Modul ke:
11 Fakultas
ILMU KOMUNIKASI Program Studi
Broadcasting
Modul Perkuliahan XI Komunikasi Massa Teori Penggunaan dan Gratifikasi dan Teori Pencarian Informasi Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., Ph.D
Judul Sub Bahasan • Teori Penggunaan dan Gratifikasi • Teori Pencarian Informasi
Teori Penggunaan dan Gratifikasi • Perspektif muncul pada awal 1970-an ketika Katz dan dua rekannya, Jay Blumler dan Michael Gurevitch terus mengembangkan ide berdasarkan model ini. • Teori ini adalah teori kontemporer karena bertentangan pandangan teori terlebih dahulu yang mengasumsikan penonton adalah kelompok pasif.
• Model pendekatan penggunaan dan gratifikasi memandang audiens adalah kelompok yang aktif, yang berarti bahwa mereka secara aktif mencari media tertentu dan konten untuk mencapai hasil atau gratifikasi atau kepuasan yang memenuhi kebutuhan pribadi tertentu mereka.
• Sumber media yang dipilih adalah khas. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Katz, Blumler dan Gurevitch (1974) dalam bukunya “The Use of Mass Communication”, “penelitian telah menunjukkan bahwa gratifikasi audiens bisa berasal dari setidaknya tiga sumber yang berbeda: konten media, paparan media per se, dan konteks sosial yang menggambarkan situasi paparan untuk media yang berbeda.” • Berdasarkan pernyataan ini, jelaslah bahwa audeins menghabiskan waktu menggunakan media dalam berbagai cara. Apakah mereka membunuh waktu atau menggunakannya sebagai alat sosial, setiap media adalah unik dalam tujuannya.
Teori ini mempertimbangkan apa yang dilakukan orang pada media, yaitu menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya. Penganut teori ini meyakini bahwa individu sebagai mahluk supra-rasional dan sangat selektif. Menurut para pendirinya, Elihu Katz;Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1984), uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain , yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain.
• Perkembangan teori Uses and Gratification Media dibedakan dalam tiga fase (dalam Rosengren dkk., 1974), yaitu: • Fase pertama ditandai oleh Elihu Katz dan Blumler (1974) memberikan deskripsi tentang orientasi subgroup audiens untuk memilih dari ragam isi media. Dalam fase ini masih terdapat kelemahan metodologis dan konseptual dalam meneliti orientasi audiens. • Fase kedua, Elihu Katz dan Blumler menawarkan operasionalisasi variabel-variabel sosial dan psikologis yang diperkirakan memberi pengaruh terhadap perbedaan pola–pola konsumsi media. Fase ini juga menandai dimulainya perhatian pada tipologi penelitian gratifikasi media. • Fase ketiga, ditandai adanya usaha menggunakan data gratifikasi untuk menjelaskan cara lain dalam proses komunikasi, dimana harapan dan motif audiens mungkin berhubungan.
• Kristalisasi dari gagasan, anggapan, temuan penelitian tentang Uses and Gratification Media mengatakan, bahwa kebutuhan social dan psikologis menggerakkan harapan pada media massa atau sumber lain yang membimbing pada perbedaan pola-pola terpaan media dalam menghasilkan pemuasan kebutuhan dan konsekuensi lain yang sebagian besar mungkin tidak sengaja.
Pendekatan teori penggunaan dan gratifikasi memiliki lima asumsi dasar. Seperti yang dijelaskan oleh Katz, Blumler, dan Gurevitch (1974) dalam buku “Mass Communication Research”: 1. Asumsi pertama adalah bahwa "audiens dipahami sebagai aktif." 2. Asumsi dasar kedua adalah bahwa "dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif dalam menghubungkan kepuasan kebutuhan dan pilihan media yang terletak pada anggota khalayak.“ 3. Asumsi dasar ketiga bahwa "media bersaing dengan sumber-sumber kepuasan kebutuhan." 4. Asumsi dasar keempat menunjukkan bahwa "banyak penggunaan media yang tujuannya dapat diturunkan dari data yang diberikan oleh audiens secara individu itu sendiri." 5. Asumsi dasar kelima adalah bahwa "nilai penilaian tentang signifikansi budaya komunikasi massa harus ditunda sementara operasi audiens dieksplorasi pada istilah mereka sendiri"
Teori Pencarian Informasi • Perilaku mencari informasi mengacu pada cara orang-orang mencari dan memanfaatkan informasi. Istilah ini diciptakan oleh Wilson dalam makalahnya tahun 1981, dengan alasan bahwa 'kebutuhan informasi' sangat membantu sebagai dasar untuk agenda penelitian, karena 'kebutuhan' tidak dapat langsung diamati, sementara bagaimana orang berperilaku dalam mencari informasi bisa diamati dan diteliti. • Pada tahun 2000, Wilson menggambarkan perilaku informasi sebagai totalitas perilaku manusia dalam hubungannya dengan sumber dan saluran informasi, termasuk baik secara aktif dan pasif pencarian informasi, dan penggunaan informasi.
• Dia menggambarkan perilaku mencari informasi sebagai pencarian informasi bertujuan sebagai konsekuensi dari kebutuhan untuk memenuhi beberapa tujuan. • Perilaku mencari informasi adalah perilaku tingkat mikro yang digunakan oleh pencari dalam berinteraksi dengan sistem informasi dari semua jenis, baik itu antara pencari dan sistem, atau metode murni menciptakan dan menindaklanjuti pencarian. Istilah 'perilaku informasi' juga diciptakan oleh Wilson dan sempat menimbulkan kontroversi pada saat awal diperkenalkan, tapi sekarang tampaknya telah diadopsi, tidak hanya oleh para peneliti dalam ilmu informasi, tetapi juga dalam disiplin lain.
Menurut Wilson hambatan-hambatan dalam penemuan informasi adalah: 1. Hambatan Internal a. Hambatan kognitif dan psikologis 1. Disonansi kognitif. Disonansi kognitif adalah gangguan yang terkait motivasi individu dalam berperilaku. 2. Tekanan selektif Individu cenderung terbuka dengan gagasan yang sejalan dengan minat, kebutuhan, dan sikap mereka. 3. Karakteristik emosional Hambatan ini berkaitan dengan kondisi emosional dan mental seseorang ketika menemukan informasi.
b. Hambatan demografis 1. Tingkat pendidikan dan basis pengetahuan Hambatan dalam hal bahasa ditemui dalam beberapa penelitian perilaku penemuan informasi. Semakin rendahnya pendidikan maka semakin rendah juga tingkat penguasaan pencarian informasi mereka. 2. Variable demografi Perilaku penemuan informasi dipengaruhi oleh atribut social kelompok (karakteristik dan status social ekonominya). Atribut ini berpengaruh pada metodemetode yang diunakan dalam menemukan informasi. 3. Jenis kelamin Jenis kelamin biasanya mempengaruhi hambatan dalam perilaku pencarian informasi. Antara lelaki dan perempuan memiliki cara pencarian yang berbeda.
c. Hambatan interpersonal d. Hambatan fisiologis 2. Hambatan Eksternal a. Keterbatasan waktu Terbatasnya waktu dapat menjadi hambatan dalam penemuan informasi, aktivitas yang padat memungkinkan berkurangnya waktu untuk menemukan informasi yang dibutuhkan. b. Hambatan geografis Jauhnya sumber informasi dari lokasi juga menjadi penghambat dalam kegiatan pencarian informasi seseorang. c. Hambatan yang berkaitan dengan karakteristik sumber informasi
Referensi • Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Rosdakarya, 2007 • Sasa Djuarsa Sendjaja,Phd, dkk, Pengantar Komunikasi, Universitas Terbuka, 2003 • Denis McQuail dan Sven Windahl. Model-Model Komunkasi. New York: Longman. 1981. • John R. Bittner. Mass Communication: An Introduction. New Jersey. 1986. • McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga. 1996. • Information
Seeking Models and Theories. http://www.slideshare.net/guestab667e/information-seekingtheories-and-models
Terima Kasih Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., Ph.D