UNAIR Terpilih Menjadi Tuan Rumah Eagle Award 2017 UNAIR NEWS – Universitas Airlangga kembali terpilih menjadi tuan rumah road show kompetisi Eagle Award 2017, setelah sebelumnya menjadi tuan rumah di tahun 2013. Kompetisi bergengsi film dokumenter ini menjadi salah satu kompetisi yang dinantikan sineas di Indonesia. Kompetisi tersebut rencananya akan dilangsungkan pada tanggal 27 April mendatang. “Ide manarik menjadi hal utama pada kompetisi ini. Kurang mengerti secara teknis tidak menjadi persoalan. Nantinya 10 besar terbaik akan diundang langsung Metro TV untuk pitching forum,” kata Syahrir Akbar selaku program koordinator Eagle Awards Documentary Competition. Ditemui di ruang Pusat Informasi dan Humas Universitas Airlangga, Syahrir mengatakan bahwa Eagle Awards Documentary Competition merupakan program yang mengkolaborasikan antara pendidikan, produksi, dan kompetisi. Selain itu juga sebagai sebuah upaya untuk merekam dan menafsirkan Indonesia. “Ini menjadi wadah untuk mendorong kaum intelektual muda Indonesia agar bisa merespon isu-isu di sekitarnya melalui sebuah film dokumenter,” jelasnya. “Dulu juga ada salah satu finalis dari Jawa Timur yang mengangkat cerita megenai lumpur lapindo,” imbuhnya. Menambahkan pernyataan Syahrir, Ketua PIH UNAIR Drs. Suko Widodo, M.Si., menyambut baik tawaran dari salah satu televisi swasta nasional tersebut. Baginya ini adalah momen berharga bagi mahasiswa UNAIR khususnya untuk menggali gagasan dan kreatifitasnya. “Ini sebuah kehormatan dalam penyelenggaran event yang bergensi. UNAIR juga mendorong kompetisi-kompetisi bagi anak muda Indonesia. Adanya kompetisi ini diharapkan dapat
menstimulasi pikirian-pikiran prestatif,” ucap Suko. “Tahun ini UNAIR menjadi tuan rumah, anak-anak UNAIR harus memanfaatkan momen ini untuk terus berprestasi,” tutupnya. Penulis : Helmy Rafsanjani Editor
: Nuri Hermawan
Pengabdian Komunitas Mahasiswa Bojonegoro untuk Daerah Asal UNAIR NEWS – Berakhir sudah serangkaian acara Muleh Omah Project 2017 yang diselenggarakan oleh Airlangga Bojonegoro Community (ABC), organisasi mahasiswa daerah yang berasal dari Bojonegoro. Kreatifitas dari komunitas mahasiswa ini disalurkan dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat di Kabupaten Bojonegoro pada bulan Januari lalu. Serangkaian kegiatan yang diselenggarakan sejak 17 Januari hingga 20 Februari itu diantaranya adalah ABC Goes to School, Airlangga Futsal Competition (AFC), Njungok Ormada, Try Out SBMPTN, 5th Call for Essay and Inspirational Talkshow, ABC Mengajar dan Mengabdi, dan ABC on Vacation. Berikut kegiatankegiatan yang sukses mereka selenggarakan. Pertama, ABC Goes to School. Merupakan sosialiasi mengenai UNAIR yang diberikan kepada 36 SMA Sederajat di Kabupaten Bojonegoro. Sosialisasi yang dilaksanakan sejak 17-31 Januari 2017 ini selalu memiliki kesan tersendiri, sebab, diadakan rutin dari tahun ke tahun. Kedua, Airlangga Futsal Competition (AFC). Diikuti 32 tim yang
terdiri dari pelajar SMA Sederajat se-Kabupaten Bojonegoro. Kompetisi yang baru pertama kali diprogram ini mendapat cukup banyak perhatian dari kalangan pelajar. Acara ini didukung langsung oleh Dinas Pendidikan dan Olahraga, Provinsi Jawa Timur. Ketiga, Njungok Ormada. Tujuan dari kegiatan ini adalah menjalin silaturahmi dengan organisasi mahasiswa dari universitas lain yang juga berasal dari Bojonegoro. Acara yang diadakan dengan harapan untuk saling bertukar pikiran antar mahasiswa ini, diikuti oleh tak kurang dari 14 organisasi. Njunguk Ormada dilaksanakan pada 4 Februari silam. Keempat, Try Out SBMPTN bertajuk Try Out ABC Sunday Morning. Acara yang berlokasi di MAN 1 Bojonegoro ini termasuk acara tahunan ABC yang selalu banjir antusias dari pelajar SMA Sederajat di Bojonegoro. Try Out SBMPTN dilaksanakan pada 5 Februari dan diikuti oleh 630 peserta se-Kabupaten Bojonegoro. Kelima, 5th Call for Essay dan Inspirational Talkshow 2017. Acara bertema “Optimalisasi Potensi dan Sumber Daya Bojonegoro dalam Menyongsong Indonesia Emas 2045” ini diikuti oleh 31 tim pelajar SMA Sederajat di Kabupaten Bojonegoro. Pemenang dari lomba ini yaitu tim dari SMA 2 Bojonegoro dengan judul esai “Kemudahan Sederhana Pemenuhan Kebutuhan untuk Mengoptimalkan Potensi Sektor Industri Kreatif di Bojonegoro”. “Sungguh senang bisa ikut andil dalam acara yang diadakan ABC serta memenangkan lomba esai. Ini sebetulnya kami tidak menyangka. Kami sangat berterimakasih kepada guru yang memberi arahan dan motivasi hingga bisa menjadi juara,” kata Diah Kharisma Putriana dan Rose Diantika, peraih Juara I lomba esai. Sekretaris BKD Bojonegoro Rahmat Junaidi, S.KM, M.Kes, (MARS) menjadi pembicara dalam Inspirational Talkshow. Ia berbicara mengenai sektor industri kreatif, ekonomi, dan pariwisata, di Bojonegoro. Selain itu, Dekan Fakultas Kedokteran Prof. Dr.
Soetojo, Sp.U,. UNAIR tentang sumber daya memaksimalkan potensi Mawardijayah mewakili perminyakan Migas Cepu
juga turut memberi materi. Ia membahas manusia dan peran pendidikan dalam sumber daya alam. Pemateri lain Rexy Humas Exxon Mobile menjelaskan perihal serta Banyu Urip.
Seluruh rangkaian Muleh Omah Project ditutup dengan liburan bersama keluarga ABC di Wisata Bahari Lamongan (WBL). Acara ini menjadi momen tim ABC untuk melepas penat dan liburan semester gasal. Harapannya, liburan bersama menjadi ajang saling merekatkan antar anggota ABC. Elvinda Shella selaku ketua ABC tahun 2017 mengatakan, serangkaian kegiatan Muleh Omah Project 2017 tahun ini dibuat agar kegiatan pengabdian ABC semakin dikenal oleh masyarakat Bojonegoro secara keseluruhan. “Berharap ke depannya semoga Muleh Omah Project tetap ada dan dikemas jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Sehingga, kegiatan yang kami bikin lebih dikenal oleh masyarakat luas,” ungkap Elvinda. (*) Penulis : Deviyanti Wahyu Izati (Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat UNAIR angkatan 2015) Editor
: Binti Q. Masruroh
Kenali Bedanya ‘Cekot-cekot’ Akibat Rematik dan Asam Urat UNAIR NEWS – Keluhan seperti halnya ‘cekot-cekot’ pada persendian tulang atau otot memang kerap dialami banyak orang. Sebagian menafsirkannya sebagai gejala asam urat, sebagian
lain berkeyakinan itu rematik. Alih-alih berobat ke dokter, masyarakat cenderung mengonsumsi jamu-jamuan. Tak ada salahnya memang, namun apa jadinya ketika khasiat jamu yang diharapkan ternyata tidak tepat sasaran ? Pakar Rematologi RSUD Dr. Soetomo- FK UNAIR Joewono Soeroso, MD., Msc., Ph.D., mengungkapkan, seringkali masyarakat awam kurang tepat dalam membedakan antara penyakit asam urat (Uric acid arthritis) dengan rematik. Padahal sebenarnya, penyakit asam urat merupakan satu dari ratusan jenis penyakit rematik yang memiliki gejala dan penyebab yang bervariasi. Hal ini sebenarnya cukup mengkhawatirkan. Mengingat tidak sedikit masyarakat yang kurang memahami tepatnya gejala rematik dengan asam urat. “Seringkali kalau sudah mengalami nyeri atau linu persendian sudah dianggap ini pasti asam urat atau bisa jadi rematik, lalu mengonsumsi jamu untuk menghilangkan rasa linu. Ini kurang tepat, dan perlu diluruskan,” ungkapnya. Jamu anti rematik umumnya mengandung unsur Fenilbutazon yang sebenarnya cenderung dapat merusak daya tahan tubuh. Sementara jamu asam urat umumnya mengandung Dexametason yang berpotensi dapat merusak ginjal. Kedua bahan kimia tersebut berpotensi merusak kesehatan apabila dikonsumsi secara berlebihan dan terus menerus. “Beberapa jamu pegal linu dan rematik dijual bebas di pasaran. Jika konsumsinya asal-asalan dapat berpotensi nefrotoksik alias merusak fungsi ginjal. Sementara obat-obatan piroxicam dan jamu-jamuan dapat memicu kerusakan ginjal serta lambung,” ungkapnya. Lantas apa yang membedakan antara penyakit asam urat dengan rematik? Sebenarnya, kandungan asam urat (Uric acid) di dalam tubuh merupakan hasil dari proses metabolisme purin. Bentuknya menyerupai pecahan kristal tajam. Purin merupakan salah satu komponen asam nukleat yang terdapat
dalam setiap inti sel. Kadar asam urat normal pada pria dan perempuan berbeda. Kadar asam urat normal pada pria berkisar 3,5 – 7 mg/dl, sementara perempuan 2,6 – 6 mg/dl. Selain diproduksi sendiri oleh tubuh, purin juga terkandung pada sumber makanan seperti sayuran, kacang-kacangan, daging, dan jeroan. Ini artinya, bahwa asupan yang masuk ke tubuh juga memengaruhi kadar asam urat dalam darah. Makanan yang mengandung zat purin tinggi akan diubah menjadi asam urat. Oleh karena itu, Joewono menekankan bagi penderita asam urat untuk menghindari jenis makanan yang mengandung banyak purin seperti jeroan, udang, cumi, kerang, kepiting, dan ikan teri agar kadar asam urat dalam tubuh tetap stabil. Jika kadar Uric acid meningkat di atas normal, akibatnya terjadi penumpukan kristal tajam di area persendian, seperti jari-jari kaki, tumit, pergelangan tangan, jari tangan dan siku. Inilah yang disebut dengan ciri klasik asam urat, dimana pada umumnya penderita mengalami podagra atau munculnya benjolan di pangkal jempol kaki yang meradang, sehingga terasa panas dan kaku. Oleh sebab itu, Joewono menekankan pentingnya meningkatkan kewaspadaan dengan cara memperhatikan pola makan yang sehat. Pola makan yang sehat dapat diterapkan sejak usia 20-40 tahun. “Seiring bertambahnya usia, maka meningkat pula asam urat di dalam tubuh. Kadar asam urat kaum pria cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Pada wanita, peningkatan asam urat dimulai sejak memasuki menopause, karena mengalami penurunan hormone estrogen,” ungkapnya. Selain menjaga pola makan, Joewono juga menyarankan agar penderita menghindari aktifitas yang terlalu berat hingga mengakibatkan stress, kelelahan, dan kurang tidur. Karena dalam kondisi demikian, asam urat berpotensi lebih sering kambuh.
Pemeriksaan kadar asam urat di laboratorium umumnya melalui dua pemeriksaan, yaitu Enzimatik dan Teknik Biasa. Kadar asam urat normal menurut tes Enzimatik maksimum 7 mg/dl. Sementara pada pemeriksaan menggunakan teknik biasa, nilai normalnya maksimum 8 mg/dl. Bila hasil pemeriksaan menunjukkan kadar asam urat melampaui standar normal, maka penderita kemungkinan mengalami hiperurisemia. Pengobatannya berupa Alopurinol, ziloic yang dikonsumsi seumur hidup . Sementara gejala awal rematik umumnya berupa rasa pegal, rasa nyeri atau linu, bahkan kaku di sekitar area persendian. Seperti lutut, siku, pergelangan kaki atau tangan, ruas-ruas jari tangan, hingga pada bagian pinggang. Dalam kondisi akut, rematik dapat menyebabkan terjadinya peradangan. Akibatnya terjadi gangguan gerak dan lemah pada bagian otot. Seperti badan terasa kaku ketika bangun pagi (morning-stiffness). Di Indonesia, terdapat empat jenis penyakit rematik yang umum dialami kebanyakan masyarakat, yaitu Osteoarthritis atau rematik karena pengapuran, rematik luar sendi yang menyerang jaringan di luar tulang rawan (Extra articulair arthritis), rematik radang sendi yang disebabkan karena tingginya kadar asam urat dalam tubuh (Uric acid arthritis) dan rematik karena pengeroposan tulang (Osteoporosis). Penulis: Sefya Hayu Editor: Nuri Hermawan
Inilah Tantangan Saat Ini
Perempuan
UNAIR NEWS – Guru Besar bidang Sosiologi Gender Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Prof. Dr. Emy Susanti, MA., mengungkapkan, tantangan nomor satu yang dihadapi kaum perempuan di dunia, termasuk Indonesia. Yakni, tak ada yang mengenali apa yang dikerjakan dan yang dipikirkan seorang perempuan. “Perempuan itu seolah-olah dianggap gak ngerti gimana caranya ndidik (tidak mengetahui cara mendidik) anak. Itu salah besar,” tegas Emy. “Seng ngajari anake ngaji sopo, seng ngajari (siapa yang mengajari anaknya mengaji, siapa yang mengajari) bicara sopo, kan ibu. Nah jadi itulah mengapa perempuan harus dikenali,” imbuhnya. Anggapan bahwa perempuan kurang dikenali telah dibuktikan sendiri oleh Emy. Ketika ia melakukan penelitian untuk disertasinya tahun 2003 lalu di Sulawesi. “Para ibu di sana itu makan sehari cuma dua kali. Saya tanya kenapa, mereka jawab, ‘tidak apa-apa saya memang tidak lapar, anak saya juga butuh untuk sekolah’. Bayangkan, padahal mereka juga bekerja. Maka itu harus dikenali, setelah itu harus diberdayakan,” ujar pengajar mata kuliah Perspektif Isu dan Gender. Sunat Perempuan Terkait penelitian terkini, Emy mengatakan, pihaknya tengah melakukan penelitian tentang sunat perempuan. Tercatat, data sunat perempuan di Indonesia dianggap termasuk besar. Repotnya, sunat perempuan di Indonesia yang diketahui oleh dunia dikategorikan sebagai female genital mutilation (FGM), layaknya di Afrika. Pasalnya, di Afrika, perempuan akan dikhitan jika memiliki penyakit yang menjangkiti. “Inilah akhirnya kementerian memberikan tugas kepada Pusat
Studi Gender, salah satunya UNAIR, untuk meneliti sunat terhadap perempuan,” jelas Ketua Umum Asosiasi Pusat Studi Wanita/Gender dan Anak se-Indonesia tersebut. Temuan dalam penelitian tersebut adalah konsep sunat di Indonesia berbeda dengan di Afrika. Secara teknis, konsep sunat perempuan di Indonesia hanya “menggores”. Kendati demikian, Emy mengaku terkejut dengan beberapa temuan lainnya, yaitu makna dibalik sunat perempuan. Banyak orang tua yang memberi anggapan dan makna yang nyeleneh terhadap sunat perempuan, salah satunya untuk mengendalikan berahi perempuan. “Untuk menghilangkan makna yang diberi oleh mereka kan susah. Kita harus tunjukkan data penelitian kita. Sampai akhirnya, bidan-bidan kita itu kalau ada tugas menangani ibu melahirkan, itu bayi perempuannya dibilang sudah disunat, padahal tidak diapa-apakan,” tandasnya. “Nah, kalau gak diteliti ya kita gak tahu, kalau ternyata ada makna-makna yang gak masuk akal itu. Masa iya, sunat ada hubunganya dengan berahi, lucu sekali,” tambahnya. Setelah melakukan penelitian tersebut, data temuan akan diserahkan kepada pemerintah Indonesia untuk dilaporkan langsung kepada PBB, sekaligus menyatakan bahwa kasus sunat perempuan di Indonesia berbeda dengan Afrika. “Tapi yang harus dihilangkan adalah apa yang mereka maknai tentang hal ini. Kalau untuk menghilangkan berahi, itu kan salah. Jadi, sunat perempuan itu dihilangkan bukan karena bahaya, tapi untuk menghilangkan ideologi yang mendasari,” terang Ketua Umum Aliansi Perempuan Indonesia- Membangun Bangsa tersebut. Penulis: Dilan Salsabila Editor: Defrina Sukma S
Perpanjang MoU, BNI Syariah Tawarkan Program Baru NEWS UNAIR – Berjalannya sebuah kerja sama antar kedua lembaga atau institusi dengan baik, menjadi salah satu alasan bagi kedua lembaga tersebut untuk terus melanjutkan kontrak kerja sama yang sudah terjalin. Hal inilah yang sering terjadi di Universitas Airlangga, banyak mitra kerja yang terus memperpanjang kontrak kerja sama yang sudah berjalan. Salah satu mitra yang tengah memeperpanjang kontrak kerja sama yakni Bank BNI Syariah. Dipimpin langsung oleh Imam Teguh Saptono selaku Direktur Utama, Bank BNI Syariah melangsungkan perpanjangan penandatangan nota kesepahaman (MoU), Jumat (3/3). Dihadapan awak media, Imam menjelaskan bahwa pada dasarnya MoU kali ini merupakan perpanjangan dari MoU yang terjalin sebelumnya. Namun, ada beberapa hal yang berbeda, jika sebelumnya Bank BNI Syariah bekerja sama dalam urusan transaksi perbankan seperti pembayaran SOP, kali ini ada program baru yang ditawarkan Bank BNI Syariah. “Bahasan yang baru kali ini yakni program Griya Swa Karya yang baru saja disetujui OJK Januari lalu. Prinsipnya program baru ini adalah cara bank memberikan dan membangun sebuah fasilitas kampus dengan dibiayai oleh bank dengan model kepemilikan bank terlebih dahulu,” terang Imam. Menambahkan pernyataan Imam, Rektor UNAIR Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., Mt., Ak., CMA., menyambut baik tawaran kerja sama tersebut. Hal ini mengingat tawaran tersebut sangat relevan dengan kebutuhan UNAIR saat ini. Selain itu, konsep kerja sama yang sesuai dengan syariah, bagi Prof. Nasih sangat sesuai
dengan kebutuhan yang ada. “Di kampus C ini kan masih banyak lahan yang kosong, kerja sama dengan Bank BNI Syariah semoga bisa mendorong untuk membangun fasilitas kampus,” terang Prof. Nasih. “Fasilitas itu misalnya kantin dan gedung parkir,” pungkasnya. Penulis: Nuri Hermawan
Pusat Studi Gender Berikan Rekomendasi Kebijakan pada Pemerintah UNAIR NEWS – Mengasuh, mendidik, dan membesarkan anak merupakan sebagian kecil aktivitas seorang perempuan. Banyak anggapan yang meremehkan aktivitas rumah tangga, dengan dalih bahwa hal tersebut bukan merupakan pekerjaan yang berat. Sehingga, secara tidak langsung, perempuan tidak dikenali apa saja yang mereka kerjakan selain mengurus rumah tangga. Berangkat dari fenomena tersebut, dibentuklah Pusat Studi Wanita (PSW) di seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia, termasuk Universitas Airlangga. PSW UNAIR dibentuk oleh Guru Besar bidang Sosiologi Gender Prof. Dr. Emy Susanti, MA. Berawal pada tahun 1990, Indonesia melalui membidangi pemberdayaan perempuan pada saat sebanyak delapan orang akademisi perguruan Emy, untuk belajar tentang studi isu gender perempuan di Belanda selama empat bulan.
kementerian yang itu, mengirimkan tinggi, termasuk dan pemberdayaan
Dari situlah, kementerian urusan peranan perempuan mengadakan pertemuan dengan para rektor perguruan tinggi. Dari pertemuan
itu dihasilkan kesepakatan bahwa setiap perguruan tinggi harus membentuk pusat studi wanita. “Awal mulanya, PSW didirikan di universitas negeri dan swasta yang dianggap terkemuka pada saat itu. Nah, sebanyak delapan orang yang dikirim ke Belanda menjadi cikal bakal lahirnya PSW. Jadi, UNAIR termasuk salah satu universitas yang mengawali studi gender di Indonesia,” jelas Emy. Merujuk pada Tri Dharma Perguruan Tinggi, ada tiga alasan yang mendasari pembentukan PSW di Indonesia. Pertama, PSW dibentuk dengan maksud supaya ada studi tentang wanita. Karena secara regulasi internasional, sudah ada klarifikasi terkait konvensi penghapusan segala kekerasan terhadap perempuan dan juga anak. Bagi negara yang sudah menandatangani, diharuskan menjalankan konvensi tersebut. Dengan dibentuknya PSW, ketika negara melaporkan kepada PBB, maka sudah sedia data terkait studi wanita, baik data primer maupun sekunder. Yang kedua, karena isu terhadap perempuan sudah menjadi isu dunia, maka isu tersebut harus masuk dalam kurikulum pendidikan. Tujuannya, agar mahasiswa tidak buta dengan studi perempuan. “Jadi PSW itu basic-nya adalah interdisipliner. Pengkajian masalah perempuan bisa dilihat dari perspektif hukum, kedokteran, ilmu sosial, budaya, bahkan MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam),” terang lulusan Universitas Flinders, Australia. Di bidang pengabdian, pemerintah daerah membutuhkan kajian akademis untuk membuat kebijakan mengenai gender. Sehingga PSW bertujuan untuk mem- back up, dan memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah. Seiring perjalanannya, PSW berganti nama menjadi Pusat Studi Gender (PSG). Alasannya, yang perlu pengertian tidak hanya perempuan tetapi semuanya.
Saat ini, PSG UNAIR menjadi koordinator PSG di Jawa Timur. Bahkan, pada medio 2000-2001, UNAIR juga pernah mengemban amanah penelitian yang hasil akhirnya akan dijadikan kebijakan nasional, yaitu penelitian tentang pembentukan sebuah lembaga yang berfungsi untuk menangani kekerasan terhadap perempuan dan anak. “Rekomendasi kita adalah, harus ada sebuah lembaga. Lembaga itu sinergis antara government dan non-government, dengan mekanisme yang kita buatkan. Konsep itu dinamakan P2TP2A atau Pusat Perlindungan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak. Itu dulu pertama kali ada di Sidoarjo, nah seluruh Indonesia itu datang semua ke sana, sampai akhirnya diambil oleh pemerintah,” terang Emy. Dalam perjalanannya, sudah banyak langkah dan kasus yang ditangani oleh P2TP2A. Salah satunya dan yang paling sering terdengar pada tahun 2015 adalah kasus pembunuhan terhadap Angeline, bocah berusia delapan tahun di Bali. Ya, kasus itu yang menangani P2TP2A, yang merupakan salah satu hasil kerja keras PSG UNAIR.
Penulis: Dilan Salsabila Editor: Defrina Sukma S
Dokter Gigi Teknologi
Harus
Paham
UNAIR NEWS – Alumni Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga tahun 2002 merasa terpanggil untuk memberikan
sumbangsih keilmuan kepada dokter gigi dan masyarakat. Untuk itu, mereka menggandeng Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat untuk menyelenggarakan seminar bertajuk “Revolusi Dokter Gigi di Generasi Era Baru”, Minggu (5/3). Salah satu pemateri dalam seminar yaitu B.Harry Setiawan, SE., M.Kes selaku Manager Pemasaran RS. PHC Surabaya. Ia mengatakan, dokter gigi harus memiliki posisi yang unik. Menurutnya, seorang dokter gigi yang praktik dan membuka klinik di kota kecil, diharapkan dapat membedakan tempat dan fasilitas untuk pasien middle low dan middle up. Karena jika kedua golongan ini dicampur, akan mengakibatkan terjadinya penurunan kepercayaan di masing-masing golongan. “Ibarat penumpang, maka kedua penumpang ini tidak bisa disandingkan dalam satu perahu,” tutur Harry. Dr Taufan Bramantoro, drg., M.Kes. membenarkan hal itu. Ia mengungkapkan, kini zaman telah berhanti dan semakin maju. Perkembangan teknologi informasi mengharuskan dokter untuk peka terhadap layanan yang diberikan, termasuk dengan komplain yang masuk dari masyarakat. “Dulu saat masyarakat merasa tidak puas dengan pelayanan kesehatan, mereka hanya bisa diam dan tidak komplain. Namun kini ketika masyarakat merasakan hal tersebut mereka akan menuliskannya di sosial media dan bisa menyebar kemana-mana dan dibaca banyak mata,” ucap Taufan. Taufan menegaskan kembali pentingnya pemahaman dan penguasaan teknologi informasi (IT). Sebab, berdasarkan pengalaman yang ia dapat, kini pasien lebih banyak yang mendapatkan informasi seputar klinik dari media sosial. “Dokter gigi sekarang harus erat kaitannya dengan dunia IT. Ini adalah salah satu contoh bahwa terjadi perubahan dinamika pemikiran di masyarakat, dan pastinya dibutuhkan solusi untuk bisa menghadapi generasi era baru,” tambahnya. (*)
Penulis : Ainul Fitriyah Editor
: Binti Q. Masruroh
Produk Ramah Lingkungan Excelzyme Akan Segera Dihilirisasi UNAIR NEWS – Produk ramah lingkungan Excelzyme yang dihasilkan peneliti biokimia Universitas Airlangga Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si., akan segera dihilirisasi. Kesepakatan itu tertuang dalam perjanjian kerjasama yang ditandatangani oleh pihak UNAIR dan PT Petrosida Gresik, Rabu (8/3), di Ruang Sidang Pleno Kantor Manajemen UNAIR. Penandatanganan itu dilakukan oleh Rektor UNAIR Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak., dan Direktur Utama PT Petrosida Gresik Hery Widyatmoko, dan disaksikan oleh Direktur Pengembangan Teknologi Industri Dr. Eng, Hotmatua Daulay, M.Eng. Peneliti Excelzyme, Nyoman, mengatakan bahwa zat kimiawi yang selama ini digunakan dalam pengolahan bubur kertas berdampak buruk bagi lingkungan. Nyoman memanfaatkan limbah agrikultur yang sering ditemukan di Indonesia. Limbah agrikultur itu adalah jerami. Jerami mengandung biomassa yang diolah secara enzimatis. “Enzim inilah yang dapat digunakan sebagai pengolahan bubur kertas supaya saat pemutihan tidak menggunakan senyawa kimia. Sebelumnya, proses pemutihan menggunakan klorit atau proxida. Namun sekarang menggunakan enzim silanase,” tutur Guru Besar bidang Biokimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Airlangga. Hotmatua merespon positif terhadap keberhasilan UNAIR dalam menghilirisasi hasil penelitian menjadi produk yang akan siap dipakai oleh industri dan masyarakat. “Ini merupakan langkah tepat dalam menyikapi persaingan,” tutur Hotmatua. Selain produk Excelzyme milik Nyoman, produk lain dari peneliti UNAIR yang akan dihilirisasi adalah pil KB untuk pria dari ekstrak tanaman gandarusa (Justicia gendarussa). Pil tersebut merupakan hasil penelitian Guru Besar bidang Farmakognosi dan Fitokimia Fakultas Farmasi Prof. Dr. Bambang Prajogo, M.S. Menanggapi dua produk yang akan dihilirisasi itu, Nasih mengatakan bahwa pihaknya akan mendorong penelitian-penelitian yang berpotensi agar segera dihilirisasi. “Beberapa perusahaan akan memanfaatkan produk yang dihasilkan oleh peneliti UNAIR. Masih banyak lagi embrio-embrio penelitian yang bisa dimanfaatkan mitra strategis untuk bisa dihilirisasi,” tutur Nasih. Penulis: Helmy Rafsanjani Editor: Defrina Sukma S