Modul ke:
Fakultas
ILKOM Program Studi
Periklanan
www.mercubuana.ac.id
Opinion Leader Desiana E. Pramesti, M.Si.
Abstract Opinion leader atau pemimpin opini sebagai pihak-pihak yang memiliki peran besar dalam sistem komunikasi di dalam masyarakat pedesaan dan perkotaan. Kontribusinya relatif dominan dalam mentransformasikan pesan-pesan pembangunan dari lembaga media kepada anggota-anggota sistem sosial.
Pendahuluan
Opinion Leader Seorang opinion leader, keberadaannya dapat dijumpai dalam konteks komunikasi antarpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, maupun komunikasi massa. Opinion leader (pemimpin opini) merupakan individu yang memiliki pengetahuan dan diserahi kepercayaan oleh masyarakat – yang mana melalui kontak sehari-hari dalam lingkup kelompok primer, individu ini dapat mempengaruhi, membentuk pendapat, dan mengambil keputusan bagi kepentingan orang banyak (Black dan Haroldsen, Taksonomi Konsep Komunikasi, 2005:154). Dalam level komunikasi massa, posisi opinion leader dapat ditemukan dalam kehidupan masyarakat pedesaan maupun masyarakat perkotaan. Besar dan kecilnya peranan opinion leader dapat berbeda-beda dalam kehidupan masyarakat lokal ataupun masyarakat yang kosmopolit, sekalipun fungsi utamanya tetap sama yaitu berperan sebagai agen yang dipercaya dapat membentuk opini masyarakat.
(1) Karakteristik Opinon Leader Umumnya masyarakat mengakui seseorang dapat berperan selaku opinion leader ketika dimilikinya ciri-ciri sebagai berikut : (1). Strata pendidikan formal di atas kualifikasi anggota masyarakat lain (2). Status ekonomi di atas rata-rata (3). Memiliki inovasi tinggi dalam mengadopsi pengetahuan (4). Menguasai media (5). Memiliki kemampuan berempati (5). Memiliki kepekaan kosmpolit (Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, 2010)
Lanjutan : Ciri-ciri pemuka pendapat lainnya, yaitu (1). Social perception, memiliki ketajaman dalam menangkap permasalahan (2). Ability in abstract thinking, memiliki kecakapan dalam mengabstraksi permasalahan (3). Emotional stability, memiliki kesetabilan dalam menghadapi permasalahan (Floyd Runch dalam Selamet Santoso, 1992)
(2) Opinion Leader dalam Arus Informasi Opinion Leader dan Kelompok Sosial Setiap orang umumnya menjadi anggota dari kelompok sosial formal (sekolah, universitas, kantor atau perusahaan) dan kelompok sosial informal (kelompok teman sebaya, kelompok tetangga, kelompok dari lulusan sekolah yang sama, anggota kelompok dari kampung halaman yang sama). Setiap jenis kelompok sosial ini memiliki pemuka pendapat atau opinion leader-nya sendiri
Lanjutan : Opinion Leader dan Komunikasi Massa Baik dalam lingkup masyarakat pedesaan maupun perkotaan, seseorang dengan status opinion leader berperan penting dalam aktifitas pengolahan informasi menjadi pesan Aktifitas penyampaian pesan ini berlangsung di dalam kelompokkelompok sosial dengan opinion leader selaku pemimpin opini bagi anggota kelompoknya. Peranan pemuka pendapat dalam konteks demikian adalah bertugas selaku agen yang memformulasikan informasi hingga layak untuk dijadikan pesan yang dapat dikonsumsi anggota sistem sosialnya. Sebab, tidak semua informasi yang disampaikan melalui media komunikasi massa dapat sepenuhnya mencapai sasaran
Lanjutan : Model-Model Aliran Komunikasi ‘Model komunikasi’ merupakan konsep yang digunakan untuk menggambarkan alir pesan komunikasi berlangsung dari media kepada khalayak. Model komunikasi, membantu kita untuk memahami proses aliran pesan-pesan komunikasi massa sejak disebarluaskan melalui media massa hingga diperolehnya tanggapan dari mass audience
Lanjutan : (1). Model Jarum Suntik (Hypodermic Needle Model) Model ini dapat kita sebut juga sebagai Model Aliran Satu Tahap (One Step Flow), ketika proses komunikasi berlangsung dari media massa langsung kepada khalayak sebagai audience dari media massa Proses dalam komunikasi aliran satu tahap ini menekankan bahwa setiap informasi dapat mengarahkan pembentukan ideide baru kepada khalayaknya tanpa sempat khalayak mencerna ulang makna informasi yang disampaikan
Lanjutan : Model alir satu tahap dianalogikan melalui Model Jarum Injeksi (Hypodermic Needle Model) atau Model Teori Peluru (Bullet Theory). Penjelasannya adalah, pesan-pesan media serupa jarum suntik besar yang memiliki kemampuan sebagai perangsang (stimulus) yang amat besar hingga dihasilkannya tanggapan (respon) yang sama kuatnya, spontan, otomatis – atau, pesanpesan media ibarat peluru-peluru dari senapan yang melesat hingga dapat merubuhkan apa saja yang ada di depannya
Lanjutan : (2).
Model Alir Dua Tahap (Two-Step Flow Model) Berpijak pada kenyataan di lapangan bahwa massa tidak sepenuhnya menerima pesan media sesuai dengan harapan institusi media, memunculkan penjelasan konseptual berupa Model Alir Dua Tahap untuk menjawab masalah mengapa pesan-pesan media tidak seluruhnya mencapai sasaran mass audience secara langsung.
Lanjutan : Konsep ini menerangkan terdapat dua tahapan proses penyampaian pesan ¾
Tahap pertama, media menyampaikan pesan-pesannya kepada orang-orang tertentu di antara anggota dari suatu sistem sosial. Orang-orang ini dapat kita sebut sebagai opinion leader yang berfungsi sebagai pentapis informasi sesuai kepentingan anggotanya
¾
Tahap kedua, melalui pemimpin opini seluruh pesan yang telah dikelola lantas disebarkan mencapai seluruh anggota kelompoknya
Lanjutan : (3). Model Alir Satu Tahap (One-Step Flow Model) Konsep ini menjelaskan, audience berkomunikasi secara langsung melalui berbagai saluran-saluran komunikasi massa tanpa melibatkan peranan opinion leader. Perlu dipahami bahwa Model Alir Satu Tahap merupakan konsep yang muncul sebagai hasil pemurnian dari Model Jarum Suntik sekaligus revisi dari Model Alir Dua Tahap. Mari kita simak uraian berikut ini : Model Alir Satu Tahap menjelaskan jika media massa bukanlah allpowerful atau tidak semua media massa memiliki kekuatan yang sama dalam mempengaruhi kesadaran massa. Bahwa audience memiliki kemampuan melakukan proses seleksi penyaringan terhadap pesan media sehingga turut mempengaruhi dampak pesan. Model ini menjelaskan bahwa dampak yang ditimbulkan dari pesan terhadap khalayak dapat berbeda-beda sekalipun isi pesannya sama (Lihat, Wiryanto, 2003:126)
Lanjutan : (4). Model Alir Banyak-Tahap (Multi-Step Flow Model) Konsep terakhir ini merupakan penjelasan yang menerangkan realita komunikasi massa dapat berlangsung melalui lebih dari satu aliran. Pada kenyataannya, sebaran informasi dapat menjadi pesan bermakna melalui proses interaksi yang sangat kompleks Dikatakan kalau pesan-pesan media dapat diterima secara langsung oleh setiap orang – atau, pesan dapat dikomunikasikan secara berantai melalui opinion leader lantas diteruskan kepada satu anggota kepada anggota lainnya
(3) Opinion Leader dan Model Alir Dua Tahap Model Komunikasi berupa ‘Two-Step Flow Model’ dapat kita pergunakan sebagai peralatan konseptual untuk memahami posisi pemimpin opini di tengah-tengah masyarakat. Peranan opinion leader kedudukannya relevan diakui dapat mempengaruhi masyarakatnya untuk berperan aktif dalam kehidupan sosial atau berpartisipasi dalam pembangunan
Lanjutan : Media massa dapat mengambil peranan dalam mendukung perubahan sosial budaya masyarakatnya dalam rangka pembangunan nasional, di mana peran media dapat digambarkan sebagai : (1). Penyampai informasi pembangunan nasional kepada masyarakat, dalam rangka mendukung perubahan cara pandang, kesempatan, dan membangkitkan aspirasi nasional (2). Pembuat keputusan. Peran media sebagai agen penunjang bagi kelompok-kelompok sosial dalam mendiskusikan problem sosial dan mempublikasikan rumusan permasalahan. (3). Sebagai pendidik. Media menyediakan ragam sumber informasi yang dapat memperluas cakrawala pandang masyarakat tentang kehidupan (Schramm, 1964 dalam Nasution, 2007:101)
Lanjutan : Kontribusi Model Alir Dua Tahap Kelebihan komunikasi arus dua tahap dalam proses pembangunan nasional dijabarkan sebagai berikut (1). Hubungan antara komunikasi massa dengan komunikasi antarpersonal – atau saluran media massa dan saluran antar peribadi, dapat dijelaskan sebagaimana analogi sistem organis tubuh. Bahwa individu dan media massa sebagai bagian dari sistem sosial. Setiap gagasan yang disampaikan lembaga media selaku agen pembangunan akan diinteraksikan sesama anggota masyarakat. Melalui medium komunikasi antarpersonal, setiap orang dapat mengkomunikasi isi pesan merujuk pada makna kontekstual kepentingannya. (2). Dalam situasi menemukan makna informasi, setiap anggota memerlukan kehadiran pemuka pendapat yang secara bersama-sama dapat merumuskan informasi menjadi pesan yang dapat dipergunakan bersama-sama
Terima Kasih