PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN ALUR DAN PENGALURAN NOVEL PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh Skolastika Cynthia Maharani NIM : 121224064
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN ALUR DAN PENGALURAN NOVEL PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh Skolastika Cynthia Maharani NIM : 121224064
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN ALUR DAN PENGALURAN NOVEL PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI UNTUK SISWA KELAS XI SEMSTER 1
Oleh: Skolastika Cynthia Maharani 121224064
Telah disetujui oleh: Pembimbing I,
Drs. B. Rahmanto, M.Hum.
Tanggal: 29 September 2016
Pembimbing II
Drs. P. Hariyanto, M.Pd.
Tanggal: 29 September 2016
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN ALUR DAN PENGALURAN NOVEL PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI UNTUK SISWA KELAS XI SEMSTER 1
Dipersiapkan dan disusun oleh: Skolastika Cynthia Maharani 121224064 Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 17 Oktober 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji Nama lengkap
Tanda tangan
Ketua
: Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd.
..............................
Sekretaris
: Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.
..............................
Anggota 1
: Drs. B. Rahmanto, M.Hum.
..............................
Anggota 2
: Drs. P. Hariyanto, M.Pd.
..............................
Anggota 3
: Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd.
..............................
Yogyakarta, 17 Oktober 2016 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Dekan,
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
. HALAMAN PERSEMBAHAN Terima kasih saya ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristrus yang telah memberikan berkat dan kelancaran dalam penyusunan skripsi, karya ini saya persembahkan untuk: Kedua orang tua, Yusuf Yuniarto (Alm) dan Valeria Sumarsilah yang selalu mendukung dan mendoakan saya.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTO “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6−7)
“Kita adalah apa yang kita pikirkan. Orang yang berpikiran sukses selalu dekat dengan tindakan nyata, tanpa banyak bicara. Syarat pikiran positif adalah memulainya dari sekarang, fokus pada tujuan dan yakin pada kemampuan diri.” (Unknown)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 17 Oktober 2016 Yang membuat pernyataan,
Skolastika Cynthia Maharani
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama
: Skolastika Cynthia Maharani
Nomor Mahasiswa
: 121224064
Demi kepentingan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul: PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN ALUR DAN PENGALURAN NOVEL PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Tanggal 17 Oktober 2016 Yang menyatakan,
Skolastika Cynthia Maharani
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Maharani, Skolastika Cynthia. 2016. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Alur dan Pengaluran Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengkaji pendekatan kontekstual dalam pembelajaran alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami untuk siswa SMA kelas XI semester 1. Penelitian ini menggunakan pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual digunakan untuk menganalisis alur novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian ini mendeskripsikan aspek unsur alur dan pengaluran yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Penelitian ini menganalisis dan menginterpretasi tentang data yang diperoleh dalam bentuk kata-kata. Instrumen dalam penelitian sastra adalah peneliti itu sendiri. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik catat dan teknik baca. Langkah-langkah pendekatan kontekstual yang dapat digunakan dalam menganalisis unsur alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami terdiri dari (1) membuat sinopsis, (2) menganalisis alur dan pengaluran, (3) pemodelan, (4) bertanya, (5) belajar kelompok, (6) penilaian autentik. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami menggunakan alur sorot balik atau flashback. Pendekatan kontekstual dapat membantu siswa menganalisis unsur alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Langkah selanjutnya peneliti menyusun silabus dan RPP sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran di SMA kelas XI semester 1. Silabus dan RPP dapat digunakan untuk mencapai Standar Kompetensi membaca, yaitu memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Maharani, Skolastika Cynthia 2016. Contextual Approach in Plot Learning on Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Written By Ayu Utami to the First Semester High Schools Students of Grade XI. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language Literature Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University. This research examined the implementation of contextual approach in plot learning on the novel Pengakuan Eks Parasit Lajang written by Ayu Utami. This research was aimed to describe contextual approach in plot learning on novel Pengakuan Eks Parasit Lajang written by Ayu Utami to the First Semester High Schools Students of Class XI. This research used contextual approach. Contextual approach used to analyze the plot of the novel Pengakuan Eks Parasit Lajang written by Ayu Utami. This study is the research qualitative. The method that were used descriptive method. This research was aimed to describe plot learning on novel Pengakuan Eks Parasit Lajang written by Ayu Utami. This research analyzed and interpreted about data obtained from the novel Pengakuan Eks Parasit Lajang in the form of words. The instruments in the study of literature is researchers itself. The techniques collecting data use a note and read. The steps of contextual approach that were used to analyze the plot of the novel Pengakuan Eks Parasit Lajang written by Ayu Utami were: (1) making a synopsis, (2) analyzing the plot, (3) modeling, (4) questioning, (5) learning in groups, (6) authentic assessing. The results of this research showed that novel Pengakuan Eks Parasit Lajang written by Ayu Utami used flashback plot. Contextual approach could help student to analyze the elements of plot novel Pengakuan Eks Parasit Lajang. The next step, the researcher arranged syllabus and Lesson Plans that could be used as a reference and materials in literature learning in Senior High Schools Grade XI semester 1. The syllabus and Lesson Plans can be used to reach the Reading Competency Standard to understand various tales, Indonesian/translated novels.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Alur dan Pengaluran Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami unutk Siswa Kelas XI Semester 1”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa terselesainya skripsi ini berkat dukungan, semangat, bimbingan, nasihat, dan doa berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang selalu memberikan motivasi kepada penulis agar cepat menyelesaikan skripsi ini. 3. Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah dengan penuh kesabaran dan ketelitian membimbing, mengarahkan, serta memberi nasihat kepada peneliti dalam mengerjakan skripsi ini. 4. Drs. P. Hariyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan serta masukan-masukan yang sangat bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini. 5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menempuh perkuliahan. 6. Robertus Marsidiq, selaku karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah memberikan pelayanan administratif kepada penulis.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Kedua orangtua, Yusuf Yuniarto (Alm) dan Valeria Sumarsilah yang selalu memberikan motivasi, dukungan, kasih sayang dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Saudara kandungku, Bernardia Eka Dyah, Bernardus Bagus Aprilitanto, Gregorius Berlian Gusti Laksita yang telah menjadi penyemangat penulis. 9. Para sahabatku, Yohanes Yanwar PM, Angelina Ryan, Emmanda Sekar, Elisabet Eva, Saktyo Dwi Wicaksono. Terima kasih sudah menemani dan memberikan semangat serta motivasi kepada penulis. 10. Geng Gahul Nurul (Hana, Gisela, Anindita, Tyas, Venta, Eka, Nita, Swila) yang telah memberikan motivasi, dukungan, dan arahan yang membuat penulis merasa berharga dapat mengenal mereka. 11. Teman-teman seperjuangan PBSI angkatan 2012 dan teman-teman PPL SMA BOPKRI 1 Yogyakarta, terima kasih untuk kebersamaan kita. 12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang sudah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas seluruh bantuan, dukungan, dan arahan yang sudah diberikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak.
Yogyakarta, 17 Oktober 2016 Penulis
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................
iv
MOTO.................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.............................................. PERNYATAAN
PERSETUJUAN
PUBLIKASI
vi
KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...........................
vii
ABSTRAK............................................................................................. viii ABSTRACT...........................................................................................
ix
KATA PENGANTAR..........................................................................
x
DAFTAR ISI.........................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................
1
A. Latar Belakang......................................................................
1
B. Rumusan Masalah..................................................................
4
C. Tujuan Penelitian...................................................................
4
D. Manfaat Penelitian.................................................................
5
E. Batasan Istilah........................................................................
5
F. Sistematika Penyajian............................................................
7
BAB II LANDASAN TEORI..............................................................
8
A. Penelitian yang Relevan........................................................
8
B. Landasan Teori......................................................................
9
1. Hakikat Novel....................................................................
9
2. Unsur Intrinsik...................................................................
10
a. Pengertian Alur.............................................................
10
b. Struktur Alur.................................................................
11
c. Pengaluran.....................................................................
13
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Pendekatan Kontekstual..................................................... 17 a. Definisi Kontekstual.....................................................
17
b. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual......................
18
c. Komponen Pendekatan Kontekstual.............................
19
d. Penerapan CTL dalam Kelas.........................................
22
e. Strategi Pembelajaran Kontekstual...............................
24
4. Pembelajaran Sastra di SMA.............................................
26
a. Silabus...........................................................................
26
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)..................
29
c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia..........................................
31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................
32
A. Jenis Penelitian......................................................................
32
B. Metode Penelitian..................................................................
32
C. Sumber Data..........................................................................
33
D. Teknik Pengumpulan Data....................................................
33
E. Instrumen Penelitian..............................................................
34
F. Teknik Analisis Data..............................................................
34
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................
35
A. Deskripsi Data.......................................................................
35
B. Hasil Penelitian......................................................................
35
1. Membuat Sinopsis Novel...................................................
35
2. Menganalisis Unsur Alur Novel........................................
37
3. Pemodelan.........................................................................
71
4. Bertanya.............................................................................
72
5. Belajar Kelompok..............................................................
73
6. Penilaian Autentik.............................................................
74
C. Implementasi Pembelajaran Alur Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami..........................................
xiii
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Silabus...............................................................................
79
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).......................
82
BAB V PENUTUP................................................................................
96
A. Kesimpulan............................................................................
96
B. Implikasi................................................................................
98
C. Saran......................................................................................
98
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................
99
LAMPIRAN..........................................................................................
101
BIOGRAFI PENULIS
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia saat ini memiliki peranan yang penting. Bahasa Indonesia digunakan untuk menjalin komunikasi dan menguasai ilmu pengetahuan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat tiga aspek yang harus diperhatikan, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor. Ketiga aspek tersebut harus berjalan dengan seimbang agar tercipta tujuan pengajaran bahasa yang akan dicapai. Seperti yang dituliskan Yunus dalam artikelnya yang dimuat di Kompasiana, pembelajaran bahasa Indonesia monoton dan kurang menarik. Siswa lebih sering merasa bosan dalam belajar bahasa Indonesia. Tradisi membaca, menyimak, menulis dan berbicara cenderung belum optimal. Keberhasilan pengajaran bahasa dapat ditentukan oleh faktor guru, siswa, metode pembelajaran, kurikulum, silabus, bahan ajar dan fasilitas sekolah. Bagus dalam tulisannya yang berjudul
“Menumbuhkan Gairah
Belajar Menulis” mengemukakan bahwa guru sering dihadapkan pada persoalan menyelesaikan target kurikulum yang harus dicapai dalam waktu yang sudah ditentukan, sedangkan keterbatasan waktu sering mengganggu proses pengajaran bahasa. Guru dituntut memiliki strategi dan kreativitas mengelola materi untuk disampaikan ke siswa tanpa mengesampingkan materi
lainnya.
Masing-masing
siswa
memiliki
pengetahuan
awal
(pengalaman) dan potensi yang berbeda-beda. Guru harus memahami betul 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
pendekatan pembelajaran yang seperti apa untuk diterapkan kepada siswa supaya kemampuan dan potensi siswa terbentuk. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu (Komalasari,
2011: 54). Hal yang dapat dilakukan guru adalah
menerapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL). Pendekatan kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya (Komalasari, 2010: 7). Pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama yakni, konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), inquiri (inquiry), masyarakat belajar (learning community), refleksi (reflection), pemodelan (modeling), dan penilaian otentik (authentic assessment) (Trianto, 2009: 107). Nantinya guru akan semakin mudah memperkenalkan sastra kepada siswa. Guru dapat memilih dan menjadikan karya sastra sebagai bahan ajar. Yang termasuk dalam pengajaran sastra, misalnya mengajarkan puisi, drama, novel, cerpen dan yang lain. Tujuan utama pengajaran sastra sendiri untuk membina apresiasi sastra agar siswa mampu memahami, menikmati dan menghargai suatu karya sastra. Effendi (1994: 144) mengemukakan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguhsungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra. Artinya, mau tidak mau siswa dibiasakan untuk terjun langsung atau membaca sendiri suatu karya sastra. Pada proses membaca inilah siswa menemukan keindahan dari karya sastra yang dibacanya. Misalnya, cara pengarang menyusun alur cerita, menciptakan tegangan, melukiskan perwatakan tokoh, dan sebagainya. Salah satu karya sastra yang dapat diajarkan pada siswa adalah karya sastra novel. Kelebihan novel sebagai bahan pengajaran sastra adalah cukup mudahnya karya sastra tersebut dinikmati siswa sesuai dengan tingkat kemampuannya masing-masing secara perorangan (Rahmanto, 1988: 66). Novel adalah salah satu karya sastra yang dibangun oleh beberapa unsur. Unsur yang terdapat pada novel yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri, seperti, tokoh, penokohan, alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa. Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra dan mempunyai nilai-nilai tertentu. Peneliti akan melakukan penelitian pada jenis karya sastra novel. Peneliti memilih novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami sebagai objek untuk diteliti dengan menggunakan pendekatan kontekstual karena pendekatan ini dapat membuat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia lebih menarik dan siswa dituntut berpikir kritis. Siswa dipacu untuk menghubungkan materi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
Dengan mengaitkan keduanya, siswa melihat makna di dalam tugas sekolah. Peristiwa-peristiwa yang ditampilkan di dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang diolah secara kreatif. Setiap peristiwa mengandung konflik
yang
mendorong pembaca untuk menyelesaikan membaca novel ini. Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang dapat dijadikan sebagai bahan pengajaran sastra untuk diterapkan di SMA kelas XI semester 1. Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji lebih dalam salah satu unsur intrinsik novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami yaitu unsur alur. Peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Alur dan Pengaluran Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan diteliti
adalah bagaimana
penerapan
pendekatan kontekstual
dalam
pembelajaran alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami untuk siswa SMA kelas XI semester 1? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami untuk siswa SMA kelas XI semester 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat pada hal-hal sebagai berikut. 1. Memberikan sumbangan pemikiran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya tentang pembelajaran alur dan pengaluran. 2. Memberikan masukan kepada sekolah mengenai pembelajaran alur dan pengaluran pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami dengan menggunakan pendekatan kontekstual. 3. Membantu guru dan mendorong semangat belajar siswa dalam proses belajar mengajar. 4. Memberi masukan pada peneliti lain dalam mengadakan penelitian dari segi sastra dan implementasinya dalam dunia pendidikan. E. Batasan Istilah Untuk mempelajari penelitian ini, peneliti memberikan batasanbatasan istilah yang penting dan mendukung dalam pemahaman. 1. Novel Novel, seperti halnya bentuk prosa cerita yang lain, sering memiliki struktur yang kompleks dan biasanya dibangun dari unsur-unsur, seperti latar, perwatakan, cerita, teknik cerita, bahasa, tema dan latar (Rahmanto, 1988: 70). 2. Pendekatan kontekstual Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Muslich, 2007: 71). 3. Sastra Rahmanto (1988: 10) mengatakan bahwa sastra mengandung kumpulan dan sejumlah bentuk bahasa yang khusus, yang digunakan dalam berbagai pola yang sistematis untuk menyampaikan segala perasaan dan pikiran. 4. Pengaluran Plot dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis yang berbeda berdasarkan sudut-sudut tinjauan atau kriteria yang berbeda pula. Pembedaan plot yang dikemukakan didasarkan pada tinjauan dari kriteria urutan waktu, jumlah, dan kepadatan (Nurgiyantoro, 2005: 153). 5. Alur Unsur yang sangat menonjol dalam sebuah karya fiksi adalah jalannya cerita. Fiksi dimulai dengan menceritakan suatu keadaan, keadaan itu mengalami perkembangan dan pada akhirnya ditutup dengan sebuah penyelesaian (Sumardjo, 1983: 55). 6. Silabus Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang implementasi
kurikulum,
yang
mecakup
kegiatan
pembelajaran,
pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar, serta penilaian berbasis kelas (Mulyasa, 2009: 133).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Perencanaan pembelajaran atau biasa disebut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich, 2007: 53). F. Sistematika Penyajian Dalam penelitian ini, sistematika penyajiannya terdiri dari Bab I, Bab II, Bab III, Bab IV dan Bab V. Bab I terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, sistematika penyajian. Bab II Landasan Teori yang terdiri dari penelitian yang relevan, kajian teori. Bab II Metodologi Penelitian yang terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, metode penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data. Bab IV Pembahasan yang terdiri dari deskripsi data, pembahasan pembelajaran kontekstual, implementasi pembelajaran alur novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami dalam pembelajaran sastra. Bab V Penutup yang terdiri dari kesimpulan, implikasi, dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Yang Relevan Lilis Yuliati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Pendekatan Kontekstual bagi Peningkatan Hasil Siswa dalam Pembelajaran Apresiasi Novel”. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil siswa dalam mengapresiasi sastra novel menggunakan pendekatan kontekstual metode penelitian tindakan kelas menunjukan adanya peningkatan mulai dari hasil tes awal siklus I sampai dengan siklus III setelah mendapat perlakuan yaitu melalui tes akhir siklus I sampai dengan siklus III. Hal tersebut berarti penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil siswa dalam pembelajaran apresiasi novel di kelas VIII SMP Negeri 5 Cimahi. Penelitian yang dilakukan Mochamad Faizal Mohtarom (2013) berjudul “Pendidikan Karakter yang Ditemukan dalam Unsur-unsur Intrinsik Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata” menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti memilih metode deskriptif untuk memaparkan narasi dan dialog yang menggunakan pendidikan karakter. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pendidikan karakter yang ditemukan di dalam unsur-unsur intrinsik novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa unsur intrinsik saling berhubungan membentuk karakter seseorang. Kedua penelitian di atas dianggap relevan dengan penelitian ini karena mengangkat pembelajaran sastra di sekolah. Pada penelitian ini, peneliti
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
melakukan penelitian dengan judul “Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Alur dan Pengaluran Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami untuk Siswa Kelas XI Semester 1”. Persamaan penelitian ini dengan penelitian milik Lilis Yuliati adalah menggunakan pendekatan kontekstual, sedangkan penelitian milik Mochamad Faizal Mohtarom adalah sama-sama menganalisis unsur intrinsik novel. Hal yang membedakan adalah peneliti hanya menganalisis satu unsur intrinsik novel, yaitu alur. B. Landasan Teori 1. Hakikat Novel Novel, seperti halnya bentuk prosa cerita yang lain, sering memiliki struktur yang kompleks dan biasanya dibangun dari unsur-unsur, seperti latar, perwatakan, cerita, teknik cerita, bahasa, tema dan latar (Rahmanto, 1988: 70). Sumardjo (1983: 65) mengatakan bahwa novel sering diartikan sebagai hanya bercerita tentang bagian kehidupan seseorang saja, seperti masa menjelang perkawinannya setelah mengalami masa percintaan, atau bagian kehidupan waktu seseorang tokoh mengalami krisis dalam jiwanya, dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa novel adalah salah satu karya sastra yang mempunyai beberapa unsur pembangun dan menceritakan kehidupan seseorang. Cerita kehidupan seseorang dapat mendorong pembaca untuk menemukan nilai-nilai estetika. Novel dapat dijadikan bahan ajar bagi para guru dalam proses belajar karena sudah sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada dalam silabus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
2. Unsur Intrinsik Dalam kegiatan menganalisis sebuah karya sastra, agar peneliti dapat memahami isi dan jalan cerita di dalamnya diperlukan pemahaman khusus terhadap unsur-unsur intrinsik yang membangun dan membentuk karya sastra itu. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai bagian-bagian, unsur-unsur, yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling menggantungkan. Jika novel dikatakan sebagai sebuah totalitas, unsur kata, bahasa, misalnya, merupakan salah satu bagian dari totalitas itu, salah satu unsur pembangun cerita itu, salah satu subsistem organisme itu. Kata inilah yang menyebabkan novel, juga sastra pada umumnya, menjadi berwujud (Nurgiyantoro, 2005: 22). Jadi, karya sastra yang baik memiliki unsur yang membangun karya sastra itu sendiri sehingga terbentuk sebuah totalitas. Dalam penelitian ini, peneliti memilih untuk menguraikan salah satu unsur yaitu unsur alur. a. Pengertian Alur Unsur yang sangat menonjol dalam sebuah fiksi adalah jalannya cerita. Fiksi dimulai dengan menceritakan suatu keadaan, keadaan itu mengalami perkembangan dan pada akhirnya ditutup dengan sebuah penyelesaian (Sumardjo, 1983: 55). Pada prinsipnya, seperti juga bentukbentuk sastra lainnya suatu fiksi haruslah bergerak dari suatu permulaan (beginning) melalui suatu pertengahan (middle) menuju suatuakhir (ending). Yang dalam dunia sastra lebih dikenal sebagai eksposisi, komplikasi, dan resolusi (atau denouement) (Tarigan, 1994: 126).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
b. Struktur Alur Alur menyajikan urutan waktu. Penyajian alur tak melulu menghadirkan urutan peristiwa secara urut kronologis dan runtut. Pengarang menggunakan daya kreativitasnya untuk menempatkan waktu peristiwanya sendiri. Artinya, tahapan awal cerita tidak harus berada di awal cerita atau di bagian awal teks, melainkan dapat terletak di bagian mana pun. Walaupun cerita rekaan berbagai ragam coraknya, ada pola-pola tertentu yang hampir selalu terdapat di dalam sebuah cerita rekaan. Berikut struktur alur menurut Sudjiman (1992: 30): Awal
Tengah
• Paparan (exposition) • Rangsangan (inciting moment) • Gawatan (rising action)
• Tikaian (conflict) • Rumitan (complication) • Klimaks
Akhir
• Leraian (falling action) • Selesaian (denaument)
Berikut penjelasan mengenai struktur alur menurut Sudjiman (1991: 36). 1. Awal a. Paparan Penyampai informasi kepada pembaca disebut paparan atau eksposisi. Paparan biasanya merupakan fungsi utama awal suatu cerita. Tentu saja bukan informasi selengkapnya yang diberikan, melainkan keterangan sekedarnya untuk memudahkan pembaca mengikuti kisahan selanjutnya (Sudjiman, 1991: 32).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
b. Rangsangan Rangsangan sering ditimbulkan oleh masuknya seorang tokoh baru yang berlaku sebagai katalisator. Rangsangan dapat pula ditimbulkan oleh hal lain, misalnya oleh datangnya berita yang merusak keadaan yang semula terasa laras. Tak ada patokan tentang panjang paparan, kapan disusul oleh rangsangan dan berapa lama sesudah itu sampai pada gawatan (Sudjiman, 1991: 32). c. Gawatan Tak ada patokan tentang panjang paparan, kapan disusul oleh rangsangan dan berapa lama sesudah itu sampai pada gawatan (Sudjiman, 1991: 32). 2. Tengah a. Tikaian Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua kekuatan yang bertentangan; satu diantaranya diwakili oleh manusia pribadi yang biasanya menjadi protagonis dalam cerita (Sudjiman, 1991: 34−35). b. Rumitan Perkembangan dari gejala mula tikaian menuju ke klimaks cerita disebut rumitan (Sudjiman, 1991: 35). c. Klimaks Klimaks tercapai apabila rumitan mencapai puncak kehebatannya. Di dalam cerita rekaan rumitan mencapai puncak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
kehebatannya. Di dalam cerita rekaan rumitan sangat penting. Tanpa rumitan yang memadai tikaian akan lamban. Rumitan mempersiapkan pembaca untuk menerima seluruh dampak dari klimaks (Sudjiman, 1991: 35). 3. Akhir a. Leraian Leraian adalah bagian struktur alur sesudah klimaks yang menunjukkan perkembangan ke peristiwa ke arah selesaian (Sudjiman, 1991: 35). b. Selesaian Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita. Selesaian boleh jadi mengandung penyelesaian masalah yang melegakan (happy ending). Boleh juga mengandung penyelesaian masalah yang menyedihkan; misalnya si tokoh bunuh diri. Boleh jadi juga pokok masalah tetap menggantung tanpa pemecahan. Jadi, cerita sampai pada selesaian tanpa menyelesaikan masalah, keadaan yang penuh ketidakpastian, ketidakjelasan, ataupun ketidakpastian (Sudjiman, 1991: 36). c. Pengaluran Plot dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis yang berbeda berdasarkan sudut-sudut tinjauan atau kriteria yang berbeda pula. Pembedaan
plot yang dikemukakan di bawah ini didasarkan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
tinjauan dari kriteria urutan waktu, jumlah, dan kepadatan (Nurgiyantoro, 2005: 153). 1. Pembedaan Plot Berdasarkan Kriteria Urutan Waktu Urutan waktu yang dimaksud adalah waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi yang bersangkutan. Atau lebih tepatnya, urutan penceritaan peristiwaperistiwa yang ditampilkan. Urutan waktu, dalam hal ini, berkaitan dengan logika cerita (Nurgiyantoro, 2005: 153). Secara teoretis, kita dapat membedakan plot ke dalam dua kategori: kronologis dan tidak kronologis. Yang pertama disebut sebagai plot lurus, maju, atau dapat juga dinamakan progresif, sedang yang kedua adalah sorot-balik, mundur, flash-back, atau dapat juga disebut sebagai regresif (Nurgiyantoro, 2005: 153). Plot lurus atau progresif merupakan plot sebuah novel dikatakan progresif jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa(-peristiwa) yang pertama diikuti oleh (atau: menyebabkan terjadinya) peristiwa-peristiwa yang kemudian.Atau, secara runtut cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian) (Nurgiyantoro, 2005: 154). Plot sorot-balik atau flashback merupakan urutan kejadian yang dikisahkan dalam karya fiksi yang berplot regresif tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari tahap awal (yang benar-benar merupakan awal cerita secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
logika), melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan (Nurgiyantoro, 2005: 154). Plot campuran barangkali tidak ada dalam novel yang secara mutlak berplot lurus-kronologis atau sebaliknya sorot-balik. Secara garis besar plot sebuah novel mungkin progresif, tetapi di dalamnya, betapapun kadar kejadiannya, sering terdapat adeganadegan sorot balik. Demikian pula sebaliknya. Bahkan sebenarnya, boleh dikatakan, tak mungkin ada sebuah cerita pun yang mutlak flash-back (Nurgiyantoro, 2005: 156). 2. Pembedaan Plot Berdasarkan Kriteria Jumlah Kriteria jumlah yang dimaksudkan sebagai banyaknya plot cerita yang terdapat pada sebuah karya fiksi. Sebuah novel mungkin hanya menampilkan sebuah plot, tetapi mungkin pula mengandung lebih dari satu plot. Kemungkinan pertama adalah novel (fiksi) yang berplot tunggal, sedang yang kedua adalah yang menampilkan subsubplot (Nurgiyantoro, 2005: 157). Karya
fiksi
yang
berplot
tunggal
biasanya
hanya
mengembangkan sebuah cerita dengan menampilkan seorang tokoh utama protagonis yang sebagai hero. Cerita pada umumnya hanya mengikuti
perjalanan
hidup
tokoh
tersebut,
lengkap
dengan
permasalahan dan konflik yang dialaminya. Cerita yang demikian mirip dengan biografi seseorang, atau bahkan memang berupa novel biografi (Nurgiyantoro, 2005: 157).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
Plot sub-subplot, sebuah karya fiksi dapat saja memiliki lebih dari satu alur cerita yang dikisahkan, atau terdapat lebih dari seorang tokoh yang dikisahkan perjalanan hidup, permasalahan, dan konflik yang dihadapinya. Struktur plot yang demikian dalam sebuah karya barangkali beruba adanya sebuah plot utama (main plot) dan plot-plot tambahan (sub-plot) (Nurgiyantoro, 2005: 158). 3. Pembedaan Plot Berdasarkan Kriteria Kepadatan Kriteria kepadatan yang dimaksudkan sebagai padat atau tidaknya pengembangan dan perkembangan cerita pada sebuah karya fiksi. Peristiwa demi peristiwa yang dikisahkan mungkin berlangsung susul-menyusul secara cepat, tetapi mungkin juga sebaliknya. Keadaan pertama digolongkan sebagai karya yang berplot padat, rapat, sedang yang kedua berplot longgar, renggang (Nurgiyantoro, 2005: 158). Plot padat merupakan cerrita disajikan secara cepat, peristiwaperistiwa fungsional terjadi susul-menyusul dengan cepat, hubungan antarperistiwa juga terjalin secara erat, dan pembaca seolah-olah selalu dipaksa untuk terus menerus mengikutinya (Nurgiyantoro, 2005: 159). Plot longgar dalam novel merupakan pergantian peristiwa demi peristiwa penting (baca: fungional) berlangsung lambat di samping hubungan antarperistiwa tersebut pun tidaklah erat benar. Artinya, antara peristiwa penting yang satu dengan yang lain diselai oleh berbagai peristiwa “tambahan”, atau berbagai pelukisan tertentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
seperti penyituasian latar dan suasana, yang kesemuanya itu dapat memperlambat ketegangan cerita (Nurgiyantoro, 2005: 160). 4. Pembedaan Plot Berdasarkan Kriteria Isi Kriteria isi yang dimaksudkan sebagai sesuatu, masalah, kecenderungan masalah, yang diungkapkan dalam cerita. Jadi, sebenarnya, ia lebih merupakan isi cerita itu sendiri secara keseluruhan daripada sekedar urusan plot (Nurgiyantoro, 2005: 162). Stevick (dalam Nurgiyantoro, 2005: 162) membedakan plot jenis ini ke dalam tiga golongan besar, yaitu plot peruntungan (plot a fortune), plot tokohan (plot of character), dan plot pemikiran (plot of thought). Plot peruntungan berhubungan dengan cerita yang mengungkapkan nasib, peruntungan, yang menimpa tokoh (utama) cerita yang bersangkutan. Plot tokohan menyaran pada adanya sifat pementingan tokoh, tokoh yang menjadi fokus perhatian. Plot pemikiran mengungkapkan sesuatu yang menjadi bahan pemikiran, keinginan, perasaan, berbagai macam obsesi, dan lain-lain hal yang menjadi masalah hidup dan kehidupan manusia (Nurgiyantoro, 2005: 160). 3. Pendekatan kontekstual a. Definisi Kontekstual Landasan filosofis CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi merekonstruksikan atau membangun pengetahuan dan ketrampilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam kehidupannya (Muslich, 2007: 41). b. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Menurut Muslich (2007: 42), pembelajaran kontekstual memiliki tujuh karakteristik, yaitu: 1) Pembelajaran
dilaksanakan
dalam
konteks
autentik,
yaitu
pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting). 2) Pembelajaran
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning). 3) Pembelajaran
dilaksanakan
dengan
memberikan
pengalaman
bermakna kepada siswa (learning by doing). 4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antarteman (learning in a group). 5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply). 6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity). c. Komponen Pendekatan kontekstual Menurut
Muslich
(2007:
43),
pembelajaran
pendekatan
kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu constructivism (konstruktivism, membangun, membentuk), questioning (bertanya), inquiry (menyelidiki, menemukan), learning community (masyarakat belajar), modelling (pemodelan), reflection (refleksi atau umpan balik), authentic assessment (penilaian yang sebenarnya). Prinsip-prinsip dasar ketujuh komponen menurut Muslich (2007: 44) terlihat pada penjelasan berikut. a) Konstruktivisme Komponen ini merupakan landasan filosofis (berpikir) pendekatan CTL. Pembelajaran berciri konstruktivisme menekankan siswa membangun pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan dan pengetahuan terdahulu serta dari pengalaman belajar yang bermakna. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya. b) Bertanya (questioning) Komponen ini merupakan strategi pembelajaran CTL. Pemerolehan pengetahuan seseorang selalu bermula dari bertanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
Bertanya dalam pembelajaran ini dipandang sebagai upaya guru yang bisa mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan berpikir siswa. c) Menemukan (inquiry) Komponen ini merupakan kegiatan inti CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. d) Masyarakat belajar (learning community) Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Ketika seorang anak baru belajar menimbang massa benda dengan menggunakan neraca O’haus, ia bertanya kepada temannya. Kemudian temannya yang sudah bisa menunjukkan cara menggunakan alat itu. Maka dua orang anak tersebut sudah membentuk masyarakat belajar (learning community). Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Seorang guru yang mengajari
siswanya bukan contoh
masyarakat belajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu informasi hanya datang dari guru ke arah siswa, tidak ada arus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
informasi yang perlu dipelajari guru yang datang dari arah siswa (Trianto, 2009:116). e) Pemodelan (modelling) Komponen
ini
menyarankan
bahwa
pembelajaran
keterampilan dan pengetahuan diikuti dengan model yang bisa ditiru siswa. Model yang dimaksud dengan pemberian contoh dengan melibatkan siswa. Model dapat juga didatangkan dari luar yang ahli dibidangnya, misalnya mendatangkan seorang perawat untuk memodelkan cara menggunakan termometer untuk mengukur suhu tubuh pasien (Trianto, 2009: 117). f) Refleksi (reflection) Komponen ini sebagai perenungan kembali atas pengetahuan yang baru dipelajari oleh siswa selama proses belajar. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Guru
membantu
siswa
membuat
hubungan-hubungan
antara
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan begitu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya (Trianto, 2009: 118).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
g) Penilaian autentik (authentic assessment) Ciri khusus dari pendekatan kontekstual adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis dan menafsirkan data yang telah terkumpul selama proses pembelajaran berlangsung bukan semata-mata pada hasil pembelajaran. d. Penerapan CTL dalam Kelas Menurut Trianto (2009: 111) secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas adalah sebagai berikut. a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. d. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. Selanjutnya, peneliti merumuskan langkah-langkah pendekatan kontekstual untuk menganalisis unsur alur dan pengaluran dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
a. Membuat sinopsis novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami Siswa terlebih dahulu membaca novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami supaya dapat membuat ringkasan/sinopsis
bacaan
tersebut.
Sinopsis
dibuat
agar
mempermudah isi dari bacaan. b. Menganalisis unsur alur novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami Siswa menganalisis unsur alur sesuai dengan rancangan kegiatan pembelajaran
yang sudah disiapkan. Alur akan
merangsang munculnya pertanyaan di pikiran pembaca, “Apa yang akan terjadi selanjutnya? Bagaimana ending cerita itu?” c. Pemodelan Guru menyiapkan contoh analisis novel kepada peserta didik. Tujuan pemberian contoh itu supaya dapat menjadi acuan siswadalam menganalisis novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. d. Bertanya Guru merangsang pemahaman siswa dengan mengajukan sejumlah pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan dapat mendorong rasa ingin tahu mereka dalam menemukan unsur alur novel tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
e. Belajar kelompok Kegiatan belajar dalam kelompok akan menjadi kegiatan menyenangkan dan menambah pengetahuan peserta didik. Siswadapat saling bertukar pendapat mengenai unsur alur novel. Pembicaraan dengan teman sebaya akan membuat mereka lebih nyaman dan rileks sehingga proses belajar tidak membosankan. f. Penilaian autentik Tujuan dilaksanakannya penilaian autentik atau penilaian sebenarnya adalah untuk mengukur dan mengetahui sejauh mana siswapaham terhadap materi yang diajarkan. Guru memberikan tugas untuk menganalisis unsur alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. e. Strategi Pembelajaran Kontekstual Menurut Muslich (2007: 49–50 ), beberapa strategi yang dapat dikembangkan oleh guru melalui pembelajaran kontekstual, antara lain sebagai berikut. a) Pembelajaran berbasis masalah Siswa terlebuh dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena kemudian mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul. Guru bertugas merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
b) Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar Penugasan yang diberikan oleh guru dapat dilakukan di luar kelas. Siswa diharapkan akan memperoleh pengalaman belajar tentang apa yang dipelajarinya. c) Memberikan aktivitas kelompok Aktivitas belajar secara berkelompok dapat memperluas perspektif
serta
membangun
kecakapan
interpersonal
untuk
berhubungan dengan orang lain. d) Membut aktivitas belajar mandiri Siswamampu mencari, menganalisis, dan menggunakan informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru. e) Membuat aktivitas belajar bekerja sama dengan masyarakat Sekolah dapat melakukan kerja sama dengan orang tua siswa yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru tamu. f)
Menerapkan penilaian autentik Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian autentik dapat membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
4. Pembelajaran Sastra di SMA Masalah yang kita hadapi sekarang adalah menentukan bagaimana pengajaran sastra dapat memberikan sumbangan yang maksimal untuk pendidikan secara utuh. Menurut Rahmanto (1988: 16), pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi 4 manfaat, yaitu membantu ketrampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak. Pengajaran sastra yang dilakukan secara tepat yang disajikan kepada siswa harus sesuai dengan kemampuan siswanya. Tanpa adanya kesesuaian antara siswa dengan bahan yang diajarkan, pelajaran yang disampaikan akan gagal. Guru pun perlu mengembangkan ketrampilan khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran, terlebih dahulu perlu ditentukan standar kompetensi yang berisi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang ingin dicapai, materi yang harus dipelajari, pengalaman belajar yang harus dilakukan, dan sistem evaluasi untuk mengetahui pencapaian standar kompetensi. Materi dikembangkan dalam bebrapa aspek kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yaitu silabus, rencana pelaksana pembelajaran, standar kompetensi dan kompetensi dasar. a. Silabus Silabus diartikan sebagai rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan, berdasarkan standar nasional pendidikan (SNP) (Mulyasa, 2009: 132–133). Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang implementasi kurikulum, yang mencakup kegiatan pembelajaran, pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar, serta penilaian berbasis kelas. Silabus merupakan penjabaran lebih rinci dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) yang minimal memuat kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar yang harus dimiliki oleh siswasehubungan dengan suatu mata pelajaran (Mulyasa, 2009: 133). Manfaat silabus yaitu berfungsi sebagai pedoman dalam pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem penilaian. Berikut prinsip yang mendasari pengembangan silabus menurut Muslich (2007: 25–26): 1. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. 2. Relevan Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai atau ada keterkaitan dengan tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik. 3. Sistematis Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. 4. Konsisten Adanya hubungan yang konsisten (ajek, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian. 5. Memadai Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. 6. Aktual dan Kontekstual Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memerhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
7. Fleksibel Keseluruhan
komponen
silabus
dapat
mengakomodasi
keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tututan masyarakat. 8. Menyeluruh Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor). b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Perencanaan
Pembelajaran
atau
biasa
disebut
Rencana
Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan pelajaran secara terprogram. Karena itu RPP harus mempunyai daya terap (aplicable) yang tinggi (Muslich, 2007: 53). Terdapat dua fungsi RPP dalam implementasi KTSP, yaitu fungsi perencanaan dan fungsi pelaksanaan pembelajaran. Dalam fungsi perencanaan, RPP hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang. Komponen-komponen
RPP
yang
harus
dipahami
guru
dalam
menyukseskan implementasi KTSP, antara lain kompetensi dasar, materi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
standar, prosedur pembelajaran, hasil belajar, indikator hasil belajar, evaluasi berbasis kelas (EBK), dan ujian berbasis sekolah atau school based exam (SBE). Sedangkan dalam fungsi pelaksanaan, RPP harus disusun secara sistematik dan sistematis, utuh dan menyeluruh, dengan beberapa kemungkinan penyesuaian dalam situasi pembelajaran yang aktual. RPP berfungsi untuk mengefektifan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan (Mulyasa, 2009: 155–156). Pengembangan RPP harus memperhatikan minat dan perhatian siswaterhadap materi standar kompetensi dasar yang dijadikan bahan kajian. Mulyasa (2009: 157) mengemukakan prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan RPP sebagai berikut. a) Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas; makin konkret kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat kegiatankegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tersebut. b) Rencana pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. c) Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPP harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. d) RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas pencapaiannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
e) Harus ada koordinasi antarkomponen pelaksanan program di sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim (team teaching) atau moving class. c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD) merupakan arah dan landasan pengembangan materi standar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (Mulyasa, 2009: 231). Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini diharapkan siswadapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan
terhadap
hasil
karya
kesastraan.
Guru
dapat
mengembangkan indikator dan menyesuaikan SK-KD sesuai dengan perkembangan kompetensi bahasa peserta didik. Berikut Standar Kompetensi dan Standar Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Atas kelas XI Semester 1 mengenai menganalisis unsur-unsur intrinsik novel. No. 1
Standar Kompetensi 7.2
Membaca 1. Memahami
Menganalisis
berbagai intrinsik
hikayat, Indonesia/novel terjemahan
Kompetensi Dasar
dan
unsur-unsur
ekstrinsik
novel Indonesia/terjemahan
novel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual digunakan untuk menganalisis salah satu unsur intrinsik yaitu alur novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini mendeskripsikan aspek unsur alur dan pengaluran yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk katakata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2007: 6). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi unsur alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Produk yang akan dihasilkan adalah silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). B. Metode Penelitian Metode berarti cara yang dipergunakan seorang peneliti di dalam usaha memecahkan masalah yang diteliti (Siswantoro, 2010: 56). Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai
prosedur
pemecahan
masalah
yang
diselidiki
dengan
menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang,
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan faktafakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Peneliti memilih metode deskriptif untuk menganalisis unsur alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami karena metode ini tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data saja melainkan nantinya dilanjutkan dengan menganalisa dan menginterpretasi tentang data tersebut. Peneliti akan menguraikan sendiri data-data yang telah diperoleh dengan maksud untuk mempermudah memahaminya secara teoritis. C. Sumber Data Sumber data terkait dengan subjek penelitian dari mana data diperoleh. Subjek penelitian sastra adalah teks novel, novel, cerita pendek, drama dan puisi (Siswantoro, 2010: 72). Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Judul Buku
: Pengakuan Eks Parasit Lajang
Pengarang
: Ayu Utami
Penerbit
: KPG ( Kepustakaan Populer Gramedia)
Tahun Terbit
: Februari 2013
Jumlah Halaman
: 306
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2010: 224). Teknik yang digunakan adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
1. Teknik baca Peneliti membaca keseluruhan isi cerita novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. 2. Teknik catat Peneliti mencatat hal-hal penting berkaitan dengan unsur alur dan pengaluran yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. E. Instrumen Penelitian Instrumen berarti alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data. Selama ini yang dikenal umum adalah test, interview, observasi, atau angket. Tetapi di dalam penelitian sastra instrumennya adalah peneliti itu sendiri. Posisi peneliti sebagai instrumen terkait dengan ciri penelitian sastra yang berorientasi kepada teks, bukan kepada sekelompok individu yang menerima perlakuan tertentu (treatment). Data diperoleh secara alamiah dari teks berdasar parameter atau kriteria tertentu (Siswantoro, 2010: 73). F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan peneliti diantaranya peneliti membaca novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami kemudian dilanjutkan mencatat unsur alur novel. Peneliti mendeskripsikan unsur alur dan pengaluran dan dikaitkan dengan hal-hal yang mendukung terbentuknya alur tersebut menggunakan metode kontekstual yang kemudian dihubungkan ke dalam pembelajaran sastra di SMA. Terakhir, peneliti menyusun laporan akhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami terdiri dari tiga bab. Data yang akan dianalisis berupa kutipan kalimat yang terdapat pada novel tersebut. Peneliti akan menganalisis unsur alur dan pengaluran yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, kemudian akan mengimplementasikan bab satu dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Alasan peneliti memilih pembelajaran sastra dengan pendekatan kontekstual adalah metode ini dapat membuat siswa berpikir kritis dalam mengikuti pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Pembelajaran sastra dengan pendekatan kontekstual dimaksudkan untuk memperkenalkan nilainilai yang dikandung karya sastra kepada siswa yang nantinya siswa mampu menghayati pengalaman-pengalaman yang disajikan. B. Hasil Penelitian Langkah-langkah pendekatan kontekstual untuk menganalisis unsur alur dan pengaluran dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami sebagai berikut. 1. Membuat sinopsis novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami Siswa membuat sinopsis cerita novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Tujuan dibuatnya sinopsis agar memudahkan dalam
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
mengetahui isi dari bacaaan. Berikut ini sinopsis novel Pengakuan Eks Parasit Lajang. Saat masih anak-anak A tinggal di kota hujan. Ayah yang bekerja sebagai seorang jaksa memiliki karakter galak, berbeda dengan ibunya yang lemah lembut. A memiliki dua bibi, sebut saja Bibi kurus dan Bibi gendut. Kedua bibi A telah mengadu domba ayah dan ibunya. Mereka mengatakan kepada ayahnya bahwa sebenarnya ibunya selingkuh. Perselingkuhan terjadi saat sang ayah mendapatkan tugas keluar kota. Ayahnya murka. Ibunya menangis. A melihat bahwa kedua bibinya menjadi jahat karena mereka iri. Mereka belum menikah juga. Pada usia kedua puluh, A berkeinginan
untuk melepaskan
keperawanannya. A tidak menyukai budaya Patriarki di Indonesia. Keperawanan kemudian menjadi hal yang sangat diagungkan. Wanita yang sudah tidak perawan dirasa tidak terhormat lagi. Vagina menjadi hal yang begitu sensitif. Masalah muncul kepada siapa A akan melepaskan keperawanannya. A memiliki dua pacar. Mat, laki-laki yang suka mengapelinya dengan mobil. Nik, laki-laki sederhana yang suka bepergian menaiki sepeda motor. A harus memilih salah satu dari mereka. Pilihan A jatuh kepada Nik. Hubungan mereka hanya bertahan kurang lebih selama setahun. A pun sempat menjadi wanita simpanan pria beristri. Hingga kemudian A bertemu dengan Rik yang kini menjadi pendamping hidupnya. Bukan berarti A dapat setia dengan pasangannya, A juga mengkhianati Rik. A tidak bisa setia dengan laki-laki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
Keinginannya untuk tidak menikah pada saat kanak-kanak sudah tidak berlaku lagi. A dewasa mantap memutuskan untuk menikah. A yang dulu hidup melawan nilai-nilai adat, agama, dan hukum Patriarkal kemudian menemukan kedamaian di dalam gereja. Namun disaat dirinya mulai menemukan hidup baru, Nik meninggal. 2. Menganalisis unsur alur novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami Siswa menganalisis unsur alur sesuai dengan rancangan kegiatan pembelajaran yang sudah disiapkan. Alur akan merangsang munculnya pertanyaan di pikiran pembaca, “Apa yang akan terjadi selanjutnya? Bagaimana ending cerita itu?” Siswa menganalisis unsur alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami menggunakan penahapan alur yang dikemukakan oleh Sudjiman (1992: 30–36)
yang meliputi bagian awal,
tengah, dan akhir. Bagian awal meliputi paparan, rangsangan, gawatan. Bagian tengah meliputi tikaian, rumitan, klimaks. Bagian akhir meliputi leraian dan selesaian. Untuk mempermudah, peneliti menganalisis alur dalam beberapa bagian, sesuai dengan jumlah bagian dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. a.
Bab Satu Alur yang menonjol dalam bab satu novel Pengakuan Eks Parasit Lajang adalah paparan, rangsangan dan gawatan (tahap awal), tikaian, rumitan dan klimaks (tahap tengah).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
1) Paparan Siswa mulai menentukan paparan yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang. Paparan biasanya merupakan fungsi awal suatu cerita. Tentu saja bukan informasi selengkapnya yang diberikan, melainkan keterangan sekadarnya untuk memudahkan pembaca mengikuti kisahan selanjutnya (Sudjiman, 1991: 32). Cerita bermula dari tokoh A yang sedang bercermin. Ia menyadari perubahan pada bentuk tubuhnya dari masa kanak-kanak menjadi wanita dewasa. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. (1) Bayangkanlah aku. A namaku, gadis duapuluh tahun. Aku memandang ke dalam cermin. Sesungguhnya aku terlambat tumbuh menjadi wanita. Terlalu lama aku menjadi anak-anak (Utami, 2013: 7). Kemudian A mulai menyukai bagian-bagian tubuhnya. Ia sadar betul setiap orang tidak sempurna secara fisik. Kekurangan yang dimilikinya tidak lantas membuat dirinya minder. A menutupi kekurangannya dengan berdandan, sedangkan kelebihan yang Ia miliki mampu menarik perhatian lawan jenisnya. Hal tersebut dibuktikan dalam kutipan berikut. (2) Baru sekarang kubiarkan rambutku berbentuk, sedikit melebihi bahu. Aku mulai memperhatikan kelebihan dan kekurangan wajahku. Aku mulai menggambar garis mata dan alisku. Aku mulai menatapi tubuhku dalam takjub. Baru sekarang aku menyukai lekuk pinggangku, atau menyenangi buahdadaku−sambil berharap bahwa keduanya masih bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
tumbuh lebih besar. (Itu, kau tahu, tak mungkin. Kecuali jika seluruh bagian lain ikut bertambah besar juga.) (Utami, 2013: 7) (3) Sudah lama aku tahu dalam teori bahwa lelaki menyenangi tubuh demikian. Sebentuk tubuh dengan lekuk, seperti gitar. Ceruk kecil yang lembab di pusatnya, serta sepasang kesuburan yang akan menyihir mereka dalam pengalaman indah menghisap di masa kanak. Aku tahu. Tapi, pengetahuan bahwa aku kini memiliki tubuh itu menciptakan rasa ganjil. Ya, kini; sebelumnya tidak demikian. Tubuh yang baru ada padamu kini akan membangkitkan hasrat lelaki. Mengetahui itu sungguh aneh. Sekaligus menyenangkan. Semakin kau memikirkannya, semakin kau tak faham (Utami, 2013: 8). Kutipan selanjutnya
menceritakan tentang pengarang yang
menggambarkan bagaimana manusia jatuh dalam dosa. Pengandaian itu gambaran dari niatan A untuk melepas keperawanannya. (4) Setelah kau mencicipi buah dari Pohon Pengetahuan, kau memang harus pergi dari taman surgawi itu. Sekalipun tidak ada malikat yang mengusirmu, selain dirimu sendiri. Persisnya demikian: Setelah kau mengalami rasa pengetahuan... ya, rasa yang menakjubkan itu, rasa yang sekaligus membuatmu makhluk fana... taman itu akan lenyap dengan sendirinya bagimu, seperti istana pasir yang perlahan ditiup angin (Utami, 2013: 10). Pengarang tidak lupa menyisipkan butir-butir yang memancing pembacanya untuk mengikuti kisah selanjutnya. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. (5) Begitulah, sekali lagi, aku telah memutuskan untuk menutup masa perawanku. Tapi siapa lelaki itu? (Utami, 2013: 11). (6) Aku melangkah keluar taman surgawi. Kututupkan daun-daun gerbangnya yang sunyi. Lalu, ketika aku telah berada di luar, aku berpikir-pikir. Sesungguhnya aku tidak punya gambaran yang nyata tentang lelaki yang kuinginkan. Aku tidak punya kriteria. Aku tidak punya kesadaran apapun mengenai lelaki ideal (Utami, 2013: 11).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
Kutipan diatas membuat kita bertanya-tanya, siapa laki-laki yang dipilih oleh A. 2) Rangsangan Kegiatan selanjutnya adalah siswa menemukan rangasangan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Rangsangan sering ditimbulkan oleh masuknya seorang tokoh baru yang berlaku sebagai katalisator. Rangsangan dapat pula ditimbulkan oleh hal lain, misalnya oleh datangnya berita yang merusak keadaan yang semula terasa laras. Tak ada patokan tentang panjang paparan, kapan disusul oleh rangsangan, dan berapa lama sesudah itu sampai gawatan (Sudjiman 1992: 32). Rangsangan yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami adalah ketika A memulai aktivitas pertamanya menjadi mahasiswa Universitas Indonesia. A anak Fakultas Sastra. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. (7) Namanya Nik. Ia adalah manusia pertama yang aku kenal di Taman Firdaus buatan. Kampus Universitas Indonesia, Depok. Itu adalah tahun ketika kampus UI mulai dipindahkan dari bangunan perkotaan Jakarta yang berpencaran ke sebuah taman berhektar-hektar di pinggir kota. Ketika itu Depok masih sepi dan tenang. Jalan baru menuju ke sana masih putih dan berkapur, seolah-olah untuk mencapai Firdaus itu kau harus melalui gurun gamping berdebu. Di tengah taman ada bukan pohon pengetahuan melainkan danau. Kampus-kampus di sebelah utara memiliki jalan setapak menuju danau itu. Di antaranya adalah Fakultas Sastra dan Fakultas Teknik, dua kampus yang penting dalam hidupku (Utami, 2013: 12).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
Kutipan di bawah ini menceritakan tentang bagaimana A tertarik dengan Nik. A memuji ketampanan yang dimiliki oleh Nik. Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut. (8) Nik memiliki senyum yang sangat bagus. Bibirnya segar kemerahanan. Bulu-bulu kumisnya masih begitu halus dan perawan, tetapi alisnya tegas. Giginya berbaris rapi alami, kecil baik, pada rahangnya yang kekar. Kelak aku tahu gigi seri bawahnya bukan empat melinkan lima. Ia tampan. Kelak aku tahu bahwa Ia pun mengenang aku sebagai gadis cantik dalam gaun biru dengan bibir merah segar (Utami, 2013: 13). Kutipan di bawah ini menceritakan kekecewaan yang dirasakan A. Nik pergi meninggalkannya begitu saja karena melihat perbedaan keyakinan di antara mereka. Disaat A mulai melupakan Nik, muncullah Mat. Mat tidak mempersoalkan perbedaan keyakinan. Sejak pertemuan pertama kali, Mat selalu menemani A. (9) Bangku di sebelahku tidak lama kosong. Pada hari yang sama, seseorang telah mengisinya. Namanya Mat. Bukan Matius, melainkan matahari. Bukan nama baptis; Mat datang dari keluarga Islam juga. Tapi dia jauh lebih rileks. Ia tak peduli kalung salib. Ia adalah ketua grup penataran kami. Ia sedikit lebih tinggi dari Nik dan agak gemuk. Pipinya menunjukkan bekas jerawat, ia punya tawa yang lepas, ia jauh lebih terbuka dan terang-terangan. Sejak hari itu Mat nyaris selalu mengiringi aku, juga di saat-saat istirahat (Utami, 2013: 14). Setelah bertemu dengan Mat, A sudah merasa siap untuk melepas keperawanannya. A sempat berpikir bahwa dia akan melakukan persetubuhan yang pertama kali dengan Mat. (10) Maka tibalah masa itu. Umurku memasuki tahun keduapuluh. Aku telah siap untuk menutup masa perawanku. Aku telah berani untuk mengalami persetubuhan yang sesungguhnya. Aku pikir pada akhirnya aku akan melakukannya dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
Mat. Aku sayang dan senang padanya. Tapi... (Utami, 2013: 18) 3) Gawatan Siswa diminta menemukan gawatan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Tidak ada patokan tentang panjang paparan, kapan disusul oleh manusia pribadi yang biasanya menjadi protagonis dalam cerita (Sudjiman, 1991: 34–35) . A
memiliki
dua
pacar.
Dia
selalu
dihantui
perasaan
ketidakpantasan mencintai dua pria sekaligus. Nik tahu bahwa ia mempunyai saingan, tetapi Mat tidak tahu bahwa dia mempunyai musuh. A harus memilih salah satu agar tidak ada hati yang tersakiti. A juga tidak mau dihantui rasa bersalah. (11) Tapi pertanyaan tentang ketidakadilan hidup yang menghantui itu juga terlalu jauh untuk dijawab, sementara persoalanku sekarang begitu nyata dan mendesak: aku punya pacar dua dan aku harus memutuskan salah satu. Siapa yang harus kupilih? Jawabannya sebetulnya sudah jelas. Tapi, kenapa aku memilih dia? Bagaimana mempertanggungjawabkan pilihan itu? Pertanyaan ini sulit, sebab memaksa aku membuat perhitungan yang menyedihkan tentang manusia. Dalam hati kecilku aku tahu bahwa manusia tidak pantas diterapkan dalam skala nilai. Manusia tidak akan bahagia dibegitukan. Skala penilaian akan menghasilkan manusia super dan manusia pecundang. Dan itu sangat menyedihkan (Utami, 2013: 21). A memiliki sahabat, namanya Tri. A menceritakan apapun termasuk tetang kedua pacarnya, Nik dan Mat. Tri sangat memahami sifat A. Hanya pada Tri, A berani menceritakan apapun yang dialaminya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
(12) Aku punya sahabat. Tri namanya, temanku sejak umur dua belas tahun. Kami pernah jatuh cinta pada lelaki yang sama di SMP. Tak satu pun diantara kami berdua mendapatkan lelaki itu. Selepas SMP pemuda itu menghamili anak orang. Aku dan Tri diam-diam merasa lega bahwa kami yang tomboy ini tidak menarik hatinya sehingga tak menjadi hamil. Peristiwa itu menambah erat hubunganku dengan Tri. Lebih-lebih lagi, aku juga pernah cinta monyet dengan anak yang dulunya adalah pacar Tri di SD. Berbagi ketertarikan yang sama, aku percaya bahwa Tri memahami kecenderungankecenderunganku, yang paling konyol sekalipun. Hanya padanya aku berani cerita tentang si pecinta alam celana rombeng yang bagaimanapun sempat membangkitkan gairahku (Utami, 2013: 24). A memutuskan hubungannya dengan Mat. A memberikan alasan yang rasional tetapi Mat tidak menerimanya. Kemudian Mat bercerita kepada Tri, sahabat A. Tri mendengarkan secara langsung keluh kesah A dan sekarang dia mendengarkan lagi keluh kesah Mat. Sampai akhirnya Mat menerima dengan lapang dada bahwa A sudah memiliki Nik. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut. (13) Di tengah kegalauannya, Mat pun mengadu pada sahabatku, Tri. Tri mendengarkan entah dengan perasaan apa. Mat curhat sampai akhirnya ia menemukan bahwa aku memang sudah punya pacar baru, Nik, yang sedang menikmati kemenangan yang apa-boleh-buat. Tapi Nik tidak tahu−tak seorangpun tahu−bahwa bertahun-tahun kemudian akan tiba gilirannya curhat pada Tri dengan air mata bercucuran. Dan Tri... dengan demikian sesungguhnya ia kecipratan sebagai ampas yang aku tak mampu bersihkan dari perbuatanperbuatanku (Utami, 2013: 28). 4) Tikaian Siswa menemukan tikaian yang terdapat pada bab satu novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
Tikaian ialah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua kekuatan
yang
bertentangan;
satu
di
antaranya
diwakili
oleh
manusia/pribadi yang biasanya menjadi protagonis di dalam cerita. Tikaian merupakan pertentangan antara dirinya dengan kekuatan alam dengan masyarakat, orang atau tokoh lain, atau pun pertentangan antara dua unsur di dalam diri satu tokoh itu (Sudjiman, 1991: 34–35). Pertikaian terjadi ketika Nik berbicara dengan A tentang kesediannya untuk mengatakan bahwa A memilih dirinya kepada Mat. Nik begitu mencintai dirinya. Nik tak mau berbagi dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut. (14) Nik belum pernah disentuh perempuan. Dengan pengalaman barunya, tentu ia segera ingin memiliki aku seorang diri. Ia tak mau lagi berbagi dengan Mat. Dengan baik-baik ia bilang padaku, apakah aku membutuhkan dia untuk mengatakan ini pada Mat. Apakah aku memerlukan dia untuk menghadapi Mat dan memberitahu bahwa aku telah memilih dia (Utami, 2013: 25). A memberanikan diri untuk bicara dengan Mat. Hubungan mereka tidak bisa dilanjutkan. Mat terkejut dan bertanya-tanya alasan A memutuskannya. Padahal Mat merasa bahwa hubungannya selama ini baik-baik saja. A beralasan bahwa Mat tidak bisa diandalkan. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut. (15) Kujawab Nik, “Biar aku yang bicara dengan Mat.” Akhirnya aku bicara dengan Mat, dengan alasan yang tak bisa kulupakan seumur hidupku. Kubilang padanya aku mau hubungan ini berakhir. Tentu ia terkejut dan bertanya kenapa. Sebab ia sangat senang dengan hubungan ini dan tidak merasa ada persoalan sama sekali. Bahkan ibu dan kakakkakaknya senang juga padaku. Itulah. Kubilang ada masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
Ternyata ada masalah. Sebab ia malas. Prestasi akademiknya kurang. Indeks prestasinya di bawah angkaku. Kredit yang ia ambil per semester kurang dari yang kuambil. Bahkan aku sampai harus ikut membuatkan tugas kuliahnya. Lalu aku mengatakan hal yang aku malu bahwa aku sampai hati mengatakannya: Lelaki tidak boleh begitu. Lelaki kan akan jadi kepala keluarga. Dia akan jadi pemimpin. Dia harus lebih dari perempuan (Utami, 2013: 26). Mat menyayangkan alasan A memutuskan hubungan dengannya. Dia tidak terima. Sebelum mereka resmi menjadi kekasih, tidak ada perjanjian khusus yang mereka buat. Tidak ada larangan harus begini begitu. Semua berjalan begitu saja. A yakin bahwa alasan yang dikatakannya sudah tepat. Alasan yang menurutnya tidak menyakiti hati Mat dengan sudah adanya orang lain dihatinya. Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut. (16) Mat memandangi aku dengan tidak percaya. Aku tak bisa melupakan matanya. Soal indeks prestasi itu kan tidak ada dalam perjanjian di awal hubungan? Dulu tidak jadi masalah, kok sekarang tiba-tiba jadi masalah? Ia tidak mengatakannya, tetapi aku merasa matanya berkata begitu (Utami, 2013: 27). (17) Tapi aku merasa harus memberi alasan yang rasional untuk mengakhiri hubungan. Atau tampak rasional. Masa aku memutuskan Mat dengan bilang karena sekarang ada Nik? Dan aku memang tidak mau mengaku bahwa sudah ada Nik. Yang kulakukan sesungguhnya membikin rasionalisasi untuk bisa memuluskan jalan bagi Nik. Ya, aku mencari-cari pembenaran yang tampak masuk akal untuk melancarkan kehendak dan nafsuku sendiri, meskipun pada saat itu aku belum mau mengakuinya. Aku membikin alasan agar ia gugur dan Nik menempati tempat yang syarat-syaratnya memang kusiapkan untuk dia (Utami, 2013: 27). 5) Rumitan Siswa diminta menemukan rumitan yang terdapat pada bab satu novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
Perkembangan dari gejala mula tikaian menuju ke klimaks cerita disebut rumitan (Sudjiman, 1992: 35). Di dalam cerita rekaan rumitan sangat penting. Tanpa rumitan yang memadai tikaian akan lamban. Rumitan mempersiapkan pembaca untuk menerima seluruh dampak dari klimaks (Sudjiman, 1992: 35). Setelah memutuskan hubungannya dengan Mat, A menimbangnimbang kembali keputusannya untuk menyerahkan keperawanannya dengan Nik. A melihat gambaran tiap-tiap keluarga yang taat memeluk agamanya. Tidak ada yang membenarkan melakukan hubungan seksual di luar pernikahan. Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut. (18) Sementara ini, kini Nik adalah pacarku ketika usiaku duapuluh tahun dan aku merasa matang untuk menutup masa perawanku. Aku mau melakukannya dengan Nik, meskipun aku belum yakin betul dengan keputusanku. Sebab, sesungguhnya kami berdua datang dari keluarga yang taat agama. Melepaskan keperawanan sebelum pernikahan tidak pernah merupakan ajaran dalam keluarga kami (Utami, 2013: 30). Semasa kecil keduanya adalah anak yang religius. A selalu rajin pergi ke gereja dan membaca Alkitab. Nik tidak pernah lupa menjalankan salat lima waktu dan membaca Qur’an. Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut. (19) Nik maupun aku adalah adalah anak yang religius di masa bocah. Kami masing-masing punya ketertarikan pada agama lebih dibanding saudara-saudara kandung kami. Aku suka membaca Alkitab sejak kecil. Nik pernah menjuarai lomba Musabaqah Tilawatil Qur’an. Katanya orang mengagumi suara sengaunya yang bagus untuk melantunkan kitab suci. Pada suatu periode di masa remaja, aku ke gereja hampir setiap pagi. Nik tidak pernah melalaikan salat lima waktu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
Aku pernah ingin menjadi biarawati. Nik masih bercita-cita punya rumah di sebelah mesjid dan ia sangat rindu untuk membisikkan adzan di telinga bayinya begitu lahir (Utami, 2013: 30). Usia keduapuluh membuat A semakin ingin mencoba hal baru yang ia temukan dalam tubuhnya sebagai perempuan. A bertanya kesediaan Nik melakukan hubungan seksual dengannya. Tidak ada perasaan takut akan dosa ketika menanyakannya. Seperti kutipan berikut. (20) Dan usiaku duapuluh. Usia tatkala manusia baru saja memiliki tubuh mudanya dan penuh dorongan untuk mencoba tubuh yang baru itu. Aku bertanya, tidak dengan genit, kepada Nik: apakah ia mau melakukan itu sebelum menikah. Aku memang betul-betul ingin tahu pendapatnya secara umum, bukan mau mengajaknya sekarang. Untuk urusan itu tak perlu ajak-mengajak. Sebaliknya malah, jika kita tidak menahan diri hal itu pasti akan terjadi dengan sendirinya. Lagipula aku punya banyak waktu lain untuk genit. Dan tanpa genit pun aku tahu tubuh baruku ini menarik (Utami, 2013: 31). Namun A mendapati jawaban Nik menolak ajakannya. Nik tidak akan melakukan hubungan seksual sebelum menikah dan Nik sadar betul bahwa itu dosa. A dapat membaca keraguan yang ada pada diri Nik, Nik berkata tidak tetapi tubuhnya menginginkannya. Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut. (21) Nik menjawab dengan yakin: “Tidak akan.” Ia bilang dengan mantap, ia tidak akan bersetubuh sebelum menikah meskipun ia sangat suka perempuannya. Ia tidak mau berzinah. Itu dosa. Tapi beberapa saat kemudian aku melihat wajahnya menampakkan keraguan. Aku telah mulai tahu. Anak muda yang datang dari keluarga kelas menengah dengan nilai-nilai konservatif punya per tarungan batin yang kurang lebih sama. Nilai-nilai mereka melarang, tetapi tubuh mereka menginginkan (Utami, 2013: 31–32).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
Kutipan di bawah ini mengungkapkan bahwa perempuan yang terhormat adalah mereka yang mampu menjaga keutuhan selaput daranya sampai pernikahan nanti. A melihat bahwa hal tersebut tidak adil. Lakilaki hanya mau menerima perempuan yang masih perawan, kalaupun tidak hanya ada belas kasihan yang dapat menyelamatkan perempuan yang sudah tidak perawan. Kecuali laki-laki itu benar-benar menyukai pasangannya, menerima pasangannya apa adanya. (22) Pada masa itu perempuan masih hidup dengan ditakut takuti. Perempuan harus menjaga selaput daranya sampai malam pertama pernikahan. Seorang gadis yang tidak perawan layaklah dicampakkan oleh suaminya. Di televisi kulihat berita tentang penyanyi gendut FH yang menceraikan istrinya dengan alasan sudah tidak perawan lagi. Beberapa tahun kemudian pernah ku lihat da’i ganteng Aa G. Kiai muda ini sedang sangat tenar. Ia selalu memakai sorban dan jubah, tetapi bibirnya selalu sedikit terbuka menggemaskan. Kulihat di televisi ia berkhotbah di hadapan para remaja putri. Ia berkata, selaput dara ibarat segel dari Allah (Utami, 2013: 33). (23) Ibuku pernah berkata bahwa perempuan itu seperti porselin. Jika sudah pecah, jadi tidak berharga. Ia bilang begitu bukan dengan nada menggurui, tapi lebih dengan nada muram dan tak berdaya. Aku bilang padanya, “Tapi itu kan tidak adil, Ibu?” Ibu tidak bisa menjawab (Utami, 2013: 34). Hal
tersebut
yang
membuat
A
mantap
untuk
melepas
keperawanannya pada usia dupuluh tahun. A berpikir bahwa tidak ada jawaban letak keadilan dalam memuliakan dan menuntut keperawanan. Agama pun tidak mempermasalahkan hal itu. Agama hanya melarang persetubuhan di luar pernikahan. Jika dilakukan, manusia melakukan dosa. Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
(24) Kembali pada Agama. Agama hanya melarang persetubuhan di luar pernikahan. Apa yang salah dengan hal itu? Bukankah itu berlaku untuk pria maupun wanita? Dan bukankah baik bahwa seks berada dalam hubungan yang bertanggungjawab dan terbatas?(Utami, 2013: 36). (25) Jadi, kalau aku sudah tidak beragama lagi, kenapa pula aku harus percaya pada konsep perzinahan? Aku percaya bahwa seks itu harus bertanggungjawab, pada diri sendiri maupun pasangan. Jika ada dosa, itu bukan terhadap Tuhan, melainkan terhadap orang lain. Kita berdosa pada orang lain jika mengkhianati, menyakiti, atau mempermainkan mereka. Tapi, diam-diam aku masih percaya bahwa aborsi adalah dosa. Dosa pada orang lain, yaitu individu yang sudah terlanjur dibentuk dalam kandungan oleh perbuatan mainmainmu. Aku masih diam-diam percaya bahwa ada yang disebut dosa... (Utami, 2013: 36). 6) Klimaks Siswa diminta untuk menemukan klimaks yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Klimaks terjadi apabila rumitan mencapai puncak kehebatannya (Sudjiman, 1992: 35). Akhirnya, A memutuskan untuk melepas keperawanannya dengan Nik. A melalukannya dengan sadar dan ia sudah membangun tata moralnya sendiri. Berbeda dengan Nik, ia menggunakan sistem yang menguntungkan laki-laki. Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut. (26) Kini kami berhadap-hadapan. Aku dengan sistemku sendiri. Dia dengan sistem yang dicangkokkan dari luar. Tentu saja dia yang terguncang. Peristiwa itu terjadi. Persetubuhan yang pertama. Peristiwa itu selesai. Persetubuhan yang pertama (Utami, 2013: 37).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
Kutipan di bawah ini menceritakan tentang A yang sudah tidak perawan. Melakukan hubungan seks di luar nikah seperti narkoba. Sejak pertama kali melakukan persetubuhan dengan Nik, A melakukannya lagi. Nik takut apa yang sudah ia lakukan dengan A disebut zinah. Maka dari itu, Nik ingin segera menikahi A. Tidak mudah bagi mereka untuk menikah karena Nik dan A berbeda keyakinan. Nik meminta A untuk pindah agama. (27) Aku bukan lagi seorang perawan. Ini tahap baru dalam hidupku. Kami sedang berbaring-baring di ranjang seusai bercinta, ketika Nik tiba-tiba berkata, “Sayang, kamu harus pindah agama. Soalnya, aku harus mengawini kamu.” “Kenapa?” aku bertanya. Ia menjawab bersetubuh tanpa menikah adalah zinah. “Iya. Terus?” sahutku. “Zinah itu hukumnya berat sekali. Sekali zinah empatpuluh tahun di neraka. Coba, kita sudah berapa kali begini. Kita tidak bisa terus-terusan zinah. Berapa tahun nanti kita di neraka?” Lalu kami bercinta lagi. (Atau lalu kami berzinah lagi.) (Utami, 2013: 39–40). Nik meminta A agar segera pindah agama tidak hanya sekali. Nik terus membujuk A. Hal ini ada dalam kutipan berikut. (28) Setelah itu Nik kembali membujuk aku untuk pindah agama. Aku bertanya lagi, “Kenapa?” “Karena aku mau mengawini kamu.” A tidak menuruti permintaan Nik. Justru ia melihat ketidakadilan dalam masalah itu. Kalaupun Nik ingin menikahi dirinya kenapa ia yang harus pindah agama. A pindah agama supaya dinikahi Nik. Itu terdengar tidak adil (Utami, 2013: 40). (29) “Kenapa harus aku yang pindah agama? Kenapa bukan kamu saja yang pindah?” kataku. Meskipun ayah kami masuk agama ibu kami, sebetulnya aku tidak pernah ingin mengubah agama orang, apalagi orang yang aku cintai. Aku punya ideal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
untuk mencintai orang apa adanya. Cuma, ini tes soal keberimbangan aja. Ya, kalau ia merasa kami harus seagama, kenapa harus aku yang berubah? (Utami, 2013: 40). Nik merasa bahwa agamanya lebih benar. Setelah apa yang mereka lakukan, Nik merasa bahwa tindakan A yang tidak benar. Nik patut menuntun A ke jalan yang benar. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. (30) Setelah itu, Nik berkata lagi bahwa, menurut guru agamanya, karena diciptakan dari rusuk lelaki, perempuan cenderung bengkok. Maka ia harus diluruskan oleh lelaki (Utami, 2013: 41). A masih tidak percaya dan kecewa terhadap apa yang dikatakan Nik kepadanya. A tidak menyukai ajaran agama yang menyatakan perempuan sebagai nomor dua. A melawan nilai-nilai adat dan agama. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut. (31) Tafsir yang sama persis pernah aku baca dikatakan oleh para Bapa Gereja dari abad-abad awal. Jauh sebelum abad keenam. Persis itulah yang aku benci dari agama: sikap pemukanya yang merendahkan perempuan. Perempuan dianggap makhluk kelas dua dibanding lelaki. Itulah salah satu penyebab utama aku meninggalkan agama. Itulah penyebab aku mencopot kalung salibku (Utami, 2013: 41). A merasakan ketidakadilan lagi dalam hubungannya dengan Nik. Nik pernah memintanya jika nanti mereka sudah menikah, A harus memanggil Nik dengan “Mas”. Padahal dari segi usia, Nik lebih muda dibanding dirinya. Tradisi orang Jawa mengenalkan sapaan (kata ganti orang) mas untuk laki-laki, dan mbak untuk perempuan. Mas biasa digunakan sebagai sapaan untuk laki-laki yang dianggap lebih tua. Sapaan tersebut juga sebagai bentuk hormat untuk laki-laki, tanpa memandang usia. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
Lama kelamaan terjadi pergulatan batin pada diri A. Kebiasaan melakukan hubungan seks bersama Nik membuat dirinya meninggalkan gereja. A sudah melakukan dosa. Ia merasa kotor. Ia tidak pantas berada dalam lingkungan gereja. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut. (32) Dalam sistem Katolik zinah juga merupakan dosa berat. Memang tidak ada lagi hukuman fisik untuk itu. Hanya saja, orang yang berdosa berat tidak pantas menerima apa yang disebut Sakramen Mahakudus−yang berupa roti bulat tipis yang besarnya seperti manisa lobi-lobi buatan Cina tapi warnanya putih dan rasanya hambar mirip wafer bulat pengapit gula-gula arumanis−yang dinamakan juga sebagai hosti. Pendeknya, rasa hosti itu mirip simping, tapi hanya orang Jawa kampung yang tahu kue ini. Setelah upacara persembahan dalam Misa, hosti itu berubah menjadi tubuh Kristus sendiri. Jadi, kita tidak boleh sembarangan menerimanya. Bagaikan menyambut tubuh kekasih, kita tidak boleh dalam keadaan kotor. Kita harus melakukan pemeriksaan batin dan ibadat tobat yang serius dulu. Dan kalau kau punya dosa besar, kau harus melalukan pengakuan dosa (Utami, 2013: 45). Hubungan mereka selalu dipenuhi oleh perbedaan pendapat. Pada kutipan (33) Nik tipe orang tidak gampang patah semangat. Dalam hal pekerjaan Nik terlihat pemilih. Ia tidak mau bekerja jika atasannya seorang wanita. Nik bersitegas bahwa laki-laki sudah memiliki kodrat sebagai pemimpin. (33) “Aku tidak mau kerja di bawah atasan wanita,” katanya. “Aku tak mau punya bos perempuan.” “Kenapa?” tanyaku heran. Dia mengangkat bahu sambil menggelengkan kepala. “Tidak bisa. Aku tidak bisa dipimpin perempuan. Aku tidak bisa jadi bawahannya cewek. Tidak bisa saja...”(Utami, 2013: 51).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
Kutipan di bawah ini menceritakan tentang kemarahan A saat Nik meminta untuk dibelikan sebatang cokelat padanya. A merasa Nik tidak pantas melakukan tindakan itu karena untuk hal-hal yang melibatkan uang, lelaki hanya diperbolehkan untuk memberi tidak meminta. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut. (34) Aku kesal kalau aku harus mengatakan kenapa aku marah. Seharusnya ia kan tahu sendiri. Tapi ai tidak tahu. Maka, akhirnya, dengan sangat jengkel kubilang, “Masa kamu minta beliin coklat sama aku? Gak pantas laki-laki minta dibeliin sama perempuan!” Ia masih tidak mengerti. “Masa aku ga boleh sekali-kali kepingin coklat?” katanya heran. “Kepingin sih boleh saja. Tapi jangan minta. Beli aja sendiri. Gak pantas cowok minta sama cewek. Cowok itu kan akan jadi kepala keluarga. Dia yang harusnya beliin ini-itu buat cewek.” (Utami, 2013: 52). A juga mulai bersikap kritis terhadap segala permasalahan yang berkaitan dengan ketidakadilan dan nilai-nilai yang diterapkan oleh agama. Terlebih A sering dihadapkan dengan adat istiadat yang bertentangan dengan sistem yang dibangunnya sendiri. Nilai adat istiadat tersebut dirasa tidak adil untuk diterapkan. Hal tersebut dapat dibuktikan pada kutipan berikut. (35) Aku selalu merasa ada yang tidak adil setiap kali manusia diterapkan dalam skala nilai kesempurnaan. Itu menempatkan manusia dalam hirarki kesempurnaan. Membayang sebuah kontes dimana manusia dinilai akumulatif baik penampilan fisik, perilaku, maupun intelektualitasnya akan menghasilkan pemenang−mereka yang mendekati sempurna: rupawan, pintar, cerdas, elegan, dan barangkali juga berbudi−serta manusia pecundang−mereka yang buruk rupa, tolol, cacat, tidak terpelajar, kikuk dan barangkali juga pendengki. Dalam hidupku aku memang bertemu manusia-manusia yang begitu kontras. Ada yang sudah keren, pintar, kaya, berbakat, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
baik pula. Ada yang sudah jelek, miskin, bodoh, pengkor, pece, iri hati, dan jahat pula. Betapa tak adil dunia. Dan, betapa mengerikan bahwa manusia masih membikin kompetetisi untuk merayakan ketidakadilan itu. Hirarki kesempurnaan (Utami, 2013: 60). Muncul permasalahan besar dalam hidup A. Perjuangan A yang menuntut keadilan perlakuan antara laki-laki dan perempuan justru menjadikannya pribadi yang jahat. A melanggar sumpahnya. A berselingkuh dengan suami orang. Ia mengkhianati Nik yang mengasihinya dengan tulus. Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut. (36) Aku mulai merindukan Dan. Perlahan tapi pasti aku jatuh cinta padanya. Aku tidak ingin memanjang-manjangkan cerita romantis, atau meromantisir drama di bagian ini. Pendek kata, dalam tahun kedua persahabatan kami yag intim itu, akhirnya kami bercinta. Dialah satu-satunya pria yang dengannya aku bersetubuh setelah menyayanginya. Dengan semua lelaki lain, rasa sayang itu baru datang belakangan, setelah kami sering bersetubuh. Tapi, itu juga pertama kalinya aku bercinta dengan suami orang. Itu merupakan titik perubahan besar dalam hidupku... (Utami, 2013: 72). A yang menyayangi kekasihnya bernama Dan tidak menyetujui poligami. Poligami hanya akan menyakiti hati perempuan, makhluk yang lemah. Dia tidak ingin menyakiti sesamanya. (37) “Maksudnya?” tanyaku. Sungguh mati, waktu itu aku belum pernah bertemu orang yang secara terang-terangan mendukung poligami. Aku masih muda dan tidak berpengalaman. Agaknya dialah orang pertama yang kukenal. Aku tak suka jawabannya. Aku merasa ada yang tidak adil dalam pikirannya. Kubilang padanya, “Tuhan kan sangat kuat. Sakit hatinya tak akan seberapa. Tapi kalau kamu menikah lagi, istri kamu yang kamu sakiti secara sah.” Kalau aku, aku lebih memilih menyakiti hati pihak yang kuat daripada menyakitti pihak yang lemah. Jika aku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
melukai yang lemah, itu berarti aku sewenang-wenang (Utami, 2013: 77). Sebelum berselingkuh, A pernah membayangkan pernikahannya dengan Nik, kekasihnya. A tidak menyenangi rangkaian upacara adat Jawa dan upacara agama. Menurutnya, budaya patriarki masih melekat dengan masyarakat Indonesia terutama pada pernikahan adat Jawa. Budaya ini meletakkan laki-laki memiliki posisi dan kekuasaan yang lebih dominan dibandingkan dengan perempuan. Perempuan masih dipandang sebagai pribadi yang lemah. Perempuan harus hormat dan tunduk pada laki-laki. A kemudian berpikir ulang keputusannya untuk menikah. Hal ini terdapat pada kutipan berikut. (38) Aku pernah memikirkan pernikahanku dengan Nik. Seperti apa pesta perkawinan kami nanti? Aku tak suka upacara Jawa Kakak pertamaku menjalani seremoni adat secara penuh. Mulai dari pertunangan, pingitan simbolis, serah-serahan, siraman, dan lain-lain. Aku tidak suka prosesi itu. Terutama pada bagian di mana pengantin perempuan membasuh kaki suaminya.Itu tanda bakti dan melayani. Tak ada yang salah dengan berbakti dan melayani.Tapi jika itu tidak dilakukan secara setara, buatku itu tidak benar. Ada yang salah di sana. Jika hanya perempuan yang membasuh kaki lelaki, dan tidak sebaliknya juga, maka aku tidak bisa menerimanya. Jadi, aku suka masygul membayangkan harus mencuci kaki Nik. Kenapa pula aku harus mencuci kakinya di depan umum dengan wajah cemong? (Utami, 2013: 75) A merasakan ketidakadilan dengan adat istiadat seperti yang dipaparkan di bawah ini. Contoh tersebut menjadi beban bagi dirinya terhadap apa yang harus ia lakukan harus sama dengan apa yang dilakukan oleh perempuan lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
(39) Aku tak mau pindah agama. Tapi aku rela menikah di Kantor Urusan Agama−seperti yang dilakukan kakakku yang lain. Aku bisa saja mengalah dengan kawin di KUA tanpa harus jadi beriman. Tapi aku juga tidak suka perkawinan cara itu. Selain janji diucapkan di antara pihak lelaki saja−antara calon suami dan ayah saja−pengantin perempuan juga mencium tangan suaminya. Kenapa aku harus mencium tangannya di depan umum dan dia tidak mencium tanganku? (Utami, 2013: 76) Kasus tersebut memberikan dampak perbedaan kelas antara lakilaki dan perempuan. Ruang gerak wanita menjadi sempit. Wanita mendapatkan perlakuan yang tidak adil dalam hal perlakuan dan pekerjaan. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut. (40) Perempuan kurang suka pria yang tak punya bagasi lebih. Maka, kita kembali pada persoalan kelas. Kita bertemu lagi dengan nilai-nilai yang menempatkan lelaki lebih dari perempuan. Akibatnya, perempuan mencari lelaki dari kelas yang setidaknya sama atau lebih rendah darinya. Tentu ada pengecualian disana-sini. Tapi, yang terjadi di kantor A adalah pola umum (Utami, 2013: 75). Suatu ketika ayah A mengetahui bahwa Nik yang sedang bertamu dirumahnya tidur sekamar dengan A. Terlihat jelas bahwa si ayah tidak menyukai tindakan yang dilakukan anaknya dengan Nik. Ajaran agama dan tentunya adat di Indonesia memang tidak memperbolehkan pasangan tinggal bersama sebelum menikah walaupun mereka berniat untuk menikah. Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut. (41) Suatu subuh, Nik pacarnya keluar dari kamarnya untuk mandi keramas sebelum sembahyang. Dalam perjalanan menuju kamar mandi, pemuda itu bertemu dengan ayah A yang sedang berada di rumah. “Pagi Om,” kata Nik dengan sopan. Ayah A mengangguk dan manggut-manggut (Utami, 2013: 188).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
Ayah A marah besar. Keesokan harinya A diniterogasi oleh ayahnya. Baginya, laki-laki menginap di rumah perempuan dan berbagi ranjang merupakan perbuatan sundal. Pengertian sundal disini adalah kelakuan buruk seperti layaknya pelacur. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut. (42) “Jadi kamu sudah tidur dengan Nik?” tahnya sang ayah. A menjawab iya. Ayahnya mencela perbuatan itu, dengan nada datar, sebagai perbuatan sundal. “Kalau kamu mau berbuat begitu terus, silahkan pergi dari rumah ini.” (Utami, 2013: 188) b. Bab Dua Alur yang menonjol dalam bab dua novel Pengakuan Eks Parasit Lajang adalah leraian (tahap akhir). Siswa diminta untuk menemukan leraian yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Leraian
adalah
bagian
struktur
alur
sesudah
klimaks
yang
menunjukkan perkembangan ke peristiwa ke arah selesaian (Sudjiman, 1992: 35). Leraian yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami terjadi saat A mengingat kembali ingatan masa kecilnya. A lahir di Bogor. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut. (43) Aku lahir pada suatu musim hujan. Di kota hujan. Kota itu terletak di kaki gunung sekitar delapanpuluh kilometer dari laut, persis pada sebuah jarak yang pas bagi uap air untuk mencurah. Embun dan kabut masih hidup di sana (Utami, 2013: 87).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
A mulai mendeskripsikan seperti apa rumah yang ia tinggali sewaktu kecil. Rumah A terdiri dari bangunan utama dan paviliun. Rumah itu yang membentuk dunia pertamanya. A tumbuh besar di rumah itu. (44) Rumah itu terdiri dari bangunan utama dan sebuah paviliun. Bagian utama terbuat dari dinding yang kokoh. Pintu dan jendelanya jangkung, berdaun dua, dengan kisi-kisi. Langitlangitnya tinggi. Lubang angin tampak begitu jauh di atas, gerbang bagi cicak dan burung kecil untuk menyusup. Rumah itu menghadap ke timur. Beranda depannya mendapat curah sinar pagi. Perdu berbunga ungu dan putih, yang sarinya manis, di tanam disekeliling. Aku suka menghisap sari bunga itu, yang selalu matang oleh matahari. Aku sangat senang cahaya jam sepuluh pagi. Hangat yang disukai kucing dan kadal untuk berjemur. Di bangunan utama itulah aku, Ibu, empat kakakku, dan Ayah tinggal (Utami, 2013: 93). (45) Sedangkan paviliun menempati pojok baratlaut. Lembab dan sangat sedikit terbasuh matahari. Paviliun itu semula adalah garasi, yang direnovasi. Tembok pagar dekat paviliun ditumbuhi lumut yang tebal. Suatu kali pernah ku lihat kawanan cacing berduyun-duyun merayap di sana. Kekuningan dan berlendir seperti darah setan. Lebih menakutkan lagi, di ujung tembok yang sama ada pohon daun kedondong yang dihuni bekicot (Utami, 2013: 94). A sangat dekat dengan keluarganya. Sosok Ibu sangat berpengaruh dalam hidupnya. Ibu merupakan sumber kebahagian bagi A. Sewaktu kecil, A tidak bisa jauh dari ibunya. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut. (46) Perkenalkan ibuku. Ia cantik dan bersahaja, matanya teduh, dan ia tak pernah kekurangan atau kelebihan berat badan. Ibuku adalah sumber kebahagiaanku. Kalau ia tidak kelihatan barang lima menit saja, aku akan menangis. Kalau ia pergi belanja tanpa membawaku, aku akan duduk di pagar jembatan di tepi hutan menunggu ia kembali. Kalau ia terlalu lama, aku mulai menitikkan air mata, di sana, di tepi hutan. Di hutan itu tumbuh pohon bumi yang buahnya disukai setan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
Sewaktu kecil A sangat penakut. A mengingat kembali apa yang dikatakan ibunya ketika ia merasa ketakutan. Pesan itu terekam jelas di kepalanya. (47) ”Kalau kau takut sesuatu, maka sesuatu itu harus diperjelas,” kata Ibu. “Kalau kamu takut sesuatu, maka sesuatu itu harus dihadapi.” Itu sebetulnya adalah pelajaran sangat penting bagiku. Tapi aku lebih dikuasai oleh dongeng sepasang bibiku (Utami, 2013: 100). Ayah dan ibu A memiliki sifat yang berbeda. Ayahnya keras dan tegas sedangkan ibunya lemah lembut. Curahan cinta dari kedua orang tuanya memberikan pengaruh dalam membentuk kepribadiannya. Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut. (48) Ibuku adalah keturunan anak manusia, bahkan keturunan “anakanak Allah”. Ibuku baik sekali, seperti malaikat, seperti malaikat, seperti Bunda Maria. Sementara itu, ayahku dan saudara-daudaranya adalah keturunan para raksasa, yaitu monster. Ciri-cirinya dapat dilihat pada tabiat dan sedikit raut wajah. Ibuku bermata teduh. Keluarga ayahku bermata tajam. Hidung ibuku bagus. Hidung keluarga ayahku tidak. Lagipula rahang mereka seperti masih membawa ciri makhluk pemakan mangsa. Dari rahang karnivoranya, keluarga itu mengalirkan dongeng seru dan ungkapan beracun. Tabiat mereka lain sekali dari Ibu. Dari rahangnya yang kecil, Ibu tak pernah mengelurkan kata-kata jahat (Utami, 2013: 118). Sumber kebahagiaan bagi A adalah ibunya. Setiap anak membangun relasi yang dekat dengan ibunya. Begitu juga dengan A. A tidak dapat membayangkan apabila ibunya tiada. Memori saat dirinya bersama ibunya terasa indah dan menyenangkan. Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut. (49) Ibu adalah sumber kebahagiaanku, sampai-sampai aku tak begitu ingat momen-momen paling berkesan dengannya. Aku justru hanya mengingat jelas momen-momen tak menyenangkan ketika aku tak bisa menemukan Ibu. Kelak, setelah dewasa aku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
ditanya tentang memori paling indah bersama Ibu, dan aku tidak bisa menjawab. Ia seperti rahim dan aku bayi. Aku tak bisa melihatnya tapi ketika terlepas darinya aku menjerit mau mati. Ia adalah udara. Aku tak menyadarinya, tapi jika ia tak ada aku tak bisa bernafas (Utami, 2013: 118). Kedekatan A tidak hanya dengan ibunya, sang ayah juga berpengaruh dalam hidupnya. (50) Aku bisa mengenang beberapa peristiwa di mana aku begitu senang pada Ayah. Misalnya, saat-saat ia menurutiku untuk membasahi saputanganku dengan bensin. Aku suka sekali bau bensin. Ia punya satu jerigen di kamarnya. Aku juga suka bau knalpot, dan Ayah tertawa-tawa saja kalau aku berjongkok dan menciumi knalpot mobil−mobilnya maupun mobil tamu sampai hidungku hitam. Aku juga suka pura-pura tertidur di sofa hanya agar Ayah menggendongku ke kamar. Ia tak segera membopongku, padahal aku sudah ketakutan tidur di sofa sendirian. Aku juga ingat saat ia memberiku notes kejaksaan berwarna kuning dengan gambar Ibu Kartini (Utami, 2013: 119). Sepuluh tahun kemudian, A menyadari banyak perubahan yang terjadi dalam dirinya. Ia memutuskan untuk melepas keperawanannya. Memori pengakuan dosa pertama kali dengan seorang pastor ia lakukan di masa sekarang. Sewaktu kecil A mengakui perbuatannya berbuat cabul. Ia hanya melihat gambar senonoh, namun anak kecil mengartikannya sebagai perbuatan cabul. (51) Sepuluh tahun setelah pengakuan dosa dulu, aku telah berubah. Aku kini telah siap melakukan apa yang dulu−ya, sepuluh tahun lalu−telah kuakui pada Pastor. Aku kini gadis yang memutuskan untuk melepas keperawananku (Utami, 2013: 158).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
c. Bab Tiga Alur yang menonjol dalam bab tiga novel Pengakuan Eks Parasit Lajang adalah selesaian (tahap akhir). Siswa diminta untuk menemukan selesaian yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita. Selesaian boleh jadi mengandung penyelesaian masalah yang melegakan (happy ending). Boleh juga mengandung penyelesaian masalah yang menyedihkan; misalnya si tokoh bunuh diri. Boleh jadi juga pokok masalah tetap menggantung tanpa pemecahan. Jadi, cerita sampai pada selesaian tanpa menyelesaikan masalah, keadaan yang penuh ketidakpastian, ketidakjelasan, ataupun ketidakpastian (Sudjiman, 1991: 36). A memutuskan hubungannya dengan Nik. Tak lama, A mencintai seseorang bernama Rik. Rik adalah seorang fotografer yang membebaskan perempuan (A) untuk tidak menikah. Rik cerminan diri A. Rik pun setuju bahwa perempuan berhak hidup sejajar dengan laki-laki. Cinta A kepada Rik tumbuh dalam satu persamaan. Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut. (52) Rik juga berasal dari dongeng yang sama. Ia bertumbuh dengan membaca Alkitab. Ia hafal rinci cerita Abraham. Daud dan Hatsyeba, sampai penunggang kuda yang meniup sangkakala dari Apokalips. Sekali lagi betapa aneh menemukan lelaki seperti itu di Indonesia. A ingat betapa Nik dulu ingin membuatnya berganti iman. Kini A bilang pada Rik: “Baru pertama kali aku melihat burung Kristen.” Ia telah melihat burung Muslim, Yahudi, Hindu, Konfusius, dan ateis. Tapi yang Kristen ya baru satu ini (Utami, 2013: 240–241) .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
Setelah berselang tiga tahun, banyak perubahan yang terjadi dalam hidup A. Begitu pula kedua bibinya yang salah satu memutuskan untuk menikah. Suatu hari A mengajak Bibinya mengobrol. Ia mengutarakan alasannya tidak menikah kepada Bibi Gemuk. Menurutnya, sang Bibi memberikan pengaruh terhadap keputusannya untuk tidak menikah. Perempuan menjadi sempurna setelah pernikahan. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut. (53) “Tahu tidak Bibi kenapa aku sampai memutuskan untuk tidak mau menikah? Itu karena Bibi! Betul-betul karena Bibi. Bibi terlalu mengagung-agungkan perkawinan. Seolah-olah kalau tidak kawin, perempuan itu tidak sempurna, Seolah-olah tanpa suami, hidup perempuan itu hampa. Padahal Bibi bekerja dan mandiri,tapi Bibi tidak menghargai itu. Karena pandangan seperti itulah banyak perempuan jadi perawan tua yang dengki. Gara-gara Bibi, aku memutuskan untuk menunjukkan bahwa tidak sebegitunya perempuan butuh suami. Ya sejujurnya, Bibilah yang membikin aku tidak mau kawin!” (Utami, 2013: 268). Ayah A meninggal dunia. Keluarganya mengadakan misa requiem. Ketika menyambut komuni, A ragu-ragu untuk menerima komuni. Ia masih belum bisa berdamai dengan dirinya sendiri. Dirinya sudah kotor. Pada akhirnya A memberanikan dirinya untuk menerima komuni. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut. (54) Misa dimulai. Dipimpin oleh Romo A, seorang pastor muda. Lalu tibalah saat menyambut komuni. Ini saat yang sulit bagi A. Misa ini terlalu intim. Sulit baginya untuk tidak maju untuk menerima hosti. Padahal, jika aturan Gereja mau ditegakan secara kaku, seharusnya ia tidak menyambut, sebab ia terangterangan hidup dalam perzinahan. Pengakuan publiknya bahwa ia tidak menikah dan toh hidup bersama laki-laki sebetulnya dapat menempatkan seorang pastor dalam dilema untuk memberi atau tidak memberi dia kue simping Tubuh Kristus itu. Jika sang pastor memberi, bisa saja ada di antara umat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
tidak suka. Jika sang pastor tidak memberi, keluarga A pasti terluka. Dengan segala canggung A maju untuk menyambut. Ia bertatapan mata sebentar dengan Romo A, dan pastor muda itu meletakkan hosti di tangan A (Utami, 2013: 269). Timbul rasa simpatik A terhadap agama minoritas, agamanya sendiri. Banyak terjadi tindakan kekerasan yang dilakukan organisasi yang mengatasnamakan agama. Korbannya adalah gereja Katolik. Agama minoritas ini tidak diperkenankan memperluas bangunan dan pelayanan. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut. (55) Sebuah kapel dalam rumah sakit Katolik adalah hal yang sangat wajar. Bagaimana mungkin sekelompok orang memilih tidak memberi fasilitas kepada ibu hamil dan bayinya karena ketidaksukaan mereka pada gereja? Bagaimana mungkin ketidaksukaan mengalahkan kepentingan ibu dan bayi? Bagaimana mungkin orang memprioritaskan larangan beribadah dibanding kesehatan ibu-anak? Bayangkan! Kau punya dua pilihan: 1)melarang orang beribadah atau 2) memberi fasilitas bagi ibu dan anak. Kau memilih melarang orang beribadah (Utami, 2013: 272). Ketika A berjuang keras memperjuangkan ketidakadilan sebagai perempuan, ia tidak menyadari bahwa agamanya perlu ia bela. Selama ini ia hanya membantu sesamanya melawan ketakutan. Sekarang, ia menyadari bahwa ia merasa menjauh dengan ajaran agamanya. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut ini. (56) Itu adalah titik-titik peristiwa yang membuat A melihat dirinya secara lain sama sekali. Sebelum ini, ia merasa menjadi bagian dari kaum perempuan, yang dipinggirkan dan ditidakadili oleh istana Patriarki. Karena itu ia mencoba mengambil jalan alternatif untuk membantu kaumnya bebas dari rasa takut (Utami, 2013: 272). (57) Tapi, kini, tiba-tiba ia merasa menjadi bagan dari kaum tertindas yang lain. Yaitu komunitas agama darimana ia berasal. Padahal ia sudah tidak beragama lagi. Ia bahkan telah meninggalkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
semua ritualnya, kecuali doa pribadi, pemeriksaan batin, dan pengakuan dosa kepada diri sendiri (Utami, 2013: 272). A merasa dirinya bukan orang yang taat. Pada suatu kesempatan, A bertanya kepada salah satu imam Gereja tentang perkawinan Katolik. A ingin memastikan apakah ada bukti tertulis yang mengatakan bahwa suami adalah pemimpin istri dan kepala keluarga. A mendapatkan jawaban yang memuaskan. Menurut imam, hal tersebut berkaitan dengan adat istiadat masyarakat setempat saja. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut. (58) Di teras rumah para yesuit di Kramat itu A bertanya, “Sebetulnya, ada tidak aturan dalam perkawinan Katolik bahwa suami adalah pemimpin istri dan kepala keluarga?” “Dalam Hukum Kanonik tidak ada,” kata Romo A. “Kamu juga bisa beli kitab hukumnya, kalau mau. Di toko buku Obor ada.” Ia agaknya tahu, A jenis yang suka membeli buku. Lalu ia menyebutkan pasal-pasalnya. “Bahwa selama ini suami menjadi kepala keluarga, itu adalah adat istiadat setempat. Gereja tidak melarang, tapi juga tidak mengharuskan.” (Utami, 2013: 273). Tak hanya itu, A kembali bertanya tentang peluang bagi dirinya menikah di gereja tanpa menikah secara negara. Jawaban yang diperoleh tidak menemukan persoalan dalam perkawinan Katolik. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut. (59) Satu lagi,” A melanjutkan. “Bisakah saya menikah di gereja tanpa menikah secara negara?” “Yang tidak bisa di Indonesia ini justru sebaliknya: Kantor sipil mencatat pernikahan tanpa pengesahan agama.” (Utami, 2013: 274). A memutuskan untuk menikah di gereja pada usia kurang lebih empat puluh tahun. Ia tidak merencanakan pernikahan yang mewah. Pernikahan itu hanya sebagai simbol. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
(60) Ia kini seorang wanita dewasa. Usianya sudah lewat empat puluh ketika memutuskan untuk menjalani Sakramen Perkawinan. Ia sudah melampaui keinginan romantis. Ia ingin upacara yang sederhana dan praktis. Perkawinan ini tidak berarti apa-apa bagi dirinya sendiri. Sakramen ini hanya merupakan tanda solidaritas, dan tanda bahwa ia tidak lagi menemukan kesalahan ontologis dalam komunitas kecilnya (Utami, 2013: 292). (61) Rik dan A tetap menganggap perkawinan tidak penting untuk diri mereka sendiri. Rik mau menikah sebab ia mau menemani A menjalani entah apa yang perempuan itu mau jalani. (Bagaimanapun A tidak pernah merebut kemerdekaannya.) Lepas dari kenyataan bahwa tak seorang pun betul-betul mengerti kenapa mereka akhirnya menikah, toh mereka merasa ada banyak berkah yang turun lembut perlahan, bersama sarisari kapuk beterbangan di luar gereja kecil itu (Utami, 2013: 296). Kutipan (61) menceritakan Rik dan A menganggap pernikahan mereka tidak istimewa. Berbeda dengan orang lain yang menganggap pernikahan sebagai suatu perayaan yang sakral. Rik sudah mantap menjalin hidup bersama dengan A. Suka dan duka sudah mereka lewati bersama. A merasa tidak percaya bahwa ia akhirnya memutuskan untuk menikah. A melepaskan masa lajangnya di dalam sebuah gereja.Ketika masih kecil, A sering mengunjungi gereja itu. Sekarang, A kembali lagi ke gereja itu untuk mengucapkan janji sehidup semati dan menerima sakramen dengan Rik. Pernikahan itu sesuai dengan yang ia inginkan, tidak ada cincin kawin dan paduan suara. Hal tersebut terdapat pada kutipan berikut. (62) Ia masih takjub bahwa ia berada di sini. Ia hanya menginginkan Sakramen yang praktis, tanpa perlambangan apapun. Tanpa cincin kawin dan paduan suara. Tapi tak satu pun kapel di Jakarta membuka pintu buat dia. Sebab mereka semua tidak bermakna. Sesuatu membimbingnya untuk pulang. Dulu ia pergi dari pintu depan itu. Kini is harus pulang melalui gerbang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
sama. Ia tak boleh masuk lewat pintu samping yang tak memiliki arti (Utami, 2013: 296). Menjelang pernikahan, A mendapatkan berita duka. Nik meninggal kurang lebih pada usia empatpuluh dua tahun. A merasakan kesedihan yang mendalam. A tidak sempat untuk menjenguknya di rumah sakit. Ia pergi ke makam Nik. A masih tidak percaya, takdir lain ada pada Nik. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut. (63) Nik meninggal dunia esok paginya. Selasa. Pada usia empatpuluh dua belum penuh. A tidak sempat menjenguknya di rumah sakit. Ia berencana mengunjunginya hari itu dengan sahabatnya, Tri (ia enggan datang sendiri, ia khawatir mengganggu). Ia mencoba mengejar ke pemakaman bersama Nik. Tapi hari itu terjadi kemacetan parah. Mereka telah berangkat jam dua lebih sedikit. Mobil terjebak, dan akhirnya tiba di pintu pemakaman persis senjakala tiba. Mereka memutuskan untuk tidak berhenti. Mobil mengelilingi pemakaman yang ditelan gelap. A memandangi barisan tonggak-tonggak nisan yang menjelma bayang-bayang dengan rasa tidak percaya (Utami, 2013: 299). Pada hari pernikahan, di saat semua orang berpesta penuh kegembiraan, A merenung sendirian. A teringat oleh kata-kata Nik. Nik berpesan kepadanya agar ia menjadi seseorang yang lebih baik lagi. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut. (64) Dan Rik, yang menemukan ia tiba-tiba termenung, berkata: “Kamu ingat Nik ya?” A mengangguk. “Kamu ingat apa yang dia bilang dulu?” A mengangguk. “Sudah cukup ya. Yayang jangan nakal-nakal lagi.” (Utami, 2013: 302) Selain menganalisis novel berdasarkan penahapan alur, siswa akan menganalisis pengaluran yang terdiri pembedaan alur berdasarkan kriteria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
urutan waktu yang meliputi alur lurus atau progresif, sorot balik atau flashback, alur campuran. Pembedaan alur berdasarkan kriteria jumlah yang meliputi alur tunggal, alur sub-subplot. Pembedaan alur berdasarkan kriteria kepadatan yang meliputi alur padat, alur longgar. Pembedaan alur berdasarkan kriteria isi yang meliputi alur peruntungan, alur tokohan, alur pemikiran (Nurgiyantoro, 2012: 14 –150). Berikut ini analisis pengaluran yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. a. Berdasarkan Kriteria Urutan Waktu Kegiatan selanjutnya, siswa diminta untuk menemukan unsur alur berdasarkan kriteria urutan waktu yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Urutan waktu yang dimaksud adalah urutan terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan dalam karya fiksi yang bersangkutan. Atau lebih tepatnya, urutan penceritaan peristiwa-peristiwa yang ditampilkan. Urutan waktu, dalam hal ini, berkaitan dengan logika cerita. Dengan mendasarkan diri pada logika cerita pembaca akan dapat menentukan peristiwa mana yang terjadi lebih dahulu dan mana yang lebih kemudian, terlepas dari penempatannya yang mungkin berada dibagian awal, tengah atau akhir teks (Nurgiyantoro, 2012: 153). Unsur alur berdasarkan kriteria waktu dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami menggunakan alur sorot-balik atau flashback. Terdapat alur maju dan alur mundur dalam novel Pengakuan Eks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
Parasit Lajang. Alur maju menceritakan keputusan tokoh A untuk melepas keperawanannya. Alasan A melepas keperawanannya diceritakan pada bagian pertama novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. A membuat keputusan menyerahkan keperawanannya kepada Nik. Alur mundur dalam novel ini menceritakan ingatan masa kecil A yang begitu dekat dengan keluarganya. Kehidupan para tokoh dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang diceritakan dengan alur sorot balik atau flashback dan secara progresif atau alur lurus. b. Berdasarkan Kriteria Jumlah Siswa menemukan unsur alur berdasarkan kriteria jumlah yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Dengan kriteria jumlah dimaksudkan sebagai banyaknya plot cerita yang terdapat pada sebuah karya fiksi. Sebuah novel mungkin hanya menampilkan sebuah plot, tetapi mungkin pula mengandung lebih dari satu plot. Kemungkinan pertama adalah untuk novel (fiksi) yang berplot tunggal, sedang yang kedua adalah yang menampilkan sub-plot (Nurgiyantoro, 2012: 157). Unsur alur berdasarkan kriteria jumlah yang terdapat pada novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami menggunakan alur tunggal. Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang merupakan otobiografi seksualitas dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
spiritualitas. Novel ini adalah catatan riwayat hidup yang ditulis sendiri oleh si pengarang. Novel ini menceritakan A, seorang perempuan yang memutuskan melepas keperawanannya pada usia duapuluh tahun. Menurutnya, konsep keperawanan yang diketahui oleh masyarakat masih terasa tidak adil. Ketidakadilan sangat dirasakan oleh dirinya dan perempuan pada umumnya. Sebagai bentuk protesnya, ia mencoba melawan nilai-nilai adat, agama, dan hukum Patriarkal di Indonesia. Hal tersebut terdapat pada kutipan (26) dan (27). c. Berdasarkan Kriteria Kepadatan Siswa diminta untuk menemukan unsur alur berdasarkan kriteria kepadatan yang terdapat dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Dengan kriteria kepadatan dimaksudkan sebagai padat atau tidaknya pengembangan dan perkembangan cerita pada sebuah karya fiksi. Peristiwa demi peristiwa yang dikisahkan mungkin berlangsung susul-menyusul secara tepat, tetapi mungkin juga sebaliknya. Keadaan yang pertama digolongkan sebagai karya yang berplot padat, rapat, sedangkan yang kedua berplot longgar, renggang (Nurgiyantoro, 2012: 159). Unsur alur berdasarkan kriteria kepadatan novel Pengakuan Eks Parasit Lajang menggunakan alur longgar karena pengarang menyisipkan peristiwa tambahan agar terlihat lebih hangat dan menarik ketika dibaca. Penambahan peristiwa tersebut adalah terjalinnya hubungan keluarga A yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
sangat erat. A memprioritaskan keluarganya, terlebih ibu. Baginya, keluarga mampu memberikan kebahagiaan yang tidak dapat ditukar dengan apapun. A sangat dekat dengan ibunya. Hal tersebut terdapat pada kutipan (49). d. Berdasarkan Kriteria Isi Siswa diminta untuk menemukan unsur alur berdasarkan kriteria isi yang terdapat dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Dengan isi dimaksudkan sebagai sesuatu, masalah, kecenderungan masalah yang diungkapkan dalam cerita. Jadi, sebenarnya, ia lebih merupakan isi cerita itu sendiri secara keseluruhan daripada sekedar urusan plot (Nurgiyantoro, 2012: 162). Unsur alur berdasarkan kriteria isi novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami menggunakan alur pemikiran (plot of thought). Cerita ini mengungkapkan bahwa terjadi masalah hidup dan kehidupan manusia. Terjadi konflik batin pada diri tokoh A. Perjalanan hidup A menentang nilai-nilai kehidupan yang dirasanya tidak adil. Dia memutuskan melepaskan keperawanannya di usia dupa puluh tahun. Dia ingin menghapus konsep
keperawanan
yang
dianut
oleh
masyarakat.
Suatu
konsep
menyebutkan bahwa laki-laki lebih pantas untuk menikahi perempuan yang masih perawan. Konsep ini pun termasuk dalam norma dalam masyarakat. A pun menentang hukum patriarkal. Dia tidak bersedia untuk masuk ke dalam agama yang dianut Nik. Bertahun-tahun A melawan nilai-nilai adat, agama, dan hukum patriarkal. Namun yang ia temui justru kenyataan bahwa apa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
ia yakini selama ini bertolak belakang dengan kenyataan konsep dalam hal seksualitas dan spiritualitas. Hal tersebut terdapat pada kutipan (38) dan (39). 3. Pemodelan Membandingkan novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu dengan novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Guru menjelaskan dan menunjukkan contoh novel yang sudah dianalisis sebagai pedoman dalam proses belajar mengajar. Siswa memperhatikan contoh analisis novel tersebut. Contoh yang diberikan sebagai acuan kepada siswa nantinya akan dapat membantu siswa dalam menganalisis unsur alur yang terdapat dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang. Contoh ringkasan novel yang dapat dijadikan pemodelan atau contoh adalah novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu. Secara ringkas cerita novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu dapat dikemukakan sebagai berikut. Sewaktu kecil, Nayla mendapatkan hukuman dari ibu kandungnya. Ibunya sering menghukum Nayla dengan memasukkan peniti di vagina dan selakangannya karena dirinya mengompol. Tak hanya itu, ibunya mengajarkan Nayla untuk membenci ayah kandungnya. Nayla mengalami pelecehan seksual oleh laki-laki simpanan Ibunya yang sering diajak tinggal di rumah. Lalu Nayla pun diajak untuk mengencani laki-laki teman ibunya. Nayla memberotak. Ia mencari ayahnya dan tinggal bersama dengan ayahnya. Tak lama ayahnya meninggal. Nayla memutuskan kembali ke rumah ibunya namun ibunya tidak membukakan pintu untuknya. Nayla
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
dikirim ke tempat Panti Rehabilitasi Anak Pengguna Narkoba. Setelah keluar dari panti itu, Nayla hidup di jalanan. Ia pernah menjadi seorang lesbian. Pertemuan Nayla dengan Juli terjadi ketika Juli menolong Nayla saat Nayla tidak memiliki siapa-siapa. Nayla jatuh cinta padanya, pada Juli, pada perempuan. Hingga suatu saat, Nayla bertemu dengan Ben, laki-laki yang memberikan apa yang ia punya untuk Nayla. Namun, hubungan mereka tidak lama. Nayla putus dengan Ben. Kemudian Nayla mencoba memasuki dunia menulis. Salah satu karyanya diterbitkan dan membuat nama Nayla Kinar menjadi terkenal. Nayla menulis kisah tentang Ibu. Ibu kandungnya membaca tulisan Nayla, ia marah kepadanya. Tulisan Nayla menggambarkan sosok ibu kandungnya dan laki-laki
simpanannya.
Disaat
Nayla
mendapatkan
tawaran
untuk
menampilkan karya sastranya, ia kebingungan. Nayla tidak tahu bagaimana ia harus menggambarkan tokoh ibu. Berdasarkan ringkasan di atas, novel tersebut menggunakan alur maju atau progresif. Namun di dalam cerita ini juga terdapat adegan-adegan sorot balik. Cerita ini dimulai dengan masa kecil Nayla dan diakhiri dengan keberhasilan Nayla menjadi seorang pengarang yang terkenal. 4. Bertanya Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan terkait pembelajaran alur dan pengaluran. Guru akan terlebih dahulu
memberikan
beberapa
pertanyaan
untuk
merangsang
dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
membangkitkan semangat belajar siswa. Adanya kegiatan bertanya akan menunjukkan interaksi antara guru dengan siswa. Kegiatan bertanya di dalam proses pembelajaran akan memberikan informasi dan pengetahuan yang baru terkait materi pembelajaran alur dan pengaluran, meningkatkan partisipasi siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar, membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap jawaban dari pertanyaan atau masalah yang dibicarakan. Tak hanya itu, guru dapat mengecek tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran alur dan pengaluran melalui beberapa pertanyaan. Siswa dituntut menguasai materi pembelajaran alur dan pengaluran yang sudah diajarkan. Guru dapat membagi sesi tanya-jawab ke dalam dua sesi. Sesi pertama, siswa mendapatkan kesempatan bertanya berkaitan dengan penahapan alur yaitu tahap awal (paparan, rangsangan, gawatan), tahap tengah (tikaian, rumitan, klimaks), tahap akhir (leraian, selesaian). Pertanyaan yang diajukan pun harus berbobot, mudah dimengerti dan relevan dengan materi yang sedang dibicarakan. Sesi kedua, siswa bertanya jawab mengenai pengaluran yang terdiri dari pembedaan alur berdasarkan kriteria urutan waktu, berdasarkan kriteria urutan jumlah, berdasarkan kriteria kepadatan dan berdasarkan kriteria isi. 5. Belajar kelompok Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, kemudian siswa bergabung dengan kelompoknya. Belajar kelompok ini akan membantu siswa mengatasi kesulitan belajarnya dan menambah pengetahuan siswa dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
proses belajar mengajar. Siswa memulai diskusi dalam kelompok belajarnya membahas unsur alur yang terdapat dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Kegiatan belajar kelompok ini juga dapat mengolah emosi siswa untuk dapat menghargai pendapat orang lain. Siswa yang tergolong pintar dapat membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar. Siswa berdiskusi tentang penahapan alur yaitu tahap awal (paparan, rangsangan, gawatan), tahap tengah (tikaian, rumitan, klimaks), tahap akhir (leraian, selesaian). Kemudian dilanjutkan berdiskusi tentang pengaluran yang terdiri dari pembedaan alur berdasarkan kriteria urutan waktu, berdasarkan kriteria urutan jumlah, berdasarkan kriteria kepadatan, berdasarkan kriteria isi. 6. Penilaian autentik Penilaian autentik (authentic assessment) merupakan ciri khusus dari pendekatan kontekstual. Penilaian autentik dimaksudkan untuk mengukur pemahaman dan pengetahuan siswa yang sebenarnya (autentik). Cara yang dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan penilaian autentik. Guru menyiapkan satu penggalan novel Pengakuan Eks Parasit Lajang. Penggalan ini akan dijadikan sebagai bahan penilaian autentik. Berikut ini ringkasan cerita bab tiga novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yang berjudul dua lelaki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
Namanya Nik. Ia adalah manusia pertama yang aku kenal di Taman Firdaus buatan. Kampus Universitas Indonesia, Depok. Itu adalah tahun ketika kampus UI mulai dipindahkan dari bangunan perkotaan Jakarta yang berpencaran ke sebuah taman berhektar-hektar di pinggir kota. Ketika itu Depok masih sepi dan tenang. Jalan baru menuju ke sana masih putih dan berkapur, seolah-olah untuk mencapai Firdaus itu kau harus melalui gurun gamping berdebu. Di tengah taman ada bukan pohon pengetahuan melainkan danau. Kampus-kampus di sebelah utara memiliki jalan setapak menuju danau itu. Di antaranya adalah Fakultas Sastra dan Fakultas Teknik, dua kampus yang penting dalam hidupku. Semua mahasiswa baru wajib memulai masa kuliah dengan program indoktrinasi yang sering disebut Penataran P4 atau penataran Pancasila saja. Kami dikelompokkan ke dalam grup-grup yang mewakili seluruh jurusan. Aku mendapat undi ditempatkan di Fakultas Teknik. Hari itu menakjubkan. Aku bukan lagi anak SMA yang berseragam. Aku boleh memakai baju pilihanku sendiri. Aku mengenakan terusan kaus warna biru, yang kontras dengan jaket kuningku. Aku bangga dengan jaket itu. Semua mahasiswa baru bungah dengan jaket universitas kami, satusatunya universitas yang memakai nama Indonesia, titik. Bau semen dan cat masih menyengat di setiap lorong dan ruang. Semua baru. Semua asing dan menggairahkan. Aku tak punya lagi teman lama. Kalaupun ada, aku belum bisa menemukan mereka di antara ratusan pemuda-pemudi di grup ini. Itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
menyenangkan, sebab aku boleh meninggalkan diriku yang lama. Aku ingin menjadi diriku yang baru. Bangsal itu berbentuk amfiteater. Karena penataran sangat mungkin membosankan, aku memilih bangku agak di belakang, di ketinggian. Di situlah kami bertemu pandang. Seorang pemuda berambut cepak dengan bahu bidang. Ia tersenyum padaku. Aku tersenyum padanya. Kami sedang menuju deret kursi yang sama. Dan kami pun duduk bersebelahan. Aku melihat bets biru pada jaketnya. Ia melihat bets putih pada jaketku. Dia anak teknik. Aku anak sastra. Tidak ada yang lebih ideal lagi bagi stereotipe jender di masa itu. Nik memiliki senyum yang sangat bagus. Bibirnya segar kemerahan. Bulu-bulu kumisnymasih begitu halus dan perawan, tetapi alisnya tegas. Giginya berbaris rapi alami, kecil baik,pada rahangnya yang kekar. Kelak aku tahu gigi seri bawahnya bukan empat melainkan lima. Ia tampan. Kelak aku tahu bahwa ia pun mengenang aku sebagai gadis cantik dalam gaun biru dengan bibir merah segar. Aku berharap “Nik” adalah singkatan dari nama baptis. Nikolas, misalnya. Atau Nikodemus. Aku datang dari keluarga Katolik yang taat. Kakakku punya pacar seorang Muslim dan itu sedikit menimbulkan persoalan juga. Aku akan lebih senang punya pacar seagama. Tapi aku tidak berani menanyakan itu pada Nik. Aku tahu pertanyaan itu tidak pantas. Sama tidak pantasnya memikirkan calon suami di hari pertama jadi mahasiswa. Sore pun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
tiba dengan kesimpulan diam-diam bahwa kami sama menikmati duduk berdampingan. Esoknya kami kembali di deret yang sama lagi, bersebelahan lagi. Hari itu aku tahu “Nik” bukan singkatan dari nama baptis. “Nik” hanya nickname. Tapi aku terlanjur menyukainya. Aku tak peduli lagi apa agamanya. Pagi ketiga kami tetap kembali ke bangku yang sama. Hari itu aku mengenakan baju dengan bukaan sedikit rendah, sehingga bandul kalung emasku tampak: sebuah salib. Seusai istirahat makan siang, Nik tidak kembali ke bangku sebelahku. Aku hampir tidak percaya, kursi itu kosong. Kursi itu ditinggalkan begitu saja. Bapak penatar telah muncul di panngung. Ia mulai mengajar. Kursi itu tetap disia-siakan. Aku merasa seperti kekasih yang dicampakkan tanpa kabar berita, tapi aku malu mengakui perasaan itu bahkan pada diri sendiri. Lalu kulihat Nik beberapa baris, agak jauh, di depan. Kami bertatapan. Ia melambai juga, seperti mengatakan bahwa ia menemukan teman SMA-nya dan ingin duduk bersama kawan lama. Ia tak ingin lagi duduk di sebelahku. Kelak aku tahu, jauh setelah peristiwa itu, Nik meninggalkan aku setelah ia melihat kalung salib di dadaku Ia terpikat padaku. Tapi aku Kristen. Maka ia pergi dariku. Kelak aku berkata padanya bahwa ia seperti drakula saja, takut pada kalung salib.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
Bangku di sebelahku tidak lama kosong. Pada hari yang sama, seseorang telah mengisinya. Namanya Mat. Bukan Matius, melainkan Matahari. Bukan nama baptis; Mat datang dari keluarga Islam juga. Tapi dia jauh lebih rileks. Ia tak seperti drakula. Ia tak peduli kalung salib. Ia adalah ketua grup penataran kami. Ia sedikit lebih tinggi dari Nik dan agak gemuk. Pipinya menunjukkan bekas jerawat, ia punya tawa yang lepas, ia jauh lebih terbuka dan terang-terangan. Sejak hari itu Mat nyaris selalu mengiringi aku, juga di saat-saat istirahat. Aku pun melupakan Nik. Aku mengingatnya sebagai salah satu cowok cakep, sambil diam-diam menyimpan tanya tentang kenapa ia meninggalkan aku begitu saja. Tapi pernah aku tak sengaja melihatnya di saat rehat. Aku sedang menuju toilet dan kulihat ia masuk ke mushola. Aku tak pernah begitu tahu apa mushola sebelumnya. Nik tampak sangat akrab dengan tempat itu. Celana dan lengan bajunya disisingkan. Wajah dan rambutnya basah. Titiktitik air masih menggantung di alisnya. Sungguh, ia tampak sangat tampan. Aku melongok ke dalam mushola, melalui dinding bata kerawangnya yang bercelah-celah. Diam-diam aku mengintip ia sembahyang. Sedangkan Mat; Mat tidak pernah kulihat sembahyang. Berdasarkan penggalan novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami, siswa akan mengerjakan beberapa soal tentang unsur alur dan pengaluran novel tersebut. Berikut ini instrumen soal yang akan dikerjakan oleh siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
a. Apakah pengertian novel menurut Anda? b. Apakah pengertian pengaluran menurut Anda? c. Sebutkan struktur umum alur yang terdapat pada novel! d. Analisislah unsur alur berdasarkan struktur umum alur (tahap awal, tahap tengah dan tahap akhir) yang terdapat dalam ringkasan bab satu novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami! e. Analisislah unsur pengaluran berdasarkan kriteria waktu, kriteria jumlah, kriteria kepadatan, dan kriteria isi! C. Implementasi Pembelajaran Alur Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami Guru perlu menyiapkan silabus sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran lebih lanjut, yaitu penyusunan RPP. Silabus dan RPP sangat penting dalam kegiatan pembelajran. Silabus dan RPP akan membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih terarah. Berikut ini uraian Silabus dan RPP Bahasa Indonesia kelas XI Semester 1. 1. Silabus Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar kedalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu dan
sumber
belajar.
rencana
Dalam
implementasinya,
silabus
dijabarkan
dalam
pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru (Muslich, 2007: 23–24). Berikut ini silabus Bahasa
Indonesia
kelas
XI
Semester
1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SILABUS Sekolah
: SMA/MA
Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas
: XI
Semester
:1
Standar Kompetensi
: Membaca 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia terjemahan Materi
Kompetensi Dasar
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Pembelajaran 7.2 Menganalisis unsurunsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan
Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami Unsur-unsur intrisik alur (struktur alur dan pengaluran)
Membaca novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami Siswa membentuk kelompok 4-5 orang Siswa mengidentifikasi unsur alur (struktur alur dan pengaluran) Peserta didik melaporkan hasil analisis unsur alur (struktur alur dan
Alokasi
Sumber
Waktu
/bahan
Penilaian
Jenis Tagihan: Menjelaskan Tugas pengertian novel kelompok Menyebutkan struktur umum Tugas alur yang terdiri individu dari tahap awal Teknik (paparan, Tertulis rangsangan, Bentuk gawatan), tengah Instrumen (tikaian, rumitan, Uraian klimaks), akhir bebas
2x45 menit
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Rahmanto, B. 1988. Metode
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengaluran)
(leraian, selesaian). Menjelaskan pengertian pengaluran Mengidentifikasi unsur alur yang terdiri dari tahap awal (paparan, rangasangan, gawatan), tengah (tikaian, rumitan, klimaks), akhir (leraian, selesaian). Mengidentifikasi pengaluran yang terdiri dari pembedaan alur berdasarkan kriteria urutan waktu, berdasarkan kriteria jumlah, berdasarkan kriteria kepadatan, berdasarkan kriteria isi
Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Sumardjo, Jakob. 1984. Memahami Kesusastraan. Bandung. Alumni. Sudjiman, Panuti. 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
2. RPP Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
adalah
rancangan
pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan pelajaran secara terprogram. Karena itu RPP harus mempunyai daya terap (aplicable) yang tinggi (Muslich, 2007: 53). Berikut ini Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan pendidikan
: SMA
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: XI/1
Alokasi Waktu
: 2x45 menit
Aspek Pembelajaran
: Membaca
a. Standar Kompetensi Membaca 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan b. Kompetensi Dasar 7.2
Menganalisis
Indonesia/terjemahan
unsur-unsur
intrinsik
dan
ekstrinsik
novel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
c. Indikator 1. Menjelaskan pengertian novel. 2. Menjelaskan pengertian alur dan pengaluran. 3. Menyebutkan struktur umum alur yang terdiri dari tahap awal (paparan, rangsangan, gawatan), tengah (tikaian, rumitan, klimaks), akhir (leraian, selesaian). 4. Mengidentifikasi unsur alur yang terdiri dari tahap tahap awal (paparan, rangsangan, gawatan), tengah (tikaian, rumitan, klimaks), akhir (leraian, selesaian). 5. Mengidentifikasi
pengaluran
yang
terdiri
dari
pembedaan
alur
berdasarkan kriteria urutan waktu, kriteria urutan jumlah, kriteria urutan kepadatan, kriteria urutan isi. d. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menjelaskan pengertian novel melalui diskusi dengan komunikatif. 2. Siswa dapat menjelaskan pengertian alur melalui diskusi dengan komunikatif. 3. Siswa dapat menyebutkan struktur umum alur yang terdiri dari tahap awal (paparan, rangsangan, gawatan), tengah (tikaian, rumitan, klimaks), akhir (leraian, selesaian) melalui diskusi dengan komunikatif. 4. Siswa dapat mengidentifikasi unsur alur yang terdiri dari tahap awal (paparan, rangsangan, gawatan), tengah (tikaian, rumitan, klimaks), akhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
(leraian, selesaian) secara berkelompok melalui diskusi dengan komunikatif. 5. Siswa dapat mengidentifikasi pengaluran yang terdiri dari pembedaan alur berdasarkan kriteria urutan waktu, kriteria urutan jumlah, kriteria urutan kepadatan, kriteria urutan isi melalui diskusi dengan komunikatif. e. Alokasi Waktu 2x45 menit f. Materi Pembelajaran 1. Pengertian Novel 2. Pengertian Alur 3. Struktur umum alur 4. Unsur pengaluran g. Strategi Pembelajaran 1. Pendekatan : Kontekstual 2. Metode
: Diskusi, ceramah, penugasan dan tanya jawab
h. Langkah-langkah Pembelajaran Alokasi Kegiatan
Deskripsi Pelaksanaan Waktu
Pendahuluan
1. Guru memberi salam.
10 menit
2. Guru mengecek kehadiran siswa. 3. Guru
mengingatkan
kembali
pada
pertemuan
sebelumnya. 4. Motivasi : Guru memberikan permainan menebak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
kejadian, tokoh atau isi cerita (what’s next?). 5. Apersepsi : Guru bertanya kepada siswa, “Pernahkah kalian membaca novel? Novel apa saja yang kamu baca? Tahukah kalian penulis novel Ayu Utami? 6. Orientasi : Guru menyampaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dilaksanakan. Inti
Eksplorasi 1. Guru bersama siswa menggali pengetahuan dasar tentang pengertian novel dan unsur intrinsik novel (konstruktivisme). 2. Guru menunjukkan model atau contoh novel yang sudah dianalisis kepada siswa sebagai pedoman dalam proses belajar. 3. Siswa mencermati model atau contoh yang diberikan guru (pemodelan). Elaborasi 1. Siswa dibagi dalam kelompok. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Setiap
kelompok berjumlah 4-5 orang (belajar
kelompok). 2. Guru memberi catatan mengenai tahapan alur yang terdiri dari tahap awal (paparan, rangsangan, gawatan), tahap tengah (tikaian, rumitan, klimaks),
65 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
tahap akhir (leraian, selesaian), serta pengaluran yakni pembedaan alur berdasarkan urutan kriteria waktu, kriteria jumlah, kriteria kepadatan, dan kriteria isi. 3. Guru memberikan penggalan cerita bab tiga novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami yang berjudul Dua Lelaki kepada setiap kelompok kemudian siswa mengerjakan latihan soal (penilaian autentik). 4. Siswa
mendiskusikan
bersama
kelompoknya
mengenai struktur umum alur dan pengaluran yang terdapat dalam penggalan cerita bab tiga novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami (masyarakat belajar). Konfirmasi 1. Siswa mempresentasikan hasil analisis unsur alur yang terdapat dalam penggalan cerita bab tiga novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami (inkuiri), 2. Guru memberikan apresiasi atau reward kepada siswa. Penutup
1. Kesimpulan
:
Siswa
dengan
bantuan
guru
menyimpulkan materi tentang tahapan alur yang
15 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
terdiri dari tahap awal (paparan, rangsangan, gawatan), tahap tengah (tikaian, rumitan, klimaks), tahap akhir (leraian, selesaian) serta pengaluran pada novel. 2. Refleksi : Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan berupa
kesan
dan
saran
siswa
mengenai
pembelajaran hari itu. 3. Tindak lanjut : Dalam CTL, guru merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberikan evaluasi kepada siswa berupa siswa menganalisis alur dan pengaluran novel yang sudah pernah dibaca. 4. Guru memberikan rencana pembelajaran selanjutnya. 5. Guru memberi salam penutup pembelajaran.
i. Sumber dan Media Sumber : Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Universitas Gadjah Mada.
Pengkajian
Fiksi.
Yogyakarta:
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Sumardjo, Jakob. 1984. Memahami Kesusastraan. Bandung: Alumni. Sudjiman, Panuti. 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Media : powerpoint, LCD, papan tulis, buku teks dan novel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
j. Penilaian Hasil Belajar 1. Jenis instrumen : tes tertulis dan tugas individu 2. Bentuk instrumen : uraian k. Lampiran Materi Pembelajaran 1. Pengertian Novel Menurut Rahmanto (1988: 70), novel seperti halnya bentuk prosa cerita yang lain, sering memiliki struktur yang kompleks dan biasanya dibangun dari unsur-unsur, seperti latar, perwatakan, cerita, teknik cerita, bahasa, tema dan latar. 2. Pengertian Alur Unsur yang sangat menonjol dalam sebuah karya fiksi adalah jalannya cerita. Fiksi dimulai dengan menceritakan suatu keadaan, keadaan itu mengalami perkembangan dan pada akhirnya ditutup dengan sebuah penyelesaian (Sumardjo, 1983: 55). 3. Struktur Umum Alur Walaupun cerita rekaan berbagai ragam coraknya, ada pola-pola tertentu yang hampir selalu terdapat di dalam sebuah cerita rekaan. Berikut struktur alur menurut Sudjiman (1991: 30): Paparan Awal
Rangsangan Gawatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
Tikaian Tengah
Rumitan Klimaks
Akhir
Leraian Selesaian
4. Pengaluran Plot dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis yang berbeda berdasarkan sudut-sudut tinjauan atau kriteria yang berbeda pula. Pembedaan plot yang dikemukakan didasarkan pada tinjauan dari kriteria urutan waktu, jumlah, dan kepadatan (Nurgiyantoro, 2005: 153). l. Penilaian Aspek Kognitif Bacalah ringkasan bab satu novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami, kemudian jawablah soal-soal dibawah ini! 1. Apakah pengertian novel menurut Anda? 2. Apakah pengertian novel menurut Anda? 3. Apakah pengertian pengaluran menurut Anda? 4. Sebutkan struktur alur yang terdapat pada novel! 5. Analisislah unsur alur berdasarkan struktur umum alur (tahap awal, tahap tengah dan tahap akhir) yang terdapat dalam ringkasan bab satu novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami! 6. Analisislah unsur pengaluran berdasarkan kriteria waktu, kriteria jumlah, kriteria kepadatan, dan kriteria isi!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
Bobot No
Kriteria Penilaian
Skor Bobot x Skor
1
a. Siswa
dapat
menjelaskan
3
3
9
2
3
6
1
3
3
3
3
9
2
3
6
pengertian novel dengan baik dan benar (sesuai EYD). b. Siswa
dapat
menjelaskan
pengertian novel dengan benar, lengkap
tetapi
penggunaan
bahasanya tidak sesuai dengan EYD. c. Siswa
dapat
menjelaskan
pengertian novel dengan benar, tapi
kurang
penggunaan
lengkap
dan
bahasanya
tidak
sesuai dengan EYD. 2
a. Siswa pengertian
dapat
menjelaskan
pengaluran
dengan
baik dan benar (sesuai EYD). b. Siswa pengertian
dapat
menjelaskan
pengaluran
dengan
benar, lengkap tetapi penggunaan bahasanya tidak sesuai dengan EYD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
c. Siswa
dapat
pengertian
menjelaskan
pengaluran
1
3
3
3
3
9
2
3
6
1
3
3
3
3
9
dengan
benar, tapi kurang lengkap dan penggunaan
bahasanya
tidak
sesuai dengan EYD. 3
a. Siswa
dapat
menyebutkan
struktur umum alur novel dengan baik dan benar (sesuai EYD). b. Siswa
dapat
menyebutkan
struktur umum alur novel dengan benar,
lengkap
penggunaan
bahasanya
tetapi tidak
sesuai dengan EYD. c. Siswa
dapat
menyebutkan
struktur umum alur novel dengan benar, tapi kurang lengkap dan penggunaan
bahasanya
tidak
sesuai EYD. 4
a. Siswa dapat menganalisis unsur alur berdasarkan struktur umum alur (tahap awal, tahap tengah dan tahap akhir) dengan baik dan benar (sesuai EYD).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
b. Siswa dapat menganalisis unsur
2
3
6
1
3
3
3
3
9
2
3
3
alur berdasarkan struktur umum alur (tahap awal, tahap tengah dan tahap akhir) dengan benar, lengkap
namun
penggunaan
bahasanya tidak sesuai dengan EYD. c. Siswa dapat menganalisis unsur alur berdasarkan struktur umum alur (tahap awal, tahap tengah dan tahap akhir) dengan benar, tapi
kurang
penggunaan
lengkap
dan
bahasanya
tidak
sesuai EYD. 5
a. Siswa dapat menganalisis unsur pengaluran berdasarkan kriteria waktu, kriteria jumlah, kriteria kepadatan, kriteria isi dengan baik dan benar (sesuai EYD). b. Siswa dapat menganalisis unsur pengaluran berdasarkan kriteria waktu, kriteria jumlah, kriteria kepadatan, kriteria isi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
benar,
lengkap
penggunaan
tetapi
bahasanya
tidak
sesuai EYD. c. Siswa dapat menganalisis unsur
1
3
3
pengaluran berdasarkan kriteria waktu, kriteria jumlah, kriteria kepadatan, kriteria isi dengan benar, tapi kurang lengkap dan penggunaan
bahasanya
tidak
sesuai EYD.
Skor yang diperoleh Nilai Akhir :
x 100 Skor Maksimal
m. Penilaian Aspek Afektif No 1
Kriteria Penilaian
Skor
Ket
Selama proses pembelajaran, siswa selalu
4
Sangat
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik
Baik
dan benar sesuai dengan kaidahnya. 2
Selama proses pembelajaran, siswa masih sedikit
ragu-ragu
menggunakan
3
Baik
2
Cukup
bahasa
Indonesia dengan baik dan benar sesuai dengan kaidahnya. 3
Selama proses pembelajaran, siswa cukup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
sering menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai dengan kaidahnya. 4
Selama proses pembelajaran, siswa tidak terlihat
sama
sekali
sungguh-sungguh
menunjukkan
menggunakan
1
Kurang
usaha bahasa
Indonesia dengan baik dan benar sesuai dengan kaidahnya.
n. Penilaian Aspek Psikomotorik Aspek
Skor x Deskripsi Pelaksanaan
Skor
Bobot
Penilaian Presentasi
Bobot a. Siswa menunjukkan hasil
3
3
9
2
3
6
jawaban secara lisan di depan kelas dengan intonasi yang jelas dan dapat menanggapi sanggahan dari kelompok lain. b. Siswa menunjukkan hasil jawaban secara lisan di depan kelas dengan intonasi yang cukup jelas dan dapat menanggapi sanggahan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
kelompok lain. c. Siswa menunjukkan hasil
1
3
jawaban secara lisan di depan kelas dengan intonasi yang kurang jelas dan kurang dalam hal menanggapi sanggahan dari kelompok lain.
Skor yang diperoleh Nilai akhir :
x 100 Skor maksimal
Yogyakarta, 28 September 2016
Mengetahui, Kepala sekolah
( ..................................... )
Guru Bahasa Indonesia
( ..................................... )
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Peneliti menerapkan pendekatan kontekstual untuk menganalisis unsur alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Pembelajaran
sastra
dengan
menggunakan
pendekatan
kontekstual
dimaksudkan agar siswa mampu menghubungkan nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra dengan kehidupan sehari-hari. Guru dapat menerapkan pendekatan kontekstual ini untuk memperkenalkan karya sastra, khususnya novel. Langkah-langkah pendekatan kontekstual untuk menganalisis unsur alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang adalah membuat sinopsis novel, menganalisis unsur alur, pemodelan, belajar kelompok dan penilaian autentik. Langkah pertama, siswa membuat sinopsis novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Tujuan dibuatnya sinopsis agar memudahkan siswa mengetahui isi dari bacaan tersebut. Kedua, siswa menganalisis unsur alur novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Hasil analisis novel Pengakuan Eks Parasit Lajang adalah novel Pengakuan Eks Parasit Lajang menggunakan alur sorot-balik atau flashback.. Alur maju menceritakan keputusan tokoh A untuk melepas keperawananya. Alasan A melepas keperawanannya diceritakan pada bagian pertama novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Alur mundur novel Pengakuan Eks Parasit Lajang menceritakan ingatan masa kecil A yang 96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
begitu dekat dengan keluarganya. Ketiga, siswa memperhatikan contoh novel yang sudah dianalisis sabagai bentuk dari tahap pemodelan. Pemodelan dapat berupa demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. Contoh yang diberikan sebagai acuan kepada siswa agar dapat membantu siswa dalam menganalisis unsur alur yang terdapat dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang. Ringkasan novel yang dijadikan contoh adalah novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu. Keempat,
guru
memberikan
kesempatan
pada
siswa
untuk
mengajukan pertanyaan terkait pembelajaran alur dan pengaluran. Guru akan memberikan
pertanyaan
terlebih
dahulu
untuk
merangsang
dan
membangkitkan semangat belajar siswa. Kegiatan bertanya di dalam proses pembelajaran antara siswa dan guru akan memberikan informasi terkait materi pembelajaran alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang. Kelima, siswa belajar dalam kelompok. Kegiatan belajar kelompok akan membantu siswa mengatasi kesulitan belajar dan menambah pengetahuan
siswa
dalam
proses
belajar.
Siswa
berdiskusi
dalam
kelompoknya mengenai unsur alur yang terdapat dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Langkah terakhir, guru memberikan penilaian autentik atau penilaian yang sebenarnya yang merupakan ciri khusus dari pendekatan kontekstual. Penilaian autentik dimaksudkan untuk mengukur pemahaman dan pengetahuan siswa. Guru akan memberikan penilaian autentik dengan memberikan tugas mengenai pembelajaran menganalisis novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
B. Implikasi Hasil analisis unsur alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami berimplikasi ke dalam pembelajaran sastra (novel) di jenjang SMA. Pembelajaran sastra di SMA ditujukan untuk kelas XI semester 1. Guru akan membuat silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk SMA kelas XI semester 1. Kemudian hasil analisis unsur alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami akan disesuaikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ke dalam pelajaran Bahasa Indonesia. C. Saran Penelitian pendekatan kontekstual dalam pembelajaran alur dan pengaluran novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami dapat dijadikan sebagai bahan pengajaran sastra di SMA. Kondisi pembelajaran bahasa Indonesia yang sering menggunakan metode ceramah dianggap monoton dan kurang menarik. Siswa sering merasa bosan dalam belajar bahasa Indonesia. Peneliti memiliki saran, yaitu (1) bagi guru diharapkan cermat dalam memilih metode pembelajaran yang dapat diterapkan kepada siswa agar kemampuan dan potensi siswa terbentuk. (2) bagi peneliti lain diharapkan penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan menggunakan metode atau pendekatan yang berbeda seperti pendekatan inkuiri, saintifik, dan sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Effendi, S. 1973. Bimbingan Apresiasi Puisi. Flores: Nusa Indah. Jabrohim (Ed).1994. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama. Mohtarom, Mochamad Faizal. 2012. “Pendidikan Karakter yang Ditemukan dalam Unsur-unsur intrinsik Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata”. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas Negeri Malang. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Mulyasa. 2009. Implementasi Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Muslich, Mansur. 2007.a. Dasar Pemahaman dan Pengembangan: Pedoman Bagi Pengelola Lembaga Pendidikan, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Dewan Sekolah, dan Guru. Jakarta: Bumi Aksara. _____________. 2007.b. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. Nurgiyantoro. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Rosyidah,
Kholifatur. 2014. “Pentingnya Bertanya dalam Proses Pembelajaran”. Diunduh pada tanggal 25 Mei 2016 dari m.kompasiana.com/ifahrosyidah/pentingnya-bertanya-dalamproses-pembelajaran_54f5e5d0a33311a1768b45b3
Sasmito, Bagus. 2012. “Menumbuhkan Gairah Belajar Menulis”. Diunduh pada tanggal 11 November 2016 dari https://bagussmanemas.wordpress.com/2012/02/16/menumbuhkan -gairah-belajar-menulis/ Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudjiman, Panuti. 1992. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sumardjo, Jakob. 1983. Memahami Kesusastraan. Bandung: Alumni. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana. Utami, Ayu. 2013. Pengakuan Eks Parasit Lajang. Jakarta: Gramedia. Yuliati, Lilis. 2009. “Penggunaan Pendekatan Kontekstual bagi Peningkatan Siswa dalam Pembelajaran Analisis Novel”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra. Universitas Pendidikan Indonesia.
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Skolastika Cynthia Maharani lahir di Sleman pada tanggal 10 Februari 1994. Pendidikan dasar ditempuh di SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Kemudian, ia bersekolah di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta. Pada tahun 2012, ia melanjutkan studi di Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Pada tanggal 17 Oktober 2016, ia dinyatakan lulus strata-1 dengan membuat skripsi yang berjudul “Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Alur dan Pengaluran Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1”.