Menuju ITB yang Maju, Mandiri, dan Bermartabat di Mata Dunia (Kebijakan Strategis & Program Prioritas 2010 – 2014) Oleh : Isnuwardianto
Pengantar Tulisan ini dibuat untuk memenuhi permintaan Panitia Pemilihan Rektor ITB 2010-2014 sebagai bahan diskusi panel di Senat Akademik (SA). Hal-hal yang disampaikan di sini hanyalah pemikiran dalam garis besarnya saja, walaupun diupayakan dapat mencakup seluruh aspek secara singkat. Sedangkan penajaman pada hal-hal detail akan dilakukan bersama-sama dengan seluruh pihak terkait sehingga akan memiliki pengaruh yang jauh lebih besar pada saat implementasinya. Pada prinsipnya Program Kerja haruslah menjadi milik bersama, oleh karena itu proses penyusunannya, sosialisasi dan pelaksanaannya menjadi sangatlah penting. Beberapa hal diuraikan secara panjang lebar dalam tulisan ini, hal ini dimaksudkan agar makna dan hakikatnya dapat ditangkap dengan jelas; bukankah roh tidak kalah pentingnya daripada jasad?
Pendahuluan (resume paparan & diskusi pertama di MWA) Uraian ini merupakan kelanjutan dari “Buah Pikiran “ berupa tulisan dan bahan paparan (slide) yang disampaikan terdahulu untuk Diskusi Panel di Majelis Wali Amanah. Dari bahan paparan, telah terlihat jelas bahwa Rektor bukanlah satu-satunya pemimpin pembawa panji-panji ITB, akan tetapi bersama-sama MWA, SA, dan MGB dalam kapasitasnya masing-masing menjalankan amanah kepemimpinan institut. Dari bahan paparan itu pula, menilik ciri budaya ITB, maka diperlukan suatu model pengelolaan yang secara seimbang memperhatikan aspek ITB sebagai suatu korporasi, ITB sebagai lembaga akademik, dan ITB sebagai suatu komunitas budaya. Oleh karena itu GUG (Good University Governance) di ITB hendaknya merupakan paduan seimbang antara Good Corporate Governance, Good Academic Governance, dan Good Community Governance. Dari paparan tersebut juga diterangkan bagaimana seharusnya Rektor menjalankan misi utamanya yakni membuat system ITB berfungsi secara cerdas, efektif, dan sinergis dalam mewujudkan Visi ITB yang seharusnya merupakan pula Visi Bangsa. Visi ITB adalah Visi Bangsa, maka kepentingan bangsa juga merupakan kepentingan ITB (perhatikan makna dari rumusan Visi ITB); dengan demikian pengelolaan internal ITB yang prima perlu dibarengi dengan upaya penggalangan kekuatan eksternal yang konstruktif. Sehubungan dengan cara pandang ini, serta untuk menjamin kemandirian dan kemajuan ITB (sustainability), seyogyanya ada misi komplementer yang harus diemban ITB yakni disamping melalui Tridharma 1
Perguruan Tinggi (Penelitian, Pendidikan, Pengabdian & Pemberdayaan Masyarakat), ITB perlu pula menjalankan bisnis institusi bermartabat (brain business) dan menciptakan/menghasilkan serta menyemai/memupuk nilai-nilai moral yang luhur (value creator/institution value builder). Dengan demikian, sebagaimana diuraikan dalam diskusi terdahulu, ITB akan memiliki 5 jenis aktivitas yang akan menjadi sarana utama dalam rangka membangun keadaban mulia bangsa yang kita cita-citakan bersama. (perhatikan gambar diagram “ITB’s Governance” berikut)
Gambar 1. ITB’s Governance
Latar Belakang Permasalahan ITB sejak mula berdirinya (1959), bahkan sejak masa pra ITB (1920), telah memberikan sumbangsih besar pada perjuangan bangsa Indonesia. Sumbangsih besar itu tak terbilang 2
banyaknya, antara lain berupa para alumni (baik yang sangat dikenal seperti Soekarno, maupun lainnya yang sangat banyak jumlahnya) yang pada waktunya telah ikut menentukan arah pergerakan bangsa; maupun berupa karya intelektual (karya cipta dan karya rasa) baik dalam bentuk fisik maupun non fisik. Tradisi peduli dan selalu tampil dengan prima dalam perjuangan bangsa di segala bidang merupakan kebanggaan yang harus senantiasa dipertahankan bahkan ditingkatkan. Citra ITB sebagai patriot penyelamat dan pembangun bangsa, juga sebagai patriot yang mengharumkan nama bangsa Indonesia di mata dunia haruslah dapat selalu diwujudkan. Dengan demikian dalam lingkup nasional peran ITB mempercepat tercapainya Visi Bangsa dan memperkuat ketahanan nasional haruslah dapat dirasakan secara nyata, sedangkan dalam lingkup global peran ITB haruslah mampu mengangkat nama bangsa karena prestasi dan keunggulannya di tingkat dunia yang pada gilirannya akan membuahkan pengakuan dunia pada ITB dan bangsa Indonesia. Permasalahannya sekarang, apakah kita sudah berada pada track yang benar? Apakah kita sudah merintis tradisi untuk selalu lebih baik? Atau malah sebaliknya citra kita sedang cenderung memudar? Apakah kita sedang meringankan beban ataukah justru sedang menambah persoalan nasional? Di dalam era reformasi saat ini dimana masalah korupsi merupakan salah satu bahaya latent yang harus ditumpas, apakah kita mengambil bagian sebagai penumpas ataukah penggagas? Di dalam era keterbukaan dunia dimana pengaruh global sangatlah kuat, tidak jarang membuat banyak pihak menjadi pembeo, tidak jarang menyebabkan pemanfaatan resources nasional lebih menguntungkan bangsa lain daripada bangsa sendiri; dimanakah posisi dan peran kita dalam keadaan seperti ini? Dimana ekonomi masyarakat dan bangsa tak kunjung bangkit, apakah kita peduli? Apakah sudah cukup peran kita dalam mengarahkan kebijakan ITB untuk berpihak pada kemajuan bangsa dan masyarakat luas? Apakah salah bila secara terang-terangan kita berpihak pada masyarakat luas agar bangsa kita cerdas, sejahtera dan bermoral luhur? Apakah kita tidak malu pada para pendahulu bangsa ini apabila mutiara bangsa (anak bangsa terbaik) tidak mampu lagi menjamah ITB sehingga kehilangan peluang untuk berperan maksimal dalam menghiasi nusantara? Apakah kita sudah cukup arif dalam mengatur penggunaan energi kita untuk melahirkan unggulan tingkat dunia? Kita memang harus kuat dan maju, oleh karenanya kita memang harus menata diri sendiri; namun sebelumnya kita harus benar-benar menyadari terlebih dahulu untuk apa kita kuat dan maju. Tidakkah letak nilai amal tergantung pada niatnya? Disamping semua yang sempat diungkapkan di atas, perlu pula kita sadari bahwa ITB hendaknya jangan hanya sekedar melaksanakan keinginan Pemerintah, namun juga harus memiliki niat luhur untuk selalu menjaga agar Pemerintah senantiasa bisa menjalankan amanah. Hal-hal yang saya sampaikan di atas merupakan sebagian dari kegusaran hati yang kiranya perlu mendapatkan perhatian agar kita mampu melangkah dengan tegap, dengan pandangan yang jernih, hati yang bersih dan tekad yang mantap. Dalam keadaan yang demikian itu, InsyaAllah ITB akan mampu mewujudkan visinya.
3
Tantangan & Kebijakan Strategis dalam Melaksanakan Misi dan Mewujudkan Visi ITB Tantangan paling utama menurut hemat saya justru bersumber dari dalam ITB sendiri, walaupun sesungguhnya kita telah memiliki relatif semua modal yang diperlukan untuk berhasil. Modal yang paling utama adalah manusia ITB yang cerdas dan nama besar ITB. Namun harus kita sadari bahwa apa yang kita miliki saat ini adalah hasil kesungguhan masa lau, sedangkan tugas kita bukanlah menikmati hasil masa lalu tetapi menentukan masa depan. Time cycle dinamika perguruan tinggi relatif sangat panjang, untuk itu kita harus sangat arif dalam menentukan kebijakan saat ini agar kita selalu unggul di masa depan. Kekuatan ITB sejatinya berada pada orang-orangnya dan pada kelompok-kelompok masyarakatnya. Persoalannya, apakah sinergi dapat terjadi? Apakah kekuatan yang ada dapat menjadi kekuatan institusi? Apakah sudah cukup jelas dan fokus arah target kita? Dan apakah sudah dengan sungguhsungguh kita mempersiapkan lingkungan kita menjadi tempat yang inspiratif, yang fasilitatif, yang nyaman untuk berkreasi dan berprestasi, sehingga lingkungan kita dapat menjadi magnet yang sangat kuat yang menarik manusia unggul dan berbagai pihak untuk selalu bergairah dan berkreasi unggul dalam brand ITB (institusional). Coba kita bayangkan, apa yang akan terjadi bila suatu saat yang ada tidak bermutu, sedang yang bermutu tak mau tahu; bila suatu saat daya insani lumpuh karena kita tidak pernah peduli untuk memupuk; masing-masing sudah enggan bekerjasama karena keterlibatan yang lain (orang ataupun institusi) hanyalah akan merugikan. Oleh karenanya pendekatan manusiawi harus tetap diutamakan, kata kuncinya adalah membangun kepercayaan melalui kejujuran, keterbukaan, pengakuan, dan penghargaan. Kita semua adalah fasilitator, apalagi managemen ITB, hukumnya wajib. Sekarang coba kita bayangkan, seandainya kita semua bersinergi menjalankan Misi ITB; memulai hubungan (silaturahmi) dengan keinginan untk memberi, bukan hanya untuk meminta apalagi merebut; seandainya kita selalu dapatkan anak bangsa terbaik dan kitapun memberikan yang terbaik pada mereka; kita semua betah bekerja keras dan semakin bekerja keras semakin terasa bahwa ITB itu membanggakan dan menyenangkan. Bila keadaan ini terjadi, alangkah dahsyatnya ITB. Tantangan utama dalam melaksanakan Misi dan mewujudkan Visi ITB disampaikan dalam bentuk pointers di bawah ini. Hanya yang utama saja yang disampaikan disini. Yang dimaksud dengan tantangan utama adalah segala hal yang secara prinsip dapat mengancam, mengganggu, maupun menghambat terlaksananya Misi dan tercapainya Visi; namun apabila kita dapat mengatasinya maka tujuan akan dapat kita capai dengan relatif mudah. Secara umum tantangan dapat disebabkan oleh berbagai sumber di dalam ITB (tantangan internal) dan disebabkan oleh berbagai sumber di luar ITB (tantangan eksternal). Tantangan utama tersebut antara lain: 1. Belum tumbuhnya budaya memberi dalam kehidupan ITB 2. Mutu intake mahasiswa ITB, hendaknya prima dalam mutu intelektual, mutu emosional, mutu spiritual, dan mutu moral 3. Jujur, trust, dan amanah perlu lebih banyak mendapat perhatian agar menjadi spirit dan nilai budaya institusi 4
4. Sistem penghargaan yang adil (hak seharusnya diberikan tanpa harus dituntut oleh yang berhak, diberikan dengan cara terbaik dan dalam kesempatan tercepat) 5. Leadership yang solid (diperlukan leadership sharing antara Rektor, MWA, SA, an MGB: Rektor adalah the first among equals) 6. Struktur income institusi yang kuat, seimbang dan realistis (tidak bertumpu pada dana mahasiswa, maupun dana charity) 7. Belum cukupnya anggaran dan masih banyaknya fasilitas yang harus diupgrade (teaching & research) 8. Konsep bisnis institusi yang masih belum fit & proper 9. Hubungan industrial yang masih jauh dari yang seharusnya bisa dibuat 10. Wibawa ITB (menegakkan wibawa ITB, antara lain: dengan membersihkan diri termasuk alumni dari hal-hal yang terkait dengan KKN, membina hubungan dengan berbagai pihak baik alumni, industri dan lainnya harus dimaksudkan untuk saling memberikan manfaat dan samasekali tidak didasari oleh keinginan untuk mendapatkan charity semata, ikut aktif dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa) 11. Memenuhi standard sebagai WCU (World Class University), apalagi sebagai Research University sangatlah berat. Oleh karena itu perlu dipikirkan kembali orientasi pengembangan ITB, tidak hanya sebagai Research University namun sebagai Research and Technopreneurial University. Lebih diarahkan untuk kepentingan nasional daripada kepentingan global, walaupun harus internationally recognized 12. Memunculkan keunggulan tingkat dunia. Haruslah dipilih bidang-bidang tertentu saja yang sangat potensial terutama karena didukung oleh keunggulan komparatif dan budaya bangsa. Bidang-bidang yang lain lebih diarahkan untuk mendukung kepentingan nasional secara nyata (perlu selalu dikaitkan antara aktivitas riset dan pengembangan ITB dengan manfaat nyata pada peningkatan ketahanan dan kesejahteraan nasional. Perlu pula diupayakan keberpihakan ITB pada tumbuhnya industri kreatif nasional. Hal ini diperlukan sebagai wujud resposibilitas ITB pada Bangsa dan Negara yang pada gilirannya akan menghasilkan return dengan gain yang sangat besar bagi ITB)
Target Kepemimpinan ITB (pengkodisian awal) ITB adalah tatanan yang kompleks. Hal ini disebabkan oleh keanekaragaman karakter yang membentuknya, keluasan Misi yang diembannya, keluhuran Visi yang ingin dicapainya, serta peran dan kedudukannya yang unik dalam perjalanan bangsa. Dalam kacamata saya, bukan hanya kiprahnya saja yang harus mondial, lebih dari itu ITB juga harus menganggap bahwa resources ITB adalah worldwide; dimana ada alumni, dimana ada mitra, dimana ada simpatisan, dimana kita berjuang mewujudkan idealism ITB, maka disitu selalu akan ada resources kita. Oleh karena itu ITB hendaknya jeli, cerdas dan arif untuk memanfaatkan peluang yang ada diman-mana. Budaya setia dan terpercaya juga harus mendasari hubungan ITB dengan siapa saja. Dari sini terlihat jelas bahwa sesungguhnya semua tantangan akan dapat diatasi, asalkan kita dapat mengelola manusianya. Maka sumber daya insani adalah sumber dari efektifnya 5
segala sumber daya yang lain, untuk itu haruslah menjadi fokus dari pertimbangan kita dalam menetapkan setiap kebijakan. Dengan demikian lebih jelaslah bahwa leadership yang solid yang mampu memfungsikan system kompleks ITB secara serempak, yang membuat setiap bagian mengambil inisiatif untuk bergarak, beradaptasi, bersinergi, adalah suatu keniscayaan. Oleh karena itu kepemimpinan ITB hendaknya mengutamakan agar tercipta kondisi sedemikian rupa sehingga sumberdaya insani menjalankan funsinya dengan baik di semua lini. Tabel di bawah ini menggambarkan target inti/utama dari kepemimpinan yang diperlukan. Internal 1. Tertib, lancar, memenuhi standard 2. Budget mencukupi
Governance Corporate
1. Excellent dalam proses dan hasil 2. Fasilitas baik, up to date, dan cukup
Academic
1. Nyaman, menyenangkan, dan inspiratif 2. Sejahtera & adil
Community
Eksternal 1. Hasil audit WTP 2. Aliansi strategis dalam jaringan yang luas 1. Internationally recognized (WCU)
1. Civitas akademika dan Alumni mendapat tempat penting dan terpuji di Masyarakat
Program Prioritas 2010-2014 Pada bagian ini akan disampaikan secara garis besar (tema/sub tema) Program, yang dalam implementasinya bisa meliputi beberapa aktifitas. Program yang akan menjadi prioritas dalam kepemimpinan ITB 2010-2014 secara umum adalah: A. Mengharumkan Citra ITB B. Membangun trust baik dalam kehidupan internal ITB maupun dalam hubungan dengan jejaring eksternal (terutama dengan stakeholders); jujur dan trust (amanah) sebagai budaya C. Mengankat standard menuju WCU (World Class University) D. Mengarahkan orientasi ITB sebagai Research & Technopreneurial University E. Menetapkan dan memfasilitasi secara khusus beberapa bidang khas Indonesia yang sangat potensial untuk menjadi unggulan kelas dunia F. Mengarahkan dan memfasilitasi secara khusus beberapa bidang yang sangat potensial untuk menopang perekonomian nasional serta secara aktif mengupayakan suatu kemitraan strategis dengan industri dan pihak-pihak terkait G. Memberi perhatian khusus untuk mempercepat pertumbuhan industri kreatif H. Membuka peluang bagi putra-putri bangsa terbaik untuk sekolah di ITB dengan beasiswa penuh (“gratis”) 6
I. Membangun aliansi strategis dengan beberapa Lembaga terkemuka bangsa dengan target nyata yang fokus pada penyelesaian masalah bangsa dan atau pencapaian Visi bangsa J. Menata dan menerapkan konsep Good University Governance ITB melalui Good Corporate Governance, Good Academic Governance, dan Good Community Governance K. Melalui komunikasi intensif menggerakkan semua unit untuk proaktif mengambil peran sebagai dinamisator kemajuan, kemandirian dan kemartabatan dengan menetapkan key performance indicator (KPI) bagi tiap unit sesuai Misi, Visi, dan target L. Melanjutkan capaian WTP (wajar tanpa pengecualian) sebagai hasil audit keuangan ITB M. Meningkatkan mutu pelayanan ITB baik eksternal maupun internal dengan menetapkan standard layanan baku sehingga memberikan kenyamanan yang prima N. Mengupayakan agar bisnis institusi bermartabat (brain business) dan pembentukan nilai-nilai moral merupakan aktivitas yang tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan aktivitas Tridharma Perguruan Tinggi (sejatinya ke dua hal tersebut di awal juga merupakan Dharma Perguruan Tinggi) O. Membangun bisnis bermartabat menjadi kekuatan nyata ITB dengan melibatkan kaum profesional lebih banyak dan lebih intensif P. Mengambil peran aktif dalam penegakan nilai-nilai moral, terutama dalam kehidupan kampus, alumni, dan juga masyarakat Q. Mengupayakan semaksimal mungkin agar ITB dapat memanfaatkan tersedianya danadana hibah baik dari Pemerintah, Industri, dan masyarakat; demikian pula secara khusus mengupayakan diperolehnya dana hibah luar negeri R. Mengutamakan pendekatan kultural (silaturahim) dalam penyelesaian berbagai persoalan, terutama persoalan internal S. Secara bertahap mengupayakan agar tingkat kesejahteraan warga ITB menuju tingkat terbaik di Indonesia; untuk itu perlu dibuat standard T. Memperluas ruang gerak kreatif sivitas akademika (terutama dosen dan mahasiswa), baik di dalam kampus maupun di luar kampus; untuk itu akan dibuat kerangka pengembangan kreativitas U. Mengkaji daya dukung kampus dan menata kembali kehidupan kampus agar dapat dihasilkan produk kampus secara optimal
Penutup Demikian uraian yang dapat saya sampaikan saat ini sebagai bahan pemicu diskusi di Senat Akademik ITB. Mungkin masih banyak yang tertinggal di dalam benak. Semoga melalui tulisan ini, diskusi yang direncanakan akan dapat menggali lebih luas pemikiran-pemikiran yang belum tersampaikan. Atas segala kekurangan saya mohon maaf dan atas perhatiannya saya sampaikan banyak terimakasih.
Bandung, 5 Oktober 2009 7