Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
11 Pages
ISSN 2302-0172 pp. 39- 49
PELUANG MEMILIKI RUMAH SENDIRI DI KOTA BANDA ACEH Marliesna 1, Abubakar Hamzah 2, Syamsul Rizal 3 1,2)
Magister Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Darussalam, Banda Aceh 23111, Indonesia 3) Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh 23111, Indonesia
Abstract: As we know that the development of infrastructure, especially housing problems is really needed by everyone and had so much built by developers both inside the city and outside the city. This residential development ranging from the type, design and technical specifications are varied, it is intended to be accessible by consumers. Although developers already provide some conveniences such as the ability to repay in accordance with the selected type, there are still plenty of civil servant (PNS) as well as those working in the private sector has not been able to buy/own their own home on the grounds of various considerations interests respectively. Then the objectives to be achieved in this study were: to analyze the characteristics of the household that is income, level of education, status/position in the main job, age, gender, number of household members and marital status that affect the probability of having their own house in Banda Aceh city and estimating the magnitude of the probability of significant explanatory variables affect the probability of having their own house in Banda Aceh city. Explanatory variables used in this model consists of a variable income, number of household members, gender, education level, employment sector, age and marital status will affect the probability of households to own their own home. The data used is secondary data from the National Socio-Economic Survey 2011, which contains the results of a survey conducted by BPS. The respondent xample is 418 household. This thesis focuses on the area of Banda Aceh as well as using the logit model estimation. The result of calculations show that the proportion of households in the city of Banda Aceh who own their own home around 53.83%, with the proportion who are not self owned approximately 46.17%. The analysis showed that the variables household size and age significantly affect the chances of having their own home with a significance level of 5%. The coefficient of logistic regression was equal to 0.14004 meaning that if family members increase one more hence the probability of the ownership of the house will increase by 0.45 (45%). Keywords: Logit Model, Home Ownership, Banda Aceh. Abstrak: Seperti diketahui bahwa pembangunan sarana fisik khususnya masalah perumahan sangat diperlukan oleh semua orang dan sudah begitu banyak dibangun oleh pengembang baik di dalam kota maupun diluar kota. Pembangunan perumahan ini mulai dari type, design dan spesifikasi teknis yang bervariasi, hal ini dimaksudkan untuk dapat dijangkau oleh para konsumen. Meskipun pengembang sudah memberikan beberapa kemudahan seperti dapat mengangsur sesuai dengan kemampuan type yang dipilih, ternyata masih banyak baik Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun yang bekerja disektor swasta belum mampu membeli/memiliki rumah sendiri dengan alasan berbagai pertimbangan kepentingan masing-masing. Maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik rumah tangga yaitu pendapatan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, usia, jenis kelamin, jumlah anggota rumah tangga dan status perkawinan yang mempengaruhi peluang memiliki rumah sendiri di Kota Banda Aceh dan mengestimasi besarnya probabilitas variabel penjelas yang signifikan mempengaruhi peluang memiliki rumah sendiri di Kota Banda Aceh. Variabel-variabel penjelas yang digunakan dalam model ini terdiri dari variabel pendapatan, jumlah anggota rumah tangga, jenis kelamin, tingkat pendidikan, sektor pekerjaan, usia dan status perkawinan yang akan mempengaruhi probabilitas rumah tangga untuk memiliki rumah sendiri. Data yang digunakan adalah data sekunder hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional 2011 yang berisi hasil survey yang dilakukan oleh BPS. Sampel responden yang dianalisis sebanyak 418 rumah tangga. Tesis ini memfokuskan pada daerah kota Banda Aceh serta menggunakan estimasi dengan model logit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi rumah tangga di Kota Banda Aceh yang memiliki rumah sendiri sekitar 53,83%, dengan proporsi yang bukan rumah milik sendiri sekitar 46,17%. Hasil analisis menunjukkan
39 -
Volume 2, No. 2, Mei 2014
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala bahwa variabel jumlah anggota rumah tangga dan usia berpengaruh nyata terhadap peluang memiliki rumah sendiri dengan tingkat signifikansi 5%. Koefisien regresi logistik pada variabel Jumlah Anggota Rumah Tangga sebesar 0,14004 berarti apabila jumlah anggota rumah tangga bertambah 1 orang maka probabilitas kepemilikan rumah sendiri akan meningkat sebesar 0,45 (45%). Kata Kunci : Model Logit, Kepemilikan Rumah, Banda Aceh.
dengan cara membangun sendiri atau dengan
PENDAHULUAN Kebutuhan akan rumah merupakan
cara sewa, membeli secara tunai atau angsuran,
salah satu kebutuhan dasar (home needs) bagi
hibah atau dengan cara lain yang sesuai dengan
manusia setelah pangan dan sandang. Rumah
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
atau tempat tinggal dibutuhkan manusia tidak
Permintaan rumah dipengaruhi oleh
hanya sebagai tempat tinggal, tetapi juga tempat
faktor-faktor diantaranya adalah lokasi atau
untuk
pertumbuhan
berlindung
dari
faktor
eksternal
penduduk,
pendapatan,
(khususnya faktor alam seperti angin, hujan,
kemudahan pendanaan, fasilitas, dan sarana
sinar matahari, temperatur). Selain berfungsi
umum (Firdaus, 1997).
sebagai pelindung terhadap gangguan alam atau
Pengembang
properti
perumahan
cuaca, rumah juga memiliki peran sosial budaya
menawarkan berbagai tipe kepemilikan rumah,
sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian
design dan spesifikasi teknis yang bervariasi,
budaya, nilai kehidupan, penyiapan generasi
hal ini dimaksudkan untuk dapat dijangkau oleh
muda, dan sebagai manifestasi jati diri. Setiap
para
individu
developer/pengembang
manusia
pemenuhan
akan
kebutuhan
mengutamakan dasar
konsumen.
Meskipun
sudah
memberikan
daripada
beberapa kemudahan seperti dapat mengangsur
kebutuhan sekundernya. Begitu pula dengan
sesuai dengan kemampuan tipe yang dipilih,
kebutuhan akan rumah, setiap orang akan
ternyata masih banyak baik PNS maupun yang
berusaha memenuhi kebutuhan akan rumah
bekerja
dalam setiap tingkat kehidupan masyarakat
membeli/memiliki rumah sendiri dengan alasan
dengan memperhatikan selera dan kemampuan
berbagai pertimbangan kepentingan masing-
yang ada.
masing.
Menurut pasal 5 ayat (1) UU No. 4 Tahun
1992
tentang
perumahan
disektor
swasta
belum
mampu
Indonesia ke depan membutuhkan
dan
sekitar 13 juta rumah baru bagi masyarakat.
pemukiman setiap warga negara mempunyai
Data tersebut diperoleh berdasarkan hasil
hak untuk menempati dan atau menikmati dan
sensus penduduk yang dilakukan oleh Badan
atau memiliki rumah yang layak dalam
Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 lalu.
lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur.
Selama
Masyarakat saat ini memiliki beberapa pilihan
Indonesia dihitung berdasarkan angka rumah
dalam memiliki rumah. Pilihan tersebut adalah
yang telah dibangun oleh masyarakat dan
ini
jumlah
kebutuhan
rumah
Volume 2, No. 2, Mei 2014
di
- 40
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala pengembang dikurangi dengan rumah yang
perubahan begitu besar. Salah satu dampak dari
tidak layak huni serta pertambahan kebutuhan
tsunami tersebut yaitu banyaknya penduduk
masyarakat setiap tahun. Pada tahun 2004 lalu,
yang kehilangan rumah/tempat tinggal. Kota
diperkirakan jumlah
Banda Aceh yang merupakan salah satu pusat
kebutuhan rumah
di
Indonesia mencapai angka 7,4 juta unit.
pertumbuhan
Sedangkan pada tahun 2009 angkanya terus
wilayah yang terkena dampak tsunami tersebut.
bertambah mengingat kebutuhan masyarakat
Pertambahan penduduk yang terjadi di Kota
akan perumahan juga terus meningkat.
Banda Aceh baik secara alamiah maupun
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun
melalui
ekonomi
proses
adalah
urbanisasi
salah
satu
menyebabkan
2007 menyatakan bahwa perumahan merupakan
pertumbuhan pada permintaan rumah tinggal.
urusan wajib pemerintahan daerah Provinsi dan
Hal ini mendorong pertumbuhan pembangunan
Kabupaten/Kota. Hal tersebut berarti bahwa
perumahan di Kota Banda Aceh baik rumah
pemerintah daerah Kabupaten/Kota menjadi
sederhana,
ujung tombak dalam melaksanakan kewajiban
perumahan mewah.
menjamin
perwujudan
rumah
tipe
menengah
hingga
bagi
Berdasarkan data BPS tahun 2010
masyarakat, khususnya masyarakat menengah
persentase rumah tangga yang tinggal pada
kebawah.
rumah kontrak/sewa meningkat menjadi 7,34 Sebagaimana
akan
rumah
dalam
persen. Hal ini seiring dengan penurunan rumah
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dan pasal
tangga menempati rumah milik sendiri dan
28H Amandemen UUD 1945, bahwa rumah
milik
adalah salah satu hak dasar rakyat dan oleh
menjadi 76,59 persen dan 10,07 persen. Hal ini
karena itu setiap warga negara berhak untuk
berkaitan dengan daya tarik perkotaan, yaitu
bertempat tinggal dan mendapat lingkungan
banyak penduduk yang pindah untuk bekerja di
hidup yang baik dan sehat. Namun sayangnya
daerah perkotaan serta harga rumah yang jauh
hak dasar rakyat tersebut pada saat ini masih
lebih mahal dari pada daerah perdesaan
belum
satu
sehingga mereka lebih memilih menempati
kesenjangan
rumah sewa/kontrak karena belum mampu
sepenuhnya
penyebabnya
diamanatkan
terpenuhi.
adalah
adanya
Salah
pemenuhan kebutuhan perumahan yang relatif
orang
tua/keluarga
masing-masing
membeli atau membangun rumah sendiri.
masih besar. Hal tersebut terjadi antara lain
Atas dasar uraian tersebut diatas
karena masih kurangnya kemampuan daya beli
dipandang perlu untuk melakukan suatu kajian
masyarakat
khususnya
tentang
berpenghasilan
rendah
dalam
masyarakat memenuhi
kebutuhan akan rumahnya.
seberapa
probability/kemungkinan
masyarakat
besar Kota
Banda Aceh untuk memiliki rumah sendiri baik
Peristiwa Tsunami yang terjadi pada
karena pengaruh pendapatan, pekerjaan, jumlah
tahun 2004 di Provinsi Aceh telah membawa
anggota rumah tangga, umur, status perkawinan,
41 -
Volume 2, No. 2, Mei 2014
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala pendidikan, dan jenis kelamin.
variabel. Variabel penjelas pertama adalah usia kepala rumah tangga (USI). Dalam studi ini, penulis akan menggunakan variabel usia dalam
METODE PENELITIAN
bentuk variabel kontinu.
SUMBER DATA Data yang digunakan dalam penelitian ini
Variabel penjelas berikutnya adalah
merupakan data sekunder yang diperoleh dari
variabel Ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki
hasil
Nasional
kepala rumah tangga (PDD). Dalam SUSENAS
(SUSENAS) Banda Aceh tahun 2011. Sampel
terdapat 15 kategori Ijazah/STTB tertinggi yang
yang diambil sebanyak 418 rumah tangga.
dimiliki kepala keluarga, yaitu tidak punya
Survey
Sosial
Ekonomi
ijazah SD, SD/SDLB, M. Ibtidaiyah, Paket A, METODE ANALISIS Model pilihan tipe kepemilikan rumah ini umumnya ditandai dengan bentuk variabel
SMP/SMPLB,
M.
Tsanawiyah,
Paket
B,
SMA/SMLB,
M. Aliyah, SMK, Paket C, D1/
D2, D3/ Sarjana Muda, D4/ S1, serta S2/ S3.
terikat (dependent variable) yang terdiri dari 2
Variabel lain yang digunakan adalah
kategori yaitu milik sendiri dan bukan milik
banyaknya anggota rumah tangga (ART) dalam
sendiri. Karenanya model ini dapat disimpulkan
satu rumah tangga. Selain itu juga, status
adalah model yang melihat probabilitas rumah
perkawinan
tangga untuk memiliki rumah sendiri dengan
dimasukkan ke dalam model ini. Kategori status
memberi
dan
perkawinan (STA) dalam SUSENAS terdiri dari
memberi nilai nol untuk bukan milik sendiri.
4 kategori yaitu belum kawin, kawin, cerai
Dalam pendataan hasil Survey Sosial Ekonomi
hidup dan cerai mati.
nilai
satu untuk memiliki
Nasional (SUSENAS), terdapat tujuh macam
kepala
Variabel
rumah
status
tangga
pekerjaan
pun
kepala
tipe kepemilikan rumah, yaitu milik sendiri,
rumah tangga pun dimasukkan ke dalam model
kontrak, sewa, rumah dinas, bebas sewa, rumah
untuk menggambarkan kondisi kesejahteraan
milik orang tua/sanak/saudara. Karenanya,
kepala rumah tangga tersebut. Status pekerjaan
dalam
akan
pekerja (PEK) tersebut disusun dalam variabel
dilakukan agregasi tipe yang ada di SUSENAS
diskret dengan kategori berusaha sendiri,
tersebut menjadi dua dengan rincian sebagai
berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak
berikut : kategori satu memiliki rumah sendiri
dibayar, berusaha dibantu buruh tetap/buruh
terdiri dari tipe kepemilikan milik sendiri, serta
dibayar, pekerja bebas dan pekerja keluarga
lainnya; kategori nol bukan milik sendiri terdiri
atau tidak dibayar.
permodelan
yang
digunakan
dari bebas sewa, rumah dinas, rumah milik orang tua/sanak/saudara. Variabel-variabel
Variabel kontinu yang lain adalah tingkat pendapatan kepala keluarga (PDP).
penjelas
yang
digunakan dalam model ini terdiri dari beberapa
Penulis menggunakan variabel pengeluaran perkapita. Volume 2, No. 2, Mei 2014
- 42
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Secara umum, model kepemilikan
yang terpisah-pisah.
rumah sendiri yang akan diujikan adalah sebagai berikut :
PELUANG
Prob (Y=milik sendiri=1) = α0 + α1*ART + α2*KEL + α3*STA + α4*PDD + α5*USI + α6*PEK
+ α7*PDP
Peluang atau kebolehjadian atau dikenal juga sebagai probabilitas adalah cara untuk mengungkapkan pengetahuan atau kepercayaan
KAJIAN PUSTAKA
bahwa suatu kejadian akan berlaku atau telah
PENGERTIAN RUMAH
terjadi. Konsep ini telah dirumuskan dengan
Rumah adalah suatu barang yang khas
lebih ketat dalam matematika, dan kemudian
dengan karakteristik unik diantara semua
digunakan secara lebih luas, tidak hanya dalam
barang lain yang digunakan secara umum.
matematika dan statistika, tetapi juga keuangan,
Levy (1995) menyebutkan bahwa rumah
sains dan filsafat (Ross, 2009).
mempunyai karakteristik: 1.
2.
3.
Fixity, yaitu terdapat pada tempat tertentu
REGRESI LOGISTIK
selama umur bangunannya.
Regresi logistik digunakan jika variabel
Orability, yaitu secara umum lebih tahan
respon bersifat kategorik (nominal atau ordinal)
lama.
dengan variabel-variabel prediktor kontinu
Slow rate of technological change, yaitu
maupun kategorik (Agresti, 2002).
rumah cenderung lebih lambat usianya dibanding dengan barang lainnya.
Dalam perumahan
4. Proness to neighborhood effects, yaitu nilainya dipengaruhi oleh lokasi.
studinya di
China
pilihan
pemilikan
kota
peralihan
menggunakan variabel umur dan ukuran rumah tangga dalam bentuk variabel kontinu. Temuan
5. Sensitivity to credit, karena kebutuhan
Huang dan Clark untuk kasus China dimana
rumah merupakan pengeluaran yang besar
ukuran rumah tangga sebagai salah satu
dan sering dibiayai dengan kredit jangka
indikator sosial ekonomi memiliki pengaruh
panjang.
yang positif dalam mempengaruhi kepemilikan
6. Speculative motive in ownership, yaitu memiliki keuntungan spekulasi.
rumah (Huang dan Clark, 2002). Hubungan
antara
pilihan
kepemilikan
7. Merrid good, yaitu rumah dipandang
rumah dengan tingkah laku menabung di
sebagai sesuatu yang memilih pengaruh
Taiwan. Dengan menggunakan model probit,
menguntungkan yang melebihi kepuasan
Hsueh
penggunaannya.
masyarakat
8. Small
scale
of
producy
unit,
bila
dibandingkan dengan produk lain. 9. 43 -
Fragmented ownership, yaitu kepemilikan Volume 2, No. 2, Mei 2014
menguji untuk
determinan memiliki
probabilitas rumah
yang
dipengaruhi sejumlah variabel (independent variables). Variabel-variabel penjelas tersebut antara lain: tingkat pendapatan, usia kepala
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala rumah tangga, ukuran keluarga, jenis kelamin,
menampung besarnya anggota rumah tangga.
tingkat pendidikan kepala keluarga, status
Secara
perkawinan kepala keluarga, status pekerjaan
perkotaan di Indonesia sebesar 4,06 anggota
kepala keluarga, serta lokasi kota tempat rumah
rumah tangga untuk setiap rumah tangga.
tersebut berada (Hsueh, 2000).
Berdasarkan wilayah, rumah tangga perkotaan
Dalam adanya
studinya
Perbedaan
yang
mengungkap-kan besar
tentang
di
Sumatera
anggota
memiliki
rumah
tangga
rata-rata
jumlah
anggota rumah tangga terbesar.
pentingnya tingkat umur, status imigran, serta jangka waktu tinggal dari imigran sebagai
rata-rata,
Secara umum model persamaan regresi logistik adalah :
variabel penjelas dari kepemilikan rumah dengan menggunakan sampel penelitian yang berbeda (Painter, 2000).
Berdasarkan
hasil
analisis
logistik, dapat dilaporkan hasil sebagai berikut :
HASIL PEMBAHASAN
(
KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA
)
* Setiap rumahtangga mempunyai ciri dan karakteristik yang berbeda baik karakteristik umum individu
rumahtangga kepala
karakteristik
maupun
rumahtangga.
tersebut
regresi
dapat
Se = 0,47691 0,06638 0,01115 Sig = 0,0007 0,0349 0,0002
karakteristik Beberapa memberikan
*
Dari hasil analisis diatas terlihat bahwa variabel
jumlah
berpengaruh
anggota
nyata
rumah
terhadap
tangga
kepemilikan
implikasi yang berbeda terhadap kepemilikan
rumah
rumah.
Koefisien regresi logistik pada variabel
dengan
tingkat
signifikansi
5%.
jumlah anggota rumah tangga sebesar 0,14004 JUMLAH ANGGOTA RUMAH TANGGA
memiliki arti bahwa apabila jumlah anggota rumah tangga bertambah 1 orang maka
Variabel pertama yang mempengaruhi
probabilitas
kepemilikan
rumah
akan
peluang memiliki rumah sendiri di kota Banda
meningkat sebesar 0,45 (45%). Angka ini
Aceh adalah jumlah anggota rumah tangga
diperoleh dari rumus :
yang berpengaruh positif terhadap peluang memiliki rumah sendiri sehingga semakin besar jumlah anggota rumah tangga akan meningkatkan
probabilitas
rumah
Dimana Zi = β1 + β2 X1 e = 2,718
tangga
untuk menempati rumah sendiri. Hal ini tidak terlepas dari kebutuhan akan rumah dalam
Pi = 0,45 Volume 2, No. 2, Mei 2014
- 44
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Temuan hubungan positif ini pun
secara sepintas akan dapat diartikan bahwa
ditemukan pula oleh Huang dan Clark (2002)
setiap
untuk kasus China dimana ukuran rumah
keluarga, akan menyebabkan probabilitas
tangga sebagai salah satu indikator sosial
rumah tangga tersebut untuk menempati
ekonomi memiliki pengaruh positif dalam
rumah sendiri menjadi berkurang.
mempengaruhi kepemilikan rumah.
peningkatan
pendidikan
kepala
Fakta yang cenderung berlawanan dari hipotesis yang dibangun bahwa pendidikan
Dari sampel yang digunakan pada studi ini, terlihat bahwa secara rata-rata jumlah anggota rumah tangga untuk status rumah bukan milik sendiri memiliki jumlah yang lebih sedikit (jumlah ART rata-rata= 3) dibandingkan dengan rumah tangga yang memiliki rumah sendiri (jumlah ART rata-rata =
4).
Berdasarkan
hal
tersebut
dapat
disimpulkan bahwa rumah tangga yang memiliki jumlah anggota rumah tangga yang lebih sedikit memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk menempati rumah bukan milik sendiri dibandingkan dengan rumah tangga yang jumlah anggota rumah tangganya yang lebih besar (lihat Tabel 1.)
akan berbanding lurus dengan probabilitas rumah tangga untuk memiliki rumah sendiri ini dapat dijelaskan berikut ini. Dari hasil perhitungan statistik deskriptif sampel yang digunakan,
terlihat
rumah
tangga
yang
memiliki ijazah tertinggi SMA dengan status kepemilikan rumah sama dengan nol (bukan milik sendiri) sebesar 53,1 %, sedangkan rumah tangga dengan status kepemilikan rumah sama dengan satu (milik sendiri) sebesar 46,9 %. Terlihat bahwa kepala rumah tangga
dengan
pendidikan
SMA
yang
memiliki rumah sendiri dan kepala rumah tangga pendidikan SMA dan memiliki rumah bukan milik sendiri tidak terlalu jauh berbeda,
Tabel 1. Kepemilikan Rumah Berdasarkan Banyaknya Anggota Rumah Tangga Kepemilikan Banyaknya Rumah Anggota Rumah Tangga (Mean) 1. Milik sendiri 4 2. Bukan milik 3 sendiri Sumber : BPS, SUSENAS 2011 (diolah)
sehingga menyebabkan tidak terlalu besarnya pengaruh tingkat pendidikan ini.
STATUS PERKAWINAN Variabel
berikutnya
yang
juga
berpengaruh menentukan probabilitas rumah tangga untuk memiliki rumah sendiri adalah status perkawinan kepala rumah tangga. Dari hasil estimasi menunjukkan bahwa status
PENDIDIKAN
menarik
perkawinan tidak mempengaruhi peluang untuk
adalah tentang variabel pendidikan. Hasil
memiliki rumah sendiri. Dilihat dari data
estimasi menunjukkan bahwa koefisien hasil
sampel responden yang penulis gunakan,
estimasi memiliki tanda negatif, sehingga
sampel responden rata-rata berada pada daerah
Temuan
45 -
berikutnya
yang
Volume 2, No. 2, Mei 2014
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala pesisir,
dimana
kebanyakan
responden
tahun
usia kepala rumah tangga maka
merupakan korban tsunami yang mendapat
probabilitas untuk memiliki rumah sendiri juga
rumah bantuan.
akan meningkat sebesar 0,18 (18 %). Berdasarkan hasil analisis regresi logistik :
STATUS PEKERJAAN
(
)
Status tenaga kerja ini tidak signifikan
*
mempengaruhi probabilitas rumah tangga untuk menempati rumah sendiri. Hal ini mengarah kepada status tenaga kerja yang bekerja pada sektor informal memiliki tingkat pendapatan yang relatif rendah. Tingkat pendapatan kepala keluarga yang bekerja dengan status tenaga kerja bekerja sendiri relatif memiliki tingkat pendapatan yang rendah. Dengan pendapatan yang rendah ini mengakibatkan kendala yang besar bagi rumah tangga untuk memiliki rumah sendir.
* Se = 0,47691 0,06638 0,01115 Sig = 0,0007 0,0349 0,0002 Dari hasil analisis diatas terlihat bahwa variabel usia berpengaruh nyata terhadap kepemilikan rumah dengan tingkat signifikansi 5%. Koefisien regresi logistik pada variabel usia sebesar 0,07477 memiliki arti setiap kenaikan 1 (satu) tahun usia kepala rumah tangga maka probabilitas untuk memiliki rumah sendiri juga meningkat sebesar 0,18 (18%).
JENIS KELAMIN Hasil estimasi variabel jenis kelamin tidak
Pi = 0,18
signifikan mempengaruhi peluang memiliki rumah sendiri, berdasarkan statistik deskriptif
PENDAPATAN
kepala rumah tangga laki-laki yang memiliki rumah sendiri sebesar 53,1 % sedangkan kepala rumah tangga perempuan sebesar 59,6 %. Selisihnya tidak terlalu jauh berbeda sehingga variabel jenis kelamin ini tidak mempengaruhi peluang untuk memiliki rumah sendiri.
Variabel terakhir yang mempengaruhi probabilitas rumah tangga untuk memiliki rumah sendiri adalah pendapatan rumah tangga. Dalam studi ini, penulis menggunakan pengeluaran perkapita sebulan. Dari hasil estimasi
variabel
mempengaruhi USIA KEPALA RUMAH TANGGA Hasil estimasi variabel usia kepala rumah tangga mempengaruhi peluang memiliki rumah sendiri, berdasarkan statistik deskriptif rata-rata usia kepala rumah tangga yang memiliki rumah
ini
peluang
tidak
signifikan
memiliki
rumah
sendiri. Berdasarkan statistik deskriptif kepala rumah tangga laki-laki rata-rata pengeluaran sebesar rumah
Rp.1.521.851 tangga
sedangkan
perempuan
kepala rata-rata
pengeluarannya sebesar Rp. 1.423.116.
sendiri adalah 45 tahun. Setiap penambahan 1 Volume 2, No. 2, Mei 2014
- 46
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala HASIL ESTIMASI Berdasarkan software
“R”
penjelas
yang
hasil
estimasi
dengan
bahwa
variabel
diperoleh signifikan
peluang memiliki
rumah
mempengaruhi sendiri
adalah
jumlah anggota rumah tangga dan usia kepala rumah tangga. Probability dari kedua variabel tersebut adalah : Tabel 2. Probability dari Jumlah Anggota Rumah Tangga Jumlah Anggota Probability Rumah Tangga 1 0,45 2 0,48 3 0,52 4 0,55 5 0,59 6 0,62 7 0,65 8 0,68 9 0,71 10 0,74 Sumber : BPS, SUSENAS 2011 (diolah)
Gambaran tentang jumlah anggota rumah tangga terhadap probabilitas untuk memiliki rumah sendiri ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Plot Jumlah Anggota Rumah Tangga terhadap Probability Tabel 3. Probability dari Usia Kepala Rumah Tangga Usia Probability 19 0,18 20 0,19 21 0.21 22 0,22 23 0,23 47 -
Volume 2, No. 2, Mei 2014
24 0,25 25 0,26 26 0,27 27 0,29 28 0,31 29 0.32 30 0.34 31 0,36 32 0,37 33 0,39 34 0,41 35 0,43 36 0,45 37 0,46 38 0,48 39 0,50 40 0,52 41 0,54 42 0,56 43 0,58 44 0,59 45 0,61 46 0,63 47 0,65 48 0,66 49 0,68 50 0,69 51 0,71 52 0,73 53 0,74 54 0,75 55 0,77 56 0,78 57 0,79 58 0,80 59 0,82 60 0,83 61 0,84 62 0,85 63 0,86 64 0,86 65 0,87 66 0,88 67 0,89 69 0,90 70 0,91 72 0,92 73 0,92 75 0,93 Sumber : BPS, SUSENAS 2011 (diolah)
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Gambaran tentang usia kepala rumah tangga
terhadap
probabilitas
rumah tangga untuk memiliki rumah
untuk
sendiri sebesar 0,18 (18%) dengan variabel
memiliki rumah sendiri ditunjukkan pada Gambar 2.
lain dianggap konstan. c.
Jenis
kelamin
kepala
rumah
tangga
berdasarkan hasil estimasi tidak signifikan mempengaruhi peluang memiliki rumah sendiri. Statistik deskriptif menunjukkan kepala
rumah
tangga
laki-laki
yang
memiliki rumah sendiri sebesar 53,1 % dan kepala rumah tangga perempuan yang memiliki rumah sendiri sebesar 46,9 %.
Gambar 2. Plot Usia Kepala Rumah
Hal ini menggambarkan bahwa jenis
Tangga terhadap Probability
kelamin
tidak
menunjukkan
besarnya
peluang memiliki rumah sendiri, karena KESIMPULAN DAN SARAN
selisih kepemilikannya sebesar 6,2 %.
Kesimpulan
d.
Berdasarkan
temuan
yang
telah
sistematis,
memiliki rumah sendiri sebesar 5,3 %. Dilihat dari selisih kepemilikan rumah
Hasil estimasi menunjukkan bahwa jumlah
terdapat perbedaan yang besar seharusnya
anggota rumah tangga berpengaruh secara
status
positif terhadap probabilitas rumah tangga
karena sampel responden tinggal di daerah
rumah tangga untuk memiliki rumah
pesisir yang merupakan korban tsunami
sendiri sebesar 0,45 (45 %) dengan
rumah
sendiri.
Dari
hasil
sehingga telah mendapat rumah bantuan. e.
signifikan terhadap probabiliti memiliki estimasi
menunjukkan setiap terjadi penambahan 1 tahun usia akan meningkatkan probabilitas
signifikan
yang tidak sesuai. Hal ini menurut penulis
tangga akan meningkatkan probabilitas
Usia kepala rumah tangga berpengaruh
secara
Namun berdasarkan estimasi di dapat hal
terjadi peningkatan 1 orang anggota rumah
variabel lain dianggap konstan.
perkawinan
mempengaruhi kepemilikan rumah sendiri.
untuk memiliki rumah sendiri. Setiap
b.
perkawinan
94,7 % sedangkan yang belum kawin
beberapa
kesimpulan dari studi ini antara lain : a.
status
kawin memiliki rumah sendiri sebesar
yang dapat ditarik dari penjelasan yang telah Secara
deskriptif
kepala keluarga yang kawin/sudah pernah
disampaikan, terdapat sejumlah kesimpulan
disampaikan.
Statistik
Variabel pendidikan kepala rumah tangga, status pekerjaan kepala rumah tangga dan status pekerjaan kepala rumah tangga juga tidak signifikan mempengaruhi peluang memiliki rumah sendiri, hal ini juga dikarenakan sampel responden bertempat Volume 2, No. 2, Mei 2014
- 48
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala tinggal di daerah pesisir yang merupakan
DAFTAR PUSTAKA
korban tsunami yang mendapat rumah Agresti, A. 2002. Catagorical Data Analysis. Canada: John Wiley & Sons.
bantuan. Saran - Data sampel rumah tangga yang digunakan bersifat cross section sehingga pengamatan dilakukan dalam satu periode waktu saja. Kelemahan ini memberikan rekomendasi kepada pemerintah khususnya BPS agar dapat memberikan survey yang lebih bersifat data panel sehingga perilaku setiap rumah tangga dari waktu ke waktu dapat dianalisis. - Penelitian lebih lanjut mengenai peluang memiliki rumah sendiri dapat menggunakan variabel-variabel lain yang belum tercakup dalam
penelitian
ini,
seperti
Pemilikan Rumah (KPR).
Kredit
Firdaus, A. 1997. Analisis Pengaruh Jarak ke Jalan Lingkar Luar terhadap Nilai Jual Properti Perumahan di Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta. Jurnal Survey dan Penilaian. Vol. 001. Jakarta. Hsueh, Li-Min. 2000. The Relationship between Housing Price, Tenure Choice and Saving Behavior in Taiwan. International Real Estate Review. Vol. 3 No. 1. Hal: 11-33. Huang, Y. dan William A.V. Clark., 2002. Housing Tenure Choice in Transitional Urban China: a Multival Analysis. Urban Studies. Vol. 39 No. 1. Hal: 7-32. Levy, J.M. 1995. Urban and Metropolitan Economics. Mc. Graw Hill Book Company. Painter, G. 2000. Tenure Choice with Sample Selection: Differences among Alternative Samples. Journal of Housing Economics 9. Hal: 197-213. Ross, S.M. 2009. A First Course In Probability. Prentice Hall.
49 -
Volume 2, No. 2, Mei 2014