PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
METODE INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN TOKOH DAN PENOKOHAN NOVEL PULANG KARYA TERE LIYE UNTUK PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER I
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh Elicha Bonita Br Turnip NIM: 121224112
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
METODE INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN TOKOH DAN PENOKOHAN NOVEL PULANG KARYA TERE LIYE UNTUK PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER I
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh Elicha Bonita Br Turnip NIM: 121224112
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat.
Bapakku Toni Turnip dan Mamaku Merli Manik yang luar biasa telah memberikan cinta dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTO
“Hiduplah seolah engkau mati besok. Belajarlah seolah engkau hidup selamanya” (Mahatma Gandhi)
“Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan sebelum kamu minta kepadanya” (Matius 6:8)
“Jika kamu tidak mengejar apa yang kamu inginkan, maka kamu tidak akan mendapatkannya. Jika kamu tidak bertanya maka jawabannya adalah tidak. Jika kamu tidak melangkah maju, kamu akan tetap berada pada tempat yang sama” (Nora Norberts)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Turnip, Elicha Bonita. 2016. Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Tokoh dan Penokohan Novel Pulang Karya Tere Liye untuk Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI Semester I. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD. Peneliti ini mengkaji tentang implementasi metode inkuiri dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Pulang Karya Tere Liye. Tujuan peneliti adalah untuk mendeskripsikan metode inkuiri dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Pulang karya Tere Liye untuk siswa SMA kelas XI semester I. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Data penelitian berupa kalimat-kalimat dalam dialog yang mengandung informasi mengenai tokoh dan penokohan dalam novel Pulang. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Pulang karya Tere Liye. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik simak dengan membaca dan mencatat hal-hal yang berkaitan dengan struktur tokoh dan penokohan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi metode inkuiri terhadap pembelajaran sastra untuk mencari tokoh dan penokohan dalam novel Pulang karya Tere Liye bagi siswa kelas XI semester I dapat dilakukan menggunakan beberapa langkah yang terdapat dalam metode inkuiri. Dari hasil data dan pembahasan ditemukan tokoh dan penokohan dalam novel Pulang karya Tere Liye. Tokoh utama adalah Bujang. Adapun tokoh tambahan adalah Tauke Muda, Kopong, Basyir, Parwez, Samad, Midah, Salonga, Frans, White, Guru Bushi, Yuki dan Kiko, Mansur, Master Dragon, Shang, Tuan Lin, Putra Tertua Tuan Lin, Tuanku Imam, Edwin,Joni, Dokter, dan Togar. Dalam penokohan ada dua teknik yang digunakan, yakni teknik ekspositori dan teknik dramatik. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa implementasi metode inkuiri dalam pembelajaran sastra untuk mencari tokoh dan penokohan dalam novel Pulang karya Tere Liye bagi siswa SMA kelas XI dapat diterapkan. Berkaitan dengan pembelajaran di sekolah, peneliti menyusun silabus dan RPP yang dapat digunakan untuk mencapai standar kompetensi (SK) membaca: 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ novel terjemahan dengan kompetensi dasar (KD): 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia atau terjemahan.
Kata kunci: Metode Inkuiri, Pembelajaran Sastra di SMA, Novel.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Turnip, Elicha Bonita. 2016. The Inquiry Method in Learning Figure and Characterization of “Pulang” Novel by Tere Liye for Literature Learning in Senior High School Class XI First Semester. Thesis. Yogyakarta: PBSI,JPBS,FKIP,USD. This reaserch is reviewing the implemantation of inquiry method in learning about figure and the characteritazion in a novel “PULANG” by Tere Liye. The purpose of this reasearch is to esccribing inqury method in learning figure and characterization of the novel for third grade senior higschool student in first semester. This type of reaserch is descriptive qualitative research. Data research are in sentences in dialouge form, that contains information about figure and characterization in the novel. Data resource of this research is a novel “Pulang” by Tere Liye. Refer techinque are used in the acumulation technique by reading and obtain things that related with the characterization structure. The result of this research are indicating implementation of inquiry method to literature study to find the figure and characterization of the novel for the third grade senior highschool student can be applied by using several steps that found in the inquiry method. Figure and characterization are found as the results of the data and discussion of the novel. The main character is Bujang. And the other additional figures are Tauke Muda, Kopong, Basyir, Parwez, Samad, Midah, Salonga, Frans, White, Guru Bushi, Yuki and Kiko, Mansyur, Doctor, and Togar. Expository and dramatic techinque are two techinques that can be used to find the characterization. Based on the results of data analysis and discussion, researchers can conclude that the implementation of the inquiry method in learning literature to find the figure and characterization in the novel can be apllied for third grade senior highschool students. Related to learning activity in school, researchers set up a syllabus and lesson plans (RPP) that can be used to achieve the reading competencey standards (SK): 7. Understanding various tale, Indonesia novels/translation novel with basic competency (KD): 7.2 analysing the intrinsic and extrinsic elements of the novel.
Keyword: Inquiry Method, literature study in senior high school, Novel
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas cinta dan kasih-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Metode Inkuiri dalam Tokoh dan Penokohan dalam Novel Pulang Karya Tere Liye untuk Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI Semester 1. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa doa, bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan selesai. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses menyelesaikan skripsi. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada: 1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 2. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. 3. Dr. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. 4. Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I, yang selama ini bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing, mendorong, dan memberikan masukan yang sangat berharga bagi penulis sejak awal hingga akhir penulisan skripsi ini. 5. Drs. P. Haryanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing II, yang dengan ketelitian telah membimbing dan memberi masukan yang berharga bagi penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat dikerjakan dengan baik. 6. Dosen-dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah membekali ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv MOTO ............................................................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ..................................... vii ABSTRAK ...................................................................................................... viii ABSTRAK ........................................................................................................ ix KATA PENGANTAR ................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................. xii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... .1 1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 6 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 6 1.3 Manfaat Penelitian Batas Penelitian........................................................ 6 1.4 Batasan Istilah ......................................................................................... 7 1.5 Sistematikan Penulisan ........................................................................... 9
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 10 2.1 Penelitian yang Relevan ........................................................................ 10 2.2 Landasan Teori ...................................................................................... 12 2.2.1 Metode Inkuiri .............................................................................. .12 2.2.1.1 Ciri-Ciri Pembelajaran Berbasisi Inkuiri ............................. .14 2.2.1.2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Inkuiri ..................... .14 2.2.1.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Inkuri................. .16 2.2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Metode Inkuiri ......................... .18 2.2.2 Pengertian Novel ........................................................................... 19 2.2.3 Unsur Pembangun Novel .............................................................. .20 2.2.2.1 Tokoh ................................................................................... .21 2.2.2.2 Penokohan ............................................................................ .22 2.2.4 Pembelajaran Sastra di SMA ......................................................... .23 2.2.5 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ............................ .27 2.2.5.1 Silabus ................................................................................... .28 2.2.5.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ..................................... .29 2.2.5.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ......................... .29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 31 3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 31 3.2 Data dan Sumber Data ............................................................................ 32
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.3 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 32 3.4 Teknik Analisis Data ............................................................................... 32 BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 34 4.1 Deskripsi Data ......................................................................................... 33 4.2 Analisis Tokoh dan Penokohan Menggunakan Metode Inkuiri .............. 36 1. Bagian Pertama ................................................................................ 37 2. Bagian kedua ................................................................................... 42 3. Bagian Ketiga .................................................................................. 46 4. Bagian Keempat .............................................................................. 49 5. Bagian Kelima ................................................................................ 53 6. Bagian Keenam................................................................................ 59 7. Bagian Ketujuh ................................................................................ 67 8. Bagian Kedelapan ............................................................................ 74 9. Bagian Kesembilan .......................................................................... 79 10. Bagian Kesepuluh ............................................................................ 84 11. Bagian Kesebelas ............................................................................. 90 12. Bagian Kedua Belas......................................................................... 96 13. Bagian Ketiga Belas ........................................................................ 101 14. Bagian Keempat Belas..................................................................... 106 15. Bagian Kelima Belas ....................................................................... 114 16. Bagian Keenam Belas ...................................................................... 119 17. Bagian Ketujuh Belas ...................................................................... 124 18. Bagian Kedelapan Belas .................................................................. 129 19. Bagian Kesembilan Belas ................................................................ 135 20. Bagian Kedua Puluh ........................................................................ 140 21. Bagian Kedua Puluh Satu ................................................................ 144 22. Bagian Kedua Puluh Dua ................................................................ 147 23. Bagian Kedua Puluh Tiga ................................................................ 152 24. Bagian Kedua Puluh Empat ............................................................. 158
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.3 Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA ................................. 163 4.3.1 Silabus ............................................................................................ 164 4.3.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .............................................. 167 BAB V PENUTUP .......................................................................................... 182 5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 182 5.2 Saran ........................................................................................................ 183 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 187 LAMPIRAN ................................................................................................... 189 BIOGRAFI PENULIS ................................................................................... 209
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan proses pembelajaran di mana peserta didik (siswa) menerima dan memahami pengetahuan sebagai bagian dari dirinya, dan kemudian mengolahnya sedemikian rupa untuk kebaikkan dan kemajuan bersama. Pendidikan yang dimaksud bukanlah berupa materi pelajaran yang didengarkan ketika diucapkan, dilupakan ketika guru baru selesai mengajar dan baru diingat kembali ketika masa ulangan atau ujian datang, akan tetapi sebuah pendidikan yang memerlukan proses, yang bukan saja baik, tetapi juga asik dan menarik, baik bagi guru maupun bagi siswa (Khoirul, 2015: 1). Selain itu, masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi yang diingatnya kemudian menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu bagian terpenting dalam meningkatnya hasil dari proses pendidikan adalah guru. Sebagai guru dalam kegiatan pendidikan harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan dasar, arah, tujuan dan kebiaksanaan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Dalam mengajar seorang guru harus memilih pendekatan yang sesuai dengan pemikirannya. Dari pendekatan ini biasanya seorang guru memilih metode-metode yang akan
1
digunakan sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
materi yang akan diajarkan. Sebagai pendidik harus pintar-pintar dalam memilih metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Hal ini dilakukan sematamata agar kegiatan belajar mengajar tidak monoton, yang mana membuat peserta didik lebih dapat menyerap pelajaran yang diberikan guru. Metode yang cocok digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah metode inkuiri. Secara garis besar, inkuiri berasal dari kata inquiri yang merupakan kata dalam bahasa inggris yang berarti penyelidikan/ meminta keterangan, atau “siswa diminta untuk mencari dan menemukan sendiri” (Khoirul, 2015:7). Dalam konteks penggunaan inkuiri sebagai metode mengajar, siswa ditempatkan sebagai subjek pembelajaran, yang berati bahwa siswa memiliki andil besar dalam menentukan suasana dan model pembelajaran. Karya sastra merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan dan digabungkan dalam pelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia. Melalui karya sastra siswa mampu mengetahui karya sastra yang dihasilkan oleh sastrawansastrawan indonesia yang kemudian dapat menjaga dan melestarikannya. Apabila karya-karya sastra dianggap tidak berguna, tidak bermanfaat lagi untuk menafsirkan dan memahami masalah-masalah dunia nyata, maka pembelajaran sastra harus dipandang sebagai sesuatu yang penting yang patut menduduki tempat yang selayaknya. Jika pengajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat, maka pengajaran sastra dapat juga memberikan sumbangan yang besar untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang cukup sulit untuk dipecahkan di dalam masyarakat. Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan utuh apabila cakupannya meliputi 4 manfaat, yaitu: membantu keterampilan berbahasa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 15-16). Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang menampilkan tokohtokoh dalam serangkaian peristiwa tersusun secara koheren dan estetik. Jalan ceritanya dapat menjadi suatu pengalaman hidup yang nyata. Novel, sebagai mana karya sastra umumnya, mempunyai tugas mendidik pengalaman batin pembaca atau pengalaman manusia. Novel lahir dan berkembang dengan sendirinya sebagai sebuah genre pada cerita atau menceritakan sejarah dan fenomena sosial. Novel mempunyai fungsi dulce et utile yang artinya menyenangkan dan bermanfaat bagi pembaca melalui penggambaran hidup nyata. Dalam proses pembelajar, guru dapat menjadikan novel sebagai media pembelajaran sastra. Pemilihan novel yang akan digunakan sebagai media pembejaran sastra perlu dibertimbangkan agar siswa tidak merasa jenuh dan bosan. Sebagai contoh, dalam penelitian ini media yang digunakan adalah novel Pulang karya Tere Liye. Dengan menggunkan novel Pulang karya Tere Liye, kiranya mampu membantu siswa dalam proses pembelajaran. Novel Pulang karya Tere Liye menceritakan tentang seseorang yang menemukan makna dari perjalanan panjang hidupnya. Kisah ini bermula dengan kedatangan serombongan pemburu dari kota di bawah pimpinan Tauke Muda, atau Tauke Besar ke desa (talang). Bujang adalah putra dari Samad dan Midah. Tauke Besar adalah saudara angkat Samad. Dulunya, Samad bekerja sebagai begal untuk ayah Tauke Besar. Samad telah berjanji suatu hari nanti akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
menyerahkan anaknya kepada Tauke Besar. Tauke Besar kemudian mengajak Bujang ikut bersamanya ke kota. Ada potensi sangat besar dalam diri Bujang yang terdeteksi oleh Tauke Besar, hingga tak ragu untuk memfasilitasi Bujang dengan semua bentuk latihan dan pendidikan. Tauke Besar bahkan telah bercita-cita, bahwa suatu hari nanti Bujang-lah yang akan menggantikan kedudukannya sebagai pimpinan Keluarga Tong. Keluarga Tong awalnya adalah salah satu penguasa di kota provinsi yang menguasai bongkar muat pelabuhan dengan sumber penghasilan terbesar berasal dari penyelundupan. Itu sebabnya, ada banyak begal yang dipekerjakan dalam Keluarga Tong. Dalam perkembangannya, Keluarga Tong telah bertransformasi secara luar biasa. Dari penguasa shadow economy di tingkat provinsi lalu merambah ke ibukota. Dengan organisasi bisnis yang terus menggurita, membesar dan mencengkeram nyaris setiap sendi pergerakan ekonomi di ibukota bahkan negara. Dan selama itu pula, Bujang terus bermetamorfosis hingga menjadi jagal nomor satu dalam keluarga Tong. Namun Bujang bukan sekadar jagal biasa. Prestasinya jauh melesat, melampaui dua generasinya terdahulu, yaitu kakek dan ayahnya yang semuanya berprofesi sebagai begal. Bujang adalah seorang peraih master universitas luar negeri, jago menembak dan menguasai ilmu bela diri, sekaligus menjadi andalan Tauke Besar untuk melakukan diplomasi tingkat tinggi hingga lintas negara. Bujang memiliki gelar Si Babi Hutan. Peneliti memilih novel Pulang karya Tere Liye
sebagai media
pembelajararan karena berdasarkan pengetahuan peneliti novel tersebut mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
menyajikan
adegan demi adegan dengan detail. Menguras emosi dan juga
memilih topik hangat yang sedang berkembang dalam masyarakat. Kalimat demi kalimat tidak dibuat bertele-tele dan mampu membuat pembaca hadir di dalam setiap kejadian. Alasan lain peneliti menggunakan novel Pulang karya Tere Liye karena pengarangnya. Tere Liye merupakan
penulis yang dikenal di masyarakat
khususnya Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari karya-karyanya yang cukup terkenal dan bahkan diantaranya telah diangkat ke layar lebar. Karya-karyanya yang terkenal antara lain, Rembulan Tenggelam di wajahmu (2009), Bidadaribidadari Surga (2004), Moga Bunda disayang Allah (2006), Hafalan Shalat Delisha (2007), Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (2012), Ayahku (bukan) Pembohong (2011), Kisah Sang Penandai (2011), Sunset Bersama Rosie (2011), Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah (2012), Berjuta Rasanya (2012), Negeri Para Bedebah (2012), Sepotong Hati yang Baru (2012), Negeri di Ujung Tanduk (2013), Burlian (2009), Pukat (2010), Eliana (2011), Amelia (2013), Bumi (2014), Dikatakan atau Tidak Dikatakan (2014), itu Tetap Cinta (2014), Rindu (2014), Bulan (2015), Hujan (2016), dan Matahari (2016). Peneliti memilih judul “Metode Inkuri dalam Pembelajaran Tokoh dan Penokohan dalam Novel Pulang Karya Tere Liye untuk Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI Semester I” karena peneliti menyadari bahwa guru mampu memanfaatkan berbagai media dalam proses pembelajaran di sekolah. Novel merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran sastra dengan menggunakan metode inkuiri. Melalui pembelajaran sastra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
diharapkan guru dapat membantu para siswa untuk menemukan dan mencari nilainilai positif yang dapat diambil dalam novel Pulang.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang akan diteliti pada penelitian ini adalah bagaimana penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Pulang karya Tere Liye untuk siswa kelas XI semester I?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan
rumusan
masalah
di
atas,
tujuan
penelitian
adalah
mendeskripsikan penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Pulang karya Tere Liye untuk siswa di SMA kelas XI semester I.
1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut. 1.4.1
Manfaat Teoritis a.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi dunia pendidikan sastra dalam pemilihan bahan ajar.
b.
Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan dalam mengkaji pembelajaran novel khususnya dalam penerapan metode inkuiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
1.4.2
Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihakpihak berikut. a.
Bagi guru Penelitian ini diharapkan mampu membantu guru dalam mengajarkan pembelajaran sastra, khususnya menganalisis unsur intrinsik dengan menggunakan metode inkuiri.
b.
Bagi siswa Penelitian ini diharapkan mampu membantu siswa untuk memahami tentang unsur intrinsik dalam novel, khususnya tokoh dan penokohan.
c.
Bagi peneliti lain Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada peneliti lain,
khususnya
pengetahuan
tentang
pembelajaran
dengan
menggunakan metode inkuiri.
1.5 Batasan Istilah 1. Novel Novel adalah suatu cerita fiksi yang melukiskan para tokoh gerak serta adegan kehidupan, representatif dalam suatu alur (Tarigan, 2012:16). 2. Tokoh Menurut Sudjiman (1988:16) tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
3. Penokohan Munurut Nurgiyantoro (1995:172) penokohan merupakan bagian, unsur, yang bersama dengan unsur-unsur yang lain membentuk suatu totalitas. 4. Metode Inkuiri Menurut Gulo (dalam Widharyanto, 2003:83-84), metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan pembelajar untuk mencari dan menyelidiki secara sitematis, logis, dan analitis, sehingga pembelajar dapat merumuskan sendiri sebagai penemuan atas berbagai pesoalan dengan penuh pecaya diri. 5. Pengajaran Sastra Pengajaran sastra dapat membantu siswa secara utuh apabila cakupannya meliputi
empat
manfaat,
yaitu:
membantu
keterampilan
berbahasa,
meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16). 6. Silabus Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang implementasi kurikulum, yang mencakup kegiatan pembelajaran, pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar, serta penilaian (Mulyasa, 2008:133). 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang menyusun RPP itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan pembelajarn secara terprogram (Masnur Muslich, 2007:53).
1.5 Sistematika Penulisan Proposal ini terdiri dari 3 bab, bab I terdiri dari pendahuluan berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II penelitian terdahulu yang relevan, kajian pustaka yang membahas tentang metode inkuiri, pengertian novel, pembelajaran sastra di SMA, kurikulum tingkat satuan pendidikan (a) silabus, (b) rencana pelaksanaan pembelajaran, (c) standar kompetensi, dan (d) kompetensi dasar. Pada bab III metodologi penelitian berisi tentang jenis penelitian (kulitatif), metode penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan
data,
instrument
penelitian,
dan
teknik
analisi
data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan Penelitian terdahulu yang relevan adalah sebagai berikut: pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ayu Yulianti (2014) dengan judul “Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Membaca Pemahaman Siswa Kelas XI.IPS2 SMA Negeri 2 Mengwi”. Hasil penelitan menunjukkan bahwa metode inkuiri dapat (1) meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas XI IPS.2 SMAN 2 Mengwi, (2) guru menggunakan kiata-kiat pembelajaran yang tepat dalam mengimplementasikan metode inkuiri untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa, dan (3) menumbuhkan respons positif siswa terhadap pembeajaran membaca. Hal ini dibuktikan dengan uji t (independent samples T-test) yang menunjukkkan harga sig. Penelitian ini merupakan Penelitian Tidak Kelas (PTK). Penelitian terdahulu yang relevan adalah sebagai berikut: kedua penelitian yang dilakukan oleh Melinda Crishtiyanti Rambu (2011) dengan judul “Metode Inkuiri dalam pembelajaran Tema dan Amanat Novel Perempuan Itu Bermata Saga karya Agust Dapaloka Untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
metode inkuiri merupakan metode
pembelajaran yang melibatkan secara maksimal selurul kemampuan pembelajar untuk mencari dan menyelediki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga pembelajar dapat merumuskan sendiri sebagai penemuan atas berbagai
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
persoalan dengan penuh percaya diri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, metode ini digunakan untuk mendeskripsikan unsur tema dan amanat dalam novel. Hasil analisis menunjukkan bahwa tema yang terdapat dalam novel Perempuan Itu Bermata Saga adalah jangan meremehkan kaum perempuan karena mereka bukanlah kaum yang lemah dan tak berdaya. Pada diri mereka terdapat begitu banyak kekuatan dahsyat yang dimiliki kaum laki-laki. Amanat yang terdapat dalam novel Perempuan Bermata Saga adalah setiap musibah yang terjadi kita dapat memetik hikmah di dalammnya. Hikmah dari suatu peritiwa itu akan mendatangkan kebaikan untuk bisa memperbaharui diri lebih baik. Metode inkuiri dapat melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan pembelajar untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, logis, dan kritis, sehingga pembelajar dapat merumuskan sendiri sebagai penemuan atas berbagai persoalan dengan penuh percaya diri. Berdasarkan dua penelitian relevan di atas persamaan penelitian pertama yang dilakukan oleh Ayu Yulianti (2014) dengan penelitian ini yang berjudul “Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Tokoh dan Penokohan Novel Pulang Karya Tere Liye untuk Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI Semester I” adalah sama-sama menggunakan pendekatan inkuiri, namun untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar membaca pemahaman siswa, sedangkan penelitian ini menggunakan metode inkuiri untuk pembelajaran tokoh dan penokohan novel Pulang karya Tere Liye. Selain itu, terdapat perbedaan jenis penelitian.
Jenis penelitian yang
dilakukan oleh Ayu Yulianti (2014) adalah penelitian tindak kelas, sedangkan pada penelitian ini menggunakan pelitian kualitatif
deskriptif. Teknik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
pengumpulan data yang dilakukan oleh Ayu Yulianti (2014) adalah tes dan wawancara, sedangkan pada peneltian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah teknik simak dengan membaca novel kemudian mencatat hal-hal yang berkaitan dengan tokoh dan penokohan dalam novel. Berdasarkan dua penelitian relevan di atas persamaan penelitian kedua yang dilakukan oleh Melinda Christiyanti Rambu (2015) adalah sama-sama menggunakan metode inkuiri dan menganalisis novel serta mengkaji unsur intrinsik dalam novel, namun pada penelitian yang dilakukan oleh Melinda Christiyanti Rambu (2015) adalah unsur tema dan amanat.
2.2
Landasan Teori
2.2.1
Metode Inkuri Metode inkuiri merupakan kegiatan inti dari pembelajaran kontekstual,
melalui inkuiri akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri. Kegiatan pembelajaran yang mengarah pada upaya menemukan, telah lama diperkenalkan pula dalam pembelajaran inquiri and discovery (mencari dan menemukan). Unsur menemukan dari pembelajaran kontekstual dan inkuri secara prinsip tidak banyak perbedaan, intinya sama, yaitu model atau sistem pembelajaran yang membantu siswa baik secara individu maupun kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
belajar untuk menemukan sendiri sesuai degan pengalamannya masing-masing (Rusman, 2014: 194). Dalam konteks penggunaan inkuiri sebagai model belajar mengajar, siswa ditempatkan sebagai subjek pembelajaran, yang berarti bahwa siswa memiliki andil besar dalam menentukan suasana dan model pembelajaran. Dalam metode ini siswa didorong untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar, salah satunya secara aktif mengajukan pertanyaan yang baik terhadap setiap materi yang disampaikan dan pertanyaan tersebut tidak harus selalu dijawab oleh guru, karena semua peserta didik memiliki kesempatan yang sama untuk meberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Dalam hal ini, kategori pertanyaan yang baik adalah pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang sedang dibicarakan/dibahas dapat dijawab sebagian atau keseluruhannya dan dapat di uji serta diselidiki secara bermakna. Tujuan pembelajaran berbasis inkuiri terletak pada kemampuan siswa untuk memahami, kemudian mengindetifikasi degan cermat dan teliti, lalu diakhiri dengan memberikan jawaban atau solusi atas permasalahan yang tersaji. Titik tekan yang terdapat dalam pembelajaran berbasis inkuiri bukan terletak pada solusi atau jawaban yang diberikan, tetapi pada proses pemetaan masalah dan kedalaman pemahaman atas masalah yang menghasilkan penyajian solusi atau jawaban yang valid dan meyakinkan; siswa bukan hanya mampu untuk menjawab ‘apa’, tetapi juga mengerti ‘mengapa’ dan ‘bagaimana’. Selain itu, pembelajaran berbasis inkuiri bertujuan untuk mendorong siswa semakin berani dan kreatif dalam bermajinasi. Dengan imajinasi, siswa dibimbing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
untuk menciptakan penemuan-penemuan, baik yang berupa penyempurnaan dari apa yang telah ada maupun menciptakan ide, gagasan, atau alat yang belum pernah ada sebelumnya. Siswa didorong bukan saja untuk mengerti materi pembelajaran, tetapi juga mampu menciptakan penemuan. Dengan kata lain, siswa tidak akan lagi berada dalam lingkup pembelajaran telling science akan tetapi didorong hingga bisa doing sciecse (Khoirul, 2015: 7-8).
2.2.1.1 Ciri-ciri pembelajaran berbasisi inkuiri Ciri-ciri pembelajaran berbasis inkuri menurut Khoirul (2015:13-14) adalah: a. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. b. Seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. c. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau mengembangkan kemapuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
2.2.1.2 Prinsip-prinsip pembelajaran berbasis inkuiri Menurut Khoirul (2015:20-22), ada lima prinsip yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode inkuiri, yaitu sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
a. Berorientasi pada pengembangan intelektual Tujuan utama dari pembelajaran menggunakan strategi inkuri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, stategi pembelajaran inkuiri ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. b. Prinsip interaksi Proses pembeajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antar-siswa, interaksi siswa dengan guru maupun interaksi siswa dengan ligkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi, artinya menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. c. Prinsip bertanya Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai perannya. Dengan demikian, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan bagian dari proses berpikir. d. Prinsip belajar untuk berpikir Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, tetapi juga merupakan proses berpikir, yaitu proses mengembangkan potensi seluruh otak kiri maupun kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
e.
Prinsip keterbukaan Belajar merupakan suatu proses mencoba berbagai kemungkinan, yakni dengan prinsip segala sesuatu mungkin saja terjadi. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan
ruang
untuk
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
2.2.1.3 Langkah-langkah pembelajaran berbasis inkuri Langkah-langkah pembelajaran berbasisi inkuiri menurut Hosnan (2014: 343344) dipaparkan sebagai berikut: a. Orientasi Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini, pendidik mengkondisikan agar peserta didik siap melaksanakan proses pembelajaan. Pendidik merangsang dan mengajak peserta didik untuk berpikir memecahkan masalah. b. Merumuskan Masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa peserta didik suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menentang peserata didik untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
c. Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji dan perlu diuji kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sebarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. d. Mengumpulkan Data Mengumpulkan
data
adalah
aktivitas
menjaring
informasi
yang
dibutuhkan untuk dapat menarik kesimpulan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Oleh karena itu, tugas dan peran guru dalam tahap ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. e. Menguji Hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban
yang diberikan bukan hanya berdasarkan
argumentasi, akan tetapi harus didukung data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. f. Merumuskan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Dalam mencapai kesimpulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
yang akurat sebaiknya pendidik maupun menunjukkan pada peserta didik data mana yang relevan.
2.2.1.4 Kelebihan dan kekurangan metode inkuiri Setiap metode pasti memiliki keleihan dan kekurangan, namun kelebihan dan kekurangan tersebut hendaknya dijadikan refrensi untuk penekanan terhadap hal yang posisitif dan meminimalisir kekurangannya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung sesuai rencana. Hosnan (2014: 344) mengungkapkan beberapa kelebihan metode inkuiri yaitu sebagai berikut. a. pembelajaran inkuiri menekankan kepada pengembangan aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara seimbang. b. Pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang bagi siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. c. Pembelajaran inkuiri ini dapat melayani siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. d. Inkuiri merupakan metode yang dianggap paling sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Disamping memiliki kelebihan, metode inkuiri juga memiliki kekurangan seperti diungkapkan Sanjaya (2006: 208-209) yaitu sebagai berikut. a. Pembelajaran inkuiri sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaansiswa dalam belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
b. Kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran. c. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. d. Memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan.
2.2.2
Pengertian Novel Novel berasal dari bahasa italia novella. Secara harafiah novella berarti
‘sebuah barang yang kecil’, dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Sekarang ini istilah novella mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novellet, yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro, 1995: 9-10). Novel adalah suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa fiksi yang banyak mengungkapkan masalah-masalah kehidupan. Novel adalah suatu cerita fiksi yang melukiskan para tokoh gerak serta adegan kehidupan, representatif dalam suatu alur (Tarigan, 2012:16). Novel merupakan bentuk karya sastra sekaligus disebut fiksi, novel berarti sebuah karya prosa fiksi yang cukup panjang, tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek. Oleh sebab itu, novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak melibatkan permasalahan yang lebih kompleks (Nurgiyantoro, 1995:11). Novel dikatakan sebagai hiburan karena didalammnya tersaji suatu cerita yang indah. Pemilihan bahasa yang menarik dan estetis dapat memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
karakteristik terhadap pembaca. Novel juga memberikan kegunaan bagi pembaca dalam kehidupan sehari-hari dalam berprilaku (Wellek dan Werren, 1990:168).
2.2.3
Unsur Pembangun Novel Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang memiliki unsur-
unsur pembangun yang kemudian secara bersama-sama membentuk sebuah totalitas. Unsur-unsur tersebut adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Namun, secara tradisional unsur tersebut dikelompokkan menjadi dua bagian, walaupun pembagian ini tidak benar-benar pilah. Pembagian unsur yang dimaksud adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur inilah yang sering banyak disebut para kritikus dalam rangka mengkaji atau membicarakan novel atau karya sastra pada umumnya (Nurgiyantoro, 1995:23). Karya sastra disusun oleh dua unsur yang menyusunnya. Dua unsur yang dimaksud unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Unsur intrinsik ialah unsur yang
menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur karya sastra, seperti tema, tokoh dan penokohan , alur dan pengaluran, latar dan pelataran, dan pusat pengisahan. Sedangkan unsur ekstrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari luarnya menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain (Ratih, 2012:4). Dalam penelitian ini, peneliti membatasi unsur intrinsik tokoh dan penokohan karena peneliti merasa unsur tersebut penting untuk dianalisis terkait dengan metode inkuiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
2.2.3.1 Tokoh Tokoh ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlaku di dalam berbagai peristiwa cerita (Sudjiman, 1992: 16). Tokoh cerita (character),menurut Abrams, adalah orang (-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Nurgiyantoro, 1995: 165). Berdasarkan segi peranan atau tingkat pentingnya, tokoh dibagi menjadi dua macam, yakni tokoh utama (central character, main character) dan tokoh tambahan (peripheral character) (Nurgiyantoro, 1995: 176). Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian (Nurgitantoro, 1995: 176177). Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak terlalu mendominasi cerita. Tokoh utama (biasanya) selalu hadir di setiap kejadian dan ia sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Tokoh utama dalam sebuah novel, mungkin saja lebih dari satu orang, walau kadar keutamaannya tak (selalu) sama. Dengan demikian, pembedaan antara tokoh utama dan tambahan tidak dapat dilakukan secara eksak dan hanya dilihat dari intensitas kemunculan tokohnya saja. Hal ini sejalan dengan pendapat Nurgiyantoro (1995: 176) yang mengatakan pembedaan itu bersifat gradasi, kadar keutamaan tokoh (-tokoh) itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
bertingkat. Tokoh utama (yang) utama, utama tambahan, tokoh tambahan utama, tambahan (yang memang) tambahan. 2.2.3.2 Penokohan Penokohan menunjuk pada pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones dalam Nurgiyantoro 1995: 165). Menurut Jones (dalam Nurgiyantoro, 1995: 166) istilah “penokohan” lebih luas pengertiannya daripada “tokoh” dan “perwatakan”. Sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimna perwatakan, dan bagaimana penempatannya dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menyaran pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita. Dalam pembentukan karateristik sebuah tokoh, penulis sastra harus memperhatikan kewajaran watak tokoh tersebut. Walaupun tokoh cerita hanya merupakan tokoh ciptaan pengarang ia haruslah merupakan seorang tokoh yang hidup secara wajar, sewajar bagaimana kehidupan manusia yang terdiri dari darah dan daging yang mempunyai pikiran dan perasaan (Nurgiyantoro, 1995: 194-211). Menurut Altenbernd dan Lewis, secara garis besar ada dua teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya, yakni teknik ekpositori (expository) dan teknik dramatik (dramatic) (Nurgiyantoro, 1995: 194). a. Teknik Ekspositori Dalam hal ini pelukisan tokoh cerita dihadirkan dengan memberikan deskripsi uraian atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita hadir dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
dihadirkan oleh pengarang kehadapan pembaca secara tidak terbelit-belit melainkan begitu saja dan lansung disertai deskripsi kediriannya yang mungkin berupa sikap sifat watak. Tingkah laku atau bahkan juga ciri fisiknya (Nurgiyantoro 1995: 194). Cara ini cukup efektif dan ekonomis. Pengarang dengan cepat dan singkat dapat mendeskrisikan kedirian tokoh ceritanya. b. Teknik Dramatik Penampilan tokoh cerita, dalam teknik dramatik, artinya mirip dengan yang ditampilkan dalam drama, dilakukan secara tak langsung. Artinya, pengarang tidak mendeskripskan secara eksplisit sikap dan sifat serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi (Nurgiyantoro 1995: 198).
2.2.4
Pembelajaran Sastra di SMA Menurut Rahmanto (1988:16), masalah yang sering kita hadapi sekarang
adalah bagaimana pengajaran sastra dapat memberikan sumbangan yang maksimal untuk pendidikan secara utuh.pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi 4 manfaat, yaitu: a. Membantu Keterampilan Berbahasa Mengikutsertakan pengajaran sastra dalam kurikulum berarti akan membantu siswa berlatih keterampilan membaca, dan mungkin ditambah sedikit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
keterampilan menyimak, wicara, dan menulis yang masing-masing memiliki hubungan yang erat. b. Meningkatkan Pengetahuan Budaya Sastra berkaitan erat dengan semua aspek manusia dan alam dengan keseluruhannya. Setiap karya sastra selalu menghadirkan ‘sesuatu’ dan kerap menyajikan banyak hal yang apabila dihayati benar-benar akan semakin menambah pengetahuan orang menghayatinya. Adanya karya sastra mampu merangsang siswa untuk mengajukan pertayaan-pertanyaan yang relevan. Suatu bentuk pengetahuan khusus yang harus selalu dipupuk dalam masyarakat adalah penegtahuan tentang budaya yang dimilikinya. Pemahaman budaya dapat menumbuhkan rasa bangga, rasa percaya diri dan rasa ikut memiliki. c. Mengembangkan Cipta dan Rasa Setiap guru hendaknya selalu menyadari bahawa setiap siswa adalah seoarang individu dengan kepribadian yang khas, kemampuan, masalah dan kadar pekembangannya masing-masing yang khusus. Oleh karena itu pentingnsekali kiranya memandang pengajaran sebagai proses pengembangan individu secara keseluruhan. Dalam pengajaran sastra, kecakapan yang perlu dikembangkan kecakapan yang bersifat indra, yang bersifat penalaran, yang bersifat efektif, dan bersifat sosial, serta dapat ditambahkan lagi yang bersifat religius. d. Menunjang Pembentukan Watak Dalam nilai pengajaran sastra ada dua tuntutan yang dapat diungkapkan sehubungan dengan watak ini. Pertama, pengajaran sastra hendaknya mampu membina perasaan yang lebih tajam. Kedua, bahwa pengajaran sastra hendaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
dapat memberikan bantuan dalam usaha mengembangkan berbagai kualitas kepribadian siswa. Agar dapat memilih bahan pengajaran sastra dengan tepat, beberapa aspek perlu dipertimbangkan. Rahmanto (1988:27-33) mengklasifikasikan tiga aspek penting yang tidak boleh dilupakan jika ingin memilih bahan pengajaran sastra, yaitu: (1) Bahasa Agar pengajaran sastra dapat lebih berhasil, guru perlu mengembangkan keterampilan (atau semacam bakat) khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswanya. Kesesuaian tersebut dapat dilihat dari kosa kata baru, tata bahasa, pengertian isi wacana, ungkapan dan refrensi yang ada. Kejelian dalam menentukan kriteria bahan pembelajaran sastra tersebut akan berdampak pada pemahaman siswa terhadap karya sastra yang sedang diajarkan. (2) Psikologi Perkembangan psikologi anak tentu berbeda. Dalam memilih bahan pengajaran sastra, tahap-tahap perkembangan psikologis perlu diperhatikan karena tahap-tahap ini sangat berpengaruh kedalam minat dan keengganan anak didik dalam banyak hal. Tahap perkembangan psikologis ini juga sangat besar pengarugnya terhadap daya ingat, kemampuan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan masalah yang dihadapi. Rahmanto menklasifikasikan tahapan psikologi menjadi empat tahap, yaitu sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
(a) Tahap pengkhayalan ( 8 sampai 9 tahun) Pada tahap ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata tetapi masih penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan. (b) Tahapan romantik ( 10 sampai 12 tahun ) Pada tahap ini anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah ke realitas. Meski pandangannya tentang dunia ini masih sangat sederhana, tetapi pada tahap ini anak telah menyenangi cerita-cerita kepahlawanan, petualangan, dan bahkan kejahatan. (c) Tahapan realistik (13 sampai 16 tahun) Setiap tahap ini anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi, dan sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi. Mereka terus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti faktafakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan yang nyata. (d) Tahap generalisasi (umur 16 tahun dan selanjutnya) Pada tahap ini anak sudah tidak lagi hanya berminat pada hal-hal praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena. Dengan menganalisis fenomena, mereka berusaha menemukan dan merumuskan penyebab utama fenomena itu yang kadang-kadang mengarah ke pemikiran filsafat untuk menentukan keputusan-keputusan moral. (3) Latar Belakang Budaya Latar belakang karya sastra meliputi hampir semua faktor kehidupan manusia dan lingkungannya, seperti: geografi, sejarah, topografi, iklim,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
mitodologi,
legenda,
pekerjaan,
kepercayaan,
cara
berfikir,
nialai-nilai
masyarakat, seni, olah raga, hiburan, moral, etika, dan sebagainya. Biasanya, siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka. Dengan demikian, secara umum, guru sastra hendaknya memilih bahan pengajaran dengan menggunakan prinsip mengutamakan karya-karya sastra yang latar ceritanya dikenal oleh para siswa.
2.2.5
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kurikulum adalah sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang
tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapar dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata (Wina, 2008: 9-10). Muslich (2007: 10) mengatakan KTSP merupakan peyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanankan oleh masing-masing satuan pendidik/sekolah. Penyusunan KTSP yang dipercayakan pada setiap tingkat satuan pendidikan hampir senada dengan prinsip implementasi KBK (kurikulum 2004) yang disebut pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah (KBS). Menurut Mulyasa (2007:21-22) KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran , yakni sekolah dan satuan pendidikan. Tujuan KTSP secara umum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
dan khusus. Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengemabngan kurikulum. Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk: (1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengembangkan
kurikulum,
mengelola
dan
memberdayakan
sumberdaya yang tersedia. (2) Meningkatkan
keperdulian
warga
sekolah
dan
masyarakat
dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama. (3) Menigkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.
2.2.5.1 Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajatran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Dalam KTSP, silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian hasil belajar (Mulyasa, 2007:190).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
2.2.5.2 Rencanan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP inilah seorang guru diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram (Muslich, 2007:53). Muslich (2007: 53) menyebutkan rencana pembelajaran minimal mencakup kompetensi berikut: (1) standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar, (2) tujuan pembelajaran, (3) materi pembelajan, (4) pendekatan dan metode pembelajaran, (5) langkah-langkah kegiatan pembelajaran, (6) alat dan sumber belajar.
2.2.5.3 Standar Komperensi dan Kompetensi Dasar Standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD) merupakan arah dan landasan pengembangan materi standar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian Depdiknas telah menyediakan standar kompetensi (SK), dan kompetensi dasar (KD) berbagai mata pembelajaran yang dapat dijadikan bahan acuan oleh para pelaksana (guru) dalam mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam hal ini, tugas guru adalah menjabarkan,
menganalisis, dan mengembangkan indikator, dan
menyesuaikan SK – KD dengan karateristik dan perkembangan peserta didik, situasi dan kondisi dan kebutuhan daerah. Berikut merupakan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang sesuai dengan pembelajaran sastra di SMA kelas XI:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Membaca 7. Memahami berbagai hidayat, novel 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik Indonesia/novel terjemahan.
dan ekstrinsik novel indonesia/ terjemahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai metode penelitian. Hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian meliputi: (1) jenis penelitian, (2) data dan sumber data, (3) teknik pengumpulan data, (4) teknik analisi data.
3.1 Jenis Penelitian Penelitian dengan berjudul Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Tokoh Pulang karya Tere Liye Untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang persepsi, motivasi, tindakan dan lain sebagainya, secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan metode ilmiah (Moeleong, 1989:6). Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Hal ini dikarenakan penelitian menggunakan deskripsi yang menghasilkan data tertulis (Moloeng, 1989:11). Jadi, tujuan dari penelitian kualitaif deskriptif adalah memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan tidakan secara holistik dengan menggunakan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khsus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moeleong, 1989: 6) .
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
3.2 Data dan Sumber Penelitian Sumber data dalam penelitian ini, yaitu: Judul Buku
:Pulang
Pengarang
:Tere Liye
Penerbit
:Replubika
Tahun Terbit
:2015
Jumlah Halaman
:400
Data penelitian berupa kutipan-kutipan paragraf dan kalimat dalam novel tersebut yang menggambarkan tokoh dan penokohannya.
3.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah teknik simak dengan membaca novel Pulang, kemudian mencatat hal-hal yang berkaitan dengan struktur tokoh dan penokohan. Data yang diambil berupa kalimat-kalimat dalam dialog yang mengandung informasi mengenai tokoh, penokohan dan kesesuaiannya dengan pendekatan inkuiri untuk proses pembelajar di SMA kelas XI semester I.
3.4 Teknik Analisis Data Menurut Siddel (dalam Moeleong, 1989: 248) analisis data kualitatif prosesnya berjalan sebagai berikut : (1) mencatat yang menghasilkan data lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap ditelusuri, (2) mengumpulkan, memilah-milah, mengklarifikasikan, mensintesiskan, membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
ikhtisar, dan membuat indeksnya, (3) berpikir untuk mebuat kategori data itu mempunyai makna, dengan cara mencari dan menemukan pola dan hubunganhubungan, dan membuat temuan umum. Berdasarkan teori di atas, peneliti akan menganalisis data tersebut. Langkahlangkah analisis data sebagai berikut: (1) Menentukan novel yang dijadikan objek penelitian yaitu novel Pulang karya Tere Liye (2) Melakukan studi pustaka dengan cara mencari dan mengumpulkan teori dari berbagai sumber seperti buku, internet yang relevan dengan penelitian ini. (3) Mengindentifikasi tokoh dan penokohan novel Pulang karya Tere Liye. (4) Mendeskripsikan tokoh dan penokohan novel Pulang karya Tere Liye. (5) Mendeskripsikan metode inkuiri dalam pembelajaran sastra untuk mencari tokoh dan penokohan dalam novel Pulang karya Tere Liye bagi siswa SMA kelas XI semester I. (6) Menarik kesimpulan. (7) Menyajikan dalam bentuk laporan dari hasil analisis data tentang tokoh dan penokohan yang terkadung dalam novel Pulang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data Pada
bab
ini
peneliti
akan
mendeskripsikan
dan
memaparkan
implementasi metode inkuiri terhadap pembelajaran tokoh dan penokohan dalam novel Hujan karya Tere Liye dan relevansinya sebagai pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I. Pembelajaran sastra merupakan salah satu media yang baik dalam membangun karakter siswa. Penyajian bahan dalam pembelajaran sastra harus disesuaikan dengan kemampuan siswa pada suatu tahap tertentu. Novel adalah buku bacaan yang berisi tentang suatu fenomena dalam suatu bidang kehidupan. Dalam novel terdapat sejumlah fakta otentik yang dipaparkan dan mengandung nilai pengetahuan yang bisa dipertanggungjawabkan. Novel punya arti lebih dibandingkan sekedar kisah atau pengalaman fantastik para tokoh yang ada di dalamnya. Novel juga punya muatan ilmu pengetahuan yang luas dan kaya. Nilai-nilai pembelajaran dalam novel dapat digunakan untuk menangkap momentum tepat yang ada pada peran novel dengan tuntutan kreatifitas dan problematika pembelajaran secara umum. Pembelajaran punya peran sebagai sarana penyampai informasi, novel pun tidak diragukan punya peran itu. Pemanfaatan Novel sebagai media pembelajaran sastra merupakan bentuk upaya baru yang perlu dilakukan agar pembelajaran kita menjadi lebih bermakna. Setidaknya ada sisi positif dari Novel yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran sastra. Bermakna sebab apa yang diajarkan dapat diperlihatkan
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
dalam contoh cerita yaitu lewat pemaparan kisah-kisah dalam novel. Selain itu, pembelajaran bisa menjadi bermakna sebab apa yang dipelajari dapat menimbulkan kesan mendalam dan terlihat adanya perubahan pada struktur potensi anak, baik itu pengetahuan, sikap maupun ketrampilannya. Inilah poin penting dalam kegiatan pembelajaran yaitu terjadinya perubahan. Jika tidak ada perubahan itu, maka pembelajaran yang itu sesungguhnya telah gagal. Pembelajaran bermakna adalah hasil pembelajaram yang dicirikan dengan telah terjadinya perubahan itu. Jadi jelas bagi kita bahwa upaya kita memanfaatkan media yang ada untuk menghasilkan sesuatu yang lebih bermakna itulah yang disebut kreatifitas guru dalam pembelajaran. Selain pemilihan media, pemilihan metode
pembelajaran juga sangat
penting dalam proses pembelajaran. Peneliti memilih menggunakan motode inkuri karena metode ini mampu menekankan siswa pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Banyak siswa bosan dalam proses pembelajaran, hal itu disebabkan karena penggunaan metode ceramah yang kurang diminati oleh siswa. Dengan metode inkuiri, siswa diajak untuk terlibat aktif secara maksimal. Seluruh aktivitas yang dilakukan diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari sesuatu yang pertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Ada enam langkah-langkah yang harus dilakukan oleh siswa, yaitu (1) orientasi, tahap ini siswa dituntun untuk bisa memahami isi novel dengan cara membaca isi ringkasan novel yang disiapkan oleh guru, (2) merumuskan masalah, tahap ini siswa dituntun untuk bisa berpikir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
kritis, dengan cara merumuskan masalah yang terkandung dalam novel, (3) merumuskan hipotesis, tahap ini siswa diajak untuk berpikir logis dan rasional dalam mengembangkan hipotesis yang ada, (4) mengumpulkan data, tahap ini siswa dituntut untuk menemukan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah yaitu menetukan kutipan yang berisikan tokoh dan penokohan, (5) menguji hipotesis, tahap ini mengajak siswa untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban tersebut berdasarkan data yang telah ditemukan dalam tahap pengumpulan data, (6) menarik kesimpulan, tahap ini siswa dituntun untuk menarik kesimpulan berdasarkan apa yang siswa temukan. 4.2 Analisis Tokoh dan Penokohan Menggunakan Metode Inkuiri Novel ini dibagi atas dua puluh empat bagian. Pada setiap bagian penulis akan memaparkan analisis tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel Pulang karya Tere Liye. Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlaku di dalam berbagai peristiwa cerita (Sudjiman, 1992: 16). Penokohan menunjuk pada pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones dalam Nurgiyantoro 1995: 165). Nurgiyantoro (1995: 194-198) memberikan dua teknik pelukisan tokoh, yaitu teknik ekspositori dan teknik dramatik. Teknik ekspositori adalah teknik pelukisan tokoh cerita dengan cara memberikan deskripsi, uraian, dan penjelasan secara langsung. Teknik dramatik adalah teknik pelukisan tokoh yang dilakukan secara tidak langsung, artinya pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh, menyiasati para tokoh cerita untuk menunjukkan kehadirannya sendiri melalui berbagai aktifitas yang dilakukan baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
secara verbal lewat kata maupun non verbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi. Berikut ini akan dianalisis tokoh dan penokohan dalam novel Pulang dengan menggunakan metode inkuiri. Dalam menganalisis, penulis membagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan bab yang terdapat dalam novel Pulang karya Tere Liye, yaitu sebagai berikut: 1. Bagian Pertama a. Orientasi Siswa diminta untuk membuat ringkasan cerita pertama “Si Babi Hutan” dalam novel Pulang karya Tere Liye. Dalam cerita pertama “Si Babi Hutan” menceritakan tentang seorang bocah berusia lima belas tahun yang lahir dan besar di kampung pedalaman Sumatera, atas didikan keras dan lembut dari bapak dan mamaknya. Bapaknya bernama Samad, seorang mantan jagal tersohor yang meninggalkan masa lalu hitamnya. Mamaknya sendiri bernama Midah, seorang keturunan pemuka agama. Bujang adalah seorang bocah yang tidak memiliki rasa takut. Semuamya berawal saat Tauke Muda menginjakkan kakinya di tanah kelahiran Bujang. Tauke Muda datang dengan satu rombongannya. Ia datang dari kota untuk melakukan pemburuan besar-besaran. Mereka akan memburu babi hutan yang akhir-akhir ini meresahkan warga. Atas izin dari bapak dan mamaknya, Bujang ikut satu rombongan Tauke Muda ke hutan. Di tengah hutan yang gelap mereka dihadang sang raja babi. Semua merasa terdesak namun Bujang tampil sangat heroik dan mampu Ia mengalahkan raja babi (Liye, 2015:1-20).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
b. Merumuskan masalah 1) Siswa mengindentifikasi siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita pertama “Si Babi Hutan” dari novel Pulang karya Tere Liye 2) Siswa menetukan penokohan dalam cerita pertama “Si Babi Hutan” dari novel Pulang karya Tere Liye c. Merumuskan Hipotesis Siswa memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun. Berdasarkan gambaran awal dalam cerita pertama “Si Babi Hutan” dari novel Pulang karya Tere Liye memiliki empat tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama yang memiliki sifat pendiam dan pemberani, sedangkan yang berperan sebagai tokoh tambahan adalah Samad yang bersifat pemarah, Midah yang bersifat perduli, dan Tauke Muda yang bersifat perhatian. d. Mengumpulkan Data 1) Siapa saja tokoh yang berperan dalam cerita pertama? a) Bujang b) Samad sebagai bapak Bujang c) Midah sebagai mamak Bujang d) Tauke Muda 2) Siswa menentukan penokohan dalam cerita pertama! a) Bujang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
Bujang digambarkan sebagai tokoh yang pendiam dan pemberani. Sifat pendiam Bujang dibuktikan melalui teknik ekspositori. Teknik ekspositori merupakan teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung.
Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai
berikut: “Kau sepertinya pendiam sekali, Bujang. Tidak pernah kulihat kau berbicara sejak tadi. Bahkan tersenyum pun tidak.” Tauke Muda menatapku (Liye, 2015:10). Bukti lain ini menggambarkan Bujang merupakan tokoh pemberani. Sifat pemberani Bujang ditunjukkan ketika ia berhasil mengalahkan Babi terbesar di hutan. Hal itu dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Malam itu, dadaku telah dibelah. Rasa takut telah dikeluarkan dari sana. Aku tidak takut. Aku bersiap melakukan pertarungan hebat yang akan dikenang. Hari saat aku menyadari warisan leluhurku yang menakjubkan, bahwa aku tidak mengenal lagi defenisi rasa takut” (Liye, 2015:20). b) Samad Samad digambarkan sebagai Bapak Bujang. Samad memiliki sifat yang keras dalam mendidik Bujang. Namun, ketika Samad bertemu dengan Tauke Muda, Samad berubah menjadi sosok yang ramah. Sifat ramah Samad dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. atas adalah sebagai berikut:
Kutipan yang mendukung pernyataan di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
“Demi melihat mobil-mobil itu, bapakku beringsut turun dari anak tangga. Ia berpegangan, menyeret kakinya yang lumpuh satu seraya tertawa lebar mendekati rombongan. Aku jarang melihat bapakku yang sakit-sakitan tertawa selepas itu. Biasanya ia lebih banyak mengomel, marah-marah. Salah satu dari rombongan itu mendekat, seperti pimpinan mereka, juga ikut tertawa lebar. Mereka berpelukan dan menepuk bahu, seperti sahabat lama (Liye, 2015:4).
Bukti lain ini akan menunjukkan sifat keras Samad kepada Bujang. Sifat keras Samad dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut: “Kemari kau, Bujang,” Bapakku berseru lagi. Aku sedang mengangkat ceret berisi kopi panas menoleh. “Ayo!” Bapakku melotot, tidak sabaran (Liye, 20015:5).
c) Midah Midah digambarkan sebagai Mamak Bujang. Midah
memiliki sifat yang
perduli terhadap Bujang. Sifat perduli Midah terlihat saat Bujang ingin ikut Tauke Muda pergi berburu ke hutan. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Mamak mencengkram lenganku, berbisik lembut, “Mamak mengizinkan mu pergi. Tapi berjanjilah, kau hanya menonoton di hutan sana, Nak. Kau tidak akan melakukan apa pun. Hanya menonton yang lain berburu.” Aku mengangguk. Aku juga tau maksud tatapan Mamak. “Jangan lakukan hal bodoh di rimba sana! Kau dengar, Bujang?” Mamak memastikan (Liye, 2015:7).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
d) Tauke Muda Tauke Muda digambarkan sebagai tokoh yang perhatian kepada Bujang dan anak-anak buahnya. Sifat perhatian Tauke Muda kepada Bujang dan anakanak buahnya dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut: “Babi sialan.” Tauke Muda mendengus, menendang salah satu diantaranya. Kemudian ia menoleh padaku, “Kau baik-baik saja, Bujang?” Aku menggangguk. Napasku sudah kembali normal. Tauke Muda segera memeriksa dua anak buahnya. Dengan lengan dan betis terluka parah, dua pemburu itu bisa beranjak duduk. Yang mengenaskan, salah satu dari pemuda talang kini entah pingsan atau meninggal. Dua pemuda talang lain berusaha mengurusnya dengan kondisi badan yang juga tidak lebih baik (Liye, 2015:16-17). Selain itu, Tauke Muda juga digambarkan sebagai tokoh yang tidak peduli kepada babi-babi hutan karena telah meresahkan warga. Sifat tidak peduli Tauke Muda ditunjukkan saat dia memerintah anak buahnya untuk membunuh babi yang ada di hutan. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Habisi babi-babi itu!” Tauke Muda berteriak , tidak peduli. Senapan melayak, memuntahkan peluru (Liye, 2015:14).
e. Menguji Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita pertama “Si Babi Hutan” novel Pulang karya Tere Liye.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
f. Merumuskan Kesimpulan Pada cerita pertama, disimpulkan adanya tokoh dan penokohan. Bujang memiliki sifat yang pendiam dan pemberani (teknik ekspositori). Samad memiliki sifat keras kepada Bujang dan ramah kepada Tauke Muda (teknik dramatik). Midah
memiliki sifat yang perduli terhadap Bujang (teknik
dramatik). Tauke memiliki sifat perhatian kepada Bujang dan anak-anak buahnya (teknik dramatik) dan sifat tidak peduli kepada babi-babi hutan yang meresahkan warga (teknik ekspositori).
2. Bagian Kedua a. Orientasi Siswa diminta untuk membaca dan membuat ringkasan cerita kedua “Janji Kepada Mamak” dalam novel Pulang karya Tere Liye. Dalam cerita kedua “Janji Kepada Mamak” diceritakan bahwa Tauke Muda ingin membawa Bujang ke kota dan tinggal bersamanya. Esoknya, berat hati sang Mamak harus merelakan kepergian Bujang ke kota. Mamak memberikan pesan kepada Bujang agar ia menjaga perutnya dari daging babi dan juga tuak, segala macam minuman dan makan yang haram. Setelah mendapat izin dari bapak dan mamaknya berangkatalah Bujang ke kota bersama Tauke Muda dan rombongannya (Liye, 2015: 21-26). b. Merumsukan Masalah 1) Siswa mengindentifikasi siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita kedua “Janji Kepada Mamak” dari novel Pulang karya Tere Liye.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
2) Siswa menetukan penokohan dalam cerita kedua “Janji Kepada Mamak” dari novel Pulang karya Tere Liye. c. Merumuskan Hipotesis Berdasarkan gambaran awal dalam cerita kedua “Janji Kepada Mamak” dari novel Pulang karya Tere Liye memiliki empat tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai
tokoh utama memiliki sifat yang patuh.
Sedangkan, tokoh tambahan yaitu Samad memiliki sifat peduli dan tepat janji, Midah memiliki sifat penyanyang, dan Tauke memiliki sifat yang peduli. d. Analisis Data 1) Siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita kedua? a) Bujang b) Samad c) Midah d) Tauke Muda 2) Siswa menentukan penokohan dalam cerita kedua “Janji Kepada Mamak” dari novel Pulang karya Tere Liye a) Bujang Bujang memiliki sifat patuh kepada ibunya. Sifat patuh Bujang dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut: “Berjanjilah kau akan menjaga perutmu dari semua itu, Bujang. Agar…. Agar besok lusa, jika hitam seluruh hidupmu, hitam seluruh hatimu, kau tetap punya satu titik putih, dan semua itu berguna. Memanggilmu pulang.” Mamak mencium ubun-ubunku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
Aku mengangguk (Liye, 2015:24). b) Samad Samad memiliki sifat yang peduli dan tepat janji. Sifat tepat janji Samad dibuktikan dengan menggunakan teknik ekpositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan penjelasan secara langsung. Hal ini ditunjukkan dengan kutipan sebagai berikut: Bapak menggengam jemari Mamak, kali ini berkata lirih, “Aku tidak ingin berpisah dengan anak kita, Midah. Tapi kau seharusnya tahu persis bahwa ini adalah perjanjian masa lalu. Aku pernah bilang dengan kau, cepat atau lambat kau akan melihatnya, menyaksikannya. Cepat atau lambat kita akan kehilangan anak laki-laki kita. Biarkan dia pergi dengan restumu agar langkah kakinya ringan (Liye, 2015:22-25). Bukti lain ini menunjukkan Samad memiliki sifat peduli. Sifat peduli Samad dibuktikan dengan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Jagalah anakku, Tauke Muda.” Bapak dengan kaki lumpuh memeluk tubuh pendek gempal dengan mata sipit itu. Momen perpisahan (Liye, 2015:25). c) Midah Midah memiliki sifat penyanyang. Saat Bujang ingin pergi bersama Tauke Muda, sambil mengis Midah menyiapkan pakaian dan memberi nasihat kepada bujang. Sifat penyayang Midah dibuktikan melalui teknik deamatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
Percakapan telah di ujung kesimpulan. Mamak menangis tergugu melihat anggukan kepalaku. Siang itu, Mamak menyiapkan buntalan kain berisi pakaianku sambil menangis. Ia lantas mendekap kepalaku erat-erat. Berbisik lembut, “Mamak akan mengizinkan kau pergi, Bujang. Meski itu sama saja dengan merobek separuh hati Mamak. Pegilah, anakku, temukan masa depanmu. Sungguh, besok lusa kau akan pulang. Jika tidak ke pangkuan Mamak, kau akan pulang pada hakikat sejati yang ada di dalam dirimu. Pulang….” (Liye, 2015:23-24).
d) Tauke Muda Tauke memiliki sifat yang peduli. Tauke Muda mau mengurus Bujang seperti anaknya sendiri. Sifat peduli Tauke Muda dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut: “Tauke Muda memintanya sendiri, Midah. Tauke Muda berjanji akan mengurus Bujang seperti mengurus anaknya sendiri. Biarkan anak lakilakimu punya kesempatan menaklukkan dunia ini. Biarkan dia mewarisi darah perewa dari keluargaku. Mungkin ini sudah menjadi takdir hidup Bujang. Biarkan dia pergi, dan kita berdua bisa menghabiskan sisa hidup bersama di sini dengan damai. Aku akan mati bahagia setelah tahu Bujang memiliki masa depan (Liye, 2015:22). e. Menguji Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita kedua “Janji Kepada Mamak” novel Pulang karya Tere Liye. f. Merumuskan Kesimpulan Pada cerita kedua, ditemukan adanya tokoh dan penokohan. Bujang memiliki sifat patuh kepada ibunya (teknik dramatik). Samad memiliki sifat yang peduli (teknik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
dramatik) dan tepat janji (teknik ekspositori). Midah memiliki sifat penyanyang (teknik dramatik). Tauke memiliki sifat yang peduli (teknik dramatik).
3. Bagian Ketiga a. Orientasi Siswa diminta untuk membaca dan meringkas cerita ketiga “Shadow Economy” dalam novel Pulang karya Tere Liye. Dalam cerita bagian ketiga “Shadow Economy” membawa pembaca menuju waktu 20 tahun kemudian. Saat Bujang sudah berubah menjadi pribadi yang sangat mantap dan menjadi jagal nomor satu. Ia menemui calon presiden dan memberi peringatan agar tidak mengubah apapun yang berhubungan dengan bisnis Keluarga Tong yaitu Shadow Economy (Ekonomi Bayangan) (Liye, 2015:27-36). b. Merumuskan Masalah 1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita ketiga “Shadow Economy” dari novel Pulang karya Tere Liye 2) Siswa menetukan penokohan dalam cerita ketiga “Shadow Economy” dari novel Pulang karya Tere Liye c. Merumuskan Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalag yang telah disusun. Berdasarkan gambaran awal dalam cerita ketiga “Shadow Economy” dari novel Pulang karya Tere Liye memiliki dua tokoh yang berperan dalam cerita tersebut,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
yaitu: Bujang sebagai tokoh utama memiliki sifat yang pemberani. Sedangkan, tokoh tambahan yaitu Calon Bapak Presiden memiliki sifat ramah dan penakut. d. Mengumpulkan Data 1) Siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita kedua? a) Bujang b) Calon Bapak Presiden 2) Siswa menetukan penokohan cerita ketiga “Shadow Economy” dari novel Pulang karya Tere Liye a) Bujang Bujang memiliki sifat yang pemberani. Hal itu digambarkan saat Bujang bertemu dengan Calon Bapak Presiden dan ingin memberikan kesepakatan. Sifat pemberani Bujang dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan diatas adalah sebagai berikut: Kali ini, ruangan itu lengang. Ekspresi wajah orang berkemeja putih benar-benar berubah sekarang. Dia tidak tahan lagi, menoleh kearah penasihat ekonominya dengan wajah masam, “Apakah ini lelucon? Siapa orang ini? Bagaimana dia menyela semua kesibukan dan bertingkah tidak sopan di depanku?” “Tidak ada yang melucu saat ini, Bapak Calon Presiden.” Aku yang menjawab, “Anda bertanya siapa namaku dan aku menjawabnya dengan akurat, Si Babi Hutan. Di mana letak tidak sopannya?” (Liye, 2015:2829). b) Calon Bapak Presiden Calon Bapak Presiden memiliki sifat ramah dan takut kepada Bujang. Sifat ramah Calon Bapak Presiden dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara lansgung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Sudah lama menunggu?” Orang dengan kemeja putih itu tersenyum, menyapa ramah. “Tidak lama.” Aku menjawab pendek, menerima juluran tangannya. “Silahkan duduk. Ayo, jangang sungkan-sungkan.” Orang itu menunjuk kursi. Aku mengangguk. “Mau minum apa?” (Liye, 2015:27-28). Bukti lain menunjukkan sifat takut Bapak Calon Presiden kepada Bujang. Sifat takut Bapak Calon Presiden digambarkan saat bujang selesai memberikan kesepakan kepadanya. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan diatas adalah sebagai berikut: “Baik. Tiga puluh menit telah habis. Terima kasih atas waktunya.” Aku berdiri. Menjulurkan tangan.Orang berkeja putih lengan panjang itu patah-patah ikut berdiri, menyeka dahinya yang berkeringat gemetar menerima tanganku (Liye, 2015:35). e. Menguji Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita ketiga “Shadow Economy” novel Pulang karya Tere Liye. f. Merumuskan Kesimpulan Pada cerita ketiga disimpulkan adanya tokoh dan penokohan. Bujang memiliki sifat yang pemberani (teknik dramatik). Calon Bapak Presiden memiliki sifat ramah (teknik ekspositori) dan takut kepada Bujang (teknik dramatik).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
4. Bagian Keempat a. Orientasi Siswa diminta untuk membaca dan membuat ringkasan cerita keempat “Penunggang Kuda Suku Bedouin” dalam novel Pulang karya Tere Liye. Dalam cerita keempat “Penunggang Kuda Suku Bedouin” menceritakan kembali ke masa lalu Bujang. Saat pertama kali Bujang sampai di kota, Bujang bertemu banyak kawan, salah satunya adalah Basyir. Basyir merupakan seorang anak muda yang terobsesi menjadi ksatria penunggang kuda suku Bendouin. Basyir menjadi sahabat baiknya Bujang. Saat Bujang diajak Tauke Muda, ia bukan dilatih seperti bapaknya, menjadi tukang pukul nomor satu Kelauga Tong. Namun, Bujang malah diminta untuk belajar yang dibimbing oleh Frans (Liye, 2015:41-51). b. Merumuskan Masalah 1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita keempat “Penunggang Kuda Suku Bedouin” dari novel Pulang karya Tere Liye 2) Siswa menetukan penokohan dalam cerita keempat “Penunggang Kuda Suku Bedouin” dari novel Pulang karya Tere Liye c. Merumuskan Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasaran rumusan masalah yang telah disusun. Berdasarkan gambaran awal dalam cerita keempat “Penunggang Kuda Suku Bendouin” dari novel Pulang karya Tere Liye memiliki empat tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama yang memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
sifat pendiam, penurut, dan pintar. Sedangkan, tokoh tambahan yaitu Tauke Muda memiliki sifat yang perhatian dan bertoleransi, Basyir memiliki sifat yang ramah, dan Frans memiliki sifat yang ramah. d. Mengumpulkan Data 1) Siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita keempat? a) Bujang b) Tauke Muda c) Basyir d) Frans 2) Siswa menentukan penokohan cerita keempat “Penungang Kuda Suku Bedouin”. a) Bujang Bujang memiliki sifat yang pendiam, penurut, dan pintar. Sifat-sifat Bujang tersebut dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan
memberikan
penjelasan
secara
langsung.
Kutipan
yang
mengambarkan Bujang memiliki sifat pendiam adalah sebagai berikut: Meja kembali ramai oleh tawa. Kali ini wajah Basyir memerah. Dia melotot, tapi akhirnya memutuskan diam dan memulai meyendok makanan. Aku hanya duduk diam. Memerhatikan meja makan (Liye, 2015:43). Bukti lain ini akan menunjukkan Bujang memiliki sifat yang penurut. Sifat penurut Bujang ditunjukkn saat pertama kali dia berada di rumah Tauke Muda yang menjadi rumah barunya. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
“Nah Bujang. inilah rumah barumu sekarang.” Tauke Muda menepuki bahuku. “Tidak ada lagi rumah panggung reot bapakmu itu. Tidak ada lagi ranjang kayu, tikar anyam. Kau adalah bagian keluarga ini sekarang. Keluarga Tong. Kau dengar aku?” Aku mengangguk. “Apa pun yang dimiliki keluarga ini adalah milikmu, Bujang, dan apa pun yang kau miliki adalah milik keluarga ini. Ada seratus orang yang tinggal di rumah Keluarga Tong. Semua memiliki tugas masing-masing. Aku adalah pemimpin tunggal di rumah ini. Semua kataku dalah perintah. Lakukan tugasmu dengan baik, saling menghormati, dan respeks dengan penghuni rumah lain, maka kau tidak akan mendapat masalah.” Aku mengangguk lagi (Liye, 2015:40). Bukti lain ini akan menunjukkan bahwa Bujang merupakan tokoh yang pintar. Hal ini ditunjukkan ketika Bujang mengerjakan soal yang diberikan oleh Frans. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut; “Ini mengejutkan sekali.” Frans menatapku, wajahnya berbinarbinar, “Aku belum pernah menemukan murib dngan kecerdasan seperti ini. Berapa usiamu tadi? Lima belas?” “Ini mengejutkan. Tauke terlihat berkacak pinggang, wajahnya juga senang. “Kau memang kesulitan menjawab pengetahuan umum, tapi itu bisa dimengerti karena kau tidak pernah sekolah dan tidak pernah melihat dunia luar. Tapi nilai logika, matematika, dan potensi akademi9k lainnya, itu seperti sudah menjadi sifatmu. Kau jenius, Bujang” (Liye, 2015:50-51).
b) Tauke Muda Tauke Muda memiliki sifat yang perhatian dan bertoleransi. Sifat perhatian Tauke Muda terlihat saat pertama kali Bujang tinggal di rumahnya. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan menggunakan penjelasan secara langsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Kalian siapakan pakaian bersih untuk anak ini. Juga makan malam sup hangat kata dokter __ dan apa pun yang dibutuhkan. Berikan dia kamar yang baik serta semua keperluan” (Liye, 2015:40). __
Bukti lain ini akan menunjukkan Tauke Muda memiliki sifat toleransi. Sifat toleransi Tauke dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan menggunakan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung peryataan di atas adalah sebagai berikut: “Tidak ada di rumah ini yang bernama Tong.” Basyir mengangkat bahu, menjelaskan tanpa diminta, “Sebutan Keluarga Tong berasal puluhan tahun silam. Orang pertama yang menguasai pelabuhan mungkin bernama Tong. Itu bukan masalah besar. Di rumah ini, siapa pun orangnya, dari mana asalanya, adalah keluarga. Tidak ada yang perduli kau suku apa atau berbahasa apa, sepanjang berguna bagi Tauke” (Liye, 2015:44). c) Basyir Basyir memiliki sifat ramah kepada Bujang. Saat hari pertama Bujang tinggal di rumah Tauke Muda, Basyir menjadi sahabat baik Bujang. Sifat ramah Basyir dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Basyir menjadi sahabat baikku sejak hari pertama di rumah Tauke. Usianya enam belas. Beda satu tahun denganku. Tubuhnya tinggi besar __ beda sejengkal dariku, serta berkulit gelap, perawakan khas Arab. Dia tinggal di rumah Tauke sejak kecil dan suka sekali bicara (Liye, 2015:41-42).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
d) Frans Frans memiliki sifat yang ramah kepada Bujang. Sifat ramah Frans dbuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan menggunakan penjelasan secara langsung.
Kutipan yang mendukung
pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Halo. Senang berkenalan dengan Anda.” Frans menjulurkan tangan, menyapa ramah (Liye, 2015:47).
e. Menguji Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita keempat “Penunggang Kuda Suku Bendouin” novel Pulang karya Tere Liye. 6. Merumuskan Kesimpulan Pada cerita kelima, disimpulkan adanya tokoh dan penokohan. Bujang memiliki sifat yang pendiam, penurut, dan pintar (teknik ekspositori). Tauke Muda memiliki sifat yang perhatian (teknik ekspositori) dan bertoleransi (teknik dramatik). Basyir memiliki sifat ramah kepada Bujang (teknik dramatik). Frans memiliki sifat yang ramah kepada Bujang (teknik ekspositori)
5. Bagian Kelima a. Orientasi Siswa diminta untuk membaca dan meringkasan cerita kelima “Amok” dari novel Pulang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
Dalam cerita kelima “Amok” diceritakan kembali masa lalu Bujang yang keras kepala karena tidak ingin sekolah. Bujang ingin menjadi tukang pukul seperti Bapaknya, sedangkan Tauke tetap pada pendirian yaitu menyekolahkan Bujang. Dalam cerita kelima juga membawa pembaca menuju waktu 20 tahun kemudian. Saat Tauke Besar berusia 70 tahun dan mulai sakit-sakitan, dia meminta Bujang agar menjadi kepala Keluarga Tong. Tauke Besar merasa bahwa sebentar lagi dia akan mati dan Keluarga Tong membutuhkan pemimpin baru yaitu Bujang (Liye, 2015: 53-66). b. Merumuskan Masalah 1) Siswa menentukan siapa saja yang tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita kelima kelima “Amok” dari novel Pulang. 2) Siswa menentukan penokohan yang terdapat dalam cerita kelima “Amok” dari novel Pulang. c. Merumuskan Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarakan rumusan masalah yang telah disusun. Berdasarkan gambaran awal dalam cerita kelima “Amok” dari novel Pulang karya Tere Liye memiliki lima tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai
tokoh utama bersifat keras kepala, bertanggung jawab, dan peduli,
sedangkan tokoh tambahan yaitu Tauke bersifat pemaksa dan pemarah, Basyir bersifat ramah, Parwes bersifat ramah dan pintar, dan Dokter bersifat perhatian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
d. Mengumpulkan Data 1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita kelima? a) Bujang b) Tauke c) Basyir d) Parwes e) Dokter 2) Siswa menentukan penokohan yang terdapat dalam cerita kelima! a) Bujang Bujang memiliki sifat yang keras kepala, bertanggung jawab dan peduli. Sifat keras kepala Bujang dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Aku tetap menggeleng. “Astaga, Bujang! Omong kosong menjadi seperti bapak kau. Lihatlah. Aku bertahun-tahun ingin menjadi seperti ayahku dulu, Tauke Besar sebelumnya. Lantas apa yang aku dapat setelah menjadi dirinya? Di kota ini saja keluarga lain tidak menghormatiku, kita hanya dianggap keluarga rendah. Jangan tanya di pulau seberang, Ibu Kota, mereka hanya memicingkan mata tidak peduli. Kita dianggap sama dengan preman pasar induk yang kita taklukkan. Tidak berkelas. Murahan.” Aku tetap diam. “Kau harus sekolah ,Bujang. Frans yang akan mengajarmu secara privat di rumah ini hingga kau bisa mengejar ketinggal kelas. Kau tidak menyiakan-nyiakan bakat pintarmu. Kau seharusnya sudah kelas satu SMA, Bujang. usiamu sudajh lima belas tahun.” “Aku tidak mau.” Aku memotong (Liye, 2015:55-56).
Sifat Bujang yang bertanggung jawab dibuktikan dengan menggunakan teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Tidak ada yang bilang begitu, Tauke.” Aku berkata dengan suara lebih lembut, duduk di kursi samping ranjang, “Menemui calon presiden itu adalah pekerjaan yang Tauke berikan kepadaku, dan semua pekerjaan harus tuntas di keluarga ini, tidak terlambat walau sedetik. Tauke sendiri yang mendidik kami atau resikonya adalah hukuman” (Liye, 2015:59). Bukti lain ini menujukkan Bujang memiliki sifat yang peduli kepada Tauke Besar yang sedang sakit. Sifat peduli Bujang dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut: Aku ingin menunda percakapan ini. Dalam hidupku kematian orang terdekat selalu membuatku menjadi lebih lemah. Tapi teringat pesan dokter tadi, demi membuat tauke senang, aku memutuskan mengalah. Akan aku pertimbangkan permintaanya. Aku mengangguk (Liye, 2015:66). b) Tauke Besar Tauke Besar memiliki sifat yang pemaksa dan pemarah. Sifat-sifat Tauke tersebut dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Hal itu ditunjukkan saat Tauke Besar meminta Bujang untuk sekolah. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Kau harus sekolah, Bujang.” Tauke menatapku marah, wajahnya tidak suka. Aku mengeleng. “Kau harus sekolah, BUJANG!!” Tauke Membentakku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
Niatku sudah kokoh. Aku tidak datang sejauh ini ke kota besarhanya untuk sekolah. Aku tidak membunuh babi raksasa itu hanya untuk kemudian disuruh belajar. “Apa yang sebenarnya kau inginkan?” Tauke mengendurkan teriakannya, berusaha sedikit terkendali. Ia merapikan kertas-kertas yang sedang dia periksa melangkah mendekatiku. “Aku ingin menjadi seperti bapakku dulu.” “Menjadi bapak kau? Lantas apa yang berhasil Samad dapatkan dari menjadi seorang tukang pukul? Kakinya lumpuh satu. Kau ingin menjadi lumpuh seperti dia, hah?” Aku diam (Liye, 2015:54-55). Sifat pemarah Tauke ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut: Wajah masam Tauke terlihat mengendurdan kembali tenang. Sejak mulai sakit-sakitan lima tahun terakhir, Tauke mudah sekali marah. Dia bisa mengamuk tanpa sebab di atas ranjangnya, membuat semua orang repot. Hanya dokter senior yang bisa mengendalikannya. Aku harus lebih bersabar menghadapi Tauke. Dia sudah seperti ayahku, satusatunya keluarga yang masih hidup (Liye, 2015:60). c) Basyir Basyir berperan sebagai sahabat baiknya Bujang, ia memiliki sifat yang yang ramah kepada Bujang. Sifat ramah Basyir dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut: Basyir tertawa, akhirnya dia bisa menebak apa yang terjadi , “Kami seharian melakukan hal seru di luar sana, Bujang. Memukuli preman pasar yang banyak tingkah, dan kau justru disuruh membaca.” Sial. Aku melotot kepada Basyir yang menertawakanku. “Aku mandi, Bujang. Belajar yang rajin kau.” Basyir melambaikan tangan, kembali ke kamarnya (Liye, 2015:53-54). d) Parwes Parwes digambarkan sebagai tokoh yang ramah dan pintar. Sifat yang ramah dan pintar Bujang dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Sifat ramah Parwez ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut: “Apa kabar, Bujang?” salah satu dari dua orang yang telah berada di kamar Tauke sebelum aku, tiba-tiba menepuk bahuku. “Baik.” Aku mengangguk (Liye, 2015:60-61).
Bukti lain ini menunjukkan Parwez merupakan tokoh yang pintar. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Jika diibaratkan multinasional, maka Parwes adalah CEO alias direktur utama atas grup perusahaan yang bernilai ratusan miliar dolar. Dia keturunan india, yatim-piatu, diambil Tauke saat usianya empat belas tahun di slaah satu panti asuhan. Saat itu Parwes baru saja memenangkan kompetisi catur, menagalahkan seorang grand master. Bakatnya dalam bidang keuangan sama jeniusnya dengan permainan caturnya. Tauke membawanya ke rumah Keluarga Tong., menyekolahkannya, mendidiknya menjadi bagian penting puzzle berikutnya. Parwes sangat setia kepada Tauke. Dia rajin, cermat, serta pandai mengerakkan bisnis legal milik perusahaan. Kepribadian Parwes itu sangat disukai Tauke, karena ia benci berkelahi. Aku tidak pernah sekali pun melihat Parwes memukul orang lain. Parwes dan staf-stafnya tidak berkantor di rumah, dia mengendalikan bisnis dari gedung berlantai tiga puluh di jalan protocol Ibu Kota (Liye, 2015:61). e) Dokter Dokter memiliki sifat yang peduli kepada Tauke yang sedang sakit. Sifat peduli Dokter dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut: “Tidak ada yang perlu dicemaskan, Bujang. kondisinya stabil.” Dokter bicara padaku sebelum meninggalkan kamar, disusul dua perawat, “Tapi jangan biarkan dia bekerja banyak, jangan buat suasana hatinya buruk. Marah-marah itu menganggu fisiknya (Liye, 2015:62).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
e. Menguji Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita kelima “Amok” novel Pulang karya Tere Liye. f. Merumuskan Kesimpulan Pada cerita kelima, disimpulkan adanya tokoh dan penokohan. Tokoh-tokohnya ada Bujang yang memiliki sifat keras kepala (teknik ekspositori), bertanggung jawab (teknik dramatik), dan peduli(teknik dramatik). Tauke memiliki sifat yang pemaksa dan pemarah (teknik ekspositori). Basyir memiliki sifat ramah (teknik dramatik). Parwes memiliki sifat yang rama dan pintar (teknik ekspositori). Dokter memiliki sifat yang perhatian (teknik dramatik).
6. Bagian Keenam a. Orientasi Siswa diminta untuk membaca dan meringkas cerita keenam
“Patung Naga
Emas” dari novel Pulang karya Tere Liye Dalam cerita keenam “Patung Naga Emas” diceritakan tentang Bujang yang pergi ke Hong Kong untuk menghadiri perayaan ulang tahun Master Dragon yang ke-80. Di hari perayaan ulang tahun Master Dragon, Bujang memberikan hadiah patung naga emas. Kembali menceritakan masala lalu Bujang, saat dia protes ingin berhenti sekolah dan ingin menjadi tukang pukul sama seperti bapaknya. Hingga tiba saat kesabaran tauke hampir habis, Tauke menantang Bujang untuk ikut ritual amok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
yaitu satu orang melawan puluhan petarung. Jika satu orang itu mampu menahan gempuran dalam waktu tertentu, ia menang. Bujang kalah dalam ritual Amok, dan dia harus tetap belajar dengan Frans (Liye, 2015: 67-86). b. Merumuskan Masalah 1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita keenam “Patung Naga Emas” dari novel Pulang karya Tere Liye. 2) Siswa menetukan penokohan dalam cerita keenam “Patung Naga Emas” dari novel Pulang karya Tere Liye. c. Merumuskan Hipotesis Siswa diminta untuk membuat jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun. Berdasarkan gambaran awal dalam cerita keenam “Patung Naga Emas” dari novel Pulang karya Tere Liye memiliki enam tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai
tokoh utama bersifat pemberani dan patuh,
sedangkan tokoh tambahan yaitu Tauke Besar bersifat tanggung jawab, Master Dragon bersifat tegas dan ramah, Baysir bersifat senang mengolok bujang, Kopong bersifat tegas dan perhatian, dan Edwin bersifat pemberani. d. Mengumpulkan Data 1) Siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita keenam? a) Bujang b) Tauke Besar c) Master Dargon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
d) Basyir e) Kopong f) Edwin 2) Siswa menentukan penokohan yang terdapat dalam cerita keenam! a. Bujang Bujang memiliki sifat yang pintar mengambil perhatian Master Dragon. Saat Master Dragon berulang tahun, Bujang memberikan hadiah Patung Naga Emas yang sangat diinginkan oleh Master Dragon. Bujang juga berhasil mencuri Patung Naga Emas dari pameran seni di Singapura, sehingga membuat Master Dragon terkesan terhadapnya. Hal itu dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung.
Kutipan yang
mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Ini hebat, Si babi Hutan. Hebat sekali.” Master Dragon juga berdiri, tangannya mengelus patung naga tersebut, “Belasan tahun akau menginginkan patung ini. Mereka menjaganya seperti menjaga tongkat dewa. Berkali-kali aku mengirim orang untuk mengambilnya baik-baik, tapi selalu gagal. Aku tawarkan seratus juta dollar sebagai sumbanagn untuk Museum, namun mereka tolak mentah-mentah, bilang tidak akan dijual. Hanya karena aku menghormati patung ini aku tidak merampasnya paksa. Hari ini, di hari ulang tahunku yang ke-80, kau justru membawakannya untukku. Ini hebat sekali.” Aku mengangguk sekali lagi. Tidak mudah mencuri patung naga itu dari tempatnya. Aku harus mengirim pencuri paling lihai dan membayarnya mahal. Juga lebih banyak uang untuk menyumpal para petugas dan pihak-pihal lain agar pencurian itu berhasil. Tapi membawa patung ini penting sekali untuk memenangkan hati Master Dragon. Ada urusan yang membutuhkan persetujuan malam ini (Liye, 2015: 75-76). Bujang juga memiliki sifat yang pemberani. Saat Bujang ingin menjadi seorang tukang pukul, Tauke Besar menantang Bujang untuk ikut dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
rilual Amok. Tanpa memiliki rasa takut, Bujang pun bersedia mengikuti ritual tersebut. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori dalam kutipan sebagai berikut: “Apakah kau takut, Bujang?” Tauke Besar bertanya. Aku menggeleng cepat. Aku tidak takut. “Kau siap?” Rahangku mengeras. Siap atau tidak siap, tukang pukul lain tetap akan menyerangku (Liye, 2015: 80). Selain itu, Bujang memiliki sifat yang patuh terhadap nasihat yang di berikan oleh mamaknya. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori dalam kutipan sebagai berikut: Ini kali keempat aku bertemu Master Dragon, setelah tiga tahun sebelumnya bersama Tauke . Pada pertemuan pertama, saat jamuan makan malam, Master Dragon menatapku heran ketika Tauke bilang aku tidak akan minum tuak atau sake yang dihidangkan. Kenapa? Master Dragon ingin tahu. Aku hanya menggeleng. Itu pesan terakhir mamakku. Maka tidak setetes pun aku akan meminumnya hingga mati (Liye, 2015: 76-77). b. Tauke Besar Tauke besar memiliki sifat yang bertanggung jawab terhadap janjinya kepada Samad yang merupakan bapak Bujang. Sifat tepat janji Samad dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Hal tersebut terdapat dalam kutipan sebagai berikut: “Kau sendiri yang memintanya, Bujang. Sayang sekali, bahkan lukamu baru saja sembuh. Tapi demi kau, akan kuberikan sesuatu yang spesial. Aku telah berjanji pada Samad, kau akan selalu diistimewakan” (Liye, 2015: 79).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
c. Master Dragon Master Dragon adalah pucuk tertinggi penguasa shadow economy daratan Cina dan merupakan kepala seluruh keluarga. Dalam cerita keenam “Patung Naga Emas”, Master Dragon digambarkan sebagai sosok yang tegas dan ramah. Sifat tegas dan ramah Master Dragon dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Hal tersebut terdapat dalam kutipan sebagai berikut: Dialah yang sedang berulang tahun. Dialah kepala seluruh keluarga. Semua orang memanggilnya Master Dragon, usianya delapan puluh tahun, rambutnya memutih, tapi dia terlihat segar. Matanya berkilau tajam, garis bawahnya terlihat tegas, dan rahangnya kokoh. Usia sepertinya belum berhasil menaklukkan tampilan menakutkan darinya. Konon, dengan kekuasaan gelapnya, dia bisa mengubah hasil pemilu negara-negara maju dan menunjuk Presiden yang dia sukai (Liye, 2015: 74). Selain itu, Master Dragon juga memiliki sifat yang ramah terhadap Bujang. Sifat ramah Master Dragon ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut: “Duduklah. Ayo, mari bergabung bersama kami, Si Babi Hutan.” Master Dragon menepuk bahuku. “Kau datang terlambat, tapi makanan lezat masih terhidang. Cepat, hidangkan makanan untuknya” (Liye, 2015: 76). d. Basyir Basyir adalah tokoh yang dekat dengan Bujang. Basyir memiliki karakter yang senang mengolok Bujang. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Aku tidak senang membicarakannya, Basyir.” Aku menjawab cepat, “Dan berhenti menggangguku dengan panggilan itu.” Basyir tertawa, menepuk pundakku, “Kau harus mulai membiasakan diri mendengar panggilan itu, bujang. tidak ada lagi yang boleh memanggil namamu sekali kau diangkat jadi penerus. Aku mendelik, menyuruhnya diam. Basyir mengangkat bahu, tetap tertawa. “Jika hal ini memang terpaksa dilakukan, pastikan kalian melakukannya dengan cepat, Basyir, agar mereka tidak menderita.” “Tentu saja, Tauke Mu, eh, sorry, Bujang.” Basyir melambaikan tangannya, sengaja menggangguku. Di halaman bangunan utama, enam mobil van berwarna hitam mengilap telah siap berangkat. Basyir naik ke salah satu mobil, menggangguk kepadaku dan berseru pendek, “Assalamualaikum” (Liye, 2015: 68). Salain itu, Basyir juga digambarkan sebagai seorang yang kuat. Hal itu ditunjukkan ketika Basyir berhasil mengalahkan Bujang dalam ritual amok. Kekuatan Basyir dibuktikan melalui teknik dramatik. Kutipan yang medukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Entah berapa lama aku bertahan, adalah Basyir yang akhirnya membuatku terjatuh. Saat nafasku semakin tersegal, peluh membanjiri pakaianku, dan tubuhku sakit dan letih __ sudah tiba di ujung daya tahannya __ Basyir berhasil meninju daguku. Seketika tanganku yang memegang kayu menyala terjatuh. Aku terpental dua langkah. Dan saat kakiku mantap berdiri, Basyir menendangnya membuatku kehilangan keseimbangan. Badanku berdebam mengenai pasir pantai (Liye, 2015: 84). e. Kopong Kopong adalah kepala tukang pukul di Keluarga Tong. Kopong memiliki sifat yang tegas. Saat semua tukang pukul protes dan berteriak atas tindakan Bujang yang dianggap curang karena menyambar pasir ke wajah para penyerang, Kopong berhasil menghentikan teriakan dan protes para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
tukang pukul. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut: Kopong mengangkat tangannya, menyuruh lingkaran diam. Kopong menggeleng, tidak setuju bahwa itu curang. Ia menyuruh yang lain berhenti protes dan kembali menyerangku (Liye, 2015: 83). Selain itu, Kopong juga memiliki sifat yang perhatian kepada Bujang. Sifat perhatian kopong dibuktikan melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut: “Tadi kau memberikan kesenangan luar biasa, Bujang.” Kopong mengangkat botol birnya, “Kau adalah mangsa yang berbalik menjadi pemburu.” Para tukang pukung mengangguk berseru-seru. “Mari kita bersulang untuk Bujang. Pertama, untuk pertarungannya malam ini. Dia sudah memberikan yang terbaik. Sudah bertahan Sembilan belas menit.” Tangan-tangan memegang gelas dan botol terangkat. “Kedua, mari kita bersulang karena mulai besok Bujang harus sekolah. Memukuli kertas dengan pulpennya.” Kopong tertawa, bergurau (Liye, 2015: 85). f. Edwin. Edwin adalah seorang pilot muda yang bekerja di Keluarga Tong. Edwin memiliki sifat yang pintar dan pemberani. Ia adalah salah satu lulusan terbaik akademi militer. Ketika ibunya sedang sakit, ia nekad menerbangkan pesawat tempur dalam misi personal dan mendarat di lansan pacu komersial. Kejadian itu itu membuatnya dipecat secara tidak hormat. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Edwin pilot muda, usianya baru dua puluh delapan tahun, direkrut dari angkatan udara. Ia lulus terbaiik akademi dan memiliki karir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
militer yang cemerlang, hingga dia nekad menerbang pesawat tempur dalam misis personal dan mendaratkannya di landasan pacu komersial. Insiden itu membuat berang atasannya. Dia dipecat tidak hormat. Aku yang merekrut Edwin lima tahun lalu, tertawa saat tahu apa misi personalnya. Edwin hanya ingin bergegas pulang menemui ibunya yang sakit keras di kota lain. Aku menawarkannya untuk menjadi pilot Keluarga Tong __ dengan bonus dia bebas memakai beberapa pesawat jet canggih milik keluarga Tong. Bahkan kalaupun dia hanya ingin mengajak ibunya makan siang di Hawai, tidak akan ada yang memecatnya. Anak muda itu menyetujuinya. Dia jelas adalah pilot serba bisa, dia juga bisa menerbangkan helikopter hingga pesawat amfibi (Liye, 2015: 70).
e. Menguji Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita keenam “Patung Naga Emas” novel Pulang karya Tere Liye. f. Membuat Kesimpulan Pada cerita keenam, disimpulkan adanya tokoh dan penokohan. Bujang dilukiskan mempunyai sifat yang pintar mengambil perhatian kepada Master Dragon, pemberani, dan patuh terhadap nasihat yang telah diberikan mamaknya (teknik ekspositori). Tauke Besar memiliki sifat yang bertanggung jawab terhadap janjinya kepada bapak Bujang (teknik ekspositori). Master Dragon digambarkan adalah pucuk tertinggi penguasa shadow economy daratan Cina yang merupakan kepala seluruh keluarga memiliki karakter tegas dan ramah kepada Bujang (teknik ekspositori). Baysir digambarkan sebagai sahabat bujang yang memiliki sifat senang mengolok bujang (teknik dramatik). Kopong sebagai kepala tukang pukul di Keluarga Tong yang tegas (teknik dramatik) dan perhatian kepada Bujang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
(teknik ekspositori). Edwin dilukiskan sebagai pilot muda yang berkerja di Keluarga Tong besifat pintar dan pemberani (teknik ekspositori).
7. Bagian Ketujuh a. Orientasi Siswa diminta untuk membaca dan meringkas cerita ketujuh
“Pencuri yang
Pengecut” dari novel Pulang karya Tere Liye Dalam cerita ketujuh “Pencuri yang Pengecut” diceritakan tentang Bujang yang pergi ke Hong Kong bukan hanya untuk menhadiri ulang tahun Master Dragon, dia juga ingin membahas pekerjaan kepada Master Dragon. Bujang ingin agar Master Dragon mengunci permasalahan Keluarga Tong dengan Keluarga Lin yang telah menncuri pemidai milik Keluarga Tong. Adanya perintah dari Master Dragon, masalah kedua keluarga tidak bisa melibatkan siapa pun. Menceritakan kembali masa lalunya Bujang, saat dia gagal dalam ritual Amok, dia mempunyai kesempatan untuk belajar bela diri bersama Kopong. Selepas belajar dengan buku dan pulpen di siang hari, ia belajar tinju di malam hari. Berhari-hari bahkan berbulan-bulan ia berlatih sangat keras. Pada akhirnya Bujang berhasil mengalahkan Kopong. Itu artinya latihan bujang selesai dan harus berganti guru (Liye, 2015: 87-105). b. Merumuskan Masalah a) Siapa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita ketujuh “Pencuri yang Pengecut” dari novel Pulang karya Tere Liye
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
b) Siswa menentukan penokohan dalam cerita ketujuh “Pencuri yang Pengecut” dari novel Pulang karya Tere Liye c. Merumuskan Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun. Berdasarkan gambaran awal dalam cerita ketujuh “Pencuri yang Pengecut” dalam novel Pulang karya Tere Liye memiliki tujuh tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama bersifat pemberani, pekerja keras, dan pintar, sedangkan tokoh tambahan Master dragon besifat bijaksana, Kopong bersifat Patuh dan Keras, Putra Tertua Keluarga Lin bersifat pembohong, Tauke Besar bersifat tanggung jawab, Basyir bersifat penakut, dan Frans bersifat telaten. d. Mengumpulkan Data 1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita ketujuh? a) Bujang b) Master Dragon c) Kopong d) Putra Tertua Keluarga Lin e) Tauke Muda f) Basyir g) Frans 1) Siswa menentukan penokohan dalam cerita ketujuh! a) Bujang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
Bujang menyebut dirinya sebagai Si Babi Hutan
yang memiliki sifat
pemberani, pekerja keras, dan pintar. Sifat pemberani Bujang digambarkan ketika ia merusak jamuan makan dalam acara ulang tahun Master Dargon, untuk mengungkapkan pecuri yaitu Keluarga Lin, yang telah mengambil teknologi pemindai milik Kelurga Tong. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Apa yang kau inginkan dengan merusak jamuan makan malamku, Si Babi Hutan?” Master Dragon bertanya, tatapannya tajam. Aku bisa merasakan aura mengerikan miliknya. Tapi aku tidak takut. Aku balas menatapnya tajam, “Pemindai itu milik kami, Master. Hingga kapan pun itu milik kami. Jika Keluarga Lin menolak mengembalikannya baik-baik, kami akan mengambilnya dengan paksa. Itu bisa pemicu perang antar keluarga di Asia Pasifik, aku tahu. Tapi kami tidak punya pilihan. Keluarga Lin sengaja mencuri pemindai itu saat Tauke sakit. Mereka pikir, kami akan mengalah, karena kami juga akan menghadapi masalah internal di negara kami, menghadapi keluarga-keluarga lain di sana yang berusaha merebut kekuasaan. Tapi kami tidak selemah itu. Merekalah yang pengecut. Mereka menolak pembicaraan, menolak bertemu secara hormat, bahkan malam ini, Lin tidak datang. Dia menyuruh anaknya untuk hadir. Dia mengira Tauke akan datang, dia takut bertemu dengan Tauke” (Liye, 2015: 90). Sifat pekerja keras Bujang digambarkan pada kejadian dua puluh tahun lalu, saat dia kalah dalam ritual Amok. Bujang harus belajar dengan Frans dan membaca banyak buku agar mendapatkan nilai-nilai terbaik. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
Siangnya aku berangkat sekolah. Bukan di sekolah sungguhan, tapi belajar dengan Frans di bangunan utama. Usiaku lima belas tahun, tapi aku harus tertinggal sembilan tahun pendidikan formal. Setiap kali menemui Frans, aku membawa lebih banyak buku yang harus ku baca di kamar. Tapi ini berubah menyenangkan karena dengan bisa berlatih bersama Kopong, aku tidak keberatan menghabiskan waktu membacanya. Juga tidak keberatan mendengarkan Basyir dan pemuda lain mnegolok-ngolokku, memanggilku ‘Profesor’. Aku berjanji akan mendapat nilai-nilai terbaik. Frans si Amerika juga guru yang mengasyikkan. Dia mengajariku dengan cara menyenangkan (Liye, 2015: 96). Bukti lain yang menggambarkan Bujang sebagai sosok pintar, yaitu saat ia berhasil mendapatkan nilai-nilai sempurna. Dalam satu tahun Bujang berhasil memperoleh ijazah sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik yang terdapat dalam kutipan sebagai berikut: Aku tidak pernah ikut satu pun pertempuran. Pertama, karena Tauke melarangku, dan itu tidak ada tawar menawar. Kedua, aku sibuk dengan sekolahku. Satu tahun tinggal di sana, aku telah mendapatkan ijazah persamaan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Nilainilaiku sempurna. Frans si Amerika mulai memasang target, saat usiaku menjelang tujuh belas, aku harus memiliki ijazah persamaan sekolah menengah atas (Liye, 2015:99). b) Master Dragon Master Dragon memiliki sifat yang bijaksana. Sifat bijaksana Master Dragon tergambar saat ia berhasil penjadi penengah dari pertikaian antara Bujang dengan putra sulung Keluarga Lin, tanpa memihak siapa pun. Sifat bijaksana Tuan Lin dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh
cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak
langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
“Jika demikian, apa yang disampaikan si babi hutan adalah kebenaran. Maka, masalah ini adalah antara Keluarga Tong dan Keluarga Lin. Aku memutuskan agar mereka berdua menyelesaikannya tanpa melibatkan siapa pun. Jika ada satu keluarga lain ikut mendukung pihak bertikai, itu berarti berhadapan denganku. Aku memerintahkan Lin bertemu dengan perwakilan Keluarga Tong, membicarakannya secara terhormat. Jika Lin, menolak menemuinya, maka itu berarti dia menolak mematuhi perintahku. Apa pun hasil pembicaraan keluarga, tidak ada satu pun yang boleh ikut campur. Keputusan itu final” (Liye, 2015: 91-92). c) Kopong Kopong digambarkan memiliki sifat patuh terhadap perintah dari Tauke Besar. Sifat patuh Kopong dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut: “Ini hanya usul sederhana, Tauke. Aku harap tauke memikirkannya. Apa pun keputusan tauke dalah perintah bagiku.” Kopong mengangguk, undur diri (liye, 2015: 94). Selain itu Kopong juga digambarkan memiliki sifat yang keras dalam mendidik Bujang.
Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik dalam
kutipan sebagai berikut: “Lebih cepat, Bujang! Kau lari macam ibu-ibu sedang mengandung” (Liye, 2015: 97). d) Putra Tertua Keluarga Lin Putra tertua Keluarga Lin memiliki sifat yang pembohong. Hal itu terlihat saat ia tidak mengakui bahwa keluagnya telah mencuri
teknologi
pemindai milik Keluarga Tong. Sifat pembohong putra tertua Keluarga Lin dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Mereka mencuri teknologi pemindai yang telah kami kembangkan lima tahun terakhir di labolatorium Makau. Mereka mencuri pengecut.” Aku berkata dingin. “Kami tidak mencurinya. Bajingan. Kami membelinya dari Profesor riset tersebut. Puluhan juta dolar,” Putra tertua Keluarga Lin berteriak demi mendengar kalimatku (Liye, 2015:88). e) Tauke Besar Tuake Besar memiliki sifat yang tepat janji kepada bapak Bujang agar tidak membiarkan Bujang terluka. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjalasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Enak sekali kau bilang begitu. Aku sudah berjanji kepada bapaknya, anak itu tidak boleh terluka. Mamaknya akan marah.” Tauke melotot (Liye, 2016: 93). f) Basyir Basyir memiliki sifat yang penakut. Sifat penakut Basyir digambarkan ketika para tukang pukul sedang membahas penyerbuan yang dilakukan oleh Basyir di sentral perdagangan elektronik untuk mengambil alih teritorial itu dari kelompok lain, dia lari terbirit-birit saat enam orang bersenjata tajam menyerangnnya. Sifat penakut Basyir dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Kau lari, Basyir, kami semua melihatnya.” Seorang pemuda berseru, tertawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
“Aku tidak lari. Aku hanya mencari posisi bertahan yang lebih baik sekaligus menunggu bantuan dari yang lain.” Basyir membela diri. Mereka sedang membahas penyerbuan kesentral perdagangan elektronik mengambil alih teritoritorial itu dari kelompok lain. Pertempuran terjadi di lorong-lorong toko gang-gang sempit, dan rumah-rumah padat. “Jangan membantah, Basyir. Seperti penunggang kuda suku Bendouin tidak sehebat yang dia ceritakan. Kau lari terbirit-birit dikejar enam orang yang membawa golok besar.” Wajah Basyir memerah padam. Aku ikut tertawa melihatnya diolok pemuda lain. Menilik cerita mereka. Tentu saja Basyir akan lari. Tidak akan ada tukang pukul yang nekat menghadapi enam orang bersenjata tajam sendirian (liye, 2015: 96-97).
g) Frans Frans adalah guru Bujang yang telaten dalam mengajarinya. Ketelatentan Frans dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut: Sama dengan Kopong, Frans si Amerika menjadi sahabat baikku. Dia telaten mengajari, mencarikan buku-buku yang harus ku baca, dan memastikan aku bisa menguasai buku itu dengan menceritaka ulang padanya. Frans juga mengajariku bnayak bahasa, mulai dari bahasa Inggris, Mandarin, dan Jepang. Saat aku bosan mengerjakan soal, dia akan mengajakku bercakap-cakap sambil membentangkan peta dunia__sebenarnya itu juga belajar, meski disampaikan dengan cara yang berbeda (liye, 2015: 100). e. Menguji Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita ketujuh “Pencuri yang Pengecut” novel Pulang karya Tere Liye.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
f. Merumuskan Kesimpulan Pada cerita ketujuh, disimpulkan adanya tokoh dan penokohan. Bujang dillukiskan mempunyai karakter yang pemberani (teknik ekspositori), pekerja keras, dan pintar (teknik dramatik). Master dragon dilukiskan mempunyai karter yang bijaksana (teknik dramatik). Putra Tertua Keluarga Lin dilukiskan sebagai sosok yang pembohong (teknik dramatik). Tuake Besar dgambarkan sebagai tokoh yang bertanggung jawab terhadap janjinya dengan bapak Bujang (teknik ekspositori). Basyir dilukiskan memiliki sifat yang penakut (teknik dramatik). Frans adalah guru Bujang yang telaten dalam mengajar Bujang (teknik ekspositori).
8. Bagian Kedelapan a. Orientasi Siswa diminta untuk membaca dan meringkas cerita kedelapan “Tim Terbaik” dari novel Pulang karya Tere Liye Dalam cerita kedelapan “Tim Terbaik” dicerikan tentang Bujang yang meminta bantuan kepada Yuki, Kiko, dan White untuk menemaninya ke markas Keluarga Lin di Makau. Jika terjadi penyerangan, Yuki, Kiko, dan White bersedia untuk membantu Bunjang menghadapi Keluarga Lin (Liye, 2015: 117). b. Merumuskan Masalah 1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita kedelapan “Tim Terbaik” dari novel Pulang karya Tere Liye
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
2) Siswa menetukan penokohan dalam cerita kedelapan “Tim Terbaik” dari novel Pulang karya Tere Liye c. Merumuskan Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun. Berdasarkan gambaran awal dalam cerita kedelapan “Tim Terbaik” dalam novel Pulang karya Tere Liye memiliki tiga tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai
tokoh utama bersifat kaku, sedangkan White bersifat
pemberani dan ramah, Yuki dan kiko bersifat matrealistis, berperan sebagai tokoh tambahan. d. Mengumpulkan Data 1) Siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita kedelapan? a) Bujang b) White, putra sulung dari Frans White merupakan seorang marinir dan beralih profesi menjadi juru masak. c) Yuki dan Kiko, dua gadis kembar merupakan cucu dari guru Bushi dan berprofesi sebagai pencuri kelas dunia. 2) Siswa menetukan tokoh dan penokohan a) Bujang Bujang memiliki sifat yang kaku. Sifat kaku Bujang digambarkan saat ia tidak ingin diajak foto bersama Yuki dan Kiko. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Selamat bersenang-senang.” Aku berpamitan hendak melangkah. “Hei, apa kau tidak mau berfoto bersama kami sebelum pergi?” Aku menggeleng. “Ayolah! Untuk kenang-kenangan.” Salah satu gadis itu menggoda, “Kau tidak pernah mau berfoto bersama setiap kali bertemu. Selfie?” Aku melambaikan tangan, tertawa kecil sambil berjalan menjauh, “Ingat! Jangan terlambat, pukul Sembilan nanti malam” (Liye, 2015: 110).
b) White White adalah seorang marinir yang yang beralih profesi menjadi juru masak. Selain pintar memasak, White juga digambarkan sebagai sosok yang pemberani dan ramah kepada Bujang. Sifat pemberani White digambarkan saat Bujang mengajaknya untuk ikut masuk ke markas Keluarga Lin, dan mengambil barang yang telah dicuri oleh Keluarga Lin.
Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu
teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berukut: Orang Amerika di seberang meja mereka pelipisnya, memperbaiki posisi celemek, “Masuk ke markas Keluarga Lin sama saja dengan bunuh diri, Bujang. ada ratusan pengawal pribadi, belum lagi security resmi dari kasino. Kalaupun bisa masuk, tidak ada yang menjamin kau bisa keluar. Kita hanya bisa masuk, tidak ada yang menjamin kau bisa keluar. Kita hanya berempat dengan si kembar itu. Dan entah hal bodoh apa yang akan si kembar lakukan di sana, yang bisa membuat semua berantakan. Aku tidak tahu.” “Kau ikut atau tidak, White?” Aku tersenyum, meletakkan sendok, meyerahkan catatan kecil berisi rencana nanti malam. “Baiklah, aku ikut. Aku bosan setiap hari memotong cumi atau memukuli udang. Lama sekali aku tidak menembaki para penjahat.” White mengambil kertas itu (Liye, 2015: 115).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
Sifat ramah White kepada Bujang dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut: “Selamat pagi, Bujang. kejutan kapan kau tiba di Hong Kong?” Dia menyapa dengan bahasa setempat__meski bukan penduduk setempat, tersenyum lebar. Aku balas tersenyum, mengangguk, “Selamat pagi, White. Aku baru saja tiba tadi malam. Perutku lapar. Bisakah kau menyiapkan sesuatu? Aku sengaja tidak sarapan di hotel.” “Kau pesan seperti biasa? Tanpa bir, tanpa danging babi?” “Iya, untuk yang itu seperti biasa. Tapi kali ini, aku ingin kau menemaniku makan. Ada yang hendak kubicarakan. Kau mungkin tertarik.” Juru masak akrab menepuk bahuku, “Baiklah. Akan kusiapkan dulu makanannya, setelah itu aku akan menemanimu, Bujang” (Liye, 2015: 112). Bukti lain ini akan menunjukkan White merupakan tokoh yang pintar memasak. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Aku tidak punya pilihan. Mereka yang memulai…. Omong-omong, ini lezat sekali, White. Kau memang jauh lebih pandai memasak dibandingkan menjadi mariner (Liye, 2015: 113). c) Yuki dan Kiko Yuki dan Kiko digambarkan sebagai dua gadis kembar yang berasal dari Jepang. Yuki dan Kiko memiliki sifat yang matrealistis dan tidak serius dalam misi. Bukti yang menggambarkan Yuko dan Kiko sebagai gadis Jepang, dibuktikan melalui teknik ekspositori dalam kutipan sebagai berikut: Aku menyapa dua gadis. Mereka mengenakan pakaian seperti turus Jepang, warna-warni cerah, juga dengan topi lebar berwarna. Di tangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
mereka tergenggam kamera terkini. Usia mereka sekitar dua puluh lima tahun. Wajah Jepang mereka terlihat jelas. Kembar (Liye, 2015: 108). Bukti lain yang menunjukkan Yuki dan Kiko memiliki sifat matrealistis, yaitu saat Bujang mengajak Yuki dan Kiko untuk ikut menemaninya di Makau dalam menyelasaikan misi. Yuki dan Kiko menyetujui ajakan Bujang dengan bayaran lima batang emas untuk setiap orang. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Kalian bisa menemaniku di Makau? Grand Lisabon. Lantai 40. Pukul Sembilan tepat.” “Menemanimu? Apa acaranya?” “Mengambil sesuatu. Di luar itu bebas, tidaj ada peraturan.” “Siapa tuan rumahnya?” “Tuan rumah yang sama sekali tidak ramah.” “Orang tua? Apa yang harus kami siapkan?” “”Apa pun yang bisa kalian bawa. Aku butuh semua bantuan yang tersedia, terutama saat kabur dari kejaran anjing pemilik rumah. Kalian bisa menemaniku?” Dua gadis tersenyum centil, “Tergantung. Berapa bayarannya?” “Limabelas batang emas. Untuk setiap orang.” Meraka saling tatap sejenak, tertawa. Mengangguk serempak (Liye, 2015: 109). Bukti lain ini akan menggambarkan Yuki dan Kiko merupakan tokoh yang suka bermain dalam misi. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori dalam kutipan sebagai berikut: “Siapa yang bertugas sebagai pengalih perhatian?” “Yuki dan Kiko.” White menepuk celemek yang dipakainya, berseru, “Aku tidak suka cucu kembar Guru Bushi. Mereka selalu bermain-main dalam setiap misi.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
Aku tertawa kecil, meraih gelas, “Cukup adil. Mereka juga tidak suka dengan kau, yang terlalu serius dalam setiap misi. Kau tertarik berabung?” (Liye, 2015: 114). e. Menguji Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita kedelapan “Tim Terbaik” novel Pulang karya Tere Liye. f. Merumuskan Kesimpulan Pada cerita kedelepan “Tim Terbaik, disimpulkan adanya tokoh dan penokohan. Bujang memiliki sifat yang kaku (teknik dramatik). White digambarkan sebagai seorang marinir beralih profesi menjadi juru masak yang memiliki sifat yang pintar memasak (teknik ekspositori),pemberani, dan ramah kepada Bujang (teknik dramatik). Yuki dan kiko digambarkan sebagai gadis kembar dari Jepang yang matrealistis (teknik dramatik) dan suka bermain-main dalam misi (teknik ekspositori).
9. Bagian kesembian a. Orientasi Siswa diminta untuk membaca cerita kesembilan “Penyerbuan Kasino” dari novel Pulang karya Tere Liye Dalam cerita kesembilan “Tim Terbaik” menceritakan kejadian saat Bujang berada di Makau. Hotel Grand Libson adalah tempat tujuan Bujang untuk bertemu dengan Tuan Lin dan mengambil pemidai yang dicuri oleh Keluarga Lin. Bujang berhasil mengambil pemidai prototype dan membunuh Tuan Lin dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
meleparkan kartu nama dengan jurus shuriken yang dikuasainya. Dengan bantuan White, Yuki, dan Kiko, Bujang berhasil menyelamatkan diri dari serangan Keluarga Lin (Liye, 2015: 117-133). b. Merumuskan Masalah 1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita kesembilan “Penyerbuan Kasino” dari novel Pulang karya Tere Liye 2) Siswa menetukan penokohan dalam cerita kesembilan “Penyerbuan Kasino” dari novel Pulang karya Tere Liye c. Merumuskan Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun. Berdasarkan gambaran awal dalam cerita kesembilan “Penyerbuan Kasino” dalam novel Pulang karya Tere Liye memiliki lima tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama yang bersifat pemberani, sedangkan yang berperan sebagai tokoh tambahan adalah Tuan Lin bersifat sombong, Putra Tertua Tuan Lin bersifat mampu menahan marah, White bersifat pemberani, Yuki dan Kiko bersifat pemberani. d. Mengumpulkan Data 1) Siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita kesembilan? a) Bujang b) Tuan Lin c) Putra Tertua Tuan Lin d) White
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
e) Yuki dan Kiko 2) Siswa menentukan tokoh dan penokohan a) Bujang Bujang memiliki sifat pemberani. Saat Bujang bertemu dengan Tuan Lin di ruang meditasi, Bujang tidak diizinkan membawa senjata dan itu bisa membuat dia terbunuh. Sifat pemberani Bujang dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Tuan Lin akhirnya tertawa, “Kau akan membunuhku dengan apa? Kau tidak membawa senjata apa pun, bahkan sepatu mu dilepas di ruang meditasi ini.” Aku tidak menjawab. Tetap menatapnya tanpa berkedip. “Aku suka dengan anak muda ini. Kau benar-benar tidak memiliki rasa takut. Berapa Keluarga Tong membayarmu, hah? Akan aku lipatgandakan jika kau mau bergabung bersamaku” (Liye, 2015: 122).
b) Tuan Lin Tuan Lin memiliki sifat yang sombong. Sifat sombong Tuan Lin tergambar saat Bujang menemuinya di ruangan meditasi untuk mengambil Prototype pemindai yang telah di curi oleh Keluarga Lin. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Tuan Lin kembali tertawa, tawa yang menghina. Dia menoleh ke meja di sampingnya. Prototype pemindai iu ada di sana, hanya sebesat tablet atau laptop, di dalam kotak terbuka. Benda kecil yang sangat bernilai. “Kau piker aku kan mengembalikannya? Keluarga kalian picik sekali takut dengan siapa pun.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
“Kau seharusnya takut, Tuan Lin.” “Oh ya? Bukankah kau hanya datang seorang diri? Aku cukup mengangkat tanganku sekarang maka pertemuan ini akan berakhir. Dan besok pagi-pagi kami akan mengirim potongan kepalamu ke Tauke, membuatnya terkencing-kencing ketakutan.” Aku menggeram. Percakapan ini sudah tiba di ujungnya. “Kau telah melakukan kesalahan fatal, Tuan Lin” (Liye, 2015: 123).
c) Putra Tertua Tuan Lin Putra tertua Tuan Lin memiliki sifat yang mampu menahan marah. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang medukung pernyataan di atas adalah sebahgai berikut: “Periksa sekali lagi!” pastikan dia tidak membawa apa pun ke dalam sana,” Putra tertua Keluarga Lin mendesak. Wajahnya sejak tadi merah padam menahan marah (Liye, 2015: 120). d) White White digambarkan sebagai seorang mantan mariner yang memiliki sifat pemberani. Saat Bujang diserang oleh Kelurga Lin karena telah membunuh Tuan Lin, White datang membantu Bujang dengan menyamar sebagai cleaning service. Sifat pemberani White dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Bukti yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Pelayan itu adalah White. Dia mengeduk sesuatu dari gerobak cleaning service-nya, mengeluarkan senjata mitraliun, Thompson Sub Machine Gun yang bisa muntahkan seratus peluru per menit. Ia segera melepaskan tembakan ke depan, membantuku. Dua tukang pukul yang mengangkat pelontar granat tersungkur, senjatanya menyalak saat tubuh mereka jatuh, menembak sembarang rekannya. Saat meledak, granat itu menghancurkan dinding beton lantai 40. Dari kejauhan Kota Makau, pasti terlihat jelas ledakannya (Liye, 2015: 127).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
e) Yuki dan Kiko Yuki dan Kiko adalah gadis kembar yang memiliki sifat pemberani. Saat Bujang dan White sudah kehabisan peluru untuk mengalahkan Keluarga Lin, Yuki dan Kiko datang membantu mereka dalam pertempuran. Sifat pemberani Yuki dan Kiko dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Saat aku hampir memutuskan untuk keluar dari tangga darurat, Yuki dan Kiko akhirnya bergabung dalam pertempuran. Mereka datang dari lantai bawah dan menembaki tukang pukul, membersihkan para pengejar. Tukang pukul itu tidak menduga kehadiran si kembar, mereka dengan cepat dibersihkan. “Kalian dari mana saja?” White berseru kesal. Yuki tertawa, “Ayolah, Marinir. Jangan terlalu serius. Seharusnya kalimat pertama yang kau ucapkan adalah ‘terima kasih telah membantu” (Liye, 2015: 130). e. Menguji Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita kesembilan “Penyerbuan Kasino” novel Pulang karya Tere Liye. f. Merumuskan Kesimpulan Pada cerita kesepuluh, disimpulkan adanya tokoh dan penokohan. Tokoh Bujang dilukiskan mempunyai karakter yang memberani (teknik dramatik). Tuan Lin dilukiskan mempunyai karakter yang sombong (teknik dramatik). Putra Tertua Tuan Lin dilukiskan mempunyai sifat yang mampu menahan marah (teknik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
ekspositori). White digambarkan seorang seorang mantan mariner yang pemberani (teknik dramatik). Yuki dan Kiko digambarkan sebagai dua gadis kembar yang pemberani (teknik dramatik).
10. Bagian Kesepuluh a. Orientasi Siswa diminta untuk membaca dan meringkas cerita kesepuluh “Pindah ke Ibu Kota” dalam novel Pulang karya Tere Liye. Dalam cerita kesepuluh “Pindah Ke Ibu Kota” diceritakan kembali ke masa lalunya Bujang. Saat itu Kopong sudah menemukan guru baru untuk, Bujang yaitu Guru Bushi. Bersama Guru Bushi, Bujang berlatih menggunakan shuriken, berupa pedang yang bersembunyi di telapak tangan. Berbulan-bulan Bujang terus berlatih menggunakan shuriken. Hingga suatu saat Guru Bushi mendadak harus pulang ke Jepang. Dia mendapat kabar bahwa ananknya tewas di Tokyo dan meninggalkan dua cucu kembar. Dalam sebuah perayaan keluarga Tong, Tauke mengumumkan bahwa mereka akan pindah ke Ibu Kota. Tiga Bulan sebelum Keluarga Tong pindah, Bujang lulus di universitas Ibu Kota dengan jurusan terbaik. Mendengar kabar kelulusan Bujang, Tauke sangat senang dan berniat untuk memberikan apa pun yang Bujang inginkan. Namun Tauke tidak setuju dengan permintaan Bujang, dia meminta agar Tauke mengizinkannya untuk ikut dengan tukang pukul lainnya dalam menyelesaikan sebuah tugas. Hingga suatu saat, sehari sebelum keberangkatan ke Ibu Kota, markas Keluarga tong diserbu oleh Kelopok Arab. Mereka adalah kelopok terakhir yang disinggkirkan Keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
Tong, penguasa kawasan pabrik tekstil. Seluruh tombol keamanan di markas Keluarga Tong dinyalakan dan menyisakan dua belas anggota penyerang. Tauke meraih pistol dan melepaskan tembakan ke para penyerang. Aminusi pistol Tauke sudah habis dan menyisahkan delapan orang penyerang. Penyerang berhasil sampai di jantung benteng Keluarga Tong. Dengan mendapatkan perintah dari Tauke, Bujang melawan delapan orang anggota Kelompok Arab yang tersisah. Saat itu juga Tauke mengisi amunisi pistolnya dan membantu Bujang berhadapan dengan penyerang. Bujang berhasil membunuh enam anggota Arab dan yang lainnya tumbang karena tembakan dari Tauke. Kejadiann itu membuat Bujang diangkat menjadi jagal nomor satu di keluarga Tong (Liye, 2015: 135-158). b. Merumuskan Masalah 1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita kesepuluh “Pindah Ke Ibu Kota” dari novel Pulang karya Tere Liye. 2) Siswa menetukan penokohan dalam cerita kesepuluh “Pindah Ke Ibu Kota” dari novel Pulang karya Tere Liye. c. Merumuskan Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarakan rumusan masalah yang telah dianalisis. Berdasarkan gambaran awal dalam cerita kesepuluh “indah ke Ibu Kota” dalam novel Pulang karya Tere Liye memiliki empat tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai
tokoh utama yang bersifat keras kepala,
pemberani, dan pekerja keras, sedangkan Tauke Besar bersifat perhatian, Kopong bersifat perhatian, dan Mansur bersifat penakut, berperan sebagai tokoh tambahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
d. Mengumpulkan Data 1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita kesepuluh! a) Bujang b) Tauke Besar c) Kopong d) Mansur 2) Siswa menentukan penokohan dalam cerita kesepuluh! a) Bujang. Bujang digambarkan sebagai orang yang pintar, keras kepala, pemberani, dan pekerja keras. Kepintaran Bujang digambarkan saat ia lulus seleksi ujian di universitas Ibu Kota. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Dia diterima di universitas Ibu Kota, Tauke. Di jurusan terbaiknya. Anak angkatmu, Bujang, lulus ujian seleksi universitas.” Frans yang memberi tahu, tertawa (liye, 2015: 137). Bukti lain yang menunjukkan Bujang memiliki sifat keras kepala, yaitu saat ia meminta kepada Tauke untuk menugaskannya bersama tukang pukul lainnya dalam menyelesaikan sebuah tugas. Hal ini
dibuktikan
melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
“Astaga! Susah sekali menyuruh kau diam, Bujang.” Kali ini Tauke Besar benar-benar mengamuk, “Aku tahu kau ingin merasakan ditugaskan menjadi tukang pukul. Aku tahu kau satu-satunya di keluarga ini yang belum melewati masa inisiasi sebagai anggota. Kau ingin menunaikan tugas, membuktikan bahwa kau berharga, lantas diangkat sebagai anggota ritual keluarga. Tapi itu tidak perlu! Detik pertama kau tiba di sini, detik itu pula kau sudah menjadi anggota keluarga.” Aku menunduk. Terdiam. “Bawa dia keluar dari ruanganku, sebelum aku memukulnya dengan kayu.” Tauke Besar berteriak, menyuruh Frans si Amerika. Frans segera menarik tanganku. “Sial sekali anak Samad ini. Aku habis-habisan menjauhkannya dari masalah, dia sendiri yang bebal memintanya. Keras kepala dan susah diatur, persis seperti bapaknya.” Tauke berguman jengkel di belakangku (liye, 2015:140). Bukti lain yang menunjukkan Bujang memiliki karakter pekerja keras. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Aku selalu bertanya-tanya, apa yang sebenarnya diajarkan di sekolah, Bujang. maksudku, kau belajar enam jam setiap hari, ditambah pekerjaan rumah. Tugas berminggu-minggu, berbulan-bulan, dua belas tahun, dan itu baru menyelesaikan sekolah menengah atas. Hei, apa sih yang dipelajari selama itu? Sekarang ditambah pula kuliah empat tahun, seolah tidak cukup dua belas tahun tersebut. Itu sistem yang gila, Bujang” (liye, 2015: 141). Bukti lain ini akan menunjukkan Bujang merupakan tokoh yang pemberani. Saat kelompok Arab menyerang markas besar Keluarga Tong dan menyisakan delapan anggota, Bujang tidak takut melawan mereka seorang diri. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori dalam kutipan sebagai berikut: Delapan lawan satu. Aku sungguh tidak takut. Tidak ada kata itu dalam hidupku (Liye, 2015: 152).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
b) Tauke Besar Tauke besar memiliki sifat yang perhatian kepada Bujang. Saat Bujang diterima di universitas Ibu Kota, Tauke senang dan ingin memberikan Bujang hadiah. Sifat perhatian Tauke dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Aku menatap wajah riang Tauke Besar. “Ini kebetulan yang menarik, Bujang. kita pindah ke Ibu Kota minggu depan, menjemput masa depan Keluarga Tong yang gemilang, dank au diterima kuliah di sana. Katakana…. Katakan padaku, apa yang kau inginkan sekarang? Aku sedang senang, Bujang. akan kujadikan itu hadiah untukmu. Hadiah atas diterimanya kau di universitas” (Liye, 2016: 138). c) Kopong Kopong memiliki sifat yang perhatian kepada Bujang. Sifat perhatian Kopong dibuktikan melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut: Aku tertawa mendengarnya. Kopong punya cara yang berbeda dengan Tauke Besar tentang belajar, tapi dia ikut senang melihatku sekolah (Liye, 2015: 141). d) Mansur Mansur digambarkan sebagai tokoh yang penakut dan memiliki daya ingat yang tinggi. Sifat penakut Mansur tergambar saat ia melihat dua belas anggota kelompok Arab yang selamat dari ledakan Bom. Dua belas anggota kelopok Arab itu memiliki badan-badan besar dan membawa pedang.
Mansur meriuk di bawah meja, gemetar hingga terkencing-
kencing dalam celana. Sifat penakut Mansur dibuktikan melalui teknik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Sialnya, tidak seluruh penyerang tewas, masih tersisah dua belas lagi. Mereka yang tidak menduga akan disambut ledakan bom dan menyaksikan ledakannya terkapar, berteriak kalap. Kelompok Arab itu muncul dari balik kepul debu dengan pedang teracung. Tubuh-tubuh tinggi besar itu berloncatan dengan hebat kepala bertuliskan simbol mereka. Pelayan yang berada di ruangan menjerit ngeri, sementara Mansur sudah meriuk di bawah meja, gemetar hingga terkencing dalam celana (Liye, 2016: 151). Bukti lain ini akan menunjukkan Mansur merupakan tokoh yang memiliki daya ingat yang kuat. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Pukul Sembilan, Tauke ikut bergabung. Wajahnya yang subuh tadi merah padam, kini terlihat lebih bersahabat habis mandi dan sarapan. Ia sempat berbicara dengan Mansuruntuk memastikan semua sudah siap dan tidak ada yang tertinggal. Mansur menggangguk__aku tidak akan meragukan daya ingat Mansur, dia bahkan bisa mengingat setiap rupiah yang dikeluarkan Keluarga Tong (liye, 2016: 148). e. Menguji Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita kesepuluh “Pindah ke Ibu Kota” novel Pulang karya Tere Liye. f. Merumuskan Kesimpulan Pada cerita kesepuluh, disimpulkan adanya tokoh dan penokohan. Bujang dilukiskan sebagai tokoh yang pintar (teknik dramatik), keras kepala (teknik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
ekspositori), pemberani (teknik ekspositori), dan pekerja keras (teknik dramatik). Tauke Besar dilukiskan memiliki karakter yang perhatian kepada Bujang (teknik dramatik). Kopong dilukiskan memiliki karakter yang perhatian kepada Bujang (teknik dramatik). Mansur dilukiskan memiliki karakter yang penakut (teknik dramatik) dan memiliki daya ingat yang kuat (teknik ekspositori).
11. Cerita Kesebelas a. Orientasi Siswa diminta untuk membaca dan meringkas cerita kesebelas “Latihan Menembak” dalam novel Pulang karya Tere Liye Dalam cerita kesebelas “Latihan Menembak” diceritakan roda bisnis Keluarga Tong semakin besar saat mereka pindah ke Ibu Kota. Semua orang di Keluarga Tong terlihat sibuk. Ada banyak tugas dari Tauke yang harus diselesaikan. Bujang juga sbuk, karena selain menjadi tukang pukul, dia juga mengikuti aktifitas kuliah. Ketika pertemuan bulanan di ruang kerja Tauke Besar, Mansur membicarakan tentang uang yang lebih banyak sebagai modal bisnis properti di Ibu Kota. Bujang memberikan solusi agar Kelarga Tong mendirikan bank sendiri, sehingga secara illegal uang-uang itu akan datang dengan sendirinya. Tauke menyetujui solusi dari Bujang dan memerintahkan Mansur untuk mengurus surat menyurat dalam mendirikan bank. Seiring berjalannya waktu, Kopong menemukan guru baru untuk Bujang. Namanya Salonga, seorang penembak jitu asal Filipina. Walaupun Bujang sering mendapat makian dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
Salonga, dia tetap bersemangat mengikuti latihan menembak (Liye, 2015: 159176). b. Merumuskan Masalah 1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita kesebelas “Latihan Menembak” dari novel Pulang karya Tere Liye 2) Siswa menentukan penokohan dalam cerita kesebelas “Latihan Menembak” dari novel Pulang karya Tere Liye c. Merumuskan Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun Berdasarkan gambaran awal dalam cerita kesebelas “Latihan Menembak” dalam novel Pulang karya Tere Liye memiliki lima tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai
tokoh utama bersifat pemberani, jenius, dan
pekerja keras, sedangakan tokoh tambahan adalah Salonga bersifat pemarah, Kopong bersifat perhatian, White bersifat baik, Yuki dan Kiko bersifat ceria. d. Mengumpulkan Data 1) Siapa saja tokoh yang berperan dalam cerita kesebelas? a) Bujang b) Salagon c) Kopong d) White e) Yuki dan Kiko 2) Siswa menentukan penokohan dalam cerita kesepuluh!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
a) Bujang Bujang memiliki sifat yang pemberani, jenius, dan pekerja keras. Sifat pemberani Bujang tergambar saat ia menghajar empat senior ospek yang telah menyudutkannya. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berukut: Saat empat senior ospek menyudutkanku, membawaku ke ruang dosa ruangan kelas yang ditutup kain hitam __ lantas mengintimidasi serta memukul. Aku sudah berusaha bersabar, hingga mereka mulai menghinaku sebagai anak kampong yang tidak pantas kuliah di Ibu Kota. Aku mematahkan tangan salah satu dari mereka dan membuat rontok empat gigi senior lainnya. Dua orang sisanya ditemukan sedang merangkak kesakitan, harus dibawa ke rumah sakit segera. Pelajaran tinju yang berikan Kopong tidak sia-sia. Sejak saat itu, tidak satu pun senior ospek yang berani menyentuhku (Liye, 2015: 199). __
Bukti lain ini akan menunjukkan Bujang merupakan tokoh yang jenius. Saat Masur merencanakan bisnis Keluarga tong, Bujang memberikan usul agar Keluarga Tong mendirikan bank sendiri, tanpa harus meminjam uang atau merampok bank sebagai modal bisnis property yang akan mereka bangun di Ibu Kota. Kejeniusan Bujang dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Kau ada usul, Bujang?” Aku mengangguk, “Jika pihak bank tidak mau meminjamkan uang dan kita juga tidak bisa meramoknya, maka ada cara lain. Kita dirikan sajaj bank sendiri. Gunakan uang kita sebagai modal, biarkan masyarakat luas menabung di sanan. Uang-uang itu akan datang dengan sendrinya. Semua dilakukan secara legal. Kita juga bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
sekaligus mencuci uang dari bisnis illegal, aka nada banyak keluarga lain yang tertarik menyimpan dananya di bank kit.” Ruangan Tauke Besar lengang sejenak. “Itu jenius sekali, Bujang!” Tauke menepuk dahinya, seolah tidak percaya mendengar ide tersebut, “Kau benar. Kita dirikan saja banknya. Uang akan datang, persis seperti laron mengerubuti lampu. Tidak percuma kau kuliah di universitas terbaik Ibu Kota” (Liye, 2015: 168). Bukti lain ini akan menggambarkan Bujang memiliki sifat pekerja keras. Sifat pekerja keras Bujang dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut: Selain kuliah di siang hari dan menjadi tukang pukul di malam hari, aku juga meneruskan latihan rutinku. Tidak setiap malam, hanya dua kali seminggu di antara tugas malamku bersama tukang pukul lain, tapi itu tetap penting. Kopong memastikanku tetap menjalankan rencanarencana pelatihan (Liye, 2015: 169).
b) Salonga Salonga digambarkan sebagai penembak terbaik di benua Asia yang berasal dari Filipina. Kopong menjadikan Solonga sebagai guru Bujang dalam latihan menembak. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Salonga lahir dari keluarga miskin di kawasan Tondo, Kota Manila, sebuah kawasan super padat di ibu kota Filipina. Di antara gang-gang kumuh, jalan sempit, perumahan padat, dan bau pengap dari got-got, ratusan tindakan criminal terjadi setiap hari di atasnya. Salonga besar di jalan yang keras. Sama seperti Kopong, sejak kecil dia sudah belajar memukul, mencuri, merampok, dan termasuk membunuh. Bedanya, tubuh salonga gempal dan pendek, tidak cocok untuk postur seorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
penjahat kawakan. Bahkan dia lebih mirip penjaga toko kelontong saat memakai kaos tanpa kerah dan celana pendek. Tapi ada sesuatu yangan sangat spesial dari Salonga. Itulah yang membuat Kopong__dengan persetujuan Tauke Besar__menjadikannya guru berlatihku. Berikan dia pistol, maka di tangannya, pistol itu seakan punya mata dan telinga. Salonga adalah penembak ulung, terbaik di benua Asia (Liye, 2015: 170). Selain itu, Salonga juga digambarkan sebagai tokoh yang berkarakter pemarah. Saat latihan, Salonga menyuruh Bujang menjatuhkan enam botol dengan dua peluru. Namun, Bujang tidak bisa menjatuhkan keenam botol tersebut. Sifat pemarah dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut: “Bodoh!” Salonga memakiku. Aku menoleh__menelan ludah, tidak menyangka akan dimaki. “Kau ku suruh menjatuhkan enam botol dengan dua peluru. Berapa yang kau jatuhkan, hah? Atau kau bahkan tidak bisa berhitung. Pasanga lagi botol lainnya, isi pistolmu dengan dua peluru” (Liye, 2015: 174).
c) Kopong Kopong memiliki karakter yang perhatian kepada Bujang. Ketika latihan menembak, Salonga memarahi Bujang dan menyebutnya bodoh, Kopong memberikan pengertian agar Bujang tidak merasa sakit hati. Sifat perhatian Kopong dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Jangan kau masukkan ke dalam hati, Bujang.” Kopong menepuk pundakku, berusaha menghibur, “Dia memang suka marah-marah sejak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
aku membawanya dari Filipina. Dia mungkin masih sakit hati atas pengkhianatan kliennya di sana” (Liye, 2016: 176).
d) White White dilukiskan sebagai tokoh yang baik. Kebaikan White digambarkan saat sudah enam kali dia ikut menyelesaikan misi bersama Bujang, tidak sekali pun dia bersedia menerima bayaran. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Aku ikut tertawa, menngeleng tegas, lalu memasukkannya kembali ke dalam koper. Menurut hitunganku, sudah enam kali White menyelesaikan misi bersamaku, tapi tidak sekali pun dia bersedia menerima bayaran. Dia selalu menganggap itu bagian dari utang budi karena aku pernah membebaskannya dari Baghdad. Aku akan mencatat semua batang emas milik White. Besok lusa, itu tetap menjadi haknya (Liye, 2015: 162).
e) Yuki dan Kiko Yuki dan Kiko digambarkan sebagai dua gadis kembar yang ceria. Sifat ceria Yuki dan Kiko dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini tunjukkan dalam kutipan sebagai berikut: Si kembar dan White juga mengambil kursi masing-masing. “Siap, Capt.” Edwing mengangguk. Moncong pesawat menuju runaway. “Tadi seru sekali,” Yuki tertawa, duduk di sebelahku. Kiko yang duduk di belakangnya ikut tertawa, mengangguk bersepakat seraya meluruskan kaki dan melemaskan tangan (liye, 2015: 159).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
e. Menguji Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita kesebelas “Latihan Menembak” novel Pulang karya Tere Liye. f. Merumuskan Masalah Pada cerita kesebelas, disimpulkan adanya tokoh dan penokohan. Tokoh Bujang dilukiskan mempunyai karakter yang pemberani (teknik dramatik), jenius (teknik ekspositori), dan pekerja keras (teknik dramatik). Salonga digambarkan sebagai guru yang melatih Bujang menembak, ia adalah penembak terbaik (teknik ekspositori) memiliki sifat pemarah (teknik dramatik). Kopong dilukiskan mempunyai karakter yang perhatian kepada Bujang (teknik dramatik). White dilukiskan sebagai tokoh yang baik kepada Bujang (teknik dramatik). Yuki dan Kiko digambarkan sebagai dua orang gadis kembar yang ceria (teknik dramatik).
12. Bagian Kedua Belas a. Orientasi Siswa diminta untuk membaca dan meringkas cerita kedua belas “Mamak Pergi” dalam novel Pulang karya Tere Liye. Dalam cerita kedua belas “Mamak Pergi” diceritakan bahwa Salonga tidak hanya mengajari Bujang berlatih menembak, tetapi ia juga mengajari Bujang belajar filosofi hidup. Berhari-hari bahkan berbulan-bulan Bujang berlatih sangat keras. Sehingga dipertemuan kedua belas pada sesi terakhir, Bujang berhasil mengalahkan Salonga. Bujang juga terus melanjutkan sekolahnya sampai dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
lulus kuliah. Tauke mengadakan jamuan makan sebagai hari perayaan kelulusan Bujang. Saat itu, seperti semua akan berjalan sempurna bagi Bujang. Hingga beberapa jam kemudian datanglah kabar bahwa Mamaknya telah mati. Bujang menangis seakan kebahagiaannya seperti menghilang begitu saja (Liye, 2015:177193). b. Merumuskan Masalah 1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita kedua belas “Mamak Pergi” dari novel Pulang karya Tere Liye 2) Siswa menentukan penokohan dalam cerita kedua belas “Mamak Pergi” dari novel Pulang karya Tere Liye c. Merumuskan Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun. Berdasarkan gambaran awal dalam cerita kedua belas “Mamak Pergi” dalam novel Pulang karya Tere Liye memiliki empat tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama bersifat pantang menyerah dan pintar, sedangkan Salonga bersifat pemarah, Kopong dan Tauke Besar yang bersifat peduli, berperan sebagai tokoh tambahan. d. Mengumpulkan Data 1) Siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita kedua belas? a) Bujang b) Salonga c) Tauke Besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
d) Kopong 2) Siswa menentukan penokohan dalam cerita kedua belas! a) Bujang Bujang digambarkan memiliki sifat yang pantang menyerah, pintar, dan setia pada prinsip. Sifat pantang menyerah Bujang ditunjukkan saat ia mulai bosan dengan Salonga yang terus menyebutnya Bodoh karena tidak bisa menembak dengan baik. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Tapi aku tidak akan menyerah. Aku bersumpah, jika aku tidak sebaik Salonga, setidaknya aku bisa mendapatkan rasa hormat darinya. Aku bosan dipanggil bodoh. Aku meminta kepada Kopong agar tugasku sebagai tukang pukul berhenti sementara waktu, karena kini aku membutuhkan setiap malam untuk berlatih. Kopong mengangguk. Mulailah aku berlatih menembak ribuan kali seperti yang dilakukan Salonga dulu. Dengan senjata kosong. Dalam teknik pelatihan menembak yang kupelajari dari buku-buku, itu disebut dry-fire drills. Dimulai pukul tujuh malam dan baru berakhir pukul dua belas. Hingga tanganku terasa kebas dan jemariku kesemutan (Liye, 2016: 182).
Bukti lain yang menggambarkan Bujang sebagai tokoh yang pintar, yaitu saat
dia lebih cepat lulus dibandingkan siapa pun dan skripsinya
mendapatkan nilai sempurna. Kepintaran Bujang dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini dibuktikan dalam kutipan sebagai berikut: Saat Salonga pergi, aku sudah di tahun terakhirku kuliahku, lebih cepat dibandingkan siapa pun. Saat mengerjakan skripsi, aku mengambil topik yang sangat kukuasai, shadow economy. Penelitianku berjudul, “Bukti Empiris Pengaruh Shadow Economy terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
Pertumbuhan Ekonomií”, Profesor pengujiku, seorang guru besar ekonomi berusia lanjut menghela napas, bersandar di kursinya, “Nak, ini mengerikan. Belum pernah aku melihat sebuah kajian yang begitu mendalam dan begitu detail. Kau seperti berada di dalamnya. Kau seperti anggota penguasa shadow economy.” Aku hanya tersenyum tipis. Skripsiku mendapatkan nilai sempurna (Liye, 2015: 188). Bukti lain ini akan menunjukkan Bujang adalah tokoh yang setia pada perinsip. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori dalam kutipan sebagai berikut: “Aku tahu kenapa kau mengangkatnya menjadi anak, tauke.” Salonga berdiri, “Pertama, tangannnya samam sekali tidak gemetar saat mengacungkan pistol kepadaku. Dia selalu tenang dalam situais genting apa pun. Kedua, kau benar, dia memiliki cara piker yang berbeda dibanding tukang pukul yang lainnya. Kesetiaann anak ini ada pada prinsip, bukan pada orang atau kelompok. Di masa-masa sulit, hanya prinsip seperti itulah yang akan memanggil kesetiaan–kesetiaan terbaik lainnya. Selamat tinngal, Kawan. Terima kasih banyak telah menyelamatkanku dari tiang gantung, sekaligus memberikanku tempat selama menjadi buronan” (Liye, 2015: 187).
b) Salonga Salongan dilukiskan mempunyai sifat yang pemarah.
Sifat pemarah
Salonga digambarkan saat Bujang tidak bisa menembak dengan baik. Sifat pemarah Salonga dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Kau tidak berusaha keras, Bujang! Kau pikir menjadi penembak itu mudah, hah? Seusiamu, aku bahkan berlatih menembak ribuan kali setiap harinya dengan peluru kosong. Melatih konsentrasi, melatih focus, melatih kecepatan. Aku menhabiskan waktuku sia-sia di negeri ini. Kalau saja aku bukan buronan, aku lebih memilih dikejar harimau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
daripada melatihmu. Memalukan.” Salonga meninggalkanku (Liye, 2015: 182).
c) Kopong Kopong memiliki sifat yang peduli kepada Bujang. Saat itu, bapak Bujang mengirim surat pemberitahuan bahwa Mamak Bujang sudah meninggal. Kopong sangat cemas dengan keadaan Bujang yang sedih karena kepergian Mamaknya. Sifat perhatian Kopong dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Kau kenapa, Bujang?” Kopong bertanya dengan suara cemas. Tapi bagaimana? Surat ini jelas ditulis bapak. Air mata Bapak telah membuat kertas ini menjadi kusam, Ya Tuhan… Aku menatap kosong. Mataku pedas, hatiku bagai diiris sembilu. Aku menangis dalam senyap. Terisak tanpa suara. “Kau baik-baik saja, Bujang?” Kopong berusaha mendekat (Liye, 2016: 192).
d) Tauke Besar Tauke Besar memiliki sifat yang peduli kepada Bujang. Saat Bujang selesai wisuda, Tauke merayakan hari kelulusann Bujang. sifat peduli Tauke dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Usai widuda yang hanya dihadiri Frans si Amerika__agar tidak mencolok__Tauke Besar merayakan kelulusanku. Dia mengadalan jamuan makan malam di bangunan utama. Meja panjang dipenuhi oleh tukang pukul. Mereka bersulang untukku (Liye, 2015: 188).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
e. Menguji Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita kedua belas “Mamak Pergi” novel Pulang karya Tere Liye. f. Merumuskan Kesimpulan Pada cerita kedua belas, ditemukan adanya tokoh dan penokohan. Bujang digambarkan memiliki karakter yang pantang menyerah (teknik ekspositiri), pintar (teknik dramatik), dan setia pada prinsip (teknik ekspositori). Salonga digambarkan memiliki sifat yang pemarah (teknik dramatik). Kopong memiliki sifat yang peduli kepada Bujang (teknik dramatik). Tauke Besar memiliki sifat yang peduli kepada Bujang (teknik dramatik).
13. Bagian Ketiga Belas a. Orientasi Siswa diminta untuk membaca dan meringkas cerita ketiga belas “Salonga Dari Tondo” dalam novel Pulang karya Tere Liye Dalam cerita ketiga belas “Salonga dari Tondo” diceritakan tentang Bujang yang berada diperjalanan menuju Tondo, kota Manila, untuk menemui Salonga dan menitipkan pemidai
prototype kepadanya.
Ditengah
perjalanan, Parwez
menelepon Bujang mengabarkan bahwa kantornya kedatangan orang-orang asing dengan akses keamanan tingkat tinggi (Liye, 2015: 195-207).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
b. Merumuskan Masalah 1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita ketiga belas “Salonga Dari Tondo” dari novel Pulang karya Tere Liye. 2) Siswa menentukan penokohan dalam cerita ketiga belas “Salonga Dari Tondo”dari novel Pulang karya Tere Liye. c. Merumuskan Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun. Berdasarkan gambaran awal dalam cerita ketiga Belas “Salonga dari Tondo” dalam novel Pulang karya Tere Liye memiliki empat tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama bersifat perhatian dan pemberani, sedangkan yang berperan sebagai tokoh tambahan adalah Salonga bersifat pemarah, ramah, dan setia, Parwez bersifat penakut, dan Basyir bersifat ramah. d. Mengumpulkan Data 1) Siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita ketiga belas? a) Bujang b) Salonga c) Parwes d) Basyir 2) Siswa menentukan penokohan dalam cerita ketiga belas! a) Bujang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
Bujang memiliki sifat perhatian kepada Parwez. Saat itu ada dua orang asing ingin bertemu dengan Parwes, dia merasa ketakutan dan menelepon Bujang untuk meminta Bantuan.
Sifat perhatian Bujang dibuktikan
melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Aku terdiam. Laporan Parwes serius. “Kau sungguh menelepon Basyir?” “Sudah. Dia dan beberapa letnan sedang dalam perjalanan menuju ke kantor.” “Sementara kau selesaikan dengan Basyir. Setiba di sanan, aku akan membantu memastikan siapa mereka, dan apa tujuan mereka. Jangan bertemu dengan siapa pun yang kau tidak kenal, Parwez, dan jangan berpergian tanpa pengawalan. Selalu bawa tombol darurat yang kau miliki” (Liye, 2015: 197). Bukti lain ini menunjukkan Bujang juga memiliki sifat pemberani. Bujang menceritakan kepada Salonga bahwa ia memiliki masalah dengan Keluarga Lin karena telah membunuh Kepala Keluarga Lin. Sifat pemberani Bujang dibuktikan melalui teknik dramatik yang terdapat dalam kutipan sebagai berikut: “Tauke Besar punya masalah dengan Keluarga Lin,” Aku mulai menjelaskan, setelah menghabiskan kue tersebut, “tadi malam aku menyelesaikan masalahnya. Kepala Keluarga Tuan Lin tewas.” “Kau membunuhnya dengan pistol colt yang ku berikan?” Salonga memotong. Aku menggeleng, “Mereka memintaku meninggalkan semua senjata di luar.” “Kalau begitu, kau membunuhnya dengan cara Guru Bushi?” Aku mengangguk (Liye, 2015: 204).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
b) Salonga Salonga memiliki sifat pemarah kepada murib-murib yang sedang belajar menembak dengannya. Namun, ketika bertemu dengan Bujang, Salonga berubah menjadi sosok yang ramah. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Cukup! Hentikan tembakan kalian!” Salonga berseru kesal. Suara tembakan langsung terhenti. Delapan muribnya menoleh, juga dua instruktur senior yang berdiri di dekat Salonga. “Kalian kira harga peluru itu murah, hah? Dua belas sasaran bergerak, hanya kena empat? Kalian sudah mati dari tadi jika itu pertarungan sungguhan.” Wajah Salonga merah padam. Aki kali ini sungguh tertawa. Membuat Salonga menoleh. “Halo, Salonga.” Sapaku. “Ah! Ini kejutan yang menyenangkan. Kemari kau, Bujang” Salonga berseru kepdaku, wajahnya yang merah padam berubah ceria (Liye, 2015: 202). Selain itu, salonga juga memiliki sifat yang setia. Salonga tidak pernah meminta bayaran sepeser atas setiap pekerjaan yang Keluarga Tong berikan. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut: Salonga tidak pernah meminta bayaran apa pun atas setiap pekerjaan yang Keluarga Tong berikan. Sebagian memang karena Salonga pernah diselamatkan oleh Tauke Besar dari tiang gantung, tapi sebagian yang lebih penting, karena dia memiliki defenisi kesetiaan sendiri. Aku memahami filosofi Salonga tersebut dari latihan terakhir, saat aku diminta untuk menembak kepalanya. Hanya kesetiaan pada prinsiplah yang akan memanggil kesetiaan-kesetiaan terbaik lainnya (Liye, 2015: 207).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
c) Parwes Parwes digambarkan sebagai tokoh yang tidak menyukai kekerasan. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Parwes terdiam di seberang sana. Meski aku tidak melihatnya, aku tahu wajahnya sedang pucat. Parwes tidak pernah suka kekerasan, dan dia dalam posisi paling rentan jika hal itu terjadi (Liye, 2015: 197). Bukti lain ini menunjukkan Parwes juga memiliki sifat yang penakut. Sifat penakut Parwes dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut: “Sudah. Aku sedang menuju kantor Parwes bersama empat letnan. Macet hari pertama kerja sialan ini membuatku terlambat. Anak itu pasti sudah berkali-kali ke toilet karena gugup. Semoga orang-orang itu hanya salah alamat datang ke kantor Parwez. Kita tidak perlu membuka front peperangan baru di masa-masa seperti ini” (Liye, 2015: 198).
d) Basyir Basyir digambarkan sebagai teman baik Bujang yang ramah. Sifat ramah Basyir dibuktikan melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut: “Selamat pagi, Tauke Muda.” Suara khas Basyir langsung terdengar di langit-langit mobilku saat aku menerima teleponnya (Liye, 2015: 198).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
e. Menguji Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita ketiga belas “Salonga dari Tondo” novel Pulang karya Tere Liye. f. Merumuskan Kesimpulan Pada cerita ketiga belas, disimpulkan adanya tokoh dan penokohan. Bujang dilukiskan memiliki sifat yang perhatian dan pemberani (teknik dramatik). Salonga digambarkan memiliki sifat yang pemarah, ramah, dan setia (teknik dramatik). Salonga digambarkan sebagai tokoh yang tidak menyukai kekerasan (teknik ekspositori) dan penakut (teknik dramatik). Basyir digambarkan sebagai teman baik bujang yang ramah (teknik dramatik).
14. Bagian Keempat Belas a. Orientasi Siswa diminta untuk membaca dan meringkas cerita keempat belas “Belajar Hingga Negeri Seberang” dalam novel Pulang karya Tere Liye. Dalam cerita keempat belas “Belajar Hingga Negeri Seberang” diceritakan kembali ke masa lalunya Bujang, ketika dia berusia dua puluh dua tahun. Kematian Mamak Bujang mengambil separuh separuh semangat hidupnya. Kopong memberikan usul kepada Tauke agar Bujang pergi ke Tokyo menyelesaikan latihannya bersama Guru Bushi selama enam bulan. Dengan kesepakatan, setelah enam bulan di Tokyo, jika suasana hati Bujang membaik, maka berangkatlah Bujang ke Amerika bersama Frans untuk melanjutkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
kuliahnya. Sementara Basyir, dia akan pergi ke Timur Tengah untuk menjelajahi kawasan itu, dan ketika dia pulang, dia akan tumbuh menjadi lebih kuat dan lebih cepat (Liye, 2015: 209-225). b. Merumuskan Masalah 1) Siswa menentukan siapa saja tokoh yang terdapat dalam cerita keempat belas “Belajar Hingga Negeri Seberang” dari novel Pulang karya Tere Liye. 2) Siswa menetukan penokohan dalam cerita keempat belas “Belajar Hingga Negeri Seberang” dari novel Pulang karya Tere Liye. c. Merumuskan Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun. Berdasarkan gambaran awal dalam cerita keempat belas “Belajar Hingga Negeri Seberang” dalam novel Pulang karya Tere Liye memiliki tujuh tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama bersifat pemberani, sedangkan yang berperan sebagai tokoh tambahan adalah Tauke besar bersifat sifat ramah dan sabar, Guru Bushi bersifat bijaksana, Yuki dan Kiko bersifat antuasias dan pintar mencuri, Basyir bersifat perhatian, Atlet bersifat sombong, dan Manager Atlet bersifat kasar. d. Mengumpulkan Data 1) Siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita keempat belas? a) Bujang b) Tauke Besar c) Guru Bushi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
d) Yuki dan Kiko e) Basyir f) Atlet g) Manager Atlet 2) Siswa menentukan penokohan yang terdapat dalam cerita keempat belas! a) Bujang Bujang dilukiskan sebagai tokoh yang misterius memiliki sifat yang lemah dan pemberani. Sifat lemah Bujang ditunjukkan saat dia mendapat kabar bahwa ibunya sudah meninggal. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Kembali ke hari menyedihkan tiga belas tahun silam., saat aku masih berumus dua puluh tahun. Kematian mamak mengambil separuh semangat hidupku. Aku lebih banyak duduk melamun di kamar. Aku tidak tertarik setiap kali Basyir atau Kopong mengajakku pergi. Aku tidak menanggapi gurauan tukang pukul lain di meja makan. Dan aku tidak tertarik membaca buku-buku __ yang biasanya bisa menghabiskan waktuku berjam-jam (Liye, 2015: 209). Bukti lain ini akan menunjukkan Bujang merupakan tokoh yang misterius. Saat kuliah di negeri orang, Bujang tidak pernah menceritakan latar belakang hidupnya kepada teman-temannya. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
Aku punya lebih banyak teman saat kuliah di negeri orang, lebih leluasa bergaul. Tapi seluruh hidupku tetap misterius. Tidak ada yang tahu persis siapa keluargaku, sumber pendanaan kuliahku, atau latar belakangku. Aku sendiri tidak pernah membahasnya. Aku sudah terlatih dengan dua sisi. Satu sisi terlihat terang dan dikenali sebagai Bujang, mahasiswa master dua program studi. Satu sisi gelap, tidak ada yang tahu bahwa aku Si Babi Hutan, tukang pukul Keluarga Tong. Aku menyukai dua sisi dua sisi itu, menikmati transis saat menjadi sosok terbuka, ramah, dan bersahabat dengan orang banyak, untuk kemudian berdiri di bawah bayangan, menatap sekitar __ tanpa mereka tahu aku sedang memerhatikan banyak hal (Liye, 2015: 221). Bukti lain ini akan menunjukkan Bujang memiliki sifat yang pemberani. Saat itu kampus Bujang kedatangan atlet lari cepat pemegang rekor dunia. Bujang menantang atlet itu untuk lomba lari, dan dia berhasil mengalahkannya. Sifat pemberani Bujang dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Malamnya, pukul tujuh di stadion kampus dengan disaksikan beberapa orang, aku bertanding lari dengan pemegang rekor dunia itu. Dia datang bersama managernya, melakukan pemanasan lima menit, dan mengganti sepatu. Aku sudah hadir setengah jam sebelumnya, sudah siap. Managernya memberikan syarat bahwa seluruh yang hadir tidak boleh mengambil gambar, video, ataupun menceritakan kejadian itu kepada siapa pun, atau pertandingan akan dibatalkan. Aku menyetujuinya, dan juga para penonton. Hanya dengan aba-aba suara penonton __ tanpa letusan pistol, malam itu aku mengalahkannya pada tiga kali kesempatan (Liye, 2015: 223-224).
b) Tauke Besar Tauke besar memiliki sifat yang ramah dan sabar kepada Bujang. Sifat ramah Tauke Besar dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut: “Ayo, masuklah, Bujang. kami sudah menunggumu.” Tauke berseru, tersenyum __ sebulan terakhir, tauke ramah sekali denganku. Bahkan saat dia mengamuk sekalipun, jika aku melintas di depannya, dia akan tersenyum. Aku melangkah, duduk di kursi panjang, bertiga menghadap Tauke. “Wajahmu pucat sekali, Bujang. kapan terakhir kali kau menjemur di bawah matahari? Lama-lama kau mirip kelambit yang selalu mendekam di kamar sepanjang siang.” Tauke tertawa, mencoba bergurau (Liye, 2015: 210). Bukti lain ini akan menunjukkan sifat sabar tauke kepada Bujang. Saat Bujang merobek kertas undangan dari universitas di luar hegeri, Tauke menahan amarah atas tindakan yang telah dilakukan Bujang. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori dalam kutipan sebagai berikut: Aku tahu soal itu. Aku sudah memasukkam semua buku ke dalam koper, semua pakaian, serta semua keperluan. Tapi dua minggu lalu, aku merobek undangan dari universitas. Aku tidak berminat lagi kuliah di luar negeri. Tauke Besar; jika menurutkan keniasaanya, mungkin akan menembakku di tempat saat melihat surat undangan berserakan di lantai. Tapi semua karena Mamak pergi, Tauke hanya menggeram, meremas jemarinya berusaha menahan marah habis-habisan, kemudian melangkah meninggalkan kamarku. Berguman “Anak Samad satu ini sungguh menguji rasa sabarku” (Liye, 2015: 211).
c) Guru Bushi Guru Bushi digambarkan sebagai guru Bujang dalam latihan samurai. Guru Bushi adalah tokoh yang sangat terpandang dan merupakan sesepuh adat di desanya. Hal ini dibuktikan melalui teknik eskpositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
Rumah Guru Bushi besar. Ada enam pelayan bekerja di sana, juga orang-orang yang menggarap lahan pertanian miliknya. Guru Bushi mamat terpandang di desanya. Ia dianggap sesepuh adat __ meskipun tidak ada yang tahu sama sekali jika dia adalah samurai pernah menjadi ninja di masa mudanya puluhan tahun lalu. Orang-orang membungkuk memberi hormat setiap kali Guru Bushi melintas __ dan itu berarti juga membungkuk kepada ku. Aku mulai beradap tasi dengan lingkungan sekitar, diajak Guru Bushi dalam pertempuran dan acara-acara adat (liye, 2015: 215). Guru Bushi memiliki sifat yang bijaksana. Sifat bijaksana Guru Bushi dibuktikan melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut: “Aku tahu, kau tetap penasaran tentang banyak hal, karena kau dibesarkan dengan rasionalitas. Tapi saat kau tiba pada titik itu, maka kau akan mengerti dengan sendirinya. Itu perjalanan yang tidak mudah, Bujang. kau harus mengalahkan banyak hal. Bukan musuh-musuhmu, tapi diri sendiri, menaklukkan monster yang ada di dirimu. Sejatinya, dalam hidup ini, kita tidak pernah berusaha mengalahkan orang lain, dan itu sama sekali tidak perlu. Kita cukup mengalahkan diri sendiri. Egoisme. Ketidakpedulian. Ambisi. Rasa takut. Pertanyaan. Keraguan. Sekali kau bisa menag dalam pertempuranitu, maka pertempuran lainnya akan mudah saja (liye, 2015: 219).
d) Yuki dan Kiko Yuki dan Kiko digambarkan sebagai cucu guru Bushi yang antuasias saat melihat Bujang berlatih pedang. Sifat antusias Yuki dan Kiko dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Di belakangku, di balik daun pintu, Yuki dan Kiko mengintip dengan wajah semagat mereka sealu antusias setiap kali melihat Kakeknya mengajariku berlatih pedang (Liye, 2015: 217). Yuki dan Kiko juga digambarkan sebagai pencuri kelas dunia. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori dalam kutipan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
Tahun-tahun berlalu. Saat Guru Bushi meninggal, aku sempat melayat ke Tokyo. Bertahun-tahun kemudian aku juga bertemu lagi dengan Yuki dan Kiko. Mereka bukan lagi remaja tanggung, melainkan sudah menjadi ninja terbaik __ dengan profesi yang sangat ganjil, yakni pencuri kelas dunia yang berlagak sebagai turis Jepang. Pun bertahun-tahun telah lewat, tapi aku tidak pernah bisa menyentuh titik yang dijelaskan oleh Guru Bushi, defenisi menjadi samurai sejati (Liye, 2015: 220).
e) Basyir Basyir memiliki sifat yang perhatian kepada Bujang. Sifat perhatian Basyir dibuktikan melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut: “Semoga kau sukses dengan sekolahmu, Bujang.” Basyir memegang lenganku, menatapku tersenyum, “Kalau saja aku pintar sepertimu, aku mungkin lebih memilih pergi sekolah daripada menjadi tukang pukul…. Tapi tidak masalah, aku menyukai pilihanku. Aku tetap bisa bemanfaat bagi Keluarga Tong” Liye, 2015: 213-214).
f) Atlet Atlet digambarkan sebagai atlet pelari cepat pemegang rekor dunia yang memiliki sifat yang sombong. Sifat sombong Atlet dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut: “Aku menantangmu lomba lari.” Aku berkata datar. Atlet itu terdiam, kemudian tertawa, “Itu hanya bergurau, Dude. Bukan tawaran serius.” Aku menatap atlet yang tingginya sejengkal di atas kepalaku itu, “Aku serius. Aku bisa mengalahkanmu lari seratus meter.” “Bagaimana kau akan mengalahkanku? Ayolah.” Atlet itu kembali tertawa, menunjukkan __ seolah ingin bilang tidak ada kesempatan sama sekali aku kan menang. “Coba saja. Di stadion kampus. Kau akan melihatnya.” “Kita harus segera pergi. Jadwal berikutnya telah menunggu, interview dengan majalah olahraga.” Majnager atlet itu berbisik,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
memotong. Beberapa mahasiswa lain menonton perckapan, gerakan mereka meminta tanda-tanda atau foto berhenti. “Sorry, Dude. Aku tidak punya waktu melayanimu.” Atlet itu melangkah (Liye, 2015: 222-223).
g) Manager Atlet Manager Atlet memiliki sifat yang kasar. Sifat kasar Manager Atlet dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut: “Hei, kau berutang sepuluh dolar.” Aku berseru saat atlet itu melangkah meninggalku. Magaer atlet berguman, balik kanan. Ia bergegas mengeluarkan dompet dan menyerahkan uang kepadaku dengan kasar disertai tatapan jengkel (Liye, 2015: 225).
e. Menguji Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita keempat belas “Belajar Hingga Negeri Seberang” novel Pulang karya Tere Liye. f. Merumuskan Kesimpulan Pada cerita keempat belas adanya tokoh dan penokohan. Bujang dilukiskan sebagai tokoh yang misterius (teknik ekspositori) memiliki sifat yang lemah dan pemberani (teknik dramatik). Tauke besar memiliki sifat ramah (teknik dramatik) dan sabar kepada Bujang (teknik ekspositori). Guru Bushi digambarkan sebagai guru Bujang dalam latihan samurai yang bijaksana (teknik dramatik). Yuki dan Kiko digambarkan sebagai cucu Guru Bushi yang memiliki sifat antuasias dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
pintar mencuri (teknik ekspositori). Basyir memiliki sifat yang perhatian kepada Bujang (teknik dramatik). Atlet digambarkan sebagai atlet pelari cepat pemegang rekor dunia yang memiliki sifat yang sombong (teknik dramatik). Manager Atlet memiliki sifat yang kasar (teknik dramatik).
15. Bagian Kelima Belas a. Orientasi Siswa diminta untuk membaca cerita kelima belas “Surat dari Bapak” dalam novel Pulang karya Tere Liye Dalam cerita kelima belas “Surat dari Bapak” diceritakan tentang Bujang yang sudah tiga tahun tinggal di luar negeri, dia berhasil menyelesaikan seluruh pendidikan dan memperoleh dua gelar master. Frans si Amerika menjemput Bujang pulang kembali ke Ibu Kota. Kopong menjemput Bujang di Bandara dan membawanya ke Markas Keluarga Tong. Saat pindah ke Ibu Kota, Keluarga Tong merangkak naik level dari pengasa Shadow Economy. Basyir juga telah kembali dari ‘sekolahnya’ gurun pasir telah mengajarnya banyak hal. Dia telah menjadi penungang suku Bedouin yang sejak lama diinginkannya. Malam harinya, Tauke mengadakan jamuan makan untuk merayakan keberhasilan Bujang dalam meyelesaikan pendidikannya. Hari itu berjalan sempurna bagi Bujang, sampai saat dia mendapat kabar bahwa Bapaknya sudah mati. Kabar kematian Bapak Bujang, telah merengut rasa senang yang menggunung di hatinya (Liye, 2015: 227-241).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
b. Merumuskan Masalah 1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita kelima belas “Surat dari Bapak” dari novel Pulang karya Tere Liye. 2) Siswa menetukan penokohan dalam cerita kelima belas “Surat dari Bapak” dari novel Pulang karya Tere Liye. c. Merumuskan Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun. Berdasarkan gambaran awal dalam cerita kelima belas “Surat dari Bapak” dalam novel Pulang karya Tere Liye memiliki empat tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama bersifat percaya diri, pintar, dan lemah, sedangakan yang berperan sebagai tokoh tambahan adalah Tauke bersifat peduli, Kopong bersifat peduli, dan Basyir bersifat pemberani. d. Mengumpulkan Data 1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita kelima belas? a) Bujang b) Tauke Besar c) Kopong d) Basyir 2) Siswa menentukan penokohan yang terdapat dalam cerita kelima belas! a) Bujang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
Bujang digambarkan memiliki karakter yang percaya diri, pintar, dan lemah. Karakter percaya diri Bujang digamarkan saat dia telah berhasil menyelesaikan seluruh pendidikan dan memperoleh dua gelar master. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Dulu, kau terlihat sangat kesal saat harus mengerjakan test dariku saat pertama kali kita bertemu. Hari ini, kau pulang membawa dua gelar master dari universitas ternama. Lihathatlah, wajahmu terlihat percaya diri, tercermin dari caramu menatap, bicara, bersikap, dan bertindak. Kau belajar banyak, Bujang, tidak hanya dari pendidikan formal, juga dari pengalaman. Itulah kenapa Tauke Besar mengirimmu jauh untuk sekolah. Hal yang pasti bermanfaat bagi Keluarga Toang” (Liye, 2015: 227). Bukti lain ini akan menunjukkan Bujang adalah tokoh yang pintar. Saat Bujang kuliah, dia berhasil menulis skripsi yang menghasilkan banyak ide bagi Keluarga Tong.
Kepintaran Bujang dibuktikan melalui teknik
dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Tauke Besar terkekeh, “Aku bahkan membacanya baerkali-kali, Bujang. itulah gunanya kau sekolah, agar ada di keluarga ini yang berpikir. Skripsimu itu hanya menumpuk dalam lemari di universitas, tapi aku tahu itu sangat penting dan bisa memberikan banyak ide. Aku menyuruh Mansur mengambil copy-nya dari sana. Kau telah menulisnya dengan sangat detail tentang dunia itu, tentang keluargakeluarga penguasa yang lebih tua dan lebih maju disbanding kita. Apa istilahmu. Ah iya, shadow economy. Ekonomi bayangan. Beberapa staf pentingnya juga membaca skripsimu, aku yang menyuruhnya. Hanya Kopong yang tidak, dia pusing dan mual-mual macam sedang hamil setelah membaca dua halaman” (Liye, 2015: 235).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
Bukti lain ini akan menunjukkan Bujang memiliki karakter yang lemah. Kelemahan Bujang digambarkan saat dia mendengar bahwa Bapaknya telah meninggal. Bujang sedih dan menangis mendengar kabar tersebut. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut: Wajah Bapak, kakinya yang lumpuh, caranya berjalan dengan tongkat, dan tawanya yang samar terus terbayang di kepalaku seperti televisi yang memutar siaran ulang. Air mata mengalir di pipiku. Dari jauh, adzan shubuh terdengar sayup-sayup.suaranya melintas langit-langit gelap, merambat di udara dan tiba di jendela kamarku, menyelinap lewat kisi-kisi. Aku menangis tanpa suara. Kesedihan ini semakin dalam saat mendengar suara adzan tersebut (Liye, 2015: 240). b) Tauke Besar Tauke digambarkan memiliki sifat yang peduli kepada Bujang. Saat Bujang pulang dari luar negeri, Tauke mengadakan jamuan untuk menyambut kedangannya. Sifat perhatian Tauke dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Kau pasti lelah setelah sehari semalam di perjalanan. Aku lupa,” Tauke Besar menepuk pinggiran kursi, teringat sesuatu, “Sebaiknya kau beristirahat dulu, Bujang. kita punya seluruh waktu untuk bicara lagi. Malam ini aku akan mengadakan jamuan untuk menyambut kepulanganmu. Tolong antarkan Bujang ke kamar barunya” (liye,2015: 231).
c) Kopong Kopong memiliki sifat yang peduli dan perhatian kepada Bujang. Sifat peduli kopong digambarkan saat dia memiliki rasa rindu setelah tiga tahun tidak bertemu dengan Bujang. Sifat peduli Kopong dibuktikan melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Kopong tertawa, memelukku erat-erat. “Aku harus mengakuinya, Bujang. Ternyata aku rindu pula dengan kau.” Kopong menepuk-nepuk pundakku, “Astaga! Kalau saja aku tidak maluaku hampir menangis, Buang.” Aku ikut tertawa. Tiga tahun lamanya aku tidak bertemu Kopong. Fisik Kopong masih gagah seperti yang aku ingat. Wajahnya pun tetap sangar seperti dulu. Tapi rambutnya mulai beruban satu-dua, ia tak lagi beradad di puncak kekuatannya. “Bagaimana perjalanan kau? Lancar” (Liye, 2015: 228). Bukti lain ini akan menujukkan Kopong memiliki sifat yang perhatian kepada Bujang. Saat Bujang sedih karena
Bapaknya telah meninggal,
Kopong berusaha untuk menenangkan Bujang. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Kau baik-baik saja ,Buajang?” Kopong bergegas memegang bahuku. Aku sudah menunduk, menangis dalam senyap. Sayangnya ini bukan mimpi. Ini nyata sekali. “Kau baik-baik saja, Bujang?” Kopong menggoyangkan badanku __ yang beberapa detik seperti kaku Liye, 2015: 239).
d) Basyir Basyir digambarkan memiliki sifat yang pemberani. Sifat pemberani Basyir dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
Dari cerita Basyir, aku tahu dia tidak hanya menghabiskan waktu di gurun. Dia juga melakukan perjalanan ke Afrika, terlibat dalam pergolokan politiklokal, dan bergabung dengan kelompok-kelopok milisi di sana. Ia juga menyeberang ke Afganistan, terjun dalam pertikaian antarsuku, berperang bersama pemberontak, melakukan apa pun untuk mengembangkan diri, melatih kemampuannya. Dia ingin lebih kuat dan lebih cepat disbanding siapa pun. Tiga tahun berlalu, sepertinya Basyir berhasil mencapai apa yang dia inginkan meski harganya tidak murah. Dia menyingkap pakaian yang dia kenakan, menunjukkan belasan luka di tubuhnya. Dia pernah disisa di penjara mengerikan milik milisi selama sebulan, tapi ia berhasil meloloskan diri. Pernah terkapar pingsan berhari-hari di gurun hingga pasir menimbun separuh tubuh (liye, 2015: 233-234). e. Menguji Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita kelima belas “Surat dari Bapak” novel Pulang karya Tere Liye. f. Merumuskan Kesimpulan Pada cerita kelima belas, disimpulkan adanya tokoh dan penokohan. Bujang digambarkan memiliki karakter yang percaya diri (teknik ekspositori), pintar, dan lemah (teknik dramatik). Tauke digambarkan memiliki sifat yang peduli kepada Bujang (teknik dramatik). Kopong memiliki sifat yang peduli dan perhatian kepada Bujang (teknik dramatik). Basyir digambarkan memiliki sifat yang pemberani (teknik dramatik).
16. Bagian Keenam Belas a. Orientasi Siswa
diminta
untuk
membaca
dan
meringkas
cerita
“Pengkhianatan (Bag. Satu)” dalam novel Pulang karya Tere Liye.
keenam
belas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
Dalam cerita keenam belas “Pengkhianatan (Bag. Satu)” diceritakan tentang Bujang yang sudah berada di Ibu Kota. Kedatangan Bujang membuat Parwez lega dari rasa cemasnya. Saat bisnis Keluarga Tong telah berkembang pesat, bau pengkhianatan mulai tercium. Rasa takut Bujang mulai tergoyah. Bujang merasa lalai pada dirinya sendiri. Pengkhianatan itu ternyata berada di sekitar Bujang dan menjadi keluarga besarnya. Sosok pengkhianat itu adalah Basyir. Orang asing yang datang ke kantor Parwes merupakan Brigade Tong, bagian dari kaki-tangan Basyir. Basyir melatih pasukan khusus itu sejak dia menggantikan Kopong (Liye, 2015: 243-255). b. Merumuskan Masalah 1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita keenam belas “Pengkhianatan (Bag. Satu)” dari novel Pulang karya Tere Liye. 2) Siswa menetukan penokohan dalam keenam belas “Pengkhianatan (Bag. Satu)” dari novel Pulang karya Tere Liye. c. Merumuskan Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun. Berdasarkan gambaran awal dalam cerita keenam belas “Pengkhianatan (Bag. Satu)” dalam novel Pulang karya Tere Liye memiliki lima tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama bersifat perhatian, sedangkan yang berperan sebagai tokoh tambahan adalah Tauke Besar bersifat ramah, Basyir bersifat pengkhianat, Parwes bersifat penakut, dan Joni bersifat setia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
d. Mengumpulkan Data 1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita keenam belas? a) Bujang b) Tauke Besat c) Basyir d) Parwez e) Joni 2) Siswa menentukan tokoh dan penokohan a) Bujang Bujang digambarkan memiliki sifat yang perhatian kepada Parwez. Ketika kantor Parwez didatangi oleh tamu-tamu yang mencurigakan, Parwez merasa ketakutan. Saat itu juga, Bujang berusaha menenangkan Parwez dari rasa takutnya. Sifat perhatian Bujang dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan tang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Bujang, akhirnya kau tiba.” Parwes mengembuskan napas lega, wajahnya sedikit cerah. “Kau baik-baik saja?” Aku bertanya. Parwes menggeleng, mengusap dahi, “Aku sudah ke kamar mandi belasan kali, Bujang…. Aku bukan seperti kau atau Basyir, ini membuat ku cemas. Aku membatalkan semua meeting hari ini.” Aku tersenyum simpul, menepuk bahu Parwez, “Kau kan berada di gedung dengan sistem keamanan terbaik, Parwez. Sekali kau menekan tmbol darurat, lantai ini bahkan tidak bisa ditembus dengan tank atau pesawat tempur, kecuali mereka tahu celahnya. Kau akan aman” (Liye, 2015: 245).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
b) Tauke Besar Tauke Besar memiliki sifat yang ramah kepada Bujang. Sifat ramah Tauke Besar dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataam di atas adalah sebagai berikut: “Halo, Bujang.” Tauke menyapaku. Dia sedang duduk bersandar di ranjang, membaca sesuatu. “Selamat malam, Tauke.” Aku balas menyapa , tersenyum. Tauke terlihat sehat, piring makan malam yang ada di atas meja sebelah ranjang habis. Tirai jendela kamar dibiarkan terbuka, sesekali terlihat gurat petir di kejauhan. “Kapan kau tiba dari Hong Kong?” Tauke bertanya meletakkan buku (Liye, 2015: 252).
c) Basyir Basyir digambarkan memiliki karakter penghianat. Dia adalah tokoh yang berkhianat di Keluar Tong. Saat Bujang pulang dari Hong Kong, Basyir menelepon Bujang dan berbohong bahwa Tauke menunggunya di rumah. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Aku meremas jemari, Basyir! Basyir adalah penghianatnya.” Hanya Basyir dan Parwez yang tahu aku telah pulang. Dan sore tadi, saat meneleponku, dia bilang Tauke telah menunggu di rumah. Itu dusta. Itu bagian skenario lihainya. Dia sengaja membuatku, Parwes, dan Tauke ada di rumah mala mini, berkumpul menjadi satu. Kami adalah pucuk pimpinan Keluarga Tong yang menjadi sasaran empuk di Keluarga Tong yang menjadi sasaran empuk di markas, ketika ratusan tukang pukul lain justru disuruh pergi ke banyak tempat (Liye, 2015: 254).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
d) Parwes Parwes memiliki sifat yang penakut. Saat kantornya di datangi oleh tamutamu yang mencurigakan, wajahnya sangat pucat dan tidak bisa bekerja dngan baik. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Parwez sedang duduk gugup di belakang meja kerjanya. Wajahnya sedikit pucat, pakaiannya berantakan. Aku tahu, dia sepanjang hari tidak bisa bekerja dengan baik” (liye, 2015: 245). e) Joni Joni digambarkan sebagai letnan terbaik di Keluarga Tong yang setia. Sifat setia Joni buktikan melalui teknik ekspositori dalam kutipan sebagai berikut: “Prosedur resmi kondisi darurat.” Aku menjawab sambil menepuk bahu Parwez, “Joni adalah letnan terbaik di Keluarga Tong. Dia mengambil resiko, jika ada bom yang dipasang di mobil dan meledak saat mobilnya dinyalakan, maka Joni yang akan menjadi martir, meledak duluan bersama mobil itu, sementara kau tetap aman berdiri di sini” (Liye, 2015: 248).
e. Menguji Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita keenam belas “Pengkhianatan (Bag. Satu) novel Pulang karya Tere Liye.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
f. Merumuskan Kesimpulan Pada cerita keenam belas, ditemukan adanya tokoh dan penokohan.
Bujang
digambarkan memiliki sifat yang perhatian kepada Parwez (teknik dramatik). Tauke Besar memiliki sifat yang ramah kepada Bujang (teknik dramatik). Basyir digambarkan sebagai pengkhianat di Keluarga Tong (teknik ekspositori). Parwes memiliki sifat yang penakut (teknik dramatik). Joni digambarkan sebagai letnan terbaik di Keluarga Tong yang setia (teknik ekspositori).
17. Bagian Ketujuh Belas a. Orientasi Siswa diminta untuk membaca dan meringkas cerita ketujuh belas “Utang 40 Juta Dolar” dalam novel Pulang karya Tere Liye. Dalam cerita ketujuh belas “Utang 40 Juta Dolar” menceritakan kembali ke masa lalu Bujang, saat itu kabar kematian Bapak Bujang membuatnya kehilangan semangat. Kopong berusaha untuk menemani, menghibur, dan mencoba bergurau kepada Bujang. dalam keadaan hati yang suram, Bujang tidak berminat untuk tertawa. Semua kesedihan di tubuh Bujang membuatnya jatuh sakit, badannya demam, menggigil, wajahnya pucat, dan bibirnya membiru. Tubuh Bujang semakin menggigil saat dia mendengar suara adzan. Panggilan shalat itu mengingatkannya pada masa lalunya. Dua minggu kemudian, bujang akhirnya berangsur sembuh. Sebulan kemudian, fisiknya sudah pulih seperti sedia kala. Ditahun kesepuluh Bujang tinggal di Keluarga Tong, atau tahun ke tujuh Tauke memindahkan markas ke Ibu Kota, kekuasaan Keluarga Tong mulai berkembang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
pesat. Saat itu, masalah jenis baru mulai muncul. Tauke meminta Bujang untuk ikut bertemu dengan Master Dragon di Hong Kong. Tauke mempunyai masalah dengan Shang yang merupakan putra dari Master Dragon. Shang telah meminjam dana dari bank milik Keluarga Tong di Singapura. Bukan hanya menolak mengembalikan uang tersebut, dia juga menghina Keluarga Tong dan menyiksa salah satu bankir Kelarga Tong. Master Dragon tidak sempat mencegah putranya mencabut pistol, juga tujuh pengawal di belakangnya, mengarahkan pistol kearah Tauke dan Buujang. Pertempuran telah tiba. Bujang berusahah melindungi Tauke dan mengalahkan Shang dan pengawal yang meyerang mereka. Sejak saat itu, semangat Bujang menjadi tukang pukul kembali. Dia akan menjadi spesialis, penyelesai konflik masalah-masalah serius (Liye, 2015: 257-278). b. Merumuskan Masalah 1) Siswa menentukan siapa saja tokoh yang terdapat dalam cerita ketujuh belas “Utang 40 Juta Dolar” dari novel Pulang karya Tere Liye. 2) Siswa menentukan penokohan dalam cerita ketujuh belas “Utang 40 Juta Dolar” dari novel Pulang karya Tere Liye. c. Merumuskan Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun. Berdasarkan gambaran awal dalam cerita ketujuh belas “Utang 40 Juta Dolar” dari novel Pulang karya Tere Liye memiliki lima tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama bersifat lemah dan pemberani, sedangkan yang berperan sebagai tokoh tambahan adalah Tauke Besar bersifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
yang tenang, Master Dragon bersifat bijaksana, Shang bersifat pemarah, dan Kopong bersifat sabar. d. Mengumpulkan Data 1) Siswa menetukan siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita ketujuh belas! a) Bujang b) Tauke Besar c) Master Dragon d) Shang e) Kopong 2) Siswa menentukan penokohan cerita ketujuh belas! a) Bujang Bujang memiliki sifat yang lemah. Hal ini ditunjukkan ketika Bujang mendapat kabar tentang kematian Bapaknya yang membuatnya kehilangan semangat. Sifat lemah Bujang dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Sama seperti saat kepergian Mamak, yang membuatku seperti ikan diambil tulangnya., kabar kematian Bapak membuatku kehilangan semangat. Selama berhari-hari aku lebih banyak menghabiskan waktu di kamar. Tidak tertarik saat disuruh melaksanakan tugas tukang pukul, pun tidak berminat membaca buku-buku __ yang lazimnya selalu membuatku lupa waktu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
Bukti lain ini akan menunjukkan Bujang juga memiliki sifat pemberani. Tanpa memiliki rasa takut, Bujang berhasil mengalahkan delapan orang bersenjata. Sifat pembenai Bujang dibuktikan melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut: “Aku tahu kenapa kau memiliki julukan itu, Si Babi Hutan.” Master dragon menoleh kepadaku, “Kau seperti seekor babi yang mengamuk, cepat sekali melumpuhkan delapan orang bersenjata walau seorang diri. Kau punya anak angkat yang hebat, Tauke” (Liye, 2015: 276).
b) Tauke Besar Tauke Besar digambarkan memiliki sifat yang tenang.
Sifat tenang
Tauke Besar dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Aku tidak mengancam putra Anda, Master Dragon.” Tauke berbicara, tetap tenang, “Dia telah meminjam dana emapat puluh juta dolar dari bank kami di Singapura. Itu sebenarnya tidak banyak. Hanya saja, putra Anda bukan hanya menolak mengembalikan uang tersebut setelah hampir setahun jatuh tempo, dia juga menghina keluarga kami. Dia menahan salah satu dari bankir kami di Singapura, menyiksanya, dan memulangkannya dengan telinga teriris, jarinya hilang tiga, serta kakinya yang pincang” (Liye, 2015: 274).
c) Master Dragon Master Dragon digambarkan memiliki sifat yang bijaksana. Saat itu putra Master Dragon mempunyai masalah dengan Tauke Besar, Master Dragon tidak memihak putranya karena telah melanggar kehormatan antar keluarga. Sifat bijaksana Master Dragon dibuktikan melalui teknik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128
dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh cerita dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Baiklah, inilah keputusanku soal masalah ini. Kau benar, Tauke. Saat putraku menyiksa bankir itu, dia telah melewati batasnya. Dia telah melanggar kehormatan antar keluarga dan menghina Keluarga Tong. Terima kasih banyak kau tidak langsung membunuhnya, hanya memberikan peringatan di Singapura. Aku akan mengembalikan uang yang dia pinjam, dan biarkan aku yang menghukum anak tidak tahu diuntung ini. Bertahun-tahun dia hanya membuat masalah bagiku. Tidak terhitung berapa uang yang ku habiskan untuk membereskan masalah yang dia buat, termasuk dengan pengadilan negara-negara tempat dia tinggal. Terima kasih telah mengajarinya malam ini” (Liye, 2015: 276-277).
d) Shang Shang digambarkan sebagai putra Master Dragon yang pemarah. Sifat pemarah Shang dinuktikan melalui teknik ekspositori dalam kutipan sebagai berikut: “Omong kosong!” Shang berteriak, marahnya kembali meledak, “Kita semua tidak punya kehormatan. Kau pikir dengan punya bank dan bisnis illegal, kau bisa sok suci? Lebih baik dibandingkan keluarga lainnya?” (Liye, 2015: 275).
e) Kopong Kopong digambarkan memiliki sifat yang sabar kepada Bujang. Saat Bujang yang terus sedih karena kematian bapaknya, Kopong tidak pernah menyerah untuk menghibur Bujang. Sifat sabar Kopong dibuktikan melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut: Tapi Kopong tidak pernah menyerah. Dia kembali datang, datang, dan kembali lagi datang di hari berikutnya. Berusaha menghiburku, menceritakan banyak hal __ kali ini bukan tentang Bapak. Pernah dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129
menceritakan tentang daftar pengkhianatan di Keluarga Tong (Liye, 2015: 263). e. Menguji Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita ketujuh belas “Utang 40 Juta Dolar” novel Pulang karya Tere Liye. f. Merumuskan Kesimpulan Pada cerita ketujuh belas disimpulkan adanya tokoh dan penokohan. Bujang digambarkan memiliki sifat yang lemah dan pemberani (teknik dramatik). Tauke Besar digambarkan memiliki sifat yang tenang (teknik ekspositori). Master Dragon digambarkan memiliki sifat yang bijaksana (teknik dramatik). Shang digambarkan sebagai putra Master Dragon yang pemarah (teknik ekspositori). Kopong digambarkan memiliki sifat yang sabar kepada Bujang (teknik dramatik).
18. Bagian Delapan Belas a. Orientasi Siswa diminta untuk membaca dan meringkas cerita kedelapan belas “Pengkhianatan (Bag. Dua)” dalam novel Pulang karya Tere Liye. Dalam cerita keenam belas “Pengkhianatan (Bag. Dua)” diceritaka bahwa Basyir telah berkhianat dalam Keluarga Tong. Saat Keluarga Tong berada di puncak kekuasaan, itu menjadi hari yang tepat untuk membalas kematian ayah dan ibunya yang dibakar hidup-hidup oleh anggota Keluarga Tong. Basyir menginginkan Bujang dan Parwez bergabung dengannya dan menyerahkan Tauke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130
Bersa. Bujang tidak memenuhi permintaan Basyir dan akan terus melindungi Tauke sekuat tenaganya. Pertarungan Bujang dan Basyir pun terjadi. Basyir merupakan tukang pukul yang terlatih dan Bujang sulit untuk mengalahkannya. Walaupun keadaan Tauke sedang sakit, dia mencoba untuk membantu Bujang. Bujang selamat, serangan Basyir kepadanya terhenti. Tauke menekan tombol seperti remote control dan sepuluh detik kemudian ranjang Tauke telah melewati lorong miring sepanjang dua puluh meter. Penyakit Tauke semakin parah, Bujang pingsan karena kehabisan tenaga saat sepanjang jalan dia menggendong Tauke. Ketika bujang tersadar dari pingsannya, ada wajah tua yang menyapanya dan menyebut nama asli Bujang, yaitu Agam (liye, 2015: 279-301). b. Merumuskan Masalah 1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita kedelapan belas “Pengkhianatan (Bag. Dua)” dari novel Pulang karya Tere Liye. 2) Siswa menentukan penokohan dalam cerita kedelapan belas “Pengkhianatan (Bag. Dua)” dari novel Pulang karya Tere Liye. c. Menguji Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun. Berdasarkan gambaran awal dalam cerita kedelapan belas “Pengkhianatan (Bag. Dua)” dari novel Pulang karya Tere Liye memiliki enam tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama yang bersifat setia, sedangkan yang berperan sebagai tokoh tambahan adalah Tauke besar bersifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131
peduli, Basyir bersifat pendendam dan sombong, Parwes bersifat penakut, Joni bersifat pemberani, dan Putra Tertua Keluarga Lin bersifat durhaka. d. Mengumpulkan Data 1) Siapa saja tokoh yang berperan dalam cerita kedelapan belas? a) Bujang b) Tauke Besar c) Basyir d) Parwes e) Joni f) Putra Tertua Kelarga Lin 2) Siswa menentukan penokohan dalam cerita kedelapan belas! a) Bujang Bujang digambarkan memilik sifat yang setia kepada Tauke Besar. Sifat setia Bujang dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang medukung peryataan di atas adalah sebagai berikut: “Itu benar. Kalian naif sekali jika berharap kami akan meyerah. Basyir hanya basa-basi menawarkan hal itu, dia sudah tau aku akan melindungi Tauke dengan nyawaku.” Aku menatap dingin letnan Brigade Tong, katanaku terangkat (Liye, 2015: 281).
b) Tauke Besar Tauke Besar digambarkan memiliki sifat yang peduli kepada Bujang dan Parwez. Saat penyakit Tauke sudah semakin parah, dia menyuruh Bujang dan Parwez untuk meninggalkannya. Sifat peduli Tauke dibuktikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132
melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung Kutipan yang medukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Tauke menggeleng, “Pergilah bujang, Parwez, tinggal aku di sini. Aku hanya menghambat kalian. Batuk sialan ini sudah tiba diujungnya. Aku tidak akan bertahan lama. Kalian harus selamat, menyusun kekuatan selagi bersembunyi beberapa waktu. Kau adalah sebenarnya Tauke Keluarga Tong sekarang, Bujang. kau harus merebut kembali markas besar” (Liye, 2015: 299).
c) Basyir Basyir digambarkan sebagai tokoh yang berkhianat di Kelarga Tong yang memiliki sifat pendendam. Basyir ingin balas dendam kepada Keluarga Tong yang telah membunuh ayah dan ibunya. Sifat pendendam Basyir dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Kau tahu bagaimana rasanya bersabar selama itu? Tidak bisakah kau membayangkan bagaimana aku harus menipu diri sendiri, hah? Tersenyum di hadapan orang yang membakar keluargaku, tertawa, melaksanakan tugasnya dengan patuh, dan semua sandiwara hebat itu. Aku bisa melakukannya, Bujang. karena saat malam-malam di jalanan, meriugkuk demamdi bawah selimut bau, dan menggigil menatap gerimis menyiram pasar, aku berjanji. Jika besok aku masih bisa hidup melewati malam, aku akan menunggu waktu terbaik membalaskan dendamku. Maka aku menunggu hingga hari ini, dua puluh tahun lebih, saat Keluarga Tong sudah tiba di puncak kekuasaannya. Itu akan menjadi hari yang sangat sempurna. Membalaskan kematian ayah dan ibuku yang terbakar hidup-hidup.” Basyir mengakhiri ceritanya. Ruang lengang sejenak. Tauke Besar terdiam di atas ranjang.” “Cerita yang bagus, Basyir.” Aku berkata dingin, “Tapi itu tetap tidak mengubah fakta bahwa kau adalah pengkhianat rendah” (liye, 2015: 289).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133
Selain itu, Basyir juga memiliki karakter yang sombong. Basyir yakin Bujang tidak akan bisa menang melawannya. Kesombongan Basyir dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Bagaimana mungkin kau akan menang? Kau sejak kecil dimanjakan Kopong, dia takut sekali anak kesayangan Tauke Besar tergores. Sedangkan aku, sejak kecil bersahabat dengan bahaya dan kematian. Kau hanya dilatih lari cepat oleh Kopong di tempat yang aman sentosa, sementara aku hidup mati belajar meloloskan diri dari kejaran pembunuh bayaran. Kita tidak pernah setara, Bujang. kau bukan tukang pukul, kau hanya orang tahu berkelahi dan kebetulan pintar. Kau lemah, kau tidak secepat dan sekuat yang kau bayangkan” (Liye, 2015: 295).
d) Parwez Parwes memiliki sifat yang penakut. Ketika Joni memberikannya pistol, Parwez gemetaran memegangnya.
Sifat penakut Parwes dibuktikan
melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut: Joni mengambil pedang lalu melemparkannya untukku. Dia mengeluarkan dua pistol dari kotak senjata yang ada di kamar. Satu untuk Tauke Besar, yang tetap bersandarkan bantal di atas ranjang. Satu lagi untuk Parwez, yang gemetaran memegangnya. Joni sendiri mencabut sepayang trisula dari pinggangnya, bersiap di sebelahku (liye, 2015: 279).
e) Joni Joni digambarkan memiliki sifat yang pemberani. Dia melawan empat orang anggota Brigade Tong yang telah mengeroyoknya. Sifat pemberani Joni dibuktikan melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134
Empat orang anggota Brigade Tong telah mengeroyok Joni dari depan, belakang, dan samping. Joni bertahan mati-matian, sementara aku empat langkah darinya, tidak bisa membantu. Aku juga harus menghadapi enam orang anggota Brigade Tong beserta letnanya. Mereka buas menyerangku tanpa ampun. Belati mereka terus mencari sasaran, kehilangan konsentrasi sepersekian detik mahal sekali harganya. Joni semakin terdesak, lengannya terluka, dia berteriak marah (Liye, 2015: 282).
f) Putra Tertua Keluarga Lin Putra Tertua Keluarga Lin digambarkan memiliki karakter yang durhaka kepada ayahnya. Putra tertua Keluarga Lin berterima kasih kepada Bujang karena telah membunuh ayahnya. Sifat durhaka Putra Tertua Keluarga Lin dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Tidak. Aku yang berterima kasih telah diundang berpesta malam ini, Basyir.” Putra tertua Keluarga Lin balas tertawa, “Dan aku sangat berterimakasih pada kau, Si Babi Hutan. Aku sudah bosan menunggu ayahku mati agar aku bisa menggantikannya, kau telah mempercepatnya. Orang tua itu tidak bisa lagi mengatur-aturku seperti anak kecil. Setelah membereskan urusan ini, aku kan menjadi kepala keluarga. Genap sudah kekuasaanku di Makau. Mari kita sudahi percakapan, habisi mereka” (Liye, 2015: 292). e. Menguji Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita kedelapan belas “Pengkhianatan (Bag. Satu)” novel Pulang karya Tere Liye.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135
f. Merumuskan Kesimpulan Pada cerita kedelapan belas, disimpulkan adanya tokoh dan penokohan. Bujang digambarkan memiliki sifat yang setia (teknik dramatik). Tauke besar digambarkan memiliki sifat yang peduli kepada Bujang dan Parwes (teknik dramatik). Basyir digambarkan sebagai tokoh yang pendendam (teknik ekspositori) dan sombong (teknik dramatik). Parwes memiliki sifat yang penakut (dramatik). Joni digambarkan memiliki sifat yang pemberani (teknik dramatik). Putra Tertua Keluarga Lin digambarkan memiliki sifat yang durhaka kepada ayahnya (teknik dramatik).
19. Bagian Kesembilan Belas a. Orientasi Siswa diminta untuk membaca dan meringkas cerita kesembilan belas “Tuanku Imam” dalam novel Pulang karya Tere Liye Dalam cerita kesembilan belas “Tuanku Imam” menceritakan kembali masa lalunya Bujang, ketika dia berada di London, Mansur mendadak menelepon, memberi tahu bahwa Kopong jatuh sakit. Dalam keadaanya yang sudah sangat memburuk, dia ingin bertemu dengan Bujang sebelum dia mati. Sesampai Bujang di Ibu Kota, Kopong menceritakan kisah cinta Samad dan Midah yang merupakan Bapak dan mamak Bujang. Lima belas tahun Samad menjadi tukang pukul di Keluar Tong, dengan kaki satu yang lumpuh akibat peperangan, Samad tetap melakukan apa pun yang bisa dilakukan oleh tukang pukul. Hingga suatu saat, Samad meminta kepada Tauke untuk berhenti menjadi tukang pukul. Samad
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136
merasa bahwa dia telah gagal melindungi Tauke Besar, ayahnya Tauke Besar yang sekarang. Tauke dengan berat hati akhirnya menyetujui permintaan Samad. Kopong pun ikut mengantar Samad pulang ke Kampungnya. Keesokan harinya, Samad ingin melamar Midah. Petua-petua di kampong Midah tidak menyetujui lamaran Samad. Itu bukan pertama kali samad melamar Midah, Tuanku Imam yang lama yaitu ayahnya Midah juga menolak lamaran Samad. Ketikah ayahnya Midah sudah meninggal, Tuanku Imam digantikan oleh kakanya Midah. Tuanku Imam menerima lamaran Samad dan siang harinya Samad dan Midah pun langsung menikah. Sore harinya, Samad mengajak Midah untuk pindah ke kampung lain, mereka tidak bisa harus terus tinggal di sana. Dua puluh tahu sejak saat itu, Samad hilang dari Keluarga Tong, hingga sepucuk surat telah tiba, memberi tahu bahwa putra tertuanya sudah berusia lima belas tahun. Tauke datang seolah untuk berburu, meski sebenarnya dia datang untuk menjemput Bujang (Liye, 2015:303-316). b. Merumuskan Masalah a) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita kesembilan belas “Tuanku Imam” dari novel Pulang karya Tere Liye b) Siswa menetukan penokohan dalam cerita kesembilan belas “Tuanku Imam” dari novel Pulang karya Tere Liye c. Merumuskan Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137
Berdasarkan gambaran awal dalam cerita kesembilan belas “Tuanku Imam” dari novel Pulang karya Tere Liye memiliki lima tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama yang bersifat perhatian, sedangkan yang bereperan sebagai tokoh tambahan adalah Kopong bersifat perhatian, Tauke Besar bersifat ramah, Samad bersifat pantang menyerah, dan Tuanku Imam bersifat bijaksana. d. Mengumpulkan Data 1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita kesembilan belas? a) Bujang b) Kopong c) Tauke Besar d) Samad e) Tuanku Imam 2) Siswa menentukan penokohan dalam berita kesembilan belas! a) Bujang Bujang digambarkan memiliki sifat yang yang perhatian kepada Kopong yang sedang sakit. Sifat perhatian Bujang dibuktikan melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut: “Apa kabar, Kopong?” Aku bertanya, tersenyum. “Seperti yang kau lihat, Bujang.” Kopong beranjak duduk, wajahnya meringis menahan sakit. Aku membantunya, memasangkan bantal di punggung (Liye, 2015: 305).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138
b) Kopong Kopong memiliki sifat yang peduli kepada Tauke Besar dan Keluarga Tong. Sebelum Kopong meninggal, dia memberikan amanah kepada bujang agar menjaga Tauke Besar dan Keluarga Tong. Sifat peduli tauke dibuktikan melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut: “Aku akan pergi, Bujang. jaga tauke Besar, jaga Keluarga Tong. Besok lusa, kaulah yang akan menjadi tauke di sini. Kau bisa membawa seluruh keluarga ke mana pun kau suka. Termaksud akan menjadi apa kau sendiri. Apakah tetap menjadi perewa seperti kakek dan bapakmu, atau menjadi pemuda yang baik seperti kakekmu dari ibumu, dari Tuanku Imam. Di keluarga ini, seluruh masa lalu, hari ini, dan masa depan akan selalu berkelindan, kait-mengait. Esok lusa kau akan lebih memahaminya” (liye, 2015: 315).
c) Tauke Besar Tauke Besar digambarkan memiliki sifat yang ramah. Sifat ramah Tauke Besar dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut: “Akhirnya kau tiba, Bujang.” Tauke Besar berdiri menyambutku, juga Mansur (Liye, 2015: 304).
d) Samad Samad digambarkan sebagai bapak Bujang yang sangat mencintai Midah, mamak Bujang. Sebelum Kopong meninggal, dia menceritakan kepada Bujang tentang Samad yang tidak meyerah mengejar cinta sejatinya. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139
Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: ‘Aku tidak akan mundur, Tuanku Imam.’ Samad menegakkan kepala, matanya yang basah menatap sekitar, suaranya terdengar bergetar, ‘Aku memang keturunan seorang perewa, tapi aku mencintai adik Anda. Aku mencintainya sejakremaja, dan dia juga mencintaiku. Seluruh kampong tahu itu.’ ‘Diam kau, Samad. Tahu apa kau tentang cinta, hah?’ Salah satu tetua, memotong. ‘Aku tahu, Wak! Setelah lima belas tahun seluruh kesedihan ini harus kutanggung. Lima belas tahun menanggung kerinduan. Hari ini aku kembali melamar Midah, Wak. Aku tidak akan mundur seperti dulu. Matipun akan kuhadapi’ (Liye, 2015: 312).
e) Tuanku Imam Tuanku Imam digambarkan sebagai kakak tertua dari Midah yang Bijaksana terhadap tetua kampung yang menolak lamaran Samad kepada Midah. Sifat Bijaksanan Tuanku Imam dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut: Tuanku Imam menggeleng. ‘Aku tahu persis kejadian lima belas tahun lalu, aku juga hadir di masjid ini saat Samad melamar. Bapakku tidak pernah menolak perjodohan mereka. Tapi kalian, kalianlah yang membuatnya ditolak, membuat bapakku ragu-ragu, hingga kemudian menuruti mau kalian. Tapi tidak untuk kali ini, aku akan menerima lamaran Samad. Semua orang berubah, Samad bisa menjadi bagian dari keluarga ini sejak dulu kita kejam sekali kepadanya. Aku menyetujui dia menikah dengan adikku, Midah, apa pun pendapat tetua. Ingatlah nasihat-nasihat Tuanku Imam Agam, guru pertama di kampong ini yang mengajak perewa tinggal bersama. Dia janganjangan akan malu melihat kita, karena Tuanku Imam Agam selalu meberi kesempatan kepada siapa pun’ (liye, 2015: 313).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140
e. Menguji Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita kesembilan belas “Tuanku Imam” novel Pulang karya Tere Liye. f. Merumuskan Kesimpulan Pada cerita kesembilan belas, ditemukan adanya tokoh dan penokohan. Bujang digambarkan memiliki sifat yang perhatian kepada Kopong yang sedang sakit (teknik dramatik). Kopong memiliki sifat yang peduli kepada Tauke Besar dan Keluarga Tong (teknik dramatik). Tauke Besar digambarkan memiliki sifat yang ramah (teknik dramatik). Samad digambarkan sebagai bapak Bujang yang sangat mencintai Midah (teknik ekspositori). Tuanku Imam digambarkan sebagai kakak tertua dari Midah yang Bijaksana (teknik dramatik).
20. Bagian Kedua Puluh a. Orientasi Siswa diminta untuk membaca dan meringkas cerita kedua puluh “Suara Adzan” dalam novel Pulang karya Tere Liye Dalam cerita kedua puluh “Suara Adzan” diceritakan tentang kematian Tauke Besar menimbulkan rasa takut yang besar dalam hidup Bujang. Setelah Mamak dan Bapaknya meninggal, satu lapis bentenya rasa takutnya pun telah pergi. Bujang sudah berada di tempat yang aman, tiga puluh kilo meter dari Ibu Kota. Ketika lepengan besi di halaman Tuanku Imam terbuka, itu berarti kondisi darurat terjadi di rumah Tauke. Tuanku Imam berserta anak didiknya membawa Bujang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141
tauke, dan Parwez ke sekolah agama miliknya. Ketika Bujang merasa nyaman dengan keadaanya, suara adzan shubuh terdengar dari menara masjid dan menimbulkan kecemasan yang menyergap kepalanya (Liye, 2015: 317-332). b. Merumuskan Masalah 1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita kedua puluh “Suara Adzan” dari novel Pulang karya Tere Liye 2) Siswa menentukan penokohan dalam cerita kedua puluh “Suara Adzan” dari novel Pulang karya Tere Liye c. Menguji Hipotesis Siswa diminta untuk member jawaban sementara dari rumusan masalah yang telah dianalisis. Berdasarkan gambaran awal dalam cerita kedua puluh “Suara Adzan” dari novel Pulang karya Tere Liye memiliki tiga tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama yang bersifat petakut dan cemas, sedangkan yang berperan sebagai tokoh tambahan adalah Tuanku Imam bersifat perhatian dan Parwez bersifat setia. d. Mengumpulkan Data 1) Siswa menentukan siapa saja tokoh yang berperan dalam cerita kedua puluh? a) Buang b) Tuanku Imam c) Parwez 2) Siswa menentukan penokohan yang terdapat dalam cerita kedua puluh!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142
a) Bujang Bujang digambarkan memiliki karakter yang takut pada kematian orangorang terdekatnya. Setelah kepergian bapak dan mamaknya, Tauke Besar pun akhirnya pergi meninggalkan Bujang. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Aku menunduk, menggigit bibir. Kesedihan ini terasa sangat menyakitkan. Inilah hal yang paling kutakutkan dalam hidupku. Sejak aku menyelamatkan Tauke dari serangan babi raksasa di lereng rimba Sumatra, aku tidak lagi merasa takut kecuali atas tiga hal, kematian orang terdekatku. Ada tiga lapis benteng rasa takutku. Satu lapis terkelupas saat Mamak pergi. Satu lapis lagiterlepas saat Bapak pergi. Malam ini __ entah ini malam atau siang di luar sana, lapisan terakhir telah rontok, ketika Tauke Besar akhirnya mati. Itulah kenapa aku tidak mau membicarakan soal kematian Tauke. Aku tahu persis, itulah benteng terakhir ketakutan yang kumiliki (Liye, 2015: 319). Bujang juga memiliki rasa cemas saat mendengar suara Adzan. Kecemasan Bujang dibuktikan melalui teknik ekspositori dalam kutipan sebagai berikut: Aku merasa nyaman hingga suara adzan Shubuh kembali terdengar dari menara masjid. Bagai ada yang menyentrum tubuh, aku refleks terbangun. Semua kecemasan kembali menyergap kepalaku, seperi berada di antara keramaian yang memekakkan telinga, atau terbangun atas perahu yang limbung. Apa yang harus kulakukan? Aku akhirnya hanya meringkuk, menutup telinga serapat mungkin (liye, 2016: 332).
c) Tuanku Imam Tuanku Imam memiliki sifat yang perhatian kepada Bujang Sifat perhatian Tuanku Imam dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143
tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut: “Kau sebaiknya tidak banyak bergerak, Agam. Kau butuh beristirahat agar jahitan dan bebat lukamu tidak bergeser” (Liye, 2015: 319).
d) Parwez Parwez memiliki sifat yang setia kepada Bujang. Sifat setia Parwez dibuktikan melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut: “Kau selalu bisa kembali ke sanan, Parwez. Kau bukan tukang pukul. Basyir tidak akan membunuhmu, dia mungkin tertawa senang melihat kau bergabung, memelukmu, menepuk-nepuk bahu. Dia membutuhkan kau. Hanya kau satu-satunya yang bisa menjalankan bisnis legal puluhan perusahaan. Kau tidak perlu menhabiskan waktu bersamamku di sini.” Parwez terdiam, menelan ludah untuk menatap wajahku. “Aku tidak mau kembali ke sana, Bujang. Basyir bukan kepala keluarga. Kaulah kepala Keluarga Tong sekarang” (Liye, 2015: 327). e. Menguji Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita kedua puluh “Suara Adzan” novel Pulang karya Tere Liye. f. Merumuskan Kesimpulan Pada cerita kedua puluh disimpulkan adanya tokoh dan penokohan. Bujang digambarkan memiliki karakter yang petakut dan cemas (teknik ekpositori). Tuanku Imam memiliki karakter yang perhatian kepada Bujang (teknik dramatik). Parwez memiliki sifat yang setia kepada Bujang (teknik dramatik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144
21. Bagian Kedua Puluh Satu a. Orientasi Siswa diminta untuk membaca cerita kedua puluh satu “Memeluk Erat” dalam novel Pulang karya Tere Liye Dalam cerita kedua puluh satu “Memeluk Erat” menceritakan Tuanku Imam yang membentuk kembali semangatnya Bujang. Saat kondisinya Bujang sudah mulai membaik, Tuanku Imam mengajak Bujang berjalan-jalan dan menikmati pemandangan yang menakjubkan. Sambil menikmati pemandangan, Tuanku Imam memberikan pencerahan kepada Bujang agar membuang semua kebencian yang ada dalam hatinya dan kembali pulang kepada Tuhannya. Tuanku Imam juga meminta agar Bujang merebut kembali kekuasaan Keluarga Tong dan mengubah haluannya. Nasihat dan cerita lebut dati Tuanku Imam telah menimbulkan semangat baru di hati Bujang (liye, 2015: 333-345). b. Merumuskan Masalah 1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita kedua puluh satu “Memeluk Erat” dari novel Pulang karya Tere Liye 2) Siswa menentukan penokohan dalam cerita kedua puluh satu “Memeluk Erat” dari novel Pulang karya Tere Liye c. Merumuskan Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun. Berdasarkan gambaran awal dalam cerita kedua puluh satu “Memeluk Erat” dari novel Pulang karya Tere Liye memiliki dua tokoh yang berperan dalam cerita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145
tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama bersifat pesimis dan Tuanku Imam sebagai tokoh tambahan bersifat ramah dan bijaksana. 4. Mengumpulkan Data 1) Siswa mentukan siapa tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita kedua puluh? a) Bujang b) Tuanku Imam 2) Siswa menentukan penokohan dalam cerita kedua puluh! a) Bujang Bujang digambarkan sebagai Agam yang memiliki karakter pesimis. Saat Tuanku Imam menyuruh Bujang untuk merebut kembali kekuasaan Keluarga Tong yang sudah diambil oleh Basyir, Bujang tidak yakin bisa melakukannya. Sifat pesimis Bujang dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Apa yang harus kulakukan sekarang, Tuanku?” “Rebut kembali kekuasaan Keluarga Tong! Kau ditakdirkan memimpin keluarga itu dan mengubah haluannya.” Aku menggeleng, “Aku tidak bisa melakukannya, Tuanku.” Jiwaku sekarang kerdil, dipenuhi rasa takut, rasa cemas. Aku bukan seperti Bujang yang dulu, yang menaklukkan babi hutan raksasa sendirian. Bahkan dalam kekuatan terbaikku, aku tetap tidak bisa mengalahkan Basyir berduel. Dia terlalu kuat, sangat cepat. “Kau bisa, Nak.” Tuanku Imam meyakinkan. Aku mengeleng. Aku takut (Liye, 2015: 341).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 146
b) Tuanku Imam Tuanku Imam memiliki sifat yang ramah dan bijaksana. Sifat ramah Tuanku Imam dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut: “Apa kabar, Agam?” Tuanku Imam menyapa, wajah tua itu tersenyum. Aku sedang duduk di atas ranjang, menyeka sisa keringat di leher. “Kau mau berjalan-jalan di luar?” Dia tersenyum. “Aku punya tempat dengan pemandangan yang menakjubkan, jika kau mau melihatnya” (Liye, 2015: 333). Sifat bijaksana Tuanku Imam ditunjukkan saat dia menjelakan arti dari suara adzan kepada Bujang. Kebijaksanaan Tuanku imam dibuktikan melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut: “Ketahuilah, Nak, hidup ini tidak pernah tentang mengalahkan siapa pun. Hidup ini hanya tentang kedamaian di hatimu. Saat kau mampu berdamai, maka saat itulah kau telah memenangkan seluruh pertempuran. Kau membenci suara adzan misalnya, benci sekali, mengingatkan kau pada masa lalu. Itu karena kau tidak pernah mau berdamai dengan kenagan tersebut. Adzan jelas adalah mekanisme Tuhan memanggil siapa pun agar pulang ke pangkuan Tuhan, bersujud. Adzan tidak dirancang untuk menggangu, suara berisik itu bukan untuk menyakiti siapa pun. Itu justru panggilan dan harus kencang agar orang mendengarkannya. Kau tidak pernah berdamai dengan hatimu sendiri, Nak, itulah yang membuatmu benci dengan suara adzan, kau sendiri yang mendefeniskan demikian (Liye, 2015: 340). e. Menguji Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita kedua puluh satu “Memeluk Erat” novel Pulang karya Tere Liye.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 147
f. Merumuskan Kesimpulan Dalam cerita kedua puluh terdapat tokoh dan penokohan. Bujang digambarkan memiliki sifat yang pesimis (teknik dramatik) dan Tuanku Imam digambarkan memiliki sifat yang ramah dan bijaksana (teknik dramatik).
22. Bagian Kedua Puluh Dua a. Orientasi Siswa diminta untuk membaca dan meringkas cerita kedua puluh dua “Kesetiaan yang Memanggil” dalam novel Pulang karya Tere Liye. Dalam cerita kedua puluh dua “Kesetiaan yang Memanggil” menceritakan tentang Bujang yang memanggil orang-orang setia kepada Keluarga Tong untuk ikut berperang melawan Basyir dan Anggota Brigade Tong. White ,Yuki, Kiko,Togar, dan letnan lainnya, ikut membantu Bujang dan merebut kembali kekuasaan yang telah dikuasai oleh Basyir. Setelah semua tim terkumpul, Bujang menyusun rencana akan melakukan penyerangan secara terbuka di kantor Parwez. White dan anggota marinirnya, akan menyerang bagian gedung, Togar dan letnan lainnya akan menyerang dari lobi, dan Bujang, yuki dan Kiko, akan menyerang jatung pertahanan gedung Parwez, lantai dua puluh lima (Liye, 2015: 374-363). b. Merumuskan Masalah 1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita kedua puluh dua “Kesetiaan yang Memanggil” dari novel Pulang karya Tere Liye. 2) Siswa menetukan tokoh dan penokohan dalam cerita kedua puluh dua “Kesetiaan yang Memanggil” dari novel Pulang karya Tere Liye
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148
c. Merumuskan Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun. Berdasarkan gambaran awal dalam cerita kedua puluh dua “Kesetiaan yang Memanggil” dari novel Pulang karya Tere Liye memiliki tujuh tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama bersifat pemberani, sedangkan yang berperan sebagai tokoh tambahan adalah Parwez bersifat penakut, Basyir memiliki karajter yang kuat, White, Togar, Frans, Yuki, dan Kiko, digambarkan sebagai tokoh-tokoh yang setia. d. Mengumpulkan Data 1) Siswa menentukan siapa saja tokoh yang berperan dalam cerita kedua puluh dua? a) Bujang b) Parwez c) Basyir d) White e) Togar f) Yuki dan Kiko g) Frans 2) Siswa menetukan penokohan dalam cerita kedua puluh dua! a) Bujang Bujang memiliki sifat yang pemberani. Saat bujang berniat ingin merebut kembali Keluarga Tong yang sudah dikuasai oleh Basyir, dia akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 149
melakukan
penyerangan
terbuka
dan
menyusun
rencana
dalam
menghadapi Basyir. Sifat pemberani Bujang dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Memang itu yang aku inginkan. Kita tidak akan menyerang dengan cara pengecut seperti yang Basyir lakukan. Kita akan menyerang secara terbuka. Aku justru akan mengirim pesan kapan serangan itu dilakukan. Aku punya rencana, Parwez, kau tidak perlu khawatir. Kita masih punya kesempatan menguasai kembail Keluarga Tong” (Liye, 2015: 352). b) Parwez Parwes memiliki sifat yang penakut. Sifat penakut Parwez dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebgai berikut: “Kita akan berperang.” Parwez menelan ludah, wajahnya memucat. “Kau serius?’ Aku mengangguk (Liye, 2016: 348). c) Basyir Basyir digambarkan sebagai tokoh yang berkarakter kuat. Dengan kekuatan yang Basyir miliki, dia mampu menghindar dan menangkis serangan dari Bujang, Yuki, dan Kiko. Kekuatan Basyir dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagi berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 150
Tubuh tinggi besar Basyir dikepung dari depan, samping, dan belakang. Dua katana dan sabit berantai mgincar tubuhnya. Yuki dan Kiko melenting lincah ke sana-kemari, sementara aku mengisi ruang antara serangan. Meski begitu, Basyir tetap tidak bis dikalahkan. Dia bergerak lebih cepat, lebih kuat, dan aku belum pernah melihat kemampuan seperti itu. Berapa pun serangan tyang kami kirim, dai mampu menangkis atau menghindar, dan setiap kali dia membalas menyerang, kami bertiga harus mati-matian melindungi satu sama lain. Wajah si kembar sadah terlihat serius sejak tadi, tidak ada lagi mainmain, mereka memberikan usaha terbaik (Liye, 2015: 382). d) White White digambarkan memiliki sifat yang setia kepada Keluarga Tong. Sifat kesetiaan White ditunjukkan saat dia akan membantu Bujang menghadapi Basyir. Kesetiaan white dibuktikan melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut: “Eh, tentu saja aku akan membantu,Ayah.” White menggaruk kepala, sedikit kikuk, “Aku hanya sedang berbasa-basi bicara dengan Bujang. Eh, itu hanya gaya bahasa mariner, biar terdebgar keren” (Liye, 2015: 351).
e) Togar Togar digambarkan sebagai letnan terbaik di Keluarga Tong yang setia. Sifat setia Togar dubuktikan melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut: Nama letnan itu adalah Togar, usianya tiga puluh lima. Dia satu generasi denganku, direkrut Kopong di Kota Provinsi dulu, hanya berjarak dua minggu setelahku. Togar juga salah satu letnan terbaik di Keluarga Tong. Dia sama seperti Joni, lebih dekat denganku dibandingi Basyir. “Astaga, si babi hutan? Kau masih hidup?” Aku mengangguk, “Sesehat yang kau lihat, Togar.” “Basyir bilang kau telah tewas di kamar Tauke Besar. Juga Parwez.” Togar gemas melepas ikat kepala dengan symbol huruf Arab, meleparkannya ke tanah, “Maafkan aku, Si Babi Hutan. Kami tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 151
tahu kau masih hidup. Kami tidak akan penah mendukung Basyir dan Brigade Tong jika kau masih hidup, lebih baik mati melawan mereka. Pelabuhan ini terpaksa tunduk kepadanya karena dia mengancam akan membunuh keluarga kami” (Liye, 2015: 352-353).
f) Yuki dan Ki8ko Yuki dan Kiko digambarkan memiliki sifat yang setia kepada Bujang. Yuki dan Kiko akan ikut membantu Bujang membalaskan rasa sakit hatinya. Sifat setia Yuki dan Kiko buktikan melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut: Twinishinobi: KIKOOO!! Itu kiko, littleping. dia lagi kesal karena terhenti belanja online. dia menyela percakapan, tidak membaca bagian awalnya, lalu sembarang membalas. jangan dengar Kiko, dia hanya bergurau. kami akan segera berkemas. sebelum pukul tujuh malam kami telah tiba. kami akan membantu membalaskan sakit hati (Liye, 2015: 355). g) Frans Frans digambarkan memiliki sifat yang setia. Kesetiaan Frans dibuktikan melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut: “Kau harus pergi berperang, White!” Frans yang menjawabnya dengan suara masih bergetar dari atas kursi dorong, “Bujang memanggil kesetiaan keluarga kita. Kau bantu dia dengan nyawa sekali pun. Jika aku masih sehat, aku sendiri yang ikut pergi memanggul senapan” (Liye, 2015: 350). e. Menguji Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita kedua puluh dua “Kesetiaan yang Memanggil” dari novel Pulang karya Tere Liye.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 152
f. Merumuskan Kesimpulan Pada cerita kedua puluh dua, dismpulkan adanya tokoh dan penokohan. Bujang digambarkan memiliki sifat yang pemberani (teknik dramatik). Parwez digambarkan memiliki sifar yang penakut (teknik dramatik). Basyir dilukiskan sebagai tokoh yang kuat (teknik ekspositori). White, Togar, Frans, Yuki, dan Kiko, digambarkan sebagai tokoh-tokoh yang setia kepada Keluarga Tong (teknik dramatik).
23. Bagian Kedua Puluh Tiga a. Orientasi Siswa diminta untuk membaca dan meringkas cerita kedua puluh tiga “Lantai Dua Puluh Lima” dalam novel Pulang karya Tere Liye Dalam cerita kedua puluh tiga “Lantai dua Puluh Lima” menceritakan tentang peperangan yang akan terjadi di kantor Parwez. Setengah jam sebelum tengah malam, semua tim Bujang telah menyiapkan senjata masing-masing. Tanpa proses pelepasan, Bujang dan semua timnya, berangkat menuju area perang. Bujang, Yuki, dan Kiko langsung langsung menyerang ke lantai dua puluh lima untuk berhadapan lansung dengan Basyir. Perkelahian antara Bujang dan Basyir pun terjadi. Sementara Kiko dan Yuki berhadapan dengan dua belas Anggota Brigade Tong. Basyir menggunakan seluruh kemampuan yang dia peroleh dari berbagai pertarungan untuk mengalahkan Bujang. Saat itu, semua tim Bujang dalam keadaan terdesak. Togar dan anak buahnya akan dihabisi tanpa bantuan, sementara White dan mantan marinirnya terdesak hingga tubin atap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 153
Bujang sendiri tidak tahu bagaimana mengalahkan Basyir. Pertarungan sudah hampir tiba di akhirnya. Bujang hanya membutuhkan keajaiban yang tersisa (liye, 2015: 365-383). b. Mereumuskan Masalah 1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita kedua puluh tiga “Lantai Dua Puluh Lima” dari novel Pulang karya Tere Liye 2) Siswa penokohan dalam cerita kedua puluh tiga “Lantai Dua Puluh Lima” dari novel Pulang karya Tere Liye c. Menguji Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun. Berdasarkan gambaran awal dalam cerita kedua puluh tiga “Lantai Dua Puluh Lima” dari novel Pulang karya Tere Liye memiliki enam tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama yang tegas dan pendendam, sedangkan yang berepran sebagai tokoh tambahan adalah White bersifat pemberani, Yuki dan Kiko bersifat ceria, Togar bersifat patuh, Parwez bersifat penakut, dan Basyir bersifat sombong. d. Mengumpulkan Data 1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita kedua puluh tiga? a) Bujang b) White c) Togar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 154
d) Parwez e) Yuki dan Kiko f) Basyir 2) Siswa menentukan penokohan dalam cerita kedua puluh tiga! a) Bujang Bujang digambarkan memiliki sifat yang tegas dan pemberani. Sifat tegas Bujang ditunjukkan kepada Kiko sedang mengganggu Parwez. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Masukkan pedang itu ke dalam kotak, Kiko!” Aku teringat sesuatu. “Ayolah, Bujang. aku hanya memerlihatkannya pada ‘India’.” “Aku serius, Kiko. Masukkan pedangnya.” “Baiklah!” Kiko bersungut-sungut, “Kau lama-lama mirip sekali dengan orang tua itu. Cerewet” (liye, 2015: 368). Bukti lain ini akan menunjukkan Bujang memiliki sifat pendendam. Bujang akan memulai peperangan demi membalas rasa sakit hati kematian Tauke Besar, Joni, dan anggota keluarga lainnya. Sifat pendendam Bujang dibuktikan melaui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut: Aku menghela napas. Ini saatnya, kami tidak bisa lagi melangkah mundur. Inilah saatnya, peperangan akan segera dimulai. Demi kehormatan Keluarga Tong, aku akan membalaskan sakit hati kematian Tauke Besar, Joni, dan anggota keluarga lainnya. Aku mencengkram kemudi, sekarang! “SERANG, Togar! White!” Aku berseru (Liye, 2015: 368-369). b) White White digambarkan memiliki sifat yang pemberani. Sifat pemberani White ditunjukkan saat dia akan melawan pasukan Keluarga Lin yang sulit untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 155
ditaklukkan. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Bagus, Bujang. Kami juga sudah masuk. Tapi sial! Pasukan Keluarga Lin banyak sekali. Mereka lebih sulit ditaklukkan dibanding Makau. Semoga aku bisa mengatasi mereka. Sampai bertemu di lantai dua puluh lima, aku kan menuju ke sana” (Liye, 2015: 373).
c) Yuki dan Kiko Yuki dan Kiko digambarkan ninja terbaik, didikan langsung Guru Bushi. Mereka memiliki karakter yang suka bermain-main dalam misi, namum mereka dapat meyelesaikannya misi dengan baik. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Aku harus mengakui, meski si kembar ini amat menyebalkan dan selalu bermain-main, mereka adalah ninja terbaik, didikan langsung Guru Bushi. Itulah kenapa aku mengajaknya bersamaku. Kami bertiga mungkinpunya kesempatan mengalahkan Basyir (Liye, 2015: 375376).
d) Togar Togar digambarkan memiliki sifat yang patuh kepada Bujang. Sifat patuh togar dibuktikan melaui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut: “Mundur, Togar, Mundur hingga parkiran.” “Baik, kami akan mundur.” “Kau tahan mereka di sana. Apa pun harganya!” (Liye, 2015: 376).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 156
e) Parwez Parwez digambarkam memiliki sifat yang penakut. Saat sedang santai, Kiko memaksa Parwez untuk memegang shuriken miliknya. Parwez menolaknya, bagi Parwez, sejata itu terlihat mematikan. Sifat penakut Parwes dibuktikan melaui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Ayolah, kau pegang, ‘Indian’, ini hanya mainan. Meski kadang aku mengoleskan racun di ujungnya, yang bisa membuat lumpuh seekor gajah.” Kiko tertawa, tidak mendengarkan __ dia memanggil Parwez ‘India’. Parwez menggeleng. Semakin jerih. “Kau penakut sekali untuk seorang yang sudah tua sebesar ini.” Kiko terlihat pura-pura kecewa. Yuki yang duduk disebelahku ikut tertawa (liye, 2015: 366). f) Basyir Basyir digambarkan sebagai sosok yang kuat. Basyir mampu menangkis atau menghindar dari serangan Yuki, Kiko, dan Bujang. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Tubuh tinggi besar basyir dikepung dari depan, samping, dan belakang. Dua katana dan sabit berantai mengincar tubuhnya. Yuki dan Kiko melenting lincah ke sana-kemari, sementara aku mengisi ruangantar serangan. Meski begitu, basyir tetap tidak bisa dikalahkan. Dia bergerak lebih cepat, lebih kuat, dan aku belum pernah melihat kemampuan seperti itu. Berapa pun serangan yang kami kirim, dia mampu menangkis atau menghindar, dan setiap kali dia membalas menyerang, kami bertiga harus mati-matian saling melindungi satu sama lain. Wajah si kembar sudah terlihat serius sejak tadi, tidak ada lagi main-main, mereka memberikan usaha terbaik (Liye, 2015: 381382).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 157
Selain kuat, Basyir juga digambarkan memiliki sifat yang sombong. Sifat sobong Basyir dibuktikan melalui teknik dramatik dalam kutipan sebagai berikut: “Ada apa, Bujang? Kenapa kau terdiam? Kau baru menyadari jika misimu menyerang gedung ini sama saja bunuh diri?” Basyir menatapku menghina. “Sayang sekali, Bujang. malam ini, julukanmu harus diganti. Bukan lagi si babi Hutan, baiknya diubah menjadi Si Babi Panggang.” Basyir terkekeh (Liye, 2015: 383). e. Merumuskan Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita kedua puluh tiga “Lantai Dua Puluh Lima” dari novel Pulang karya Tere Liye. f. Merumuskan Kesimpulan Dalam cerita kedua puluh tiga, ditemukan adanya tokoh dan penokohan. Bujang digambarkan memiliki sifat yang tegas dan pendendam (teknik dramatik). White digambarkan memiliki sifat yang pemberani (teknik dramatik). Yuki dan Kiko digambarkan ninja terbaik yang suka bermain-main dalam misi (teknik ekspositori). Togar digambarkan memiliki sifat yang patuh kepada Bujang (teknik dramatik). Parwez digambarkam memiliki sifat yang penakut (teknik ekspositori). Basyir digambarkan sebagai tokoh kuat (teknik ekspositori) dan sombong (teknik dramatik).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 158
24. Bagian Kedua Puluh Empat a. Orientasi Siswa diminta untuk membaca dan meringkas cerita kedua puluh empat “Samurai Sejati” dalam novel Pulang karya Tere Liye Dalam cerita kedua puluh empat “Samurai Sejati” menceritakan Bujang yang berhasil mengalahkan Basyir. Saat itu hujan turun deras di luar. Basyir masih berdiri di depan Bujang, empat langkah, keda tanggannya memegang khanjar dan siap mengirim serangan penghabisan kepada Bujang. Bujang memejamkan matanya, khanjar Basyir tinggal sejengkal lagi. Tiba-tiba wajah Guru Bushi melintas di depannya. Bujang teringat nasihat yang disampaikan oleh Guru Bushi, bahwa dia harus mengalahkan egoisme yang ada dalam dirinya. Ketika dua khanjar sudah dekat ke leher Bujang, tubuh Bujang seolah menghilang begitu saja. Basyir merang membalik badannya, tidak percaya apa yang dilihat matanya. Bujang sudah menguasai jurusan tingkat tinggi Guru Bushi dan menjadi samurai sejati. Saat Togar dan White terdesak habis-habisn, Salonga bersama murib-mirib terbaiknya ikut membantu mereka dalam pertempuran. Pertarungan telah selesai. Bujang dan timnya memenangkan peperangan. Bujang mengingat kembali apa yang dikatakan oleh Tuanku Imam, bahwa segala sesuatu yang terjadi saat itu adalah panggilan Tuhan kepadanya. Bujang sudah menjadi kepala Keluarga Tong dan akan menentukan haluan baru kemana penguasa shadow economy akan dibawa (Liye, 2015: 385-398).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 159
b. Merumuskan Masalah 1) Siswa menentukan siapa saja tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita kedua puluh empat “Samurai Sejati” dari novel Pulang karya Tere Liye 2) Siswa menetukan penokohan dalam cerita kedua puluh empat “Samurai Sejati” dari novel Pulang karya Tere Liye c. Merumuskan Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun. Berdasarkan gambaran awal dalam cerita kedua puluh empat “Samurai Sejati” dari novel Pulang karya Tere Liye memiliki lima tokoh yang berperan dalam cerita tersebut, yaitu: Bujang sebagai tokoh utama bersifat bijaksana, sedangakan yang berepran sebagai tokoh tambahan adalah Basyir bersifat pemarah, Salonga bersifat setia, Togar berkarakter kuat, dan Putra Tertua Keluarga Lin berkarakter penakut. d. Mengumpulkan Data 1) Siapa sajakah tokoh yang berperan dalam cerita kedua puluh empat? a) Bujang b) Basyir c) Salonga d) Togar e) Putra Tertua Keluarga Lin 2) Tentukanlah penokohan yang terdapat dalam cerita kedua puluh empat!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 160
a) Bujang Bujang digambarkan seorang samurai sejati yang kuat. Saat berjuang melawan Basyir, Bujang berhasil mengalahkan dirinya sendiri dan membuat dia menjadi samurai sejati yang lebih cepat dan kuat. Hal ini dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Kutipan yang medukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Aku tersenyum. Tidak ada sihir. Aku hanya bergerak lebih cepat disbanding dirinya, bergerak lebih kuat. Aku telah menerobos batasan diriku sendiri. Persis seperti seekor ulat yang menetas menjadi kupukupu, fisikku bertransformasi. Ulat tidak bisa membayangkan dia bisa terbang, bisa bergerak secepat itu. Tapi sekali ulat melampaui prosesnya menjadi kupu-kupu, maka dia telah membuka tabir ‘rahasia’. Hal-hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Aku telah menjadi samurai sejati. Malam ini (Liye, 2015: 389). Selain itu, Bujang juga merupakan tokoh yang bersifat bijaksana. Ketika Bujang berhasil mengalahkan Basyir, dia meminta Basyir untuk menyerah dan tidak akan menyakitinya. Sifat bijaksana Bujang dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: “Menyerahlah, Basyir. Aku tidak akan menyakitimu. Kau akan dibiarkan pergi dengan aman. Aku sungguh minta maaf atas kejadian puluhan lalu, saat Tauke Besar membakar rumah kau. Juka aku bisa membalik waktu, aku sendiri yang akan membatalkan kejadian itu agar kau tetap punya orang tua, punya ibu yang bisa membca pepatah lama setiap malam. Tapi aku tidak bisa melakuykannya. Aku tahu rasanya kehilangan orangtua, Basyir. Menyesak. Menyakitkan” (Liye, 2015: 392).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 161
b) Basyir Basyir digambarkan memiliki sifat yang pemarah. Sifat pemarah Basyir dibuktikan melalui teknik ekspositori, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara langsung. Hal ini diunjukkan dalam kutipan sebagai berikut: “Apa yang telah kau lakukan, Bujang!” Basyir meraung marah, “Hadapi aku” (Liye, 2015: 389). c) Salonga Salonga digambarkan memiliki sifat yang setia kepada Keluarga Tong. Salongan merupakan kesetiaan terakhir yang dipanggil Bujang untuk membantunya berperang. Kesetiaan Salonga dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Inilah kartu truf terakhir yang aku tunggu. Inilah kesetiaan terakhir yang kupanggil. Aku menelepon Salonga tadi siang, memintanya datang. Dan sebagai jawabnya, Salonga datang dengan kekuatan penuh. Dia memang terlambat karena tidak mudah mengurus izin masuk puluhan orang bersenjata. Tapi apa pun itu, Salonga akhirnya tiba (Liye, 2015: 390). d) Togar Togar digambarkan sebagai tokoh yang kuat. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Dalam satu jam lebih, Togar mampu menahan ratusan anggota Brigade Tong saat peperangan. Kejadian itu membuat Bujang mengangkatnya menjadi tukang pukul nomor satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 162
penganti Kopong. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Aku mepercayain Togar, dia bisa mengerjakan semuanya dengan baik. Aku bahkan sudah punya kandidat tepat sebagai pengganti Kopong. Togar telah melewati ritual Amok, dia satu jam lebih menahan ratusan anggota Brigade Tong saat peperangan tadi. Meski dengan kaki terluka, dia tetap berdiri. Itu lebih dari cukup (Liye, 2015: 395). e) Putra Tertua Keluarga Lin Putra tertua Keluarga Lin digambarkan sebagai tokoh takut kepada Bujang. Hal ini dibuktikan melalui teknik dramatik, yaitu teknik pelukisan tokoh dengan memberikan penjelasan secara tidak langsung. Kutipan mendukung pernyataan di atas adalah sebagai berikut: Putra tertua Keluarga Lin mengusap pelipis. Dia tetap tidak bicara, suaranya tersangkut di kerongkongan. Dia hanya bisa gemetar mengangguk (Liye, 2015: 394).
e. Meguji Hipotesis Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita kedua puluh empat “Samurai Sejati” dari novel Pulang karya Tere Liye. f. Merumuskan Kesimpulan Dalam cerita kedua puluh empat, disimpulkan adanya tokoh dan penokohan. Bujang digambarkan seorang samurai sejati yang kuat dan bijaksana (teknik dramatik). Basyir digambarkan memiliki sifat yang pemarah (teknik ekspositori). Salonga digambarkan memiliki sifat yang setia kepada Keluarga Tong (teknik dramatik). Togar digambarkan sebagai tokoh yang kuat (teknik dramatik). Putra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 163
Tertua Keluarga Lin dilukiskan memiliki sifat yang takut kepada Bujang (teknik dramatik).
Berdasarakan hasil analisis tokoh dan penokohan pada dua puluh empat bagian dalam novel Pulang karya Tere Liye, berikut ini penulis akan membagi unsur tokoh menjadi empat bagian, yaitu tokoh utama yang utama, utama tambahan, tokoh tambahan utama, tambahan (yang memang) tambahan. Keempat bagian ini merupakan tokoh mempengaruhi jalannya cerita. Tokoh utama yang utama adalah Bujang. Pilihan ini berdasarkan frekuensi kemunculan dan indentitas tokoh dalam mempengaruhi jalannya cerita. Adapun tokoh yang tergolong dalam tokoh utama tambahan adalah Tauke Muda, Kopong, Basyir, dan Parwez. Tokoh tambahan utama, yaitu Samad, Midah, Salonga, Frans, White, Guru Bushi, Yuki dan Kiko, karena walaupun kedelapan tokoh ini hanya tokoh tambahan, tetapi kedelapan tokoh ini berperan dalam menentukan jalan ceritanya. Sedangkan tokoh tambahan yang memang tambahan, yaitu Mansur, Master Dragon, Shang, Tuan Lin, Putra Tertua Tuan Lin, Tuanku Imam, Edwin,Joni, Dokter, Togar, karena kesembilan tokoh ini hanya muncul sesekali dalam cerita yang relatif pendek. 4.3 Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA Kelas X Semester I Sangat penting bagi seorang pendidik menyiapkan silabus dan RPP agar proses pembelajaran yang berlangsung bisa terarah dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hasil analisis unsur tokoh dan penokohan novel Pulang karya Tere
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 164
Liye perlu dilanjutkan dengan cara membuat silabus dan RPP. Berikut ini uraian silabus dan RPP Bahasa Indonesia kelas XI semester 1. 4.3.1
Silabus Silabus adalah rencana rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Dalam KTSP, silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian hasil belajar (Mulyasa, 2007: 190).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 165
Nama Sekolah
: Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas
: XI
Standar Kopetensi
: Membaca
7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ novel terjemahan Kompetensi Materi Kegiatan dasar pembelajaran Pembelajaran 7.2 Novel Membaca novel menganalisis Pulang Pulang karya Tere unsur-unsur karya Tere Liye intrinsik dan Liye ekstrinsik Siswa membentuk novel kelompok 5-6 orang Indonesia/ terjemahan Guru meminta siswa untuk meringkas tiap bagian dari novel Pulang Guru meminta siswa untuk mengindentifikasi
Indikator
Penialaian
Alokasi waktu
Siswa mampu Jenis tagihan: 2 x 45 menit menjelaskan 1. Tugas pengertian kelompok novel 2. Tugas individu Siswa mampu Teknik: menjelaskan Tertulis unsur intrinsik Bentuk novel Instrumen: Uraian bebas Siswa mampu menjelaskan unsur tokoh dan penokohan Siswa
mampu
Sumber belajar Novel Indonesia Buku penunjang lainnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 166
tokoh dan penokohan yang terkandung dalam novel Pulang
menganalisis unsur tokoh dan penokohan yang terdapat dalam bab ketujuh novel Pulang karya Tere Liye.
Siswa mempresentasikan hasil analisis tokoh dan penokohan di Siswa mampu depan kelas menganalisis unsur tokoh dan penokohan berdasarkan teknik dramatik dan teknik ekspositori dalam bab tujuh novel Pulang karya Tere Liye.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 167
4.3.2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran
mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Dengan adanya RPP, seorang guru diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram. Rencana pelaksanaan pembelajaran metode inkuiri dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Pulang karya Tere Liye untuk SMA kelas XI semester I akan diterapkan sebqagai berikut:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Tingkat Pendidikan
: SMA
Materi Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester
: XI/ 1
Alokasi Waktu
: 2x45 menit
A. Standar Kompetensi
: 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indobesia/ novel terjemahan
B. Kompetensi Dasar
: 7.2 menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/ novel terjemahan
C. Indikator
:
a) Siswa mampu menjelaskan pengertian novel b) siswa mampu menjelaskan unsur intriksik novel c) siswa mampu menjelaskan unsur tokoh dan penokohan novel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 168
d) Siswa mampu menganalisis unsur tokoh dan penokohan yang terdapat dalam bab ketujuh novel Pulang karya Tere Liye e) Siswa
mampu
menganalisis
unsur
tokoh
dan
penokohan
berdasarkan teknik dramatik dan teknik ekspositori dalam bab tujuh novel Pulang karya Tere Liye D. Tujuan Pembelajaran a) Siswa dapat menjelaskan pengertian novel melalui diskusi dengan komunikatif b) Siswa dapat menjelaskan unsur-unsur intrinsik novel melalui diskusi dengan komunikatif c) Siswa dapat menjelaskan unsur tokoh dan penokohan dalam novel melalui diskusi yang komunikatif d) Siswa dapat mengindentifikasi unsur tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel Pulang karya Tere Liye melalui diskusi yang komunikatif e) Siswa dapat mengindentifikasi unsur tokoh dan penokohan berdasarkan teknik dramatik dan teknik ekspositori novel Pulang karya Tere Liye E. Materi Pembelajaran a) Pengertian Novel Novel adalah suatu karya sastra berbentuk prosa fiksi yang banyak
mengungkapkan
masalah-masalah
kehidupan.
Novel
merupakan suatu cerita fiiksi yang melukiskan para tokoh gerak serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 169
adegan kehidupan, representative dalam suatu alur (Nurgiyantoro, 1995: 9-10). b) Unsur Intrinsik Unsur intrinsik ialah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur yang menyusun sebuah karya sastra
dari dalam yang mewujudkan struktur karya
sastra, seperti tema, tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latar dan pelataran, dan pusat pengisahan (Mihardja, 2012: 4). Namun, dalam hal ini yang akan dianalisis dari novel yaitu tokoh dan penokohan. Unsur intrisik karya sastra adalah sebagai berikut: 1) Tokoh Tokoh Ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlaku di dalam berbagai peristiwa cerita (Sudjiman, 1988: 16). Tokoh dibagi menjadi dua macam (Nurgiyantoro, 1995: 176), yaitu: a. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. b. Tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak terlalu banya mendominasi cerita. 2) Penokohan Penokohan menunjuk pada pelukisan yang jelas tentang seorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones dalam Nurgiyantoro,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 170
1995: 165). Ada dua teknik yang dilakukan dalam melukiskan sebuah tokoh, yaitu: a. Teknik Ekpositori Teknik ekspositori adalah teknik pelukisan tokoh cerita dengan cara memberikan deskripsi, uraian, dan penjelasan secara langsung (Nurgiyantoro, 1995: 194). b. Teknik Dramatik Teknik pelukisan tokoh yang dilakukan secra tidak langsung, artinya pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh,
menyiasati para tokoh
ceritapara tokoh cerita untu menunjukkan kehadirannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan baik secara verbal lewat kata maupun non verbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi (Nurgiyantoro, 1995: 198). F. Metode Pembelajaran
Ceramah
Penegasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 171
G. Kegiatan Belajar Mengajar No.
Kegiatan Pembelajaran
Alokasi Waktu
1.
10 menit
Kegiatan Awal/ Apersepsi a.
Guru
memberikan
salam
dan
memeriksa
kehadiran siswa/ presensi. b.
Guru memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
c.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2.
Kegiatan Inti Eksplorasi a.
Siswa menerima pertanyaan dari guru terkait pengertian novel dan unsur instrinsik.
b.
Siswa diberi pertanyaan mengenai unsur tokoh dan penokohan.
c.
Peserta didik mendapatkan contoh novel yang telah dianalisis untuk dijadikan sebagai contoh pembelajaran.
d.
Siswa memahami isi cerita dari contoh atau model yang diberikan guru.
Elaborasi e.
Guru membagi siswa dalam kelompok kecil yang
65 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 172
terdiri dari 5-6 orang. Orientasi f.
Guru menyajikan cerita ketujuh dari novel Pulang karya Tere Liye.
g.
Guru meminta siswa untuk membaca dan memahami cerita ketujuh novel Pulang karya Tere Liye.
h.
Guru meminta siswa untuk meringkas cerita ketujuh dari novel Pulang karya Tere Liye.
i.
Merumuskan Masalah
Guru memberikan pertanyaan yang mengandung teka-teki terkait dengan tokoh dan penokohan dalam cerita ketujuh novel Pulang karya Tere Liye.
j.
Merumuskan Hipotesis
Guru
meminta
siswa
memberikan
jawaban
sementara berkaitan dengan tokoh dan penokohan dalam cerita ketujuh dari novel Pulang karya Tere Liye. k.
Mengumpulkan Data
Siswa mengindentifikasi tokoh dan penokohan yang terkandung dalam cerita ketujuh novel Pulang karya Tere Liye.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 173
l.
Siswa mengumpulkan data tentang tentang tokoh dan penokohan yang terkandung dalam cerita ketujuh novel Pulang karya Tere Liye.
m.
Menguji Hipotesis
Guru
meminta
siswa
uuntuk
memberikan
jawaban serta membuktikan jawaban berdasarkan data yang telah ditemukan dalam cerita ketujuh novel Pulang karya Tere Liye.
Merumuskan Kesimpulan
n. Siswa merumuskan kesimpulan. o. Masing-masing
kelompok
mempresentasikan
hasil diskusi di depan kelas dan mempertahankan jawabannya dengan menunjukkan bukti yang mereka temukan. Konfirmasi p. Guru memberikan penegasan atas presentasi kelompok
dan
pertanyaan-pertanyaan
yang
diajukan setiap siswa. q. Guru memberikan rangkuman atau simpulan terhadap materi yang telah di bahas. 3.
15 menit
Penutup a.
Guru
memberikan
pemahaman materi.
refleksi
terkait
dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 174
b.
Peserta didik mendapatkn penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
c.
Guru menyampaikan sumber belajar yang relevan dan bisa dipelajari secara individu.
d.
Guru menutup pembelajaran dengan salam.
H. Sumber dan Media Sumber: Liye, Tere. 2015. Pulang. Jakarta: Republika. Mihardja, Ratih. 2012. Sastra Indonesia. Jakarta: Niaga Swadaya. Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaaan. Jakartata: Pustaka Jaya Media: Papan tulis, LCD, powerpoint, buku teks dan teks novel. I. Evaluasi Pembelajaran a. Teknik Penilaian
: Tertulis
b. Soal/ instrumen
:
Bacalah penggalan cerita ketujuh novel Pulang karya Tere Liye, lalu kerjakan soal-soal berikut ini! 1. Jelaskanlah pengertian novel! 2. Jelaskanlah unsur intrinsik novel! 3. Jelaskanlah unsur tokoh dan penokohan!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 175
4. Ringkaslah cerita ketujuh dalam novel Pulang karya yang Tere Liye 5. Analisislah unsur tokoh dan penokohan yang terdapat dalam cerita ketujuh novel Pulang karya Tere Liye! 6. Analisislah unsur tokoh dan penokohan berdasarkan teknik dramatik dan teknik ekpositori yang terdapat dalam cerita ketujuh novel Pulang karya Tere Liye! c. Pedoman Penilaian
:
Rubrik Penilaian Aspek Kognitif No.
1.
Kriteria Penilaian
Skor
a. siswa mampu menjelaskan pengertian novel 3
Bobot
3
Skor x Bobot 9
3
6
3
3
dengan baik dan benar (sesuai dengan EYD) b. Siswa mampu menjelaskan pengertian novel dengan
benar,
lengkap,
tetapi
belum 2
menggunakan bahasa yang baik dan benar (tidak sesuai dengan EYD) c. siswa mampu menjelaskan pengertian novel dengan benar, namun belum lengkap dan tidak 1 menggunakan bahasa yang baik dan benar (tidaak sesuai dengan EYD) 2.
a. siswa mampu menjelaskan unsur intrinsik 3 novel dengan baik dan benar (sesuai dengan
3
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 176
EYD) b. Siswa mampu menjelaskan unsur intrinsik 2
3
6
3
3
novel dengan benar, lengkap, tetapi belum menggunakan bahasa yang baik dan benar (tidak sesuai dengan EYD) c. siswa mampu menjelaskan unsur intrinsik 1 novel dengan benar, namun belum lengkap dan tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar (tidaak sesuai dengan EYD). 3
a. siswa mampu menjelaskan unsur tokoh dan 3
3
9
3
6
3
3
3
9
penokohan dengan baik dan benar (sesuai dengan EYD) b. Siswa mampu menjelaskan unsur tokoh dan 2 penokohan dengan benar, lengkap, tetapi belum menggunakan bahasa yang baik dan benar (tidak sesuai dengan EYD) c. siswa mampu menjelaskan unsur tokoh dan penokohan dengan benar, namun
belum 1
lengkap dan tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar (tidaak sesuai dengan EYD). 4
a. siswa mampu meringkas cerita ketujuh 3 dalam novel Pulang karya Tere Liye dengan baik dan benar (sesuai dengan EYD)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 177
b. Siswa mampu meringkas cerita ketujuh dalam novel Pulang karya Tere Liye dengan 2
3
6
3
3
3
9
3
6
3
3
benar, lengkap, tetapi belum menggunakan bahasa yang baik dan benar (tidak sesuai dengan EYD) c. siswa mampu meringkas cerita ketujuh 1 dalam novel Pulang karya Tere Liye dengan benar, namun belum lengkap dan tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar (tidak sesuai dengan EYD) 4.
a. siswa mampu mengalisis unsur tokoh dan 3 penokohan cerita ketujuh dalam novel Pulang karya Tere Liye dengan baik dan benar (sesuai dengan EYD) b. Siswa mampu mengalisis unsur tokoh dan 2 penokohan cerita ketujuh dalam novel Pulang karya Tere Liye dengan benar, lengkap tetapi belum menggunakan bahasa yang baik dan benar (tidak sesuai dengan EYD) c. siswa mampu mengalisis unsur tokoh dan penokohan cerita ketujuh dalam novel Pulang 1 karya Tere Liye dengan benar, namun belum lengkap dan tidak menggunakan bahasa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 178
baik dan benar (tidak sesuai dengan EYD) 5.
a. siswa mampu mengalisis unsur tokoh dan 3
3
9
3
6
3
3
penokohan berdasarkan teknik dramatik dan teknik ekspositori cerita ketujuh dalam novel Pulang karya Tere Liye dengan baik dan benar (sesuai dengan EYD) b. Siswa mampu mengalisis unsur tokoh dan penokohan cerita ketujuh berdasarkan teknik 2 dramatik dan teknik ekspositori dalam novel Pulang karya Tere Liye dengan benar, lengkap tetapi belum menggunakan bahasa yang baik dan benar (tidak sesuai dengan EYD) c. siswa mampu mengalisis unsur tokoh dan penokohan berdasarkan teknik dramatik dan teknik ekspositori cerita ketujuh dalam novel 1 Pulang karya Tere Liye dengan benar, namun belum lengkap dan tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar (tidak sesuai dengan EYD)
Nilai Akhir :
X 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 179
Rubrik Penilaian Aspek Afektif No. 1.
Kriteria Penilaian Selama
proses
pembelajaran,
Skor siswa
selalu 4
menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan
Ket Sangat Baik
kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 2.
Selama proses pembelajaran, siswa menunjukkan 3
Baik
usaha sungguh-sungguh selalu menggunakan bahasa
Indonesia
sesuai
dengan
kaidah
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 3
Selama proses pembelajaran, siswa menunjukkan 2
cukup
dalam melakukan kegiatan yang cukup sering mengundang bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 4.
Selama proses pembelajaran, siswa sama sekali 1 tidak
menunjukkan
usaha
sungguh-sungguh
menggunakan bahasa Indonesia dengan kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 180
Rubrik Penilaian Aspek Psikomotorik Aspek Penilaian Presentasi
Deskripsi Pelaksanaan
a. Siswa
mampu
Skor
melaporkan 3
Bobot
Skor x Bobot
3
9
2
3
6
jelas dan mampu menanggapi 1
3
3
jawaban secara lisan di depn kelas dengan intonasi yang sangat jelas dan
mampu
menanggapi
sanggahan kelompok lain. b. Siswa
mampu
melaporkan
jawaban secara lisan di depan kelas dengan intonasi yang cukup
sanggahan kelompok lain. c. Siswa mampu melaporkan jaan secra lisan di depan kelas dengan intonasi yang kurang jelas dan kurang
mampu
dalam
menanggapi sanggahan.
Nilai Akhir :
X 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 181
Yogyakarta, 3 Januari 2017 Mengetahui, Kepala Sekolah
Guru Bahasa Indonesia
(……………………)
(………………………)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran sastra merupakan salah satu asumsi yang dapat digunakan untuk memperkenalkan sastra pada siswa. Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang menempatkan sisiwa sebagai subjeknya, yang berarti bahwa siswa memiliki andil besar dalam menentukan suasaan dan model pembelajaran. Pembelajaran ikuiri menekankan kepada siswa secara maksimal untuk untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan dengan mengembangkan kampuan berfikir secara sistematis, logis, kristis, dan analitis. Ada enam langkah-langkah yang terdapat dalam metode inkuiri yaitu, (1) orientasi, (2) merumuskan masalah, (3) merumuskan hipotesis, (4) mengumpulkan data, (5) menguji hipotesis, dan (6) merumuskan kesimpulan. Langkah yang pertama, yaitu orientasi. Siswa diminta untuk membuat isi ringkasan dari setiap bagian novel Pulang karya Tere Liye. Hal ini bertujuan untuk mempermudah siswa dalam memahami isi novel Pulang karya Tere Liye. Langkah yang kedua, yaitu merumuskan masalah. Siswa diminta untuk mengindentifikasi tokoh dan penokohan yang terkandung dalam novel Pulang. Hal tersebut bertujuan agar siswa lebih mudah merumuskan masalah dengan menemukan tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel Pulang karya Tere Liye.
182
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 183
Langkah yang ketiga, yaitu merumuskan hipotesis. Siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara. Pemberian jawaban dapat dilakukan dengan cara siswa memberikan pendapat mengenai tokoh dan penokohan yang terkandung dalam novel Pulang karya Tere Liye. Langkah yang keempat, yaitu mengumpulkan data. Siswa diminta untuk mengumpulkan data berupa kutipan-kutipan yang terdapat dalam novel untuk menemukan tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel Pulang karya Tere Liye. Langkah yang kelima, yaitu menganalisis hipotesis. Siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban tersebut berdasarkan data yang telah ditemukan dalam pengumpulan data. Langkah yang keenam, yaitu merumuskan kesimpulan. Siswa diminta untuk mertumuskan kesimpulan dari hasil dari analisis tokoh dan penokohan dalam novel Pulang karya Tere Liye. Hal tersebut bertujuan agar siswa dapat lebih menarik kesimpulan berdasarkan temuan siswa. Berdasarkan hasil analisis terhadap tokoh dan penokohan novel Pulang karya Tere Liye dapat disimpulkan bahwa Bujang sebagai tokoh utama, sedangkan tokoh utama tambahan adalah Tauke Muda, Kopong, Basyir, dan Parwez, sebagai tokoh tambahan utama, yaitu Samad, Midah, Salonga, Frans, White, Guru Bushi, Yuki dan Kiko, dan sebagai tokoh tambahan yang memang tambahan, yaitu Mansur, Master Dragon, Shang, Tuan Lin, Putra Tertua Tuan Lin, Tuanku Imam, Edwin, Joni, Dokter, serta Togar yang berfungsi mendukung keseluruhan cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 184
Tokoh Bujang dilukiskan mempunyai karakter yang pemberani, patuh, pintar, pekerja keras, bertanggung jawab, peduli, perhatian, dan bijaksana. Tauke Besar digambarkan sebagai kepala Keluarga Tong yang tegas, pemberani, peduli, perhatian, dan bertanggung jawab. Kopong digambarkan sebagai kepala tukang pukul di Keluarga Tong yang tegas, pemberani, ramah, patuh terhadap perintah Tauke Muda, peduli dan perhatian kepada Bujang. Basyir digambarkan sebagai tokoh yang berkhianat di Keluarga Tong memliki karakter ramah, perhatian pendendam, pemarah, dan kuat. Parwes dilukiskan memupyai karakter yang jenius, penakut, dan setia. Samad digambarkan sebagai bapak Bujang yang keras, pemarah, peduli, tepat janji, dan pemberani, Midah dilukiskan sebagai mamak Bujang yang perhatian, peduli, dan penyayang. Salonga digambarkan sebagai guru Bujang dalam latihan menembak yang pemarah dan setia. Frans dilukiskan mempunyai karakter yang ramah, telaten, dan setia. White dilukiskan sebagai putra dari Frans yang pintar memasak, pemberani, dan setia. Guru Bushi dilukiskan sebagai guru Bujang dalam latihan samurai yang Bijaksana. Yuki dan Kiko dilukiskan sebagai dua gadis kembar berprofesi sebagai pencuri kelas dunia yang matrealistis, ceria, tidak serius dalam misi, dan setia. Mansur dilukiskan memiliki sifat yang penakut dan memiliki daya ingat yang tinggi. Master Dragon digambarkan sebagai kepala dari seluruh keluarga yang ramah, tegas dan bijaksana.Shang digambarkan sebagai putra dari Master Dragon yang pemarah. Tuan Lin digambarkan sebagai kepala Keluarga Lin yang sombong. Putra Tertua Tuan Lin digambarkan memiliki sifat yang pembohong, mampu menahan marah, dan durhaka kepada ayahnya. Tuanku Imam digambarkan sebagai kakak tertua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 185
dari Midah yang perhatian, ramah, dan bijaksana. Edwin digambarkan sebagai pilot di Keluarga Tong yang pintar dan pemberani. Joni dilukiskan memiliki sifat yang pmberani. Dokter digambarkan memiliki sifat yang perhatian dan peduli. Togar digambarkan sebagai letnan terbaik di Keuarga Tong yang setia dan patuh kepada Bujang. Dalam menganalisis tokoh dan penokohan novel Pulang karya Tere Liye ada dua teknik yang digunakan untuk melukisan tokoh dalam suatu karya, yaitu teknik ekspositori dan teknik dramatik. Teknik ekspositori adalah teknik pelukisan tokoh cerita dihadirkan dengan memberikan deskripsikan uraian dengan penjelasan secara langsung. Teknik dramatik adalah teknik yang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat serta tingkah laku tokoh atau secara tidak langsung (Nurgiyantoro, 1995: 198). Hasil analisis pembelajaran tokoh dan penokohan dalam metode inkuiri berguna untuk dijadikan bahan pembelajaran (RPP) berdasarkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) dari silabus yang sudah diterapkan oleh BSNP. Standar Kompetensi yang digunakan untuk pembelajaran tokoh dan penokohan dalam pengajaran sastra di SMA yaitu memahami berbagai hikayat dan novel Indonesia atau terjemahan. Kompetensi dasar yang digunakan yaitu menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia atau terjemahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 183
5.2 Saran Penelitian terhadap implementasi metode inkuiri dalam unsur tokoh dan penokohan novel Pulang karya Tere Liye dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra di jenjang SMA. Pembelajaran sastra di jenjang SMA cukup memprihatinkan. Hal ini dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran di dalam kelas yaitu guru, siswa, metode maupun media pembelajaran. Siswa lebih cenderung pasif ketika mendengarkan guru yang menggunakan metode ceramah. Hal ini membuat siswa jenuh dan bosan ketika mendengarkan seorang guru yang menggunakan metode ceramah. Dari hal di atas, peneliti mempunyai saran diantaranya (1) bagi guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya menguasai materi dengan baik, memilih materi dengan baik, metode dan teknik pengajaran yang tepat, serta jenis karya sastra yang menarik sehingga mampu mendorong semangat siswa dalam mempelajari sastra. (2) bagi peneliti selanjutnya bisa mengembangkan dan menggunakan metode atau pendekatan yang sesuai dengan keadaan dan kondisi kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Anam, Khoirul. 2015. Pembelajaran Berbasis Inkuiri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia Liye, Tere. 2015. Pulang. Jakarta: Repulika. Masnur, Muslich. 2007. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan): Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Angkasa. Mihardja, Ratih. 2012. Sastra Indonesia. Jakarta: Niaga Swadaya. Moleong. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya. Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosda Karya. Mulyasa. 2008. Implementasi Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan Kemandirian Guru dan Sekolah. Jakarta: Bumi Angkasa. Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Rahmanto. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Rambu, Melinda Crishtiyanti. 2011. “Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Perempuan itu Bermata Saga Karya Agust Dapaloka untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I”. Skripsi. Yogyakarta: PBSI. FKIP. Universitas Sanata Dharma. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sudjiman. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Sumardjo, Jacob dan Saini. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Pustaka Jaya. Tarigan, Henry Guntur. 2012. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung Angkasa.
187
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 188
Wellek, Rene, dan Austin Waren. 1990. Theory of Literatur. New York: Harcourt Brance dan Word Inc (Teori Kesusastraan Terjemahan oleh Melani Budianta). (Teori Kesusastraan). Jakarta: Gramedia Widharyanto. 2003. Student Active Learning: Sebagai Salah Satu Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Yuliyanti, Ayu. 2014. “Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Membaca Pemahaman Siswa Kelas XI.IPS 2 SMA Negeri 2 Mengwi”. Skripsi. Singaraja: PBSI. Universitas Pendidikan Ganesha.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
189
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 190
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 191
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 192
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 193
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 194
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 195
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 196
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 197
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 198
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 199
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 200
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 201
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 202
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 203
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 204
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 205
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 206
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 207
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 208
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 209
BIOGRAFI PENULIS Elicha Bonita BR Turnip lahir di Berastagi 19 April 1994.
Ia
menyelesaikan
pendidikan
tingkat
sekolahdasar di SD Methodist Beratagi pada tahun 2006.Kemudian, ia melanjutkan studinya di SMP Methodist Berastagi dan tamat pada tahun 2009. Pendidikan tingkat menengah atas ditempuhnya di SMA Methodist Berastagi. Setelah menyelesaikan sekolah menengah atas, ia melanjutkan studi SI Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Masa pendidikan SI tersebut berakhir pada tahun 2016 dengan menyelesaikan skripsi Metode Inkuiri Dalam Pembelajaran Tokoh dan Penokohan Novel Pulang Karya Tere Liye untuk Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI Semester I.