Made in Indonesia
Fokus Mengembangkan Bisnis Karoseri Bus Teknologi
Tapak Rantai Tank Scorpion dan AMX Buatan Lokal Inspirasi
Bukalapak: Mendorong IKM Bertransaksi Online
Menjadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri Edisi Edisi 01 01 2017
Daftar Isi /List of Contents
Dari Meja Redaksi Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan industri sebagai tulang punggung perekonomian nasional adalah mendorong penggunaan produk buatan industri nasional melalui program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). Melalui program ini, instansi pemerintah diwajibkan untuk memprioritaskan penggunaan produk dalam negeri dalam setiap pengadaan barang/jasa. Sehingga, nantinya industri nasional dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Majalah Karya Indonesia (KINA) Edisi 01/2017 ini mengangkat berbagai perusahaan yang memiliki keunggulan teknologi sehingga menghasilkan produk-produk dalam negeri berkualitas tinggi. Selain itu, juga diangkat beberapa hasil litbang unggulan balai-balai di lingkungan Kemenperin, serta berbagai artikel menarik lainnya.
a ktua li ta
m a d e i n i ndo ne s i a
04
Menjadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri
10
08
Program P3DN Perlu Dihidupkan Kembali
12 Karoseri Laksana 14
PT Teknik Tadakara Sumberkarya
16
PT PAL Indonesia
20
22 PT Sugih Instrumendo Abadi
49 Balai Besar Teknologi
56
Pencegahan Pencemaran Industri
52 Balai Besar Logam
30 CV Karya Hidup Sentosa 32
PT Rutan
34
PT Pindad (Persero)
PT IRC INOAC
44 PT Singa Mas Indonesia
INS PI R ASI 54 Solo Techno Park
Standardisasi Medan
PT Barata Indonesia
42 PT Pertamina Lubricants
60
46 Balai Riset dan
28
40
PT Jogja Inovasi Teknologi
TEKNOLO G I
PT OM HWAHAHA
38 PT Hafi Energi Indonesia
24
49
26
36 PT Telepico Industri Elektronika
20 PT Dirgantara Indonesia
dan Mesin
Balai Besar Kerajinan dan Batik
60
BukaLapak
O PINI 64
Membangun Industri Otomotif Nasional
a pa & s i a pa 66 Saatnya Membantu Pemerintah
Happy reading.
Pemimipin Umum: Haris Munandar Pemimpin Redaksi: Setia Utama Wakil Pemimpin Redaksi: Siti Maryam Redaktur Pelaksana: Habibi Yusuf Sarjono Editor: Ni Nyoman Ambareny, Feby Setyo Hariyono Fotografer: Andi Suandi Anggota Redaksi: Manangi Manalu, Krisna Sulistiyani, Titin Fauziyah Rochmawati, Arief Febriant Putra
PT Lelangon
18
Selamat membaca.
One of the government’s efforts to increase the industrial development as the backbone of national economy is by encouraging the use of products made by the national industry through the Program of Enhancement Domestic Product Use (P3DN). Through this program, government agencies are required to prioritize the use of domestic products in every procurement of goods/services. So, later the national industry can be the host in their own country. Magazine Karya Indonesia (KINA) edition 01/2017 elevates various companies that have technological advantages to produce high quality domestic products. In addition, it also exposes some excellent R&D results done by the Ministry of Industry, as well as various other interesting articles.
PT Industri Kereta Api
Alamat Redaksi: Biro Hubungan Masyarakat Gedung Kementerian Perindustrian Lt. 6 Jl. Gatot Subroto Kav. 52-53, Jakarta Telp : (021) 5255509 ext. 2648 Fax : (021) 5255609 Akun Media Sosial: Twitter : @Kemenperin_RI Facebook : Kementerian Perindustrian RI Instagram : @kemenperin_ri Youtube : Kementerian Perindustrian RI
Redaksi menerima artikel, opini, surat pembaca. Setiap tulisan hendaknya diketik dengan spasi rangkap dengan panjang naskah 2.000-4.000 karakter, disertai identitas penulis. Naskah dikirim ke email:
[email protected] Majalah ini dapat diakses melalui www.kemenperin.go.id/majalah
KINA 01-2017
3
a k t u a l i ta
Menjadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri Posisi Indonesia jika dilihat dari aspek perekonomian semestinya sejajar bahkan lebih baik dibanding dengan negara-negara lain yang memiliki kekayaan alam yang setara. Dengan kekayaan alam yang berlimpah serta didukung sumber daya manusia yang kuat, industri nasional bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
B
erbagai upaya telah dilakukan oleh Kementerian Perindustrian untuk menjadikan industri nasional sebagai tuan rumah di negeri sendiri. Hal ini dapat dilihat dari berbagai kebijakan yang mendorong munculnya industri-industri yang memiliki kemampuan dan daya saing tinggi. Dalam menciptakan industri nasional yang kuat, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah melalui Kemenperin, mengutamakan potensi sumber daya alam (SDA) atau bahan baku, komoditi-komoditi yang memiliki daya saing tinggi, serta industri kecil dan menengah (IKM). Terkait dengan potensi bahan baku, pemerintah terus mendorong hilirisasi industri berbasis bahan baku. “Di sini, kita bicara soal pengembangan industri baja dan turunannya, aluminium, copper (tembaga), dan industri lain yang berbasis sumber daya alam,” papar Menperin. Kemenperin juga terus berusaha mendorong pengembangan industri berbasis perkebunan, seperti kelapa sawit, karet, kopi dan kakao, terutama di industri pengolahannya. Agar produk olahannya memiliki daya saing, pengembangan di bidang pengemasan juga tetap dilakukan. “Salah satu kelemahan di industri kita adalah pengemasan, karena itu kami menjadikan kemasan sebagai salah satu hal yang perlu dikembangkan,” ujar Airlangga Hartarto. Pemerintah juga tidak mengabaikan industri kecil dan menengah (IKM). Menurut Airlangga, Kemenperin hingga saat ini terus mendorong pengembangan IKM agar mereka mampu bersaing dengan industri lainnya. “Indutri kecil dan menengah serta sentra-sentra usaha yang ada di pelbagai daerah tetap mendapatkan perhatian. Kebijakan Kemenperin adalah mendorong mereka lebih tangguh dengan memberikan fasilitasi pengadaan bahan baku, sektor permodalan dan pasar, serta fasilitasi penggunaan market digital,” ucap Menperin. Khusus soal pemanfaatan program market digital, Kemenperin telah memfasilitasi melalui konsep e-smart IKM dan pembinaan wirausaha baru di dalam negeri. Apalagi saat ini potensi market digital di Indonesia mencapai sekitar Rp 80 triliun.
4
KINA 01-2017
“Modalnya mudah, hanya dengan smartphone. Produk yang sebelumnya hanya dikenal di pasar lokal, melalui market digital, bisa menjangkau pasar secara nasional,” jelas Airlangga. Terobosan -terobosan yang dikembangkan Kemenperin tersebut telah memberikan hasil yang positif. Hal ini terlihat dengan besarnya ekspor yang dilakukan oleh industri besar, menengah dan industri rumahan. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan ekspor industri pengolahan non migas triwulan I tahun 2017 yang mencapai sebesar US$30,57 miliar, atau naik sebesar 19,93% dibandingkan periode yang sama tahun 2016 sebesar US$25,49 miliar. Ekspor industri pengolahan non migas ini memberikan kontribusi sebesar 75,28% dari total ekspor nasional triwulan I tahun 2017 yang sebesar US$40,61 miliar. Pada tahun 2017, industri pengolahan non-migas diproyeksikan tumbuh di kisaran 5,2-5,4 persen dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1-5,4 persen. Sedangkan pada triwulan I-2017 industri pengolahan non-migas tumbuh sebesar 4,71 persen. Capaian tersebut meningkat dibanding pertumbuhan dalam periode yang sama tahun 2016 sebesar 4,51 persen, juga di atas pertumbuhan sepanjang tahun 2016 yang mencapai 4,42 persen. Dalam mendorong industri nasional menjadi ruan rumah di negeri sendiri, Kemenperin secara umum tidak menempatkan suatu industri tertentu sebagai industri yang diprioritaskan atau dianakemaskan. “Kemenperin tidak memilih juara, tetapi menghasilkan juara. Kita beri kesempatan kepada industri berbasis sumber daya alam, kebun, agro, kimia dan lainnya untuk berkembang. Kita juga dorong industri-industri kecil untuk maju menjadi tuan rumah dan melakukan ekspor,” tegas Airlangga.
“Kemenperin tidak memilih juara, tetapi menghasilkan juara. Kita beri kesempatan kepada industri berbasis sumber daya alam, kebun, agro, kimia dan lainnya untuk berkembang. Kita juga dorong industri-industri kecil untuk maju menjadi tuan rumah dan melakukan ekspor,”
digunakan untuk membantu masyarakat di p edesaan dalam menjalankan kegiatan sehari-harinya. Menurutnya, saat ini banyak masyarakat yang memodifikasi kendaraan , seper ti odong-odong, yang dari segi keamanan dan keselamatannya kurang bisa dipertanggungjawabkan. “Untuk itu, kendaraan pedesaan didorong untuk menyediakan kendaraan yang didesain sederhana, aman dan membantu masyarakat pedesaan dalam menjalankan kegiatannya,” ucap Menperin. Dalam memproduksi kendaraan pedesaan, semua pihak yang terkait dengan produk tersebut, dapat terlibat. Saat ini, Kemenperin melalui Ditjen ILMATE telah bekerjasama dengan Institut Otomotif Indonesia guna mendorong terciptanya prototipe-prototipe awal kendaraan pedesaan. Beberapa pelaku industri otomotif saat ini sudah ada yang memiliki prototipe kendaraan yang dapat
dioperasikan untuk kegiatan di perkebunan kelapa sawit. Salah satu industri di Jawa Tengah juga telah membuat kendaraan untuk perkebunan kelapa sawit. Kemenperin juga melibatkan industri kecil dan menengah yang bergerak di sektor industri komponen. “Industri komponen lokal, kami libatkan juga dalam pembuatan kendaraan pedesaan,” papar Airlangga. Menurutnya, IKM komponen bisa menjual produk-produknya yang berkaitan dengan kendaraan pedesaan.” Jika mereka memiliki kemampuan memproduksi aki, ya dibeli. Begitu juga dengan produk lainnya,” jelasnya. Pengembangan kendaraan perdesaan yang dilakukan anak bangsa ini, ditargetkan menggunakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) hingga mencapai 100 persen.
Kendaraan Pedesaan Menperin juga menjelaskan mengenai pentingnya kemampuan inovasi bagi suatu negara karena tanpa memiliki kemampuan inovasi yang telah dipatenkan, suatu negara bisa diangggap sebagai negara yang kurang pandai. Terkait kemampuan inovasi, Kemenperin kini telah mengembangkan kendaraan pedesaan. Kendaraan ini
KINA 01-2017
5
a k t u a l i ta
To be a Host in Our Own Country The position of Indonesia, viewed from the aspect of the economy should be equal, or even better than other countries that also have natural resources. With the abundant natural resources and supported by strong human resources, national industry can be a host in our own country.
V
arious efforts have been made by the Ministr y of Industry to make the national industry as a host in our own country. This can be seen from the various policies that encourage the emergence of industries that have the ability and high competitiveness. In creating a strong national industry, Minister of Industry, Airlangga Hartarto said the government through the Ministry of Industry, has been prioritizing the
encourage the development of plantation-based industries, such as palm oil, rubber, coffee and cocoa, especially in the processing industry. In order for the processed products to have competitiveness, development in the field of packaging is still going on. “One of the weaknesses in our industry is packaging, therefore we make the packaging as one of the things that need to be developed,” said Airlangga Hartarto. The government also does not neglect small and medium indus-
“The Ministry of Industry does not choose the champions, but we produces the champions. We give opportunity to industry based on natural resources, plantation, agriculture, chemicals and others to develop. We also encourage small industries to go forward to be a host and export oriented,
potential of na-tural resources or raw materials, commo-dities that have high competitiveness, and small and medium industries. Associated with the potential of raw materials, the government continues to push the downstream of industry-based raw materials. “Now, we are talking about the development of steel industry and its derivatives, aluminum, copper, and other industries based on natural resources,” said the Minister. Ministry of Industry also continues to
6
KINA 01-2017
tries (SMI). According to Airlangga, the Ministry of Industry continues to encourage the development of SME so that they can compete with other industries. “Small and medium industries and business centers that exist in various areas still get attention. The Ministry of Industry’s policy is to encourage them to be more resilient by providing facilitation of raw material procurement, capital and market sectors, and facilitation of digital market usage, “said Minister of Industry. Particularly about the use of digital market programs, Ministry of Industry has
facilitated through the concept of e-smart SMI and fostering new entrepreneurs in the country. Moreover, the current potential of digital market in Indonesia reaches around Rp80 trillion. “Like a smartphone, products that previously known only in the local market, through the digital market, can reach the national market, “Airlangga explained. The breakthroughs developed by the Ministry of Industry have yielded positive results. This can be seen by the huge exports made by large, medium and home industries. Central Bureau of Statistics said the export of non-oil and gas processing industry in the first quarter of 2017 reached US $ 30.57 billion, increasing 19.93% over the same period in 2016 of US $ 25.49 billion. The export of nonoil and gas processing industry contributed 75.28 percent of the total national exports in the first quarter of 2017, which amounted to US $ 40.61 billion. In 2017, non-oil and gas processing industry is projected to grow in the range of 5.2 to 5.4 percent with an economic
growth target of 5.1-5.4 percent. While in quarter I-2017 non-oil and gas-processing industry grew by 4.71 percent. This achievement increased compared to the growth in the same period of 2016 that was 4.51 percent, also above the growth du-ring the year 2016, which reached 4.42 percent. In encouraging national industry to become a host in our own country, the Ministry of Industry generally does not place a particular industry as a priority. “The Ministry of Industry does not choose the champions, but we produces the champions. We give opportunity to industry based on natural resources, plantation, agriculture, chemicals and others to develop. We also encourage small industries to go forward to be a host and export oriented, “Airlangga said.
Rural Vehicles The Minister of Industr y also explained about the importance of
innovation ability for a country, since without having patented innovation capability, a country can be considered as a less competent country. With regard to innovation capability, Ministry of Industry has now developed rural vehicles. This vehicle is used to help people in the countryside in carrying out their daily activities. According to him, currently many people who modify vehicles, such as odong-odong, in terms of security and safety is less reliable. “Therefore, rural vehicles are encouraged to provide vehicles that are designed to be simple, safe and able to assist rural communities in carrying out their activities,” he said. In producing rural vehicles, all parties associated with the product, may be involved. Currently, the Ministry of Industry through the Directorate General of ILMATE has been working with the Indonesian Automotive Institute to encourage the creation of early prototypes of rural vehicles. Several automotive industry players currently have had a prototype of vehicles
that can be operated for activities in oil palm plantations. One of the industries in Central Java has also made vehicles for oil palm plantations. Ministry of Industry has also involved small and medium industries engaged in the component industry sector. “We also involve local component industry in the manufacture of rural vehicles,” said Airlangga. According to him, the SMI that produce automotive component can sell its products related to rural vehicles. “If they have the ability to produce batteries, then purchase it. So does the other products, “he explained. The development of rural vehicles conducted by this nation’s local citizen, is targeted to use Domestic Component Level to reach 100 percent.
KINA 01-2017
7
a k t u a l i ta
DHARMA BUDHI, EXPERT STAFF TO MINISTER OF INDUSTRY IN P3DN
DHARMA BUDHI, STAF AHLI MENTERI PERINDUSTRIAN BIDANG P3DN
P3DN PROGRAM needs to be revived
PROGRAM P3DN perlu dihidupkan kembali
The government should revive the Enhancement of Domestic Product Use (Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri - P3DN) program.
Pemerintah sebaiknya menghidupkan kembali program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).
P
rogram tersebut sangat penting dan relevan dengan kondisi perekono mian global dewasa ini yang semakin cenderung proteksionis. Hal itu disampaikan oleh Dharma Budhi, Staf Ahli Menteri Perindutrian Bidang P3DN. B udhi mengatakan , walaup un Indonesia kini sedang berupaya untuk menjalin berbagai perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement), kebijakan P3DN itu perlu dihidupkan kembali agar perekonomian nasional tetap kuat dalam menghadapi persaingan dengan negara-negara lain, baik di pasar domestik maupun ekspor. Berbagai negara di dunia seperti China dan Nigeria, termasuk negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, Rusia selama ini menerapkan kebijakan penggunaan produk dalam negeri secara ketat untuk jenis-jenis produk tertentu, sehingga produk Indonesia akan sangat sulit untuk menembus pasar mereka. “Kita tidak usah takut untuk menerapkan kebijakan tersebut. Sebab, kalau penggunaan produk dalam negeri kita tidak kuat, maka perekonomian nasional pun tidak akan kuat. Hal ini jelas-jelas akan membahayakan ketahanan ekonomi nasional kita,” tegas Budhi. Menurutnya, program penggunaan produk dalam negeri di Indonesia sebetulnya sudah dilakukan sejak tahun 1980an, dimana pemerintah kala itu berupaya agar produk dalam negeri menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Kesungguhan pemerintah tersebut ditunjukkan dengan
8
KINA 01-2017
membentuk jabatan Menteri Muda P3DN yang khusus mengurusi upaya mendorong penggunaan produk dalam negeri. Pelaksanaan program tersebut pun mulai menampakkan hasil dengan bermunculannya pengusaha-pengusaha lokal baru, seperti Jusuf Kalla, Aburizal Bakrie, dan lain-lain. Keberhasilan itu juga terlihat dari pertumbuhan ekonomi nasional yang terus meningkat pada era tersebut, bahkan mampu tumbuh di atas 7% pada dekade tahun 1990-an. Para pengamat ekonomi dunia pun memberikan julukan Indonesia sebagai salah satu macan ekonomi Asia ketika itu. Namun sayangnya, setelah dianggap berhasil menumbuhkan perekonomian nasional, kebijakan pemerintah pun mulai mengendur, yang terlihat dari dihapuskannya jabatan Menteri Muda P3DN di era tahun 1990-an. Secara kebetulan, menjelang berakhirnya dekade 1990an muncul krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia pada tahun 1998 yang mengubah semua skenario ekonomi yang ada. Sejak itu, gaung program P3DN lambat laun mulai tenggelam hingga nyaris tidak terdengar lagi. Pasar dalam negeri pun setahap demi setahap mulai dikuasai produk impor dan banyak masyarakat Indonesia yang justru bangga menggunakan produk buatan luar negeri. Kondisi tersebut membuat pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2009 menerbitkan Inpres No. 2 yang isinya membentuk Tim Nasional P3DN untuk mendorong penggunaan produk dalam negeri. Melalui Inpres tersebut, semua
kementerian dan lembaga termasuk pemerintah daerah, BUMN dan BUMD diwajibkan untuk memprioritaskan penggunaan produk dalam negeri dalam setiap kegiatan pengadaan barang dan jasa. Tmnas yang diketuai M enteri Perindustrian dan beranggotakan semua menteri-menteri Kabinet Indonesia Bersatu itu pada awalnya gencar melakukan berbagai pertemuan dan berhasil menyusun kebijakan P3DN yang cukup komprehensif. Melalui kebijakan tersebut, semua kementerian dan lembaga diharuskan membentuk tim P3DN di lingkungannya masing-masing dalam rangka mengoptimalkan penggunaan produk dalam negeri. Namun sayangnya, kebijakan tersebut tidak dijalankan dengan baik dan hanya beberapa instansi saja yang membentuk tim P3DN. Kurangnya law enforcement kebijakan P3DN menjadi kendala utama dalam mendorong penggunaan produksi dalam negeri oleh instansi pemerintah. “Dari 86 kementerian dan lembaga, 34 pemerintah provinsi, 400 lebih pemerintah kabupaten/kota, dan puluhan BUMN/BUMD, hanya terbentuk 20-an tim P3DN. Selain itu, Timnas P3DN tidak berjalan optimal karena yang menjalankannya pejabat-pejabat ex-officio yang mempunyai kesibukan masing-masing. Seharusnya dibentuk lembaga khusus yang bekerja full time,” pungkas Dharma Budhi.
T
he program is very important and relevant to the current condition of the global economy that is increasingly prone to protectionism. Dharma Budhi, Expert Staff to Minister of Industry in P3DN delivered it. Budhi said that although Indonesia is now trying to establish various kinds of free trade agreements, the P3DN policy needs to be revitalized so that the national economy remains strong in facing competition with other countries, both in domestic and export markets. Countries in the world such as China and Nigeria, including developed countries such as the United States, Canada, and Russia have been implementing strict domestic product use policies for certain types of products, so that Indonesian products would be difficult to penetrate their markets. “We should not be afraid to implement the policy. The reason is that if the use of our domestic products is not strong, then the national economy will not be strong. This will definitely endanger the stability of our national economy, “said Budhi. According to him, the program of domestic product usage in Indonesia actually has been done since the 1980s, where the government at that time tried to make domestic products to host in their own country. The seriousness of the government has been actuated by establishing the post of Deputy Minister of P3DN, specifucaly for in the efforts to encourage the use of domestic products. Implementation of the program has resulted with the emergence of new
local entrepreneurs such as Jusuf Kalla, Aburizal Bakrie, and others. The success was also can be seen from the growing national economic growth in that era, which was even able to grow above 7% in the decade of the 1990s. The observers of the world economy also gave the nickname Indonesia as “one of the Asian economic tiger” at that time. Unfortunately, after considered successful in growing the national economy, government policy began to slacken, which can be seen from the abolition of the post of Deputy Minister of P3DN in the era of the 1990s. By coincidence, by the end of the 1990s economic crisis hit Asia and changed all the existing economic scenarios. Since then, the echo of the P3DN program has gradually begun to sink until barely audible. Imported products had gradually controlled domestic market and many Indonesian people actually proud to use imported products. These conditions led President Susilo Bambang Yudhoyono in 2009 issued Inpres (Instruksi Presiden – presidential instruction) No. 2 which constitutes the National Team of P3DN to encourage the use of domestic products. Through the Inpres, all ministries and agencies including local governments, and state-owned enterprises are required to prioritize the use of domestic
products in every procurement activities. The national team headed by the Minister of Industry and composed of all ministers of the Indonesia Bersatu (United Indonesia) Cabinet initially intensively conducted various meetings and succeeded in drafting a comprehensive P3DN policy. Through the policy, all ministries and agencies were required to form P3DN teams in their respective neighborhoods in order to optimize the use of domestic products. However, the policy was not well implemented and only few agencies that formed up the P3DN team. The lack of law enforcement of P3DN policies was a major obstacle in encouraging the use of domestic production by government agencies. “Of the 86 ministries and agencies, 34 provincial governments, 400 more district/city governments, and dozens of state-owned enterprise, only 20 P3DN teams were formed. In addition, national team of P3DN was not running optimally because the ex-officio functionaries that run the team had their own interests. There should be a specially made institution that work full time,” said Dharma Budhi.
KINA 01-2017
9
made in indonesia
PT INDUSTRI KERETA API (PERSERO)
GERBONG PT INKA MENEMBUS MANCANEGARA Indonesia memiliki perusahaan industri kereta api yang produknya telah merambah pasar dunia, yaitu PT Industri Kereta Api (INKA). Perusahaan ini juga merupakan pabrik kereta api terintegrasi pertama di Asia Tenggara.
B
etul , INK A telah mengekspor kereta ke berbagai negara, seperti Myanmar, Thailand, Malaysia, Australia dan Filipina,” ujar Direktur Keuangan INKA Mohamad Nur Sodiq kepada KINA. Ia menyampaikan, PT INKA menyasar negara-negara berkembang untuk ekspor produknya. Alasannya, perusahaan-perusahaan besar dunia tidak merambah ke pasar tersebut. Memang, ada kompetitor yang juga bermain di sana, seperti Tiongkok dan India. Namun, PT INKA mampu mengungguli kedua negara itu, seperti dalam tender yang diikuti di Bangladesh. Salah satu keunggulannya adalah INKA memiliki layanan purna jual di negara tersebut. Saat ini, INKA sedang mengerjakan pesanan dari Bangladesh sebanyak 200 kereta. Pelanggan utama PT INKA adalah PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan Kementerian Perhubungan. Beberapa kereta kelas ekonomi ternyata merupakan milik Kementerian Perhubungan yang bertugas membantu memobilisasi masyarakat. Rangkaian-rangkaian tersebut kemudian dioperasikan oleh PT KAI. Selain kereta penumpang, perusa-
10
KINA 01-2017
haan yang berdiri sejak 18 Mei 1981 tersebut juga memproduksi kereta berpenggerak, yaitu kereta yang sudah memiliki tenaga penggerak sendiri di dalam satu rangkaian, contohnya Kereta Rel Diesel (KRD) yang saat ini dipakai di Lampung, Yogyakarta, dan Madiun. PT INKA juga sudah mampu memproduksi lokomotif. Produk tersebut merupakan pesanan dari Kemenhub yang rencananya akan dioperasikan di Medan. Lokomotif tersebut memiliki desain baru dengan wajah yang sama untuk bagian depan dan belakang agar masinis memiliki jangkauan pandang yang lebih luas. D engan meningkatnya jumlah produksi, saat ini PT INKA tengah membangun pabrik di Gresik untuk produksi kereta berpenggerak. Pertimbangannya, Gresik merupakan kota yang dekat dengan pelabuhan, yaitu Tanjung Perak, Surabaya. “Kereta-kereta tersebut dikirim menggunakan trailer, satu trailer untuk tiap kereta. Kereta tidak bisa dijalankan di rel karena ukuran rel kita berbeda dengan rel di Bangladesh,” kisah Senior Manager Secretary, PR & CSR Cholik Mochamad. Sebagai salah satu industri strategis nasional, PT INKA berupaya meningkatkan kinerjanya. Dalam tiga tahun terakhir, INKA menunjukkan pertumbuhan pendapatan yang luar biasa, dari Rp500 Miliar di tahun 2013 menjadi sekitar Rp1,4 Triliun di pertengahan 2016. Dengan
laba yang bagus dan pangsa pasar yang semakin meningkat, PT INKA semakin membuka diri untuk pengembangan. Untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing, tentu diperlukan dukungan dari pemerintah. Salah satunya adalah pembentukan Asosiasi Industri Penunjang Perkeretaapian Indonesia atau Indonesia Railway Component Manufacture Association (IRCMA). Dengan adanya asosiasi ini, diharapkan semakin banyak komponen kereta api yang bisa diproduksi di dalam negeri dengan kualitas tinggi. Selain itu, PT INKA juga mengharapkan penghapusan bea masuk untuk komponen kereta api. Sebagai contoh, kursi yang dipakai di gerbong ekonomi masih dikenai bea masuk sebesar 40% karena dikategorikan sebagai barang mewah. Sementara, komponen tersebut belum dibuat di dalam negeri karena biaya produksinya masih dianggap belum ekonomis. Nilai keekonomian ini juga yang menyebabkan engine dan wheel sheet untuk kereta api belum diproduksi di dalam negeri. Saat ini, Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) kereta produksi PT INKA mencapai 90 persen untuk kategori flat car, 75 persen untuk kereta ekonomi, dan 60 persen untuk kereta berpenggerak. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan transportasi kereta api yang didukung dengan kewajiban TKDN yang tinggi, akan membuat industri kereta api nasional semakin berkembang.
PT INDUSTRI KERETA API (PERSERO)
WAGON OF PT INKA TRAVELLING ABROAD Indonesia has a railway industry company whose its products have penetrated the international market, namely PT Industri Kereta Api (INKA). The company is also the first integrated rail factory in Southeast Asia.
I
t is true that INKA has exported trains to various countries such as Myanmar, Thailand, Malaysia, Australia and the Philippines,” said Finance Director of INKA Mohamad Nur Sodiq to KINA. He said that PT INKA has been targeting the developing countries to be its export destinations. The reason is that big companies in the world does not penetrate into the market. Indeed, there are competitors who also play there such as China and India. However, PT INKA is able to outperform the two countries, as happened in a tender in Bangladesh. One of INKA’s superiorities is its after-sales service in the country. Currently, INKA is working on orders from Bangladesh for 200 wagons. The main customers of PT INKA are PT Kereta Api Indonesia (Persero) and Ministry of Transportation. Some economy class trains are in fact belongs to the Ministry of Transportation, which is in charge of helping the mobilization of the community. PT KAI operates the trains. In addition to passenger trains, the company, which was established in May 18, 1981, has also produced a train that already has its own propulsion in the series, for example diesel train that is currently used in Lampung, Yogyakarta, and Madiun. PT INKA has also been able to produce locomotives. The product is an
order from Ministry of Transportation, which is planned to be operated in Medan. The locomotive has a new design with the same face for the front and rear for the machinist to have a wider viewing range. With the increasing number of production, PT INKA is currently building a factory in Gresik for the train production. As the consideration, Gresik is close to the Tanjung Perak port, Surabaya. “The trains are delivered using a trailer, a trailer for each train. The train cannot run on the tracks because our size of rails are different from the rails in Bangladesh,“ says Senior Manager Secretary, PR & CSR Cholik Mochamad. As one of the national strategic industries, PT INKA seeks to improve its performance. In the past three years, INKA has shown remarkable revenue growth, from Rp500 Billion in 2013 to approximately Rp1.4 Trillion by mid-2016. With high profits and an increasing market share, PT INKA is increasingly open to development. To improve efficiency and competitiveness, government support is needed. One of them is the establishment of the Indonesian Railway Component Manufacture Association (IRCMA). With this association, it is expected that more railway components can be produced domestically with high quality.
In addition, PT INKA also expects the abolition of import duties for components of trains. For example, seats used in eco-nomy class are still subject to 40% import duties as they are categorized as luxury goods. Meanwhile, the component has not been made in the country because the cost of production is still consi-dered not economical. This economic value also causes the engine and wheel sheet for the train has not been produced domestically. Currently, the Domestic Component Level (TKDN) of trains produced by PT INKA reaches 90 percent for the flat car category, 75 percent for economy trains, and 60 percent for locomotive. With the increasing need for rail transportation supported by high TKDN requirement, it will encourage the national railway industry to grow.
INFORMATION PT. Industri Kereta Api (Persero) Jl Yos Sudarso No. 71 Madiun Jawa Timur – Indonesia 63122 Phone: (0351) 452271 / 452272
KINA 01-2017
11
made in indonesia
PT KAROSERI LAKSANA
FOKUS KEMBANGKAN
BISNIS KAROSERI BUS
Dal am berbisnis, fokus adal ah kunci penting. Prinsip tersebut ditunjukkan Karoseri Laksana dengan mengkhususkan diri memproduksi bus sejak 20 tahun lalu.
12
KINA 01-2017
B
erbagai jenis bus, mulai ukuran kecil, sedang hingga besar, dengan berbagai tipe, seperti bus perkotaan, bus pariwisata maupun bus yang digunakan di bandara atau pertambangan mampu diproduksi oleh Laksana. Perusahaan yang saat ini mempekerjaan 900 karyawan tersebut memproduksi beberapa model bus, seperti Nucleus dan Cityline untuk jenis citybus , serta Discovery, Proteus dan Tourista untuk jenis bus pariwisata. Semuanya merupakan hasil desain asli di Laksana. Stevan Amran , Direk tur Teknik Karoseri Laksana, menuturkan bahwa awalnya, perusahaan yang berdiri di tahun 1967 tersebut bergerak di bidang karoseri mobil kecil dan bus. Laksana kemudian berkembang dan menempati sebagian lahan tempat berdirinya pabriknya di Ungaran, Jawa Tengah mulai tahun 1977. Tahun 1996 menjadi sebuah titik penting bagi Laksana, yaitu memutuskan untuk fokus pada produksi bus. Alasannya, industri karoseri untuk minibus atau van sudah mulai diambil alih oleh agen tunggal pemegang merek (ATPM). Dalam setahun, perusahaan tersebut memproduksi sekitar 1.400 -1.500 unit bus di lahan pabrik seluas 12 hektar. Perusahaan tersebut bahkan telah mengekspor berbagai jenis produknya ke Fiji sejak enam tahun lalu. Sampai sekarang, sebanyak 160 bus telah diekspor ke Fiji. Di tahun 2015, Karoseri L a k s a n a d i p e rc a y a u n t u k mengerjakan bus gandeng untuk Transjakarta yang lebih dikenal dengan sebutan ‘Bus Scania’, merujuk pada perusahaan yang memproduksi mesin dan chasis yang digunakan. “Pertamatama, kami membangun prototype -nya dulu untuk diuji jalan dan disesuaikan dengan standar ATPM. Saat ini, kita sudah memproduksi 107 bus Transjakarta dengan model Cityline 2 hasil desain kami sendiri,” papar Werry Yulianto dari Divisi Marketing. Saat ini, Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Laksana
mencapai sekitar 60-70%. Bahan baku besi diperoleh dari Krakatau Steel . Untuk mendukung p engembangan pro duknya , Laksana mulai mengadopsi teknologi-teknologi yang digunakan sebagai standar otomotif dunia sejak 6-7 tahun yang lalu. Selanjutnya, Laksana juga mulai menggunakan sistem desain produk berbasis tiga dimensi serta melakukan reverse engineering dan rapid prototyping. Lini produksi Laksana juga telah menerapkan sistem assembly line dan didukung oleh mesinmesin CNC berpresisi tinggi. Laksana juga menjadi salah satu karoseri yang berperan dalam proyek pengembangan Bus Rapid Transit (BRT) oleh Kementerian Perhubungan. Dari pengadaan 1.000 bus tahun 2015 lalu, Laksana menggarap sebanyak 350 bus. Pasar dalam negeri saat ini masih menjadi tujuan utama L aks an a . Ke in g in an untuk meningkatkan ekspornya tentu ada. “Kita ingin menyasar pasar Singapura. Seharusnya kita bisa karena industri manufaktur lokal di sana tidak ada,” ujar Stevan. Standar produk bus yang tinggi di Singapura masih merupakan tantangan dalam hal ini. Untuk itu, Laksana berupaya untuk melakukan perbaikan internal agar dapat bermain di pasar global. Iklim bisnis saat ini dirasa cukup mendukung bagi Laksana. Namun demikian, infrastruktur pelabuhan perlu ditingkatkan mengingat adanya kesulitan pengiriman ekspor. “Lama waktu di pelabuhan membuat pengiriman bus kita lebih lambat dibandingkan pengiriman dari negara lain,” jelas Stevan. Selain itu, industri komponen karoseri perlu didukung dan dikembangkan agar lengkap rantai industrinya. Menurut Stevan, kita bisa belajar dari Tiongkok dalam hal ini. “Walaupun industri karoseri di Tiongkok baru berkembang pesat beberapa tahun terakhir, industri komponennya sudah lengkap dan didukung dengan infrastruktur jalan raya yang sangat baik,” pungkasnya.
PT KAROSERI LAKSANA
FOCUS ON bus BODY BUILDING In business, focus is an important key. The Karoseri Laksana has showed the principle by specializing in producing the body of buses since 20 years ago. Various types of buses, ranging from small, medium to large, with various types, such as urban buses, tourist buses and buses used at airports or mining area can be produced by Laksana.
T
he company, which currently employs 900 employees, produces several bus models, such as Nucleus and Cityline for citybus types, as well as Discovery, Proteus and Tourista for tourist buses. Laksana makes its own design. Stevan Amran , Director of Engineering of Laksana, said that initially, the company established in 1967 was engaged in bodybuilding of small cars and buses. Laksana then expanded and began to occupy some of the land in Ungaran, Central Java in 1977. The year 1996 became an important starting point for Laksana, which decided to focus on bus production. The reason is that the bodybuilding industry for minibuses or
vans has already been taken over by the sole agent. Within a year, the company produces about 1,400-1,500 bus units in a 12-hectare factory area. The company has even exported various types of products to Fiji since six years ago. Today, there are 160 buses have been exported to Fiji. In 2015, Laksana Bodybuilding is appointed to manufacture trailer buses for Transjakarta, better known as ‘Bus Scania’, referring to the company that produces the engine and chassis used. “At first, we built the prototype to be tested and adjusted to the sole agent standard. Currently, we have produced 107 Transjakarta buses with Cityline 2 model of our own design,” said Werry Yulianto from Marketing Division. Currently, the Domestic Component
Level of Laksana has reached around 60-70%. Iron raw materials are obtained from Krakatau Steel. To support its product development, Laksana has adopted the technologies used as the world’s automotive standards since 6-7 years ago. Furthermore, Laksana also started using a three-dimensional product design system as well as reverse engineering and rapid prototyping. The Laksana production line has also implemented an assembly line system and supported by highprecision CNC machining. Laksana has also become one of the bodybuilding companies which played a role in the Bus Rapid Transit (BRT) development project by the Ministry of Transportation. From the procurement of 1,000 buses in 2015, Laksana produced as many as 350 buses. The domestic market is still the main goal of Laksana. Indeed, the desire to increase exports exists. “We want to target the Singapore market. We should be able to do that, as there are no local manufacturing industries,” said Stevan. However, high standards of bus products in Singapore are still a challenge. Therefore, Laksana seeks to make internal improvements in order to play in the global market. The current business climate is considered quite favorable for Laksana. However, port infrastructure needs to be improved due to difficulties in export delivery. “The longer time needed at the port makes our bus delivery slower than shipping from other countries,” Stevan explained. In addition, the car bodybuilding component industries need to be supported and developed in order to complete its industrial chain. According to Stevan, we can learn from China in this regard. “Although the bus bodybuilding industry in China has only grown rapidly in recent years, its component industries are complete and supported with excellent road infrastructure,” he concluded.
INFORMATION PT. Karoseri Laksana Jl. Raya Ungaran Km. 24,9 Ungaran, Indonesia 50552 Phone (024) 6921 070 Fax (024) 6921 376 Email:
[email protected]
KINA 01-2017
13
made in indonesia
I
de ini ditemukan oleh Budiarto, Direktur PT TTS, saat mengetahui bahwa pada waktu itu panel listrik banyak diimpor dari negara lain dengan harga lebih mahal, sedangkan pelaku usaha di Indonesia mampu memproduksi panel listrik yang dibuat oleh industri lokal namun mampu bersaing dengan produk impor dengan harga yang lebih murah. Kendati awalnya hanya industri rumahan, produsen pembuat switchboard untuk kelautan dan industri besar di Indonesia ini tetap konsisten menggarap bisnisnya. Produk yang dihasilkan dibuat melalui beberapa tahap, mulai dari desain untuk produksi, instalasi pengujian serta komisioning untuk kapal dan bangunan yang dipakai di seluruh dunia. Budiarto menjelaskan, bahwa kini perusahaannnya telah menjadi salah satu produsen switchboard untuk kelautan dan industri besar yang cukup dikenal di Indonesia. Kualitas produk-produknya dirakit dan didokumentasikan dengan komponen pendukung terbaik di pasaran. Desain dan rekayasa dibuat berdasarkan pada komponen yang tersedia di seluruh dunia. Produk papan hubung utama diproduksi sesuai dengan IEC 60439 dan IEC 60092302 dan dibangun dari profil baja lembaran berukuran 2-3 mm, yang semuanya dilas untuk memastikan konstruksi menjadi kuat yang disesuaikan untuk aplikasi pada kapal laut. B e r b a g a i m a c a m p ro d u k te l a h dihasilkan oleh PT TTS, antara lain: Main Switchboard (MSB), Emergency Switchboard (ESB), Bridge Control Console (BCC), Engine Control Console (ECC), Distribution Board, Starter Panel, Engine Telegraph Unit (ETU), Navigation Light Panel, Signal Light Panel, Water Door Indicator Panel, Automatic Main Failure (AMF), dan Wet Cabin/ Wet Cell. Saat ini, produk electrical switchboard buatan PT TTS sudah di ekspor ke Jerman, Malaysia, dan Vietnam. Sedangkan di dalam negeri, produk PT TTS telah dipakai oleh beberapa perusahaan kapal, diantaranya: PT Dumas, PT Dok dan Perkapalan Surabaya, serta PT PAL Indonesia. Dengan reputasi yang baik dan produk berkualitas tinggi disertai sertifikat dari biro klasifikasi seluruh dunia serta memberikan layanan purna jual, perusahaan ini tetap eksis berproduksi sampai saat ini. PT Teknik Tadakara Sumberkarya kini telah mempekerjakan karyawan sebanyak 70 orang, dengan omset sekitar USD1 juta per tahun atau sekitar Rp13-15 miliar rupiah per tahun. “Saya bersyukur dengan total omset tersebut. Walaupun dari segi penjualan belum terlalu besar, tetapi saya sudah dapat berperan aktif dalam dunia industri perkapalan,” ungkap Budiarto.
14
KINA 01-2017
PT TEKNIK TADAKARA SUMBERKARYA
PT TEKNIK TADAKARA SUMBERKARYA
LOCAL MADE, GLOBAL QUALITY
SWITCHBOARD LOKAL, KUALITAS GLOBAL
Starting from the garage with 10 employees, in 1990 PT. Teknik Tadakara Sumberkarya (TTS) started running its business as a switchboard producer especially for ships.
T
Bermula dari garasi rumah dengan 10 orang karyawan, pada tahun 1990 PT Teknik Tadakara Sumberkarya (TTS) mulai menjalankan usahanya di bidang pembuatan papan hubung utama (switchboard) khususnya untuk kapal.
INFORMATION Produk yang telah dihasilkan PT. TTS 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Main Switchboard (MSB), Emergency Switchboard (ESB), Bridge control console (BCC), Engine control console (ECC), Distribution Board, Starter Panel, Engine Telegraph Unit (ETU),
8. Navigation Light Panel, 9. Signal Light Panel, 10. Water Door Indicator Panel, 11. Automatic Main Failure (AMF) 12. Wet Cabin/Wet cell
PT. Teknik Tadakara Sumberkarya Komplek Industri PT. Suri Mulia Permai Jl. Margomulyo 44 blok G/12 A, surabaya Phone (031) 7490064
he idea to run the busine s s emerge d when Budiarto realized that at that time electrical panels were largely imported from other countries at higher prices, while local industries in Indonesia has been able to produce them and compete with imported products at a cheaper price. Although initially only ten workers employed, this company that produce the main circuit board (switchboard) for marine and major industries in Indonesia has been consistently working on its core business. The pro-ducts are manufactured in several stages starting from the product design up to testing and commissioning installation for ships and buildings used around the world. He explained that his company is one of the main switchboard pro ducer for marine and major industries in Indonesia. To keep the high quality, the products are assembled and documented by using the best supporting components on the market. Design and engine ering are made based on components that are available worldwide. The switchboard is produced in accordance with IEC 60439 and IEC 60092-302 by using 2-3 mm sheet steel profiles, all of which are welded to ensure the robust construction adjusted for application on ships.
Various products made by PT. TTS 1. Main Switchboard (MSB), 2. Emergency Switchboard (ESB), 3. Bridge control console (BCC), 4. Engine control console (ECC), 5. Distribution Board, 6. Starter Panel, 7. Engine Telegraph Unit (ETU), 8. Navigation Light Panel, 9. Signal Light Panel, 10. Water Door Indicator Panel, 11. Automatic Main Failure (AMF) 12. Wet Cabin/Wet cell
Currently, electrical switchboard produced by PT. TTS has already been exported to Germany, Malaysia, and Vietnam. While for domestic market, the product has been used by many shipping companies such as PT. Dumas, PT. Dok dan Perkapalan Surabaya, PT. Penataran Angkatan Laut (PT. PAL). By having good reputation, high quality products, and certified by World Classification Bureau as well as excellent after-sales service, the company has been able to sustain its existence. C ur rently, th e c o mp any has employed 70 workers, with turnover of approximately USD1 million/year or about IDR 13-15 billion/year. “I am satisfied with the turnover level. Although in terms of the sale has not been quite significant, at least I’ve been actively contributing in the development of shipping industry.”
KINA 01-2017
15
made in indonesia
PT LELANGON
PT LELANGON
SUPPORT P3DN PROGRAM
DUKUNG PROGRAM P3DN
As integrated producer and crane engineer and builder PT Lelangon is ready to support the government in the program of Increasing Domestic Product Use (Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri - P3DN) referred to Domestic Component Level (Tingkat Komponen Dalam Negeri - TKDN).
Produsen terpadu sekaligus perekayasa dan perakit crane PT Lelangon siap mendukung pemerintah dalam program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) yang menggunakan acuan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
N
amun demikian, Lelangon berharap agar pemerintah juga serius dalam melakukan pengawasan terhadap implementasi program P3DN tersebut di lapangan. Direktur dan pendiri PT Lelangon, Putu Gde Wanya saat disambangi di pabriknya di Sidoarjo, Jawa Timur, mengaku terkesan dengan sikap pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yang menunjukkan keberpihakan terhadap industri dalam negeri. Hal ini ditunjukkan dari serangkaian pertemuan dan verifikasi yang dilakukan Kemenperin untuk menghitung TKDN. Bahkan, perusahaan diberi kesempatan yang sama untuk berkompetisi dalam industri pembuatan crane dan juga alat penggerak/pemindah lainnya. “ Kami b er terima kasih karena Kemenperin sudah berpihak pada industri dalam negeri seperti perusahaan kami, yang kerap bermitra dengan galangan kapal dalam dan luar negeri, termasuk BUMN seperti PT PAL, PT Aneka Tambang, serta PT Waskita Karya. Dalam melakukan verifikasi dan penghitungan TKDN, Kemenperin tidak berdiri sendiri, melainkan berkoordinasi juga dengan lembaga lain. Salah satu lembaga yang dilibatkan adalah PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) yang bertindak sebagai salah satu
16
KINA 01-2017
pengawas di lapangan (surveyor) bagi perusahaan yang bergerak di bidang perkapalan. Mengingatnya begitu kompleksnya kondisi di lapangan, Putu mengusulkan agar pengawasan lebih diperketat melalui peraturan tambahan, yang memberikan sanksi tegas bila terjadi pelanggaran oleh perusahaan (obyek) maupun pengawas lapangan. PT Lelangon berdiri tahun 1993 di Surabaya. “Tim kami melayani berbagai bidang usaha seperti perekayasaan desain, konsultasi dan survei pembuatan crane, proses produksi (manufaktur) crane, modifikasi dan reparasi, sampai jasa pemeliharaan,” tambah Putu. Saat ini jumlah kar yawan yang bekerja di perusahaan sekitar 30 orang, dengan tingkat pendidikan yang bervariasi mulai dari SMK, D3, sampai para insinyur lulusan S1 dan S2. Pada awal pendirian perusahaan, sebagian unit perakitan masih didatangkan dari Jerman. Itu sebabnya, crane yang dihasilkan memiliki kualitas standar setara produk dari Jerman. Namun seiring berjalannya waktu, perusahaan yang asal namanya diambill dari nama desa di Bali (Lelangon) ini, sudah mampu mandiri dan menghasilkan crane dengan komposisi komponen lokal mencapai 60-70 persen termasuk mesin. Adapun sebagian komponen yang belum tersedia di Indonesia masih diimpor dari negara lain. “Selain crane, kami juga mampu
memproduksi conveyor, pemasangan instalasi pipa, pengolahan air limbah di rumah sakit, serta pengering untuk industri keramik dan ban,” ungkap Putu. Ada juga kelengkapan kapal dan sarana bongkar muat atau pemindah muatan, baik untuk produk cair seperti pada pabrik minyak goreng maupun untuk pabrik pupuk. Semuanya perakitan dikerjakan di Indonesia, mulai dari roda crane sampai mesin hidraulik yang sebagian masih impor dan sebagian sudah dibuat di dalam negeri. Begitu juga dengan chips, ada yang sebagian diimpor, tetapi sebagian besar sudah dibuat di dalam negeri. Besi baja semuanya diambil dari pabrikan lokal, yaitu PT Krakatau Steel dan perusahaan lokal di Surabaya. Kami juga bekerjasama dengan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, baik dalam alih teknologi dan pengetahuan dengan tim engineering kami, ataupun dari pihak perusahaan yang ingin memanfaatkan fasilitas pengetesan material, yang memang belum kami miliki. “Karena itu kami sudah membentuk semacam link and match antara dunia usaha dan kalangan perguruan tinggi,” pungkas Putu.
H
owever, Lelangon hopes that the Government is also serious in monitoring the implementation of the P3DN program in the field. Director and founder of PT Lelangon, Putu Gde Wanya when was vi-sited at his factory in Sidoarjo, East Java, admitted that he is impressed with the Government through Ministry of Industry which shows the alignment to the domestic industry. This is shown from a series of meetings and verifications conducted by Ministry of Industry to calculate TKDN. In fact, companies are given equal opportunities to compete in the crane-making industry as well as other movers. “We are grateful that the Ministry of Industry has sided with domestic industries such as our company, which often partner with domestic and overseas shipyards, including state-owned companies such as PT PAL, PT Aneka Tambang and PT Waskita Karya,” said Putu. In conducting the verification and calculation of TKDN, Ministry of Industry is not alone, but also coordinates with other institutions. One of the institutions involved is PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI), which acts as one of the surveyor for companies engaged in the field of shipping. Given the complexity of the conditions in the field, Putu proposed that supervision should be more tightened
through additional regulations, which provide strict sanctions if there is a violation by the company (as the object) and the surveyor. PT Lelangon was established in 1993 in Surabaya. “Our team serves businesses such as engineering design, consulting and crane manufacturing surveys, crane manufacturing processes, modifications and repairs, and maintenance services,” Putu added. Currently the company has around 30 employees, with varying levels of education ranging from vocational high school, vocational graduate, until the bachelor and master graduate. At the beginning of the company’s establishment, some assembly units were still imported from Germany. That is the reason that the resulting crane has equivalent standard quality as Germany products. However, as the time went by, the company whose name is derived from the name of the village in Bali (Lelangon), has been able to independently produce cranes with local component composition of 60-70 percent including the machine. “In addition to cranes, we are also capable of producing conveyors, pipe installation, wastewater treatment in hospitals, and dryers for ceramic and tire industries,” Putu said. There are also ship fittings and loading/unloading facilities, either for liquid products such as cooking oil factories or for fertilizer plants.
All assembly process are done in Indonesia, starting from crane wheels to hydraulic machines, that some of which are still imported and some have been made domestically. Likewise with chips, some are imported, but most have been made domestically. Iron steels are all taken from local manufacturers, namely PT Krakatau Steel and local companies in Surabaya. We also cooperate with the Institute of Technology Sepuluh November (ITS) Surabaya, both in the transfer of technology and knowledge with our engineering team, or from companies that want to take advantage of material testing facilities, which we do not yet have. “Therefore we have formed a kind of link and match between the business world and universities,” said Putu.
INFORMATION PT. Lelangon Jl. Kapas Krampung 115 Surabaya 60135 Phone (031) 376 32 22 Fax (031) 376 32 23 Email:
[email protected]
KINA 01-2017
17
made in indonesia
PT PAL INDONESIA
DARI KAPAL NIAGA HINGGA ALUTSISTA PT PAL Indonesia (Persero) adalah salah satu industri strategis nasional yang memproduksi kapal yang termasuk alat utama sistem persenjataan (alutsista) nasional.
N
amun demikian, PT PAL juga memproduksi jenis kapal niaga dan kapal general engineering , baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Selain itu, PT PAL juga menyediakan produk jasa pemeliharaan dan perbaikan kapal sampai tingkat depo dengan kapasitas docking 894.000 DWT per tahun. Jenis kapal yang telah mampu diproduksi adalah kapal curah ( bulk carrier ), kapal ferry ro-ro, chemical tanker, Landing Platform Dock (LPD), LPG Carrier, dry cargo vessel, kapal penumpang, kapal kargo dan kontainer, tanker, kapal ikan, tug boat , dan Kapal Patroli Cepat. Saat ini PT PAL juga tengah mengembangkan produk-produk untuk memenuhi kebutuhan kapal perang dan kapal negara sesuai pesanan, antara lain dari Kementerian P er tahanan , Kepolisian Rl, Kementerian Kelautan & Perikanan, Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan (Ditjen B ea & Cukai), Pemerintah Daerah, serta pesanan luar negeri. Salah satunya adalah k a p a l p e r a n g S t r a te g i c Sealift Vessel (SSV) pesanan Ke m e nte r ian P e r tah an an Nasional Filipina. Kapal SSV ini merupakan pengembangan kapal pengangkut LPD dengan panjang 123 meter, lebar 21,8 meter, dan memiliki kecepatan 16 knot dengan ketahanan berlayar selama 30 hari di laut lepas. PT PAL membangun kapal tersebut dengan kemampuan membawa dua helikopter, dan mengangkut kapal Landing Craft Utility (LCU) serta sejumlah tank
18
KINA 01-2017
perang hingga truk militer. Khusus yang berkaitan dengan produk alutsista, PT PAL mendapat tugas utama dari pemerintah yaitu se bagai lead integrator. Di sini, PT PAL mengintegrasikan peralatan perang pada satu bangunan kapal, yang berasal dari berbagai tempat untuk diintegrasikan. Sebagai tugas di bidang industri pertahanan, saat ini PT PAL juga tengah mempersiapkan diri untuk membangun kapal selam. “Dengan asumsi jumlah kapal selam yang ada di dunia sangat terbatas, apabila Indonesia dapat membangunnya, maka menjadi capaian luar biasa,” ujar Direktur Utama PT PAL. Untuk mewujudkan hal tersebut, saat ini PT PAL tengah menyiapkan SDM untuk dilatih di Korea Selatan sebanyak 120 orang dari 206 yang ditargetkan. Sementara itu, untuk membangun kapal selam tersebut, dibutuhkan waktu 4-5 tahun, sehingga perusahaan juga harus menyiapkan perangkat komponennya. Menyinggung penggunaan produk dalam negeri, PT PAL mengaku siap. “Seperti untuk produksi kapal perang, maka perhitungan Tingkat Komponen Dalam negeri (TKDN) 35 persen sebenarnya sudah dapat terpenuhi. Untuk mengejar TKDN yang lebih tinggi, akan diupayakan melalui pembentukan holding BUMN,” sambungnya. Selain mengundang PT Krakatau Steel untuk pengadaan bahan baku baja, PT PAL juga bermitra dengan PT LEN untuk pengadaan perangkat elektronik dalam produksi kapal seperti Combat Management System (CMS). PT PINDAD juga bekerja sama dalam penyediaan deck machinery, steer geer, dan win lass.
Selain dari BUMN, PT PAL juga bermitra dengan perusahaan swasta, seperti p erusahaan komp onen d a r i Te g a l d a n K l ate n , yang memproduksi sejumlah komponen logam yan g dib utuhkan dal am m en ghas ilkan b an gunan kapal. Namun karena p e r u s ah aan nya b e r s kal a
kecil dan menengah , seringkali kualitas produk yang dihasilkan tidak sesuai standar dan juga terbentur pada minimum order yang diperlukan. Untuk itu, PT PA L m e nawar kan s o lu s i dengan menggunakan sistem desain produk, serta Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku secara nasional.
PT PAL INDONESIA
FROM MERCHANT SHIP TO WARSHIP PT PAL Indonesia (Persero) is one of the national strategic industries that produce vessels, including the main tools of the national armaments system.
H
owever, PT PAL also produces merchant ships and general engineering ships, both for domestic and export needs. In addition, PT PAL also provides ship maintenance and repair services to depot level with 894,000 DWT docking capacity per year. The types of ships that have been able to be produced are bulk carriers, ferry boats, chemical tankers, Landing Platform Docks (LPDs), LPG Carriers, dry cargo vessels, passenger ships, cargo ships and containers, tankers, tugboat, and Fast Patrol Boats. Currently PT PAL is also developing products to meet the needs of warships and state ships according to orders, among others from the Ministry of Defense, Indonesian Police, Ministry of Marine Affairs & Fisheries, Ministry of Energy and Mineral Resources, Ministry of Finance (Directorate General of Customes and Excise), Local Government, as well as orders from abroad. One of them is the Strategic Sealift Vessel (SSV ) warship ordered by Philippine Ministry of National Defense. SSV ship is a development of LPD transport vessel with a length of 123 meters, 21.8 meters wide, and has a speed of 16 knots with 30-day sailing durability on the high seas. PT PAL built the ship with the capability of carrying two helicopters, and transporting Landing Craft
Utility (LCU) vessels as well as a number of war tanks to military trucks. Specifically related to the main tool of defense system products, PT PAL gets the main task of the government as a lead integrator. Here, PT PAL integrates war equipment on a single shipbuilding, which comes from various places to be integrated. As a task in the defense industry, currently PT PAL is also preparing to build a submarine. “Assuming the number of submarines in the world is very limited, if Indonesia can build it, it will be a great achievement,” said President Director of PT PAL. To achieve this, currently PT PAL is preparing human resources to be trained in South Korea as many as 120 people from 206 targeted. Meanwhile, it will take 4-5 years to build the submarine, so the company must also prepare the device components. Alluding to the use of domestic products, PT PAL claimed to be ready. “As for the production of warships, the calculation of 35 percent of Domestic Component Level (Tingkat Komponen Dalam Negeri - TKDN) actually can be fulfilled. To pursue higher TKDN, there will be the establishment of holding of State Owned Enterprises (SOE),” he continued. In addition to inviting PT Krakatau Steel for the procurement of steel raw materials, PT PAL also partnered with PT LEN for the procurement of electronic
devices in ship production such as Combat Management System (CMS). PT PINDAD also co-operates in the supply of deck machinery, steer geer, and win lass. Apart from SOEs, PT PAL also partners with private companies such as component companies from Tegal and Klaten, which produce a number of metal components required to produce shipbuilding. However, because the company is small and medium scale, the quality of the resulting product often failed to meet the standards and also hit the minimum order required. To that end, PT PAL offers solutions by using a product design system, as well as the Indonesian National Standard (Standar Nasional Indonesia – SNI).
INFORMATION PT. PAL Indonesia (Persero) Gedung BPPT 1, Jl. M.H. Thamrin No.8, RT.10/RW.10, Kb. Sirih, Menteng, Kota Jakarta Pusat Phone (021) 3156860
KINA 01-2017
19
Made in indonesia
PT DIRGANTARA INDONESIA
N219 SIAP MENGGUSUR DHc 6 TWIN OTTER Persaingan pesawat angkut ringan dengan kapasitas penumpang 19 orang di pasar dalam negeri akan segera menghangat dengan akan dirilisnya pesawat N219 produksi PT Dirgantara Indonesia di pasar domestik yang sangat prospektif.
P
asar pesawat ringan di negara kepulauan seperti Indonesia tentu saja sangat menjanjikan karena dapat menjadi jembatan udara untuk mobilisasi penduduk maupun barang. Palmana Banandhi, Manajer Pengembangan Produk PT DI yang juga chief engineer proyek N219 mengatakan, pasar pesawat ringan di dalam negeri sangat prospektif karena saat ini pesawat-pesawat yang beroperasi telah berusia di atas 25 tahun. Dengan usia yang sudah tua, sebagian besar pesawat ringan tersebut harus sudah diganti dalam kurun waktu 3-5 tahun ke depan. Dengan jumlah penerbangan perintis yang kini mencapai lebih dari 170 rute, terdapat tidak kurang dari 150 pesawat ringan yang harus segera diganti dengan pesawat baru. Kebutuhan inilah yang menjadi target pasar pesawat N219 buatan PT DI tersebut. Menurut Palmana, pesaing utama bagi N219 adalah pesawat DHC-6 Twin Otter produksi Viking Air De Havilland Canada. Pesawat hasil rancangan tahun 1964 dan mulai diperkenalkan ke pasar pada tahun 1966 itu kini merajai pasar pesawat ringan bermesin turboprop dengan kapasitas penumpang 19 orang. Namun demikian, Palmana mengaku optimistis pesawat N219 akan dapat bersaing dengan DHC-6 Twin Otter, tidak hanya karena keunggulan desain, teknologi dan kemampuan terbangnya, tetapi juga dari segi harganya. Pesawat DHC-6 Twin Otter kini dijual pada harga USD8-9 juta per unit, sedangkan harga jual N219 diperkirakan akan berkisar sekitar USD5,5 juta per unit. Sejumlah keunggulan teknis N219 dibandingkan DHC-6 Twin Otter antara lain: tinggi kabin 1,7 meter (DHC-6 Twin Otter hanya 1,55 meter), kapasitas angkut bagasi (payload) 2.300 kg (DHC-6 Twin Otter hanya 1.800 kg), sayap center wing profile yang membuatnya lebih mudah dikendalikan dan handal pada landasan pendek kurang dari 500 meter, serta kecepatan terbang hingga 210 knot
20
KINA 01-2017
(DHC-6 Twin Otter hanya 180 knot) karena menggunakan mesin turboprop Pratt & Whitney PT6-42 dengan tenaga 850 SHP (DHC-6 Twin Otter menggunakan mesin turboprop Pratt & Whitney PT6-37 dengan tenaga 750 SHP). Banyak perusahaan penerbangan perintis yang berminat membeli N219, antara lain Trigana Air, Avia Star dan NBA. Pada ajang Singapore Air Show 2016, sejumlah perusahaan domestik dan mancanegara juga tertarik untuk membeli N219 dengan jumlah hingga ratusan unit. Untuk memenuhi potensi permintaan pasar yang cukup antusias, PT DI telah mengembangkan sistem produksi panelisasi dengan menggunakan jig (semacam rangka cetakan pesawat). Sistem tersebut sudah terbukti ampuh
dalam memenuhi pesawat pembuatan pesawat dalam jumlah relatif besar guna mengefisienkan dan memperpendek waktu pembangunan pesawat. Dengan sistem panelisasi tersebut, PT DI secara bertahap akan terus meningkatkan kemampuan produksi pesawat N219 mulai dari 6-8 unit per tahun pada tahun pertama (tahun 2017), menjadi 18 unit per tahun pada tahun kedua dan menjadi 24 unit per tahun pada tahun ketiga. Untuk memenuhi kebutuhan pilot dan kru pesawat N219, tambah Palmana, PT DI juga telah berhasil mengembangkan sendiri flight simulator facility khusus untuk pesawat N219 dengan menggunakan perangkat lunak yang juga dikembangkan sendiri oleh PT DI.
PT DIRGANTARA INDONESIA
N219 READY TO REPLACE DHC 6 TWIN OTTER Competition of light transport aircraft with a passe-nger capacity of 19 people in the domestic market will soon incerase with the release of N219 aircraft produced by PT Dirgantara Indonesia (PT DI).
T
he light aircraft market in the archipelago country like Indonesia is certainly very promising as it can be an air bridge for the mobilization of people and goods. Palmana Banandhi, Product Development Manager of PT DI who is also the chief engineer of the N219 project, said the light aircraft market in the country is very prospective because currently the airplanes that operate have been aged over 25 years. With that old age, most of the light aircraft must have been replaced within the next 3-5 years. With the number of pioneering flights that now have reached more than 170 routes, there are more than 150 light aircraft that must be replaced with new aircraft. This requirement is the target market of N219 aircraft made by PT DI. According to Palmana, the main competitor for the N219 is the DHC-6 Twin Otter aircraft production of Viking Air De Havilland Canada. The aircraft was designed in 1964 and began to be introduced to the market in 1966. It is now dominating the light turboprop engine aircraft market with a passenger capacity of 19 people. However, Palmana is optimist that the N219 aircraft will be able to compete with DHC-6 Twin Otter, not only because of its design, technology and flying capabilities, but also in terms of price. The
DHC-6 Twin Otter aircraft is now sold at a price of USD8-9 million per unit, while the N219 selling price is expected to be around USD5.5 million per unit. Not to mention if we look at the various designs and advanced technology, then N219 will still have more advantages than its competitors. A number of technical advantages of N219 compared DHC-6 Twin Otter include: 1.7 meter high cabin (DHC-6 Twin Otter only 1.55 meters), 2,300 kg capacity of payload (DHC-6 Twin Otter has only 1,800 kg), center wing profile that make it more controllable and reliable on short runways of less than 500 meters, and flight speeds up to 210 knots (DHC-6 Twin Otter is only 180 knots) because of the use of the Pratt & Whitney PT6-42 turboprop engine with 850 SHP (DHC-6 Twin Otter uses Pratt & Whitney PT6-37 turboprop engine with 750 SHP power). With that variety of advantages, it is not surprising that now many pioneer airlines are interested in buying N219, including Trigana Air, Avia Star and the NBA. In the Singapore Air Show 2016 event, a number of domestic and foreign companies were also interested to buy N219 with the number of up to hundreds of units. To meet the quite enthusiastic potential market demand, PT DI has developed a panel production system using a jig (a kind of aircraft mold framework). The system has proved successful in manufacturing relatively large quantities of aircrafts in order to streamline and shorten the development time of the aircraft. With the panel system, PT DI will gradually increase the production capacity of N219 aircraft from 6-8 units per year in the first year (2017), to 18 units per year in the second year and 24 units per year in the third year. To meet the needs of the pilot and crew of N219 aircraft, added Palmana, PT DI has also successfully developed a special flight simulator facility for N219 aircraft by using software that is also developed by PT DI.
INFORMATION PT Dirgantara Indonesia (Persero) Jl. Pajajaran no. 154 Bandung 40174, Indonesia Phone (022) 6054167
KINA 01-2017
21
Made in indonesia
PT SUGIH INSTRUMENDO ABADI
TRANSFORMATION OF THE SPHYGMOMANOMETER PRODUCER With the help of Bogor Rubber Research Center, PT Sugih Instrumendo Abadi started its work in the production of sphygmomanometer components made from natural rubber raw materials in 1990.
PT SUGIH INSTRUMENDO ABADI
TRANSFORMASI PRODUSEN TENSIMETER
Dengan bantuan Pusat Penelitian Karet Bogor, PT Sugih Instrumendo Abadi mengawali kiprahnya dalam produksi komponen tensimeter yang terbuat dari bahan baku karet alam pada tahun 1990.
K
etika itu, perusahaan berhasil memproduksi komponen tensimeter dari karet alam seperti bladder, bullet , dan coil tube atas pesanan perusahaan pembuat tensimeter di Jepang, Amerika Serikat (AS), dan Jerman. President PT Sugih Instrumendo Abadi, Ade Tarya Hidayat mengatakan, para produsen tensimeter di AS dan Jerman merasa puas dengan kualitas komponen karet untuk tensimeter buatan PT Sugih. Setelah dua tahun berturut-turut, para pelanggan asing tersebut kemudian memperluas pesanan komponennya berupa valve, manset (cuff) dan tas/tempat tensimeter. Semua pesanan
22
KINA 01-2017
komponen tensimeter itu kembali berhasil dipenuhi PT Sugih Instrumendo Abadi dengan baik, tepat waktu, dan kualitas prima. Dengan berbekal rasa percaya diri dan pengakuan oleh produsen tensimeter terkemuka dunia, maka dua tahun kemudian, tepatnya tahun 1994, PT Sugih Instrumendo Abadi memberanikan diri untuk memproduksi sendiri produk tensimeter. Merek produk yang digunakan pun adalah merek milik sendiri, yaitu merek ABN. Sejak pertama kali memproduksi tensimeter, PT Sugih langsung fokus menggarap pasar domestik yang ketika itu masih dikuasai produk tensimeter impor. Tak lama, pasar tensimeter nasional pun langsung menerima produk dalam negeri tersebut karena memang kualitasnya tidak kalah dibanding produk impor. Hingga kini, produk tensimeter merek ABN sudah menguasai sekitar 35% pasar dalam negeri. Produk tensimeter merek ABN sudah memiliki kelas tersendiri di pasar domestik karena kualitasnya memang lebih baik dan sudah banyak di pakai di luar negeri. B ersamaan dengan mulai diproduksinya tensimeter aneroid sejak
tahun 1996, perusahaan juga sudah melakukan ekspor produk tensimeter utuh ke AS dan negara-negara Eropa. Dengan semakin dipercayanya kualitas produk tensimeter merek ABN di pasar mancanegara, ekspornya pun terus meningkat secara signifikan. Pada tahun 2015 misalnya, nilai ekspor produk tensimeter PT Sugih telah mencapai USD6 juta, melampui nilai penjualan di pasar domestik yang mencapai USD4,7 juta. Sekitar 60% ekspor ditujukan ke AS, 20% ke Jerman, 5% ke China, dan 15% sisanya ke berbagai negara di dunia. Sementara itu, di pasar domestik, saat ini produk tensimeter buatan PT Sugih dijual dengan harga antara Rp125.000-175.000 per unit. Dengan tetap mempertahankan metode produksi secara manual, PT Sugih kini mampu memproduksi 200.000 unit komponen karet per bulan atau 2,5 juta unit per tahun. Dengan volume produksi komponen karet tensimeter sebesar itu, PT Sugih menjadi produsen komponen karet tensimeter terbesar di dunia. Dalam perjalanannya, lanjut Ade, PT Sugih sejak tahun 2016 sudah tidak lagi memproduksi tensimeter air raksa seiring dengan mulai dilarangnya penggunaan air raksa dalam peralatan kesehatan. Sebagai gantinya PT Sugih memproduksi tensimeter clock aneroid dan digital. Untuk produk tensimeter digital, PT Sugih sudah memulai produksinya sejak tahun 2010 sebagai produsen Original Equipment Manufacturer (OEM) dimana sebagian komponennya, khususnya komponen elektroniknya dibeli dari perusahaan lain. PT Sugih saat ini mempekerjakan 400 orang karyawan. Setiap bulannya perusahaan menggunakan 25 ton lateks untuk memproduksi komponen tensimeter yang berbasis karet. Selain lateks, perusahaan juga menggunakan bahan baku Neoprene dan bijih plastik PVC. Menurut Ade, setiap tahunnya kebutuhan tensimeter dalam negeri mencapai sekitar 350.000 unit yang terdiri dari 70% tensimeter aneroid, 25% tensimeter air raksa dan 5% tensimeter digital. Dari jumlah tersebut, sekitar 110.000120.000 unit dipasok oleh PT Sugih dengan merek ABN.
A
t that time, the company succeeded in producing sphygm o man o m e te r c o m p o nents of natural rubber such as bladder, bullet, and coil tube for order of sphygmomanometer maker companies in Japan, United States (US), and Germany. President of PT Sugih Instrumendo Abadi, Ade Tarya Hidayat, said that sphygmomanometer producers in the US and Germany are satisfied with the quality of rubber components made by PT Sugih. After two years in a row, the foreign customers then expand the order of its components in the form of valve, cuff and sphygmomanometer bag. PT Sugih Instrumendo Abadi successfully met all orders of sphygmomanometer component with good, timely, and excellent quality. Armed with confidence and recognition by the world’s leading sphygmomanometer makers, two years later, in 1994, PT Sugih Instrumendo Abadi ventured to produce its own sphygmomanometer products. They used their own brand, namely ABN. Since the first time producing sphygmomanometer, PT Sugih directly focuses on working on the domestic market, which was then still dominated by imported sphygmomanometer products. Soon, the national sphygmomanometer market has been immediately able to accept the domestic products because the quality is competitive with imported products. Until now, ABN brand of sphygmomanometer products has already had about 35% of the domestic market. ABN brand of sphygmomanometer products has already had their own class in the domestic market because the quality is better and already widely used in overseas. Along with the production of aneroid sphygmomanometer in 1996, the company has also exported whole
sphygmomanometer products to the US and European countries. With the increasing reliability of ABN brand of sphygmomanometer products in overseas markets, its exports have continued to increase significantly. In 2015, for example, the export value of PT Sugih sphygmomanometer products has reached USD6 million, exceeding the value of sales in the domestic market that reached USD4.7 million. Approximately 60% of exports are directed to the US, 20% to Germany, 5% to China, and 15% to the rest of the world. Meanwhile, in the domestic market, the product of PT Sugih sphygmomanometer is sold at IDR125,000-175,000 per unit. By maintaining the manual production method, PT Sugih is now capable of producing 200,000 units of rubber components per month or 2.5 million units per year. With the volume production of sphygmomanometer rubber components of that size, PT Sugih has become the largest producer of sphygmomanometer rubber components in the world. In the journey, Ade continued, since 2016 PT Sugih was no longer producing
mercur y sphygmomano meter, along with the prohibition of the use of mercury in health equipment. Instead, PT Sugih manufactures aneroid and digital clock tanks. For digital sphygmomanometer products, PT Sugih has started its production since 2010 as an Original Equipment Manufacturer (OEM), whereby some of its components, especially its electronic components, are purchased from other companies. PT Sugih currently employs 400 employees. Every month the company uses 25 tons of latex to produce rubber-based sphygmomanometer components. In addition to latex, the company also uses Neoprene raw materials and PVC plastic ore. According to Ade, each year the domestic sphygmomanometer needs to reach about 350,000 units consisting of 70% aneroid sphygmomanometer, 25% mercury sphygmomanometer and 5% digital sphygmomanometer. Of these, about 110,000120,000 units are supplied by PT Sugih under the ABN brand.
INFORMATION PT Sugih Instrumendo Abadi Jl. Tembokan RT. 01/01, Ds. Cipeundeuy, Padalarang 40553, INDONESIA Phone: (022) 686 5318 Email:
[email protected]
KINA 01-2017
23
made in indonesia
PT JOGJA INOVASI TEKNOLOGI
PT JOGJA INOVASI TEKNOLOGI
COMBINE HARVESTER WITH HIGH LOCAL COMPONENTS
PEMANEN PADI DENGAN KANDUNGAN LOKAL TINGGI
The success of farmers in farming activities in general can be seen from the harvest obtained. Paddy farming will not produce satisfactory results if the harvesting process is done at an inappropriate harvest time and in improper way.
Keberhasilan petani dalam kegiatan usaha tani pada umumnya dilihat dari hasil panen yang didapatnya. Usaha tani padi tidak akan memberikan hasil yang memuaskan apabila proses pemanenan dilakukan pada umur panen yang tidak tepat dan dengan cara yang kurang benar.
U
mur panen padi yang tepat akan menghasilkan gabah dan beras bermutu baik, sedang cara panen yang baik secara kuantitatif dapat menekan kehilangan hasil. Oleh karena itu, teknologi pemanenan padi amat diperlukan agar diperoleh hasil yang memuaskan. Guna membantu petani mendapatkan hasil yang baik dalam kegiatan panen, PT Jogja Inovasi Teknologi telah memberikan kontribusinya melalui produk alat pemanen padi yang dinamakan ZAAGA. Alat pemanen ini cukup cepat, irit, dan hemat, sehingga dapat membantu petani dalam mendapatkan hasil terbaik. Menurut inovator PT Jogja Inovasi Teknologi, Pur wanto, nama ZA AGA merupakan singkatan dari nama penemu teknologi mesin itu, yakni Zamroni Agus. “Mesin ini tugasnya untuk memotong padi di sawah, merontokkan, dan membersihkan biji-bijinya. Alat ini juga bisa mengemasnya langsung ke dalam karung,” ujarnya. Alat pemanen ini dibuat langsung di lokasi pabrik ZAAGA yang berlokasi Desa Milir, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Semua komponen mulai dari mesin sampai gigi-gerigi untuk merontokkan padi dan pisau semuanya dibuat di pabrik itu dengan mesin maupun manual. Adapun kandungan lokal dari alat pemanen ini sudah mencapai 99%. “Yang diimpor hanya roda karet dari China karena di dalam negeri belum tersedia produk tersebut,” kata Purwanto. Adapun cara kerja mesin pemanen padi ZAAGA secara umum tidak jauh berbeda dengan gunting rambut elektrik yaitu menggunakan pisau baja yang digerakan otomatis. Male atau batang
24
KINA 01-2017
padi yang terpotong selanjutnya dibawa masuk oleh kon veyor kedalam mesin perontok. Di dalam mesin p erontok inilah , ungkap Purwanto, biji-biji padi kemudian dirontokkan. Secara otomatis bagian batang dan daunnya dibuang keluar melalui blower. “Sedangkan bijibiji padinya dijatuhkan kedalam karung penampungan,” paparnya. Produk mesin pemanen padi buatan PT Jogja Inovasi Teknologi sebenarnya sudah digunakan petani sejak tahun 2012, namun saat itu alat tersebut belum dipatenkan. Kini, produk buatan anak bangsa itu sudah dipatenkan. Produk terbarunya yang diperkenalkan ke masyarakat adalah alat pemanen padi ZAAGA APW 140. Alat pemanen padi ini memiliki kemampuan efisiensi lapang pemanenan selama 5,8 jam per hektar dengan kecepatan jalan pemanenan sekitar 2,2 km per jam. Adapun tingkat kerontokan padi yang dihasilkan oleh alat ini mencapai 99,8% dengan tingkat kebersihan sekitar 94,1%. Jumlah pisau yang terdapat dalam alat pemanen padi ini sebanyak 19 buah yang terdiri atas empat ruas penyisir. Keunggulan lain dari alat tersebut adalah persentase susut panennya yang hanya mencapai 1,8% serta tingkat kerusakan gabah yang hanya 1%. Dengan konsumsi bahan bakar 2,1 liter per jam, ZAAGA APW 140 diklaim sebagai alat pemanen padi yang cepat, irit, dan hemat. Apalagi harganya berkisar Rp140150 juta per unit. “Petani akan mendapatkan hasil yang memuaskan dengan menggunakan alat ini,” kata Purwanto. Hal itu sudah
dibuktikan dengan banyaknya petani di sejumlah daerah yang menggunakan alat pemanen padi tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan petani, saat ini perusahaan telah mampu memproduksi 4 unit alat pemanen padi setiap harinya. “Kami akan terus meningkatkan kemampuan produksi untuk memenuhi kebutuhan petani,” pungkas Purwanto.
T
he right paddy harvest time will produce good quality of grain and rice, while a good a good way of harvesting can suppress the amount of quantity. Therefore, paddy harvesting technology is needed to obtain satisfactory results. To help farmers to get good results in harvesting activities, PT Jogja Teknologi Inovasi has contributed through paddy harvesting products called ZAAGA .
This harvesting tool is fast enough, economical, and efficient, so it can help farmers in getting the best results. According to the innovator of PT Jogja Teknologi Inovasi, Purwanto, the name ZAAGA is an abbreviation of the name of the inventor of the machine technology, namely Zamroni Agus. “This machine’s function is to cut paddy in the fields, threshing, and cleaning the seeds. This tool can also pack it directly into the sack,” he said. This paddy harvester is made directly at ZAAGA factory, which is located in Milir Village, Madiun Regency, East Java. All components ranging from machines to teeth to knocking out paddy and knives are all made in the factory by machine or manual. The local content of this harvesting tool has reached 99%. “The only imported
component is rubber wheels from China because there are no available product in Indonesia,” said Purwanto. The way the ZAAGA paddy harvesting machine in general is not much different from the electric hair scissors that is using a motorized automatic blades. Cut trunked paddy is then brought in by the conveyor into the threshing machine. In this threshing machine, said Purwanto, the seeds of paddy then threshed. Automatically the stems and leaves are thrown out through the blower. “Whereas the seeds are dropped into the bag sack shelter,” he explained. The paddy harvesting machine made by PT Jogja Teknologi Inovasi has actually been used by farmers since 2012, but at that time the tool has not been patented. Now, the product that made by local citizen has been patented. The newest product introduced to the community is the paddy harvesting tool ZAAGA APW 140. This paddy harvester has the efficiency of the field of harvesting for 5.8 hours per hectare with the speed of harvesting road about 2.2 km per hour. The level of threshing of paddy produced by this tool reached 99.8% with a cleanliness level of about 94.1%. The number of knives used in this paddy harvester are 19 pieces consisting of four combing segments. Another advantage of the tool is the percentage of harvest losses that reach only 1.8% and the grain damage rate of only 1%. With a fuel consumption of 2.1 liters per hour, ZAAGA APW 140 is claimed as a rapid, efficient and economical paddy-harvesting tool. Moreover, the price ranges from Rp140-150 million per unit. “Farmers will get satisfactory results by using this tool,” said Purwanto. It has been proved by the number of farmers in some areas that use the paddy harvesting tool. To meet the needs of farmers, the company has been able to produce 4 units of paddy harvesters every day. “We will continue to improve production capability to meet the needs of farmers,” said Purwanto.
INFORMATION PT Jogja Inovasi Teknologi Jalan Raya Milir Nomor 7 Dolopo, Madiun Phone: 0351 364549 Fax : 0351 366039 Email:
[email protected]
KINA 01-2017
25
made in indonesia
Kemajuan teknologi di bidang industri tidak hanya dinikmati sektor tertentu saja. Sektor pertanian pun telah menikmati hasil dari p e r ke m b a n g a n te k n o l o g i di bidang industri, seperti industri alat dan mesin pemanen padi atau combine harvester .
P
etani kini tak perlu bersusah payah dalam melakukan pemanenan padinya secara manual atau tradis io nal . M e re ka c uk up menggunakan mesin pemanen padi yang memiliki beragam fungsi. Salah satu mesin pemanen padi yang banyak digemari petani di dalam negeri adalah alat pemanen padi produksi PT Om Hwahaha. Perusahaan ini telah memproduksi sejumlah mesin pemanen padi sejak beberapa tahun lalu dengan merek dagang Futata. Produk terbaru yang diluncurkan perusahaan di tahun 2016 adalah alat pemanen padi Futata HH-8 KEG. Menurut marketing PT Om Hwahaha, Eko Sulaksono, mesin pemanen padi Futata HH-8 KEG itu merupakan penyempurnaan dari tipe mesin sebelumnya yang diproduksi perusahaan. “Combine har vester Futata HH 8-KEG memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan mesin lain yang sebelumnya kami produksi,” papar Eko. Mesin pemanen ini menggunakan motor penggerak Kubota RD110DI-NB yang sudah memenuhi standar SNI dan memiliki daya diesel 11 HP. Sistem penyalaannya bisa menggunakan electric starter atau secara engkol. Selain itu, tangki mesinnya berkapasitas 11 liter dan transmisinya terdiri atas tiga kecepatan maju dan satu kecepatan mundur. Futata HH-8 KEG memiliki dimensi panjang 3.620 mm, lebar 1.590 mm, dan tinggi 1.820 mm. Bobot operasinya mencapai 980 kg. Mesin pemanen padi tersebut juga dilengkapi dengan kapasitas dua sak karung, dua tempat duduk, dan kanopi serta sambungan untuk gerobak. Eko menjelaskan, mesin itu cukup dioperasikan dua orang yang duduk di atas mesin, meliputi satu orang bertindak sebagai operator mesin dan seorang lagi bertugas mengikat karung gabah. “Mesin ini bisa digunakan di lahan berlumpur dengan kedalaman 30 centimeter atau di lahan gambut,” ujarnya. Dari hasil uji unjuk kerja, mesin Futata HH-8 KEG memiliki kecepatan jalan pemanenan sekitar 1,9 km per jam d e n g a n ke m a m p u a n m e l a k u k a n
26
KINA 01-2017
pemanenan selama lima jam per hektar. Adapun konsumsi bahan bakarnya mencapai 1,4 liter per jam. Mengenai tingkat kebersihan hasil panen, menurut Eko, mesin pemanen padi itu memiliki tingkat kebersihan 96,7%, efisiensi perontokan sebanyak 99,8%, dengan persentase susut pemanenan sebesar 1,92% . Sedangkan persentase tingkat kerusakan gabah hanya 1%. “Dengan hasil uji unjuk kerja itu, mesin kami mampu memberikan hasil yang memuaskan kepada petani dalam melakukan pemanenan,” ujar Eko. Dengan efisiensi yang dihasilkan mesin Futata HH-8 KEG, petani padi akan mampu mengurangi biaya produksi yang harus dikeluarkan ketika melakukan pemanenan. Dengan begitu, hasil usaha tani mereka akan lebih baik lagi. Eko juga mengungkapkan, pihaknya memberikan jaminan purna jual yang maksimal kepada konsumen. “Kami memberikan pelayanan purna jual yang maksimal kepada konsumen dan hal itu sudah dibuktikan melalui produk-produk kami sebelumnya,” katanya. Terkait komponen yang ada pada mesin tersebut, Eko menyatakan kalau sekitar 70% komponen yang ada pada mesin pemanen padi itu adalah buatan dalam negeri. “Yang diimpor hanyalah gear box dan karet roda,” ucapnya. Dengan kemampuan produksi sebanyak 1.500 unit per bulan, PT Om Hwahaha optimis mampu memenuhi kebutuhan mesin pemanen padi di dal am n e g e r i . Saat ini, mesin tersebut sudah digunakan petani di berb agai provinsi di Indonesia.
PT OM HWAHAHA
MAMPU MENEMBUS LAHAN BERLUMPUR
PT OM HWAHAHA
ABLE TO GOING THROUGH MUD
Technological advances in industry are not only enjoyed by certain sectors. The agricultural sector has also enjoyed the results of technological developments in industry such as paddy harvesting machine or combine harvester.
F
armers now do not have to go through the trouble to manually or traditionally harvest them. They can simply use a paddy har vesting machine that has a variety of functions. One of the most favored paddy harvesting machines in the country is the harvester production of PT Om Hwahaha. The company has produced a number of paddy harvesting machines since several years ago under the Futata trademark. The latest product launched by the company in 2016 is the Futata HH-8 KEG paddy harvesting tool. According to marketing of PT Om Hwahaha, Eko Sulaksono, Futata HH-8 KEG paddy harvesting machine is a refinement of the previous type produced by the company. “Combine harvester Futata HH 8-KEG has a number of advantages compared to other machines we previously produced,” said Eko. This harvester machine uses Kubota RD110DI -NB motor that meets the SNI standard and has 11 HP diesel power. The ignition system can use electric starter or by crank. In addition, the engine tank has capacity of 11 liters and the transmission consists of three forward speeds and one backward speed. Futata HH-8 KEG has a length of 3,620 mm, width of 1,590 mm, and height of 1,820 mm. Its operating weight reaches 980 kg. The paddy harvesting machine is also equipped with a capacity of two sacks, two seats, and a canopy and a connection for the cart. Eko explained, the machine can be operated by only two people on the machine, one person acting as a machine operator and another in charge of binding sacks of grain. “This ma c hin e c an b e u s e d in muddy land with a depth of 30
centimeters or in peatland,” he said. From the performance test results, the Futata HH-8 KEG engine has a road speed of harvest of about 1.9 km per hour with the ability to harvest for five hours per hectare. The fuel consumption reached 1.4 liters per hour. Regarding to the cleanliness level of crops, according to Eko, the harvesting machine has 96.7% cleanliness, 99.8% threshing efficiency, with the percentage of harvesting losses of 1.92%. While the percentage of grain damage rate is only 1%. “With the performance test results, our machines are able to provide satisfactory results to farmers in the harvesting,” said Eko. The efficiency of the Futata HH-8 KEG engine enables rice farmers to reduce the production costs incurred when harvesting. That way, the results of their farming efforts will be even better. Eko also revealed that the company provides maximum after-sales guarantee to consumers. “We provide maximum after sales service to consumers and it has been proven through our previous products,” he said. Related to the components that exist on the machine, Eko said that about 70% of the existing components on the paddy harvesting machine are made in Indonesia. “The only imported components are gear box and rubber wheel,” he said. With production capability of 1,500 units per month, PT Om Hwahaha optimists that they are able to meet the domestic needs of paddy harvesting machine. Currently, the machine has been used by farmers in various provinces in Indonesia.
INFORMATION PT Om Hwahaha Jalan Raya Kedamean 87, Gresik 61175, Jawa Timur. Phone (031) 7914333 www.futata.co
[email protected]
KINA 01-2017
27
made in indonesia
PT BARATA INDONESIA
TRAKTOR MULTIGUNA YANG ANDAL Dukungan prasarana dan sarana pertanian memiliki peranan penting untuk meningkatkan efisiensi kegiatan usaha tani. Untuk itu, pemerintah terus melakukan modernisasi prasarana dan sarana berupa alat mesin pertanian.
S
alah satu alat mesin pertanian (alsintan) yang terus dimodernisasi adalah traktor. Pasalnya, mesin pertanian ini memiliki peran yang cukup besar bagi kelancaran dan kemudahan kegiatan usaha tani. Setiap tahun, pemerintah berusaha memberikan bantuan traktor bagi petani di dalam negeri. Namun, jumlahnya masih belum mampu memenuhi kebutuhan petani akan mesin pertanian itu. Misalnya saja pada tahun 2015, kebutuhan petani di dalam negeri terhadap traktor mencapai 1.500 unit, namun baru sekitar 60% yang bisa dipenuhi pemerintah. Itu pun sebagian besar masih harus diimpor dan konten lokalnya hanya beberapa komponen saja. Melihat kondisi seperti ini, PT Barata Indonesia (Persero), selaku BUMN bidang kontrak rekayasa, pengadaan, dan mesin konstruksi siap memenuhi kebutuhan traktor nasional itu secara bertahap, salah satunya dengan meluncurkan produk traktor roda empat multiguna. BUMN ini pada tahun 2016 lalu telah meluncurkan prototipe traktor roda empat yang dinamakan Barata 50x4. “Prototipenya sudah dibuat tahun 2016 dan terus dikembangkan,” kata Harjito Hadi Wiyoso, Research and Development Manager PT Barata Indonesia. Menurutnya, setelah mengalami berbagai perbaikan, alat mesin pertanian itu diluncurkan ke pasaran pada tahun 2017 ini. “Kami mulai memproduksi alat ini untuk pasaran umum di tahun 2017,” jelasnya. Pada awal produksi, komponen lokal yang terkandung pada traktor roda empat ini mencapai sekitar 30%. Namun,
28
KINA 01-2017
seiring berjalannya waktu, kandungan komponen lokal akan terus bertambah. “Yang diimpor berupa mesinnya karena di Indonesia belum ada yang bisa memproduksi mesin itu,” ujarnya. Harjito menjelaskan, traktor roda empat Barata 50x4 memiliki sejumlah keunggulan yang bisa dinikmati petani dalam mengolah lahan sehingga menjadi lahan siap tanam. “Selain untuk membajak sawah, alat ini juga bisa digunakan untuk kegiatan lainnya, seperti membuat saluran irigasi, menggali, melubangi dan sebagainya. Ada enam fungsi yang bisa dilakukan alat ini.” katanya. Hal itu dikarenakan traktor Barata 50x4 bisa dilengkapi enam alat pertanian secara bergantian. Alat pertanian itu adalah share flow dengan jumlah pembajak sebanyak empat buah, disc plough dengan jumlah cakram sebanyak tiga buah, serta rotary tiller dengan jumlah pisau sebanyak 38 buah. Lalu ada lagi alat pertanian yang bisa digunakan dengan traktor Barata 50x4, yakni loader dengan kedalaman penggalian mencapai sekitar 140 mm dan kapasitas angkut 500 kilogram, backhoe yang memiliki ketinggian bongkar maksimal 230 cm dan kedalaman penggalian maksimal 200 cm, serta cultivator dengan jumlah garu sebanyak 9 buah. Selain itu, traktor Barata 50x4 tersebut juga dilengkapi dengan roda apung sehingga alat ini bisa digunakan petani untuk mengolah lahan yang lumpurnya cukup dalam. Alat ini digerakkan dengan bahan bakar solar dan memiliki daya 50 HP. Dengan berbagai keunggulan tersebut, Harjito yakin traktor Barata 50x4 akan banyak diminati petani di dalam negeri. Terlebih, kebutuhan traktor di dalam negeri terus bertambah. S ebagai langkah awal , pihak Barata Indonesia akan memperkenalkan produknya itu kepada Kementerian Pertanian (Kementan) selaku instansi yang bertugas menyediakan prasarana dan sarana pertanian bagi petani di dalam negeri. “Kami ingin menembuskan produk traktor ini ke Kementerian Pertanian,” papar Harjito.
PT BARATA INDONESIA
A RELIABLE MULTIPURPOSE TRACTOR The support of agricultural infrastructure and facilities has an important role to play in improving the efficiency of farming activities. To that end, the government continues to modernize the infrastructure and facilities of agricultural machinery.
O
ne of the agricultural machinery tools which continues to be modernized is the tractor. The reason is that this agricultural machine has a big role for the smooth and ease of farming activities. Every year, the government is trying to provide tractor assistance for farmers in the country. However, the number still has not been able to meet the farmers’ need for the farm machinery. For example, in 2015, the needs of farmers in the country to tractors reached 1,500 units, but only about 60% that can be met by the government. The majority still have to be imported with only few local content. Considering this condition, PT Barata Indonesia (Persero), as state-owned engineering contractor, procurement and construction contractor is ready to fulfill the national tractor needs gradually, one of them is by launching a multipurpose four-wheeled tractor product. In 2016, this state-owned company in 2016 launched a prototype of fourwheeled tractor called Barata 50x4. “The prototype created in 2016 has continued to be developed,” said Harjito Hadi Wiyoso, Research and Development Manager of PT Barata Indonesia. According to him, after experiencing a variety of improvements, agricultural machinery is launched into the market in 2017. “We start producing this tool for the general market in 2017,” he explained. At the beginning of production, the local components contained in this tractor tractor reach about 30%. However,
over time, the content of local components will continue to grow. “The machine is still imported because currently there are no one that can produce it in Indonesia,” he said. Harjito explained, Barata 50x4 tractor has a number of advantages that can be enjoyed by farmers in cultivating the land so that the land ready for planting. “In addition to plowing rice fields, this tool can also be used for other activities, such as making irrigation channels, digging, punching and so on. There are six functions that can be done this tool,” he said. That’s because the Barata 50x4 can be equipped with six farm tools in turn. The farming tools are share flow with four pieces of plowing, disc plough with three discs, and rotary tiller with 38 knives. Then, there is another agriculture tool that can be used with Barata 50x4 tractor, which is loader with depth of excavation reaching about 140 mm and 500 kg of freight capacity, backhoe that has maximum unloading height of 230 cm and maximum digging depth of 200 cm, and cultivator with total of 9 rakes. In addition, the Barata 50x4 tractor is also equipped with a floating wheel so that this tool can be used by farmers to cultivate the land with deep mud. This tool is driven by diesel fuel and has 50 HP power. With these advantages, Harjito sure Barata 50x4 tractor will be much in demand of farmers in the country. Moreover, the need for tractors in the country continues to grow. As a first step, the Barata Indonesia will introduce its products to the Ministry of Agriculture as an agency in charge of providing agricultural infrastructure and facilities for farmers in the country. “We want to bring this tractor product to the Ministry of Agriculture,” said Harjito.
INFORMATION PT Barata Indonesia (Persero) Jalan Veteran 241 Gresik 61123 Phone (031) 3990666
[email protected]
KINA 01-2017
29
made in indonesia
CV KARYA HIDUP SENTOSA
TRAKTOR TANGAN YANG LINCAH
Penggunaan traktor dal am pengolahan lahan agar siap tanam kini sudah banyak dilakukan petani. Ada yang yang menggunakan traktor roda empat, dan ada juga yang menggunakan traktor roda dua atau yang lebih dikenal dengan traktor tangan.
D
ari kedua jenis traktor itu, traktor tangan masih lebih banyak digunakan kalangan petani. Hal itu dikarenakan beberapa keunggulan yang dimiliki traktor tangan dibandingkan traktor roda empat. Misalnya, harga traktor tangan lebih murah dikarenakan komponen lebih sedikit. Kontruksinya juga lebih sederhana, sehingga perawatan lebih mudah dan lebih murah dibanding traktor roda empat. Traktor tangan juga memiliki kemampuan untuk digunakan pada petak yang kecil, ataupun petak yang berada di tengah sawah milik orang lain. Traktor roda empat tidak mungkin digunakan pada situasi tersebut, karena membutuhkan adanya jalan ke tiap petak yang akan digarap. Sedangkan traktor roda dua dapat melintas melalui sawah tetangga, asal sawah tersebut belum ditanami. Selain itu, penggunaan traktor tangan juga lebih mudah, tidak memerlukan ketrampilan yang tinggi bagi operatornya. Besarnya kebutuhan traktor tangan tercermin dari rencana Kementerian Pertanian (Kementan) di tahun 2017 yang akan memberikan 25.000 unit traktor tangan kepada petani di seluruh Indonesia agar bisa melakukan usaha taninya dengan baik. Jumlah itu tentu akan lebih besar lagi jika ditambah dengan pembelian yang dilakukan oleh non pemerintah. Untuk membantu dalam penyediaan traktor tangan di dalam negeri, CV Karya Hidup Sentosa selaku produsen alsintan dengan merek dagang Quick, telah meluncurkan produk terbarunya berupa traktor tangan G1000 Boxer. Menurut mekanik perusahaan, Haryanto, traktor tangan Quick G1000 Boxer lebih lincah dari traktor tangan sejenis lainnya karena memiliki chasis yang lebih tinggi. Rangkanya juga terbuat dari baja cor sehingga memiliki presisi yang cukup tinggi. “Selain itu, penggunaannya juga lebih efisien dibandingkan traktor tangan lainnya,” ujarnya. Haryanto menjelaskan, traktor tangan Quick G1000 Boxer didukung oleh mesin Kubota yang
30
KINA 01-2017
telah memenuhi standar SNI, memiliki tinggi 1.410 mm, panjang 2.750 mm dan lebar 1.130 mm, serta berbahan bakar solar dengan kapasitas 9,5 liter dan 11 liter. “Traktor ini juga menggunakan minyak pelumas yang harus diganti setiap 15 hari pemakaian,” ujarnya. Dalam pengoperasiannya, traktor tangan ini lebih irit karena untuk pengoperasian selama satu jam hanya menghabiskan bahan bakar tak lebih dari satu liter saja. “Mesin ini juga bisa dioperasikan di lahan berlumpur yang memiliki kedalaman sekitar 40 cm,” papar Haryanto. Sebagai pengembangan dari produk sebelumnya, Quick G1000 Boxer diklaim memiliki keunggulan lainnya. Seperti bodinya makin kuat dan tangguh karena desain gear box-nya kompak dan kuat yang dilengkapi locator pada roda besi. “Selain itu, mesin ini makin nyaman dan stabil karena adanya sejumlah perbaikan, seperti ketinggian gelebeg yang dapat diatur serta kopling ringan dan ergonomik,” ujar Haryanto. Begitu juga perawatannya makin mudah setelah flash mounting system pada as roda (main shaft) didesain agar penggantian seal maupun bearing lebih cepat dan penggantian shaft dapat dilepas secara bersamaan baik dalam posisi berdiri maupun posisi tidur. Menurut Haryanto, traktor tangan yang komponen lokalnya sudah mencapai 60% ini sudah menjadi idola petani. “Dengan berbagai keunggulannya, mesin ini menjadi idola petani,” ujarnya.
CV KARYA HIDUP SENTOSA
the agilE HAND TRACTOR
The use of tractors in the cultivation of land to prepare it for planting has now been done by a lot of farmers. Some use a four-wheeled tractor, and some prefer using a two-wheeled tractor or better known as a hand tractor.
O
f the two types of tractors, hand tractors are still more widely be used among farmers. That ’s because there are some advantages of a hand tractor than a four-wheeled tractor. For example, the price of hand tractors is cheaper due to fewer components. The construction is also simpler, so the maintenance is easier and cheaper than the four-wheeled tractor. Hand tractors also have the ability to be used on small plots, or plots in the middle of fields owned by others. A fourwheeled tractor may not be used in that situation, as it requires a path to each plot to work on. While the two-wheeled tractor can pass through the neighboring fields, provided that the fields have not been planted. In addition, the use of hand tractors is also easier, as it does not require high skills for the operators. The high demand of hand tractor is shown in the Ministry of Agriculture plan in 2017 which will provide 25,000 units of hand tractors to farmers throughout Indonesia in order to help farmers doing their farming even better. The amount will certainly be even greater if coupled with the purchase made by other parties than government. To assist in the provision of hand tractors domestically, CV Karya Hidup Sentosa as an agriculture machinery tools manufacturer under the brand Quick, has launched its newest product in the form of hand truck G1000 Boxer. Ac c o rdin g to th e c o mpany ’s mechanic, Haryanto, the Quick G1000
Boxer hand tractor is more agile than other similar hand tractors because it has a higher chassis. The frame is also made of cast steel so it has a fairly high precision. “In addition, it is also more efficient than other hand tractors,” he said. Haryanto explained that the G1000 Boxer hand tractor is powered by Kubota engine that meets SNI standards. It has a height of 1,410 mm, a length of 2,750 mm and a width of 1,130 mm, and diesel fuel with a capacity of 9.5 liters and 11 liters. “This tractor also uses lubricating oil that must be replaced every 15 days of use,” he said. In operation, this hand tractor is more efficient because one hour operation spent no more than a liter of fuel. “This machine can also be operated in a muddy field that has a depth of about 40 cm,” said Haryanto. As the development of the previous product, Quick G1000 Boxer claimed to have other advantages. One of all, the body is getting stronger because of its compact and powerful gear box design equipped with locator at its iron wheel. “In addition, this machine is more comfortable and stable because of a number of improvements, such as adjustable height of the groundbreaker and light and ergonomic clutch,” said Haryanto. Similarly, the maintenance is easier as the flash mounting system on the main shaft is designed to replace seals and bearing faster and shaft replacement can be removed simultaneously both in standing and sleeping positions. According to Haryanto, hand tractor whose local component has reached 60% has become a favorite for the farmers. “With its various of advantages, this machine became an idol for the farmers,” he said.
INFORMATION CV Karya Hidup Sentosa Jalan Magelang 144, Yogyakarta, Indonesia 55241 Phone 0274 563217, 512095
[email protected]
KINA 01-2017
31
made in indonesia
S
PT RUTAN
MESIN TANAM PADI SISTEM JAJAR LEGOWO Upaya peningkatan produksi padi terus dilakukan pemerintah Indonesia guna mencapai target swasembada beras. Untuk mencapai target itu, dukungan permesinan dalam aktivitas tanam padi sangat diperlukan.
32
KINA 01-2017
umbangsih untuk meningkatkan produktivitas padi di dalam negeri telah dilakukan PT Rutan dengan meluncurkan alat penanam padi yang dinamakan Indo Jarwo Transplanter. Menurut Asisten Manager Harvest Division PT Rutan, Dwi Nugro, mesin tanam padi dengan merek Crown ini diproduksi PT Rutan setelah melihat aktivitas tanam padi di Indonesia yang umumnya dilakukan dengan sistem tanam pindah dan masih dikerjakan secara tradisional. “Kegiatan tanam padi tersebut tentunya membutuhkan banyak tenaga kerja dan tidak efisien,” ujarnya. Akibat banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan, seringkali terjadi tertundanya waktu tanam serempak, serta rendahnya luas cakupan garapan dan indeks pertanaman padi. Selain itu, terjadinya keterlambatan tanam dapat mengakibatkan risiko gagal panen akibat kekurangan air atau serangan hama dan penyakit. “Karena itu, untuk mengatasi masalah itu, kami memberikan dukungan mesin tanam padi yang lebih efisien dan dapat meningkatkan produksi padi dengan mesin tanam Indo Jarwo Transplanter,” kata Dwi. Untuk meningkatkan produksi padi, Indo Jarwo Transplanter menggunakan sistem ‘jajar legowo’. Jajar legowo adalah cara tanam padi sawah dengan pola beberapa barisan tanaman yang diselingi satu barisan kosong. Tanaman yang seharusnya ditanam pada barisan yang kosong dipindahkan sebagai tanaman sisipan di dalam barisan. Sistem ini merupakan salah satu metode untuk meningkatkan produktivitas padi yang telah direkomendasikan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. Indo Jarwo Transplanter memiliki bobot 185 kg dengan tipe pengemudi berjalan di belakang. Kecepatan kerjanya mencapai 5,05 jam per hektar. Dwi mengatakan, dalam penggunaannya di lapangan, Indo Jarwo Transplanter menerapkan pola jumlah baris tanam sebanyak 4 baris. Jarak antar baris tanam adalah 20 dan 40 cm, di mana jarak antara baris satu dan dua adalah 20 cm, jarak antara baris dua dan tiga adalah 40 cm (jarak legowo), dan jarak antara baris tiga dan empat 20 cm dengan kedalaman tanam 10-75 mm. “Alat ini mampu menurunkan biaya tanam sekaligus mempercepat waktu tanam,” paparnya. Kemampuan satu unit mesin Indo Jarwo Transplanter dalam menanam satu hektar setara dengan 20 tenaga kerja tanam per hektar. Biaya semai dan tanam menjadi lebih murah. Misalnya, dengan Indo Jarwo Transplanter, kegiatan semai dan tanam di lahan seluas 1 hektar membutuhkan biaya sekitar Rp905.000. Biaya ini lebih murah dibandingkan cara manual membutuhkan biaya semai dan tanam sekitar Rp2.000.000. Alat tanam padi ini sudah diproduksi PT Rutan sejak tahun 2013. Jumlah Indo Jarwo Transplanter yang sudah dipasarkan perusahaan hingga tahun 2016 mencapai sekitar 5.000 unit yang tersebar di daerah di seluruh Indonesia. “Sebagian besar komponen alat ini sudah diproduksi di dalam negeri,” kata Dwi. Dia mengakui masih ada beberapa komponen yang harus diimpor, yang disebabkan belum adanya produsen di dalam negeri yang memproduksi komponen tersebut.
PT RUTAN
JAJAR LEGOWO SYSTEM OF RICE PLANTING MACHINE The efforts to increase rice production are continuously done by the Indonesian government to achieve the rice self-sufficiency target. To achieve the target, machining support in rice planting activities is needed.
C
one of the methods to increase rice productivity that has been recommended by the Agency for Agricultural Research and Development, Ministry of Agriculture. Indo Jarwo Transplanter weighs 185 kg with the type of driver running behind. Its working speed reaches 5.05 hours per hectare. Dwi said, for the field use, Indo Jarwo Transplanter implements the pattern of the number of lines planted as many as 4 lines. Distance between rows of planting is 20 and 40 cm, where the distance between row one and two is 20 cm, the distance between row two and three is 40 cm (legowo distance), and the distance between row three and four is 20 cm with the plantation depth around 10- 75 mm. “This tool can reduce planting costs while accelerating planting time,” he explained. The capability of one unit of Indo Jarwo Transplanter machine in planting one hectare is equivalent to 20 planting labor per hectare. With the labor efficiency, the cost of seedling and planting also become cheaper. For example, with Indo Jarwo Transplanter, seeding and planting activities on an area of 1 hectare cost about IDR905,000. This is cheaper than the
manual cost of seedling and planting around IDR2,000,000. This rice planting equipment has been produced by PT Rutan since 2013. The number of Indo Jarwo Transplanters that have been marketed by the company until the year 2016 reached about 5,000 units spread across regions throughout Indonesia. “Most of the components of this tool have been produced domestically,” said Dwi. He admitted that there are still some components that must be imported, due to the absence of domestic producers that produce these components.
INFORMATION PT Rutan Jalan Ikan Dorang 7 Surabaya 60177 Phone (031) 3550919
[email protected]
ontribution to increase rice productivity in the country has been done by PT Rutan by launching rice cultivators, called Indo Jarwo Transplanter. According to Assistant Manager of Harvest Division PT Rutan, Dwi Nugro, rice-planting machine under the Crown brand is produced by PT Rutan after seeing the activity of rice planting in Indonesia which is generally done with moved planting systems and still done traditionally. “That rice planting activities certainly require a lot of manpower and inefficient,” he said. Due to the large number of manpower required, simultaneously planting time is often delayed, as well as the low coverage of rice cultivation and rice cultivation index. In addition, the occurrence of planting delay may result in the risk of crop failure due to water shortage or pest and disease attacks. “Therefore, to overcome that problem, we provide support for more efficient rice planting machines which also can increase rice production called Indo Jarwo Transplanter,” said Dwi. To increase rice production, Indo Jarwo Transplanter uses the ‘jajar legowo’ system. Jajar legowo is a way of planting paddy with the pattern of several rows of plants interspersed with an empty line. Plants that should be planted in empty rows are removed and placed as insertion plants in the rows. This system is
KINA 01-2017
33
made in indonesia
PT PINDAD
KEKUATAN MILITER DI BALIK PERALATAN INDUSTRI PINDAD Selain memproduksi alat utama sistem pertahanan (alutsista) seperti pistol, senapan, kendaraan tempur, amunisi dan bahan peledak, PT Pindad (Persero) juga dikenal sebagai produsen peralatan industri.
B
eberapa peralatan industri yang dihasilkan P indad antara lain produk prasarana kereta api, alat berat dan komponennya, mesin listrik, serta peralatan kapal laut. Selain itu, Pindad juga menghasilkan produk cor dan tempa antara lain gear box dan pulley pumping unit, cable protector, mining pump, serta tabung gas elpiji. Produksi peralatan industri selama ini untuk memenuhi permintaan pasar lokal dan ekspor di bidang jasa pengecoran logam dan tempa, termasuk infrastruktur perkeretaapian. Pindad terjun ke bisnis sarana dan prasarana kereta api sejak 1983 dan mulai berproduksi setahun kemudian. Produk perdananya adalah alat penambat rel (rail fastener) tipe DE-Clips yang merupakan lisensi dari Hollandia Kloos dan Ewem AG. Pada September 1997, Pindad menggandeng PT Kereta Api Indonesia dalam kerja sama litbang produk alat penambat rel tipe KA-Clip. Pengembangan alat penambat rel kereta api terus dilakukan dengan memproduksi tipe e-Clip pada Januari 2008. Produk ini lolos test track dan memperoleh izin penggunaan serta rekomendasi pemakaian dari Dirjen Perkeretaapian Kemenhub pada 2010. Pindad mengklaim alat penambat rel buatannya berkualitas tinggi dan sangat
kompetitif, mengacu standar nasional dan Iinternational seperti SNI, AREMA/ AREA, serta didukung oleh sumber daya manusia berpengalaman. Peralatan industri lainnya yang dikembangkan Pindad adalah mesin listrik, meliputi generator dengan kapasitas sampai 9 MW, motor traksi yang digunakan di kereta api listrik, motor magnet permanen, dan jasa perbaikan motor listrik. Mulai 2016, Pindad mengembangkan bisnis alat beratnya dengan meluncurkan eskavator merek Excava 200. Meskipun baru diproduksi, eskavator ini mampu menyerap 95 persen kandungan lokal, sedangkan sisanya masih impor terutama mesin. Oleh sebab itu, Direktur Utama Pindad optimistis Excava 200 mampu bersaing dengan produk sejenis yang sudah eksis di pasar dalam negeri, se-perti Caterpillar, Volvo, dan Komatsu. Apalagi, eskavator Pindad tersebut didukung oleh instansi dan BUMN lain yang bergerak di bidang infrastruktur. Kementerian Pekerjaan Umum, misalnya, sudah memesan Excava 200 sebanyak 500 unit. Beberapa BUMN, seperti PT Waskita Karya Tbk, PT Adhi Karya Tbk, PT Wijaya Kar ya Tbk , dan PT Pembangunan Perumahan Tbk juga memesan 600 unit.
Tahun ini saja, Pindad harus menyelesaikan pesanan 500 unit Excava. Di samping itu, sejak menggandeng Hatlapa pada 1991, Pindad juga memproduksi berbagai jenis peralatan kapal laut. Dengan mengusung merek PinMarine, Pindad menawarkan peralatan kapal dengan harga kompetitif karena sudah diproduksi secara lokal. Produksi peralatan kapal didukung fasilitas mesin bubut horizontal dengan kapasitas hingga 6 meter, bubut vertikal hingga diameter 3 meter, double column milling machine berkapasitas hingga di atas 2 x 4 meter yang dioperasikan secara komputerisasi (CNC). Peralatan kapal yang diproduksi antara lain A-Frame berbagai tipe dan Side Frame yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan kapal. Pindad juga memproduksi berbagai jenis crane, seperti provission crane, sludge crane, cargo hose handling crane, dan telescopic crane. Keunggulan Pindad dalam memproduksi alutsista menjadi nilai tambah bagi perusahaan itu dalam mengembangkan produk nonmiliter, terutama dari sisi kualitas dan daya tahan produk. Dengan demikian, produksi P indad mamp u b ersaing dengan peralatan industri yang selama ini masih mengandalkan impor.
PT PINDAD
MILITARY POWER BEHIND PINDAD’S INDUSTRIAL EQUIPMENT In addition to producing the main tool of defense systems (defense equipment) such as pistols, guns, combat vehicles, ammunition and explosives, PT Pindad (Persero) also known as a manufacturer of industrial equipment.
S
ome industrial equipment produced by Pindad includes railway infrastructure products, heavy equipment and components, electrical machinery, and marine equipment. In addition, Pindad also produces cast and forging products such as gearbox and pulley pumping unit, cable protector, mining pump, and LPG gas cylinder. So far, the production of industrial equipment is to meet the local market demand and exports in the field of metal casting and forging services, including railway infrastructure. Pindad has run in the railway business and infrastructure business since 1983 and started production a year later. The first product was a type DE-Clips rail fastener which was a license from Hollandia Kloos and Ewem AG. In September 1997, Pindad cooperated with PT Kereta Api Indonesia for product R&D of KA-Clip railtype railway equipment. The development of railway tracking equipment has continuously been continued by producing e-Clip type in January 2008. This product passed track test and obtained the usage permit and the recommendation of usage from Director General of Railway of Ministry of Transportation in 2010. Pindad claims for its high-quality, highly competitive, rail-proofing rails, referring to national and international standards such as SNI, AREMA/AREA, and supported by experienced human resources. Other industrial equipment developed by Pindad are electrical machinery, including generators with capa-city up to 9 MW, traction motors used in electric trains, permanent magnet motors, and electric motor repair services. Beginning in 2016, Pindad expanded its heavy equipment business by launching Excava 200, a brand of excavator. Although newly manufactured,
the excavator was able to absorb 95 percent of local content, while the remainder is still imported, mainly the engines. Therefore, President Director of Pindad is optimistic that the Excava 200 can compete with similar products that already exist in the domestic market, such as Caterpillar, Volvo, and Komatsu. Moreover, Pindad’s excavator is supported by other agencies and SOEs engaged in infrastructure. The Ministry of Public Works, for example, has already ordered 500 units of the Excava 200. Some state-owned companies, such as PT Waskita Karya Tbk, PT Adhi Karya Tbk, PT Wijaya Karya Tbk and PT Pembangunan Perumahan Tbk have also ordered 600 units. This year alone, Pindad must complete order of 500 Excava units. In addition, since cooperating with Hatlapa in 1991, Pindad has also produced various types of marine equipment. By carrying the PinMarine brand, Pindad offers ship equipment at competitive prices because it has been produced locally. Production of ship equipment is supported by a horizontal lathe facility with a capacity of up to 6 meters, vertical lathe up to 3 meters in diameter, and double column milling machine up to above 2 x 4 meter that operated by computerized (CNC). Boat equipment produced includes various types of A-Frame and Side Frame that can be tailored to the needs of the ship. Pindad also manufactures various types of cranes, such as provision cranes, sludge cranes, cargo hose handling cranes, and telescopic cranes. The excellence of Pindad in producing defense equipment have become an added value for the company in developing nonmilitary products, especially in terms of quality and durability of the product. Thus, Pindad’s production is able to compete with the imported products.
INFORMATION
E-CLIP RAIL FASTENING
PT. Pindad
DE-CLIP RAIL FASTENING
Jl. Gatot Subroto, No 517 Bandung, Indonesia, 40285 Phone +62 22 7312073
[email protected]
34
KINA 01-2017
KINA 01-2017
35
made in indonesia
TELEPICO INDUSTRI ELEKTRONIKA
INOVASI LAMPU JALAN DARI BANDUNG Pembangunan infrastruktur jalan yang terus dipacu pemerintah membutuhkan dukungan dari industri peralatan penunjang keselamatan jalan, seperti rambu, marka, serta lampu jalan dan lampu lalu lintas.
S
ebagian besar produk peralatan penunjang kese-lamatan jalan saat ini sudah mampu diproduksi di dalam negeri, meskipun beberapa komponen masih diimpor. Peralatan tersebut umumnya dipasok oleh usaha kecil menengah (UKM) yang mengantongi rekomendasi dari Kementerian Perhubungan. Dari sejumlah peralatan penunjang keselamatan jalan, produk yang paling banyak membutuhkan sentuhan teknologi adalah penerangan jalan umum (PJU) dan alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL) yang biasa disebut lampu lalu lintas. Apalagi, perkembangan aplikasi lampu LED (light emitting diode) di dalam negeri sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir, termasuk untuk penerangan jalan. Tidak heran jika semakin banyak perusahaan yang mengembangkan lampu LED JPU dan APILL. Salah satu perusahaan lokal yang mengembangkan LED untuk penunjang keselamatan jalan adalah PT Telepico Industri Elektronika. Selain LED PJU modular, perusahaan yang berbasis di Bandung ini memproduksi lampu lalu lintas, pagar pengaman jalan (guardrail), kerucut lalu lintas (cone), dan paku marka (roud stud). Telepico menyediakan berbagai pilihan sumber listrik untuk lampu LED PJU modular, baik dari jaringan konvensional (PLN), tenaga surya, maupun tenaga angin. Satu set lampu LED PJU misalnya, membutuhkan beberapa komponen yakni lampu LED, tiang, panel surya, baterei, kotak baterei, dan kontroler. Artinya, pengadaan satu unit lampu LED PJU membutuhkan banyak komponen sehingga memberikan peluang usaha cukup besar.
36
KINA 01-2017
Menurut Muhammad Anis Rosini, dosen telekomunikasi Institute Teknologi Bandung (ITB) yang juga pendiri Telepico, perusahaannya menjamin kualitas produk melalui pengetesan dengan menggunakan berbagai alat uji standar. Alat uji yang digunakan Telepico antara lain current and function test, earth current test, temperature test, integrating sphere test, vibratioin test, salt spray test, light distribution test, dan aging test. Beberapa produk Telepico tersebut diperkenalkan dalam Pameran Transportasi Dan Infrastruktur Indonesia 2016 di Gedung Smesco Jakarta yang digelar pada 14-16 September 2016. Anis mengatakan, Kementerian Perhubungan berperan penting dalam penggunaan peralatan sarana penunjang keselamatan jalan yang berkualitas dan sesuai dengan standar. Namun, yang tidak kalah penting adalah bagaimana mengoordinasikan lampu lalu lintas, termasuk perhitungan pengaturan waktunya agar akurat. Inovasi juga diperlukan agar lampu lalu lintas bisa memberikan manfaat lebih luas dari sekadar pengatur lalu lintas. Sebagai contoh, tutur Anis, dia menggagas lampu lalu lintas berbunyi di Kota Bandung pada tahun 1980-an. Saat lampu merah (berhenti), lampu lalu lintas akan memutar secara otomatis lagu mars Keluarga Berencana (KB). Ada juga lampu yang memutar lagu daerah Parahiyangan, seperti Cincang Keling dan Manuk Dadali. Inovasi ini diyakini cukup efektif dalam mensosialisasikan program pemerintah kepada masyarakat , sekaligus menunjukkan bahwa teknologi juga bisa diselaraskan dengan kearifan lokal.
M
ost of the road safety support equipment products have now been able to produced domestically, although some components still have to be imported. The equipment is generally supplied by small and medium enterprises (SMEs) that get a recommendation from the Ministry of Transportation. From a number of road safety support equipment, the product that require the most technological intervention are street lighting and traffic signaling equipment commonly called as traffic lights. Moreover, the development of LED light application in the country has grown very ra-pidly in recent years, including for street lighting. No wonder if more and more companies are developing LED lights for street lighting and traffic signaling equipment. One of the local companies that develop LEDs for road safety support is PT Industri Elektronika. In addition to the modular street lighting LEDs, this Bandung-based company has also produced traffic lights, guardrail, cones, and radar studs. Telepico provides an extensive range of power sources for modular street lighting LED lights, both from conventional (PLN), solar, and wind power. A set of street lighting LED lamps for example, requires several components namely LED lights, poles, solar panels, batteries, battery boxes, and controllers. That means, the procurement of one unit of LED lights for street requires many components so as it provide a considerable business opportunity. According to Muhammad Anis Rosini, lecturer of Telecommunication in B andung Institute of Technology who is also the founder of Telepico, his company ensures its product quality through testing by using various equipment of standard test. The test equipment used by Telepico includes current
TELEPICO INDUSTRI ELEKTRONIKA
STREET LAMP INNOVATION FROM BANDUNG Development of road infrastructure that continues to be driven by the government requires support from road safety supporting equipment industries, such as signs, markers, and street lights and traffic lights.
and function test, earth current test, temperature test, integrating sphere test, vibration test, salt spray test, light distribution test, and aging test. S o m e o f Te l e p i c o ’s products were introduced in Indonesia 2016 Transportation and Infrastructure Exhibition at Smesco Building Jakarta, held on 14-16 September 2016. Anis said, the Ministry of Transportation plays an important role in the use of supporting road safety facility equipment with high quality and in accordance with the standards. However, how to coordinate traffic lights is also important, including accurate timing calculations. Innovation is also needed so that traffic lights can provide more benefits than just traffic controllers. For example, Anis said, he initiated a voice traffic light in Bandung in the 1980s. When the red light is on, the traffic light will automatically play the Family Planning (Keluarga Berencana - KB) song. There are also lights that play Parahiyangan traditional songs, such as Cincang Keling and Manuk Dadali. This innovation is believed to be quite effective in disseminating government programs to the community, while demonstrating that technology can also be harmonized with local wisdom.
INFORMATION PT Telepico Industri Elektronika Jl. Batik Rengganis No.30, Sukaluyu, Cibeunying Kaler, Kota Bandung, Jawa Barat 40192 Phone: (022) 7207722
KINA 01-2017
37
made in indonesia
A
da yang mencuri perhatian publik pada pameran Koperasi Jasa Karya Nurani Rakyat Indonesia di Plasa Pameran Industri , Kem enter ian P er in dustr ian , medio Maret 2016. Orang-orang tampak serius memperhatikan sebuah lampu yang menyala berbentuk petromak, sambil mendengarakan penjelasan dari Direktur Produksi PT Hafi Energi Indonesia, Fresly Dony. “Ini namanya lampu air garam, kami beri merek HEI. Lampu penerangan ini hanya diisi dengan air asin atau air laut. Penggunaannya sangat mudah, aman dan ramah lingkungan sehingga cocok untuk kebutuhan aktivitas di dalam maupun luar ruangan dari segala situasi dan kondisi,” ujar Fresly meyakinkan. Fresly pun mengungkapkan, PT Hafi Energi Indonesia melakukan riset dan pengembangan untuk lampu air garam sejak tahun 2014. Untuk awal produksinya, investasi yang telah digelontorkan sebanyak Rp5 miliar. “Sebenarnya , energi air dan garam telah ditemukan dan dipakai di negara-negara maju seperti Jepang. Konsep ini kami sinergikan dengan program pemerintah untuk membantu masyarakat soal kebutuhan listrik,” ulas Fresly. Ke depannya, perusahaan akan bekerjasama dengan waralaba untuk memasok isi ulang air garamnya jika lampu tersebut sudah tersebar di masyarakat. “Lampu air garam ini didesain untuk penerangan hingga 80 jam. Desain lampu ini adalah knockdown, jadi dalam rangkaian lampu tersebut terdapat tempat untuk air garam yang dibagi menjadi dua bagian,” tuturnya. Menariknya lagi, lampu ini bisa dimanfaatkan untuk mengisi daya handphone atau gadget lainnya. “Sehingga daya pun terbagi menjadi dua, yaitu untuk lampu LED 3 volt dan untuk charging handphone 5 volt,” katanya. Wadah air garam untuk elektrolit dalam lampu ini mas in g - m a s in g 125 c c , b i s a
38
KINA 01-2017
HEI: LAMPU AIR GARAM HEMAT ENERGI Lampu penerangan ini hanya diisi dengan air asin atau air laut. Penggunaannya sangat mudah, aman dan ramah lingkungan sehingga cocok untuk kebutuhan aktivitas di dalam maupun luar ruangan dari segala situasi dan kondisi.
langsung dari air laut atau air tawar seba-nyak 250 cc ditambah garam 3 sendok makan. “Kenapa menggunakan air? Karena saya pernah mendengar mengenai mobil dengan bahan bakar air, maka saya beranggapan bahwa purecell adalah teknologi yang benar-benar ada dan bisa menjadi energi terbarukan,” ujarnya menjelaskan. H in g ga k ini , b e b e rap a instansi pemerintah baik pusat maupun daerah cukup banyak yang tertarik dengan lampu garam buatan mereka. “Karena, jika dibandingkan dengan minyak, biaya yang dikeluarkan untuk lampu air garam ini jelas lebih ekonomis. Apalagi untuk nelayan yang sehari-hari butuh petromak saat melaut,” paparnya. Fresly pun merinci, jika sehari nelayan membutuhkan minimal 2 liter minyak untuk menyalakan petromaknya, yang saat ini minyak perliter seharga Rp12.000. Sedangkan lampu ini mampu menyala 80 jam hanya dengan air laut atau air garam yang bisa didapatkan dengan mudah oleh nelayan. “Kalau pakai air laut, mereka malah gratis kan,” tandasnya. Disamping itu, tambahanya, jika menggunakan lampu minyak masih ada resiko kebakaran yang terjadi. “Sisa hasil reaksi air garam tersebut bisa di-recycle atau bisa digunakan sebagai obat sakit perut,” ungkapnya. Untuk itu, PT Hafi Energi Indonesia mengharapkan dukungan lebih banyak dari pemerintah untuk bisa memasarkan produknya lebih luas. “Karena harapan dari p eneliti atau penemu lampu air garam ini adalah mengembangkan purecell di Indonesia hingga bisa menjadi semacam pembangkit di Indonesia,” ujarnya. Riset teknologi metal purecell atau lampu air garam ini telah diuji di BPPT, dan sudah dalam proses untuk SNI dan HKI, termasuk patennya juga sedang berjalan.
HEI: ENERGY SAVING SALT WATER LAMP Something stole public attention at the exhibition of Koperasi Jasa Karya Nurani Rakyat Indonesia at Plasa Exhibition Industry, Ministry of Industry that held in March 2016.
P
eople were seriously paying attention to a lights from petromax-shaped lamp, while hearing the explanation from the Director of Production of PT Hafi Energi Indonesia,
Fresly Dony. “It’s called a salt water lamp, we named it HEI. The lamp is only filled with salt water or seawater. Its use is very easy, safe and environmentally friendly so it is suitable for indoor and outdoor activities needs of all situations and conditions, “said Fresly assured. Fresly also revealed, PT Hafi Energy Indonesia has been conducted research and development for salt water lamps since 2014. For the initial production, the investment has been disbursed as much as IDR5 billion. “Actually, the energy of water and salt has been found and used in developed countries like Japan. This concept is synergized with government programs to help the community regarding to the electricity needs,” Fresly commented. In the future, the company will establish a franchise to supply salt water refills if the lights are already widely used in the community. “This salt water lamp is designed for lighting up to 80 hours. The design of this lamp is knockdown, so in the structure of lights there is a place for salt water, which is divided into two parts,” he said. Interestingly, these lights can be used to charge the mobile phone or
other gadgets. “The power is divided into two, 3 volt for LED lights and 5 volt of mobile phone charging,” he said. Brine containers for electrolyte in this lamp 125 cc each, can be directly from seawater or fresh water as much as 250 cc plus 3 tablespoons salt. “Why use water? Since I’ve heard about cars with water fuels, then I think that pure cell is a technology that really exists and can be a renewable energy, “he explained. So far, several government institutions both central and local government are quite interested in their artificial salt lamps. “It is because when compared to oil, the cost incurred for this salt water lamp is definitely more economical. Especially for fishermen who need day-to-day lantern when fishing,” he explained. Fresly also detailed, in a day fishermen needs at least 2 liters of oil to light up his lantern, which is currently the cost of oil about IDR12,000 a liter. While this lamp is able to light up 80 hours only with seawater or salt water that can be obtained easily by fishermen. “If they use sea water, they are free instead,” he said. In addition, he added, if using oil lamps there is still a possible risk of fire. “The residue of the salt water usage can be recycled or can be used as an abdominal pain medicine,” he said. Therefore, PT Hafi Energi Indonesia exp e cts m o re s up p o r t fro m th e government to be able to market its products more widely. “Because the
hope of the researchers or inventors of this salt water (brine lamp) is to develop pure cell in Indonesia to be a kind of generator in the country,” he said. Research technology of pure cell metal or saltwater lamp has been tested in BPPT, and has been already in process for SNI and HKI, including patenting.
INFORMATION PT HAFI ENERGI INDONESIA Jl. Letda Natsir No. 66 Bojong Kulur Bogor, Indonesia - 16969 Phone: (022) 7207722 Phone: 021-82438353 Mail:
[email protected]
KINA 01-2017
39
made in indonesia
RC INOAC
IRC INOAC
PT IRC INOAC Indonesia merupakan salah satu produsen utama komponen otomotif dan industri berbasis karet dan elastomer di dalam negeri. Hasil produksi anak perusahaan PT Gadjah Tunggal Tbk ini sudah diaplikasikan secara luas, mulai dari komponen otomotif, kereta api, hingga infrastruktur.
PT IRC INOAC Indonesia is one of the leading producers of automotive component and rubber and elastomer-based products in the country . The product of PT. RC INOAC, a subsidiary of PT. Gajah Tunggal Tbk has been widely used, ranging from automotive components, railways, to infrastructure.
PERLUAS APLIKASI KOMPONEN BERBAHAN KARET
B
eberapa produk berbahan baku karet yang dikembangkan IRC INOAC, antara lain ban padat (solid tire), bantalan (fender), landasan konstruksi (bearing pad), dan beragam komponen kendaraan bermotor. Ban padat umumnya digunakan untuk forklift atau kendaraan berat lainnya. IRC INOAC memproduksi beragam ukuran ban padat, mulai dari ukuran 5-8 seberat 17 kg hingga ukuran 8,15-15 berbobot 67 kg. Adapun fender umumnya digunakan di sektor kemaritiman, terutama untuk bamper kapal atau dermaga guna meredam benturan antara kapal saat berlabuh di dermaga. IRC INOAC memproduksi beragam jenis fender, seperti fender kapal, fender model V, D, PI, dan sebagainya. Ada juga fender untuk pergudangan, parkir, serta beragam jenis fender industri seperti cylinder fender, cell fender, cone fender, dan pneumatic fender. IRC INOAC juga memasok kebutuhan sarana dan prasarana perkeretaapian. Saat ini, perusahaan tersebut sudah memproduksi beragam komponen kereta api, seperti bamper pintu gerbong, journal spring, bantalan karet axle spring, rubber mounting, rubber draft gear, dan bantalan rel. Di bidang konstruksi, aplikasi karet kini sudah digunakan secara luas di Indonesia. Produk yang digunakan adalah bearing pad sebagai landasan konstruksi ataupun peredam getaran, misalnya pada jembatan atau gedung bertingkat. Permintaan bearing pad terus meningkat seiring dengan kesadaran terhadap fungsi konstruksi dari bahaya gempa. Apalagi, Indonesia termasuk negara dengan frekuensi gempa paling aktif di dunia sehingga bangunan dan konstruksi harus mampu menahan getaran gempa. Sebuah struktur atau konstruksi perlu diberikan landasan antara penghubung bangunan guna meredam getaran akibat
40
KINA 01-2017
gempa. Landasan dari bahan karet yang kuat dan fleksibel itu akan mengikuti arah getaran gempa sehingga menghindari gesekan pada bangunan. Beberapa jenis bearing pad produksi IRC INOAC antara lain komponen bantalan jembatan, bantalan antigempa, sambungan karet (rubber expansion joint), high damper rubber bearing , dan lead rubber bearing. Produk yang paling beragam dan menjadi andalan IRC INOAC selama ini adalah komponen otomotif. Permintaan produk ini sangat besar, terutama dari industri kendaraan bermotor yang tumbuh pesat dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa produk yang dihasilkan antara lain seal , selang (hose), cetakan (moulded), karet roll dan lining, mill liner, dan tutup gas travo listrik. I R C I N OAC m en gk laim fas ili tas produksi yang dimilikinya mampu menghasilkan berbagai jenis komponen otomotif sesuai dengan spesifikasi pelanggan. P ro duk s eal dan h o s e yan g diproduksi, seperti dam back door glass, komponen windshield , serta selang air inlet, drain , tanki bahan bakar, radiator, vakum, dan lain-lain. Perusahaan juga memproduksi komponen cetak berbahan karet sintetis untuk berbagai tipe mobil dan sepeda motor. Produk yang dihasilkan di antaranya spring bumper, mudguard, kopling dumper, karet handle, pelindung panel instrumen, engine mounting, foot rest dan sebagainya. Aplikasi karet yang sangat luas memungkinkan IRC INOAC terus berinovasi mengembangkan produk baru, sesuai dengan tuntutan pasar. Dukungan teknologi juga menjadi kunci untuk memenuhi beragam kebutuhan industri yang terus berkembang.
EXTEND RUBBER COMPONENts APPLICATION
S
ome of the rubber pro-ducts developed by IRC INOAC include solid tire, bearing (fender), bearing pad, and various components of motor vehicles. Solid tires are generally used for forklifts or other heavy vehicles. IRC INOAC produces various sizes of solid tires, ranging from 5-8 inches with weighs of 17 kg to size 8.15-15 inches with weighs of 67 kg. The fenders are generally used in the maritime sector, especially for bumper ships or docks to reduce the collision between the ships when acnhored at the dock. IRC INOAC manufactures various types of fenders, such as ship fenders with V, D, and PI model, and so on. There are also fenders for warehousing, parking, and various types of industrial fenders such as cylinder fenders, cell fenders, cone fenders, and pneumatic fenders. IRC INOAC also supplies rail infrastructure and facilities. Currently, the company has already produced various components of rail, such as door wagon bumper, journal spring, axle spring rubber pads, rubber mounting, rubber draft gear, and rail pads. In the field of construction, the use of rubber are now widely used in Indonesia. The product used is bearing pads as a construction base or vibration damper, for example on a bridge or high building. The demand for bearing pad has continued to increase along with awareness of the construction function of earthquake hazards. Moreover, Indonesia is one of the most earthquake-activated countries in the world so that buildings and construction must be able to withstand earthquakes. A structure or construction needs to be given bearings between building interceptors to quench the vibrations caused by the earthquake. The bearings of a strong and flexible rubber material will
follow the direction of earthquake vibration, thus avoiding friction in the building. Several types of IRC INOAC bearing pads include bridge bearing components, anti-axial bearings, rubber expansion joints, high damper rubber bearings, and lead rubber bearings. The most diverse product and the mainstay of IRC INOAC so far is automotive components. The demand for this product is very large, especially from the rapidly growing motor vehicle industry in recent years. Some of the products produced include seals, hoses, molds, rubber rolls and lining, mill liners, and electric transformers gas caps. IRC INOAC claims its production facilities are capable of producing various types of automotive components according to customer specifications. Seal and hose products that are manufactured, among others draft back door glass, windshield components, as well as inlet water hoses, drains, fuel tanks, radiators, vacuum, and others. The company also manufactures components made of synthetic rubber for various types of cars and motorcycles. Its product include spring bumper, mudguard, clutch dumper, rubber handle, instrument panel protector, engine mounting, foot rest and so on. The widely used of rubber enable IRC INOAC to continuously inno vate in developing new product, in accordance with the market demand. Technological support is also a key to meeting the diverse needs of the growing industry.
INFORMATION PT. IRC INOAC Indonesia Kompleks Industry Gajah Tunggal Kel. Pasir Jaya, Kec. Jati Uwung Kota Tangerang 15135
KINA 01-2017
41
made in indonesia
PERTAMINA LUBRICANTS PERTAMINA LUBRICANTS
PELUMAS unggulan KARYA ANAK BANGSA PT Pertamina (Persero) melalui anak perusahaannya PT Pertamina Lubricants terus mengembangkan produk pelumas otomotif dan industri hasil inovasi anak bangsa.
P
T P e r t a m i n a (P e r s e ro) melalui anak perusahaannya PT Pertamina Lubricants te r u s m e n g e m b a n g k a n produk pelumas otomo tif dan industri hasil inovasi anak bangsa. Belum lama ini, perusahaan migas pelat merah itu kembali meluncurkan pelumas terbaru yakni Meditran SX Bio. Pelumas ini diformulasikan khusus untuk mesin berbahan bakar biodiesel utamanya dengan spesifikasi B20 (20 persen kandungan FAME), yang didesain agar memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap degradasi akibat kontaminasi FAME ke dalam pelumas. Varian ini utamanya untuk kendaraan penumpang, tetapi Pertamina juga menyiapkan varian Meditran SX Bio untuk kendaraan komersial (bus dan truk) serta mesin-mesin industri. Keunggulan produk ini antara lain dapat membantu memperpanjang usia mesin dan masa penggunaan pelumas yang lebih lama. Dalam engine test de-ngan simulasi kontaminasi biodiesel ke dalam pelumas, Meditran SX Bio menghasilkan performa yang superior dibandingkan dengan pelumas biasa, dalam kemampuan bertahan dari kerusakan dan melindungi mesin. U ntuk m e n duk un g b is nis nya , Pertamina Lubricants mengoperasikan 3 unit produksi di Gresik, Cilacap, dan Jakarta serta 1 unit produksi di Thailand dengan total kapasitas lebih dari 535 juta liter per tahun. Unit produksi Jakarta merupakan pabrik pelumas terintegrasi terbesar di Asia Tenggara. Fasilitas produksinya terdiri dari Lube Oil Blending Plant berkapasitas 270 juta liter per tahun, Grease Plant berkapasitas 8.000 MT per tahun, dan Viscosity Modifier Plant berkapasitas 14 juta liter per tahun. Pelumas Per tamina juga telah mendapatkan pengakuan dari dunia Internasional, salah satunya dibuktikan dengan menjadi technical partner
42
KINA 01-2017
dari pabrik supercar dunia, Automobili Lamborghini. Melalui kerja sama ini, Pertamina Fastron Platinum Racing, SAE 10W-60, V W 504.00/507.00 menjadi pelumas resmi Automobili Lamborghini pada setiap ke-giatan motorsport yang akan ditangani tim Lamborghini Squadra Corse dan GT3. Pelumas Fastron ini akan dipasarkan melalui 129 outlet Lamborghini di seluruh dunia. Perseroan tidak hanya menawarkan pelumas dengan kualitas kelas dunia, tetapi juga didukung dengan pelayanan purna jual yang lengkap meliputi layanan teknis (technical assistance), stock management, dan in-house training pelumasan untuk mesin industri di ILMA (Intergrated Lubricant Management Academy). Selain untuk kendaraan, Pertamina Lubricants juga menyediakan pelumas untuk mesin industri di tanah air, salah satunya yaitu Masri Series khusus diformulasikan untuk pabrik gula. Pelumas ini diklaim mampu melin-dungi bearing dan roda gigi mesin secara optimal dalam keadaan beban kerja crushing dan grinding yang ekstrem dan memberikan pelumasan terbaik pada kondisi lingkungan yang basah. Masri Series juga secara terus menerus melindungi komponen mesin dari karat dan korosi sehingga mesin dapat bertahan lama dan bekerja secara lebih efisien. Belum lama ini, pelumas industri Pertamina resmi digunakan oleh PT Sukses Mantap Sejahtera (SMS), pabrik gula di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, untuk ber-bagai mesin milling, crushing, grinding, gear, sampai de-ngan pembangkit listrik pabrik tersebut. Kerja sama ini dinilai strategis bagi Pertamina Lubricants dalam mendukung pertumbuhan industri pengolahan pangan di Indonesia, khususnya industri gula. Selain SMS, beberapa industri di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara
Timur juga sudah menjadi pelanggan Pertamina Lubricants di antaranya pembangkit listrik PLN dan IPP, perkapalan, semen, alat berat dan agro.
INFORMATION PT Pertamina Lubricants Gedung Oil Cetre Lt. 6, Jalan M.H. Thamrin No.55, RT. 9 / RW. 5, Menteng, Gondangdia, RT.9/RW.5, Gondangdia, Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10350 Phone: (021) 31907991
BEST LOCALLY MADE LUBRICANT PT Pertamina (Persero) through its subsidiary, PT Pertamina Lubricants, continues to develop automotive lubricants products and industry innovation of the nation’s citizen.
N
ot long ago, the oil and gas company re-launched the new lubricant that is Meditran SX Bio. This lubricant is specially formulated for biodieselfueled engines primarily with the B20 specification (20 percent FAME content), which is designed to have better resistance to degradation due to FAME contamination into the lubricant. This variant is primarily for passenger vehicles, but Pertamina also prepares Meditran SX Bio variants for commercial vehicles (buses and trucks) as well as industrial machines.
The advantage of this product, among others, is that it can help extend the life of the machine and the longer use of lubricants. In an engine test with simulated biodiesel contamination into the lubricant, Meditran SX Bio produces superior performance compared to ordinary lubricants, in the ability to withstand damage and protect the engine. To support its business, Pertamina Lubricants operates 3 units of production in Gresik, Cilacap and Jakarta and 1 unit of production in Thailand with a total capacity of more than 535 million liters per year. The Jakarta production unit is the largest integrated lubricant plant in Southeast Asia. Its production facilities consist of Lube Oil Blending Plant with a capacity of 270 million liters per year, Grease Plant with a capacity of 8,000 MT per year, and Viscosity Modifier Plant with a capacity of 14 million liters per year. Pertamina lubricants have also gained recognition from the international world, one of which is proved by being a technical partner of the world supercar factory, Automobili Lamborghini. Through this partnership, Pertamina Fastron Platinum Racing, SAE 10W-60, VW 504.00/507.00 become Automobili Lamborghini authorized lubricant on any motorsport activities which will be handled by Lamborghini Squadra Corse and GT3 team. Fastron lubricant will be marketed through 129 Lamborghini outlets around the world. The Company not only offers world-class quality lubricants but also supported with a complete after-sales service including technical assistance, stock management and in-house lubrication training for industrial machinery at ILMA (Intergrated Lubricant Management Academy). In addition to vehicles, Pertamina Lubricants also provides lubricants for industrial machines in the homeland, one of which is specifically formulated Masri Series for sugar mills. This lubricant is claimed to be able to protect the bearing and engine gears optimally in the state of extreme crushing and grinding workload and provide the best lubrication in wet environment conditions. Masri Series also continuously protects the engine components from rust and corrosion so that the machine can last longer and work more efficiently. Not long ago, Pertamina’s industrial lubricant was officially used by PT Sukses Mantap Sejahtera (SMS), a sugar factory in Dompu Regency, West Nusa Tenggara, for various milling, crushing, grinding, gear, up to mill power plants. This cooperation is considered strategic for Pertamina Lubricants in supporting the growth of food processing industry in Indonesia, especially sugar industry. In addition to SMS, several industries in West Nusa Tenggara and East Nusa Tenggara have also become Pertamina Lubricants customers including PLN and IPP power plants, shipping, cement, heavy equipment and agro.
KINA 01-2017
43
made in indonesia
PT SINGA MAS INDONESIA (SMI)
Inovasi Teh Putih Kemasan Pertama Di Indonesia Potensi pasar air minum dal am kemasan (AMDK) di dal am negeri yang sangat besar terus menarik minat investor untuk terjun ke industri ini, salah satunya adalah PT Singa Mas Indonesia (SMI).
A
nak perusahaan Charoen Pokphand G ro up ini khusus bergerak di industri minuman siap saji. PT SMI mengusung merek Fiesta, yang s elama ini s u dah dikenal di pasar produk makanan olahan berkualitas. Pengalaman lebih dari 10 tahun di bisnis makanan olahan membuat SMI percaya diri terjun ke bisnis AMDK yang persaingannya cukup berat. SMI sendiri baru didirikan pada 7 Maret 2014. Namun, perusahaan ini sudah memiliki dua pabrik, yaitu di Cikande Jawa Barat dan di Pandaan Jawa Timur. Selain berbekal pengalaman, SMI mengandalkan inovasi dan teknologi untuk menghadirkan produk berkualitas dan berbeda dari produk sejenis yang sudah beredar di pasar. Salah satu produk unggulan SMI adalah Fiesta White Tea. Produk yang diluncurkan pada Mei 2015 ini diklaim sebagai teh dalam kemasan pertama di Indonesia yang menggunakan white tea sebagai bahan dasar utamanya. Seper ti dijelaskan oleh Santo K a dar u s man , P ub li c R e l atio n s & Marketing Event Manager SMI, white tea dipetik dari daun teh yang belum mekar dan masih dalam bentuk kuncup. Daun teh termuda ini dikenal dengan istilah jarum perak atau white needle, karena memang bentuknya menyerupai jarum berwarna keperakan setelah dipetik dan dikeringkan. Setelah dipetik, white tea hanya
44
KINA 01-2017
diuapkan lalu dikeringkan dengan sangat singkat, tanpa proses fermentasi sama sekali, sebelum akhirnya diproses menjadi daun teh kering. Proses singkat ini untuk menjaga antioksidan teh tetap tinggi. W hite tea m emiliki ras a dan warna paling ringan serta diproses menggunakan teknologi aceptic coldfilling untuk menjaga kualitas aroma, rasa, dan kebaikan teh. Sebelum dimasukkan ke dalam botol, daun teh yang sudah diproses menjadi minuman dipanaskan pada suhu 136 derajat Celcius dalam waktu beberap detik. Tujuannya untuk mematikan mikroba tanpa merusak manfaat asli dari teh itu sendiri. Minuman lalu dikemas dalam botol steril pada suhu 25 derajat Celcius agar Fiesta White Tea tahan untuk jangka waktu lama tanpa bahan pengawet. Santo menegaskan, Fiesta White Tea hanya menggunakan gula rafinasi asli tanpa pemanis buatan. Bahan baku yang diperoleh dari perkebunan teh di dalam negeri dan Hamburg, Jerman, diawasi secara ketat guna menjamin kualitas teh. White tea memiliki banyak manfaat jika dikonsumsi secara rutin, seperti menurunkan kolesterol, melindungi jantung, menurunkan kadar gula darah, mencegah gejala diabetes melitus. Selain itu, bisa mengurangi penuaan dan pengerutan pada kulit, serta mencegah terjadinya mutasi sel penyebab kanker dan sebagai antivirus serta antimikroba. Keunikan white tea karena teh jenis ini hanya bisa dipetik dalam waktu 2-3 minggu pada awal musim semi setiap
tahun, sehingga sangat langka dan harganya relatif mahal. Oleh sebab itu, pada awalnya teh putih ini hanya dikonsumsi oleh Kaisar China dan anggota istana pada masa pemerintahan Dinasti Tang. Keberhasilan SMI mengembangkan teh dalam kemasan berbahan baku white tea mendapat penghargaan internasional, yakni Best Innovator In White Tea-Asian Silver Needle Tea, Cold Filling Drink Technology Award dan Reinforest Alliance Ceritified 2016. Reinforest Alliance Ceritified adalah sertifikasi yang diberikan kepada kebun teh yang berupaya melindungi keanekaragaman hayati serta memastikan kehidupan yang berkelanjutan. “Kami mendukung penuh kebijakan pemerintah khususnya Kementerian Perindustrian di industri minuman, yang tentunya untuk kebaikan bersama dalam memajukan produk-poduk asli anak bangsa,” kata Santo.
PT SINGA MAS INDONESIA (SMI)
First Bottled White Tea In Indonesia
The potency of domestic bottled drinking water market continues to attract investors to plunge into this industry, one of which is PT Singa Mas Indonesia (SMI).
T
he subsidiary of C h aro e n P o k p h an d Group is specialized in the fast-food beverage industry. PT SMI brings the Fiesta brand, which has been known in the market for their processed food products quality. More than 10 years’ experience in the processed food business makes SMI confidents to plunge into high competition of bottled drinking water business. SMI itself was established on March 7, 2014. However, the company already has two factories, in Cikande West Java and in Pandaan East Java. In addition to having experience, SMI relies on innovation and technology to deliver good quality products and different from similar products that have been circulating in the market. One of SMI’s flagship products is Fiesta White Tea. The product was launched in May 2015 and claimed as the first tea in packaging in Indonesia that uses white tea as the main ingredient. As explained by Santo Kadarusman, Public Relations & Marketing Event Manager SMI, white tea is picked from tealeaves that have not bloomed and is still in buds form. The youngest tealeaf is known as the silver needle or white needle, because it resembles a silvery needle after being picked and dried. After picked up, white tea is only evaporated and then dried very briefly,
without any fermentation process at all, before finally being processed into dried tealeaves. This short process is to keep tea antioxidants high. White tea has the lightest flavor and color and is processed using aseptic cold-filling technology to maintain the aroma, taste, and goodness of tea. Before being put in a bottle, the processed tealeaves that had been processed into drinks heated at a temperature of 136 degrees Celsius within a few seconds. The goal is to kill microbes without damaging the original benefits of the tea itself. The drinks then packed in sterile bottles at a temperature of 25 degrees Celsius so that Fiesta White Tea will resist for a long time without any preservatives. Santo asserts, Fiesta White Tea uses only original refined sugar without artificial sweeteners. Raw materials obtained from tea plantations in Indonesia and Hamburg, Germany, are closely watched to ensure the quality of tea. White tea has many benefits if taken regularly such as lowering cholesterol level, protecting the heart, lowering blood sugar levels, and preventing symptoms of diabetes mellitus. In addition, it can reduce aging and shrinkage of the skin, as well as prevent the occurrence of mutations of cancer-causing cells and as antiviral and antimicrobial. The uniqueness of white tea is this type of tea can only be picked in 2-3 weeks at the beginning of spring every year, so it is very rare and the price is relatively expensive. Therefore, only the Chinese Emperor and members of the palace originally consumed this white tea during the Tang Dynasty. SMI’s success in developing tea in packs containing white tea received international awards, Best Innovator In White Tea-Asian Silver Needle Tea, Cold Filling Drink Technology Award and Reinforest Alliance Ceritified 2016. Rainforest Alliance Certified is a certification awarded to tea gardens that seek to protect biodiversity and ensure sustainable living. “We fully support the government’s policy, especially the Ministry of Industry in the beverage industry, which is for the common good in promoting the native products of the nation,” said Santo.
INFORMATION PT Singa Mas Indonesia Dusun Rajeg, Sumber Gedang, Pandaan, Sumber Gedang, Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur 67156
KINA 01-2017
45
teknologi
HASIL LITBANG BARISTAND INDUSTRI MEDAN
mekanis. Dalam proses memindahkan panas di hasilkan uap kering dan juga bersuhu sedang. Ini yang dimanfaatkan untuk proses pengeringan. Sari menjelaskan, pompa kalor terdiri atas unit evaporator, kompresor, kondensor, katup ekspansi, memiliki spesifikasi beban pendinginan setara 9.000 btu/jam dan fluida kerja adalah refrigerant jenis R-22. Sedangkan ruang pengering dibuat dari dua lapisan pelat seng (ketebalan 0,3 mm) dan di antara pelat seng diberi isolator yang dalam hal ini digunakan styrofoam dengan ketebalan 25 mm. Ruang pengering memiliki dimensi panjang x lebar x tinggi yakni 2.000 mm x 2.000 mm x 1.000 mm. Menurut Sari, mesin pengering sistem hibrida termal surya dan pompa kalor itu telah diujicobakan pada biji kakao. Pengeringan berlangsung sepanjang hari, sedangkan pada malam hari sampai pagi biji kakao tidak dikeringkan dan dibiarkan di dalam ruang pengering. Pada hari pertama dan kedua, laju penurunan berat biji kakao adalah secara eksponensial dan pada hari ketiga menunjukkan profil polinomial. Proses pengeringan dapat dibagi menjadi dua periode, yakni periode laju pengeringan yang tinggi dan periode laju pengeringan menurun. Pada awal pengeringan (hari-1 dan hari-2) dapat dikategorikan sebagai periode pengeringan yang tinggi. Dalam periode ini, kadar air masih tinggi dan hadir di permukaan objek. Setelah uap air ini menguap, kandungan uap air di dalam biji kakao (di bawah permukaan) akan berdifusi ke permukaan dan
ALAT PENGERING SISTEM HIBRIDA UNTUK BIJI KAKAO Indonesia merupakan salah satu produsen utama kakao di dunia karena lahan di negeri ini sangat cocok untuk budidaya kakao. Komoditas kakao itu tidak hanya ditujukan untuk industri dalam negeri saja, tetapi juga diekspor ke mancanegara sebaga bahan baku berbagai produk lainnya.
A
gar biji kakao yang dihasilkan berkualitas tinggi, komoditas itu harus memiliki kandungan air yang rendah guna mencegah kerusakan akibat aktivitas mikroba yang dapat menimbulkan jamur. Proses pengeringan menjadi salah satu persyaratan penting untuk menghasilkan komoditas kakao yang bermutu tinggi. Selama ini, pengeringan biji kakao dilakukan secara konvensional dengan menjemur langsung kakao yang baru dipanen itu di tengah lapangan. Meskipun pengeringan dengan matahari memberikan kualitas terbaik, namun cara konvensional ini memiliki kelemahan, di antaranya kekeringan yang tidak merata dan lamanya waktu pengeringan. Terkait hal itu, Balai Riset dan Standardisasi (Baristand) Industri Medan telah melakukan penelitian mengenai teknologi pengeringan biji kakao menggunakan pompa kalor. “Penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana potensi teknologi pengeringan matahari yang dihibrida dengan pompa kalor dapat diterapkan untuk mengeringkan hasil pertanian seperti kakao,” ujar peneliti madya BRSI, Sari Farah Dina, ketika memaparkan hasil penelitian itu. Dia menjelaskan, dalam membuat alat pengering hibrida, timnya membutuhkan peralatan dan perlengkapan berupa kolektor surya, pompa kalor dan ruang pengering. Kolektor surya terdiri atas dua unit yang terhubung secara seri dan masing-masingnya memiliki ukuran pelat absorber
INDUSTRIAL RESEARCH & STANDARDIZATIONCENTER MEDAN
1.500 mm x 3.000 mm. Sebagai isolator digunakan poliuretan (terluar), styrofoam (tengah) dan rockwool (terdalam) dengan ketebalan masing-masing 5, 25, dan 50 mm. Pelat absorber dibuat dari aluminium dengan tebal 0,5 mm. Permukaannya dilakukan pelapisan dengan cat semprot hitam kusam, agar tidak terjadi refleksi dan mempunyai absorbsivitas maksimum. Tinggi bukaan celah antara pelat absorber dan penutup kolektor adalah 100 mm. “Penutup kolektor berfungsi untuk meneruskan radiasi matahari dan mencegah terjadinya refleksi radiasi ke lingkungan yang dapat menyebabkan kehilangan panas,” kata Sari. Untuk itu, penutup dibuat dari lembaran polikarbonat dengan ketebalan 3mm. Sementara pompa kalor berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu lokasi ke lokasi lainnya menggunakan kerja
Hasil Uji Mutu Biji Kakao Parameter Uji
Kadar Air pH Asam Lemak Bebas Lemak Total Aflatoxin
46
KINA 01-2017
Satuan
% % % ppb
ini membutuhkan waktu. Dengan demikian, proses pengeringan akan berjalan lambat (hari-3). Dengan kondisi rentang rata-rata intensitas radiasi rata selama pengeringan adalah 359-434 watt/m2, diperlukan waktu pengeringan 3 hari terputus dengan total waktu efektif pengeringan adalah 24 jam. Dengan membandingkan kondisi biji kakao sebelum dikeringkan dan biji kakao yang dikeringkan dengan penjemuran secara langsung, Sari mengatakan kalau proses pengeringan dengan sistem hibrida jauh lebih baik hasilnya. Kadar air awal biji kakao sebelum dikeringkan sebesar 51,04%. Setelah dikeringkan dengan mesin pengering sistem hibrida sebesar 6,12%. Sementara jika pengeringan dilakukan dengan penjemuran langsung, kadar air akhir biji kakao sebesar 6,69%. “Hal ini dapat membuktikan bahwa pengeringan dengan sistem hibrida memberikan pola laju pengeringan lebih cepat dibanding dengan penjemuran langsung,” ujarnya. Apalagi untuk mengeringkan biji kakao dengan penjemuran langsung diperlukan waktu pengeringan 5 (lima) hari atau setara dengan 40 jam efektif, sedangkan dengan pengering sistem hibrida hanya diperlukan waktu pengeringan lebih singkat, yaitu 3 (tiga) hari atau setara 24 jam efektif. Selain kadar air, pengeringan dengan sistem hibrida juga memberikan hasil yang lebih baik untuk pH, asam lemak bebas, lemak total dan aflatoksin biji kakao.
Biji Kakao Sebelum Dikeringkan
Biji Kakao Hasil Penjemuran Langsung
Biji Kakao Hasil Pengeringan Sistem Hibrida
51,04 5,06 0,31 32,88 2,80
6,69 5,67 1,13 35,28 3,25
6,12 5,62 0,79 40,45 2,35
COCOA BEANS DRYER TOOL WITH HYBRID SYSTEM Indonesia is one of the main cocoa producers in the world as the land is very suitable for cacao cultivation. Cocoa commodities are not only intended for domestic industry, but also exported abroad as raw materials of various other products.
I
n order to produce high quality cocoa beans, the commodity must have a low water content to prevent damage caused by microbial activity that can cause fungus. The drying process becomes one of the important requirements to produce high quality cocoa commodities. Today, the drying of cocoa beans is done conventionally by drying the newly harvested cocoa directly in the middle of the field. Although drying with the sun provides the best quality, this conventional way has disadvantages such as uneven dryness and long drying time. Related to this matter, Industrial Research & Standardization Center (Balai Riset dan Standardisasi Industri – Baristand) Medan has conducted research on drying technology of cocoa beans using heat pump. “This research is conducted to see how far the potential of solar drying technology that is hybridized with heat pumps can be applied to dry agricultural products such as cocoa,” said BRSI associate researcher, Sari Farah Dina, when describing
KINA 01-2017
47
teknologi
the results of the study. She explained that in making hybrid dryers, her team needs supplies and equipment in the form of solar collectors, heat pumps and drying chambers. The solar collector consists of two serial-connected units which each of it has an absorbent plate size of 1,500 mm x 3,000 mm. As an insulator, polyurethane (outer), Styrofoam (center) and Rockwool (deepest) are used with each thickness 5, 25, and 50 mm. The absorber plate is made of aluminum with 0.5 mm thickness. The surface is coated with a dull black paint spray to avoid reflection and to have maximum absorptivity. The height of the gap opening between the absorber plate and the collector cover is 100 mm. “The collector cover works to pass the solar radiation and prevent the occurrence of radiation reflections into the environment that can cause heat loss,” Sari said. For this purpose, the cover is made of polycarbonate sheets of 3mm thickness. Meanwhile, the heat pump moves heat from one location to another using mechanical work. In the process of moving heat, vapor with dry and moderate temperature is produced. This is used for drying process. Sari explained that the heat pump consists of evaporator unit, compressor, condenser, and expansion valve, which has a specification of 9,000 btu/hour cooling load and the refrigerant type of working fluid, is R-22. While the drying chamber is made of two layers of zinc plates (thickness of 0.3 mm) and between the zinc plates is given an isolator, which in this case is, used Styrofoam with a thickness of 25 mm. The drying chamber has a dimension of length x width x height of 2,000 mm x 2,000 mm x 1,000 mm. According to Sari, the solar thermal drying machine with hybrid system and the heat pump have been tested on cocoa beans. Drying takes place throughout the day, while at night
until the morning the cocoa beans are not dried and left in the drying chamber. On the first and second day, the cocoa beans weight loss exponentially and on the third day the loss shows the polynomial profile. The drying process can be divided into two periods, which are a period of high drying rate and a decreasing drying rate. The beginning of drying (day-1 and day-2) can be categorized as a period of high drying. In this period, the water content is still high and present on the surface of the object. Once this water vapor evaporates, the moisture content in the cocoa beans (below the surface) will diffuse to the surface and this takes time. Thus, the drying process will run slowly (day-3). Under average radiation intensity during drying is 359-434 watts/m2, it takes 3 days of drying time with the total effective time of drying is 24 hours. By comparing the condition of the cocoa beans before being dried and the dried cocoa beans with direct drying, Sari said that the drying process with hybrid system has much better result. The initial moisture content of cocoa beans before drying was 51.04%. After drying using a drying machine with hybrid system, the moisture content is 6.12%. Meanwhile, if the drying done by direct drying, the final water content of the cocoa beans is 6.69%. “This can prove that drying with a hybrid system provides a faster drying rate pattern than direct drying,” he said. Moreover, drying cocoa beans with direct drying requires 5 (five) days of drying time or equivalent to 40 effective hours, whereas with a hybrid drying system it takes a shorter drying time, which is only 3 (three) days or 24 hours effective. In addition to water content, drying with a hybrid system also provides better results for pH, fat-free acids, total fat and Aflatoxin of cocoa beans.
Cocoa Bean Quality Test Result Test Parameters
Units
Water level pH Free fatty acids Total fat Aflatoxin
% % % ppb
Before Being Dried
After Sun-Dried
After Being Dried with Hybrid System
51,04 5,06 0,31 32,88 2,80
6,69 5,67 1,13 35,28 3,25
6,12 5,62 0,79 40,45 2,35
INFORMATION Balai Riset Dan Standardisasi Industri Medan Kementerian Perindustrian RI, Jl. Sisingamangaraja XII No.24, Ps. Merah Bar., Medan Kota, Kota Medan, Sumatera Utara 20213 (061) 7363471
48
KINA 01-2017
BALAI BESAR TEKNOLOGI PENCEGAHAN PENCEMARAN INDUSTRI
ENERGI TERBARUKAN DARI REAKTOR MODEL FDHRAR Indonesia adalah negara produsen minyak sawit mentah (CPO dan CPKO) terbesar di dunia. Di tahun 2015 saja, produksi CPO Indonesia mencapai sekitar 32,5 juta ton.
B
anyaknya produksi CPO tentunya juga berdampak pada meningkatnya vo-lume limbah yang dihasilkan dari proses produksi kedua komoditas itu. Diperkirakan ar limbah yang dihasilkan dari kegiatan produksi CPO dan CPKO mencapai lebih dari 50 juta meter kubik setiap tahunnya. Besarnya volume limbah air itu jika tidak diolah tentunya akan menimbulkan masalah di sektor lingkungan. Apalagi air limbah industri CPO mengandung komponen organik tinggi dengan konsentrasi polutan yang sangat signifikan. Karena itu, upaya untuk mengolah limbah CPO dan CPKO pun terus dilakukan oleh berbagai pihak. Salah
satu lembaga yang begitu konsern dengan pengolahan limbah CPO dan CPKO adalah Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BBTPPI). Peneliti dari lembaga ini telah membuat prototipe alat produksi biogas dari limbah CPO sebagai sumber energi terbarukan melalui modifikasi reaktor model Fixed Dome High Rate Anaerobic Reactor (FDHRAR). FDHR AR merupakan inovasi teknologi unit alat proses digestasi untuk menghasilkan bioenergi dengan kandungan gas methane (CH4) yang cukup signifikan. Alat ini dikembangkan melalui modifikasi integrasi dari Up Flow Anaerobic Filter (UAF) dan Fixed Dome Reactor (FDR) Biogas Reactor. “Kami membuat prototipe peralatan untuk memperoleh data kondisi operasi
terbaik pada produksi biogas melalui modifikasi reaktor model FDHRAR dengan bahan baku air limbah dari salah satu industri CPO di bawah PTPN VIII Kebun Kertajaya di Desa Lieu Ipuh, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Lebak, Banten,” kata Nani Harihastuti, peneliti utama BBTPPI, ketika memaparkan hasil penelitiannya itu. FD H R AR yan g dikemb an gkan BBTPPI ini memiliki dua bagian, yaitu bagian pertama berupa digester sebagai tempat pencerna material biogas dan sebagai rumah bagi bakteri, baik bakteri pembentuk asam ataupun bakteri pembentuk gas metana. Bagian pertama ini bertujuan untuk meningkatkan kontak antara substrat-biomasa dengan menambah ruang sludge bed dan strukturnya harus kuat agar tidak
KINA 01-2017
49
terjadi kebocoran. Bagian yang kedua adalah kubah tetap (fixed-dome). Dinamakan kubah tetap karena bentuknya menyerupai kubah dan bagian ini merupakan pengumpul gas yang tidak bergerak (fixed). Menurut Hani, kelebihan rancangan reaktor model FDHRAR ini adalah waktu retensi digestasi dapat lebih cepat sekitar 10-15 hari, sedangkan bila menggunakan teknologi yang sudah ada saat ini, waktu retensi lebih lama yakni 40-60 hari, bahkan ada yang sampai 90-120 hari . Hani menjelaskan kalau sejumlah industri CPO selama ini melakukan pengolahan air limbahnya dengan sistem kolam anaerobik yang sederhana dengan hanya ditutup dengan penutup yang terbuat dari plastik polietilen (HDPE = High Density Poly Ethylene), yang dilengkapi dengan alat pengukur pada pipa pembuangan gas metan yang terbentuk untuk selanjutnya dibakar. Pengolahan limbah dengan sistem tersebut masih memiliki kelemahan seperti kebutuhan lahan yang sangat luas, kebutuhan penutup polipropilen yang banyak, memerlukan biaya perawatan yang tinggi dan riskan terhadap kerusakan penutup polipropilen sehingga terjadi kebocoran gas metan serta produksi gas metan yang terbentuk dibakar melalui flare. “Industri dengan kapasitas 30 ton tandan buah sawit per jam memerlukan lahan sekitar 7 hektar untuk pengolahan air limbahnya dengan sistem konvensional itu,” ujarnya. Melihat sejumlah kelemahan yang masih ada dalam proses pengolahan limbah secara konvensional serta potensi air limbah CPO yang bersifat organik tinggi, pihaknya pun melakukan penelitian untuk menghasilkan peralatan proses pengolahan limbah CPO yang lebih baik lagi . Penelitian Hani dan tim dilakukan untuk menghasilkan biogas yang signifikan melalui model reaktor FDHRAR. Selain menghasilkan gas bio sebagai sumber energi terbarukan, kelebihan dari reaktor ini adalah dapat menghemat kebutuhan lahan, juga dapat menurunkan tingkat pencemaran air, mencegah terbentuknya gas rumah kaca dan pemanasan global. Menurutnya, dengan penggunaan reaktor FDHRAR, diperoleh hasil penurunan konsentrasi COD tertinggi pada proses digestasi 74,97%, kenaikan parameter pH pada proses digestasi dari pH 4 -> pH 5,4. Terjadi juga pembentukan gas CH4 tertinggi mencapai 42,69%, dengan kandungan gas CO2 pada kondisi itu mencapai 47,71% dan kandungan gas lain mencapai 9,6%. Selain itu, diperoleh hasil potensi energi pembentukan metana sebesar 31,08 m3 CH4 per hari. Pada kondisi ini potensi energi biogas yang terbentuk dari
50
KINA 01-2017
skala prototipe adalah 133.300-192.602 kkal per hari. Hani memaparkan, potensi energi listrik yang dihasilkan setara dengan 155,018 KWH per hari. Dengan kondisi itu, penghematan yang bisa diperoleh sebesar Rp161.528,78 per hari. Adapun potensi pembentukan metana (CH4) apabila air limbah semua dimanfaatkan untuk produksi biogas diperoleh 5.037,5 m3 CH4 per hari. Hani mengatakan , per forma teknologi biodigester dengan inovasi reaktor model FDHRAR yang telah berhasil mengubah kandungan organik tinggi di air limbah pabrik kelapa sawit (CPO) menjadi biogas ini akan mempunyai dampak penting bagi industri. “Industri dapat memanfaatkan teknologi ini sebagai solusi atas pengolahan air limbahnya,” ujarnya. Ada tiga keuntungan yang sekaligus diperoleh jika menggunakan alat tersebut, yaitu penghematan lahan, pengurangan biaya pengolahan, dan perolehan sumber energi terbarukan.
INDUSTRIAL WASTE TECHNOLOGY RESEARCH CENTER
RENEWABLE ENERGY FROM FDHRAR MODEL REACTORS Indonesia is the world’s l argest producer of crude palm oil (CPO and CPKO). In 2015 alone, Indonesia’s CPO production reaches around 32.5 million tons.
T
he amount of CPO production will also have an impact on the increasing volume of waste generated from the production process of both commodities. It is estimated that the waste generated from CPO and CPKO production activities reaches more than 50 million cubic meters annually. The large volume of waste water if not processed will certainly cause problems in the environmental sector. Moreover, the waste water of the CPO industry contains high organic components with significant pollutant concentrations. Therefore, efforts to process waste CPO and CPKO continues to be done by various parties. One of the institutions that are so concerned with CPO and CPKO waste treatment is Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri – BBTPPI (Center for Industrial Pollution Prevention Technology) Researchers from this institute have made prototypes of biogas production equipment from CPO waste as a renewable energy source through modified
reactor model Fixed Dome High Rate Anaerobic Reactor (FDHRAR). FDHRAR is a technological innovation of a process unit of digestion to produce bioenergy with a significant amount of methane gas (CH4). The tool is developed through integration modifications from the Up Flow Anaerobic Filter (UAF) and Fixed Dome Reactor (FDR) Biogas Reactor. “We created a prototype of equipment to obtain the best operating conditions data on biogas production by modifying the FDHRAR model reactor with raw waste water from one of the CPO industries under PTPN VIII Kebun Kertajaya in Lieu Ipuh Village, Banjarsari District, Lebak Regency, Banten,” said Nani Harihastuti, BBTPPI’s lead researcher, explained the results of his research. FDHRAR developed by BBTPPI has two parts, namely the first part in the form of digester as a biogas material digester and as a home for bacteria, either acidforming bacteria or methane-forming bacteria. This first part aims to increase the contact between the substrate-biomass by increasing the sludge bed space and the structure must be strong in order to avoid leakage. The second part is a fixed dome. It is called a fixed dome because its shape resembles a dome and this part is a gas collector that does not move (fixed). According to Nani, the advantages of this FDHRAR model reactor design is the retention time of digest can be faster about 10-15 days, whereas when using existing technology at this time, retention time is longer which is 40-60 days, some even up to 90-120 days . Nani explained that a number of CPO industries have been doing their wastewater treatment with a simple anaerobic pond system by simply closing with polyethylene covers (HDPE = High Density Poly Ethylene), which are equipped with gauges on methane gas exhaust pipes formed to Then burned. Wastewater treatment with such systems still has weaknesses such as vast land requirements, high polypropylene cover requirements, high maintenance costs and risk of polypropylene cover damage resulting in methane gas leakage and methane gas production formed burned through flares. “The industry with a capacity of 30 tons of fruit bunches per hour requires about 7 hectares of land for wastewater treatment with conventional systems,” he said. Looking at a number of weaknesses that are still present in the conventional waste processing process as well as the potential of organic high water waste CPO, it also conducted research to produce better processing equipment CPO
waste. Nani and her teams’s research were conducted to produce significant biogas through the FDHRAR reactor model. In addition to producing bio-gas as a renewable energy source, the advantages of this reactor are to save on land needs, reduce water pollution levels, and also prevent greenhouse gas formation and global warming. According to her, with the use of FDHRAR reactor, the highest COD concentration in the process of digesting 74.97% was obtained, the increase of pH parameters in the digestion process from pH 4 -> pH 5.4. The formation of gas CH4 highest reached 42.69%, with CO2 gas content at that condition reached 47.71% and other gas content reached 9.6% are also occured. In addition, the potential energy yield of methane is 31.08 m3 CH4 per day. In this condition biogas energy potential that is formed from the prototype scale is 133,300-192,602 kcal per day. Nani explained, the potential of electrical energy generated equivalent to 155,018 KWH per day. With that condition, the savings can be obtained at IDR161,528.78 per day. The potential of methane formation (CH4) when wastewater is all utilized for biogas production is obtained 5,037.5 m3 CH4 per day. Nani said the performance of biodigester technology with FDHRAR model reactor innovations that have successfully transformed the high organic content in the palm oil municipal waste (CPO) into biogas will have an important impact on the industry. “Industry can utilize this technology as a solution to its wastewater treatment,” she said. There are three advantages that can be obtained if using the tool, which are saving land, reducing processing costs, and acquiring of renewable energy sources.
INFORMATION Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BBTPPI) Jln. Ki Mangunsarkoro No.6 Semarang 50136 024 8316315 Email :
[email protected]
KINA 01-2017
51
teknologi
BALAI BESAR DAN LOGAM MESIN
TAPAK RANTAI TANK SCORPION DAN AMX BUATAN LOKAL Kekuatan pertahanan suatu negara salah satunya bisa dilihat dari kondisi alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang dipakai. Makin kuat, canggih, modern, efektif dan efisien alutsista suatu negara, biasanya semakin kuat pula pertahanannya.
K
emampuan alutsista juga harus diikuti dengan kesediaan komponen alutsista itu sendiri. Terkait penyediaan komponen itu, salah satu yang dikerjakan pemerintah adalah berusaha memproduksi komponen tapak rantai tank. Upaya produksi tapak rantai tank tersebut dilakukan oleh Balai Besar Logam Mesin (BBLM) Bandung. Lembaga tersebut telah melakukan penelitian dan pengembangan untuk membuat tapak rantai kendaraan tempur tank jenis Scorpion double pin dan AMX. Scorpion adalah tank ringan dengan bobot sekitar 8 ton sehingga sangat cocok dengan kondisi geografis Indonesia untuk dapat bergerak lincah. Negara pembuat tank ini adalah Inggris, dirancang tahun 1967 dan mulai beroperasi di Angkatan Darat Inggris di tahun 1973. Sementara tank AMX adalah tank ringan yang diproduksi oleh Perancis mulai tahun 1952 hingga 1987. Utamanya digunakan oleh militer Perancis, namun juga telah diekspor ke 25 negara lainnya. Diperkirakan AMX-13 beserta variannya sudah diproduksi sekitar 7.700 unit, dimana sekitar 3.400 unit telah diekspor dan masih ada sekitar 400 unit di Indonesia “Prototipe tapak rantai Scorpion double pin dan AMX telah berhasil dibuat di BBLM dengan perbaikan bentuk serta material untuk meningkatkan kinerja dari komponen tapak rantai tersebut,” kata peneliti dari BBLM, Sri Bimo Pratomo, ketika memaparkan hasil penelitian yang dilakukan oleh tim dari BBLM. “Penelitian ini merupakan penelitian yang berkelanjutan untuk mendukung program Kemandirian Pertahanan
52
KINA 01-2017
Keamanan Nasional, dimana TNI mencanangkan bahwa pada tahun 2029 seluruh kebutuhan alat utama sistim pertahanan sudah dipenuhi dari dalam negeri,” paparnya. Sri menjelaskan, tapak rantai (track link) adalah komponen yang berfungsi untuk menggerakkan kendaraan tempur tank. Komponen ini membutuhkan sifat material yang tahan aus dan memiliki kekuatan tarik yang baik, dengan tetap menjaga ketangguhannya. Umumnya komponen ini terbuat dari baja mangan atau baja martensite temper (martemper). Kedua jenis material baja tersebut dikenal memiliki ketahanan aus dan kekuatan tarik yang baik dengan tetap mempertahankan ketangguhannya. TNI memiliki banyak jenis kendaraan tempur tank, seperti tank Scorpion, AMX, PT 76, Murder, Leopard, dan sebagainya. Karena komponen tapak rantai tergolong komponen consumable dengan masa pakai hanya sekitar 1 tahun, maka kebutuhan TNI akan komponen ini menjadi sangat besar. “Sebagaian besar kebutuhan komponen ini masih diimpor. Hanya sebagian kecil saja yang sudah diproduksi dalam negeri, tetapi kualitasnya belum memuaskan,” ujarnya. Kondisi itulah yang membuat BBLM melakukan penelitian pembuatan komponen tapak rantai kendaraan tempur tank sejak tahun 2013. Dua tahun kemudian, pada awal tahun 2015 sudah dihasilkan prototipe tapak rantai jenis single pin untuk kendaraan tempur tank Scorpion. Prototipe tersebut pada tahun 2015 tersebut sudah diproduksi secara massal sebanyak 7.500 keping. Sejak awal tahun 2015 BBLM juga telah melaksanakan kegiatan litbang untuk mengembangkan komponen tapak rantai tank Scorpion jenis double pin. Tapak rantai jenis ini merupakan pengembangan tapak rantai jenis single pin yang rencananya tidak akan diproduksi lagi. “Sudah dihasilkan prototipe tapak rantai Scorpion double pin yang merupakan hasil pengembangan material maupun bentuk dari komponen tapak rantai yang diimpor dari Jerman,” papar Sri. Pada tahun 2015 juga dilaksanakan litbang pembuatan prototipe tapak rantai AMX. Karena kebutuhannya yang besar, meskipun belum bersertifikasi tapak rantai AMX terpaksa sudah dibuat di dalam negeri dalam skala job order dengan hasil yang belum memuaskan. “Litbang yang dilaksanakan di BBLM adalah pengembangan material tapak rantai tersebut. Sudah dihasilkan prototipe tapak rantai AMX dan saat ini sedang diproduksi massal oleh industri dalam negeri dengan pengawasan
BBLM,” tuturnya. Adapun peralatan yang digunakan untuk litbang ini adalah peralatan yang dimiliki oleh: Workshop Pengecoran Dan Perlakuan Panas BBLM untuk proses pembuatan prototipe produk cor, Workshop Pengujian BBLM untuk pengujian mekanis prototipe, Laboratorium SEM Batan Puspiptek Serpong untuk analisa metalografi, serta Pusat Pendidikan Kaveleri TNI AD Padalarang untuk pelaksanaan uji fungsi. Dalam membuat tapak rantai itu, Sri mengatakan, data dan informasi awal berasal dari produk impor tapak rantai Scorpion buatan Jerman. Dari produk impor tersebut, direkayasa kembali bentuk produknya, komposisi kimianya, serta diuji kekerasannya. “Hasil analisa produk impor tersebut menjadi acuan untuk melakukan litbang pembuatan tapak rantai prototipe dengan memperbaiki bentuk dan material produk impor,” ucapnya. Agar hasil litbang ini dapat diimplementasikan melalui produksi massal sebagai upaya menciptakan kemandirian pertahanan, maka diperlukan kordinasi yang baik pula dengan industri pengecoran logam yang akan memproduksinya. Untuk itu, papar Sri, hasil litbang BBLM tersebut telah dituangkan ke dalam produksi percobaan di PT. Karya Deli Steelindo di bawah pengawasan BBLM dan telah menghasilkan produk perdana pada awal Maret 2016.
Tapak Rantai Tank AMX
METAL & ENGINE RESEARCH CENTER
SCORPION AND AMX TANK TREAD CHAIN LOCALLY MADE Defense strength of a country can be seen from the condition of the use of main tools of weaponry system. The stronger, more sophisticated, more modern, more effective and more efficient the main tools of weaponry system of a nation, the stronger the defense.
T
he ability of defense equipment should also be followed by the willingness of the components of the defense equipment itself. Related to the supply of components, one of the government’s works is trying to produce components of chain tread. The production of the tread chain is done by Center of Metal Machine (Balai Besar Logam Mesin – BBLM) Bandung. The institute has conducted research and development to make tread chain for double pin Scorpion and AMX tank.
Scorpion is a light tank that weight about 8 tons so it is suitable with the geographical condition of Indonesia as it enables the tank to move agile. The tank-maker country is British, designed in 1967 and it started operating in the British Army in 1973. While the AMX tank is a light tank manufactured by France from 1952 to 1987. It was primarily used by the French military, but has also been exported to 25 other countries. It is estimated that AMX13 and its variants have been produced around 7,700 units, of which around 3,400 units have been exported and there are still about 400 units in Indonesia “The prototype of the double pin Scorpion and AMX tread prints has been successfully fabricated at BBLM with improved shapes and materials to improve the performance of the tread component of the chain,” said BBLM researcher, Sri Bimo Pratomo, while describing the results of a study conducted by the BBLM team. “This is sustainable research to support the National Security Defense SelfReliance program, where the Indonesian Army (Tentara Nasional Indonesia – TNI) proclaims that by 2029 all the major defense system needs will be fulfilled within the country,” he explained. Sri explained that the tread chain is a component that serves to drive the tank. This component requires the wear-resistant material properties and has good tensile strength, while maintaining its toughness. Generally, these components are made of manganese steel or martensitic tempered steel. Both types of steel materials are known to have good wear resistance and tensile strength while maintaining its toughness. TNI has many types of combat tank vehicles, such as Scorpion tank, AMX, PT 76, Murder, Leopard, and so on. Since the component of the tread chain is a consumable component with a life span of only 1 year, the TNI’s need for this component becomes very large. “Most of these components are still imported. Only a small part has been produced domestically, but the quality is not satisfying,” he said. That condition drives BBLM to do some research to make the component of tank treads chain since 2013. Two years later, in early 2015, prototype of single pin type tread chain for Scorpion tank fighting vehicles was produced. In 2015, the prototype has been produced massively as many as 7,500 pieces. Since the beginning of 2015, BBLM has also conducted R&D activities to develop components of tread chain for double pin Scorpion. This type of tread chain is the development of single pin type tread chain that planned to be not
produced anymore. “ The prototype of double pin Scorpion tread chain, which is the result of material and form development from the components that is imported from Germany has been produced,” said Sri. R&D was also implemented in 2015 for the prototype of AMX tread chain. In order to fulfill the large demand, AMX tread chains was produced in job order scale domestically as not-satisfying quality even though it was not certified yet. “The R&D conducted at BBLM is the development of the tread material of the chain. A prototype of AMX chain has been produced and is currently being massproduced by the domestic industry under BBLM supervision,” he said. The equipment used for this R&D is owned by: BBLM Casting and Heat Treatment Workshop for the making process of cast product prototype, BBLM Testing Workshop for prototype mechanical testing, SEM Batan Puspiptek Serpong Laboratory for metallographic analysis, and Kaveleri Education Center of TNI Ground Forces Padalarang for execution of function test. In making the tread chain, Sri said, initial data and information comes from imported products of Scorpion tread that made in Germany. From these imported products, the form and chemical composition was reengineered and the hardness was tested. “The results of the analysis of imported products is used as a reference to do R&D for making prototype of tread chain by improving the form and material of imported products,” he said. In order for this R&D results to be implemented through mass production as an effort to create defense independence, good coordination is needed with the metal foundry industry that will produce it. For that, Sri said, the results of BBLM R&D has been poured into the trial production at PT. Deli Steelindo’s work, under the supervision of BBLM, and has produced its first product in early March 2016.
INFORMATION Balai Besar Logam dan Mesin Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung 40135 (022) 2503171 ext. 226
KINA 01-2017
53
teknologi
SOLO TECHNO PARK
Kolaborasi untuk MEMPERKUAT INDUSTRI “Solo Techno Park bertujuan untuk menyatukan unsurunsur akademis, bisnis, government dan community (ABGC) dalam meningkatkan potensi-potensi daerah yang ada melalui beberapa layanan yang diberikan”, papar Pejabat Pelayanan dan Pengembangan Solo Techno Park (STP) Yudit Cahyantoro NS.
C
ikal bakal STP bermula tahun 2002, ketika Pemerintah Kota Surakarta menggagas berdirinya Surakarta Competency Technology Center (SCTC) dengan tujuan menyatukan visi di bidang akademik dan industri. Pada 2009, melalui Dewat Riset Daerah, didirikan Solo Techno Park untuk mengakomodasi peminat SCTC yang semakin berkembang. Selanjutnya, sejak 2010, STP resmi menggunakan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah di bawah pengelolaan Pemerintah Kota Surakarta. Dibagi menjadi tiga zona, yakni Zona Diklat, Zona Inkubator Bisnis Teknologi, dan Zona Layanan Industri, STP menerapkan konsep teaching factory, yaitu melibatkan para siswa binaan STP dalam
proses pengerjaan produk-produknya. Di Zona Diklat, siswa binaan belajar selama sembilan bulan di mana 3 bulan terakhir berupa magang di industri. STP menerapkan sistem Production Base Educational Training (PBET) untuk membiasakan para siswa mengerjakan tugas-tugas di industri sejak masa pelatihan. STP membuka tiga jurusan diklat, yaitu mekanik manufaktur, mekanik welding, dan mekanik garmen. Selain program-program regular, STP juga menyelenggarakan dan memfasilitasi diklatdiklat yang disesuaikan dengan kebutuhan industri. Salah satu program unggulan di STP adalah diklat underwater wet welding (pengelasan bawah laut) serta basic aircraft structure. Dalam menyelenggarakan diklat, khususnya yang bersifat tailor-made, STP membangun kerjasama dengan industri serta institusi akademik. Diklat basic aircraft structure misalnya, merupakan kerjasama antara STP dengan Garuda Maintenance Facilities (GMF) untuk mendidik teknisi yang bertugas mengerjakan badan pesawat. Seluruh peserta diklat tersebut kemudian terserap seluruhnya oleh industri. Saat ini, STP memproduksi dan memasarkan produk-produk seperti suku cadang mesin, komponen otomotif, serta alat potong untuk proses manufaktur (milling cutter) sebagai produk standarnya. Selain itu, STP juga giat mempromosikan produk-produk yang dapat
dibuat sesuai kebutuhan industri, seperti komponen kereta api. Khusus untuk produk tersebut, STP juga tergabung dalam Indonesia Railway Component Manufacturing Association (IRMA) yang bertujuan meningkatkan sinergitas dan produktivitas institusi pelaku industri komponen perkeretaapian. Lembaga yang diperkuat oleh total 24 orang karyawan ini juga memfasilitasi pelaku industri kecil dalam mewujudkan dan mengembangkan bisnisnya. Lewat Zona Inkubator Bisnis Industri, STP memberikan pelatihan wirausaha selama enam bulan dan dilanjutkan dengan pendampingan selama dua tahun. Pengembangan STP juga tidak luput dari berbagai tantangan. Salah satunya adalah ketidaktahuan stakeholder potensial mengenai STP. Dengan sosialisasi yang aktif dilakukan melalui stasiun televisi lokal dan radio, STP berupaya meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap lembaga tersebut. Tantangan lainnya adalah sinergi antar unsur akademisi, pemerintah, pebisnis dan komunitas yang harus terus diupayakan. Saat ini, hubungan antara STP dengan komunitas pendukung sudah cukup baik. Salah satunya adalah Solo Creative City Network (SCCN). Namun menurut Yudit, dukungan pemerintah masih diperlukan untuk menumbuhkembangkan techno park di daerah-daerah lainnya. Yudit juga berharap STP dapat menjadi pusat unggulan teknologi komposit yang merupakan bahan dasar pesawat terbang. Karenanya, STP terus memperluas kerja sama dengan perguruan tinggi maupun industri untuk meningkatkan kualitas program-programnya. “Sebaliknya, kami juga terbuka bagi mereka yang ingin belajar atau terlibat di sini,” pungkasnya.
INFORMATION Solo Techno Park Jl. Ki Hajar Dewantara, Kentingan, Jebres, Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57126 (0271) 666628
54
KINA 01-2017
SOLO TECHNO PARK
COLLABORATION TO STRENGTHEN INDUSTRY “Solo Techno Park aims to bring together academic, business, government and community (ABGC) elements in enhancing the potential of existing regions through several services provided,” said Solo Techno Park (STP) S e r v i c e a n d D e ve l o p m e n t Officer Yudit Cahyantoro NS.
S
T P initiati o n b e gan in 2 0 02 , w h e n th e Government of Surakarta City initiated the establishment of the Surakarta Competency Te c h n o l o g y C e n t e r (SCTC) with the aim of unifying vision in the academic and industrial fields. In 2009, through Regional Research Council, Solo Techno Park was established to accommodate the growing SCTC enthusiasts. Furthermore, since 2010, the STP officially uses the financial management pattern of the Regional Public Service Board under the management of the Surakarta Municipal Government. Divided into three zones, namely Training Zone, Technological Business Incubator Zone, and Industrial Service Zone, STP implements the concept of teaching factory, which involves STP students assisted in the process of their products. At Training Zone, students are trained for nine months in which the last 3 months are internships in industry. STP implements a Production Base
KINA 01-2017
55
Educational Training (PBET) system to familiarize students with industry tasks from the training. STP has three majors, namely manufacturing mechanics, mechanical welding, and garment mechanics. In addition to regular programs, STP also organizes and facilitates training tailored to industry needs. One of the excellent programs in STP is underwater wet welding training and basic aircraft structure. In conducting the training, especially tailor-made, STP builds cooperation with industry and academic institutions. Basic aircraft structure training, for example, is collaboration between STP and Garuda Maintenance Facilities (GMF) to educate technicians who work on airframe. All the training participants are then absorbed entirely by the industry. Currently, STP manufactures and markets products such as engine parts, automotive parts, as well as cutting tools for manufacturing process (milling cutter) as its standard product. In addition, STP also actively promotes products that can be made according to industry needs, such as rail components. Especially for these products, STP is also incorporated in Indonesia Railway Component Manufacturing Association (IRMA) aimed at improving the synergy and productivity of institutions of railway component industry. The institution, which is strength ened by a total of 24 e m p loye e s , al s o facilitate s small industr y actors
56
KINA 01-2017
in realizing and developing their business. Through the Industrial Business Incubator Zone, STP provides entrepreneurship training for six months and continues with a twoyear mentoring. STP development is also facing various challenges. One of all is the ignorance of potential stakeholders regarding STP. With active socialization conducted through local television stations and radio stations, STP seeks to increase public knowledge of these institutions. Another challenge is the synergy between academic, government, business and community elements that must be continuously pursued. Currently, the relationship between STP and the support community is good enough. One of them is Solo Creative City Network (SCCN). However, according to Yudit, government support is still needed to cultivate Techno Park in other areas. Yudit also hopes that STP can become the center of excellence of composite technology, which is the basic material of aircraft. Therefore, STP continues to expand cooperation with universities and industries to improve the quality of its programs. “Conversely, we are also open to those who want to learn or get involved here,” he concluded.
ZAT PEWARNA ALAM LIMBAH KELAPA SAWIT DAN KAKAO
Lebih Murah Dari Pewarna Sintetis Penggunaan zat warna alam kini banyak diminati untuk berbagai keperluan industri pembatikan. Zat warna alam dipandang lebih murah karena bahan bakunya mudah diperoleh, proses ekstraksinya tidak sulit, menggunakan peralatan sederhana, dan ramah lingkungan.
B
ahan baku zat pewarna alam dapat diperoleh dari limbah perkebunan, seperti limbah kelapa sawit dan kakao. Limbah kedua komoditas tersebut dapat dengan mudah ditemukan karena Indonesia termasuk produsen minyak sawit terbesar di dunia dengan produksi 32,5 juta ton pada tahun 2015. Setiap 100 ribu ton tandan buah segar (TBS) akan menghasilkan limbah padat sekitar 6 ribu ton cangkang, 12 ribu ton serabut dan 23 ribu ton tandan buah kosong. Sehingga, pada tahun 2015 diperkirakan
cangkang sawit yang dihasilkan sebanyak 1,8 juta ton. Komponen yang terdapat dalam minyak sawit di antaranya adalah karotenoid yaitu pigmen yang membentuk warna orange. Beberapa fraksi minyak sawit memiliki kandungan karotenoid yang berbeda. Untuk CPO, kandungan karotenoid 630-700 ppm, olein berkisar 680-760 ppm dan stearin kandungan karotenoid berkisar 380-540 ppm. Selama ini limbah kelapa sawit yang dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi produk lainnya, banyak dibuang begitu saja sehingga menganggu lingkungan. Begitu juga dengan ketersediaan kulit buah kakao cukup banyak, sekitar 75% dari satu buah kakao utuh adalah berupa kulit buah, 23% biji kakao dan 2% plasenta. Kandungan kulit buah kakao meliputi protein kasar 11,71%, serat kasar 20,79%, lemak 11,80%, BETN 34,90% dan adanya senyawa alkaloid Theobromin. Kulit buah kakao yang telah mengalami fermentasi berwarna orange kemerahan karena adanya kandungan ß karoten. Melihat potensi yang besar itu, Titiek Pujilestari, Farida, dan Vivin Atika dar Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) telah melakukan penelitian dan pembuatan zat pewarna alam dari limbah sawit dan kakao. Bahan yang digunakan sebagai bahan pembawa warna dalam penelitian adalah cangkang kelapa sawit dan kulit buah kakao. “Cangkang kelapa sawit diperoleh dari perkebunan di daerah Banten, sedangkan kulit buah kakao diperoleh dari perkebunan di Jember dan Pacitan,” ujar Titiek ketika memaparkan hasil penelitiannya. Bahan lain yang diperlukan dalam penelitian meliputi kain katun, sutera, air, alkohol, tawas, kapur dan tunjung digunakan sebagai bahan fiksasi. Peralatan yang digunakan adalah seperangkat alat untuk ekstraksi warna alam, bak pewarnaan, seperangkat alat untuk pelorodan (penghilangan lilin), panci, kompor gas, pengaduk, ember, penyaring, dan pH meter. “Pemanfaatan dan diversifikasi pewarna alam dari limbah perkebunan cangkang kelapa sawit dan kulit buah kakao dilakukan melalui ekstraksi,” ujarnya. Ekstraksi bahan baku cangkang kelapa sawit dan kulit buah kakao dilakukan dengan menggunakan pelarut air pada suhu panas 100 oC selama satu jam dengan perbandingan 1:8 dan menggunakan pelarut organik (alkohol teknis) dengan sistem perendaman pada suhu kamar selama empat hari. Sedangkan proses pewarnaan dilakukan dengan sistem celup, yaitu kain dimasukkan ke dalam zat warna alam secara berulang sebanyak enam kali. Setiap pencelupan dilakukan selama ± 15 menit, kemudian kain diangin-anginkan sebelum dicelup kembali. “Setelah tahap pewarnaan bahan selesai, untuk menguatkan warna dilakukan proses mordan akhir atau fiksasi,” papar Titiek. Dia menjelaskan, proses fiksasi dilakukan dengan merendam bahan terwarnai pada tiga jenis larutan mordan akhir yang masing-masing mengandung 70 gram per liter tawas, 50 gram per liter kapur tohor, dan 30 gram perliter tunjung. Bahan dicelupkan
KINA 01-2017
57
kedalam larutan mordan selama ± 5 menit sampai merata, kemudian diatuskan dan dibilas dengan air bersih. Setelah itu, diangin-anginkan sampai kering. Sedangkan untuk melepaskan malam/lilin pada kain katun dan sutera batik yang telah selesai diwarnai, dilakukan proses pelorodan dengan cara merendam ke dalam air panas yang mengandung soda abu 5 gram perliter pada suhu 80-100 oC selama 10 menit atau semua lilin terlepas. Hasil pembatikan pada kain katun dan sutera setelah mengalami pelorodan itu kemudian menjalani proses pengujian terhadap arah dan beda warna, kualitas pewarnaan meliputi ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan ketahanan luntur warna terhadap gosokan (basah). Titiek mengatakan, dari hasil penelitian rata-rata pewarnaan dengan cangkang sawit mempunyai ketahanan luntur terhadap pencucian yang lebih baik (3,5-5) dari pada kulit buah kakao (3-4). Sementara itu, untuk ketahanan terhadap pencucian, media batik yang menggunakan kain katun maupun sutera tidak banyak memberikan hasil yang berbeda, pada kain katun ketahanan terhadap pencucian (3,5-4,5), sedangkan pada kain sutera (3-5). Titiek juga menjelaskan kalau biaya proses pewarnaan kain batik dengan pewarna alam jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya proses pewarnaan dengan zat pewarna sintetis. Menurutnya, melalui proses ekstrasi, biaya pencelupan kain batik ukuran 2,5 meter dengan menggunakan zat pewarna alam dari cangkang sawit dan kakao hanya mencapai Rp 10.408/ Sedangkan jika mengunakan zat pewarna sintetis, biaya pencelupan kain batik dengan ukuran yang sama mencapai Rp 22.500.
58
KINA 01-2017
NATURAL DYE SUBSTANCES FROM PALM KERNEL AND COCOA WASTE
It’s Cheaper Than Synthetic Dyes The demand of natural dyes is now increasing for a variety of batik industrial purposes. Natural color substance is considered cheaper because the raw material is easier to obtain, the extraction process is not difficult as it uses simple equipment, and environmentally friendly.
N
atural dye materials can be obtained from plantation waste, such as palm kernel and cocoa peel. The waste of these commodities can be easily found as Indonesia is among the world’s largest producers of palm oil with 32.5 million tons of production by 2015. Every 100,000 tons of palm kernels will produce solid waste of about 6 thousand tons of shells, 12
thousand tons of fibers, and 23 thousand tons of empty fruit bunches. Thus, in 2015 it was estimated that the shell of palm production reached 1.8 million tons. Components contained in palm kernel include carotenoids that are pigments that form orange color. Some palm kernel fractions have different carotenoids. For CPO, the carotenoid content is 630-700 ppm, olein content ranged from 680-760 ppm and stearin carotenoid content ranged from 380-540 ppm. So far, palm kernel waste generated from palm kernel processing into other products, many are thrown away so that it disturb the environment. The availability of cocoa peel is also quite a lot. About 75% of a cocoa fruit is in the form of fruit peel, 23% cocoa beans and 2% placenta. The content of cacao peels includes 11.71% crude protein, 20.79% crude fiber, 11.80% fat, BETN 34.90% and presence of Theobromin alkaloid compound. Cacao fruit skin that has been fermented colored reddish orange due to the content of ß carotene. Seeing the great potential, Titiek Pujilestari, Farida, and Vivin Atika from the Center for Crafts and Batik (Balai Besar Kerajinan dan Batik – BBKB) conducted research and have been manufacturing natural dyes from the waste of palm and cocoa. Materials used as a color carrier in the study are the shells of palm and cocoa peel. “Palm kernel shells are obtained from plantations in the Banten area, while cocoa peel is obtained from plantations in Jember and Pacitan,” said Titiek. “The utilization and diversification of natural dyes from waste palm kernel and cocoa peel are done through extraction,” she said. The extraction of raw materials of palm kernel and cocoa peel was done by using water solvent at 100 oC for one hour at a ratio of 1: 8 and using organic solvent (technical alcohol) with immersion system at room temperature for four days. While the coloring process is done by dye system, which the cloth is put into the natural dye repeatedly as much as six times. Each immersion is done for ± 15 minutes then the cloth is aerated before dyed again. “After the staining stage of the material finished, mordan process was done to strengthen the color or fixation,” said Titiek. She explained that the fixation process is done by immersing the colored material in three types of final mordan solution containing 70 gram per liter alum, 50 grams per liter of calcium oxide,
and 30 grams of tunjung. The ingredients are immersed into mordan solvent for ± 5 minutes until evenly distributed, then rinsed with clean water. After that, the material is dried by the wind. While, to release the candle on cotton cloth and batik silk that has been colored, the material is soaked into hot water that contains 5 grams of soda ash each liter at 80-100 oC temperature for 10 minutes or until all the candles released. The results of batik on cotton and silk after experiencing the candle removal then undergo the process of testing against the direction and color difference. Coloring quality includes color resistance to washing and color resistance to rubbing (wet). Titiek said, the results of the average study of staining with palm shells have better fastness (3.5-5) than leaf of cacao peel (3-4). Meanwhile, for resistance to washing, batik using cotton and silk fabrics mediums do not yield much different results. On cotton, the resistance to leaching was (3.5-4.5), while in silk fabrics was (3-5). Titiek also explained that the cost of batik dyeing process with natural dyes is much cheaper than the cost of staining process with synthetic dye. According to her, through the extraction process, the cost of dyeing batik cloth of 2.5 meters by using natural dyes from palm shells and cocoa only cost Rp10,408. Whereas if using synthetic dyes, batik dye cost with the same size cost Rp22,500.
INFORMATION Balai Besar Kerajinan dan Batik Jln Kusumanegara no 7 Yogyakarta, D.I. Yogyakarta Phone: 0274-546111, 543582 Email:
[email protected] Website: batik.go.id
KINA 01-2017
59
inspirasi
BUKALAPAK
MENDORONG IKM BERTRANSAKSI ONLINE Perkembangan teknologi yang begitu pesat beserta dampaknya tidak bisa dihindari lagi. Teknologi telah menyasar berbagai bidang kegiatan manusia, termasuk kegiatan jual-beli. Berkat kemajuan teknologi informasi, kegiatan dagang kini dapat dilakukan dengan mudah melalui e-commerce.
D
i Indonesia, saat ini situs jual beli secara online sudah mulai bermunculan. Beberapa situs e-commerce yang terkenal di Indonesia saat ini masih didominasi oleh investor asing. Namun, bukan berarti sumber daya lokal tidak memiliki kemampuan untuk bersaing dengan situs serupa lainnya, misalnya saja Bukalapak.com (Bukalapak). Menurut Chief Finance Officer (CFO) Bukalapak, Muhamad Fajrin Rasyid, munculnya Bukalapak tak lepas dari maraknya kegiatan jual beli melalui sosial media beberapa tahun lalu. “Jualan di online mudah, tapi tak aman. Seringkali terjadi penipuan,” ujar Fajrin. Melihat potensi bisnis yang besar dan tekad untuk menyediakan ruang di dunia maya bagi kegiatan transaksi yang aman dan nyaman, akhirnya pada tahun 2009 didirikan Bukalapak dan beroperasi mulai awal 2010. Fajrin, yang juga salah satu pendiri Bukalapak, mengakui pada awal beroperasi jumlah pelapak atau pedagang dan pembeli yang menggunakan situs ini belum banyak. Namun seiring berjalannya waktu, tingkat kepercayaan pedagang dan pembeli terus meningkat, dan jumlah transaksi yang terjadi juga mengalami peningkatan. Saat ini, jumlah pengguna Bukalapak sudah menembus 1 juta orang. Tingginya minat dan kepercayaan pelaku usaha dan masyarakat untuk bertransaksi melalu Bukalapak, tak terlepas dari infrastruktur dan kebijakan yang dimiliki situs tersebut yang membuat kegiatan transaksi menjadi cepat dilakukan dan berjalan dengan aman. Agar kegiatan transaksi melalui teknologi informasi itu berjalan dengan cepat, Bukalapak menyediakan server yang cukup banyak. “Pada awalnya transaksi di Bukalapak hanya didukung satu server saja, namun sekarang kami sudah memiliki lebih dari 100 server,” ujar Fajrin yang lulus dari Insitut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 2010 dengan predikat Summa Cumlaude (IPK 4,0). Ditegaskan, jumlah server yang beroperasi 24 jam itu akan terus bertambah seiring dengan peningkatan jumlah pengguna situs jual beli tersebut. Situs
60
KINA 01-2017
KINA 01-2017
61
tersebut juga dilengkapi dengan tim IT yang mumpuni yang antara lain bertugas menganalisis data yang masuk dan keluar dalam kegiatan transaksi secara online. Menurut Fajrin, jika awal berdiri jumlah karyawan tak lebih dari 10 orang, saat ini ada sekitar 500 karyawan Bukalapak yang bekerja selama 24 jam penuh berdasarkan shift. Agar pengguna bisa melakukan kegiatan transaksi dengan aman, Bukalapak juga menerapkan aturan yang ketat. Misalnya dalam hal transfer dana. Di situs ini, setiap pembeli terlebih dahulu mentransfer uangnya ke rekening Bukalapak, kemudian penjual baru mengirimkan produknya. “Setelah produk sampai di tangan konsumen, sang konsumen mengkonfirmasi ke Bukalapak bahwa b aran g s u dah s amp ai , s e hin g ga Bukalapak bisa mengirimkan uang tadi ke penjual,” kata Fajrin. Dia mengatakan, proses transaksi pengiriman dana dari rekening Bukalapak ke penjual berlangsung secara cepat, cukup sehari setelah barang diterima pihak pembeli. Selain itu, produk yang dijual di situs itu juga diawasi secara ketat. Produk yang ilegal berdasarkan aturan pemerintah adalah tabu untuk dijual di situs Bukalapak. “Untuk mencegah masuknya barang
62
KINA 01-2017
ilegal dalam kegiatan transaksi di situs Bukalapak, kami selalu berkordinasi dengan instansi-instansi terkait, seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian dan Badan Pengawaasan Obat dan Makanan,” paparnya. D engan kesiapan infrastruk tur dan kebijakan ketat yang dimilikinya, Bukalapak pun mendapat sejumlah penghargaan. Misalnya, di tahun 2015 Bukalapak berhasil meraih penghargaan Bubu Awards v.09 sebagai Best of The Best untuk keseluruhan kategori dan untuk kategori perusahaan e-commerce. Walaupun sejumlah prestasi sudah ditorehkan , Fajrin mengakui kalau Bukalapak tetap akan terus meningkatkan pelayanannya hingga menjadi marketplace dengan jumlah pengguna terbanyak di dalam negeri. Untuk itu, salah satu hal yang terus diupayakan pihaknya adalah terus mendorong usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di negeri ini yang jumlahnya puluhan juta, untuk bisa bergabung di Bukalapak. “Kami ingin mendorong UMKM di negeri ini untuk bisa berkembang melalui Bukalapak. Ini merupakan salah satu visi kami,” ucapnya. Menurut Fajrin, salah satu hambatan yang dialami UMKM untuk memperluas pangsa pasar mereka adalah kebanyakan dari mereka berjualan dengan cara tradisional seperti door to door atau hanya di
satu toko saja. “Dengan memanfaatkan internet, bukan tidak mungkin jika produk yang mereka tawarkan bisa dibeli di seluruh Indonesia,” katanya. Bukalapak telah memiliki sejumlah komunitas UMKM, baik yang sudah mapan maupun yang masih pemula. Komunitas tersebut secara berkala mengadakan pertemuan, untuk saling berbagi pengalaman dalam menjalankan bisnis dan berjualan di Bukalapak. “Dengan adanya komunitas itu terjadi pertukaran informasi dan pengalaman yang bermanfaat bagi kemajuan UMKM di negeri ini,” tutup Fajrin.
INFORMATION PT Bukalapak.com Plaza City View Lt. 1 Jl. Kemang Timur No. 22 Jakarta Selatan Indonesia 12510.
BUKALAPAK
ENCOURAGING SME TO TRANSACT ONLINE The rapid development of technology and its impact cannot be avoided. Technology has targeted various areas of human activities, including trade activities. Thank to the advancement of information technology, trade activities can now be done easily through e-commerce.
I
n Indonesia, online trading sites have started popping up currently. Some of the famous e-commerce sites in Indonesia are still dominated by foreign investors. However, it does not mean local resources do not have the ability to compete with other similar sites; one of them is Bukalapak.com (Bukalapak). According to Chief Financial Officer (CFO) of Bukalapak, Muhamad Fajrin Rasyid, the emergence of Bukalapak cannot be separated from the rampant buying and selling activities through social media several years ago. “Selling online is easy, but it is not safe. Fraud often happens,” Fajrin said. Seeing the great business potential and determination to provide space in the virtual world for safe and convenient transaction activities, in 2009 Bukalapak finally established and in 2010 it started to operate. Fajrin, who is also co-founders of Bukalapak, acknowledged that at the beginning of operation the number of sellers and buyers using the site was little. But over time, the confidence level of sellers and buyers continues to increase, and the number of transactions that occur also increased. Currently, the number of Bukalapak users has reached to 1 million people. The high interest and confidence of business actors and the public to transact through Bukalapak, are inseparable from the infrastructure and policies owned by the site that make the transaction activity to be quickly done and running safely. In order to quicken the transaction activities through information technology, Bukalapak provides quite a lot of servers. “Initially, the transaction in Bukalapak was only supported by one server, but now we have more than 100 servers,” said Fajrin who graduated from Bandung Institute of Technology (ITB) in 2010 with Summa Cumlaude (GPA 4.0). He affirmed that the number of servers that operate 24 hours would continue to grow, in line with the increasing number of users of the trading site. The site is also equipped with a qualified IT team, among others, in charge of analyzing incoming and outgoing data in online transaction activities. According to Fajrin, the initial staff was no more than 10 employees, while the current employees of Bukalapak is around 500 people who work for 24 hours based on shifts. In order for users to conduct transaction activity safely, Bukalapak also apply strict rules. For example in terms of
funds transfer. On this site, each buyer transfers the money to Bukalapak account first, and then the seller will send the product. “Once the product received by the buyer, they confirm to Bukalapak that the goods have arrived so that Bukalapak can send the money to the seller,” said Fajrin. He said that the transaction process of sending funds from Bukalapak account to the seller is very fast, just a day after the goods received by the buyer. In addition, products sold on the site are also closely watched. Products that are illegal under government rules are prohibited to be sold on the Bukalapak website. “To prevent the illegal goods in transactions using Bukalapak website, we always coordinate with related agencies, such as the Ministry of Trade, the Ministry of Industry and the Agency for Drug and Food Control,” he explained. With its readiness of infrastructure and strict policy, Bukalapak also received numerous awards. For example, in 2015 Bukalapak won Bubu Awards v.09 as Best of The Best for the entire category and for the e-commerce company category. Although number of achievements has been inscribed, Fajrin said that Bukalapak would continue to improve its service to become a marketplace with the largest number of users in the country. For that, one of the things that continue to be sought is to continue to encourage micro, small and medium enterprises (SMEs) in this country that the number of tens of millions, to be able to join in Bukalapak. “We want to encourage SMEs in this country to be able to grow through Bukalapak. This is one of our visions, “he said. According to Fajrin, one of the obstacles faced by SMEs to expand their market share is most of them sell in traditional ways such as door to door or just in one shop only. “By utilizing the Internet, it is not impossible for the products they offer to be purchased throughout Indonesia,” he said. Bukalapak already has a number of SMEs communities, both in experienced and beginner level. The community holds meetings regularly to share experiences in running a business and selling at Bukalapak. “The existence of the community enables information and experience exchange that is beneficial to the improvement of SMEs in Indonesia,” said Fajrin.
KINA 01-2017
63
opini
MEMBANGUN INDUSTRI OTOMOTIF NASIONAL Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi salah satu faktor utama dalam pertumbuhan industri otomotif nasional, sehingga diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan mutu dari SDM otomotif di Indonesia. Presiden Institut Otomotif Indonesia (IOI)
Made Dana Tangkas
S
alah satu upaya meningkatkan kualitas SDM otomotif di Indonesia adalah program sertifikasi kompetensi. Program ini menjadi syarat utama SDM lokal agar mampu bersaing di pasar ASEAN maupun pasar international. Presiden Institut Otomotif Indonesia (IOI) Made Dana Tangkas menegaskan, prorgram sertifikasi kompetensi ini menjadi salah satu kunci kesuksesan membangun industri otomotif di Indonesia, mengingat pertumbuhan industri nasional harus didukung dengan SDM yang potensial dan handal. Lebih lanjut , D ewan Pembina P e r k u m p u l a n I n d u s tr i Ke c i l d a n Menengah Komponen Otomotif (PIKKO) ini menekankan, dalam menghadapi era pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) diharapkan kualitas SDM lokal di sektor otomotif semakin meningkat dan berdaya saing. “Seiring dengan target pertumbuhan maupun produksi otomotif nasional yang terus meningkat dari tahun ke tahun, kita juga harus bisa mempersiapkan SDM yang handal agar bisa bersaing dengan SDM dari negara ASEAN lainnya,” paparnya. Selain sertifikasi kompetensi, Made menambahkan pertumbuhan industri otomotif nasional juga perlu dukungan para pelaku industri otomotif lokal dalam membangun Industri hulu yang berbasis Sumber Daya Alam (SDA). Menurutnya, ada tiga hal yang harus dilakukan dalam pembangunan industri hulu. Pertama, pelaku Industri agar tetap menjaga kepentingan industri otomotif di negeri sendiri, termasuk pembuatan komponen yang berbasis lokal. “Kita harus
64
KINA 01-2017
tetap menjaga kepentingan industri otomotif nasional termasuk pembuatan komponen (spare part) yang berbasis lokal,” tegas Made. Kedua, para pelaku Industri harus terus berupaya meningkatkan daya saing industri dalam negeri dalam hal kualitas, harga (cost ) dan pengiriman (delivery) yang tepat waktu. Dan ketiga, memanfaatkan peluang kerjasama dan bussines matching antara pelaku industri dalam dan luar negeri. “Hal ini perlu didukung didukung dan diperkuat secara bersama oleh berbagai stakeholder bersama instansi terkait dengan menerapkan sistem ABGC (Academy, Bussines, Government, dan Community),” paparnya.
Indonesia Menjadi Kiblat Ekonomi ASEAN Hal di atas disampaikan Made Dana Tangkas yang juga menjabat sebagai Direktur Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), karena dirinya mengaku optimis bahwa Indonesia akan menjadi kiblat otomotif ASEAN baik dari sisi penjualan maupun produksi. Bukan itu saja, di tahun 2025 mendatang, Made memprediksi bahwa industri otomotif di Indonesia akan menjadi production hub terbesar di Asia Tenggara. Made menjelaskan, pada tahun 2011 penjualan mobil nasional mencapai 894.000 unit. Tahun berikutnya (2012), merupakan sejarah bagi otomotif Indonesia karena mampu menembus angka 1,1 juta unit mobil. Selanjutnya, pada tahun 2013 terjual 1.229.901 unit mobil di Indonesia.
Made Dana Tangkas menuturkan, salah satu program yang kini tengah dikembangkan IOI bersama Kementerian Perindustrian adalah pengembangan Kendaraan Pedesaan (Kendes) Indonesia yang rencananya akan diluncurkan pada HUT RI ke-72 di Istana Negara bersama Presiden Joko Widodo. Beberapa persiapan telah dilakukan IOI bersama Kementerian Perindustrian, salah satunya adalah menggelar Lomba Kendaraan Pedesaan yang dilaksanakan pada 5 Desember 2016 hingga 5 Maret 2017 lalu. “Lomba Kendaraan Pedesaan ini akan menjadi cikal bakal kreasi anak muda bangsa Indonesia untuk membangun industri otomotif nasional , karena diciptakan dan dikreasikan oleh anak muda Indonesia, serta dipakai untuk bangsa Indonesia,” jelas Made. Hasil lomba tersebut telah diumumkan dalam gelaran Bali Industri Kreatif Expo 2017 di Gedung BCIC, Tohpati Denpasar Bali. Juara Pertama Lomba Desain Kendaraan Pedesaan diraih oleh Institut Sepuluh November (ITS) Surabaya dengan desain mock up yang diberi nama Wahana Pro Desa (Waprodes). Juara Kedua diraih Universitas Negeri Semarang (UNNES) dengan desainnya MODASENA. Dan Desain Gentanu dari Universitas Dipenogoro Semarang menempati posisi ketiga. “Kami bangga dengan hasil tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak muda Indonesia memiliki kreativitas dan kemauan yang tinggi untuk membangun industri otomotifnya sendiri. Kami akan berharap agar pemerintah terus mendukung upaya ini,” pungkas Made.
BUILDING NATIONAL AUTOMOTIVE INDUSTRY Human Resources (HR) became one of the main factors in the growth of the national automotive industry, so it takes various efforts to improve the quality of automotive HR in Indonesia. President of Automotive Institute of Indonesia (IOI)
Made Dana Tangkas
O
ne of the efforts to improve the quality of automotive HR in Indonesia is the competency certification program. This program is a key requirement of local HR to be able to compete in the ASEAN and international markets. P re s i d e nt o f th e I n d o n e s ian Automotive Institute (Institut Otomotif Indonesia – IOI) Made Dana Tangkas affirmed that this competency certification program is one of the keys to the success of establishment of the automotive
industry in Indonesia, given the growth of national industry must be supported by potential and reliable HR. Furthermore, Made who is also the Chairman of Trustees Board of Automotive Component Small and Medium Industry Association (Perkumpulan Industri Kecil dan Menengah Komonen Otomotif – PIKKO) emphasized that facing the free market of ASEAN Economic Community (MEA), it is expected that the quality of local HR in the automotive sector is increasing and being more competitive. “Along with the national automotive growth and production targets that continue to increase from year to year, we must be able to prepare a reliable HR in order to compete with the HR of other ASEAN countries,” he explained. In addition to competency certification, Made added that the growth of the national automotive industry also needs the support of local automotive industry players in building upstream industries based on natural resources. According to him, there are three things that must be done in the upstream industry development. First, industry players have to maintain the interests of the automotive industry in their own country, including the manufacture of components that based locally. “We must maintain the interests of the national automotive industry including the manufacture of components (spare parts) that based locally,” said Made. Second, industry players should continue to improve the competitiveness of domestic industries in terms of quality, cost, and delivery in a timely manner. Last, we have to take advantage of cooperation opportunities and bussines matching between domestic and foreign industry players. “This needs to be
supported and strengthened jointly by various stakeholders together with relevant agencies by implementing ABGC (Academy, Bussines, Government, and Community) system,” he explained. Indonesia will become the Economic Reference of ASEAN The statement above mentioned by Made Dana Tangkas who also served as Director of External Relations of PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), as he is optimistic that Indonesia will become the ASEAN automotive reference in terms of sales and production. Moreover, in 2025, Made predicts that the automotive industry in Indonesia will become the largest production hub in Southeast Asia. Made explained, in 2011 national car sales reached 894,000 units. The next year (2012) was historical for Indonesian automotive as it reached 1.1 million units of cars sold. Furthermore, in 2013 the number of car sale in Indonesia was 1,229,901 units. Made said that one of the programs currently being developed by IOI with the Ministry of Industry is the development of Rural Vehicle (Kendaraan Pedesaaan – Kendes) Indonesia which is planned to be launched at the 72nd anniversary of RI at the State Palace with President Joko Widodo. Some preparations have been done by IOI with the Ministry of Industry, one of them is to hold a Rural Vehicle Contest held on December 5, 2016 until March 5, 2017. “This Rural Vehicle Competition will be the embryo of the creation of Indonesian youth to build the national automotive industry, because it was created and made by Indonesian young people, and used for the nation,” explained Made. The result of the competition was announced in Bali Creative Industry Expo 2017 at BCIC Building, Tohpati, Denpasar, Bali. The First Winner of Rural Vehicle Design Competition was awarded to Sepuluh November Technology Institute Surabaya with mock up design named Wahana Pro Desa (Waprodes). The second winner was State University of Semarang with the design of MODASENA. And the design of Gentanu from Diponegoro University Semarang occupies the third position. “We are proud of the result. This shows that Indonesian youth have high creativity and willingness to build their own automotive industry. We will hope that the government continues to support this effort, “added Made.
KINA 01-2017
65
a pa & s i a pa
BENNY SOETRISNO
saatnya memBANTU PEMERINTAH Bagi kalangan industri di tanah air, nama Benny Soetrisno tidaklah asing di telinga. Selain sukses dalam bisnis tekstil dan produk tekstil melalui perusahaan miliknya PT Apac Citra Centertex Tbk, PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk dan PT Apac Inti Corpora, tokoh yang satu ini banyak terlibat dalam organisasi pelaku usaha nasional.
B
erbagai organisasi yang digelut i nya a nt a ra l a i n Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), G a b u n g a n Pengusaha Eksportir I n d o n e s ia (G P EI), Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Asosiasi Emiten Indonesia (AEI), hingga Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia. Bahkan dalam beberapa tahun belakangan ini Benny juga aktif membantu pemerintah melalui kiprahnya sebagai Staf Khusus Menteri Perdagangan, Staf Khusus Menteri Perindustrian, anggota Komite Investasi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dan anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN). Tidak b erhenti sampai di situ, Benny pun telah b er teka d b ahwa
66
KINA 01-2017
ke depan dirinya tidak akan menyibukkan diri lagi mengurusi perusahaannya. Dia akan menyerahkan kegiatan bisnis perusahaanya kepada profesional agar dapat lebih banyak mencurahkan perhatian dan pikirannya untuk membantu pemerintah dalam mencari terobosanterobosan baru guna mendorong perekonomian nasional. Pria kelahiran Cepu, Jawa Tengah, 14 Juli 1950 ini pada awalnya tertarik menggeluti industri tekstil dan produk tekstil karena terinspirasi oleh usaha jasa menjahit pakaian milik ibunya semasa usia sekolah. Kebetulan Benny sering dimintai tolong untuk mengantarkan pakaian hasil jahitan ibunya kepada para pelanggan. Bahkan, Benny seringkali membantu ibunya menggambar pola pakaian di atas kertas koran sesuai dengan pesanan dari para pelanggan. Pengalaman masa kecil itu mendorong Benny untuk memulai usaha pembuatan pakaian jadi (garmen) pada tahun 1982 dengan menyewa sebuah bangunan pabrik garmen di Jakarta sebagai lokasi produksi. Bisnis garmen Benny pun terus meningkat sehingga sewa pabrik pun semakin lama semakin meluas . Akhirnya Benny memutuskan untuk memindahkan pabrik garmennya ke
Kawasan Industri Pulau Gadung pada tahun 1986 karena ia merasakan pabrik yang dia sewa sudah tidak mampu lagi menampung seluruh pesanan yang ada. “Sebetulnya saya terpaksa jadi pengusaha dan tidak ada riwayat keluarga sebagai pengusaha, karena bapak saya seorang anggota militer. Tapi karena tidak puas dari pendapatan pekerjaan sebelumnya, dan karena terinspirasi dari usaha menjahit ibu saya, maka saya pun memberanikan diri terjun ke usaha garmen,” tutur Benny. Mengingat perkembangan bisnisnya yang terus meningkat, Benny pun akhir-nya memindahkan pabrik garmennya ke lokasi yang lebih luas dan representatif yaitu ke Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Jakarta, sebelumnya akhirnya memindahkannya lagi ke KBN Semarang, Jawa Tengah. Pada tahun 1996 Benny mulai ekspansi ke industri pemintalan benang seiring dengan adanya tawaran dari sebuah bank untuk mengakuisisi sebuah pabrik pemintalan benang yang mengalami kredit macet. Kini Benny memiliki tiga unit pabrik di dua lokasi di Bawen, Ungaran, Jawa Tengah yang terdiri dari pabrik pemintalan benang, pabrik kain denim dan pabrik garmen dengan total jumlah tenaga kerja sekitar 9.000 orang. Sebagian besar (sekitar 55%) tekstil dan produk tekstil yang diproduksi Benny diekspor ke mancanegara, sedangkan 45% lainnya dipasarkan di pasar domestik. “Di pasar domestik, saya hanya menjual garmen untuk seragam, tapi garmen yang lain diekspor. Kain denim dijual di pasar domestik maupun ekspor se-perti ke Vietnam dan lain-lain, sedangkan untuk benang 70% ekspor, 30% jual lokal,” kata Benny. Ketika ditanya mengenai rencana perluasan investasi, Benny mengatakan bahwa sejauh ini pihaknya belum memiliki rencana untuk memperluas investasi.
Namun demikian, Benny mengatakan akan mengembangkan unit laundry kain/ pakaian di Bawen mengingat banyak pabrik tekstil dan produk tekstil dari berbagai lokasi di Jawa yang kini menitipkan kegiatan laundry produk mereka di perusahaannya. Benny juga menambahkan perusahaannya terbuka untuk melakukan strategic partnership dengan perusahaan lain. Berkaitan dengan kemandirian industri dan keinginan pemerintah untuk menjadikan industri nasional sebagai tuan rumah di negeri sendiri, Benny mengatakan program penggunaan pro duksi dalam negeri (P 3DN) khususnya untuk pengadaan pemerintah sangatlah penting untuk mendukung perkembangan industri. Kalau perlu pasar domestik yang tidak hanya terbatas pada
pengadaan pemerintah dijadikan sebagai pasar yang captive bagi produk-produk yang dihasilkan industri nasional. “Potensi pasar domestik kita sangat besar. PDB kita besar karena ditopang konsumsi dalam negeri sehingga negara kita masuk G20. Tiap tahun ada belanja modal (capex) pemerintah, belum lagi capex BUMN yang juga besar. Itu opportunity untuk membesarkan industri dalam negeri. APBN kita sekitar Rp2.100 triliun yang terbesar untuk gaji, sedangkan untuk pengadaan pemerintah sekitar Rp600 triliun, belum termasuk pengadaan BUMN,” tutur Benny. Menurut Benny, selama ini pemerintah sudah banyak menerbitkan regulasi mengenai P3DN, namun dalam tataran pelaksanaannya masih banyak yang harus diperbaiki dan ditingkatkan.
Bahkan, realisasi P3DN di masing-masing kementerian, lembaga pemerintah (baik pusat maupun daerah) serta BUMN sampai kini belum terungkap dengan baik sehingga belum ada tolok ukur dari pelaksanaan kebijakan P3DN tersebut. “Saya usulkan untuk pinjam tangan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk menilai kementerian apa yang belanja capex-nya ke dalam negeri lebih besar dari pada impor. Diumumkan saja di koran atau di sidang kabinet. Setiap kementerian diumumkan. Itu akan merangsang belanja dalam negeri. Karena, itu uang masyarakat agar dikembalikan dalam bentuk pembelian produk dalam negeri. Ini akan merangsang kementerian untuk gunakan produk dalam negeri,” tegas Benny.
BENNY SOETRISNO
It’s TIme to assist the GOVERNMENT For the industry in the country, the name of Benny Soetrisno is common to hear. In addition to his success in the textile products and business through his companies – PT Apac Citra Centertex Tbk, PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk and PT Apac Inti Corpora – he is involved in national business organizations.
T
he various organizations that he is involved are Asosiasi Pertekstilan Indonesia – API (Indonesian Textile Association), Gabungan Pengusaha Eksportir Indonesia – GPEI (Indonesian Exporter Entrepreneurs Association), Asosiasi Pengusaha Indonesia – APINDO (Indonesian Employers Association), Asosiasi Emiten Indonesia – AEI (Indonesian Issuers Association), to Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia (Indonesian Chamber of Commerce and Industry). Moreover, in recent years Benny has also been active in assisting the government through his work as a Special Staff of the Minister of Trade, Special Staff of the Minister of Industry, a member of the Investment Coordinating Committee of the Capital Investment Coordinating Board (Badan Koordinasi Penanaman Modal – BKPM) and a member of the National Economic and Industrial Committee (Komite Ekonomi dan Industri Nasional – KEIN). In addition, Benny also has determined that in the future he will not occupy himself anymore in taking care of his company. He will hand over his company’s business activities to professionals in order to devote more attention and mind to helping the government in seeking new breakthroughs to boost the national economy. Benny, who was born in Cepu, Central Java, July 14, 1950 was initially interested in the textile industry and products because he was inspired by the business of sewing services belongs to his mother during
school age. Accidentally, Benny often asked for help to deliver the clothes that his mother sewn to the customers. Also, Benny often helps his mother drew a pattern of clothes that ordered by the customers on newspaper. The childhood experience encouraged Benny to start a garment business in 1982 by renting a garment factory building in Jakarta as a production site. Benny’s garment business continues to increase so that he rent larger space of the factory. Eventually, Benny decided to move his garment factory to the Gadung Island Industrial Estate in 1986 because he felt the factory he was leasing was no longer able to accommodate the entire order. “Actually I was forced to be a businessman. There is no family history as an entrepreneur, because my father is a member of the military. Since I was not satisfied with my previous job income and I also inspired by my mother’s sewing business, I ventured into the garment business, “said Benny. Given the growing business development, Benny eventually moved his garment factory to a wider and more representative location, the Kawasan Berikat Nusantara – KBN (The Bounded Zone of Nusantara), Jakarta, before finally transferring it to KBN Semarang, Central Java. In 1996 Benny began to expand into the yarn spinning industry along with an offer from a bank to acquire a yarn-spinning mill that experienced bad credit. Benny now has three factories in two locations in Bawen, Central Java which consist of yarn
KINA 01-2017
67
spinning mill, denim fabric factory and garment factory with a total workforce of about 9,000 people. Most (about 55%) of Benny’s textiles and textile products are exported abroad, while the other 45% are marketed in the domestic market. “In the domestic market, I only sell garments for uniforms, but other garments are exported. Denim fabrics are sold in domestic and export markets such as to Vietnam and others, while for 70% yarn export and 30% sold in local market, “said Benny. When asked about the planned expansion of investment, Benny said that so far there are no plans to expand the investment. However, he said that he would develop a laundry unit in Bawen as many textile products and factories from various locations in Java are now entrusting their laundry products to their companies. Benny also added that his company is open to conduct strategic partnership with other companies. Related to industry independence and the government’s desire to make national industry as host in their own country, Benny said that the program of domestic production use (P3DN) especially for government procurement is very important to support industrial development. If necessary, the domestic market is not only limited to government procurement as a captive market for the products produced by the national industry. “The potential of our domestic market is huge. Our GDP is huge because it is sustained by domestic consumption so that our country is entering G20. Each year there is a capital expenditure (CAPEX) of the government, not to mention the CAPEX of SOEs is also great. That’s an opportunity to raise the domestic industry. Our state budget is about Rp2,100 trillion, the largest for salaries, while for government procurement of around Rp600 trillion, not including the procurement of state-owned enterprises,” said Benny. According to Benny, so far the government has issued a lot of regulations on P3DN, but in the level of implementation there are still much to be improved. In fact, the realization of P3DN in each ministry, government agencies (both central and local) and SOEs until now has not been revealed well so that there is no benchmark of the implementation of the P3DN policy. “I propose to ask help from the Supreme Audit Agency (Badan Pemeriksa Keuangan – BPK) to assess whether the ministry is spending its CAPEX in the country more than imports. Then it can be announced in newspapers or in cabinet meetings. Each ministry get announced. It will stimulate domestic spending. Because, it’s public money and it should be returned in the form of purchases of domestic products. This will stimulate the ministry to use domestic products,” said Benny.
68
KINA 01-2017
KINA 01-2017
69