METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) desain penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai
alat pengumpulan
data
yang
pokok.
Kerlinger
(2004)
mengemukakan desain penelitian korelasional bukanlah untuk mengetahui hal-hal khusus tertentu melainkan mengetahui hubungan atau relasi antara fenomenafenomena. Metode survei digunakan untuk mendapatkan fakta-fakta yang faktual, baik tentang sosial, ekonomi dan politik dari kelompok pemangku kepentingan perberasan pada sejumlah sampel yang dipilih. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di kantor pusat Jakarta. Pemilihan lokasi ditentukan
secara
sengaja
(purposive)
dengan
mempertimbangkan
bahwa
perumusan dan pusat aktivitas pengambilan keputusan dan kebijakan perberasan terpusat di Jakarta, sekaligus domisili para pemangku kepentingan berdomisili di Jakarta. Penelitian ini dilakukan bulan Mei sampai Desember 2007. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah para pemangku kepentingan perberasan, pernah terlibat dalam perumusan kebijakan perberasan, berperan dalam mempengaruhi kebijakan perberasan dan memiliki fokus perhatian pada pelaksanaan kebijakan perberasan nasional serta memiliki konsentrasi terhadap pelaksanaan kebijakan perberasan minimal satu tahun terakhir di masing-masing lembaga dimaksud. Berdasarkan kriteria tersebut hasil prasurvei diketahui populasi penelitian ini di fokuskan pada unsur pemangku kepentingan perberasan yang utama. Populasi penelitian dimaksud adalah para pemangku kepentingan yang terdiri dari organisasi tani, pemerintah, pengusaha beras dan anggota DPR. Organisasi tani terdiri dari unsur pengurus pusat organisasi tani yang memiliki kewenangan dan punya konsentrasi terhadap kebijakan perberasan. Pengusaha beras diambil dari organisasi pengusaha beras yang berhimpun dalam organisasi pengusaha beras dan memiliki kesesuaian kelayakan yang terdapat
30
dalam karakteristik responden serta memenuhi syarat pada ketentuan purposif sampling. Untuk unsur pemerintah populasi amatan penelitian adalah para pengambil kebijakan perberasan yang terdiri dari para dirjen/deputi dan direktur (setara eselon I dan II). Untuk kalangan DPR populasi yang diambil adalah para anggota komisi IV DPR yang membidangi pertanian. Adapun distribusi populasi penelitian dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Menggunakan teknik purposif sampling mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian. Sedangkan orang-orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut tidak dijadikan sampel (Bungin, 2006). Pengambilan sampel dalam penelitian ini bersifat tidak acak, dimana sampel dipilih berdasarkan purposif sampling dan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Purposif sampling pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut pautnya dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Ruslan, 2004). Biasanya teknik purposif sampling dipilih untuk penelitian yang lebih mengutamakan kedalaman data daripada untuk tujuan representatif yang dapat digeneralisasikan (Kriyantono, 2006). Pemilihan responden didasarkan pada penilaian dan prasyarat karakteristik yang dianggap mempunyai hubungan dengan populasi dan sesuai dengan responden yang dimaksud dalam penelitian (Kriyantono, 2006). Jumlah sampel dalam penelitian diambil sebanyak 60 orang responden dari unsur populasi penelitian/pemangku kepentingan perberasan utama di dalam negeri, masingmasing 15 reponden dari tiap unsur populasi penelitian. Tabel 1. Jumlah sampel penelitian pemangku kepentingan perberasan No.
Unsur Pemangku Kepentingan Perberasan
Jumlah Sampel (Orang)
1.
Organisasi Petani
15
2.
Pengusaha Beras
15
3.
Kalangan Pemerintah
15
4.
Kalangan Legislatif
15 Total
60
31
Rahkmat (2007a) menjelaskan purposif sampling, yaitu memilih orang-orang tertentu karena dianggap berdasarkan penilaian tertentu, mewakili statistik, tingkat signifikansi dan prosedur pengujian hipotesis. Menggunakan teknik purposif sampling berarti mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian. Selanjutnya penentuan sampel dilakukan berdasarkan keterwakilan masing-masing kelembagaan, memilih orang-orang tertentu karena dianggap sesuai berdasarkan penilaian dan kewenangan otoritas kebijakan yang dimiliki dalam peran komunikasi politik. Penentuan sampel berdasarkan pendapat Arikunto (2002) yang menyatakan bila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya agar menjadi penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10 – 15%, atau 20 – 25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya, dari (a) kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana; (b) sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data; (c) besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Sedangkan menurut Gay dan Diehl dalam Ruslan (2004), ukuran sampel minimum penelitian deskriptif, yaitu sekurangkurangnya 10% dari populasi dan penelitian korelasi sekitar 30 subyek sebagai obyek penelitian. Teknik Pengambilan Data Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam. Selain itu peneliti juga melakukan observasi lapangan dan memanfaatkan data-data tertulis lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian, termasuk hasil-hasil penelitian terdahulu. Pengumpulan data dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu : 1. Survei pendahuluan, yakni tahap awal dengan melakukan pengamatan dan penelitian pendahuluan guna mengumpulkan data-data yang berguna untuk memperkuat permasalahan yang terjadi sehingga peneliti yakin penelitian ini perlu dan dapat dilaksanakan. 2. Pengumpulan data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara. Data primer penelitian di peroleh secara langsung dari responden melalui suatu pedoman pertanyaan baik dilakukan secara wawancara atau
32
pengisian secara terinci berupa pertanyaan yang sudah terstruktur yang bisa meliputi semua peubah (Arikunto, 2002). 3. Pengumpulan data sekunder, yaitu data-data pendukung yang berkaitan dengan penelitian. Untuk memperoleh data sekunder, dilakukan telaah dokumen dan pustaka dari berbagai sumber, serta data statistik dari lembaga berkompeten. Untuk mendapatkan informasi dan pendapat para pejabat pemerintahan dibutuhkan waktu selama satu bulan. Departemen dan lembaga pemerintah yang diambil sebagai responden meliputi dari Departemen Pertanian, Departemen Perdagangan dan Perum Bulog.
Sebanyak 15 (lima belas) orang responden di
ambil dari tiga lembaga tersebut masing-masing lima responden yang dianggap representatif mewakili dan sesuai dengan subyek kriteria serta tujuan penelitian. Pengurus pusat organisasi petani yang menjadi responden dalam penelitian berjumlah 15 (lima belas) orang. Responden tersebut merupakan pengurus inti di pusat dalam organisasi pertanian yang menjadi subyek penelitian. Para pengurus tersebut merupakan orang-orang yang dianggap mewakili sekaligus memahami apa yang menjadi topik penelitian. Untuk mendapatkan pengusaha beras 15 (lima belas) orang
sebagai
responden
dilakukan
selama
3
minggu
pengamatan
dan
penyeleksian, dengan harapan dari beberapa pengusaha beras yang ditemui merupakan orang yang tepat berdasarkan kriteria yang diharapkan peneliti. Penelusuran data dari DPR sebanyak 15 responden di peroleh melalui wawancara langsung di mana sebelumnya membuat janji terlebih dahulu. Kebanyakan responden bersedia diminta pendapatnya di kantor komisi IV DPR. Instrumentasi Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner sebagai alat bantu dalam kegiatan mengumpulkan data dan hal ini diharapkan dapat sistematis dan mudah. Kuesioner terdiri dari empat bagian, bagian pertama menggambarkan karakteristik personal yang meliputi: umur, pendidikan formal, pengalaman menjabat dan pendapatan. Bagian kedua menggambarkan karakteristik situasional yang meliputi: saluran komunikasi politik, partisipasi politik dan persepsi politik. Bagian ketiga menggambarkan perilaku komunikasi politik yang meliputi: keterdedahan pada media massa, respons terhadap opini publik dan sikap politik. Bagian keempat yaitu peran komunikasi politik pemangku kepentingan pada pelaksanaan kebijakan
33
perberasan yang meliputi: harga pembelian pemerintah (HPP), melakukan impor beras, subsidi benih dan pupuk, pengembangan teknologi perberasan dan penyediaan infrastruktur perberasan. Definisi Operasional Definisi operasional dalam penelitian ini bertujuan untuk memudahkan penginterpretasian data. Definisi operasional yang digunakan adalah sebagai berikut. A. Karakteristik Personal Karakteristik personal yaitu ciri-ciri yang melekat pada diri responden pada saat dilakukan penelitian, pengumpulan data karakteristik personal meliputi: 1. Umur adalah usia responden pada saat penelitian dilakukan dihitung dengan satuan tahun yang dibulatkan ke tanggal ulang tahun terdekat, yang diukur menggunakan skala rasio dan dikategorikan menjadi tiga, yaitu usia muda, dewasa dan tua. 2. Pendidikan formal adalah tingkat belajar formal yang terakhir ditempuh responden. Indikatornya status pendidikan formal yang pernah diikuti responden, diukur menggunakan skala nominal dan dikategori menjadi rendah (tamat SLTA), sedang (tamat Diploma) dan tinggi (tamat Sarjana). 3. Pengalaman menjabat adalah lamanya menjabat posisi/periode sekarang dalam ukuran satuan tahun pada posisi jabatan saat ini sewaktu penelitian dilakukan di organisasi tani, organisasi pengusaha beras, pemerintah dan menjadi anggota DPR. Indikatornya yaitu lama menjabat atau menjadi pengurus/jabatan pada posisi/periode
sekarang,
diukur
menggunakan
skala
ordinal
dengan
pengkategorian ke dalam baru (1-<3tahun), cukup (3-4 tahun) dan lama (>4 tahun). 4. Pendapatan adalah jumlah penghasilan tetap responden dalam satu bulan terakhir saat penelitian dilakukan, diukur menggunakan skala ordinal dengan pengkategorian ke dalam tiga kategori yakni menengah, tinggi dan sangat tinggi. B. Karakteristik Situasional Aspek situasional yaitu kondisi sosial dan politik yang ada dan sesuai dengan kebiasaan
politik
dan
realitas
sosial
yang
terkait
dengan
perkembangan
pelaksanaan kebijakan perberasan yang sedang berlangsung di Indonesia. Hal ini
34
juga didasarkan pada keadaan yang mempengaruhi berlangsungnya peran-peran komunikasi politik pada sistem perpolitikan Indonesia saat ini, yang diukur menggunakan skala ordinal dengan skala Likert. Aspek situasional yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi hal berikut. 1. Saluran komunikasi politik adalah sejauh mana saluran komunikasi politik yang tersedia dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam pelaksanaan kebijakan perberasan selama ini. Saluran komunikasi politik diukur menggunakan skala ordinal (berskala Likert) dengan kategori yaitu : (5) sangat setuju, (4) setuju, (3) ragu-ragu, (2) tidak setuju, (1) sangat tidak setuju. 2. Partisipasi politik adalah bentuk keperdulian dan tingkat responsif secara politik terhadap pelaksanaan kebijakan perberasan. Partisipasi politik diukur dengan menggunakan skala ordinal (berskala Likert) dengan kategori yaitu : (5) sangat setuju, (4) setuju, (3) ragu-ragu, (2) tidak setuju, (1) sangat tidak setuju. 3. Persepsi politik adalah tanggapan, pendapat atau bentuk respons terhadap kebijakan politik pelaksanaan kebijakan perberasan pada saat penelitian di lakukan. Persepsi politik pemangku kepentingan diukur menggunakan skala ordinal (berskala Likert) dengan kategori yaitu : (5) sangat setuju, (4) setuju, (3) ragu-ragu, (2) tidak setuju, (1) sangat tidak setuju. C. Perilaku Komunikasi Politik Perilaku komunikasi politik yaitu bentuk tindakan responden terkait dengan peranan komunikasi politiknya terhadap pelaksanaan kebijakan perberasan. Perilaku komunikasi politik bisa juga diartikan sebagai pendapat, sikap dan tindakan seseorang dalam menerima, menafsirkan dan menyampaikan kembali pesan yang diterima. Perilaku komunikasi yang dimaksud meliputi hal berikut. 1. Keterdedahan pada media massa yaitu kecenderungan memanfaatkan media, baik cetak maupun elektronik sebagai sumber informasi dan ada ketergantungan pada isi pesan media massa tersebut seperti kecenderungan menonton televisi, mendengarkan radio dan membaca surat kabar dalam upaya memperoleh informasi pelaksanaan kebijakan perberasan. Keterdedahan pada media massa diukur dengan menggunakan skala ordinal (berskala Likert) dengan kategori (5) sangat setuju, (4) setuju, (3) ragu-ragu, (2) tidak setuju, (1) sangat sangat tidak setuju.
35
2. Respons terhadap opini publik adalah bentuk respons dan tindakan pemangku kepentingan terhadap opini yang berkembang di media massa terkait kebijakan perberasan.
Respons
terhadap
opini
publik
di
media
massa
diukur
menggunakan skala ordinal (berskala Likert) dengan kategori (5) sangat setuju, (4) setuju, (3) ragu-ragu, (2) tidak setuju, (1) sangat tidak setuju. 3. Sikap politik adalah orientasi nilai, simbol, keyakinan dan sikap yang mempengaruhi perilaku komunikasi politik seseorang atau kelompok (Malik, 1999). Sikap politik adalah keyakinan dan sikap yang mempengaruhi perilaku komunikasi politik pemangku kepentingan terhadap pelaksanaan kebijakan perberasan. Sikap politik responden pada pelaksanaan kebijakan perberasan diukur menggunakan skala ordinal (berskala Likert) dengan kategori (5) sangat setuju, (4) setuju, (3) ragu-ragu, (2) tidak setuju, (1) sangat tidak setuju. D. Peranan Komunikasi Politik Pemangku Kepentingan Perberasan Peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) sesuai dengan kedudukannya dalam menjalankan suatu peranan (Soekanto, 2005). Peranan meliputi fungsi, kedudukan dan respons yang dihubungkan dengan posisi seseorang dalam masyarakat. Peranan komunikasi politik dimaksud dalam hal ini adalah peranan yang dilakukan untuk terlibat dan ikut serta sehubungan dengan pelaksanaan kebijakan perberasan yang diukur menggunakan skala ordinal (berskala Likert) dengan kategori (5) sangat setuju, (4) setuju, (3) ragu-ragu, (2) tidak setuju, (1) sangat tidak setuju. Secara spesifik peran komunikasi politik yang dimaksud terdiri dari respons peranan komunikasi politik pemangku kepentingan pada pelaksanaan kebijakan perberasan khususnya pada hal berikut ini: 1. Harga pembelian pemerintah (HPP) adalah penentuan dan penetapan kebijakan harga pembelian pemerintah (Bulog) terhadap beras/gabah petani. 2. Melakukan/mekanisme impor beras adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan beras di dalam negeri dengan mendatangkan beras dari luar negeri. 3. Subsidi benih dan pupuk adalah kebijakan perberasan yang dilakukan dengan melakukan subsidi pada benih dan pupuk petani padi. 4. Pengembangan teknologi adalah kebijakan perberasan yang dilakukan terkait dengan pengembangan teknologi perberasan/penunjang produksi padi dimana kondisi sekarang sudah tidak efisien produktivitasnya.
36
5. Penyediaan infrastruktur perberasan adalah kebijakan perberasan yang berkaitan dengan penyediaan infrastruktur yang mendukung produksi padi di dalam negeri. Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi Validitas atau tingkat ketepatan adalah tingkat kemampuan instrumen penelitian mengungkapkan data sesuai dengan masalah yang hendak diungkapkan. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Untuk memperoleh validitas instrumen diusahakan dengan cara; (a) menyesuaikan daftar pertanyaan dengan judul penelitian; (b) memperhatikan saran-saran para ahli dan (c) teori-teori dalam pustaka. Instrumen dapat dikatakan valid apabila: (a) mampu mengukur apa yang diinginkan, (b) dapat mengungkap data dari peubah yang diteliti secara tepat, dan (c) dapat menggambarkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang peubah yang dimaksud (Arikunto, 2002; Kerlinger, 2004). Menguji validitas alat pengukur dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mencari definisi dan rumusan konsep yang dikemukakan para ahli yang tertulis di dalam literatur. 2. Menyesuaikan dengan instrumen yang telah dipakai para peneliti lain untuk mendapat data yang sama. 3. Mendiskusikan konsep tersebut dengan para ahli dan dosen pembimbing. 4. Menyusun kuesioner dengan mempertimbangkan kondisi responden dan melakukan
studi
banding
pada
penelitian
yang
pernah
dilakukan
(Singarimbun dan Effendi, 2006). . Agar
kuesioner
mempunyai
tingkat
validitas
tinggi,
maka
daftar
pertanyaan disusun dengan cara: a) mendefinisikan secara operasional konsep yang diukur, b) melakukan ujicoba skala pengukuran tersebut pada sejumlah responden, c) mempersiapkan tabulasi jawaban, d) menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi “product moment” Spearman Brown.
37
Uji kuesioner dilakukan terhadap mahasiswa IPB sebanyak 15 responden yang aktif di organisasi kemahasiswaan. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai koefisien validitas “product moment” sebesar 0,6349. Karena nilai tersebut lebih besar dari nilai koefisien validitas tabel dengan taraf α 5 %, maka kuesioner penelitian dinyatakan valid. Uji reliabilitas instrumen digunakan untuk mengetahui sejauh mana instrumen tersebut konsisten atau hasil pengukurannya relatif tidak berbeda bila digunakan untuk mengukur aspek yang sama. Maksud reliabilitas suatu tes mengacu kepada kemantapan, konsistensi, ketepatan dan akurasi suatu tes (Kerlinger, 2004). Reliabilitas atau tingkat keajekan instrumen adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan (Singarimbun dan Effendi, 2006). Pengujian Reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana kuesioner yang digunakan dapat dipercaya atau dapat memberikan perolehan hasil penelitian yang konsisten apabila alat ukur ini digunakan kembali dalam pengukuran gejala yang sama. Metode yang digunakan dalam pengujian reliabilitas ini adalah dengan menggunakan metode alpha cronbach berikut :
ri =
k k-1
1 – Σ S 2i St
= Nilai koefisien reliabilitas alpha cronbach Keterangan : ri Σ S 2i = Jumlah ragam skor tiap-tiap item = Ragam total St k = Jumlah item Pada kuesioner yang diujicobakan terhadap 15 mahasiswa IPB yang aktif di organisasi kemahasiswaan didapat nilai koefisien Reliabilitas Cronchbach Alpha untuk karakteristik personal = 0,6095; karaktersitik situasional = 0,6674; perilaku komunikasi = 0,6737 dan peran komunikasi politik = 0,5909. Bila dibandingkan daya nilai r-tabel (α = 5%, db = 13) yang sebesar 0,3893, maka butir-butir pernyataan di keempat bagian dari kuesioner dinyatakan reliabel.
38
Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan analisis kuantitatif, menggunakan statistik deskriptif berupa frekuensi, presentase, rataan skor, total rataan skor dan analisis korelasi rank Spearman. Tujuannya adalah untuk melihat keeratan hubungan dan kecenderungan dalam komunikasi politik yang dilakukan responden pemangku kepentingan perberasan. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial (Riduwan, 2006). Sesuai dengan karakteristik orang dan bentuk pertanyaan yang terdapat pada responden maka mengukur pendapat, peran dan sikap politik responden diukur dengan skala pengukuran ordinal (berskala Likert). Koefisien korelasi rank Spearman digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel yang keduanya mempunyai skala pengukuran ordinal. Analisis hubungan antara peubah bebas dengan peubah tak bebas dilakukan dengan uji korelasi rank Spearman (Siegel, 1992) dan menggunakan program SPSS 14,0 For Windows (Sarwono, 2006). Untuk menghitung koefisiensi korelasi rank Spearman menggunakan rumus sebagai berikut:
N
6 Σ di2 rs = 1 -
i=1 __________
N3 - N
Keterangan: rs = Koefisien korelasi Rank Spearman N = Banyaknya jenjang di = Selisih jenjang untuk faktor yang sama