat dilihat dari perubahan status pariwisata Korea. Hal ini berhubungan dengan Jepang, dimana sampai pada tahun 1990-an orientasi pariwisata Jepang adalah negara-negara seperti Amerika Serikat dan juga Eropa. Korea dikenal dengan “Kiseng” dalam pariwisatanya. Pariwisata “Kiseng” ini menggambarkan Korea sebagai sex tourism dimana perempuan Korea menggunakan baju tradisional Korea dan menghibur para pengunjungnya. 121 Bentuk pariwisata ini sangatlah erat dengan rasialisasi dan seksualisasi dari perempuan Korea. Pembangunan Korea, baik dari segi ekonomi dan budaya pada akhirnya merubah citra pariwisata Korea. Terutama dengan terkenalnya Korean Wave dikalangan masyarakat Jepang membuat wisawatan dari Jepang tidak lagi hanya didominasi oleh laki-laki, tetapi lebih banyak didominasi oleh perempuan. Pengaruh budaya populer Korea atau Korean Wave di Jepang ini terutama didominasi oleh drama-drama Korea dan
121
Eiko Hasegawa, Re-orienting Tourism: Japanese Tourism in Korea and Asian Cultural Integration, diakses dari http://www.ikorea.ac.kr/congress/upload/%EC%82%AC%ED%9A%8C2-2EikoHasegawa.pdf, pada tanggal 11 Oktober 2011, pada pukul 16:30
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
83
juga artis Korea.
Kedua hal ini memberikan pengaruh dalam meningkatkan
intensi masyarakat Jepang untuk mengunjungi Korea dalam rangka berlibur.122 Selain itu, aktivitas diplomasi publik Korea melalui budaya populer ini juga berhasil mengubah porsi wisatawan yang tidak lagi hanya didominasi oleh laki-laki saja. Hal ini terutama dengan menjadikan berbagai macam aspek Korean Wave dalam program pariwisata Korea sebagai bagian dalam diplomasi publik Korea untuk menarik banyak wisatawan. Dengan digunakannya lokasi pengambilan gambar Korea, serta mengadakan berbagai macam acara Korean Wave seperti bertemu dengan artis Korea dan berbagai macam acara Korean Wave sebagai bagian dalam aktivitas diplomasi publik Korea berhasil mengubah proporsi wisatawan yang sebelumnya hanya didominasi oleh laki-laki. Hal ini juga diperkuat melalui salah satu hasil penelitian yang dilakukan mengenai dampak budaya populer yang dijelaskan bahwa, dengan pengadaan acara yang berhubungan dengan Korea Wave, terutama selebriti-selebriti Korea membangun sebuah kebutuhan tersendiri dalam pariwisata dan merubah persepsi mengenai Korea. Berdasarkan penelitian tersebut dikatakan bahwa keberadaan selebritiselebriti Korea menjadi sebuah instrumen tersendiri yang dapat membuat para wisatawan menjadi lebih dekat terhadap kebudayaan Korea dan dapat mengenal kebudayaa Korea lebih dalam.123 Hal ini karena, melalui drama-drama Korea dan musik-musik Korea, para penggemar Korea menjadi menyukai selebriti-selebriti Korea yang terdapat dalam drama dan juga musik tersebut. Para penggemar tersebut pada akhirnya menjadi mengikuti kehidupan para selebriti Korea, seperti makanan para selebriti tersebut, gaya hidup, dan juga kebudayaannya. Beberapa faktor-faktor tersebut yang secara tidak langsung membuat masyarakat asing 122
Berdasarkan penelitian Kyung Hee University terhadap 85 masyarakat jepang yang tinggal di Jepang dan Ddi Korea. 123 Sojung Lee daN Billy Bai, A Qualitative Analysis of the Impact of Popular Culture on Destination Image: A Case Study of Korean Wave from Japanese Fans, diakses dari http://scholarworks.umass.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1477&context=refereed&seiredir=1&referer=http%3A%2F%2Fwww.google.co.id%2Furl%3Fsa%3Dt%26rct%3Dj%26q%3D role%2520of%2520korean%2520wave%2520in%2520image%2520country%26source%3Dweb% 26cd%3D9%26ved%3D0CGcQFjAI%26url%3Dhttp%253A%252F%252Fscholarworks.umass.ed u%252Fcgi%252Fviewcontent.cgi%253Farticle%253D1477%2526context%253Drefereed%26ei %3DBxvfTs_ZHMforQeXxsDJCA%26usg%3DAFQjCNE5b0YYIOTTexitvqjP6YW3bPU6eg%2 6cad%3Drja#search=%22role%20korean%20wave%20image%20country%22, pada tanggal 7 Desember 2011, pada pukul 17:09 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
84
mengenal kebudayaan-kebudayaan Korea. Oleh karena itu, melalui aktivitas diplomasi publik melalui Korean Wave dengan penyebara konten Korea ke negara-negara asing, seperti film dan juga drama-drama Korea menjadi sebuah cara positif yang pada akhirnya membentuk citra positif mengenai Korea. Aktivitas diplomasi melalui Korean Wave juga dilkakukan oleh KOFICE melalui mengundang berbagai media yang berasal dari berbagai negara untuk memperkenalkan Korea ke masyarakat luar, dan memperkenalkan budaya populer Korea menjadi sebuah tujuan utama dalam mengundang para jurnalis dan media tersebut. Memperkenalkan budaya populer ini menjadi tujuan utama dilihat dari aktivitas KOFICE yang selalu memperkenalkan budaya populer tersebut melalui mengundang para jurnalis tersebut ke Asian Song Festival dan pertunjukan musik lainnya selama jurnalis tersebut berada di Korea. Kepopuleran Korean Wave ini menjadi hal yang dominan dalam mengundang para jurnalis-jurnalis tersebut untuk datang ke Korea dan memperkenalkan kebudayaan Korea secara lebih dalam. Salah satu contohnya adalah pada tahun 2007 bulan Oktober KOFICE mengundang jurnalis-jurnalis dari Indonesia, Thailand, Vietnam, Filipina, Myanmar, dan juga Malaysia yang merupakan negara dengan kepopuleran budaya populer Korea yang cukup signifikan untuk datang ke Korea selama satu minggu dan mengunjungi berbagai macam acara, salah satunya adalah Busan International Film Festival yang diharapkan dapat meningkatkan kepopuleran Korean Wave di negara-negara tersebut.124 Berita-berita yang didapat oleh para jurnalis tersebut diterbitkan dalam media-media di negara mereka masing-masing. Media-media ini menjelaskan mengenai Korea baik dari segi film, drama, makanan, gaya busana, dan berbagai gaya hidup Korea yang telah diperkenal KOFICE selama para jurnalis dan mediamedia tersebut berada di Korea. Pada akhirnya hal ini mendorong munculnya berbagai macam artikel mengenai Korea di berbagai macam media di negara 124
Press Reporters from 7 Nations in Asia Visit South Korea to Report on the South Korean Cultural Industry, diakses dari http://www.kofice.or.kr/n_webzine/200710/eng/kofice_activities.html, pada tanggal 3 Desember 2011, pukul 19:56
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
85
negara tersebut. Selain itu, melalui pemberitaan media-media ini Korean Wave menjadi sangat berperan sebagai sebuah alat diplomasi. Korean Wave menjadi alasan pemerintah dalam mengadakan berbagai macam program yang dilaksanakan di negara Korea, di laksanakan di negara-negara lain, ataupun dilaksanakan di Korea dengan melibatkan negara-negara lain. Melalui berbagai macam program tersebut, citra Korea menjadi semakin positif di mata negaranegara lain melalui pemberitaan para media tersebut mengenai budaya Korea, khususnya budaya populer Korea. Berbagai aktivitas diplomasi yang dilakukan oleh Korea melalui Korean Wave ini juga berhasil meningkatkan citra positif terhadap Korea yang sempat mengalami penurunan dikeranakan Perang Iraq, SARS, dan juga kontroversi nuklir dengan negara Korea Utara pada tahun 2003.125 Ketiga isu tersebut merupakan permasalahan-permasalahan yang berhasil menurunkan citra positif Korea Selatan dan juga mengurangi secara drastis jumlah kedatangan masyarakat asing di Korea. Akan tetapi, keberadaan Korean Wave sebagai alat dalam diplomasi publik Korea yang dikemas melalui diplomasi budaya berhasil meningkatkan citra positif Korea yang salah satunya dapat dilihat melalui peningkatan masyarakat asing yang berdatangan ke Korea dan juga melalui pengaruh Korean Wave yang mampu memberikan opini positif terhadap Korea. III.1.3 Aktivitas Diplomasi Publik Melalui Korean Wave Mendorong Kemajuan Bidang Lain Korea Selatan Seperti yang dijelaskan dalam bab II, Korean Wave pada dasarnya merupakan sebuah budaya pop ataupun budaya populer Korea yang yang pada awalnya hanyalah berhubungan dengan musik, drama Korea, dan juga film-film Korea. Akan tetapi melalui kepopuleran drama-drama, musik, dan juga film tersebut ketenaran budaya populer Korea ini menyebar dan tidak hanya mengenai ketiga hal tersebut. Kepopuleran yang sebelumnya hanya didominasi oleh drama, musik, dan juga film tersebut meluas menjadi kepopuleran akan selebriti 125
Korean National Tourism Organization, Tourism Marketing With Korean Wave, diakses dari http://visitkorea.or.kr/enu/asis/images/Korean_Wave_Eng.wmv, pada tanggal 2 Desember 2011, pada pukul 15:50 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
86
selebritinya, budaya tradisional Korea, produk-produk Korea, gaya hidup masyarakatnya, dan segala hal yang berhubungan dengan Korea. Aktivitas diplomasi pemerintah Korea melalui Korean Wave pada akhirnya juga semakin memperkuat kemajuan dari aspek-aspek lain ataupun bidang lain dari Korea. Seperti yang dijelaskan dalam bab II, setiap tahunnya Korea membuat berbagai macam program yang mempromosikan provinsiprovinsi dan juga kota-kota Korea, program ini berjalan setiap tahun dengan mengadakan berbagai macam acara yang tidak hanya menyangkut dan berhubungan dengan Korean Wave. Selain itu, Korea juga melibatkan selebritiselebriti yang terkenal melalui drama-drama, film, dan juga musik K-Pop tersebut sebagai perwakilan-perwakilan Korea dalam memporomosikan programnya, sebagai contoh keberadaan Rain dalam program Visit Gyeongbuk-Korea 2007. Pada tahun tersebut, salah satu acara yang diadakan adalah konser Rain yang bertujuan untuk mendorong berjalannya program tahun 2007 tersebut. Akan tetapi, tujuan tersebut bukanlah tujuan satu-satunya. Tujuan lain dari dilakukannya konser tersebut adalah sekaligus merayakan ditetapkannya kota Daegy sebagai penyelenggaran International Association of Athletics Federation (IAAF) World Championship yang diadakan pada tahun 2011. Hal ini pada akhirnya menunjukkan kemajuan lain dari Korea, yang tidak hanya berhubungan dengan budaya populer tetapi juga upaya pemerintah untuk mendorong kemajuan Korea melalui budaya populer atau Korean Wave. Contoh lain adalah pengadaan acara utama dengan menggunakan lokaslokasi pengambilan drama-drama Korea. Seperti pada tahun 2005 yang merupakan tahun berjalannya program pariwisata Korea, yaitu “Visit GyeonggiKorea Year 2005” merupakan program yang pada dasarnya bertujuan untuk memperkenalkan kebudayaan tradisional Korea. Melalui tujuan ini, pemerintah lokal sangat mendorong lokasi-lokasi pengambilan gambar drama-drama Korea, sepertu Dae Jang-geum, My Sassy Girl, King and the Clown sebagai sebagai tujuan utama berwisata. Salah satunya adalah Hwaseong Fortress yang merupakan salah satu tempat sejarah kerajaan Korea dan merupakan lokasi Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
87
pengambilan gambar dari drama Korea Dae Jang-geum menjadi salah satu lokasi pariwisata yang sangat dipromosikan pada tahun tersebut. Selain itu, dalam acara yang menyangkut Korean Wave, seperti Hallyu Expo ataupun Hallyu Wave Festival pemerintah setempat selalu menjadikan acara-acara tersebut untuk memperkalkan budaya lain Korea seperti makanan Korea dan juga budaya tradisional Korea. Hal ini juga dilakukan melalui penggunaa selebriti dalam mempromosikannya, seperti yang dilakukan Ryu Siwon yang merupakan duta kehormatan yang mempromosikan kebudayaan tradisional Korea pada tahun 2007 dalam program “Visit Gyeongbuk-Korea 2007”. Oleh karena itu, penggunaan Korean Wave sebagai alat diplomasi publik Korea ini pada akhirnya juga memajukan aspek-aspek lain ataupun bidang lain dari Korea,seperti olahraga dan juga kebudayaan tradisional Korea. Selain itu acara Korean Grand Sale yang juga diadakan Korea dalam setiap program tahunannya mendorong peningkatkan penjualan terhadap produk-produk Korea, seperti kosmetik dan pakaian-pakaian Korea yang dikenal melalui drama-drama dan juga film-film Korea. Film-film dan drama-drama Korea yang juga disebarkan melalui kegiatan yang dilakukan oleh KOFICE melalui penyebaran konten drama dan juga festival film yang diadakan di negara-negara lain secara tidak langsung akan mengenalkan produk-produk Korea. Hal ini diperkuat melalui hasil penelitian yang dilakukan Korea International Trade Association (KITA) pada tahun 2011, dimana dijelaskan bahwa Korean Wave memberikan efek positif terhadap peningkatan konsumsi produk-produk Korea oleh masyarakat asing. Penelitian tersebut dilakukan terhadap 1.173 masyarakat yang berasal dari Jepang, Cina, Taiwan, Vietnam, dan masyarakat Korea. Berdasarkan penelitian tersebut, lebih dari 80% koresponden menyatakan bahwa Korean Wave memberikan pengaruh terhadap keinginan mereka untuk membeli produk-produk yang berasal dari Korea. Di bawah ini merupakan grafik yang digunakan dalam hasil penelitian tersebut. Melalui grafik tersebut dapat dilihat bahwa Korean Wave memberikan pengaruh terhadap konsumsi produk-produk Korea.
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
88
Grafik 3. 1 Pengaruh Korean Wave dalam Kemajuan produk-produk Korea
Sumber: http://global.kita.net/_engapp/board_view.jsp?grp=S2&no=914&code=S2001
Secara lebih lanjut pun dijelaskan bahwa makanan, kosmetik, dan juga produk pakaian
merupakan
produk-produk
Korea
yang
peningkatannya
sangat
dipengaruhi oleh Korean Wave seperti yang digambarkan dalam grafik di bawah ini.
Grafik 3. 2 Presentase pengaruh Korean Wave dalam produk-produk Korea
Sumber: http://global.kita.net/_engapp/board_view.jsp?grp=S2&no=914&code=S2001
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
89
Pemaparan di atas menggambarkan bagaimana produk-produk Korea serta aspek-aspek lain dari Korea mengalami kemajuan dikarenakan aktivitas diplomasi publik Korea melalui Korean Wave. Oleh karena itu aktivitas diplomasi Korea melalui Korean Wave ini pada akhirnya dapat dikatakan berhasil mendorong kemajuan bidang-bidang lain dari Korea termasuk produk-produk Korea. Seperti yang dijelaskan dalam tulisan Shuling Huang dalam Nation Branding and Transnational Consumption: Japan-mania and the Korean Wave in Taiwan dijelaskan bahwa aktivitas pariwisata pada dasarnya dapat mendorong kemajuan segala hal yang berhubungan degan Korea.126 Hal ini juga dipertegas melalui penelitian yang dilakukan oleh SAMSUNG. Dimana, SAMSUNG Economic Research Institute menjelaskan bahwa ekspansi dari Korean Wave terdiri dari empat tahap. Tahap pertama adalah ekspansi dari budaya populer itu sendiri, termasuk diantaranya adalah program televisi Korea, film, dan juga musik Korea. Tahap kedua, masyarakat mulai membeli produkproduk yang berhubungan dengan budaya populer Korea, seperti album musik dari serial drama Korea, aksesoris yang digunakan oleh artis dalam drama tersebut, ataupun mulai mengikuti program-program wisata ke Korea yang berhubungan dengan budaya populer Korea yang ada dalam drama tersebut. Tahap ketiga, masyarakat mulai untuk membeli produk-produk Korea yang tidak hanya merupakan bagian dari dalam drama tetapi secara langsung berhubungan dengan budaya dan Korea itu sendiri, seperti produk elektronik dan juga kosmetik. Dengan berjalannya ketiga tahap tersebut dalam masyarakat yang menyukai Korea, maka masyarakat tersebut pada akhirnya akan membentuk sebuah pandangan baru terhadap dan mengenai Korea. Selanjutnya, hal ini akan memberikan kontribusi dalam peningkatan para wisawatawan yang datang ke Korea. 127 Oleh karena itu, penggunaan Korean Wave dalam diplomasi publik 126
Shuling Huang, Nation-branding and Transnational Consumption: Japan-mania and the Korean Wave in Taiwan, diakses dari http://dct.nctu.edu.tw/files/faculty_files/fct_18/ShulilngHuang_2011_NationbrandingandTransnationalConsumption.pdf, pada tanggal 5 Desember 2011, pada pukul 11:25, hlm. 8. 127 Milim Kim, The Role of the Government in Cultural Industry: Some Observation from Korea’s Experience, diakses dari http://www.mediacom.keio.ac.jp/publication/pdf2011/10KIM.pdf, pada tanggal 1 Agustus 2011, pada pukul 22:53, hlm. 167 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
90
Korea secara tidak langsung akan memberikan kemajuan terhadap aspek-aspek dan produk-produk lain dari Korea. Penggunaan Korean Wave yang merupakan budaya populer sebagai alat diplomasi publik tersebut selain dapat meningkatkan citra Korea juga dapat meningkatkan komoditas Korea di mata internasional termasuk juga aspek-aspek lain dari Korea. III.1.4 Mendorong Terjalinnya Kerjasama Dengan Negara-Negara Lain Dalam penjelasan mengenai aktivitas diplomasi publik melalui Korean Wave yang telah dijelaskan dalam bab II, KOFICE dan KTO merupakan dua organisasi yang memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut sesuai dengan bagian-bagiannya. KTO menjadi organisasi yang memiliki tanggung jawab dalam bidang pariwisata dengan menggunakan aspek-aspek yang berhubungan dengan Korean Wave dalam program-program pariwisata yang dijalankannya sebagai sebuah bentuk aktivitas diplomasi publik. KOFICE di lain pihak, menjadi organisasi yang cenderung memiliki aktivitas ke arah luar, dalam hal ini adalah mendorong penyebaran Korean Wave ke negara-negara lain di luar Korea. Seperti yang telah dijelaskan dalam bab II, KOFICE menjadi sebuah organisasi dengan tanggung jawab untuk meningkatkan pandangan masyarakat di negara asing mengenai budaya Korea melalui aktivitas-aktivitas pertukaran budaya. Pertukaran budaya dilakukan demi berjalannya tujuan dasar aktivitas diplomasi publik Korea, yaitu memberntuk sebuah kerjasama. Melalui aktivitas diplomasi publik dengan menggunakan Korean Wave, KOFICE berupaya membentuk fondasi dalam pertukaran budaya dan kerjasama antar bangsa. Hal ini dilakukan baik dalam edukasi, seperti seminar dan juga forum dan juga dalam bidang seni, seperti pengadaan acara berbagai macam festival. Dalam bab II pun telah dijelaskan ringkasan mengenai aktivitas diplomasi publik melalui Korean Wave yang dilakukan oleh KOFICE. Berbagai macam aktivitas KOFICE dalam dua fokus kegiatan tersebut merupakan aktivitas-aktivitas yang melibatkan keberadaan negara-negara lain. Salah satunya adalah dalam pengadaan seminar dan juga forum mengenai Korean Wave. Dimana, dalam acara tersebut, KOFICE Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
91
bekerjasama dengan negara-negara lain seperti, Jepang, Cina, dan negara Asia lainnya untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Tidak hanya itu, pengadaan seminar dan juga forum tersebut juga dilaksanakan di negara-negara lain dengan melibatkan negara yang bersangkutan sebagai tuan rumah yang akan mengadakan acara seminar dan juga forum tersebut. Penggunaan budaya populer sebagai bagian dalam aktivitas diplomasi Korea menjadi sebuah cara dalam meningkatkan hubungan Korea dengan negaranegara lain. Dimana salah satunya, budaya populer telah berhasil menjadi sebuah jembatan dalam hubungan antara Jepang dan Korea. Hal ini lebih lanjut dijelaskan oleh KOFICE bahwa musik sebagai salah satu bagian dalam budaya populer dapat menjadi sebuah penguhubung untuk menjadikan hubungan antara negara-negara di Asia menjadi lebih dekat.128Oleh karena itu, aktivitas diplomasi publik melalui Korean Wave ini menjadi aktivitas yang mendorong terjalinnya kerjasama Korea dengan negara-negara lainnya. III.2 Faktor-Faktor di Balik Korean Wave Budaya populer Korea atau yang disebut dengan Korean Wave dipilih dan digunakan dalam diplomasi publik Korea pada dasarnya dikarenakan akan kepopulerannya yang berhasil meningkatkan Korea dalam bidang ekonomi pada awalnya. Kepopuleran akan Korean Wave ini memberikan peluang terhadap Korea untuk menunjukkan pada dunia sebagai negara yang mengalami kemajuan, memiliki budaya yang unik dan menarik serta berbeda dengan negara lainnya. Kepopuleran Korean Wave ini didorong oleh beberap hal, seperti peran pemerintah dan juga kepopuleran budaya populer Korea tersebut atau Korean Wave. III.2.1 Faktor Komitmen Pemerintah dalam Korean Wave Peran pemerintah Korea dalam meningkatkan dan menyebarkan budaya populernya atau Korea Wave ke negara-negara luar sangatlah signifikan. Peran 128
Pop Music to Bridge Gap Among Asians, diakses dari http://www.investkorea.org/InvestKoreaWar/work/reg/eng/ne/print_added.jsp?bno=609140607&s ort_num=43, pada tanggal 14 Januari 2012, pada pukul 23:46 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
92
pemerintah ini telah dimulai sejak pemerintah Korea belum menjadikan Korean Wave sebagai bagian dalam diplomasi publiknya. Hal ini dilihat dari tahun 1998, dimana Presiden Korea saat itu yaitu Kim Dae Jung menyatakan bahwa salah satu tujuan pemerintahnya adalah untuk meningkatkan ekspor budaya Korea. Korea harus bisa menjadi negara yang tidak hanya dapat mengekspor hasil industri manufakturnya, tetapi juga memberikan sesuatu yang berbeda terhadap masyarakat internasional yang dilakukan melalui aspek budaya. Dalam ini, drama seri Korea menjadi salah satu komoditas unggulannya dalam pemasaran Hallyu ke negara-negara lain. 129 Salah
satu
alasan
yang
mendorong
pemerintah
Korea
untuk
mengembangkan ekspor budaya Korea ini adalah krisis ekonomi yang terjadi di Asia pada tahun 1997 yang memberikan dampak terhadap industri budaya Korea dan juga usaha-usaha Korea secara nasional. Alasan ini mendorong pemerintah Korea untuk mengembangkan aspek softpower Korea terutama dalam bidang budaya Korea. 130 Hal ini salah satunya dilakukan pemerintah Korea dengan mendorong ekspor penyiaran konten-konten Korea, yaitu film dan drama ke negara-negara luar. Salah satu aktivitas dalam mendorong ekspor tersebut dilakukan pemerintah melalui membeli hak penyiaran drama-drama Korea dan mendistribusikannya ke negara-negara lain tanpa mengedepankan biaya. Selain untuk meningkatkan perekonomian Korea, hal ini juga dilakukan untuk meningkatkan citra Korea dalam masyarakat internasional. 131 Pemerintah tidak hanya bekerja sendiri dalam mendorong ekspor kontenkonten budaya populer tersebut ke negara-negara lainnya. Pemerintah melibatkan para pengusaha yang merupakan aktor swasta dalam mendorong perkembangan industri perfilman Korea tersebut yang dilakukan berdasarkan Motion Picture Promotion Law pada tahun 1995. Kebijakan yang disahkan pada tahun 1995 129
Nesya Amellita, Kebudayaan Populer Korea: Hallyu dan Perkembangannya di Indonesia (Jakarta: Universitas Indonesia),hlm. 35-36 130 Tyas Huybrechts, The Korean Wave, diakses dari http://www.tyas.be/files/[KCS-leuven]paperTyasHuybrechts-film010708.pdf, pada tanggal 6 April 2011, pada pukul 12:04 131 Shim Sungeun, Behind The Korean Broadcasting Boom, diakses dari http://www.nhk.or.jp/bunken/english/reports/pdf/08_no6_10.pdf, pada tanggal 4 Mei 2011, pada pukul 20:38, hlm. 213-215 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
93
tersebut berhasil menarik para pihak swasta, seperti Samsung, Daewoo, dan juga Hyundai dalam mengembangkan perfilman Korea. Salah satunya adalah film yang berhasil menjadi film yang sangat populer dan menjadi salah satu film yang berhasil menyebarkan budaya populer Korea, yaitu film Shiri merupakan film Korea yang diproduksi oleh Samsung Entertainment Group yang dimiliki oleh Samsung. Film ini berhasil menarik pengunjung sebesar 8 juta penonton pada tahun 2001.132 Komitmen pemerintah ini berlanjut dengan menjadikan Korean Wave sebagai bagian dari diplomasi publiknya melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkannya dan mengimplemetasikannya dalam berbagai aktivitas. Peran pemerintah dalam melaksanakan diplomasi publiknya ini dilakukan dengan membentuk dua organisasi yang telah dijelaskan dalam bab II dengan tanggung jawab yang berbeda. KTO dalam hal ini merupakan organisasi pemerintah yang bertanggung jawab dalam aspek pengembangan pariwisata. Melalui KTO inilah pemerintah mengadakan berbagai macam aktivitas dengan melibatkan Korean Wave untuk dipromosikan ke masyarakat asing. Selain itu, pemerintah menggandeng berbagai macam selebriti yang telah terkenal melalui drama-drama Korea dan juga para penyanyi Korea untuk mempromosikan dan memperkenalkan berbagai macam program tersebut ke masyarakat internasional. Terdapat istilah baru yang dikenal baru-baru ini dalam menjelaskan cara kerja Korea tersebut, yaitu Asian Values-Hollywood Styles, dimana dengan cerita-cerita yang dikemas dalam drama-drama dan film Korea yang bernuansakan kehidupan Asia, tetapi dipasarkan dengan memakai cara internasional yang mengedepankan penjualan nama seorang bintang sejakigus menjual style yang mengusung kekhasan budaya Korea.133 Selain KTO, pemerintah juga membentuk KOFICE yang bertanggung jawab untuk mendorong aspek budaya-budaya populer Korea keluar dengan program utama untuk melakukan pertukaran dengan negara-negara lain. Hal ini 132
Doobo Shim, Preparing for the Post-Korean Wave Age, diakses dari http://www.kiseas.org/zboard/data/month_speaker/shim.doc&ei=G6vlTuqpNs_QrQegNGbCA&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=1&ved=0CB4Q7gEwAA&prev=/search%3Fq% 3DPreparing%2Bfor%2Bthe%2BPostKorean%2BWave%2BAge%26hl%3Did%26biw%3D1280%26bih%3D668%26prmd%3Dimvns, pada tanggal 21 April 2011, pada pukul 19:42 133 Nesya Amellita, op. cit, hlm. 37 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
94
dilakukan dengan mengadakan seminar-seminar ataupun forum-forum yang juga mengundang partisipasi dari negara-negara lain seperti Jepang, Cina, Filipina, Thailand dan negara-negara lainnya. KOFICE juga melakukan pendistribusian konten-konten visual Korea seperti film, drama, dokumentasi, dan juga film-film Korea ke negara-negara lain dan hal itu juga berjalan dua arah dari negara lain ke Korea. Pengadaan festival-festival seperti Asian Song Festival yang diadakan di Korea dan juga festival-festival lain yang diadakan di negara-negara lain juga merupakan aktivitas yang dilakukan KOFICE. Berbagai macam kegiatan yang diadakan oleh dua organisasi tersebut menunjukkan komitmen pemerintah dalam menggunakan Korean Wave baik dalam mengembangkan budayanya sebagai cara ekspor negaranya dan juga dalam aktivitas diplomasi publiknya. III.2.2 Faktor Kepopuleran Korean Wave Keberhasilan Korean Wave dalam mendukung aktivitas diplomasi publik Korea pada dasarnya didukung oleh kepopuleran Korean Wave tersebut terlebih dahulu. Seperti yang dijelaskan dalam bab II, Korean Wave yang merupakan fenomena budaya populer Korea merupakan sebuah budaya populer yang menjadi sangat populer, terutama di negara-negara Asia. Kepopuleran budaya populer ini dimulai dengan kepopuleran drama Korea, musik, dan juga film-film selanjutnya diikuti dengan aspek-aspek lain Korea. Korean Wave ini pada dasarnya merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan kecintaan terhadap budaya populer Korea yang diperkenalkan pertama kali di Cina pada tahun 1999. Dimulai dengan penayangan drama Korea What is Love di Cina, budaya populer Korea ini terus menyebar dan disukai oleh beragam masyarakat yang juga berasal dari beragam negara. Penayangan drama Korea What is Love ini juga diikuti dengan penayangan drama-drama Korea lainnya yang menjadi pemimpin dalam fenomena Korean Wave tersebut. Gambar grafik di bawah ini menggambarkan bagaimana program-program televisi Korea ini mengalami peningkatan yang signifikan dan terus meningkat sejak tahun 2002 sampai tahun 2007 di dalam grafik tersebut. Hal ini memperlihatkan kepopuleran Korean Wave yang juga semakin meningkat dengan semakin meningkatnya juga tingkat eskpor Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
95
program-program televisi yang termasuk diantaranya adalah drama dan juga filmfilm Korea.
Grafik 3. 3 Grafik ekspor dan impor program TV Korea Sumber: http://www.scribd.com/doc/64040042/The-Korean-Wave-A-New-Pop-CulturePhenomenon
Gambar grafik di bawah ini menggambarkan bagaimana program-program televisi Korea ini mengalami peningkatan yang signifikan dan terus meningkat sejak tahun 2002 sampai tahun 2007 di dalam grafik tersebut. Hal ini memperlihatkan kepopuleran Korean Wave yang juga semakin meningkat dengan semakin meningkatnya juga tingkat eskpor program-program televisi yang termasuk diantaranya adalah drama dan juga film-film Korea. Dengan semakin populeranya program-program televisi seperti dramadrama Korea, musik dan juga selebriti Korea semakin meningkat kepopulerannya. Dimulai dengan grup musik Korea H.O.T yang terkenal di Cina dan Taiwan pada tahun 1998, menjadi pemimpin dalam penyebaran Korean Wave dalam bidang msik. Kepopuleran grup ini diikuti oleh penyanyi-penyanyi lain seperti Ahn JaeWook, Shinhwa, Baby V.O.X, D dan yang lainnya. Musik Korea ini atau yang disebut sebagai K-Pop muncul sebagai generasi berikutnya dari Korean Wave. Pada perkembangan awalnya, Boa dan Rain menjadi ratu dan juga raja dalam musik K-pop tersebut. Boa sendiri merupakan penyayi Korea yang lebih fokus
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
96
dalam mempromosikan musiknya ke negara-negara seperti Jepang dan juga Amerika Serikat. Boa merupakan penyayi Korea pertama yang berhasil terkenal di Jepang dan merupakan satu-satunya penyayi yang bukan berasal dari Jepang yang berhasil menjual albumnya lebih dari 1 juta kopi di Jepang. Sedangkan Rain merupakan penyayi Korea yang juga merupakan seorang aktor, penari, model dan juga seorang pengusaha. Rain merupakan salah satu penyanyi Korea yang berhasil memasuki Hollywood dengan aktingnya dalam film Ninja Assassin pada tahun 2009 dan juga Speed Racer pada tahun 2008. Kepopuleran Korean Wave generasi pertama yang lebih didominasi oleh drama-drama dan film-film Korea dilanjutkan dengan Korean Wave generasi kedua yang juga didominasi oleh musik K-Pop. Generasi kedua dari Korean Wave ini semakin menyebarkan perannya dalam penyebaran budaya populer Korea dengan bergabungnya grup-grup musik Korea, seperti Girls Generation, Super Junior, Kara, DBSK, dan grup musik Korea lainnya yang berhasil meraih kepopulerannya tidak hanya di negara-negara Asia, tetapi juga di kawasan lainnya di dunia.
Grafik 3. 4 Pendapatan berdasarkan konten musik Sumber: http://seriquarterly.com/03/qt_Section_read.html?mncd=0303&pub=20110414&Falocs=03&dep= 3&pubseq=215
Generasi kedua Korean Wave menjadi fenomena budaya populer yang terus meningkat kepopulerannya dengan menjadi salah satu penyumbang utama pemasukan bagi Korea sejak pertengahan tahun 2003. Pada tahun 2008 Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
97
pemasukan dari bernyayi dan menari tersebut telah berhasil memberikan pemasukan terhadap Korea lebih dari $200 juta lebih besar dari pemasukan yang didapat dari drama-drama Korea pada tahun-tahun awal kepopulerannya, yaitu diawal tahun 2000-an. Kepopuleran musik K-pop ini juga dilihat dari angka peningmat video musik yang dilihat dari Youtube yang cukup tinggi. Masyarakat yang melihat video-video musik dari salah satu website ini menunjukkan tidak hanya berasal dari Korea, tetapi juga negara-negara lain seperti, kawasan Asia Tenggara, Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan juga Amerika. Asia memang menjadi kawasan dengan penikmat video musi K-Pop yang paling tinggi, yaitu sebesar 566.273.899 . Hal ini dikarenakan kawasan Asia ini merupakan kawasan pertama yang mengalami fenomena penyebaran Korean Wave ini dibandingkan dengan kawasan lainnya, seperti Amerika dan juga Eropa serta kawasan lainnya seperti yang diperlihatkan dalam gambar 3.3 di bawah ini.
Gambar 3. 1 Jumlah penonton video musik Korea dari Youtube Sumber: http://www.scribd.com/doc/64040042/The-Korean-Wave-A-New-Pop-CulturePhenomenon
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
98
Kepopuleran fenomena budaya populer Korea atau yang disebut sebagai Korean Wave tersebut pada akhirnya mempermudah aktivitas diplomasi publik Korea yang dilakukan melalui Korean Wave. Pemerintah dalam hal ini hanyalah berupaya dalam menjaga kepopuleran tersebut melalui aktivitas diplomasinya dan melebarkan pengaruh Korean Wave ke negara-negara di luar Asia yang memang baru merasakan fenomena Korea Wave tersebut. Kepopuleran Korean Wave ini pada akhirnya menjadi salah satu faktor yang mendorong keberhasilan dari diplomasi publik Korea tersebut. Kepopuleran akan Korean Wave ini mendorong kepopuleran dari aspek-aspek lain dari Korea, seperti budaya tradisonal Korea dan juga barang-barang produksi Korea. Kepopuleran akan budaya populer Korea inilah yang pada akhirnya juga memberikan pengaruh terhadap Korea dalam melakukan aktivitas diplomasi dengan menggunakan aspek-aspek soft power Korea. Kepopuleran selebriti-selebriti Korea dan juga penyayi Korea juga menjadi faktor penting yang memberikan kemudahan bagi Korea dalam melaksanakan diplomasi publiknya melalui Korean Wave. Seperti yang dijelaskan dalam bab II, bahwa kepopuleran akan drama Korea akan mendorong kepopuleran terhadap para pemain dalam drama tersebut, dalam hal ini adalah para selebriti Korea. Para penggemar drama-drama tersebut pada akhirnya akan mengikuti kebisaan dan gaya hidup para selebriti tersebut. III.2.3 Faktor Informasi Mengenai Korean Wave Dalam penjelasan Nye mengenai diplomasi publik, informasi menjadi salah faktor penting yang dapat memberikan efek positif terhadap berjalannya sebuah aktivitas diplomasi. Secara lebih lanjut dijelaskan oleh Nye bahwa sekarang ini informasi menjadi sebuah kekuatan terutama dengan semakin besarnya populasi dunia yang mengakses informasi tersebut. Akan tetapi, informasi itu sendiri tidaklah selalu memberikan hal yang positif bagi satu pihak. Informasi juga dapat memberikan efek negatif. Selain itu, editor dan juga cuegivers juga menjadi hal yang penting karena keberadaan mereka dapat mempengaruhi posisi dan pandangan satu pihak. Informasi dalam hal ini menjadi Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
99
penting dan berperan dalam mendorong citra negara di mata masyarakat internasional. Hal ini menjadi salah satu faktor yang mendorong keberhasilan diplomasi publik Korea melalui Korean Wave tersebut. Seperti yang telah dijelaskan dalam aktivitas diplomasi publik dalam bidang pariwisata dan juga pertukaran budaya, penyediaan informasi menjadi salah satu aktivitas yang sangat digunakan oleh Korea dalam memperkenalkan negaranya ke masyarakat luar. Dalam bidang pariwisata, pemerintah Korea juga selalu mengadakan berbagai macam acara yang dilaksanakan di Korea dan juga beberapa negara di luar Korea untuk mempromosikan program-program pariwisata Korea. Pengadaan berbagai macam acara tersebut juga melibatkan aspek-aspek dari Korean Wave seperti para penyayi Korea dan juga para selebriti Korea. Melalui keberadaan para penyayi dan selebriti Korea tersebut, pemerintah Korea secara tidak langsung memperkenalkan dan memberikan informasi kepada masyarakat luar mengenai budaya populer mereka ataupun yang disebut dengan Korean Wave. Akan tetapi, keberadaan informasi mengenai Korean Wave dalam diplomasi publik Korea ini lebih banyak dalam aktivitas program pertukaran dengan negara-negara lain, yang dilakukan oleh organisasi KOFICE. KOFICE dalam salah satu aktivitas diplomasinya secara jelas mengundang berbagai macam media dari negara-negara lain dan memperkenalkan budaya populer Korea, yakni Korean Wave kepada media-media tersebut yang selanjutnya akan dipublikasikan di negara mereka masing-masing. Hal ini memperlihatkan adanya penyediaan informasi yang dilakukan oleh Korea dan menunjukkan pentingnya faktor informasi dalam aktivitas diplomasi publik Korea. Selain itu, melalui aktivitas diplomasi publik lainnya yaitu penyebaran konten visual, memperlihatkan bagaimana pemerintah Korea mendorong penyebaran informasi mengenai Korean Wave melalui konten-konten visual tersebut. Melalui penyebaran konten-konten visual tersebut, masyarakat asing dapat secara langsung mengetahui mengenai Korea dan budaya populer Korea tersebut.
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
100
Berbagai aktivitas yang dilakukan pemerintah Korea ini mendorong penyebaran informasi mengenai Korean Wave dan Korea secara umum. Hal ini pada akhirnya mendorong dampak positif terhadap Korea. Dimana, melalui penyediaan dan penyebaran informasi yang dilakukan pemerintah Korea secara terus-menerus akan membuat masyarakat internasional mengetahui lebih banyak mengenai Korea dan medorong mereka untuk memperdalam pengetahuan mereka mengenai Korea juga. Selanjutnya, hal ini akan mendorong tingkat kedatangan masyarakat asing ke Korea, mendorong citra Korea menjadi semakin positif, dan memajukan Korea secara keseluruhan. III.3 Kesimpulan Peran dan Faktor Korean Wave Sebagai Diplomasi Publik Korea Melalui analisa diatas, maka dapat disimpulkan bahwa diplomasi publik Korea melalui Korean Wave memiliki tiga faktor utama yang mendorong keberhasilan dalam perannya, yaitu peran pemerintah, kedua adalah faktor kepopuleran dari Korean Wave, dan faktor informasi mengenai Korean Wave itu sendiri. Ketiga faktor inilah yang menjadi kunci utama dalam keberhasilan berjalannya diplomasi publik Korea melalui Korean Wave dalam menarik minat para masyarakat asing untuk datang ke Korea, meningkatkan citra positif Korea, mendorong kemajuan aspek-aspek lain dari Korea, dan mendorong terjalinnya kerjasama antara Korea dengan negara-negara lainnya. Seperti yang dijelaskan oleh Mark Leonard bahwa tujuan dilaksanakannya diplomasi publik diantaranya adalah, untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai suatu negara, meningkatkan apresiasi masyarakat suatu negara, meningkatkan hubungan dengan suatu negara, dan mempengaruhi masyarakat. Dijelaskan secara lebih lanjut bahwa beberapa hal di atas tersebut dapat dilakukan melalui understanding, informing, dan juga influencing foreign audiences. Ke-tiga peran pertama dalam diplomasi publik melalui Korean Wave¸yaitu menarik minat para masyarakat asing, meningkatkan citra positif Korea, dan juga mendorong kemajuan aspekaspek lain dari Korea pada dasarnya menunjukkan keberhasilan Korea dalam mencapai tujuan utama diplomasi publik melalui diplomasi budaya Korea yang Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
101
telah dijelaskan dalam bab II, yaitu memperkuat daya saing nasional melalui peningkatan citra Korea. Selain itu, peran diplomasi publik melalui Korean Wave yang ke-empat yaitu mendorong upaya kerjasama antara Korea dengan negaranegara lain menunjukkan keberhasilan Korea dalam mencapai tujuan diplomasi publik yang dijelaskan dalam diplomasi budaya, yaitu mendorong kerjasama dengan negara-negara lain Melalui peran-peran Korean Wave dalam diplomasi publik Korea, yaitu menarik minat para masyarakat asing untuk datang ke Korea, meningkatkan citra positif Korea, dan mendorong kemajuan aspek-aspek lain dari Korea pada dasarnya telah sesuai dengan tujuan dari dasar dilaksanakannya diplomasi publik. Dan hal ini dilakukan dengan berbagai aktivitas diplomasi seperti pariwisata dan juga pertukaran budaya yang secara tidak langsung sesuai dengan beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dalam diplomasi publik, yaitu understanding, informing, dan juga influencing foreign audiences. Akan tetapi, pemaparan pada penjelasan di atas ini lebih banyak dijelaskan secara naratif. Oleh karena itu, penulis akan menampilkan flowchart hasil temuan dari penelitian ini yang merupakan pemaparan singkat dari seluruh hasil penelitian ini.
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
102
Diplomasi Publik Korea Melalui Korean Wave Periode 2005-2010
Skema 3.1SkemaTemuan Penelitian
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
103
BAB IV KESIMPULAN
Isu-isu Hubungan Internasional sekarang ini telah menjadi sebuah hubungan antar negara yang komplek dengan berbagai macam permasalahan dan dinamika yang berbeda di setiap negara. Permasalahan keamanan dan juga ekonomi tidak lagi menjadi masalah satu-satunya yang dihadapi oleh negaranegara sekarang ini. Demokrasisasi di setiap negara menimbulkan dinamika dan pada akhirnya mendorong setiap masyarakat di setiap negara memiliki pemahaman mengenai politik serta mempunyai opini tentang negara lain. Keadaan ini membuat isu masyarakat sipilpun ikut menjadi perhatian negara dan pada akhirnya setiap negara berlomba memberikan penggambaran positif tentang negara mereka di mata internasional yang sesuai dengan kepentingan nasional negara masing-masing. Pemerintah sebagai salah satu unsur negara berupaya melakukan berbagai komunikasi sebagai bagian dalam aktivitas diplomasi untuk mencari mencapai kepentingan nasionalnya dan mendorong peningkatan citra positif negara di mata internasional. Meskipun demikian, aktivitas-aktivitas diplomasi tradisional yang hanya melibatkan aktor-aktor negara saja tidaklah cukup dalam mencapai kepentingan nasionalnya tersebut. Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa dalam era globalisasi saat ini telah menimbulkan keberadaan masyarakat sipil global yang menunjukkan realita sosial berkembangnya partisipasi politik dan sosial yang tidak saja berasal dari pemerintahan, tetapi juga dari ranah lain seperti, warga negara, gerakan sosial, dan juga individu-individu lain yang juga bergerak secara global. Hal ini menjadi sebuah gambaran baru yang memperlihatkan bahwa aktivitas diplomasi saat ini tidaklah lagi cukup hanya dengan melibatkan peran negara saja tetapi juga melibatkan publik dengan beragam bidangnya yang sangat variatif. Pada akhirnya pemerintah membutuhkan cara baru dalam melakukan komunikasinya dengan negara-negara lain yang dilakukan dengan menggunakan
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
104
budaya populer negara tersebut. Budaya populer ini menjadi sebuah trend baru yang mulai dikembangkan oleh negara-negara terutama negara-negara di Asia dengan memadukan konsep barat dan timur dalam satu kesatuan. Dengan tetap memegang pada konsep modern, budaya populer ini tidak sepenuhnya melepaskan nilai negaranya masing-masing. Pada awalnya budaya populer ini bukan merupakan bagian dalam aktivitas diplomasi suatu negara, Akan tetapi kepopuleran yang cukup signifkan yang dapat dihasilkan oleh budaya populer ini dalam menarik perhatian masyarakat asing pada akhirnya mendorong pemerintah suatu
negara
untuk
mengembangkan
industri
budaya
populernya
dan
menjadikannya bagian dalam aktivitas diplomasi dalam rangka berkomunikasi dan memperkenalkan negaranya ke masyarakat luar. Salah satu aktivitas diplomasi dengan menggunakan budaya populer adalah keberadaan Korean Wave dalam aktivitas diplomasi Korea. Korean Wave pada dasarnya merupakan fenomena budaya populer Korea yang telah berhasil tersebar dan dikenal oleh masyarakat asing, terutama masyarakat-masyarakat negara Asia. Keberhasilan Korean Wave ini digunakan pemerintah sebagai peluang untuk meningkatkan citra positif Korea dengan menjadikan Korean Wave dalam bagian aktivitas diplomasi publik. Korea mulai menggunakan Korean Wave sebagai bagian dalam diplomasi publiknya melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan sejak tahun 2005. Selain itu, hal ini diperjelas melalui aturan-aturan aktivitas diplomasi publik yang dikeluarkan pada tahun 2007, sebagaimana dijelaskan dalam principal Goals and Directions of Korean Cultural Diplomacy. Melalui kebijakan tersebut pemerintah Korea mulai melaksanakan aktivitas diplomasinya melalui Korean Wave, yang dilakukan berdasarkan beberapa strategi pelaksanaan, yaitu aktivitas promosi dan budaya secara komprehensif dan sistematis, mendirikan dan mengembangkan strategi promosi dan budaya khusus disesuaikan dengan negara ataupun daerahnya, memperkuat kemitraan dengan organisasi lokal serta perusahaan Korea di luar negeri, memperluas program budaya berorientasi masa depan, dan berpartisipasi aktif dalam organisasi internasional.
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
105
Penulis memilih aktivitas diplomasi publik melalui Korean Wave yang dilakukan oleh Korea melalui aspek pariwisata dan juga pertukaran budaya yang dilakukan dengan negara lain pada periode 2005 sampai tahun 2010. Dengan menggunakan Korean Wave ini pemerintah Korea mengadakan berbagai macam acara baik di Korea dan juga di luar Korea. Aktivitas diplomasi ini menjadi lebih beragam dan menarik, dimana dilakukan baik secara formal dan juga informal. Secara formal, acara ini dilakukan dengan mengadakan seminar-seminar dan juga forum-forum dengan mengundang berbagai pembicara profesional dari negara yang berbeda dengan tujuan membicarakan mengenai fenomena Korean Wave dan upaya pengembangannya. Keterlibatan pembicara-pembicara dari negara lain tersebut menggambarkan ketertarikan negara-negara lain dalam budaya populer Korea, yakni Korean Wave. Keberhasilan Korea dalam menggunakan Korean Wave sebagai bagian dalam diplomasi publiknya mendorong para pembicara dari negara-negara lain untuk memahami lebih dalam mengenai budaya populer tersebut dan mecoba kemungkinan untuk membentuk budaya populer di negaranya berdasarkan Korean Wave tersebut. Selain itu, pemerintah Korea mengundang berbagai media yang berasal dari negara-negara lain dan memperkenalkan berbagai macam keunikan Korea termasuk Korean Wave. Secara informal, Korea melakukan aktivitas diplomasi publiknya melalui pengadaan berbagai macam festival yang dilakukan melalui dua organisasi Korea, yaitu KTO dan KOFICE. Pengadaan berbagai macam festival ini menjadi sebuah cara
bagi
Korea
dalam
menjalankan
aktivitias
diplomasinya
dalam
memperkenalkan Korea pada umumnya dan Korean Wave pada khususnya. Pengadaan acara festival ini dilakukan Korea dengan mengadakan Korean Wave Festival, Hallyu Expo, menjadikan lokasi pengambilan drama Korea sebagai objek wisata yang hampir selalu dilakukan disetiap program setiap tahunnya. Selain pengadaan berbagai macam acara di Korea, aktivitas diplomasi publik melalui Korean Wave ini juga dilakukan di negara-negara Asia lainnya, seperti Jepang, Thailand, Vietnam, Cina, dan sebagainya. Bekerjasama dengan pemerintah negara-negara tersebut, Korea mengadakan berbagai macam festival seperti film, musik, dan juga peragaan busana yang melibatkan kedua belah pihak.
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
106
Hal ini menunjukkan upaya Korea untuk melakukan kerjasama-kerjasama dengan negara-negara lain dalam bidang non-formal. Pelaksanaan berbagai macam aktivitas diplomasi ini dikoordinir dengan pembagian kerja yang baik, dimana dalam bidang pariwisata, pemerintah Korea memberikan tanggung jawab kepada KTO. KTO dalam hal ini yang merencanakan program tahunan wisata Korea, seperti Visit Gyeonggi-Korea 2005, Visit Jeju Year 2006, Visit Gyeongbuk-Korea 2007, Visit Gwangju Jeonnam Korea Year 2008, Visit Incheon Year 2009, Visit Korea 2010-2012. Melalui program tahunan tersebut, KTO bekerjasama dengan pemerintah lokal daerah mengadakan berbagai macam acara selama periode tahunan tersebut. Sedangkan, dalam bidang pertukaran budaya KOFICE menjadi organisasi yang bertanggung jawab. KOFICE dalam hal ini mengadakan berbagai macam kegiatan seperti festival, forum dan seminar, serta penyebaran konten visual yang pada dasarnya dilakukan bedasarkan tujuan awal diplomasi publik Korea, yaitu pertukaran budaya dengan negara-negara lain. Aktivitas-aktivitas diplomasi publik melalui Korean Wave ini telah berhasil dijalankan dalam rangka mencapai dua tujuan utama Korea, yaitu mendorong kerjasama dengan negara lain dan juga memperkuat daya saing nasional melalui peningkatan citra nasional negara Korea. Hal ini disimpulkan oleh penulis berdasarkan temuan penulis selama menyelesaikan penelitian, dimana penulis mendapatkan empat hal. Pertama, penulis melihat bahwa aktivitas diplomasi publik melalui Korean Wave ini berhasil menarik minat masyarakat asing untuk datang ke Korea. Sesuai dengan peningkatan yang berkelanjutan dalam jumlah masyarakat asing yang datang ke Korea sejak tahun 2005-2010. Dalam penjelasan di bab III sebelumnya dijelaskan bahwa Korean Wave ini berperan dalam meningkatkan jumlah kedatngan wisatawan sebesar kurang lebih 10%. Kedua, penulis menilai bahwa aktivitas diplomasi publik ini berhasil dalam meningkatkan citra positif Korea di mata internasional. Pada dasarnya temuan yang kedua ini merupakan lanjutan dari temuan pertama penulis. Karena, adanya peningkatan akan jumlah masyarakat asing yang datang ke Korea menunjukkan Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
107
bahwa terdapat peningkatan dalam keingintahuan masyarakat asing mengenai Korea. Terus meningkatnya masyarakat asing yang datang ke Korea, maka akan semakin menunjukkan citra Korea yang semakin meningkat secara positif. Selain itu, dalam bab II juga dijelaskan mengenai pengaruh Korean Wave dalam citra Korea di mata internasional berdasarkan aktivitas yang dilakukan oleh KOFICE. Hal tersebut menunjukkan bagaimana aktivitas diplomasi melalui Korean Wave yang dilakukan oleh KOFICE ini berhasil meningkatkan citra positif Korea berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh KOFICE. Ketiga, aktivitas diplomasi ini berhasil mendorong kemajuan bidang-bidang lain dari Korea. Aktivitas diplomasi publik melalui Korean Wave ini berhasil memajukan bidang lain dari Korea seperti olahraga dan terutama kebudayaan tradisional Korea. Didukung dengan pengadaan berbagai macam program lainnya, seperti Korean Grand Sale yang juga diadakan Korea dalam setiap program tahunannya telah mendorong peningkatkan penjualan terhadap produk-produk Korea, seperti kosmetik dan pakaian-pakaian Korea yang dikenal melalui drama-drama dan juga film-film Korea. Film-film dan drama-drama Korea yang juga disebarkan melalui kegiatan yang dilakukan oleh KOFICE melalui penyebaran konten drama dan juga festival film yang diadakan di negara-negara lain secara tidak langsung akan mengenalkan produk-produk Korea. Dan yang keempat adalah, aktivitas diplomasi publik melalui Korean Wave ini berhasil mendorong adanya kerjasama antara Korea dengan negara-negara lainnya. Penulis menilai bahwa keberhasilan ini pada dasarnya tidaklah lepas dari beberapa faktor, yaitu kepopuleran dari Korean Wave itu sendiri, faktor informasi mengenai Korean Wave, dan juga komitmen pemerintah. Komitmen pemerintah dalam mengembangkan Korean Wave dalam aktivitas diplomasinya ini mendukung keberhasilan aktivitas diplomasi publik melalui Korean Wave tersebut. Pemerintah Korea dalam hal ini menyadari pentingnya soft power dalam aktivitas diplomasinya. Oleh karena itu, pemerintah Korea sangat berkomitmen baik dalam mengembangkan budaya populernya dan juga dalam pelaksanaan aktivitas diplomasi Korea. Komitmen pemerintah ini juga diperlihatkan melalui kerjasama dalam aktivitas diplomasi melalui Korean Wave tersebut yang tentu saja
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
108
melibatkan pihak-pihak lain, terutama masyarakat sipil seperti selebriti yang berperan besar dalam menarik perhatian masyarakat asing melalui penampilanpenampilannya dalam drama, film, dan juga musik-musik mereka. Selain itu, keberhasilan diplomasi publik melalui Korean Wave ini juga didukung oleh kepopuleran dari fenomena budaya populer Korea itu sendiri. Seperti yang telah dijelaskan dalam bab-bab sebelumnya, bahwa fenomena Korean Wave ini telah dimulai sejak akhir tahun 1990an. Kepopuleran Korean Wave yang telah lebih dahulu ini pada akhirnya mempermudah segala aktivitas diplomasi melalui Korean Wave ini selama periode 2005-2010 tersebut. Informasi juga menjadi faktor yang terpenting dalam mendukung keberhasilan aktivitas diplomasi publik melalui Korean Wave. Informasi mengenai budaya populer tersebut yang disebarkan oleh pemerintah melalui berbagai macam aktivitas diplomasi menjadi salah satu faktor yang mendorong keberhasilan aktivitas diplomasi publik melalui Korean Wave tersebut. Melalui penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa budaya populer dalam aktivitas diplomasi publik merupakan sebuah hal yang baru yang berhasil menjalankan dasar dalam definisi diplomasi publik, yaitu komunikasi antara government to people dan people to people. Selain itu, penggunaan Korean Wave dalam diplomasi publik ini sesuai dengan tujuan dari diplomasi publik yang dijelaskan oleh Mark Leonard, yaitu meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai suatu negara, meningkatkan apresiasi masyarakat mengenai negara, meningkatkan hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya, dan juga mempengaruhi masyarakat.
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
109
DAFTAR PUSTAKA
I. BUKU Banyu, Anak Agung dan Yanyan Mochamad Yani. 2006. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya) Anheir, Helmut, dkk. 2001. Global Civil Society 2001, (Oxford: Oxford University Press) Holsti, K.J. 1987. Politik Internaisonal: Kerangka Analisa, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya) Baylis, John dan Steve Smith. 2005. The Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations, (New York: Oxford University Press) Kyong-dong, Kim dan The Korean Herald. 2008. Social Change in Korea, (Paju, Korea: Jimoondang) Suryokusumo, Sumaryo. 2004. Praktik Diplomasi, (Depok: Penerbit STIH “IBLAM”) Papp, Daniel S. 1997. Contemporary International Relations, Frameworks for Understanding, (United States of America: Allyn and Bacon) Leonard, Mark. 2002. Public Diplomacy, (London: The Foreign Policy Centre) Warsito, Tulus dan Wahyuni Kartikasari. 2007. Diplomasi Kebudayaan, Konsep dan Relevansi Bagi Negara Berkembang : Studi Kasus Indonesia, (Yogyakarta: Penerbit Ombak) Creswell, John W. 1994. Research Design: Qualitative and Quantittative Approaches, (Colifornia: Sage Publications) Neuman, W. Laurence. 1991. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches, 3nd ed., (Boston: Allyn and Bacon) Huat, Chua Beng dan Koichi Iwabuchi (Ed). 2010. East Asian Pop Culture: Analysing the Korean Wave ( Hong kong: Hong Kong University Press) Storey, John. 2010. Cultural Theory and Popular Culture Fifth Edition. (Londong: Prentice Hall)
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
110
II. SKRIPSI Amellita, Nesya. 2010. Kebudayaan Populer Korea: Hallyu dan Perkembangannya di Indonesia. (Jakarta: Universitas Indonesia.) Nuran, Ainan. 2009. Analisa Peran Diplomasi Selebriti Oleh Bono Dalam Isu Pengentasan Kemiskinan Global, Studi Kasus: Peran Bono Dalam Kampanye Make Poverty History 2005-2007. (Jakarta: Universitas Indonesia)
III. KARYA LAIN DAN KARYA NONCETAK Data Statistik Kedatangan Wisatawan Setiap tahun http://english.visitkorea.or.kr dan http://kto.visitkorea.or.kr Penjelasan Mengenai Kebijakan pemerintah dalam Korean Wave http://www.mofat.go.kr. http://www.mct.go.kr Aktivitas dalam bidang pariwisata http://english.visitkorea.or.kr, http://english.gg.go.kr, http://www.newsworld.co.kr Aktivitas program pertukaran budaya http://www.kofice.or.kr
IV. JURNAL Lee, Sue Jin. 2011. The Korean Wave: The Seoul of Asia.The Elon Journal of Undergraduate Research in Communication, Vol.2, Spring 2011, Nomor 1 www.elon.edu/docs/e-web/academics/communications/.../09SueJin.pdf Shim, Doobo. 2006. Hybridity and the rise of Korean popular culture in Asia. Media Culture & Society January 2006, Vol. 28, Nomor 1 http://www2.fiu.edu/~surisc/Hybridity%20and%20the%20rise%20of%20 Korean%20popular%20culture%20in%20Asia.pdf Kim, Jine E. 2010. Introduction to Three Asias: South Korea, Korea’s In Between. Paradoxa, Nomor. 22 paradoxa.com/excerpts/Jina_Kim.pdf Joang. Cho Hae. 2005. Reading the, “Korean Wave” as a Sign of Global Shift. Volume 45, Nomor. 4, Winter 2005. www.ekoreajournal.net/free_pdf/4504/8CHJ.PDF Cho, Chul Ho. Korean Wave in Malaysia and Changes of the KoreaMalaysia Relations. Jurnal Pengajian Media Malaysia Jilid 12, Nomor 1. Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
111
umrefjournal.um.edu.my/.../JPMM%202010_1%20Cho,%20Chul%20Ho. pdf Creigton, Millie. 2009. Japanese Surfng the Korean Wave: Drama Tourism, Nationalism, and Gender via Ethnic Eroticisms. Southeast Review of Asian Studeis, Volume 31. http://www.uky.edu/Centers/Asia/SECAAS/Seras/2009/03_Creighton_200 9.pdf Kim, Milim. 2011. The Role of the Government in Cultural Industry: Some Observation from Korea’s Experience. Kelo Communication Review, Nomor. 33 http://www.mediacom.keio.ac.jp/publication/pdf2011/10KIM.pdf Huang, Shuling. 2011. Nation-branding and Transnational Consumption: Japan-mania and the Korean Wave in Taiwan. Media, Culture & Society. Volume 33, Nomor 1. http://mcs.sagepub.com/content/33/1/3.full.pdf+html Yasuko, Tashiro. 2008. Behind the Korean Broadcasting Boom. NHK Broadcasting Studies 2009 Nomor 6. http://www.nhk.or.jp/bunken/english/reports/pdf/08_no6_10.pdf MCST. 2011. The Korean Wave: A New Pop Culture Phenomenon. Contemporary Korea Nomor 1. http://www.scribd.com/doc/64040042/The-Korean-Wave-A-New-PopCulture-Phenomenon
V. PUBLIKASI ELEKTRONIK Glassgold, Stacy Michelle. 2004. Public Diplomacy: The Evolution of Literature. http://uscpublicdiplomacy.org/pdfs/Stacy_Literature.pdf Layer, Stefanie. 2010. An Exploration of Japan’s Soft Power. www.culturaldiplomacy.org/.../manga-and-anime-an-exploration-ofjapans-soft-power.pdf, Mori, Sumiko. 2006. Japan’s Public Diplomacy and Regional Integration in East Asia: Using Japan’s Soft Power. http://www.wcfia.harvard.edu/us-japan/research/pdf/06-10.mori.pdf So, Jiyeon. 2009. Pop culture as an instrument for global public diplomacy: A case study of the influences of the Korean Wave on Asian publics.
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
112
http://www.allacademic.com/meta/p_mla_apa_researchcitation/2/9/5/4/5/p 295450_index.html The Levin Institute. Culture and Globalization. http://www.globalization101.org/uploads/File/Culture/cultall2010.pdf Grenz, Stanley J. 2004. (Pop) Culture:Playground of the Spirit or Diabolical Device?. http://www.stanleyjgrenz.com/articles/(pop)culture.pdf Batora, Josef. Multistakeholder Public Diplomacy of Small and MediumSized States:Norway and Canada Compared. www.diplomacy.edu Doobo, Shim. 2011. Perkembangan Gelombang Korea. 8 Januari http://kyotoreviewsea.org/KCMS/?p=251&lang=id Chen, Jessica. 2008. A Study on Cultural Tourism and South Korean Government. http://c030.wtuc.edu.tw/ezcatfiles/c030/img/img/743/282605760.pdf Kim, Kwanyong. Hallyu Dream Festival. http://www.hallyudreamfestival.or.kr/intro/e_intro2.html A New Look at Cultural Diplomacy: A Call to Japan's Cultural Practitioners. 28 April. http://www.mofa.go.jp/announce/fm/aso/speech0604-2.html Seats to Hallyu Expo in Short Supply. 17 November. http://english.kbs.co.kr/entertainment/news/1425666_28572.html Je-hae, Do. 2009. 'Visit Korea' Campaign Launched in Japan. 30 September. http://www.koreatimes.co.kr/www/news/nation/2011/04/117_52780.html Gracia, Cathy Rose A. 2007. Hallyu Forum to Be Held at Harvard. 29 Januari. http://www.hancinema.net/hallyu-forum-to-be-held-at-harvard8518.html Staff. 2009. Visit Korea Incheon 2009. 9 Mei. http://www.koreaittimes.com/story/1331/visit-korea-incheon-2009 Arirangnews. 2009. Falling for Korea, Sparkling Road Trip 한국체험기. 22 Desember. http://www.youtube.com/watch?v=2te0SS7odlk,
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
113
Coolsmurf. 2009. Stars Gather for Incheon Korean Wave Festival 2009. 31 Agustus. http://www.allkpop.com/2009/08/stars_gather_for_incheon_korean_wave _festival_2009, Admin. 2007. Sang Joon Ly, Chairman of Golden Bridge Finance Group, Establishes HanViet Fondation to Enhance Partnership between Korea and Vietnam. 27 Agustus. http://www.hanvietfoundation.org/en/all/view.asp?dh_id=73&page=3&kin d=news&search=&select=&keyword=&searchCategory=, Hying. 2009. Top Korean Stars performing for Incheon Korean Wave Festival 2009. 20 Agustus. http://www.koreanclicks.com/korean-starsnews/top-korean-stars-performing-for-incheon-korean-wave-festival-2009. Heesung, Kim. 2009. Dignitaries celebrate the Visit Korea Year 2010-2012. 24 November. http://www.korea.net/detail.do?guid=26379#content Hasegawa, Eiko. Re-orienting Tourism: Japanese Tourism in Korea and Asian Cultural Integration. http://www.ikorea.ac.kr/congress/upload/%EC%82%AC%ED%9A%8C22EikoHasegawa.pdf, Oh, Jean. 2010. Drama writers from Asia foster ties at conference. 30 Maret. http://www.koreaherald.com/national/Detail.jsp?newsMLId=20090605000 080 Berger, Arthur Asa. Tourism and Popular Culture. http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=arthur%20asa%20berger%2C %20tourism%20and%20popular%20culture&source=web&cd=1&ved=0C CEQFjAA&url=http%3A%2F%2Fculturestudies.pbworks.com%2Ff%2Ft ourism%2Band%2Bpopularculture.doc&ei=9n3sTsbLDIrIrQeq5MWNCQ &usg=AFQjCNGCvqOUkmeFHrKEKs2pM8HdeyYGDA Overview of Project. http://www.h-wood.co.kr/en/work/work01.php 2006 Proclaimed “Year to Visit Jeju”.1 Januari. http://www.investkorea.org/InvestKoreaWar/work/reg/eng/ne/index.jsp?l_ unit=90202&m_unit=90308&code=11405&no=608300004&page=32&bn o=601127404&seq=35
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
114
Hallyu Stars to Meet Fans in Cheju. 8 Januari. http://www.mykoreanstars.com/forums/showthread.php?t=145 Ryu Siwon Weekly: Visit Gyeongbuk-Korea. http://favosaurus.com/video/?v=9V5JX1Kc9u4 Gun, Jindo. Jindoe Yeingdeung Moses Miracle Parting of the Sea Festival. http://www.festivals.com/Jindo+Yeongdeung+Moses+Miracle+Parting+of +the+Sea+Festival-South%20Korea-NA-Jindo-gunPfxZ8VsrIU4%3D.aspx Focus on . . . Muan! White Lotus Festival (July 25 - July 29). http://cdn.emarketingsg.com/emktg/korea/korea061308.htm 2009 Year to Visit Incheon. 13 Februari. http://www.koreaittimes.com/story/633/2009-year-visit-incheon Lawlietta. 2009. Incheon Korean Wave Festival 2009 Wrap-up. 12 September. http://www.allkpop.com/2009/09/incheon_korean_wave_festival_tonight “2010-2012 Visit Korea Year” Campaign. http://brandingkorea.org/campaigns-archive/2010-2012-visit-korea-year/ Jae-un, Lim. 2009. Korean wave crashes upon Shanghai shores. 30 Desember. http://www.mct.go.kr/english/issue/issueView.jsp?pSeq=1426 Busan International Fireworks Festival. 30 September. http://koreabridge.net/event/busan-international-fireworks-festivaloctober-2010 Hallyu To Be Subject of Harvard Forum, and More. 2 Juni http://www.hancinema.net/talk-of-the-townhallyu-to-be-subject-ofharvard-forum-and-more-8627.html Kukinewa. 2006. Foreign Tourists To Jeju Exceeds. 14 September. http://www.investkorea.org/InvestKoreaWar/work/reg/eng/ne/index.jsp?l_ unit=90202&m_unit=90308&code=11405&no=608300004&page=30&bn o=609140612&seq=58 Kukinewa. 2006. Jjeu Tourists to Pass 5 Million on Dec.7. 5 Desember. http://www.investkorea.org/InvestKoreaWar/work/reg/eng/ne/index.jsp?l_ Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
115
unit=90202&m_unit=90308&code=11405&no=608300004&page=28&bn o=612051460&seq=80 Hasegawa, Eiko. Re-orienting Tourism: Japanese Tourism in Korea and Asian Cultural Integration. http://www.ikorea.ac.kr/congress/upload/%EC%82%AC%ED%9A%8C22EikoHasegawa.pdf Lee, Sojung dan Billy Bai. 2010. A Qualitative Analysis of the Impact of Popular Culture on Destination Image: A Case Study of Korean Wave from Japanese Fans. 30 Juli. http://scholarworks.umass.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1477&context =refereed&seiredir=1&referer=http%3A%2F%2Fwww.google.co.id%2Furl%3Fsa%3Dt %26rct%3Dj%26q%3Drole%2520of%2520korean%2520wave%2520in% 2520image%2520country%26source%3Dweb%26cd%3D9%26ved%3D0 CGcQFjAI%26url%3Dhttp%253A%252F%252Fscholarworks.umass.edu %252Fcgi%252Fviewcontent.cgi%253Farticle%253D1477%2526context %253Drefereed%26ei%3DBxvfTs_ZHMforQeXxsDJCA%26usg%3DAF QjCNE5b0YYIOTTexitvqjP6YW3bPU6eg%26cad%3Drja#search=%22ro le%20korean%20wave%20image%20country%22 Korean National Tourism Organization. Tourism Marketing With Korean Wave. http://visitkorea.or.kr/enu/asis/images/Korean_Wave_Eng.wmv Huybrechts, Tyas. The Korean Wave. dari http://www.tyas.be/files/[KCS-leuven]paper-TyasHuybrechtsfilm010708.pdf Shim, Doobo. Preparing for the Post-Korean Wave. http://www.kiseas.org/zboard/data/month_speaker/shim.doc Gyeongju World Culture Expo. http://www.cultureexpo.or.kr/assets/download/file/?BjiJZoktQkSWf38Suc l3Bw
Universitas Indonesia
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
LAMPIRAN Fetival-festival yang diadakan KOFICE di Korea dan di luar Korea Periode 2005-2010 Diambil dari: http://www.kofice.or.kr/n_webzine/200701/activities_e.asp Tahun
Tanggal
2006
8-17 Desember
Vietnam
2006
17 Desember
Hongkong Cultural Center Outdoors Stage, Hongkong
2006
1 Desember
Haeorem National Theatre
2007
23-24 Februari
2007
2007
2007
Lokasi Festival
Singapura
31 Mei – 3 Juni
National Convention Center of Hanoi, Vietnam
16-18 Maret
Speciallyprepared outdoor stage, Pattaya of Thailand
19 Mei
Ulaanbaata, Mongolia
Nama Festival
Keterangan
Korean Film Festival in Vietnam Asia Ethnic Cultural Performances 2006 ‘Dynamic Korea - We Love HongKong’ String Sound of Asia
Merupakan acara yang bertujuan untuk memperkenalkan film-film Korea Sebuah acara percampuran dengan musik tradisional dan juga modern antara Korea dan Hongkong, pertunjukan taro B-boy, dan juga pertunjukan musik Hallyu
2007 Singapore Chingay Parade Dynamic Korea Film Festival in Commemorati on of the 15th Anniversary of Korea-Vietnam Friendship Treaty Pattaya International Music Festival
Pertunjukan parade antara Korea dengan Singapura
KoreaMongolia’s Friendship Big Concert
Pertunjukan musik yang diadakan untuk menyebarkan musik popular antara kedua negara dalam rangka meningkatkan pertukaran budaya popular.
Pertunjukan musik tradisional antara Jepang, Korea dan Cina.
Pertunjukan film-film Korea seperti, 200 Pounds Beauty, Radio Star, Little Brother, The Host, I’m A Cyborg, But That’s Ok, dan King and The Clown
Pertunjukan musik kedua antara kedua negara yang melibatkan penyayi dari Korea dan juga Thailand
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
2007
2007
2007
2008
Korea-Japan 30 CC Lemon Pop Festival November Hall, Jepang 2007 Korea-Taiwan Cultural 5 Januari Taiwan Exchange Music in Harmony 2007 Asia JW Marriot Model Festival Hotel 18 Januari Awards Millennium Hall 2008 Korea11-12 Japan Pop Jepang Desember Festival
2009
24-26 November
Sanghai, Cina
2009
22 Oktober
Viet-Xo Palace, Vietnam
2009
17 Septembe r
Bangkok
2009
17 Juli
Mongolia
2009
20-22 Maret
Thailand
2009
15 Januari
Korea
Merupakan pertunjukan pertukaran budaya antara Korea dengan Jepang melalui musik. Pertunjukan musik antara Taiwan dengan Korea
Sebuah acara yang bertujuan untuk memberikan kesempatan untuk para model untuk menunjukkan keahlian mereka.
Acara fetival yang ditujukan untuk semakin memperdalam hubungan persahabatan kedua negara melalui budaya popular. K-Pop night dan juga K-Fashion Shanghai of China, Korean merupaka sebuah acara festival yang bertujuan untuk memperluas Pop Music pertukaran budaya dan pariwisata Showcase & Fashion Show antara kedua negara dan juga untuk meningkat komunikasi antara kedua belah pihak. Korea-Vietnam Konser musik antara kedua negara untuk memperkuat hubungan Cultural pertemanan antar kedua negara Exchange tersebut. Event Merupakan acara festival dalam Korearangka merayakan “The 2nd Thailand Friendship Thailand Entertainment Expo Concert 2009” Bertujuan meningkatkan 2009 Koreapertukaran antara masyarakat sipil. Mongol Culture Festival Big Concert Konser musik Pop, tari, hip-hop, Pattaya dan sebagainya. Acara konser ini International Music Festival tidak hanya melibatkan Korea dan juga Thailand, tetapi juga 2009 melibatkan penyayi-penyanyi dari negara lain seperti Jepang, Cina, Australia, Malaysia, Hongkong, Taiwan, dan juga Laos Merupakan salah satu acara 2009 Asia Model Festival konten Hallyu yang berrtujuan untuk membangun industri model Awards
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012
2010
2009
5-7 Februari 24 Oktober
2009
15 Januari
2010
19-21 Maret
2010
2 Oktober
Jepang
Thailand
Olympic Hall, Korea
Thailand
Sapporo Snow Festival & KPOP Festival Thai-Korea’s Friends Concert 2010 Asia Model Festival Awards 2010 Pattaya International Music Festival 2010 Korea Japan Festival
Jepang
domestik, meningkatkan kesempatan perluasan pasar, dan menyatukan model-model di seluruh Asia Pertunjukan kolaborasi antar dua negara, yaitu Jepang dan Korea Pertunjukan musik antar kedua negara dan menjadi sebuah perayaan dalam acara Korea Entertainment Expo yang diadakan di Thailand. Merupakan sebuah bentuk acara penghargaan terhadap para model kelas atas yang menjadi perwakilan dari setiap negara di Asia Merupakan festival musik yang melibatkan negara-negara di Asia Tenggara Festival antara Jepang dan Korea dalam meningkatkan hubungan persahabatan kedua negara melalui pertukaran budaya popular kedua negara tersebut.
Budaya populer ..., Adina Dwirezanti, FISIP UI, 2012