MEMBANGUN MANUSIA INDONESIA YANG BERMUTU, MAJU, BERBUDAYA DAN MANDIRI Pada suatu hari nanti, apabila komitmen dan perhatian pemerintah serta seluruh rakyat benar-benar ditujukan pada pemberdayaan keluarga dan manusia Indonesia, terutama yang miskin atau kurang mampu, dan berhasil, maka Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai akan menjadi suatu negara besar yang bermartabat, terhormat, dan disegani oleh kawan maupun lawan. Rakyat akan makmur dalam keadilan, dan adil dalam kemakmuran, sehingga bisa merasakan hidup dalam kedamaian, persatuan dan kesatuan yang kokoh bersama keluarga dan masyarakatnya, mampu menciptakan kehidupan berbudaya yang dinamis. Manusia Indonesia akan tampil sebagai bangsa yang maju, mempunyai kreatifitas tinggi, mandiri dan berbudaya, utamanya iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu keberpihakan pemerintah dalam pemberdayaan manusia, khususnya yang kurang mampu dan menderita, merupakan langkah strategis yang manusiawi sebagai wujud nyata dari kewajiban luhur memenuhi tututan rakyat yang memberikan kepercayaan kepadanya. Langkah besar itu akan memperkokoh legitimasi yang telah diberikan rakyat dan sekaligus menjadi tuntunan bagi masyarakat luas untuk melakukan hal serupa. Apabila kelanggengan legitimasi itu dipelihara dengan baik, kredibilitas tidak saja bertambah kuat tetapi langkahlangkah berikutnya akan mendapat dukungan yang luar biasa. Komitmen pemberdayaan yang berpihak merupakan pilihan satu-satunya untuk saat ini dan masa depan yang masih panjang karena Republik Indonesia kita dikaruniai kekayaan sumber daya manusia yang melimpah, bertambah dengan jumlah yang tidak kecil setiap tahun, belum sempat berpartisipasi secara luas dalam pembangunan, dan mempunyai sejarah panjang sebagai bangsa yang menghargai persatuan dan kesatuan. Dengan pemberdayaan yang komprehnsif dan sungguh-sungguh, keluarga dan penduduk Indonesia yang melimpah akan tampil beda. Mereka akan menjadi kekuatan maha dahsyat yang apabila didukung dan didorong dengan arahan dan motivasi yang kuat, tepat dan benar, akan mampu mendobrak apa saja yang menjadi penghalang kemajuannya. Karena itu pendekatan pemberdayaan keluarga dan manusia Indonesia harus menjadi prioritas yang sangat tinggi. Proses ini, biarpun lamban, karena penduduk Indonesia umumnya miskin, pendidikannya rendah dan terbelakang, apabila dikerjakan dengan sungguh-sungguh, dimulai sejak saat penduduk berusia dini, secara komprehensif, dilakukan secara berkelanjutan dan didukung dengan suasana yang kondusif, hampir pasti menghasilkan generasi keluarga dan manusia Indonesia baru yang sangat berbeda dengan keadaan kita di masa lampau. Mengacu pada keperluan pokok untuk meningkatkan mutu manusia, pemberdayaan sebaiknya diarahkan secara tepat dan pragmatis, yaitu secara sadar
1
dilakukan dengan menempatkan manusia dan keluarga yang mampu menjemput bola. Mampu mengakses berbagai prasyarat utama yang menjadikannya sumber daya yang mumpuni, yaitu sehat, cerdas, terampil, kreatif, dan mandiri. Untuk itu pertama-tama setiap penduduk harus mempunyai pengetahuan yang luas tentang syarat-syarat yang dibutuhkan, mampu mengakses dengan mudah berbagai fasilitas untuk hidup sehat, cerdas dan mandiri. Pemerintah dan masyarakat yang peduli secara terpadu menyediakan akses yang mudah dijangkau untuk pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelatihan untuk mengembangkan kemampuan ekonomi keluarga yang kondusif. Tiga komponen pokok tersebut merupakan bagian dari program utama, atau variabel utama, yang apabila ditangani dengan baik akan mendorong peningkatan mutu manusia yang secara global biasa diukur dengan Human Development Index (HDI). Komponen tersebut harus menjadi acuan utama karena selama ini Indonesia selalu berada pada posisi ujung yang sangat buruk dibandingkan dengan negara-negara Asean, atau Asian lainnya. Dalam proses memacu mutu manusia tersebut, Hidup Sehat tidak cukup dengan pelayanan kesehatan gratis, atau adanya kesediaan yang mudah diakses, tetapi setiap penduduk harus mempunyai kesadaran yang tinggi untuk hidup sehat, dikelilingi suasana, lingkungan dan budaya yang dinamis untuk mendukung pola hidup sehat yang berkelanjutan. Dalam suasana tersebut, pelayanan kesehatan menempatkan penduduk sebagai titik sentral dengan perhatian dan kemampuan jemput bola yang tinggi. Dengan demikian setiap penduduk mempunyai akses terhadap pemberdayaan kesehatan yang bermutu tanpa harus menunggu kesadaran yang tinggi, karena apabila keadaan itu belum tercapai, berhubung kondisi sosial ekonomi yang terbatas, pelayanan kesehatan mengembangkan diri sebagai pelayanan yang menjemput penduduk dan mempersiapkannya sebagai bagian dari pembangunan budaya hidup sehat yang dinamis. Akses untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat diperlukan sebagai persiapan untuk memungkinkan hidup sehat yang panjang, penuh tantangan dan dinamis. Persiapan hidup sehat yang panjang dan dinamis memerlukan usaha terkait dengan ekonomi keluarga yang bebas kemiskinan, bebas dari kebodohan dan bebas dari rasa nrimo atau pasrah yang mengganggu dinamika. Lebih dari itu hidup sehat yang panjang memungkinkan setiap manusia, yang nantinya akan menjadi manusia unggul, untuk mempergunakan setiap kesempatan yang terbuka, sempit atau luas, atau merubah tantangan yang menghadang, menjadi kesempatan baru untuk membangun dan menyumbang kepada upaya meningkatkan derajat dan martabat bangsa. Ibu mengandung bukan dipersiapkan sejak seseorang mulai hamil tetapi jauh hari sejak masih remaja dengan peningkatan pengetahuan tentang masalah reproduksi yang sehat dan sejahtera. Dengan demikian segera setelah menikah seorang ibu sudah siap memberikan rangsangan hidup sehat dan kecerdasan kepada janin yang dikandungnya.
2
Proses yang nampaknya sederhana memerlukan kerjasama antara kedua orang tua, sehingga salah besar untuk memberikan beban tentang perawatan ibu hamil hanya kepada seorang ibu dalam suatu keluarga, tetapi seluruh keluarga, ibu, bapak dan anggota keluarga lain, harus secara sungguh-sungguh terlibat. Proses mendidik dan memberikan latihan ketrampilan kepada manusia dimulai tidak pada waktu seorang bayi dilahirkan, tetapi justru semenjak bayi tersebut masih dalam kandungan orang tuanya. Karena itu pelayanan kesehatan di masa depan perlu dikembangkan secara dinamis karena bukan saja melayani orang sakit, tetapi justru melayani jutaan orang sehat agar tetap sehat. Kalau melayani orang sakit, terutama tenaga muda, adalah bukan saja agar sehat kembali, tetapi lebih sehat dan mampu memberikan sumbangan terhadap pembangunan bangsa dan negaranya. Pelayanan kesehatan membantu lansia, penduduk usia lanjut, agar bisa menikmati hidup sejahtera pada usia tua, terutama setelah seluruh hidup remaja dan mudanya dibaktikan kepada nusa dan bangsanya. Suasana damai yang penuh cinta kasih antar generasi, antara lansia dan antara kedua orang tua dalam suatu rumah tangga, alunan musik merdu yang didendangkan dalam suasana syahdu religius yang mengantar setiap detik di sekelilingnya, merupakan prasyarat tidak saja lingkungan yang sehat, tetapi memberi hempasan yang kondusif terhadap pemberdayaan hidup masa depan yang damai dan cerdas. Oleh karena itu segera setelah seorang bayi dilahirkan, setiap keluarga harus menyambutnya dengan senyum kebahagiaan untuk menjamin bahwa suasana yang samar-samar disaksikannya dari dalam kandungan ibunya, benarbenar merupakan keadaan nyata yang akan mengantar bayi itu mengarungi kehidupan nyata dengan penuh harapan. Sambutan itu diikuti oleh setiap keluarga Indonesia yang tingkat sosial ekonominya masih rendah dengan segera bersatu untuk secara gotong royong mengantar bayi itu menempuh hidup yang penuh dinamika selama mengarungi masa balitanya. Karena keluarga dan penduduk masa depan mengemban tanggung jawab membawa bangsanya sejajar dan bahkan lebih sejahtera dibanding bangsa-bangsa lain di dunia, pelayanan kesehatan tidak saja melayani kebutuhan masyarakat, tetapi juga dengan simpati yang tinggi berusaha menjemput bola membangun bangsa yang sehat lahir dan batin. Bangsa ini membangun budaya hidup sehat dan sejahtera dengan motivasi dan kinerja yang tinggi agar setiap penduduk tidak saja mempunyai kemampuan fisik yang dapat diandalkan, tetapi juga otak yang cemerlang, mampu bekerja keras, bukan sekedar menyelesaikan tugas yang tertinggal jauh, tetapi bersifat visioner utamanya mampu menyiapkan kesempatan baru agar bisa tampil secara kompetitif bersama bangsa maju lainnya.
3
Bangsa ini dengan komitmen yang sangat tinggi perlu menempatkan peningkatan kemampuan dan ketrampilan rakyatnya sebagai idola dalam pembangunan bangsa. Segala biaya yang diperlukan harus disediakan bukan semata-nmata sebagai retorika yang indah tetapi karena kesadaran yang tinggi bahwa masa depan bangsa terletak pada kualitas kecerdasan dan ketrampilan hampir 250 juta rakyatnya. Upaya pendidikan dan peningkatan ketrampilan menjadi bagian dari budaya yang segar dan selalu aktual selama hayat dikandung badan. Setiap penduduk mendapat kesempatan meningkatkan kecerdasan intelektual dan pelatihan tiada henti sejak masih dalam kandungan sampai akhirnya kembali kepada khaliknya. Ini berarti bahwa perhatian yang tinggi terhadap masalah pendidikan harus tidak kenal batas umur atau batas tingkatan. Dengan adanya program KB, dan anjuran untuk mempunyai anak “dua saja” atau sesedikit mungkin, bangsa Indonesia seharusnya sadar bahwa setiap anak sebagai titipan Tuhan Yang Maha Kuasa adalah “Anak Indonesia”. Anak tersebut harus dipelihara dengan tingkat kesehatan yang prima dan kecerdasan otak yang maksimal. Anak Indonesia harus mampu membawa Sang Merah Putih berkibar dengan penuh kebanggaan di seluruh dunia. Karenanya pemeliharaan hidup sehat dikembangkan bersama-sama dengan mengantar setiap anak bangsa untuk dengan sungguh-sungguh mengikuti pendidikan di sekolah dan berbagai pelatihan ketrampilan adalah syaraat utama untuk membangun sumber daya yang bermutu. Dengan latar belakang pendidikan yang bermutu setiap anak bangsa bisa bekerja keras menghasilkan produk yang dapat disumbangkan untuk kejayaan bangsanya. Agar dicapai hasil secara maksimal, kesediaan dalam menempuh pendidikan dan pelatihan sesungguhnya dimulai sejak sangat dini agar kualitas penduduk bisa mencapai tingkat yang memadai dan setiap anak bangsa mampu bersaing dengan jutaan penduduk dari negara maju lainnya. Untuk keperluan ini, yaitu menyediakan fasilitas pendidikan dan pelatihan yang bermutu dan memadai, pemerintah dan masyarakat mempunyai tanggung jawab dan kewajiban yang seimbang. Karena itu pemerintah harus bisa menjadi fasilitator yang bijaksana agar berbagai fasilitas yang dibangun bersama tersebut secara luas mudah diakses oleh penduduk dan keluarga Indonesia di manapun mereka berada. Dengan secara gotong royong keadaan fasilitas pendidikan yang dianggap belum mencukupi segera bisa dilengkapi dengan cakupan yang lebih luas, baik pada tingkat dasar, dan juga pada tingkat menengah dan tinggi. Kelengkapan yang memadai akan mendorong anak-anak dan remaja Indonesia dengan mudah memperoleh kesempatan yang adil dalam menikmati fasilitas yang diperlukannya.
4
Untuk mengembangkan kemampuan melalui bidang pendidikan, setiap anak bangsa tidak mempunyai pilihan, harus melakukannya dengan partisipasi yang tinggi dan berkelanjutan. Proses pendidikan berlaku umum. Siapapun tidak bisa melakukannya dengan tiba-tiba, di karbit, atau dicipta dan dibuat secara massal dalam waktu singkat seperti produk manufaktur. Proses pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan harus dilakukan secara bertahap dan komprehensif karena berhubungan dengan masalah manusia dan kemanusiaan. Karena itu proses pemberdayaan melalui pendidikan dan pelatihan memerlukan pendekatan yang ceria, gembira dan membanggakan setiap warga negara. Proses ini tidak saja memerlukan dukungan pemerintah yang sangat kuat, tetapi menjadi bagian dari budaya bangsa yang agung dan hidup subur di hati sanubari setiap warganya. Setiap warga, keluarga dan anak bangsa akan merasa rugi dan sangat menyesal apabila tidak bisa mengikuti proses tersebut, atau membantu setiap warganya mengikuti proses dengan gembira dan penuh kebanggaan. Karena pendidikan merupakan bagian budaya yang agung, seharusnya Pemerintah dan warga yang beruntung akan berbahgia dan bangga apabila memperoleh kesempatan ikut serta membangun bidang pendidikan dan pelatihan tersebut. Lebih-lebih lagi bidang ini sekaligus merupakan ajang pembangunan kebanggaan dan kejayaan bangsanya. Kalau sampai sekarang hal ini belum terwujud, disamping bekerja keras membangun sarana dan prasarana bidang pendidikan sebagai sarana budaya belajar, bangsa ini sebaiknya bekerja keras membangun budaya belajar dan bekerja keras sebagai bagian dari budaya baru bangsanya. Dengan budaya belajar dan bekerja keras tersebut hampir pasti bangsa besar ini akan melaju dengan dinamika yang tinggi untuk mengejar bangsabangsa yang telah lebih dahulu maju. Budaya kerja keras itu mensyaratkan bahwa setiap warganya bekerja, apa saja yang dianggap halal. Setiap ibu rumah tangga, ya setiap anak gadis, sejak masih kanak-kanak harus pula tidak disisihkan dengan anggapan kalau besar nanti mengikuti suami dan tidak perlu bekerja kecuali di dapur masak dan momong anak-anaknya di rumah. Setiap anak gadis disiapkan untuk menjadi anak Indonesia yang siap bekerja seperti rekan-rekannya anak laki-laki sehingga merekapun mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai sesama anak bangsa. Kesempatan kerja dibuka sama adilnya sehingga sumbangan mereka kepada kejayaan bangsa dan negaranya tidak dianggap sebagai angin lalu. Mereka mempunyai hak dan kewajiban yang sama bukan karena desakan aktifis HAM dalam dan luar negeri, tetapi karena memang bagian dari budaya bangsa yang kita junjung tinggi. Sumbangan yang sama ideal dan sangat besar akan menempatkan bangsa dengan jumlah penduduk yang melimpah menjadi bangsa besar dengan harapan masa depan yang tinggi. Sekaligus, dengan budaya yang menempatkan manusia
5
sebagai titik sentral pembangunan, setiap anak bangsa akan memperoleh kesempatan yang terhormat untuk menyumbang kepada kejayaan bangsa dan negaranya. Dengan demikian bangsa dan negara ini akan segera mampu berdiri secara terhormat diantara bangsa-bangsa maju lainnya. Karena proses tersebut mengacu pada standard internasional sebagai upaya pengembangan kualitas manusia yang diukur dengan Human Development Index (HDI), dimana Indonesia terpuruk pada urutan nomor diatas angka 110, maka bangsa ini bisa menjadikannya gerakan nasional yang luas dan terarah. Dengan kerja keras yang sungguh-sungguh hampir pasti kita akan mampu maju terus mencapai kualitas penduduk yang cemerlang. Selanjutnya, dengan gerakan yang maha dahsyat itu dengan mulus bangsa ini mengentaskan kemiskinan bukan karena pembagian uang secara langusng sebanyak Rp. 100.000,- setiap bulan, tetapi karena manusianya yang kreatif mau bekerja keras dan mengerahkan segala kemampuannya dengan dilandasi persatuan dan kesatuan yang kokoh dalam hidup berdampingan secara damai. Dalam tataran global upaya pengentasan kemiskinan telah disepakati sebagai program dengan prioritas yang sangat tinggi. Kesempatan ini sebaiknya dipergunakan agar bangsa Indonesia tidak saja bekerja sendiri, tetapi ikut serta dalam gerakan arus kuat dunia memberantas kemiskinan. Sebagai bangsa yang besar, keikut sertaan dan keberhasilan bangsa ini dalam mengentaskan penduduk dari lembah kemiskinan akan merupakan kontribusi yang luar biasa. Karena itu pedoman umum dalam pembangunan yang menempatkan manusia sebagai titik sentral adalah melaksanakan komitmen global dalam mencapai target dan sasaran Millenium Development Goals (MDGs). Untuk itu, upaya-upaya yang diuraikan dimuka sebaiknya dikembangkan sebagai gerakan dengan cakupan materi yang diperluas dan dipertajam dengan perhatian pada unsur-unsur utama MDGs sebagai berikut : -
-
Pengentasan Kemiskinan, dengan menegaskan perlunya peningkatan kesadaran tentang hidup sehat, pengembangan sikap dan pengetahuan tentang hidup sehat, serta peningkatan pelayanan preventif dan kuratif dalam bidang kesehatan. Pengembangan pendidikan dan pelatihan yang terpadu, berkelanjutan dan berkeadilan, sehingga setiap anak mampu berdiri secara mandiri. Untuk itu diperlukan pemberdayaan dan dukungan sosial ekonomi yang berkelanjutan untuk penduduk rentan dan keluarga kurang mampu Perhatian yang sungguh-sungguh terhadap penanganan penyakit rakyat yang menonjol dan segera mendapat perhatian bersama di lapangan, utamanya tentang kesehatan reproduksi, termasuk bahaya serangan Virus HIV/AIDS dan penyalah gunaan narkoba, penurunan tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan, penurunan tingkat kematian anak dan remaja, dan masalah kesehatan penduduk lanjut usia. Penyakitpenyakit yang umum terjadi di daerah tertentu seperti malaria, flu
6
-
-
-
-
-
burung, dan lainnya perlu dijelaskan kepada rakyat banyak dan diberi bantuan penanganannya secara cepat Perlu penjelasan kepada rakyat peranan yang konkrit dan rencana kerja dari berbagai stakeholders utama, yaitu pemerintah, dalam hal ini Menko Kesra dan Departemen Kesehatan, Gubernur, Bupati, dan Walikota, serta para penggerak masyarakat seperti PKK, IDI, POGI, IBI, Perhimpunan Rumah Sakit, alim ulama dan organisasi masyarakat peduli kesehatan lainnya. Di dalamnya diuraikan strategi penyegaran Posyandu, penyegaran dan peningkatan mutu bidan yang ditugaskan di desa, kebijaksanaan pelayanan kesehatan di desa, dan dukungan referal pada tingkat kecamatan dan kabupaten/kota Peningkatan kesadaran dan pengetahuan hidup sehat sejahtera dan pendidikan yang merata untuk generasi muda, baik melalui sekolah, maupun melalui jalur luar sekolah untuk anak-anak DO dan anak usia sekolah yang tidak sempat sekolah. Perhatian khusus harus diberikan kepada anak perempuan bukan saja karena pertimbangan kesetaraan gender, tetapi karena umumnya anak-anak perempuan tersebut kurang mendapat perhatian Penyebaran petunjuk yang jelas tentang penanganan Lingkungan Hidup dan hubungannya dengan kesehatan, pengembangan manusia dan wilayah huniannya. Penanganan lingkungan difokuskan pada daerah kumuh dimana konsentrasi penduduk kurang mampu bertempat tinggal agar resiko kurang dukungan bisa dihilangkan Uraian yang jelas tentang Strategi Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang mendukung tumbuh kembangnya gerakan secara dinamis, luas dan berkesinambungan. Termasuk di dalamnya peranan para tokoh dan media masa untuk menyambut gerakan ini dengan partisipasi dan dukungan yang tinggi dan berkelanjutan; Pengembangan kerjasama dan dukungan anggaran untuk membangun kebersamaan antar kabupaten, antar propinsi dan antar negara dalam penanganan kesehatan, anjuran hidup sehat, cerdas dan sejahtera
Karena tujuan dan sasaran MDGs harus dicapai secara tuntas pada tahun 2015, maka sebaiknya segera disiapkan dan ditetapkan suatu rangkaian kegiatan bertahap dengan akselerasi yang dinamis. Kegiatan tersebut tidak terpisah-pisah untuk setiap bidang menurut keadaan dan kebutuhan daerah, tetapi secara terpadu dalam kerangka pembangunan dengan mengundang partisipasi yang luas dari masyarakat. Pilihan pada pedoman MDGs tersebut sangat tepat karena mengacu pada prioritas pengentasan kemiskinan yang tinggi. Untuk bidang kesehatan misalnya, bisa diterjemahkan sebagai upaya mengatasi rendahnya pengetahuan tentang masalah kesehatan rakyat yang menonjol, membangun sikap dan tingkah laku hidup sehat, serta menggerakkan partisipasi membangun lingkungan yang sehat. Begitu pula masyarakat bisa saling membantu untuk meningkatkan akses penduduk terhadap pelayanan kesehatan di tingkat pedesaan, mengembangkan kemudahan mendapatkan obat kalau sakit, dan memperoleh rujukan pelayanan kesehatan pada tingkatan yang lebih tinggi dengan mudah.
7
Pendekatan ini berbeda dengan penyelesaian sementara yang menyediakan pelayanan kesehatan secara gratis, karena ukurannya adalah apakah penduduk mempunyai kemudahan akses terhadap pelayanan kesehatan, pada tingkat preventif maupun kuratif. Dengan demikian, menurut pendekatan ini, perhatian pada bidang kesehatan lebih dipertajam dengan menempatkan anak-anak remaja perempuan dan ibu-ibu yang sedang mengandung dan melahirkan sebagai sasaran utama. Mereka diperkenalkan kepada upaya hidup sehat dengan tujuan agar pada waktu mengandung tetap sehat dan melahirkan anak bangsa dengan kualitas tangguh. Proses perkawinan terjadi pada saat yang tepat dimana anak laki-laki dan anak perempuan telah mengikuti proses pendidikan dan pelatihan dengan cukup sebagai bekal membangun keluarga yang sajahtera. Karena itu usia perkawinan menjadi matang untuk membangun keluarga sebagai inti dari bangsa yang bersatu dan berkualitas. Kalau keluarga mengandung dan melahirkan hampir pasti akan selamat dan dapat meneruskan perjuangannya untuk kesejahteraan bangsa dan negaranya. Tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan akan rendah dan menempatkan bangsa ini sebagai bangsa yang beradab karena tidak membunuh anak bangsanya pada saat yang terbaik dalam hidupnya. Untuk itu, sesuai pula dengan harapan dunia, lingkungan di daerah kumuh akan dibenahi sehingga setiap anak bangsa yang hidupnya sedang menanjak dari keadaan yang sangat tidak terhormat mendapat stimulan lingkungan dan jaringan pembangunan yang memadai. Semangat kebangkitan yang sedang timbul bukan menjadi perjuangan politik menentang pemerintah, tetapi semua anak bangsa sibuk membangun bersama pemerintah karena suasana yang kondusif mengiringi pengembangan diri dan harga dirinya dengan mantab dan berkelanjutan. Fasilitasi bidang pendidikan bukan terseok sekedar menyelesaikan wajib sekolah dalam tataran pendidikan dasar sembilan tahun, tetapi meluas jauh pada upaya menghilangkan kesenjangan antar usia, antar gender, antar daerah, dan antar etnik yang merata sehingga setiap anak dan remaja memperoleh kesempatan yang bermutu dan luas. Kesempatan mengembangkan diri secara demokratis dan terhormat sesuai pilihan dan aspirasinya. Dengan demikian, demokrasi dan tataran sumbangan anak bangsa dalam kerjasama internasional akan menempatkan setiap anak warga secara terhormat karena mutu, kemampuan dan rasa percaya dirinya yang tinggi. Dengan mengacu pada strategi MDGs, maka ukuran keberhasilannya ditentukan dengan jelas, yaitu partisipasi seluruh anak bangsa dalam menangani dan dalam mengakses pelayanan pembangunan agar bisa memelihara hidup sehat dan cerdas sebagai landasan untuk mencapai kesejahteraan yang diidamkannya. Ini berarti bahwa upaya-upaya pembangunan tersebut mempunyai tahapan
8
tahapan dengan ukuran partisipasi disamping ukuran-ukuran standard masingmasing bidang yang umum seperti usia harapan hidup, tingkat kematian, kelahiran, tingkat hunian rumah sakit dan partisipasi dalam bidang pendidikan dan lainnya. Untuk itu, upaya-upaya pembangunan diterjemahkan dengan gamblang dalam bahasa sederhana berupa kegiatan nyata yang mengundang partisipasi pada tingkat akar rumput di pedesaan dan pedukuhan. Operaionalisasinya dilakukan dengan dukungan kuat dan bersifat menjemput bola dari jajaran pemerintah pada tingkat kecamatan, tingkat Kabupaten – Kota, tingkat Propinsi, Pusat dan jaringan donor Internasional lainnya. Pendekatan diatas dibarengi dengan upaya memperbaiki kuantitas dan kualitas “supply” pelayanan, seperti rumah sakit, Puskesmas, dan pelayanan dokter jemput bola, dan juga penyediaan gedung sekolah dan perlengkapan yang memadai. Semuanya mengacu pada ajakan dan fasilitasi partisipasi masyarakat yang tinggi sesuai jiwa deklarasi MDGs yang disepakati seluruh anggota PBB pada tahun 2000. Seperti diketahui, deklarasi PBB tersebut merupakan undangan, ajakan dan pemberdayaan tidak saja kepada pemerintah, tetapi juga seluruh anak bangsa untuk berpartisipasi dalam pembangunan mencapai sasaran-sasaran yang disepakati dalam periode yang ditentukan. Pilihan strategi diatas menjadi kerangka suatu gerakan nasional yang memerlukan strategi penyebaran gerakan yang lebih luas. Strategi penyebaran ini memuat dukungan Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang kuat pada tataran sikap dan tingkah laku, pengembangan budaya yang kondusif, agar setiap upaya yang dilakukan tidak berakhir sebagai benda monumental yang beku tanpa tindak lanjut di masyarakat luas. Gerakan secara cepat berlanjut menjadi gerakan rakyat yang marak di pedesaan dan pedukuhan yang menjelma menjadi budaya hidup sehat, cerdas dan bekerja keras yang luas dan berkelanjutan. Karena kita membangun gerakan nasional yang luas dan berkelanjutan, diperlukan rangkaian pertemuan untuk menyamakan visi dan misi yang berkelanjutan dari tingkat pusat, propinsi. kabupaten dan pedesaan. Pertemuanpertemuan itu segera diikuti kegiatan nyata di tingkat kabupaten dan kota dengan penyegaran Posyandu, penyediaan dan peningkatan mutu bidan di desa, pengembangan solidaritas hidup sehat, pendidikan dan pelatihan-pelatihan di pedesaan tentang hidup sehat dan bekerja keras serta cara-cara sederhana untuk pencegahan penyakit yang umum pada rakyat, kegiatan pembersihan lingkungan menjelang hujan dan banjir, kesehatan sekolah, dan pelayanan kesehatan pada tingkat pedesaan dan pedukuhan. Begitu pula dengan pelayanan pendidikan dan pelatihan yang bermutu dan tersebar luas. Dengan pendekatan secara komprehensif dan terpadu tersebut, kemiskinan bukan saja dihapuskan tetapi sekaligus mutu dan budaya bangsa berubah menjadi budaya unggul yang menempatkan manusia sebagai titik sentral pembangunan
9
secara terhormat, membangun manusia Indonesia yang bermutu, maju, berbudaya dan mandiri. Jakarta, 10 Nopember 2005
10