21
4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilakukan antara bulan Juli 2010 – Juli 2011 bertempat di laboratorium Teknologi Alat Penangkapan Ikan, PSP, IPB ; dan perairan Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. 4.2 Alat dan bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 1 unit bagan apung, 4 lampu Philips tornado berdaya 24 watt, 4 reflektor bertudung kerucut terpancung, 1 unit genset dengan daya listrik 1.000 watt, stabilizer 220 v, luxmeter, meteran dan timbangan. Luxmeter yang digunakan merupakan underwater luxmeter buatan Jepang seri osk 16648 Marine Lux-Metre. Luxmeter ini digerakkan dengan sistem analog. Adapun skala untuk melakukan pengukuran adalah low (0-50 lx) dan high (0-500 lx). 4.3 Metode pengambilan data Penelitian menggunakan metode experimental fishing. Percobaan dilakukan dengan mengoperasikan bagan di perairan Teluk Palabuhanratu. Pengoperasian bagan hanya dilakukan pada saat bulan gelap. Penelitian diawali dengan pengukuran intensitas cahaya lampu, pembuatan reflektor lampu, lampu dalam air dan terakhir operasi penangkapan. Adapun tahapan-tahapan dalam pengoperasian tersebut sebagai berikut : 1) Pengukuran intensitas cahaya lampu dengan luxmeter Prosedur yang dilakukan adalah lampu dinyalakan dalam ruang gelap dan intensitasnya diukur pada jarak 1 m dengan luxmeter. Lampu tubular lamp (TL) yang digunakan bermerek Philips tornado berdaya listrik 24 watt. Intensitas cahaya diukur pada berbagai posisi, yaitu atas, bawah, dan sisi kanan-kiri. Nilai intensitas cahaya pada setiap sudut pengukuran 15˚ dicatat. Arah sebaran cahaya digunakan untuk mendesain reflektor guna memfokuskan cahaya. Posisi pengukuran intensitas cahaya ditunjukkan pada Gambar 8.
22
a)
b)
Gambar 8. Posisi pengukuran intensitas cahaya dengan luxmeter. a) jarak lampu dari luxmeter ; dan b) sudut pengukuran 2) Pembuatan konstruksi lampu Reflektor lampu dibuat berdasarkan jarak lampu dengan kerangka jaring. Sebaran cahaya lampu diusahakan terfokus pada kerangka jaring yang berada di permukaan air. Pada penelitian ini, lampu bagan yang digunakan berjumlah 4 buah. Keempat lampu tersebut ditempatkan pada 4 sudut kerangka yang berbentuk
23
persegi dengan panjang setiap sisinya 50 cm. Jarak antara lampu dengan permukaan air adalah 1 m. Adapun kerangka jaring berbentuk persegi dengan sisisisinya berukuran 8 m. Dengan demikian, cahaya lampu harus dapat menerangi areal permukaan air dengan diameter ± 3,75 m. Panjang sisi reflektor ditetapkan 34 cm agar tidak berbenturan dengan ketiga reflektor lampu lainnya.
Reflektor terbuat dari seng dan dilapisi dengan cat
berwarna perak. Pada Gambar 9 diperlihatkan konstruksi dan dimensi reflektor lampu.
34 cm
34,5 cm Gambar 9. Konstruksi dan dimensi reflektor 3) Pembuatan lampu dalam air Lampu dalam air terdiri atas lampu TL Philips tornado 24 watt yang dimasukkan kedalam setoples kaca bekas serbuk minuman Nutrisari. Bagian dudukan lampu diberi lem kaca agar kedap udara sehingga air tidak mudah masuk. Bagian tutup toples di beri plastik yang diikat dengan menggunakan karet ban bekas. Lampu diujicobakan pada kedalaman 1 m untuk menguji ada atau tidaknya kebocoran. Lampu diberi pemberat, ditenggelamkan dan dinyalakan. Setelah dilakukan perendaman selama 6 jam dan dipastikan tidak ada air yang masuk kedalam toples, maka pembuatan satu lampu bawah air dianggap selesai. Gambar 10 menunjukkan konstruksi dan dimensi lampu dalam air.
24
Gambar 10. Konstruksi dan dimensi lampu bawah air 4) Pengambilan data Jenis data yang diambil hanya berupa data primer. Data yang diambil berupa instensitas
cahaya
baik
secara
vertikal
maupun
horizontal,
kecepatan
berkumpulnya ikan dan komposisi jenis serta jumlah hasil tangkapan. Selain itu, data lain yang dikumpulkan adalah kecerahan dan suhu perairan. Pengukuran intensitas cahaya secara
horizontal
dilakukan
dengan
menentukan 4 titik berjarak 1,3 m, 2,6 m dan 3,9 m. Ketiga titik tersebut diukur dari titik tengah di atas kerangka jaring bagan (Gambar 11). Intensitas cahaya juga diukur pada kedalaman 1 m, 2 m, 3 m, 4 m, 5 m, 6 m, 7 m, 8 m, 9 m, 10 m, 11 m dan 12 m di bawah permukaan air pada posisi titik pengukuran iluminasi secara horizontal (Gambar 12). Kecepatan berkumpulnya ikan diamati secara visual. Pengamatan dimulai ketika bagan mulai dioperasikan hingga ikan berkumpul dan membentuk kelompok. Jenis ikan yang dijadikan indikator adalah teri. Data tangkapan didapat dari hasil operasi penangkapan ikan dengan bagan. Urutannya adalah : 1) Pengoperasian malam pertama digunakan lampu tanpa reflektor, malam kedua menggunakan lampu dengan reflektor, dan malam ketiga menggunakan
25
lampu dalam air. Surface lamp dan underwater lamp di pasang dengan jarak 1 m dari permukaan air ; 2) Bobot total hasil tangkapan pada setiap perlakuan ditimbang dan diidentifikasi jenisnya; 3) Pengoperasian alat tangkap dibagi dalam 3 kelompok waktu, yaitu pukul 19.00-22.00, 22.00-01.00, dan 01.00-04.00; dan 4) Operasi penangkapan dilakukan sebanyak 10 kali ulangan untuk setiap perlakuan.
8 m
Lampu 1,3m
2,6 m
3,9 m
8 m Frame bagan
Gambar 11. Posisi pengukuran intensitas lampu secara horizontal
26
Lampu
1,3m
2,6 m
3,9 m
1m
1 m
1m
12 m
12 m
12 m
Gambar 12. Posisi pengukuran intensitas lampu secara vertikal
a)
27
b)
c)
Pengapung
Lampu celup
Jaring
Gambar 13. Posisi pemasangan ketiga jenis lampu (tampak depan). a) lampu tabung ; b) lampu bereflektor ; dan c) lampu dalam air
28
4.5 Analisa data Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif terhadap data aspek hasil tangkapan secara perhitungan rata-rata, kisaran rata-rata, dan analisis grafik. Keterkaitan penggunaan lampu bereflektor dan lacuda dianalisis datanya menggunakan analisis komparatif antara hasil tangkapan lampu tabung dengan lampu bereflektor dan lacuda. Data hasil tangkapan diplotkan dalam bentuk grafik untuk selanjutnya dianalisa secara deskriptif komparatif. Selain itu, data juga dianalisa secara statistik melalui uji kenormalan data. Data yang tersebar normal diuji parametrik, yaitu dengan menggunakan uji nilai tengah (t-student). Analisis data dengan menggunakan uji nilai tengah dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penggunaan lampu bereflektor dan lampu celup dalam air terhadap hasil tangkapan. Uji nilai tengah dilakukan dengan asumsi bahwa ragam populasi adalah sama dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole, 1992) :
Rumus derajat bebas : 2 Dasar pengambilan keputusan dalam uji nilai tengah berdasarkan nilai probabilitas (tingkat signifikan) dari hasil nilai t, pada selang kepercayaan 95%. Hipotesis yang digunakan adalah : yang
berarti
tidak
ada
pengaruh
penggunaan
lampu
bereflektor/ lacuda terhadap hasil tangkapan ; dan yang berarti ada pengaruh penggunaan lampu bereflektor/ lacuda terhadap hasil tangkapan. Keterangan
: : Rata – rata laju tangkap menggunakan lampu tabung (kontrol) ; dan : Rata – rata laju tangkap menggunakan lampu bereflektor/ lacuda.
29
Nilai t- hitung diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Dimana model rumus
adalah simpangan koefisien b yang dapat ditentukan dari , sedangkan
dan KTG dicari
melalui analisis kovarian. Penarikan keputusan dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel pada selang kepercayaan 95 %. Jika nilai t hitung > t tabel maka keputusannya adalah menolak hipotesa nol, dan jika t hitung < t tabel maka keputusannya adalah menerima hipotesa nol.