FILM DOKUMENTER “IBUKU BUKAN TERORIS” NASKAH PUBLIKASI
diajukan oleh
Setyo Kurniawan 08.12.2878
kepada JURUSAN SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012
DOCUMENTARY FILM "MY MOTHER IS NOT A TERRORIST" FILM DOKUMENTER “IBUKU BUKAN TERORIS”
Setyo Kurniawan Melwin Syafrizal Jurusan Sistem Informasi STMIK AMIKOM Yogyakarta
ABSTRACT Phenomenon of Pesantren which is often related to a occurrence - terrorism occurrence in Indonesia very fretting side of pesantren which wish to join in to become the interior move forward from education side in this State. Likely - processing of pesantren which active sharing from event - terrorism event that happened. This Stigma also likely have sticked to sliver once wide of society perception about terrorism and pesantren so that lessen the society trust to bail science in pesantren. This thesis is about documentary filming which is studying existence of pesantren and whereof and how actually pesantren which always catch with the terrorism that happened in Indonesia. Also to eliminate the stigma society about skepticism to pesantren during the time, so that by degrees will return the society trust to existence of pesantren. Expected technological growth System can link the pesantren with the wide society submitting information about how and what role pesantren in fact through the documentary film.
Key Word : Pesantren, Terrorism, Documentary Film, Technology System
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena terorisme yang sering dikaitkan dengan eksistensi pesantren di Indonesia sangat meresahkan pihak pesantren yang ingin ikut serta menjadi bagian dalam memajukan bangsa dari sisi pendidikan di Negara ini. Seolah – olah pesantren mempunyai tendensi keberadaannya dalam peristiwa – peristiwa terorisme yang terjadi. Stigma ini juga seolah telah melekat erat sekali pada persepsi sebagian masyarakat luas tentang terorisme dan dunia pesantren sehingga mengurangi kepercayaan masyarakat untuk atau menitipkan putra putrinya menimba ilmu di pesantren. Pesantren juga merasa tersudut dengan keadaan yang terus bergulir di benak pihak luar dan tuduhan – tuduhan yang tidak semestinya pihak pesantren terima sebagai akibat dari perbuatan sekelompok radikalis sepihak yang menghendaki lingkungan mengikuti keyakinannya tanpa toleransi hak asasi manusia. 1.1
Rumusan Masalah Bagaimana membuat sebuah film dokumenter yang baik dan layak tayang di
media dengan standar dan menajemen produksi yang diperlukan untuk menjaga kualitas hasil produksi ? 1.2
Batasan Masalah Batasan masalah dimaksudkan untuk memberikan titik fokus pembahasan dan
memberikan arahan yang lebih jelas, maka batasan masalah yang akan dipelajari adalah ruang lingkup proses pra-produksi, produksi dan pasca produksi.
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan pada jurusan Sistem Informasi Strata 1 di Sekolah Tinggi Manajemen dan Informatika dan Komputer AMIKOM Yogyakarta.
2.
Memproduksi film dokumenter berjudul IBUKU BUKAN TERORIS
1.4
Manfaat Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memperoleh gelar Sarjana Komputer ( S.Kom) 2. Menerapkan ilmu teoritis yang didapat oleh penulis selama mengikuti proses kependidikan di STMIK AMIKOM Yogyakarta dan Mendapat pengalaman tentang kerja tim yang dilakukan dalam dunia produksi film 3. Sebagai alternatif
metode penyampaian informasi pihak Pondok Pesantren
Pabelan kepada masyarakat luas tentang keberadaan dan fungsional pesantren pada umumnya. 1.6
Metode Pengumpulan Data Metode yang dipakai dalam proses pengumpulan data tertermin dalam berbagai tahapan yaitu :
1.7
Tahap I
: Observasi
Tahap II
: Survei dan Wawancara
Tahap III
: Kepustakaan
Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini terbagi dalam lima bab, dan sebelum halaman pertama
terdapat halaman formalitas yang terdiri dari judul, halaman persembahan, motto, kata pengantar, dan daftar isi, daftar gambar dan daftar tabel apabila diperlukan. Dan setelah bab ke-lima terdapat daftar pustaka dan lampiran. Pembagian bab demi bab dalam skripsi ini adalah sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Bab II : Landasan Teori Bab III : Analisis dan Perancangan Sistem Bab IV : Implementasi dan Pembahasan Bab V : Penutup
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Multimedia Multimedia secara harfiah berasal dari kata Multi yang berarti banyak dan Media yang berarti piranti atau segala sesuatu yang berhubungan dengan sarana penghubung agar tercipta komunikasi antar muka. Multimedia tercipta apabila unsur – unsur pembentuk multimedia dapat terkombinasi dengan benar, unsur – unsur elemen yang dibutuhkan agar menjadi suatu multimedia adalah seperti video, audio, teks, grafik dan gambar. 2.2 Sejarah Multimedia Istilah multimedia berawal dari
teater, bukan komputer. Pertunjukan yang
memanfaatkan lebih dari satu medium seringkali disebut pertunjukan multimedia. Pertunjukan multimedia mencakup monitor video, synthesized band, dan karya seni manusia sebagai bagian dari pertunjukan. Sistem Multimedia dimulai pada akhir 1980-an dengan diperkenalkannya HyperCard oleh Apple pada tahun 1987, dan pengumuman oleh IBM pada tahun 1989 mengenai perangkat lunak Audio visual connection (AVC) dan video adhapter card bagi PS/2. Sejak permulaan tersebut, hampir setiap pemasok perangkat keras dan lunak melompat ke multimedia. Pada 1994, diperkirakan ada lebih dari 700 produk dan sistem multimedia di pasaran. 2.3 Elemen Multimedia Multimedia terwujud dari beberapa elemen yang saling terintegrasi, yaitu Text, Text dapat membentuk kata, surat atau narasi dalam multimedia yang menyajikan bahasa; Image, Image (grafik) merupakan hasil sebuah pengambilan citra yang didapat melalui alat penangkap citra, seperti kamera dan scanner, yang hasilnya sering disebut dengan gambar; Audio, audio (suara) adalah komponen multimedia yang dapat berwujud narasi, musik, efek suara atau penggabungan di antara ketiganya; Video, video merupakan sajian gambar dan suara yang ditangkap oleh sebuah kamera, yang kemudian disusun ke dalam urutan frame untuk dibaca dalam satuan detik; Animation, animation (animasi) merupakan penggunaan komputer untuk menciptakan gerak pada layer.
2.4 Definisi Film Sederhananya film dapat juga disebut sebagai gambar hidup atau sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak. Perngertian secara harafiah film ( sinema ) adalah Cinemathographie yang berasal dari kata cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = ghrap (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya kita perlu alat khusus yang sering disebut kamera. 2.5 Jenis – Jenis Film 2.5.1 Film Dokumenter Film documenter menyajikan realita dengan berbagai cara pembuatan dan berbagai macam tujuan seperti tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. 2.5.2 Film Pendek Film pendek merupakan film dengan durasi yang singkat, biasanya jenis ini mempunyai durasi dibawah 60 menit. Film ini bisa berupa fiksi maupun non fiksi. 2.5.3 Film Panjang Pada dasarnya film panjang sama dengan film pendek, hanya saja film ini mempunyai durasi yang lebih lama, layaknya film panjang mempunyai durasi 60 sampai 100 menit. 2.6 Pengertian Dokumenter John Grierson pertama-tama menemukan istilah „dokumenter‟ dalam suatu pembahasan mengenai film karya Robert Flaherty, Moana (1926), yang berasal dari Perancis „documentaire‟. Dia mengacu pada kemampuan suatu media untuk menghasilkan dokumen visual tentang suatu kejadian tertentu. Dia sangat percaya bahwa “...sinema bukanlah seni atau hiburan, melainkan suatu bentuk publikasi dan dapat dipublikasikan dengan 100 cara berbeda untuk 100 penonton yang berbeda pula.” Oleh karena itu, dokumenter pun termasuk di dalamnya sebagai suatu metode publikasi sinematik yang, dalam istilah Grierson sendiri, disebut „perlakuan kreatif atas keaktualitasan‟ (creative treatment of actuality).
2.7 2.7.1
Peralatan yang Digunakan Kamera Foto dan Video Kamera foto nantinya akan dipakai untuk keperluan pengambilan gambar
sebagai dokumentasi dan behind the scene. Sedangkan kamera video, yang akan digunakan untuk pengambilan gambar bergerak. 2.7.2
Mikrofon Mikrofon adalah salah satu alat yang sangat penting dalam proses produksi yang
digunakan untuk mengambil suara / audio dalam proses pengambilan dan perekaman. 2.7.3
Tripod Alat ini berguna untuk membantu kameramen dalam pengambilan gambar yang
membutuhkan still dengan durasi yang panjang agar gambar bisa tenang dan tidak goyang saat perekaman. 2.7.4
Lampu / Lighting Lampu / lighting dipakai saat proses produksi agar mendapatkan pencahayaan
seperti yang sesuai dengan yang diharapkan. 2.7.5
Komputer Komputer digunakan sebagai alat editing mulai dari transformasi data dari
berbagai sumber alat pada saat produksi dan finishing. 2.8 Klasifikasi Shot dan Gerakan Kamera 2.8.1
Klasifikasi Shot Klasifikasi atau jenis shot dalam pembuatan video atau film ada beberapa, antara
lain : ECU (Extreme Close Up), VCU (Very Close Up), BCU (Big Close Up), CU (Close Up), MCU (Medium Close Up), MS (Medium Shot), Three Quarter Shot, LS (Long Shot), ES (Establish Shot), Two Shot, OSS (Over Shoulder Shot). 2.8.2
Sudut Pengambilan Gambar Pengambilan gambar dapat dilakukan dari berbagai sisi yang sering disebut
sudut pengambilan gambar, antara lain : Height Angle / Bird eye view, Normal Angle / Eye Level, Low Angle / Frog eye view, Subjective Camera.
2.8.3
Gerakan Kamera Pada umumnya gerakan kamera yang sering digunakan terdiri dari empat
gerakan, yaitu : PAN (Panning), Following Pan , Survening Pan , Kecepatan Panning , Whipe Pan , Tracking / Dollying , Framing , Tilting. 2.9 Kru Membuat sebuah film tidak dapat dilakukan seorang diri untuk mendapatkan hasil yang bagus, untuk itu pekerjaan ini perlu dilakukan secara bersama – sama atau sering disebut dengan kru. Bagian – bagian kru diantaranya adalah : Produser, Sutradara, Penulis naskah, Storyboard artis, Kameramen, Pencatat adegan, Manajer lokasi, Editor. 2.10
Standar Video Dalam dunia broadcasting atau perfilman ada beberapa standar video yang
dipakai sekarang, diantaranya adalah NTSC, PAL, SECAM dan HDTV. 2.11
Perangkat Lunak yang Dipakai Produksi video dokumenter diperlukan perangkat lunak / software sebagai media
untuk pengerjaan proyek maupun desain untuk pra-produksi, produksi dan pasca produksi. Aplikasi utama yang digunakan dalam pembuatan video dokumenter ini adalah Adobe premiere Pro CS3. Adobe Premiere merupakan perangkat lunak editing video digital yang sangat popular di mata masyarakat saat ini.
Gambar 2.6 Tampilan Aplikasi Adobe Premiere Pro CS3
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN FILM 3.1 Analisis 3.1.1 Analisis Masalah Tujuannya adalah mengetahui permasalahan – permasalahan dan mencari solusinya guna memperlancar proses produksi itu sendiri, beberapa permasalahan yang mungkin akan dihadapi nantinya mungkin seperti berikut : 3.1.1.1 Penentuan Ide Dasar, Tema dan Sinopsis Video yang Hendak Dibuat Ide dibuatnya film dokumenter ini adalah berdasarkan kenyataan yang terjadi bahwa fenomena terorisme sering dikaitkan dengan dunia pesantren secara general sehingga dapat mencemari nama baik pesantren. 3.1.1.2 Riset Pada tahap ini mulai dilakukan kegiatan yang mesti dilihat langsung, baik dari lokasi, sumber data ataupun keadaan lapangan yang sesungguhnya. Oleh karena itu pembuat proyek harus terjun langsung ke lapangan. Tahapan – tahapan tersebut antara lain : a. Observasi b. Survey lapangan c.
Wawancara
3.1.2 Analisis SWOT Tabel 3.1 Analisis SWOT STRENGHT INTERNAL
1. Tema yang diangkat cukup menarik karena masih banyak diperbincangkan 2. Objek lokasi cukup dikenal 3. Perijinan penelitian mudah 4. Pihak objek kooperatif untuk bekerja sama
WEAKNESS 1. Sulit memadankan waktu luang antara peneliti dengan objek 2. Keterbatasan alat 3. Cuaca yang tidak dapat diprediksi 4. Peralatan tidak bekerja dengan baik 5. Pengatahuan tentang broadcasting masih minim, belum memenuhi standar
perfilman 6. Artistik yang kurang optimal EKSTERNAL OPPORTUNITY 1. Kesempatan mempraktikkan ilmu yang telah didapat 2. Kesempatan untuk mencoba peralatan broadcast 3. Mengenal dunia luar lebih dalam 4. Belajar bersosialisasi dengan ingkungan yang berbeda TREATH 1. Kondisi cuaca tidak dapat diprediksi 2. Alat rusak 3. Kru terlambat sehingga mengganggu waktu wawancara
1. Bisa diminta untuk menjadi rekan kerja dengan orang lain 2. Mendapat tawaran untuk bekerja sama membuat film / video 3. Hasil bisa menjadi dokumen penting sebuah lembaga 4. Menjadi media informasi rujukan masyarakat
1. Serirng dipandang sebelah mata sebagai mahasiswa penelitian 2.
1. Semakin banyak rumah produksi film yang berdiri, menjadi tantangan tersendiri untuk menjadi unggul. Tapi, dengan kreativitas dan profesionalitas yang tinggi serta lobi yang handal diharapkan dapat menuntun prejuangan bersaing
1. Apabila terjadi kerusakan pada alat menjadi kerugian tersendiri 2. Cuaca yang tidak mendukung menjadi meragukan proses pembuatan video
3.1.3 Identifikasi Masalah Beberapa inti permasalahan yang ada adalah sebagai berikut : 1. Stigma masyarakat kebanyakan tentang dunia pesantren yang sering dikaitkan dengan peristiwa terorisme. 2. Lingkungan pesantren yang resah terhadap opini – opini bahwa pesantren memiliki peran dalam mencetak karakter manusia menjadi ekstrem dan radikal. 3. Memberikan sebenarnya. 3.1.4
Biaya Produksi
informasi
tentang
bagaimana
dunia
pesantren
yang
Setiap proyek pasti memerlukan biaya untuk mendukung kelancaran proyek tersebut. Video dokumenter ini juga pasti membutuhkan biaya, estimasi biaya tersebut antara lain : 1. Sewa kamera video
= Rp 400.000,-
2. Kaset MiniDivi
= Rp 100.000,-
3. Transportasi
= Rp 50.000,-
4. Konsumsi
= Rp 350.000,-
a. Makan pagi 5 orang x @10.000,-
b. Makan siang 2 x 5 orang x @10.000,-
= Rp 100.000,-
c.
= Rp 100.000,-
Makan malam 2 x 5 orang x @10.000,-
d. Lain – lain
= Rp 100.000,-
5. Pembuatan ijin dan lain – lain 6. DVD finishing editing 4 keping @5.000,Total anggaran 3.2
= Rp 50.000,-
= Rp 25.000,= Rp 20.000,= Rp 1.295.000,-
Pra – Produksi Tahap pra-produksi adalah aktivitas yang dilakukan awal proyek film / video yang
terjadi sebelum proses produksi yang nyata dilapangan, dan berisikan konsep yang akan dikerjakan di lapangan. 3.2.1
Persiapan Awal Persiapan awal terdiri atas beberapa tahap dimana setiap tahap menjelaskan
rencana yang akan dilakukan dalam proses pembuatan video dokumenter ini. 3.2.2
Persiapan Jadwal Pembuatan Video Waktu pelaksanaan yang tersedia sangat sempit, sehingga perlu dibuat agenda
jadwal pembuatan yang tersusun sebagai berikut : Bulan Januari 2012 Mempersiapkan ide dan konsep skripsi. Survey, Observasi, penyusunan breakdown dan story board dan melakukan ijin kepada objek dan nara sumber yang akan diwawancarai. Minggu I dan II bulan Februari 2012 Shooting dan wawancara. Dan penyempurnaan dari seluruh proses ini akan dilakukan pada tahap editing.
3.2.3
Jadwal Pengambilan Gambar
Shooting video maupun film memerlukan jadwal untuk shooting supaya dalam proses produksi dapat diperkirakan waktu dimulai dan waktu selesai. Jadwal shooting ini berguna supaya para kru dan artis detail kegiatan ini dilakukan. Contoh jadwal seperti dibawah ini : Day : 1 Date : 14 April 2012 Location : Pondok Pesantren Pabelan. Magelang, Jawa Tengah Crew Call
: 11.00 WIB
On Cam
: 13.00 WIB
Off Cam
: 21.00 WIB
3.2.4
Persiapan Kru
Kru dalam pembuatan film dokumenter ini adalah enam orang yang masing mempunyai tanggung jawab sendiri. Table 3.2 Kru Posisi
Nama
Produser
Setyo Kurniawan
Sutradara
Setyo Kurniawan
Kameramen
1. Ridha Ristanto 2. Purna Karyanto Musafirin
Pewawancara Editor
Rizqi Nadia Nur‟aini 1. Setyo Kurniawan 2. Ridha Ristanto
Narator
Nida Ameli Furqoni
Transportasi
Lulus Sedyono
3.2.5
Persiapan Alat yang Digunakan Kebutuhan akan perangkat keras yang akan digunakan dalam pembuatan video dokumenter ini adalah sebagai berikut : 1.
Komputer notebook untuk keperluan data mobile dan editing
2.
Kamera DSLR Canon EOS 550D
3.
Tripod
4.
Transportasi
5.
Lighting
BAB IV IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN 4.1
Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan atau implementasi dari tahap sebelumnya
yaitu pra produksi yang meliputi kegiatan – kegiatan seperti penentuan ide dan konsep video yang akan dibentuk. Pada film ini kegiatan produksi dilakukan dengan mengambil gambar dan suara yang diperlukan dalam keseluruhan video. 4.1.2
Langkah – Langkah Produksi
4.1.2.1 Briefing Sebelum melaksanakan kegiatan inti yaitu pengambilan gambar, agar lebih terkondisi, diperlukan briefing kru untuk membahas shooting yang akan dikerjakan secara teknis. 4.1.2.2 Shooting Briefing yang sudah selesai dilaksanakan dan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk shooting telah siap, kini waktunya pengambilan gambar. 4.1.2.3 Preview Gambar – gambar yang telah berhasil direkam perlu ditinjau kembali apakah sudah sesuai dengan yang diperlukan atau belum, apabila sudah sesuai maka langsung dilanjutkan ke adegan selanjutnya dan apabila belum sesuai, dilakukan rekam ulang sampai mendapat hasil yang diinginkan oleh sutradara. 4.2
Pasca Produksi Pasca produksi secara sederhana sering disebut proses editing yang dilakukan
setelah pengambilan gambar selesai dilakukan dilapangan. Langkah yang dilakukan bisa dilakukan dengan cara berikut : a. Memadukan skenario dan gambar yang diambil b. Melakukan pemilihan shot yang layak dipakai dan yang tidak terpakai c.
Menyiapkan bahan gambar dan menyusun daftar gambar yang memerlukan efek suara
d. Berkomunikasi dengan kru lain yang berhubungan tentang bentuk video yang akan dibentuk
e. Meneliti kembali hasil edit yang telah selesai tahap pengeditan
4.2.1
Editing Dunia perfilman terbantu sekali dengan banyaknya program yang dibuat untuk
editing video, program – program itu diantaranya adalah Ulead, Pinacle, Vegas, Windows Movie Maker, Adobe Premiere, dan masih banyak lagi yang lainnya. 4.2.1.1 Mengcapture Video dari Kamera Capturing merupakan kegiatan memindahkan gambar / video dari pita kaset video menjadi data kedalam komputer dan disimpan dalam ruang hardisk. Proses ini bisa dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Adobe Premiere. Film dokumenter ini tidak memerlukan proses capturing seperti diatas karena kamera yang digunakan adalah kamera dengan media penyimpanan hardisk / memori sehingga proses capturing bisa langsung dilakukan dengan memindah data yang ada pada memori kamera ke komputer. 4.2.1.2 Memulai Project Editing Proses editing disini adalah kegiatan seperti melakukan pemotongan – pemotongan film, menata potongan – potongan film yang dirasa tepat dan memberi efek baik suara narasi dan transisi dengan menggunakan perangkat lunak Adobe Premiere Pro CS3 untuk kemudian diatur sesuai dengan rancangan storyboard karena pada saat shooting dilakukan secara acak. 4.2.1.3 Rendering Proses rendering merupakan tahap finishing atau mengeksport susunan video yang telah selesai di edit pada Adobe Premiere menjadi file video yang bisa diputar pada aplikasi player. Langkah – langkahnya sebagai berikut : a) Pilih menu File > Eksport > Movie b) Setelah itu muncul kotak dialog eksport file, pilih Setting > General. File Type pilih AVI, kemudian takan OK c) Proses rendering sedang berjalan
4.3
Review Editing
Film yang telah selesai di produksi perlu ditinjau lagi untuk mengecek apakah masih ada bagian – bagian yang perlu diperbaiki dan untuk memastikan bahwa film tersebut sudah layak dan sesuai dengan keinginan. 4.4
Evaluasi
Setelah selesai melakukan review dan hasilnya dirasa cukup dan sesuai, maka film masih perlu di evaluasi bersama – sama dengan pihak yang lebih luas. Kegiatan evaluasi dapat melibatkan :
Ahli sinematografi
Ahli produksi film
Masyarakat umum / penikmat film
Dari keseluruhan hasil korespondensi yang berjumlah 30 orang, dapat diperoleh data bahwa lebih dari 50% korespondensi yang ikut berpartisipasi dari kalangan masyarakat awam dan akademisi berpendapat setuju dengan video dokumenter ini untuk dibuat dan dipergunakan untuk media informasi.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasar penjelasan dan uraian dari bab – bab sebelumnya sampai pada akhir laporan ini dan rangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan di lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa membuat video dokumenter berbeda dengan pembuatan film jenis lain, baik film panjang maupun film pendek. Dokumenter dibuat berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan dan relatif lebih komplek karena dibutuhkan momentum yang tepat, peralatan yang lengkap yang sesuai dengan kebutuhan adalah hal yang fundamental untuk keberhasilan produksi sebuah film. Apabila peralatan yang digunakan tidak mumpuni akan sangat mempengaruhi hasil dari film yang dibuat. 5.2
Saran Setelah melakukan berbagai proses tersebut, terlintas beberapa saran agar
produksi sebuah video menjadi lebih baik lagi : 1. Pemilihan perangkat keras yang tepat adalah hal yang sangat penting karena akan menentukan kualitas video tersebut, baik dari visual maupun audionya 2. Ide yang dipunyai juga harus dirancang sedemikian rupa agar kerja keras yang dilakukan mendapat hasil yang memuaskan 3. Perangkat lunak juga perlu sekali untuk diperhatikan sebagai alat pendukung untuk mendapatkan kualitas video yang bagus 4. Penjadwalan yang tertata rapi dan konseptual akan mempermudah jalannya produksi 5. Pendanaan juga aspek pendukung yang tidak bisa diabaikan, walaupun bukan masalah utama 6. Dalam membuat sebuah video dokumenter, hal yang fundamental adalah kualitas dalam mengolah data yang sesuai dengan realita dan bukan dari kreatifitas imajinasi belaka .
DAFTAR PUSTAKA
Suyanto, M.
2003. MULTIMEDIA Alat untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing.
Yogyakarta. Andi Offset Benyahia. S.C, dkk. 2006. A2 Film Studies : The Essential Introduction. Oxon OX14 4RN. Routledge http://ayonana.tumblr.com/post/390644418/definisi-film, diakses Sabtu, 17 Maret 2012 Jam 13.05 WIB http://www.perpuskita.com/jenis-jenis-film/121/, diakses Senin, 19 Maret 2012 Jam 14.58 WIB http://dc303.4shared.com/doc/54fHiNjR/preview.html, diakses Kamis, 31 Mei 2012 Jam 12.21 WIB