MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN DATAR SEGITIGA SAMA KAKI DAN SAMA SISI PADA SISWA KELAS III SD MUH 3 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO YUSNI RUDIN MONUA
MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PEMBIMBING
Dra. Martianty Nalole, M.Pd Dra. Samsiar Rivai, S.Pd, M.Pd. ABSTRAK YUSNI RUDIN MONUA .2013. Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Datar Segitiga Sama Kaki dan Sama Sisi pada Siswa Kelas III SD MUH 3 Limboto kabupaten Gorontalo. Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Martianty Nalole, M.Pd dan pembimbing II Dra. Samsiar Rivai, S.Pd, M.Pd. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah pemahaman konsep bangun datar segitiga sama kaki dan sama sisi dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAT pada Siswa Kelas III MUH 3 Limboto Kabupaten Gorontalo. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan kelas ( PTK), yang dilaksanakan melalui 2 siklus. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi wawancara, tes, dan dokumentasi. Hasil Penelitian menunjukan bahwa dari 11 siswa yang d kenai tindakan diperoleh 5 Siswa atau 45% memperoleh nilai 6,5 ke atas sehingga belum mencapai indikator kinerja yang ditetapkan maka dilanjutkan dengan siklus II. Pada siklus II meningkat menjadi 10 siswa atau 90,9% yang memperoleh nilai 6,5 ke atas, dengan demikian indikator kinerja telah tercapai dan tindakan yang dicapai dianggap tuntas. Disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD, pemahaman konsep bangun datar sama kaki dan sama sisi kelas III SD MUH 3 Limboto meningkat. Kata Kunci : Pemahaman, konsep, segitiga, sama kaki, sama sisi, STAD
PENDAHULUAN Dari 11 siswa kelas III yang tidak paham dalam pembelajaran pemahaman konsep datar segitiga samakaki dan segitiga samasisi hanya 8 siswa atau 40% yang memperoleh nilai 6,5 ke atas. Dengan demikian terlihat jelas sebagian besar siswa belum memahami konsep bangun datar segitiga samakaki dan segitiga samasisi, sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi guru akan dampaknya bagi siswa di masa akan datang. Oleh keran itu guru berupaya mencari solusi dalam mengatasi kekurangan dalam mengajar yang ditemui, maka guru menyadari bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran harus menggunakan model pembelajaran yang tepat, dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang bentuk segitiga samakaki dan segitiga samasisi salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki materi-materi yang hanya untuk memahami faktor-faktor. Konsep-konsep dasar dan tidak memerlukan penalaran yang tinggi dan juga hapalan, misalnya bilangan bulat, bilangan lain, himpunan - himpunan, bangun datar, dan lain-lain.
KAJIAN TEORETIS Hakikat Pemahaman Konsep Bangun Datar segitiga Samasisi dan samakaki Dalam belajar mengajar matematika siswa harus mampu menangkap makna hubungan antara bagian-bagian yang satu dengan bagian lainnya. Penangkapan makna inilah yang disebut dengan memahami atau mengerti. Menurut Hilgart (dalam Ibrahim dan Syaiodih, 2007:21) ada 6 ciri belajar yang mengandung pemahaman yaitu: (1) Pemahaman dipengaruhi oleh kemampuan dasar, (2) Pemahaman dipengaruhi oleh pengalaman belajar masa lalu, (3) Pemahaman tergantung pada pengaturan situasi, (4) Pemahaman didahului dengan usaha-usaha mencoba, (5) Belajar dengan pemahaman dapat di ulangi, (6) Suatu pemahaman dapat diaplikasi bagi pemahaman situasi lain. Disamping itu menurut Djali (2009:22) bahwa pemahaman sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi yang dipelajari. Hal ini dapat ditunjukkan dengan menerjemahkan materi dari suatu bentuk kebentuk lain, mengimplementasikan materi dan meramalkan akibat dari sesuatu hasil belajar ini satu tingkat lebih tinggi dari pengetahuan tapi masih merupakan pemecahan tingkat rendah. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung di kelas, akan terjadi hubungan timbal balik antara guru dan siswa yang beraneka ragam, dan itulah akan mengakibatkan terbatasnya waktu guru untuk mengontrol bagaimana pengaruh tingkah lakunya terhadap motivasi belajar siswa. Selama pelajaran berlangsung guru sulit menentukan tingkah laku mana yang positif terhadap motivasi belajar siswa, misalnya gaya megajar, strategi pembelajaran yang membantu pemahaman konsep, media dan metode pembelajaran yang baik untuk menyajikan materi yang dapat membantu siswa dalam belajar. Hakekat Bangun Datar Teori Pembelajaran Bangun Datar a) Teori Belajar Van Hiele Menurut Van Hiele (dalam Aisyah, 2007:4-2) bahwa terdapat 5 tahap pemahaman geometri yaitu: (1) Tahap Pengenalan, (2) Tahap Analisis, (3) Pengurutan, (4) Deduksi, dan (5) Keakuratan. b) Teori Belajar Bruner Teori belajar bruner (dalam Asiyah, 2007:1-5) ada tiga kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu: (1) proses perolehan informasi baru, (2) proses mentranformasikan informasi yang diterima dan (3) menguji relevansi dan ketetapan pengetahuan, perolehan informasi baru dapat terjadi melalui kegiatan membaca, mendengarkan informasi guru mengenai materi yang diajarkan atau mendegarkan audiovisual dan lain-lain. Informasi ini mungkin bersifat penghalusan dari informasi sebelumnya yang telah dimiliki. Sedangkan proses transformasi pengetahuan merupakan suatu proses bagaimana kita memperlakukan pengetahuan yang sudah diterima agar sesuai dengan kebutuhan. Informasi yang diterima dianalisis, diproses atau diuabah menjadi konsep yang lebih abstrak agar suatu saat dapat dimanfaatkan.
Menurut Bruner belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu sendiri. Siswa harus dapat menemukan keteraturan dengan cara mengotak-atik bahan-bahan yang berhubungan dengan keteraturan intutif yang sudah dimiliki siswa. Dengan demikian siswa dalam belajar, haruslah terlibat aktif mentalnya agar dapat mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedang dibicarakan, anak akan memahami materi yang dikuasainya itu. Ini menunjukkan bahwa materi mempunyai suatu pola atau struktur tertentu akan lebih mudah dipahami dan diingat anak. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan materi bangun datar. Bila dikaji ketiga model penyajian yang dikenal dengan teori Belajar Bruner, dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Tahap Enaktif Dalam tahap ini model yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek. Pada tahap ini anak belajar sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata, pada penyajian ini anak tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata. Ia akan memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan sesuatu. 2. Tahap Ikonik Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak, berhubungan
dengan
mental
yang
merupakan
gambaran
dari
objek-objek
yang
dimanipulasinya. Anak tidka langsung memanipulasi objek seperti yang dilakukan siswa dalam tahap enaktif. 3. Tahap Simbolis Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu. Anak tidak lagi terikat dengan objek-objek seperti tahap selanjutnya. Anak tahap ini sudah mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap objek riil. Pengertian Bangun Datar Bangun datar adalah satu bentuk benda yang mempunyai panjang dan lebar dan tidak mempunyai tinggi. Bangun datar ini berupa bangun-bangun yang memiliki sudut dan sisi berbeda seperti bangun datar segitiga, persegi, persegi panjang, layang-layang, belah ketupat, jajar genjang, trapezium dan lingkaran. a) Pengertian Segitiga Segitiga adalah nama suatu bentuk yang dibuat dari tiga sisi yang berupa garis lurus dan tiga sudut. Matematikawan Euclid yang hidup sekitar tahun 300 SM menemukan bahwa jumlah ketiga sudut di suatu segi tiga adalah 180 derajat. Hal ini memungkinkan kita menghitung besarnya salah satu sudut yang bila dua sudut lainnya sudah diketahui.
b) Macam-macam segitiga 1) Segitiga Samakaki Segitiga samakaki adalah segitiga yang mempunyai dua sisi sama panjang.
C
A
B
Pada gambar , ABC segitiga sama kaki :
Panjang AC = BC AC dan BC disebut kaki
Besar A = B A dan B disebut sudut-sudut kaki ABC
Sisi AB dsibeu alas
C disebut sudut puncak
2) Segitiga Samasisi Segitiga sama sisi adalah segitiga yang ketiga sisinya sama panjang
M
K
L
Pada gambar, KLM segitiga sama sisi :
2.1.2
Panjang KL = LM = KM
Ketiga sudutnya sama besar, K = L = M = 60
0
Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
2.1.4.1 Model Pembelajaran kooperatif 1) Pengertian Pembelajaran Kooperatif Garder (2007:6-7) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat antara enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras atau suku yang berbeda. Sistim penilaian dilakukan terhadap kelompok, setiap kelompok akan memperoleh penghargaan atau reward, jika kelompok mampu menunjukan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian setiap anggota kelompok akan
mempunyai
ketergantungan
positif.
Ketergantungan
semacam
itulah
yang
selanjutnya akan memunculkan tanggungjawab individu terhadap kelompok dan ketrampilan interpersonal dan setiap anggota kelompok. Menurut Asty (dalam http//model=pembelajaran+kooperatif.pdf) menerangkan bahwa materi-materi matematika yang relevan dengan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah materi-materi yang hanya untuk memahami fakta-fakta, konsep-konsep dasar dan tidak memerlukan penalaran yang tinggi dan juga hafalan, misalnya bilangan bulat, himpunan-himpunan, bilangan jam, bangun datar, dan lain-lain. Berdasarkan pendapat tersebut maka peneliti berkesimpulan bahwa dalam rangka meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep bangun datar segitiga samakaki dan segitiga samasisi maka sangat baik menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Strategi Pembelajaran Kooperatif bisa digunakan manakala : a. Guru menakankan pentingnya usaha kolektif, disamping usaha individual dalam belajar. b. Jika guru menghendaki seluruh siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar. c.
Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya.
d. Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum. e. Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan menambah tingkat partisipasi mereka. f.
Jika guru mengehendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan.
2) Karateristik dan Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif Karateristik Model Pembelajaran Kooperatif a. Pembelajaran secara tim b. Berdasarkan pada managemen kooperatif c.
Kemauan untuk bekerjasama
d. Ketrampilan bekerjasama Prinsip – prinsip Model Pembelajaran Kooperatif a. Prinsip ketergantungan positif b. Tanggungjawab perseorangan c.
Tatap muka
d. Prisnip dan komunikasi 3) Prosedur Model Pembelajaran Kooperatif
Prosedur pembelajaran kooperatif pada dasarnya terdiri atas empat tahap yakni sebagai berikut : a. Penjelasan materi b. Belajar dalam kelompok c.
Penilaian
d. Pengakuan tim 4) Ciri – ciri Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin (dalam Satro, 2011:40 ) Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri : a. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja sama. b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. c.
Jika dalam kelas terdapat siswa-siswi yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut.
d. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan. 5) Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif a. Hasil belajar akademik, yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit. b. Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang. c.
Pengembangan keterampilan sosial, yaitu untuk mengembangkan keterampilan social siswa diantaranya : berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok
Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division STAD 1) Pengertian Student Teams Achievement Division (STAD) Herawati (2007:7) menyatakan bahwa strategi pembelajaran Student Teams Achievement Devision merupakan salah satu tipe strategi pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil heterogen yaitu berdasarkan kemampuan akademis berbeda, jenis kelamin, dan suku yang berbeda. Guru mengawali pembelajaran dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi pembelajaran, kegiatan kelompok, pelaksanaan kuis, dan penghargaan kelompok. Gagasan utama strategi pembelajaran Studentm Teams Achivement Division yakni memotifasi peserta didik dan membantu siswa dalam menguasai materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Jika peserta didik ingin memperoleh penghargaan kelompok, maka peserata didik dalam setiap kelompok harus membantu peserta didik lain untuk mempelajari materi pembelajaran yang sedang dipelajari. Peserta didik dalam kelompok yang sama diharapkan berusaha memperoleh skor terbaik diantara skor anggota kelompok lain. Peserta didik dalam kelompok bekerja sama, membandingkan jawaban,
berdisukusi jika terdapat ketidaksamaan pendapat/jawaban dari setiap masalah, dan saling membantu sesama anggota kelompok terhadap materi pelajaran yang sulit dimengerti. Studentm Teams Achivement Division (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tida boleh saling membantu. Tipe pembelajaran inilah yang akan diterapkan dalam pembelajaran matematika. 2) Strategi Pembelajaran tipe Studentm Teams Achivement Division (STAD) Menurut Slavin (dalam Chaeriyah, 2010:22) langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah : a. Guru membntuk kelompok dengan anggota empat siswa yang heterogen. b. Guru menyajikan pelajaran. c.
Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok.
d. Peserta didik yang dapat mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota kelompok lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu sendiri. e. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu. f.
Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki nilai/poin tertinggi.
g. Guru memberikan evaluasi h. Penutup 3)
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menurut (Slavin, 2008:143) Langkah-langkah model pembelajaran tipe STAD dalam meningkatkan pemahaman konsep bangun datar segitiga samakaki dan segitiga samasisi adalah
pertama : Guru menjelaskan materi pembelajaran yakni mengenai
bangun datar segitiga samakaki dan segitiga samasisi. Kedua : Guru membagi siswa dalam kelompok secara heterogen. Maing-masing kelompok beranggotakan lima orang. Ketiga : Guru memberikan tugas kelompok, yakni menggambar bangun datar segitiga samakaki dan segitiga samasisi. Keempat : Setelah kelompok mempresentasikan hasil kejanya, kemudian guru membagikan LKS yang berisi pertanyaan yang akan dijawab dan dikerjakan secara berkelompok. Kelima : Siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan baik, memberikan petunjuk kepada siswa lain yang belum mengerti.
Keenam : Guru
memberikan / membagikan tugas individu dan siswa mengerjakan. Dan Ketujuh : Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran serta pemberian penguatan terhadap siswa.
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Datar Segitiga Samakaki dan Segitiga samasisi Pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD peneliti melakukan kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir. Dalam hal ini kegiatan yang dilakukan yaitu :
Pertama : peneliti mempersiapkan tempat duduk siswa, rencana pelaksanaan
pembelajaran, mempersiapkan sumber dan alat peraga (KIT matematika berupa papan berpaku, dan karet). Kedua : pelaksanaan ini diawali kegiatan seperti berdoa, mengabsen siswa, dilanjutkan dengan apersepsi yaitu pengantar materi yang akan dipelajari pada kegiatan inti. Kegiatan awal yang dilakukan yakni peneliti memperlihatkan bendera semaphore pada seluruh siswa dengan mengajukan pertanyaan “bendera apa peneliti pegang ?“ harapan peneliti siswa menjawab bendera semaphore atau bendera yang dipakai pada saat pramuka. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan kedua “ bendera ini terbagi berapa bagian anak-anak ? “Harapan peneliti siswa menjawab dua bagian. Pertanyaan ketiga“ bendera terbagi dua dan dua warna yang berbeda berbentuk bangun datar…..,harapan guru siswa menjawab segitiga. Dengan jawaban siswa peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari hari ini dan menuliskannya di papan tulis. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan kelas ( PTK), yang dilaksanakan melalui 2 siklus. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi wawancara, tes, dan dokumentasi.
PEMBAHASAN Tahap Persiapan Pada pelaksanaan siklus I dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 4 Mei Tahun 2013 terdiri atas 4 tahap yakni perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan refleksi, sebagaimana diuraikan berikut ini a) Persiapan/Perencanaan Berdasarkan kesepakatan peneliti bersama kolaborator untuk menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep segitiga samakaki dan segitiga samasisi. Mengingat betapa kompleksnya pembelajaran mengenai penanaman konsep, maka penjelasan materi dibuat lebih menarik dan memberikan kemudahan bagi siswa untuk menyelesaikan soal yang diberikan guru. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dengan memperhatikan syarat pembagian kelompok yaitu setiap kelompok harus heterogen. Tujuan pembagian kelompok ini adalah agar siswa dapat sharing dengan temannya dalam setiap kelompok, sehingga siswa merasa
terbantu untuk dapat menyelesaikan soal-soal mengenai segitiga samakaki dan segitiga samasisi. b) Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan siklus 1 dilaksanakan pada hari selasa tanggal 4 mei 2013 yang di ikuti oleh seluruh siswa berjumlah 11 orang. Pada pelaksanaan tindakan mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya dengan langkah-langkah sebagai berikut : Kegiatan pada tahap ini adalah pelaksanaan kegiatan pembelajaran sebagaimana tugas keseharian yang dilaksanakan oleh guru kelas yaitu pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada bangun datar segitiga sama sisi dan sama kaki di kelas III SD MUH 3 Limboto dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Pada saat guru masuk kedalam kelas sambil mengucapkan salam ”assalamu alaikum warah matullahi wabaraku den siswa menjawab salam guru, walaikum salam warahmatullahi wabarakatu. Selanjutnya guru meletakkan buku pelajaran serta media pembelajaran di atas meja. Guru merapikan tempat duduk siswa dan mempersiapkan siswa menerima pelajaran. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Guru menjelaskan bangun datar segitiga sama kaki dan sama sisi serta menjelaskan bagaimana pemehaman konsep melalui metode STAD. Selanjutnya guru memberikan tugas kepada siswa serta menjelaskan bagaimana sifat-sifat bangun datar segitiga sama kaki dan sama sisi. Disaat siswa mengerjakan tugas guru mengamati siswa satu persatu siswa. Setelah waktu yang diberikan untuk mengerjakan tugas selesai, selanjutnya guru menjelaskan kembali kepada siswa bagaimana konsep bangun datar segitiga sama kaki dan sama sisi melalui metode STAD. Diakhir pembelajaran guru dan siswa menarik kesimpulan terhadap isi materi yang telah dipelajari serta memberikan pesan-pesan moral kepada siswa, guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam “assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu”. c) Pemantauan dan Evaluasi Berdasarkan hasil pemantauan antara peneliti dan pengamat terhadap kegiatan Guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang hasilnya dapat menujukkan aspek-aspek yang telah dijalankan guru sebanyak empat aspek atau 44%, dari seluruh asepk yang diamati, adapun aspek yang belum dijalankan guru sebanyak 5 aspek atau 56% (terlampir) Sedangkan kemampuan siswa pada siklus I berdasarkan analisis soal yang telah diolah oleh peneliti dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1 Hasil evaluasi pemahaman Konsep segitiga samakaki dan segitiga samasisi pada siklus I
No
Nilai Siswa
Banyak Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Persentase
1 2 3 4 1 9,09% 5 4 36,36% 6 7 1 9,09% 8 4 36,36% 9 1 9,09% 10 Jumlah 11 100% Sumber data : Analisis Soal Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Ketuntasan Nilai Nilai 6,5 Kurang Keatas dari 6,5 9,09% 36,36% 9,09% 36,36% 9,09% 54,54% 45,45%
Sesuai tabel di atas, menunjukkan bahwa perolehan nilai ketuntasan 6,5 pada pelaksanaan siklus I terdapat 6 siswa atau 54,54%, sedangkan siswa yang belum tuntas atau kurang dari 6,5 terdapat 5 siswa atau 45,45%. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut : 1.
Siswa yang memperoleh nilai 4 berjumlah 1 siswa atau (10%).
2.
Siswa memperoleh nilai 5 berjumlah 4 siswa atau 36,36%.
3.
Siswa yang memperoleh nilai 7 berjumlah 1 siswa atau 9,09%.
4.
Siswa yang memperoleh nilai 8 berjumlah 4 siswa dengan presentase 36,36%.
5.
Siswa yang memperoleh nilai 9 berjumlah 1 siswa 9,09%.
d) Analisis dan Refleksi Dari hasil refleksi bersama terungkap bahwa masih ada beberapa indikator yang perlu ditingkatkan serta cara guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan penerapan metode kooperatif tipe STAD yakni: (1) sebagian siswa masih kelihatan pasif dalam proses pembelajaran, (2) perlu membimbing siswa yang belum menguasai pemahaman konsep bangun datar segitiga samakaki dan segitiga samasisi, (3) Reinforcement/penguatan yang diberikan tidak dihubungkan langsung dengan perilaku yang muncul. Dengan melihat hasil pelaksanaan tindakan siklus I, peneliti berkesimpulan bahwa faktor utama penyebab ketidakmampuan siswa dalam penguasaan konsep bangun datar segitiga samakaki dan segitiga samasisi adalah karena siswa belum menguasai pembelajaran serta kebiasaan siswa yang pasif dimana selama ini pembelajaran hanya terpusat dari guru. Pelaksanaan tindakan siklus I telah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil observasi awal, namun capaian tingkat pemahaman siswa belum sesuai dengan apa yang diharapkan atau sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan oleh peneliti. Masih rendahnya capaian ini disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut: (1) Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar kelompok, (2) Sebagian siswa belum memahami langkah-langkah pembelajaran dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan upaya dengan memberikan pengertian kepada siswa mengenai
kondisi dalam kelompok, keikutsertaan dalam kelompok dan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan penerapan metode kooperatif tipe STAD. Hasil capaian pelaksanaan tindakan siklus I belum memenuhi standar minimal indikator kinerja yang ditetapkan oleh peneliti, olehnya penelitian ini perlu dilanjutkan dalam siklus berikutnya, yakni siklus II dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep bangun datar segitiga samakaki dan segitiga sama sisi. 4.1.2. Siklus II Pada pelaksanaan siklus II dilakukan pada hari Senin tanggal 13 Mei 2013 terdiri dari atas 4 tahap yakni perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan refleksi, sebagaimana diuraikan berikut ini. a) Persiapan/Perencanaan Pada pelaksanaan tindakan siklus II diawali dengan perencanaan pelaksanaan tindakan oleh peneliti bersama guru mitra. Adapun tujuan dari perencaan ini adalah untuk memperbaiki aspek-aspek proses pembelajaran yang dilaksanakan secara tidak maksimal pada siklus I. b) Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan siklus 1 dilaksanakan pada hari senin tanggal 13 mei 2013 yang di ikuti oleh seluruh siswa berjumlah 11 orang. Pada pelaksanaan tindakan mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya dengan langkah-langkah sebagai berikut : Kegiatan pada tahap ini adalah pelaksanaan kegiatan pembelajaran sebagaimana tugas keseharian yang dilaksanakan oleh guru kelas yaitu pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada bangun datar segitiga sama sisi dan sama kaki di kelas III SD MUH 3 Limboto dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Pada saat guru masuk kedalam kelas sambil mengucapkan salam ”assalamu alaikum warah matullahi wabaraku den siswa menjawab salam guru, walaikum salam warahmatullahi wabarakatu. Selanjutnya guru meletakkan buku pelajaran serta media pembelajaran di atas meja. Guru merapikan tempat duduk siswa dan mempersiapkan siswa menerima pelajaran. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Guru menjelaskan bangun datar segitiga sama kaki dan sama sisi serta menjelaskan bagaimana pemehaman konsep melalui metode STAD. Selanjutnya guru memberikan tugas kepada siswa serta menjelaskan bagaimana sifat-sifat bangun datar segitiga sama kaki dan sama sisi. Disaat siswa mengerjakan tugas guru mengamati siswa satu persatu siswa. Setelah waktu yang diberikan untuk mengerjakan tugas selesai, selanjutnya guru menjelaskan kembali kepada siswa bagaimana konsep bangun datar segitiga sama kaki dan sama sisi melalui metode STAD. Diakhir pembelajaran guru dan siswa menarik kesimpulan terhadap isi materi yang telah dipelajari serta memberikan pesan-pesan moral kepada siswa, guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam “assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu”. c) Pemantauan dan Evaluasi Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II masih sama dengan pembelajaran pada siklus I dan dengan persiapan pembelajaran yang terlampir, diperoleh lembar pengamatan
kegiatan proses pembelajaran berlangsung (terlampir). Kegiatan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya, karena pada siklus ini guru telah melaksanakan aspek-aspek yang terdapat pada kegiatan pembelajaran sehingga mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya hanya mencapai 55% dari seluruh aspek kegiatan guru yang diamati dalam proses pembelajaran meningkat menjadi 100%, jadi mengalami peningkatan 45% dari siklus sebelumnya. Pelaksanaan tindakan siklus II ini dilaksanakan dengan alokasi waktu 2x35 menit atau 2 jam pelajaran. Berdasarkan hasil analisis yang telah di olah oleh peneliti dalam pelaksanaan tindakan siklus II ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel II Hasil evaluasi pemahaman Konsep segitiga samakaki dan segitiga samasisi pada siklus II No
Nilai Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Banyak Siswa
Persentase
1 2 3 4 5 6 1 9,09% 7 4 36,36% 8 4 18,18% 9 1 9,09% 10 Jumlah 11 100% Sumber Data : Analisis Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Ketuntasan Nilai Nilai 6,5 Kurang dari Keatas 6,5 9,09% 36,36% 18,18% 9,09% 90,9% 9,09%
Sesuai tabel di atas, menunjukkan bahwa perolehan nilai ketuntasan 6,5 pada pelaksanaan siklus I terdapat 10 siswa atau 90,9%, sedangkan siswa yang belum tuntas atau kurang dari 6,5 terdapat 1 siswa atau 9,09%. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut : 1.
Siswa yang memperoleh nilai 6 berjumlah 1 siswa atau 9,09%
2.
Siswa yang memperoleh nilai 7 berjumlah 4 siswa atau 36,36%
3.
Siswa yang memperoleh nilai 8 berjumlah 3 siswa atau 27,27%
4.
Siswa yang memperoleh nilai 9 dan 10 masing-masing berjumlah 3 siswa dengan presentase 27,27%
d) Analisis dan Refleksi Dengan melihat hasil perolehan hasil belajar siswa pada siklus II, penguasaan konsep bangun datar segitiga samakaki dan segitiga samasisi mengalami peningkatan. Dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa yang telah mencapai indikator kinerja maka tidak perlu melaksanakan tindakan selanjutnya. Argumen tersebut ada karena berdasarkan hasil tindakan siklus I jumlah siswa yang dapat memahami konsep bangun datar segitiga samakaki dan segitiga samasis hanya 54,54%, setelah diadakan tindakan siklus II mengalami peningkatan menjadi 90%.
SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dalam pembahasannya, maka peneliti menyimpulkan bahwa pemahaman konsep bangun datar segitiga samakaki dan segitiga samasisi pada kelas III SD Muh. 3 Limboto Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo ditingkatkan jika guru menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD meningkat. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut : Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut : a) Bagi Siswa Memperbanyak latihan soal sekaligus mempunyai banyak pengalaman dalam pemahaman konsep bangun datar segitiga samasisi dan samakaki b) Bagi Guru Model pembelajaran kooperatif type STAD dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran karena terbukti dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun datar segitiga samasisi dan samakaki. c) Bagi Sekolah Model pembelajaran kooperatif type STAD (Standart Teams Achieverent Divisions) sebagai model pembelajaran alternatif yang dapat digunakan di SD Muh 3 Limboto secara bergantian dengan model lain, karena penerapan model pembelajaran kooperatif type STAD (Standart Teams Achieverent Divisions) dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun datar segitiga samasisi dan samakaki. d) Bagi Peneliti Peneliti dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang aspek-aspek lain dalam pembelajaran dan dapat mengaplikasikannya pada materi yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ansar, M & Sembiring, RK. 2000. Hakikat Pembelajaran Matematika di Perguruan Tinggi. Jakarta : Dikti-Diknas Aqid Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Bandung : Yrama Widya. Arikunto Suharsimi. 2006 Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Asty. http//model=pembelajaran+kooperatif.pdf diakses 12 April 2011 Darhim. 2000. Media dan Sumber Belajar Matematika. Jakarta : Karunika-UT Djali. 2009. Materi Pelajaran Matematika SD terlalu abstrak dan rumit. Jakarta : Kompas. Gardner. 2007. Menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif http//segi+tiga.pdf diakses tanggal 5 April 2011 Hudoyono, H. 2000. Teori Belajar dalam Proses Belajar Mengajar Matematika. Jakarta. Herawati, Susilo. 2007. Strategi-Strategi Pembelajaran. Jakarta : Surya Pena Gemilang. John. A, Van De Walle. 2005. Elementary School Mathematic Teanhing Develompmentally. Virgina Commonwealth Universcity : Logman. Strategi
Pembelajaran Kooperatif (SPK). http://id.shyoong.com/ seducation/2009/02-strategi pembelajaran-spk.
social-
sciences/
Subariah, Sri. 2006. Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Tarigan, Daitin. 2006. Pembelajaran Matematika Realistik. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.