PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
METODE KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN TOKOH DAN PENOKOHAN NOVEL RUMAH TANPA JENDELA KARYA ASMA NADIA UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER I
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh: Vitalis Cicik Novika 121224016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
METODE KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN TOKOH DAN PENOKOHAN NOVEL RUMAH TANPA JENDELA KARYA ASMA NADIA UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER I
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh: Vitalis Cicik Novika 121224016
PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk: 1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberkati, memberi perlindungan, kekuatan, dan kesabaran untuk saya. 2. Orang tua saya, Bapak Ignasius Sumanto dan Ibu Valentina Eni Indawati. 3. Adik saya, Yustina Mentari Adri Anjani dan Antonius Firmanda Tegar Hermawan. 4. Serta segenap keluarga saya.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTO Mimpi dan rencana hanya akan menjadi bayangan semata, jika tanpa usaha untuk mewujudkan. Karena sebaik-baiknya mimpi dan rencana adalah lebih baik tindakan. (Penulis) “Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang” (Amsal, 23: 18). “Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan” (Lukas 11: 9-10).
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Novika, Vitalis Cicik. 2016. “Metode Kontekstual dalam Pembelajaran Tokoh dan Penokohan Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia Untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1”. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini menggunakan metode kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan metode kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia untuk siswa SMA kelas XI semester 1. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia, dalam kata-kata atau bahasa yang baik dan benar. Peneliti menerapkan langkah-langkah metode kontekstual yang digunakan dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia yang terdiri dari (1) membuat sinopsis, (2) mengidentifikasi tokoh dan penokohan, (3) bertanya, (4) diskusi kelompok, (5) pemodelan, (6) refleksi, (7) penilaian autentik. Pada penelitian yang dilakukan, peneliti menganalisis tokoh dan penokohan yang terdapat pada novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Tokoh yang dianalisis dalam penelitian ini ada dua jenis, dari segi peranan (tokoh utama dan tokoh tambahan) dan dari segi fungsi penampilan (tokoh protagonis dan antagonis). Analisis penokohan menggunakan metode tidak langsung terdiri dari: (1) karakterisasi melalui dialog, (2) lokasi dan situasi percakapan, (3) jati diri tokoh yang dituju oleh penutur, (4) kualitas mental para tokoh, (5) nada, suara, tekanan, dan dialek, (6) karakterisasi melalui tindakan para tokoh. Tokoh utama dalam novel adalah Rara dan Aldo. Tokoh tambahan yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia adalah Ibu, Raga, Rafi, Akbar, Alia, Abah Alia, Umi Alia, Yati, Bude Asih, Ibu Yati, Nenek Aldo, Adam, Andini, Salma, Suster, Bi Siti, Simbok, Ratna, Papa Aldo, dan Billy. Dari segi fungsi penampilan, tokoh yang termasuk dalam tokoh protagonis adalah: Rara, Aldo, Ibu, Raga, Nenek, Akbar, Rafi, Yati, Salma, Alia, Adam, Syarif, Simbok, Asih, Abah, Ummi, Bi Siti, Suster, dan Billy. Tokoh yang termasuk tokoh antagonis adalah: Ratna, Andini dan Ibu Yati. Analisis penokohan menggunakan metode tidak langsung menghasilkan gambaran penokohan tokoh yang terlibat dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Peneliti menyusun metode kontekstual pembelajaran dalam bentuk silabus dan RPP sebagai acuan dan bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I. Silabus dan RPP dapat digunakan untuk mencapai Standar Kompetensi membaca, memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Novika, Vitalis Cicik. 2016. “Contextual Method in Character and Characterization Learning on Novel Rumah Tanpa Jendela Written by Asma Nadia to the First Semester Senior High Schools Students of Class XI”. Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma. This research examined contextual method in character and characterization learning on novel Rumah Tanpa Jendela written by Asma Nadia. This research was aimed to describe contextual method in character and characterization learning on novel Rumah Tanpa Jendela written by Asma Nadia to the First Semester Senior High Schools Students of Class XI. The method used in this research was descriptive qualitative approach. Descriptive qualitative approach method was used to describe the character and characterization on novel Rumah Tanpa Jendela written by Asma Nadia, in the words or language is good and true. Reserchers apply the steps used in the contextual method learning character and characterization of the novel Rumah Tanpa Jendela written by Asma Nadia were: (1) making synopsis, (2) identifying of the character and characterization, (3) questioning, (4) learning in groups, (5) modeling, (6) reflection, (7) authentic assessment. On research, researchers analyzed character and characterization on novel Rumah Tanpa Jendela written by Asma Nadia. Character analyzed in this research are two type, in terms of the role (the main character and additional figures) and in terms of function appearance (protagonist and antagonist). Characterizations found by the reasearchers examined the indirect method were: (1) characterization through dialogue, (2) the location and situation of the conversation, (3) identity figures targeted by speakers, (4) mental quality leaders (5) tone, sound, pressure, and dialects, (6) characterization through action figures. The main character in the novel is Rara and Aldo. The addtional figures in the novel is Ibu, Raga, Rafi, Akbar, Alia, Abah Alia, Umi Alia, Yati, Bude Asih, Ibu Yati, Nenek Aldo, Adam, Andini, Salma, Suster, Bi Siti, Simbok, Ratna, Papa Aldo, and Billy. In the terms of function appearance, a figure by which included in figures protagonist is Rara, Aldo, Ibu, Raga, Nenek, Akbar, Rafi, Yati, Salma, Alia, Adam, Syarif, Simbok, Asih, Abah, Ummi, Bi Siti, Suster, and Billy. Figure by which included in figures antagonist is Ratna, Andini dan Ibu Yati. Analyzed characterization used the indirect produce picture characterization figures involved on novel Rumah Tanpa Jendela written by Asma Nadia. Researcher arranged contextual method learning in syllabus and lesson plantsused as a reference and materials in literature learning in Senior High Schools class XI semester 1. The syllabus and lesson plantsused could be used to reach the reading competency standard to understand various tales Indonesian/translated novels.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Metode Kontekstual dalam Pembelajaran Tokoh dan Penokohan Novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia Untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Penulis menyadari bahwa terselesainya skripsi ini berkat dukungan, doa, semangat, bimbingan, nasihat, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang selalu memberikan motivasi kepada penulis agar cepat menyelesaikan skripsi ini. 3. Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang selalu membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam menyusun skripsi. 4. Drs. P. Hariyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang selalu membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam menyusun skripsi. 5. Seluruh dosen PBSI yang telah membimbing, mendampingi, dan mendidik penulis selama menempuh perkuliahan. 6. Bapak Robertus Marsidiq, selaku staff sekretariat yang telah memberikan pelayanan administrasi di Prodi PBSI. 7. Seluruh karyawan dan staf Universitas Sanata Dharma. 8. Orang tua saya, Bapak Ignasius Sumanto dan Ibu Valentina Eni Indawati yang selalu mendoakan, memberi semangat, memberikan dana dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
iv
MOTO
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
KATA PENGANTAR
x
DAFTAR ISI
xii
BAB I PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
5
C. Tujuan
5
D. Manfaat
5
E. Definisi Istilah
6
F. Sistematika Penyajian
8
BAB II LANDASAN TEORI
9
A. Penelitian yang Relevan
9
B. Landasan Teori
12
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Metode Kontekstual
12
a. Definisi Metode Kontekstual
12
b. Prinsip Metode Kontekstual
13
c. Komponen Pembelajaran Kontekstual
15
d. Langkah-Langkah Penerapan CTL di Kelas
16
2. Hakikat Novel
22
3. Tokoh
23
4. Penokohan
24 30
C. Pembelajaran Sastra di SMA 1. Silabus
30
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
32
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
33 36
D. Kerangka Berpikir BAB III METODOLOGI PENELITIAN
37
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
37
B. Metode Penelitian
37
C. Sumber Data
38
D. Instrumen Penelitian
39
E. Teknik Pengumpulan Data
40
F. Teknik Analisis Data
40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
42
A. Deskripsi Data
42
B. Pembahasan Metode Kontekstual
43
1. Identifikasi Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia
43
2. Identifikasi Tokoh dan Penokohan Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia
54
a. Identifikasi tokoh Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia
54
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Identifikasi Penokohan Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia
108
3. Bertanya
192
4. Diskusi Kelompok
192
5. Pemodelan
193
6. Refleksi
196
7. Penilaian Autentik
197
C. Implementasi Pembelajaran Tokoh dan Penokohan Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia
201
1. Silabus
202
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
205
BAB V PENUTUP
226
A. Kesimpulan
226
B. Implikasi
228
C. Saran
228
DAFTAR PUSTAKA
230
LAMPIRAN
232
A. Lampiran kutipan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia
233
B. Bab sembilan Belas novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia
259
BIODATA
273
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam
pembelajaran
Bahasa
Indonesia,
kompetensi
dasar
membaca novel maupun membaca terjemahan novel merupakan materi yang wajib dipelajari oleh peserta didik, khususnya pada jenjang SMA kelas XI semester 1. Materi ini termasuk dalam empat komponen keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Empat keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam membaca novel memerlukan dua aspek kemampuan. Aspek kemampuan tersebut meliputi aspek kemampuan berbahasa dan aspek kemampuan bersastra. Pada dasarnya, proses pengajaran sastra bukanlah hal yang mudah. Pengetahuan yang dimiliki oleh guru bukan menjadi hal utama suksesnya pembelajaran sastra ini. Selain memiliki pengetahuan, seorang guru yang kreatif harus mampu mengembangkan kemampuan mengajar dengan berbagai metode pembelajaran yang efektif dan efisien yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta didiknya. Pemilihan pendekatan atau metode pembelajaran yang tepat dapat menjadi tolok ukur keberhasilan pencapaian pembelajaran sastra. Secara umum, pendekatan pembelajaran terbagi menjadi dua, yaitu pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered approach) dan pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered approach). Pendekatan dan 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
strategi juga secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap proses aktivitas peserta didik di kelas, karena pada dasarnya yang terpenting bukanlah hasil akhir siswa dalam pembelajaran melainkan proses belajar siswa dalam memahami materi. Metode kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Pembelajaran kontekstual Contextual
Teaching
and
Learning
(CTL)
merupakan
konsep
pembelajaran dengan mengaitkan antara materi pembelajaran dengan dunia nyata siswa dengan mendorong siswa agar membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari (Muslich, 2007: 41). Dalam pembelajaran kontekstual, siswa bukan hanya belajar mengenai materi bahasa dan sastra Indonesia khususnya novel saja, melainkan siswa dapat mengambil pesan atau manfaat dari isi novel tersebut untuk kemudian diaplikasikan secara nyata ke dalam kehidupan siswa sehari-hari. Sastra merupakan gambaran dari kehidupan masyarakat yang dituangkan dalam bentuk tulisan, gerak, maupun simbol tertentu. Karya sastra diciptakan oleh pengarang bukan hanya untuk dibaca saja, melainkan digunakan untuk diapresiasi dan dinikmati secara turun temurun. Novel merupakan cerita rekaan yang menyajikan tentang aspek kehidupan manusia yang lebih mendalam yang senantiasa berubah-ubah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
dan merupakan kesatuan dinamis yang bermakna (Wahyuningtyas & Santoso, 2011: 47). Novel memiliki unsur pembangun yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Salah satu unsur intrinsik yang penting dan memengaruhi jalannya cerita dalam novel yaitu adanya tokoh yang digambarkan atau diceritakan. Tokoh dalam novel berkaitan erat dengan penokohan. Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman via Budianta, 2008: 86), sedangkan penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku (Jauhari, 2013: 161). Novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia memuat cerita yang sederhana namun mampu menggambarkan situasi kehidupan saat ini. Novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia merupakan salah satu novel yang sukses menarik banyak pembaca dan dapat menjadi novel yang layak diperhitungkan. Alasan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia layak diperhitungkan karena isi cerita mengandung fakta berkaitan dengan kelas sosial dan kelas ekonomi yang terjadi pada masyarakat sekarang. Melihat tanggapan dan antusias pembaca yang sangat baik terhadap cerita novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia, cerita dalam novel kemudian di filmkan dengan judul yang sama. Film Rumah Tanpa Jendela menjadi film terbaik dan memenangkan penghargaan Festifal Film Indonesia pada tahun 2011, berkat isi ceritanya yang baik dan memiliki unsur mendidik. Prestasi yang telah diraih oleh novel Rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
Tanpa Jendela karya Asma Nadia dapat dijadikan gambaran dan pertimbangan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran novel. Ketertarikan peneliti terhadap novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia di dalam novel ini terdapat unsur yang membangun karya sastra itu sendiri yaitu unsur tokoh dan penokohan. Selain itu, tindakan yang dilakukan oleh para tokoh dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan dapat dijadikan contoh bagi siswa sehingga novel ini dapat dijadikan sebagai bahan baru dalam pengajaran sastra di SMA kelas XI semester 1 terutama pada materi ajar tokoh dan penokohan. Peneliti memilih metode kontekstual dalam menganalisis tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia agar siswa dapat mengaitkan kesesuaian antara penokohan dengan perilaku yang ditimbulkan. Dengan adanya metode kontekstual ini, peserta didik dapat belajar memaknai kehidupan dengan membaca novel tersebut kemudian mengambil nilai yang terkandung untuk diaplikasikan dalam perilaku sehari-hari. Peneliti melakukan penelitian terhadap novel Rumah Tanpa Jendela ini dengan berfokus dalam salah satu unsur intrinsik dalam novel Rumah Tanpa Jendela yaitu tokoh yang berkaitan erat dengan penokohan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini ialah “bagaimana penerapan metode kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan Novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia untuk siswa SMA kelas XI semester 1 dalam bentuk silabus dan RPP?”. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan metode kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan Novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia untuk siswa SMA kelas XI semester 1 dalam bentuk silabus dan RPP. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Memberikan sumbangan bagi ilmu pembelajaran sastra dan pendidikan yaitu implementasi metode kontekstual. 2. Memperkaya pemahaman terhadap unsur tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. 3. Memberikan sumbangan berupa referensi bagi peneliti-peneliti yang akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan pendekatan maupun objek yang digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
4. Bagi guru bidang studi Bahasa Indonesia khususnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk materi pengajaran dan strategi pengajaran sastra. 5. Bagi peneliti sendiri, dapat menambah pemahaman peneliti terhadap strategi pembelajaran dengan menerapkan metode kontekstual dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
E. Definisi Istilah 1. Novel Novel merupakan cerita rekaan yang menyajikan aspek kehidupan manusia
yang
mendalam
yang
senantiasa
berubah-ubah
dan
merupakan kesatuan dinamis yang bermakna (Wahyuningtyas & Santosa, 2011: 47). 2. Tokoh Sudjiman via Budianta, dkk (2008: 86) tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. 3. Penokohan Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku (Jauhari, 2013: 161). Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku (Jauhari, 2013: 161). .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
4. Implementasi Im-ple-men-ta-si/ n/ pelaksanaan; penerapan (Depdiknas, 2008: 529). 5. Metode Kontekstual Pendekatan kontekstual atau contextual teaching and learning merupakan suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu (Hosnan, 2014: 267). 6. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh tiap-tiap satuan pendidikan/ sekolah (Muslich, 2007: 10). 7. Silabus Silabus merupakan seperangkat rencana dan peraturan tentang implementasi kurikulum, yang mencakup kegiatan pembelajaran, pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar, serta penilaian berbasis kelas (Mulyasa, 2008: 133). 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru ketika proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP yang ada, baik dibuat sendiri oleh guru maupun bukan maka RPP dapat membantu menerapkan pembelajaran secara terprogram (Muslich, 2007: 45).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
F. Sistematika Penyajian Sistematika penyajian penelitian ini terdiri dari lima bagian utama, yaitu: (1) Pendahuluan. Bab pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. (2) Landasan teori. Landasan teori terdiri dari penelitian yang relevan, dan kajian teori. Bab ini akan memuat teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. (3) Metodologi penelitian. Metodologi penelitian terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, metode penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, serta teknik analisis data.
(4)
Pembahasan. Hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari deskripsi data, pembahasan metode kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia, dan implementasi hasil analisis pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia untuk siswa SMA kelas XI semeter I yang diaplikasikan dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
(5) Penutup. Penutup terdiri dari
kesimpulan, implementasi dan saran. Kesimpulan diperoleh dari hasil pembahasan terhadap analisis data. Kesimpulan inilah yang akan menjadi hasil penelitian ini. Sedangkan, saran diperlukan untuk para peneliti lain yang ingin meneliti dengan topik yang masih sama yaitu tokoh dan penokohan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan disajikan beberapa teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian. Bab ini meliputi tiga komponen penting, yaitu (A) penelitian yang relevan, (B) landasan teori, serta (C) pembelajaran sastra di SMA (D) kerangka berpikir.
A. Penelitian Yang Relevan Peneliti menemukan dua penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Erna Lawu Niri dari Universitas Sanata Dharma dengan judul “Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Alur Novel Manusia Langit Karya Jajang Agus Sonjaya Untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I” (Niri, 2011). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Maria Srilestari ini, mencoba mendeskripsikan tentang bagaimana menemukan alur dalam novel Manusia Langit karya Jajang Agus Sonjaya melalui pendekatan kontekstual dan bagaimana implementasinya dalam kegiatan belajar mengajar untuk siswa jenjang SMA kelas XI semester 1. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti pada bagian awal penelitian, membuat sinopsis novel terlebih dahulu. Setelah itu, peneliti
memberikan
langkah
kedua
yaitu
menentukan
tema,
mengidentifikasi unsur alur. Implementasi yang dilakukan oleh peneliti dalam wujud silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
Hasil analisis yang telah dilakukan dalam novel Manusia Langit karya Jajang Agus Sonjaya sebagai berikut, tema yang ditemukan yaitu mempertahankan harga diri dan menjunjung nilai kebudayaan. Kemudian dari segi alur, ditemukan bahwa alur yang digunakan yaitu alur sorot-balik atau flash back. Hasil analisisnya berimplikasi dalam pembelajaran sastra dalam bentuk silabus dan RPP. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Herlina, Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana UNS dengan judul “Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia (Kajian Sosiologi Sastra, Resepsi Sastra, dan Nilai Pendidikan)” (Herlina, 2013). Penelitian tersebut mendeskripsikan bagaimana latar belakang sosial budaya masyarakat pinggiran novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia, pengaruh latar belakang sosial pengarang terhadap proses penciptaan novel Rumah tanpa Jendela karya Asma Nadia, hal yang mempengaruhi latar belakang sosial pengarang terhadap proses penciptaan novel Rumah Tanpa Jendela, resepsi pembaca novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia, dan nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra dan resepsi sastra.
Teknik
pengumpulan data dengan analisis dokumen. Dokumen dalam penelitian ini adalah Novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
Hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1) latar belakang sosial budaya yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela tampak pada seperti kebiasaan-kebiasaan, prilaku, sikap, sopan santun, hubungan kekerabatan, tampak pada kesempatan memperoleh pendidikan, ajaranajaran tertentu, Sifat kemandirian, (2) hal yang paling mendasar yang mempengaruh latar belakang sosial pengarang terhadap proses penciptaan novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia adalah keadaan ekonomi keluarga pengarang novel ini yang sangat sederhana, permasalahan hidup yang pernah dialami oleh pengarang, dan keyakinan yang kuat terhadap agamanya. (3) Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan terhadap pembaca novel Rumah Tanpa Jendela, Tanggapan terhadap novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia dinilai positif. Sebab novel ini dapat mampu membawa pengaruh positif dalam diri pembacanya. (4) nilai pendidikan yang terkandung di dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia yaitu nilai pendidikan agama, mengajarkan kepada pembacanya agar selalu meminta pertolongan hanya kepada Allah melalui shalat dan berdoa. Nilai pendidikan sosial, mengajarkan kepada pembacanya agar mengutamakan gotong royong dan kepedulian terhadap sesama. Nilai pendidikan adat istiadat mengajarkan kepada pembacanya, khususnya para orang tua agar tidak memaksakan kehendaknya. Nilai pendidikan moral mengajarkan kepada pembacanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
agar tidak mengutamakan kepentingan pribadi dan segala perbuatan kita jangan sampai merugikan orang lain. Secara garis besar penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang berjudul “Metode Kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia untuk siswa SMA kelas XI semester I” terdapat persamaan dan perbedaan dengan kedua peneliti terdahulu. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Erna Lawu Niri adalah
sama-sama
menggunakan
metode
kontekstual,
sedangkan
perbedaannya yaitu sumber data (judul novel) serta analisis unsurnya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian kedua yang di lakukan oleh Herlina adalah objek penelitiannya sama (novel), sedangkan perbedaannya adalah kajian yang digunakan dalam meneliti.
B. Landasan Teori 1. Metode Kontekstual a. Definisi Metode Kontekstual Metode kontekstual atau contextual teaching and learning merupakan suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu (Hosnan, 2014: 267). Metode kontekstual adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dalam dunia nyata (Rusnan, 2012: 187). Dalam pembelajaran kontekstual, guru mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang ia miliki dalam hal ini materi yang diberikan oleh guru dengan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Strategi pembelajaran kontekstual yaitu bahwa materi tidak seluruhnya dari guru. Akan tetapi, siswa dituntut
untuk
mencari,
melakukan,
dan
mengalami
dari
pembelajaran sastra yang telah dilakukan. Hal tersebut karena pada dasarnya dalam pembelajaran sastra mengandung pesan yang baik untuk siswa dalam memecahkan permasalahan yang ia alami dalam lingkungan keluarga maupun masyarakatnya. b. Prinsip Metode Kontekstual Metode kontekstual dalam implementasinya memerlukan perencanaan pembelajaran yang mencerminkan konsep dan prinsip CTL (Rusman, 2012: 193). Ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang wajib dikembangkan oleh guru, yaitu sebagai berikut: 1) Kontruktivisme (Contructivism) Kontruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam CTL yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Dalam CTL, strategi untuk membelajarkan siswa menghubungkan antara setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
konsep dengan kenyataan merupakan unsur yang diutamakan dibandingkan dengan penekanan terhadap beberapa banyak pengetahuan yang harus diingat siswa. 2) Menemukan (Inquiry) Proses ini merupakan kegiatan inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan
bahwa
pengetahuan
dan
keterampilan
serta
kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil penemuan sendiri. 3) Bertanya (Questioning) Pengetahuan yang dimiliki seseorang dimulai dengan bertanya. Dalam implementasi CTL, pertanyaan yang diajukan oleh guru atau siswa harus dijadikan alat atau pendekatan untuk menggali informasi atau sumber belajar yang ada kaitannya dengan kehidupan nyata. 4) Masyarakat-belajar (Learning Community) Maksudnya adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman. Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
5) Pemodelan (Modeling) Tahap
pemodelan
dapat
dijadikan
alternatif
untuk
mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritik-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme. 6) Refleksi (Reflection) Reflleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru saja terjadi atau baru saja dipelajari. Pada saat refleksi, siswa diberi kesempatan
untuk
mencerna,
menimbang,
membandingkan
menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri (learning to be). Setiap pengetahuna, sikap dan keterampilan pada dunia nyata akan diaktualisasikan pada kehidupan selanjutnya yang telah diinternalisasikan melalui pengalaman sebelumnya. 7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment) Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dari informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. c. Komponen Pembelajaran Kontekstual Terdapat delapan komponen pembelajaran kontekstual (Johnson dalam Rusman, 2012: 192) sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
1) Menjalin
hubungan-hubungan
yang
bermakna
(making
meaningful connections) 2) Mengajarkan
pekerjaan-pekerjaan
yang
berarti
(doing
significant work) 3) Melakukan proses belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning) 4) Mengadakan kolaborasi (collaborating) 5) Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thingking) 6) Memberikan
layanan
secara
individual
(nurturing
the
individual) 7) Mengupayakan pencapaian standar yang tinggi (reaching high standards) 8) Menggunakan asesmen autentik (using authentic assessment). d. Langkah-langkah Penerapan CTL Di Kelas Menurut Trianto (2009:111) secara garis besar langkahlangkah penerapan CTL dalam kelas adalah sebagai berikut: 1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksikan sendiri pengetahuaan dan keterampilan barunya. 2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. Maksudnya adalah siswa 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompokkelompok). 5) Hadirkan model sebagi contoh pembelajaran. 6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan. 7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Melalui langkah-langkah pembelajaran kontekstual (CTL) di atas, dapat dilakukan implementasi metode kontekstual terhadap proses pembelajaran tokoh dan penokohan sebagai berikut: 1) Membuat Sinopsis Siswa membuat sinopsis atau ringkasan cerita novel sesuai dengan pemahaman siswa. Hal ini berkaitan dengan metode kontekstual dimana siswa berperan aktif sehingga siswa dapat menghubungkan cerita novel dengan situasi siswa sehari-hari dan siswa dapat menemukan hasil penemuan sendiri. 2) Mengidentifikasi unsur tokoh a) Tokoh Terdapat dua jenis tokoh menurut peranannya yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Langkah-langkah identifikasi tokoh utama dan tokoh tambahan adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
(1) Membaca novel dengan seksama. (2) Memahami teori definisi tokoh utama dan tokoh tambahan, kemudian mengartikan atau menangkap makna sesuai dengan konsep pemahaman siswa sendiri,
selanjutnya
menghubungkan
definisi
dengan novel. (3) Menganalisis atau mencari tokoh utama dan tokoh tambahan dalam novel. (4) Menemukan tokoh utama dan tokoh tambahan berdasarkan hasil penemuan sendiri (inquiry). (5) Mengkomunikasikan hasil temuan. Berdasarkan fungsi penampilannya, terdapat dua jenis tokoh yaitu tokoh protagonis dan antragonis. Langkah-langkah identifikasi tokoh antagonis dan protagonis adalah sebagai berikut. (1) Membaca cerita novel dengan seksama dan teliti. (2) Memahami definisi tokoh protagonis dan tokoh antagonis, mengartikan definisi dengan sederhana sesuai dengan pemahaman sendiri. (3) Mencari dan menganalisis tokoh antagonis dan protagonis
dalam
novel
pemahamannya sendiri.
berdasarkan
konsep
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
(4) Menemukan tokoh antagonis dan protagonis berdasarkan hasil penemuan sendiri (inquiry). (5) Mengkomunikasikan hasil temuan. b) Penokohan Langkah-langkah menemukan penokohan dalam novel berdasarkan metode kontekstual adalah sebagai berikut. (1) Membaca secara seksama novel dan memahami isinya. (2) Memahami
teori
definsi
penokohan
yang
diterangkan oleh guru melalui pemahamannya sendiri secara sederhana. (3) Mencari dan menganalisis penokohan dalam novel berdasarkan pemahamannya. (4) Menemukan penokohan tokoh yang terdapat dalam novel dan menyusun menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan pemahaman siswa (Inquiry). (5) Mengkomunikasikan hasil analisis atau temuan.
Melalui langkah-langkah pembelajaran kontekstual (CTL) itu pula, dapat dilakukan Implementasi metode kontekstual dalam RPP pembelajaran unsur tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
Jendela karya Asma Nadia pada siswa SMA kelas XI semester I. Langkah-langkah pembelajaran CTL tersebut adalah sebagai berikut: 1) Identifikasi novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia Pada langkah awal, siswa secara individu diberikan waktu untuk mengerjakan tugas membaca novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia dan memahami isi ceritanya, kemudian siswa menuliskan sinopsis atau ringkasan cerita agar lebih memahami secara mendalam isi cerita tersebut. 2) Mengidentifikasi unsur tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia Pada langkah ketiga, siswa menganalisis unsur tokoh dan penokohan sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam silabus Bahasa Indonesia pada novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Oleh karena itu, siswa diharapkan terlebih dahulu mengetahui definisi tokoh dan penokohan. 3) Bertanya Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik berkaitan dengan pembelajaran tokoh dan penokohan. Begitu juga sebaliknya, guru akan memberikan pertanyaan kepada peserta didik untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Melalui bertanya diharapkan agar siswa mampu mengaitkan antara analisis tokoh dan penokohan dalam novel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia dengan kehidupan siswa sehari-hari. 4) Diskusi kelompok Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Setiap kelompok dibagikan teks bab sembilan belas (19) dari bacaan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Kemudian siswa mendiskusikan tokoh dan penokohan yang terdapat pada bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Belajar dalam kelompok akan menambah pengetahuan peserta didik dalam proses belajar. Kemudian, siswa
melalui perwakilan kelompok menyampaikan hasil
diskusi. 5) Pemodelan Pada langkah kelima ini, guru menyediakan dan memberikan contoh atau model sebuah novel yang telah dianalisis. Contoh yang diberikan kepada peserta didik dapat menjadi acuan bagi peserta didik untuk menganalisis unsur tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. 6) Refleksi Untuk
menguji
pemahaman
siswa,
setelah
pembelajaran akan selesai, siswa membuat catatan kecil mengenai pemahamannya pada materi yang telah dibahas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
7) Penilaian autentik Ciri khusus dalam pendekatan kontekstual yaitu melakukan penilaian autentik. Tujuannya agar guru mengetahu sejauh mana pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh peserta
didik.
Peserta
didik
akan
diuji
mengenai
pemahamannya dengan memberikan tugas baru mengenai pembelajaran menganalisis novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
2. Hakikat Novel Novel merupakan cerita rekaan yang menyajikan tentang aspek kehidupan manusia yang lebih mendalam yang senantiasa berubah-ubah dan merupakan kesatuan dinamis yang bermakna (Wahyuningtyas & Santoso, 2011: 47). Novel memiliki dua unsur pembangun yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri sedangkan unsur ekstrinsik yaitu unsur-unsur yang berada di luar karya sastra tetapi tidak secara langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra (Nurgiyantoro, 2007: 23). Unsur-unsur intrinsik terdiri dari peristiwa, cerita, plot, tokoh, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa. Unsur ekstrinsik menurut Wellek & Warren melalui Nurgiantoro (2007: 24) antara lain subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
pandangan hidup yang semuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Dalam hal ini, unsur intrinsik dan ekstrinsik saling berkaitan guna terciptanya suatu karya sastra berupa novel.
3. Tokoh Sudjiman via Budianta, dkk (2008: 86) mendefinisikan tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Jenis tokoh menurut peranannya terdiri dari tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama (central character) adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2007: 176177). Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Tokoh utama sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan, tokoh utama selalu hadir sebagai pelaku yang dikenai kejadian dan konflik. Tokoh utama dalam novel, dapat lebih dari satu orang, meskipun kadar keutamaannya tidak sama. Keutamaan ditentukan oleh dominasi, banyaknya penceritaan, dan pengaruhnya terhadap perkembangan plot secara keseluruhan. Tokoh tambahan (peripheral character) adalah tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun dalam porsi penceritaan yang relatif pendek (Nurgiyantoro, 2007: 176- 177).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
Pemunculan tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung. Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, tokoh dalam cerita terbagi atas 2 macam, sebagai berikut. 1) Tokoh Protagonis adalah tokoh yang dikagumi, tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita (Altenbernd & Lewis via Nurgiantoro, 2007: 178). 2) Tokoh Antagonis adalah tokoh yang melawan protagonis. Penyebab terjadinya konflik dalam sebuah novel adalah tokoh antagonis, kekuatan antagonis, atau keduanya sekaligus (Nurgiantoro, 2007: 179). Di dalam penelitian ini akan dibahas mengenai tokoh protagonis dan antagonis pada bab IV yaitu hasil penelitian dan pembahasan. 4. Penokohan Secara etimologi karakterisasi berasal dari bahasa Inggris character atau karakter yang berarti watak atau peran. Character atau karakter bisa juga berarti orang, masyarakat, ras, sikap mental dan moral, kualitas nalar, orang terkenal, tokoh dalam karya sastra (Minderop, 2011: 2). Kemudian kata character mendapat tambahan akhiran –ization yang artinya proses sehingga characterization atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
karakterisasi berarti pemeranan, pelukisan watak. Watak, perwatakan dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku (Jauhari, 2013: 161). Penokohan dan karakterisasi-karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita. Metode penokohan/karakterisasi dalam karya sastra adalah metode melukiskan watak para tokoh yang terdapat dalam suatu karya fiksi (Minderop, 2011: 2). Beberapa cara yang dapat dipergunakan oleh pengarang untuk melukiskan rupa, watak atau pribadi para tokoh (Jauhari, 2013: 161) adalah sebagai berikut. 1) Melukiskan bentuk lahir pelakon (physical description). 2) Melukiskan jalan pikiran pelakon atau apa yang terlintas dalam pikirannya (portrayal of thought stream or of conscious thought). 3) Melukiskan bagaimana reaksi pelakon itu terhadap kejadiankejadian (Reaction to events). 4) Pengarang langsung menganalisis watak pelakon (direct author analysis). 5) Pengarang melukiskan keadaan sekitar pelakon (discussion of environment).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
6) Pengarang melukiskan bagaimana pandangan pelakon lain dalam suatu cerita terhadap pelaku utama (reaction of other about/to character). 7) Pelakon-pelakon lain dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan tokoh utama (conversation of other about character).
Pelukisan atau penggambaran karakter (watak)
tokoh, pada
umumnya pengarang menggunakan dua cara atau metode dalam karyanya, metode langsung (telling) dan metode tidak langsung (showing) (Minderop, 2011: 6). Metode langsung (telling) dilakukan secara langsung oleh si pengarang (Minderop, 2011: 6-7). Metode ini biasanya digunakan oleh kisah-kisah rekaan zaman dahulu sehingga pembaca hanya mengandalkan penjelasan yang dilakukan pengarang semata. Metode ini mencakup: (1) Karakterisasi melalui penggunaan nama tokoh (chararterizkoh, action through the use of the names). Nama tokoh dalam suatu karya sastra kerap kali digunakan untuk memberikan ide atau menumbuhkan gagasan, memperjelas serta mempertajam perwatakan tokoh. Pemberian nama pada tokoh bertujuan untuk melukiskan kualitas karakteristik yang membedakannya dengan tokoh yang lain. (2) Karakterisasi melalui penampilan tokoh (chararterization through appearance). Dalam karya sastra, penampilan tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
memegang peranan penting dengan telaah karakterisasi. Penampilan tokoh dapat berbentuk apa yang dikenakan dan bagaimana ekspresinya. Metode perwatakan menggunakan penampilan tokoh memberikan kebebasan pengarang untuk mengekspresikan persepsi dan sudut pandangnya. (3) Karakterisasi melalui tuturan pengarang (chararterization by the author). Metode ini memberikan tempat yang luas dan bebas kepada pengarang atau narator dalam menentukan kisahnya.
Pengarang
berkomentar
tentang
watak
dan
kepribadian para tokoh sehingga menembus ke dalam pikiran, perasaan, dan gejolak batin tokoh. Di samping itu, dalam metode ini pengarang tidak sekadar menggiring perhatian pembaca terhadap komentarnya tentang watak tokoh, tetapi juga mencoba membentuk persepsi pembaca tentang tokoh yang dikisahkannya.
Metode tidak langsung adalah metode yang lebih banyak dipilih penulis modern. Pada metode ini, pembaca harus memahami watak tokoh dengan melalui dialog dan action mereka (Minderop, 2011: 7-9). Metode tidak langsung terdiri dari: 1)
Karakterisasi melalui dialog Karakterisasi melalui dialog terdiri atas apa yang dikatakan penutur, jatidiri penutur, lokasi dan situasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
percakapan, jatidiri tokoh yang dituju oleh penutur, kualitas mental para tokoh, nada suara, penekanan, dialek, dan kosa kata. Melalui dialog yang dilakukan oleh tokoh, maka pembaca dapat menganalisis dan menarik kesimpulan berkaitan dengan penokohan/ perwatakan tokoh yang dimaksud. 2) Lokasi dan situasi percakapan Lokasi dan situasi percakapan berperan penting dalam sebuah cerita agar pembaca memiliki gambaran cerita. Melalui lokasi
percakapan, pengarang dapat
menggambarkan
keadaan.
suatu
Melalui
situasi
percakapan, pengarang dapat juga menggambarkan watak para tokoh dalam suatu cerita. 3) Jati diri tokoh yang dituju oleh penutur Penutur yang dimaksudkan disini adalah tokoh lain dalam cerita yang menyampaikan tuturan atau cerita mengenai tokoh tertentu yang berperan pula dalam cerita tersebut. 4) Kualitas mental para tokoh Kualitas mental para tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara atau bercakap-cakap dengan tokoh lain melalui alunan dan aliran tuturan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
5) Nada, suara, tekanan, dialek Nada suara jika di ekspresikan baik secara eksplisit maupun implisit maka dapat memberikan gambaran kepada pembaca berkaitan dengan watak si tokoh. Penekanan suara memberikan gambaran penting tentang tokoh karena memperlihatkan keaslian watak tokoh. Misalnya watak pemarah, penyabar, dan bijaksana. Selain itu, penekanan suara juga dapat merefleksikan pendidikan, profesi dan dari kelas mana si tokoh berasal. Dialek dan kosa kata dapat memberikan fakta penting
tentang
memperlihatkan
seorang keaslian
tokoh
karena
watak.
keduanya
Bahkan,
dapat
Mengungkapkan pendidikan profesi dan status sosial si tokoh, apakah ia seorang berpendidikan, dari kalangan tertentu, pekerjaan dan wataknya yang hakiki. 6) Karakterisasi melalui tindakan para tokoh. Watak tokoh dapat di amati melalui tingkah laku. Tingkah laku di sini diartikan sebagai tindakan tokoh dalam cerita. Tokoh dan tingkah laku bagaikan dua sisi mata uang. Untuk membangun watak dengan landaasan tingkah laku, pembaca harus mampu mengamati secara lebih rinci pada setiap alur peristiwa tersebut. Selain karakterisasi melalui tindakan
para
tokoh
yang
dapat
dilakukan
untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
menganalisis watak tokoh yaitu dengan melalui ekspresi wajah dan motivasi tokoh berperilaku demikian. Berdasarkan kesesuaian penelitian yang dilakukan, peneliti memilih menggunakan metode tidak langsung dalam menganalisis penokohan/karakterisasi tokoh yang terdapat pada novel Rumah tanpa Jendela karya Asma Nadia karena sesuai dengan tujuan penelitian.
C. Pembelajaran Sastra di SMA Hal yang paling mendasar dalam mengolah pembelajaran sastra di SMA adalah memilih materi yang tepat yang dipadukan dengan kemampuan guru menggunakan daya kreativitasnya dalam penyampaian materi. Selain itu, seorang guru memerlukan pegangan berupa rancangan pembelajaran agar dalam proses pembelajarannya nanti dapat beralur atau tertata. Rancangan pembalajaran itu berupa Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 1.
Silabus Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi
dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran
(RPP),
dilaksanakan,
dievaluasi,
ditindaklanjuti oleh masing-masing guru (Muslich, 2007: 24).
dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
Muslich (2007: 25—26) mengemukakan prinsip pengembangan silabus sebagai berikut. a. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. b. Relevan Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai atau ada keterkaitan dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik. c. Sistematis Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. d. Konsisten Adanya hubungan yang konsisten (ajek, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian. e. Memadai Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
f. Aktual dan Kontekstual Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memerhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. g. Fleksibel Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomondasikan keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi disekolah dan tuntutan masyarakat. h. Menyeluruh Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotor).
2.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan
pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru ketika proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP yang ada, baik dibuat sendiri oleh guru maupun bukan maka RPP dapat membantu menerapkan pembelajaran secara terprogram. Oleh karena itu, RPP harus mempunyai daya terap (aplicable) yang tinggi. Pada sisi lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya (Muslich, 2007: 45).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
Prinsip
dalam
pengembangan
RPP
untuk
menyukseskan
implementasi dalam kurikulum KTSP (Mulyasa, 2008 :157- 158) adalah sebagai berikut: a. Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas, makin konkret kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tersebut. b. Rencana pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. c. Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPP harus menunjang dan disesuaikan dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. d. RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas pencapaiannya. e. Harus ada koordinasi antar komponen pelaksanaan program disekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim (team teaching) atau moving class.
3.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) merupakan
arah dan landasan pengembangan materi standar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Depdiknas telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
menyiapkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sebagai acuan oleh para pelaksana (guru) dalam mengembangkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Mulyasa, 2008: 231). Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia (Mulyasa, 2008: 239). Peneliti menemukan bahwa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat pada Silabus pelajaran Bahasa Indonesia jenjang SMA kelas XI semester I sesuai dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
No 1
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Jenjang Pendidikan
: SMA
Kelas
: XI
Semester
:1
Standar Kompetensi Membaca:
Kompetensi Dasar 7.2 menganalisis unsur-
7. Memahami berbagai unsur
intrinsik
dan
hikayat,
novel ekstrinsik
Indonesia/
novel Indonesia/ terjemahan.
terjemahan.
novel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
Berdasarkan
SK-KD
tersebut,
peneliti
merumuskan
indikator yang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu: 1.
Mampu menjelaskan pengertian novel.
2.
Mampu menjelaskan unsur intrinsik novel yaitu tokoh dan penokohan.
3.
Mampu mengidentifikasi tokoh yang terdapat pada novel.
4.
Mampu mengidentifikasi penokohan yang terdapat pada novel.
5.
Mampu menganalisis tokoh dalam novel dari segi peranan dan fungsi penampilan.
6.
Mampu menganalisis penokohan dalam novel menggunakan teori tidak langsung.
7.
Mampu menyimpulkan penokohan yang terdapat pada novel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
D. Kerangka Berpikir
Guru
Kemampuan menyesuaikan bahan, dan pembelajaran digunakan.
guru tujuan, metode yang
Peserta didik dapat mengerti materi ajar, belajar lebih aktif, dan mampu mengambil manfaat dari pembelajaran dalam kehidupan nyata.
Bahan Cara tokoh menghadapi berbagai situasi kehidupan dalam novel mampu menjadi contoh nyata yang baik bagi peserta didik. Analisis tokoh dilihat dari segi peranan dan fungsi penampilan.
Siswa berperan aktif dalam belajar, menemukan jawaban setiap persoalan, mengaplikasikan hasil pembelajaran dalam kehidupan sehari hari.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Unsur intrinsik novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia
Analisis penokohan menggunakan metode tidak langsung yang terdiri dari 6 langkah.
Metode kontekstual
Pembelajaran sastra SMA kelas XI semester 1
Silabus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian dengan judul Metode Kontekstual dalam Pembelajaran Tokoh dan Penokohan Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia Untuk SMA Kelas XI Semester 1 menggunakan metode kontekstual. Melalui metode kontekstual, diharapkan memberikan ide baru baik bagi guru maupun peserta didik dalam menganalisis tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia. Selain itu, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya (Moleong, 2006:6). Tujuan dalam penelitian kualitatif adalah untuk menganalisis yang diteliti agar diperoleh informasi mengenai perilaku mereka, perasaannya, keyakinan ide, bentuk pemikiran, serta dapat menghasilkan sebuah teori (Syamsuddin, 2007:74).
B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode deskriptif. Metode deskriptif diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Hadari, 2005: 73). Karena metode yang 37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
digunakan adalah metode deskriptif, penelitian ini mendeskripsikan tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
C. Sumber Data Data penelitian yaitu bahan jadi (lawan dari bahan mentah). Data dalam penelitian ini berupa percakapan (Sudaryanto melalui Mahsun, 2007: 18). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu sumber data utama dan sumber data penunjang. Sumber data penunjang dalam hal ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan pembelajaran kontekstual, tokoh, serta perwatakan. Sedangkan, sumber data utama yaitu sumber dimana didapatkannya informasi dari data yang diteliti. Dalam hal ini, sumber data utamanya adalah metode kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia untuk siswa SMA kelas XI semester 1. Berikut ini merupakan klasifikasi dari data utama: Judul Novel
: Rumah Tanpa Jendela
Pengarang
: Asma Nadia
Penerbit
: PT Kompas Media Nusantara
Tahun Terbit : Januari 2011 Kota
: Jakarta
Halaman
: 188
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yaitu alat sebagai pengumpul data. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti bertindak sebagai alat pengumpul data. Menurut Moleong (2006: 169), ciri peneliti sebagai alat pengumpul data mencakup beberapa segi. Segi yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1.
Responsif maksudnya peneliti bersifat interaktif terhadap orang dan lingkungannya.
2.
Dapat menyesuaikan diri maksudnya sikap menyesuaikan terhadap keadaan dan situasi pengumulan data.
3.
Menekankan keutuhan maksudnya peneliti berkepentingan dengan konteks dalam keadaan utuh.
4.
Mendasarkan diri atas pengetahuan maksudnya ialah peneliti sebagai pengumpul data dengan menggunakan berbagai metode, tentu saja sudah membekali pengetahuan dan mungkin latihan-latihan yang diperlukan.
5.
Memproses secepatnya maksudnya peneliti setelah mendapatkan data segera diproses secepatnya.
6.
Memanfaatkan
kesempatan
untuk
mengklarifikasikan
dan
mengiktisarkan maksudnya peneliti mempunyai kemampuan lebih dalam, menghaluskan, ataupun menguji silang informasi yang mulanya meragukan baginya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan dan mengolah informasi yaitu teknik baca dan catat. Pada tahap awal, peneliti membaca beberapa teori yang berkaitan dengan metode kontekstual kemudian menerapkannya dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia. Selain itu, untuk memahami isi cerita novel Rumah Tanpa Jendela, peneliti membaca keseluruhan cerita. Teknik catat digunakan oleh peneliti untuk mencatat kutipan dialog yang sekiranya dapat menunjukkan gambaran penokohan setiap tokoh dalam novel tersebut.
F. Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif. Analisis deskriptif yaitu analisis dengan merinci dan menjelaskan secara panjang lebar keterkaitan data penelitian dalam bentuk kalimat (Nurastuti, 2007: 130). Berikut ini langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan data dengan teknik baca catat. Bagian yang akan dideskripsikan dalam penelitian ini merupakan salah satu unsur intrinsik yaitu unsur tokoh yang berkaitan erat dengan penokohan. Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam menganalisis tokoh dan penokohan adalah sebagai berikut: 1. Peneliti membaca dengan seksama dan secara keseluruhan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
2. Peneliti menandai nama-nama tokoh yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. 3. Peneliti mencatat nama-nama tokoh yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. 4. Peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi peranannya yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. 5. Peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi penampilannya yaitu tokoh antagonis dan protagonis. 6. Peneliti
menganalisis
penokohan
masing-masing
tokoh
menggunakan teori tidak langsung dengan mencatat setiap dialog yang dapat melukiskan watak tokoh yang terdapat dalam setiap bab novel yang diperankan oleh masing-masing tokoh. 7. Peneliti merelevansikan novel Rumah Tanpa Jendela ke dalam pembelajaran sastra di SMA dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 8. Peneliti menyajikan data dalam bentuk laporan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Pada bab ini akan dikemukakan data metode kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia ini terdiri dari dua puluh satu bab. Dalam bab-bab tersebut menggunakan judul kecil tertentu dan menggunakan numerik/angka. Dari dua puluh satu bab tersebut, peneliti menganalisis tokoh dan penokohan yang terlibat dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia
kemudian
mengimplementasikan dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester 1 melalui silabus dan RPP. Metode yang digunakan oleh peneliti dalam membuat pengajaran sastra ini adalah metode kontekstual. Metode kontekstual dapat membuat proses pembelajaran lebih menyenangkan bagi siswa. Hal tersebut dikarenakan melalui metode kontekstual proses pembelajaran dilakukan tidak dengan monoton, akan tetapi membutuhkan peran aktif siswa dalam belajar. Melalui metode kontekstual ini, siswa bukan hanya belajar teori melainkan siswa juga dapat menerapkannya dalam kehidupan siswa sehari-hari sehingga siswa akan lebih termotivasi ketika belajar.
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
B. Pembahasan Metode Kontekstual Melalui langkah-langkah pembelajaran kontekstual dapat dilakukan pembelajaran tokoh dan penokohan dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia untuk siswa SMA kelas XI semester I. Langkahlangkah tersebut sebagai berikut: 1. Identifikasi novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia Pada tahap awal ini, siswa membaca secara seksama novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia dan memahami isi ceritanya. Kemudian, siswa membuat sinopsis atau ringkasan cerita dengan tujuan agar siswa lebih memahami secara mendalam isi ceritanya. Berikut ini sinopsis setiap bab novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. (1)
Bab satu Rara, seorang gadis kecil yang memiliki cita-cita sederhana
yaitu menginginkan jendela bagi rumahnya yang kecil. Tidak banyak yang bisa ia lakukan untuk mendapatkan jendela selain berdoa dan meminta kepada Bapak serta Ibunya. Selain impian memiliki jendela, Rara sangat menginginkan sang Ibu sehat lagi sehingga dapat melihatnya tersenyum penuh kasih padanya. (2)
Bab dua Rara
tidak
pernah
menghentikan
impiannya.
melalui
imajinasinya ia terus membiarkan angannya memiliki jendela terpelihara. Teman-teman Rara selalu mengejek impiannya, tetapi ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
tidak pernah putus asa karena selalu ada Ibu, Simbok, serta Bude Asih yang tidak pernah melarangnya bermimpi dan ada Bapak yang selalu memberinya nasihat. (3)
Bab tiga Rara merasa lebih beruntung daripada teman sebaya di sekitar
rumahnya. Ia satu-satunya anak yang tidak pernah dipukul orang tuanya berbeda dengan teman-temannya yang lain. Rara terus membayangkan suatu saat memiliki jendela dan hidup di rumah yang nyaman. (4)
Bab empat Alia adalah guru sukarelawan yang memiliki budi baik
memberikan sekolah gratis di lingkungan Rara tinggal. Akan tetapi, gejolak dalam hatinya muncul manakala orang tuanya melarangnya mengajar dan memintanya untuk segera menikah dengan laki-laki pilihan Abah (Bapak Alia). (5)
Bab lima Rara merasa sangat bahagia karena akan memiliki seorang
adik. Akan tetapi, kebahagiaan yang belum sempat ia rasakan itu tibatiba lenyap ketika
sang
Ibu terpeleset
di
rumahnya
yang
mengakibatkan sang Ibu dan calon adiknya meninggal dunia. Setelah sang Ibu meninggal, Rara tinggal bersama Bapak, Bude Asih dan Simbok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
(6)
Bab enam Selepas kepergian sang Ibu, Rara masih belum merasakan
warna hidupnya. Ada satu hal yang baru dimengerti oleh Rara mengapa Bapak tidak suka dengan Bude Asih, ternyata Bude Asih adalah pelacur. Raga menyimpan kebencian terhadap Bude Asih hingga membuat Bude Asih pergi dari rumah. (7)
Bab tujuh Bu Alia, seorang guru cantik yang mengajari Rara dan teman-
temannya secara sukarela. Rara sangat menyukai sosok Bu Alia. Di mata Rara, Bu Alia adalah sosok yang sempurna, cantik, baik, dan pintar. Rara merasa bersyukur karena dapat bersekolah meskipun usianya sudah terlambat. (8)
Bab delapan Rara bertemu dengan teman barunya di sebuah sanggar lukis
ketika Rara bekerja mengojek payung. Sahabat barunya adalah Aldo, anak berkebutuhan khusus. Akan tetapi, Rara tak pernah memilih dalam berteman. Pada saat mengojek payung, Rara tertabrak mobil lalu di bawa oleh Aldo dan neneknya ke rumah sakit. (9)
Bab sembilan Adam adalah kakak Aldo. Adam menyukai guru Rara yang
bernama Alia. Adam membuat beberapa puisi untuk Alia. Alia mulai tertarik, namun tidak mau memberi harapan lebih kepada Adam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
karena ia harus menghibur Rara yang terkena kecelakaan dan Alia sudah dijodohkan oleh lelaki pilihan orang tuanya.. (10)
Bab sepuluh Bapak Rara membuat gambar di tembok tipleks rumahnya.
Gambar itu adalah gambar jendela. Bapaknya berusaha memberikan kejutan kepada anaknya yang selalu merengek meminta jendela. Akan tetapi, setelah Bapak menunjukkan pada Rara, justru Rara menangis karena kecewa. Setelah kejadian itu, Bapaknya mengukir mimpi anaknya di hatinya. (11)
Bab sebelas Rara kini tidak sendiri dalam menggapai mimpinya. Teman-
temannya mulai menyadari pentingnya memiliki jendela. Rara telah memberikan pengaruh pada anak-anak lain. Ia terus ingat nasihat sang Ibu dan juga nasihat Bu Alia untuk selalu berdoa. (12)
Bab dua belas Andini adalah kakak kedua Aldo. Andini merayakan ulang
tahunnya yang ke-17 di salah satu kafe. Aldo dan sang Nenek berinisiatif mengundang Rara dan teman-temannya untuk menghadiri dan meramaikan acara ulang tahun Andini. Adam, kakak tertua Aldo mendukung rencana itu. Tibalah saat di mana mereka tampil di acara ulang tahun Andini, akan tetapi hal ini justru membuat Andini malu. Andini menangis dan merasa pestanya telah gagal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
(13)
Bab tiga belas Rara teringat satu hal yang terjadi sore itu, Simbok
membantunya menyiapkan segala sesuatu untuk menghadiri acara ulang tahun Andini. Sepulang dari acara Andini, Rara harus melihat kenyataan rumahnya terbakar. Rara takut, Bapak dan Simbok tak ditemukan. (14)
Bab empat belas Rara masih berusaha mencari keberadaan Bapak dan Simbok,
akan tetapi mereka tidak ditemukan. Di waktu kejadian, Bapak Rara yang baru saja pulang bekerja membawa jendela untuk sang anak merasa terkejut melihat rumahnya terbakar. Ia lantas berlari ke dalam dan menyelamatkan Simbok. Akan tetapi, ketika hendak keluar dari rumah mereka, Raga yang sedang memapah Simbok tertimpa reruntuhan kayu yang terbakar. (15)
Bab lima belas Kabar berdatangan mengenai penyebab kebakaran terjadi.
Akan tetapi hal itu tidak dihiraukan Rara, yang ia tahu sekarang ia telah kehilangan Bapaknya. Bapaknya meninggal dalam kebakaran itu dan Simbok terbaring lemah di rumah sakit. Rara menyesal mengapa di waktu kejadian, ia tak dapat menemukan Bapak dan Simbok yang dibawa ambulan. Setelah itu, ia melihat kembali rumahnya yang terbakar. Ia menemukan sebuah jendela, jendela dari Bapak untuknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
(16)
Bab enam belas Aldo bertemu Billy, teman laki-laki kakaknya Andini di
rumahnya. Aldo berbicara dan bercengkrama dengan Billy, tetapi setelah Andini melihatnya ia justru marah dan malu kepada Billy. Malu karena Andini memiliki adik seperti Aldo. Bukan Andini saja yang mengabaikan Aldo, Papa dan Mama Aldo juga tidak memperhatikan Aldo. Berbeda dengan Adam yang begitu menyayangi sang adik. Andini melontarkan kekesalannya kepada Aldo. Awalnya Aldo tak mengerti apa yang dikatakan Andini. Namun, semakin lama Aldo semakin mengerti. (17)
Bab tujuh belas Rara menunggu Simbok yang terbaring di rumah sakit. Teman-
teman Rara dan Bu Alia terkadang datang menjenguk dan menguatkan Rara. Rara terus berdoa demi kesehatan satu-satunya anggota keluarga yang Rara punyai itu. Suatu malam ketika Rara mengambil wudhu ia terkejut melihat Aldo datang sendirian. (18)
Bab delapan belas Nenek mencari Aldo yang hilang. Mama dan Papa Aldo panik
mendengar sang anak hilang. Mereka teringat ketika mereka malu akan tingkah Aldo di hadapan teman-teman mereka. Hanya Adam yang menganggap Aldo ada. Andini merasa bersalah atas hilangnya Aldo. Andini mencari Aldo ditemani oleh Billy. Di perjalanan, Billy menceritakan kisah saudaranya yang memiliki penyakit serupa dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
Aldo yang kini sudah tiada. Cerita itu membuat Andini tersadar, apa yang dilakukan selama ini adalah salah. (19)
Bab sembilan belas Aldo mengajak Rara pergi, sedangkan Rara masih tidak
mengerti atas sikap Aldo. Aldo menitikkan air mata dan mengucapkan terima kasih kepada Rara, seseorang yang tulus menganggapnya sebagai seorang sahabat. Adam masih mencari Aldo, mencari di rumah sakit, rumah teman-teman Rara kemudian mencari di rumah Bu Alia. Alia kaget mendengar mereka hilang, ia meminta izin kepada Abah untuk mencari mereka. Abah tidak mengizinkan, akan tetapi Ummi membujuk Abah. Di rumah Aldo, Nenek dan Mama serta Papa Aldo shalat berjamaah memohon keselamatan Aldo. (20)
Bab dua puluh Mama dan Papa Aldo masih meratapi kepergian sang anak.
Mereka menyesali apa yang mereka lakukan pada Aldo. Ketika subuh tiba, mereka melakukan shalat berjamaah kembali. Di tempat lain, Rara dan Aldo berlari dengan napas tersengal karena di kejar orang gila. Ketika mereka hendak di tangkap oleh orang gila itu, satu hal yang tak disangka terjadi. (21)
Bab dua puluh satu Adam dan Bu Alia telah menyelamatkan Aldo dan Rara. Adam
dan Alia saling melemparkan senyuman. Setelah kejadian Aldo pergi dari rumah, keluarga Aldo kini bersikap baik terhadapnya. Ratna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
memutuskan untuk menjaga Aldo di rumah dan melakukan bisnis melalui akun sosial media berkat saran Andini. Diterimanya Aldo di keluarganya membuat Rara ikut merasakan kebahagiaan. Kini, kebahagiaan Rara bertambah lagi. Simbok telah sehat dan kini Rara tinggal di rumah Villa milik keluarga Aldo dan Rara dapat bersekolah dengan biaya dari orang tua Aldo. Bude Asih juga ikut tinggal bersama mereka dan memutuskan meninggalkan dunia gelapnya setelah mengetrahui Raga meninggal dan Simbok sakit. Rara tidak pernah lupa mengirim doa untuk kedua orang tuanya. Impian Rara telah terwujud, ia telah memiliki banyak jendela di rumahnya.
Sinopsis atau ringkasan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia secara keseluruhan adalah sebagai berikut. Rara adalah seorang gadis kecil yang sangat periang dan baik hati. Rara tinggal
dalam rumah tak berjendela di
sebuah
perkampungan kumuh di Jakarta. Ia sangat ingin mempunyai jendela di rumahnya
yang kecil berdinding tripleks. Tidak banyak
keinginannya, cukup satu jendela saja agar dari dalam rumah tiap malam ia dapat melihat keindahan bulan, melihat senyum matahari, melihat kupu-kupu dan ramainya rintik hujan. Rara kecil tinggal bersama dengan Bapak dan Ibunya. Bapaknya Raga yang bekerja sebagai pemulung dan penjual ikan hias, tidak cukup punya uang untuk membuat atau membeli bahkan hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
selembar daun jendela dan kusennya saja. Sampai suatu ketika Rara merasa sangat bahagia karena hendak memiliki adik, akan tetapi Tuhan berkehendak lain. Ibu Rara yang sedang hamil terpeleset di kamar mandi dan meninggal dunia. Selepas Ibu dan calon adiknya meninggal, Rara tinggal dengan Bapak, Nenek dan Budenya. Bude Rara bernama Asih, ia tidak tahu jika budenya bekerja secara tidak halal, Mbok dan Raga tidak suka dengan pekerjaan Asih tersebut. Raga tidak suka Asih tinggal bersama mereka, sehingga Asih memutuskan untuk pergi dari rumah Raga. Rara tetap merajut mimpinya, melalui imajinasi dan gambargambar rumah berjendela sederhana yang ia buat. Ia hanya ingin melalui jendela, melihat burung-burung yang berkicau di pagi hari, hujan yang turun atau sekedar menikmati sinar mentari pagi yang menyentuh wajahnya.
Bersama teman-temannya sesama anak
pemulung, sebelum ngamen atau ngojek payung jika hari sedang hujan, Rara sekolah di tempat sederhana khususnya untuk anak jalanan. Bangunan sekolah tersebut hanya berdinding tepas setinggi 1,5 meter dan beratap seng bekas. Bu Alia satu-satunya pengajar sukarelawan disitu yang membimbing dan membina anak- anak pemulung tersebut . Di tempat lain, di perumahan mewah Kota Jakarta adalah Aldo anak lelaki berusia 10 tahun yang sedikit terbelakang mental, merindukan kehangatan keluarga di tengah keluarganya yang sibuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
dengan urusanya masing-masing. Aldo tidak memiliki sahabat, sehingga ia juga memerlukan uluran tangan sahabat yang tulus. Ia anak bungsu dari pengusaha sukses, Pak Syahri dan Nyonya Ratna. Kakak tertua Aldo bernama Adam berusia 23 tahun adalah seorang vokalis sekaligus pemimpin dalam group bandnya sedangkan kakak keduanya Andini, seorang gadis cantik berusia 17 tahun yang malu mempunyai adik seperti Aldo. Kehadiran Nenek, Ibunya Pak Syahri yang baru datang dari Medan dan kini menetap dirumah Pak Syahri, menjadi penghiburan untuk Aldo. Aldo berkenalan dengan Rara yang saat itu tengah mengojek payung dan terserempet mobil Aldo. Sejak itu mereka menjadi akrab, bahkan Rara dan beberapa anak pemulung lainnya jadi sering bermain ke rumah Aldo.
Ratna dan Andini terganggu dengan kehadiran
teman-teman baru Aldo, namun karena Pak Syahri mengizinkan mereka tidak bisa melarang Aldo. Suatu hari Andini merayakan ulang tahunnya yang ke-17 di gedung, ia mendapat kejutan berupa pertujukan tari dan nyanyi dari Aldo, Nenek Aisyah, Rara serta teman-teman pemulungnya. Bukannya senang, Andini marah besar karena ia merasa Aldo telah mempermalukannya di depan umum. Andini tidak suka karena menurutnya semua orang jadi tahu kalau ia punya adik yang cacat! sementara itu, di perkampungan kumuh tempat Rara tinggal terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
kebakaran yang mengakibatkan Bapaknya meninggal dan Neneknya (Simbok) koma. Rara sangat sedih dan terpukul dengan kejadian itu. Andini penyebab Aldo pergi dari rumah. Aldo merasa kecewa dengan sikap kakaknya yang terang- terangan merasa malu memiliki adik seperti dirinya. Aldo pergi ke rumah sakit tempat di mana Simbok dirawat. Ketika Aldo melihat Abangnya Adam mencarinya hingga ke rumah sakit, Aldo akhirnya pergi dari rumah sakit di temani oleh Rara. Rara yang bingung atas sikap Aldo tanpa sadar
ikut
menemani Aldo pergi. Semuanya sibuk mencari, mereka bingung mencari Aldo karena Rara juga tidak ada di rumah sakit. Aldo tetap tidak mau pulang walaupun Rara sudah berusaha membujuknya. Hari semakin larut dan
hujan turun, mereka
kelaparan. Rara meminjam payung kepada penjual makanan untuk digunakan mengojek payung agar dapat membeli makanan. Rara dan Aldo dikejar oleh orang gila, untung saja Bu Alia dan Adam menemukan mereka di waktu yang tepat. Setelah kejadian Aldo pergi dari rumah, keluarga kini lebih memperhatikan Aldo. Andini tidak malu memiliki adik seperti Aldo, justru Andini sadar dan sangat sayang kepada Aldo. Simbok telah sadar dari komanya, hati Rara sangat gembira. Rara dan Neneknya tidak ada tempat tinggal, maka Ayah Aldo meminta mereka tinggal di sebuah Villa milik keluarga Aldo. Rara dan temanteman pemulungnya di sekolahkan. Aldo sering berkunjung dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
bermain kesana. Rara telah mengubur mimpinya untuk mempunyai jendela, karena di Villa tersebut banyak sekali jendela sehingga dapat memandangi lingkungan sekitar yang indah. Ketika Bude Asih mendengar Raga telah meninggal ia memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai PSK dan menemani Rara dan Simbok tinggal di Villa.
2. Identifikasi Tokoh dan Penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia Peserta didik diharapkan mampu menganalisis tokoh dan penokohan dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat pada silabus bahasa Indonesia untuk SMA kelas XI semester I. a.
Tokoh Peserta didik diminta menemukan tokoh dalam novel Rumah
Tanpa Jendela karya Asma Nadia di lihat dari segi peranannya. Tokoh terbagi menjadi dua, yaitu tokoh utama (sentral), dan tokoh bawahan. Peserta didik akan menganalisis tokoh berdasarkan utama dan tokoh tambahan (tokoh dari segi peranannya) dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro (2007: 176— 177).
Langkah-langkah yang dapat digunakan untuk
menganalisis tokoh adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
(1)
Membaca novel dengan seksama.
(2)
Memahami definisi tokoh utama dan tokoh tambahan.
(3)
Menganalisis atau mencari tokoh utama dan tokoh tambahan dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
(4)
Menemukan tokoh utama dan tokoh tambahan dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
(5)
Menyusun dalam bentuk laporan.
Dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia ini, peneliti menemukan tokoh utama dan tokoh tambahan yang sangat berperan penting dalam jalannya cerita. (1)
Tokoh utama (sentral) Tokoh utama (central character) adalah tokoh yang diutamakan
penceritaannya
dalam
novel
yang
bersangkutan
(Nurgiyantoro, 2007: 176—177). Tokoh utama sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan, tokoh utama selalu hadir sebagai pelaku yang dikenai kejadian dan konflik. Kehadiran tokoh utama (sentral) lebih dominan daripada tokoh lain serta menjadi pusat perhatian bagi pembaca. Novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia, tokoh utama atau tokoh sentralnya adalah Rara dan Aldo. Rara disebut sebaga tokoh sentral dikarenakan setiap kejadian atau peristiwa yang diangkat baik secara langsung maupun tidak langsung menceritakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
kehidupan kedua tokoh tersebut, sedangkan tokoh Aldo disebut sebagai tokoh sentral karena tokoh Aldo juga banyak diceritakan, banyak berhubungan dengan Rara, mempengaruhi perkembangan plot, bahkan perwujudan mimpi oleh tokoh Rara tokoh Aldo yang mewujudkan. (2)
Tokoh bawahan/tambahan Tokoh tambahan (peripheral character) adalah tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun dalam porsi penceritaan yang relatif pendek (Nurgiyantoro, 2007: 176— 177). Tokoh bawahan juga sering disebut sebagai tokoh tambahan. Disebut sebagai tokoh tambahan karena kedudukannya tidak sentral, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama. Tokoh bawahan yang ditemukan dalam novel
Rumah
Tanpa Jendela karya Asma Nadia adalah: Ibu, Raga, Rafi, Akbar, Alia, Abah, Ummi, Yati, Bude Asih, Ibu Yati, Nenek Aldo, Adam, Andini, Salma, Suster, Bi siti, Simbok, Ratna, Syafri, dan Billy. (3) Tokoh Berdasarkan Fungsi Penampilan Peserta didik diminta menemukan sifat tokoh dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia berdasarkan fungsi penampilannya. Berdasarkan fungsi penampilannya, tokoh dalam cerita terbagi dua macam yaitu tokoh protagonis dan antagonis. Peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
didik akan menganalisis tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Peserta didik menganalisis tokoh protagonis dan tokoh antagonis dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh Nurgiantoro (2007: 178—179). Langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis tokoh berdasarkan fungsi penampilan adalah sebagai berikut. (1) Membaca novel dengan seksama. (2) Memahami definisi tokoh antagonis
dan tokoh
protagonis. (3) Menganalisis tokoh antagonis dan tokoh protagonis dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. (4) Menemukan tokoh antagonis dan protagonis dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. (5) Menyajikan dalam bentuk laporan. Peneliti menganalisis tokoh dari segi fungsi penampilan setiap bab novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Hasil analisis tersebut adalah sebagai berikut. 1.
Bab Satu Pada bab satu dengan sub judul pada novel: gadis kecil dan
doanya,
peneliti
menganalisis
tokoh
penampilan. Hasil analisis sebagai berikut.
berdasarkan
fungsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
(1)
Rara Berdasarkan kutipan novel (1—2) oleh tokoh Rara,
peneliti menemukan bahwa sifat Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Ini dibuktikan dengan kebaikan hatinya pada harapan kesembuhan ibunya serta impian baiknya memiliki jendela dengan tetap berdoa kepada Tuhan. (2)
Ibu Kutipan novel (3), menggambarkan bahwa tokoh Ibu
berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis Tokoh Ibu muncul untuk mengatasi persoalan anaknya dalam bermimpi dengan berdoa. 2.
Bab dua Pada bab dua dengan sub judul novel: perjalanan mimpi
teman kecil, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut. (1)
Rara Berdasarkan kutipan novel (4— 6), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Kutipan novel (4&5), pembaca dapat melihat nilai kebaikan seperti layaknya seorang anak baik hati yang mengikuti apa nasihat yang diberikan oleh orang tuanya. Pada kutipan novel (6), Rara juga mampu membuat orang tuanya selalu bangga dengan mimpinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
(2)
Ibu Berdasarkan kutipan novel (7—9), peneliti menyimpulkan
bahwa tokoh Ibu berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Ibu baik hati selalu mendorong anaknya untuk tetap bermimpi dan tidak mematahkan impian sang anak. Tokoh Ibu selalu menasihati sang anak agar berani mengahadapi ketakutan. (3)
Raga Berdasarkan kutipan novel (10— 12) dapat disimpulkan
bahwa tokoh Raga memiliki sifat Protagonis. Hal ini dibuktikan dengan caranya menunjukkan kasih sayang kepada Rara serta nasihat lembut yang diberikan kepada anaknya guna membangun anaknya agar lebih berani melawan rasa takut. (4)
Rafi
Berdasarkan kutipan novel (13 & 14), dapat disimpulkan bahwa Rafi berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Rafi seorang penakut, tetapi ia justru berusaha untuk tidak membuat teman-temannya takut dengan membuat lelucon agar teman-temannya tertawa karena merasa salah sangka atas apa yang terjadi padanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
3.
Bab tiga Pada bab tiga dengan sub judul novel: perjalanan mimpi
teman-teman kecil, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut. (1)
Rara Kutipan novel (15 & 16), menunjukkan bahwa tokoh Rara
berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Kutipan tersebut, memberikan gambaran kepada pembaca bahwa tokoh Rara mempunyai nilai optimis. Optimis mengenai mimpinya memiliki jendela di rumahnya dengan berbagai keterbatasan yang ada sehingga dapat membuat pembaca tersentuh sehingga tokoh Rara layak di sebut tokoh protagonis. (2)
Akbar Berdasarkan kutipan novel (17-18), peneliti menyimpulkan
bahwa tokoh Akbar berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Akbar sering menerima perlakuan fisik dari bapaknya sampai mengalami luka lebam, tetapi hal ini tidak menjadi beban bagi Akbar. Akbar tidak dendam atas apa yang dilakukan oleh bapaknya. (3)
Yati Pada kutipan novel (19), dapat disimpulkan bahwa tokoh
Yati berdasakan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Tokoh Yati digambarkan sebagai tokoh yang sabar menghadapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
perlakuan Ibunya, ia tidak pernah terlihat menjadikan itu sebagai beban hidupnya. Yati tidak menaruh dendam atas apa yang dilakukan ibunya terhadapnya. (4)
Rafi Berdasarkan kutipan novel (20 & 21), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Rafi berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Rafi memiliki nilai kesabaran, ia tidak pernah marah dan selalu tersenyum ketika teman-temannya menggodanya meskipun tak mudah baginya mengulang-ulang kalimat karena keterbatasannya. (5)
Ibu Berdasarkan kutipan novel (22— 24), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Ibu berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Ibu memiliki nilai keimanan yang tinggi. Ibu selalu menasihati anaknya untuk selalu berdoa kepada Tuhan. 4.
Bab empat Pada bab empat dengan sub judul novel: seorang gadis dan
pernikahan, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut. (1)
Alia Berdasarkan
menyimpulkan
kutipan
bahwa
tokoh
novel Alia
(25—
29),
berdasarkan
peneliti fungsi
penampilannya adalah tokoh protagonis. Hal ini dapat kita lihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
melalui kutipan novel (25 & 26), ketika hendak dijodohkan oleh orang tuanya, ia tak kuasa menolak meski dalam hati kecilnya tidak menginginkan perjodohan terjadi. Pada kutipan novel (27— 29), menunjukkan bahwa Alia memiliki sifat mulia. Ia rela mengajar anak-anak di kampung kumuh tanpa biaya sedikitpun. (2)
Abah Berdasarkan kutipan novel (30 & 31), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Abah berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh antagonis. Abah selalu memaksakan kehendaknya kepada anaknya. Konflik batin Alia timbul karena tokoh Abah selalu menentang keinginan Alia dan cenderung egois dalam menentukan pilihan hidup anaknya. (3)
Ummi Berdasarkan kutipan novel (32 & 33), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Ummi berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh antagonis. Tokoh Ummi cenderung egois dan konflik yang terjadi
pada
batin
Alia
dikarenakan
Ummi
memaksakan
kehendaknya kepada Alia. 5.
Bab lima Pada bab lima dengan sub judul novel: pintu mimpi
menghilang!, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
(1)
Rara Berdasarkan kutipan novel (34— 36), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Pada kutipan dialog (34), Rara awalnya merasa cemas dan takut atas pernyataan yang diberikan teman-temannya setelah ia memiliki adik, akan tetapi Rara lantas menghilangkan pikiran itu. Rara tetap bahagia dan menyambut baik kehamilan Ibunya. Kutipan dialog (35), Rara berusaha membelikan nasi rendang keinginan Ibu untu adik yang ada di kandungan Ibu, meskipun ia harus bekerja dan mengumpulkan uang dari ngojek payung. Hal ini menggambarkan betapa tokoh Rara ini peduli dengan Ibu dan adik dalam kandungannya. Pada kutipan novel (36), meskipun harus menerima kenyataan pahit Ibunya jatuh dan bersimbah darah, Rara tetap tegar dan tetap berdoa pada Tuhan, ia juga bersikap tidak egois. Ia rela menukar mimpi terbesarnya memiliki jendela asal Ibunya selamat. Pada akhirnya, ia harus menerima kenyataan pahit kehilangan sang adik serta Ibunya yang menyusul menghadap Tuhan. (2)
Akbar Berdasarkan
menyimpulkan
kutipan
bahwa
novel
tokoh
(37
Akbar
&
38),
berdasarkan
peneliti fungsi
penampilannya adalah tokoh protagonis dan antagonis. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
dapat dilihat dari kebaikan hatinya menanyai teman-teman apa yang
mereka
inginkan
meskipun
tidak
benar-benar
membelikannya, ia dapat menimbulkan gelak tawa teman-teman. Pada kutipan novel (38) dapat disimpulkan pula watak Akbar yang Antagonis. Akbar tidak menyukai kehadiran adiknya. Menurut Akbar adiknya hanya menyusahkan dia. Jika dicermati, perilaku maupun dialog yang ditimbulkan oleh Akbar, membuat pembaca tahu bahwa ia tidak ingin memiliki adik. Hal ini menggambarkan watak Akbar yang antagonis. (3)
Yati Berdasarkan kutipan novel (39), dapat disimpulkan bahwa
tokoh Yati berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh antagonis. Hal ini terbukti ketika ia iri terhadap sang adik, iri karena Ibunya lebih mementingkan sang adik. Selain itu, Yati juga menganggap bahwa anak kecil hanya akan merepotkan hidupnya. Yati juga membujuk Rara untuk tidak menyukai kehadiran calon adiknya dengan berbagai pengalaman yang telah ia rasakan. (4)
Rafi Berdasarkan
kutipan
novel
(51
&
52),
peneliti
menyimpulkan bahwa Rafi berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Berdasarkan kutipan novel (40), menunjukkan bahwa Rafi memiliki sikap sabar dan mental yang kuat. Rafi selalu diejek teman-teman karena ketika ia kesulitan berbicara, ia tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
merasa kesal dan tidak marah sedikitpun dengan perlakuan temantemannya. 6.
Bab enam Pada bab enam dengan sub judul novel: sayap yang lain,
peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut. (1)
Rara Berdasarkan
kutipan
novel
(41—
45),
peneliti
menyimpulkan bahwa Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Kutipan novel (41), menunjukkan bahwa Rara memiliki nilai ideal kehidupan kita sehari-hari yaitu peduli kepada anggota keluarga (Budenya). Rara merasa cemas ketika Bude Asih harus pergi menjelang malam. Pada kutipan novel (42), Rara memiliki uang dan ingin mengumpulkan uangnya untuk meneruskan mimpi memiliki jendela. Teman-temannya membujuk Rara agar mau membelikan makanan enak di restoran, ia tak kuasa menolaknya. Pada kutipan novel (43), menggambarkan cara pikir Rara yang berbeda dengan teman lain seusianya. Anak usia belia sudah memikirkan pentingnya memiliki jendela. Selain itu, Rara juga merupakan sosok yang senang berbagi kebahagiaan dengan temantemannya meskipun ia harus sedikit berkorban.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
Kutipan novel (44) menggambarkan bahwa ia perhatian dengan Budenya dengan menyambut ketika pulang. Pada kutipan novel (45), Rara dengan polos dan lugu akhirnya mengerti apa arti ‘melacur’, namun ia tidak membenci Budenya dengan pekerjaan itu. (2)
Bude Asih Berdasarkan kutipan novel (46), dapat disimpulkan bahwa
tokoh Bude Asih berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Ia baik hati kepada Rara dan tidak pelit kepadanya. Pada kutipan novel (47 & 48), dapat disimpulkan pula bahwa sifat Bude Asih adalah protagonis. Ia memang tidak berusaha mencari pekerjaan lain yang halal, tetapi ia bekerja seperti itu untuk membantu adik, keponakan, serta Ibunya yang mengalami kesulitan ekonomi. (3)
Akbar Berdasarkan
kutipan
novel
(66—
69),
peneliti
menyimpulkan bahwa Akbar berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis.
Kutipan novel (49), menunjukkan bahwa
meskipun Akbar membujuk Rara untuk membelikan makanan kepadanya dan teman-teman lain, Akbar tetap memikirkan bagaimana membagi uang tersebut agar dapat makan secara adil, sehingga menimbulkan kesan ia tidak serakah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
Pada kutipan novel (50), Akbar memberi pengertian kepada temannya Rara apa yang dimaksud dengan ‘pelacur’. Ia bahkan mengajak Rara untuk menyaksikan sendiri pekerjaan pelacur agar temannya itu dapat memahami betul jawaban dari pertanyaannya. (4)
Ibu Yati Berdasarkan kutipan novel (52), peneliti menyimpulkan
bahwa Ibu Yati berdasarkan fungsi penampilannya adalah antagonis. Ibu Yati tidak memikirkan perasaan orang lain dengan kata-kata kasar yang ia ucapkan. Ibu Yati juga memiliki kebiasaan memukuli anaknya ketika ia marah. (5)
Raga Berdasarkan
kutipan
novel
(52—
54),
peneliti
menyimpulkan bahwa Raga berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Pada kutipan novel (52), Raga mendidik anaknya untuk tidak meminta dan bergantung pada orang lain meskipun itu saudaranya sendiri. Kutipan novel (53), Raga memberi gambaran kepada sang anak untuk bersyukur dan menerima keadaan yang dimiliki. Kutipan novel (54), meskipun dengan nada ketus dan kata-kata yang sedikit kasar tetapi sebenarnya Raga menginginkan Asih untuk merubah jalan hidupnya menjadi lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
(6)
Rafi Berdasarkan kutipan novel (55), dapat disimpulkan bahwa
tokoh Rafi berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Ia berusaha menjelaskan pada sahabatnya mengenai ‘uang haram’. Rafi yang mengalami kesulitan ketika berbicara tetap menjelaskan sesuai dengan pengetahuannya meskipun dengan usaha yang cukup keras. (7)
Yati Pada kutipan novel (55), dapat disimpulkan bahwa tokoh
Yati berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Ia sedih tidak dapat ikut temannya pergi karena ia memilih menjaga adiknya yang sedang sakit di rumah. 7.
Bab tujuh Pada bab tujuh dengan sub judul novel: Ibu guru cantik,
peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut. (1)
Rara Berdasarkan kutipan novel (56), dapat disimpulkan bahwa
Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Rara berimajinasi memiliki jendela hingga menimbulkan gelak tawa teman-temannya. Ia tetap memelihara mimpinya, meskipun banyak yang mengejeknya ia tidak membalas ejekan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
Selain itu, Rara tetap sekolah dan tidak putus asa meskipun usia sudah terlambat. (2)
Akbar Pada kutipan novel (57), dapat disimpulkan bahwa tokoh
Akbar berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Akbar berusaha merayu bu Alia, dengan rayuan yang diberikan kepada Bu Alia ia mampu mencairkan suasana. Bahkan, ketika teman-teman melempari dengan kertas, ia tidak membalas perbuatan teman-temannya. (3)
Alia Berdasarkan kutipan novel (58—60), dapat disimpulkan
bahwa Alia berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Alia dengan penuh kesabaran mengajar untuk pertama kalinya dengan anak kampung pemulung, ia juga lembut dan santun. 8.
Bab delapan Pada bab delapan dengan sub judul novel: doa yang tak
diminta,
peneliti
menganalisis
tokoh
berdasarkan
fungsi
penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut. (1)
Rara Berdasarkan kutipan novel (61— 64), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Pada kutipan novel (61), menunjukkan bahwa Rara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
sosok yang rajin beribadah, serta mendengarkan setiap nasihat sang Ibu. Kutipan novel (62), Rara menemukan teman baru yaitu Aldo yang memiliki keterbelakangan fisik. Tetapi, Rara tidak memilihmilih teman. Ia juga tidak pernah menyinggung perasaan temannya yang kekurangan. Justru ia tidak menyukai jika orang lain mengejek seseorang yang memiliki kekurangan. Kutipan novel (63),
menunjukkan bahwa Rara dapat
mengambil hikmah pada peritiwa yang dialaminya. Hikmah yang dapat ia rasakan adalah melalui kecelakaan ia memiliki teman baru yang berbeda status sosial dengannya. Kutipan novel (63), menunjukkan bahwa Rara memiliki nilai ideal kelembutan hati. Ia tidak lantas menyombongkan diri dengan temannya lantaran memiliki teman baru yang kaya. Ia tetap menunjukkan kepada teman-temannya bahwa ia tetap menjadi pribadi yang baik dan menyenangkan. Kutipan novel (64) menunjukkan bahwa Rara memiliki
sifat
tenggang
rasa.
Ia
memaklumi
kekurangan
sahabatnya, bahkan ia mengajak teman yang lain untuk menghargai kekurangan dan kelebihan orang lain. (2)
Nenek Aldo Berdasarkan kutipan novel (65— 67), tokoh Nenek
berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Nenek menemani Rara dan memperhatikan Rara dengan mengajaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
makan agar kondisi tubuh Rara tetap sehat. Nenek yang usia sudah senja, tetap suka dan tidak terbebani ketika harus memberikan rasa nyaman kepada anak-anak kampung pemulung dengan berbaur, bernyanyi, dan menari bersama. Hal ini menggambarkan bahwa kehadiran Nenek selalu dapat menimbulkan suka cita kepada orang-orang yang berada di sekitarnya. (3)
Salma Berdasarkan kutipan novel (68), dapat disimpulkan bahwa
tokoh Salma berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis, meskipun Salma terkesan senang melihat temannya kecelakaan, akan tetapi maksud salma yang sebenarnya bukan itu. Ia bersyukur karena kini mereka memiliki sahabat baru berkat Rara kecelakaan. Salma juga mengkhawatirkan dan bersyukur bahwa pasca kecelakaan yang terjadi, Rara tidak mengalami cidera yang serius. (4)
Akbar Berdasarkan kutipan novel (69— 71), tokoh Akbar
berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Kutipan novel (69), Akbar tidak menyetujui pendapat temannya karena menurutnya teman Akbar bahagia di atas penderitaan orang lain. Pada kutipan novel (70), meskipun Akbar terkesan gemuk dan pemberani, layaknya seorang anak ia tetap takut dan segan terhadap bapaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
Kutipan novel (71), menunjukkan bahwa Akbar merasa prihatin akan keadaan Aldo meskipun terlihat seperti meremehkan keadaan fisik Aldo. Akbar tidak mempermasalahkan permintaan Rara untuk menghargai kekurangan Aldo. Akbar juga mau menerima Aldo sebagai teman barunya. (5)
Simbok Berdasarkan kutipan novel (72), dapat disimpulkan bahwa
tokoh Simbok berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Simbok menasihati cucunya agar tidak memilih teman dan mengajak menyadari bahwa setiap orang memiliki kekurangan agar cucunya tidak sombong. (6)
Aldo Berdasarkan kutipan novel (73), dapat disimpulkan Aldo
berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Aldo adalah pribadi yang tidak memilih teman bergaul, ia membuka diri bagi siapapun yang hendak datang ke rumahnya. (7)
Rafi Berdasarkan kutipan novel (74), dapat disimpulkan bahwa
Rafi berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Rafi tidak marah ketika teman-teman mengejeknya dalam berbicara. Ia tetap sabar dan berusaha meneruskan perkataan agar teman-temannya mengerti apa yang ia maksud.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
9.
Bab sembilan Pada bab sembilan dengan sub judul novel: sebuah puisi untuk Alia, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut. (1)
Alia Berdasarkan kutipan novel (75— 77), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Alia berdasarkan fungsi penampilannya protagonis. Pada kutipan novel (75), menggambarkan bahwa Alia sosok anak yang patuh terhadap orang tua, ia rela menukar kebahagiaannya demi membahagiakan orang tuanya. Kutipan novel (76), menunjukkan bahwa Alia bukan tipe wanita yang mudah didapatkan. Alia terkesan hati-hati dalam bertutur kata agar tidak menyinggung meskipun ia sempat tidak mengontrol perkataannya akan tetapi itu dilakukan secara tidak sengaja. Pada kutipan novel (77), menunjukkan Alia adalah pribadi yang tidak egois. Ia tetap mengutamakan peraasaan yang sedang dialami anak didiknya (Rara), meskipun sebenarnya mulai tersanjung dengan sikap dan perlakuan Adam. (2)
Adam Berdasarkan kutipan novel (78), dapat disimpulkan bahwa
tokoh Adam berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
protagonis. Adam tidak marah dan tersinggung dengan pertanyaan yang diajukan Alia kepadanya, ini menunjukkan pula bahwa Adam bukan orang yang mudah marah. 10.
Bab sepuluh Pada bab sepuluh dengan sub judul novel: jendela Rara,
peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut. (1)
Rara Berdasarkan kutipan novel (79— 81), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Rara berdasarkan fungsi penampilanya adalah tokoh protagonis. Pada kutipan novel (79), menunjukkan Rara anak yang baik. Ia selalu berdoa untuk semua anggota keluarga, terutama budenya agar mendapat pekerjaan yang lebih baik. Pada kutipan novel (80— 81), menunjukkan bahwa Rara sosok yang tidak pemarah, meskipun kecewa karena harapannya tidak sesuai dengan kenyataannya, ia tetap memaafkan bapaknya dan berusaha menghapus kekecewaan terhadap bapaknya. (2)
Raga Berdasarkan kutipan novel (110— 113), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Raga berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Tiap-tiap dialog yang dilakukan tokoh, menyampaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
nilai ideal bagi pembacanya. Bukti jika Raga memiliki sifat protagonis adalah sebagai berikut. Pada kutipan novel (82), Raga telah berusaha membuat anaknya bahagia dengan mengabulkan permintaan sang anak yang ining memiliki jendela. Kutipan novel (83), Raga berusaha menenangkan putrinya yang kecewa dengan usaha yang telah ia lakukan. Raga meminta maaf dan memberika pelukan penuh kasih. Kutipan novel (84), Raga mulai menyimpan mimpi sang anak dalam hati dan akan berusaha lebih giat lagi agar benar-benar dapat mewujudkan mimpi anaknya. 11.
Bab sebelas Pada bab sebelas dengan sub judul novel: cukup satu
jendela,
peneliti
menganalisis
tokoh
berdasarkan
fungsi
penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut. (1)
Rara Berdasarkan kutipan novel (85— 87), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Pada kutipan novel (85), menunjukkan bahwa tokoh Rara sangat optimis dalam mengejar mimpinya untuk memiliki jendela. Ia juga telah memiliki pengetahuan hidup sehat walaupun dengan keterbatasan yang ia miliki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
Kutipan novel (86), menggambarkan sosok Rara yang suka perdamaian. Ia tidak suka terlibat perkelahian dan justru mengalah dengan diam
dari cacian teman-teman yang meremehkan
mimpinya. Kutipan novel (87), dapat menunjukkan bahwa Rara adalah pribadi yang taat beribadah. Ia percaya bahwa dengan berdoa dan menyerahkan mimpinya kepada Tuhan maka mimpi itu akan menjadi kenyataan. (2)
Rafi Berdasarkan kutipan novel (88), dapat disimpulkan bahwa
tokoh Rafi berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Rafi adalah pribadi yang sabar, ia tidak pernah marah kepada
teman-temannya
yang
sering
menggodanya
ketika
berbicara. Rafi juga tak lantas langsung menolak pernyataan Rara perihal mimpinya memiliki jendela, tetapi menjelaskan alasan mengapa ia tidak memiliki mimpi seperti Rara. (3)
Akbar Berdasarkan kutipan novel (89 & 90), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Akbar berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Kutipan novel (89), jika dilihat secara sekilas Akbar sangat usil kepada temannya. Akan tetapi, hal itu dilakukan hanya untuk bercanda dan tidak ada maksud mengejek temannya. Ia hanya ingin menimbulkan gelak tawa seperti biasanya, dalam hal ini Akbar senang menghibur teman-temannya. Kutipan novel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
(122), Akbar mulai mendukung mimpi temannya. Ia juga mulai membayangkan indahnya memiliki jendela. (4)
Alia Berdasarkan kutipan novel (91), dapat disimpulkan bahwa
tokoh Alia berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Alia mengajarkan Rara selaku anak didiknya agar taat beribadah dan berdoa untuk orang-orang yang dicintai meskipun sudah tidak ada di dunia. 12.
Bab dua belas Pada bab dua belas dengan sub judul novel: ulang tahun
Andini,
peneliti
menganalisis
tokoh
berdasarkan
fungsi
penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut. (1)
Rara Berdasarkan kutipan novel (92— 95), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Pada kutipan novel (92), dapat kita lihat Rara taat beribadah dan selalu setia menunggu orang terkasihnya yang sakit. Kutipan novel (93) menunjukkan bahwa musibah yang dialami orang terkasihnya berawal dari ulang tahun Andini, akan tetapi ia menerima dengan ikhlas kejadian itu. Kutipan novel (94), meskipun sebenarnya hati Rara juga dipenuhi rasa cemas karena pertama kalinya datang ke pesta ulang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
tahun, ia tetap tenang dan menghibur temannya Yati agar tetap bersyukur atas baju sederhana yang mereka miliki. Kutipan novel (95), Rara mulai mengerti dan memahami bahwa sikapnya meremehkan orang lain adalah salah. Ia mulai menyadari bahwa setiap orang memiliki kelebihan masing-masing sehingga mulai belajar menghargai kekurangan orang lain. (2)
Suster Berdasarkan kutipan novel (96), dapat disimpulkan bahwa
tokoh Suster berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Hal ini bukan dikarenakan profesi yang ia sanding menuntutnya untuk selalu berbaur dengan pasiennya, melainkan caranya untuk berusaha mencairkan kecanggungan dengan katakata sederhana yang mengandung perhatian. (3)
Akbar Berdasarkan kutipan novel (97 & 98), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Akbar
berdasarkan fungsi penampilannya adalah
tokoh antagonis. Pada kutipan novel (97), menunjukkan sifat Akbar yang tamak (serakah), ia bahkan membujuk temannya dengan mengambil beberapa makanan dengan dalih ‘mubazir’. Kutipan novel (98), menunjukkan sikap Akbar yang sok tahu dan sombong.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
(4)
Rafi Berdasarkan kutipan novel (99), dapat disimpulkan bahwa
tokoh Rafi berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Rafi dengan kekurangan yang ia memiliki selalu berhasil membuat suasana menjadi lucu dan menyenangkan bagi teman-temannya. Rafi pun tidak sungkan membagikan apa yang ia ketahui berkaitan dengan pengetahuan baru kepada temantemannya. (5)
Yati Berdasarkan kutipan novel (100), dapat disimpulkan bahwa
Yati berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Ia memberitahu
temannya
hal
baru
meskipun
sebenarnya
pengetahuannya terbatas. (6)
Aldo Berdasarkan kutipan novel (101— 104), dapat disimpulkan
bahwa tokoh Aldo
berdasarkan fungsi penampilannya adalah
tokoh protagonis. Kutipan novel (101), menunjukkan bahwa Aldo memiliki rasa perhatian terhadap temannya. Ia selalu datang menemani Rara yang sedang bersedih. Kutipan novel (102— 104), menunjukkan bahwa Aldo tidak pelit terhadap teman-temannya. Ia juga baik hati karena mengundang teman-temannya ke pesta ulang tahun kakaknya. Aldo yang memiliki kekurangan (Autis) dan kesulitannya berkata-kata tak lantas membuatnya malu. Ia berusaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
berbicara meskipun dengan terbata-bata dan murah senyum kepada teman-temannya. (7)
Salma Berdasarkan kutipan novel (105), peneliti menyimpulkan
bahwa Salma berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Salma mampu menemukan makna dibalik sebuah musibah. Dalam kutipan dialog tersebut, bukan berarti Salma menginginkan Rara kecelakaan, tetapi Salma menyadari bahwa kecelakaan tersebut membawa perubahan pada kehidupan mereka secara tidak langsung. (8)
Adam Berdasarkan kutipan novel (106), dapat disimpulkan bahwa
tokoh Adam berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Adam tidak sungkan berbaur dengan teman-teman adiknya. Ia juga tidak melarang adiknya bergaul dengan anak-anak kampung pemulung. (9)
Nenek Aldo Berdasarkan kutipan novel (107— 109), dapat disimpulkan
bahwa Nenek Aldo berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Pada kutipan novel (107), menunjukkan bahwa Nenek Aldo memiliki sikap perhatian kepada orang lain. Ia berdoa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
dan sering mengunjungi Rara di rumah sakit bersama dengan Aldo cucunya. Kutipan novel (108), menunjukkan bahwa Nenek Aldo tidak membeda-bedakan orang lain. Ia justru ikut berbaur dan mengundang teman-teman Aldo dari perkampungan pemulung hadir dalam ulang tahun Andini. (10)
Andini
Berdasarkan kutipan novel (110), dapat disimpulkan bahwa tokoh Andini berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh antagonis. Andini merasa malu karena teman-temannya tahu bahwa dia memiliki adik yang cacat. Ia juga malu karena pestanya yang nyaris sempurna
harus rusak karena kehadiran teman-teman
adiknya yang kumuh. (11)
Ratna
Berdasarkan kutipan novel (111), dapat disimpulkan bahwa tokoh Ratna berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh antagonis. Ratna (Ibu Aldo) tidak menyukai apa yang telah dilakukan oleh teman-teman Aldo. Ratna menganggap bahwa teman-teman Aldo hanya memanfaatkan Aldo, dalam hal ini Ratna memiliki sikap perasangka buruk terhadap orang lain. Ratna tidak suka dan tidak mengira teman-teman Aldo dari lingkungan pemulung itu datang ke pesta ulang tahun Andini. Ratna adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
sosok yang membeda-bedakan status sosial dan pergaulan dengan orang lain tanpa memandang kebahagiaan luar biasa yang sedang dialami anak bungsunya yang kurang perhatian darinya. 13.
Bab tiga belas Pada bab tiga belas dengan sub judul novel: tiga kejadian,
satu waktu, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut. (1)
Rara Berdasarkan kutipan novel (112 & 113), dapat disimpulkan
bahwa Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Pada kutipan novel (112), menunjukkan bahwa ia merupakan sosok penenang bagi teman-temannya. Rara yang memiliki pengetahuan terbatas tetap menenangkan Akbar yang panik. Kutipan novel (113), menunjukkan bahwa Rara merupakan anak yang sayang kepada orang tuanya. Rara tidak hanya memikirkan keindahan pesta yang akan dihadirinya, melainkan ia juga memikirkan untuk membawakan beberapa kue agar Bapak dan Simbok dapat merasakan apa yang ia rasakan. Rara tetap menghargai dan berterimakasih atas apa yang telah dilakukan Simbok kepadanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
(2)
Raga Berdasarkan kutipan novel (114 & 115), dapat disimpulkan
bahwa Raga berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Raga adalah sosok yang sangat menyanyangi anaknya. Ia rela berkorban bagi anaknya dengan bekerja siang dan malam, menabung sedikit demi sedikit untuk mewujudkan impian anaknya memiliki jendela. Raga tidak mengharapkan imbalan atas apa yang ia lakukan kepada anaknya, hanya melihat anaknya tersenyum itu sudah cukup baginya. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa Raga memiliki nilai ketulusan hati. (3)
Akbar Berdasarkan kutipan
menyimpulkan
bahwa
dialog
tokoh
(116
Akbar
& 117),
peneliti
berdasarkan
fungsi
penampilannya adalah protagonis. Kutipan novel (116), Akbar mengajarkan kepada teman-temannya agar tidak membuang makanan yang tersisa, bahkan ia memberikan solusi alternatif. Pada kutipan novel (117), meskipun Akbar seperti terlihat mengajarkan hal yang tidak baik kepada teman-temannya, hal tersebut dirasa wajar ia lakukan mengingat situasi dan kondisi mereka sedang di pesta yang megah mengingat mereka tidak pernah mengalami hal itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
(4)
Simbok Berdasarkan kutipan novel (118 & 119), dapat disimpulkan
bahwa
Simbok
berdasarkan
fungsi
penampilannya
adalah
protagonis. Pada kutipan novel (118), menunjukkan sosok Simbok yang baik hati dan penyayang. Ia berusaha membantu cucunya yang bersiap menyambut pesta ulang tahun. Ia merapikan baju cucunya dengan teliti dan sabar meskipun ia sedang sakit. Kutipan dialog (119), menunjukkan Simbok sosok yang tahu balas budi. Ia mengucapkan ucapan terima kasih kepada Nenek Aldo karena memberi kebahagiaan bagi cucunya Rara. 14.
Bab empat belas Pada bab empat belas dengan sub judul novel: catatan lain
tentang kehilangan, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut. (1)
Rara Berdasarkan kutipan novel (120 & 121), dapat disimpulkan
bahwa Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Pada kutipan (120), menunjukkan bahwa Rara adalah sosok yang pantang menyerah. Ia berusaha mencari Bapak dan Simbok meskipun hanya mampu berlari dan berteriak berharap Simbok dan Bapaknya mendengar teriakannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
Kutipan novel (121), menggambarkan Rara sosok yang taat beribadah dan patuh terhadap nasihat Ibu. Di saat musibah terjadi, ia masih saja teringat pesan ibunya untuk berdoa kepada Tuhan. (2)
Raga Berdasarkan kutipan novel (122— 123), dapat disimpulkan
bahwa Raga berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Pada kutipan novel (122), menggambarkan Raga sosok yang sayang dan mengutamakan kebahagiaan sang anak. Raga rela melakukan apapun demi mewujudkan impian gadis kecilnya memiliki jendela. Raga juga berusaha keras agar sang Ibu hidup layak dan sejahtera. Kutipan novel (123) membuktikan bahwa Raga sosok yang mencintai orang tua. Raga rela berkorban demi orang yang dicintainya. Ia rela bertaruh nyawa menyelamatkan Ibunya. Raga berjuang melawan kobaran api dan mengabaikan keselamatan dirinya untuk sang Ibu. 15.
Bab lima belas Pada bab lima belas dengan sub judul novel: yang tersisa
dari cinta, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut. (1)
Rafi Berdasarkan kutipan novel (124), dapat disimpulkan bahwa
tokoh Rafi di lihat dari fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Rafi merupakan sosok yang baik hati. Rafi berusaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
berbicara untuk mengungkapkan gagasannya mengenai penyebab kebakaran di perkampungan mereka, meskipun pada akhirnya teman-temannya enggan menanggapi argumennya ia tidak marah. (2)
Rara Berdasarkan kutipan novel (125 & 126), dapat disimpulkan
bahwa Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Pada kutipan novel (125), menggambarkan bahwa Rara adalah pribadi yang menghargai usaha orang lain. Meskipun Ia tidak tersenyum atas apa yang usaha Aldo, ia tahu Aldo sedang menghiburnya dan ia juga sudah berusaha untuk tersenyum meskipun kenyataannya ia tidak dapat tersenyum. Kutipan novel (126), menunjukkan bahwa Rara sosok yang mampu belajar dari kesalahan masa lalu. Rara mengoreksi perlakuan yang diberikan kepada Bapaknya atas usaha yang dilakukan untuk membahagiakannya. Rara menyesali dan meminta maaf kepada Bapaknya meskipun tidak dapat diucapkan langsung di hadapan Bapaknya. (3)
Aldo Berdasarkan kutipan novel (127 & 128), dapat disimpulkan
bahwa Aldo berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Aldo merupakan sosok yang periang dan baik hati dan tidak pemarah. Aldo dengan kemampuan terbatasnya berusaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
menghibur sahabatnya yang sedang bersedih meskipun ia tidak mendapat tanggapan sama sekali dari sahabatnya. Kutipan novel (128), menunjukkan bahwa Aldo adalah orang yang memiliki nilai empati. Ia turut bersedih dan merasa iba melihat cobaan yang dialami oleh sahabatnya. (4)
Nenek Aldo Berdasarkan kutipan dialog (129 & 130), dapat disimpulkan
bahwa Nenek Aldo berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Pada kutipan novel (129), menggambarkan bahwa Nenek adalah sosok penyayang. Nenek tidak hanya sayang kepada cucunya Aldo, melainkan ia juga sayang bahkan sampai mengkhawatirkan perasaan Rara ketika hendak menyampaikan berita duka. Kutipan dialog (130), menggambarkan bahwa Nenek adalah pribadi yang lemah lembut. Nenek mengajak Rara untuk beranjak dari pusara Bapaknya dengan lembut dan meluluhkan hati Rara. (5)
Ratna Berdasarkan kutipan novel (131), dapat disimpulkan bahwa
Ratna berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh antagonis. Ratna adalah orang yang egois dan tidak punya rasa peri kemanusiaan. Ratna hanya melihat perubahan sikap Aldo dari sisi negatif menurutnya, bahkan ketika mendengar Aldo menemani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
Rara dalam pemakaman Bapak Rara justru hal ini tidak disukai oleh Ratna. Hal tersebut, menunjukkan bahwa Ratna sangat tidak memiliki toleransi. Ratna tidak ikut dalam proses pemakaman, justru ia malah menuduh Rara dan teman-temannya sebagai pembawa masalah bagi Aldo. (6)
Syafri Berdasarkan kutipan novel (132), dapat disimpulkan bahwa
Syafri berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Syafri merupakan sosok yang bijaksana. Rafi dapat memahami musibah yang dialami Rara dan dapat memaklumi sikap Aldo yang tidak mau sekolah. (7)
Adam Berdasarkan kutipan novel (133 & 134), dapat disimpulkan
bahwa Adam
berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh
protagonis. Pada kutipan novel (133), menggambarkan bahwa Adam adalah sosok yang cinta dan peduli kepada sesama. Hal ini terbukti ketika Adam berjanji melakukan berbagai cara agar sekolah Singgah tempat para anak pemulung belajar dapat kembali seperti semula. Kutipan novel (134), menunjukkan bahwa Adam adalah sosok yang dapat menenangkan orang lain. Saat tidak ada satu orang pun yang berani berkata kepada Rara, Adam datang dan menguatkan Rara dengan kata-kata sederhana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
16.
Bab enam belas Pada bab enam belas dengan sub judul novel: Aldo, peneliti
menganalisis tokoh berdasarkan fungsi penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut. (1)
Aldo Berdasarkan kutipan novel (135), dapat disimpulkan bahwa
Aldo berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Aldo memiliki mental yang lemah. Sebagai anak autis, untuk menyadari dan mengerti bahwa dirinya tidak diterima oleh lingkungan adalah hal yang sulit. Dalam hal ini, Aldo telah menyadari dirinya adalah sumber segala masalah keluarga. (2)
Andini Berdasarkan kutipan novel (136— 138), dapat disimpulkan
bahwa Andini berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh antagonis. Pada kutipan novel (136), menunjukkan bahwa Andini adalah orang yang suka meremehkan orang lain. Andini lebih suka mengejek Aldo daripada memahami yang tengah dialami oleh Aldo. Pada kutipan novel (137 & 138), menggambarkan bahwa Andini malu memiliki adik yang cacat seperti Aldo. Bahkan, Andini tidak mengharapkan teman-temannya terutama Billy tahu bahwa Andini memiliki adik seperti Aldo. Andini memarahi Aldo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
dengan kata-kata kasar tanpa memikirkan dampak yang terjadi pada konflik batin adiknya. (3)
Bi Siti Berdasarkan kutipan
novel (139), dari segi fungsi
penampilannya dapat disimpulkan bahwa Bi Siti adalah tokoh protagonis. Bi Siti adalah orang yang menghargai karya dan usaha Aldo. Bi Siti selalu menjaga, merawat, melindungi, dan membuat Aldo tertawa. (4)
Adam Berdasarkan kutipan novel (140), dapat disimpulkan bahwa
Adam berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Adam sosok yang penuh kasih dan rela berkorban terhadap adiknya. Adam dengan penuh kasih sayang menjaga Aldo, rajin membaca informasi untuk menangani Aldo, selain itu Adam juga rela tidak mencoba merokok demi kesehatan Aldo. (5)
Ratna Berdasarkan kutipan novel (141— 144), dapat disimpulkan
bahwa Ratna berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh antagonis. Pada kutipan novel (141 & 142), menunjukkan bahwa Ratna adalah orang yang kurang bersyukur. Ratna merasa Aldo adalah beban ketika ia tahu anaknya memiliki penyakit autis ia merasa malu membawa Aldo pergi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
Pada kutipan dialog (143 & 144), menunjukkan bahwa Ratna adalah orang yang gemar menyalahkan orang lain tanpa memiliki bukti. Ratna menyalahkan teman-teman Aldo hanya dengan argumennya sendiri tanpa memberikan bukti. Ratna juga menganggap permasalahan yang terjadi karena kesalahan Aldo. Berbagai sifat dan sikap buruk Ratna ini, dapat memicu terjadinya konflik permasalahan. Konflik batin Rara dan teman-temannya, bahkan konflik batin Aldo. 17.
Bab tujuh belas Pada bab tujuh belas dengan sub judul novel: menunggu
keajaiban,
peneliti
menganalisis
tokoh
berdasarkan
fungsi
penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut. (1)
Rara Berdasarkan kutipan novel (145 & 146), dapat disimpulkan
bahwa Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Pada kutipan novel (145), menggambarkan bahwa Rara adalah sosok yang taat beribadah. Rara selalu berdoa demi kesembuhan Simbok, ia tidak menginginkan Simbok pergi karena Rara menyayanginya sebagai pengganti orang tuanya di dunia. Kutipan novel (146), menggambarkan Rara taat beribadah dan patuh terhadap nasihat Ibu. Rara selalu berdoa ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
menunggu Neneknya di rumah sakit. Rara selalu mengingat pesan Ibu agar selalu berdoa dan meminta kepada Tuhan. (2)
Rafi Berdasarkan
menyimpulkan
kutipan
bahwa
novel
tokoh
(147
Rafi
&
148),
peneliti
berdasarkan
fungsi
penampilannya adalah protagonis. Rafi tidak pernah marah ketika teman mengejeknya berbicara. Rafi juga menunjukkan bahwa ia adalah sosok yang tidak mudah putus asa. Rafi yang kesulitan berbicara selalu berusaha menyelesaikan kalimatnya meskipun dengan terbata-bata. (3)
Akbar Berdasarkan kutipan novel (149 & 150), dapat disimpulkan
bahwa Akbar berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Pada kutipan novel (149), menunjukkan Akbar adalah sosok teman yang suka menyemangati temannya. Akbar memberi semangat kepada Rara agar Rara mau kembali bersekolah lagi. Kutipan dialog (150), menunjukkan bahwa Akbar memiliki rasa menghargai dan jujur. Akbar menghargai perubahan temannya Yati dan tidak sungkan berkata jujur dengan sebuah pujian yang secara tidak langsung menimbulkan suasana ceria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
(4)
Alia Berdasarkan kutipan novel (151), dapat disimpulkan
berdasarkan fungsi penampilan tokoh Alia merupakan tokoh protagonis. Alia selalu mengajarkan kepada muridnya untuk beribadah kepada Tuhan. (5)
Yati Berdasarkan kutipan novel (152), dapat disimpulkan
berdasarkan fungsi penampilan tokoh Yati adalah tokoh protagonis. Yati memiliki sikap bijaksana dalam melakukan sesuatu dengan melakukan pertimbangan mana yang baik yang hendak dilakukan maupun diucapkan. 18.
Bab delapan belas Pada bab delapan belas dengan sub judul novel: cinta yang
menghilang, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut. (1)
Aldo Berdasarkan kutipan novel (153), dilihat dari fungsi
penampilannya dapat disimpulkan bahwa Aldo adalah tokoh protagonis. Aldo memiliki hati yang baik dan polos. Aldo adalah contoh anak yang kekurangan perhatian, meskipun Aldo memiliki kekurangan, ia tetap mengerti bahwa ibadah bersama-sama itu penting.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
(2)
Nenek Aldo Berdasarkan kutipan novel (154), dilihat dari segi fungsi
penampilannya dapat disimpulkan bahwa Nenek Aldo adalah tokoh protagonis. Nenek memiliki sifat penyayang terhadap cucunya yang memiliki kekurangan itu. Sifat sayangnya terungkap dengan kekhawatiran kepergian Aldo. Akan tetapi, nenek yang taat beribadah itu tetap tenang dengan berdoa kepada Tuhan demi keselamatan cucunya. (3)
Bi Siti Berdasarkan kutipan novel (155), dilihat dari fungsi
penampilannya dapat disimpulkan bahwa tokoh Bi Siti adalah tokoh protagonis. Bi Siti tokoh yang penyayang dan peduli. Bi Siti hanyalah seorang pembantu Aldo, bukan keluarga, tetapi justru Bi Siti begitu sayang dengan Aldo sampai merasa kehilangan ketika Aldo pergi. (4)
Andini Berdasarkan kutipan novel (156 & 157), dapat disimpulkan
bahwa Andini berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Pada kutipan novel (156), Andini segera menyadari kesalahannya selama ini dan ikut serta mencari Aldo. Kutipan novel (157), menggambarkan bahwa Andini mampu mengoreksi dirinya dan kesalahannya. Andini merasa bersalah atas apa yang dilakukannya terhadap Aldo. Di awal cerita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
Andini sangat membenci Aldo tetapi setelah Aldo pergi, Andani menyadari bahwa sikapnya selama ini salah. (5)
Billy Berdasarkan kutipan novel (158), dapat disimpulkan bahwa
Billy berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Billy adalah sosok yang tulus dan penyayang. Billy tulus menerima apa pun yang dimiliki oleh Andini, termasuk Billy tulus menerima kekurangan Aldo. Melalui cerita masa lalunya, menunjukkan bahwa Billy mempunya sifat penyayang. Billy menyayangi Abangnya meskipun memiliki kekurangan dan tidak normal. 19.
Bab sembilan belas Pada bab sembilan belas dengan sub judul novel: Aldo dan
Rara,
peneliti
menganalisis
tokoh
berdasarkan
fungsi
penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut. (1)
Rara Berdasarkan kutipan novel (159— 161), dapat disimpulkan
bahwa Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Pada kutipan novel (159), menunjukkan bahwa Rara merupakan tokoh yang bertanggung jawab. Rara merasa berat meninggalkan Simbok yang terbaring di rumah sakit karena memiliki tanggung jawab untuk menjaga Simbok. Pada kutipan novel (160), menunjukkan bahwa Rara adalah orang yang tulus. Rara berteman dengan Aldo bukan karena orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
kaya, Rara bahkan berteman dengan Aldo bukan karena kasihan Aldo cacat. Semua itu karena Rara memiliki ketulusan. Pada kutipan novel (161), Rara merasa memiliki tanggung jawab untuk melindungi Aldo. (2)
Aldo Berdasarkan kutipan novel (162), peneliti menyimpulkan
bahwa tokoh Aldo berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Aldo tidak sungkan mengucapkan terima kasih kepada Rara atas segala ketulusan persahabatan dengannya. Aldo yang memiliki kekurangan telah mampu melihat ketulusan dari orang di sekitarnya. (3)
Rafi Berdasarkan kutipan novel (163), peneliti menyimpulkan
bahwa tokoh Rafi berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Rafi yang kesulitan berbicara selalu berusaha menyelesaikan kalimatnya meskipun dengan terbata-bata untuk memberi
petunjuk
dimana
keberadaan
Rara
dan
Aldo
sepengetahuannya. (4)
Adam Berdasarkan kutipan novel (164), peneliti menyimpulkan
bahwa tokoh Adam
berdasarkan fungsi penampilannya adalah
protagonis. Adam berusaha mencari adiknya yang hilang hingga ke rumah Alia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
(5)
Alia Berdasarkan
menyimpulkan
kutipan
bahwa
novel
tokoh
(165—
Alia
167),
peneliti
berdasarkan
fungsi
penampilannya adalah protagonis. Pada kutipan novel (165), Alia tidak bisa tinggal diam mendengar anak didiknya dan Aldo hilang. Alia ingin ikut serta mencari mereka. Kutipan dialog (166), Alia akhirnya berani mengungkapkan bahwa ia tidak ingin menikah dengan lelaki pilihannya meskipun ia sebenarnya takut untuk berkata jujur kepada orang tuanya. Kutipan novel (167), menggambarkan bahwa Alia adalah pribadi yang santun dan menghormati orang tua. Alia mencium tangan kedua orang tua sebelum keluar rumah, hal yang sangat jarang dilakukan oleh anak muda jaman sekarang. (6)
Abah Berdasarkan
menyimpulkan
kutipan
bahwa
novel
tokoh
(168
Abah
&
169),
peneliti
berdasarkan
fungsi
penampilannya adalah protagonis. Pada kutipan novel (168), menunjukkan bahwa Abah orang yang menjaga hubungan baik. Abah tidak ingin mengecewakan orang lain. Selaras dengan kutipan dialog (169), Abah mengajarkan kepada anaknya agar tidak melukai atau menegcewakan perasaan orang lain serta bertanggung jawab terhadap suatu keputusan. Abah sebenarnya hanya ingin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
yang terbaik untuk anaknya, meskipun Abah terlihat kolot karena hanya melihat dari penampilan luar seseorang, tetapi jika dilihat sebenarnya Abah hanya ingin anaknya bahagia dengan laki-laki yang baik dan bertanggung jawab. (7)
Ummi Berdasarkan kutipan novel (170), peneliti menyimpulkan
bahwa tokoh Ummi berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Ummi memiliki sikap toleransi. Ummi melihat alasan Alia pergi ke luar rumah adalah demi kebaikan mencari anak didiknya yang hilang, oleh karena itu Ummi mengizinkan. (8)
Nenek Aldo Berdasarkan kutipan novel (171), peneliti menyimpulkan
bahwa Nenek Aldo berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Nenek bersikap bijaksana dan tenang dalam menyikapi hilangnya Aldo agar tidak menimbulkan suasana menegangkan meskipun dalam hatinya ia sangat khawatir terhadap cucu kesayangannya itu. Di situasi menegangkan seperti ini, Nenek mengajak anak menantunya untuk bersama-sama berdoa kepada Tuhan demi keselamatan Aldo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
(9)
Ratna Berdasarkan
menyimpulkan
kutipan
bahwa
novel
tokoh
(172—
Ratna
173),
berdasarkan
peneliti fungsi
penampilannya adalah protagonis. Pada kutipan novel (172), awalnya Ratna mencurigai teman-teman Aldo lah yang telah mengambil cincinnya tanpa bukti. Ketika Ratna mengetahu bahwa tuduhannya salah, kutipan novel (173), menggambarkan bahwa Ratna telah menyesali perbuatannya dan ia berdoa. Satu-satunya yang ia inginkan anaknya yang tidak pernah dihiraukan itu, dapat kembali selamat. Ia bahkan rela melakukan apa saja demi keselamatan Aldo. (10)
Syafri
Berdasarkan
kutipan
menyimpulkan
bahwa
penampilannya
adalah
tokoh
novel
(174
Syarif
protagonis.
&
175),
berdasarkan
Kutipan
novel
peneliti fungsi (174),
menggambarkan Syafri sosok yang cekatan dan bijaksana. Setelah mengetahui anak bungsunya hilang, Syarif langsung pulang ke rumah. Syarif tak lantas marah perihal kepergian Aldo, Syarif tetap menanangani permasalahan dengan kepala dingin bahkan setelah pengakuan istrinya tentang cincin yang telah Syarif temukan. Kutipan novel (175) yang menyebabkan anaknya kabur tak membuatnya lantas marah. Syarif mengambil jalan tengah dengan menghubungi kantor polisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
20.
Bab dua puluh Pada bab sembilan belas dengan sub judul novel: cinta
kembali,
peneliti
menganalisis
tokoh
berdasarkan
fungsi
penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut. (1)
Nenek Aldo Berdasarkan kutipan novel (176), peneliti menyimpulkan
bahwa Nenek Aldo berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Nenek tidak pernah meninggalkan shalat meskipun suasana hatinya sedang dilanda kecemasan. (2)
Syafri Berdasarkan kutipan novel (177), peneliti menyimpulkan
bahwa Syafri berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Syafri berjaga sepanjang hingga mencari berbagai bantuan. (3)
Aldo Berdasarkan kutipan novel (178), peneliti menyimpulkan
bahwa Aldo berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Aldo rela berkorban demi sahabatnya. Aldo meminta Rara pergi agar Rara tidak terluka atau disakiti orang yang sedang mengejar mereka. Aldo meminta Rara pergi karena Aldo merasa sudah tidak bertenaga, Aldo tidak mau sahabatnya tersakiti hanya karena kelemahan yang ia miliki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
(4)
Rara Berdasarkan kutipan novel (179), peneliti menyimpulkan
bahwa Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Rara digambarkan sebagai sosok yang setia kawan. Rara tidak mau meninggalkan Aldo sendiri hanya demi keselamatannya. Rara juga digambarkan sebagai sosok yang taat beribadah. Rara tetap berdoa ditengah ketegangan dan bahaya yang mengancamnya dan Aldo. 21.
Bab dua puluh satu Pada bab sembilan belas dengan sub judul novel: jendela
besar di hati Rara, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan fungsi penampilannya. Hasil analisis sebagai berikut. (1)
Andini Berdasarkan kutipan novel (180) peneliti menyimpulkan
bahwa
Andini
berdasarkan
fungsi
penampilannya
adalah
protagonis. Andini mampu mengoreksi kesalahannya, sekarang ia sosok yang sayang kepada adiknya. Andini bahkan turut ambil bagian memberikan solusi agar Mama lebih fokus mengurus adiknya di rumah. (2)
Rara Berdasarkan
kutipan
novel
(181—
183),
peneliti
menyimpulkan bahwa Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Pada kutipan novel (181), menggambarkan bahwa Rara adalah sosok yang tulus. Rara bersahabat dengan Aldo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
setulus hati. Rara bahkan turut merasakan kebahagiaan Aldo yang kini lebih dekat dengan keluarganya. Kutipan novel (182), menggambarkan Rara yang taat beribadah dan selalu bersyukur. Rara selalu bersyukur kepada Tuhan atas apa yang telah terjadi di dalam kehidupannya. Setelah Rara
menikmati
mimpi
indahnya,
pada
kutipan
(183),
menggambarkan bahwa Rara sosok yang patuh kepada orang tua. Rara tetap ingat kepada orang tuanya dan mendoakan mereka meskipun kini mimpinya memiliki jendela telah terwujud. Analisis tokoh berdasarkan fungsi penampilannya dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia secara keseluruhan adalah sebagai berikut. (1) Rara Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti menyimpulkan bahwa Rara berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Dari awal, pertengahan, sampai dengan akhir cerita, menunjukkan segala kebaikan- kebaikan yang dapat membuat pembaca merasa terkesan. (2) Aldo Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti menyimpulkan bahwa Aldo berdasarkan fungsi penampilannya adalah tokoh protagonis. Dari awal cerita kemunculannya, pertengahan cerita, sampai dengan akhir cerita, tokoh Aldo konsekuen menjadi tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
protagonis. Aldo hadir dengan berbagai nilai kebaikan yang berguna bagi pembaca. (3) Ibu Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti menyimpulkan bahwa Ibu berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Dari awal- akhir kemunculannya ia tetap menjadi tokoh protagonis yang membawa berbagai nilai kebaikan bagi pembaca. (4) Raga Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti menyimpulkan bahwa Raga berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Dari awal kemunculan- akhir kemunculannya, Raga menjadi tokoh protagonis yang memiliki nilai kebaikan bagi pembaca. (5) Nenek Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti menyimpulkan
bahwa
Nenek
(Aldo)
berdasarkan
fungsi
penampilannya adalah protagonis. Pada awal- pertengahan- akhir cerita, tokoh Nenek selalu memberikan nilai kebaikan bagi pembaca. (6) Akbar Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti menyimpulkan bahwa Akbar berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Pada pertengahan cerita peneliti menemukan sifat lain Akbar yang menjadikannya antagonis yaitu ketamakan dan kebencian terhadap adiknya, tetapi hal ini tidak menimbulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
pengaruh besar berupa konflik dalam cerita, sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan Akbar adalah tokoh protagonis. (7) Rafi Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21,
peneliti
menyimpulkan bahwa Rafi berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Dari awal hingga akhir kemunculannya, ia selalu memberi nilai kebaikan bagi pembaca. (8) Yati Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti menyimpulkan bahwa Yati berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Pada pertengahan cerita peneliti menemukan sifat lain Yati yang menjadikannya antagonis yaitu kebencian terhadap adiknya, tetapi hal ini tidak menimbulkan pengaruh besar berupa konflik dalam cerita, sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan Yati adalah tokoh protagonis. (9) Salma Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti menyimpulkan bahwa Salma berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Dari awal hingga akhir kemunculannya, ia memberikan nilai kebaikan bagi pembaca. (10)
Alia Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Alia berdasarkan fungsi penampilannya adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
protagonis. Kemunculannya selalu memberikan nilai kebaikan bagi pembaca. (11)
Adam
Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21,
peneliti
menyimpulkan bahwa Adam berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Dari awal, pertengahan, hingga akhir cerita Adam dapat memberikan nilai-nilai kebaikan kepada pembaca sehingga layak disebut tokoh protagonis. (12)
Ratna Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Ratna berdasarkan fungsi penampilannya adalah antagonis. Konflik batin dan kepergian Aldo disebabkan oleh Ratna sehingga Ratna layak jika disebut tokoh antagonis meskipun pada akhir cerita Ratna berubah dan menyesali segala perbuatannya sehingga
menjadi
protagonis
tetapi
berdasakan
kualitas
kemunculannya ia selalu memberikan kesan tidak baik dengan sikapnya. (13)
Andini Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Andini berdasarkan fungsi penampilannya adalah antagonis. Konflik batin dan kepergian Aldo selain disebabkan oleh Mamanya, Andini pun ikut ambil bagian, meskipun pada akhir cerita Andini berubah dan menyesali segala perbuatannya sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
menjadi protagonis tetapi berdasakan kualitas kemunculannya ia selalu memberikan kesan tidak baik dengan sikap dan perbuatannya. (14)
Syafri Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Syarif berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. (15)
Simbok Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Simbok berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Kemunculan tokoh Simbok selalu memberi nilainilai kebaikan bagi pembaca. (16)
Asih Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Asih berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Kemunculan tokoh Asih selalu memberikan nilai kebaikan, meskipun pekerjaan yang dilakukan tidak halal, ia memiliki alasan tersendiri. Pada akhir cerita Asih meninggalkan pekerjaan tersebut untuk mengurusi ibunya dan Rara. (17)
Abah Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Abah berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Pada kemunculannya, terdapat beberapa kutipan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
memperlihatkan Abah sebagai pribadi antagonis, akan tetapi hal tersebut dilakukan demi kebaikan anaknya. (18)
Ummi Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Ummi berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Pada cerita terdapat gambaran sikap Ummi yang membuat ia antagonis tetapi pada dasarnya semua itu demi kebaikan sang anak. (19)
Bi Siti Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Bi Siti berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Kehadiran Bi Siti mampu memberikan nilai ideal bagi pembaca. (20)
Ibu Yati Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Ibu Yati berdasarkan fungsi penampilannya adalah Antagonis. Konflik batin yang dialami oleh Yati disebabkan oleh sikapnya. (21)
Suster Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Suster berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Kemunculan Suster dapat memberikan nilai kebaikan bagi pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
(22)
Billy Berdasarkan analisis yang dilakukan dari bab 1— 21, peneliti
menyimpulkan bahwa Billy berdasarkan fungsi penampilannya adalah protagonis. Billy memiliki nilai ideal yang baik bagi pembaca. Kemunculannya dalam cerita memberikan nilai-nilai kebaikan bagi pembacanya. b.
Penokohan Peserta didik diminta menemukan penokohan tokoh yang terdapat
dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Peserta didik akan menganalisis penokohan tokoh dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Peserta didik menganalisis penokohan dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh Minderop (2011: 7— 9). Dialog dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia antara satu tokoh dengan tokoh lain mampu memberikan gambaran kepada pembaca sehingga pembaca dapat menyimpulkan penokohan yang dimiliki oleh masing-masing tokoh. Selaras dengan hal tersebut, peneliti menganalisis penokohan masing-masing tokoh dengan menggunakan kutipan novel sebagai kunci utama. Sehingga, peneliti dapat menemukan hasil analisis penokohan masing-masing tokoh yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Langkah-langkah menganalisis penokohan novel Rumah Tanpa Jendela adalah sebagai berikut. (1)
Membaca secara seksama novel dan memahami isinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
(2)
Memahami teori penokohan.
(3)
Mencari dan menganalisis penokohan dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
(4)
Menemukan penokohan tokoh yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
(5)
Menyusun dalam bentuk laporan.
Hasil analisis penokohan tokoh yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia yang ditemukan oleh peneliti adalah sebagai berikut. (1)
Rara
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Rara ditemukan sebagai berikut. a.
Karakterisasi melalui dialog Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan
penutur
sangat
penting
sehingga
dapat
mengembangkan
peristiwa. Berikut ini adalah kutipan dialog yang dapat menggambarkan karakter atau penokohan tokoh Rara. (1) Adik di dalam perut ibu ingin makan rendang. “Nasi sama rendang berapa, ya?” Akbar menatap kepingan uang logam di tangan Rara. Hari ini mendung, tapi hujan belum juga turun. Uang di tangan Rara, hasil mengamen, baru dua ribu. “Kurang?” Akbar dan Rafi berbarengan mengangguk. Mudah-mudahan besok cukup...
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
Sejak celetukan Ibu soal rendang, Rara memasukkan hal itu dalam catatan mimpinya. Sebenarnya bisa saja bilang ke Bapak. Tapi Bapak sering pulang larut belakangan ini. Mereka jarang ngobrol. Pagi-pagi sekali, sebelum Rara bangun, lelaki itu sudah berangkat (Nadia, 2011: 33). (2)Rafi, Akbar, Yati dan lain-lain berpandangan. Masih belum mengerti. “Janji nggak boleh ngeledekin Aldo kalau dia bicara.” Akbar mengangguk-angguk,, “Udah gue duga... anak itu emang rada aneh sih.” “Aneh tapi ba... ba... ba...ik!” Tumben kali ini tidak ada yang meledek Rafi. Persyaratan Rara diterima dengan suara bulat (Nadia, 2011: 56). Berdasarkan kutipan (1), menggambarkan bahwa Rara memiliki karakter kuat dan baik hati. Rara berusaha memenuhi keinginan Ibu untuk makan rendang padahal Rara tahu untuk membelinya memerlukan uang yang cukup banyak baginya. Rara tidak menyerahkan keinginan Ibunya kepada Bapak, ia justru berusaha memenuhi keinginan sang Ibu dengan mengumpulkan uang dari mengamen dan mengojek payung. Kutipan (2), menggambarkan karakter Rara yang peduli terhadap orang lain. Rara mengajarkan kepada teman- temannya untuk menghargai orang lain dengan meminta teman-temannya untuk tidak mengejek kekurangan Aldo. Selain kedua kutipan tersebut, berikut ini adalah kutipan dialog penutur yang dapat menggambarkan karakter penutur. (3) “Pak...” Bisikan gadis itu masih terdengar diantara sedu sedan. Apakah Bapak mendengar?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
Kasihan Bapak. Pasti sakit mnenanggung luka separah itu. Tangan Rara membelai lembut kedua tangan Bapak yang bersidekap dan tertutup kain putih. “Sampaikan salam Rara buat Ibu...” Kutipan (3), menggambarkan karakter Rara yang kuat dan tegar serta sayang kepada kedua orang tuanya. Rara meskipun menangis di hadapan jasad Bapaknya, ia tetap berusaha berbicara kepada Bapak. Rara masih mengingat sang Ibu yang telah pergi mendahului Bapak dengan menitip salam kepada Bapak karena dia yakin Bapaknya akan mendengar apa yang ia katakan dan menyampaikan salamnya. b.
Lokasi dan situasi percakapan Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting dalam
sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak tokoh dalam cerita. Berikut ini kutipan yang dapat menggambarakan karakter Rara dilihat dari lokasi dan situasi percakapan. (4) Seorang perempuan, sepantaran Bude, dengan bedak tebal dan bibir merah duduk di atas pangkuan bapak-bapak paro baya. Sebagian lagi menemani berjoget atau menuangkan minuman ke dalam gelas dan mengupas kacang kulit lalu menyuapkannya ke mulut pengunjung laki-laki. Pakaiannya ketat dan pendek. Persis baju-baju yang dikenakan bude Asih. Perlahan Rara mulai paham. Rara mengangguk. Akbar dan Rafi menarik napas lega. “Jadi, pelacur itu kerjaannya dipangku, joget, sama nemenin makan dan minum, gitu?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
Kedua anak lelaki di depannya berpandangan. Garukgaruk kepala mereka yang tidak gatal (Nadia, 2011: 44). Kutipan (4) menggambarkan lokasi percakapan di tempat lokalisasi (tempat melacur/ menjual harga diri), situasinya Akbar dan Rafi menjelaskan kepada Rara mengenai pertanyaannya apa yang dimaksud dengan melacur atau pelacur. Disini akbar dan Rafi memberikan gambaran aktifitas pekerjaan sebagai pelacur yang tidak baik. Kutipan (4) menunjukkan karakter Rara yang polos dan lugu. Rara melihat dengan mata kepalanya apa yang membuatnya selama ini bingung. Rara tidak mengerti mengapa pekerjaan ‘melacur’ di sebut tidak halal. Setelah Rara melihat dan mendengar penjelasan Akbar dan Rafi, ia menarik kesimpulan pengetahuannya mengenai “pelacur”, akan tetapi itu bukan yang dimaksudkan oleh kedua sahabatnya. c.
Jati diri tokoh yang dituju oleh penutur
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang tokoh tertentu. Berikut ini kutipan salah satu tokoh mengenai karakter Rara yang aneh tetapi juga optimis dan pemimpi. (5) “Ada apa, Ra?” Bu Alia menegurnya lembut. Rara menggeleng. Tersipu. Cepat-cepat duduk di bangkunya. Dari belakang terdengar bisik-bisik, “Pasti nggak jauh dari urusan jendela. Lama-lama dia bisa kumat kayak emak lo kayaknya, Yat!” (Nadia, 2011: 48).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
Kutipan (5) menggambarkan bahwa teman-teman Rara menganggap Rara aneh. Rara dianggap aneh karena mimpinya memiliki jendela di rumah perkampungan pemulung yang ratarata hanya bangunan kecil dari tripleks bekas dan kardus. Menurut teman-teman Rara, mimpi Rara adalah mimpi yang terlalu besar mengingat hidup mereka yang susah. Akan tetapi, ejekan dan pelbagai perkataan yang diterima Rara tidak mampu menyurutkan mimpi gadis kecil itu. d.
Kualitas mental tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara atau bercakap-cakap dengan tokoh lain. Kualitas mental Rara dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia adalah kuat. Berikut kutipan yang menunjukkan bahwa kualitas mental Rara kuat. (6) “Jendela itu penting soalnya...” “Kalau ada jendela kita nggak perlu nyalain lampu, lagi!” “Meski di dalam rumah, ketika hujan, kita tetap bisa melihat pemandangan di luar!” Begitu kampanye Rara. Tidak peduli sebagian teman masih mengejek keinginannya yang dianggap aneh. “Anak kampung pengin jadi anak kota? Kenapa nggak sekalian aja minta AC!” “Jendela? Buat beli buku aja susah, ngomongin jendela!” “Itu akibatnya kalau sering berteman sama anak orang kaya!” Rara diam saja. Suara tawa yang menertai kalimatkalimat sinis dari teman-teman sekelas yang lain tidak menggoyahkan keinginan gadis berambut panjang itu (Nadia, 2011: 73).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
Kutipan (6) menggambarkan bahwa mental Rara kuat. Rara tetap meneruskan mimpinya meskipun teman-teman banyak yang mengejek dan mengacuhkan mimpinya. Rara tetap tahan mendengar ucapan teman-teman yang selalu merendahkan mimpinya. Selain kutipan (6) yang menunjukkan bahwa Rara memiliki
mental
yang
kuat,
kutipan
berikut
ini
juga
menggambarakan mental Rara yang kuat. (7) Suara cekikikan terdengar dari deretan kursikursi kayu kusam, di belakangnya. “Makanya jangan suka bengong, Ra!” “Kayaknya sih nggak jauh dari utusan jendela!” “Jendela? Ntar dia minta AC lagi lama-lama...” Rara tak menanggapi. Hanya melirik sekilas ke sumber suara, sebelum pelan-pelan duduk di bangkunya (Nadia, 2011: 5). Kutipan (7) menggambarkan mental Rara yang tidak mudah marah dan emosi. Rara telah menerima ejekan teman-temannya, meskipun Ia kecewa namun ia tak lantas membalas temantemannya. e.
Nada, suara, tekanan, dialek
Nada suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut ini dapat menggambarkan karakter tokoh melalui nada, suara, tekanan, dialek. (8) .... Bude yang mengenakan baju bagusbagus, meski meurut Rara agak kesempitan dan kependekan. Kadang dia khawatir melepas Bude yang keluar di saat langit mulai gelap. “Bude nggak takut ngelewatin kuburan?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
Bude tersenyum , menggeleng. “Rara tahu hantu tidak ada, tapi masih takut, hihihi...” (Nadia, 2011: 38). Kutipan (8) menunjukkan nada bicara Rara yang lembut karena tidak ada kesan ataupun tanda yang menunjukkan nada bicara yang kasar. Melalui kutipan tersebut menunjukkan bahwa Rara sosok yang manja dan lembut. Senyum di akhir ucapannya untuk membuat budenya terhibur dan agar budenya tahu ia ketakutan jika keluar malam. Selain itu, kutipan tersebut menunjukkan karakter Rara yang penuh perhatian kepada budenya. f.
Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui tindakan atau tingkah laku tokoh. Berikut ini kutipan yang menggambarkan karakter atau penokohan tokoh Rara melalui tindakan tokoh. (9) Malam itu Rara berdoa agar awan-awan mendung menumpahkan hujan sederas-derasnya. Lebih banyak hujan, berarti payungnya akan lebih dicari orang. Tapi, kalau hujan rumahnya juga akan kebocoran. Rara lupa itu. Esok sore kaki-kakinya berlari riang tak sabar di jalan tanah yang becek. Senandung kecil tak surut dari mulut anak perempuan itu meski beberapa kali langkahnya tergelincir di jalan setapak yang menjadi licin karena genangan air hujan. Sebuah kantung plastik hitam di tangannya, terasa hangat dan berbau sedap. Nasi rendang buat Ibu dan adik (Nadia, 2011: 34).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
Kutipan (9) menggambarkan karakter seorang pahlawan. Rara bekerja lebih giat agar keinginan Ibu yang sedang mengandung dapat terpenuhi. Rara yang masih kecil memiliki pikiran yang sangat mulia. Rara merelakan uang yang didapatkannya dari mengojek payung dengan susah payah hanya demi adik dan Ibunya. Selain kutipan (7), kutipan berikut menggambarkan karakter Rara berdasarkan tingkah lakunya. (10) “Ra... Rara malu nggak ja... jad...jadi te...teman Aldo?” Rara menggeleng cepat. Bahkan tanpa perlu berpikir. Wajah gadis kecil itu membuat lekukan senyum yang lucu dan tulus (Nadia, 2011: 151). (11) Aldo sudah terduduk lemas. Rara bersimpuh tak jauh dari sahabatnya, masih berusaha menariknarik tangan Aldo. Teriakannya semakin lirih. Tapi anak lelaki berambut ombak itu menggelengkan kepala. “Ra... per... pergi! Pergi...” Rara menggeleng. Mulai menangis. Tidak, dia tidak akan meninggalkan Aldo sendirian. Seorang sahabat tidak akan melakukan itu untuk kepentingannya sendiri. Allah... Bibir mungil anak perempuan itu mulai berdoa. Ayat kursi. Surat An-Naas, Al Fatihah... apa saja (Nadia, 2011: 169). Kutipan novel (10) menggambarkan bahwa Rara adalah tokoh yang tulus. Rara tulus bersahabat dengan Aldo meskipun Aldo memiliki kekurangan. Selaras dengan kutipan (10), kutipan (11) menggambarkan ketulusan Rara melindungi sahabatnya dengan terus menemani meskipun bahaya sedang mengintai mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
Pada kutipan (11) pula, dapat dilihat Rara memiliki karakter religius. Disaat bahaya yang tengah dihadapinya, Rara tetap berdoa dan mohon perlindungan Tuhan. Kutipan berikut ini juga menggambarkan karakter Rara melalui tindakannya. (12) Setelah semua kesenangan itu, Rara akan mengirimkan alfatihah buat kedua orang tua yang disayanginya. Lembar kehidupan baru menanti bagi Rara, Bude Asih dan Simbok, di sebuah rumah peristirahatan milik keluarga Aldo yang kini dipercayakan kepada mereka. Semua yang terjadi mengembalikan keyakinan Rara akan doa, juga semangatnya untuk mencatat setiap keinginan, harapan dan cita-cita yang ingin dicapainya. Seperti terus melanjutkan sekolah dan menjadi orang besar (Nadia, 2011: 174). Kutipan (12) menggambarkan karakter Rara adalah patuh terhadap orang tua serta optimis. Rara tetap mengingat bapak dan ibunya dengan mengirim doa . Rara optimis bahwa mimpinya dapat terwujud, hingga ia dapat membuktikan bahwa segala sesuatu yang dilakukan dengan yakin akan menjadi kenyataan pada akhirnya. Rara juga tidak putus asa, ia tetap melanjutkan sekolah karena optimis bahwa ia kelak akan menjadi orang sukses. (2)
Ibu
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Ibu ditemukan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
a.
Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan penutur
sangat
penting
sehingga
dapat
mengembangkan
peristiwa. Berikut ini adalah kutipan dialog yang dapat menggambarkan karakter atau penokohan tokoh Ibu. (13) Berdoa, Ra... mengaji. Minta sama Allah.” “Apa Allah selalu mengabulkan doa?” .....”Allah mendengar doa, Ra. Allah nggak pernah menyiakan doa yang meminta.” Rara tidak puas, mengejar lagi, “Tapi apa pasti dikabulkan Bu? Rara ingin punya jendela...” kalimat itu menggantung sejenak sebelum bersuara pelan, “Rara juga ingin Ibu sembuh.” Perempuan dengan wajah teduh itu menggenggam tangan anak satu-satunya, sebelum berbisik, “Allah pasti mengabulkan sertiap doa, Ra. Tapi kadang ada doa-doa lebih penting yang harus didahulukan.” (Nadia, 2011: 2). Kutipan dialog (13), menggambarkan karakter Ibu yang penuh kelembutan, taat beribadah, dan penasihat yang baik. Ibu mengajarkan kepada anaknya agar Rara selalu berdoa kepada Tuhan. b.
Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak tokoh dalam cerita. Berikut ini kutipan yang dapat menggambarakan karakter Ibu dilihat dari lokasi dan situasi percakapan. (14) Tidak disangkanya, Ibu yang sedang sibuk mengelompokkan sampah-sampah di hadapannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
masih bisa menangkap langkah putri satu-satunya yang menjauhi rumah triplek mereka. “Main, Bu.” “Sama siapa?” “Rafi,..., ...,” “Sudah shalat Zuhur?” (Nadia, 2011: 15). Kutipan (14) menggambarkan lokasi di perkampungan kumuh serta situasi pada siang hari ketika Ibu bekerja. Kutipan (14) menunjukkan karakter Ibu yang penuh perhatian. Di tengah kesibukan Ibu bekerja, ia masih memerhatikan putrinya yang hendak pergi. c.
Jati diri tokoh yang dituju oleh penutur
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang tokoh tertentu. Berikut ini kutipan tuturan Rara mengenai karakter Ibu yang religius. (15) Pertanyaan ibu yang lain umunya seputar: “Sudah shalat atau belum?” “Sudah mengaji?” Rara hapal itu. Semakin besar dia juga semakin tahu bahwa tidak ada cara lain untuk melepaskan diri dari nasihat Ibu kecuali jika dia sudah mengerjakan semuanya, sekalipun cepat-cepat (Nadia 16- 17). Kutipan (15) menggambarkan karakter Ibu yang religius yang rajin berdoa. Ibu juga selalu mengingatkan kepada Rara agar selalu mengutamakan doa terlebih dahulu di atas segala aktifitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
d.
Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara atau bercakap-cakap dengan tokoh lain. Berikut kutipan yang menunjukkan karakter Ibu dilihat dari kualitas mentalnya. (16) Sepertinya Ibu juga tidak pernah menyinggung ngidamnya sama Bapak... (Nadia, 2011: 33). Kutipan (16) menggambarkan karakter Ibu berdasarkan kulaitas mentalnya adalah kuat. Ibu dapat menahan keinginannya sendiri demi keluarga. Ibu tidak mau membebani suaminya dengan bermanja mengutarakan keinginan mengingat keadaan mereka yang susah. e.
Nada, suara, tekanan, dialek
Nada suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut ini dapat menggambarkan karakter tokoh Ibu melalui nada, suara, tekanan, dialek. (17) “Shalat juga bisa menjadi penolong kita, Ra... kalau kita sedang susah.” ..... Tetapi, ya... Ibu hanya suka bicara panjangpanjang, toh. Tidak pakai aksi teriak atau menyambitnya. Suara ibunya lembut. Ada nada sayang yang membuat iru teman-temannya (Nadia, 2011: 16). Kutipan (17) menggambarkan karakter Ibu yang lemah lembut dan bersahaja. Ibu menasihati anaknya dengan suara dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
nada yang lembut tidak pernah dengan suara kasar ataupun sampai memukul. f.
Karakterisasi melalui tindakan
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui tindakan atau tingkah laku tokoh. Berikut ini kutipan yang menggambarkan karakter atau penokohan tokoh Ibu
sebagai
pribadi yang sigap dan mampu membaca situasi hati melalui tindakan tokoh. (18) Seperti membaca pikiran Rara, Ibu mulai mengusap-usap rambut anak semata wayangnya itu. “Rara bacakan ayat Qur’an untuk memohon kesembuhan, ya? Masih ingat?” Jemari ibu yang bergetar susah payah membuka halaman Al Qur’an yang dibawakan Rara ke pembaringan. Dan di halaman itu, telunjuk Ibu berhenti. Qur’an surat Al Anbiya, ayat 83-84 (Nadia, 2011: 2— 3). Kutipan (18) menunjukkan karakter Ibu yang sigap. Ibu dengan cepat berusaha menghibur anaknya setelah membaca atau memerhatikan apa yang sedang dipikirkan oleh anaknya. Ibu kemudian meminta anaknya untuk berdoa bagi dirinya sebagai wujud menenangkan batin anaknya. (3)
Raga (Bapak Rara)
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Raga ditemukan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
a.
Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan penutur
sangat
penting
sehingga
dapat
mengembangkan
peristiwa. Berikut ini adalah kutipan novel yang dapat menggambarkan karakter atau penokohan tokoh Raga. (19) “Nggak boleh!” “Kenapa sih, Pak?” “Pokoknya nggak boleh. Kalau Rara kepengin jajan minta sama Bapak!” (Nadia, 2011: 38). Kutipan (19) menggambarkan karakter Raga yang mandiri. Raga mengajarkan kepada anaknya agar tidak membiasakan meminta kepada orang lain. b.
Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan karakter Raga dilihat dari lokasi dan situasi percakapan. (20) Jendela buat Rara....hhh. Lelaki itu mengeluh. Hidup mereka susah. Masih ada utang biaya rumah sakit yang harus dibayarnya entah ke berapa tetangga saat istrinya jatuh dan pendarahan. Bisa makan seharihari sudah alhamdulillah (Nadia, 2011: 68). Kutipan (20) menggambarkan situasi kehidupan Raga dengan lamunannya mengenai impian anaknya. Kutipan (20) menunjukkan bahwa Raga memiliki karakter pejuang. Raga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
berjuang melalui tantangan hidup dengan bekerja keras meskipun belum sepenuhnya membahagiakan dengan mewujudkan impian Rara. Kutipan berikut ini juga memberikan gambaran karakter Raga berdasarkan lokasi dan situasinya. (21) Ketika malamnya melihat Rara tidur, berdampingan dengan Simbok, lelaki itu memahat kata jendela dalam-dalam di hatinya (Nadia, 2011: 69). Kutipan (21) menunjukkan situasi pada malam hari di dalam rumah ketika Rara sudah tertidur. Pada kutipan ini, menggambarkan karakter Raga sebagai pribadi penyayang. Rasa sayang kepada sang anak membuat ia selalu memikirkan harapan anaknya. c.
Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang tokoh tertentu. Berikut ini kutipan novel salah satu tokoh Raga yang memiliki karakter bertanggung jawab terhadap janjinya. (22) Bapak... lelaki itu memenuhi janjinya. Mata Rara berkaca. Butiran bening yang sempat terhenti meluncur lagi di pipi (Nadia, 2011: 115). (23) Ya. Bapaknya pahlawan. Lelaki yang tidak mementingkan keselamatannya sendiri. Sosok sederhana yang kuat dan bertanggung jawab. Tidak pernah dia melihat Bapak membentak atau memarahi Ibu, ketika perempuan itu masih bersama mereka dulu. Kutipan (22) menggambarkan bahwa Raga pribadi yang menepati janjinya. Sampai akhir hayatnya, ia telah melunasi janji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
mewujudkan mimpi anaknya memiliki jendela meskipun belum sempat
diberikan
kepada
sang
anak.
Kutipan
(23)
menggambarkan nilai-nilai kebaikan berupa tanggung jawab, pahlawan, sederhana, dan tidak kasar. Dengan demikian dapat disimpulkan Raga berkarakter baik. d.
Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara atau bercakap-cakap dengan tokoh lain. Perhatikan kutipan berikut ini. (24) Dengan gaya seperti pesulap amatiran, lelaki berperawakan kurus itu menarik kain yang menutupi triplek yang menjadi dinding rumah mereka. “Jendela... Rara! Tarraaa...” Seharusnya Rara melompat, berteriak kegirangan. Seharusnya dia memeluk Bapak dengan rasa terima kasih. Bagaimana pun lelaki itu telah berusaha. Ini menjadi catatan Rara kemudian setiap mengingat hari di mana Bapak memberinya kejutan jendela. Tapi yang terjadi tidak demikian. Rara terdiam, melongo. Dia tak menemukan jendela impian. Hanya lukisan jendela yang dibuat Bapak dengan sisa-sisa cat (Nadia, 2011: 67). Kutipan (24) berdasarkan kualitas mentalnya, karakter Raga ialah seorang yang tidak mudah berkecil hati. Raga telah berusaha mewujudkan mimpi Rara semampunya, meskipun usahanya tidak disambut baik oleh Rara tetapi ia tidak marah dengan sikap anaknya yang kecewa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
e.
Nada, suara, tekanan, dialek
Nada suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut ini dapat menggambarkan karakter tokoh Raga melalui nada, suara, tekanan, dialek. (25) “Kalau memang ada niat, pasti ada. Kerjaan apa saja, tapi jangan melacur, Mbak!” Suara Bapak penuh kemarahan (Nadia, 2011: 41). (26) “Besok pagi, aku mau Mbak keluar dari rumah ini. Pekerjaan Mbak nggak bagus buat Rara. Aku nggak butuh uang haram untuk ngasih makan Rara dan Simbok!” (Nadia, 2011: 42). Kutipan (26) menunjukkan nada bicara yang keras dengan tekanan dibeberapa kata, akan tetapi jika dilihat kalimat yang disampaikan bukan berarti nada atau suara keras Raga mengesankan ia sosok yang pemarah. Melalui kutipan tersebut dapat disimpulkan karakter Raga yang tegas. Rara tegas bahwa ia tidak suka pekerjaan saudaranya dan ia tidak mau pekerjaannya memberi pengaruh buruk bagi keluarga yang lain. f.
Karakterisasi melalui tindakan tokoh Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui
tindakan atau tingkah laku tokoh. Berikut ini kutipan yang menggambarkan karakter atau penokohan tokoh Raga sebagai pribadi yang penuh kasih dan sigap melalui tindakan tokoh. (27) Maafin Bapak, ya Ra...” Pelan kepala Rara mengangguk. Sebelumnya dia tak mengerti betapa besar keinginan anak satu-satunya itu untuk memiliki jendela... (Nadia, 2011: 68).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
(28) Tak ada waktu lagi. Api berkobar makin tinggi. Satu dua tetangga tampak bejibaku memadamkan api di depan rumah Raga agar tidak merembet ke rumah-rumah sebelahnya. Lelaki itu melepaskan kusen dan jendela bekas dari tangannya, lalu tanpa berpikir berlari memasuki rumah (Nadia, 2011: 103— 104). Kutipan (27) menggambarkan Raga memiliki kasih yang begitu besar terhadap sang anak. Kutipan (28) menggambarkan Raga sosok yang sigap dan tanggap dalam menghadapi persoalan. Raga dengan sigap ikut ambil bagian menyelamatkan keluarganya ditengah kebakaran hebat dan menghiraukan keselamatannya. (4)
Rafi (Teman Rara)
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Rafi ditemukan sebagai berikut. a.
Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan penutur
sangat
penting
sehingga
dapat
mengembangkan
peristiwa. Berikut ini adalah kutipan novel yang dapat menggambarkan karakter atau penokohan tokoh Rafi. (29) “Besok-besok lo... elo ngumpet aja kalau bo... bo...” “Bola? Bodrex? Bo...” Hihihi. Teman-temannya itu... masih saja menggoda Rafi! Rara nyengir. “Bu... bukan. Maksud gue, bokap sama... nyo... nyo...” “Nyolek? Nyosor? Nyopet?” Tapi Rafi tidak marah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
“Maksud gue nyokap lo. Bo... bokap sama nyokap lo... ma... ma...ma” “Makan? Madat? Maling?” Tapi lagi-lagi Rafi nggak marah, “Marah. Su... supaya lo pade ka...gak kena ti...” “Tikus? Tilep? Tidur? Ti...” “Ssst... udah... udah.” Rara nggak tega juga. “Yang bener tim... timpuk!” Rafi menyelesaikan kalimatnya susah payah. Tapi bibirnya yang terbuka menampilkan deretan gigi-gigi gingsul berantakan itu menyunggingkan senyum lebar (Nadia, 2011: 12). Kutipan
(29)
menggambarkan
karakter
Rafi
yang
penyabar. Rafi memiliki kekurangan kesulitan dalam berbicara, ia sering diejek oleh teman-teman. Tetapi ia tidak pernah marah. b.
Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan karakter Rafi dilihat dari lokasi dan situasi percakapan. (30) Sementara Rafi, anak lain yang mengingatkannya pada Aldo tampak berpikir keras. “Mung...mung...mungkin...” “Ya?” “Al... Aldo... dan... dan... dan...” anak lain yang kausnya seperti kekecilan buru-buru menergah. “Cepet dikit kenapa, Fi! Kak Adam, kan nggak punya waktu semalaman di sini!” ...Jawaban anak lelaki yang sulit bicara menghantarkan langkahnya ke rumah seseorang... (Nadia, 2011: 153). Kutipan (30) menggambarkan lokasi di perkampungan pemulung dengan situasi
menegangkan. Rafi menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128
karakter pemberi solusi masalah. Rafi berpikir keras mencari tahu dalam dirinya di mana keberadaan kedua sahabatnya dan mengutarakan pendapat meskipun dengan terbata-bata. c.
Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh mengenai Rafi yang memiliki karakter percaya diri. (31) Entah benar entah tidak. Tapi Rafi tampak bangga dengan pengetahuannya, dan Rara senang melihat temannya punya sesuatu yang orang lain tidak tahu. Itu bagus buat Rafi, menurut Rara. Soalnya teman-teman sering agak keterlaluan mengolok-olok Rafi (Nadia, 2011: 81). Kutipan (31) menunjukkan bahwa Rafi tampil percaya diri dengan pengetahuannya, meskipun teman-temannya sering meragukan. d.
Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara atau bercakap-cakap dengan tokoh lain. Perhatikan kutipan berikut ini. (32) Menurut gu... gue, i...ini ka...ka...karena kom... kom...” Dalam kondisi biasa anak-anak lain sudah berebutan meledek Rafi yang bicaranya selalu gagap itu. Tapi sekarang, hanya tatapan lesu yang tersisa di antara mereka. “Kom... kom...maksud gu...gue, kom... kompor... gas!”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129
Tidak ada juga yang tertarik menimpali... (Nadia, 2011: 107). Kutipan (32) menunjukkan karakter Rafi berdasarkan kualitas mentalnya tegar. Rafi tetap tegar dan tidak marah ketika teman-temannya tidak memperdulikan ceritanya ceritanya bahkan ceritanya terkesan tidak menarik. e.
Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut ini dapat menggambarkan karakter tokoh Rafi melalui nada, suara, tekanan, dialek. (32) “A... ak...ak...” “Aki?” “Akan?” “Aklit sepakbola?” Keempat anak itu tertawa lagi. Makin maksa deh. Yang ada kan atlit, bukan aklit... Rafi tersipu. Namun seperti biasa tetap meneruskan kalimatnya, “Ak...aku akan pu...pu... punya jendela, ju...ga!” (Nadia, 2011: 135). Kutipan (32) menunjukkan nada, suara, dialek dan penekanan yang tidak jelas sehingga menggambarkan karakter Rafi seorang yang gagap atau kesulitan dalam berbicara. Rafi tidak dapat berbicara secara normal. f.
Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130
(33) “Pesta orang kaya, biasanya makanannya banyak Fi. Sayang kalau sampai terbuang sia-sia. Kata Bu Alia juga gitu kan. Makanan nggak boleh sia-sia... ti namanya mubazir.” Rafi mangut-mangut jempolnya di arahkan ke Akbar (Nadia, 2011: 78). Kutipan (33) menggambarkan karakter Rafi yang mudah terpengaruh. Rafi mengacungkan jempol ke arah Akbar yang berarti setuju saja dengan rencana Akbar tanpa berpikir kembali. (5)
Akbar (Teman Rara)
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Akbar ditemukan sebagai berikut. a.
Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan penutur
sangat
penting
sehingga
dapat
mengembangkan
peristiwa. Perhatikan kutipan berikut ini. (34) “Lagian, bapak lo nakutin gitu, berani nge... nge...” “Ngelawak? Ngelaba? Nge...” Akbar bukannya serius malah seperti main tebak kata (Nadia, 2011: 10). Kutipan (34) menggambarkan karakter Akbar melalui dialognya adalah seorang yang humoris dan suka usil. Akbar mampu menimbulkan gelak tawa temannya tetapi dengan cara mengganggu Rafi ketika berbicara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131
b.
Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan karakter Akbar yang gemar menolong teman dan berbagi dilihat dari lokasi dan situasi percakapan. (35) “Ssst... jadi lokalisasi itu apa?” Akbar tidak menjawab, tangannya menunjuk ke satu arah. Seorang perempuan, sepantaran Bude, dengan bedak tebal dan bibir merah duduk di atas pangkuan bapak-bapak paro baya. Sebagian lagi menemani berjoget atau menuangkan minuman ke dalam gelas dan mengupas kacang kulit lalu menyuapkannya ke mulut pengunjung laki-laki (Nadia, 2011: 44). Kutipan (35) menggambarkan situasi di lokalisasi atau tempat pekerja seks komersil. Akbar memberi gambaran kepada Rara mengenai kebingungan Rara mengartikan pekerjaan Budenya. c.
Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang dapat menggambarkan karakter Akbar. (36) ...Anak laki-laki berusia sebelas tahun itu, santai aja. Hanya sedikit meringis saat Rafi menekan lebam di tangannya. Uniknya, baik Akbar maupun Yati biasa saja. Mereka nggak menangis. Paling cemberut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132
sebentar, dan tidak lama kemudian sudah tertawa dan asyik bermain lagi (Nadia, 2011: 11). Kutipan (36) menggambarkan karakter Akbar yang tegar menghadapi masalah hidupnya. Akbar beberapa kali mendapatkan perlakuan kasar dari Bapaknya, akan tetapi itu tak membuatnya larut dalam kesedihan dan tidak membuatnya marah maupun dendam kepada Bapaknya. d.
Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara atau bercakap-cakap dengan tokoh lain. Perhatikan kutipan berikut ini. (37) “Ada badut nggak, ya?” Pertanyaan itu terlontar juga. Akbar takut badut? Baru tahu! Maksudnya... Akbar, dengan bapaknya yang preman dang sangar itu... tapi takut badut. Kan lucu... hehehe (Nadia, 2011: 87). Kutipan (37) menunjukkan karakter Akbar penakut dan terkesan aneh. Akbar yang biasa menghadapi Bapaknya yang kasar dan seram justru takut dengan badut. e.
Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut ini dapat menggambarkan karakter tokoh Akbar melalui nada, suara, tekanan, dialek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133
(38) Bude Asihmu itu lonte, Ra!” Akbar memotong. “Bukan, kata Bapak... bude malacur. Bukan lonte!” Rara membela diri. “Pelacur, lonte, jablay, sama aja!” Akbar menghembuskan napas panjang. Susah menjelaskan pada Rara (Nadia, 2011: 43). Kutipan (38) memperlihatkan Akbar mulai menggunakan tekanan di akhir ucapannya untuk memberi penjelasan dan pengertian kepada temannya. Melalui penekanan ini, dapat disimpulkan bahwa karakter Akbar adalah mudah emosi tetapi dapat menahannya. Akbar mampu menahan emosi dengan menghembuskan napas panjang di akhir dialognya. f.
Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut. (39) Dan Akbar yang doyan makan itu, benarbenar tidak membuang kesempatan, termasuk mengerahkan pasukan plastiknya, agar tidak ada makanan yang terbuang. “Ambil apa-apa yang banyak!” ujarnya memberikan instruksi (Nadia, 2011: 88). Karakterisasi melalui tindakan tokoh Akbar pada kutipan (39) menunjukkan bahwa Akbar adalah pribadi yang rakus. Akbar menginginkan makanan yang banyak dengan mengerahkan semua teman-temannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134
(6)
Alia (Guru) Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Alia ditemukan sebagai berikut. a.
Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa. Kutipan berikut ini menggambarkan karakter Alia melalui dialog. (40) Bukannya anak band itu identik dengan minuman keras dan drugs?” Uups. Pertanyaan itu! Alia kontan menutup bibirnya. Mereka memang mulai akrab, tetapi bagaimanapun usia pertemanan yang terjalin masih seumur jagung (Nadia, 2011: 60— 61). Kutipan (40) menggambarkan karakter Alia yang tidak mudah percaya kepada orang lain dan suka main hakim sendiri. Alia tidak langsung percaya dengan kebaikan Adam, Ia justru mengira Adam sama seperti anak band lain yang pasti mengkonsumsi obat-obat terlarang. b.
Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan karakter Alia dilihat dari lokasi dan situasi percakapan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135
(41) Permintaannya mungkin akan melahirkan kemarahan tambahan bagi Abbah dan Ummi. Anak gadis mereka keluar malam-malam... apa kata tetangga? Tapi Alia tidak bisa berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa ketika Rara dan Aldo tak jelas keberadaannya (Nadia, 2011: 160). (42) “Pagi Alia nggak bisa menjenguk Rara, Abah. Kan Alia harus kuliah.” Sekarang... Hening. Abah belum mengizinkan Alia ikut mencari dua anak yang hilang itu... (Nadia, 2011: 102). Kutipan (41 & 42), menggambarkan lokasi percakapan di rumah Alia pada situasi menegangkan di tengah hilangnya Aldo dan Rara. Berdasarkan kedua kutipan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Alia memiliki karakter pemberani dan pahlawan. Alia tidak bisa membiarkan muridnya hilang, ia berkeinginan ikut mencari meskipun konsekuensinya ia harus berani meminta izin kepada kedua orang tuanya. c.
Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang dapat menggambarkan karakter Alia. (43) Kalau Bu Alia lain lagi. Perempuan berkerudung itu banyak mengingatkannya untuk meluruskan cara berdoa (Nadia, 2011: 135).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136
Kutipan (43) menggambarkan karakter Alia yang religius. Alia selalu menasehati dan mengajarkan kepada Rara agar tetap berdoa kepada Tuhan. d.
Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara atau bercakap-cakap dengan tokoh lain. Perhatikan kutipan berikut ini. (44) Awalnya ada yang mencurigai niat baik gadis itu. Bahkan mengira Alia disponsori kelompok atau partai tertentu. Tapi Alia terus meyakinkan, tidak ada siapa-siapa di belakangnya kecuali Allah. “Gratis? Tidak mbayar?” Tanya seorang Ibu kepadanya dengan nada galak, tak percaya. Alia mengangguk (Nadia, 2011: 23). Kutipan (44) menunjukkan karakter Alia yang pemberani dan kuat. Alia tetap berani menghadapi orang tua siswanya meskipun pada awalnya ia harus mendapatkan berbagai penolakan tetapi ini tidak menyurutkan semangatnya. e.
Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut ini dapat menggambarkan karakter tokoh Alia melalui nada, suara, tekanan, dialek. (45) “Boleh Alia pikirkan dulu, Abah?” suara Alia hati-hati (Nadia, 2011: 21).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137
Kutipan (45) menunjukkan karakter alia yang lembut dan santun. Alia yang tak kuasa
menolak keinginan Abah untuk
menikah mencoba memberi pengertian kepada Abah bahwa ia belum siap menikah dan memikirkan rencana Abah tersebut. Alia menyampaikan pendapatnya dengan pelan-pelan dan lembut. f.
Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut. (46) Sambutan hangat dari anak-anak dan warga sekitar mengobarkan semangat Alia. Lima kali sepekan, usai kuliah Alia mengajar di sekolah singgah itu. Berbagi sedikit ilmu juga mimpinya (Nadia, 2011: 24). (47) Alia tidak bisa memberikan harapan. Dia tidak boleh mempermainkan hati orang lain. Apalagi musibah yang dialami Rara, salah satu anak didiknya, membuat gadis itu merasa egois jika hanya memikirkan urusannya sendiri tanpa berusaha meringankan kesedihan gadis kecil berambut panjang, yang menyimpan impian tentang jendela itu (Nadia, 2011: 63). Kutipan (46) menunjukkan bahwa Alia memiliki karakter pahlawan tanpa tanda jasa. Alia rela mengajar di sekolah singgah dan menyisakan waktu di tengah aktifitas kuliahnya. Kutipan (47) menunjukkan Alia yang tidak mudah memberi harapan dan mengutamakan orang lain. Alia tidak begitu saja memberikan harapan kepada Adam karena ia tidak mau menyakiti. Sebaliknya, Alia justru memikirkan perasaan Rara yang sedang mengalami musibah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138
(7)
Abah Alia (Bapak Alia) Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Abah ditemukan sebagai berikut. a.
Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa. Perhatikan kutipan berikut ini. (48) “Abah sama Ummi ingin Alia menikah.” (Nadia, 2011: 20). (49) “Alia baru masuk kuliah lagi, Abah. Lagian, mau nikah sama siapa?” Abah dan Ummi berpandang-pandangan, sambil melempar senyum. Pertanda buruk bagi Alia. “Teman Alia juga waktu kecil. Ingat sama Deni? Anak Dokter Maman, tetangga kita waktu di Sukabumi?” (Nadia, 2011: 21). Kutipan (48 & 49) menggambarkan krakter Abah keras kepala. Abah memaksa anaknya untuk nmenikah dengan pria pilihan Abah dan tidak memperdulikan apakah anaknya mencintai atau tidak terhadap lelaki pilihannya. b.
Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan karakter Abah dilihat dari lokasi dan situasi percakapan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139
(50) “Abah sama Ummi ingin Alia menikah.” Kalimat serupa petir di siang hari, ungkapan itu meski klise tapi cukup mewakili perasaan Alia saat itu (Nadia, 2011: 20). Kutipan (50), menggambarkan lokasi di rumah Alia pada waktu siang hari dengan suasana menegangkan. Melalui kutipan tersebut, karakter Abah digambarkan sebagai seorang yang egois. Abah menginginkan anaknya menikah tanpa melihat apakah anaknya telah benar-benar siap menikah. c.
Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang dapat menggambarkan karakter Abah. (51) Persoalannya, pertunangan sudah diresmikan, dengan tata cara yang diminta orang tua meski tidak disepakatinya. Seandainya saja dia lebih berani bicara dan menolak kehendak Abah dan Ummi (Nadia, 2011: 59). Kutipan (51) menggambarkan karakter Abah yang teguh pada pendiriannya sendiri tanpa mendengar pendapat orang lain atau dengan kata lain egois. Alia merasakan bahwa keinginan Abah untuk menjodohkan Alia tidak membuat Alia merasa nyaman. d.
Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara
atau
melalui
ucapan
dari
tokoh
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini.
lain
dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140
(52) “Alia belum ingin menikah.” Kalimat itu diucapkannya cepat-cepat beberapa hari lalu dengan kepala tertunduk. Tak berani menghadapi kemarahan Abah... (Nadia, 2011: 160). Kutipan (52) menunjukkan karakter pemarah. Abah mudah emosi dan marah jika keinginannya tidak terpenuhi. e.
Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut ini dapat menggambarkan karakter tokoh Abah melalui nada, suara, tekanan, dialek. (52) Kenapa nggak mau jadi sekretaris. Kerja dikantor kan bagus. Dingin, kulit Alia nggak jadi hitam. Nggak perlu kena panas, Ah pokoknya Abah mau kamu jadi sekretaris. Titik!” (Nadia, 2011: 22). Kutipan (52) menunjukkan karakter Abah yang mudah tegas karena di dalam kutipan tersebut terdapat penekanan kata di akhir yaitu kata “Titik!” yang berarti keputusan tidak bisa di ganggu gugat. f.
Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut. (53) Hening. Abah belum mengizinkan Alia ikut mencari dua anak yang hilang itu bersama pemuda yang meski sopan tapi tampak seperti anak, kalau istilah orang dulu, anak bergajul. Lelaki yang pelispisnya sudah memutih itu masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141
mematung memandangi Adam yang tingkah. Belum berucap kata sepatah pun. Kutipan
(53)
menunjukkan
karakter
Abah
salah yang
memandang orang berdasarkan penampilan luar. Abah menarik kesimpulan mengenai karakter Adam begitu saja hanya karena penampilannya. (8)
Ummi Alia (Ibu Alia) Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Ummi ditemukan sebagai berikut. a.
Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa. Perhatikan kutipan berikut ini. (54) “Menikahlah Alia... Ummi yakin Deni mengizinkanmu kuliah. Hal-hal ini bisa dibicarakan.” (Nadia, 2011: 24). Kutipan dialog (54) menunjukkan karakter Ummi yang pemaksa kehendak. Ummi memaksakan kehendaknya kepada anaknya untuk menikah dengan lelaki pilihannya. b.
Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142
tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan karakter Ummi dilihat dari lokasi dan situasi percakapan. (55) “Abah sama Ummi ingin Alia menikah.” Kalimat serupa petir di siang hari, ungkapan itu meski klise tapi cukup mewakili perasaan Alia saat itu (Nadia, 2011: 20). Kutipan (55) menggambarkan situasi di rumah Alia dan pada siang hari. Melalui kutipan tersebut menunjukkan karakter Ummi yang egois. Secara tiba-tiba Ummi dan Abah meminta anaknya harus menikah dengan lelaki pilihannya. c.
Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang tokoh tertentu. Berikut ini kutipan ungkapan tokoh Alia yang dapat menggambarkan karakter Ummi. (56) Ironisnya, ketika tiba di rumah, dua orang tua, yang bakti kepada mereka adalah pembuka surga baginya, justru mencoba mencuri semangat dan cita-citanya (Nadia, 2011: 24). Kutipan (56) menggambarkan Alia merasa orang tuanya telah mencuri impiannya akan tetapi ia tidak bisa melawan kehendak ibunya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa karakter tokoh Ummi adalah tokoh egois.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143
d.
Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara
atau
melalui
ucapan
dari
tokoh
lain
dalam
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini. (57) Tiga hari yang lalu. Untuk peretama kalinya Alia tidak bisa menebak hati Abah, dan harus mengoreknya drai Ummi yang biasanya tak banyak bicara. “Abah malu, Alia. Nggak enak juga sama hubungan baik dengan orang tua Deni. Belum kata tetangga nanti.” (Nadia, 2011: 161). Kutipan (57) menunjukkan Alia tidak berani menyapa Abah yang marah tetapi ia menanyakan perasaan Abah kepada Ummi yang meskipun marah masih menanggapi pertanyaan anaknya dengan lembut. Ummi dalam kutipan ini berkarakter lembut. e.
Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut ini dapat menggambarkan karakter tokoh Ummi melalui nada, suara, tekanan, dialek. (58) “Abah malu, Alia. Nggak enak juga sama hubungan baik dengan orang tua Deni. Belum kata tetangga nanti.” (Nadia, 2011: 161). Kutipan (58) menunjukkan karakter Ummi yang lembut karena di dalam kalimat tersebut tidak ada tanda atau penekanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144
yang menunjukkan karakter Ummi kasar atau pemarah. Ia memberikan pengertian kepada anaknya dengan lembut. f.
Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut. (59) Abah hanya mengangguk-anggukkan kepala. Nmungkin masih menimbang-nimbang. Tetapi perempuan yang melahirkannya cepat mendorong Alia ke pintu. “Pergilah... kabari Ummi sama Abah kalau sudah bertemu mereka, ya?” (Nadia, 2011: 162). Kutipan (59) menunjukkan karakter Ummi yang sigap dan toleransi tehadap orang lain. Ummi dapat membaca raut wajah Alia saat meminta izin kepadanya. Ummi juga mengizinkan Alia yang pergi malam hari mengingat hilangnya anak didik Alia. (9)
Yati Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Yati ditemukan sebagai berikut. a.
Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa. Perhatikan kutipan berikut ini. (60) Rara memandang heran. Tak percaya. “Begitu kamu punya adik, kamu nggak penting lagi!” Yati ikut menjelaskan. Seorang bayi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145
berusia setahunan menggelendot di gendongan, “Repot!” “Ssst... terutama ji... jika ibunya kumat, Ra!” Rafi berbisik (Nadia, 2011: 31). Kutipan (60) menunjukkan bahwa Yati berkarakter iri. Yati iri dengan adiknya, karena semenjak kehadiran sang adik Yati merasa sudah tidak penting lagi di mata orang tuanya. b.
Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan karakter Yati yang tegar dan sabar dilihat dari lokasi dan situasi percakapan. (61)Trus, lo juga susah kemana-mana, kecuali kayak gini nih...” Akbar menunjuk Yati, “Adiknya dibawa terus. Pokoknya repot deh!” (Nadia, 2011: 32). Kutipan (61) menggambarkan situasi percakapan yang tegang disela-sela obrolan ketika mereka bermain. Kutipan (61) menunjukkan karakter Yati yang tegar dan sabar mengasuh adiknya meskipun ia sedang bermain. Di usianya yang masih kecil, Yati memiliki tanggung jawab mengasuh adiknya dan membawa adiknya kemanapun ia berada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 146
c.
Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang dapat menggambarkan karakter Yati. (62) Dia tidak menanggapi, takut ibunya Yati kumat dan akhirnya Yati harus mengurusi adiknya yang masih bayi itu, dan karenanya tidak bisa bermain (Nadia, 2011: 39). Kutipan (62) menunjukkan karakter Yati yang patuh dan takut terjadap orangtuanya. Yati tidak menolak ketika ibunya meminta menjaga adiknya hingga ia tidak bisa bermain bersama teman-temannya. d.
Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara
atau
melalui
ucapan
dari
tokoh
lain
dalam
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini. (63) Ibunya sering kesetanan, cepat sekali naik darah. Kalau sudah marah teriak-teriak seperti orang gila dan mengakibatkan Yati harus menanggung malu, karena gadis bertubuh kurus tinggi itu juga harus sigap mengelak, sebab jika kumat, Ibunya tak hanya memukuli kepala tetapi suka melempari Yati dengan barang-barang. Pernah batu bata sepanjang lengan Rara melayang dan hampir mengenai kepala Yati. ...Yati biasa saja. Mereka nggak menangis. Paling cemberut sebentar, dan tidak lama kemudian sudah tertawa dan asyik bermain lagi (Nadia, 2011: 11).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 147
Kutipan (63) menunjukkan mental Yati yang kuat dan tidak pendendam. Yati sering merasakan pukulan dan luapan kemarahan sang Ibu. Namun, Yati tidak marah maupun menjadi larut dalam kesedihan di depan teman-temannya. Yati juga tidak menaruh dendam ketika menghadapi ibunya. e.
Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut ini dapat menggambarkan karakter tokoh Yati melalui nada, suara, tekanan, dialek. (64) Yati yang bertubuh kurus dan sehari-hari hanya mengenakan rok dan atasan kaus yang warnanya sudah pudar itu, menambahi, “Mana anak kecil kerjaannya nangis mulu. Kalau nggak nangis sakit deh. Batuk, pilek lah... heh.. uang jajan yang buat kita aja kurang, sekarang harus dibagi!” (Nadia, 2011: 31). Kutipan
(64)
menunjukkan
penekanan-penekanan
dibeberapa kata terutama penjelasannya seputar beban yang ia rasakan setiap hari dalam mengurusi adiknya untuk mempengaruhi temannya. Hal ini menggambarkan Yati yang tidak suka anak kecil dan pemberi pengaruh. Yati tidak suka mengurusi adiknya karena beberapa faktor, kemudian ia mempengaruhi Rara agar tidak senang ketika hendak memiliki adik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148
f.
Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut. (65) “Gini deh... biar ngerti, besok malam kamu ikut aku. Yati sama Rafi juga.” Yati menggeleng, “Aku udah tahu artinya. Lagian adikku sakit panas.” (Nadia, 2011: 43). Kutipan dialog (65) menggambarkan Yati yang menolak pergi bersama teman-temannya karena adiknya sedang sakit. Kutipan ini menunjukkan bahwa Yati pribadi yang bertanggung jawab.
Yati
bertanggung
jawab
terhadap
adiknya
yang
dipercayakan kepada Ibunya untuk di asuh. Yati memilih merawat dan menjaga adiknya daripada pergi dengan Akbar, Rara, dan Rafi. Selain
kutipan
(65)
kutipan
berikut
ini
juga
menggambarkan karakter Yati dilihat dari tindakannya. (66) Hm... mendoakan agar hubungan ibu guru mereka putus sehingga terbuka harapan untuk Kak Adam. “Jangan...” Yati tidak setuju. “Kita doa saja yang terbaik buat Bu Alia, gimana?” Rara tersenyum. Iya juga. Tumben Yati bijak (Nadia, 2011: 129). Kutipan (66) menggambarkan bahwa Yati berkarakter bijaksana. Yati mengajak teman-temannya untuk tidak mendoakan doa yang kurang baik buat Bu Alia, akan tetapi Yati memberi saran agar mendoakan yang terbaik saja buat Alia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 149
(10) Bude Asih (Bude Rara) Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Asih ditemukan sebagai berikut. a.
Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa. Perhatikan kutipan berikut ini. (67) Terdengar kalimat Bude Asih membela diri. “Habis mau kerja di mana? Nyari kerja susah. Kamu pasti tahu itu.” “Kalau memang ada niat, pasti ada. Kerjaan apa saja, tapi jangan melacur, Mbak!” suara Bapak penuh kemarahan. “Memangnya kamu pikir kita makan sehari-hari dari mana? Tidak setiap hari kamu pulang bawa uang.” (Nadia, 2011: 41— 42). Kutipan (67) menggambarkan bahwa rela melakukan pekerjaannya demi keluarga. Hal tersebut menunjukkan karakter rela berkorban. Akan tetapi, kutipan Asih juga menunjukkan karakter mudah putus asa. Asih tidak mau berusaha mencari pekerjaan lain karena ia merasa pekerjaan ini yang paling mudah ia lakukan. b.
Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 150
tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan karakter Asih dilihat dari lokasi dan situasi percakapan. (68)... Hanya beberapa jam setelahnya, saat Bude Asih mengetuk pintu mata gadis kecil itu kembali terbuka lebar. Itu artinya sebentar lagi subuh. ... Terdengar kalimat Bude Asih membela diri. “Habis mau kerja di mana? Nyari kerja susah. Kamu pasti tahu itu.” “Kalau memang ada niat, pasti ada. Kerjaan apa saja, tapi jangan melacur, Mbak!” suara Bapak penuh kemarahan (Nadia, 2011: 41-- 42). Kutipan (68) menunjukkan di dalam rumah ketika pulang dari
pekerjaannya
hampir
fajar suaasana
yang
tergambar
menegangkan. Berdasarkan kutipan (68) dapat disimpulkan bahwa Asih pribadi yang keras kepala. Asih tidak mau mendengar nasihat Raga agar mencari pekerjaan lain. c.
Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang dapat menggambarkan karakter Asih. (70) Bukan, kata Bapak... Bude malacur. Bukan lonte!”Rara membela diri. “Pelacur, lonte, jablay, sama aja!” (Nadia, 2011: 43). Kutipan (70) menunjukkan bahwa karakter Asi adalah wanita penghibur, hampir semua masyarakat sekitar tempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 151
tinggalnya mengetahui pekerjaannya. Hal ini membuatnya tidak memiliki nama baik di mata masyarakat. d.
Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara
atau
melalui
ucapan
dari
tokoh
lain
dalam
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini. (71) “Bude nggak takut ngelewatin kuburan?” Bude tersenyum, menggeleng. “Rara tahu hantu tidak ada, tapi masih takut, hihihi...” (Nadia, 2011: 38). Kutipan (71) menunjukkan karakter Asih yang pemberani. Asih yang bekerja pada malam hari itu tidak takut dengan hal-hal takhyul. e.
Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut ini dapat menggambarkan karakter tokoh Abah melalui nada, suara, tekanan, dialek. (72) “Aku... aku Cuma pengin bantu.” Ada isak tertahan dari kalimat terakhir Bude. Kutipan (72) menunjukkan karakter Asih peduli terhadap sesama. Asih bekerja tidak halal untuk membantu Raga menopang ekonomi keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 152
f.
Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut. (73) Rara mengangguk. Tidak berani melawan perintah Bapak. Tapi meski tidak diminta budenya sering menyelipkan uang setiap Rara bermain dengan teman-temannya (Nadia, 2011: 38). Kutipan (73) menunjukkan Asih adalah orang yang peduli dan sayang terhadap keluarga. Asih selalu berusaha memberikan uang untuk Rara meskipun Raga tidak mengizinkan karena ia sayang kepada Rara. (11) Ibu Yati Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Ibu Yati ditemukan sebagai berikut. a.
Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa. Perhatikan kutipan berikut ini. (74) “Di tempat sampah kok bayangin kupukupu!” celetuk ibunya Yati sinis, ketika suatu hari Rara menceritakan keinginannya kepada Yati (Nadia, 2011: 39). Kutipan (74) menggambarkan Ibu Yati yang sinis ketika mendengar impian atau cita-cita orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa Ibu Yati berkarakter mudah meremehkan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 153
b.
Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan karakter Ibu Yati dilihat dari lokasi dan situasi percakapan. (75) “Di tempat sampah kok bayangin kupukupu!” celetuk ibunya Yati sinis, ketika suatu hari Rara menceritakan keinginannya kepada Yati. Dia tidak menanggapi, takut ibunya Yati kumat dan akhirnya Yati harus mengurusi adiknya yang masih bayi itu, dan karenanya tidak bisa bermain (Nadia, 2011: 39). Kutipan (75) menggambarkan lokasi percakapan di rumah Yati dan situasi percakapan memanas. Hal ini menunjukkan bahwa Ibu Yati memiliki karakter kurang menghargai orang lain. Ibu Yati tidak menghargai impian Rara bahkan mengejeknya. c.
Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang dapat menggambarkan karakter Ibu Yati. (76) “Lo pinteran deh belakangan, Yat!” celetuk Akbar. “Be... betul!” “Pasti karena jendela deh, ibu lo jarang mukul kepala lo kan sekarang? Hehehe.” Nadia, 2011: 139).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 154
Kutipan (76) menunjukkan karakter Ibu Yati yang ringan tangan. Ringan tangan bukan maksudnya mudah menolong tetapi muedah memukul anaknya. Karakter Ibu Yati yang ringan tangan bahkan sudah menjadi hal biaasa bagi teman-teman Yati. d.
Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara
atau
melalui
ucapan
dari
tokoh
lain
dalam
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini. (77) ... Perempuan itu bisa ngamuk habis-habisan hanya karena ada dua ekor kucing yang berkelahi atau berkejar-kejaran, dan menyiram, bahkan menendang mereka, dengan kalap (Nadia, 2011: 39). Kutipan (77) menunjukkan karakter Ibu Yati dari kualitas mentalnya adalah mudah emosi dan pemarah. Ibu Yati mudah emosi hanya karena hal kecil. e.
Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut ini dapat menggambarkan karakter tokoh Ibu Yati melalui nada, suara, tekanan, dialek. (78) “Di tempat sampah kok bayangin kupukupu!” celetuk ibunya Yati sinis... (Nadia, 2011: 39).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 155
Kutipan (78) menggambarkan karakter Ibu Yati yang kasar. Ibu Yati berbicara dengan nada tinggi karena Ia sinis terhadap orang lain. f.
Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut. (79) Ibunya sering kesetanan, cepat sekali naik darah. Kalau sudah marah teriak-teriak seperti orang gila dan mengakibatkan Yati harus menanggung malu, karena gadis bertubuh kurus tinggi itu juga harus sigap mengelak, sebab jika kumat, Ibunya tak hanya memukuli kepala tetapi suka melempari Yati dengan barang-barang. Pernah batu bata sepanjang lengan Rara melayang dan hampir mengenai kepala Yati (Nadia, 2011: 11). Kutipan (79) menunjukkan karakter Ibu Yati yang kasar dan ringan tangan. Ibu Yati selalu memarahi dan memukuli anaknya ketika emosinya meluap. (12) Aldo Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Aldo ditemukan sebagai berikut. a.
Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa. Perhatikan kutipan berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 156
(80) Pesta ulang tahun Andini minggu ini menjadi sesuatu yang paling ditunggu Rara dan teman-temannya. Aldo benar-benar baik mau mengundang mereka semua. “Nenek... Nenek un... dang teman-teman Al...do.” (Nadia, 2011: 81). Kutipan (80) menunjukkan karakter Aldo yang suka berbagi. Aldo mengundang semua teman-temannya agar temantemannya merasakan kebahagiaan bersama Aldo di acara pesta ulang tahun Andini. b.
Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan karakter Aldo dilihat dari lokasi dan situasi percakapan. (81) “Kasihan.... Ra... Rara, ya... Nekk!” Nenek mengangguk. Mengelus rambut Aldo yang hitam berombak (Nadia, 2011: 111). Kutipan (81) terjadi di lokasi rumah Aldo dengan situasi yang menyedihkan. Kutipan ini
menunjukkan karakter Aldo
adalah pengertian. Aldo tahu bahwa kabar yang akan disampaikan akan membuat sahabatnya sedih sehingga ia merasa kasihan. c.
Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 157
tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang dapat menggambarkan karakter Aldo. (82) Rafi, Akbar, Yati, dan lain-lain berpandangan. Masih belum mengerti. “Janji nggak boleh ngeledekin Aldo kalau dia bicara.” Akbar mengangguk-angguk, “Udah gue duga... anak itu emang rada aneh sih.” (Nadia, 2011: 56). Kutipan (82) menunjukkan karakter Aldo yang aneh. Aldo yang kesulitan dalam berkomunikasi membuatnya menjadi aneh menurut Akbar. d.
Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara
atau
melalui
ucapan
dari
tokoh
lain
dalam
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini. (83) Kepala aldo penuh. Pusing. “Kamu tuh berisik! Kamu...” “Kamu... hhh... kamu tuh bikin kakak malu, tahu nggak sih?” “Jangan-jangan diambil lagi sama salah satu anak jalanan yang kemari ketika mereka main atau berenang. Harusnya setiap puloang diperiksa dulu tas mereka satu-satu. Kita kan nggak tahu Mi...” “Ini semua gara-gara Aldo!” ..... Aldo duduk diam di dalam taksi, air matanya tumpah tanpa bisa ditahan. Mungkin memang dian aneh... dia... memalukan seperti kata Andini. Tapi dia tidak pernah bermaksud aneh atau mempermalukan siapa pun dengan sengaja. Tidak pernah! (Nadia, 2011: 130). Kutipan (83) menunjukkan karakter Aldo yang lemah. Aldo langsung merasa bersalah dan pergi begitu saja dari rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 158
ketika ia sadar bahwa keluarganya menganggap ia sebagai sumber permasalahan. Aldo memikirkan ucapan-ucapan yang ia dengar hingga merasakan pusing. e.
Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut ini dapat menggambarkan karakter tokoh Aldo melalui nada, suara, tekanan, dialek. (84) Aldo tidak langsung menjawab. Matanya berputar-putar seperti biasa. Tangannya bergerakgerak lebih cepat. “Ngg... Kak Adam.. nya...nyanyi. nyanyi!” “Oh... ada band?” Aldo mengangguk. Senyumnya tersungging lebar (Nadia, 2011: 79). Kutipan
(84)
menunjukkan
karakter
Aldo
susah
berbicara (Autis). Nada, suara, tekanan dan dialek yang tidak jelas secara langsung menggambarkan karakter Aldo yang sulit berkomunikasi dengan baik. f.
Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut. (85) Aldo sudah terduduk lemas. Rara bersimpuh tak jauh dari sahabatnya, masih berusaha menarik-narik tangan Aldo. Teriakannya semakin lirih. Tapi anak lelaki berambut ombak itu menggelengkan kepala. “Ra.. per... pergi! Pergi...” (Nadia, 2011: 169).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 159
Kutipan (85) menunjukkan karakter Aldo yang rela berkorban. Aldo meminta Rara meninggalkan dia agar Rara selamat dari bahaya yang mereka hadapi karena kekurangan Aldo tidak mampu berjalan menghindari bahaya yang menghadang mereka. (13) Nenek Aldo Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Nenek ditemukan sebagai berikut. a.
Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa. Perhatikan kutipan berikut ini. (86) “Cincin berlian dengan batu safir hitam itu sudah ada yang mau beli. Kemarin-kemarin masih di kamar. Sekarang...” “Mungkin keselip Ratna...” suara lembut Nenek, “carilah dulu.” (Nadia, 2011: 128). Kutipan (86) menggambarkan karakter Nenek tidak suka menyalahkan orang lain. Nenek tidak begitu saja setuju dengan ucapan Ratna perihal cincin Ratna yang hilang karena ulah temanteman Aldo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 160
b.
Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan karakter Nenek dilihat dari lokasi dan situasi percakapan. (87) Alat berbentuk monitor gelap di ruangan itu masih mengeluarkan suara teratur yang sama. Rara memandang berkas sinar matahari yang masuk melalui jendela ruangan rawat inap ini, mulai meredup. Senja sebentar lagi datang. “Rara mau ikut Nenek ke kantin?” tanya Nenek, perempuan tua yang menemani Rara sejak bakda zuhur tadi (Nadia, 2011: 50). Kutipan (87) menggambarkan lokasi di rumah sakit dimana Rara sedang menunggu Simbok dan menatapnya dengan sedih. Pada kutipan ini, menunjukkan karakter Nenek yang perhatian dan peduli. Nenek datang untuk menemani Rara menjaga Simbok di rumah sakit. c.
Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang dapat menggambarkan karakter Nenek. (88) Aldo benar-benar baik mau mengundang mereka semua. “Nenek... Nenek un... dang teman-teman Al...do.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 161
Ya... ya... nenek Aldo yang lincah itu lucu dan baik hati (Nadia, 2011: 81). Kutipan (88) menunjukkan karakter Nenek yang baik hati, ramah, dan lucu. Nenek yang berusia senja dan dari kalangan atas, tidak sungkan berbaur bersama teman-teman Aldo. Bahkan, Nenek turut mengundang teman-teman Aldo. d.
Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara
atau
melalui
ucapan
dari
tokoh
lain
dalam
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini. (89) “Kita berdoa, Ratna... semoga Allah melindungi Aldo, di mana pun dia sekarang.” Kalimat itu meski disampaikan dengan keyakinan, tetapi bernada khawatir (Nadia, 2011: 145). (90) “Kita salat malam, ya Ratna... Ummi juga nggak bisa tidur. Hhh, di mana anak itu?” (Nadia, 2011: 158). Kutipan (89 & 90) menunjukkan kualitas mental Nenek yang kuat dan tenang, meskipun ia khawatir dengan keadaan cucunya, ia tetap berusaha menenangkan yang lain dengan mengajak beribadah. e.
Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut ini dapat menggambarkan karakter tokoh Nenek melalui nada, suara, tekanan, dialek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 162
(91) “Ra... kita pulang, ya?” Lembut suara Nenek membujuk (Nadia, 2011: 114). Kutipan (91) menunjukkan karakter Nenek yang lembut. Nada bicara nenek yanmg lembut menggambarkan karakter Nenek yang sesungguhnya. f.
Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut. (92) Selama menunggui sosok yang dicintainya, Nenek dan Aldo datang hampir tiap hari. Biasanya mereka akan membaca Al Quran bersama, setelah itu baru mengobrol. Sebelum pulang, Nenek akan memimpin dia dan Aldo memanjatkan doa, agar tubuh yang kini terbaring itu segera sembuh... (Nadia, 2011: 77). Kutipan (92) menunjukkan karakter Nenek yang peduli dan religius. Nenek peduli dengan apa yang dialami Rara dan selalu mengajarkan Rara untuk mendoakan Simbok. (14) Adam (Kakak Aldo) Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Adam ditemukan sebagai berikut. a.
Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa. Perhatikan kutipan berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 163
(93) “Enak aja. Yang sering ngajak Aldo main di rumah ini siapa? Hayo...” “Sekolah kak.... A...dam kapan se....selesai?” Adam menyentuh rambutnya yang barusan dipakakaikan gel, biar lebih keren. “Tahu, deh! Mama maksa sih. Kak Adam kan senangnya main musik, bukan hapalan pasal undang-undang. Ya kapan kelarnya? Hehehe...” (Nadia, 2011: 125). Kutipan (93) menunjukkan karakter Adam yang jenaka dan tidak mudah tersinggung. Akbar tidak merasa tersinggung maupun
minder
dengan
pertanyaan
Aldo,
justru
Akbar
mengajaknya bercanda dengan kalimat yang lucu. b.
Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan karakter Adam dilihat dari lokasi dan situasi percakapan. (94) Di luar dugaan, sosok tampan itu mengangguk. “Biasanya nggak ada kontak mata, atau respon seperti senyum atau gerakan anak ketika orang tua mengajak interaksi. Begitu sih yang aku baca...” cowok itu tersenyum. Salah tingkah. “Ada lagi?” Seberapa jauh anak muda ini memahami dunia adiknya? “Ada ... misalnya ketika anak berusia dua sampai tiga tahun sudah bisa atau belum meniru gerakan atau kebiasaan orang tua.” (Nadia, 2011: 123). Kutipan (94) menggambarkan situasi percakapan yang serius antara Adam dan Alia. Dalam kutipan tersebut, menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 164
karakter Adam yang cerdas. Adam memiliki pengetahuan yang luas mengenai penyakit autis karena Ia peduli dengan adiknya sehingga dia dapat menangani Aldo dengan pengetahuannya. c.
Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang dapat menggambarkan karakter Adam. (95) “Iya, abangnya Aldo lebih asik! Calon suaminya Bu Alia itu mukanya ketus.” (Nadia, 2011: 138). Kutipan (95) menunjukkan bahwa Adam memiliki karakter pandai bergaul. Adam mampu bergaul dengan temanteman Aldo yang masih kecil dan orang lain dengan cara menyesuaikan diri sehingga Ia terlihat asyik bagi orang-orang di sekitarnya. d.
Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara
atau
melalui
ucapan
dari
tokoh
lain
dalam
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini. (96) “Bukannya anak band itu bidentik dengan minuman keras dan drugs?” ...Tapi lelaki yang suka mengenakan jaket kulit itu tidak tersinggung. Santai saja saat memberikan jawaban, “Drugs? Nggak lah. Ngerokok aja aku benggak, kok!” (Nadia, 2011: 61).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 165
Kutipan (96) menunjukkan karakter Adam dilihat dari kualitas mentalnya adalah orang yang tidak mudah naik darah atau emosi. Pertanyaan dari Alia yang terang-terangan meragukannya tak lantas membuat Adam tersinggung. e.
Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut ini dapat menggambarkan karakter tokoh Adam melalui nada, suara, tekanan, dialek. (97) “Bapakmu pahlawan, Ra.” Bisik Kak Adam beberapa waktu lalu sambil mengusap kepala Rara, saat yang lain kehilangan kata-kata (Nadia, 2011: 116). Kutipan
(97)
menggambarkan
kalimat
Adam
disampaikan dengan suara yang pelan dan lembut karena dalam kutipan menunjukkan Adam berbisik. Kalimat Adam ditujukan untuk menenangkan hati Rara. Kutipan ini menunjukkan karakter Adam yang lembut dan penyayang serta bisa menenangkan orang lain. f.
Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut. (98) Adam lebih rajin menghabiskan waktu dengan Aldo. Anak muda itu bahkan membuang keinginannya merokok jauh-jauh, hanya karena tak ingin menambahi masalah kesehatan Aldo. Penuh kasih, dia mengajak si bungsu ke kamar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 166
untuk mendengarkan musik. Adam bahkan merelakan gitar yang sebelumnya tidak pernah disentuh siapapun, untuk dimainkan tangantangan kecil Aldo (Nadia, 2011: 122). Kutipan (98) menunjukkan karakter Adam yang tulus, rela berkorban, penuh kasih, dan sabar. Adam rela membuang keinginannya merokok demi mementingkan kesehatan Aldo, ia bahkan rela gitarnya rusak oleh Aldo. Adam dengan penuh kasih, sabar, dan ketulusannya mengajari Aldo banyak hal melalui bermain. (15) Andini (Kakak Aldo) Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Andini ditemukan sebagai berikut. a.
Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa. Perhatikan kutipan berikut ini. (99) Aldo tidak merasa berbeda. Sekalipun kakaknya sering meledek, ketika dia mengatakan ingin masuk sekolah biasa, seperti sekolah Rara. “Mana bisa.. kamu kan aneh gitu...” Dulu dia hanya tertawa jika Andini melontarkan hal senada, mengira kakaknya mengajak bercanda (Nadia, 2011: 117). Kutipan (98) menunjukkan karakter Andini yang suka meremehkan orang. Andini tidak memotivasi justru meremehkan keinginan Aldo belajar di sekolah biasa karena kekurangan Aldo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 167
b.
Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan karakter Andini dilihat dari lokasi dan situasi percakapan. (100) “Itu Aldo... adik kamu... tahu sendiri dia kan cacat gitu... ngapain di atas panggung, Dini? Apa kata Billy, coba?!” Sepasang mata Andini memanas seketika. Dia hanya ingin ulang tahun ketujuh belasnya berlangsung sempurna. Istimewa bagi dia dan Billy... Dan apa yang dilakukan adiknya? Andini berlari ke belakang panggung (Nadia, 2011: 85). Kutipan (100) menggambarkan lokasi tempat ulang tahun Andini dan situasinya memanas. Andini merasa malu karena adiknya yang cacat muncul di depan teman-temannya serta di depan Billy laki-laki yang sedang dekat dengannya. Melalui kutipan (100) dapat disimpulkan bahwa karakter Andini adalah orang yang tidak mau menerima kekurangan orang lain serta mengutamakan gengsi. c.
Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang dapat menggambarkan karakter Andini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 168
(101) Tapi Kak Dini tidak suka kalau Aldo keluar dan bertemu dengan teman-temannya (Nadia, 2011: 126). Kutipan (101) menunjukkan karakter Andini yang tidak mau menerima kekurangan orang lain. Andini merasa malu dengan teman-temannya karena memiliki adik cacat. d.
Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara
atau
melalui
ucapan
dari
tokoh
lain
dalam
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini. (102) Tapi Andini yang datang, melihat bagaimana Billy dan Aldo tertawa-tawa, langsung melarikan diri ke kamar, tanpa mengucapkan sepatah pun (Nadia, 2011: 127). Kutipan (102) menunjukkan karakter Andini berdasarkan kualitas mentalnya gampang tersulut emosi atau pemarah. Andini marah hanya karena melihat adiknya tertawa dengan Billy. e.
Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut ini dapat menggambarkan karakter tokoh Andini melalui nada, suara, tekanan, dialek. (103) “Please deh. Kamu tuh berisik! Kamu... “ Andini menatap Aldo, yang berdiri hanya semeter darinya (Nadia, 2011: 127).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 169
Kutipan (103) menggambarkan karakter Andini yang kasar. Kutipan (103) menggambarkan andini memarahi Aldo dengan penekanan karena di dalam kutipan terdapat tanda (!) yang berarti keras, seru, atau perintah. f.
Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut. (104) Barusan wajah gadis itu terlihat gusar saat menemukan Aldo mengobrol dengan Billy (Nadia, 2011: 126). Kutipan (104) menunjukkan karakter Andini yang mudah cemas. Andini cemas melihat Aldo mengobrol dengan Aldo memikirkan tanggapan Billy bahwa Andini memiliki adik cacat. (16) Salma (Teman Rara) Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Salma ditemukan sebagai berikut. a.
Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa. Perhatikan kutipan berikut ini. (105) Untung kamu kesrempet mobil ya, Ra!” bisik Salma, salah seorang teman Rara. Kecelakaan ringan yang menjadi awal persahabatan dia dan Aldo (Nadia, 2011: 53).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 170
Kutipan (105) menunjukkan karakter Salma yang mampu
mengambil
hikmah
dari
sebuah
musibah.
Salma
menunjukkan hikmah yang Rara dapat setelah kecelakaan yaitu berteman dengan Aldo. b.
Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan karakter Salma dilihat dari lokasi dan situasi percakapan. (106) ... Bahkan berenang. Ya! Berenang di kolam renang pribadi milik keluarga Aldo! Untung kamu kesrempet mobil ya, Ra!” bisik Salma, salah seorang teman Rara. (Nadia, 2011: 53). Kutipan (106) menunjukkan karakter Salma yang suka mengambil keuntungan dari musibah orang lain. Salma merasa kecelakaan Rara dapat membuat Ia menikmati fasilitas Aldo karena ia turut menjadi teman Aldo berkat Rara. c.
Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang dapat menggambarkan karakter Salma yang suka mengambil keuntunga dari musibah orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 171
(107) Rara melongo. Salma masih saja merasa bahwa kecelakaan Rara adalah anugerah. Sebab dengan kejadian itu mereka semua punya teman orang kaya bernama Aldo, (Nadia, 2011: 81). Kutipan (107) menjelaskan bahwa Salma merasa beruntung berkat kecelakaan yang dialami oleh Rara, Ia memiliki teman orang berada seperti Aldo. d.
Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara
atau
melalui
ucapan
dari
tokoh
lain
dalam
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini. (108) Pesta ulang tahun Andini minggu ini menjadi sesuatu yang paling ditunggu Rara dan teman-temannya. ...”Aku bilang juga apa... untung kamu ketabrak ya. Jadi kita kenal Aldo dan bisa ke pesta ulang tahun deh!” (Nadia, 2011: 81). Kutipan (108) menunjukkan karakter Salma berdasarkan kualitas mentalnya adalah pecundang. Salma merasa bahagia pergi ke pesta sedangkan dia mengambil keuntungan dari kecelakaan sahabatnya. e.
Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut ini dapat menggambarkan karakter tokoh Abah melalui Nada, suara, tekanan, dialek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 172
(109) “Ya, tapi kan bener. Kalau Rara nggak ngojek payung, terus mampir ke tempat Aldo belajar lukis, terus nawarin Aldo ojek payung karena hujan, padahal si Santo sudah ngincer dari tadi untuk mayungin Aldo... yang penting kan Rara kagak kenapa-kenapa. Ya nggak Ra?” (Nadia, 2011: 53). Kutipan (109) menunjukkan karakter Salma yang suka meminta perlindungan. Dengan penekanan di bagian akhir kalimatnya meskipun bertanya seolah mengharapkan lawan bicaranya memberikan jawaban sama dengan pemikirannya. f.
Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut. (110) “Kenapa nggak bilang sekalian Rara beruntung didorong Santo ke mobilnya Aldo?” Temannya yang berkuncir itu memonyongkan bibir, “Ya, tapi kan bener. Kalau Rara nggak ngojek payung, terus mampir ke tempat Aldo belajar lukis, terus nawarin Aldo ojek payung karena hujan, padahal si Santo sudah ngincer dari tadi untuk mayungin Aldo... yang penting kan Rara kagak kenapa-kenapa. Ya nggak Ra?” (Nadia, 2011: 53). Kutipan (110) menunjukkan karakter Salma yang perhatian. Meskipun pada kutipan tersebut Salma terkesan jahat karena bahagia sahabatnya tertimpa musibah tetapi Ia juga perhatian terhadap kondisi sahabatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 173
(17) Suster Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Suster ditemukan sebagai berikut. a.
Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa. Perhatikan kutipan berikut ini. (111) “Rara sudah makan?” Suster berseragam putih itu menyapanya disertai senyum ramah. Rara mngangguk sopan. “Mengkaji lagi... sudah pernah khatam?” (Nadia, 2011: 76). Kutipan (111) menggambarkan karakter suster yang ramah. Suster mengajak Rara untuk berbincang- bincang meskipun hanya beberapa kata saja. b.
Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan karakter Suster dilihat dari lokasi dan situasi percakapan. (112) Pintu ruangan terbuka. Seorang suster masuk. Memeriksa denyut nadi, melihat ke grafik di monitor yang berbunyi teratur. Lalu tersenyum padanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 174
“Sudah makan?” Rara menggeleng (Nadia, 2011: 29). Kutipan (112) menggambarkan percakapan berlangsung di rumah sakit dengan situasi santai. Kutipan (112) menunjukkan karakter perhatian terhadap otrang lain. Pekerjaannya menuntut tokoh Suster untuk mampu berinteraksi dengan pasien dengan memberi perhatian secara tidak langsung membentuk karakternya. c.
Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang tokoh tertentu.. Pada kutipan (111) menunjukkan karakter suster yang ramah. Rara mengagumi sosok Suster yang ramah ketika berbicara disertai senyumnya. d.
Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara
atau
melalui
ucapan
dari
tokoh
lain
dalam
menghadapinya. Kutipan (111) menggambarkan karakter Suster penyabar dilihat dari kualitas mentalnya. Suster mengajak Rara berbicara untuk mencairkan suasana tetapi tanggapan Rara hanya datar saja. Hal tersebut tidak membuat Suster berkecil hati. e.
Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan (112) menunjukkan nada bicara yang lembut karena disertai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 175
senyuman sehingga dapat disimpulkan karakter Suster berdasarkan nada bicaranya adalah lembut. f.
Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui tindakan atau tingkah laku tokoh. Kutipan (112) menggambarkan Suster memiliki karakter suka basa-basi. Suster hanya bertanya apakah Rara sudah makan atau belum, tetapi setelah Rara menggeleng tidak ada reaksi maupun tindakan Suster atas jawaban Rara. (18) Bi siti (pembantu Aldo) Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Bi Siti ditemukan sebagai berikut. a.
Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa. Perhatikan kutipan berikut ini. (113) “Memang... Al... Aldo bisa ngomong u...u...umur berapaaa?” Bi Siti, pembantu mereka yang sudah bertahuntahun menemaninya, dan paling senang diajak ngobrol, menjawab, “Kamu dulu diam banget, Do! Umur... berapa ya?...(Nadia, 2011: 118).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 176
Kutipan (113) menunjukkan karakter Siti yang sabar. Siti mau menanggapi pertanyaan-pertanyaan Aldo yang dirasa tidak penting bagi orang lain. b.
Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan karakter Siti dilihat dari lokasi dan situasi percakapan. (114) Apa mungkin...” Suara Siti, ragu meneruskan kalimatnya. Wajahnya yang tak bisa menyembunyikan rasa sedih, terlihat basah oleh tangis. Tapi tatapan kehilangan orang-orang disekitarnya, mendorong Siti berani mengungkapkan dugaannya. “Apa mungkin ke rumah sakit tempat Neneknya Rara di rawat?” Kalimat Siti yang diucapkan dengan liorih itu menerbangkan Adam seketika (Nadia, 2011: 146). Kutipan (114) menunjukkan karakter Siti yang tulus dan penasihat yang baik. Siti tulus menyayangi Aldo bahkan Ia merasa kehilanmgan ketika Aldo pergi dari rumah. Siti tidak kehilangan akal, Ia menemukan solusi untuk mencari Aldo di rumah sakit. c.
Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 177
tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang dapat menggambarkan karakter Siti. (115) ...Aldo senang dengan keberadaan Neneknya. ... Mata tuanya bukan tak melihat, si bungsu hanya dekat kepada Adam dan pembantu di rumah itu, ketimbang orang tuanya sendiri (Nadia, 2011: 143). Kutipan (115) menunjukkan bahwa karakter Siti baik hati. Nenek melihat bagaimana kedekatan Siti dengan Aldo dan kebaikannya terhadap cucunya yang malang. d.
Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara
atau
melalui
ucapan
dari
tokoh
lain
dalam
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini. (116) Hm... siapa pula yang menundang anakanak kampung itu kemari? Bi Siti, pembantunya tak bisa menjawab. Perempuan berusia tiga puluhan itu hanya menundukkan kepala (Nadia, 2011: 86). Kutipan (116) menunjukkan bahwa Siti memiliki mental penakut. Siti tidak berani mengungkapkan kata-kata dan hanya menundukkan kepala ketika majikannya marah. e.
Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut ini dapat menggambarkan karakter tokoh Yati melalui nada, suara, tekanan, dialek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 178
(117) Aldo mikir agak lama, lalu menggaruk beberapa kali. Membenarkan kalimat pembantu mereka. “Papa kerja mulu. Mama urusan jual beli berlian terus seminar-seminar perhiasan.... boro-boro di rumah. Andini... ya gitu deh ama ntemantemannya.” (Nadia, 2011: 125). Kutipan (117) menunjukkan karakter Siti yang penyabar. Siti memberi penjelasan kepada Aldo secara pelan-pelan dan dengan nada lembut agar Aldo mengingat kesulitan Aldo dalam berkomunikasi. f.
Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut. (118) “Dan gambar kamu bagus, Do. Bi Siti aja pengin deh dilukis gitu sama Aldo.” Ucap perempuan bertubuh besar itu sambil bergaya yang membuat Aldo tertawa. Kak Adam baik. Bi Siti selalu ramah...(Nadia, 2011: 126). Kutipan (118) menunjukkan karakter Siti adalah ramah dan lucu. Siti mampu menyesuaikan diri dengan Aldo dan mampu membuat Aldo selalu tersenyum. (19) Simbok Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Simbok ditemukan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 179
a.
Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa. Perhatikan kutipan berikut ini. (119)”Setiap orang punya kekurangan, Ra. Bapak sama Ibu. Simbok juga. Kita berkawan agar saling membantu.” (Nadia, 2011: 55). Kutipan (119) menunjukkan karakter Simbok adalah mampu menghargai kekurangan orang lain. Simbok mengajarkan kepada Rara untuk menghargai kekurangan setiap orang dan menyadari bahwa setiap orang memiliki kelemahannya masingmasing. b.
Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan karakter Simbok dilihat dari lokasi dan situasi percakapan. (120) Sepagian besoknya Rara menatap sepatu yang tergantung di atas rumah triplek mereka dengan cemas. “Asal nggak hujan insya Allah kering, Ra.” (Nadia, 2011: 93). Kutipan (120) menggambarkan situasi pagi hari di rumah. Rara yang khawatir sepatunya tidak akan kering, di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 180
tenangkan oleh Simbok agar tidak bingung. Dalam hal ini karakter Simbok adalah penenang orang lain. c.
Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang dapat menggambarkan karakter Simbok. (121) Tentang Simbok, ini keajaiban lin, yang memantik semangat bdan mengembalikan sebagian besar keceriaan yang hilang ketika Bapak meninggal. Ketika dia merasa, akan sebatangkara (Nadia, 2011: 173). Kutipan (121) menggambarkan bahwa semangat Rara tumbuh lagi setelah kehadiran Simbok dalam hidupnya. Hal ini menunjukkan karakter Simbok adalah penyemangat bagi orang di sekitarnya. d.
Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara, tindakannya, atau melalui ucapan dari tokoh lain dalam menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini. (122) Sisa hari itu seharusnya digunakan untuk memilah gelas-gelas dan botol-botol plastik yang menumpuk di depan rumah. Sebelum hujan menyusahkan pekerjaannya. Tapi batuk beruntun menyisakan sesak di dada dan lemas tiba-tiba. Ketika menutup pintu, dia hanya berniat tidur beberapa kejap agar tubuhnya bisa kembali bertenaga (Nadia, 2011: 94).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 181
Kutipan (122) menunjukkan karakter nenek yang kuat dilihat dari kualitas mentalnya. Nenek berani menghadapi penyakit batuknya dan menahan agar tidak membebani orang yang ia sayangi. e.
Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut ini dapat menggambarkan karakter tokoh Simbok melalui nada, suara, tekanan, dialek. (123) “Asal nggak hujan insya Allah kering, Ra.” (Nadia, 2011: 93). Kutipan (123) menunjukkan karakter Simbok yang lembut. Ia berkata dengan lembut untuk membujuk cucunya agar tidak cemas menatap sepatunya sepanjang hari. f.
Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut. (124) “Rara suka yang ini, Simbok. Tapi rendanya sudah lepas-lepas.” Dia menerima baju yang warna putihnya sudah kekuningan itu, lalu melihat renda yang lepas benang dan karenanya menjulur kemana-mana. Tanpa banyak bicara perempuan itu mengambil jarum, meminta Rara memasukkan benang, dan mulai merapikan... (Nadia, 2011: 92).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 182
Kutipan (124) menunjukkan karakter Simbok melalui tindakannya adalah sigap. Simbok langsung mengambil inisiatif membetulkan baju Rara yang rusak dengan menjahitnya. (20) Ratna (Mama Aldo) Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Ratna ditemukan sebagai berikut. a.
Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa. Perhatikan kutipan berikut ini. (125) “Mungkin keselip Ratna... “ suara lembut Nenek, “carilah dulu.” “Udah, Mi... Ratna udah cari kemana-mana tapi nggak ada. Jangan-jangan diambil lagi sama salah satu anak jalanan yang kemari ketika mereka main atau berenang. Harusnya setiap pulang diperiksa dulu tas mereka satu-satu. Kita kan nggak tahu Mi...” (Nadia, 2011: 128). Kutipan (125) menunjukkan karakter Ratna yang mudah menuduh orang. Ratna menuduh teman-teman Aldo yang mengambil cincinnya yang ia yakini hilang tanpa menggunakan bukti maupun saksi. b.
Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 183
tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan karakter Ratna dilihat dari lokasi dan situasi percakapan. (126) “Jangan menangis, sayang. Make up-mu rusak tuh... sudah ya?” ...Hm... siapa pula yang mengundang anak-anak kampung itu ke mari?” (Nadia, 2011: 86). Kutipan
(126)
menggambarkan
lokasi
di
tempat
perayaan ulang tahun Andini dengan situasi yang memanas sehingga menimbulkan ketegangan. Dalam situasi demikian, Ratna menunjukkan ketidaksukaannya terhadap kehadiran anak-anak sekolah Singgah. Melalui kutipan ini dapat disimpulkan bahwa Ratna memiliki karakter suka membeda-bedakan kelas sosial. c.
Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang dapat menggambarkan karakter Ratna. (127) Di rumah itu kecuali Adam, yang lain beramai- ramai menyembunyikan Aldo ketka ada tamu. Walau hanya sebentar dia menetap, perempuan tua itu bisa melihat ekspresi Ratna saat teman-temannya, sesama pengusaha berlian itu mampir. “Aldo ajak main ke belakang dulu, ya? Biar nggak berisik!” Pesan sponsor menantunya ke Siti, yang tertangkap telinga tuanya (Nadia, 2011:144).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 184
Kutipan (127) menunjukkan karakter Ratna yang tidak mau menerima kekurangan seseorang. Nenek sendiri telah melihat betapa Ratna malu jika Aldo hadir di tengah-tengah sahabatnya. d.
Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara
atau
melalui
ucapan
dari
tokoh
lain
dalam
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini. (128) Mama terhenyak. Menangis. Seisi rumah tahu betapa Mama berharap dan berdoa untuk kelahiran seorang anak laki-laki lagi di rumah ini. “Tetapi bukan yang seperti ini... bukan seperti Aldo, Pa...” (Nadia, 2011: 121). Kutipan (128) menunjukkan mental Ratna yang lemah. Ratna mudah putus asa ketika mendengar anaknya memiliki kelainan. e.
Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut ini dapat menggambarkan karakter tokoh Ratna melalui nada, suara, tekanan, dialek. (129) “Ini semua gara-gara Aldo!” Berkata begitu Mama menghentakkan langkah ke kamarnya. Meninggalkan ruang tamu (Nadia, 2011: 129). Kutipan (129) menunjukkan nada kesal dan suara cetus dan penekanannya pada kata Aldo. Hal ini menggambarkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 185
sosok Ratna mudah menyalahkan orang lain dan cenderung emosionalnya tidak stabil. f.
Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut. (130) ... Meski harus berhadapan dengan kekesalan Mama. “Sejak bergaul sama anak- anak kampung itu, Aldo jadi makin susah di atur sekarang!” keluh perempuan cantik itu panjang lebar (Nadia, 2011:111). Kutipan (130) menunjukkan karakter Ratna yang tidak memiliki toleransi dan perasaan. Di saat Rara mengalami musibah, Ratna masih saja menyalahkan Rara atas perubahan sikap Aldo. (21) Syafri Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Syafri ditemukan sebagai berikut. a.
Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa. Perhatikan kutipan berikut ini. (131) ...Syafri, suaminya, berusaha menyabarkan. “Sahabatnya baru kemalangan, Ma. Biar aja kalau Aldo mau mendampingi dulu.” (Nadia, 2011: 111).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 186
Kutipan (131) menunjukkan karakter Syafri yang bijaksana dan toleransi. Syafri mampu memaklumi sikap Aldo karena musibah yang sedang dialami Rara. b.
Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan karakter Syafri dilihat dari lokasi dan situasi percakapan. (132) Syafri keluar belakangan. Blackberry masih menempel di telinganya. ... “Sejak semalam Papa minta tolong beberapa karyawan bantu mencari Aldo, Ma. Tapi belum ada kabar.” (Nadia, 2011: 169). Kutipan (132) menggambarkan lokasi di rumahnya dan situasi menegangkan. Kutipan ini menunjukkan Syafri memiliki karakter sigap. Syafri langsung mengerahkan karyawannya untuk mencari Aldo yang belum juga ditemukan. c.
Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang dapat menggambarkan karakter Syafri. (133) Mata tuanya bukan tak melihat, Si bungsu hanya dekat kepada Adam dan pembantu rumah itu, ketimbang orang tuanya sendiri (Nadia, 2011: 143).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 187
Kutipan
(133)
menggambarkan
bahwa
Nenek
mengetahui Syafri tidak dekat dengan anak bungsunya sehingga Aldo merasa tidak pernah diperhatikan olehnya. Kutipan ini menunjukkan karakter Syafri yang kurang perhatian terhadap anak. d.
Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara
atau
melalui
ucapan
dari
tokoh
lain
dalam
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini. (134) Cincin itu nggak hilang Ratna. Papa temukan di wastafel. Mungkin kamu lupa ketika mencopotnya. Papa simpan di lemari baju.” (Nadia, 2011: 157). Kutipan (134) kualitas mental Syafri yang tidak mudah marah atau tenang. Safri tak lantas memarahi istrinya atas perilakunya yang kurang baik menuduh orang atas kecerobohannya sendiri. e.
Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut ini dapat menggambarkan karakter tokoh Syafri melalui nada, suara, tekanan, dialek. (135) Dan Papa menjelaskan dengan hati-hati ke Mama, obrolannya dengan seorang teman yang juga memiliki anak autis (Nadia, 2011: 120).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 188
Kutipan (135) menggambarkan nada yang digunakan lembut karena disampaikan dengan hati-hati. Ini menggambarkan karakter Syafri yang lembut. f.
Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut. (136) Di rumah, Mama memeluk Papa yang secepatnya pulang setelah mendapatkan kabar dari istrinya tentang kepergian Aldo (Nadia, 2011: 156). Kutipan (136) menunjukkan karakter Raga sigap dilihat dari tindakannya. Ia langsung pulang ke rumah begitu mendengar anaknya hilang. (22) Billy Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh Minderop (2011: 7— 9), penokohan atau perwatakan tokoh Billy ditemukan sebagai berikut. a.
Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog atau apa yang dikatakan penutur sangat penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa. Perhatikan kutipan berikut ini. (137) Billy, sebelah tangannya menyodorkan sehelai tissue yang diterima Andini. “Menurut kamu?” “Katamu tadi Adam sudah mengarah ke rumah sakit tempat temannya Aldo menunggui neneknya, yang sakit ya? Kita cari arah lain.” Andini mengangguk (Nadia, 2011: 147).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 189
Kutipan (137) menunjukkan karakter Billy yang sabar, meskipun ia tidak mendapatkan respon baik dari Andini, ia tetap sabar menghadapi Andini dan terus menemani mencari Aldo. b.
Lokasi dan situasi percakapan
Penggambaran lokasi dan situasi percapakan penting dalam sebuah cerita. Lokasi percakapan dapat dijadikan gambaran suatu keadaan, sedangkan situasi dapat dijadikan gambaran watak tokoh dalam cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarakan karakter Billy dilihat dari lokasi dan situasi percakapan. (138) Seandainya saja Andini memahami, sikap antusias Billy saat melihat Aldo di pesta ulang tahunnya, juga saat cowok itu ke rumah, semuanya tulus dan bukan pura- pura. “Abangku yang sudah tidak ada, dulu menderita down syndrome, Dini. Dia tidak sempurna. Tetapi setelah Allah memanggilnya, baru aku merasa betapa ketidaksempurnaan itu telah membuat dia begitu sempurna sebagai mahluk Allah.” (Nadia, 2011: 148). Kutipan (138) menunjukkan situasi menegangkan dan di tengah situasi tersebut Billy mampu menjadi penasihat yang baik. Ia memberikan gambaran kepada Andini bahwa yang ia lakukan terhadap Aldo selama ini salah. Dalam hal ini, karakter Billy adalah penasihat yang baik. c.
Jati diri tokoh yang dituju
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam cerita, yaitu tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 190
tokoh tertentu. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh yang dapat menggambarkan karakter Billy. (139) ... Billy kelihatannya baik-baik saja tadi. Tidak memandang Aldo kesal atau marah... (Nadia, 2011: 127). Kutipan (139) menggambarkan penilaian Aldo terhadap Billy bahwa Billy tidak merasa terusik dengan tingkah laku dan kekurangan Aldo. Hal ini membuktikan bahwa Billy memiliki karakter mau menerima kekurangan orang lain. d.
Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara
atau
melalui
ucapan
dari
tokoh
lain
dalam
menghadapinya. Perhatikan kutipan berikut ini. (140) Mereka tak banyak bicara. Billy yang baik tidak mengganggunya dengan banya pertanyaan; kenapa Andini bersikap menjauh setelah pesta ulang tahun itu? Kenapa telepon dan smsnya tidak pernah dibalas? keAndini tampak marah melihatnya bercanda dengan Aldo? Beberapa waktu setelah episode pencarian Aldo berakhir, baru Billy menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya. Kekhawatiran Andini yang tidak beralasan karena pengaruh sahabatsahabat gadis itu (Nadia, 2011: 148). Kutipan (140) menggambarkan karakter Billy yang tidak mudah emosi dilihat dari kualitas mentalnya. Billy tidak marah atau emosi dengan sikap Andini, justru Ia mencaritahu masalahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 191
e.
Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu dan memperjelas karakter para tokoh. Kutipan berikut ini dapat menggambarkan karakter tokoh Billy melalui nada, suara, tekanan, dialek. (141) “Menurut kamu?” “Katamu tadi Adam sudah mengarah ke rumah sakit tempat temannya Aldo menunggui neneknya, yang sakit ya? Kita cari arah lain.” Andini mengangguk. Kutipan (141) menggambarkan bahwa kalimat tersebut tidak menggunakan tekanan, tidak menggunakan nada merah, maupun suara keras. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Billy sosok yang lembut. f.
Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui tindakan atau tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut. (142) Air mata Andini menitik. ....Billy, sebelah tangannya menyodorkan sehelai tissue yang diterima Andini (Nadia, 2011: 147). Kutipan (142) menunjukkan karakter Billy
yang
romantis dan pengertian. Tindakan Billy memberikan tissue kepada Andini dirasa tidak berlebihan sama halnya ketika melihat orang lain menangis. Pengertian Billy kepada Andini memberikan tissue agar air mata Andini segera terhapus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 192
3. Bertanya Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya berkaitan dengan materi pembelajaran. Sebaliknya, guru juga memberikan pertanyaan kepada peserta didik agar lebih termotivasi lagi dalam belajar. Dengan bertanya kepada guru, peserta didik dapat menambah wawasannya, membenarkan pemahaman yang keliru serta lebih aktif menyumbangkan pendapat. Dengan bertanya kepada peserta didik, guru dapat mengetahui tingkat pemahaman peserta didik berkaitan dengan materi ajar tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Melalui bertanya pula, diharapkan peserta didik mampu mengaitkan materi pembelajaran dengan realita kehidupan siswa sehari-hari. Peserta didik serta guru berfokus pada kegiatan tanya jawab mengenai materi pembelajaran. Peserta didik mempunyai kesempatan untuk bertanya mengenai tokoh, jenis tokoh berdasarkan peranannya (tokoh utama dan tokoh tambahan), jenis tokoh berdasarkan fungsi penampilannya (antagonis dan protagonis), serta penokohan dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. 4. Diskusi kelompok Melalui diskusi kelompok, peserta didik dapat bertukar pikiran, pendapat, gagasan, dan ide baerkaitan dengan materi maupun tugas yang diberikan. Dengan diskusi kelompok ini, peserta didik dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 193
berdiskusi mengenai tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Dalam kelompok masing-masing yang telah dibagi oleh guru, peserta didik akan mendiskusikan tugas menganalisis tokoh, jenis tokoh berdasarkan peranannya (tokoh utama dan tokoh tambahan), jenis tokoh berdasarkan fungsi penampilannya (antagonis dan protagonis), serta penokohan masing-masing tokoh yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia pada bab sembilan belas. 5. Pemodelan Pemodelan diberikan kepada peserta didik agar peserta didik dapat mengerti apa yang guru inginkan sehingga peserta didik dapat mengerjakan tugas yang diberikan guru. Pada langkah pemodelan ini, guru memberikan contoh sebuah novel yang telah dianalisis unsur intrinsik yaitu tokoh dan penokohannya. Melalui pemodelan ini, peserta didik membaca dan memahami langkah-langkah analisis tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia kemudian membandingkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan contoh yang diberikan oleh guru. Model atau contoh novel yang diberikan kepada peserta didik dalam analisis tokoh dan penokohan adalah novel Surat Kecil Untuk Tuhan karya Agnes Davonar. Secara ringkas cerita novel Surat Kecil Untuk Tuhan adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 194
Seorang gadis bernama Gita Sesa Wanda Cantika atau biasa di sapa Keke harus menerima kenyataan bahwa ia memiliki penyakit langka kanker jaringan lunak (Rabdosmiosarkoma). Keke adalah pasien pertama di Indonesia yang mengidap penyakit tersebut. Keke divonis oleh doker bahwa ia mengidap penyakit kanker jaringan lunak ketika ia berusia 13 tahun. Keke yang berwajah belia harus menerima kenyataan bahwa wajahnya berubah mengerikan hanya dalam waktu singkat setelah ia divonis oleh dokter. Awalnya, Ayah Keke merahasiakan penyakit yang diderita anaknya, akan tetapi seiring berjalan waktu Keke mengetahui apa yang terjadi kepadanya. Ayah Keke selalu memberikan dukungan kepadanya ketika ia harus melalui tahap demi tahap pengobatan agar ia sembuh dari penyakit itu. Suatu ketika, dokter memberikan kabar gembira bahwa tim dokter berhasil menyembuhkan penyakitnya. Kabar ini membuat gembira Keke, Ayah, serta teman-temannya. Kebahagiaan yang dirasakan oleh Keke hanya sementara. Beberapa saat setelah ia menjalankan pengobatan, kanker tersebut tumbuh kembali dengan ganasnya. Keke dengan sepenuh tenaga berjuang melawan rasa sakit yang luar biasa, sampai suatu ketika Keke sadar bahwa perjuangannya sia-sia dan sisa umurnya tidak lama lagi. Keke menuliskan sebuah surat, surat yang ia tujukan kepada Tuhan: Andaikan..... semua dapat terulang kembali, Tetapi pernahkah anda berpikir tentang itu? Pernahkah anda mengira-ira apa yang akan terjadi jika semua dapat terulang kembali?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 195
Tuhan..... Andai aku bisa kembali Aku tak ingin ada tangisan di dunia ini Tuhan..... Andai aku bisa kembali Aku berharap tidak ada lagi hal yang sama terjadi padaku Terjadilah pada orang lain Tuhan..... Bolehkah aku menulis surat kecil untuk-Mu? Tuhan..... Bolehkah aku memohon satu hal kecil pada-Mu? Tuhan..... Biarkanlah aku bisa dapat melihat dengan mataku Untuk memandang langit dan bulan setia harinya (Keke, 2006). Keke telah melawan penyakit dan berharap mukjizat datang kepadanya dengan menuliskan sebuah surat sederhana kepada Tuhan, akan tetapi Tuhan berkehendak lain. Pada tanggal 26 Desember tahun 2006 Keke meninggal dunia. Berdasarkan sinopsis diatas, dapat disimpulkan bahwa dilihat dari segi peranannya, tokoh utama adalah Keke karena Keke merupakan objek cerita serta kehadiran tokoh Keke mempengaruhi jalannya cerita. Tokoh tambahannya adalah Ayah, dokter, serta teman-temannya. Dari segi fungsi penampilan, Keke adalah tokoh protagonis karena Keke memiliki sifat dan sikap yang baik. Ayah, dokter, serta teman-teman Keke dilihat dari segi fungsi penampilan adalah tokoh protagonis pula. Mereka senantiasa memberikan dukungan kepada Keke agar mampu melawan penyakit yang dideritanya. Penokohan yang ditemukan melalui metode tidak langsung menghasilkan: tokoh Keke adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 196
tokoh yang kuat (Keke berjuang melawan rasa sakit yang harus ia terima dengan sepenuh tenaga), taat beribadah (Keke tetap berdoa dan berserah kepada Tuhan untuk memberikan mukjizat terhadap penyakit yang dideritanya), dan optimis (Keke memiliki keyakinan bahwa penyakit yang ia derita dapat sembuh). Ayahnya memiliki penokohan yang penyayang (Ayah Keke dengan penuh kasih mencintai dan menyayangi anaknya dengan sepenuh hati), sabar (Ayah Keke selalu sabar merawat Keke), dan penyemangat (Ayah Keke selalu memberikan dorongan ketika Keke harus menjalankan pengobatan). Doker memiliki penokohan yang baik (dokter sekuat tenaga membantu Keke melawan penyakitnya), dan gigih (dokter tidak pernah menyerah dalam menangani penyakit Keke meskipun kesembuhan Keke adalah mustahil. 6. Refleksi Setelah melalui proses pembelajaran tokoh dan penokohan dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia, membandingkan langkah analisis novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia dengan novel Surat Kecil Untuk Tuhan karya Agnes Davonar. Peserta didik melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran. Refleksi berguna bagi peserta didik untuk mengungkapkan hasil yang didapatkan selama proses pembelajaran, sedangkan bagi guru refleksi berguna untuk menjadi tolok ukur keberhasilan metode dan proses pembelajaran yang diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 197
7. Penilaian autentik Penilaian autentik bertujuan agar guru mengetahui sejauh mana pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh peserta didik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengambil penilaian autentik adalah dengan memberikan tugas baru dengan menganalisis tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Untuk melakukan penilaian autentik, guru menyiapkan satu bab novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia sebagai bahan penilaian. Bab yang dipilih adalah bab sembilan belas. Bab sembilan belas mengisahkan tentang kepergian Aldo dari rumah ditemani oleh Rara. Aldo pergi dari rumah karena merasa hidupnya hanya menimbulkan masalah bagi keluarga. Rara tidak mengerti apa yang terjadi. Tadinya mereka hanya ke kantin mencari makanan karena Aldo lapar.
Ketika
melihat
bayangan Kak Adam, Aldo mengajak Rara ke arah lain. Mereka melintasi halaman rumah sakit yang dipenuhi mobil yang terparkir, raut Aldo kembali panik (Nadia, 2011: 64— 69). Rara melihat disepanjang jalan yang mereka lalui terdapat beberapa rumah makan. Namun, mereka tidak memiliki uang sepeserpun. Ketika hujan turun, Rara menemukan ide untuk meminjam payung di tempat penjual restoran. Setelah itu, mereka makan dengan uang hasil mengojek payung Rara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 198
Aldo menangis ketika mendengar jawaban yang ia lontarkan kepada Rara bahwa Rara tidak malu memiliki sahabat sepertinya. Pertanyaan Aldo membuat Rara bingung mengapa Aldo bertanya demikian, tetapi ia tidak ingin mempertanyakan kebingungannya kepada Aldo yang sedang sedih karena memikirkan sesuatu. Adam mencari adiknya hingga ke rumah sakit, perkampunagn Menteng Pulo, menemui sahabat- sahabat Rara, sampai kemudian Adam menuju rumah Alia. Alia adalah guru di sekolah Singgah tempat Rara belajar. Adam harus menerima resiko menghadapi orang tua Alia terutama Abah yang terlihat tidak menyukai penampilan Adam. Adam menemui kekecewaan karena mendapati Aldo tidak ada di sana. Alia merasa bingung mengapa Adam datang ke rumanya malam-malam untuk mencari Aldo dan Rara. Adam yang sedang bingung berusaha menjelaskan kepada Alia mengenai kejadian yang menimpa Aldo dan Rara. Adam berpamitan hendak mencari mereka kembali. Alia memberanikan diri meminta izin kepada orang tuanya untu ikut mencari anak didiknya. Alia teringat kejadian beberapa hari lalu yang membuat Abah marah kepadanya perihal ungkapannya yang membatalkan perjodohannya dengan lelaki pilihan kedua orang tuanya. Alia takut kemarahan Abah akan memuncak dan tidak mengizinkan Alia pergi untuk membantu mencari Rara dan Aldo. Pada awalnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 199
Abah harus berpikir seribu kali namun untuk mengizinkan Alia pergi, namun kemudian Alia mendapatkan izin segera berkat Ummi. Di pinggiran jalan Jakarta, dua anak kecil melangkah menembus malam. Aldo dan Rara tidak tahu harus bermalam dimana. Mereka menghentikan langkah di suatu jalan ketika mereka melihat sosok tinggi besar menghadang langkah mereka. Di rumah Aldo, kebingungan dan kesedihan melanda seluruh anggota rumah mendapati Aldo pergi entah kemana. Papa pulang begitu saja mendengar kabar dari Mama bahwa Aldo pergi tanpa siapapun. Papa merasa bingung, emosi, dan marah. Papa tidak tahu meluapkan kepada siapa emosinya ketika melihat kenyataan Aldo pergi tanpa meninggalkan pesan apapun dan tanpa ditemani oleh siapapun. Ratna menceritakan perihal kehilangan cincinnya dengan suami dan ia menuduh teman-teman Aldo yang telah mengambilnya. Akan tetapi tuduhan itu ditangkis suaminya karena suaminya yang menemukan dan menyimpan cincin yang dimaksud oleh Ratna. Ratna merasa menyesal, ia merasa kepergian Aldo karena katakata dan tindakannya yang telah menuduh anaknya. Nenek melihat raut kesedihan dan penyesalan tergambar di wajah menantunya. Ia lantas mengajak menantunya itu untuk bersama-sama berdoa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 200
Berdasarkan penggalan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia bab sembilan belas, berikut ini instrumen soal yang akan dikerjakan oleh peserta didik.
Tes Tertulis Bentuk soal: Uraian Jenis tugas: individu dan kelompok (a) Tugas Individu
1. Jelaskan pengertian novel menurut anda! 2. Jelaskan pengertian tokoh dan penokohan! 3. Bagaimanakah
langkah-langkah
menganalisis
tokoh
dan
penokohan! (b) Tugas Kelompok 1. Bagaimanakah unsur tokoh dalam bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia dilihat dari segi peranan dan fungsi penampilan? 2. Bagaimanakah unsur penokohan dalam bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia berdasarkan langkahlangkah analisis menggunakan teori tidak langsung.
Produk yang dihasilkan Peserta didik membuat laporan berupa tugas rumah, tugas rumah yang diberikan untuk peserta didik adalah membuat sinopsis atau ringkasan cerita bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 201
C. Implementasi pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia Dalam melakukan kegiatan pembelajaran, seorang guru terlebih dahulu menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk RPP yang dibuat dengan memerhatikan silabus. RPP sangat berperan dalam mengontrol proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Hasil analisis yang dilakukan dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia perlu dilanjutkan dengan membuat Silabus serta RPP untuk pembelajaran novel siswa SMA kelas XI semester I. Silabus dan RPP tersebut adalah sebagai berikut. 1. Silabus Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru (Muslich, 2007: 24). Berikut ini Silabus pembelajaran kelas XI semester satu materi tokoh dan penokohan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SILABUS SEKOLAH MENENGAH ATAS
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Jenjang Pendidikan
: SMA
Kelas
: XI
Semester
:I
Alokasi Waktu
: 4 x 45 Menit
: 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan. Indikator
Materi Pokok
7.2 Menganalisis Menjelaskan Novel Rumah unsur-unsur intrinsik pengertian novel. Tanpa Jendela dan ekstrinsik novel karya Asma Indonesia/terjemahan. menjelaskan Nadia. pengertian unsur intrinsik novel yaitu Unsur intrinsik tokoh dan penokohan. novel yaitu Tokoh dan penokohan. Mengidentifikasi unsur tokoh yang terdapat dalam novel. Analisis tokoh dan penokohan. Mengidentifikasi unsur penokohan
Alokasi Kegiatan Belajar Penilaian Waktu 4 x 45 Peserta didik Jenis tagihan: menit membuat sinopsis Tugas novel Rumah Tanpa Kelompok Jendela karya Asma Tugas Nadia. Individu Peserta didik Bentuk Instrumen: mengidentifikasi tokoh dan Uraian penokohan novel bebas. Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
202
Sumber/bahan Novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Buku
penunjang lainnya yang relevan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Peserta didik memahami contoh analisis tokoh dan penokohan novel Surat Kecil Untuk Tuhan karya Agnes Davonar.
yang terdapat dalam novel. Menganalisis unsur tokoh (berdasarkan segi peranan dan fungsi penampilannya). Menganalisis penokohan berdasarkan tidak langsung.
Peserta didik bertanya kepada Guru mengenai hal yang kurang dimengerti.
teori
Menyimpulkan tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel.
Peserta didik menganalisis tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Guru melakukan refleksi terhadap hasil pembelajaran tokoh dan
203
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penokohan. Guru melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa melalui tugas individu dan tugas kelompok.
204
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) digunakan oleh guru sebagai panduan mengajar. Melalui RPP, guru dapat menyusun rancangan metode, proses, dan penyampaian materi. Pada sisi lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya (Muslich, 2007: 45). RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester
: XI / I
Materi
: Analisis tokoh dan penokohan novel
Alokasi Waktu
: 4 x 45 Menit ( 4 jam pelajaran/ 2x pertemuan)
A.
Standar Kompetensi Membaca: 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan.
B.
Kompetensi Dasar dan Indikator 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/ terjemahan.
C.
Indikator a.
Mampu menjelaskan pengertian novel berdasarkan novel.
205
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 206
b.
Mampu menjelaskan pengertian unsur intrinsik novel, tokoh dan penokohan.
c.
Mampu mengidentifikasi unsur tokoh yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
d.
Mampu mengidentifikasi unsur penokohan yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
e.
Mampu menganalisis unsur tokoh (berdasarkan segi peranan dan fungsi penampilannya) dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
f.
Mampu menganalisis penokohan berdasarkan teori tidak langsung.
g.
Mampu menyimpulkan tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
D. Tujuan Pembelajaran 1) Peserta didik dapat menjelaskan pengertian novel. 2) Peserta didik dapat menjelaskan pengertian unsur intrinsik novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia, tokoh dan penokohan. 3) Peserta didik dapat mengidentifikasi unsur tokoh yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. 4) Peserta didik dapat mengidentifikasi unsur penokohan yang tedapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 207
5) Peserta didik dapat menganalisis unsur tokoh (berdasarkan segi peranan dan fungsi penampilannya) dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. 6) Peserta didik dapat menganalisis penokohan berdasarkan teori tidak langsung novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. 7) Peserta didik dapat menyimpulkan tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
E. Materi Pembelajaran 1. Hakikat Novel Novel merupakan cerita rekaan yang menyajikan tentang aspek kehidupan manusia yang lebih mendalam yang senantiasa berubahubah
dan
merupakan
kesatuan
dinamis
yang
bermakna
(Wahyuningtyas & Santoso, 2011: 47). Novel memiliki dua unsur pembangun yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri sedangkan unsur ekstrinsik yaitu unsur-unsur yang berada di luar karya sastra tetapi tidak secara langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra (Nurgiyantoro, 2007: 23). Unsurunsur intrinsik terdiri dari peristiwa, cerita, plot, tokoh, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa. Unsur ekstrinsik menurut Wellek & Warren melalui Nurgiantoro (2007: 24) antara lain subjektivitas individu pengarang yang memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 208
sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang semuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Dalam hal ini, unsur intrinsik dan ekstrinsik saling berkaitan guna terciptanya suatu karya sastra berupa novel. 2. Tokoh Sudjiman dalam Budianta, dkk (2008: 86) tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Jenis tokoh menurut peranannya terdiri dari tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama (central character) adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2007: 176177). Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Tokoh utama sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan, tokoh utama selalu hadir sebagai pelaku yang dikenai kejadian dan konflik. Tokoh utama dalam novel, dapat lebih dari satu orang, meskipun kadar keutamaannya tidak sama. Keutamaan ditentukan oleh dominasi, banyaknya penceritaan, dan pengaruhnya terhadap perkembangan plot secara keseluruhan. Tokoh tambahan (peripheral character) adalah tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun dalam porsi penceritaan yang relatif pendek (Nurgiyantoro, 2007: 176- 177).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 209
Pemunculan tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung. Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, tokoh dalam cerita terbagi atas 2 macam, yaitu. 1) Tokoh Protagonis adalah tokoh yang dikagumi, tokoh yang merupakan penjawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita ( Altenbernd & Lewis dalam Nurgiantoro, 2007: 178). 2) Tokoh Antagonis adalah tokoh yang melawan protagonis. Penyebab terjadinya konflik dalam sebuah novel adalah tokoh antagonis, kekuatan antagonis, atau keduanya sekaligus (Nurgiantoro, 2007: 179). 3. Penokohan Secara etimologi karakterisasi berasal dari bahasa Inggris character atau karakter yang berarti watak atau peran. Character atau karakter bisa juga berarti orang, masyarakat, ras, sikap mental dan moral, kualitas nalar, orang terkenal, tokoh dalam karya sastra (Minderop, 2011: 2). Kemudian kata character mendapat tambahan akhiran –ization yang artinya proses sehingga characterization atau karakterisasi berarti pemeranan, pelukisan watak. Metode penokohan/karakterisasi dalam karya sastra adalah metode melukiskan watak para tokoh yang terdapat dalam suatu karya fiksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 210
(Minderop, 2011: 2). Beberapa cara yang dapat dipergunakan oleh pengarang untuk melukiskan rupa, watak atau pribadi para tokoh (Jauhari, 2013: 161) adalah sebagai berikut. 1) Melukiskan bentuk lahir pelakon (physical description). 2) Melukiskan jalan pikiran pelakon atau apa yang terlintas dalam pikirannya (portrayal of thought stream or of conscious thought). 3) Melukiskan bagaimana reaksi pelakon itu terhadap kejadiankejadian (Reaction to events). 4) Pengarang langsung menganalisis watak pelakon (direct author analysis). 5) Pengarang melukiskan keadaan sekitar pelakon (discussion of environment). 6) Pengarang melukiskan bagaimana pandangan pelakon lain dalam suatu cerita terhadap pelaku utama (reaction of other about/to character). 7) Pelakon-pelakon lain dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan tokoh utama (conversation of other about character). Pelukisan atau penggambaran karakter (watak)
tokoh, pada
umumnya pengarang menggunakan dua cara atau metode dalam karyanya, metode langsung (telling) dan metode tidak langsung (showing) (Minderop, 2011: 6). Metode langsung (telling) dilakukan secara langsung oleh si pengarang (Minderop, 2011: 6-7). Metode ini biasanya digunakan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 211
kisah-kisah rekaan zaman dahulu sehingga pembaca hanya mengandalkan penjelasan yang dilakukan pengarang semata. Metode ini mencakup: (1) Karakterisasi melalui penggunaan nama tokoh (chararterizkoh, action through the use of the names). Nama tokoh dalam suatu karya sastra kerap kali digunakan untuk memberikan ide atau menumbuhkan gagasan, memperjelas serta mempertajam perwatakan tokoh. Pemberian nama pada tokoh bertujuan untuk melukiskan kualitas karakteristik yang membedakannya dengan tokoh yang lain. (2) Karakterisasi melalui penampilan tokoh (chararterization through appearance). Dalam karya sastra, penampilan tokoh memegang peranan penting dengan telaah karakterisasi. Penampilan tokoh dapat berbentuk apa yang dikenakan dan bagaimana ekspresinya. (3) Karakterisasi melalui tuturan pengarang (chararterization by the author). Metode ini memberikan tempat yang luas dan bebas kepada pengarang atau narator dalam menentukan kisahnya. Metode tidak langsung adalah metode yang lebih banyak dipilih penulis modern. Pada metode ini, pembaca harus memahami watak tokoh dengan melalui dialog dan action mereka (Minderop, 2011: 7-9). Metode tidak langsung terdiri dari:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 212
1)
Karakterisasi melalui dialog Karakterisasi melalui dialog terdiri atas apa yang dikatakan penutur, jatidiri penutur, lokasi dan situasi percakapan, jatidiri tokoh yang dituju oleh penutur, kualitas mental para tokoh, nada suara, penekanan, dialek, dan kosa kata. Melalui dialog yang dilakukan oleh tokoh, maka pembaca dapat menganalisis dan menarik kesimpulan berkaitan dengan penokohan/ perwatakan tokoh yang dimaksud.
2) Lokasi dan situasi percakapan Lokasi dan situasi percakapan berperan penting dalam sebuah cerita agar pembaca memiliki gambaran cerita. Melalui lokasi
percakapan, pengarang dapat
menggambarkan
keadaan.
suatu
Melalui
situasi
percakapan, pengarang dapat juga menggambarkan watak para tokoh dalam suatu cerita. 3) Jati diri tokoh yang dituju oleh penutur Penutur yang dimaksudkan disini adalah tokoh lain dalam cerita yang menyampaikan tuturan atau cerita mengenai tokoh tertentu yang berperan pula dalam cerita tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 213
4) Kualitas mental para tokoh Kualitas mental para tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara atau bercakap-cakap dengan tokoh lain melalui alunan dan aliran tuturan. 5) Nada, suara, tekanan, dialek Nada suara jika di ekspresikan baik secara eksplisit maupun implisit maka dapat memberikan gambaran kepada pembaca berkaitan dengan watak si tokoh. Penekanan suara memberikan gambaran penting tentang tokoh karena memperlihatkan keaslian watak tokoh. Misalnya watak pemarah, penyabar, dan bijaksana. Selain itu, penekanan suara juga dapat merefleksikan pendidikan, profesi dan dari kelas mana si tokoh berasal. Dialek dan kosa kata dapat memberikan fakta penting
tentang
memperlihatkan
seorang keaslian
tokoh
karena
watak.
keduanya
Bahkan,
dapat
Mengungkapkan pendidikan profesi dan status sosial si tokoh, apakah ia seorang berpendidikan, dari kalangan tertentu, pekerjaan dan wataknya yang hakiki. 6) Karakterisasi melalui tindakan para tokoh. Watak tokoh dapat di amati melalui tingkah laku. Tingkah laku di sini diartikan sebagai tindakan tokoh dalam cerita. Tokoh dan tingkah laku bagaikan dua sisi mata uang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 214
Untuk membangun watak dengan landaasan tingkah laku, pembaca harus mampu mengamati secara lebih rinci pada setiap alur peristiwa tersebut. Selain karakterisasi melalui tindakan
para
tokoh
yang
dapat
dilakukan
untuk
menganalisis watak tokoh yaitu dengan melalui ekspresi wajah dan motivasi tokoh berperilaku demikian.
F. Media, Alat, dan Sumber (1) Media
: Novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia,
powerpoint, teks lain yang relevan. (2) Alat
: LCD, speaker, laptop, screen, Spidol dan papan tulis.
(3) Sumber
: Buku- buku pembelajaran yang relevan dengan materi dan
internet.
G. Metode dan Teknik (1) Metode : Kontekstual (2) Teknik : Tanya jawab, diskusi, presentasi, dan tugas kelompok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 215
H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran. Pertemuan Pertama : 2 X 45 Menit Langkah-langkah Metode Kontekstual dalam Pembelajaran novel Rumah Tanpa Jendela Pendahuluan
Kegiatan
Kegiatan Inti 1. Identifikasi Novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia 2. Analisis Tokoh dan Penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia
3. Bertanya
Alokasi Waktu
Guru memberi salam kepada 10 Menit peserta didik kemudian peserta didik menjawab salam. Guru memulai atau mengawali pembelajaran dengan berdoa dipimpin oleh salah satu peserta didik yang sudah ditunjuk atau bersedia memimpin. Guru mempresensi kehadiran peserta didik. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai sesuai KD dan Indikator. 65 Menit Eksplorasi Peserta didik membaca dan memahami isi novel bab sembilan belas Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Peserta didik menulis sinopsis novel bab sepuluh Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Peserta didik menerima informasi khususnya materi tokoh dan penokohan. Peserta didik menganalisis tokoh dari segi peranan dan fungsi penampilan berdasarkan langkahlangkah analisis yang telah dipelajari. Peserta didik menganalisis unsur tokoh dari segi peranan dan fungsi penampilan bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela secara mandiri. Guru memancing pertanyaan agar peserta didik dapat mengaitkan isi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 216
4. Diskusi Kelompok
5. Pemodelan
Kegiatan Akhir 6. Refleksi
7. Penilaian Autentik
cerita dengan kehidupan nyata untuk mencapai tujuan konsep pembelajaran melalui bertanya. Peserta didik dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Peserta didik dalam kelompok mendiskusikan langkah-langkah analisis tokoh dari segi peranan dan dari segi fungsi penampilan, setiap peserta didik memberi pendapat berkaitan dengan analisis tokoh. Peserta didik melaporkan hasil diskusi tokoh bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Elaborasi Peserta didik membaca model atau contoh novel yang telah dianalisis tokohnya, dari segi penampilan dan dari segi fungsi peranan dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan karya Agnes Davonar. Peserta didik membandingkan langkah penentuan tokoh dalam pemodelan dengan hasil analisis yang telah dilakukan dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. 15 Menit Konfirmasi Peserta didik memberi refleksi berkaitan dengan materi tokoh dan langkah-langkah analisis tokoh. Guru dan peserta didik menyimpulkan pembelajaran. Peserta didik diberi tugas rumah untuk membuat ringkasan cerita atau sinopsis bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Peserta didik diminta memimpin doa penutup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 217
Pertemuan kedua: 2 x 45 Menit Langkah-langkah Metode Kontekstual dalam Pembelajaran novel Rumah Tanpa Jendela Pendahuluan
Kegiatan
Kegiatan Inti 1. Identifikasi Novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia
2. Analisis Tokoh dan Penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia
3. Bertanya
Alokasi Waktu
Guru memberi salam kepada 10 Menit peserta didik kemudian peserta didik menjawab salam. Guru memulai atau mengawali pembelajaran dengan berdoa dipimpin oleh salah satu peserta didik yang sudah ditunjuk atau bersedia memimpin. Guru mempresensi kehadiran peserta didik. Guru meminta peserta didik mengumpulkan tugas yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Guru menanyakan materi pertemuan sebelumnya. Guru menunjuk peserta didik 65 Menit untuk maju ke depan kelas untuk menceritakan kembali isi cerita bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Peserta didik menyampaikan tokoh dari segi penampilan dan dari segi fungsi peranan bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela. Eksplorasi Peserta didik membaca dan memahami isi novel bab sembilan belas Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Kemudian peserta didik menganalisis penokohan tokoh yang terdapat dalam novel. Peserta didik menganalisis penokohan melalui metode tidak langsung yang telah dipelajari. Guru bertanya penokohan tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 218
4. Diskusi Kelompok
5. Pemodelan
yang terdapat dalam bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Peserta didik menjawab pertanyaan Guru. Guru memberikan ilusi keterkaitan penokohan dengan kehidupan sehari-hari, kemudian peserta didik memberikan contoh keterkaitan penokohan yang terdapat dalam novel dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik membentuk kelompok dari 4-5 orang. Peserta didik dalam kelompok mendiskusikan hasil analisis penokohan tokoh yang terdapat dalam bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia melalui metode tidak langsung, setiap peserta didik memberikan pendapat dalam analisis penokohan. Melalui perwakilan kelompok, peserta didik menyampaikan hasil diskusi penokohan tokoh yang terdapat dalam bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Kelompok lain memberikan tanggapan terhadap kelompok yang maju Elaborasi Peserta didik membaca model atau contoh novel yang telah dianalisis penokohannya melalui metode tidak langsung dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan karya Agnes Davonar Peserta didik membandingkan langkah penentuan analisis penokohan dalam pemodelan dengan hasil analisis yang telah dilakukan dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 219
Kegiatan Akhir 6. Refleksi
7. Penilaian Autentik
15 Menit Konfirmasi Peserta didik memberi refleksi berkaitan dengan materi penokohan dan langkah-langkah analisis penokohan. Guru dan peserta didik menyimpulkan pembelajaran. Peserta didik mengerjakan tes tertulis secara individu berkaitan dengan materi yang telah diberikan. Peserta didik diminta memimpin doa penutup.
I. Sumber belajar Budianta, Melani. dkk. 2008. Membaca Sastra: Pengantar Sastra untuk Perguruan Tinggi. Magelang: Indonesia Tera. Jauhari, Heri. 2013. Terampil Mengarang. Bandung: Nuansa Cendekia. Minderop, Albertine. 2011. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Wahyuningtyas, Sri dan Wijaya Heru Santoso. 2011. Sastra: Teori dan Implementasi. Surakarta: Yuma Pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 220
J. Penilaian
Tes Tertulis Bentuk soal: Uraian Jenis tugas: individu dan kelompok (a) Tugas Individu
1. Jelaskan definisi novel menurut anda! 2. Jelaskan definisi tokoh dan penokohan! 3. Jelaskan langkah-langkah menganalisis tokoh dan penokohan! Pedoman penilaian kognitif No 1.
Kriteria Penilaian
Skor
Peserta didik mampu menjelaskan pengertian novel dengan 4 secara baik dan benar serta menggunakan bahasa yang baik (berdasarkan EYD). Peserta didik mampu menjelaskan pengertian novel tetapi 3 belum menggunakan bahasa yang
baik
dan benar
(berdasarkan EYD). Peserta didik mampu menjelaskan pengertian novel tetapi 2 belum lengkap dan tidak menggunakan bahasa yang baik (berdasarkan EYD). Peserta didik tidak mampu menjelaskan pengertian novel dan 1 tidak mengggunakan bahasa yang baik (berdasarkan EYD). 2.
Peserta didik mampu menjelaskan pengertian tokoh dan 4 penokohan dengan secara baik dan benar dan menggunakan bahasa yang baik (berdasarkan EYD). Peserta didik mampu menjelaskan pengertian tokoh dan 3 penokohan tetapi belum menggunakan bahasa yang baik dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 221
benar (berdasarkan EYD). Peserta didik mampu menjelaskan pengertian tokoh dan 2 penokohan tetapi belum lengkap dan tidak menggunakan bahasa yang baik (berdasarkan EYD). Peserta didik tidak mampu menjelaskan pengertian novel dan 1 tidak menggunakan bahasa yang baik (berdasarkan EYD). 3.
Peserta didik mampu menjelaskan langkah-langkah analisis 4 tokoh dengan secara baik dan benar dan menggunakan bahasa yang baik (Berdasarkan EYD). Peserta didik mampu menjelaskan langkah-langkah analisis 3 tokoh tetapi belum menggunakan bahasa yang baik dan benar (Berdasarkan EYD). Peserta didik mampu menjelaskan langkah-langkah analisis 2 tokoh tetapi belum lengkap dan tidak menggunakan bahasa yang baik (Berdasarkan EYD). Peserta didik tidak mampu menjelaskan langkah-langkah 1 analisis tokoh dan tidak menggunakan (Berdasarkan EYD).
Jumlah skor yang dicapai Nilai =
X 100 = . . . . Skor maksimum
bahasa yang baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 222
(b) Tugas Kelompok 1. Bagaimanakah unsur tokoh dalam bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia? 2. Bagaimanakah unsur penokohan dalam bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia? Pedoman Penilaian Afektif No 1
Skor
Kriteria Penilaian
1 2 3 4
Selama proses pembelajaran, peserta didik mampu mengemukakan pendapat secara logis dalam diskusi unsur tokoh bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selama proses pembelajaran, peserta didik mampu
menghargai
pendapat
teman
kelompok dalam diskusi tokoh bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela. 2
Selama proses pembelajaran, peserta didik mampu mengemukakan pendapat secara logis dalam diskusi unsur penokohan bab sembilan belas
novel
Rumah
Tanpa
Jendela
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selama proses pembelajaran, peserta didik mampu
menghargai
pendapat
teman
kelompok dalam diskusi tokoh bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela.
Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 223
Jumlah skor yang dicapai X 100 = . . . .
Nilai = Skor maksimum
Produk yang dihasilkan Peserta didik membuat laporan berupa tugas rumah, tugas rumah yang diberikan untuk peserta didik adalah membuat sinopsis atau ringkasan cerita bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
Rubik penilaian produk membuat sinopsis bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia No. 1
Kriteria Penilaian
Skor
Pendeskripsian cerita secara lengkap dan jelas, 3
3
Bobot x skor 9
3
6
3
3
3
9
3
6
3
3
Bobot
ringkasan cerita padat dan logis. Pendeskripsian cerita kurang lengkap dan jelas, 2 ringkasan cerita kurang padat dan logis. Pendeskripsian cerita tidak lengkap dan jelas, 1 ringkasan cerita tidak padat dan tidak logis. 2
Sistematika urutan dan penempatan bagian 3 novel urut dan tepat. Sistematika urutan dan penempatan bagian 2 novel ada yang tidak tepat. Sistematika urutan dan penempatan bagian 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 224
novel salah total. 3
Menggunakan bahasa baku, tepat, menarik, 3
3
9
3
6
3
3
3
9
3
6
3
3
kalimat efektif dan komunikatif, tidak ada kalimat yang ambigu. Bahasa kurang baku, tepat, menarik, kalimat 2 tidak efektif dan komunikatif, ada kalimat yang ambigu. Bahasa tidak baku, tepat, kurang menarik, 1 banyak
kalimat
yang
tidak
efektif
dan
komunikatif, banyak kalimat yang ambigu. 4
Tidak ada kesalahan ejaan, tidak ada kesalahan 3 pemilihan jenis dan ukuran huruf, margin sangat pas, format pengetikan benar dan konsisten. Ada beberapa kesalahan ejaan, pemilihan jenis 2 dan ukuran huruf tidak jelas, margin kurang tepat, format pengetikan kurang tepat. Mengabaikan ejaan, pemilihan jenis, ukuran 1 huruf,
dan
margin
tidak
sesuai
dengan
ketentuan, asal ketik tidak menggunakan format. Jumlah skor yang dicapai Nilai =
X 100 = . . . .
Skor maksimum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 225
Mengetahui,
Yogyakarta,
Kepala Sekolah
Guru Bahasa Indonesia
(..........................)
Vitalis Cicik Novika
NIP.
Juni 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Peneliti menggunakan pendekatan deskirptif kualitatif karena data yang diambil berupa kata-kata dan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti menghasilkan pendeskripsian tokoh dan penokohan dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Penerapan metode kontekstual dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam mengajarkan pembelajaran sastra kepada peserta didik. Langkah-langkah
metode
kontekstual yang dapat digunakan untuk menganalisis unsur tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia adalah membuat sinopsis, mengidentifikasi tokoh dan penokohan, bertanya, diskusi kelompok, refleksi, dan penilaian autentik. Langkah pertama peserta didik membuat sinopsis novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
Hal tersebut bertujuan untuk
mempermudah dalam mengetahui isi cerita dari bacaan. Langkah kedua yaitu mengidentifikasi tokoh dan penokohan. Peserta didik menentukan tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia. Berdasarkan hasil analisis tokoh dilihat dari segi peranannya, tokoh utama adalah Rara dan Aldo, sedangkan tokoh tambahan adalah Ibu, Raga, Rafi, Akbar, Alia, Abah Alia, Umi Alia, Yati, Bude Asih, Ibu Yati, Nenek Aldo, Adam, Andini, 226
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 227
Salma, Suster, Bi Siti, Simbok, Ratna, Papa Aldo, dan Billy. Hasil analisisis tokoh berdasarkan fungsi penampilan yang terdiri dari tokoh protagonis dan antagonis secara keseluruhan adalah sebagai berikut. Tokoh yang termasuk dalam tokoh protagonis: Rara, Aldo, Ibu, Raga, Nenek, Akbar, Rafi, Yati, Salma, Alia, Adam, Syarif, Simbok, Asih, Abah, Ummi, Bi Siti, Suster, dan Billy. Tokoh yang termasuk dalam antagonis adalah Ratna, Andini dan Ibu Yati. Hasil Analisis penokohan masing-masing tokoh menggunakan metode tidak langsung yang terdiri dari: 1) karakterisasi melalui dialog, (1) lokasi dan situasi percakapan, (3) jati diri tokoh yang dituju oleh penutur, (4) kualitas mental para tokoh, (5) nada, suara, tekanan, dialeg, (6) dan karakterisasi melalui tindakan para tokoh. Langkah ketiga yaitu bertanya, peserta didik bertanya jawab dengan guru mengenai unsur tokoh dan penokohan untuk mengaitkan isi cerita novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia dengan kehidupan nyata melalui bertanya. Peserta didik mengaitkan tokoh serta penokohan dalam novel dengan situasi yang terjadi pada kehidupan nyata. Langkah keempat yaitu diskusi kelompok, peserta didik dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Peserta didik dapat bertukar pikiran, pendapat, gagasan, dan ide berkaitan dengan tugas kelompok menemukan tokoh dan penokohan bab sembilan belas novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 228
Langkah kelima yaitu pemodelan, peserta didik membaca dan memahami contoh novel yang telah dianalisis oleh guru. Contoh novel yang telah dianalisis sebagai acuan agar siswa lebih mengetahui dan memahami menganalisis sebuah novel. Novel yang digunakan sebagai pemodelan adalah novel Surat Kecil Untuk Tuhan karya Agnes Davonar. Langkah keenam yaitu refleksi, peserta didik melakukan refleksi untuk mengungkapkan hasil yang diperoleh selama proses pembelajaran. Bagi guru, refleksi berguna untuk menjadi tolok ukur keberhasilan metode dan proses pembelajaran yang digunakan. Langkah ketujuh dalam penilaian autentik, bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh peserta didik. Penilaian autentik dapat dilakukan dengan mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru. B. Implikasi Hasil analisis tokoh dan penokohan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia diimplikasikan dalam bentuk silabus dan RPP dalam pembelajaran sastra untuk siswa SMA kelas XI semester I. Silabus dan RPP yang digunakan disesuaikan pula dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 229
C. Saran Saran yang diberikan ini ditujukan kepada guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XI semester I dan bagi peneliti selanjutnya yang relevan. Bagi guru, diharapkan bahwa mnetode kontekstual dapat dijhadikan sebagai salah satu pilihan alternatif metode dalam pengajaran sastra. Bagi peneliti selanjutnya, dapat menggunakan dan mengembangkan metode atau pendekatan yang sesuai dengan kondisi kelas, metode kontekstual bukan hanya pada unsur intrinsik tokoh dan penokohan tetapi dapat digunakan dalam unsur intrinsik lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Budianta, Melani. dkk. 2008. Membaca Sastra: Pengantar Sastra untuk Perguruan Tinggi. Magelang: Indonesia Tera. Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi keempat. Jakarta: Balai Pustaka. Hadari, Nawawi. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Heriyanto. 2014. Penokohan, alur, latar, tema, dan amanat dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan Karya Agnes Davonar. Diunduh pada 18 Juni 2016 dari http://portal.widyamandala.ac.id/jurnal/index.php/educatiovitae/article/view /17 . Herlina. 2013. “Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia (Kajian Sosiologi Sastra, Resepsi Sastra, dan Nilai Pendidikan)”. Tesis. Pascasarjana: Universitas Negeri Solo. Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintific dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Jakarta: Ghalia Indonesia. Jauhari, Heri. 2013. Terampil Mengarang. Bandung: Nuansa Cendekia. Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, dan Tekniknya (Edisi Revisi). Jakarta: Raja Grafindo Persada. Minderop, Albertine. 2011. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Dharma. Mulyasa. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Muslich, Masnur. 2007. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan): Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara. Nadia, Asma. 2011. Rumah Tanpa Jendela. Jakarta: Kompas Media Nusantara. Niri, Erna Lawu. 2011. Skripsi: “Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Alur Novel Manusia Langit Karya Jajang Agus Sonjaya Untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I”. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
230
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 231
Nurastuti, Wiji. 2007. Metodologi penelitian. Yogyakarta: Ardana Media. Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Edisi Kedua. Jakarta: Grafindo Persada. Syamsuddin dan Vismaia S Damianti. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tarigan, Henry Guntur. 2009. Dasar-Dasar Kurikulum Bahasa. Bandung: Angkasa. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana. Wahyuningtyas, Sri dan Wijaya Heru Santosa. 2011. Sastra: Teori dan Implementasi. Surakarta: Yuma Pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
232
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Lampiran kutipan novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia dalam analisis tokoh berdasarkan fungsi penampilan Bab 1 Nama Tokoh Kutipan Novel Rara (1)..... “Apa Allah selalu mengabulkan doa?” (Nadia, 2011 :2). (2)..... ” Tapi apa pasti dikabulkan Bu? Rara ingin punya jendela.” kalimat itu menggantung sejenak sebelum bersuara pelan, “Rara juga ingin Ibu sembuh.” (Nadia, 2011 : 2). Ibu (3) “Berdoa, Ra..... mengaji. Minta sama Allah” (Nadia, 2011:2). Bab 2 Nama Tokoh Rara
Ibu
Raga
Rafi
Kutipan Novel (4) ....”Caranya, Bu?” “(Nadia, 2011 : 6). (5)... Rara menurut. Mula-mula memang susah. Tetapi lamalama dia mengerti apa yang dimaksudkan Ibu. (Nadia, 2011: 6). (6) Rara ingat gambarnya membuat Ibu tercenung. Ada air mata membayang di bola mata Ibu. Tapi air mata itu tak sempat menitik. (Nadia: 2011: 9). (7) Malah Ibu mengajarinya memulai perjalanan mimpi. “ Mimpi itu bisa hidup, lho Ra...” Ibu, selalu bisa menghadirkan kerlip di mata Rara. (Nadia, 2011:5). (8) ....“Tutup mata Rara. Lalu bayangkan mimpimu. Bayangkan juga Rara ada di mimpi itu.” (Nadia, 2011: 6). (9).....“Sekali kamu percaya hantu itu ada, dia akan hidup terus di hatimu dan memakan keberanianmu, Ra!” (Nadia, 2011: 8). (10).....“Ssst, Rara kenapa Bu? Cengengesan sendiri gitu?” (Nadia, 2011:6). (11).....“Hantu itu nggak ada, Ra!” komentar Bapak. (12)....Bapak memandangnya sayang,”Kata siapa, hayo? Cuma katanya... katanya... kan?” (Nadia, 2011: 7). (13)..... Temannya, Rafi pernah lari terbirit-birit karena ada yang mengejarnya dari belakang (Nadia, 2011: 7).. (14).....Rafi mendekatkan wajah ke teman-teman kecilnya, memasang tampang misterius, sebelum menjawab, “Ssst... bu...bukan!” ..”Ternyata a...ada maling la...lagi dike...kejar hansip! Hihihi...” (Nadia, 2011: 7).
233
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 234
Bab 3 Nama Tokoh Rara
Akbar
Yati
Rafi
Kutipan Novel (15).....“Ssst... udah... udah.” Rara nggak tega juga (Nadia, 2011 : 12). (16) “Pak... Pak!” Rara berlari menyusul langkah Bapak menuju rumah. “Ada apa toh, Ra?” Gadis kecil itu melompat-lompat riang. Rambutnya yang tergerai berayun ayun. “Rara pengin punya jendela!” (Nadia, 2011: 14). (17)..... Akbar, yang tinggal dekat rumahnya sudah tidak terhitung kena tangan bapaknya, lelaki bertampang angker dengan tubuh besar dan tato berganbar kepala naga di tangannya. “Lagian, Bapak lo nakutin gitu, berani nge... nge...” “Ngelawak? Ngelaba? Nge...” Akbar bukannya serius malah seperti main tebak kata. (Nadia, 2011:10). (18)..... Anak laki-laki berusia sebelas tahun itu, santai saja. Hanya sedikit meringis saat Rafi menekan lebam di tangannya (Nadia, 2011: 11). (19)..... Ibunya sering kesetanan, cepat sekali naik darah. Kalau sudah marah teriak-teriak seperti orang gila dan mengakibatkan Yati harus menanggung malu. Bukan hanya malu, karena gadis bertubuh kurus tinggi itu juga harus sigap mengelak, sebab jika kumat, Ibunya tak hanya memukuli kepala tetapi suka melempari Yati dengan barang-barang. Pernah batu bata sepanjang lengan Rara melayang dan hampir mengenai kepala Yati. Uniknya, baik Akbar maupun Yati biasa saja. Mereka nggak menangis. Paling cemberut sebentar, dan tidak lama kemudian sudah tertawa dan asyik bermain lagi. (Nadia, 2011: 11). (20)..... Rafi memang gagap dan teman-temannya yang jahil biasanya bukan membantu malah asik meneruskan kalimat anak lelaki berambut gondrong itu, sesuka mereka...” (Nadia, 2011: 11). (21)..... “Besok-besok lo... elo ngumpet aja kalau bo... bo...” “Bola? Bodrek? Bo...” Hihihi. Teman-temannya itu... masih saja menggoda Rafi! Rara nyengir. “Bu... bukan. Maksud gue, bokap sama... nyo... nyo...” “Nyolek? Nyosor? Nyopet?” Hus! Tapi Rafi tidak marah. “Maksud gue nyokap lo. Bo... bokap sama nyokap lo... ma... ma... ma” Makan? Madat? Maling?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 235
Ibu
Heh... nggak selesai-selesai. Tapi lagi-lagi, Rafi nggak marah, “Marah. Su... supaya lo pade ka...gak kena ti...” “tikus? Tilep? Tidur? Ti...” “Sst.. udah.. udah.” Rara nggak tega juga. “Yang bener tim... timpuk!” Rafi menyelesaikan kalimatnya susah payah. Tapi bibirnya yang terbuka menampilkan deret gigi-gigi gingsul berantakan itu menyunggingkan senyum lebar. (Nadia: 2011: 12). (22) “Shalat itu amal pertama yang ditanyai Allah, Ra.” (Nadia, 2011:15). (23)..... “Shalat juga bisa menjadi penolong kita, Ra... kalau kita sedang susah.” (Nadia, 2011:15). (24)..... Pertanyaan Ibu yang lain umumnya seputar: “Sudah shalat atau belum?” “Sudah mengaji?” (Nadia, 2011:16).
Bab 4 Nama Tokoh Alia
Abah
Kutipan Novel (25) “Alia baru masuk kuliah lagi, Abah. Lagian, mau nikah sama siapa? ” (Nadia, 2011: 21). (26).....“Boleh Alia pikirkan dulu, Abah?” suara Alia hati-hati. (Nadia, 2011: 21). (27)..... Tapi Alia tidak ingin menikah. Tidak sekarang. Dia baru merintis sekolah singgah, dengan uang tabungan yang selama ini disimpan dan tidak tahu ingin digunakan untuk apa. Kedua orangtuanya meski tidak kaya raya tapi terbilang berkecukupan. Lagi pula dia anak semata wayang. (Nadia, 2011: 22). (28)..... Jika diizinkan, dia ingin membuka sekolah singgah, sekaligus taman baca bagi anak-anak di sana. Barangkali bisa menjadi alternatif, selain satu-satunya madrasah yang terletak cukup jauh dan memerlukan biaya. (Nadia, 2011: 23). (29)..... “Gratis? Tidak mbayar?” Tanya seorang Ibu kepadanya dengan nada galak, tak percaya. Alia mengangguk. Tak ada biaya apa pun. Tempatnya bisa di mana saja. Tak perlu ruangan kelas tertutup. Belakangan, beberapa orangtua yang ingin anaknya bersekolah gratis membantunya menemukan sebuah ruangan sederhana untuk anak-anak belajar. (Nadia, 2011: 23). (30) “Teman Alia juga waktu kecil. Ingat sama Deni? Anak Dokter Maman, tetangga kita waktu di Sukabumi?” (Nadia, 2011: 21).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 236
Ummi
(31)..... “Dipikir? Apa yang harus dipikirkan? Anaknya baik, orang tuanya teman dekat Abah. Kenapa harus pakai bpikirpikir? Kecuali kamu menikah dengan orang yang tidak jelas, baru dipikir! Dia sudah bekerja, kok!” Dulu juga begitu. “Kenapa nggak mau jadi sekretaris. Kerja di kantor kan bagus. Dingin, kulit Alia nggak jadi hitam. Nggak perlu kena panas. Ah, pokoknya Abah mau kamu jadi sekretaris. Titik!” (Nadia, 2011: 21-22). (32) “Abah sama Ummi ingin Alia menikah.” (Nadia 2011:20). (33)..... “Menikahlah Alia... Ummi yakin Deni mengizinkanmu kuliah. Hal-hal ini bisa dibicarakan.” (Nadia, 2011: 24).
Bab 5 Nama Tokoh Rara
Akbar
Kutipan Novel (34)..... Kalimat-kalimat itu sempat memenuhi pikiran Rara. Membuat wajah cerahnya was-was dan murung. Apalagi jika melihat betapa perhatian Bapak yang bertambah sama Ibu sejak tahu istrinya hamil. Tetapi hari-hari berlalu, seiring membuncitnya kandungan Ibu, Rara tidak melihat tanda-tanda kekhawatirannya beralasan. “Dia main bola, ya Bu di dalam sana.” Rara membayangkan lapangan bola... eh kolam bola di dalam perut Ibu, pikiran yang mengulaaskan senyum di bibirnya (Nadia, 2011 : 32). (35)..... Sebuah kantung plastik hitam di tangannya, terasa hangat dan berbau sedap. Nasi rendang buat Ibu dan Adik. “Bu.... Rara bawa ren...” Kalimat Rara menggantung. Mata bulatnya bersinar panik. Mendadak tubuhnya lemas tak bertenaga. Di lantai tanah rumah mereka, perempuan yang melahirkannya tergeletak dengan mata tertutup rapat. Cairan merah merembes dari daster lusuhnya (Nadia, 2011: 34). (36)..... Pertama adik kecilnya yang pergi. Bahkan tanpa sempat mencicipi rendang yang dibawa kakaknya. Hari keempat, Ibu tertidur dan tak pernah bangun lagi. Padahal dia sudah berdoa. Bahkan berjanji menukarkan catatan mimpinya tentang jendela, asalkan Allah membiarkan Ibu bersamanya lebih lama (Nadia, 2011: 35). (37)..... “Ayam gorengnya satu, ya!” Akbar buka suara sambil telunjuknya ditempelkan pada bayangan paha ayam berukuran sedang, “Kamu apa, Yati?” .....“Kalau kamu apa, Fi?” Akbar bersuara lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 237
Yati
Rafi
.....“Ubin? Celetukan Akbar menimbulkan tawa anak-anak. .....“Kalau kamu apa, Ra?” .....“Sudah, jangan pakai mikir. Ambil saja semua. Gue yang bayar! Hehehe...” Akbar berlagak bos. Tapi suaranya berangsur panik saat Rafi mencoleknya dan menunjukkan ke satu arah. “Bo.... bokap lo!” “Mana?” “It... itu!” Waduh gawat! “Kabur!” (Nadia, 2011: 28— 29). (38)..... “Siapa bilang?” ujar anak lelaki yang bajunya meski tidak kekecilan tapi selalu terangkat sebagian ke atas sehingga bagian pusarnya sering melompong atau kelihatan, “Punya adik itu menyebalkan tahu, Ra!” .....“Bukan cuma itu. Kalau ada adek lo juga bakal lebih sering digebukin!” ..... “Heh... nggak percaya. Nih gue jelasin. Ade lo nangis... siapa yang disalahin? Terus kalau adek lo jatuh atau nyungsep? Salah lo juga! Kenapa nggak bisa jagain dia? Belum kalau adek lo mecahin gelas, piring... salah lo lagi! Tuh makhluk kecil nangis? Lo lagi yang di salahin!” ..... “Terus lo juga susah kemana-man, kecuali kayak gini nih...” Akbar menunjuk Yati, “Adiknya dibawa terus. Pokoknya repot deh!” (Nadia, 2011: 31— 32). (39)..... “Begitu kamu punya adik, kamu nggak penting lagi!” Yati ikut menjelaskan. Seorang bayi berusia setahunan menggelendot di gendongan, “Repot!” ..... Yati yang bertubuh kurus dan sehari-hari hanya mengenakan rok dan atasan kaus yang warnanya sudah pudar itu, menambahi, ”Mana anak kecil kerjaanya nangis mulu. Kalau nggak nangis sakit deh. Batuk, pilek lah... heh... uang jajan yang buat kita aja kurang, sekarang harus dibagi!” (Nadia, 2011: 31). (40)..... Rafi, liurnya bahkan sudah menggantung di sudut bibir saat menjawab, “Aku... aku... u...u...” “Ubin?” Celetukan Akbar menimbulkan tawa anak-anak. “Ud... udang yang be...sar dua!” (Nadia, 2011: 28).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 238
Bab 6 Nama Tokoh Rara
Bude Asih
Kutipan Novel (41)..... Kadang dia kawatir melepas Bude yang keluar di saat langit mulai gelap. “Bude nggak takut ngelewatin kuburan?” Bude tersenyum, menggeleng. “Rara tahu hantu tidak ada, tapi masih takut, hihihi...”(Nadia, 2011 : 38). (42)..... Sebenarnya Rara punya rencana lain dengan uang saku yang diberikan Bude Asih, tapi... teman-temannya menatap lapar. Beralih-alih dari memandangnya lalu ke restoran. Rafi malah sudah menelan ludah berkali-kali. Ya sudah, besok-besok dia pasti bisa menabung lagi. Bayangan jendela besar yang bisa menjaring cahaya matahari muncul. Mimpi yang sempat terkubur saat Ibu pergi (Nadia, 2011: 39). (43).... Sepenting-pentingnya jendela dalam benak Rara, buat ketiga temannya jauh lebih penting makanan yang berada di balik etalase kaca di restoran padang itu. Setelah berpikir cukup lama, Rara akhirnya mengangguk setuju (Nadia, 2011: 40). (44)..... Rara menegakkan tubuh, ingin menyambut Bude yang pasti capek. Setidaknya menyeduh teh manis penghilang haus Bude. Namun sebelum Rara bangkit, suara keras Bapak terdengar dab menciutkan nyali gadis kecil itu. Simbok sampai memeluknya erat (Nadia, 2011: 41). (45) Seorang perempuan sepantaran Bude, dengan bedak tebal dan bibir merah duduk di atas pangkuan bapak-bapak paro baya. Sebagian lagi menemani berjoged atau menuangkan minuman ke dalam gelas dan mengupas kacang kulit lalu menyuapkannya ke mulut pengunjung laki-laki. Pakaiannya ketat dan pendek. Persis baju-baju yang dikenakan Bude Asih. Perlahan Rara mulai paham. ..... “Jadi, pelacur itu kerjanya dipangku, joged, sama nemenin makan dan minum, gitu?” (Nadia, 2011: 44). (46)..... Sejak ada Bude kehidupan sedikit membaik. Perempuan itu murah hati, suka mengeluarkan uang dari dompetnya untuk Rara. Meski dilakukannya sembunyi-sembunyi, sebab Bapak marah jika Rara menerima uang dari Bude (Nadia, 2011: 38). (47)..... Terdengar kalimat Bude Asih membela diri. “Habis mau kerja di mana? Nyari kerja susah. Kamu pasti tahu itu.” (Nadia, 2011: 41). (48)..... ”Memangnya kamu pikir kita makan sehari-hari dari mana? Tidak setiap hari kamu pulang bawa uang.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 239
Akbar
Ibu Yati
Raga
Rafi
Yati
.....”Aku... aku cuma pengin bantu.” Ada isak tertahan dari kalimat terakhir Bude (Nadia, 2011: 42). (49)..... “Asal jangan pada nambah. Kalau nasinya masih ada, banyakin kuahnya aja!” Akbar mengatur siasat, “Pasti cukup, Ra!” (Nadia, 2011: 38). (50) Akbar kontan menggeplak kepala sahabatnya, mendengar jawaban itu. .....“Bude Asihmu itu lonte, Ra!” ..... “Pelacur, lonte, jablay, sama aja!” Akbar menhembuskan napas panjang. Susah menjelaskan pada Rara. “Gini deh... biar ngerti, besok malam kamu ikut aku. Yati sama Rafi juga.” (Nadia, 2011: 43). (51)..... Di tempat sampah kok bayangin kupu-kupu!” celetuk ibunya Yati sinis, ketika suatu hari Rara menceritakan keinginannya pada Yati. ..... Dia tidak menanggapi, takut ibunya Yati kumat dan akhirnya Yati harus mengurusi adiknya yang masih bayi itu, dan karena tidak bisa bermain. Perempuan itu bisa ngamuk habis-habisan hanya karena ada dua ekor kucing yang berkelahi atau kejarkejaran, dan menyirami, bahkan menendang mereka, dengan kalap (Nadia, 2011: 39). (52)..... “Pokoknya nggak boleh. Kalau Rara kepengin jajan, minta sama Bapak!” (Nadia, 2011: 39). (53)..... “Buka saja pintunya, Ra... nggak perlu jendela.” Itu komentar Bapak (Nadia, 2011: 40). (54)..... “Kalau memang ada niat, pasti ada. Kerjaan apa saja, tapi jangan melacur, mbak!” suara Bapak penuh kemarahan. ”Memangnya kamu pikir kita makan sehari-hari dari mana? Tidak setiap hari kamu pulang bawa uang.” “Kamu bukan cuma bawa uang Mbak, tapi juga bawa bau minuman keras ketika masuk ke rumah ini!”. ...... “Besok pagi, aku mau Mbak keluar dari rumah ini. Pekerjaan Mbak nggak bagus buat Rara. Aku nggak butuh uang haram untuk ngasih makan Rara dan Simbok!” (Nadia, 2011: 42). (55)..... “U...uang ha...ram itu... ada... adalah...” Semua menunggu Rafi menyelesaikan kalimatnya dengan pandangan tidak sabar. “Adalah... apa?” Rara mengejar. Rafi menarik napas panjang. “Uang ha... ram itu adalah u... ang tidak ha... halal! Hehehe...” (Nadia, 2011: 42— 43). (55)..... Yati menggeleng, “Aku udah tahu apa artinya. Lagian adikku sakit panas.” (Nadia, 2011: 43).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 240
Bab 7 Nama Tokoh Rara
Akbar
Alia
Kutipan Novel (56)..... Awalnya Rara tak mengerti, sampai kemudian dia menyadari kedua tangan yang bertolak pinggang, dan kaki kanannya yang terangkat tinggi. Gayanya persis bangau sedang mengambil ancang-ancang mematuk ular. Pantas mereka tertawa (Nadia, 2011: 47— 48). ..... Seperti mendapat anugerah akan mimpi yang tak pernah dicatatnya, hari itu Rara mulai sekolah. Memang agak telat karena usianya hampir sembilan tahun. Tapi tak apa. Rara bersyukur Allah mempertemukannya dengan Bu Alia. Setelah Ibu pergi, Rara sempat merasa tidak akan bisa tertawa dan bergembira lagi...(Nadia, 2011 : 48). (57)..... “Bu!” suara Akbar tiba-tiba, lantang sekali. “Ya?” “Ibu sudah punya pacar?” Pertanyaan itu seketika menghasilkan belasan gumpalan kertas yang dilemparkan anak-anak ke arah Akbar, disertai teriakan ‘Huuuu...’ yang panjang. (Nadia, 2011: 46). (58)..... “Ya, ada yang ingin bertanya?” (Nadia, 2011:45). (59)..... Belum ada yang menjawab pertanyaan Bu Alia barusan. “Sudah jelas atau ada yang ingin bertanya?” (Nadia, 2011: 46). (60)..... “Ada apa, Ra?” Bu Alia menegurnya lembut... (Nadia, 2011: 48).
Bab 8 Nama Tokoh Rara
Dialog (61)..... Inikah cara Allah mengabulkan doa Rara seperti yang pernah dituturkan Ibu? Allah kadang mengabulkan, kadang menunda, kadang memberikan ganti yang lebih baik dari doa-doa seseorang (Nadia, 2011 : 51). (62)...... “Gambar rumahmu bagus!” kalimat Rara tulus sebelum memayungi Aldo. “Teri... ma... kasiiih...!” Jawaban yang disampaikan barusan dengan nada berteriak, mengagetkan Rara. Nada dan bicara anak laki-laki yang kemudian diketahuinya bernama Aldo, mengingatkan Rara akan Rafi temannya yang sering menjadi bulan-bulanan setiap anak lelaki itu membuka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 241
Nenek Aldo
Salma
Akbar
mulut (Nadia, 2011: 54). (63)..... Efek yang ditimbulkan setelah kecelakaan itu memang tidak menyenangkan. Kepala Rara sempat pusing-pusing. Pelipisnya berdarah, kakinya lecet. Tapi kejadian itu membuka lembaran baru yang dikiranya tidak mungkin: bersahabat dengan Aldo, yang berbeda sekali kehidupannya dengan Rara (Nadia, 2011:55). (64) Awalnya Akbar dan Rafi sempat cemburu. Merasa Rara tidak akan peduli lagi dengan mereka setelah punya teman bermobil. Tapi perasaan itu disingkirkan jauh-jauh setelah menyaksikan sikap Rara yang tidak berubah. Masih menyapa dan mau bermain, tidak lantas jadi sombong mendadak. Rara juga mengajar mereka ke rumah Aldo. Tentu saja dengan menyelipkan pesan sponsor sebelumnya: “Tapi kalian harus janji!” ..... “Janji nggak boleh seperti yang barusan.” Rafi, Akbar, Yati dan lain-lain berpandangan. Masih belum mengerti. “Janji nggak boleh ngeledekin Aldo kalau dia bicara.” (Nadia, 2011: 56). (65)..... “Rara mau ikut Nenek ke kantin?” tanya Nenek, perempuan tua yang menemani Rara sejak bakda zuhur tadi. Ia didampingi Aldo cucunya, seorang sahabat yang berbeda, kadang terlihat tidak acuh, tetapi berhati hangat (Nadia, 2011: 30). (66)..... Nenek yang lucu. Bukan hanya Rara yang berpendapat begitu. Saat bersama Nenek, Rara tak ingin pergi ke tempat lain. Dia tidak perlu mencari-cari pintu ke dunia mimpi dengan jembatan pelangi. Sebab, bersama Nenek dia dan teman-teman bisa bernyanyi dan menari dan tergelak-gelak setelahnya, .... (Nadia, 2011: 51— 52). (67)..... Nenek, yang menemani Aldo, langsung membawa Rara ke dokter, dan mengantarkannya pulang dengan mobil.... (Nadia, 2011: 55). (68)..... “Untung kamu keserempet mobil ya, Ra!” bisik Salma salah seorang teman Rara. ..... “Ya, tapi kan bener. Kalau Rara nggak ngojek payung, terus mampir ke tempat Aldo belajar lukis, terus nawarin Aldo ojek payung karena hujan, padahal si Santo sudah ngincer dari tadi untuk mayungin Aldo... yang penting kan Rara kagak kenapakenapa. Ya nggak Ra?” (Nadia, 2011: 53). (69)..... “Kenapa nggak bilang sekalian Rara beruntung didorong Santo ke mobilnya Aldo?” (Nadia, 2011: 53). (70)..... Akbar yang perutnya besar, baju-bajunya seperti susut ketika dipakai, saking perutnya yang buncit, tetapi penakut jika kepergok di jalan sama bapaknya (Nadia, 2011: 54). (71) Akbar mengangguk-angguk,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 242
Simbok Aldo
Rafi
“Udah gue duga... anak itu emang rada aneh sih.” (Nadia, 2011: 56). (72)..... “Setiap orang pasti punya kekurangan, Ra. Bapak sama Ibu. Simbok juga. Kita berkawan agar saling membantu.” (Nadia, 2011: 55). (73)..... Selama di rumah sakit, entah sudah beberapa kali Aldo datang. Kadang bersama Adam, lelaki berusia dua puluhan dengan lesung dalam di kedua pipinya, atau Nenek yang senang mengajak mereka bernyanyi dan berjoget bersama ketika Rara dan teman-teman datang ke rumah Aldo (Nadia, 2011: 51). (74)..... “Janji ap... app...ap...” “Api, apel...” “Apusan!” Gelak tawa terdengar. Rara buru-buru meneruskan, .....“Aneh tapi ba... ba... ba...ik!” Tumben kali ini tidak ada yang meledek Rafi (Nadia, 2011: 56).
Bab 9 Nama Tokoh Alia
Kutipan Novel (75)..... Persoalannya, pertunangan sudah diresmikan, dengan tata cara yang diminta orang tua meski tidak disepakatinya. Seandainya saja dia lebih berani bicara dan menolak kehendak Abah dan Ummi. Tetapi, dia anak satu-satunya mereka. Kalau bukan dia yang menjadi sumber kebahagiaan, kemana orang tuanya harus mendapatkan kegembiraan? Alia tidak tega...(Nadia, 2011 : 59). (76)..... Bukan sok suci, sama sekali tidak. Hanya Alia malas dan capek jika harus terlibat pada hubungan coba-coba yang tidak mengarah ke perkawinan. Pacaran bukan jaminan kebahagiaan. Itu keyakinan Alia. ..... Alia tidak boleh menghakimi dari penampilan luar. Dia sudah sempat salah menilai, saat berkomentar spontan soal profesi cowok itu sebagai anak band. “Bukannya anak band itu identik dengan minuman keras dan drugs?” Uups. Pertanyaan itu! Alia kontan menutup bibirnya. Mereka memang mulai akrab, tetapi bagaimanapun usia pertemanan yang terjalin masih seumur jagung (Nadia, 2011: 60— 61). (77)..... Alia tidak bisa memberikan harapan. Dia tidak boleh mempermainkan hati orang lain. Apalagi musibah yang dialami Rara, salah satu anak didiknya, membuat gadis itu merasa egois jika hanya memikirkan urusannya sendiri tanpa berusaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 243
Adam
meringankan kesedihan gadis kecil berambut panjang, yang menyimpan impian tentang jendela itu. Tetapi, dengan caranya lelaki berlesung pipit itu dan surat-surat, puisi serta syairnya telah menggoreskan senyum dan rasa bahagia, di hati Alia (Nadia, 2011: 63). (78)..... Tapi lelaki yang suka mengenakan jaket kulit itu tidak tersinggung. Santai saja saat memberikan jawaban, “Drugs? Nggak lah. Ngerokok aja aku enggak, kok!” (Nadia, 2011: 61).
Bab 10 Nama Tokoh Rara
Raga
Dialog (79)..... Allah, jaga keluarga kami. Lindungi Bapak... lindungi Simbok... lindungi Bude Asih, umm... kalau mungkin bisakah Engkau berikan Bude pekerjaan yang lain? Dia tidak suka membayangkan Budenya yang manis dipangkupangku orang asing atau berjoged dan menuangkan botol minuman. Dia tidak suka kata ‘lonte’ dan ‘jablay’ juga intonasi dua kata itu saat diucapkan Akbar atau anak-anak lelaki lain tetangganya (Nadia, 2011 : 65). (80)..... Seharusnya Rara melompat, berteriak kegirangan. Seharusnya dia memeluk Bapak dengan rasa terima kasih. Bagaimana pun lelaki itu telah berusaha. Ini menjadi catatan Rara kemudian setiap mengingat hari di mana Bapak memberinya kejutan jendela. Tapi yang terjadi tidak demikian. Rara terdiam melongo. Dia tidak menemukan jendela impian. Hanya lukisan jendela yang dibuat Bapak dengan sisa-sisa cat (Nadia, 2011: 67). (81) Rara menggeleng. Dia tidak marah. Hanya berusaha dia sungguh-sungguh mengira akan melihat jendela betulan. Bahwa akhirnya rumah mereka akan seperti rumah-rumah lain yang sering di lewatinya. Nyatanya... Rara tersenyum kecut. “Maafin Bapak, ya Ra...” Pelan-pelan kepala Rara mengangguk (Nadia, 2011: 68). (82)..... “Satu atau dua?” “Satu juga boleh.” “Ya sudah. Nanti Bapak buatkan jendela, ya?” Dan Bapak kemudian memang membuatkan jendela. “Siap?” tanya Bapak antusias, mencegat langkah Rara yang baru pulang dari belajar bersama teman-teman dengan Bu Alia. Rara mengangguk. Menatap tak sabar pada kain yang menutupi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 244
bagian depan rumah mereka. Di sanakah Bapak menyembunyikan jendelanya? Bapak menatap Rara dengan sorot mata jenaka. “Bener sudah siap?” Rara mengangguk lagi, lebih semangat. Senyum harap-harap cemas mulai tersungging di wajahnya. Satu... Dua... Tiga... !!! Dengan gaya seperti pesulap amatir, lelaki perawakan kurus itu menarik kain yang menutupi triplek yang menjadfi dinding rumah mereka. “Jendela... Rara! Tarraaa...” (Nadia, 2011: 66— 67). (83)..... Bapak menyusul ke dalam dan kemudian ikut duduk di sisi Rara, “Marah, ya?” .....“Maafin Bapak, ya Ra...” Pelan-pelan kepala Rara mengangguk. Bapak memeluknya. Sebelumnya dia tak mengerti betapa besar keinginan anak satu-satunya itu untuk memiliki jendela. Hingga dia melihat kekecewaan membayang di mata Rara barusan. Juga air mata yang membayangi. Jendela buat Rara....hhh. Lelaki itu mengeluh (Nadia, 2011: 68). (84)..... Ketika malamnya melihat Rara tidur, berdampingan dengan Simbok, lelaki itu memahat kata jendela dalam-dalam di hatinya (Nadia, 2011: 69). Bab 11 Nama Tokoh Rara
Kutipan Novel (85)..... “Semua rumah perlu jendela, tahu... biar sehat!” ...”Itu karena kita nggak tahu bedanya kalau punya jendela. Bu Alia juga bilang kan itu syarat rumah sehat!”(Nadia, 2011 : 71). (86) Rara tidak suka berdebat mulut yang nantinya berlanjut ke pertengkaran. Lebih baik dia diam. Meski tentu saja tetap semangat berceloteh tentang jendela kepada teman-teman yang mau mendengar. Lama-lama keinginannya yang awalnya terdengar aneh, mulai terdengar biasa. ..... Rara memandang catatan mimpi yang dituliskannya di buku tulis tipis yang sama, yang juga menyimpan deretan doa bagi orang-orang yang dicintainya. Setiap hari, tidak pernah tidak, dia membayangkan menjadi kenyataan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 245
Rafi
Akbar
Alia
Suatu hari, dia akan punya jendela. Tidak, tidak hanya dia.... tetapi mereka. Beberapa teman yang akhirnya terkena virus jendela dari Rara (Nadia, 2011: 74). (87) Dia tahu, mimpi yang disertai doa akan menjadi kenyataan. Pada saatnya Allah akan menjawab keinginan-keinginan yang disandarkan padaNya... (Nadia, 2011: 75). (88)..... Rafi, yang sejak tadi sudah buka mulut dan mengambil ancang-ancang menyusun kalimat dengan susah payah seperti biasa, akhirnya bersuara, “Se... se... se...” “Sepatu, sendal, sedan, se... tan?” Hihihi... Akbar, isengnya kambuh lagi. Tapi Rafi tidak terganggu. Mata anak lelaki dengan bibir tebal dan gigi-gigi besar yang sering menyebabkan dia sulit menutup mulut dengan sempurna itu, masih mengerjap-ngerjap. “Se... sebenarnya... jendela itu me... memang perlu!” “Tapi?” Akbar menyelak tak sabar. “Tapi... bikin jen... jen... dela itu, nggak murah. Ma... ma...” Masak? Main? Macan? Hehh... “Maksud gue... ma... hal! Itu di... dia!” (Nadia, 2011: 72). (89)..... Hihihi... Akbar, isengnya kambuh lagi. .... “Tapi?” Akbar menyelak tak sabar. “Tapi... bikin jen... jen... dela itu, nggak murah. Ma... ma...” Masak? Main? Macan? Hehh... (Nadia, 2011: 72). (90)..... “Tapi sebenarnya enak kali ya... punya jendela. Rumah jadi nggak panas.” “Betul!” “Jangan-jangan emak gue sering ngamuk karena gerah kali, ya?” (Nadia, 2011: 73). (91)..... Belakangan Ibu Alia menambahkan, Kenangan dan Al Fatihah, Rara... .... Ibu gurunya yang cantik pernah mengatakan, Al Fatihah itu jembatan rindu, yang mengantar cinta dan semua kerinduannya kepada orang-orang tercinta di alam sana (Nadia, 2011: 75).
Bab 12 Nama Tokoh Rara
Kutipan Novel (92)..... Rara meneruskan ayat Al Qur’an yang dibacanya. Insya Allah... tidak lama lagi dia akan selesai. Selama menunggu sosok yang dicintainya, Nenek dan Aldo datang hampir setiap hari. Biasanya mereka akan membaca Al Quran bersama, setelah itu baru mengobrol..... (Nadia, 2011 : 77).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 246
Suster
Akbar
Rafi
Yati
Aldo
(93)..... Dan mimpi buruknya berawal dari ulang tahun Andini. ..... Entah benar atau tidak. Tapi Rafi tampak bangga dengan pengetahuannya, dan Rara senang melihat temannya punya sesuatu yang orang lain tidak tahu. Itu bagus buat Rafi, menurut Rara. Soalnya teman-teman sering agak keterlaluan mengolokolok Rafi (Nadia, 2011:80— 81). (94)..... “Tenang aja, Yati. Pasti banyak banget yang datang. Kagak ada yang bakalan memperhatikan baju yang kita pakai.” Rara menggenggam tangan Yati, teman sepermainan yang tubuhnya lebih tinggi dari Rara, saat akhirnya jemputan mereka datang... (Nadia, 2011: 82). (95) Rara jadi malu, sebab selama ini dia tidak pernah melihat kebagusan wajah Aldo. Padahal setiap orang pasti tidak hanya memiliki kekurangan, melainkan kelebihan. Kelebihan yang sayangnya begitu mudah luput dari pandangan. Seharusnya tidak boleh begitu... pikir Rara, sambil menikmati wajah tersipu-sipu Aldo yang muncul lebih sering. Pun gerak kedua tangannya (Nadia, 2011: 83). (96)..... “Rara sudah makan?” Suster berseragam putih itu menyapanya disertai senyum ramah. Rara mengangguk sopan. “Mengaji lagi... sudah pernah khatam?” (Nadia, 2011: 76). (97)..... “Ssst.. kita di sana bagi-bagi tugas, Fi!” “Mak.... maksudnya?” Akbar yang terlalu gembira untuk merasa terganggu dengan kebolotan temannya, dengan sabar menjelaskan, masih dengan suara berbisik. “Pesta orang kaya, biasanya makanan banyak Fi. Sayang kalau sampai terbuang sia-sia. Kata Bu Alia juga gitu kan. Makanan nggak boleh sia-sia... itu namanya mubazir.” (Nadia, 2011: 78). (98) “EMCE maksudnya?” Akbar sok tahu. Dia sering melihat tulisan itu sebelumnya (Nadia, 2011: 80). (99).... “Ssst... Ra, bedanya EMCE sama WECE apa?” Aduh... beda banget! Rara ingin tertawa geli karenanya. Tapi ditahannya, sebab sejujurnya dia juga baru tahu istilah itu dari Rafi. Temannya yang satu itu memang unik. Di satu sisi kalau bicara susah, tapi dia tahu Obama.... terus Dona... Donal Trum atau siapa gitu... yang katanya orang terkaya di Amerika (Nadia, 2011: 80). (100)..... Yati yang hari ini bebas dari adik-adiknya menjelaskan, “Bukan tape, tapi ka-fe!” “Apa tuh?” “Yah, pokoknya warung makan-minum gitu, deh.” (Nadia, 2011: 79). (101)..... Selama menunggu sosok yang dicintainya, Nenek dan Aldo datang hampir setiap hari. Biasanya mereka akan membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 247
Salma
Adam
Nenek Aldo
Al Quran bersama, setelah itu baru mengobrol..... (Nadia, 2011 : 77). (102)..... Tidak ada yang tidak melompat kegirangan saat Aldo mengundang Rara serta teman-teman di sekolah singgah, datang ke ulang tahun Andini (Nadia, 2011: 78). (103)..... Aldo tidak langsung menjawab. Matanya berputar-putar seperti biasa. Tangannya bergerak-gerak lebih cepat. “Ngg... Kak Adam... nya...nyanyi. Nyanyi!” “Oh... ada band?” Aldo mengangguk. Senyumnya tersungging lebar (Nadia, 2011: 79). (104)..... Aldo benar-benar baik mau mengundang mereka semua. “Nenek... Nenek un... dang teman-teman Al...do.” (Nadia, 2011: 81). (105)..... “Aku bilang juga apa... untung kamu ketabrak ya. Jadi kita kenal Aldo dan ke pesta ulang tahun deh!” Rara melongo. Salma masih saja merasa bahwa kecelakaan Rara adalah anugerah. Sebab dengan kejadian itu mereka semua punya teman orang kaya bernama Aldo. Mungkin ada benarnya, batin Rara (Nadia, 2011: 81). (106)..... Kak Adam mengenakan baju dan celana panjang jeans serba putih malam. Tampak lebih ganteng dari biasa, pikir Rara sambil terus mengamati bagaimana pemuda berkulit putih itu memukulkan tangannya ke telapak tangan teman-teman adiknya. Melakukan ‘toss’. Termasuk kepada Rara. ..... Di malam ulang tahun Andini, band Kak Adam yang memiliki personil hanya tiga orang itu mampu membuat gedung gemuruh oleh tepuk tangan yang hadir. Entah siapa yang memelopori, tahu-tahu mereka sudah maju ke atas panggung, ketika lagu terakhir dimainkan. Kaki-kai kecil dengan sandal tipis dan pakaian lusuh, berjingkrak-jingkrak tidak selalu harmoni dengan tempo lagu (Nadia, 2011: 83— 84). (107)..... Selama menunggu sosok yang dicintainya, Nenek dan Aldo datang hampir setiap hari. Biasanya mereka akan membaca Al Quran bersama, setelah itu baru mengobrol. Sebelum pulang, Nenek akan memimpin dia dan Aldo memanjatkan doa, agar tubuh yang kini terbaring itu segera sembuh... (Nadia, 2011 : 77). (108)..... Wajah-wajah mereka yang ceria berkeringat. Nenek berada di antara mereka, lebur bersama Aldo yang melonjaklonjak tidak karuan, bersama teman-temannya (Nadia, 2011 : 84). (109)..... “Aldo selalu senang bersama teman- temannya, jadi ummi pikir tidak apa-apa mengajak mereka ke sini (Nadia, 2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 248
Andini
Ratna
: 86). (110)..... Tetapi, salah seorang sahabat membisikkan sesuatu ke telinga Andini, dan serta merta mengalihkan perhatian gadis itu, “Itu Aldo... adik kamu... tahu sendiri dia kan cacat gitu... ngapain di atas panggung, Dini? Apa kata Billy, coba?!” Sepasang mata Andini memanas seketika. Dia hanya ingin ulang tahun ketujuh belasnya berlangsung sempurna. Istimewa bagi dia dan Billy... Dan apa yang dilakukan adiknya? Andini berlari ke belakang panggung. Mama yang menangkap perubahan wajah anak gadisnya menyusul. (Nadia, 2011 : 85). (111)..... Tetapi dengan keluguan Aldo bukan mustahil bungsunya menjadi alat bagi teman-temannya untuk bersenangsenang dengan fasilitas yang mereka miliki. Jika benar itu yang terjadi, pertemanan mereka harus dibatasi. Dia tidak mau Aldo dimanfaatkan orang. Peristiwa yang barusan terjadi, janganjangan dimonitori anak-anak kampung itu lagi? “Jangan menangis, sayang. Make up- mu rusak tuh... sudah, ya?” Di hadapannya Andini menatap dengan pandangan luka. Seharusnya tidak seperti ini... keluh perempuan yang wajahnya masih menyisakan kecantikan, meski usianya sudah mendekati angka lima puluh. Hm... siapa pula yang mengundang anak-anak kampung itu kemari? (Nadia, 2011 : 86).
Bab 13 Nama Tokoh Rara
Raga
Kutipan Novel (112)..... “Sepertinya begitu... orang dewasa nggak terlalu suka badut, deh. Kalau aku nggak salah...” Akbar menghembuskan napas lega mendengar kalimat Rara. Sekalipun tidak diucapkan dengan penuh keyakinan, cukup melegakan (Nadia, 2011 : 88). (113)..... Rara diam-diam juga menyiapkan kantung plastik. Mungkin beberapa kue buat Bapak, juga Simbok yang tadi membantunya bersiap, bahkan mencuci sepatunya yang biarpun kumal, tapi terlihat bersih (Nadia, 2011: 89). (114)..... Benaknya sibuk menghitung, mencocokkan dengan beberapa rupiah yang ada di kantungnya, penghasilan hari itu. Begitu terus, nyaris setiap hari mengkalkulasi setiap melewati tumpukan barang rongsok yang dijual di kolong jembatan itu. ..... Berbagai rencana memenuhi kepala Raga ketika akhirnya pulang dengan menjinjing kusen dan sebuah jendela bekas yang kacanya pecah (Nadia, 2011: 91).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 249
Akbar
Simbok
(115)..... Raranya akan punya jendela... akhirnya. Lelaki itu berjalan menembus malam. Bayangan Rara yang tersenyum dan berjingkrakan karena gembira menghilangkan penat juga hawa panas yang semakin terasa saat langkahnya mendekati perkampungan pemulung itu (Nadia, 2011: 92). (116)..... Dan Akbar yang doyan makan itu, benar-benar tidak membuang kesempatan, termasuk mengerahkan pasukan plastiknya, agar tidak ada yang terbuang. “Ambil apa-apa yang banyak!” ujarnya memberikan instruksi. “Kalau nggak habis?” “Masukin plastik! Pada bawa kantong keresek kan?” (Nadia, 2011: 88). (117)..... “Ssst.... yang penting jangan ketahuan Ibunya Aldo. Tampangnya nggak enak. Kalau Nenek sih nggak apa kayaknya.” Akbar memberikan instruksi lagi, matanya awas mengamati undangan yang mengantri berbaris teratur di meja makan panjang berisi makanan yang ada (Nadia, 2011: 89). (118)..... Tidak ada firasat, tidak ada perasaan tidak enak atau semacamnya. Hati perempuan yang sehari-hari mengenakan daster lusuh itu ringan saja, saat membantu Rara bersiap-siap. Malam sebelumnya Rara sudah sibuk memikirkan baju yang akan dipakainya ke acara ulang tahun kakaknya Aldo. “Rara suka yang ini, Simbok. Tapi rendanya sudah lepas-lepas.” Dia menerima baju yang warna putihnya sudah kekuningan itu, lalu melihat renda yang sudah lepas benang dan karenanya menjulur kemana-mana. Tanpa banyak bicara perempuan itu mengambil jarum, meminta Rara memasukkan benang, dan mulai merapikan. Ketika selesai senyum lebar Rara adalah hadiah yang meringankan batuk-batuknya yang semakin parah memasuki musim hujan ..... Perempuan tua itu mengangguk. “Bantu Simbok bersihkan ya? Pakai sabun tapi airnya jangan banyak-banyak.” Sepagian besoknya Rara menatap sepatu yang tergantung di atas rumah triplek mereka dengan cemas. “Asal nggak hujan, insya Allah kering, Ra.” (Nadia, 2011: 92— 93). (119)..... Perempuan yang wajahnya dipenuhi guratan usia itu memeluk Rara erat, sebelum melepas gadis itu bersama temantemannya yang lain dari sekolah singgah. Tak lupa mengucapkan terima kasih berkali-kali kepada nenek Aldo yang khusus meluangkan waktu untuk menjemput anak-anak di kampung itu (Nadia, 2011: 94).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 250
Bab 14 Nama Tokoh Rara
Raga
Kutipan Novel (120).... “Pak....! Simbok....!” Rara berteriak-teriak. Di samping gadis kecil itu, Aldo ikut berteriak. Tapi suara mereka seolah dibungkam oleh teriakan-teriakan lain disekitarnya. Aba-aba dari sekelompok lelaki yang berusaha memadamkan api, berbaur dengan jerit panik dan tangisan korban kebakaran..... ..... Jangan menangis, Ra. Berdoa... Samar suara Ibu terngiang di telinga gadis kecil itu. Ya, doa. Kata Ibu Allah mengabulkan semua doa... meski tidak selalu dengan cara yang bisa dimengerti (Nadia, 2011: 97— 98). (121) Doa... doa... hanya itu yang dia miliki. Terutama setelah lelah mencari dan tidak menemukan kedua orang terkasih itu. Barusan sopir Aldo membawa mereka kembali ke dalam mobil. Mungkin khawatir karena asap dan api yang masih menjalar. (Nadia, 2011: 99). (122)..... Lelaki itu mempercepat langkah. Perasaannya makin gelisah. Tangannya memegang lebih kuat kusen dan jendela bekas yang dibelinya untuk Rara. Seharusnya hari ini dia bisa melunasi mimpi gadis kecilnya itu. Uangnya cukup, tabungan Rara yang tidak seberapa yang diperoleh bocah perempuan itu dari mengojek payung dan mengamen di jalan dengan teman-teman di perkampungan mereka, bisa digunakan untuk membeli buku gambar atau crayon seperti punya Aldo. Atau apa saja keinginan lain putrinya. ..... Saat ini yang dia ingin perjuangkan adalah Allah mengizinkan Rara dan Simbok hidup dan berada dalam keadaan yang lebih sejahtera, lebih baik. Raga melakukan apa pun yang halal dan berkorban untuk itu. ..... Tak ada waktu lagi. Api berkobar makin tinggi. Satu dua tetangga tampak berjibaku memadamkan api di depan rumah Raga agar tidak merembet ke rumah-rumah sebelahnya. Lelaki itu melepaskan kusen dan jendela bekas dari tangannya, lalu tanpa berpikir berlari memasuki rumah. ..... Bismillah, Raga melangkah cepat. Jaraknya ke pintu rumah yang kusennya sudah dipenuhi kobaran api itu tinggal beberapa langkah saja. Lelaki itu mengambil kain alas tempat tidur mereka, menyelubungi dia dan perempuan dalam gendongan, bersiap melompat. ...... Waktunya tak banyak, hanya beberapa detik. Sekelilingnya semakin panas. Bau benda-benda terbakar menyerang hidupng, sementara mata dan kulitnya terasa semakin perih. Allah, mohon pertolonganmu... (Nadia, 2011, 103— 104). (123)..... Raga cemas. Menatap Simbok yang terpejam dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 251
wajah pucat. Langkahnya maju mundur... Derak suara triplek dan bilah kayu yang dibakar terdengar makin keras. Raga menatap ke atas. Pias. Mati langkah. Sebilah kayu berukuran besar yang sudah menjelma bara api melayang ke arahnya dan Simbok (Nadia, 2011: 105). Bab 15 Nama Tokoh Rafi
Rara
Aldo
Nenek Aldo
Ratna
Kutipan Novel (124)..... “Menurut gu... gue, i... ini ka...ka...karena kom... kom...” Dalam kondisi biasa anak-anak lain sudah meledek Rafi yang bicaranya selalu gagap itu. Tapi sekarang, hanya tatapan lesu yang tersisa di antara mereka. “Kom... kom...maksud gu...gue, kom... kompor... gas!” (Nadia, 2011: 107). (125)..... Rara menghargai usaha Aldo menghiburnya. Dia ingin tersenyum. Tapi kedua mata bocah perempuan itu terasa berat, sembab karena terlalu banyak menangis. Otot-otot wajahnya seperti tidak mau diajak bekerja sama. Tidak, dia tidak bisa tersenyum (Nadia, 2011 : 110). (126)..... Kalau waktu bisa dibalik, dia ingin kembali ke saat itu, dan mengoreksi sikap. Dia tidak ingin kecewa dan menangis. Sebaliknya Rara akan melompat dan memeluk Bapak, mengucapkan terima kasih, lalu menghujaninya dengan ciuman bertubi-tubi di pipi, meski hanya berupa lukisan dari sisa-sisa cat yang entah ditemukan Bapak dimana (Nadia, 2011: 115). (127)..... “Kak... Kak Adam suka... suka Bu... Bu A... Alia!” bisik Aldo terbata-bata dengan senyum lucu. Mungkin dimaksudkan agar Rara tersenyum. Tapi sahabatnya itu diam saja. Tentang perasaan Kak Adam, surat-surat sempat diintip Rara dan teman-teman sudah bicara banyak. Mungkin hanya Aldo yang terlambat tahu. (Nadia, 2011: 109— 110). (128).... “Kasihan... Ra... Rara, ya... Nekk!” (Nadia, 2011: 111). (129)..... “Kasihan... Ra... Rara, ya... Nekk!” Nenek mengangguk. Mengelus rambut Aldo yang hitam berombak. Menyampaikan kabar duka, tidak pernah mudah. Hhh, bagaimana Rara sanggup menerima berita ini? (Nadia, 2011: 111). (130) “Ra... kita pulang, ya?” Lembut suara Nenek membujuk... (Nadia, 2011: 114). (131)..... “Sejak bergaul sama anak-anak kampung itu, Aldo jadi makin susah diatur sekarang! Keluh perempuan cantik itu panjang lebar. Disisinya, Syafri, suaminya berusaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 252
Syafri Adam
menyabarkan (Nadia, 2011: 111). (132)..... “Sahabatnya baru kemalangan, Ma. Biar aja kalau Aldo mau mendampingi dulu.” (Nadia, 2011: 111). (133)..... Ibu Alia meski memahami hal ini, tidak urung sempat terlihat bingung. Syukurlah menurut Aldo, kak Adam sudah berjanji untuk membantu guru mereka yang cantik itu, hingga anak-anak didiknya akan segera belajar lagi. Pemuda itu juga berjanji akan mencari cara untuk memulihkan koleksi bacaan mereka yang ludes dimakan api (Nadia, 2011: 109). (134)..... “Bapakmu pahlawan, Ra.” Bisik Kak Adam beberapa waktu lalu sambil mengusap kepala Rara, saat yang lain kehilangan kata-kata (Nadia, 2011: 116).
Bab 16 Nama Tokoh Aldo
Andini
Bi Siti
Adam
Kutipan Novel (135) Aldo duduk diam di dalam taksi, air matanya tumpah tanpa bisa di tahan. Mungkin memang dia aneh... dia... memalukan seperti kata Andini. Tapi dia tidak pernah bermaksud aneh atau mempermalukan siapapun dengan sengaja. Tidak pernah! “Nadia, 2011: 130. (136)..... Aldo tidak merasa berbeda. Sekalipun kakaknya sering meledek, ketika dia mengatakan ingin masuk sekolah biasa, seperti sekolah Rara. “Mana bisa... kamu kan aneh gitu...” (Nadia, 2011: 117). (137)..... Tapi Kak Dini tidak suka kalau Aldo keluar dan bertemu dengan teman-temannya. ..... Barusan wajah gadis itu terlihat gusar saat menemukan Aldo menobrol dengan Billy (Nadia, 2011: 126). (138)..... “Please deh. Kamu tuh berisik! Kamu...” ..... “Kamu... hhh... kamu tuh bikin kakak malu, tahu nggak sih?” Usai mengatakan itu Andini menghempaskan tubuh rampingnya ke tempat tidur. Menangis karena kesal. Meninggalkan Aldo berdiri canggung di dekat pintu kamarnya (Nadia, 2011: 127). (139)..... Dan gambar kamu bagus, Do. Bi Siti aja pengin deh dilukis gitu sama Aldo.” Ucap perempuan bertubuh besar itu sambil bergaya lucu yang membuat Aldo tertawa. Kak Adam baik. Bi Siti selalu ramah. Juga Syukron suaminya, yang bekerja sebagai supir mereka. (Nadia, 2011: 126). (140)..... Jadi ... tidak bisa orang lain. Harus Adam. Sejak itu dia rajin melahap berbagai informasi tentang autis. ..... Adam lebih rajin menghabiskan waktu dengan Aldo. Anak muda itu bahkan membuang keinginannya merokok jauh-jauh, hanya karena tak ingin menambah masalah kesehatan Aldo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 253
Ratna
(Nadia, 2011: 122). (141)..... Home schooling, awalnya jadi pilihan Mama karena dengan begitu Mama tidak perlu membawa Aldo kemana-mana (Nadia, 2011: 119). (142)..... Mama terhenyak. Menangis. Seisi rumah tahu betapa Mama berharap dan berdoa untuk kehadiran seorang anak lakilaki lagi di rumah ini. “Tetapi bukan yang seperti ini... bukan seperti Aldo, Pa...” (Nadia, 2011: 121). (143)..... “Cincin berlian dengan batu safir hitam itu sudah ada yang mau beli. Kemarin-kemarin masih ada di kamar. Sekarang...” ..... ”Udah, Mi... ratna udah cari kemana-mana tapi nggak ada. Jangan-jangan diambil lagi sama salah satu anak jalanan yang kemari ketika mereka main atau berenang. Harusnya setiap pulang diperiksa dulu tas mereka satu-satu. Kita kan nggak tahu Mi...” (Nadia, 2011: 128). (144)..... “Ini semua gara-gara Aldo!” Berkata begitu Mama menghentakkan langkah ke kamarnya. Meninggalkan Nenek dan Bi Siti, yang kemudian menjauhi ruang tamu (Nadia, 2011: 129).
Bab 17 Nama Tokoh Rara
Rafi
Kutipan Novel (145)..... Bagaimana jika Simbok menyusul Bapak dan Ibu? Pikiran kehilangan ini membuat sajadah dan Al Qur’an besar yang dibacanya, sering basah air mata. “(Nadia, 2011 : 2). (146) Rara berusaha tidak sering tidur. Dia harus berdoa sekuat tenaga, agar Simbok sembuh. Biasanya setelah ruangan sepi, Rara mengambil Al Quran besar yang ditinggalkan Nenek dan mulai mengaji. Kata Ibu, shalat, berdoa dan mengaji semakin sering melantunkan ayat-ayat Al Qur’an juga berdoa. Pagi, siang, malam, kapan saja (Nadia, 2011: 140). (147)..... “Rumah-rumah sudah dibangun lagi, Ra.” “Iya! Leb... leb... leb...” “Lebar?” “Lebay?” “Leb keleleb?” Rafi ikut tertawa, sebelum menyelesaikan kalimatnya, “Lebar di...dikkit...mak...sud, maksud... nya.” (Nadia, 2011: 132). (148)..... “A...ak...ak...” “Aki?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 254
Akbar
Alia Yati
“Akan?” “Aklit sepakbola?” Keempat anak itu tertawa lagi. Makin maksa deh. Yang ada kan atlit, bukan aklit... Rafi tersipu. Namun seperti biasa tetap meneruskan kalimatnya, “Ak... aku akan pu...pu... punya jendela, ju...ga!” Berbarengan mereka menghembuskan napas, lega akhirnya Rafi menyelesaikan kalimatnya (Nadia, 2011: 134). (149)..... “Iya... seru. Kak Adam ngajar kesenian. Makanya cepat sekolah lagi, Ra!” (Nadia, 2011: 134). (150)..... “Lo pinteran deh belakangan, Yat!” celetuk Akbar. “Be... betul!” “Pasti karena jendela deh, ibu lo jarang mukul kepala lo kan sekarang? Hehehe.” Akbar bisa saja. Tapi bahkan Yati ikut tertawa mendengar celetukan sahabatnya (Nadia, 2011: 139). (151)..... Kalau Bu Alia lain lagi. Perempuan berkerudung itu banyuak mengingatkannya untuk meluruskan cara berdoa (Nadia, 2011: 135). (152)..... “Jangan... “ Yati tidak setuju. “Kita doa saja yang terbaik buat Bu Alia, gimana?” Rara tersenyum. Iya juga. Tumben Yati bijak (Nadia, 2011: 139).
Bab 18 Nama Tokoh Aldo Nenek Aldo
Bi Siti
Andini
Kutipan Novel (153)..... “Sejak ada Ne... ne...nek, kita salat ber...sa...ma!” Kalimat Aldo dengan wajah cengengesan yang segera dihujani cubitan di pipi bocah lelaki itu (Nadia, 2011 : 143). (154)..... Astaghfirullah. “Kita berdoa, Ratna... semoga Allah melindungi Aldo, di mana pun dia sekarang.” Kalimat itu meski disampaikan dengan keyakinan, tetap bernada khawatir (Nadia, 2011: 145). (155)..... “Apa mungkin...” suara siti, ragu meneruskan kalimatnya. Wajahnya yang tak bisa menyembunyikan rasa sedih, terlihat basah oleh tangis. Tapi tatapan kehilangan orangorang di sekitarnya, mendorong Siti berani mengungkapkan dugaannya. “Apa mungkin ke rumah sakit tempat Neneknya Rara dirawat?” (Nadia, 2011: 146). (156)..... Andini tadi yang paling tampak merasa bersalah. Tidak berapa lama setelah tahu Aldo menghilang, gadis itu pergi bersama Billy yang kembali untuk menjemput. “Mau bantu cari Aldo, Nek!” (Nadia, 2011: 143).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 255
Billy
(157)..... Ah... apa yang sudah dia lakukan? Hanya karena kemarahan tidak beralasan. Hanya karena teman-temannya, anak-anak manja seperti dirinya, mengembuskan kekhawatiran... siapa yang mau menjadi pacar Andini jika tahu adiknya tidak normal” Air mata Andini menitik (Nadia, 2011: 147). (158)..... Seandainya saja Andini memahami, sikap antusias dan senyum Billy saat melihat Aldo di pesta ulang tahunnya, juga saat cowok itu ke rumah, semuanya tulus dan bukan pura-pura. “Abangku yang sudah tidak ada, dulu menderita down syndrome, Dini. Dia tidak sempurna. Tetapi setelah Allah memanggilnya, baru aku merasa betapa ketidaksempurnaan itu telah membuat dia begitu sempurna sebagai mahluk Allah.” (Nadia, 2011: 148).
Bab 19 Nama Tokoh Rara
Aldo
Rafi
Adam Alia
Kutipan Novel (159)..... “Aldo... aku... aku nggak bisa ninggalin simbok!” (Nadia, 2011 : 149). (160)..... “Ra... Rara malu nggak ja... jad...jadi te...teman Aldo?” Rara menggeleng cepat. Bahkan tanpa perlu berpikir. Wajah gadis itu membuat lekukan senyum yang lucu dan tulus (Nadia, 2011: 151). (161)..... Untuk satu alasan, Rara merasa harus melindungi Aldo. (Nadia, 2011: 156). (162)..... “Ra... Rara malu nggak ja... jad...jadi te...teman Aldo?” Rara menggeleng cepat. Bahkan tanpa perlu berpikir. Wajah gadis itu membuat lekukan senyum yang lucu dan tulus. “Terima... kasih ya... Ra!” (Nadia, 2011: 151). (163)..... Sementara Rafi, anak lain yang mengingatkannya pada Aldo tampak berpikir keras. “Mung...mung...mungkin...” “Ya?” “Al... Aldo... dan... dan... dan...” Anak lain yang kausnya seperti kekecilan buru-buru menyergah. “Cepet dikit kenapa, Fi! Kak Adam, kan nggak punya waktu semalaman di sini!” ..... Jawaban anak lelaki yang sulit bicara itu menghantarkan langkahnya ke rumah seseorang... (Nadia, 2011: 153). (164)..... Berharap akan menemukan wajah adiknya dari balik punggung bu Alia yang mendekat, Adam harus kecewa (Nadia, 2011: 154). (165)..... Tapi Alia tidak bisa berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa ketika Rara dan Aldo tak jelas keberadaannya (Nadia,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 256
Abah
Ummi Nenek Aldo Ratna
Syafri
2011: 1`60). (166)..... “Alia belum ingin menikah.” Kalimat itu diucapkannya cepat-cepat beberapa hari lalu dengan kepala tertunduk. Tak berani menghadapi kemarahan Abah. Tak siap juga melukai hati Ummi yang dicintai (Nadia, 2011: 160). (167)..... Alia mengangguk. Ada binar terima kasih yang terpancar di wajah gadis itu saat mencium tangan kedua orangtuanya, sebelum meninggalkan rumah (Nadia, 2011: 162). (168)..... “Abah malu, Alia. Nggak enak juga sama hubungan baik dengan orang tua Deni. Belum kata tetangga nanti.” (Nadia, 2011: 161). (169)..... “Dulu kamu yang menerima, sudah bertunangan pula. Sekarang selesaikan baik-baik. Jangan sampai laki-laki sakit hati, Alia. Nggak baik!” ..... Hening. Abah belum mengizinkan Alia ikut mencari dua anak yang hilang itu bersama pemuda yang meski sopan tapi tampak seperti anak, kalau istilah orang dulu, anak bergajul. Lelaki yang pelipisnya sudah memutih itu masih mematung memandangi Adam yang salah tingkah. Belum berucap sepatah kata pun (Nadia, 2011: 162). (170)..... “Pergilah... kabari Ummi sama Abah kalau sudah bertemu mereka, ya?” (Nadia, 2011: 162). (171)..... “Kita salat malam, ya Ratna... Ummi juga nggak bisa tidur. Hhh, di mana anak itu?” (Nadia, 2011: 158). (172)..... “Cincin dengan batu safir hitam yang dikelilingi berlian. Mama cari-cari nggak ketemu. Padahal Mama biassanya menaruh di laci di tempat perhiasan di meja rias. Mama sempat tanya ke Ummi juga Siti, jangan-jangan salah satu teman Aldo. Papa tahu sendiri kan rumah belakangan ramai sama temanteman nggak jelas Aldo itu?” “Astaga...” Ratna memandang suaminya tak mengerti. “Cincin itu nggak hilang Ratna. Papa temukan di watafel. Mungkin kamu lupa ketika mencopotnya. Papa simpan di lemari baju.” Suaminya benar. Cincin itu tergeletak utuh di salah satu laci lemari baju di kamar tidurnya. ..... Sekarang tangis perempuan itu meledak lebih keras. Prasangkanya yang membuat Aldo kabur (Nadia, 2011: 156— 157). (173)..... Di atas sajadah usai salat keduanya sama menengadahkan tangan, bermunajat kepadaNya di salah satu waktu terkabulnya doa. Allah, asalkan Aldo kembali... (Nadia, 2011: 158). (174)..... Di rumah, Mama memeluk Papa yang secepatnya pulang setelah mendapatkan kabar dari istrinya tentang kepergian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 257
Aldo. Bingung, emosi, marah. Tapi siapa yang salah (Nadia, 2011: 156). (175)..... “Cincin itu nggak hilang Ratna. Papa temukan di watafel. Mungkin kamu lupa ketika mencopotnya. Papa simpan di lemari baju.” ..... Papa langsung memutuskan menelepon kantor polisi (Nadia, 2011: 157). Bab 20 Nama Tokoh Nenek Aldo
Syafri
Aldo
Rara
Kutipan Novel (176)..... Di sisinya Ummi bersiap berdiri untuk shalat sunnah sebelum subuh. “Bangunkan Syafri ya. Juga Dini, kita shalat subuh sama-sama” (Nadia, 2011 : 167). (177)..... Syafri keluar belakangan. Blackberry masih menempel di telinganya. Siapa yang ditelepon suaminya subuh-subuh begini? “Sejak semalam Papa minta tolong beberapa karyawan bantu mencari Aldo, Ma. Tapi belum ada kabar.“ (Nadia, 2011: 168). (178)..... Aldo sudah terduduk lemas. Rara bersimpuh tak jauh dari sahabatnya, masih berusaha menarik-narik tangan Aldo. Teriakannya semakin lirih. Tapi anak lelaki berambut ombak itu menggelengkan kepala. “Ra... per... pergi! Pergi!...” (Nadia, 2011: 169). (179)..... “Ra... per... pergi! Pergi...” Rara menggeleng. Mulai menangis. Tidak, dia tidak akan meninggalkan Aldo sendirian. Seorang sahabat tidak akan melakukan itu untuk kepentingannya sendiri. Allah.... Bibir mungil anak perempuan itu mulai berdoa. Ayat kursi. Surat An-Naas, Al Fatihah... apa saja (Nadia, 2011: 169).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 258
Bab 21 Nama Tokoh Andini
Rara
Kutipan Novel (180)..... Kak Andini tidak pernah lagi memasang wajah serius dan tegang saat Aldo dan teman-temannya bermain di rumah. ..... “Pakai facebook aja, Ma. Atau twitter. Atau website sendiri. Nanti pembayarannya dengan paypal account saja.” Usul Andini (Nadia, 2011 : 2). (181)..... Rara sendiri merasa bahagia, keluarga Aldo kini bersikap lebih baik kepada anak bungsu mereka... (Nadia, 2011: 172). (182)..... Rara bersyukur tidak pernah menghentikan doa-doanya. Mungkin selama ini cara dia berdoa yang salah, sampai Ibu Alia meluruskan. Mungkin Allah menunda pengabulan doa-doa itu, termasuk kesembuhan simbok, agar Rara lebih mensyukuri kebersamaan dengan neneknya itu (Nadia, 2011: 173). (183)..... Setelah semua kesenangan itu, Rara akan mengirimkan alfatihah buat kedua orang tua yang disayanginya. Lembar kehidupan baru menanti Rara, Bude Asih dan Simbok, di sebuah rumah peristirahatan miliki keluarga Aldo yang kini dipercayakan kepada mereka (Nadia, 2011: 174).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
259
B. Bab 19 Novel RumahTanpaJendelakaryaAsma Nadia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
260
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
261
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
262
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
263
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
264
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
265
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
266
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
267
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
268
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
269
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
270
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
271
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
272
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIODATA PENULIS Vitalis Cicik Novika atau yang biasa disapa dengan Vika adalah anak sulung dari tiga bersaudara dari pasangan Ignasius Sumanto dan Valentina Eni Indawati. Lahir di Jaya Bhakti- Palembang pada tanggal 24 November 1993. Menempuh pendidikan TK (Taman Kanak-kanak) pada tahun 1999, Sekolah Dasar pada tahun 2000-2006 di SD Negeri 11 Jaya Bhakti, pada tahun 2006-2009 menjadi siswa di SMP Negeri 1 Mesuji, kemudian pada tahun 2009 melanjutkan pendidikan di SMK Xaverius 1 Belitang dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012 melanjutkan jenjang perguruan tinggi di Universitas Sanata Dharma. Sejak 2012 ia resmi menjadi mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir dengan judul Metode Kontekstual dalam Pembelajaran Tokoh dan Penokohan Novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia dalam Pembelajaran Sastra Untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I.
273