ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 6, Nomor 1, 2017
Film Dokumenter Anjing Bali Tuan Rumah, Sejuta Kisah I Dewa Gede Angga Sitangga Puta1, I Gede Mahendra Darmawiguna2, Gede Aditra Pradnyana3 Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Bali E-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak—Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1) menghasilkan rancangan dan mengimplementasikan hasil rancangan Film Dokumenter Anjing Bali, Tuan Rumah Sejuta Kisah; 2) mengetahui respon masyarakat terhadap Film Dokumenter Anjing Bali, Tuan Rumah Sejuta Kisah. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan dengan menggunakan metode cyclic strategy. Metode cyclic strategy dimulai dari Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, studi literature, angket, dan dokumentasi. Penelitian ini diimplementasikan menggunakan Adobe Premiere Pro CC Pro 2012 sebagai aplikasi pengedit video dan Adobe After Effect CS 6 sebagai aplikasi penambahan efek serta animasi pada video serta menggunakan adobe audition Pro CC 2017 sebagai pengedit suara. Hasil penelitian dan pengembangan menunjukkan bahwa Film Dokumenter Anjing Bali, Tuan Rumah Sejuta Kisah adalah kriteria baik. Hasil yang diperoleh berdasarkan analisis uji ahli isi, uji ahli media, uji ahli film documenter, dan uji respon penonton. Untuk isi dari film dokumenter Anjing Bali, Tuan Rumah Sejuta Kisah dapat dikategorikan baik dengan presentase 89,20%. Kata Kunci: cyclic strategy, Film Dokumenter, dan Anjing Bali. Absract—The purpose of this study are to: 1) resulted in the design and implementation of the draft outcome for Film of Documentary Anjing Bali, Tuan Rumah Sejuta Kisah; 2) know the public response for Film of Documentary Anjing Bali, Tuan Rumah Sejuta Kisah. Type of this research is research and development using cyclic strategy. Methods of cyclic strategy starts from Data collected by observation, interview, literature study, questionnaires, and documentation. This study was implemented using Adobe Premiere Pro CC Pro 2012 as a video editing application and Adobe After Effects CS 6 as additional applications in video effects and animation as well as using adobe audition Pro CC 2017 as a sound editor. The results of research and development shown that the film of documentary Anjing Bali, Tuan Rumah Sejuta Kisah is good criteria.
The results obtained by the content analysis, media analysis, analysis of documentary film, and audience's response. The content of the documentary film Anjing Bali, Tuan Rumah Sejuta Kisah can be categorized as good with a percentage of 89.20%. Keywords: cyclic strategy, Documentary, and Balinese dog
I.
PENDAHULUAN
Dalam buku Anjing Bali Pemuliabiakan dan Pelestarian (Hartaningsih, 2003), seorang dokter hewan bernama Pudji Rahardjo tahun 1998 mencoba mengamati keberadaan anjing di Bali dan melihat adanya perbedaan tipe anjing yang ada di Bali, yaitu anjing yang berbulu panjang mirip serigala, anjing berbulu pendek atletis, dan anjing perpaduan antara keduanya [1]. Di sisi lain, salah seorang kinolog berwarganegaraan Belanda yang bernama Dra. Wenny E. Groenewegen Ressang, DVM, yang secara kebetulan mengikuti tugas suaminya di Bali, mulai tertarik pada anjing-anjing yang berada di Bali. Ia tertarik pada anjing di Bali terutama setelah dikeluarkan dan dilaksanakannya instruksi pengusiran anjing-anjing ras dari Bali tahun 1983 [2]. (Video dokumentasi seminar Internasional oleh fakultas kedokteran hewan universitas Udayana,2010) Kombinasi ide Pudji dan Wenny Ressang ini kemudian menyatu dan menemukan sesuatu yang menarik pada anjing di Bali yang kemudian diamati dan diteliti lebih mendalam. Selama tiga tahun, kedua ahli ini berkeliling pulau Bali untuk mencatat dan mengamati keberadaan anjing di Bali. Hasil pengamatan membuktikan bahwa anjing berbulu panjang dan berwarna putih mendominasi populasi anjing di Bali. Pada awalanya, pendapat kedua ahli ini mendapat pertentangan. Namun, mereka tetap berupaya untuk mengungkapkan sesuatu yang telah mereka amati. Beberapa anjing yang menurut mereka mempunyai ciri-ciri khusus
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 6, Nomor 1, 2017 kemudian dikembangkan di rumah mereka masing-masing. Pendapat kedua ahli ini mulai terkuak setelah mereka berhasil membuktikan bahwa ciri-ciri khusus pada Anjing Bali tersebut tetap dipertahankan dan dibawa oleh keturunannya. Penemuan mereka didukung sepenuhnya oleh Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Bali.
II. KAJIAN TEORI a. Anjing Bali Anjing Bali termasuk jenis anjing pekerja (working dog) dengan ukuran sedang, bulu panjang berwarna putih dengan bulu di ujung telinga berwarna cokelat kemerah-merahan, mata bersinar tajam, telinga berdiri, pigmen hidung gelag dan pigmen kulit warna kecokelatcokelatan, lidah berwarna merah, kepala, leher, badan dan kaki tampak kukuh dengan perbandingan yang harmonis, memiliki bulu suri (badong) yang panjang, ekor berdiri dan berbulu terurai seperti bajing [3]. b. Rabies Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit zoonotik yang bersifat akut yang disebabkan oleh virus kelompok negatif sensesingle-stranded RNA, golongan Mononegavirales,Family Rhabdoviridae, genus Lyssavirus. Menurut World Health Organization (WHO), rabies menduduki peringkat 12 daftar penyakit yang mematikan. Rabies menyerang susunan syaraf pusat, disebabkan oleh virusrabies yang dapatmenyerang semua hewan berdarah panas dan manusia. Penyakit ini sangat ditakuti dan mengganggu hidup manusia, karena apabila sekali gejala klinis penyakit rabies timbul maka biasanya diakhiri dengan kematian [4]. Catatan dari Balai Besar Veteriner Denpasar di Bali sudah ada 159 desa yang terjangkit rabies. Kondisi ini tentu cukup mengkhawatirkan, mengingat rabies merupakan virus mematikan bagi manusia. Sebelumnya tercatat sepanjang enam bulan pertama di tahun 2015 ada 155 desa se-Bali yang telah terjangkit rabies. Hal ini disebabkan karena banyak pemilik yang meliarkan anjingnya dan anjingnya itu dibuang di hutanhutan dan itu tidak divaksin. Bahkan daerah kawasan wisata pun telah terjangkit rabies hampir di seluruh Bali. Termasuk kawasan Ubud, Gianyar, dan juga Kuta, Badung. Jumlah warga yang meninggal akibat gigitan anjing rabies di Bali juga cukup besar, dan trendnya meningkat tajam di tahun 2015.
Data Balai Besar Veteriner Denpasar menyatakan bahwa tingkat orang terjangkit rabies mengalami peningkatan dari tahun 2011 dan terus meningkat hingga 2015, dari 3160 sampel, 529 positif rabies dan sisanya negatif jika dibandingkan dengan tahun 2014 tercatat 1302 sampel dan hanya 103 yang positif dan sisanya negatif. Kabupaten Buleleng masih menjadi daerah paling banyak kasus kematian rabies, yakni lima orang. Disusul Karangasem tiga orang, Klungkung 2 orang, kemudian Bangli, Gianyar, Tabanan, dan Badung masing-masing satu orang. Sementara dua kabupaten lainnya, Jembrana dan Denpasar, nihil korban meninggal akibat rabies. c. Film Dokumenter Menurut Rikarno (2015) film dokumenter adalah film yang berhubungan dengan orangorang, binatang, tokoh, peristiwa dan lokasi yang nyata. film dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian, namun merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi atau otentik. Film dokumenter dapat digunakan untuk berbagai macam maksud dan tujuan seperti: informasi atau berita, biografi, pengetahuan, pendidikan, sosial, ekonomi, politik (propaganda) [5]. Dalam menyajikan faktanya film dokumenter dapat menggunakan metode merekam langsung pada saat kejadian tersebut benar-benar terjadi, dapat juga menggunakan metode merekontruksi ulang sebuah peristiwa yang terjadi. Film dokumenter dijadikan sebagai media penyalur informasi Film dokumenter mempunyai 2 (dua) syarat yang harus dipenuhi, yaitu: tidak ada usaha untuk menipu penonton dan peristiwanya tidak bertentangan dengan rekonstruksinya (Bazin, 2005: 26) [6]. Jenis film dokumenter yang paling baru dan masih sedikit yang mengetahui adalah dokumenter kreatif, di mana dalam film dokumenter kreatif memiliki satu tokoh sebagai subjek film yang pernah mengalami peristiwa yang sedang diceritakan di dalam film dokumenter tersebut.
d. Film Dokumenter Anjing Bali Selain documenter kreatif, film ini juga memasukkan unsur interactive. Tipe dokumenter interctive menjadi kebalikan dari dokumenter observational, di mana pada observational, filmmaker tidak pernah atau tidak boleh tampak di dalam filmnya. Sedangkan tipe interactive, filmmaker-nya menampakkan diri secara mnyolok di layar dan sering melibatkan diri pada peristiwa serta berinteraksi dengan subjeknya. Aspek utama
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 6, Nomor 1, 2017 dari dokumenter interactive adalah wawancara, terutama dengan subjek–subjeknya sehingga bisa didapatkan komentar–komentar dan respon langsung dari narasumbernya (subjek film). Dengan deimikian subjek dalam film tersebut bisa menyampaikan pendapat dan pandangan mereka terhadap permasalahan yang diangkat oleh filmmaker-nya. Ketika di meja editing, pendapat– pendapat tersebut bisa disuguhkan secara berselang–seling sehingga menghasilkan pendapat yang saling mendukung satu sama lain atau seBaliknya, saling bertentangan satu sama lain. Oleh karena itu, di sini jelas bahwa wawancara dibuat bertujuan sebagai argumentasi filmmaker terhadap permasalahan yang diangkat dan tidak ada usaha untuk menjadi netral terhadap permasalahan tersebut.
III.
pengumpulan data, dilakukan pencarian informasi kepada orang-orang yang berkonsentrasi pada anjing Bali dan masalahnya, dilanjutkan dengan analisis kebutuhan film. Dalam analisis ini dilakukan analisis SWOT dan analisis STP. SWOT Strength
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam film dokumenter Anjing Bali adalah metode cyclic strategy. Metode cyclic strategy atau strategi berputar merupakan sebuah metode yang ada kalanya suatu tahap perlu diulang kembali sebelum tahap berikutnya dilanjutkan. Pengulangan tahap ini sering disebut dengan loop. Pengulangan tahap ini dimaksudkan untuk menampung umpan balik (feedback) sebelum tahap berikutnya dilanjutkan. Dalam penelitian ini, metode cyclic strategy akan diimplementasikan ke dalam metode penelitian dalam pembuatan film dokumenter [7].
Gambar 1. Cyclic Strategy
Metode cyclic strategy dimulai dari Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, studi literature, angket, dan dokumentasi. Penelitian ini diimplementasikan menggunakan Adobe Premiere Pro CC Pro 2012 sebagai aplikasi pengedit video dan Adobe After Effect CS 6 sebagai aplikasi penambahan efek serta animasi pada video serta menggunakan adobe audition Pro CC 2017 sebagai pengedit suara. Dalam pengembangan film dokumenter Anjing Bali, tuan rumah sejuta kisah menggunakan metode cyclic strategy. Pada tahap brief melakukan pengajuan ide atau topik terhadap ketua Jurusan Pendidikan Teknik Informatika. Setelah ide atau topik sudah diterima selanjutnya lanjut ke tahap 1 yaitu melakukan pengumpulan data dan analisis kebutuhan film. Pada
Weakness
Opportunity
Threat
Film Dokumenter Anjing Bali
Mengangkat masalah yang kontroversi di masyarakat, namun tidak memihak salah satu kasus karena film bersifat netral. Memberikan media edukasi yang baik untuk masyarakat terkait wabah rabies yang menyerang Bali dari tahun 2008. Terjalinnya komunikasi yang baik dengan narasumber, sehingga dalam proses pembuatan film ini mendapatkan dukungan penuh dari narasumber. Keterbatasan dana dalam proses penggarapan film. Jumlah crew yang terbatas dan masih tergolong amatiran. Alat yang digunakan dalam pembuatan film ini juga masih terbilang belum maksimal. Nantinya film ini akan menjadi media edukasi kepada masyarakat dalam bentuk film dokumenter yang mengangkat akar masalah Anjing Bali. Dalam menentukan jadwal pengambilan gambar untuk momen anjing sulit karena dalam pembuatan film penulis tidak dapat membuat momen, hanya dapat mencari sehingga memerlukan waktu yang lama Tabel 1. SWOT
Pada tahap 2 dilakukan tahapan pra produksi yang meliputi penentuan ide cerita, sinopsis, skenario dan storyboard. Ide cerita diperoleh dari wawancara terhadap narasumber yang sudah ditentukan. Selanjutnya pembuatan sinopsis yang dibuat berdasarkan ide cerita yang dibuat sebelumnya. Setelah pembuatan ide cerita dilanjutkan dengan pembuatan skenario dan storyboard sebagai acuan dalam proses produksi. Tahap 3 merupakan tahapan produksi dilanjutkan pasca produksi film dokumenter Anjing Bali, tuan rumah sejuta kisah. Pada tahapan produksi dilakukan proses pengambilan gambar (shooting) di lokasi-lokasi yang telah ditentukan (wawancara) dan shooting anjing yang dilakukan di jalanan. Setelah proses pengambilan gambar selesai kemudian dilakukan tahapan pasca produksi film dokumenter. Di mana dalam
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 6, Nomor 1, 2017 tahapan ini terdiri dari proses editing film dokumenter, dan rendering. Pada tahap 4 dilakukan proses mastering file yang sudah dirender, kemudian dikemas dalam bentuk DVD dan dapat dipublikasikan. Dilanjutkan ke tahap outcome yang merupakan tahap terakhir pada pembuatan film dokumenter Anjing Bali, tuan rumah sejuta kisah. Tahapan outcome ini adalah pempublikasian film dokumenter Anjing Bali, tuan rumah sejuta kisah dalam bentuk DVD yang telah dibuat dan disosialisasikan dengan media poster.
IV. HASIL dan PEMBAHASAN A. Hasil 1. Brief Brief merupakan tahap persiapan awal untul melakukan penelitian ini. Di mana tahap awal dari film dokumenter Anjing Bali, tuan rumah sejuta kisah yaitu pemantapan ide dan penawaran ide/topik terhadap Jurusan Teknik Informatika. Ide/topik tersebut diajukan dan disetujui pada tanggal 19 Januari 2016. Kemudian dilakukan riset awal terkait permasalah yang terjadi di lapangan terkait anjing Bali itu sendiri. 2. Pengumpulan data dan Analisis Proses pengumpulan data diawali dari proses wawancara dengan narasumber Ida Bagus Naradigda “ajx” dari gerakan Stop Buang Anjing, ajx berkonsentrasi dibidang edukasi masyarakat agar stop membuang anjing, selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan inna karina Yayasan ini focus dalam penanganan rabies namun jalan yang dipilih adalah strelirisasi, efek sterilisasi adalah jangka panjang jadi tidak terlihat secara langsung. Selain itu seva bhuana juga mengedukasi masyarakat pada saat proses strelirisasi ke banjar-banjar. Agra utari juga dalam satu yayasan seva bhuana namun lebih berkonsentrasi dalam bidang edukasi kepada masyarakat, terakhir Dewa Tatto adalah masyarakat yang mengalami ketakutan lalu membuang anjingnya, tahap ini adalah pelajaran dari film dokumenter anjing Bali. Hasil analisis terhadap data yang terkumpul maka ditetapkan beberapa subjek film yang dibutuhkan dalam proses pembuatan film dokumenter Anjing Bali, tuan rumah sejuta kisah sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan penulis. Adapun subjek film tersebut yaitu : SWOT
Analisis SWOT digunakan untuk menimbang sebuah sumber referensi film dalam segi kekuatan, kelemahan, kesempatan yang bisa didapat, serta ancaman yang mungkin terjadi pada film tersebut. Di mana setiap sumber referensi film memiliki kekuatan yang berbedabeda antara satu dengan dengan yang lain. Begitu pula dalam segi kelemahan. Kelemahan sebuah film juga berbeda dengan film yang lain. Hal inilah yang digunakan sebagai tolak ukur, antara SWOT pada film dokumenter Anjing Bali, Tuan rumah sejuta kisah. Analisis SWOT pada film dokumenter Anjing Bali, tuan rumah sejuta kisah adalah sebagai berikut. 1) Strength (Kekuatan) a. Mengangkat masalah yang kontroversi di masyarakat, namun tidak memihak salah satu kasus karena film bersifat netral. b. Memberikan media edukasi yang baik untuk masyarakat terkait wabah rabies yang menyerang Bali dari tahun 2008. c. Terjalinnya komunikasi yang baik dengan narasumber, sehingga dalam proses pembuatan film ini mendapatkan dukungan penuh dari narasumber. 2) Weakness (Kelemahan) a. Keterbatasan dana dalam proses penggarapan film. b. Jumlah crew yang terbatas dan masih tergolong amatiran. c. Alat yang digunakan dalam pembuatan film ini juga masih terbilang belum maksimal. 3) Opportunity (Peluang) Nantinya film ini akan menjadi media edukasi kepada masyarakat dalam bentuk film dokumenter yang mengangkat akar masalah Anjing Bali. 4) Threat (Ancaman) Dalam menentukan jadwal pengambilan gambar untuk momen anjing sulit karena dalam pembuatan film penulis tidak dapat membuat momen, hanya dapat mencari sehingga memerlukan waktu yang lama. STP (Segmentating, Targeting, Positioning) Setelah melewati analisis SWOT, dilakukan penetapan target audiens sebagai ketentuan penyebaran film ke
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 6, Nomor 1, 2017 masyarakat luas. Analisa STP yang terdiri dari beberapa kriteria berupa pemilahan (segmentating), tujuan/target (targeting), dan penempatan (positioning). Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan rancangan pada tahap preproduction. Kriteria-kriteria tersebut mencakup segi geografis, demografis, dan psikografis. Analisis STP pada film dokumenter Anjing Bali, tuan rumah sejuta kisah adalah sebagai berikut. 1) Segmentating Geografis Ditujukkan untuk semua wilayah yang ada di Indonesia serta nantinya akan disertakan subtitle berbahasa inggris agar segementasi target pemasaran bisa mencapai luar negeri. Demografis Film ini dapat ditonton oleh semua usia tanpa kecuali, serta penonton mencangkup kaum laki-laki maupun perempuan dengan segala jenis pekerjaan tanpa ada batasan. Psikografis Dapat disaksikan oleh segala lapisan sosial, karena target film adalah untuk mengedukasi masyarakat demi kelestarian anjing Bali. 2) Targeting Target utama penyebaran film adalah badan / organisasi / komunitas yang memiliki tujuan untuk melestarikan kebudayaan yang ada di Bali. Dengan begitu baik target utama maupun penulis akan saling terbantu, di mana target utama akan mendapatkan sebuah media audio visual untuk melakukan sosialisasi terkait rabies dan cara penanggulangannya begitu pula dengan penulis, akan terbantu dalam penyebarluasan film ini ke target yang lebih umum yaitu masyarakat luas. Di mana target umum tidak dibatasi. 3) Positioning Film ini mengangkat kisah yang sedang hangat dibicarakan di maysarakat, dan film ini bersifat netral tidak memihak pada salah satu kasus yang dibahas. Selain itu mengangkat akar masalah yang
selama ini kurang terpikirkan oleh masyarakat. 3. Produksi dan Pasca Produksi Pembuatan film dokumenter Anjing Bali, tuan rumah sejuta kisah melalui beberapa tahapan yaitu tahap editing video, editing audio, dan rendering Editing video Tahapan Video Editing film dokumnter Anjing Bali, tuan rumah sejuta kisah mengunakan software Adobe Premiere Pro CC 2017. Proses editing video, penambahan efek, menunjukkan transisi video, pengisian teks, sound effect, terdapat pada bagian timline. Pada bagian program akan terlihat video yang sudah di-edit pada timeline dan terdapat durasi video. Dalam tahap editing video ini juga terdapat proses penstabilan video dengan effect warp stabiliser. Efek ini sangat berpengaruh dalam mempercantik tampilan film karena film dokumenter biasanya proses shooting yang kurang persiapan khususnya momen yang langka
Gambar 2. Efek Stabilizer
Editing audio Tahapan sound editing film dokumnter Anjing Bali, tuan rumah sejuta kisah mengunakan software Adobe Audition Pro CC 2017. Tahapan ini berfungsi untuk membersihkan audio yang memiliki noise berlebih. Film dokumenter akan bekerja keras dalam bagian ini karena dalam praktek di lapangan proses shooting yang tak jarang tiba-tiba karena momen kurang mementingkan kualitas suara, dalam film dokumenter anjing Bali noise begitu keras dibagian wawancara dengan narasumber Agra Utari, namun biasanya dalam
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 6, Nomor 1, 2017 dokumenter noise kadang diperlukan untuk lebih menaturalisasi suasana tetapi jika mengganggu tentu harus dikurangi.
Gambar 5. Cover Cd Film Dokumenter Anjing Bali Tuan Rumah Sejuta Kisah Gambar 3. Editing Suara
Rendering Proses rendering film dokumenter ini dilakukan setelah proses di atas selesai. Proses rendering pada Adobe Premiere Pro CC 2017 terdapat pada menu file-exportmedia. Pada proses rendering, file diubah sesuai format yang telah ditentukan sebelumnya. File yang telah selesai di-render, ditempatkan sesuai dengan direktori tempat meletakkan file tersebut.
Hasil Poster
Hasil Kepingan CD
Gambar 6. Poster Film Dokumenter Anjing Bali Tuan Rumah Sejuta Kisah
Gambar 4. Kepingan Cd Film Dokumenter Anjing Bali Tuan Rumah Sejuta Kisah
Hasil Cover CD
B. Pembahasan Hasil penelitian dan pengembangan menunjukkan bahwa Film Dokumenter Anjing Bali, Tuan Rumah Sejuta Kisah adalah kriteria baik. Hasil yang diperoleh berdasarkan analisis uji ahli isi, uji ahli media, uji ahli film documenter, dan uji respon penonton. Untuk isi dari film dokumenter Anjing Bali, Tuan Rumah Sejuta Kisah dapat dikategorikan baik dengan presentase 89,20%.
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 6, Nomor 1, 2017
Gambar 7. Grafik Responden
Hasil yang telah disebutkan di atas diperoleh berdasarkan analisis uji ahli isi, uji ahli media, uji ahli film documenter, dan uji respon penonton. Uji ahli isi dan uji ahli media dilakukan oleh orangorang yang sudah berkompeten di bidangnya masing-masing. Setelah dilakukannya uji ahli isi terhadap dua orang, diperoleh hasil pengujian dengan menggunakan angket dengan persentase yang diperoleh 100%. Berarti bila dikonversikan ke dalam tabel konversi, berada pada kualifikasi sangat baik. Hal ini berarti isi cerita pada film dokumenter Anjing Bali, tuan rumah sejuta kisah tidak perlu direvisi dan menunjukan bahwa isi informasi di dalam film dokumenter Anjing Bali, tuan rumah sejuta kisah sudah sesuai dan layak untuk dilanjutkan. Pada hasil uji media film dokumenter Anjing Bali, tuan rumah sejuta kisah yang dilakukan oleh dua orang menyatakan bahwa film tersebut sudah sesuai dan memperoleh persentase 100%. Dan bila dikonversikan ke dalam tabel konversi, berada pada kualifikasi sangat baik. Saran dari bapak Marlowe bandem adalah untuk narasumber dewa tattoo wajah tidak perlu di blur karena terlalu menyudutkan masyarakat yang kurang mengetahui bagaimana itu rabies, jika tidak diblur pelajaran moral akan lebih tersampaikan. Saran dari bapak putu satria adalah sama tidak perlu ada blur pada wajah dewa tattoo selain itu judul film terlalu besar, jadi bisa dikecilkan agar komposisi frame baik. Selanjutnya, uji respon penonton. Uji respon penonton adalah pengujian untuk mengetahui bagaimana respon penonton setelah menonton film dokumenter Anjing Bali, tuan rumah sejuta kisah. Untuk film dokumenter Anjing Bali, tuan rumah sejuta kisah uji respon dilakukan dengan menggunakan uji skala likert. Pada uji respon penonton film dokumenter ini peneliti melakukan pengujian terhadap 30 orang responden yang merupakan masyarakat khususnya anak muda. Pada uji respon penonton film dokumenter ini pernyataan yang menyumbangkan skor terbesar
adalah pernyatan nomer 7, 10 dan 15 sedangkan yang menyumbangkan nilai terkecil terbanyak yaitu pernyataan nomer 11. Pernyataan nomer 7 yaitu, “Dengan adanya film dokumenter saya merasa perlu berpartisipasi untuk melestarikan anjing bali”, lalu pernyataan nomor 10 adalah “saya mendukung adanya film dokumenter anjing Bali, karena dapapt menjadi media untuk edukasi masyarakat dan melestarikan anjing Bali” dan yang terakhir nomor 15 adalah “ Setelah saya menonton film dokumenter anjing Bali, saya ingin ikut mengedukasi masyarakat dalam rangka memberantas rabies dan melestarikan anjing Bali.. Hasil persentase dari butir soal tersebut menunjukan bahwa film dokumenter Anjing Bali, tuan rumah sejuta kisah merupakan film yang menarik dan bermanfaat, film dokumenter Anjing Bali, tuan rumah sejuta kisah dapat digunakan untuk memperkenalkan dan melestarikan budaya Bali. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Onny Prihantono dalam Strategi Pembuatan Film Dokumenter yang Tepat untuk Mengangkat Tradisi-Tradisi di Balik Reog Ponorogo, film ini mengangkat tentang bagaimana asal-usul reog dan bagaimana pula karakter di dalam penokohan reog itu muncul, hasil dari penelitian ini adalah masyarakat menjadi tahu akan asal-usul reog tersebut di mana reog merupakan warisan leluhur yang perlu di lestarikan, selain itu dalam hasil film dokumenter Anjing Bali masyarakat baru mengetahui bahwa membuang anjing itu salah setelah menonton film anjing Bali, hal ini sejalan dengan film 40 years after silence (http//40yearsaftersilence.com) di mana film ini mengangkat fakta-fakta yang selama ini diacuhkan oleh masyarakat dan cenderung masyarakat tidak mengetahuinya [8]. Dalam pembuatan film dokumenter Anjing Bali, tuan rumah sejuta kisah tidak lepas dari berbagai kendala. Adapun kendala-kendala yang dihadapi salah satunya yaitu penulis tidak dapat membuat momen misalnya anjing yang mati di jalan sehingga harus mencari keliling jalan sehingga menyebabkan penggarapan khususnya mencari bahan video memakan waktu yang cukup lama. Selain itu mencari video yang berbahaya karena dilakukan di jalan dengan banyaknya kendaraan lalu-lalang juga menjadi resiko tersendiri. Dalam pengambilan gambar, penulis juga mengalami beberapa kendala seperti banyaknya suara noise yang masuk karena kebanyakan pengambilan gambar dilakukan di luar ruangan (wawancara dengan agra utari dewi). Berkaitan dengan pernyataan nomor 11 yaitu “ saya tidak
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 6, Nomor 1, 2017 dapat mendengar dengan jelas suara narasi dalam film dokumenter anjing Bali”, dalam hal ini yang dimaksud adalah suara narasumber agra, karena kondisi rumah narasumber yang berada di dekat sungai jadi suara noise yang masuk sangat tinggi selain itu gangguan dari anjing peliharaan narasumber turut menyumbang noise. Namun dengan memanfaatkan software Adobe Audition Pro CC 2017 untuk mengurangi noise suara, kendala tersebut dapat diatasi, dan setelah ditanyakan kepada ahli media bapak Marlowe Bandem dan Putu Satria mengatakan jika noise dalam film sudah dapat di redam dengan baik, sehingga hanya sedikit mengganggu suara narasumber namun masih dalam tahap wajar. Selain itu penulis juga mendapatkan kendala dalam hal mengumpulkan crew dalam proses shooting, dan lokasi shooting yang cukup jauh dan susah untuk dijangkau namun dapat diatasi dengan memaksimalkan perlatan yang ada. Dalam teknik editing video juga terdapat beberapa kendala yaitu kesulitan dalam mengatur video yang shake, ini dikarenakan oleh anjing di jalanan tidak dapat di atur sehingga pada saat melihat momen langsung direkam. Namun kendala tersebut dapat diatasi dengan cara menambahkan effect warp stabiliser pada masing-masing video namun ada beberapa video yang tidak dapat diisikan effect karena tingkat shake yang tinggi.
V. SIMPULAN Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah: Perancangan film dokumenter Anjing Bali, tuan rumah sejuta kisah telah berhasil diimplementasikan dengan menggunakan model cyclic strategy dan menggunakan tahapan produksi film yaitu pra produksi, produksi dan pasca produksi. Sedangkan pengimplementasian film dokumenter Anjing Bali, tuan rumah sejuta kisah telah sesuai pada rancangan yang telah dibuat sebelumnya dengan tambahan. Film dokumenter Anjing Bali, tuan rumah sejuta kisah diimplementasikan menggunakan aplikasi Adobe Premiere Pro CC 2017, Adobe After Effect CS 6 untuk penambahan effect dan animasi pada video, sedangkan Adobe Audition Pro CC 2017 untuk audio. Memperoleh hasil dari uji ahli isi dan uji ahli media yang dikategorikan ke dalam pencapaian sangat baik. 2. Berdasarkan hasil uji respon film dokumenter Anjing Bali, tuan rumah sejuta kisah terhadap 30 responden yang berasal dari masyarakat terutama generasi muda, diperoleh persentase keseluruhan sebanyak 89,20 %. Hasil yang diperoleh ini dikategorikan ke dalam pencapaian baik.
SARAN Tahap pengujian respon penonton pada penelitian film dokumenter ini menggunakan skala likert. Untuk peneliti selanjutnya bisa menggunakan angket user experience atau sejenis agar dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari film dokumenter yang telah dibuat. Untuk para peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang pembuatan film dokumenter, diharapkan agar berani mengambil film yang memiliki tingkat konflik tinggi di kalangan masyarakat walaupun dengan mengambil resiko memakan waktu lama dalam proses pembuatanya. REFERENSI [1] [2]
[3] [4]
[5]
[6] [7] [8]
Hartaningsih, N. 2003. Anjing Bali Pemuliabiakan dan Pelestarian. Yogyakarta: Kanisius. Universitas Udayana, Fakultas Kedokteran Hewan, 2010. Bali Dog History (Sejarah Anjing Bali). 12.23 min. Dharmojono. 2003. Anjing, Permasalahan dan Pencegahan. Jakarta: PT Penebar Swadaya. Susanto, A. 2007. Penyakit yag Ditularkan Melalui Hewan Sekitar. Jakarta Selatan: PT Sunda Kelapa Pustaka. Rikarno, R. 2015. Film Dokumenter sebagai Sumber Belajar, Prodi Sendratasik-FKIP, Universitas PGRI Palembang. Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015. Bazin, A. (2005). What is Cenema?. California:University of California Press. Sarwono, J. dan Lubis, H. 2007. Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Penerbit Andi. Film 40 years of silence an Indonesian tragedy. Official site (http://40yearsofsilence.com/)