23
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Rehabilitasi Siamang dan Owa Kalaweit Program Sumatera, Pulau Marak, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat dan Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat (peta lokasi pada Lampiran 23 dan 24) selama 4 bulan yaitu dari bulan Mei hingga Agustus 2007. Bahan dan Alat Objek penelitian adalah siamang sumatera (Hylobates syndactylus syndactylus), dimana untuk selanjutnya dalam tesis ini disebut sebagai siamang. Bahan kimia yang digunakan adalah Ketamil injection, Ilium Xylazil-20 injection, dan sebagai antidotnya Atipamezole Reverzine injection. Alat yang digunakan adalah meteran, caliper (jangka sorong), timbangan, sarung tangan, masker, suntikan 1 ml, kapas, kamera dijital, komputer dan alat tulis. Parameter yang Diukur Parameter morfometrik yang diukur untuk menduga umur adalah panjang badan dan kepala, panjang lengan, panjang kaki, panjang cranial, tinggi cranial, lebar cranial, lingkar dada, lebar bahu, panjang telapak tangan, lebar telapak tangan, panjang telapak kaki, lebar telapak kaki, lingkar kepala, dan lingkar muka. Pengambilan Data Data-data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pengukuran parameter morfometrik siamang (data primer) dan data-data penunjang (data sekunder). Data primer yang diambil dikelompokkan menjadi dua yaitu jantan dan betina, hal ini didasarkan pada adanya dimorphism ukuran badan siamang dimana jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibanding betina.
Data sekunder yang diambil meliputi keadaan umum lokasi pusat
penyelamatan satwa, proses rehabilitasi, jumlah individu yang sedang direhabilitasi, asal, jenis kelamin dan umur siamang.
24
Pembagian Umur di Lapangan Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian diperoleh data jumlah dan umur siamang yang di ukur, seperti disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Pembagian umur siamang sumatera yang diukur di lapangan Umur (tahun) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah Total
Jumlah Sampel (ekor) ♂ 1 1 1 1 1 3 5 1 1 1 1 17
KPS ♀ 1 2 1 1 1 1 7
Jumlah 1 1 1 1 1 4 5 3 1 2 1 2 1 24
♂ 1 1 2 4 1 2 1 1 1 14
PPSC ♀ 1 1 2
Jumlah 1 1 1 2 4 1 2 1 1 2 16
40
Tabel 2 menunjukkan hanya terdapat 15 tingkatan umur siamang yang menjadi objek penelitian. Berdasarkan tingkatan umur tersebut, pendugaan umur siamang jantan hanya berlaku untuk umur 1-15 tahun dan 2-14 tahun untuk siamang betina. Apabila digabungkan antara jantan dan betina, maka pendugaan umur hanya untuk 1-15 tahun. Batasan lain dalam penelitian ini yaitu pengukuran hanya dilakukan pada siamang yang diketahui umurnya dan berkondisi sehat, alasannya adalah bahwa tidak semua siamang yang berada di pusat penyelamatan diketahui umurnya secara pasti dan hanya dikelompokkan ke dalam kelas umur. Kondisi siamang yang sehat merupakan prasyarat pengukuran dengan tujuan menghindari kondisi fatal akibat pembiusan. Teknik Pengukuran Tubuh Data ukuran tubuh yang akurat diperoleh apabila pengukuran dilakukan saat siamang diam, untuk itu dilakukan pembiusan pada semua siamang yang diteliti.
25 Dalam penelitian ini pembiusan berguna untuk menghindari bias hasil pengukuran akibat perlakuan yang tidak sama. Pembiusan dilakukan oleh tenaga medis atau paramedis yang bekerja di KPS dan PPSC untuk menghindari kesalahan penanganan yang dapat menyebabkan kematian pada siamang. Tujuan utama dari pembiusan adalah untuk membuat siamang mengurangi gerakan tubuhnya yang dapat menyebabkan kecelakaan pada peneliti dan staf yang membantu di lapangan. Pembiusan bersifat penenangan (sedatif) dan tidak sampai pembiusan total (anastesia) sehingga pengukuran dilakukan dalam waktu yang relatif singkat. Untuk dapat menduga umur siamang dilakukan pengukuran terhadap parameter morfometriknya (lihat Lampiran 20, 21 dan 22). Teknik pengukuran parameter morfometrik siamang (satuan dalam cm), sebagai berikut: 1. Panjang badan dan kepala (PB), diukur mulai dari ujung kepala sampai ujung tulang ekor. 2. Panjang lengan (PL) merupakan gabungan dari panjang lengan atas/humerus dan panjang lengan bawah/radius. Panjang lengan humerus, diukur pada pangkal humerus bagian atas sampai tonjolan bawah humerus.
Panjang
lengan radius, diukur dari pangkal siku sampai pergelangan telapak tangan. 3. Panjang kaki (PK) merupakan gabungan dari panjang paha/femur dengan panjang betis/tibia. Panjang femur, diukur dari pangkal femur sampai bawah femur.
Panjang tibia, diukur dari penonjolan tempurung lutut sampai
pergelangan telapak kaki. 4. Panjang cranial (PCr), diukur dari cranial yang paling depan sampai cranial paling belakang. 5. Tinggi cranial (TCr), diukur mulai dari atas cranial sampai cranial bawah. 6. Lebar cranial (LbC), diukur mulai dari tepi cranial kiri sampai tepi kanan. 7. Lingkar dada (LD), diukur di sekeliling dada, bawah tulang bahu. 8. Lebar bahu (LbB), diukur dari tepi paling kiri bahu sampai tepi kanan bahu. 9. Panjang telapak tangan (PTT), diukur dari tulang metacarpus sampai ujung jari tangan terpanjang. Pengukuran ini tanpa kuku yang disebut sine unguis (s.u), bila dimasukkan cakar disebut cum unguis (c.u).
26 10. Lebar telapak tangan (LTT), diukur mulai dari sisi kiri sampai sisi kanan telapak tangan di bawah tulang phalanges. 11. Panjang telapak kaki (PTK), diukur dari ujung tumit sampai ujung jari kaki terpanjang. 12. Lebar telapak kaki (LTK), diukur mulai dari sisi kiri sampai sisi kanan telapak kaki di bawah tulang phalanges. 13. Lingkar kepala (LK), diukur di sekeliling kepala di atas telinga. 14. Lingkar muka (LM), diukur di sekeliling muka.
Pengolahan Data Data yang diperoleh dianalisis menggunakan pendekatan multivariate analysis dengan metode multiple regression analysis (MRA) atau regresi linear berganda guna menghasilkan suatu persamaan regresi.
Persamaan ini dapat
menentukan parameter yang paling menentukan untuk menduga umur siamang dan menjelaskan hubungan antara umur dengan parameter morfometriknya. Analisis data dilakukan dengan menggunakan software SPSS 14.0 for windows evaluation version karena melibatkan banyak variabel. Bentuk persamaan regresi yang menghubungkan antara umur dengan parameter morfometrik siamang, sebagai berikut (Supranto 2004): Y = bo + b1X1 + b2X2 + … + b14X14 keterangan: Y = b0 = b1 = b2 = b14 = X1 = X2 = X14 =
umur siamang (tahun) nilai intersep nilai koefisien regresi parameter morfometrik ke-1 nilai koefisien regresi parameter morfometrik ke-2 nilai koefisien regresi parameter morfometrik ke-14 parameter morfometrik ke-1 (cm) parameter morfometrik ke-2 (cm) parameter morfometrik ke-14 (cm)
dalam hal ini peubah tidak bebas (Y) adalah umur siamang, sedangkan peubah bebas (X) adalah peubah-peubah yang berasal dari hasil pengukuran morfometrik siamang.
27 Hipotesis yang diuji adalah: Ho: b1 = b2 =...... = b14 = 0 (semua variabel bebas X tidak ada yang mempengaruhi variabel tidak bebas Y) H1: b1 ≠ b2 ≠...... ≠ b14 ≠ 0 (paling sedikit ada satu variabel bebas X yang mempengaruhi Y) Dalam output analisis software SPSS nilai signifikan t dan F sudah dihitung maka tidak perlu melihat nilai tabel t dan F, cukup dengan membandingkan nilai p-valuenya.
Apabila p-value ≤0,05, maka Ho ditolak dan diterima H1 atau
sebaliknya.
Hal ini dinyatakan oleh Supranto (2004), korelasi yang tinggi
ditandai oleh rasio t yang tidak nyata (rasio t < t tabel). Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data adalah sebagai berikut: a. Uji validasi (kesahihan) dan Uji realibilitas (keandalan).
Menurut
Sudarmanto (2005) bahwa Uji validasi dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah disusun dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Uji realibilitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana konsistensi hasil pengukuran yang dilakukan.
Kesahihan
dinyatakan bila koefisien > 0,50, sedangkan keandalan dinyatakan bila koefisien alpha hitung > 0,50 atau sebaliknya. b. Uji linearitas garis regresi.
Menurut Sudarmanto (2005) bahwa uji ini
digunakan untuk mengambil keputusan dalam memilih model regresi yang akan digunakan. Uji ini berkaitan dengan suatu pembuktian apakan model garis regresi linera yang ditetapkan benar-benar sesuai dengan keadaannya atau tidak.
Kriteria pengujian untuk menyatakan kelinearan garis regresi
adalah jika Signifikasi > 0,50 (alpha 5%) atau sebaliknya. c. Analisis faktor. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan ke-14 parameter morfometrik untuk diproses lebih lanjut dalam regresi. Kelayakan tersebut dapat dilihat dari besarnya nilai K-M-O MSA (Kaiser–Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy), apabila nilai K-M-O MSA >0,50 (alpha 5%) maka kumpulan parameter dapat diproses lebih lanjut.
28 d. Uji kelayakan menggunakan analisis regresi.
Agar analisis regresi dapat
digunakan, maka harus memenuhi 3 asumsi yaitu kenormalan, independensi dan homogenitas variansi. e. Analisis regresi dengan semua peubah.
Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui apakah parameter morfometrik yang dianalisis mempengaruhi umur, hal ini dapat dianalisis dari nilai p-value <0,05. f.
Analisis regresi dengan metode stepwise (regresi bertahap).
Pembuatan
model matematika dengan memasukkan semua parameter morfometrik yang berkorelasi tinggi membuat persamaan tidak nyata karena diantara parameter akan saling menghilangkan.
Menurut
Supranto (2004) apabila terjadi
parameter morfometrik saling berkorelasi (multikolinearitas) maka bisa dilakukan pendekatan dengan metode stepwise. Selain itu, metode ini dapat langsung mengetahui parameter morfometrik yang paling menentukan.