PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
METODE INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN TEMA DAN AMANAT PADA NOVEL PERTEMUAN DUA HATI KARYA NH. DINI UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER I
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh Martina Novi Tensawanti NIM: 121224034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
METODE INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN TEMA DAN AMANAT PADA NOVEL PERTEMUAN DUA HATI KARYA NH. DINI UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER I
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh Martina Novi Tensawanti NIM: 121224034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Karya ini saya persembahkan untuk inspirator dan motivator terbaik dalam hidup saya yaitu, Bapak Fl. Rejo Mulyo, Ibu Paula Wakinah, dan adik Graciano Vino.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
“IA MEMBUAT SEGALA SESUATU INDAH PADA WAKTUNYA” (PENGKHOTBAH 3 : 11)
“ORANG-ORANG YANG SUKSES TELAH BELAJAR MEMBUAT DIRI MEREKA MELAKUKAN HAL YANG HARUS DIKERJAKAN KETIKA HAL ITU MEMANG HARUS DIKERJAKAN, ENTAH MEREKA MENYUKAINYA ATAU TIDAK” (ALDUS HUXLEY)
“I’M A GREATER BELIEVER IN LUCK, AND I FIND THE HARDER I WORK THE MORE I HAVE OF IT” (THOMAS JEFFERSON)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Tensawanti, Martina Novi. 2016. Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Tema dan Amanat pada Novel Pertemuan Dua Hati Karya Nh. Dini untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengkaji tentang pembelajaran tema dan amanat novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini dengan menggunakan metode inkuiri. Tujuan penelitian ini adalah mendeskrpsikan tema dan amanat dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini bagi siswa SMA kelas XI semester I. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi kualitatif. Data penelitian berupa kutipan-kutipan kalimat atau paragraf dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini yang menggambarkan tema dan amanat. Sumber data dalam penelitian ini yaitu novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumenter. Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti menerapkan langkah-langkah metode inkuri yang digunakan dalam pembelajaran tema dan amanat novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini yang terdiri dari (1) orientasi, (2) merumuskan masalah, (3) mengumpulkan data, (4) merumuskan kesimpulan. Terdapat tiga langkah penentuan tema, yaitu berdasarkan peristiwa yang paling menonjol, peristiwa yang paling banyak menimbulkan konflik, dan peristiwa yang menentukan waktu penceritaan. Ada dua teknik yang digunakan dalam menganalisis amanat yaitu, teknik eksplisit dan implisit. Hasil analisis menunjukkan bahwa tema dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini adalah cinta. Amanat yang terkandung dalam novel ini adalah setiap usaha yang disertai dengan kerja keras dan doa akan membuahkan hasil yang setimpal. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyusun silabus dan RPP dengan menggunakan metode inkuiri yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I. Silabus dan RPP digunakan untuk mencapai Standar Kompetensi membaca memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan, dengan Kompetensi Dasar menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrnsik novel Indonesia/terjemahan. Kata kunci: metode inkuiri, pembelajaran tema dan amanat, novel Pertemuan Dua Hati.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Tensawanti, Martina Novi. 2016. Inquiry Method in Learning of Theme and Messages in Pertemuan Dua Hati Novel by Nh. Dini for SMA Students Grade XI Semester I . Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language dan Literature Education Study Program, Language and Art Education Department, Faculty of Teachers Training dand Education, Sanata Dharma University. This research examines learning of theme and messages in Pertemuan Dua Hati novel by Nh. Dini using inquiry method. The aims of this research is to describe the learning of theme and messages in Pertemuan Dua Hati novel by Nh. Dini using inquiry method for SMA students grade XI in semester I. This research used descriptive qualitative. The data was in the form of sentence and paragraph quotes in Pertemuan Dua Hati novel which describes the theme and messages. Data sources in this research were obtain from Pertemuan Dua Hati novel by Nh. Dini. The data collection of this research used documentary technique. The research instrument in this research was the researcher itself. The researcher applied four steps of inquiry method which are used in learning of theme and mandate in Pertemuan Dua Hati novel by Nh. Dini, namely (1) orientation, (2) problem formulation, (3) data collection, and (4) conclusion formulation. There are three steps of determining theme that is based on the events which have most prominent, events which inflict conflicts and events which determine the storytelling time. There are two techniques used in analyzing the messages, namely explicit and implicit technique. The result showed that the theme in Pertemuan Dua Hati novel by Nh. Dini is love. The messages contained that in every effort that is accompanied by hard work and pray will produce worth results. Based on the result, the researcher compiled a syllabus and lesson plan using inquiry method which can be used as teaching material in literature class in senior high school, grade XI in semester I. Syllabus and lesson plan are used to achieve the Competence Standard in reading and understanding the various saga novels which are Indonesian/translation, with Basic Competence to analyze the intrinsic and extrinsic elements in Indonesian/translation novel.
Keywords:
metode inkuiri, pembelajaran tema dan amanat, novel Pertemuan Dua Hati.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kritus, atas berkat dan kasih-Nya yang tidak berkesudahan penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Metode Inkuiri Dalam Pembelajaran Tema dan Amanat pada Novel Pertemuan Dua Hati Karya Nh. Dini Untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis mengalami berbagai pengalaman suka dan duka serta berbagai pelajaran berharga yang pada akhirnya membuat penulis semakin berkembang. Sebagai pribadi yang belum terampil, penulis menerima banyak dukungan dan bimbingan, baik secara moral ataupun material. Oleh karena itu, dengan segala hormat penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 2. Ibu Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku Kaprodi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma. 3. Dr. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 4. Bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku dosen pembimbing I, yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dengan penuh kesabaran sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. 5. Bapak Drs. P. Hariyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing II, yang telah membimbing, memberikan motivasi, dan senantiasa sabar dalam memberikan bantuan atas segala kesulitan dan kebingungan yang dihadapi penulis. 6. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, yang memberikan ilmu dan berbagai pengalaman berharga selama 4 tahun ini.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii PERSEMBAHAN ............................................................................................... iv MOTO .................................................................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................................ vii ABSTRAK ......................................................................................................... viii ABSTRACT ......................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ........................................................................................ x DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian......................................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 6 E. Batasan Istilah ............................................................................................ 6 F. Sistematika Penyajian ................................................................................ 8
BAB II LANDASAN TEORI ...............................................................................9 A. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 9 B. Kajian Teori .............................................................................................. 10 1. Metode Inkuiri ................................................................................... 10 a. Ciri-ciri Metode Inkuiri .............................................................. 12 b. Prinsip Metode Inkuiri ............................................................... 12 c. Langkah-Langkah Metode Inkuiri ............................................. 14 d. Peran Siswa dan Guru dalam Metode Inkuiri ............................ 15 2. Pembelajaran Sastra di Jenjang SMA ............................................... 16
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Hakikat Novel ................................................................................... 17 4. Unsur-unsur Intrinsik ........................................................................ 18 a. Tema ........................................................................................... 18 b. Amanat ....................................................................................... 20 5. Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) ............................................. 22 a. Silabus ........................................................................................ 23 b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ................................ 24 c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar .............................. 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .........................................................27 A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 27 B. Data dan Sumber Penelitian ..................................................................... 27 C. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 28 D. Instrumen Penelitian ................................................................................. 28 E. Teknik Analisis Data ................................................................................ 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................31 A. Deskripsi Data .......................................................................................... 31 B. Pembahasan Langkah-langkah Metode Inkuiri ........................................ 32 1. Analisis Tema Menggunakan Metode Inkuiri ................................... 39 a. Persoalan yang Menonjol ........................................................... 52 b. Persoalan yang Menimbulkan Konflik ....................................... 52 c. Kesimpulan Tema ...................................................................... 53 2. Analisis Amanat Menggunakan Metode Inkuiri ............................... 53 a. Implisit ....................................................................................... 68 b. Eksplisit ...................................................................................... 68 c. Kesimpulan Amanat ................................................................... 69 C. Pembelajaran Tema dan Amanat dalam Pembelajaran Sastra ................. 70 1. Langkah-Langkah Praktis Penerapan Metode Inkuiri dalam Novel Pertemuan Dua Hati ................................................. 71 2. Silabus ............................................................................................. 73 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................................... 77
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP ...............................................................................................93 A. Kesimpulan ............................................................................................... 93 B. Implikasi ................................................................................................... 96 C. Saran ......................................................................................................... 96 1. Bagi Guru Bahasa Indonesia ........................................................... 96 2. Bagi Peneliti Lain ........................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 98 LAMPIRAN: Bab V Novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini ................. 100 BIODATA ........................................................................................................ 113
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peran penting dalam membentuk kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Hal ini karena pendidikan merupakan sarana dan wadah yang membentuk manusia yang kelak akan berguna bagi nusa dan bangsa, serta mempersiapkan kaum muda sebagai generasi penerus bangsa yang cerdas dan berkualitas. Pada zaman sekarang, pendidikan yang disajikan oleh sekolah-sekolah di Indonesia masih rendah kualitasnya. Masalah tersebut melibatkan komponenkomponen sistem pendidikan, yaitu guru, siswa, meteri, metode, media, sumber belajar, sarana dan prasarana serta komponen lainnya. Namun setelah diselidiki lebih dalam, yang menjadi alasan utama rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah metode pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas (Wini, 2015: 1). Djamarah (2010: 46) menyatakan bahwa metode adalah salah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode digunakan guru sebagai strategi dalam pembelajaran. Metode dibuat agar siswa menjadi lebih aktif, bersemangat, dan mudah dalam mencerna pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, salah satu kunci keberhasilan suatu kegiatan belajar mengajar di kelas adalah pemilihan metode pembelajaran yang baik oleh guru.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
Sebagaian besar siswa sering mengeluhkan kegiatan belajar mengajar yang monoton dan tidak bervarasi. Hal itu menyebabkan siswa kurang memperhatikan pelajaran dan malah sibuk berbicara dengan teman sebangkunya (Wini, 2015: 2). Untuk menarik minat siswa dalam proses pembelajaran, kita sebagai guru harus mampu menemukan metode yang kreatif dan inovatif sehingga siswa merasa nyaman dan senang, dan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan aktif di dalam kelas. Oleh kerena itu, pemilihan metode pembelajaran yang baik akan membantu siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru. Salah satu metode pembelajaran yang dirasa cocok dalam pembelajaran sastra adalah metode inkuiri. Secara bahasa, inkuiri berasal dari kata inquiry yang merupakan kata dalam bahasa Inggris yang berarti penyelidikan/meminta keterangan, atau dalam konsep pembelajaran, adalah siswa diminta untuk mencari dan menemukan sendiri (Anan, 2015: 7). Dalam konteks penggunaan inkuiri sebagai metode belajar mengajar, siswa ditempatkan sebagai subjek pembelajaran, yang berarti bahwa siswa memiliki andil besar dalam menentukan suasana dan model pembelajaran. Dalam metode ini, siswa dituntut untuk terlibat secara aktif, salah satunya dengan mengajukan pertanyaan yang baik terhadap setiap materi yang disampaikan oleh guru. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA, karya sastra merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan dan digabungkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal itu dimaksudkan agar siswa mengetahui karya-karya sastra yang dihasilkan oleh sastrawan-sastrawan Indonesia dan kemudian dapat menjaga dan melestarikannya. Apabila karya-karya sastra dianggap tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
berguna, tidak bermanfaat lagi untuk menafsirkan dan memahami masalahmasalah dunia nyata, tentu saja pengajaran sastra tidak akan ada gunanya lagi untuk diadakan. Namun, jika dapat ditunjukkan bahwa sastra itu mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata, maka pengajaran sastra harus kita pandang sebagai sesuatu yang penting yang patut menduduki tempat yang selayaknya. Jika pengajaran sastra dilakukan secara tepat, maka pengajaran sastra dapat juga memberikan sumbangan yang besar untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang cukup sulit untuk dipecahkan di dalam masyarakat (Rahmanto, 1988: 15). Pengajaran sastra dalam dunia pendidikan dapat membantu mendidik siswa secara utuh dan memberikan empat manfaat besar, yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjuang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16). Dalam karya sastra akan dijumpai unsur-unsur pembentuk karya sastra, baik dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik). Unsur intrinsik novel meliputi tema, tokoh, penokohan, latar (setting), sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Kepaduan unsur-unsur intrinsik inilah yang akan membuat sebuah novel terwujud. Dilihat dari sudut pandang pembaca, unsur-unsur inilah yang akan dijumpai ketika kita membaca sebuah novel. Pada penelitian ini akan difokuskan pada pembelajaran sastra yaitu novel mengenai tema dan amanat. Tema (theme) menurut Stanton dan Kenny (via Nurgiyantoro, 1995: 67) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Namun, tema yang disajikan dalam novel bermacam-macam jenisnya. Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
terkandung di mana teks sebagai struktur sematis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan (Hartoko & Rahmanto via Nurgiyantoro, 1995: 68). Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita yang bersifat menjiwai seluruh bagian cerita. Untuk menemukan tema sebuah karya fiksi harus disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu dalam cerita. Stanton menyatakan bahwa tema kurang lebih bersinonim dengan ide utama (central idea) dan tujuan utama (central purpose). Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaiakan oleh pengarang kepada pembaca,
merupakan
makna
yang
terkandung
dalam
sebuah
karya
(Nurgiyantoro, 1995: 321). Moral dan tema dipandang memiliki kemiripan karena keduanya merupakan sesuatu yang terkandung dalam novel. Namun, tema bersifat lebih kompleks daripada moral. Moral, dengan demikian, dapat dipandang sebagai salah satu wujud tema dalam bentuk yang sederhana, namun tidak semua tema merupakan moral (Kenny via Nurgiyantoro, 1995: 321). Moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai amanat, pesan, message. Amanat dalam cerita, menurut Kenny (via Nurgiyantoro, 1995: 322) dimaksudakan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis. Peneliti memilih novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini karena berdasarkan pengetahuan peneliti, implementasi metode inkuiri dalam pembelajaran tema dan amanat menggunakan novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini belum pernah dilakukan. Selain itu, novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini juga memberikan sebuah gambaran perjuangan seorang wanita yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
berperan sebagai ibu dan juga sebagai guru. Dari situ kita menjadi tahu bagaimana pengorbanan seorang ibu yang tidak melepas tanggung jawab terhadap anaknya dan pengorbanan seorang guru yang tetap berusaha mengajak anak didiknya untuk kembali ke jalan yang benar. Perjuangan dan pengorbanan tokoh utama menjadikan novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini cocok sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA. Bahasa dan jalan cerita yang mudah dipahami juga membuat novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini dapat di konsumsi oleh semua kalangan. Dengan adanya metode inkuiri siswa dapat mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, tema dan amanat yang terdapat dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. Hal tersebut dimaksudkan untuk mempermudah pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I. Sebab metode inkuiri merupakan metode pembelajaran sains yang mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan dan informasi yang dirasa dapat diterapkan juga dalam pembelajaran sastra Bahasa Indonesia (Koes via Wijayanti, 2010).
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran tema dan amanat pada novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini untuk siswa SMA kelas XI semester I?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran tema dan amanat pada novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini untuk siswa SMA kelas XI semester I.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan sumbangan pengetahuan yang berupa metode pengajaran inkuiri dalam bidang sastra agar dapat memperkaya pengetahuan tentang analisis pendekatan metode inkuiri dalam pembelajaran tema dan amanat pada novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini untuk siswa SMA kelas XI semester I. 2. Memberikan sumbangan referensi karya sastra yang dapat digunakan dalam pembelajaran sastra di SMA.
E. Batasan Istilah 1. Novel Novel diartikan sebagai suatu karangan atau karya sastra yang lebih pendek daripada roman, tetapi jauh lebih panjang daripada cerita pendek (Santosa, 2010: 46).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
2. Tema Tema (theme) menurut Stanton dan Kenny (via Nurgiyantoro, 1995: 67) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. 3. Amanat Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya (Nurgiyantoro, 1995: 321). 4. Metode Inkuiri Inkuiri berasal dari kata inquiry yang merupakan kata dalam bahasa Inggris yang berarti penyelidikan/meminta keterangan, atau dalam konsep pembelajaran adalah siswa diminta untuk mencari dan menemukan sendiri (Anan, 2015: 7). 5. Pengajaran Sastra Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 15). 6. Silabus Secara sederhana silabus dapat diartikan sebagai rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
pendidikan, berdasarkan standar nasional pendidikan (SNP) (Mulyasa, 2008: 132−133). 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Perencanaa
pembelajaran
atau
biasa
disebut
Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich, 2007: 53).
F. Sistematika Penyajian Penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu bab I Pendahuluan, bab II Landasan Teori, bab III Metodologi Penelitian, bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab V Penutup. Bab I berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan istilah, sistematika penyajian. Bab II berisi mengenai penelitian yang relevan, metode inkuiri, pembelajaran sastra di jenjang SMA, unsur intrinsik, hakikat novel, kurikulum tingkat satuan pendidikan (a) silabus, (b) rencana pelaksanaan pembelajaran, (c) standar kompetensi dan kompetensi dasar. Bab III berisi mengenai jenis penelitian, metode penelitian, data dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV berisi mengenai deskripsi data, pembahasan metode inkuiri dalam pembelajaran tema dan amanat novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini untuk siswa kelas XI semester I yang diaplikasikan dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Bab V berisi mengenai kesimpulan, implementasi, dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan pengetahuan peneliti analisis implementasi metode inkuiri terhadap pembelajaran tema dan amanat dengan menggunakan novel Pertemuan Dua Hati belum pernah dilakukan. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Maria Srilestari Handayani Lalong (2015) dan Yosefina Milla Ngara (2015). Penelitian yang dilakukan oleh Maria Srilestari Handayani Lalong (2015) berjudul “Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Pondok Baca Kembali ke Semarang karya Nh. Dini untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I”. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti menggunakan teknik simak dan catat berdasarkan sumber dari novel Pondok Baca Kembali ke Semarang karya Nh. Dini. Dalam penelitiannya, Wiwin Tumariyana memfokuskan unsur tema dan amanat novel Pondok Baca Kembali ke Semarang karya Nh. Dini sebagai bahan pembelajaran sastra di jenjang SMA. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tema dan amanat dari novel Pondok Baca Kembali ke Semarang karya Nh. Dini adalah ketuhanan karena tokoh utama selalu mencerminkan orang yang selalu bersyukur akan kehidupan yang telah dianugerahkan kepadanya, sedangkan amanat novel Pondok Baca Kembali ke Semarang karya Nh. Dini adalah dalam bersikap dan bertingkah laku menyelaraskan keyakinan dan iman melalui renungan dan doa, sikap syukur atas anugerah yang melimpah 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
atas dirinya, menyesali perbuatan melalui puasa tidak dan makan serta menunjukkan sikap jujur, terbuka dan berterus terang. Penelitian yang dilakukan oleh Yosefina Milla Ngara (2015) berjudul “Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Gadis Pencari Tuhan Karya Theresia Ametembun untuk Pembelajaran Sastra pada Siswa SMA Kelas XI Semester I”. penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kualitatif.
Dalam
penelitiannya,
Yosefina
Milla
Ngara
memfokuskan penelitian pada pembelajaran tema dan amanat menggunakan novel Gadis Pencari Tuhan karya Theresia Ametembun. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tema dan amanat dalam novel Gadis Pencari Tuhan karya Theresia Ametembun adalah tekanan batin yang meyebabkan konflik batin tokoh utama namun kemudian menjadi sebuah penemuan jati diri yang membuat penyembuhan luka, sedangkan amanat dalam novel Gadis Pencari Tuhan karya Theresia Ametembun, yaitu menghormati orang yang lebih tua dan menaati hukum adat sebab dengan begitu kita akan terhindar dari malapetaka dan bersahabat dengan alam. Penelitian ini ditujukan untuk pembelajaran sastra pada jenjang SMA kelas XI Semester I.
B. Kajian Teori 1. Metode Inkuiri Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan (Suyono, 2011: 19). Dalam pelaksanaan pembelajaran, seorang guru membutuhkan metode yang akan digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
untuk menyampaikan materi kepada murid-murid. Metode tersebut adalah suatu cara untuk meningkatkan pembelajaran yang optimal bagi siswa termasuk
bagaimana
mengelola
disiplin
kelas
dan
organisasi
pembelajaran. Salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru dalam mendukung kegiatan pembelajaran di kelas adalah metode inkuiri. Metode inkuiri merupakan metode yang berprinsip student-centered. Secara bahasa, inkuiri berasal dari kata inquiry yang merupakan kata dalam bahasa Inggris yang berarti penyelidikan/meminta keterangan, atau dalam konsep pembelajaran adalah siswa diminta untuk mencari dan menemukan sendiri (Anan, 2015: 7). Dalam konteks penggunaan inkuiri sebagai metode belajar mengajar, siswa ditempatkan sebagai subjek pembelajaran, yang berarti bahwa siswa memiliki andil besar dalam menentukan suasana dan model pembelajaran. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan (Hosan, 2014: 341). Peran peserta didik dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan pendidik berperan sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik untuk belajar. Dalam metode ini, siswa dituntut untuk terlibat secara aktif, salah satunya dengan mengajukan pertanyaan yang baik terhadap setiap materi yang disampaikan oleh pendidik. Dalam hal ini, pertanyaan yang baik adalah pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang sedang dibicarakan, dapat dijawab sebagaian atau keseluruhan dan dapat diuji serta diselidiki secara bermakna. Melalui tanya jawab antara pendidik dan peserta didik akan menimbulkan proses berpikir kritis dan analitis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
Pembelajaran berbasis inkuiri bertujuan untuk mendorong siswa semakin berani dan kreatif dalam berimajinasi. a. Ciri-ciri Metode Inkuiri Efektivitas inkuiri dapat diketahui dengan mengamati ciricirinya. Berikut adalah ciri-ciri metode inkuiri: 1) Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. 2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. 3) Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagaian dari proses mental. b. Prinsip Metode Inkuiri Ada beberapa prinsip
yang harus
diperhatikan
ketika
memutuskan untuk menggunakan strategi inkuiri dalam sebuah proses pembelajaran. Beberapa strategi tersebut adalah sebagai berikut: 1) Berorientasi pada pengembangan intelektual Strategi pembelajaran inkuiri berorientasi pada hasil belajar dan proses belajar. Oleh karena itu, proses pembelajaran dengan metode inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
menguasai materi pembelajaran, akan tetapi sejauh mana beraktivitas dan berproses dalam menentukan sesuatu. 2) Prinsip interaksi Pembelajaran sebagai proses interaksi, artinya menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. 3) Prinsip bertanya Peran guru dalam metode pembelajaran inkuiri adalah sebagai penanya.
Dengan
demikian,
kemampuan
siswa
untuk
menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan bagian dari proses berpikir. 4) Prinsip belajar untuk berpikir Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, tetapi juga merupakan proses berpikir, yaitu proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemenfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. 5) Prinsip keterbukaan Belajar
merupakan
suatu
proses
mencoba
berbagai
kemungkinan, yakni dengan prinsip bahwa segala sesuatu mungkin saja terjadi oleh sebab itu, anak perlu diberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. c. Langah-Langkah Metode Inkuiri Hosnan (2014, 342−344) menyatakan ada beberapa langkah yang harus ditempuh untuk menerapkan metode inkuiri. Langkahlangkah tersebut adalah sebagai berikut. 1) Orientasi Orientasi merupakan langkah sangat penting untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pendidik mengondisikan agar peserta didik siap melaksanakan proses pembelajaran dengan merangsang dan mengajak peserta didik untuk berpikir memecahkan masalah. 2) Merumuskan Masalah Merumuskan masalah membawa peserta didik pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki yang harus dipecahkan. Peserta didik dituntun agar mampu berpikir memecahkan tekateki itu. Hal itu dilakukan dengan cara mendorong mereka menemukan jawaban yang tepat. 3) Mengumpulkan Data Mengumpulkan data merupakan aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk dapat menarik kesimpulan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual peserta didik. Pada tahap ini siswamengidentifikasi beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
jawaban
atau
enarik
mengumpulkan
hasil
kesimpulan. penyelidikan
Selanjutnya, peserta
didik
guru untuk
menjawab teka-teki atau permasalahan. 4) Merumuskan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan
kesimpulan
merupakan
gong-nya
dalam
pembelajaran. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya pendidik mampu menunjukkan kepada peserta didik mana data yang relevan. d. Peran Siswa dan Guru dalam Metode Inkuiri Pembelajaran
dengan
menggunakan
metode
inkuiri
merupakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus berperan aktif dalam proses belajar agar ikut berproses dan dapat mencapai tujuan pembelajaran. Dalam metode ini, peran guru adalah sebagai fasilitator. Guru memfasilitasi lingkungan belajar yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan belajarnya secara mandiri. Guru menciptakan kesempatan untuk terjadinya aktivitas pribadi yang terkendali, kerja kelompok, dan berbagi kemampuan melalui aktivitas diskusi dan tanya jawab. Melalui aktivitas-aktivitas kelas seperti itu, peserta didik akan memperoleh makna serta pengetahuan dan melakukan transfer atau aplikasi pada pemecahan masalah yang dihadapi secara kreatif dan inovatif. Selain menciptakan suasana kelas, guru juga harus aktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
mendengarkan, bertanya, menyediakan balikan, serta menolong peserta didik untuk selalu terfokus pada permasalahan yang dihadapi. Hal itu akan membuat siswa ikut berpartisipasi dalam evalusi yang dilakukan di akhir pelajaran yang akan menjadi tolok ukur dalam pengembangan kemampuannya. Metode
inkuiri
bertujuan
untuk
mengorganisasikan
pengetahuan yang dimiliki siswa sebagai fondasi yang kuat berdasarkan konsep metode ilmiah. Model ini berusaha untuk mengajarkan berbagai keterampilan dan bahasa ilmiah (Bruce dan Well via Hosnan, 2014: 345).
2. Pembelajaran Sastra di Jenjang SMA Pembelajaran sastra merupakan salah satu materi pelajaran yang baik karena sastra mempunyai relevansi dengan masalah-masalah di dunia nyata. Jika pembelajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat, maka pembelajaran sastra dapat juga memberikan sumbangan yang besar untuk memecahkan masalah-masalah yang cukup sulit untuk dipecahkan di dalam masyarakat. Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu membantu keterampilan
berbahasa,
meningkatkan
pengetahuan
budaya,
mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 15). Dalam melaksanakan pengajaran setiap guru hendaknya selalu menyadari bahwa setiap siswa adalah seorang individu dengan kepribadian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
yang khas, kemampuan, masalah, dan kadar perkembangannya masingmasing yang khusus. Oleh karena itu, seorang guru harus memenuhi kewajiban moral untuk mendorong dan memotivasi siswa agar belajar pengetahuan dan keterampilan yang signifikan, tetapi juga terkait dengan tugas guru untuk memicu dan memacu siswa agar bersikap inovatif, kreatif, dan adaptif (Suyuono, 2011: 5).
3. Hakikat Novel Kata novel berasal dari bahasa Latin novellas, yang terbentuk dari kata novus yang berarti baru atau new dalam bahasa Inggris. Novel juga diartikan sebagai suatu karangan atau karya sastra yang lebih pendek daripada roman, tetapi jauh lebih panjang daripada cerita pendek (Santosa, 2010: 46). Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative text), atau wacana naratif (narrative discourse). Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal itu karena fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran sejarah (Abrams via Nurgiyantoro, 1995: 2). Dengan demikian, karya fiksi merupakan suatu karya sastra yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguhsungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata. Fiksi pertama-tama menyaran pada prosa naratif, yang dalam hal ini adalah novel dan cerpen, bahkan kemudian fiksi sering dianggap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
bersinonim dengan novel (Abrams via Nurgiyantoro, 1995: 4). Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajiner, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya juga bersifat imajiner.
4. Unsur-Unsur Intrinsik Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Unsur-unsur inilah yang akan dijumpai jika orang membaca suatu karya sastra. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel dapat terwujud. Unsur-unsur intrinsik itu adalah tema, latar (setting), alur (plot), sudut pandang, tokoh dan penokohan, amanat, dan gaya bahasa. Berikut ini peneliti hanya akan menganalisis unsur tema dan amanat. a. Tema Tema
(theme)
menurut
Stanton
dan
Kenny
(via
Nurgiyantoro, 1995: 67) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Namun, tema yang disajikan dalam novel bermacam-macam jenisnya. Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di mana teks sebagai struktur sematis dan yang menyangkut persamaanpersamaan atau perbedaan-perbedaan (Hartoko & Rahmanto via Nurgiyantoro, 1995: 68). Oleh karena itu, untuk menentukan tema
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
pokok maka pembaca harus mengerti apa gagasan umum yang mendasari novel itu. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita yang bersifat menjiwai seluruh bagian cerita. Untuk menemukan tema sebuah karya fiksi harus disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu dalam cerita. Stanton menyatakan bahwa tema kurang lebih bersinonim dengan ide utama (central idea) dan tujuan utama (central purpose). Tema sebuah karya sastra selalu berkaitan dengan makna pengalaman kehidupan. Berbagai masalah dan pengalaman kehidupan yang banyak diangkat ke dalam karya fiksi, baik berupa pengalaman yang bersifat individual maupun sosial. Masalah dan pengalaman yang diangkat dalam karya sastra bersifat subjektif, sesuai dengan hal yang paling menarik perhatian pengarang. Karena itu, pengarang merasa perlu untuk mendialogkannya ke dalam karya sastra sebagai sarana mengajak pembaca untuk ikut merenungkannya. Dalam usaha mengemukakan dan menafsirkan tema sebuah novel secara lebih khusus dan rinci, Stanton (via Nurgiyantoro, 1995: 87) mengemukakan adanya sejumlah kriteria. Kriteriakriteria tersebut adalah sebagai berikut. 1) Pertama,
penafsiran
tema
sebuah
novel
hendaknya
mempertimbangkan tiap detail cerita yang menonjol atau konflik utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
2) Kedua, penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak bersifat bertentangan dengan tiap detail cerita. 3) Ketiga, penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak mendasarkan diri pada bukti-bukti yang tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam novel yang bersangkutan atau terdapat bukti empiris. 4) Keempat, penafsiran tema sebuah novel haruslah mendasarkan diri pada bukti-bukti yang ada secara langsung. b. Amanat Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya (Nurgiyantoro, 1995: 321). Moral dan tema dipandang memiliki kemiripan karena keduanya merupakan sesuatu yang terkandung dalam novel. Namun, tema bersifat lebih kompleks daripada moral. Moral, dengan demikian, dapat dipandang sebagai salah satu wujud tema dalam bentuk yang sederhana, namun tidak semua tema merupakan moral (Kenny via Nurgiyantoro, 1995: 321). Moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai amanat, pesan, message. Amanat dalam cerita, menurut Kenny (via Nurgiyantoro, 1995: 322) dimaksudakan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis. Secara umum, moral mengarah pada pengertian tentang ajaran baik-buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi pekerti, susila (KBBI, 2005). Karya sastra yang mengandung tema sesungguhnya merupakan suatu penafsiran atau pemikiran tentang kehidupan. Permasalahan yang terkandung di dalam tema atau topik cerita adakalanya diselesaikan secara positif (happy ending). Amanat yang terdapat pada sebuah karya sastra ada dua jenis, yaitu secara implisit ataupun secara eksplisit. Implisit, jika jalan keluar ajaran moral itu disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita akhir (Sudjiman, 1988: 57). Eksplisit, jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran, larangan, dan sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu (Sudjiman, 1988: 57−58). Karya sastra, fiksi, senantiasa menawarkan pesan moral yang
berhubungan
dengan
sifat-sifat
luhur
kemanusiaan,
memperjuangkan hak dan martabat manusia. Dalam sebuah karya fiksi, khususnya novel-novel yang relatif panjang, sering terdapat lebih dari satu pesan moral. Hal itu belum lagi berdasarkan pertimbangan dan penafsiran dari pihak pembaca yang juga berbeda-beda dari segi jumlah maupun jenisnya. Secara garis besar persoalan hidup dan kehidupan manusia itu dapat dibedakan ke dalam persoalan hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhannya.
5. Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan, yakni mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup di masyarakat. Pendidikan yang diberikan kepada peserta didik bukan semata-mata hanya berupa materi pelajaran namun juga bagaimana pserta didik dapat menginternalisasi nilai-nilai hidup sesuai dengan norma-norma masyarakat. Pendidikan pun harus berisi tentang pemberian minat dan bakat peserta didik. Oleh karena itu, dalam sistem pendidikan kurikulum merupakan komponen yang sangat penting, sebab di dalamnya bukan hanya menyangkut tujuan dan arah pendidikan saja akan tetapi juga pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap peserta didik serta bagaimana mengorganisasi pengalaman itu sendiri. Sebagai salah satu komponen dalam sistem pendidikan, paling tidak kurikulum memiliki tiga peran, yaitu peran konservatif, peranan kreatif, serta peran kritis dan evaluasi (Hamalik via Sanjaya, 2008, 10). Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, Ayat 15), dijelaskan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (Sanjaya, 2008: 128). a. Silabus Secara sederhana silabus dapat diartikan sebagai rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan, berdasarkan standar nasional pendidikan (SNP) (Mulyasa, 2008: 132−133). Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang implementasi kurikulum, yang mencakup kegiatan pembelajaran, pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar, serta penilaian berbasis kelas. Silabus merupakan kerangka inti dari setiap kurikulum yang sedikitnya memuat tiga komponen utama sebagai berikut: 1. Kompetensi yang akan ditanamkan kepada peserta didik melalui suatu kegiatan pembelajaran. 2. Kegiatan yang harus dilakukan untuk menanmkan atau membentuk kompetensi tersebut. 3. Upaya yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa kompetensi tersebut sudah dimiliki peserta didik (Mulyasa, 2008: 133).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
Silabus merupakan penjabaran lebih rinci dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) yang minimal memuat kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar yang harus dimiliki oleh peserta didik sehubungan dengan suatu mata pelajaran. b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Perencanaa pembelajaran atau biasa disebut Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich, 2007: 53). Berdasarkan RPP inilah seorang guru diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram. Oleh karena itu, RPP harus mempunyai daya terap (applicable) yang tinggi. Tanpa perencanaan yang matang, mustahil target pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Pada sisi lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya. Rencana pembelajaran umumnya berisi skenario tentang apa yang akan dilakukan siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajari. Secara teknis rencana pembelajaran minimal mencakup komponen-komponen berikut: 1) Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar. 2) Tujuan pembelajaran. 3) Materipembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
4) Pendekatan dan metode pembelajaran. 5) Langkah-langkah kegiatan pembelajaran. 6) Alat dan sumber belajar. 7) Evaluasi belajar (Muslich, 2007: 53). c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pada pengembangan materi pelajaran, pendidik harus membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagai acuan ketika melakukan kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu, guru harus mengembangkan silabus yang terdiri dari standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). Standar kompetensi dan kompetensi
dasar
merupakan
landasan
bagi
guru
untuk
mengembangkan materi, merancang kegiatan pembelajaran, dan merancang indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Namun dalam pengembangan standar kompetensi (SK) dan standar dasar (KD) guru menyesuaikan
dengan karakteristik
dan
perkembangan peserta didik, situasi, dan kondisi serta kebutuhan sesuai dengan daerah tempat tinggalnya. Berikut ini adalah isi dari standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang akan dijadikan bahan pembelajaran sastra untuk siswa SMA kelas XI semester I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
SILABUS Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: XI/I
Standar Kompetensi 7. Memahami berbagai
Kompetensi Dasar 7.2 Menemukan unsur-unsur
hikayat, novel
intrinsik dan ekstrinsik novel
Indonesia/novel terjemahan.
Indonesia/terjemahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian dengan judul “Metode Inkuiri dalam pembelajaran tema dan amanat pada novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I” merupakan penelitian deskripsi kualitatif karena data yang diambil berupa kata-kata yang digunakan untuk mendeskripsikan tema dan amanat yang terdapat pada novel tersebut. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell via Noor, 2011; 34). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi. Dalam penelitian ini, wujud penelitiannya adalah menggunakan deskripsi yang menghasilkan data tertulis (Moleong, 2014; 11).
B. Data dan Sumber Penelitian Sumber data dalam penelitian adalah novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini, merupakan novel terbitan PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Novel tersebut terbit pada tahun 2005 dan memiliki ketebalan 85 halaman. Data
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
penelitian berupa kutipan-kutipan paragraf dan kalimat dalam novel yang menggambarkan tema dan amanatnya.
C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian (Noor, 2011: 138). Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah dengan menggunakan teknik dokumenter. Dokumen adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalau (Gulö, 2002: 123). Bahkan, literatur-literatur yang relevan dimasukkan pula dalam kategori dokumen yang mendukung. Peneliti menggunakan novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini sebagai dokumen yang diteliti. Peneliti mencatat satu per satu kutipan yang menunjukkan gambaran tema dan amanat yang terdapat dalam novel tersebut. Berdasarkan teknik tersebut, peneliti memperoleh sumber tertulis. Sumber tertulis merupakan segala buku kesustraan yang berkaitan dengan teori tentang tema dan amanat dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.
D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian berarti alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data atau yang lebih dikenal umum adalah test, interview, observasi, dan angket (Siswantoro, 2010: 73). Dalam penelitian ini, instrumen penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
yang digunakan adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai instrumen penelitian terkait dengan ciri penelitian sastra yang berorientasi kepada teks, bukan kepada sekelompok individu yang menerima perlakuan tertentu (treatment).
E. Teknik Analisis Data Siddel (via Moleong, 2014; 248) menjabarkan proses analisis data kualitatif sebagai berikut: (1) mencatat yang menghasilkan data lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri, (2) mengumpulkan, memilah-milah, mengklarifikasikan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya, (3) berpikir untuk membuat kategori data itu mempunyai makna, dengan cara mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan umum. Berdasarkan teori di atas peneliti akan menganalisis data tersebut dengan menggunakan langkah-langkah analisis data sebagai berikut: 1. Orientasi a. Guru menjelaskan topik yang akan dipelajari oleh siswa serta tujuan dari hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa. b. Guru menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan siswa agar tujuan tercapai. c. Siswa diminta meringkas novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
2. Merumuskan Masalah a. Siswa diminta mencari dan menemukan tema dan amanat yang terdapat dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. 3. Mengumpulkan data a. Siswa diminta mengumpulkan data yang terkait dengan tema dan amanat yang terdapat dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini baik berupa kalimat maupun paragraf lalu mempresentasikan hasil temuan mereka. 4. Merumuskan kesimpulan a. Siswa diminta untuk menarik kesimpulan berdasarkan hasil data yang mereka temukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Pada bab ini akan dikemukakan data yang dikemukakan dalam penelitian novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini secara keseluruhan. Data yang dianalisis berupa kalimat dan paragraf yang dikutip dalam novel Pertemuan Dua Hati untuk menunjukkan penerapan
metode inkuiri terhadap
pembelajaran tema dan amanat. Peneliti menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran tema dan amanat karena metode inkuiri berpusat pada siswa. Siswa yang akan belajar dan menemukan sendiri materi pelajaran yang akan dipelajarinya. Guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa dalam menemukan suatu hal yang berkaitan dengan materi pelajaran. Pada pembelajaran sastra, seringkali siswa mengeluhkan metode mengajar yang hanya berpusat pada guru, yaitu metode ceramah. Metode ceramah dirasa monoton dan tidak bervariasi. Adanya metode inkuri memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Ada empat langkah yang harus dilakukan siswa ketika menggunakan metode inkuiri, yaitu (1) orientasi, tahap ini siswa dituntun untuk bisa memahami isi novel dengan cara membaca isi ringkasan yang disiapkan oleh guru, (2) merumuskan masalah, tahap ini siswa dituntun untuk berpikir kritis, dengan cara merumuskan masalah yang terkandung dalam
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
novel, (3) mengumpulkan data, tahap ini siswa dituntun untuk menemukan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah yaitu menemukan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah yaitu menemukan kutipan yang berisi tema dan amanat, (4) menarik kesimpulan, tahap ini siswa dituntun untuk menarik kesimpulan berdasarkan data yang ia temukan. Keempat langkah metode inkuiri di atas dirasa lebih menarik bagi siswa. Melalui metode inkuiri siswa belajar aktif dan menemukan sendiri tugas yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari. Ini akan menumbuhkan sikap kritis dan analitis pada siswa.
B. Pembahasan Langkah-Langkah Metode Inkuiri Dalam menerapkan metode inkuiri terdapat empat langkah yang harus ditempuh. Langkah-langkah tersebut akan membantu siswa dalam memahami secara rinci tema dan amanat yang terkandung dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. Langkah-langkah metode inkuiri adalah sebagai berikut. a. Orientasi Orientasi merupakan langkah sangat penting untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pendidik mengondisikan agar peserta didik siap melaksanakan proses pembelajaran dengan merangsang dan mengajak peserta didik untuk berpikir memecahkan masalah. Hal-hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi adalah: 1. Guru menjelaskan topik yang akan dipelajari oleh siswa serta tujuan dari hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
2. Guru menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan siswa agar tujuan tercapai. 3. Siswa diminta membaca ringkasan novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. Ringkasan Novel Pertemuan Dua Hati Karya Nh. Dini Bu Suci adalah seorang guru di sebuah desa di Purwodadi. Ia adalah seorang guru yang bijak serta sangat mencintai keluarganya. Namun, karena pekerjaan suaminya, Bu Suci dan keluarga terpaksa pindah ke kota Semarang. Di sana ia tinggal dengan suami dan ketiga anaknya serta dengan bibinya yang menjaga anak-anak Bu Suci. Bu Suci mempunyai seorang suami yang sangat pengertian terhadap keluarganya. Dia selalu mendukung apa saja yang Bu Suci lakukan selama itu benar. Ia pun berniat untuk mencari pekerjaan sebagai guru kembali, karena ia sudah sangat rindu dengan pekerjaannya itu. Hingga suatu saat ia mengantarkan anaknya ke sekolah dan ia pun mendapat pekerjaan sebagai seorang guru di sekolah dasar dimana anaknya bersekolah. Hari pertama mengajar dilalui Bu Suci dengan baik. Namun, ia mulai merasa ada suatu kejanggalan yang terjadi pada kelas tersebut. Sebisa mungkin bu Suci tidak pernah mencampurkan persoalan pribadi dengan persoalan di dalam pekerjaannya. Ia berusaha profesional dengan bisa membagi waktu, agar anakanaknya tidak pernah merasa kehilangan sosok ibu dalam dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
Hari-hari berikutnya dilalui Bu Suci dengan mulus pula, namun sekarang ia mulai mengerti apa yang mengganjal di dalam pikirannya. Seorang murid bernama Waskito ternyata telah menarik perhatiannya. Setiap kali ditanya tentang murid tersebut, semua anak seolah terdiam dan tidak ingin memberi jawaban pada Bu Suci. Namun, akhirnya Bu Suci pun mendapatkan jawaban atas semua yang terjadi. Ternyata muridnya yang bernama Waskito tersebut salah satu murid yang nakal, dan selalu membuat keonaran. Semua murid yang ada dikelas segan pada dia, mereka takut jika bermasalah dengannya. Menurut cerita yang ada, Waskito seringkali memukul dan menjahili temannya yang ada di kelas, tanpa sebab apa pun atau mereka merasa tidak pernah berbuat sesuatu yang membuat Waskito marah. Entah kenapa bu Suci merasa ada hal yang perlu ia selesaikan dan ia ingin terlibat jauh pada masalah itu. Dorongan hati yang kuat membuat Bu Suci semakin ingin membantu Waskito menyelesaikan masalahnya. Sementara itu, anak kedua Bu Suci telah divonis oleh dokter mengidap penyakit epilepsi atau ayan, sehingga kesehatannya perlu dijaga serta ia tidak boleh banyak beraktivitas. Semua cobaan seolah tengah menghadang pada Bu Suci. Disisi lain ia ingin sekali berada di kelas serta mengetahui perkembangan muridnya yang nakal tersebut, namun disisi lain ia harus bersusah payah mengantar anaknya ke rumah sakit untuk berobat. Akhirnya Bu Suci pun mendatangi kediaman kakek dan nenek Waskito untuk mendapatkan informasi yang sebanyak mungkin. Ia pun mendapatkan informasi bahwasannya Waskito sebenarnya merupakan anak yang baik, namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
karena perilaku orang tuanya yang memperlakukannya dengan tidak baik maka ia pun menjadi murid yang nakal. Neneknya mengatakan bahwa ayahnya seringkali memukul Waskito tanpa alasan yang jelas jika Waskito melakukan suatu kesalahan tanpa memberikan pengarahan yang baik, yang seharusnya Waskito perbuat, sementara ibunya selalu memanjakannya sehingga Waskito tidak pernah tahu mana yang baik dan buruk. Selama tinggal bersama neneknya ia menjadi anak yang tahu aturan dan menjadi disiplin, namun setelah orangtuanya memintanya kembali, maka ia kembali menjadi anak yang nakal dan selalu menjahili teman-temannya. Bu Suci mencoba membantu permasalahn yang dihadapi oleh Waskito. Seringkali ia memperhatikan semua perilaku Waskito, dan ia perlahan mencoba mendekati Waskito. Ia meminta Waskito untuk mengantar makanan pada anak keduanya yang sakit tersebut. Bu Suci mencoba menggambarkan pada Waskito bahwa ia masih beruntung diberi kesehatan sehingga ia tidak perlu melakukan sesuatu yang tidak berguna untuk hidupnya. Bu Suci juga memberi kepercayaan pada Waskito untuk membuat sesuatu, hingga pekerjaan yang dilakukan Waskito dan kelompoknya mendapat penghargaan dari teman-temannya. Waskito dibuat ada keberadaannya oleh Bu Suci. Selama ini semua murid yang ada di kelas menganggap Waskito hanya sebagai biang onar dan keributan sehingga keberadaanyya tidak diinginkan dan dibutuhkan. Namun, sekarang Bu Suci mencoba membuat semua hal tersebut musnah. Kini Waskito tinggal bersama bibinya, sehingga sedikit demi sedikit ia mulai mendapatkan pelajaran tentang sebuah kasih sayang. Terutama dari keluarga bibinya, yang selalu rukun meskipun keadaan ekonomi mereka sulit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
Bahkan mereka kadangkali harus berbagi makanan. Namun Waskito senang tinggal di sana. Lantaran di sana ia mendapat pengajaran tentang sopan santun dan kasih sayang. Ibu Suci merasa lega dengan semua perubahan yang mulai Waskito tunjukkan. Namun suatu hari ia kembali mengamuk dan berteriak-teriak di depan kelas sambil menyodorkan gunting kepada teman-temannya. Ia bahkan mengancam akan membakar kelas dan memperlihatkan korek api yang menyala ke seluruh penjuru kelas. Namun dengan berani Bu Suci merampas gunting tersebut dari tangan tersebut saat Waskito lengah. Tanpa memikirkan sesuatu yang buruk akan terjadi padanya. Entah kenapa ia yakin bahwa Wasktito tidak akan sanggup untuk menggunakan senjata tajam tersebut. Semua guru di sekolah tersebut sepakat untuk mengeluarkan Waskito dari sekolah karena sikap Waskito sudah keterlaluan. Namun Bu Suci dengan segenap hati meminta agar diberi waktu untuk membimbing Waskito, jika ia gagal jabatannya sebagai guru rela jika harus di cabut. Ia pun menekankan kepada Waskito bahwa Bu Suci percaya bahwa Waskito akan mengubah sikapnya karena selain ia yang harus pindah, jabatan Bu Suci sebagai guru juga dipertaruhkan untuknya. Setelah kejadian itu, Bu Suci selalu mengawasi murid-muridnya, terutama Waskito, dengan lebih teliti. Setiap jam istirahat Bu Suci tetap berada di kelas untuk mengerjakan sesuatu. Kadang ia menggunakan jam istirahat untuk membuat rajutan atau mempersiapkan materi untuk pelajaran selanjutnya. Pada saat itu juga Bu Suci berkesempatan untuk berbicara lebih banyak kepada Waskito. Lamakelamaan Waskito mau menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh Bu Suci. Setelah beberapa bulan berjalan dengan baik. Tiba-tiba suatu hari ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
seorang anak lari terengah-engah menuju kantor guru dan memberitahu Bu Suci bahwa Waskito menginjak-injak pot tanaman di depan kelas. Dengan perasaan khawatir Bu Suci segera menuju kelas dan melihat beberapa pot rusak karena diinjak-injak. Tanah di dalam pot tumpah dan mengotori lantai depan kelas. Bu Suci segera mencari Waskito dan menemukannya sedang duduk di dekat kelas kecil. Bu Suci bertanya mengapa ia melakukan hal tersebut. Dengan suara lemah Waskito berkata bahwa salah satu teman mengejek tanamannya yang kurang subur. Bu Suci yang mendengar aduan kecil Waskito kemudian menasihatinya bahwa tidak perlu melakukan hal seperti itu jika memang tanaman Waskito kurang subur. Daripada berbuat seperti itu lebih baik Waskito mencari tahu mengapa tanamannya kurang subur, mungkin kurang sinar matahari atau kurang diberi air. Mendengar perkataan Bu Suci, Waskito menyadari hal yang tidak terpikirkan olehnya. Lalu mereka kemabali ke kelas dan bersama-sama dengan murid yang lain membersihkan tanah-tanah yang berceceran di depan kelas. Sejak saat itu Bu Suci dan Waskito semakin dekat dan akhirnya sedikit demi sedikit Waskito mau berbagi cerita dan mau untuk mnerima nasihat Bu Suci. Akhir semester Waskito naik kelas dan keluarganya sangat berterimakasih karena mereka tidak menyangka bahwa Waskito dapat mengubah sikapnya dan dapat naik kelas. Waskito dan keluarga Bu Suci pun berlibur ke desa mereka di Purwodadi sesuai dengan janjinya kepada Waskito. Sejak bertemu dengan Waskito Bu Suci merasa hatinya telah dipertemukan dengan hati Waskito dan sejak saat itu pula Bu Suci tidak akan memisahkan urusan pekerjaan dan rumah tangga. Sebab kedua hal tersebut harus dilakukan dilaksanakan agar seimbang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
b. Merumuskan Masalah Merumuskan masalah membawa peserta didik pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki yang harus dipecahkan. Peserta didik dituntun agar mampu berpikir memecahkan teka-teki itu. Hal itu dilakukan dengan cara mendorong mereka menemukan jawaban yang tepat. 1. Siswa diminta mencari dan menemukan tema dan amanat yang terdapat dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. c. Mengumpulkan Data Mengumpulkan data merupakan aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk dapat menarik kesimpulan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan
intelektual
peserta
didik.
Pada
tahap
ini
siswamengidentifikasi beberapa jawaban atau enarik kesimpulan. Selanjutnya, guru mengumpulkan hasil penyelidikan peserta didik untuk menjawab teka-teki atau permasalahan. 1. Siswa diminta mengumpulkan data yang terkait dengan tema dan amanat yang terdapat dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini baik berupa kalimat maupun paragraf lalu mempresentasikan hasil temuan mereka. Berikut hasil pengumpulan data tentang analisis tema dan amanat novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
1. Analisis Tema Menggunakan Metode Inkuiri Novel Pertemuan Dua Hati dibagi atas enam bagian. Pada setiap bagian peneliti akan memaparkan analisis tema yang terdapat dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. Tema (theme) menurut Stanton dan Kenny (via Nurgiyantoro, 1995: 67) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Namun, tema yang disajikan dalam novel bermacam-macam jenisnya. Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di mana teks sebagai struktur sematis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan (Hartoko & Rahmanto via Nurgiyantoro, 1995: 68). Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita yang bersifat menjiwai seluruh bagian cerita. Untuk menemukan tema sebuah karya fiksi harus disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu dalam cerita. Stanton menyatakan bahwa tema kurang lebih bersinonim dengan ide utama (central idea) dan tujuan utama (central purpose). Sudjiman (1988, 93) mengemukakan tiga langkah yang dapat digunakan untuk menentukan tema. Pertama, melihat persoalan yang paling
menonjol.
Kedua,
persoalan
mana
yang
paling
banyak
menimbulkan konflik lalu menyebabkan terjadinya peristiwa. Ketiga, menentukan dan menghitung waktu penceriteraan yang diperlukan untuk menceriterakan peristiwa yang ada dalam karya sastra. Ketiga langkah tersebut dilakukan secara berurutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
Berikut ini akan dianalisis tema dalam novel Pertemuan Dua Hati, untuk mempermudah proses analisis tema, penulis membaginya ke dalam beberapa bagian seperti berikut. a. Bagian Pertama Bagian ini mengisahkan tentang kepindahan keluarga Bu Suci karena suaminya dipindah tugaskan ke Semarang. Hal itu menyebabkan Bu Suci meninggalkan pekerjaan lamanya di Purwodadi. Meskipun harus pindah, Bu Suci gembira terhadap kenaikan pangkat suaminya. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: 1.1.1
Bu Suci dan keluarganya harus pindah ke Semarang karena suaminya dipindah tugaskan ke kota besar itu. Bu Suci harus meninggalkan pekerjaannya di Purwodadi. Hal itu dapat dibuktikan dengan kutipan berikut: Pindah rumah selalu merepotkan. Apalagi pindah ke kota lain. Tetapi hal ini sudah kami pertimbangkan semasak-masaknya. Suamiku mulai bekerja sebagai montir biasa. Kemudian, sebagai wakil bapakku, keahliannya di bidang mesin semakin menonjol. Perusahaan pusat memperhatikan kelebihannya dari montir-montir lain. Pindah ke Semarang, dia harus mengawasi kelancaran jalannya semua kendaraan angkutan yang keluar dari bengkel. Ini sangat penting bagi dirinya. Meskipun aku harus meninggalkan Purwodadi tempatku bekerja selama ini, aku tururt gembira akan kenaikan pangkat suamiku (Dini, 2005: 12). Persoalan yang menonjol pada bagian 1.1.1 yaitu bersyukur. Bu Suci bersyukur atas kenaikan pangkat suaminya. Walaupun hal tersebut menyebabkan Bu Suci dan keluarganya harus meninggalkan Purwodadi dan pindah ke Semarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
1.1.2
Bu Suci akhirnya mendapatkan pekerjaan sebagai guru SD di tempat anak sulung dan anak keduanya bersekolah. Namun, sesuatu terjadi pada anak keduanya.
Hal itu dapat dibuktikan dengan
kutipan berikut: Lalu kami membicarakan kapan aku mulai mengajar. Kepala Sekolah menganjurkan supaya secepat mungkin aku masuk kerja. Sementara berbincang-bincang mengenai hari aku akan memulai karir baruku itu, aku berpikir kepada anakku kedua. Mudah-mudahan dia segera sehat kembali. Sejak kami pindah, seringkali dia rewel, menangis tanpa sebab nyata kelihatan. Kalau ditanya, katanya kepala pusing. Lain dari kebiasannya, dia cepat kembali tersinggung. Disebabkan sesuatu yang remeh seringkali bertengkar dengan adiknya. Suamiku berkata, barangkali udara kota Semarang kurang cocok bagi dia (Dini, 2005: 19). Persoalan yang menonjol pada bagian 1.1.2 yaitu konflik batin. Bu Suci bahagia karena dapat mengajar kembali, namun dia juga cemas terhadap sikap anak keduanya yang berbeda tidak seperti biasanya.
b. Bagian Kedua Bagian ini mengisahkan tentang Bu Suci yang sudah kembali mengajar di sekolah. Di sekolah ini, Bu Suci menemukan seorang murid sukar yang belum pernah dijumpai sewaktu ia mengajar selama sepuluh tahun di Purwodadi. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: 1.1.3
Bu Suci akhirnya mengajar di sekolah. Ia bersyukur mendapat pekerjaan di SD yang fasilitasnya memadai. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
Aku berterima kasih kepada Tuhan karena teringat nasib beberapa bekas kawan sekolahku. Setahun sekali kami masih saling berkabar. Dua daripadanya turut transmigrasi ke pelosok Pulau Kalimatan dan Sumatra. Masing-masing menceritakan kesulitan dan kegigihan mereka. Keduanya harus merangkap mengajar muridmurid dari tingkatan kelas berbeda. Yang di Kalimantan bahkan bercerita, bahwa setiap kali hujan deras turun, murid-murid disuruh pulang. Karena atap bangunan sekolah terlalu rapuh, guru khawatir akan terjadinya kecelakaan. Tiada hentinya aku mengulangi cerita kawanku itu kepada anakku dan murid-muridku. Aku ingin menanamkan kesadaran yang sama, betapa bahagia serta beruntung kami mempunyai sekolah bagus dan kokoh. Guru bersama murid dapat menunaikan tugas masing-masing tanpa rasa ketakutan (Dini, 2005: 25). Persoalan yang menonjol pada 1.1.3 yaitu bersyukur. Bu Suci beruntung dapat bekerja kembali dan bekerja di sekolah yang memiliki fasilitas yang bagus serta bangunan sekolah yang kokoh tidak seperti yang dialami sebagian dari teman-temannya yang bekerja menjadi guru di luar pulau. 1.1.4
Ternyata ada seorang murid yang tidak disukai di kelas Bu Suci. Anak tersebut sudah beberapa hari tidak masuk sekolah. Tapi tidak ada satu orang temannya yang mau menjenguk dan menanyakan mengapa ia membolos sebab anak tersebut suka berbuat jahat terhadap teman-temannya. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: “Biar Waskito tidak masuk, Bu! Kami malahan senang!” Sekali lagi aku terkejut oleh suara yang tiba-tiba ini. Aku menoleh ke arah si pembicara, murid perempuan. “Ya, betul, Bu! Kelas tenang kalau dia tidak ada,” suara murid laki-laki lain yang sama tegasnya menguatkan pendapat itu.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
“O, ya?” tenang aku menahan nada dan isi kalimatku. “Mengapa? Karena Waskito suka berguarau? Bikin keributan?” “Oh, tidak! Bukan berguarau! Kalau itu, kami juga suka!” “Dia jahat! Jahat sekali, Bu!” tambahan itu terdengar dari arah murid perempuan yang sama. “Ah, masa!” sekali itu terloncat isi hatiku yang sebenarnya, tanpa ada kekangan maupun penahanan perasaan. Sungguh-sungguh aku semakin heran mengetahui Waskito demikian dihindari kawan sekelasnya (Dini, 2005: 28). Persoalan yang menonjol pada 1.1.4 yaitu penasaran. Bu Suci merasa heran mengapa murid-murid di kelasnya menganggap bahwa Waskito adalah anak yang jahat. Padahal menurut Bu Suci tidak ada anak yang jahat, yang ada hanyalah anak yang nakal. c. Bagian Ketiga Bagian ini menceritakan tentang bagaimana Bu Suci mencari informasi mengenai Waskito kepada nenek Waskito. Meskipun pada saat yang bersamaan, kondisi anak kedua Bu Suci juga masih memerlukan pemeriksaan yang intensif. Bu Suci berusaha menjalankan perannya sebagai guru dan juga sebagai seorang ibu. 1.1.5
Bu Suci mengirimkan surat pribadi kepada nenek Waskito dan mengatakan ingin menemui nenek Waskito untuk menanyakan mengapa Waskito tidak masuk sekolah. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: Suratku kepada nenek Waskito dijawab dengan ramah. Pada suatu sore yang telah ditentukan, aku berkunjung ke rumah kakek dan nenek tersebut. Aku bertemu dengan sepasang suami-isteri sebaya dengan orangtuaku. Si suami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
hanya sebentar menyalamiku, kemudian masuk kembali ke kamar praktik (Dini, 2005: 35). Persoalan yang menonjol pada 1.1.5 yaitu peduli. Sikap Bu Suci yang peduli dengan muridnya, Waskito, membuatnya mengirimkan surat kepada nenek Waskito. Kemudian surat Bu Suci ditanggapi dengan ramah oleh nenek Waskito. Bahkan nenek Waskito mau menemui Bu Suci untuk membicarakan perihal cucunya itu. 1.1.6
Dari cerita nenek Waskito, alasan Waskito berbuat “jahat” kepada teman-temannya yaitu karena dia tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari kedua orangtuanya. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: “Anak kami belum pernah menghukum, apalgi memukul Waskito!” kata si nenek. “Barangkali inilah kesalahannya. Ada anak-anak yang memerlukan perhatian, yang menganggap hukuman jasmaniah sebagai ganti perhatian yang diinginkan. Saya pernah menyaksikan sendiri anak-anak saudara saya. Mereka baru sadar akan kekeliruannya jika kena tangan ayah atau ibu mereka. Waskito sudah terlanjur tidak mendapatkan kata-kata manis atau bujukan, dia mungkin harus dipukul. Ah, kalau melihat dia di rumah mereka, Jeng! Tidak pernah ditegur, tidak pernah diberitahu mana yang baik dan mana yang jelek. Seumpama anak berjalan, kaki menyentuh pot sehingga jatuh. Di rumah kami, saya bilang: hati-hati kalau berjalan, Sayang! Tolong sekarang tanaman dan pot pecah itu dibenahi! Seumpama ibunya ada, langsung dia akan membela: ah, enggak apa-apa, nanti saya ganti. Biar pembantu yang membenahi! Nah, begitu itu setiap kali Waskito berbuat kekeliruan. Maksud saya, saya hanya ingin mendidik anak bersikap rapi dan teratur, Jeng!” (Dini, 2005: 37). Persoalan yang menonjol pada 1.1.6 yaitu sebab. Waskito tumbuh menjadi anak yang kurang perhatian dari orangtua. Itulah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
alasan Waskito melakukan hal-hal yang “jahat” agar orangtuanya memperhatikan Waskito. 1.1.7
Bu Suci merasa bimbang harus memilih yang mana. Apakah memilih mengurusi anaknya yang sedang sakit atau membantu murid sukarnya agar berubah menjadi anak yang baik. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: Apakah yang akan kukerjakan esok hari? Kalau menuruti petunjuk dokter, secepat mungkin aku harus ke rumah sakit memeriksakan anakku. Sore, ahli syaraf buka praktik sendiri di rumahnya. Kami disuruh memilih mana yang lebih praktis. Hanya, alat-alat guna pemeriksaan pastilah lebih lengkap di rumah sakit. Begitulah kata dokter perusahaan. Alat-alat apakah itu? Apakah yang diderita anakku? Semuanya serba teka-teki. Serba mengkahawtirkan. Urusan murid sukar belum selesai, bahkan baru mulai akan kuusahakan menolongnya. Kini Tuhan memberiku percobaan lain. Keluargaku terlibat, dan aku harus memilih. Manakah yang lebih penting? (Dini, 2205: 46). Persoalan yang menonjol pada 1.1.7 yaitu dilema. Bu Suci merasa bimbang harus memilih yang mana. Memeriksakan anaknya dan mendampinginya secara intensif dalam menjalankan pengobatan atau membantu murid sukarnya, Waskito, agar bisa berubah menjadi anak yang tidak “jahat” lagi.
d. Bagian Keempat Bagian ini mengisahkan tentang penyakit apa yang sebenarnya diderita oleh anak kedua Bu Suci dan kembalinya Waskito ke sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
1.1.8
Setelah melalui beberapa pemeriksaan akhirnya diketahui bahwa anak kedua Bu Suci mengidap penyakit epilepsi. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: Orangtua mana tidak terkejut mendengar anaknya mengidap penyakit yang bagaimanapun juga bisa dikatakan jarang. Dari sekumpulan seratus orang belum tentu ada satu yang menderita sakit ayan. Itu bukan selesman, bukan demam, bukan sakit gigi. Anggapan semakin membikin kami berkecil hati. Dokter menyebutkan dengan nama lebih berbau medikal: epilepsi. Khalayak ramai menempatkannya sejajar dengan penyakit gila. Sama seperti mempunyai anak cacat, baik sejak lahir maupun karena kecelakaan pada masa pertumbuhannya. Orang membicarakan yang bersangkutan tidak secara terang-terangan, melainkan dengan bisik-bisik suara rendah, disertai rasa kasihan berlebihan atau cemoohan. Pendek kata, segalanya serba tersembunyi dan tertutup (Dini, 2005: 48-49). Persoalan yang menonjol pada 1.1.8 yaitu terkejut. Bu Suci dan suaminya merasa terkejut terhadap penyakit yang diderita oleh anak keduanya. Mereka takut jika setelah orang banyak mengetahui penyakit anaknya, orang-orang itu membicarakan anaknya secara diam-diam.
1.1.9
Waskito akhirnya kembali bersekolah. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: Kemudian aku kembali mengajar. Sewaktu masuk kelas, selayang pandang kulirikkan mata ke semua penjuru. Ada wajah baru! Dia duduk di deretan bangku ketiga dari kiri, di tengah. Seketika itu juga aku mengenal raut muka dan sikapnya. Dia mirip kakeknya. Garis-garis hidung, mata serta bibir sangat keras. Dalam keadaan diam demikian, dia nampak sombong, angkuh (Dini, 2005: 53).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
Persoalan yang menonjol pada 1.1.9 yaitu pertemuan. Akhirnya Bu Suci bertemu dengan Waskito setelah beberapa hari tidak masuk sekolah, akhirnya Waskito kembali bersekolah lagi. e. Bagian Kelima Bagian ini mengisahkan tentang bagaimana akhirnya Bu Suci mengetahui cara untuk mendekati Waskito. Bu Suci memahami apa yang disukai Waskito dengan meminta bantuan sesama rekan guru dan mengamati gerak-gerik anak tersebut. Meskipun ternyata dengan cara tersebut sikap Waskito belum benar-benar berubah. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: 1.1.10 Bu Suci meminta bantuan salah satu rekan guru untuk ikut membantu mengamati Waskito. Ternyata cara untuk mendekati Waskito adalah dengan membicarakan hal-hal yang dia sukai. Dengan begitu, maka Waskito akan memiliki perhatian yang lebih terhadap orang yang peduli pada kegemarannya. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: Dia memberitahukan kepadaku bahwa Waskito mengenal cerita-cerita wayang dengan baik. Bahkan sangat baik dipandang umurnya yang begitu muda. Anak itu mempunyai buku-buku komik wayang yang cukup mendidik. Katanya, ketika tinggal bersama kakek dan neneknya, dia sering dibawa menonton pertunjukan Wayang Wong. Yang lebih mengherankan guru itu ialah Waskito juga menyukai gamelan. Dan kawanku menambahkan, sejak Waskito sering diajak berbicara mengenai wayang, perhatiannya kepada pelajaran Agama lebih besar. Dia bertanya mengapa murid harus dapat mengaji, apakah tidak cukup dengan berdoa dalam bahasa yang diketahuinya saja. Rupa-rupanya, karena kawanku itu mau mempedulikan kegemaran Waskito, maka dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
berhasil memecah kekauan sifat murid sukarku itu. Perbincangan mengenai kesenian telah menyentuh perasaannya. Agama dan kepekaan keindahan memang biasanya berjalan sejajar (Dini, 2005: 63-64). Persoalan yang menonjol pada 1.1.10 yaitu jawaban. Bu Suci mengetahui bagaimana cara mendekatkan diri dengan Waskito. Yaitu dengan memperhatikan apa kesukaan anak tersebut, maka Waskito akan memiliki perhatian yang lebih kepada orang yang juga memperhatikan apa yang dia sukai. 1.1.11 Bu Suci mengamati bahwa Waskito menyukai hal-hal yang berkaitan dengan keterampilan tangan. Hal itu terlihat setiap kali sekolah mengadakan pelajaran yang langsung turun ke lapangan. Ketika di pabrik, Waskito selalu menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan alat-alat pembuatan. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: Aku sendiri pernah mengantar kelasku ke pabrik-pabrik makanan. Kuperhatikan, di antara benda-benda yang menarik murid sukarku, alat pembikinnyalah yang lebih diutamakan. Di luar dugaanku, dalam kunjungankunjungan semacam itu, Waskito menjadi kurang raguragu. Dia tidak malu bertanya langsung kepada pengantar yang menyambut serta menemani kami sambil memberi penjelasan. Selama satu bulan bersama kami, dia tak pernah membolos dan selalu turut keluar. Karena kesempatan-kesempatan yang terguguh dan kekurangan guru, untuk semantara Kepala Sekolah mengizinkan kami mengadakan kunjungan demikian sesering mungkin. Meskipun biasanya terjun ke lapangan dijadwalkan sebulan satu kali di sekolah kami. Guru-guru hanya diharuskan mengikuti program semestinya sehingga tidak akan terlambat di akhir tahun (Dini, 2005: 64―65). Persoalan yang menonjol pada 1.1.11 yaitu cara. Bu Suci memiliki
cara
untuk
mendekati
Waskito.
Yaitu
dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
memberikan tugas keterampilan dalam membuat bejana. Sebab Waskito terlihat tertarik terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan tangan. 1.1.12 Waskito mengamuk di kelas dengan menodongkan gunting. Bu Suci dan rekan guru segera ke kelas dan mencoba menghentikan kelakuan Waskito sebelum ada korban. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: Aku ketinggalan, kehilangan nafas sempat bertanya kepada murid si pembawa berita: “Mengapa begitu? Apa yang menyebabkan dia marah? Kalian bertengkar?” “Tidak, Bu! Bantah anak itu keras. “Dia tidak mau keluar istirahat. Wahyudi dan beberapa kawan mau menemaninya, juga tidak keluar. Tadinya saya ikut-ikut, tapi hanya sebentar terus keluar. Tidak tahu lagi apa yang terjadi! Saya kembali dari kamar kecil, dari jauh terdengar Waskito berteriak-teriak seperti dulu! Betul sama, Bu! Katanya: aku benci! Aku benci kalian semua! Saya masuk kelas, Waskito menodongkan gunting! Entah dari mana! Begitu tiba-tiba, saya berbalik, lari ke kantor!” Aku desak kerumunan murid yang menonton di pintu. Kulihat Kepala Sekolah maju sambil membentak dan menghardik para penonton. Waskiti berdiri di muka kelas, membelakangi deretan bangku-bangku. Memang dia memegang gunting, tapi tidak terbuka (Dini, 2005: 67―68). Persoalan yang menonjol pada 1.1.12 yaitu terkejut. Bu Suci tidak menyangka bahwa Waskito akan mengamuk di depan kelas dengan memegang guntingdan korek yang menyala. Padahal beberapa bulan sebelumnya, semua berjalan baik-baik saja. f. Bagian Keenam Bagian ini mengisahkan tentang keberhasilan Bu Suci dalam menenangkan Waskito dan mengambil hati Waskito
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
sehingga Waskito mau menjawab sediki-sedikit pertanyaan dari Bu Suci. Meskipun kadang-kadang Waskito masih sulit untuk mengendalikan dirinya. Namun lama-kelamaan hal tersebut dapat diatasinya. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: 1.1.13 Bu Suci sudah lebih santai dalam menghadapi Waskito. Bu Suci sering melakukan percakapan-percakapan kecil saat jam istirahat. Hal
ini
membuat
Waskito
mau
menjawab
sedikit-sedikit
pertanyaan Kesantaianku menghadapi murid sukarku sampai pada pertanyaan mengenai keluarganya. Apa kabar Nenek? Kuceritakan sedikit pertemuanku dengan pasangan suamiisteri tua itu. Aku bahkan mengatakan bahwa neneknya menangis terharu ketika mengingati Waskito hampir member dia tanaman bunga soka. Kutanyakan apakah dia sering bertemu dengan Nenek? Tidak, jawabnya. Dia sendiri jarang keluar kecuali ke sekolah, karena seringkali dia harus mengawasi anak-anak Bu De. Nenek berkunjung ke rumah Bu De, tetapi tidak sering. Kutanyakan lagi apakah ibunya sering datang? Ya, kalau Ibu memang sering datang meskipun Bu De tidak menyukai hal itu (Dini, 2005: 75). Persoalan yang menonjol pada 1.1.13 yaitu nyaman. Waskito sudah mulai merasa nyaman dengan Bu Suci maka dia sudah mau menjawab beberapa pertanyan dari Bu Suci walaupun hanya sedikit-sedikit. 1.1.14 Waskito marah karena tanamannya dianggap kurang subur oleh teman-temannya. Pot-pot tanaman dirusak dan diinjak-injak di depan kelas. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
Dalam tanya jawab yang kupaksakan itu dia mengaku bahwa dia marah karena kawan-kawannya mengejek tanamannya yang kurang subur, kalah dari tunas-tunas lain (Dini, 2005: 83). Persoalan yang menonjol pada 1.1.14 yaitu marah. Waskito
marah
mendengar
ejekan
teman-temannya
yang
menganggap bahwa tanamannya kurang subur. 1.1.15 Usaha Bu Suci tidak sia-sia, setelah kejadian pot tanaman itu, Waskito kini menjadi anak yang lebih terbuka. Nilai-nilai dalam rapornya juga mengalami kemajuan. Hal ini membuat Waskito masuk ke dalam daftar siswa pandai di kelas Bu Suci. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: Kejadian hari itu merupakan tambahan yang melengkapi pertemuan hati Waskito dan hatiku. Untuk selanjutnya, kami lebih terbuka berunding dan berbincang,baik berduaan maupun di hadapan orang lain. Rapor berikutnya berisi angka-angka normal. Untuk menghadiahi usaha kerasnya yang berhasil meraih tempat sebagai murid “biasa”, pada waktu liburan Waskito kami bawa menengok kota kecil kami Purwodadi. Dia diajak suamiku memancing sepuas-puas hatinya. Dan aku tidak menyesal memenuhi janjiku itu terlalu kini, karena sekembali dari liburan, kuperhatikan dia semakin berubah. Seolah-olah dia bertekad untuk menjadi murid yang lebih dari biasa saja. Untuk seterusnya dia selalu terdaftar ke dalam baris anak-anak yang pandai di kelasku. Akhir tahun pelajaran, Waskito naik kelas (Dini, 2005: 85). Persoalan yang menonjol pada 1.1.15 yaitu hasil. Setelah beberapa kali mendapat kejutan dari sikap Waskito yang tidak terduga. Kerja keras Bu Suci dalam mempertahankan Waskito tidak sia-sia. Dengan usaha dan keyakinan yang besar, akhirnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
Waskito menjadi anak yang berprestasi dan memiliki sikap yang baik. Berdasarkan hasil analisis tema pada enam bagian dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini, berikut ini penulis akan mengklasifikasikan langkah-langkah menemukan tema dalam novel ini, yaitu: a. Persoalan yang Menonjol Persoalan yang menonjol dalam novel ini adalah pertemuan Bu Suci dengan Waskito yang dianggap sebagai murid “jahat” oleh temantemannya. Waskito merupakan murid sukar yang memiliki latar belakang keluarga yang tidak memberikan perhatian dan kasih sayang kepadanya. Hal ini menyebabkan Bu Suci memiliki perhatian khusus pada muridnya itu. Bu Suci berusaha keras membantu Waskito agar ia kembali menjadi anak yang baik dalam perilaku sehari-hari dan dalam meningkatkan nilai akademiknya. Berikut ini kutipan yang mendukung persoalan yang menonjol dalam novel ini, yaitu (1.1.1), (1.1.4), (1.1.6), (1.1.9), (1.1.10), (1.1.11), (1.1.12), (1.1.13), (1.1.14), (1.1.15). b. Persoalan yang Menimbulkan Konflik Pada persoalan yang menimbulkan konflik dalam novel ini adalah konflik batin yang dialami Bu Suci yang berhubungan dengan keluarga dan muridnya. Ketika Bu Suci kembali mengajar ternyata anak keduanya menderita penyakit epilepsi yang membuat hatinya terpukul. Lalu pada saat yang bersamaan, Bu Suci baru mengetahui bahwa di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
kelas yang menjadi tanggung jawabnya terdapat satu murid sukar yang bernama Waskito. Kedua hal itu menyebabkan dilema bagi Bu Suci, harus mementingkan kesehatan anaknya ataukah menolong murid sukarnya agar bisa memperbaiki sikapnya. Berikut ini yang mendukung persoalan yang menimbulkan konflik dalam novel ini yaitu (1.1.2), (1.1.3), (1.1.7), (1.1.8), (1.1.5). c. Kesimpulan Tema Secara keseluruhan dapat disimpulkan tema yang terkandung dalam novel ini adalah cinta.
Cinta yang dimiliki oleh Bu Suci
menjadikan ia wajib melaksanakan kewajibannya sebagai guru dan seorang ibu. Ia tidak memilih salah satu antara murid dan anaknya, tetapi berani menjalankan tugasnya sebagai guru dan ibu secara bersamaan.
2. Analisis Amanat Menggunakan Metode Inkuiri Novel Pertemuan Dua Hati dibagi atas enam bagian. Pada setiap bagian peneliti akan memaparkan analisis amanat yang terdapat dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya (Nurgiyantoro, 1995: 321). Moral dan tema dipandang memiliki kemiripan karena keduanya merupakan sesuatu yang terkandung dalam novel. Moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai amanat, pesan, message. Amanat dalam cerita, menurut Kenny (via Nurgiyantoro, 1995: 322)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
dimaksudakan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis. Secara umum, moral mengarah pada pengertian tentang ajaran baik-buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi pekerti, susila (Depdiknas, 2005). Karya sastra yang mengandung tema sesungguhnya merupakan suatu penafsiran atau pemikiran tentang kehidupan. Permasalahan yang terkandung di dalam tema atau topik cerita adakalanya diselesaikan secara positif (happy ending). Amanat terdapat pada sebuah karya sastra secara implisit ataupun secara eksplisit. Implisit, jika jalan keluar ajaran moral itu disiratkan dalam tingkah lau tokoh menjelang cerita akhir (Sudjiman, 1988: 57). Eksplisit, jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran, larangan, dan sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu (Sudjiman, 1988: 57-58). Berikut ini akan dianalisis amanat dalam novel Pertemuan Dua Hati, untuk mempermudah proses analisis amanat, penulis membaginya ke dalam beberapa bagian seperti berikut. a. Bagian Pertama Bagian ini mengisahkan tentang kepindahan keluarga Bu Suci karena suaminya dipindah tugaskan ke Semarang. Hal itu menyebabkan Bu Suci meninggalkan pekerjaan lamanya di Purwodadi. Meskipun harus pindah, Bu Suci gembira terhadap kenaikan pangkat suaminya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: 2.1.1
Bu Suci dan keluarganya pindah dari Purwodadi ke Semarang. Mereka mengontrak satu rumah untuk ditinggali oleh mereka sekeluarga. Rumah itu terlihat paling cocok dengan selera Bu Suci dan sesuai dengan dana yang mereka miliki. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: Rumah yang dikontrak suamiku besar. Terlalu besar kelihatannya dari luar bagi kami berlima. Tetapi begitu orang masuk, berulah ketahuan bahwa sebenarnya kamarnya hanya dua. Bentuk ruang tengah memangjang, sehingga member kesan bahwa rumah itu luas. Meskipun cukup lama mencari, itulah satu-satunya tempat bernanung yang dikira suamiku paling sesuai dengan cita-rasaku. Apalagi harus pula memperhitungkan jumlah uang yang tersedia guna keperluan tersebut. Yang paling penting, kamar mandi, sumur, dan kamar kecil ada di dalamnya. (Dini, 2005: 9). Amanat
secara
eksplisit
pada
bagian
2.1.1
yaitu
belanjakan uang kita sesuai dengan kebutuhan. Tidak perlu mulukmuluk dalam membeli sesuatu, namun harus dilandasi dengan seberapa besar dana yang kita miliki. 2.1.2
Bu Suci menggunakan lingkungan sebagai tempat belajar anakanaknya. Salah satunya adalah pasar. Di pasar Bu Suci menjelaskan bermacam-macam binatang ternak yang diperjualbelikan. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: Aku menyadari bahwa letak pasar itu sangat bermanfaat. Baik bagi orang yang mau berbelanja maupun bagi pengamat biasa. Seringkali kuberhenti di sana pada hari-hari pasaran hewan. Kalau kebetulan aku berada di sana, kuberikan kata-kata tambahan seperlunya pada percakapan mereka mengenai ternak itu (Dini, 2005: 17).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
Amanat secara implisit pada bagian 2.1.2 yaitu lingkungan dan alam sekitar kita merupakan tempat belajar yang paling baik. Sebab kita dapat melihat dan mempelajari berbagai hal secara langsung. 2.1.3
Setelah pindah ke Semarang, anak kedua Bu Suci tiba-tiba sakit. Dia sering demam tinggi dan mengalami kejang-kejang. Kemudian Bu Suci dan suaminya memeriksakannya ke dokter perusahaan. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: Aku sangat prihatin. Dokter perusahaan tidak memberi penjelasan lain. Tetapi melihat caranya memriksa seluruh badan anakku, diulangi pertanyaan-pertanyaan mengenai demam dan kekejangannya. Hatiku merasa bahwa dokter mempunyai sesuatu pikiran yang tidak dikatakannya kepada kami berdua. Namun di samping itu, aku percaya, bahwa Tuhan selalu mendengarkan dan memperhatikan yang mencintaiNya. Semoga dia memberi kekuatan kepadaku, dan melimpahkan kesejahteraan kepada keluargaku. Dengan kepercayaan serta keyakinan ini aku akan mulai bekerja kembali (Dini, 2005: 21). Amanat secara eksplisit pada 2.1.3 yaitu berdoalah selalu kepada
Tuhan.
Sebab
Tuhan
pasti
akan
menolong
dan
mendengarkan doa-doa umatnya. b. Bagian Kedua Bagian ini mengisahkan tentang Bu Suci yang sudah kembali mengajar di sekolah. Di sekolah ini, Bu Suci menemukan seorang murid sukar yang belum pernah dijumpai sewaktu ia mengajar selama sepuluh tahun di Purwodadi. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
2.1.4
Setelah Bu Suci kembali mengajar, Bu Suci tahu bahwa ada murid sukar di kelasnya. Murid ini tidak disukai oleh teman-teman sekelasnya. Lalu Bu Suci mencoba mencari tahu perihal murid sukarnya itu kepada Kepala Sekolah dan rekan-rekan guru. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: Waskito memang dianggap sebagai anak yang tidak tetap, atau labil. Sifatnya selalu berubah. Selama tiga hari berturut-turut dia mungkin menunjukkan sikap tiga macam. Keterlibatannya di dalam kelas demikian pula. Kepala Sekolah konon masih berharap agar Waskito tidak dimasukkan golongan murid sukar. Selama ini persoalannya tidak diremehkan. Hanya saja, masih ditunggu perkembangan berikutnya. Siapa tahu, barangkali murid itu tidak kembali lagi ke sekolah kami! Tentu saja ini harapan pengecut! Tetapi memang begitulah yang sebenarnya. Masing-masing guru sudah terlalu sibuk mengurusi diri dan keluarganya. Di samping mengajar di SD, kebanyakan mempunyai kerja sampingan lain yang memungkinkan mereka mendapat tambahan penghasilan. Buat apa repot-repot mengurus anak sukar yang bukan saudara dan bukan kawan! Tugas pendidik memang bagus dan merupakan tujuan cita-cita. Namun zaman yang berobah cepat menuntut cara dan biaya hidup sedemikian menantang rakyat rendahan, termasuk pegawai negeri setingkat guru SD (Dini, 2005: 30-31). Amanat secara implisit pada bagian 2.1.4 yaitu dalam melakukan suatu pekerjaan bukan semata-mata hanya untuk mendapatkan uang saja. Namun harus disertai dedikasi dan kesungguhan yang tinggi dalam menjalankannya. Agar hak dan kewajiban menjadi seimbang.
2.1.5
Pihak sekolah mengirimkan surat menanyakan mengapa Waskito tidak masuk, sedangkan Bu Suci mengirimkan surat pribadi terhadap nenek Waskito dan mengatakan ingin berkenalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
dengannya. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: Perbincangan dengan para guru menghasilkan dua keputusan. Dari pihak sekolah, akan dikirim surat menanyakan mengapa Waskito selama ini tidak masuk. Dari pihakku sendiri, akan kukirimkan surat kepada si Nenek. Isinya sangat pribadi, mengatakan keinginanku berkenalan. Aku ingin menunjukkan turut berprihatin mengenai cucu sulungnya. Aku tidak yakin apakah ini berguna bagi perkembangan Waskito selanjutnya. Yang jelas, aku wajib mencoba melakukan pendekatan terhadap murid kelasku. Keseimbangan dan ketenangan kelas yang menjadi tanggung jawabku sangat mempengaruhi karirku. Di samping itu, kedudukanku sebagai ibu rumah tangga hanya dapat kujalankan dengan baik jika aku tidak menemukan kesulitan di lapangan kerjaku. Keduanya saling berkaitan. Satu dan lainnya harus sejajajr dan seimbang supaya hatiku tenteram (Dini, 2005: 33). Amanat secara eksplisit pada bagian 2.1.5 yaitu sebagai guru yang profesional, sudah seharusnya kita mengenal dan mengetahui bagaimana latar belakang keluarga siswa kita. c. Bagian Ketiga Bagian ini menceritakan tentang bagaimana Bu Suci mencari informasi mengenai Waskito kepada nenek Waskito. Meskipun pada saat yang bersamaan, kondisi anak kedua Bu Suci juga masih memerlukan pemeriksaan yang intensif. Bu Suci berusaha menjalankan perannya sebagai guru dan juga sebagai seorang ibu. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: 2.1.6
Waskito tumbuh dalam keluarga yang kurang memberikan perhatian kepadanya. Orangtuanya selalu memberikan apa saja yang diinginkan oleh Waskito, namun tidak memberikan kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
sayang dan perhatian yang sebenarnya diperlukan oleh Waskito. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: Semua kemauan si anak dituruti katanya kerena cinta dan sayang kepada anak. Aku sependat dengan nenek Waskito bahwa bukan kecintaan ataupun kesayangan melainkan kelemahan. Anak-anak harus diajar berdisiplin atau keteraturan dalam hidup sehari-hari. Ini akan memberi pengaruh besar dalam cara berpikirnya kelak pada umur dewasa (Dini, 2005: -38). Amanat secara eksplisit pada bagian 2.1.6 yaitu memenuhi semua keinginan anak bukanlah sikap yang baik. Anak juga perlu diajarkan sikap disiplin yang akan membuat hidupnya menjadi teratur. 2.1.7
Bu Suci mengambil keputusan untuk tetap membantu murid sukarnya yaitu Waskito dan memeriksakan anak keduanya yang sedang sakit. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: Anak dan murid. Bukan anak atau murid. Ya, akhirnya itulah yang harus kupilih: kedua-duanya. Aku ingin, dan aku minta kepada Tuhan, agar diberi kesempatan mencoba mencakup tugasku di dua bidang. Sebagai ibu dan sebagai guru. Dengan pertolonganNya, pastilah aku akan berhasil. Karena Dia mahabisa dalam segala-galanya. Sebelum kembali tidur, aku hendak langsung berhadapan dengan Dia. Aku melakukan sembahyang Tahajud untuk mencari jalan terang (Dini, 2005: 47). Amanat secara eksplisit pada bagian 2.1.7 yaitu sebagai seorang guru, kita berkewajiban untuk menolong murid yang membutuhkan bantuan kita namun tidak meninggalkan peran kita dalam keluarga. Kita tidak dapat memilih salah satu, sebab semuanya merupakan kewajiban yang harus dipenuhi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
d. Bagian Keempat Bagian ini mengisahkan tentang penyakit apa yang sebenarnya diderita oleh anak kedua Bu Suci dan kembalinya Waskito ke sekolah. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: 2.1.8
Bu Suci dan suami prihatin terhadap penyakit yang diderita anak keduanya. Namun mereka tetap bersyukur karena penyakit anaknya diketahui ketika mereka sudah pindah ke Semarang. dengan perawatan dan pemeriksaan yang intensif maka penyakit anak keduanya dapat disembuhkan. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: Disertai keprihatinan yang besar, sabar dan tekun kami mengikuti nasihat Dokter. Di samping itu kami menyadari bahwa kesedihan tidak perlu dibesar-besarkan, tidak perlu direntang-panjangkan hingga berlarut-larut. Kami justru harus bersyukur, karena penyakit anak kami diketahui pada waktu ini. Sekarang kami tinggal di Semarang. Di kota besar kami mendapatkan kemudahan serta kemungkinan-kemungkinan perawatan. Dokter juga menceritakan, bahwa lima belas tahun yang lalu, bahkan di luar negeri pun, orang-orang masih sukar diinsafkan bahwa epilepsi adalah penyakit yang dapat disembuhkan (Dini, 2005: 50). Amanat secara eksplisit pada bagian 2.1.8 yaitu patuhilah nasihat dan perintah dokter ketika kita sedang sakit. Sebab dokter merupakan tenaga medis yang sudah ahli dalam bidang kesehatan.
2.1.9
Ketika Bu Suci kembali mengajar setelah beberapa hari harus memeriksakan anak keduanya. Ternyata Waskito juga sudah kembali bersekolah lagi. Pada pertemuan pertama mereka, Bu Suci sedang memindahkan tempat duduk murid-muridnya agar berganti-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
ganti teman. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: Aku mulai hafal nama isi kelasku. Sejak mulai mengajar, aku mempunyai cara supaya muridku tidak sling menggantungkan diri pada tetangga sebelahnya. Sekali-sekali, tanpa pemberitahuan aku menyuruh mereka ganti bangku. Ada anak yang terlalu lemah dan mudah terpengaruh oleh teman yang duduk berdekatan. Kalau terlalu lama berdampingan, anak itu akan menjadi bayangan teman sebangkunya. Belum tentu pegaruh iru membuat kebaikan. Dengan perpindahan ini aku mengharapkan memiliki kelas yang berpribadi. Aku ingin memiliki murid yang kelak menjadi manusia yang beridiri sendiri. Kepercayaan kapada diri sendiri juga merupakan keteguhan yang sangat penting dalam pengajaran. Hari itu aku menyuruh murid-muridku berpindah tempat. Meskipun itu adalah yang pertama kalinya kutrapkan di sekolahku yang baru, tetapi anak didikku sekelas hanya menunjukkan rasa keheranan yang lemah. Barangkali mereka terlalu lega melihatku kembali mengajar setelah berhari-hari muncul secara sekilassekilas. Semua menurut, berpindah ke bangk-bangku yang kutunjuk. Ketika sampai pada giliran Waskito, dia membantah: “Tidak, Bu! Saya di sini saja!” Meskipun aku sudah mengira dan bersiap-siap akan menerima sanggahan dari murid itu, namun aku agak terperajat mendengar jawabannya. Kutahan diriku supaya tetap bersikap tidak mengacuhkan, sambil lalu melemparkan pertanyaan: “Mengapa?” Dan langsung kuteruskan mengatur anak-anak yang lain (Dini, 2005: 53−54). Amanat secara eksplisit pada bagian 2.1.9 yaitu dengan berganti teman yang berdekatan akan membuat siswa lebih percaya diri dan tidak bergantung pada teman di samping kanan-kirinya. Dengan begitu, kemungkinan terpengaruh menjadi kecil. Selain itu, dengan berpindah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
tempat duduk maka siswa akan saling mengenal satu sama lain teman satu kelasnya.
e. Bagian Kelima Bagian ini mengisahkan tentang bagaimana akhirnya Bu Suci mengetahui cara untuk mendekati Waskito. Bu Suci memahami apa yang disukai Waskito dengan meminta bantuan sesama rekan guru dan mengamati gerak-gerik anak tersebut. Meskipun ternyata dengan cara tersebut sikap Waskito belum benar-benar berubah. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: 2.1.10 Waskito menyukai hal-hal yang berhubungan dengan keterampilan tangan, begitu juga dengan sebagian besar murid di kelas Bu Suci. Oleh karena itu, Bu Suci memberikan tugas membuat bejana sederhana kepada murid-muridnya. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: Karena kulihat bukan hanya Waskito yang tertarik pada peralatan pabrik rakyat tersebut, maka aku merencanakan menunjukkan teori bejana berhubungan di kelasku. Kubentuk kelompok-kelompok untuk bekerja bersama. Setelah kugambar modelnya di papan tulis, kupaparkan keterangannya sesuai dengan kemampuan pengertian anak-anak kelas empat, setiap kelompok kuberi tugas membikin alat yang sama (Dini: 2005: 65). Amanat secara eksplisit pada bagian 2.1.10 yaitu sebagai guru harus pintar mencari akal agar anak-anak tertarik terhadap pelajaran. Dengan begitu, anak-anak akan menjadi lebih dekat dan terbuka terhadap guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
2.1.11 Setelah tiga bulan berjalan, tiba-tiba Waskito mengamuk di depan kelas. Hal ini menyebabkan banyak rekan guru mengusulkan agar Waskito di keluarkan saja. Namun, Bu Suci tetap berkeras hati mempertahankan muridnya itu. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: Peristiwa itu mengoncangkan kepercayaan sekolah kepada Waskito. Terus terang banyak rekan guru yang mengusulkan agar murid itu dikeluarkan saja. Tingkat kenakalan sudah terlampaui. Sekarang sudah sampai pada taraf membahayakan. Kami rapat lama merundingkan dia. Hari itu kami tiba di kelas hanya melihat permainan gunting. Sedangkan menurut murid-murid lain, sebelum Kepala Sekolah dan aku datang, Waskito melemparlemparkan korek api yang telah dinyalakan ke segala penjuru. Dengan susah payah aku mempertahankan muridku. Para rekan yang menginginkan pengeluaran Waskito ternyata lebih banyak dari yang mendukungku. Tetapi aku bersitahan (Dini, 2005: 69). Amanat
secara
eksplisit
pada bagian
2.1.11
yaitu
mempertahankan murid bermasalah sama dengan menolongnya untuk berubah menjadi lebih baik. Sebab setiap murid berhak diberi kesempatan untuk memperbaiki sikap. 2.1.12 Sebagai guru Bu Suci sadar bahwa tugas seorang guru tidak hanya mengajar namun juga membantu murid-murid sukar seperti Waskito agar dapat berubah menjadi lebih baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: “Kalau setiap kali dia marah, kita yang menanggung akibatnya, kita menjadi korbannya, itu tidak adil! Tidak termasuk dalam program maupun kurikulum! Tugas kita mengajar!” “Berbicara mengenai tugas”, ucapku menyela, karena terlalu bersenang hati mendapat kesempatan mengutarakan isi hatiku mengenai pendidikan. “Saya kira
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
tugas kita juga termasuk menolong murid-murid sukar. Selama hampir tiga bulan, ya hampir tiga bulan sekarang saya bertanggung-jawab akan kelas dan murid ini, saya merasa mulai mengenal dan mengerti dia. Barangkali dia juga demikian terhadap saya. Tetapi kami berdua masih memerlukan waktu lagi” (Dini, 2005: 69). Amanat secara eksplisit 2.1.12 yaitu tugas seorang guru tidak hanya mengajar dan memberikan pengetahuan tentang pelajaran tertentu kepada muridnya. Namun juga mengenal dan memahami murid-muridnya. f. Bagian Keenam Bagian ini mengisahkan tentang keberhasilan Bu Suci dalam menenangkan Waskito dan mengambil hati Waskito sehingga Waskito mau menjawab sediki-sedikit pertanyaan dari Bu Suci. Meskipun kadang-kadang Waskito masih sulit untuk mengendalikan dirinya. Namun lama-kelamaan hal tersebut dapat diatasinya. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: 2.1.13 Kejadian Waskito mengamuk di depan kelas membuat Bu Suci mengawasi murid-muridnya secara intensif. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: Sejak kejadian yang disebut “kecelakaan” oleh muridmuridku itu, di waktu istirahat aku lebih sering berada di dalam kelas. Kesibukan selalu ada. Selain kerja sambilan sulaman atau menolong anak-anak dalam keterampilan mereka, tidak jarang aku menyiapkan pelajaran yang termasuk program. PR biasanya kami periksa bersamasama. Tetapi sesudahnya, buku murid kuminta supaya dikumpulkan. Aku memberi nilai kerapian mereka. Dengan demikian anak didikku merasa dikendalikan karena selalu kuteliti buku-bukunya. Aku mengharapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
menanamkan disiplin kerapian dan kebersihan di samping ketekunan mengerjakan pekerjaan (Dini, 2005: 73). Amanat secara eksplisit pada bagian 2.1.13 yaitu sebagai seorang guru kita harus mengawasi murid-murid kita. Sebab baik tidaknya sikap serta nilai mereka merupakan tanggung jawab kita sebagai guru. 2.1.14 Berkat beberapa pancingan pertanyaan dari Bu Suci akhirnya Waskito menceritakan ke mana dia pergi ketika membolos. Waskito juga bercerita bahwa ia melakukan hal itu karena orangtuanya melarangnya memancing tanpa memberikan alasan yang jelas. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: Pada kesempatan lain, aku berhasil mengetahui apa yang telah dikerjakannya ketika ia membolos selama sepekan penuh. Katanya dia memancing di Banjirkanal! Dia gemar sekali memancing. Kalau hari-hari Minggu atau liburan ia meminta izin kepada orangtuanya selalu ditolak. Sebab itu dia tidak minta izin lagi! “Mengapa tidak diperbolehkan?” “Tidak tahu!” sahut murid sukarku. “Mereka tidak menerangkan alasan larangan itu?” “Tidak!” Menurut pendapatku, tindakan itu aneh. Biasanya apabila sesuatu perbuatan tidak disetujui, harus dijelaskan sebab-sebabnya. Kecuali jika anak itu telah berkali-kali berbuat kesalahan dengan menerjang larangan yang sama itu, maka orangtua berkata: tidak! Tanpa ada komentar lainnya (Dini, 2005: 77). Amanat secara eksplisit pada bagian 2.1.14 yaitu sebagai orangtua kita harus memberikan alasan yang jelas kepada anak kita mengapa beberapa tindakan tidak boleh dilakukan. Dengan begitu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
anak kita akan tumbuh sebagai manusia yang mengerti mana yang baik dan mana yang tidak baik. 2.1.15 Setelah Bu Suci merasa sudah dekat dengan Waskito dan menganggap bahwa Waskito sudah berubah dan tidak perlu diawasi lagi. Ternyata Tuhan berkata lain, Waskito mengamuk lagi dan menginjak-injak pot tanaman dalam pelajaran keterampilan. Hal ini dapat dibuktikan dengan kutipan di bawah ini: Ejekan kelakar itu diterimanya dengan cara terlalu serius. Perlahan dan sejelas mungkin aku berusaha menerangkan tentang sikap anak-anak yang bermaksud bergurau. Begitulah caranya hidup bersama-sama, berkelompok dengan orang lain. Di rumah Bu De-nya dia mau mengalah dan menerima perlakuan saudara-saudara sepupunya. Di kelas sama saja, kadang-kadang bermainmain dan semua setuju. Tetapi di lain waktu berselisih karena tidak sependapat. Namun demikian tidak perlu disertai perkelahian. Berbantah atau berdebat tidak ada jeleknya. Itu bahkan menunjukkan bahwa pikiran kita terus berjalan. Kalau hati kesal, harus berusaha mengendalikan diri (Dini, 2005: 83). Amanat secara eksplisit pada bagian 2.1.15 yaitu hidup bersama-sama dengan orang lain pastilah akan menimbulkan pendapat yang berbeda-beda. Namun perbedaan itu tidak perlu disertai dengan perkelahian. Jika merasa kesal dengan seseorang berusahalah mengendalikan diri sebaik mungkin. 2.1.16 Waskito mengamuk karena teman-temannya mengejek tanamannya yang kurang subur. Bu Suci mendengarkan penjelasan Waskito dengan baik dan memberikan nasihat. Hal itu dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan di bawah ini: “Tidak ada orang yang baik atau pandai atau cekatan dalam segala-galanya. Kamu terampil dalam hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
pertukangan, otakmu cerdas meskipun pelajaranmu biasabiasa saja. Bukankah itu sudah sangat mencukupi? Kalau memang kamu hendak membalas dendam terhadap temantemanmu, tidak dengan cara membanting dan menginjakinjak tanaman mereka. Tekunilah pelajaranmu misalnya! Bejanamu di pasang di ruang keterampilan, dipergunakan sebagai contoh untuk kelas-kelas lain. Itulah prestasimu! Tunjukkan lain-lainnya! kalau memang kamu lemah dalam tumbuh-tumbuhan biji, itu bukan merupakan masalah. Cari sebab-sebabnya barangkali kurang air, atau kurang matahari. Anak seperti kamu tidak seharusnya cepat berputus-asa. Memalukan sekali!” (Dini, 2009: 84). Amanat secara implisit pada bagian 2.1.16 yaitu ketika seseorang member kritikan kepada kita, kita harus menerima dan mencoba merefleksikannya. Dengan begitu kita mengetahui apa kesalahan
atau
kelemahan
kita
dan
mencoba
untuk
memperbaikinya agar menjadi lebih baik. 2.1.17 Semenjak kejadian itu, Waskito memperlihatkan perubahanperubahan perilaku yang baik. Nilai-nilai rapornya pun ikut naik. Bu Suci bahagia dapat menolong muridnya. Pada akhir tahun pelajaran Waskito naik kelas. Hal itu dapat dibuktikan dengan kutipan di bawah ini: Dan aku tidak menyesal memenuhi janjiku itu terlalu dini, karena sekembali dari liburan, kuperhatikan dia semakin berubah. Seolah-olah dia bertekad untuk menjadi murid yang lebih dari biasa saja. Untuk seterusnya dia selalu terdaftar ke dalam baris anak-anak yang pandai di kelasku. Akhir tahun pelajaran, Waskito naik kelas. Bu De-nya datang ke sekolah. Dia berterima kasih kepada Kepala Sekolah, para guru, dan kepadaku sendiri. Aku menjawab bahwa aku gembira dapat menolong Waskito. (Dini, 2005: 85).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
Amanat secara eksplisit pada bagian 2.1.17 yaitu sebagai guru, dapat memberikan pengetahuan dan melihat muridnya sukses merupakan kepuasan tersendiri. Itu artinya sang guru sudah berhasil memberikan bekal bagi muridnya di masa depan.
Berdasarkan hasil analisis amanat pada enam bagian dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini, berikut ini penulis akan mengklasifikasikan langkah-langkah menemukan amanat dalam novel ini, yaitu: a. Amanat secara Implisit Amanat secara implisit adalah jalan keluar ajaran moral yang disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita akhir. Amanat secara implisit dalam novel ini berisi ungkapan pesan moral yang disampaikan pengarang secara tersirat melalui tingkah laku tokoh dalam cerita. Berikut ini kutipan yang mendukung amanat secara implisit dalam novel ini, yaitu (2.1.2), (2.1.4), (2.1.16). b. Amanat secara Eksplisit Amanat secara eksplisit adalah pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran, larangan, dan sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu. Pesan moral yang disampaikan oleh pengarang dijelaskan secara tersurat pada dialog atau narasi dalam novel ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
Berikut ini kutipan yang mendukung amanat secara eksplisit dalam novel ini, yaitu (2.1.1), (2.1.3), (2.1.5), (2.1.6), (2.1.7), (2.1.8), (2.1.8), (2.1.9), (2.1.10), (2.1.11), (2.1.12), (2.1.13), (2.1.14), (2.1.15), (2.1.16), (2.1.17). c. Kesimpulan Amanat Berdasarkan hasil analisis amanat dengan menggunakan metode inkuiri pada novel Pertemuan Dua Hati dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa amanat dalam novel ini adalah setiap usaha yang disertai dengan kerja keras dan doa tidak akan sia-sia. Usaha itu akan membuahkan hasil yang juga setimpal dengan kerja keras yang dikeluarkan. d. Merumuskan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam pembelajaran. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya pendidik mampu menunjukkan kepada peserta didik mana data yang relevan. 1. Siswa diminta untuk menarik kesimpulan berdasarkan hasil data yang mereka temukan. Kesimpulan dari implementasi metode inkuiri terhadap pembelajaran tema dan amanat novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
1. Berdasarkan hasil analisis tema dengan metode inkuiri pada novel novel Pertemuan Dua Hati dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa tema dalam novel ini adalah cinta. Cinta yang dimiliki oleh Bu Suci menjadikan ia wajib melaksanakan kewajibannya sebagai guru dan seorang ibu. Ia tidak memilih salah satu antara murid dan anaknya, tetapi berani menjalankan tugasnya sebagai guru dan ibu secara bersamaan. 2. Berdasarkan hasil analisis amanat dengan metode inkuiri pada novel novel Pertemuan Dua Hati dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa amanat dalam novel ini setiap usaha yang disertai dengan kerja keras doa tidak akan sia-sia. Usaha itu akan membuahkan hasil yang juga setimpal dengan kerja keras yang dikeluarkan.
C. Pembelajaran Tema dan Amanat dalam Pembelajaran Sastra Dalam kurikulum satuan pendidikan, tujuan pembelajaran sastra di SMA adalah untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menikmati, menghayati, dan memahami karya sastra. Selain itu, pembelajaran sastra juga berfungsi sebagai penghalusan budi, peningkatan rasa kemanusiaan dan kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya, penyaluran gagasan, penumbuhan imajinasi, serta peningkatan ekspresi secara kreatif dan konstruktif. Kurikulum satuan pendidikan (KTSP) memacu guru agar semakin kreatif dan inovatif. Rancangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
mandiri membuat guru berinovasi dengan berbagai metode dan media dalam pembelajaran. Dengan begitu guru dapat merancang pembelajaran yang kreatif. Salah satunya pembelajaran sastra dengan menggunakan novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. Media pembelajaran dengan menggunakan novel dirasa efektif karena siswa akan mempelajari nilai-nilai yang terkandung dalam novel yang diangkat dari kehidupan nyata. Secara tidak langsung siswa pun belajar melalui pengalaman-pengalaman tokoh dalam novel itu. Pembelajaran tema dan amanat dalam novel memberikan pengalaman yang menarik bagi siswa karena siswa menemukan tema dan amanat atau pesan moral yang terkandung dalam novel Pertemuan Dua Hati tersebut. Oleh karena itu, pemilihan metode dan media dalam pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Guru diharapkan dapat memilih dengan cermat metode dan media yang seperti apa yang baik untuk diterapkan di dalam kelas.
1. Langkah-langkah Praktis Penerapan Metode Inkuiri dalam Novel Pertemuan Dua Hati Dalam konteks penggunaan inkuiri sebagai metode belajar mengajar, siswa ditempatkan sebagai subjek pembelajaran, yang berarti bahwa siswa memiliki andil besar dalam menentukan suasana dan model pembelajaran. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan (Hosan, 2014: 341). Peran peserta didik dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
pelajaran, sedangkan pendidik berperan sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik untuk belajar. Dalam
pembelajaran
menggunakan
metode
inkuiri
dalam
pembelajaran tema dan amanat novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini ini, peneliti hanya akan menggunakan satu bab dari enam bab yang terdapat dalam novel Pertemuan Dua Hati. Hal tersebut dikarenakan oleh waktu yang tidak memungkinkan jika dalam dua kali pertemuan akan digunakan untuk membahasa keseluruhan bab yang terdapat dalam novel Pertemuan Dua Hati. Bab V dirasa paling lengkap dan memuat sebagaian besar tema dan amanat yang terdapat dalam novel Pertemuan Dua Hati. Berikut
ini
akan
disampaikan
langkah-langkah
praktis
pembelajaran tema dan amanat menggunakan bab V novel Pertemuan Dua Hati dengan menggunakan metode inkuiri: 1) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok. 2) Guru menyajikan isi ringkasan novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. 3) Guru meminta siswa untuk menentukan isi ringkasan dari novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. 4) Siswa mengidentifikasi tema dan amanat yang terkandung dalam bab V novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. 5) Siswa mengumpulkan data tentang tema dan amanat yang terkandung dalam bab V novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini untuk mengidentifikasi tema dan amanat yang terkandung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
6) Guru meminta siswa menentukan tema dan amanat yang terkandung dalam bab V novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini yang disajikan. 7) Siswa merumuskan kesimpulan. 8) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dan mempertahankan pendapatnya dengan menunjukkan bukti yang mereka temukan.
2. Silabus Secara sederhana silabus dapat diartikan sebagai rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan, berdasarkan standar nasional pendidikan (SNP) (Mulyasa, 2008: 132-133).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
Silabus Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas
: XI
Semester
:I
Standar Kompetensi
7. Memahami berbagai
Kompetensi Dasar 7.2 Menemukan unsur-unsur
hikayat, novel
intrinsik dan ekstrinsik novel
Indonesia/novel terjemahan.
Indonesia/terjemahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
SILABUS DAN SISTEM PENILAIAN Nama Sekolah
: SMA
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: XI/I
Standar Kompetensi : Membaca 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan Kompetensi Dasar 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjema han.
Materi Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
Novel Indonesia dan novel terjemahan.
Novel Indonesia dan novel terjemahan.
Unsur-unsur intrinsik (alur, tema, penokohan, sudut pandang,
Menganalisis unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik ( alur, tema,
Indikator
Menganalisis unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik (alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) novel
Penilaian
Alokasi Waktu
Jenis Tagihan: tugas kelompok ulangan
4 JP
Bentuk Instrumen:
Sumber/Bahan/ Alat Novel Indonesia dan novel terjemahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
latar, dan amanat) dalam novel Indonesia/terjemah an.
Unsur ektrinsik dalam novel terjemahan (nilai budaya, sosial, moral, dll)
penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) novel Indonsia dan terjemahan. Membandingka n unsur ekstrinsik dan intrinsik novel terjemahan dengan novel Indonesia.
Indonesia.
Menganalisis unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik ( alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) novel terjemahan.
Membandingka n unsur ekstrinsik dan intrinsik novel terjemahan dengan novel Indonesia.
uraian bebas pilihan ganda jawaban singkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Perencanaan
pembelajaran
atau
biasa
disebut
Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran kelas (Muslich, 2007: 53). Rencana
pelaksanaan
pembelajaran
metode
inkuiri
dalam
pembelajaran tema dan amanat bab V novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini untuk siswa SMA kelas XI semester I akan diterapkan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Tingkat Pendidikan : SMA Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: XI/I
Alokasi Waktu
: 4 x 45 menit
A. Standar Kompetensi
: 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan (membaca).
B. Kompetensi Dasar
: 7.2 Menganalisis unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik dan novel Indonesia/ terjemahan.
C. Indikator 1. Menganalisis unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik (alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) novel Indonesia. 2. Menganalisis unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik (alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) novel terjemahan. 3. Membandingkan unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik novel terjemahan dengan novel Indonesia.
D. Tujuan Pembelajaran 1) Siswa dapat menjelaskan pengertian novel menurut pemahaman mereka masing-masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
2) Siswa dapat menganalisis unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik (alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) novel Indonesia. 3) Siswa dapat menganalisis unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik (alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) novel Indonesia. 4) Siswa dapat membandingkan unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik novel terjemahan dengan novel Indonesia.
E. Materi Pembelajaran 1. Pengertian Novel Novel diartikan sebagai suatu karangan atau karya sastra yang lebih pendek daripada roman, tetapi jauh lebih panjang daripada cerita pendek (Santosa, 2010: 46). Novel dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative text), atau wacana naratif (narrative discourse). Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal itu karena fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak mengacu pada kebenaran sejarah (Abrams via Nurgiyantoro, 1995: 2). Dengan demikian, karya fiksi merupakan suatu karya sastra yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
2. Unsur Intrinsik a. Tema Tema (theme) menurut Stanton dan Kenny (via
Nurgiyantoro,
1995: 67) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di mana teks sebagai struktur sematis dan yang menyangkut
persamaan-persamaan
atau
perbedaan-perbedaan
(Hartoko & Rahmanto via Nurgiyantoro, 1995: 68). Oleh karena itu, untuk menentukan tema pokok maka pembaca harus mengerti apa gagasan umum yang mendasari novel itu. Dalam usaha mengemukakan dan menafsirkan tema sebuah novel secara lebih khusus dan rinci, Stanton (via Nurgiyantoro, 1995: 87) mengemukakan adanya sejumlah kriteria. Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut. 1) Pertama,
penafsiran
tema
sebuah
novel
hendaknya
mempertimbangkan tiap detail cerita yang menonjol. 2) Kedua, penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak bersifat bertentangan dengan tiap detail cerita. 3) Ketiga,
penafsiran
tema
sebuah
novel
hendaknya
tidak
mendasarkan diri pada bukti-bukti yang tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam novel yang bersangkutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
4) Keempat, penafsiran tema sebuah novel haruslah mendasarkan diri pada bukti-bukti yang ada secara langsung. b. Amanat Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya (Nurgiyantoro, 1995: 321). Moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai amanat, pesan, message. Amanat dalam cerita, menurut Kenny (via Nurgiyantoro, 1995: 322) dimaksudakan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis. Secara umum, moral mengarah pada pengertian tentang ajaran baik-buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi pekerti, susila (Depdiknas, 2005). Amanat yang terdapat pada sebuah karya sastra ada dua jenis, yaitu secara implisit ataupun secara eksplisit. Implisit, jika jalan keluar ajaran moral itu disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita akhir (Sudjiman, 1988: 57). Eksplisit, jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran, larangan, dan sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu (Sudjiman, 1988: 57−58).
F. Metode Pembelajaran Metode Inkuiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
G. Kegiatan Belajar Mengajar a. Pertemuan Pertama No. 1
Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal 1) Guru memberikan salam. 2) Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa (jika jam pelajaran pertama). a. Apersepsi 1) Guru bertanya kepada siswa mengenai pengalaman yang pernah dilakukan oleh siswa terkait dengan novel. 2) Guru meminta salah satu siswa menceritakan pengalamannya mengenai membaca novel. b. Orientasi 1) Guru memberikan informasi mengenai materi yang akan dipelajari (orientasi). 2) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai (orientasi).
Alokasi Waktu 10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
c. Motivasi 1) Guru memotivasi siswa terkait materi yang akan dipelajari. 2
Kegiatan Inti A. Eksplorasi 1) Guru menjelaskan pengertian novel dan tema novel secara sekilas. 2) Guru mengajak siswa menuju perpustakaan untuk mencari sumber materi mengenai novel dan tema novel. 3) Siswa mencari buku yang berkaitan dengan materi novel dan tema novel. B. Elaborasi 1) Guru membagi siswa dalam kelompok kecil terdiri dari 4-5 orang dengan cara berhitung. 2) Guru membagikan isi ringkasan novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. 3) Siswa diminta untuk membaca dan memahami isi ringkasan novel
75 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. 4) Guru membagikan bab V novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. 5) Guru bersama siswa bersama-sama merumuskan masalah dari materi yang dipelajari (merumuskan masalah). 6) Siswa merumuskan masalah mengenai tema apa saja yang terdapat dalam bab V Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini (merumuskan masalah). 7) Siswa menganalisis tema yang terdapat pada bab V novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini (mengumpulkan data). 8) Siswa mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas (menarik kesimpulan). C. Konfirmasi 1) Guru memberikan apresiasi terhadap siswa yang mengerjakan tugas dengan baik. 2) Guru dan siswa bertanya jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
mengenai hal-hal yang belum jelas terkait dengan tema dan cara menentukan tema. 3
Kegiatan Penutup
5 menit
1) Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran. 2) Siswa melakukan refleksi mengenai permasalahan yang ditemui dalam materi unsur intrinsik novel. 3) Guru memberikan rencana pembelajaran selanjutnya.
b. Pertemuan Kedua No. 1
Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal 1) Guru memberikan salam. 2) Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa (jika jam pelajaran pertama).
Alokasi Waktu 10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
b. Apersepsi 1) Guru meminta salah satu siswa menceritakan pengalamannya mengenai membaca novel terutama terkait tentang amanat yang terkandung di dalamnya. 2) Guru membahas sekilas mengenai materi sebelumnya. b. Orientasi 1) Guru memberikan informasi mengenai materi yang akan dipelajari (orientasi). 2) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai (orientasi). c. Motivasi 1) Guru memotivasi siswa terkait materi yang akan dipelajari. 2
Kegiatan Inti a. Eksplorasi 1) Guru menjelaskan pengertian amanat novel secara sekilas. 2) Guru mengajak siswa menuju
75 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
perpustakaan untuk mencari sumber materi mengenai amanat novel. 3) Siswa mencari buku-buku yang berkaitan dengan materi novel dan amanat novel. b. Elaborasi 1) Guru membagi siswa dalam kelompok seperti kegiatan pembelajaran sebelumnya. 2) Guru meminta siswa memahami lagi bab V novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. 3) Guru bersama siswa bersama-sama merumuskan masalah dari materi yang dipelajari (merumuskan masalah). 4) Siswa merumuskan masalah mengenai amanat apa saja yang terdapat dalam bab V Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini (merumuskan masalah). 5) Siswa menganalisis amanat yang terdapat pada bab V novel Pertemuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
Dua Hati karya Nh. Dini (mengumpulkan data). 6) Siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas (menarik kesimpulan). c. Konfirmasi 1) Guru memberikan apresiasi terhadap siswa yang mengerjakan tugas dengan baik. 2) Guru dan siswa bertanya jawab mengenai hal-hal yang belum jelas terkait dengan amanat dan cara menentukan amanat. 3
Kegiatan Penutup 1. Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran. 2. Siswa melakukan refleksi mengenai permasalahan yang ditemui dalam materi unsur intrinsik novel. 3. Guru memberikan rencana pembelajaran selanjutnya.
5 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
H. Media yang Digunakan 1. Slide power point tentang novel, tema, dan amanat. 2. Novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.
I.
Sumber Belajar Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Dini, Nh. 2005. Pertemuan Dua Hati. (Cet. XIII). (Bagian V novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini) Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Santosa, Wijaya Heru dan Sri Wahyuningtyas. 2010. Pengantar Apresiasi Prosa. Surakarta: Yuma Pustaka. Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
J.
Penilaian Hasil Belajar 1. Teknik Penilaian a. Tes b. Non tes 2. Bentuk Instrumen a. Uraian (ulangan harian) b. Pilihan Ganda (ulangan semester)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
3. Penilaian Kognitif No.
Indikator Pencapaian
Instrumen
Skor
Kompetensi 1.
Menjelaskan
a. Jelaskan pengertian novel
pengertian novel.
10
menururt pemahaman kalian masing-masing!
2.
Memahami isi
2. Ceritakan dalam tiga paragraf
20
isi ringkasan novel Pertemuan
cerita.
Dua Hati karya Nh. Dini! 3.
Menganalisis
3. Bacalah dengan seksama bab V
35
novel Pertemuan Dua Hati
tema.
karya Nh. Dini lalu analisislah temanya! 4.
Menganalisis amanat.
4. Bacalah dengan seksama bab V novel Pertemuan Dua hati lalu analisislah amanatnya!
Total skor =
Skor yang diperoleh ______________________ X 100 Skor maksimal
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
4. Penilaian Afektif Indikator No.
Nama Siswa
Skor
Tanggung Jujur
Rajin
jawab
1 2 3 4 5 4 Dst.
Kriteria Penilaian: a. Setiap indikator skor tertinggi 4. b. Jumlah indikator 4, skor maksimal 4 x 4 = 16. c. Nilai = skor yang diperoleh : skor maksimal x 100.
Sopan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
K. Latihan 1. Analisislah unsur tema yang terkandung dalam bab V novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini! 2. Analisislah unsur amanat yang terkandung dalam bab V novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini!
L. Jawaban 1. Tema yang terkandung dalam bab V novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini adalah Bu Suci mengetahui bagaimana cara mendekati Wakito. Yaitu dengan memberikan tugas yang berkaitan dengan keterampilan. Sebab Waskito menyukai hal-hal yang berkaitan dengan keterampilan. 2. Amanat dalam bab V novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini adalah guru harus pintar mencari cara agar murid tertarik dan memperhatikan pelajaran. Salah satunya dengan mencari tahu hal-hal apa saja yang disukai oleh murid-muridnya lalu menggabungkannya dalam materi pelajaran. Dengan begitu, murid akan menjadi lebih dekat dan terbuka terhadap guru.
Mengetahui,
Yogyakarta, 28 September 2016
Kepala Sekolah
Guru Bahasa Indonesia,
(………………..)
Martina Novi Tensawanti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri berpusat pada siswa. Metode inkuiri menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Hal itu akan melatih siswa untuk berpikir kritis serta analitis. Pada penerapannya, metode inkuiri terdiri dari empat tahap, yaitu (1) orientasi, (2) merumuskan masalah, (3) mengumpulkan data, (4) merumuskan kesimpulan. Langkah yang pertama, yaitu orientasi. Siswa diminta untuk membuat isi ringkasan dari novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. Hal itu bertujuan agar siswa dapat memahami isi dari novel Pertemuan Dua Hati dengan baik. Langkah kedua, yaitu merumuskan masalah. Siswa diminta mencari dan menemukan tema dan amanat yang terdapat dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. Dengan merumuskan masalah sendiri, siswa menjadi lebih mudah dalam menemukan tema dan amanat yang terkandung dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. Langkah ketiga, yaitu mengumpulkan data. Siswa diminta mengumpulkan data yang terkait dengan tema dan amanat yang terdapat dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini baik berupa kalimat maupun paragraf lalu mempresentasikan hasil temuan mereka. Hal itu bertujuan agar siswa menemukan sendiri tema dan amanat yang terkandung novel Pertemuan Dua
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
Hati karya Nh. Dini dan dengan penuh percaya diri membagikan hasil temuannya kepada teman-teman sekelasnya. Langkah keempat, yaitu merumuskan kesimpulan. Siswa diminta untuk menarik kesimpulan berdasarkan hasil data yang mereka temukan. Hal itu bertujuan agar siswa belajar untuk memberikan kesimpulan dari hasil data yang mereka peroleh. Tema yang ditemukan dalam novel Pertemuan Dua Hati termasuk tema yang sudah sering dijumpai dalam novel-novel lainnya. Hasil penelitian terhadap tema dan amanat dari novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini adalah pengorbanan seorang ibu sekaligus seorang guru. Setiap orang di dunia ini, masing-masing memiliki tugas yang sesuai dengan perannya masing-masing. Oleh karena itu, peran sebagai guru dan ibu harus dijalankan seirama, sesuai dengan kewajiban yang harus dipenuhi. Amanat yang ingin disampaikan dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh.Dini adalah setiap usaha yang disertai dengan kerja keras doa tidak akan sia-sia. Usaha itu akan membuahkan hasil yang juga setimpal dengan kerja keras yang dikeluarkan. Melalui amanat tersebut, siswa dapat diajak untuk meniru hal-hal baik yang dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam novel. Berdasarkan hasil analisis metode inkuiri dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I dapat disimpulkan bahwa kurikulum satuan pendidikan memiliki fungsi umum dalam pembelajaran sastra di SMA sebagai penghalusan budi, peningkatan rasa kemanusiaan dan kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya, penyaluran gagasan, penumbuhan imajinasi, serta peningkatan ekspresi secara kreatif dan konstruktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
Manfaat yang diperoleh dengan mempelajari novel Pertemuan Dua Hati adalah siswa dapat meniru dan mengembangkan kepribadian secara positif melalui tokoh Bu Suci. Bu Suci mengajarkan arti kerja keras, religiusitas, pantang menyerah, dan yakin akan segala sesuatu yang menjadi keputusannya. Selain itu, siswa juga memperoleh pengetahuan baru mengenai kehidupan seorang guru yang mungkin belum mereka ketahui sebelumnya. Apalagi novel yang digunakan sebagai bahan pembelajaran berasal dari realita yang benar-benar terjadi. Berkaitan dengan pembelajaran sastra, tema dan amanat dalam novel Pertemuan Dua Hati dapat dijadikan bahan pembelajaran di SMA karena sesuai dengan standar kompetensi 7 yaitu memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan, serta sesuai dengan kompetensi dasar 7.2 menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Sebagai seorang guru, penguasaan bahan pembelajaraan adalah hal yang wajib dipenuhi. Namun selain penguasaan bahan pembelajaran, seorang guru juga harus pintar memilih metode dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan bahan pembelajaran. Dalam pembelajaran sastra, metode inkuiri dirasa cocok dalam penerapan materi novel. Dengan menggunakan metode inkuiri, siswa menjadi terlibat aktif dalam mengidentifikasi tema dan amanat dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. Metode inkuiri menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran sedangkan guru sebagai fasilitator siswa. Metode ini mampu mengembangkan situasi belajar yang aktif, efektif, dan menyenangkan di kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
B. Implikasi Hasil penelitian diharapkan dapat berimplikasi terhadap pembelajaran sastra di SMA. Siswa menjadi terbantu dalam mencari dan menemukan pesan dan amanat yang dapat diterapkan ke dalam kehidupannya sehari-hari. Novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA karena siswa akan mengetahui bahwa dalam menjalani kehidupan dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Hasil penelitian dan pembahasan mengenai tema dan amanat novel Pertemuan Dua Hati menjadi bukti bahwa penelitian ini menerapkan teoriteori yang digunakan. Dalam analisis ini yang terpenting adalah unsur-unsur dan hubungan antar unsur yang membangun sebuah karya sastra dapat dibuktikan dalam penelitian ini. Implementasi metode inkuiri dalam novel Pertemuan Dua Hati di SMA, akan membuat siswa tidak bosan untuk mempelajari karya sastra dalam pembelajaran sastra di kelas. Selain itu, metode inkuiri akan lebih mendorong siswa untuk terlibat aktif dan langsung dalam mempelajari sastra.
C. Saran 1. Bagi Guru Bahasa Indonesia Guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia diharapkan tidak hanya menguasai materi dengan baik, namun juga menguasai metode dan teknik pembelajaran. Dengan menggunakan metode dan teknik yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
sesuai dengan isi materi pelajaran, maka siswa tidak merasa bosan mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia dan sastra Indonesia.
2. Bagi Peneliti Lain Penelitian yang dilakukan pada novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini masih merupakan permasalahan yang awal, yaitu analisis tema dan amanat serta implementasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I. Metode inkuiri juga masih dapat dikembangkan dalam pembelajaran unsur intrinsik yang lainnya dalam novel, tidak hanya mengenai analisis tema dan amanat. Peneliti menyarankan agar peneliti selanjutnya mengangkat masalah-masalah baru sebagai bahan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
DAFTAR PUSTAKA
Anam, Khirul. 2015. Pembelajaran Berbasis Inkuiri: Metode dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Dini, Nh. 2005. Pertemuan Dua Hati. (Cet. XIII). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Gulö, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia. Lalong, Maria Srilestari Handayani. 2015. “Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Pondok Baca Kembali ke Semarang karya Nh. Dini untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I”. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma. Moleong. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung: Rosda Karya. Mulyasa. 2008. Implementasi Kurikulum Satuan Tingkat Kemandirian Guru dan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Pendidikan:
Muslich, Mansur. 2007. KTSP (Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan: dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara. Ngara, Yosefina Milla. 2015. “Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Gadis Pencari Tuhan Karya Theresia Ametembun untuk Pembelajaran Sastra pada Siswa SMA Kelas XI Semester I”. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma. Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Desertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Prenada Media Group. Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Rahmanto. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
Santosa, Wijaya Heru dan Sri Wahyuningtyas. 2010. Pengantar Apresiasi Prosa. Surakarta: Yuma Pustaka. Siswanto. 2010. Metode Penelitian Sastra Analisis Struktur Puisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Suyono, dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep. Bandung: Remaja Rosdakarya. Wijayanti, P.I, Mosik, N. Hindarto. 2010. Eksplorasi Kesulitan Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Cahaya dan Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Semarang: Universitas Negeri Semarang. (ISSN: 1693-1246). Wini, Melinda Christiyanti Rambu Paja Wini. 2015. “Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Perempuan Itu Bermata Saga Karya Agust Dapa Loka untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I”. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
KUTIPAN BAB V NOVEL PERTEMUAN DUA HATI KARYA NH. DINI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
BIODATA PENULIS
Martina Novi Tensawanti atau yang biasa disapa Novi adalah anak sulung dari dua bersaudara dari pasangan Fl. Rejo Mulyo dan Paula Wakinah. Lahir di Kebumen pada tanggal 10 November 1993. Menempuh pendidikan TK pada tahun 19982000 di TK Pius Bakti Utama Gombong, SD pada tahun 20002006 di SD Pius Bakti Utama Gombong, SMP pada tahun 20062009 di SMP Pius Bakti Utama Gombong, SMA pada tahun 2009-2012 di SMA Pius Bakti Utama Bayan, Purworejo. Setelah tamat dari SMA, kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sejak tahun 2012 tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir dengan judul ”Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Tema dan Amanat Pada Novel Pertemuan Dua Hati Karya Nh. Dini untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I”.