Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia
Analisis Perubahan Lahan Tambak Di Kawasan Pesisir Kota Banda Aceh 1Mira
Mauliza Rahmi, *2Sugianto Sugianto dan 3Faisal
Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Terpadu Program Pascasarjana; Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala; 3 Jurusan Magister PSPT Universitas Syiah Kuala Kota Banda Aceh 23111. 1 2
*Corresponding Author:
[email protected] Abstrak Tsunami yang terjadi pada tahun 2004 lalu telah mengakibatkan banyak kawasan pesisir rusak dan berkurangnya kawasan lahan tambak di kawsan Banda Aceh. Penelitian ini bertujuan deteksi perubahan multitemporal sebaran lahan tambak di Kota Banda Aceh pada periode 2004, 2009, dan 2014. Analisis deskriptif kualitatif dengan pemanfatan data penginderaan jauh. Maximum Likelihood Classification dan survey lapangan dilakukan untuk mengalisis sebaran spasial lahan tambak pada periode pengamatan yang berbeda. Hasil analisis menunjuknan terjadi perubahan luas lahan tambak tahun 2004, 2009 dan 2014. Pengurangan luas lahan tambah terjadi pada tahun 2009, sedangkan pada tahun 2014 penambahan pada tahun 2014. Distribusi perubahan penggunaan lahan tambak paling tinggi terjadi di Kecamatan Kuta Alam dan Kecamatan Meuraxa yaitu mengalami pengurangan seluas 56,85 Ha atau 26,04 persen yang alihfungsikan menjadi lahan permukiman sebesar 57,72 persen. . Kata Kunci: tambak, tutupan lahan, Banda Aceh Pendahuluan Kawasan pesisir Kota Banda Aceh berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan lahan tambak karena semakin meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap ikan dan produk tambak lainnya. Tsunami yang terjadi pada tahun 2004 lalu telah mengakibatkan banyak kawasan pesisir rusak dan berkurangnya kawasan lahan tambak di kawsan Banda Aceh. Selain hilangnya beberapa kawasan tambah, terjadi pula perubahan tutupan lahan (land cover) dan alih fungsi lahan menyebabkan secara kuantitatif berdampak pada berkuragnya hasil produksi tambak. Dampak lain dari perubahan alih fungsi adalah terhentinya kegiatan tambak dan masyarakat tidak memiliki pekerjaan. Meningkatnya aktivitas manusia dan pembangunan mengakibatkan lahan di wilayah pesisir beralih fungsi menjadi lahan pemukiman, wisata, dan kawasan industri. Hal ini jika tidak segera diantisipasi dapat terjadi perubahan alih fungsi lahan kosong atau ruang terbuka hijau menjadi area bangunan maupun penggunaan lainnya (Opa, 2010), termasuk areal tambak akan beralih fungsi (Gaina dan Hariyanto, 2013). Faktor lain sebagai pendukung perubahan peruntukan lahan tambak adalah pertumbuhan penduduk yang pesat dan pertambahan fungsi kawasan yang relatif beragam (Sunaryo, 2004). Kota Banda Aceh sebagai salah satu wilayah yang terus mengalami pertumbuhan penduduk sejak peristiwa tsunami 2004 dan kerusakan tambak mengakibtkan terjadinya alih fungsi kawasan tambaknya. Namun hingga saat ini belum ada informasi yang memadai terkait dengan alih fungsi lahan di kawasan tambak Kota Banda Aceh. Ada cara yang cepat dan dapat dilakukan pemutakhiran data perubahan penggunaan/alih fungsi lahan yaitu dengan pemanfaatan data penginderan jauh. Penginderaan jauh telah lama menjadi cara yang A98
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia
efektif untuk melakukan pemetaan tutupan lahan karena memiliki kemampuan yang cepat dalam mengumpulkan informasi pada suatu wilayah (Jia dkk. (2014). Untuk mendapatkan gambaran perubahan alih funsi lahan tersebut, maka perlu dilakukan kajian tentang alih fungsi lahan tambak di kawasan pesisir Kota Banda Aceh dengan menggunakan data penginderaan jauh. Penggunaan data penginderaan jauh akan mempermudah dalam pemantauan luas dan pegamatan perubahan tutupan lahwan kawasan pesisir Kota Banda Aceh, baik secara multi-temporal maupun on single-year basis pengamatan. Pemnafatan data penginderaan jauh akan dengan cepat dan akurat menghasilkan informasi mengenai sebaran (distribusi) penggunaan lahan dan tingkat tutupan vegetasi (Jensen, 1991;). Tujuan dari penelitian ini adalah deteksi perubahan (change detection) multitemporal sebaran tambak di Kota Banda Aceh pada periode 2004, 2009, dan 2014. Bahan dan Metode Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra satelit Ikonos 2014, quicbird 2009 dan landsat 6 tahun 2014, GPS, peta dasar dan RTRW Kota Banda Aceh Penelitian dilakukan mulai Mei sampai dengan September tahun 2016. Wilayah penelitina mencakup lima kecamatan yaitu Kecamatan Kuta Raja, Kecamatan Jaya Baru, Kecamatan KutaAlam, Kecamatan Meuraxa, dan Kecamatan Syiah Kuala. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan pemanfatan data penginderaan jauh. Maximum Likelihood Classification dilakukan untuk citra satelit lokasi penelitian, terutama kecamatan yang berada di pinggiran Pesisir Kota Banda Aceh. Survei lapangan dilakukan untuk menentukan ground control point dan pengamatan tambak eksisting. Lokasi kecamatan terpilih tersaji pada Gambar 1.
Gambar 1. Lokasi penelitian Hasil dan Pembahasan Hasil analisis citra satelit diketahui bahwa luas seluruh wilayah kecamatan yang diamati adalah seluas 4.054 Ha. Secara umum tsunami tahun 2004 lalu berpengaruh terhadap perubahan luasan tambak di wilayah yang diamati (Gambar 2). . Hal ini dapat dilihat dari rusaknya lahan tambak di wilayah pesisir dan aktivitas masyarakat yang ditimbulkan setelah tsunami pada citra 2004. Alih fungsi lahan tambak telah terjadi pasca 2004, (image A99
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia
2009, Gambar 3.). Hal ini disebabkan pertumbuhan sarana dan prasarana perkotaan yang semakin meningkat di wilayah pesisir sejak rehabitasi dan rekonstruksi pasca tsunami. Perubahan alih fungsi lahan tambak ini dapat diketahui melalui perubahan tutupan lahan tambak di kawasan pesisir Kota Banda Aceh periode 2004, 2009, dan 2014 yaitu meliputi Kecamatan Kuta Raja, Kecamatan Jaya Baru, Kecamatan Kuta Alam, Kecamatan Meuraxa, dan Kecamatan Syiah Kuala.
Gambar 2. Peta penggunaan lahan di lokasi penelitian Tahun 2004 Hasil analisis citra 2004, tsunami telah menyebabkan banyak lahan tambak hilang dan meningkatnya kebutuhan lahan untuk perumahan penduduk dan infrastruktur pergeseran pemanfaatan lahan di wilayah pesisir kota Banda Aceh. Hasil analisis data penginderaan jauh pada kawasan pesisir Kota Banda Aceh penggungunaan lahan terdiri dari badan air, sawah, tambak, vegetasi, mangrove, permukiman, dan tanah terbuka. Distribusi spasial penggunaan lahan tambak dapat dilihat pada Gambar 2, 3 dan 4. Sedangkan sebaran luas lahan tambak Kota Banda Aceh berdasarkan kecamatan disajikan pada Gambar 5.
Gambar 3. Peta penggunaan lahan lokasi penelitian tahun 2009
A100
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia
Gambar 4. Peta penggunaan lahan lokasi penelitian tahun 2014
Gambar 5. Penggunaan lahan tambak periode 2004, 2009, dan 2014
Gambar 6. Distribusi lahan luas lahan tambak di Kota Banda Aceh A101
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia
Penggunaan lahan tambak tahun 2004 seluas 936,17 Ha dan penggunaan lahan tambak tahun 2009 seluas 905,45 Ha mengalami pengurangan sebesar 30,72 Ha atau 3,28 persen, sedangkan penggunaan lahan tambak tahun 2014 seluas 1108,17 Ha mengalami penambahan sebesar 202,72 Ha atau 22,38 persen (Gambar 5 dan 6). Luas lahan tambak tiap kecamatan berbeda tergantung dari luas wilayah masing-masing kecamatan. Terdapat tiga kecamatan yang mengalami penambahan luas lahan tambak yaitu Kecamatan Jaya Baru seluas 36,59 Ha atau 97,28 persen, Kecamatan Kuta Raja seluas 61,69 Ha atau 48,69 persen, dan Kecamatan Syiah Kuala seluas 130,57 Ha atau 38,72 persen. Sedangkan Kecamatan Kuta Alam dari tahun 2004 sampai 2014 mengalami pengurangan luas lahan tambak tertinggi yaitu 31,96 Ha berkurang seluas 13,87 persen. Selanjutnya Kecamatan Meuraxa dari tahun 2004 sampai 2014 mengalami pengurangan luas lahan tambak seluas 24,89 Ha yaitu 12,17 persen. Ini menunjukkan bahwa berkurangnya luas lahan tambak berpengaruh dari bencana tsunami dan meningkatnya aktivitas masyarakat yang terjadi di wilayah pesisir Kota Banda Aceh. Perubahan penggunaan lahan tambak di lokasi penelitian tahun 2004 dan 2014 disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7. Perubahan penggunaan lahan di lokasi penelitian Tahun 2004 dan 2014 Perubahan penggunaan lahan tambak paling tinggi terjadi di Kecamatan Kuta Alam dan Kecamatan Meuraxa yaitu mengalami pengurangan seluas 56,85 Ha atau 26,04 persen. Perubahan penggunaan lahan permukiman secara keseluruhan mengalami peningkatan sebesar 57,72 persen. Perubahan penggunaan lahan tambak terjadi karena berkurangnya luasan lahan tambak yang disebabkan oleh adanya alih fungsi lahan tambak menjadi lahan permukiman dari tahun 2004 sampai 2014. Perubahan penggunaan lahan terjadi di wilayah pesisir Kota Banda Aceh selama 10 tahun. Perkembangan penduduk dan perekonomian setelah bencana tsunami mempengaruhi tuntutan kebutuhan penggunaan lahan, menyebabkan perubahan tata guna lahan akibat aktivitas penduduk semakin meningkat dan sistem pengembangan semakin maju. Perubahan penggunaan lahan untuk pertambakan di wilayah pesisir Kota Banda Aceh bersaing dengan lahan permukiman, sehingga lahan yang tersedia untuk lahan tambak semakin berkurang. Akibatnya terjadi alih fungsi lahan tambak pada kawasan pesisir Kota Banda Aceh yaitu Kecamatan Jaya Baru, Kuta Alam, Kuta Raja, Meuraxa, dan Syiah Kuala. Ini merupakan penyebab perkembangan lahan permukiman yang semakin meningkat tiap A102
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia
tahunnya. Alih fungsi lahan tambak telah terjadi karena penggunaan lahan beralih fungsi menjadi perumahan, fasilitas publik, perkantoran, dan bangunan komersil yang dibangun di sepanjang wilayah pesisir. Kesimpulan Alih fungsi dan perubahan lahan tambak diwilayah pesisir Banda Aceh mengalami perubahan selama periode pengamatan, baik berkurang mapun pertambahan luas. 1. Luas lahan tambak tahun 2004 adalah 936,17 Ha dan luas lahan tambak tahun 2009 seluas 905,45 Ha mengalami pengurangan sebesar 30,72 Ha atau 3,28 persen, sedangkan penggunaan lahan tambak tahun 2014 seluas 1108,17 Ha mengalami penambahan sebesar 202,72 Ha atau 22,38 persen. 2. Distribusi perubahan penggunaan lahan tambak paling tinggi terjadi di Kecamatan Kuta Alam dan Kecamatan Meuraxa yaitu mengalami pengurangan seluas 56,85 Ha atau 26,04 persen, menyebabkan terjadinya peningkatan lahan permukiman sebesar 57,72 persen.
Daftar Pustaka Gaina, H. C. dan Hariyanto, T. (2013). Analisa Perubahan Lahan Tambak Tahun 2002 dan Tahun 2012 dengan Menggunakan Data Penginderaan Jauh (Studi Kasus: Kota Surabaya Timur). Jurnal Teknik Pomits, X(X): 2337-3539. Jia, K., Liang, S. Wei, X. Yao, Y. Su, Y. Jiang, B. dan Wang, X. (2014). Land Cover Classification of Landsat Data with Phenological Features Extracted from Time Series MODIS NDVI Data. Journal Remote Sensing, 6: 11518-11532. Lillesand dan Kiefer. (1990). Penginderaan jauh dan interpretasi citra. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Opa, E. T. (2010). Analisis perubahan luas lahan mangrove di kabupaten Pohuwato propinsi Gorontalo dengan menggunakan citra Landsat. Jurnal Perikanan Dan Kelautan Tropis, 6(2), 79-82. Qanun. (2009). Qanun Kota Banda Aceh Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2009-2029. Provinsi Aceh. Hal:1-66 (17 September 2009). Qanun. (2013). Qanun Aceh Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh Tahun 2013-2033. Provinsi Aceh. Hal:1-88. Rahmi. (2009). Hubungan Kerapatan Tajuk dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit dan Sistem Informasi Geografis di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei Lepan, dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL)). Penelitian, 1-77. Sunaryo, R. G. (2004). Penataan Ruang Publik Yang Memadukan Pola Aktivitas Dengan Perubahan Fisik Kawasan. Seminar dan Lokakarya Nasional Ikatan Arsitek Indonesia Jakarta, 1-19.
A103