Modul ke:
02
Manajemen Persediaan Manajemen Pembelian
Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Program Studi
S1 Manajemen
Hesti Maheswari SE., M.Si
PENGERTIAN PERSEDIAAN Stok bahan/barang yang digunakan untuk memudahkan produksi atau untuk memuaskan permintaan Stok bahan/barang bahan baku bahan penolong bahan dalam proses barang jadi
2
JENIS-JENIS PERSEDIAAN
Berdasarkan fungsi Batch stock Pipeline/transit inventory Anticipation stock Berdasarkan bentuk dan posisi barang Bahan baku Bagian produk Bahan pembantu Barang setengah jadi Barang jadi
3
JENIS-JENIS PERSEDIAAN
Berdasarkan sumbernya Diproduksi sendiri Dibeli dari luar
Berdasarkan pola permintaan Permintaan satuan Permintaan per lot
Berdasarkan keterkaitan permintaan Permintaan bebas Permintaan tidak bebas
4
JENIS-JENIS PERSEDIAAN
Berdasarkan harga barang Barang berharga tinggi Barang berharga menengah Barang berharga rendah
Berdasarkan frekuensi penggunaan Barang yang cepat pemakaian/pergerakannya Barang yang lambat pemakaiannya
5
KENAPA PERSEDIAAN MUNCUL ?
Ketidaktahuan/adanya ketidakpastian
Perbedaan lokasi/jarak
Untuk mencapai skala ekonomi
Perbedaan waktu antara produksi dengan konsumsi
6
FUNGSI PERSEDIAAN
Menghubungkan antara operasi yang berurutan
Mangantisipasi keterlambatan datangnya barang
Menumpuk bahan yang dihasilkan secara musiman
Mencapai penggunaan mesin secara optimal
Menjamin kelancaran proses produksi
Pelayanan yang baik 7
MANAJEMEN PERSEDIAAN
Manajemen persediaan adalah kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penentuan kebutuhan material/barang lainnya sedemikian rupa sehingga di satu pihak kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada waktunya dan di lain pihak investasi persediaan material/barang lainnya dapat ditekan secara optimal
8
PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN PERSEDIAAN Penentuan jumlah dan jenis barang yang disimpan haruslah sedemikian rupa sehingga produksi dan operasi perusahaan tidak terganggu, tetapi dilain pihak sekaligus harus dijaga agar biaya investasi yang timbul dari penyediaan barang tersebut seminimal mungkin
TUJUAN PERENCANAAN DAN PENGENDALIAAN PERSEDIAAN Menjaga jangan sampai kehabisan persediaan Menjaga agar persediaan tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil
9
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN Akan menyangkut pertanyaan-pertanyaan berikut:
Apa yang harus disediakan
Berapa jumlah yang harus disediakan
Kapan pemesanan harus dilakukan
Dari mana sumbernya, apakah dibuat sendiri atau dibeli. Kalau dibeli dari pemasok mana
Bagaimana sistem pengendaliannya
Dst
10
JUMLAH YANG HARUS DISEDIAKAN Keuntungan persediaan banyak
Dapat menjamin kelancaran produksi dan pelayanan terhadap konsumen
Menimbulkan kepercayaan terhadap konsumen
Harga per unit barang bisa lebih rendah
Kerugian akibat kenaikan harga dikemudian hari bisa dihindari
Pengangkutan lebih ekonomis
Total biaya pemesanan per periode bisa lebih rendah
11
JUMLAH YANG HARUS DISEDIAKAN
Keuntungan persediaan kecil
Ruang penyimpanan yang digunakan lebih sedikit
Uang yang terikat pada persediaan lebih sedikit
Biaya asuransi lebih rendah
Persediaan selalu baru
Persediaan yang lama nampaknya akan menjadi kecil
12
FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN
Tingkat permintaan/kebutuhan
Tenggang waktu pengadaan
Fasilitas penyimpanan yang ada
Sifat bahan/barang yang akan disimpan
Tingkat pelayanan yang diharapkan
Biaya-biaya persediaan
Jumlah persediaan yang masih ada
13
BEBERAPA HAMBATAN DALAM MANAJEMEN PERSEDIAAN
Tidak ada ukuran kinerja yang jelas
Status pesanan tidak akurat
Sistem informasi tidak handal
Kebijakan persediaan terlalu sederhana dan mengabaikan ketidakpastiaan
Biaya-biaya persediaan tidak ditaksir dengan benar
Keputusan supply chain yang tidak terintegrasi 14
PERSYARATAN SISTEM PERSEDIAAN
Gudang yang memadai
Wewenang dan tanggung jawab
Sistem pencatatan dan pemeriksaan
Pengawasan mutlak atas pengeluaran bahan/barang
Pencatatan yang teliti mengenai jumlah yg dipesan, dikeluarkan dan yg tersedia
Perencanaan untuk menggantikan barang yg telah dikeluarkan dan barang yg sudah usang 15
TUGAS-TUGAS BAGIAN PERSEDIAAN
Menentukan jenis dan jumlah barang-barang yg harus dibeli
Menentukan bilamana pesanan akan dilakukan
Memeriksa barang yang diterima
Memelihara barang di gudang
Mengadakan, pemeriksaan dan penganalisaan
Mengadakan administrasi gudang
16
BIAYA-BIAYA PERSEDIAAN
Biaya satuan produk
Biaya pemesanan/persiapan
Biaya pengadaan/penyimpanan biaya modal biaya gudang biaya penyusutan, kerusakan biaya keusangan dan kehilangan
Biaya kehabisan stok
17
CARA-CARA PENENTUAN JUMLAH PERSEDIAAN
Penentuan secara fisik Book Inventories
METODE PENILAIAN PERSEDIAAN
First-In First-Out (FIFO) Average Method Last-In First-Out (LIFO)
18
Cara First in First Out (FIFO Method) Didasarkan atas asumsi bahwa harga barang yang sudah terjual dinilai menurut harga pembelian yang terdahulu masuk. Dengan persediaan akhir dinilai menurut harga pembelian barang yang terakhir masuk. Contoh: 1 Jan Persediaan awal 200 unit @ Rp.10,00= Rp 2.000,00 12 Jan Pembelian 400 unit @ Rp.12,00= Rp 4.800,00 24 Jan Pembelian 300 unit @ Rp.11,00= Rp 3.300,00 30 Jan Pembelian 100 unit @ Rp.12,00= Rp 1.200,00 Total 1.000 unit Rp 11.300,00 Misal persediaan akhir pada tanggal 31 Januari secara fisik menunjukan jumlah sebanyak 300 unit. Berapa nilai persediaan dan harga pokok penjualannya?
19
CARA FIFO Dengan demikian nilai dari persediaan akhir dinilai menurut harga pembelian barang yang terakhir masuk sebagai berikut : Pembelian yang terakhir dilakukan pada tanggal. 30 Januari, yaitu : 100 unit @ Rp. 12,00 = Rp. 1.200,00 Pembelian terakhir sebelumnya adalah tanggal. 24 Januari, yaitu : 200 unit @ Rp. 11,00 = Rp. 2.200,00 300 unit = Rp. 3.400,00 Dengan demikian, bilamana persediaan akhir dicatat menurut harga sebesar Rp. 3.400,00 maka harga pokok penjualan (Cost of goods sold) nya adalah sebesar Rp. 7.900,00 (Rp. 11.300,- Rp. 3.400,00 ), dan hasil penjualan akan dikurangi sebesar jumlah tersebut yaitu seharga pembelian harga yang terdahulu masuk.
20
CARA LIFO Didasarkan atas asumsi bahwa barang yang telah dijual dinilai menurut harga barang yang terakhir masuk. Sehingga persediaan yang masih ada/stock, dinilai berdasarkan harga pembelian barang yang terdahulu. Dg. data yang sama, maka nilai persediaan menjadi: Harga Pembelian Barang yang terdahulu masuk yaitu tanggal : 1 januari 200 unit @ Rp. 10,00 = Rp. 2000,00 Pembelian selanjutnya yaitu tanggal : 12 Januari 100 unit @ Rp. 12,00 = Rp.1.200,00 Total 300 unit Rp. 3.200,00 Bila persediaan akhir itu dicatat sebesar Rp.3.200,00 maka harga pokok penjualan (Cost of goods sold) nya menjadi Rp. 8.100,00 (Rp. 11.300,00-Rp.3.200,00) dan penjualan dikurangi sebesar jumlah tersebut.
21
RATA-RATA SEDERHANA Didasarkan atas harga rata-rata, maka dengan data yang sama dengan di atas, nilai persediaan dan harga pokoknya menjadi: Harga rata - rata = (10 + 12 + 11 +12)/4 = 11,25 Maka nilai persediaan = 300 unit x Rp 11,25 = Rp 3.375 dan Harga pokoknya Rp 11.300 - Rp 3.375 = Rp 7.925
22
RATA-RATA TERTIMBANG Didasarkan atas harga rata-rata dimana harga tersebut dipengaruhi oleh jumlah barang yang diperoleh pada masing-masing harganya. Dengan data yang sama, maka nilai persediaan sbb: 1 Jan
Persediaan awal200 unit @ Rp. 10,00
= Rp. 2.000,00
12 Jan Pembelian
400 unilt @ Rp. 12,00
= Rp. 4.800,00
24 Jan Pembelian
300 unit @ Rp. 11,00
= Rp. 3.300,00
30 Jan Pembelian
100 unit @ Rp. 12,00
= Rp. 1.200,00
Total
1000 unit
Rp. 11.300,00
Harga rata-rata ditimbang menjadi = Rp. 11.300,00 = Rp.11,30 1.000 Sehingga Nilai Persediaan Akhir menjadi : 300 unit
@ Rp. 11,30
= Rp.3.390,00
Bila persediaan akhir dicatat sebesar Rp. 3.390,00 maka harga pokok penjualan (Cost of goods sold ) nya menjadi Rp. 7.910,00 (RP. 11.300,00 – 3.390,00 ) 23
RATA-RATA BERGERAK Dalam metode ini, setiap ada barang baru datang, harga satuan dihitung secara rata-rata tertimbang, demikian seterusnya. Tgl 1 Jan 12 Jan 24 Jan 30 Jan
Transaksi Persed. A wal Pembelian Pembelian Pembelian
Jml. Barang 200 400 300 100
H arga/unit 10 12 11 12
H arga T otal 2.000 4.800 3.300 1.200
Rata-rata Bergerak 10 11,33 11,22 11,3
24
ADMINISTRASI PERSEDIAAN Beberapa hal yang penting Prosedur pembelian, penerimaan, penyimpanan dan pemakaian Pembukuan dan Inventarisasi Pengawasan
25
PROSEDUR PEMBELIAN, PENERIMAAN, PENYIMPANAN DAN PEMAKAIAN Bagian produksi menyerahkan daftar permintaan pembelian barang (meliputi :jenis br, Jml, waktu) Bagian pembelian mengurus pemesanan/pembelian (Bag.Pembeliaan harus mengetahui data tt pemasok, harga, pengangkutan,dsb) Bagian penerimaan memeriksa barang yg diterima,memberikan lap. Ke bag pembelian, selanjutnya barang yg diterima diteruskan ke bag. Penyimpanan (gudang)
Bag.produksi bila memerlukan bahan, maka mengirimkan surat permintaan kepada bag. gudang 26
PEMBUKUAN DAN INVENTARISASI Copy surat pesanan Bag pembelian
Bag.penerimaan
Bag produksi
Bag. Pembukuan mencatat dlm buku pesanan, buku pemakaian, buku besar, kartu persediaan
Faktur lap. penerimaan
Copy surat permintaan pemakaian
27
PENGAWASAN PERSEDIAAN Pengawasan Fisik
Pengawasan Akuntansi
Pengawasan jumlah yang dibutuhkan (lead time, pemakaian, biaya penyimpanan, Stock out cost, penyimpangan rata-rata waktu pemesanan dan pemakaian)
28
CATATAN PENTING DALAM PENGAWASAN PERSEDIAAN
•Permintaan untuk dibeli •Laporan penerimaan •Catatan persediaan •Daftar permintaan bahan •Perkiraan pengawasan
29
TOLOK UKUR KINERJA MANAJEMEN PERSEDIAAN
Tolok ukur efisiensi Perputaran barang (Turn over ratio/TOR) Tingkat persediaan Rasio persediaan surplus Rasio persediaan mati Rasio persediaan dan pendapatan
Tolok ukur efektivitas Rasio layanan
30
PERPUTARAN PERSEDIAAN TOR: Rasio antara pengeluaran/penggunaan/penjualan dan persediaan Makin tinggi TOR, berarti makin baik Contoh: Nilai persediaan akhir 2001 US$ 250.000 Nilai pemakaian barang 2001 US$ 200.000 TOR akhir 2001 = Nilai pemakaian 2001 Nilai persediaan akhir 2001 = US$ 200.000 US$ 250.000 = 0.80 kali 31
TINGKAT PERSEDIAAN Tingkat persediaan = Nilai persediaan ($) Nilai pemakaian rata-rata = US$ 250.000 US$ 200.000/12 = 15 bulan (pemakaian)
RASIO PERSEDIAAN DAN PENDAPATAN Nilai persediaan rata-rata = US$ 123.500.000 Jumlah pendapatan 2001 = US$ 200.000.000 Jadi rasio persedian dan pendapatan = 61,75%
32
RASIO PERSEDIAAN SURPLUS Misal:Yang
disebut surplus adalah barang yang melebihi pemakaian 2 tahun. Persed. A = 370 unit. Pemakaian 1 th = 158 unit. Harga A = US$ 5,00
Maka,
rasio surplus A = Nilai barang surplus Nilai seluruh persedian = (370 – (2 x 158)) x 5 370 x 5 = 14,6 % 33
RASIO PERSEDIAAN MATI
Persediaan mati adalah barang persediaan yg tidak mungkin dapat digunakan lagi
Misal : Persediaan mati = US$ 73.450 Total nilai persediaan = US$ 4.563.000
Rasio persediaan mati = Persediaan mati Total nilai persediaan = US$ 73.450 US$ 4.563.000 = 1,6% 34
RASIO LAYANAN Rasio layanan menunjukkan tk pelayanan tertentu Rasio layanan br A(2001) = Jml permintaan terpenuhi
Jml seluruh permintaan = 188 unit 200 unit = 94 % 35
Deddy Supriyadi Jl. Bungur VI, No. 4Panyawangan, Cileunyi – Bandung,, 7836822 36
KEPUTUSAN/KEBIJAKAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSEDIAAN 1 PEMESANAN EKONOMIS (EOQ)
2
SAFETY STOCK (PERSEDIAAN PENGAMAN)
3
REORDER POINT (TITIK PEMESANAN KEMBALI)
4
PERSEDIAAN MAXIMUM
37
JUMLAH PEMESANAN EKONOMIS (EOQ) SEBUAH PERUSAHAAN MEMBUTUHKAN BAHAN BAKU UNTUK TAHUN 2006 ADALAH SEBANYAK 12.000 KG
DILAKUKAN 1 KALI PESAN
DILAKUKAN 12 KALI PESAN
BIAYA PEMESANAN (OC) MURAH TETAPI BIAYA SIMPAN TINGGI (CC)
BIAYA PEMESANAN (OC) MAHAL TETAPI BIAYA SIMPAN (CC) RENDAH
38
JUMLAH PEMESANAN EKONOMIS Jumlah Pemesanan Per Tahun 1 kali
2 kali
3 kali
4kali
5kali
6kali
Jml tiap pesanan
12.000
6.000
4.000
3.000
2.400
2.000
Harga tiap pesanan
Rp12.000
6.000
4.000
3.000
2.400
2.000
Nilai persediaan rata-rata
Rp 6.000
3.000
2.000
1.500
1.200
1.000
Biaya pemesanan
Rp
100
200
300
400
500
600
Biaya penyediaan (20%)
Rp 1.200
600
400
300
240
200
Jml biaya per tahun
Rp 1.300
800
700
700
740
800
•Diketahui: Kebutuhan ( A ) = 12.000 unit/tahun • Harga barang ( R ) = Rp 1/unit • Biaya pemesanan ( P ) = Rp100/pesan • Biaya penyimpana ( C ) = 20% 39
Biaya Pemesanan Merupakan biaya-biaya yg timbul sebagai akibat memesan barang, meliputi, al : Biaya persiapan pemesanan Penyelenggaraan tender Penyiapan kontrak Membuka L/C Pengiriman barang Pemeriksaan barang Dll 40
Biaya Penyimpanan Merupakan biaya-biaya yang timbul akibat menyimpan barang sebagai persediaan meliputi, al: Biaya sewa gudang Biaya pemeliharaan barang Biaya asuransi Biaya penyusutan Biaya resiko kehilangan Cost of capital
41
FORMULA JUMLAH PEMESANAN EKONOMIS
N = 2AP/RC N=JML PEMESANAN EKONOMIS (EOQ) A= JUMLAH KEBUTUHAN/TAHUN P= BIAYA SEKALI PESAN R=HARGA C=CARRYING COST (%)
MAKA EOQ : EOQ = 2 X 12.000 x Rp 100/1X0.2 = 3464 UNIT EOF = 12.000 = 3,4 Kali 3.464 EOV = 3.464 x Rp 1 = Rp 3.464 42
JUMLAH PEMESANAN EKONOMIS PERUSAHAAN MURNI
N = 2AP/RC
A= JUMLAH KEBUTUHAN/TAHUN P= BIAYA SEKALI PESAN R=HARGA C=CARRYING COST (%)
PERUSAHAAN “MURNI” MEMBUTUHKAN BAHAN XYZ PADA TAHUN DEPAN ADALAH SEBANYAK 2450 UNIT, DENGAN HARGA PER UNIT ADALAH RP 80,00. BIAYA PEMESANAN PERSEKALI PESAN ADALAH RP 1.000 DAN CARRYING COST SEBESAR 12.5% DARI PERSEDIAAN RATA-RATA. MAKA EOQ : EOQ = 2 X 2450X1000/80X0.125 = 700 UNIT
43
PERSEDIAAN PENYELAMAT (SAFETY STOCK)
SAFETY STOCK ADALAH PERSEDIAAN TAMBAHAN YANG DIADAKAN UNTUK MELINDUNGI ATAU MENJAGA KEMUNGKINAN TERJADINYA KEKURANGAN BAHAN ATAU STOCK OUT.
PENGGUNAAN BAHAN YANG BERLEBIH ATAU MELEBIHI BIASANYA
STOCK OUT ATAU KEKURANGAN BAHAN BISA DIAKIBATKAN OLEH :
ADANYA KETERLAMBATAN PENGIRIMAN BAHAN
44
KONDISI SAFETY STOCK
SAFTEY STOCK YANG BANYAK
SAFTEY STOCK YANG SEDIKIT
BIAYA SIMPAN TINGGI TERJAMINNYA PROSES PRODUKSI BIAYA SIMPAN RENDAH
PROSES PRODUKSI KURANG TERJAMIN
TINGKAT OPTIMAL SAFETY STOCK 45
FAKTOR YANG MENENTUKAN BESARNYA PERSEDIAAN PENYELAMAT (SAFETY STOCK) PENGGUNAAN BAHAN BAKU RATA-RATA YAITU JUMLAH RATA-RATA BAHAN BAKU YANG DIGUNAKAN PADA PERIODE WAKTU TERTENTU MISALKAN BULAN, MINGGU, HARI DLL
1
PENGGUNAAN PERMINGGU PERUSAHAAN XYZ TERHADAP BAHAN BAKU “ABC” ADALAH 60,55,64,42,53,54,59,62,56 DAN 65 RATA-RATA PENGGUNAAN ADALAH : 60+55+64+…+65 ------------------------- = 57 UNIT 10 STANDAR DEVIASI PENGGUNAAN ADALAH:
(60-57) 2 + (55-57)2+ (64-57)2+…+ (65-57)2 ---------------------------------------------------------- = 6,7 UNIT 10-1 46
FAKTOR YANG MENENTUKAN BESARNYA PERSEDIAAN PENYELAMAT (SAFETY STOCK) JANGKA WAKTU PEMESANAN ATAU LEAD TIME, MISALKAN KITA PESAN TANGGAL 3 PEB DAN BARANG DATANG TANGGAL 6, MAKA LEAD TIME ADALAH 3 HARI
2
BERDASARKAN DATA MASA LALU, PERUSAHAAN XYZ, MELAKUKAN PESANAN DAN DARI 10 KALI KEJADIAN BERIKUT ADALAH LEAD TIMENYA : 9,8,13,7,10,12,6,7,13,5
RATA-RATA LEAD TIME ADALAH : 9+8+13+…5 ------------------------- = 9 MINGGU 10 STANDAR DEVIASI LEAD TIME ADALAH:
(9-9) 2 + (8-9)2+ (13-9)2+…+ (5-9)2 ---------------------------------------------------------- = 3 MINGGU 10-1 47
PENENTUAN BESARNYA PERSEDIAAN PENYELAMAT
TERDAPAT DUA METODE DALAM MENENTUKAN BESARNYA PERSEDIAAN PENYELAMAT (SAFETY STOCK)
PROBABILITY OF STOCK OUT APROACH
LEVEL OF SERVICE
48
METODE PROBABILITY OF STOCK OUT APPROACH DALAM MENENTUKAN SAFETY STOCK
DALAM PENGGUNAAN METODE INI DIPAKAI ASUMSI BAHWA LEAD TIME BERSIFAT KONSTAN ARTINYA JANGKA WAKTU PEMESANAN BAHAN ADALAH SAMA ANTARA YANG KE SATU DENGAN YANG LAINNYA
OLEH SEBAB ITU, DENGAN ASUMSI INI TERJADINYA STOCK OUT BUKAN DISEBABKAN OLEH FLUKTUASI LEAD TIME TETAPI OLEH FLUKTUASI PERMINTAAN PRODUK SEHINGGA TERJADI PENAMBAHAN DALAM PENGGUNAAN BAHAN.
49
CONTOH PERHITUNGAN BESARNYA SAFETY STOCK DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBABILITY OF STOCK OUT APPROACH
MISALKAN PERUSAHAAN “XYZ” SETIAP TAHUNNYA MEMBUTUHKAN BAHAN BAKU “ABC’ SEBANYAK 3.600 UNIT
BERDASARKAN PERHITUNGAN DIDAPAT EOQ ADALAH 720 UNIT UNTUK SEKALI PESAN, ATAU TERDAPAT 5 KALI JUMLAH PEMESANAN YANG OPTIMUM SELAMA SETAHUN.
RATA-RATA PENGGUNAAN BAHAN BAKU ADALAH 50 UNIT/HARI
LEAD TIME BERSIFAT KONSTAN YAITU 6 HARI
ATAS DASAR TSB, PERUSAHAAN AKAN MELAKUKAN PESANAN KEMBALI PADA TINGKAT 300 UNIT, BILA PERUSAHAAN TIDAK MENYEDIAKAN PERSEDIAAN PENYELAMAT.
BIAYA STOCK OUT RP 50 PER UNIT CARRYING COST DARI ADANYA PERSEDIAAN PENYELAMAT RP 10/ UNIT. BERDASARKAN PENGALAMAN MASA LALU BERIKUT PENGGUNAAN BAHAN BAKU SELAMA PERIODE PEMESANAN.
50
TABEL 1: PROBALITAS PENGGUNAAN BAHAN BAKU PERUSAHAAN XYZ SELAMA PERIODE PEMESANAN PENGGUNAAN SELAMA PERIODE PEMESANAN (DALAM UNIT)
BANYAKNYA PENGGUNAAN (DALAM KALI)
PROBABILITAS PENGGUNAAN
150
3
3/100
= 0.03
200
4
4/100
= 0.04
250
6
6/100
= 0.06
300
68
68/100
= 0.68
350
9
9/100
= 0.09
400
7
7/100
= 0.07
450
3
3/100
= 0.03
JUMLAH
100 KALI
JUMLAH
100%
DARI DATA DIKETAHUI BAHWA APABILA PERUSAHAAN MELAKUKAN PERSEDIAAN KEMBALI PADA TINGKAT PERSEDIAAN 300 UNIT, MAKA KEMUNGKINAN PERUSAHAAN SELAMAT SEBESAR 81% (0.03+0.04+0.06+0.68) DAN KEMUNGKINAN TERJADINYA STOCK OUT ADALAH 19% ( 0.09+0.07+0.03)
51
DARI TABEL 1:
SEPERTI DIUNGKAPKAN SEBELUMNYA BAHWA DALAM USAHA MELAKUKAN PENGADAAN PERSEDIAAN PENYELAMAT YANG MENGUNTUNGKAN, PERUSAHAAN AKAN MEMILIH TINGKAT PERSEDIAAN PENYELAMAT DIMANA TOTAL COST (CC+SOC) ADALAH YANG TERENDAH
DENGAN PENGADAAN PERSEDIAAN PENYELAMAT SEBESAR 50 UNIT, KEMUNGKINAN TERJADINYA STOCK OUT HANYA PADA TINGKAT PENGGUNAAN 400 DAN 450 UNIT YAITU SEBESAR 10%
DENGAN PENGADAAN PERSEDIAAN PENYELAMAT SEBESAR 100 UNIT, KEMUNGKINAN TERJADINYA STOCK OUT HANYA TERJADI PADA TINGKAT PENGGUNAAN 450 UNIT, YAITU SEBESAR 3%
DENGAN PENGADAAN PERSEDIAAN PENYELAMAT SEBESAR 150 UNIT, KEMUNGKINAN TERJADINYA STOCK OUT TIDAK ADA. 52
TABEL 2 : KERUGIAN KARENA TERJADINYA KEKURANGAN BAHAN
(STOCK OUT) SAFETY STOCK
KEMUNGKINAN TERJADINYA STOCK OUT
PERKIRAAN BIAYA TAHUNAN
0
0.09 pada penggunaan 350 0.07 pada penggunaan 400 0.03 pada penggunaan 450
50 100 150
50 x0.09xRp50x5 = Rp 1.125 100x0.07xRp50x5 = Rp 1.750 150x0.03xRp50x5 = Rp 1.125
TC SOC
Rp 4.000 50
0.07 pada penggunaan 400 0.03 pada penggunaan 450
50 100
50x0.07xRp50x5 = Rp 100x0.03xRp50x5 = Rp
875 750 Rp1.625
100
0.03 pada epnggunaan 450
50
50x0.03xRp50x5 = Rp
375 Rp 375
150
0
0
0
0
53
TABEL 3 : BIAYA INVENTORI SEHUBUNGAN DENGAN ADANYA SAFETY STOCK
JUMLAH SAFETY STOCK
BIAYA SIMPAN
0
0
50
50 UNIT X Rp 10 = Rp 500
100
100 UNIT X Rp 10 = Rp 1000
150
150 UNIT X Rp 10 = Rp 1500
54
TABEL 4 : TOTAL BIAYA KARENA ADANYA SAFETY STOCK
JUMLAH SAFETY STOCK
BIAYA STOCK OUT
BIAYA SIMPAN
TC
0
Rp 4.000
0
Rp 4.000
50
Rp 1.625
Rp 500
Rp 2.125
100
Rp
375
Rp 1.000
Rp 1.375
0
Rp 1.500
Rp 1.500
150
Rp
TOTAL BIAYA PALING MURAH DIPEROLEH PD TK.SS =100, MAKA PERUSAHAAN XYZ INI SEBAIKNYA MENYIMPAN SAFETY STOCK SEBESAR 100 UNIT 55
REORDER POINT
REORDER POINT ATAU TITIK PEMESANAN KEMBALI : ADALAH SUATU TITIK ATAU BATAS DARI SEJUMLAH PERSEDIAAN YANG ADA PADA SUATU SAAT DIMANA PEMESANAN HARUS DIADAKAN KEMBALI.
REORDER POINT = PENGGUNAAN BAHAN SELAMA LEAD TIME + SAFETY STOCK.
PADA KASUS TERDAHULU, DIKETAHUI BAHWA LEAD TIME RATA-RATA ADALAH 10 HARI, DAN PENGGUNAAN BAHAN BAKU RATA-RATA 50 UNIT, DENGAN SS = 339, MAKA PEMESANAN KEMBALI SEBAIKNYA DILAKUKAN PADA SAAT PERSEDIAAN MENCAPAI (50X10) + 339 = 839 UNIT.
56
PERSEDIAAN MAXIMUM
ADALAH JUMLAH INVENTORY MAX YANG SEBAIKNYA DISIAPKAN PERUSAHAAN
PERSEDIAAN MAX = EOQ + SS
SEHINGGA BILA EOQ SUATU BAHAN BAKU 700 DAN SS ADALAH 100 MAKA PERSEDIAAN MAX = 800 57
METODE LEVEL OF SERVICE DALAM MENENTUKAN BESARNYA SAFETY STOCK
METODE INI DIGUNAKAN KETIKA LEAD TIME TIDAK KONSTAN,SEHINGGA YANG MEMPENGARUHI PERSEDIAAN ADALAH FLUKTUASI PENGGUNAAN BAHAN BAKU DAN FLUKTUASI LEAD TIME.
PENENTUAN KEBIJAKAN YANG RASIONAL YANG DILAKUKAN UNTUK MENJAMIN KELANCARAN KEGIATAN PRODUKSI, DITENTUKAN DAN DIUKUR DENGAN TINGKAT PELAYANAN (LEVEL OF SERVICE) YANG INGIN DIBERIKAN OLEH ADANYA PERSEDIAAN PENYELAMAT TERSEBUT.
58
PERUSAHAAN MURNI (KASUS PENENTUAN SAFETY STOCK) DENGAN MENGGUNAKAN METODE LEVEL OF SERVICE SUB GROUP 1
SUB GROUP 2
SUB GROUP 3
64
28
100
35
62
30
15
45
60
38
58
49
98
40
28
DELIVERY LEAD TIME (DALAM MINGGU) DARI 10 PESANAN
PENGGUNAAN BARANG SELAMA 15 MINGGU TERAKHIR
SUB GROUP 1
SUB GROUP 2
10
8
13
9
12
13
9
10
5
11 59
PEMECAHANNYA :
MENGHITUNG RATA-RATA PENGGUNAAN (D):
MENGHITUNG RATA-RATA LEAD TIME (L) :
750 D= --------------- = 50 UNIT 15
100 L = --------------- = 10 MINGGU 10
DEVIASI STANDAR DARI PENGGUNAAN : (98-15)+(62-28)+(100-28)
=
------------------------------ = 63 3
DEVIASI STANDAR DARI LEAD TIME : (13-5)+(13-8) = ------------------------ = 6 2 L = 6 X 0.43 = 2.79 = 3
D = 63 X 0.43 = 27.UNIT
60
DEVIASI STANDAR DARI PENGGUNAAN PADA WAKTU PENGISIAN PERSEDIAAN :
U = L (D) 2 + (D ) 2 (L) 2
=
10 (27)
2
+ (50) 2 (3) 2
= 173 UNIT
BESARNYA PERSEDIAAN PENYELAMAT (SS) DENGAN LEVEL OF SERVICE 97.5% (K= 1.96) ADALAH 173 X 1.96 = 339 UNIT
61
PERSEDIAAN MAXIMUM
PERSEDIAAN MAXIMUM ADALAH BATASAN JUMLAH PERSEDIAAN YANG PALING BESAR YANG SEBAIKNYA DIADAKAN OLEH PERUSAHAAN.
UNTUK MENGHITUNG BESARNYA PERSEDIAAN MAX ADALAH EOQ + SAFETY STOCK, SEHINGGA DARI KASUS INI BESARNYA PERSEDIAAN MAX ADALAH 339 +700 = 1039
62
TABEL 5 : FAKTOR KOREKSI JARAK UNTUK DEVIASI STANDAR
JUMLAH OBSERVASI DALAM KELOMPOK (BESARNYA SAMPEL)
FN
2
0.94
3
0.59
4
0.49
5
0.43
6
0.39
7
0.37
8
0.34
9
0.33
10
0.32
63
TABEL 6 : POLICY FACTOR (K) PADA FREQUENCY LEVEL OF SERVICE FREQUENCY LEVEL OF SERVICE (%)
K
50
0
60
0.25
70
0.52
75
0.67
80
0.84
85
1.04
90
1.28
95
1.64
97.5
1.96
99.0
2.33
99.5
2.58
99.9
3.10
64
65
Sistem Produksi MANAJEMEN
MASUKAN
KELUARAN
PROSES
66
Definisi Sistem pengendali persediaan yang memungkinkan bagian manufaktur dan pembelian memesan barang dalam jumlah dan waktu yang tepat untuk mendukung jadual induk. Dalam sistem ini dilakukan pemesanan-pemesanan dengan pengaturan waktu yang tepat untuk mengendalikan persediaan bahan baku, atau barang dalam proses. 67
Tujuan dan Prinsip MRP Tujuan MRP • Memberikan pelayanan pelanggan yang baik • Meminimalkan investasi persediaan • Memaksimalkan efisiensi operasi produksi
Prinsip MRP Penentuan persediaan dengan prinsip pemesanan komponen yang tepat, Pemesanan dalam jumlah yang tepat dan pada waktu yang tepat
68
Masukan dan Keluaran dalam Metode MRP Manajemen
Keluaran
Masukan
Proses MRP • Daftar Material • Data Persediaan • Jadual Induk Produksi
Jadual Pemesanan
69
Contoh MRP
Daun Meja
Kaki
Palang Panjang Palang Pendek 70
Struktur Produk/Bill of Material Meja
Rakitan Kaki (1)
Palang Pendek (2)
Palang Panjang (2)
Daun Meja (1)
Kaki (4)
71
Tenggang Waktu Pemesanan/Pembuatan Kegiatan
Pekan
Merakit Meja
1
Merakit Kaki
1
Membuat Kaki
1
Membuat Palang Pendek
1
Membuat Palang Panjang
1
Membuat Daun Meja
2 72
Jadual Induk Produksi PRODUK
PEKAN
MEJA
73