METODE Waktu dan Tempat Pengumpulan data dilakukan di ekosistem program PHBM di RPH Gambung petak 27, KPH Bandung Selatan (S 07007’25.1” E 107030’35.2”, ketinggian 1246 mdpl), kemiringan lereng 36% pada bulan Agustus 2010 Januari 2011. Sebagai kontrol digunakan ekosistem hutan lindung dan ekosistem tanpa tegakan pohon. Ketiga lokasi tersebut, dalam tulisan ini selanjutnya disebut sebagai ekosistem PHBM, ekosistem hutan dan ekosistem tanpa tegakan.
Metode Penelitian Dalam penelitian ini dilakukan beberapa pengamatan yang dilakukan, yaitu: analisis vegetasi, identifikasi model arsitektur pohon, serta pengukuran parameter konservasi tanah dan air yang meliputi: curah hujan, aliran batang, curahan tajuk, aliran permukaan dan erosi. Analisis Vegetasi Analisis vegetasi dilakukan pada bulan Agustus 2010 untuk mendapatkan indeks nilai penting (INP) serta profil horizontal dan vertikal vegetasi di lokasi penelitian. Pada ekosistem hutan dan ekosistem PHBM, analisis vegetasi dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat (tiga plot contoh) dengan plot seluas 20 x 60 m2 dimana untuk vegetasi pada fase pohon diukur dengan plot berukuran 20 x 20 m2, fase tiang diukur dengan plot berukuran 10 x 10 m2, fase pancang diukur dengan plot berukuran 5 x 5 m2 dan untuk tumbuhan bawah dukur dengan plot berukuran 2 x 2 m2. Sedangkan pada ekosistem tanpa tegakan, dilakukan analisis vegetasi tumbuhan bawah dengan menggunakan metode line intercept (garis menyinggung) dengan panjang transek sepanjang 20 m dan panjang masing-masing interval sepanjang 2 (dua) m. Selanjutnya, dilakukan identifikasi terhadap jenis vegetasi yang ditemukan di ketiga ekosistem tersebut. Identifikasi dilakukan dengan menentukan nama-nama lokal dan nama-nama botani, dilanjutkan dengan menghitung INP yang diperoleh berdasarkan nilai dominasi, kerapatan dan frekuensi vegetasi di masing-masing ekosistem. Apabila terdapat kesulitan dalam mengidentifikasi jenis pohon tertentu, maka dilakukan
12
koleksi terhadap sampel tumbuhan dan identifikasi dilanjutkan di Herbarium Bogoriense.
Identifikasi Model Arsitektur Pohon Identifikasi model arsitektur pohon dilakukan pada pohon dominan (pohon dengan nilai INP tertinggi) dan yang pertumbuhannya maksimal di masingmasing ekosistem berdasarkan kunci ilustrasi dari model arsitektur pohon menurut Halle et al. (1978) dan mengacu pada kunci identifikasi yang telah dikembangkan oleh Setiadi (1998).
Pengukuran Parameter Konservasi Tanah dan Air Pengukuran Curah Hujan Pengukuran curah hujan dilakukan dengan menggunakan alat Ombrometer yang dipasang pada tempat terbuka di lokasi penelitian (Gambar 3).
Gambar 3. Ombrometer yang digunakan dalam penelitian di daerah RPH Gambung
13
Pengukuran Aliran Batang Pengukuran aliran batang dilakukan pada tegakan yang memiliki nilai INP paling tinggi pada ekosistem PHBM dan ekosistem hutan. Pengukuran aliran batang ini dilakukan dengan memasang penampungan air yang mengalir pada batang. Kegiatan ini dilakukan dengan membuat lingkaran spiral pada batang yang terbuat dari selang plastik yang bermuara ke dalam penampungan air (Gambar 4).
Gambar 4. Pengukuran Aliran Batang pada pohon Agathis dammara L.C.Richard yang dilakukan dalam penelitian di daerah RPH Gambung Perhitungan tinggi aliran batang dilakukan melalui persamaan (Kaimudin 1994): Sfi = Vi/Li = Vi/Li x 10 mm (dikonversi dalam bentuk mm) Keterangan:
Sfi
: Tinggi aliran batang (mm)
Vi
: Volume aliran batang ke-I (m3)
Li
: Luas tajuk pohon ke-I (m2)
14
Pengukuran Air Curahan Tajuk Pengukuran curahan tajuk dilakukan pada tajuk tegakan yang memiliki nilai INP paling tinggi pada ekosistem PHBM dan ekosistem hutan. Pengukuran air curahan tajuk dilakukan dengan memasang penampung plastik yang dibuat pada kerangka kayu dengan luas penampung sebesar satu meter persegi (1 m2) yang ditempatkan dibawah tajuk pohon di lokasi penelitian (Gambar 5).
Gambar 5. Pengukuran curahan tajuk pohon Agathis dammara L.C.Richard yang dilakukan dalam penelitian di daerah RPH Gambung Pengukuran curahan tajuk ini dihitung dengan cara (Kaimudin 1994): Tfi = Vi/Li = Vi/Li x 10 mm (dikonversi dalam bentuk mm) Keterangan: Tfi
: Tinggi curahan tajuk ke-i (mm)
Vi
: Volume curahan tajuk ke-i (m3)
Li
: Luas penampungan ke-I (m2)
15
Pengukuran Aliran Permukaan Pengukuran aliran permukaan dilakukan dalam petak percobaan yang diletakan pada ekosistem PHBM, ekosistem hutan dan ekosistem tanpa tegakan. Petak percobaan ini merupakan petak percobaan berukuran 12 x 4 meter yang dihubungkan dengan penampung air (Gambar 6).
Gambar 6. Petak percobaan untuk mengukur aliran Permukaan dan Erosi yang dilakukan pada ekosistem tanpa tegakan dalam penelitian di daerah RPH Gambung Setiap petak dibuat pada kemiringan lereng 36% di masing-masing ekosistem. Volume aliran permukaan dihitung dengan cara (Santosa 1985): Vap = V1+11V2 Keterangan : Vap
: Volume Aliran Permukaan (L)
V1
: volume air yang ada didrum pertama (L)
V2
: volume air pada drum kedua (L)
Untuk mendapatkan nilai aliran permukaan dalam satuan tinggi kolom air (mm), hasil dari perhitungan di atas kemudian dibagi dengan luas petak percobaan, yaitu seluas 12x4 m2. Pengukuran Erosi Penentuan bobot tanah yang tererosi dilakukan dengan cara mengambil contoh air masing-masing ± 600 ml (ukuran botol air mineral 600 ml) dari drum I dan drum II untuk tiap petak percobaan (Gambar 6) dengan terlebih dahulu
16
mengaduk seluruh isi drum sampai homogen. Kemudian contoh air disaring dengan kertas saring yang telah diketahui bobot keringnya (Gambar 7a). Kertas saring dan endapannya kemudian dikering-anginkan hingga bobot konstan, kemudian di timbang (Gambar 7b). Bobot tanah tererosi dihitung dengan cara (Santosa 1985): Wtc = W1 + W 2 Dimana:
Gambar 7.
Wtc
: Bobot tanah tererosi (g)
W1 dan W 2
: Bobot
W1 atau W 2
: Vd
Vs
: Volume air yang tersaring (L)
Vd
: Volume air dalam drum (L)
Wksc
: Bobot kertas saring beserta endapan (g)
Wks
: Bobot kertas saring (g)
tanah dalam drum I dan drum II
/ Vs x (Wksc – Wks)
A B Proses pengukuran erosi dalam penelitian di laboratorium. A: penyaringan air sampel; B: Penimbangan tanah tererosi.
Analisis Data Data dianalisis dengan menggunakan Analisis Komponen Utama (AKU) / Principale Component Analysis (PCA). Analisis Komponen utama (AKU) ini berfungsi untuk mereduksi jumlah peubah dengan jalan menyusun kombinasi linier dari peubah-peubah yang diamati menjadi sederetan Komponen Utama, sehingga memungkinkan terpilihnya satu atau beberapa Komponen Utama yang dapat mewakili keragaman data tanpa meghilangkan informasi dari peubahpeubah asal yang relatif banyak (Saparita & Nazif 1994). Analisis kemudian dilanjutkan dengan analisis biplot untuk mengetahui hubungan antara masingmasing parameter konservasi tanah dan air.
17
Diagram Alir Penelitian
Gambar 8. Diagram alir penelitian