33
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada selama 12 bulan yaitu dari bulan Januari s/d Desember 2010 berlokasi di Kabupaten Kepahiang Propinsi Bengkulu. Jarak antara lokasi sinkolema dan non sikolema sekitar 5 km yang dibatasi oleh perkebunan teh.
Pada kawasan kebun kopi yang digunakan untuk penelitian
terdapat tanaman lain seperti gamal, pisang, petai cina, pada bagian pinggir terdapat pohon akasia serta dikelilingi kebun teh dan semak belukar (Gambar 3). Kotak lebah ditempatkan secara terpusat di depan rumah tunggu dan tersebar di perkebunan kopi. Kebun kopi yang dijadikan lokasi penelitian sejumlah empat lokasi yaitu dua lokasi sinkolema dan dua lokasi non-sinkolema.
Jumlah koloni madu
sebanyak 30 stup yang ditempatkan pada lokasi sinkolema masing-masing 10 stup dan di luar kebun kopi (non-sinkolema) sebanyak 10 stup.
Gambar 3. Sketsa penempatan kotak lebah dan kondisi lokasi penelitian sinkolema.
34
Tahapan Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yang diawali dengan tahap persiapan. Pada tahap ini, dilakukan penelitian pendahuluan untuk memperoleh informasi tentang kondisi awal lokasi penelitian, sosialisasi dengan masyarakat peternak lebah, pemilihan petani dan penanaman kaliandra sebagai pelindung kopi dan mengukur morfometri. Morfometri diukur untuk mengetahui karakteristik ukuran tubuh lebah yang digunakan dalam penelitian terdiri dari panjang dan lebar sayap, panjang dan lebar abdomen serta panjang proboscis.
Dua puluh ekor lebah
pekerja dari masing-masing koloni diukur morfometrik mengacu pada metode Ruttner (1978) dan Tilde et al. (2000). Panjang sayap diukur dari pangkal sayap sampai titik terjauh ujung sayap. Lebar sayap diukur pada bagian sayap terlebar tegak lurus dengan garis panjang sayap. Lebar abdomen diukur jarak antara sisi kiri dan kanan abdomen terpanjang pada tergite 4. Panjang proboscis diukur mulai pangkal proboscis sampai dengan ujung jarum. Penelitian selanjutnya adalah tahap pelaksanaan yang terdiri atas tiga tahapan pelaksanaan penelitian, yaitu (1) identifikasi daya dukung dan morfometrik lebah, (2) implementasi dan perumusan model sinkolema, dan (3) analisis keberlanjutan sinkolema. Metode dan prosedur pada setiap tahapan penelitian dijelaskan sebagai berikut: Identifikasi Daya Dukung Penelitian daya dukung dilaksanakan untuk menganalisis kemampuan wilayah dalam menyokong pengembangan budidaya lebah. Hasil yang diperoleh pada tahap ini : 1. Karakteristik pembungaan (flowering characteristic) kopi. 2. Produksi nektar, daya dukung kebun kopi dan populasi lebah.
Bahan dan Alat Bahan dan materi yang digunakan dalam penelitian tahap I adalah tiga puluh koloni lebah A. cerana yang dibudidayakan dengan sistem integrasi dan tanpa sistem integrasi. Kebun kopi terdiri atas dua lokasi masing-masing seluas satu hektar. Alat yang digunakan untuk pengukuran adalah (1) spuit ukuran
35
kecil/micropipet, (2) alat ukur (meteran gulung), (3) alat timbang analitik, (4), Tabung reaksi mini, dan peralatan tulis.
Parameter yang Didata dan Metode Pengukuran Karakteristik Pembungaan (Flowering Characteristic). Data karakteristik pembungaan kopi diperoleh melalui pengamatan setiap bulan selama satu tahun. Parameter yang diamati adalah adalah jumlah bunga per pohon pada setiap bulan. Data terkumpul dianalisis untuk penentuan waktu kopi mulai berbunga, puncak produksi, dan mulai terjadi penurunan, sehingga dapat diketahui siklus pembungaan kopi. Produksi Nektar. Nektar yang dihasilkan tanaman kopi ditentukan melalui metode konversi yaitu mengukur produksi nektar 25 kuntum bunga dari 10 pohon kopi yang dipilih secara acak.
Data yang diperoleh dikonversi untuk
penghitungan rata-rata produksi nektar per tegakan, sehingga produksi nektar per hektar dapat diprediksi. Nektar dikumpulkan dengan cara pengambilan secara hati hati mahkota bunga sehingga nampak cairan bening dan disedot pakai microspuit atau micropipet. Pengamatan dilakukan tiga kali, pagi (jam 05.00 s/d 07.00), siang (jam 11.00-13.00) dan sore (jam 16.00-18.00) untuk memperoleh rata-rata produksi nektar. Penutupan tangkai bunga yang dipilih dengan kain kasa dilakukan untuk menghindari terjadinya kehilangan nektar oleh serangga (predator) lain, (Husaeni, 1986). Data yang diperoleh dihitung dengan rumus: ………………………………………………………………….(1) Keterangan, Nh = Rata-rata volume nektar dari setiap kuntum bunga (ml/kuntum/hari) Ns = Total volume nektar dari 25 kuntum bunga yang diamati (ml/hari) t = Banyaknya kuntum bunga yang diamati (25)
36
Jumlah kuntum bunga per satu tangkai dan jumlah tangkai per pohon bunga dihitung untuk memprediksi jumlah kuntum bunga per pohon kopi (B) dan produksi nektar per tegakan. Rumus yang digunakan adalah: …………………………………………………………… (2) Keterangan, Nt = Volume nektar yang diproduksi setiap pohon (ml/pohon/hari). B = Banyaknya kuntum bunga per pohon. Berdasarkan data volume nektar per tegakan, total produksi nektar dapat diprediksi dengan rumus: ………………………………………………………………(3) Keterangan, Nk = Volume nektar yang diproduksi per hektar (ml/ha/hari). P = Banyaknya pohon per hektar (pohon/ha). Daya dukung atau daya tampung adalah hasil perhitungan dari jumlah nektar yang dihasilkan untuk mendukung jumlah koloni atau stup lebah yang bisa dibudidayakan. Jadi daya tampung adalah produksi nektar per hektar kebun kopi dibagi dengan rata-rata kebutuhan koloni lebah terhadap nektar setiap hari. Kebutuhan nektar per hari diperoleh berdasarkan hasil penelitian Husaeni (1986) yang telah melakukan pengamatan dengan menangkap dan menimbang 25 ekor lebah pekerja sebelum dan sesudah menghisap nektar. diperoleh merupakan bobot nektar yang dipanen.
Selisih bobot yang
Berdasarkan pengamatan
Husaeni (1986) dapat diasumsikan bahwa setiap hari, koloni lebah memanen nektar bunga dengan rerata sebanyak 145 ml (Np). Angka ini dapat digunakan sebagai rerata jumlah nektar yang dipanen setiap koloni lebah madu untuk mempertahankan hidupnya. Hasil ini digunakan sebagai acuan untuk penghitungan daya dukung kebun kopi dengan rumus: .………………………….…………...…………………………..(6) Keterangan : S = Jumlah stup (koloni) per nektar (stup/ha).
37
Populasi Lebah. Koloni lebah sebelum dibudidayakan baik di dalam maupun di luar lokasi sinkolema diupayakan agar populasinya sama, sehinga populasi awal seragam sekitar tiga belas ribuan ekor/koloni. Populasi lebah dalam kawasan ditentukan berdasarkan data bobot koloni dibagi bobot lebah pekerja. Bobot koloni lebah (Bs) didapatkan dengan cara menimbang stup berisi lebah. Setelah itu lebah dipindahkan ke kotak lain, stup ditimbang tanpa lebah untuk memperoleh bobot stup kosong (Bk). Selisih antara Bs dan Bk adalah bobot total lebah (Bt). Bt = Bs – Bk ..............................................................................................(7) Rata-rata bobot badan lebah secara individu didapatkan dengan cara penimbangan 200 ekor lebah dan total bobot dibagi 200. Populasi lebah diukur dengan rumus: . ………………………….……………………………………..(8) Keterangan, P = Populasi lebah per koloni (ekor/koloni). Bt = Total bobot lebah (g/stup). Bl = Bobot lebah per ekor (g/ekor).
Implementasi dan Perumusan Model Sinkolema Hasil penelitian tahap I digunakan untuk merumuskan pola/model budidaya lebah yang diintegrasikan dengan tanaman kopi (sinkolema). Komponen komponen utama produktivitas dianalisis berdasarkan koefisien teknis produksi peternakan lebah. Komponen-komponen yang diukur atau dianalisis terdiri atas: 1. Jumlah stup yang dipelihara sesuai dengan daya dukung wilayah. 2. Produksi madu per stup per tahun. 3. Produksi madu berdasarkan tata letak stup. 4. Produksi kopi/ ha/ tahun. 5. Data yang diperoleh dianalisis SWOT untuk merumuskan strategi dan pola pengembangan sinkolema.
38
Metode Pada tahap implementasi pengamatan dilakukan pada lokasi yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.
Pemilihan lokasi dilakukan secara purporsif
berdasarkan pola budidaya lebah madu dengan sinkolema dan non sinkolema: (1) Dua lokasi penerapan sinkolema dengan masing-masing seluas satu hektar kebun kopi yang sudah berproduksi dan menghasilkan nektar pakan lebah. Sejumlah 10 stup lebah madu ditempatkan pada masing-masing areal kebun kopi secara tersebar 5 stup dan terpusat 5 stup. Satu lokasi tidak diukur diukur produksi madunya melainkan hanya produksi kopinya. (2) Lokasi ternak lebah non-sinkolema yaitu lokasi yang sudah biasa dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat budidaya lebah. Pada lokasi ini ditempatkan 10 stup lebah di pekarangan rumah peternak, pakan lebah bersumber dari tanaman di sekitarnya seperti labu siam, pohon buah beliming, jambu air, bunga-bungaan dan rerumputan. (3) Kebun kopi non-sinkolema ditentukan berdasarkan jarak dengan lokasi sinkolema, Produksi kopi dari dua lokasi kebun kopi non-sinkolema masingmasing 1 ha berjarak antara 2-5 km dari lokasi sinkolema dicatat sebagai produksi kopi non-sinkolema digunakan sebagai pembanding dengan produksi kopi sinkolema.
Prosedur 1. Sejumlah sepuluh koloni lebah ditempatkan di perkebunan kopi dan sepuluh koloni di luar perkebunan kopi.
Menentukan tata letak stup
didasarkan pada faktor lokasi, pengelolaan, keamanan dan pemanenan. Pada areal perkebunan kopi, penempatan lima kotak lebah secara terpusat di halaman pondok jaga dengan jarak antar kotak 10 s/d 20 m, dan penempatan secara tersebar sejumlah lima kotak di tengah kebun kopi dengan jarak antar kotak sekitar 150 - 200 m. 2. Produksi madu dan produksi kopi pada masing-masing lokasi dicatat sebagai produksi madu sinkolema, produksi madu sinkolema terpusat,
39
produksi madu sinkolema tersebar, produksi madu non sinkolema, produksi kopi sinkolema dan produksi kopi non sinkolema. 3. Data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui produksi madu dan kopi pada masisng-masing sistem sinkolema dan non sinkolema, dan produksi madu sinkolema terpusat dan tersebar. 4. Produksi kopi dihitung berdasarkan hasil bobot kering per tahun per ha dan dibandingkan produksi kopi dengan sinkolema non sinkolema.
Parameter yang Diukur 1. Produksi
madu
dihitung
berdasarkan
jumlah
panen,
hasilnya
dikonversikan ke produksi per stup per tahun, dan dibandingkan antara produksi madu pada sistem integrasi dan di luar integrasi. 2. Produksi madu tiap koloni diukur menggunakan ukuran botol, selanjutnya dikonversi ke ukuran volume dan ukuran bobot. 3. Produksi kopi dihitung berdasarkan hasil bobot kopi kering per ha per tahun dan dibandingkan produksi kopi madu dengan sistem integrasi dan tanpa integrasi. Untuk medeskripsikan produksi kopi diamati dua lokasi dengan sistem integrasi dan dua lokasi kebun kopi tanpa integrasi.
Analisis Data Data primer yang diperoleh dari penelitian dianalisis menggunakan rata-rata dan standar deviasi ditabulasi dan disajikan dalam grafik dan gambar.
Rumusan Sinkolema Strategi pengembangan disusun berdasarkan hasil analisis SWOT terhadap komponen utama dan pendukung antara lain: teknologi yang dibutuhkan, kelembagaan yang membantu pengembangan siskolema dan payung hukum yang melindungi peternak lebah. Sebagai langkah awal dalam melakukan analisis SWOT adalah dengan melakukan wawancara dan pengisian quesioner terhadap 30 responden terpilih yang selanjutnya dilakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan para stakeholders.
40
Model sinkolema yang dibangun adalah model budidaya lebah madu yang mengoptimalkan pemanfaatan komponen sumberdaya yang tersedia sacara lokal. Berdasarkan data yang diperoleh, sinkolema didesain agar mampu meningkatkan produksi madu dan kopi yang berkualitas dengan memperhatikan konsep pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu sinkolema memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Lebah yang dibudidayakan adalah lebah lokal sejumlah daya tampung lokasi. b. Pakan utama lebah adalah nektar dan polen tanaman kopi, dan bila tanaman kopi sedang tidak berbunga, tanaman pelindung dan tanaman lainnya yang ada di lokasi kebun kopi diupayakan mampu memenuhi kebutuhan pakan lebah. c. Untuk memelihara kopi tidak menggunakan pupuk kimiawi dan pestisida agar madu dan kopi yang dihasilkan adalah madu dan kopi organik. d. Teknologi yang diterapkan baik budidaya maupun pasca panen adalah teknologi sederhana yang mudah diserap petani/peternak. e. Dibutuhkan kelembagaan yang kuat mengingat petani kopi/peternak lebah tidak memiliki lahan yang luas dan memiliki kendala pemasaran produk. f. Dibutuhkan komitmen pemerintah dalam melakukan pembinaan dan perlindungan terhadap petani kopi/peternak madu. g. Mengacu pada Millennium Development Goals (MDGs) terutama penghentasan kemiskinan, peningkatan kesehatan dan penerapan pembangunan yang berkelanjutan.
Analisis Keberlanjutan Sinkolema Metode yang digunakan adalah survey, observasi lapangan dan Focus Group Discussion (FGD), untuk memperoleh data sekunder dan primer yang diperlukan. Berbagai informasi dari dinas terkait, laporan dan statistik wilayah digunakan untuk menganalisis potensi yang ada. Pada tahapan ini, berdasarkan
41
data yang diperoleh diidentifikasi atribut-atribut keberlanjutan dan dianalisis indek keberlanjutannya.
Metode Penghitungan indek keberlanjutan menggunakan RAPBEE model pendekatan modifikasi RAPFISH yang berbasis MDS (Multidimentional Scalling) dengan menekankan pada lima atribut keberlanjutan (Gambar 4) yaitu atribut teknologi (budidaya), lingkungan, ekonomi, sosial budaya dan hukum atau kelembagaan. Data berasal dari hasil analisis data skunder dan primer. Data primer akan diperoleh dari survei dengan wawancara dengan semua stakeholder yang mewakili unit-unit terkait. Responden sebanyak 30 orang dipilih secara purposive yang mewakili pengambil kebijakan, peternak lebah madu, masyarakat sekitar dan dari Perguruan Tinggi. Data yang dikumpulkan ditabulasi dan dibuat skala (skoring) kemudian dihitung indek keberlanjutannya (IkRapBee). Pengujian derajat kesalahan metode ini diuji dengan menggunakan metode Monte Carlo. Data yang dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan grafik layang-layang.
Skala ordinal yang
digunakan adalah 0 untuk kondisi terburuk dan 4 untuk kondisi terbaik. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat atribut mana yang paling berperan dalam menentukan keberlanjutan, sehingga semakin kecil nilainya semakin besar peranannya. Untuk menentukan status keberlanjutan dari model sinkolema yang efektif digunakan nilai indek untuk masing-masing katagori sangat buruk (0-25), buruk (26-50), baik (51-75) dan sangat baik (76-100).
42
Gambar 4. Diagram layang-layang keberlanjutan sinkolema.