Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Gambar 5.5 Kondisi Eksisting RTH kota Banda Aceh (11,81 %)
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Gambar 5.6 Rencana RTH kota Banda Aceh (20,52 %)
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Gambar 5.7 Usulan Revisi Rencana RTH kota Banda Aceh (23,89 %)
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
5.3
Strategi Pembangunan RTH Publik & RTH Privat Secara umum strategi pengembangan RTH di Kota Banda Aceh adalah:
1.
Melakukan penghijauan diseluruh wilayah kota dan terhadap 60 taman yang ada
2.
Membangun taman pembibitan (Taman Bustanussalatin)
3.
Menata dan memperbanyak taman kota serta mendorong masyarakat (terutama pemilik toko) untuk menanam pohon (dalam pot) di depan bangunan/ toko mereka
4.
Gerakan penghijauan bekerjasama dengan berbagai pihak (BI, Bank Mandiri, BNI, dll)
5.
Menempatkan tempat sampah dan papan tanda larangan membuang sampah di taman-taman kota dan kawasan wisata.
6.
Membangun hutan kota baru di Desa Tibang seluas 6 Ha (bantuan BNI Pusat)
Strategi secara khusus dilakukan berdasarkan luas dan potensi RTH di masingmasing kecmatan di wilayah Kota Banda Aceh sebagai berikut:
5.3.1
Kecamatan Baiturrahman Luas 4.539.000 m² atau 453,90 ha.
Berada di tengah Kota Banda Aceh dan terdapat Mesjid Baiturrahman sebagai kawasan cagar budaya dan sebagai Landmark Kota Banda Aceh.
RTH yang direncanakan berada di Kel. Setui, Kel. Kamp. Baru, dan Kel. Ateuk Munjeng.
Halaman - 57
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
5.3.2
Kecamatan Banda Raya Luas 4.789.000 m² atau 478,90 ha.
Terdiri dari 10 kel/desa.
Perlu adanya penambahan RTH yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan disesuaikan dengan perbandingan luasan masing-masing desa.
RTH yang direncanakan terutama berada di Kel/Desa Lam Ara, Geuceu Komplek dan Kel/Desa Peunyeurat terdapat ruang terbuka non hijau.
Berdasarkan survei lapangan terdapat rawa-rawa di beberapa titik.
Pasca tsunami banyak lahan pertanian berubah fungsi menjadi rawa yang tidak produktif
dan
tidak
dipergunakan
sehingga
menjadi
lahan
terlantar
yang
kepemilikannya adalah masyarakat.
Lahan produktif/persawahan harus tetap dipertahankan untuk kelangsungan daya tahan lahan.
Halaman - 58
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
5.3.3 Kecamatan Jaya Baru Luas 3.780.000 m² atau 378,00 ha.
Eksisting RTH yang ada pada saat ini belum memenuhi 30% dari luas kecamatan.
Terdapat ruang terbuka non hijau.
RTH di Kecamatan Jaya Baru perlu penataan lebih lanjut. Pada kawasan in masih banyak
lahan
terlantar
yang tidak dimanfaatkan. Lahan
tersebut
dikembangkan
dapat menjadi
RTH yang dapat dikelola dengan baik.
Daerah Aliran Sungai perlu mendapat
penanganan
khusus untuk melindungi sistem
hidrologi
pada
daerah tersebut dan Kota Banda
Aceh
pada
umumnya.
Halaman - 59
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
5.3.4
Kecamatan Kuta Alam Luas 10.047.000 m² atau 1.004,70 ha.
Terdapat hutan bakau dan daerah tambak ikan di Daerah Lampulo. RTH yang direncanakan berada di kawasan pemukiman di daearah Lamdingin, Kamp. Mulia, Kamp. Keramat, Kamp. Laksana dan Peunayong. Hal ini dimaksud untuk memfasilitasi masyarakat kota akan kebutuhan ruang terbuka sebagai
ruang
interaksi
dan
bersosialisasi bagi warga kota. Kecamatan Kuta Alam dominan berada
pada
kawasan
perdagangan dan pemukiman. Masih terdapat lahan kosong .dan tidak
terpakai
yang
kepemilikannya merupakan lahan pribadi.
Halaman - 60
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
5.3.5
Kecamatan Kuta Raja Luas 5.211.000 m² atau 521,10 ha.
•
Kecamatan Kutaraja memiliki luasan 537,7 Ha dengan RTH di beberapa gampong/ kelurahan, yaitu :
•
Gampong
Pande,
Letak
kawasannya
berada di pinggir laut. Berdasarkan RTH Kota Banda Aceh Th.2009, merupakan Kawasan Hutan bakau. •
Pelanggahan, kawasan ini memiliki ruang terbuka
hijau
seperti:
MakamTuan
Dikandang. •
Gampong Jawa, memiliki kawasan ruang terbuka hijau dan sempadan sungai dan merupakan tempat pembuangan akhir Kota Banda Aceh.
•
Pengembangan RTH yang di rencanakan pada kawasan perkotaan berupa taman kota berbentuk memanjang (penanaman pohon di sepanjang jalan).
Halaman - 61
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
5.3.6
Kecamatan Meuraxa Luas 7.258.000 M² atau 725,80 Ha
Kondisi Tapak di Kecamatan Meuraxa banyak didominasi hutan bakau dan genangan air. Hal ini terjadi karena pada kecamatan ini berbatasan langsung dengan laut. Banyak terdapat semak belukar dan lahan kosong. Terdapat Pelabuhan laut, kuburan massal, dan area rekreasi yang perlu penanganan sehingga
dapat
dimanfaatkan sebagai RTH (Ulee Lheu) Untuk kualitas
meningkatkan hijau
pada
kawasan ini perlu adanya penambahan RTH, yaitu di desa
lambung
dan
Gampong Baro.
Halaman - 62
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
5.3.7
Kecamatan Lueng Bata Luas 5.341.000 m² atau 534,10 ha.
Kecamatan Lueng Bata merupakan wilayah hasil perluasan kota Banda Aceh. Masih
banyak
kosong
yang
terdapat
lahan
kepemilikannya
dimiliki orang warga masyarakat. Dari hal tersebut di atas maka perlu adanya pengembangan kawasan RTH pada daerah ini, seperti di desa Blang cut, Batoh dan Lueng Bata DAS
perlu
penanganan
khusus
dengan penanaman vegetasi di sepanjang aliran sungai.
Halaman - 63
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
5.3.8
Kecamatan Syiah Kuala Luas 14.244.000 m² atau 1.424,40 ha.
Di Kecamatan Syiah Kuala terdapat kawasan pendidikan (Kopelma Darussalam)
Di Kawasan ini terdapat beberapa ruang terbuka non hijau, yaitu di desa Kopelma Darussalam dan di desa Jeulingke. Untuk pengembangan RTH pada kawasan ini dapat dikembangkan pada Ruang Terbuka Non Hijau tersebut.
Selain itu pengembangan diarahkan pada daerah Alue Naga sebagai pusat rekreasi masyarakat sekitarnya. Konsep perancangan RTH (Ruang Terbuka Hijau) berupa taman wisata hijau dengan berbagai arena permainan yang berhubungan langsung dengan alam. Misalnya : tempat pemancingan, arena tembak, flying fox, dan sebagainya.
Halaman - 64
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
4.4.9
Kecamatan Ulee Kareng Luas 6.150.000 m² atau 615,00 ha
RTH yg direncanakan di bekas persawahan RTH yg direncanakan di DAS Krueng Aceh (untuk melindungi sistem hidrologi air).
Halaman - 65
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
BAB VI RENCANA PEMBANGUNAN RTH KOTA BANDA ACEH
6.1
Arah Pembangunan RTH Kota Banda Aceh Pembangunan RTH Kota Banda Aceh disesuaikan dengan karakteristik dan potensi
kota serta tidak bertentangan dengan strategi pembangunan kota. Salah satu bentuk RTH yang paling umum dan memenuhi fungsi RTH baik dari segi ekologi maupun sosial adalah taman. Adapun pengembangan jalur-jalur hijau membantu membentuk struktur ruang kota dan berperan sebagai infrastruktur hijau.
Tabel 6.1 RTH Eksisting Kota Banda Aceh Tahun 2012
Kecamatan No Jenis RTH
Meuraxa Jaya Baru
Publik 1 Taman Kota 2 Hutan Kota 3 Jalur Hijau Jalan 4 Jalur Hijau Sempadan Sungai 5 Jalur Hijau Sempadan Pantai 6 RTH Lap. Olah Raga 7 RTH Lingkungan Perkantoran 8 RTH Pemakaman Total (ha) Persentase (%)
1,16 4,00 10,32 1,03 69,48 1,63 0,87 1,08 89,57 1,46
1,52 0,00 3,31 0,91 3,00 0,91 0,61 0,51 10,77 0,18
Banda Raya 0,36 0,30 5,12 1,21 0,00 13,89 1,01 1,04 22,93 0,37
Baiturrahman 6,31 15,89 23,94 2,92 0,00 14,17 5,28 7,56 76,07 1,24
Lueng Syiah Kuta Alam Kuta Raja Bata Kuala 0,72 0,00 6,21 14,86 0,00 2,08 1,42 1,21 26,50 0,43
3,54 0,10 19,31 5,13 42,02 3,91 5,79 1,78 81,58 1,33
0,00 0,00 2,31 1,47 18,88 0,63 1,02 1,55 25,86 0,42
1,32 6,92 16,84 8,16 144,51 7,11 98,94 1,54 285,34 4,65
Ulee Kareng 0,13 0,00 10,65 39,72 0,00 3,10 1,98 2,07 57,65 0,94
Jumlah Persentase (ha) (%) 15,06 27,21 98,01 75,41 277,89 47,43 116,92 18,34 676,27 11,02
0,25 0,44 1,60 1,23 4,53 0,77 1,91 0,30 11,02
Sumber: RTRW Kota Banda Aceh 2009-2029, Dinas Kebersihan Dan Keindahan Kota Banda Aceh 2008 dan Survei 2012
Tabel 6.2 Rencana Pembangunan RTH Kota Banda Aceh Tahun 2029 No Jenis RTH Publik 1 Taman Kota 2 Hutan Kota 3 Jalur Hijau Jalan 4 Jalur Hijau Sempadan Sungai 5 Jalur Hijau Sempadan Pantai 6 RTH Lap. Olah Raga 7 RTH Lingkungan Perkantoran 8 RTH Pemakaman Total (ha) Persentase (%)
Meuraxa Jaya Baru
Banda Raya
Baiturrahman
14,15 2,00 24,19
17,23 6,00 12,60
25,87 6,00 15,96
7,37
6,43
26,96
6,60
0,94 47,71 0,78
1,96 64,74 1,06
2,41 56,85 0,93
Kecamatan Lueng Kuta Alam Kuta Raja Bata
Syiah Kuala 32,46
Ulee Kareng
23,05 8,00 17,80
43,99 4,00 33,49
9,83 8,00 17,37
11,87
25,86 6,00 20,50
7,63
10,43
21,11
36,48 4,54
10,67
10,58
15,00 0,24
1,92 61,20 1,00
4,47 107,06 1,75
76,22 1,24
2,90 57,91 0,94
1,35 64,29 1,05
Jumlah Persentase (ha) (%) 199,82 40,00 153,79 0,00 36,48 104,95 0,00 15,95 550,98 8,98
3,26 0,65 2,51 0,00 0,59 1,71 0,00 0,26 8,98
Sumber: Hasil Analisis
Halaman - 66
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Peluang pembangunan RTH Kota Banda Aceh adalah dengan menambah Taman Kota, Hutan Kota dan Jalur Hijau jalan. Menambah luasan Taman Kota dapat dilakukan dengan mengkonversi lahan-lahan terlantar masyarakat, sawah atau kebun yang tidak produktif lagi. Tetapi caranya membutuhkan dana yang besar dengan catatan harga tanah tidak mengalami kenaikan berarti atau dikonversikan menjadi kawasan perumahan atau perdagangan/jasa. Peluang terbesar lainnya dalam menambah luasan RTH Kota Banda Aceh adalah dengan membangun Jalur Hijau Jalan pada jalan-jalan lama maupun jalanjalan baru yang akan dibuka. Dalam merencanakan kebutuhan luasan RTH selain pertimbangan luasan wilayah perlu juga mempertimbangkan kebutuhan berdasarkan kepdatan penduduk dan distribusi RTH dalam suatu wilayah kota, sehingga dalam menentukan luasan ideal RTH faktor-faktor tersebut perlu dipertimbangkan, disamping ketersedian lahan. Sebagai contoh, luas wilayah Kecamatan Baiturrahman 453,9 ha., berdasarkan ketentuan luas RTH yang dibutuhkan seluas 90,78 ha., telah tersedia RTH seluas 76,07 ha., sehingga hanya membutuhan RTH seluas 14,71 ha. Namun bila ditinjau dari kepadatan jumlah penduduk, maka RTH dalam bnetuk Taman dibutuhkan seluas 69,11 ha., adapun RTH Taman yang tersedia hanya seluas 6,31 ha., sehingga idealnya membutuhkan RTH Taman seluas 62,8 ha. Hal tersebut tidak mungkin terpenuhi mengingat Kecamatan terletak dipusat Kota Banda Aceh yang lahannya sudah sangat sempit. Sehingga penambahan RTH Taman yang memungkinkan adalah meng-akusisi dan merivitalisasi taman privat yang ada menjadi RTH Taman publik.
6.2
Rencana Pembangunan RTH, Taman dan Jalur Hijau Kota Banda Aceh Salah satu bentuk RTH yang paling umum dan memenuhi fungsi RTH baik dari segi
ekologi maupun sosial adalah taman. Adapun pengembangan jalur-jalur hijau membantu membentuk struktur ruang kota dan berperan sebagai infrastruktur hijau.
6.2.1 Ruang Terbuka Hijau Kota Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian penting dari struktur pembentuk kota, dimana ruang terbuka hijau kota memiliki fungsi utama sebagai penunjang ekologis kota yang juga diperuntukkan sebagai ruang terbuka penambah dan pendukung nilai kualitas lingkungan dan budaya suatu kawasan. Keberadaan ruang terbuka hijau kota sangatlah diperlukan dalam mengendalikan dan memelihara integritas dan kualitas lingkungan. Ruang terbuka hijau memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi intrinsik sebagai penunjang ekologis dan fungsi ekstrinsik yaitu fungsi arsitektural (estetika), fungsi sosial dan ekonomi.
Halaman - 67
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Gambar 6.1 Rencana Pembangunan RTH kota Banda Aceh
Halaman - 68
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Dalam rencana tata ruang, maka kedudukan RTH merupakan ruang terbuka publik yang direncanakan pada suatu kawasan, yang tersusun atas RTH dan ruang terbuka non hijau. Ruang terbuka hijau, memiliki fungsi dan peran khusus pada masing-masing kawasan yang ada pada setiap perencanaan tata ruang kabupaten/kota. RTH direncanakan dalam bentuk penataan tumbuhan, tanaman, dan vegetasi, agar dapat berperan dalam mendukung fungsi ekologis, sosial budaya, dan arsitektural, sehingga dapat memberi manfaat optimal bagi ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat. Salah satu tujuan pengelolaan dan pengembangan RTH dalam kota adalah menciptakan kualitas visual yang diperlihatkan oleh vegetasi. Semakin banyak ruang terbuka (baik jenis maupun luasnya) yang ditanami pohon-pohonan yang mempunyai strata banyak, tutupan yang rapat, dan keanekaragaman tinggi, akan meningkatkan kualitas visual berupa keindahan tata hijau dari kumpulan vegetasi tersebut. Untuk itu dalam pemilihan jenis pohon harus diperhatikan baik jenis maupun struktur pohon maupun daunnya. Nilai keindahan tata hijau suatu RTH sangat tergantung dalam pemilihan jenis pohon. Pengembangan konsep ruang terbuka hijau pada Kota Banda Aceh dibagi menjadi beberapa faktor sesuai dengan tahapan analisa yang telah dilaksanakan, yaitu faktor proporsi dan distribusi ruang terbuka dan faktor kebutuhan masyarakat akan ruang terbuka hijau. Ruang Terbuka Hijau di Kota Banda Aceh terbagi menjadi 5 bentuk ruang terbuka hijau kota yaitu: 1. Alun-alun kota Blang Padang 2. Taman kota 3. Taman makam Pahlawan 4. Kuburan massal 5. Jalur hijau dan pulau jalan sepanjang jalan protokol, Jalur Sempadan Sungai Pada kawasan pusat kota konsep ruang terbuka hijau pada kawasan pemukiman adalah melalui memaksimalkan penghijauan pada area pekarangan rumah minimal sebesar 20% dari keseluruhan luas lahan. Penggunaan tanaman-tanaman lokal mampu meredam polusi dan sekaligus menciptakan keteduhan seperti pohon Tanjung (Mimusops elengi) dan Kere Payung (Filicium decipiens) yang mampu meredam polusi kadar NO sebesar 61,47% (Balitbang Kemen.PU, 1997). Selain itu jenis pohon yang digunakan adalah jenis yang dapat menghasilkan buah serta dapat meredam polusi dan menciptakan keteduhan seperti pohon Belimbing (Averrhoa bilimbi) dan pohon Mangga (Mangivera indica). Jenis tanaman perdu hias dapat digunakan sebagai pagar hidup pembatas antara halaman rumah dan jalan antara lain Puring (Codiaeum variegatum), soka (Ixora javanica) dan Nusa indah (Mussaenda sp.) yang memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar NO. Tanaman dengan jenis semusim dan penutup tanah juga dapat digunakan sebagai filter udara diantara lain jenisnya adalah Maranta (Maranta leuconeura), Sri Rejeki (Diffenbachia sp.) Halaman - 69
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
dan Rumput Embub (Zoysia matrella) yang juga dapat menurunkan kadar NO di udara sebesar 55, 5% sampai dengan 62, 08% (Balitbang Kemen. PU, 1997). Pada kawasan pemukiman fungsi hijau juga dapat dimaksimalkan melalui pemanfaatan lahan-lahan kosong pada area pemukiman sebagai ruang terbuka hijau bagi publik dalam bentuk Taman lingkungan serta penggunaan ruang-ruang yang terbentuk antar bangunan sebagai area hijau untuk meningkatkan kualitas kondisi fisik kawasan dan kualitasn ekologis kawasan. Kriteria penggunaan tanaman pada taman lingkungan area hijau antar bangunan lebih difokuskan pada penggunaan tanaman lokal khas kota Banda Aceh yang memiliki fungsi sebagai peneduh dan peredam polusi dan juga memiliki nilai estetis sebagai penarik pandangan. Adapum jenis tanaman tersebut adalah pohon Ki hujan (Samanea saman), pohon Mahoni (Mahonia swietegani) dan pohon Asam (Tamarindus indica) tanaman berjenis perdu yang memiliki nilai estetis karena bentuk daunnya yang eksotis dan warna daun yang mampu menarik pandangan seperti Puring (Codiaeum variegatum) dan Nusa indah (Mussaenda sp). Pada kawasan komersial dan jasa perkantoran ruang terbuka hijau dapat dimaksimalkan pada pengkombinasian fungsi antara fungsi lahan sebagai ruang terbuka hijau dengan fungsi lahan sebagai pusat jasa perkantoran dimana terdapat ruang terbuka hijau diantara bangunan, selaian itu penggunaan tembok hijau/vertical green wall sebagai metode penghijauan juga dapat digunakan untuk meredam polusi pada kawasan dengan bangunan padat. 6.2.2. RTH Taman Kota Taman kota adalah RTH yang memiliki fungsi sebagai keindahan kota. Selain memiliki fungsi sebagai penyeimbang ekologi kota, taman bisa bersifat aktif dan bersifat pasif yang berfungsi sebagai ruang sosial bagi masyarakat Kota Banda Aceh. Taman kota merupakan suatu kawasan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, lengkap dengan segala fasilitasnya untuk kebutuhan masyarakat kota sebagai tempat rekreasi aktif (taman aktif) maupun tempat rekreasi pasif (taman pasif). Di samping sebagai tempat rekreasi warga kota, sebagai paru-paru kota, juga sebagai pengendali iklim mikro, konservasi tanah dan air, serta merupakan habitat berbagai flora dan fauna terutama burung. Pengertian dari taman aktif adalah taman yang di dalamnya di bangun suatu kegiatan pemakai taman, sehingga pemakai taman secara aktif menggunakan fasilitas di dalamnya. Sedangkan taman pasif yaitu taman yang di bentuk agar dapat dinikmati keindahan
visualnya,
sebagai
aksentuasi
untuk
menarik
perhatian,
dan
karena
kerindangannya, tetapi tanpa mengadakan aktifitas di dalamnya, seperti taman yang berada di pertigaan, di perempatan, taman meredian di perkotaan dan lainnya.
Halaman - 70
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Taman kota merupakan salah satu elemen penyusun ruang kota yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sebagai ruang terbuka, taman kota berisi unsur-unsur alam dan pemandangan yang ditimbulkan oleh keragaman vegetasi, aktivitas dan unsur-unsur buatan yang disediakan sebagai fasilitas sosial dan rekreasi, serta sebagai sumber pernafasan kota. Dua unsur yaitu alam dan masyarakat merupakan unsur-unsur yang harus diakomodasi dalam suatu pengembangan kota. Konsep pengembangan taman yang direncanakan berdasarkan kegunaan dan aktivitas yang disesuaikan dengan fungsinya sebagai penunjang aktivitas masyarakat, yaitu kombinasi antara adanya ruang terbuka dan area teduh. Penambahan sarana dan prasarana disesuaikan dengan kebutuhan dan aktivitas masyarakat (area duduk,area permainan anak,area seni, fasilitas olah raga, fasilitas penerangan, fasilitas informasi dan fasilitas kebersihan yang memadai). Penggunaan perkerasan dengan material perpaduan antara bahan buatan dan alami untuk memudahkan penyerapan air (Grass block). Penggunaan vegetasi lokal yang mampu menyerap polusi dan debu dengan tajuk pohon yang rapat untuk menciptakan area teduh (Beringin, Mahoni, Johar dan pohon Asem). Rencana pengembangan taman kota dengan skala layanan kota yaitu : 1. Land Mark Kota Banda Aceh yaitu kawasan Mesjid Raya Baiturahman dikembangkan sebagai RTH taman kota, perlu penambahan jumlah tanaman yang memiliki tajuk yang rapat sebagai tanaman pelindung. Pemilihan jenis tanaman harus disesuaikan dengan bentuk dan tinggi bangunan mesjid sehingga ada kesatuan bentuk dengan mesjid sehingga meningkatkan estetika kawasan tersebut dan tetap mempertahankan kesan monumental mesjid tanpa menghilangkan citra yang sudah terbentuk. 2. Taman Sari merupakan taman kota yang bersifat publik dan sebagai taman aktif dapat dipergunakan oleh masyarakat untuk kegiatan sosial, berdagang (jika ada pameran), rekreasi, ruang bermain anak, dan lain sebagainya. Pengembangan Taman Sari dapat dilakukan
untuk
meningkatkan
kualitas
dan
kuantitasnya
sebagai
tempat
bersantai/duduk-duduk masyarakat untuk menikmati suasana kota Banda Aceh. 3. Taman Putro Phang merupakan taman yang memiliki nilai sejarah, sehingga pengembangan yang dilakukan dengan perawatan dan penataan kembali tanpa menghilngkan nilai historical yang terkandung didalamnya. 4. Rencana pengembangan taman bermanin di pantai Uleuleu perlu penataan dengan menambah tanaman yang sesuai untuk kawasan pantai sehingga tercipta ruang yang nyaman dan sejuk. Jenis tanaman yang direkomendasikan adalah jenis tanaman dapat meningkatkan estetika kawasan dan yang tidak merubah citra kawasan. Jenis tanaman yang dapat digunakan adalah waru laut, cemara laut, dan ketapang.
Halaman - 71
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
a.
RTH Taman Lingkungan Taman lingkungan merupakan ruang terbuka publik bagi masyarakat di lingkungan permukiman memiliki peran penting sebagai media beraktifitas di ruang terbuka bagi masyarakat lingkungan permukiman. Taman lingkungan memiliki fungsi secara sosial, ekologis, dan fungsi penting lainnya. Keberadaan taman lingkungan di Kota Banda Aceh belum terpenuhi jika dibandingkan dengan jumlah penduduknya. Persoalan yang terjadi adalah buruknya kualitas taman lingkungan yang ada serta sediaan taman yang tidak memadai dari sisi jumlah dan luas taman, di tengah kepadatan penduduk yang relatif padat. Pengembangan taman lingkungan di Kota Banda Aceh harus memenuhi kriteriakriteria keamanan, keselamatan, kesehatan, daya tarik, kenyamanan, aksesibilitas, dan keindahan. Selain itu, dilakukan pula identifikasi persepsi dan preferensi masyarakat yang tinggal di sekitar taman sebagai pengguna potensial taman. Persepsi dan preferensi masyarakat diidentifikasi untuk mengetahui penilaian masyarakat terhadap kondisi dan kualitas taman serta keinginan masyarakat terhadap kondisi taman yang diharapkan. Penilaian terhadap kondisi dan kualitas taman serta persepsi dan preferensi masyarakat kemudian dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun prinsip-prinsip perancangan. Berdasarkan preferensi masyarakat dan ketentuan normatif perancangan lingkungan serta dengan mempertimbangkan kondisi yang ada, maka disusunlah suatu prinsipprinsip perancangan taman lingkungan, yang mencakup ketentuan-ketentuan perancangan komponen-komponen taman, yaitu vegetasi, tempat duduk, lampu penerangan, pembatas sub-ruang, penutup permukaan, tempat sampah, fasilitas aktifitas aktif, jalur masuk, tanda/rambu (signage), elemen air, jalur pejalan, pagar, dan tangga/ramp. Prinsip perancangan yang dihasilkan merupakan prinsip perancangan umum dan prinsip perancangan khusus. Prinsip perancangan umum merupakan pedoman dalam setiap perancangan taman lingkungan, sedangkan prinsip perancangan khusus merupakan pedoman perancangan yang bersifat kontekstual terhadap objek studi. Prinsip perancangan khusus terhadap objek studi merupakan upaya rehabilitasi dan renovasi taman lingkungan, yaitu dengan mengembalikan kondisi komponen fisik taman yang mengalami degradasi, serta dengan melakukan pengubahan dan penyesuaian bagian-bagian taman. Konsep pegembangan RTH Taman lingkungan dilakukan dengan cara; 1) Lahan-lahan kosong diantara pemukiman dapat dimanfaatkan sebagai taman lingkungan yang mampu mewadahi aktivitas masyarakat dan meningkatkan kualitas lingkungan pada area pemukiman tersebut. Halaman - 72
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
2) Penambahan sarana dan prasarana yang diseusikan dengan kebutuhan dan aktivitas masyarakat (area duduk, area permainan anak,area seni, fasilitas olah raga, fasilitas penerangan dan fasilitas kebersihan yang memadai). 3) Penggunaan perkerasan dengan material perpaduan antara bahan buatan dan alami untuk memudahkan penyerapan air (Grass Block). 4) Diutamakan vegetasi lokal yang mampu menyerap polusi dan debu dengan tajuk pohon yang rapat untuk menciptakan area teduh serta vegetasi dengan perpaduan warna dan tekstur daun untuk menambah keindahan kawasan (Pohon Asem, Tanjung, Cassia dan Mahoni). 5) Penyediakan tempat berlindung dari hujan (bangunan bale) dan Penggunaan ornament tradisional Aceh pada material-material lansekap sebagai penanda identitas kawasan. b.
RTH Taman Wisata Kota Taman wisata kota adalah RTH yang memiliki fungsi sebagai penyeimbang ekologi kota juga sebagai tempat rekreasi rakyat yang murah. Taman wisata kota merupakan tempat rekreasi yang berada di alam terbuka tanpa dibatasi oleh suatu bangunan, atau rekreasi yang berhubungan dengan lingkungan dan
berorientasi
pada
penggunaan
sumberdaya
alam
seperti
air,
hujan,
pemandangan alam atau kehidupan di alam bebas. Kegiatan rekreasi dibedakan menjadi kegiatan yang bersifat aktif dan pasif. Kegiatan yang cukup aktif seperti piknik, olah raga, permainan, dan sebagainya melalui penyediaan sarana-sarana permainan. Rencana pengembangan taman wisata di kota Banda Aceh sebagai berikut : 1) Pembangunan
Agrowisata
di kelurahan
Lueng
Bata,
Lhong
raya,
dan
Lamglumpang. 2) Jenis tanaman berupa jenis buah unggulan lokal seperti Mangga, Durian, rambutan dan lainnya yang merupakan buah tropis ciri khas Daerah Aceh serta tanaman hias yang memiliki potensi ekonomis. 3) Pembangunan camping ground and outbound di Bumi perkemahan di kelurahan Pango Raya. c.
RTH Alun – Alun Kota Alun-alun merupakan cerminan identitas suatu kota dan sebagai ikon kota atau daerah yang patut dibanggakan. Simbol daerah bisanya juga dipasang
disana.
Konsep yang digunakan untuk pengembangan dan penataan Alun-alun kota adalah;
Halaman - 73
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
1) Pada Alun-Alun kota konsep penataan dengan dominasi penggunaan hamparan rumput yang telah ada tetap dipertahankan sebagai ciri khas alun -alun kota 2) Penggunaan vegetasi pada alun-alun kota diutamakan vegetasi yang mampu menyerap polusi dan debu dengan tajuk pohon yang rapat untuk menciptakan area teduh serta vegetasi dengan perpaduan warna dan tekstur untuk meningkatkan nilai estetika RTH 3) Penambahan sarana dan prasarana yang diseusikan dengan kebutuhan dan aktivitas masyarakat (area duduk, area seni, area berjualan, fasilitas penerangan, fasilitas informasi dan fasilitas kebersihan yang memadai) 4) Penggunaan perkerasan dengan material perpaduan antara bahan buatan dan alami untuk memudahkan penyerapan air 5) Penggunaan vegetasi lokal sebagai penanda identitas kawasan d.
RTH Lapangan Olahraga Lapangan olahraga merupakan lapangan yang dibangun untuk menampung berbagai aktifitas olahraga seperti sepak bola, voli, atletik, dan golf serta saranasarana penunjangnya. Fungsi lapangan olahraga adalah sebagai wadah olahraga, tempat bermain, pertemuan, sarana interaksi dan sosialisasi, serta untuk meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya. Jumlah lapangan olah raga di kota Banda Aceh belum memenuhi. Hal ini berdasarkan perbandingan jumlah penduduk. Perlu adanya pengembangan dan pembangunan sarana kegiatan olahraga dalam bentuk lapangan olah raga di setiap kelurahan di Kota Banda Aceh. Konsep pembangunannya dengan menggunakan tanaman pelindung di tepi lapangan dan penggunaan tanaman rumput pada seluruh lapangan. 1) Rencana pengembangan RTH lapangan olah raga sebagai berikut : 2) Mempertahankan RTH lapangan olah raga yang sudah ada dan menghindari alih fungsi lahan. 3) Memaksimalkan fungsi RTH lapangan olah raga agar memiliki fungsi sosial sekaligus memiliki fungsi ekologi dan klimatologi pada kawasan sekitarnya melalui penanaman pohon berdaun lebat dan berakar kuat disekeling lapangan. 4) Pembangunan RTH lapangan olah raga di kelurahan dan kecamatan yang belum memilikinya.
e.
RTH Taman Pemakaman Pemakaman umum merupakan salah satu fasilitas sosial yang berfungsi sebagai tempat pemakaman bagi masyarakat yang meninggal dunia. Pemakaman umum Halaman - 74
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
juga memiliki fungsi lainnya seperti cadangan ruang terbuka hijau, daerah resapan air, dan paru-paru kota. Lahan pemakaman selain digunakan untuk tempat pemakaman, umumnya memiliki sedikit lahan untuk ruang terbangun dan sisanya ditanami berbagai jenis tumbuhan. RTH pemakaman perlu dikembangkan untuk mendukung kebutuhan akan lahan RTH yang semakin menyempit dan langka di wilayah perkotaan. Lahan pemakaman umum perlu ditata dengan baik untuk mencapai tujuannya sebagai daerah resapan air dan paru-paru kota. Ketersediaan sarana penunjang (jalan, tempat sampah, lampu taman, areal parkir, dan lainnya) di lokasi pemakaman juga merupakan hal yang perlu diperhatikan sehingga areal pemakaman tidak lagi berkesan menakutkan. Konsep yang digunakan daan pengembangan RTH Taman Pemakaman adalah; 1) Untuk memaksimalkan fungsi ekologis area ini didominasi oleh area hijau sebesar 80 % dan area terbangunnya adalah sebesar 20 %. 2) Penggunaan vegetasi lokal dengan kerapatan sedang yang mampu menyerap polusi dan debu (Beringin, Mahoni dan pohon Tanjung). 3) Mempertahankan bentuk eksisting dari TMP Keberadaan RTH pemakaman umum di Kota Banda Aceh tersebar di hampir seluruh kelurahan. Rencana pengembangan RTH Kota Ternate sebagai berikut : 1) Penataan kavling pemakaman khususnya pemakaman baru sehingga tertata rapi. Pemakaman dibagi dalam beberapa blok dengan luas blok disesuaikan dengan kondisi pemakaman setempat, batas antar blok pemakaman berupa jalan setapak lebar 150-200 cm dengan deretan pohon pelindung disalah satu sisinya; 2) Batas terluar pemakaman berupa pagar keliling dan didalam area sepanjang pagar ditanam pohon peneduh; 3) Dalam area pemakaman ditanami dengan jenis tanaman pohon yang berdaun lebat dan tanaman pohon berbunga harum seperti pohon cempaka dan Kenanga. 4) Penataan perlu dilakukan sehingga diharapkan RTH pemakaman umum di Kota Banda Aceh bukan saja memiliki fungsi ekologi, klimatologi tapi juga sebagai daerah
resapan
air,
tempat
hidup
burung
serta
fungsi
sosial
masyarakat sekitar seperti beristirahat dan sebagai sumber pendapatan. 5) PU di Kota Banda Aceh diarahkan untuk memiliki keindahan sehingga tidak memiliki kesan yang angker. f.
RTH Hutan Kota Hutan kota adalah komunitas vegetasi berupa pohon dan asosiasinya yang tumbuh di lahan kota atau sekitarnya, berbentuk jalur, menyebar, atau bergerombol (menumpuk), strukturnya meniru (menyerupai) hutan alam, membentuk habitat yang Halaman - 75
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
memungkinkan kehidupan bagi
satwa liar dan menimbulkan lingkungan sehat,
suasana nyaman, sejuk, dan estetis. Berdasarkan PP No. 63 Tahun 2002, hutan kota didefinisikan sebagai suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di 21 dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. RTH Hutan kota memiliki fungsi sebagai penyangga lingkungan kota yaitu untuk memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika, meresapkan air, penyeimbang ekologi dan klimatologi kota sehingga diharapkan lingkungan kota masih tetap memiliki daya dukung minimal untuk kehidupan kota. Jenis tanaman yang diarahkan yaitu yang memiliki fungsi ekologi dan klimatologi, dengan kriteria tanaman berdaun lebat, berakar kuat serta jenis-jenis tanaman langka yang perlu di lestarikan. Rencana Pengembangan hutan kota di Kota Banda Aceh antara lain : 1) Pengembangan hutan kota Tibang di kelurahan Tibang sebagai hutan wisata. 2) Pengembangan taman hutan wisata di Gampong Pie Kecamatan Meuraxa sebagai wisata alam hurtan mangrove dan berfungsi sebagai Buffer Zone. 3) Penataan dan pembangunan hutan kota di Kampung Baru Kecamatan Baiturahman yang berfungsi untuk menjaga iklim mikro dan nilai estetika kota, sehingga dapat meningkatkan kualitas lingkungan sebagai daerah padat dan pedagangan. g.
Pengembangan RTH untuk Halaman Rumah dan Fasilitas Umum Program pengembangan RTH halaman rumah dan fasilias umum Kota Banda Aceh
diperhitungkan berdasarkan kebutuhan perumahan dan
fasilitas
umum.
Dengan berpedoman pada kebijakan penaturan KDB dan KLB bangunan, untuk perumahan diwajibkan menyediakan RTH. Dalam perencanaan RTH untuk halaman rumah dan halaman fasilitas umum, maka dibuat ketentuan sebagai berikut: 1) Bangunan perumahan diwajibkan menyediakan RTH sebesar 30 % dari ruang terbuka yang harus dipenuhi. 2) Bangunan
Pendidikan,
kesehatan
dan
fasilitas
umum
lainnya
minimal
menyediakan RTH sebesar 20 % dari ruang terbuka yang harus disediakan. 3) Bangunan perdagangan dan jasa minimal menyediakan RTH sebesar 10 % dari ruang terbuka yang harus disediakan.
Halaman - 76
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
6..2.3 RTH Jalur Hijau a.
RTH Jalur Hijau Jalan Salah satu bentuk jalur hijau adalah jalur hijau jalan. Terdapat beberapa struktur pada jalur hijau jalan, yaitu daerah sisi jalan, median jalan, dan pulau lalu lintas (traffic islands). Daerah sisi jalan adalah daerah yang berfungsi untuk keselamatan dan kenyamanan pemakai jalan, lahan untuk pengembangan jalan, kawasan penyangga, jalur hijau, tempat pembangunan fasilitas pelayanan, dan perlindungan terhadap bentukan alam (Carpenter, Walker, dan Lanphear, 1975). Untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara 20–30% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan klas jalan. Untuk menentukan pemilihan jenis tanaman, perlu memperhatikan 2(dua) hal, yaitu fungsi tanaman dan persyaratan penempatannya. Pengembangan jalur hijau mendukung struktur ruang kota sebagai infrastruktur hijau. Konsep pengembangan dan pembangunan RTH jalur jalan di Kota Banda Aceh adalah dengan mengacu pada fungsi RTH sebagai pelindung, sebagai fungsi ekologi (penyangga air), dan sebagai estetika. Penataan RTH secara hirarkhi sesuai dengan kelas jalan dan fungsi kawasan jalan. Penyebaran RTH dilakukan secara merata di seluruh kawasan Kota Banda Aceh, sedangkan perbaikan RTH yang telah ada antara lain dengan memberikan ruang pada RTH yang ada disesuaikan dengan kondisi di lapangan. RTH jalur hijau jalan bertujuan untuk memberikan ruang untuk resapan air pada kawasan RTH, jenis tanaman yang dipilih adalah jenis yang memiliki fungsi ekologi dan klimatologi, serta memiliki fungsi sebagai pelindung dengan kriteria berakar kuat dan berdaun lebat. RTH jalur jalan di Kota Banda Aceh terbagi dalam jalan Kolektor primer, kolektor sekunder, lokal primer dan lokal sekunder, dengan minimal lebar RTH di tepi kanankiri jalan selebar 1 m, sedangkan untuk jalan yang memiliki median, lebar median menyesuaikan lebar median yang telah ada. RTH jalur jalan adalah jalur hijau yang memiliki fungsi sebagai peneduh pada jalur-jalur jalan dan penempatannya mengikuti pola jalur jalan yang ada. Memaksimalkan penghijauan pada jalur hijau dan pulau jalan melalui pentaan lansekap area dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Penghijauan yang dilakukan akan berfungsi secara ekologis dan meningkatkan citra kota melalui nilai estetika area tersebut. Rencana pengembangan RTH Jalur jalan dan median jalan di Kota Banda Aceh adalah: 1) Rencana pengembangan RTH jalur jalan disesuaikan dengan klas dan fungsi jalan di Kota Banda Aceh dan di tempatkan pada kedua sisi jalan dan RTH pada ruang pemisah lajur jalan (median). Halaman - 77
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
2) Pengembangan RTH pada jalur utama Kota Banda Aceh yang diusahakan dengan jenis pohon yang sama/seragam dan peremajaan tanaman rusak/tidak produktif. 3) Penambahan tanaman bunga diantara pohon pada RTH jalur jalan dengan ruang/wadah/pot yang memadai di sepanjang jalan di Kota Banda Aceh. 4) Penataan dan peningkakan fungsi estetika pada median jalan dapat dilakukan disepanjang jalur jalan yang memiliki median jalan Selain itu harus menambah median jalan pada jalur jalan yang belum memiliki median jalan untuk kenyamanan pemakai jalan dan estetika kota. 5) Pemakaian jenis tanaman yang digunakan adalah jenis tanaman khas daerah di Propinsi Aceh khususnya Kota Banda Acen, yang disukai oleh burung-burung, serta tingkat evapotranspirasi rendah. 6) Pada jalur hijau dan pulau jalan didominasi oleh penggunaan vegetasi yang mampu menyerap polusi dan debu dengan perpaduan warna dan tekstur daun sehingga menciptakan kesan estetis yang juga berfungsi sebagai aksen pada kawasan (Pohon Tanjung, Mahoni, Bungur, Lantana,Puring)
b.
RTH Sempadan Sungai RTH sempadan sungai adalah jalur hijau yang terletak di bagian kiri dan kanan sungai yang memiliki fungsi utama untuk melindungi sungai tersebut dari berbagai gangguan yang dapat merusak kondisi sungai dan kelestariannya. Kota Banda Aceh merupakan kota yang dilalui beberapa sungai, seperti Krueng Raya, Krueng Daroy dan sungai lainya. Sepanjang jalur sungai harus memiliki sempadan sungai yang digunakan sebagai jalur hijau. Memaksimalkan penghijauan pada daerah sempadan sungai untuk meningkatkan nilai ekologis dan nilai estetika kawasan kota dan berfungsi secara ekologis dan meningkatkan citra kota melalui nilai estetika area tersebut. Hal yaag harus dilakukan untuk pengembangan dan penataan kawasan sempadan sungai adalah: 1) Mempertahankan RTH yang sudah ada, dan mengembangkan jalur hijau di sempadan sungai atau irigasi kota secara bertahap. 2) Vegetasi yang digunakan untuk pengembangan kawasan sempadan sungai sebaiknya yang mampu berfungsi secara ekologis, mempunyai perakaran yang kuat, dan bentuk tajuk kanopi yang menciptakan keseimbangan antara besaran batang dan tajuk. Jenis tanaman yang digunakan adalah jenis vegetasi lokal khas kota Banda Aceh diantaranya adalah Beringin (Ficus benjamina), Pohon Asem (Tamarindus indica) dan pohon Trembesi (Samanea saman). ke-tiga pohon Halaman - 78
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
tersebut dapat meredam polusi NO,CO dan Pb dari udara melalui kemampuan tekstur daunnya untuk menyerap racun. 3) Lahan sepanjang daerah aliran sungai peruntukannya dikembalikan sebagai area ruang terbuka hijau dengan luas minimal 5 meter yang ditambah jalan inspeksi untuk perawatan dan penghijauan agar tetap berfungsi secara optimal. c.
RTH Taman Persimpangan Jalan Ruang persimpangan pada jalur jalan utama dapat dibentuk taman dengan pengisi monumen atau sculpture yang berfungsi sebagai penanda kawasan. RTH di lokasi ini ditentukan dari luasan ruang yang tersedia. RTH pendukung monumen memiliki fungsi sebagai pendukung keberadaan monumen yang berada di wilayah Kota Banda Aceh. Pengembangan RTH pendukung monumen ini dikembangkan di sekitar lokasi monumen-monumen itu berada yaitu : 1) Monument/tugu
persimpangan
Lambaro
di
kelurahan
Lambaro
perlu
ditingkatkan fungsi estetikanya. Pengembangannya tetap menyatu dengan taman yang ada namun diberi ruang sekitar tugu agar tetap mempertahankan kesan monumental tugu dan tanpa menghilangkan citra yang sudah terbentuk. 2) Tugu di Simpang Lima kualitas estetikanya, pengembangan yang dilakukan dengan penataan pola tanaman ground cover sehingga ada kesatuan bentuk dengan monumen sehingga meningkatkan estetika kawasan tersebut dan tetap mempertahankan kesan monumental tugu dan tanpa menghilangkan citra yang sudah terbentuk. 3) Perlu adanya penataan ulang untuk kawasan simpang surabaya dalam hal penataan vegetasi yang dipergunakan, yaitu menggunakan vegetasi yang tidak memiliki ketinggian sehingga tidak mengganggu penglihatan pengendara. Jenis vegetasi
yang
di
sarankan
adalah
dari
jenis
Ground
cover.
Unsur
estetika/keindahan merupakan faktor yang dipertimbangkan selain fungsi ekologi. 4) Jenis tanaman yang direkomendasikan adalah jenis tanaman
memiliki nilai
estetika, misalkan bunga-bungaan, dan ketinggian tanaman tidak boleh melebihi ketinggian monumen. d.
Gerbang Kota/Kawasan RTH pendukung gerbang kota/kawasan merupakan RTH yang memiliki fungsi sebagai penerima, sehingga harus memiliki citra Kota Banda Aceh. Selain itu gerbang kota juga harus memiliki fungsi sebagai keindahan kota serta memiliki fungsi ekologi kota.
Halaman - 79
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Rencana pengembangan RTH gerbang kota harus mempunyai konsep yang menonjolkan keunikan kota, citra kota dan disesuaikan dengan visi dan misi Banda Aceh. Penataan tata hijau pada kawasan tersebut harus menyatu dengan konsep tugu yang ditampilkan dan lebih meningkatkan kualitas estetikanya dengan tanaman berbunga dan penutup permukaan yang berupa rumput. Konsep perencanaan lansekapnya adalah bercitra Kota Banda Aceh sebagai kota yang berkelanjutan (berwawasan lingkungan). Unsur estetika/keindahan merupakan faktor yang dipertimbangkan selain fungsi ekologi. 6.3
Pembangunan Kawasan Hijau Kota Pembangunan RTH
Kota Banda Aceh merupakan ruang terbuka publik yang
direncanakan pada suatu kawasan, yang terbentuk dalam taman-taman kota dan sepanjang jalur jalan dan bantaran sungai (DAS )yang berfungsi sebagai jalur hijau. RTH, memiliki fungsi dan peran khusus pada masing-masing kawasan yang direncanakan dalam bentuk penataan tumbuhan, tanaman, dan vegetasi, agar dapat berperan dalam mendukung fungsi ekologis, sosial budaya, dan arsitektural, sehingga dapat memberi manfaat optimal bagi ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat. Secara singkat RTH bisa dijelaskan sebagai suatu lahan kawasan yang mengandung unsur dan struktur alami yang dapat menjalankan proses-proses ekologis untuk keseimbangan ekosistem. Pembangunan ruang terbuka hijau (RTH) bertujuan untuk menciptakan dan mewujudkan
keseimbangan,
keserasian,
dan
keselamatan
lingkungan
kota.
RTH
merupakan bagian dari rencana tata ruang, maka kedudukan RTH akan menjadi penentu keseimbangan lingkungan hidup dan lingkungan binaan karena RTH merupakan paru-paru kota. Ada beberapa ruang terbuka yang ada di Kota Banda Aceh diantaranya Taman Sari, kawasan Mesjid Baiturahman, Lapangan Blang Padang, Hutan Kota di Tibang, dan lokasi lainnya, yang merupakan ruang terbuka hijau sebagai paru-paru kota. Dalam perencanaan RTH, diupayakan untuk memperoleh masukan atas berbagai permasalahan yang secara spesifik terjadi pada setiap kawasan kota yang nantinya akan dialokasikan RTH, baik yang berupa karakteristik dan potensi kawasan, pengaturan penggunaan lahan dan pengalokasian ruang kawasan, penyempurnaan bentuk dan skala RTH, sisi kemanfaatan bagi warga kota, dan berbagai perencanaan vegetasi, dan instrumen pendukung sebagai bagian dari RTH, agar RTH dapat berperan lebih hidup untuk memberi manfaat optimal bagi kawasan maupun kota secara keseluruhan. Dengan demikian, perencanaan RTH tidak selalu dalam bentuk ‘mutlak’ hanya unsur vegetatif (pohon-pohon) saja, namun dapat diselipkan di dalamnya berupa sarana kegiatan untuk aktivitas pendukung yang lain, sehingga dapat diperoleh manfaat sebesar-besarnya untuk berbagai kemungkinan, tidak hanya dari sisi ekologis, namun juga dari sisi ekonomis, Halaman - 80
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
sosial budaya, dan arsitektural. Penekanan yang harus dilakukan dalam perencanaan RTH kota adalah dominasi unsur vegetatif, merupakan bagian utama yang perlu diperhatikan, yang membedakan dengan perencanaan ruang terbuka yang lain. Perencanaan RTH pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan, baik berupa lingkungan hidup maupun lingkungan binaannya. Tidak perlu dipersoalkan apakah RTH direncanakan pada suatu square (ruang terbuka) yang benarbenar masih kosong, ataupun penataan kembali RTH yang sudah ada dengan lebih mengoptimalkan peran dan fungsinya, agar dapat lebih memberi manfaat bagi warga kota. Dalam konteks ini, yang harus menjadi pegangan adalah adanya peningkatan peran dan fungsi RTH, tidak hanya secara fisik dalam bentuk penambahan vegetasi dan instrumen pendukung yang lain, namun lebih dari itu harus dapat memberi stimuli pada kesadaran warga kota akan pentingnya RTH yang secara langsung dapat memberi tingkat kenyamanan lebih sebagai penyeimbang lingkungan terbangun. Rencana
tata
ruang
menjadi
landasan
dalam
mengantisipasi
pesatnya
perkembangan ruang-ruang terbangun, yang harus diikuti dengan kebijakan penyediaan ruang terbuka.
Halaman - 81
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
6.3.1
Usulan Pembangunan RTH di Kecamatan Baiturrahman
Halaman - 82
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Gambar 6.2 Usulan Pembangunan RTH di Kecamatan Baiturrahman Halaman - 83