Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
ISSN 2302-0172 pp. 22- 31
10 Pages
ANALISIS PROBABILITAS KEMISKINAN NELAYANDI KOTA BANDA ACEH Fajriadi1, Abubakar Hamzah2, Mohd. Nur Syechalad2 1)
Magister Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 2) Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Abstract: This study aimed to determine the effect of income, household characteristics, education and working capital used in fishermen activities to the poverty of fishermen in BandaAcehCity. Samples are 91 fishermen from 4 districts in BandaAcehCity. The primary data used in this research is obtained through the questionnaire distribution. Data analysis conducted by using logit regression model where the independent variables are qualitative and the dependent variable is income, household characteristics, education and working capital. The study showed that income, household characteristics, education levels and working capital have significant effect on poverty of fishermen. Income and household characteristics consisting of home ownership status, number of family members working and status of ownership of the means of production (fishing fleet) and the level of education and working capital have positively association to non-poverty of fishermen. This means fishermen with home ownership status, have a number of working family members, have their own fishing tool, have a relatively high level of income and expend a high working capital as well as large sail cost, tend to fall into the category of non-poverty.Conversely household characteristics such as large amount of family members have negative association to non-poverty. This means fisherman with a relatively large family members has a greater probability to fall into the category of the poor. So the larger family members, the possibility for fishermen to be poor become higher. The government's efforts in reducing poverty among fishermen in Banda Aceh should be directed to improve their income. Operationally, these efforts can be done by providing houses and fishing tool for fishermen who do not own any, as well as providing scholarships to support education of their children. Keywords: Poverty, Income, Household Characteristics, Education Level and Working Capital
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendapatan, karakteristik rumah tangga, pendidikan dan modal kerja yang digunakan dalam kegiatan nelayan terhadap kemiskinan nelayan di Kota Banda Aceh. Sampel penelitian ini adalah sebanyak 91 nelayan yang diambil dari 4 (empat) kecamatan di Kota Banda Aceh. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui pengedaran kuesioner. Model yang digunakan adalah model regresi logit dimana variabel bebasnya bersifat kualitatif sedangkan variabel terikat adalah pendapatan, karakteristik rumah tangga, pendidikan dan modal kerja. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pendapatan, karakteristik rumah tangga, tingkat pendidikan dan modal kerja berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan nelayan. Pendapatan dan karakteristik rumah tangga yang terdiri dari status kepemilikan rumah, jumlah anggota keluarga yang bekerja dan status kepemilikan alat produksi (armada tangkap) serta tingkat pendidikan dan modal kerja bersosiasi positif dengan ketidakmiskinan. Hal ini berarti nelayan yang dengan status kepemilikan rumah sendiri, memiliki jumlah anggota keluarga yang bekerja, memiliki alat tangkap sendiri, memiliki tingkat pendapatan yang relatif tinggi serta mengeluarkan modal kerja per sekali melaut relatif besar, cenderung masuk dalam katagori tidak miskin. Sebaliknya karakteristik rumah tangga berupa jumlah anggota keluarga bersosiasi negatif dengan ketidakmiskinan. Artinya nelayan dengan anggota keluarga relatif besar memiliki probabilitas yang lebih besar pula untuk masuk dalam katagori miskin, sehingga semakin besar jumlah anggota keluarga semakin besar pula peluang nelayan untuk masuk dalam katagori miskin. Karena itu upaya pemerintah dalam mengurangi kemiskinan dikalangan nelayan di Kota Banda Aceh sebaiknya diarahkan untuk memperbaiki pendapatan mereka. Secara operasional upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan batuan rumah dan alat tangkap bagi nelayan yang belum memiliki rumah, serta memberikan beasiswa yang mendukung pendidikan bagi anak mereka. Kata Kunci: Kemiskinan, Pendapatan, Karakteristik Rumah Tangga, Tingkat Pendidikan, dan Modal Kerja
Volume 1, No. 1, Februari 2013
- 22
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala tawar nelayan di hadapan tengkulak, keadaan
PENDAHULUAN
Sejak krisis mulai merambah ke berbagai
infrastruktur
pelabuhan
perikanan,
dan
wilayah pertengahan tahun 1997, nelayan
yurisdiksi
adalah kelompok masyarakat pesisir yang
tambahan yang makin memperparah keadaan
paling
(Kusnadi, 2002:86).
menderita
dan
merupakan
korban
pertama dari perubahan situasi sosial ekonomi dalam
waktu
berkepanjangan.
daerah
Banyak
otonomi
penelitian
adalah
telah
beban
membuktikan
Bisa
bahwa tekanan kemiskinan struktural yang
dibayangkan, apa yang dapat dilakukan nelayan
melanda kehidupan nelayan terutama nelayan
terutama nelayan tradisional untuk bertahan dan
tradisional, sesungguhnya disebabkan oleh
melangsungkan kehidupannya, jika dari hari ke
faktor-faktor yang kompleks (Satria, 2002).
hari potensi ikan di luat makin langka karena
Faktor-faktor tersebut tidak hanya berkaitan
cara penangkapan yang berlebihan. Dengan
dengan
hanya mengandalkan pada perahu tradisional
keterbatasan sumber daya manusia, modal serta
dan alat tangkap ikan yang sederhana, jelas para
akses,
nelayan tradisional ini tidak akan pernah
eksploitatif terhadap nelayan sebagai produsen,
mampu bersaing dengan nelayan modern yang
tetapi juga disebabkan oleh dampak negatif
didukung perangkat yang serba canggih dan
modernisasi perikanan atau Revolusi Biru yang
kapal besar yang memiliki daya jangkau yang
mendorong terjadinya pengurasan sumber daya
jauh lebih luas, dan menyebabkan nelayan
laut secara berlebihan. Proses demikian masih
tradisonal ini terus terbelenggu dalam kondisi
terus berlangsung hingga sekarang dan dampak
struktur kehidupan tersebut.
lebih lanjut yang sangat terasakan oleh nelayan
Kesulitan
untuk
kesejahteraan
nelayan,
meningkatkan selain
dipengaruhi
fluktuasi
jaringan
musim-musim
perdagangan
ikan,
ikan
yang
adalah semakin menurunnya tingkat pendapatan mereka
dan
sulitnya
memperoleh
hasil
sejumlah kelemahan internal, juga karena
tangkapan. Hasil-hasil studi tentang tingkat
pengaruh
kesejahteraan hidup dikalangan nelayan, telah
faktor
pendidikan,
eksternal.
kurangnya
Keterbatasan
kesempatan
untuk
menunjukkan
bahwa
kemiskinan
dan
mengakses dan menguasai teknologi yang lebih
kesenjangan sosial ekonomi atau ketimpangan
modern, dan tidak dimilikinya modal yang
pendapatan merupakan persoalan krusial yang
cukup
dihadapi dan tidak mudah untuk diatasi
adalah
seringkali
faktor-faktor
menyulitkan
internal
usaha-usaha
yang untuk
memberdayakan kehidupan para nelayan. Di
(Kusnadi, 2002:26-27). Di Kota Banda Aceh, masyarakat nelayan
sisi lain, sejumlah faktor eksternal, seperti
teralokasi
makin terbatasnya potensi sumber daya laut
Kecamatan Kuta Alam, Meuraxa, Kecamatan
yang bisa dimanfaatkan nelayan, persaingan
Kuta Raja, dan Syiah Kuala yang terkonsentrasi
yang makin intensif, mekanisme pasar, posisi
di desa-desa yang berada di pesisir pantai yaitu
23 -
Vol. 1, No. 1 Februari 2013
dalam
4
kecamatan
meliputi
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Desa Lampulo, Ulee Lheue, Kampung Jawa,
digunakan dalam kegiatan nelayan. Kenyataan
dan Alue Naga. Kalau pun ada nelayan yang
menunjukkan, nelayan di Kota Banda Aceh
berasal dari desa-desa lain namun hanya
memiliki karakteristik rumah tangga yang
sebagian kecil dari jumlah keseluruhan nelayan.
berbeda baik dari segi jumlah anggota keluarga,
Sebagaimana
yang
oleh
kepemilikan rumah tempat tinggal, maupun
Matrusubroto yang dikutip oleh Zamzami,
kepemilikan alat tangkap. Sebagian nelayan
(2007) bahwa hampir 90% nelayan di Indonesia
justru bekerja sebagai nelayan buruh dengan
masih berskala kecil dan lebih dari 60% dari
memanfaatkan peralatan tangkap yang dimiliki
mereka hidup di bawah garis kemiskinan, hal
oleh nelayan pemilik. Selain itu, nelayan di
tersebut juga terjadi dalam kehidupan nelayan
Kota Banda Aceh juga memiliki latar belakang
di Kota Banda Aceh. Ini artinya bahwa
pendidikan yang berbeda, pendapatan yang
sebagian
nelayan
berbeda, serta pengeluaran modal kerja yang
tradisional, karena mereka masih menggunakan
mereka gunakan dalam kegiatan nelayan juga
perahu-perahu kecil untuk mencari ikan dan
berbeda sesuai dengan kepemilikan alat tangkap.
hasil
Karena itu, penelitian ini memilih tema tentang
besar
yang
dikemukakan
nelayan
didapat
masih
biasanya
juga
untuk
memenuhi kebutuhan primer sehari-hari.
analisis probalitaskemiskinan nelayan di Kota
Upaya penyusunan strategi dan program
Banda Aceh.
pengentasan kemiskinan dikalangan nelayan perlu lebih didasarkan atas data-data konkrit
KAJIAN KEPUSTAKAAN
yang berhubungan dengan potret kemiskinan itu
Pengertian dan Penggolongan Nelayan
sendiri. Karena secara teoritis, kemiskinan yang
Nelayan
adalah
suatu
kelompok
diderita oleh masyarakat nelayan tidak terlepas
masyarakat yang kehidupannya tergantung
dari berbagai faktor diantaranya aspek keluarga
langsung pada hasil laut, baik dengan cara
seperti
tingkat
melakukan penangkapan atau pun budi daya.
yang
Mereka pada umumnya tinggal dipinggir pantai,
digunakan sebagai nelayan dan faktor lainnya
sebuah lingkungn permukiman yang dekat
termasuk
dengan lokasi kegiatannya (Imron, 2003:215).
jumlah
pendidikan
anggota
kepala
keluarga,
keluarga,
kepemilikan
alat
modal
tangkap
serta
pendapatan yang mereka peroleh dari kegiatan
dengan
sebagai neyalan. Di antara beberapa faktor yang secara teoritis
dapat
Elfindri (2002:215)membedakan nelayan
mempengaruh
kemiskinan
petani
mendasar wilayah
tambak.
adalah pesisir
Perbedaan
nelayan sebagai
yang
memanfaatkan tempat
bekerja,
nelayan seperti diuraikan di atas, kajian dalam
sedangkan petani tambak mengelola daerah
penelitian
rawa, sungai, sawah dan sejenisnya untuk
ini
hanya
difokuskan
pada
pendapatan, karakteristik rumah tangga nelayan, tingkat pendidikan, dan modal kerja yang
mengelola ikan dan produk perikanan lainnya. Mulyadi (2005:7) membedakan nelayan Volume 1, No. 1, Februari 2013
- 24
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala dalam tiga kelompok yaitu nelayan buruh,
enggan
nelayan juragan, dan nelayan perorangan.
kehidupannya sampai ada bantuan untuk
Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja
mendorong mereka keluarga dari kondisi
dengan
tersebut.
alat
tangkap
milik
orang
lain.
Sebaliknya nelayan juragan adalah nelayan
untuk
Selanjutnya
memperbaiki
Bank
Dunia
kondisi
menetapkan
yang memiliki alat tangkap yang diperasikan
ukuran kemiskinan melalui ukuran dollar, yaitu
oleh orang lain. Adapun nelayan perorangan
US$ 1 per orang per hati (berdasarkan power
adalah
purchase parity tahun 1993). Karenanya, bila
nelayan
yang
memiliki
peralatan
tangkap sendiri, dan dalam pengoperasiannya
suatu
individu
hanya
mampu
memenuhi
tidak melibatkan orang lain.
kebutuhan hidupnya kurang dari satu dollar per hari dapat dikatakan sebagai dibawah garis kemiskinan.
Teori Kemiskinan Kemiskinan adalah suatu situasi atau kondisi yang dialami oleh seseorang atau kelompok
orang
yang
tidak
mampu
Penggolongan Kemiskinan Penggolongan
tipe
kemiskinan
adalah
menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf
kemiskinan persisten, yaitu situasi dimana
yang dianggap manusiawi (Parwoto, 2002:45).
orang atau keluarga secara konsisten tetap
Kondisi
tidak
miskin untuk masa yang relatif lama. Di
asasi
Amerika, yang dimaksud dengan kelompok
manusia seperti sandang, pangan, papan, afeksi,
miskin persisten adalah mereka yang telah
keamanan, identitas kultural, proteksi, kreasi,
menerima tunjangan kesejahteraan selama lebih
kebebasan,
luang
dari 8 tahun (Berrick,1995; Pandji-Indra, 2001).
Herlina,
Sedangkan kemiskinan transien adalah situasi
tersebut
terpenuhinya
(Fermandez,
menyebabkan
kebutuhan
partisipasi dalam
dasar
dan
Firman
atau
waktu dan
2000:67).
di mana kehidupan orang atau keluarga secara
Sumodiningrat
(1999:125)
membagi
temporer dapat jatuh di bawah garis kemiskinan
kemiskinan menjadi tiga katagori, yaitu:
bila terjadi PHK, jatuh sakit dan peningkatan
a. Kemiskinan absolut (pendapatan di bawah
biaya pendidikan (Pandji-Indra, 2001). Kondisi
garis kemiskinan dan tidak dapat memenuhi
kemiskinan transien ini dapat ditemui pada saat
kebutuhan dasarnya).
suatu negara dilanda krisis ekonomi atau
b. Kemiskinan relatif (situasi kemiskinan di
bencana
alam.
Tinjauan
lain
mengenai
atas garis kemiskinan berdasarkan pada
kemiskinan adalah garis kemiskinan (poverty
jarak antara miskin dan non miskin dalam
line)
suatu komunitas, dan
measurement),
c. Kemiskinan
struktural
(kemiskinan
ini
terjadi saat orang atau kelompok masyarakat 25 -
Vol. 1, No. 1 Februari 2013
dan
ukuran
kemiskinan
(poverty
yang
merupakan
indikator
kuantitatif untuk menentukan individu atau kelompok masyarakat miskin.
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala BPS menggunakan kebutuhan dasar atau
faktor-faktor determinan kemiskinan menjadi
konsumsi keluarga untuk kemiskinan dan
empat kelompok, yaitu modal sumber daya
dikonversikan
dan
manusia (human capital), modal fisik produktif
mengkonversikan ukuran kemiskinan ke dalam
(physical productive capital), status pekerjaan,
2.100 kalori per kapita per hari ditambah
dan karakteristik desa.
kedalam
rupiah
kekurangan pakaian, rumah tinggal, kesehatan, pendidikan,
bahan
bakar
dan
keperluan
Kemiskinan Dikalangan Nelayan Kusnadi (2003:19) membedakan faktor
transportasi.
penyebab kemiskinan nelayan dalam dua kelompok. Pertama, sebab-sebab kemiskinan
Kemiskinan Struktural Wiranto (2004) menyatakan, kemiskinan
nelayan yang bersifat internal, mencakup: (1)
struktural sering disebut sebagai kemiskinan
keterbatasan kualitas sumber daya manusia
buatan (man made poverty). Baik langsung
nelayan; (2) keterbatasan kemampuan modal
maupun tidak langsung kemiskinan kategori ini
usaha
umumnya
tatanan
hubungan kerja dalam organisasi penangkapan
kelembagaan yang mencakup tidak hanya
yang seringkali kurang menguntungkan buruh;
tatanan
mencakup
(4) kesulitan melakukan diversifikasi usaha
masalah aturan permainan yang diterapkan.
penangkapan; (5) ketergantungan yang tinggi
Sejalan dengan itu, mereka hanya mungkin
terhadap okupasi melaut; dan (6) gaya hidup
keluar dari penjara kemelaratan melalui suatu
yang
proses perubahan struktur yang mendasar.
berorientasi ke masa depan. Kedua, sebab-
disebabkan
organisasi
Suyanto
tetapi
(1995:59)
oleh
juga
mendefinisikan
dan
teknologi
dipandang
penangkapan;
boros,
sehingga
(3)
kurang
sebab kemiskinan yang bersifat eksternal,
“Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang
mencakup:
(1)
ditengarai atau didalihkan bersebab dari kondisi
perikanan
yang
struktur, atau tatanan kehidupan yang tak
produktivitas untuk menunjang pertumbuhan
menguntungkan”. Dalam kondisi struktur yang
ekonomi nasional dan parsial; (2) sistem
demikian itu kemiskinan menggejala bukan
pemasaran
oleh sebab-sebab yang alami atau oleh sebab-
menguntungkan
sebab yang pribadi, melainkan oleh sebab
kerusakan ekosistem pesisir dan laut karena
tatanan sosial yang tak adil.
pencemaran penangkapan
Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan
kebijakan lebih
hasil
berorientasi
perikanan pedagang
dari ikan
pembangunan
wilayah dengan
pada
yang
lebih
perantara;
darat, bahan
(3)
praktek kimia,
peusakan terumbu karang, dan konversi hutan
Analisis faktor-faktor yang menyebabkan
bakau di kawasan pesisir; (4) penggunaan
kemiskinan atau determinan kemiskinan pernah
peralatan tangkap ikan yang tidak ramah
dilakukan oleh Ikhsan (1999) yang membagi
lingkungan; (5) penegakan hukum yang lemah Volume 1, No. 1, Februari 2013
- 26
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala terhadap perusak lingkungan; (6) terbatasnya
Pengalokasian faktor-faktor produksi sama
teknologi
(7)
artinya dengan mengeluarkan biaya untuk
terbatasnya peluang kerja di sektor non-
memperoleh berbagai faktor produksi yang
perikanan yang tersedia di desa nelayan; (8)
lebih dikenal dengan biaya produksi (Budiono,
kondisi alam dan fluktuasi musim yang tidak
2002:115).
pengolahan
memungkinkan
nelayan
pasca
panen;
melaut
sepanjang
Soeharjo
dan
Patong
(2003:175)
tahun; dan (9) isolasi geografis desa nelayan
menyatakan, “alokasi biaya produksi terhadap
yang meganggu mobilitas barang, jasa, modal
faktor-faktor produksi dalam proses produksi
dan manusia.
diharapkan dapat menghasilkan keuntungan lebih besar”.
Pengertian dan Konsep Pendapatan Case dan Fair (2007:423) menyatakan, rumah tangga mendapatkan pendapatan imbalan
Modal Kerja Modal kerja dapat diartikan sebagai aktiva
mereka dari tiga sumber: (1) dari upah atau gaji
lancar yang
yang diterima sebagai imbalan tenaga kerja; (2)
yang berputar dari satu bentuk ke bentuk
dari hak milik-yakni, modal, tanah, dan
lainnya dalam melaksanakan suatu usaha, atau
seterusnya; dan (3) dari pemerintah. Budiono
modal
(2002:170)
atau
berharga yang mudah diuangkan, piutang
income dari seorang warga masyarakat adalah
dagang dan persediaan yang tidak melebihi satu
hasil “penjualan”nya dari faktor-faktor produksi
tahun atau jangka waktu operasi normal suatu
yang dimilikinya kepada sektor produksi. Dan
usaha (Sundjaja, 2003:213).
sektor
menyatakan,
produksi
pendapatan
“membeli”
mewakili bagian dari investasi
kerja
adalah
kas/bank,
surat-surat
faktor-faktor
produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kuta Alam, Kecamatan Meuraxa, dan Kecamatan
berlaku di pasar produksi.
Kuta Raja Kota Banda Aceh. Selanjutnya faktor-faktor yang dijadikan predictor variable
Pendapatan dan Biaya Produksi Pendapatan (income) adalah hasil berupa
bagi kemiskinan nelayan dibatasi hanya pada
uang atau material lainnya, yang dicapai dari
pendapatan, karakteristik rumah tangga, tingkat
penggunaan
pendidikan dan modal kerja yang digunakan
kekayaan
atau
jasa-jasa.
Pendapatan dicapai dengan mengalokasikan
dalam kegiatan nelayan.
dana pada faktor-faktor produksi secara tepat, sehingga dalam setiap usaha pengelola usaha
Model Analisis
harus mampu mengkombinasikan faktor-faktor
Sesuai
produksi untuk meningkatkan pendapatan usaha. 27 -
Vol. 1, No. 1 Februari 2013
dengan
tujuan
dan
hipotesis
penelitian dimana kemiskinan dijadikan fungsi
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala dari pendapatan, karakteristik rumah tangga, tingkat pendidikan dan modal kerja maka secara
keluarkan dalam kegiatan melaut. Hasil
penelitian
ini
diketahui
bahwa
matematis hubungan fungsional antara variabel
nelayan dengan pendapatan rata-rata per bulan
dapat dituliskan sebagai berikut:
di bawah Rp1.400.000 per bulan sebanyak 39
Km = f (Pend, KRT, TP, MK)
orang atau sebesar 42,9%, mereka ini adalah
Dimana:
nelayan yang termasuk dalam katagori miskin
Km
= Kemiskinan
dan nelayan dengan pendapatan rata-rata per
Pend = Pendapatan
bulan di atas Rp1.400.000 per bulan sebanyak
KRT = Karakteristik rumah tangga
52 orang atau sebesar 57,1%, mereka ini
TP
termasuk dalam katagori nelayan tidak miskin.
= Tingkat Pendidikan
MK = Modal Kerja Hasil HASIL PEMBAHASAN
Hasil Statistik Kemiskinan
Deskriptif
Karakteristik
nelayan dikatagorikan sebagai rumah tangga miskin dengan ketentuan keluarga menerima zakat fitrah dan BLT di desa tempat tinggal. penelitian
diketahui
bahwadari 91 rumah tangga yang menjadi sampel penelitian, rumah tangga yang termasuk dalam katagori miskin hanya 39 rumah tangga atau
sebesar
42,90
Variabel
Variabel
penelitian ini bahwa suatu rumah tangga
hasil
Deskriptif
Karakteristik Rumah Tangga
Sesuai dengan batasan kemiskinan dalam
Berdasarkan
Statistik
persen
dari
jumlah
rumah
tangga
yang
dimaksudkan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa
indikator
yang
meliputi
status
kepemilikan tempat tinggal, jumlah anggota kelaurga, jumlah anggota keluarga yang sudah bekerja dan status kepemilikan alat produksi (armada tangkap). Dari hasil statistic deskriptif variable karakteristik rumah tangga ini diketahui bahwa; a. nelayan dengan status tempat tinggal rumah
sendiri sebanyak 51 orang atau sebesar 56% dan 40 orang lagi atau 44% masih tinggal di
keseluruhan sampel.
rumah sewa atau rumah bukan milik sendiri, Hasil
Statistik
Deskriptif
Variabel
Pendapatan Nelayan Per Bulan
b. rumah
tangga
dengan
jumlah
anggota
keluarga ≤ 4 orang adalah 17 rumah tangga atau sebesar 18,7%. Sebanyak 62 rumah
Pendapatan
yang
dimaksudkan
adalah
tangga dengan jumlah anggota keluarga
pendapatan bersih rata-rata per bulan yang
berkisar antara 5-7 orang, dan sisanya 12
mereka peroleh dari kegiatan sebagai nelayan.
rumah tangga lagi dengan jumlah anggota
Pendapatan bersih berasal dari total penerimaan
keluarga relatif besar diatas 7 orang,
dari hasil penjualan ikan setelah dikurangi dengan total biaya operasional yang mereka
c. rumah
tangga
dengan
jumlah
anggota
keluarga yang bekerja di bawah 4 orang Volume 1, No. 1, Februari 2013
- 28
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala sebanyak 39 rumah tangga atau sebesar
Hasil
analisis
pengaruh
pendapatan,
42,9%. Selanjutnya rumah tangga dengan
karakteristik rumah tangga, tingkat pendidikan
jumlah anggota keluarga bekerja ≥ 4 orang
dan modal kerja terhadap kemiskinan nelayan
sebanyak 52 rumah tangga, dan
dan pembuktian hipotesis didapatkan suatu
d. nelayan
yang
menggunakan
peralatan
model kemiskinan nelayan sebagai fungsi dari
produksi (armada tangkap) milik orang lain
pendapatan, karakteristik rumah tangga dan
dalam kegiatan operasionalnya sebanyak 35
individu, lamanya masa pendidikan dan modal
orang atau sebesar 38,5%.
kerja
rata-rata
per
sekali
melaut
dapat
diformulasikan sebagai berikut. Hasil Statistik Deskriptif Variabel Tingkat Pendidikan
Km = -1,73255+ 0,0615pend + 0,3757X1 0,0754X2 + 0,1123X3 + 0,1361X4 +
Dari hasil statistik deskriptif variabel
0,3475 Tp + 0,4682Mk
tingkat pendidikan ini dapat diketahui bahwa sebanyak 23 kepala keluarga rumah tangga
Catatan: X1, X2, X3, dan X4 merupakan sub
nelayan dengan masa pendidikan di bawah atau
variabel
sama dengan 6 tahun, sebanyak 54 orang
rumah tangga dan individu.
dari
variabel
karaterisktik
dengan masa pendidikan berkisar antara 7 hingga 12 tahun, dan sisanya 14 orang lagi
KESIMPULAN DAN SARAN
dengan masa pendidikan di atas 12 tahun.
Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat
Hasil Statistik Deskriptif Variabel Modal Kerja Rata-rata Per Sekali Melaut Dari hasil statistik deskriptif variabel
diambil kesimpulan bahwa: semakin besar pendapatan semakin
yang
besar
diperoleh pula
oleh
nelayan
probabilitas
mereka
modal kerja rata-rata per sekali melaut dapat
termasuk katagori tidak miskin,nelayan yang
diketahui bahwa nelayan dengan pengeluaran
menempati rumah sendiri dengan jumlah
modal kerja di atas Rp45.000,00 per sekali
anggota keluarga yang sudah bekerja relatif
melaut sebanyak 56 orang atau sebesar 59,1%
banyak dan memiliki armada tangkap sendiri
persen, sisanya sebanyak 35 orang lagi dengan
akan cenderung termasuk katagori tidak miskin,
pengeluaran modal kerja rata-rata di bawah
semakin sedikit jumlah anggota keluarga
Rp45.000,00 per sekali melaut.
semakin besar probabilitas nelayan tersebut menjadi tidak miskin, semakin tinggi tingkat
Analisis Pengaruh Pendapatan, Karakteristik Rumah Tangga, Tingkat Pendidikan dan Modal Kerja Terhadap Kemiskinan Nelayan dan Pembuktian Hipotesis
29 -
Vol. 1, No. 1 Februari 2013
pendidikan nelayan semakin besar probabilitas nelayan tersebut menjadi tidak miskin, dan semakin besar modal kerja yang digunakan per sekali
melaut
semakin
besar
probabilitas
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala seorang nelayan termasuk katagori tidak miskin.
Sebaiknya peneliti yang akan datang dapat memasukan variabel yang lebih banyak untuk
Saran
mendeteksi penyebab kemiskinan dikalangan
Bagi masyarakat nelayan di Kota Banda
nelayan.
Jika
Aceh terutama mereka yang selama ini berada
dimaksud
dalam
“partisipatory
perangkap
kemiskinan,
sebaiknya
memungkinkan
dapat
penelitian
menggunakan
research”
metode
sehingga
dapat
berupaya untuk meningkatkan taraf hidup
diketahui data empiris yang lebih lengkap
mereka. Secara operasional upaya yang dapat
tentang
dilakukan oleh kepala keluarga nelayan untuk
nelayan termasuk dalam kaitannya dengan
dapat keluar dari perangkap kemiskinan adalah
kemiskinan
memberdayakan
disebabkan oleh faktor budaya kaum nelayan).
seluruh
anggota
keluarga
fenomena
kemiskinan
struktural
dikalangan
(kemiskinan
yang
dalam kegiatan ekonomi produktif. Jangan jadikan profesi sebagai nelayan sebagai satu-
DAFTAR KEPUSTAKAAN
satunya sumber pendapatan keluarga. Tetapi
Budiono, 2002. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi: Ekonomi Mikro, Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE. Case, E. K., dan Ray C. Fair, 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi. Edisi Kedelapan.Jakarta: Erlangga. Elfindri, 2002. Ekonomi Patron-Client. Padang: Andalas University Press. Firman dan Herlina, 2000. Analisis Kemiskinan dan Ketimpangan Distribusi Pendapatan Pada Peternakan Sapi Perah (Survey di Wilayah Kerja Koperasi Unit Desa Sinar Jaya Kabupaten Bandung).Bandung: Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Ikhsan, M., 1999. The Disaggregation of Indonesian Poverty : Policy and Analysis. Dissertation.Urbana: University of Illinois. Imron, M., 2001.PemberdayaanMasyarakatNelayan. Yogyakarta: Media Pressindo. Indra, P., 2001. An Analysis Towards Urban Proverty Alleviation Program in Indonesia.Philosophy Doctor Desertation. Faculty of the School Policy. Planning and Development. California: University of Southern California. Kusnadi, 2002. Nelayan: Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Bandung: Humaniora Utama Press. Mulyadi, 2005. Ekonomi Kelautan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
berdayakan istri/ibu rumah tangga dan anakanak dalam kegiatan ekonomi produktif seperti berjualan misalnya, dan kegiatan ekonomi produktif lainnya yang dapat memberikan pendapatan bagi keluarga. Bagi pemerintah dan instansi terkait, sebaiknya program pemerintah yang terkait dengan
upaya
mengurangi
kemiskinan
dikalangan nelayan di Kota Banda Aceh difokuskan pada perbaikan tingkat pendidikan masyarakat. Karena hasil penelitian empiris membuktikan bahwa kepala rumah tangga dengan pendidikan relatif rendah cenderung termasuk katagori keluarga miskin. Selain itu, pemerintah juga harus mengambil tindakan nyata dalam upaya pengentasan kemiskinan dengan cara membantu rumah tangga nelayan untuk dapat memiliki tempat tinggal dan armada tangkap sendiri agar mereka dapat meningkatkan pendapatan keluarga dan keluar dari jurang kemiskinan.
Parwoto. 2002. Makalah Penanggulangan Kemiskinan (Unpublished). Jakarta: Departemen Permukiman dan Pembangunan Sarana Wilayah. Soeharjo dan Patong, 2003. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usaha Tani. Departemen Ilmu Sosial
Volume 1, No. 1, Februari 2013
- 30
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Ekonomi Pertanian. Bogor: Fakultas Pertanian IPB. Sumodiningrat, G., 1999.JPS dan Pemberdayaan. Jakarta: Gramedia. Sundjaja, E., 2003. Manajemen Modal Kerja. Jakarta: Erlangga.
31 -
Vol. 1, No. 1 Februari 2013
Wiranto, T., 2004. Profil Kemiskinan di Perdesaan.info URDI. Vol. 14. World Bank Institute, 2002. Dasar-Dasar Analisis Kemiskinan. Edisi Terjemahan. Jakarta: Badan Pusat Statistik