UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG SISI DATAR DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MANIPULATIF Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Disusun Oleh:
KHUMAIDI M NIM. 104017000510 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1432 H/2011 M
ABSTRAK KHUMAIDI M (104017000510), “Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar dengan Menggunakan Media Manipulatif” Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Juli 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang sisi datar dengan menggunakan media manipulatif, selain itu penggunaan media manipulatif dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. Penelitian dilaksanakan bulan Januari sampai dengan Maret 2010 di Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair Ciputat Tangerang Selatan tahun pelajaran 2009/2010. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang berlangsung selama dua siklus. Dalam pelaksanaan tindakan penelitian metode pembelajaran yang digunakan adalah metode kelompok, dimana subjek penelitian dikelompokan secara heterogen. Pengumpulan data pemahaman konsep bangun ruang sisi datar menggunakan instrumen tes formatif akhir setiap siklus berupa test essay. Sedangkan pengumpulan data aktivitas belajar matematika siswa menggunakan instrumen aktivitas belajar matematika siswa, catatan observasi aktivitas belajar matematika siswa, dan wawancara terhadap subjek penelitian. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran dengan menggunakan media manipulatif dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang sisi datar dan aktivitas belajar matematika siswa.
Kata kunci: Pemahaman konsep, Media manipulatif.
iii
ABSTRACT KHUMAIDI M (104017000510), “Effort Improving Conceptual Understanding on geometry using manipulative media” a Skripsi of Mathematics Education Departement Faculty of Tarbiya and Teacher Training, „Syarif Hidayatullah‟ State Islamic University Jakarta, Juli 2011. The purpose of this research are to increase on conceptual understanding on geometry with using manipulative media, and to increase student is activities in learning mathematics. The research is done from January to March 2010 at Madrasah Tsanawiyah Jam‟iyyatul Khair Ciputat Tangerang school year 2009/2010. The method of this research is classroom action research which is two cycles. Instructional strategy used in learning mathematics was group method, with heterogeneously subject. The collecting conceptual understanding on geometry used formative test essay. While collecting student is activities learning mathematics data used sheets of activities learning mathematics, observation sheet of activities learning mathematics, and interview research subject. The result research reveals that in learning mathematics based with using manipulative media can improve of conceptual understanding on geometry and student is activities learning mathematics. Key words: understanding concept, manipulative media.
iv
KATA PENGANTAR ﺑﺳﻢﺍﷲﺍﻟﺭﺤﻣﻦﺍﻟﺭﺤﻳﻢ Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT telah memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan pada umatnya yang selalu setia mengikuti petunjuknya sampai akhir zaman. Alhamdulillah skripsi dengan judul ”Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar dengan Menggunakan Media Manipulatif” dapat penulis selesaikan. Skripsi ini dapat terselesaikan tentunya dengan adanya bantuan dan dorongan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, yaitu: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yakni Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika yakni Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd atas segala nasehat dan motivasi untuk menyusun skripsi ini. 3. Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika yakni Bapak Otong Suhyanto, M.Si atas segala kemudahan yang diberikan. 4. Dosen pembimbing I yakni Ibu Gelar Dwirahayu, M.Pd yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat, dan arahan kepada penulis selama menyusun skripsi ini. 5. Dosen Pembimbing II yakni Bapak Firdausi, M.Pd yang dengan kesabaran dan keikhlasannya telah membimbing, memberikan saran, masukan serta arahan kepada penulis. 6. Para dosen dan staf Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Semoga ilmu yang bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Serta staf jurusan dan fakultas yang selalu membantu penulis dalam proses administrasi.
v
7. Kepala Sekolah MTs Jam’iyyatul Khair Ciputat Tangerang yakni Bapak Drs. Sukirman yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian skripsi ini, dan guru matematika yakni Bapak Aspuri, S.Pd yang telah memberikan arahan dalam penelitian skripsi ini. 8. Teristimewa untuk kedua orangtuaku tercinta, ayahanda H. Marjaya dan Ibunda Hj. Hapipah yang tiada hentinya mencurahkan kasih sayang, selalu mendoakan, serta memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis. Serta kakak-kakakku (Hasbullah, M. Romli, M. Nuryani, Siti Maryam, dan Siti Ningrum) yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa kepada penulis, Love you. 9. Sahabat-sahabat seperjuanganku dibangku kuliah (Aditya Prana, Supriyadi dan Muhammad Ihsan) yang bersama-sama saling memberikan semangat, nasehat, dan doa kepada penulis. Serta semua teman-temanku di Jurusan Pendidikan Matematika 2004. Terima kasih atas kebersamaan kalian selama ini. 10. Semua pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah semua ini penulis serahkan semoga kebaikan mereka mmendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis meminta kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca semuanya, Amin.
Jakarta, Juli 2011
Penulis
vi
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ......................................
i
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ......................................................
ii
ABSTRAK .............................................................................................................. iii ABSTRACT ............................................................................................................ iv KATA PENGANTAR ............................................................................................
v
DAFTAR ISI ........................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ..................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan .........................................................
1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................
9
C. Pembatasan Fokus Penelitian .........................................................
9
D. Perumusan Masalah Penelitian ....................................................... 10 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 10 BAB II
KAJIAN
TEORI
DAN
PENGAJUAN
KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN A. Kajian Teori ..................................................................................... 12 1. Pemahaman Konsep Matematika Bangun Ruang Sisi Datar ..... 12 a. Pengertian Pemahaman Konsep ........................................... 12 b. Indikator Pemahaman Konsep ............................................. 19 c. Pembelajaran Matematika ................................................... 19 1) Pengertian Pembelajaran ................................................ 19 2) Pengertian Matematika ................................................... 25 d. Konsep Matematika Bangun Ruang Sisi Datar .................... 30 1) Kubus .............................................................................. 30 2) Balok ............................................................................... 32 3) Prisma ............................................................................. 34 4) Limas .............................................................................. 35 vii
2. Pembelajaran Menggunakan Media Manipulatif ....................... 36 a.
Pengertian Media Pembelajaran ......................................... 36
b. Jenis-Jenis Media Pembelajaran ......................................... 41 c. Media Manipulatif .............................................................. 43 d. Keuntungan Penggunaan Media Manipulatif ..................... 45 B. Hasil Penelitian yang Relevan ......................................................... 46 C. Hipotesis Tindakan........................................................................... 46 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 47 B. Metode Penelitian............................................................................. 47 C. Subjek Penelitian.............................................................................. 50 D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ..................................... 50 E. Tahapan Perencanaan Kegiatan ....................................................... 50 1. Tahapan Penelitian Kegiatan Awal ............................................ 51 2. Siklus I ........................................................................................ 51 a. Tahap Perencanaan Tindakan I............................................ 51 b. Tahap Pelaksanaan Tindakan I ............................................ 51 c. Tahap Observasi Tindakan I ................................................ 52 d. Tahap Refleksi Tindakan I .................................................. 52 3. Siklus II ...................................................................................... 53 a. Tahap Perencanaan Tindakan II .......................................... 53 b. Tahap Pelaksanaan Tindakan II .......................................... 53 c. Tahap Observasi Tindakan II .............................................. 54 d. Tahap Refleksi Tindakan II ................................................. 54 F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ................................... 54 G. Data dan Sumber Data .................................................................... 54 H. Instrument-Instrumen Pengumpulan Data ....................................... 55 I. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 58 J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan (Trusworthiness) Studi ............. 58 K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Data ........................................ 59 L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ............................................ 60
viii
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Penelitian Pendahuluan .................................................................... 61 B. Data Penelitian dan Analisis Data .................................................... 63 1. Analisis Pemahaman Konsep Matematika Siswa....................... 63 2. Analisis Catatan Observasi Aktivitas Belajar Matematika ........ 65 3. Analisis Data Hasil Wawancara ................................................. 66 4. Rekapitulasi Data Aktivitas Belajar Matematika Siswa ............. 67 C. Tindakan Pembelajaran Siklus I....................................................... 69 1. Tahap Perencanaan..................................................................... 69 2. Tahap Pelaksanaan ..................................................................... 70 3. Tahap Observasi/Pengamatan .................................................... 77 4. Tahap Refleksi ............................................................................ 79 D. Tindakan Pembelajaran Siklus II .................................................... 82 1. Tahap Perencanaan..................................................................... 82 2. Tahap Pelaksanaan ..................................................................... 82 3. Tahap Observasi/Pengamatan .................................................... 88 4. Tahap Refleksi ........................................................................... 90 E. Hasil Temuan .................................................................................. 92 F. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan (Trusworthiness) Studi ............ 94
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...................................................................................... 95 B. Saran ................................................................................................. 95
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 97 LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 100
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Desain Penelitian .............................................................................. 48
Tabel 2
Kategori Aktivitas Belajar Siswa ..................................................... 49
Tabel 3
Kisi-Kisi Instrumen Test Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar Siklus I............................................................................. 55
Tabel 4
Kisi-Kisi Instrumen Test Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar Siklus II ........................................................................... 56
Tabel 5
Kisi-kisi Instrumen Aktivitas Belajar Matematika Siswa ................ 56
Tabel 6
Kisi-kisi Instrumen Pedoman Wawancara ....................................... 57
Tabel 7
Persentase Rata-rata Pemahaman Konsep Siklus I dan Siklus II ..... 65
Tabel 8
Persentase Rata-rata Aktivitas Belajar Matematika Siswa Siklus I dan Siklus II ........................................................................ 68
Tabel 9
Persentase Hasil Keaktifan Belajar Kelompok Siklus I dan Siklus II ....................................................................... 68
Tabel 10 Persentase Rata-Rata Aktivitas Belajar Matematika Siswa Siklus I dan Siklus II ....................................................................... 68 Tabel 11 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ......................................... 78 Tabel 12 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Formatif Akhir Siklus I .................. 79 Tabel 13 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ....................................... 89 Tabel 14 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Formatif Akhir Siklus II ................. 91
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Kerucut Pengalaman Edgar Dale....................................................40
Gambar 2
Bentuk-Bentuk Bangun Ruang dalam Kehidupan Sehari-Hari.......71
Gambar 3
Jenis-Jenis Bangun Ruang...............................................................72
Gambar 4
Siswa Berusaha Membuat Jaring-Jaring Bangun Ruang.............. 73
Gambar 5
Aktivitas Siswa Melakukan Kerja Kelompok Hanya Mengandalkan Teman yang Pintar untuk Mengerjakan Tugas Kelompok........................................................................... 74
Gambar 6
Aktivitas Siswa Melakukan Kegiatan Kerja Kelompok............... 75
Gambar 7
Cara Menentukan Luas Permukaan Limas dan Prisma................ 76
Gambar 8
Cara Menentukan Volume Kubus..................................................83
Gambar 9
Cara Menentukan Volume Limas...................................................84
Gambar 10
Macam-Macam Bangun Ruang Prisma..........................................87
xi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ...................... 100
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II .................... 123
Lampiran 3
Lembar Kerja siswa (LKS) ............................................................ 134
Lampiran 4
Lembar Latihan Siswa ................................................................... 146
Lampiran 5
Kisi-Kisi Uji Coba Tes Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar Pra Penelitian ....................................................................... 154
Lampiran 6
Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Siklus I ............................................................ 155
Lampiran 7
Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Siklus II ........................................................... 156
Lampiran 8
Instrumen Tes Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar Pra Penelitian ................................................................................. 157
Lampiran 9
Instrumen Tes Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar Siklus I ........................................................................................... 159
Lampiran 10 Instrumen Tes Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar Siklus II ......................................................................................... 161 Lampiran 11 Instrumen Aktivitas Belajar Matematika Siswa ............................ 163 Lampiran 12 Instrumen Catatan Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Siklus I ................................................................................ 164 Lampiran 13 Instrumen Catatan Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Siklus II ............................................................................... 165 Lampiran 14 Catatan Evaluasi Tindakan Penelitian ........................................... 166 Lampiran 15 Catatan Tindakan Penelitian .......................................................... 167 Lampiran 16 Pedoman Wawancara Guru ........................................................... 168 Lampiran 17 Pedoman Wawancara ................................................................... 169 Lampiran 18 Pembagian Kelompok Siklus I ...................................................... 170 Lampiran 19 Pembagian Kelompok Siklus II ..................................................... 171 Lampiran 20 Hasil Rekapitulasi Instrumen Aktivitas Belajar Matematika Siswa.............................................................................................. 172
xii
Lampiran 21 Nilai Hasil Tes Pra Penelitian Pemahaman Konsep Bangun Ruang sisi datar ........................................................................... 185 Lampiran 22 Nilai Tes Formatif Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar Siklus I ................................................................................. 186 Lampiran 23 Nilai Tes Formatif Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar Siklus II................................................................................ 187 Lampiran 24 Hasil Tes Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar Pra Penelitian ................................................................................. 188 Lampiran 25 Nilai Tes Formatif Akhir Siklus I.................................................. 189 Lampiran 26 Nilai Tes Formatif Akhir Siklus II ................................................ 190 Lampiran 27 Perhitungan Distribusi Frekuensi Tes Formatif Akhir Siklus I ..... 191 Lampiran 28 Perhitungan Distribusi Frekuensi Tes Formatif Akhir Siklus II ... 193 Lampiran 29 Hasil Wawancara Guru.................................................................. 195 Lampiran 30 Hasil Wawancara Siklus I ............................................................. 198 Lampiran 31 Hasil Wawancara Siklus II ............................................................ 200 Lampiran 32 Lembar Uji Referensi .................................................................... 202 Lampiran 33 Surat Pengajuan Judul Skripsi ....................................................... 206 Lampiran 34 Surat Bimbingan Skripsi................................................................ 207 Lampiran 35 Surat Izin Penelitian ...................................................................... 208 Lampiran 36 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ............................. 209
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari proses kehidupan. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa kemudian tua manusia selalu mengalami proses pendidikan, baik itu dari orang tua, masyarakat, maupun lingkungannya. Selain itu, pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam menunjang kehidupan bangsa di masa depan, melalui pendidikan manusia sebagai subjek pembangunan dapat dididik, dibina, dan dikembangkan potensi-potensinya. Dengan pendidikan diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan berwawasan yang membentuk peradaban manusia yang bermartabat. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab II Pasal 3 yang berbunyi: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.1 Pendidikan sangat penting bagi manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat merealisasikan dirinya baik fisik, emosional, mental sosial, dan etika. Pendidikan adalah suatu aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi yang ada pada dirinya. Selain itu, pendidikan juga dapat mengangkat derajat manusia sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT (Q.S. Al-Mujadilah: 11) yang artinya
1
Departeman Pendidikan Nasional, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 9
1
2 “Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat”. Manusia
sangat
membutuhkan
pendidikan
untuk
menggali
dan
mengembangkan potensi dirinya melalui proses pengajaran maupun dengan cara lain yang telah diakui oleh masyarakat.2 Muhibbin Syah mengatakan bahwa pendidikan adalah “Proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.3 Salah satu jalur pendidikan yang sangat akrab di lingkungan kita adalah pendidikan formal yang pelaksanaannya telah diatur oleh pemerintah. Pendidikan formal pada intinya adalah kegiatan belajar mengajar. Pendidikan bukanlah suatu hal yang statis atau tetap melainkan suatu hal yang dinamis sehingga menuntut adanya suatu perubahan atau perbaikan secara terus menerus. Perubahan dapat dilakukan dalam hal strategi mengajar, metode mengajar, media mengajar, bukubuku, alat-alat laboratorium, maupun materi-materi pelajaran. Komponenkomponen yang terlibat dalam proses belajar mengajar ini meliputi: guru, siswa, kurikulum dan sarana penunjang pendidikan. Siswa merupakan komponen utama di antara komponen-komponen yang lain, sebab siswa merupakan obyek yang akan dididik dan dibimbing untuk menjadi manusia-manusia yang berkualitas dan tangguh dalam menghadapi tantangan kehidupan yang semakin maju. Adapun salah satu tempat untuk memperoleh pendidikan formal adalah di sekolah, dimana matematika salah satu pelajaran yang harus dipelajari. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran untuk pelajaran matematika di sekolah lebih banyak di bandingkan dengan pelajaran lain. Selain itu pelajaran matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai sekolah perguruan tinggi.
2
Departeman Pendidikan Nasional, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. V 3 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 10
3
Matematika diperlukan oleh ilmu pengetahuan lain sebagai landasan berfikir dan pengembangan konsep. Maka sangat tepat jika Howard F. Fehr mengatakan seperti yang dikutip oleh Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya: “Matematika sebagai ratu dan sekaligus sebagai pelayan ilmu. Disatu pihak sebagai ratu, matematika bentuk tertinggi dari logika, sedangkan dilain pihak sebagai pelayan.4 Dengan belajar matematika seseorang akan mempunyai sikap dan kebiasaan berfikir kritis, logis dan matematis. Pamahaman konsep matematika secara tepat dan optimal akan membentuk seseorang lebih terampil dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Seseorang akan mengetahui nilai perasaan, lebih besar, lebih kecil, ukuran, jumlah, bentuk bangun datar dan ruang, nilai uang logam dan masih banyak lagi manfaat yang bisa diperoleh melalui matematika. Ada hal yang juga tidak bisa terlepas dari matematika itu sendiri, yaitu proses pembelajaran. Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal maka perlu ada proses pencapaian yang maksimal pula. Proses pembelajaran inilah yang biasa disebut dengan pendidikan, karena pendidikan merupakan sebuah proses dengan menggunakan
metode-metode
tertentu
sehingga
seseorang
memperoleh
pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan5. Pemahaman merupakan kemampuan untuk memahami apa yang sedang diajarkan serta mampu menggunakan dan menerapkan apa yang telah diajarkan untuk menyelesaikan permasalahan. Pemahaman sangatlah penting dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran karena jika pemahaman belum dapat dicapai oleh siswa ketika menerima pelajaran maka mana mungkin siswa itu dapat menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru yang menyangkut materi yang telah diajarkan dan siswa akan mengalami kesulitan karena informasi yang telah disampaikan oleh guru belum dapat diserap dengan baik oleh siswa. Dalam hal
4
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Sinar Harapan, 2005), h. 203 5 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 10
4 belajar matematika pada dasarnya merupakan belajar konsep. 6 Selama ini siswa cenderung menghafal konsep-konsep matematika tanpa memahami maksud dan isinya. Dengan demikian pembelajaran matematika di sekolah merupakan masalah. Jika konsep dasar diterima salah, maka sangat sukar untuk memperbaiki kembali, terutama jika sudah diterapkan dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Oleh karena itu, yang penting adalah bagaimana siswa memahami konsep-konsep matematika secara bulat dan utuh, sehingga jika diterapkan dalam menyelesaikan soal-soal matematika siswa tidak mengalami kesulitan. Pemahaman konsep matematika dapat diberikan secara bertahap, sebab ilmu ini berkenaan dengan konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis. Sebagai contoh, seorang siswa tidak mungkin dapat memahami proses perkalian jika ia belum menguasai konsep penjumlahan. Tentunya masih banyak lagi contoh lain yang menggambarkan betapa pentingnya pembelajaran matematika ini harus diberikan menurut kaidah yang tepat berdasarkan pemahaman konsep matematika. Berdasarkan penjelasan di atas pemahaman konsep itu perlu ditanamkan kepada peserta didik sejak dini yaitu sejak anak tersebut masih duduk dibangku sekolah dasar maupun bagi siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama terkait bahwa pemahaman konsep juga sangat diperlukan. Di sana mereka dituntut mengerti tentang definisi, pengertian, cara pemecahan masalah maupun pengoperasian matematika secara benar, karena akan menjadi bekal dalam mempelajari matematika pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, kemampuan pemahaman konsep sangatlah diperlukan dalam mata pelajaran matematika karena orang yang memiliki kemampuan pemahaman konsep yang baik akan mampu memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari yang nantinya akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah menengah mempunyai perbedaan dengan mata pelajaran lainnya. Sebagian besar materi yang dipelajari di dalam matematika berisi konsep-konsep dan rumus-rumus yang 6
52.
Mulyati, Pengatar Psikologi Belajar, (Jogjakarta: Quality Publishing, 2007), Ed. ke-2, h.
5
mendukung konsep-konsep tersebut. Salah satu hal yang unik dan perlu mendapat perhatian adalah bahwa materi yang diajarkan kebanyakan bersifat abstrak, sehingga dituntut kemampuan guru untuk mengupayakan metode yang tepat sesuai tingkat perkembangan mental siswa. Untuk itu diperlukan model dan media pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mencapai kompetensi dasar dan indikator pembelajaran. Pemilihan media yang tepat juga sangat memberikan peranan dalam pembelajaran, sehingga diperlukan suatu media pembelajaran yang dapat menarik perhatian dan memotivasi siswa untuk belajar matematika tanpa mengurangi fungsi media pembelajaran secara umum. Fungsi khusus media dalam pembelajaran matematika di antaranya untuk membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa, menghindari atau mengurangi terjadinya salah komunikasi dan untuk konsep matematika yang abstrak dapat disajikan dalam bentuk konkret sehingga dapat lebih dipahami, dimengerti dan dapat disajikan sesuai dengan tingkat-tingkat berfikir siswa. Namun sampai saat ini pelajaran matematika masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan susah untuk dipahami, dan telah menjadi anggapan umum dalam masyarakat Indonesia. Seoarang guru diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran matematika yang menyenangkan, akrab dan bukan membuat siswa menjadi takut pada pelajaran matematika. Seorang guru dapat mengembangkan kreativitas dirinya dalam mengembangkan strategi dan media pembelajaran yang digunakan sehingga membantu mereka dalam proses belajar mengajar menjadi lebih efektif dan efisien. Oleh sebab itu bagaimana cara guru meyakinkan kepada siswa bahwa pelajaran matematika tidak sulit seperti yang mereka bayangkan, karena dengan menganggap sulit dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar matematika. Kenyataannya hasil belajar matematika yang diperoleh siswa saat ini masih memprihatinkan. Hal ini menjadi bahan perbincangan dalam berbagai diskusi mengenai pendidikan di Indonesia bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan mutu pendidikan di negara lain. Salah satu indikator adalah mutu pendidikan matematika yang diduga telah tergolong memprihatinkan yang ditandai dengan rendahnya nilai rata-rata
6
matematika siswa di sekolah lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai mata pelajaran lain. Bahkan banyak diperbincangkan tentang nilai ujian akhir nasional (UN) bidang studi matematika yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan bidang studi lainnya. Prestasi siswa Indonesia pada mata pelajaran matematika masih belum memuaskan. Data UNESCO berdasarkan penelitian Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMS) pada tahun 1999 menempatkan Indonesia berada di peringkat ke-34 dari 38 negara pada mata pelajaran matematika, masih di bawah Malaysia dan Singapura. Sedangkan berdasarkan penelitian TIMMS yang dilakukan oleh Frederick K. S. Leung pada tahun 2003 yang dipublikasikan di Jakarta pada 21 Januari 2007 menyatakan jumlah jam pelajaran matematika di Indonesia tidak sebanding dengan prestasi yang diraih. “Jumlah jam pengajaran matematika di Indonesia jauh lebih banyak dibanding kedua negara tersebut. Dalam satu tahun, siswa kelas 8 di Indonesia rata-rata mendapat 169 jam pelajaran matematika, sementara siswa di Malaysia hanya mendapat 120 jam dan 112 jam di Singapura. Namun, waktu yang dihabiskan siswa Indonesia tidak sebanding dengan prestasi yang diraih. Prestasi matematika siswa Indonesia hanya menembus skor rata-rata 411, 11 angka lebih tinggi dari rata-rata rendah dan masih kurang 64 poin lagi untuk menembus rata-rata menengah. Sementara Malaysia dan Singapura masing-masing mencapai 508 dan 605”. Lebih lanjut, dari 49 negara yang ikut serta dalam TIMSS 2007, prestasi siswa Indonesia dalam matematika berada di urutan ke-36, dengan skor rata-rata 405 (skor rata-rata internasional = 500). Dalam pencapaian prestasi belajar matematika, lima urutan terbaik dunia diduduki oleh Taiwan diikuti oleh Korea Selatan, Singapura, Hong Kong, dan Jepang. Secara umum, hasil TIMSS 2007 tersebut
menunjukkan bahwa siswa kita mempunyai pengetahuan dasar
matematika tetapi tidak cukup untuk dapat memecahkan masalah rutin (manipulasi bentuk, memilih strategi, dan sebagainya) apalagi yang non-rutin (penalaran intuitif dan induktif berdasarkan pola dan kereguleran). 7
7
“Rendah, Prestasi Matematika Indonesia,” artikel diakses pada 16 September 2011 dari http://www.topix.com/forum/world/malaysia/TPKMP1F380BEBFJGS.
7
Angka-angka tersebut tidak berbeda jauh jika kita menengok kembali batas Standar Kelulusan Minimal (SKM) pada Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) tahun ini. Di sekolah yang sarana dan prasarananya masih di bawah Sekolah Standar Nasional (SSN), nilai SKM matematika ditentukan hanya 3,3, lebih rendah dari IPA dengan nilai 4 dan Bahasa Indonesia dengan nilai 6. Sedangkan pada kebanyakan sekolah Menengah pertama unggulan, SKM yang diambil untuk mata pelajaran matematika hanya sebesar 3,75 atau 4,0, tidak berbeda dengan tahun lalu. Sementara bahasa Indonesia dan IPA masing-masing dinaikkan 0,5 poin dari tahun lalu. 8 Pengembangan strategi yang tepat pada pembelajaran matematika permulaan bagi anak usia 6-7 tahun yang masih dalam tahap pemahaman matematika secara konkrit (konsep) dapat menggunakan media yang sederhana dan mudah didapat, seperti media manipulatif. Media manipulatif adalah segala benda yang dilihat, disentuh, didengar, dirasakan, dan dimanipulasikan (penyimpangan dari fungsi yang sebenarnya). Media ini relatif sangat sederhana penyediaannya dan bisa ditemukan dan digunakan dalam kehidupan siswa seharihari, sehingga siswa dapat menikmati pelajaran matematika yang diberikan di sekolah. Penggunaan media akan sangat membantu keefektifan proses belajar mengajar. Bahkan Arsyad mengatakan bahwa ”Selain dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpecaya, memudahkan penafsiran dan memadatkan informasi”.9 Dalam Al-quran juga Allah SWT menggambarkan betapa pentingnya peranan media dalam pengajaran. Hal ini termaktub dalam Q.S. Al-’Alaq ayat 4, yang berbunyi:
8
“Matematika Masih Jadi Momok,” artikel diakses pada 16 September 2011 dari http://edukasi.kompas.com/read/xml/2009/05/12/20370372/matematika.masih.jadi.momok 9 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004),cet ke-5 h.16
8 Artinya: ’yang mengajarkan (manusia) dengan perantara kalam”. (Q.S. Al’Alaq: 4). Dalam tafsir Al-Muraghi ayat tersebut menjelaskan bahwa: Dialah Allah SWT yang menjadikan kalam sebagai media yang digunakan manusia untuk memahami sesuatu. Dan dengan bantuan Al-qalam ini manusia dapat memahami masalah yang sulit.10 Penggunaan media pengajaran itu sangat penting bagi kelancaran proses belajar mengajar untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. Oleh karena itu seorang guru harus dapat membuat media yang semenarik mungkin, sehingga hal tersebut dapat memudahkan siswa untuk memahami materi pelajaran dengan baik. Media yang dapat digunakan guru dalam proses belajar mengajar bermacam-macam, dan seorang guru harus dapat memilih media mana yang tepat untuk mengajarkan materi tersebut. Pelajaran matematika masih menjadi beban berat bagi guru dan siswa, lemahnya intensitas pemahaman terhadap suatu materi, sehingga banyak siswa mendapatkan kesulitan dalam menjawab soal-soal dalam pelajaran matematika. Dalam pelajaran matematika salah satunya diajarkan adalah Bangun Ruang Sisi Datar (BRSD). Pada materi bangun ruang sisi datar siswa dituntut memiliki kemampuan geometri (menggambar). Di samping itu, siswa juga dituntut memiliki kemampuan dasar berhitung serta menghafal rumus-rumus, karena pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar banyak rumus-rumus yang harus dihafal serta dipahami oleh siswa untuk memudahkan dalam menyelesaikan soal-soal. Terlihat dari fakta di atas bahwa pemahaman konsep matematika di Indonesia masih sangatlah rendah. Kurangnya pemahaman konsep matematika juga akan berakibat terhadap hasil belajarnya. Berdasarkan hasil observasi, hasil belajar matematika di MTs Jam’iyyatul Khair Ciputat belum maksimal. Terlihat dari rata-rata hasil ulangan pra penelitian kelas VIII-2 pada pokok bahasan bangun ruang hanya mencapai 47,70 dan ini tidak memenuhi standar KKM yaitu sebesar 62,00 dengan persentase nilai di atas KKM hanya 10% (3 orang) dan 90% nilai di 10
Abudin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002),cet ke-1 h.49
9
bawah KKM (27 orang). Ini terbukti bahwa matematika merupakan masalah khususnya pada pokok bahasan bangun ruang. Oleh karena itu, perlulah pembelajaran di Indonesia mulai dibenahi sehingga bisa bersaing dengan negara lainnya. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar peserta didik, khususnya dibidang matematika, salah satunya adalah kurangnya sarana dan prasarana sekolah, misal media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar. Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini kebanyakan guru mengajar tanpa menggunakan media pembelajaran. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut dalam penelitian yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG SISI DATAR DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MANIPULATIF“.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1.
Pemahaman konsep matematika siswa masih rendah;
2.
Potensi belajar siswa yang belum dikembangkan secara maksimal;
3.
Strategi pembelajaran yang digunakan yaitu metode ceramah dalam proses pembelajaran matematika tidak mampu menyelesaikan permasalahan belajar siswa;
4.
Pemanfaatan media pembelajaran untuk menyelesaikan permasalahan rendahnya pemahaman konsep matematika siswa belum maksimal;
5.
Kemampuan siswa dalam menghafal dan kemampuan dasar menghitung bangun ruang sisi datar masih lemah.
C. Pembatasan Fokus Penelitian Karena terlalu luasnya cakupan variabel penggunaan media manipulatif dan aktivitas belajar pemahaman konsep matematika, maka penulis membatasi variabel-variabel yang akan diteliti agar tidak melebarnya permasalahan dan
10
memberi arah yang jelas bagi penulis dalam menguraikan pembahasan selanjutnya. Adapun batasan-batasan tersebut adalah: 1.
Pemahaman konsep matematika adalah kemampuan untuk memahami apa yang sedang diajarkan serta mampu menggunakan dan menerapkan apa yang telah diajarkan untuk menyelesaikan permasalahan mengenai konsep matematika.
2.
Media manipulatif yang dimaksud adalah segala bentuk benda yang dapat dilihat, disentuh, didengar, dirasakan, dan dimanipulasikan (penyimpangan dari fungsi yang sebenarnya), dengan kata lain benda-benda konkrit yang sering dilihat dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah bangun ruang sisi datar yang di dalamnya mencakup tentang balok, kubus, prisma, dan limas.
4.
Aktivitas belajar matematika siswa adalah kegiatan pembelajaran matematika yang dilakukan siswa selama dalam proses pembelajaran matematika berlangsung.
D. Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan pembatasan fokus penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Apakah penggunaan media manipulatif dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang sisi datar?
2.
Bagaimanakah aktivitas pembelajaran matematika dengan menggunakan media manipulatif?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini, antara lain: a.
Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep matematika bangun ruang sisi datar yang pembelajarannya dengan menggunakan media manipulatif.
11
b.
Untuk mengetahui aktivitas pembelajaran pemahaman konsep matematika yang pembelajarannya dengan menggunakan media manipulatif.
2.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini, antara lain:
a.
Bagi siswa; Apabila hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa strategi pembelajaran
menggunakan
media
manipulatif/benda
konkrit
dalam
pembelajaran matematika dapat memberi pengaruh yang baik terhadap pemahaman konsep bangun ruang sisi datar, maka melalui pembelajaran ini siswa akan lebih paham mengenai materi yang diajarkan dan akan mempengaruhi hasil belajarnya serta melalui pembelajaran ini dapat memberikan pengalaman baru bagi siswa agar tidak bosan terhadap pembelajaran yang monoton dan lebih termotivasi untuk belajar. b.
Bagi guru; Implementasi strategi pembelajaran menggunakan media manipulatif/benda konkrit dalam pembelajaran matematika dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran matematika dalam upaya meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa.
c.
Bagi sekolah; Implementasi strategi pembelajaran menggunakan media manipulatif/benda konkrit dalam pembelajaran matematika dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk sekolah tentang peranan strategi pembelajaran menggunakan media manipulatif dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Kajian Teori 1.
Pemahaman Konsep Matematika Bangun Ruang Sisi Datar
a.
Pengertian Pemahaman Konsep Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya (1) pengertian:
pengetahuan yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran:pandangan, (4) mengerti benar (akan); tahu benar (akan), (5) pandai dan mengerti benar. Menurut Depdikbud, apabila mendapat imbuhan me-i menjadi memahami, berarti: (1) mengerti benar (akan); mengetahui benar, (2) memaklumi. Dan jika mendapat imbuhan pe-an menjadi pemahaman artinya (1) proses, (2) perbuatan, (3) cara memahami atau memahamkan (mempelajari baik-baik supaya paham), sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, cara memahami atau cara mempelajari baik-baik supaya paham dan mengerti banyak1. Pemahaman menurut Sudijono adalah “Kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi”2. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto pemahaman adalah “tingkat kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini ia tidak hanya hafal secara verbalitas, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan. Maka
operasionalnya
dapat
membedakan,
mengubah,
mempersiapkan,
menyajikan, mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan, mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan, dan mengambil keputusan”.3
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002). Cet. II, h. 588. 2 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: PT Raja Grasindo Persada, 1996), h. 50 3 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997), cet-8, h. 44
12
13
Pemahaman atau understanding mempunyai beberapa tingkat kedalaman arti yang berbeda. Pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan.
“Menurut
Driver
pemahaman
adalah
kemampuan
untuk
menjelaskan suatu situasi atau suatu tindakan.”4 Sedangkan menurut Benyamin S. Bloom, “pemahaman merupakan kemampuan untuk memahami apa yang sedang dikomunikasikan
dan
mampu
mengimplementasikan
ide
tanpa
harus
mengaitkannya dengan ide lain, dan juga tanpa harus melihat ide itu secara mendalam”.5 Pemahaman berhubungan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengatahuan atau informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri, sehingga siswa diharapkan dapat menterjemahkan dan menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri. Kata kerja operasioanal pada level ini antara lain: menerjemahkan, mengubah, menggeneralisasi, menguraikan (dengan kata-kata sendiri), menulis ulang (dengan kalimat sendiri), meringkas, membedakan, mempertahankan, menyimpulkan, berpendapat, dan menjelaskan.6 Dalam belajar matematika siswa harus mampu menangkap makna dari hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. Penangkapan makna inilah yang disebut memahami, mengerti, atau insight. Menurut Ernest Hilgart dalam R.Ibrahim dan Nana Syaiodih ada 6 ciri belajar yang mengandung pemahaman, yaitu7: (1) Pemahaman di pengaruhi oleh kemampuan dasar, (2) Pemahaman dipengaruhi oleh pengalaman belajar masa lalu, (3) Pemahaman tergantung pada pengaturan situasi, (4) Pemahaman di dahului dengan usaha dan coba-coba, (5) Belajar dengan pemahaman dapat di ulangi, (6) Suatu pemahaman dapat di aplikasikan bagi pemahaman situasi lain.
4
Gusni Satriawati, dalam “Algoritma Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika”, Vol. 1, No. 1, Juni 2006, hal. 108. 5 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004), h.69. 6 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis…h.69. 7 Diah Puspita, “Penggunaan Media Benda Asli Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Dalam Pembelajaran Matematika” dalam http://www.dunia guru.com, 28 Juni 2011.
14
Pemahaman lebih ditekankan pada jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan. Pemahaman dapat dilihat dari pemberian uraian seorang peserta didik yang lebih rinci tentang suatu konsep. Polya dalam Gusni mengemukakan empat tingkatam pemahaman suatu hukum yaitu8 : 1)
Pemahaman mekanikal, yaitu pemahaman yang dimiliki seseorang bila ia dapat mengingat dan menerapkan hukum secara benar.
2)
Pemahaman induktif, yaitu pemahaman yang dimiliki seseorang bila ia telah mencobakan hukum itu dalam kasus sederhana dan yakin bahwa hukum itu berlaku dalam kasus yang serupa.
3)
Pemahaman rasional, yaitu pemahaman yang dimiliki seseorang bila ia dapat membuktikan hukum itu.
4)
Pemahaman intuitif, yaitu pemahaman yang dimiliki seseorang bila ia telah yakin akan keberadaan hukum itu tanpa ragu-ragu lagi. Skemp dalam Gusni, membedakan dua jenis pemahaman konsep, yaitu:
1)
Pemahaman
instrumental
atau
kemampuan
komputasional,
yaitu
pemahaman atas konsep yang saling terpisah dan hanya hafal rumus dalam perhitungan sederhana. 2)
Pemahaman relasional atau pengetahuan fungsional, yaitu pemahaman yang termuat suatu skema atau struktur yang dapat digunakan pada penyelesaian masalah yang lebih luas. Bloom dalam Gusni, mengemukakan bahwa ada tiga macam pemahaman,
yaitu : 1)
Pengubahan (translation), yaitu pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menterjemahkan kalimat dalam soal menjadi bentuk kalimat lain, misalnya menyebutkan variabel-variabel yang diketahui dan yang dinyatakan.
8
Gusni Satriawati, “Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended Untuk Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP”, dalam “Algoritma Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika”, Vol. 1, No. 1, Juni 2006, hal. 108.
15
Contoh : ketika siswa diberikan sebuah bangun kubus, siswa tersebut dapat menyebutkan yang mana yang merupakan rusuk, titik sudut, sisi, serta diagonal-digonalnya maka siswa tersebut dapat dikatakan telah mencapai pemahaman secara translasi. 2)
Pemberian arti (interpretation), yaitu pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menentukan konsep-konsep yang tepat untuk digunakan dalam menyelesaikan soal. Contoh : ketika siswa diberikan bangun balok dan diperintahkan untuk menentukan banyak karton yang dibutuhkan untuk menutupi balok tersebut, jika siswa dapat menentukan rumus mana yang dapat dipakai untuk menyelesaikan soal tersebut tetapi tidak dapat melakukan perhitungannya namun siswa tersebut telah dapat dikatakan mencapai pemahaman secara interpretasi.
3)
Pembuatan ekstrapolasi (extrapolation), yaitu pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan siswa menerapkan konsep dalam perhitungan matematis untuk menyelesaikan soal. Contoh : ketika siswa diberikan sebuah kotak minuman beserta ukurannya kemudian diperitahkan untuk menentukan berapakah banyak air yang dapat mengisi kotak minum tesebut, jika siswa dapat menentukan rumus mana yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan soal tersebut serta dapat menghitungnya sampai mendapatkan hasil jawabannya maka siswa tersebut dapat dikatakan telah mencapai pemahaman secara ekstrapolasi. Berdasarkan penjelasan di atas secara umum, pemahaman terbagi menjadi
3 macam, pengubahan (translation), pemberian arti (interpretation), dan pembuatan ekstrapolasi (exstrapolation). Pemahaman marupakan proses berfikir. Dapat dikatakan bahwa pemahaman sangatlah penting dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran karena siswa yang telah dapat memahami apa yang diajarkan maka ia akan lebih mudah memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan apa yang dipelajari yang nantinya akan berpengaruh pada hasil belajarnya.
16 Konsep menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret”.9 Dan menurut kamus matematika. “Konsep adalah gambaran ide tentang sesuatu benda yang dilihat dari segi ciri-cirinya seperti kuantitas, sifat, dan kualitas”.10 Menurut Rosser, konsep adalah suatu abtraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama11. Sedangkan konsep menurut Ngalim Purwanto adalah ide abstrak yang memungkinkan kita dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh dan non contoh.12 Menurut Syaiful Bahri Djamarah ”Konsep atau pengertian adalah suatu arti untuk memiliki sejumlah objek atau benda yang mempunyai ciri-ciri yang sama”.13 Sedangkan Chaplin yang mendefinisikan “konsep sebagai suatu ide umum atau pengertian umum yang disusun dengan kata, simbol, dan tanda, yang mengombinasikan beberapa unsur dari sumber-sumber berbeda ke dalam satu gagasan tunggal”14. “Konsep dalam matematika adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan orang dapat mengklasifikasikan objek-objek atau peristiwaperistiwa dan menentukan apakah objek atau peristiwa itu merupakan contoh atau bukan contoh dari ide abstrak tersebut”.15 Konsep dalam matematika dapat diperkenalkan melalui “definisi”, “gambar/gambaran/contoh”, “model/peraga”. Contohnya “trapesium” adalah segiempat yang tepat sepasang sisinya sejajar, atau contoh lain “bilangan genap” diungkap dengan definisi bilangan yang merupakan kelipatan 2.
9
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002). Cet. II, h. 588. 10 Baharin Shamsudin, Kamus Matematika Bergambar, (Jakarta: Grasindo, 2002), h. 72. 11 Mulyono Abdurrahman, Pendidkan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), h. 252 12 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran......, h. 224 13 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-1, h. 30 14 Mulyati, Pengatar Psikologi Belajar, (Jogjakarta: Quality Publishing, 2007), Ed. ke-2, h. 53. 15 Sri Anitah W dan Janet Trineke Manoy, Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet. III, h.7.6
17
Menurut Ausubel, konsep-konsep diperoleh dengan dua cara, pertama cara formasi konsep, formasi konsep merupakan bentuk perolehan konsep-konsep sebelum anak masuk sekolah atau belajar konsep konkret karena pengalaman. Pengalaman menguasai konsep dengan cara formasi konsep terjadi dengan (1) proses induktif, (2) belajar penemuan, (3) mengikuti pola contoh/aturan. Kedua cara asimilasi konsep merupakan perolehan konsep selama dan sesudah sekolah, pada umumnya belajar konsep abstrak. Perolehan konsep dengan cara asimilasi terjadi dengan (1) proses deduktif, (2) belajar sajian, (3) belajar konsep sebagai aturan/contoh16. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep adalah suatu pengertian umum yang dikelompokan menjadi suatu pengertian khusus yang diringkas menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah untuk diterima dan dipahami. Klausmeier memaparkan empat tingkat pada taraf pencapaian konsepkonsep, yakni tingkat konkret, tingkat identitas, tingkat klasifikatori, dan tingkat formal17. 1) Tingkat konkret yaitu apabila siswa mengenal suatu benda yang telah dihadapinya sebelumnya. Siswa membuat respon yang sama ketika meihat sesuatu yang sama. Pencapaian tingkai konkret yaitu: memperhatikan, mendeskriminasikan
dan
mengingat,
siswa
harus
dapat
mengadakan
generalisasi. Ciri-ciri penempatan konsep tingkat konkret yakni : a. Harus dapat mengenal bedanya. b. Dapat membedakan benda itu dari berbagai stimulus yang ada dilingkungannya. c. Menyajikan benda itu sebagai gambaran mental. d. Menyimpan gambaran mental itu.
16
Mulyati, Pengantar Psikologi Belajar, (Jogjakarta: Quality Publishing, 2007), cet. Ke-2, h.
55 17
Mulyati, Pengantar Psikologi Belajar, (Jogjakarya: Quality Publishing, 2007), Edisi. 2, hal. 55–56.
18
2) Tingkat identitas yaitu dimana siswa harus dapat mengenal objek sesudah selang waktu, memiliki orientasi ruang yang berbeda terhadap objek, dan ditentukan melalui suatu cara indera (sense modality) yang berbeda. Ciri-ciri penempatan konsep tingkat identitas yakni : a. Sesudah selang suatu waktu. b. Bila orang memiliki orientasi ruang yang berbeda terhadap obyek. c. Bila obyek ditentukan melalui suatu cara indera yag berbeda. d. Harus dapat mengadakan generalisasi. 3) Tingkat Klasifikatori yaitu dimana siswa mengenal persamaan (equevalence) dari dua contoh yang berbeda dari kelas yang sama. Siswa dapat mengadakan generalisasi bahwa dua contoh atau lebih sampai batas-batas ekuivalen. Ciri-ciri penempatan konsep tingkat klasifikatori yakni : a. Mengenal persamaan dua contoh yang berbeda dari kelas yang sama. b. Mengadakan generalisasi dan mengabstraksi kualitas-kualitas yang sama yang memiliki obyek itu. 4) Tingkat formal yaitu dimana siswa harus dapat menentukan atribut-atribut yang membatasi konsep, siswa dapat member nama, mendefinisikan suatu konsep dalam atribu-atribut kriteriannya, dan mengevaluasikan secara verbal contoh dan noncontoh konsep. Ciri-ciri pencapaian konsep tingkat formal yakni ; a. Harus dapat menentukan atribut-atruibut pembatas konsep. b. Dapat memberi nama konsep itu. c. Mendefinisikan konsep dalam atribut-atribut kriteria-kriterianya. d. Mendiskriminasi dan memberi nama atribut-atribut yang membatasi atau memberikan secara verbal. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan memahami apa yang diajarkan atau apa yang dikomunikasikan dan dapat menyampaikan/menjelaskannya kembali informasi tersebut dengan kata-kata sendiri serta dapat menerapkan informasi tersebut dalam menyelesaikan permasalahan dengan tepat dan benar.
19
b. Indikator Pemahaman Konsep Dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) tahun 2006 untuk Sekolah Menengah Pertama, disebutkan bahwa standar kompetensi mata pelajaran matematika SMP terdiri dari 4 aspek yaitu: (a) bilangan, (b) aljabar, (c) geometri dan pengukuran, (d) peluang dan statistika. Kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dalam pembelajaran matematika yang mencakup ke empat aspek tersebut diatas adalah mencakup: (a) pemahaman konsep, (b) prosedur, (c) penalaran dan komunikasi, (d) pemecahan masalah, dan (e) menghargai kegunaan matematika. Pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat. Adapun indikator pemahaman konsep untuk keperluan penelitian ini adalah pemahaman yang dikemukaan oleh Bloom, yaitu: 1.
Penerjemahan (translation), yaitu menterjemahkan konsepsi abstrak menjadi suatu model, misalnya dari lambang ke arti. Kata oprasional yang digunakan adalah : menterjemahkan, mengubah, mengilustrasikan, memberikan definisi, dan menjelaskan kembali.
2.
Penafsiran (interpretation), yaitu kemampuan untuk mengenal dan memahami ide utama suatu komunikasi, misalnya diberikan suatu diagram, tabel, grafik, atau gambar-gambar dan ditafsirkan. Kata kerja operasional yang digunakan adalah menginterpretasikan, membedakan, menjelaskan dan menggambarkan.
3.
Ekstrapolasi (extrapolation) yaitu meyimpulkan dari sesuatu yang telah diketahui. Kata kerja operasional yang dapat dipakai untuk mengukur kemampuan ini adalah : memperhitungkan, menduga, menyimpulkan, meramalkan, membedakan, menentukan, dan mengisi.
c.
Pembelajaran Matematika
1) Pengertian Pembelajaran Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak, manusia selalu dalam kondisi belajar. Hal ini disebabkan karena sifat manusia yang selalu ingin tahu
20
dan berkeinginan untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dalam hal ini, para ahli dalam bidang pendidikan mengemukakan tentang pengertian belajar, antara lain: Menurut Sardiman, “Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya”.18 Menurut Slameto dalam Syaiful Bahri Djamarah ”belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.19 Menurut Witherington dalam Ngalim Purwanto, “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian/suatu pengertian”.20 Menurut Skinner dalam Muhibbin Syah, berpendapat bahwa “Belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif”. 21 Menurut W.S. Winkel, ”Belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai berikut: suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pengalaman, keterampilan, dan sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”.22 Dalam kamus umum bahasa Indonesia, dinyatakan bahwa “Belajar adalah berusaha atau berlatih dan sebaginya supaya mendapat sesuatu kepandaian”.23 Berdasarkan pengertian belajar di atas, jadi dapat disimpulkan bahwa, belajar merupakan suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku, yang bersifat menetap sebagai hasil dari pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya, seperti dari yang tidak tahu menjadi tahu, dan 18
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 20 19 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 13 20 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 84 21 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 2001), h. 60 22 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran,(Jakarta: PT. Grasindo, 1998), h. 53 23 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 2002), h. 108
21
sebagainya. Namun demikian tidak semua perubahan merupakan hasil dari suatu proses belajar. Perubahan kelelahan fisik, penggunaan obat bius, penyakit, dan kehancuran fisik tidak termasuk proses belajar. Perubahan tingkah laku dalam belajar hanya dapat diperoleh melalui berbagai pengalaman dan latihan melalui usaha, adapun bentuk-bentuk usaha tersebut dapat berupa aktivitas yang mengarah pada tercapainya perubahan pada diri seseorang seperti bertanya, berlatih, membaca, dan sebagainya. Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, guru harus mampu mengorganisir semua komponen sedemikian rupa sehingga antara komponen yang satu dengan yang lainnya dapat berinteraksi secara harmonis. Menurut Gagne bahwa ”Pembelajaran sebagai perangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa proses belajar yang sifatnya internal. ”Suatu pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh Correy bahwa ”Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu”24. Menurut Zurinal dan Wahdi, pembelajaran adalah suatu usaha dan proses yang dilakukan secara sadar dengan mengacu pada tujuan (Pembentukan kompetensi), yang dengan sistematik dan terarah pada terwujudnya pada perubahan tingkah laku25. Dari pengertianpengertian yang telah dkemukakan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang disengaja atau upaya yang dirancang oleh pendidik dengan tujuan
untuk
menciptakan
suasana
lingkungan
(kelas/sekolah)
yang
memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar serta terjadinya interaksi optimal antara guru dengan siswa serta siswa dengan siswa.
24
Ismail, et.al., Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, (Jakarta: UT, 2002), h. 1.13. Zurinal. Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan (Pengantar dan Dasar-dasar Pendidikan), (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. I.h. 117. 25
22
Belajar pada manusia erat sekali hubungannya dengan proses berfikir, berfikir adalah tingkah laku yang menggunakan ide yaitu suatu proses simbolis. Kegiatan berfikir digolongkan sebagai berikut: a. Berfikir Assosiatif yaitu proses berfikir dimana suatu ide merangsang timbulnya ide lain. b. Berfikir Terarah yaitu proses berfikir yang sudah ditentukan sebelumnya dan diarahkan kepada sesuatu, biasanya diarahkan kepada pemecahan persoalan. Dalam belajar matematika, berfikir terarah sangat diperlukan, hal ini berkaitan dengan pemecahan masalah yang biasa ditemukan ketika belajar matematika, ada dua macam berfikir terarah, yaitu: a. Berfikir Kritis, membuat keputusan atau pemilihan terhadap suatu keadaan. b. Berfikir Kreatif, yaitu berfikir untuk menemukan hubungan-hubungan antara beberapa hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal, menemukan sistem baru, menemukan bentuk artistik baru dan sebagainya. Jerome Bruner mengemukakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar (melebihi) informasi yang diberikan kepada dirinya. Ada dua bagian yang penting dari teori Bruner yaitu26 : Tahap-tahap dalam proses belajar a. Tahap enaktif yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata b Tahap ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk visual (visual imagery), gambar atau diagram, yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif tersebut di atas (butir a).
26
Suwarsono. “Teori-teori Perkembangan Kognitif dan Proses Pembelajaran yang Relevan Untuk Pembelajaran Matematika”, dalam http://www.masbied.com, 3 Juli 2011.
23
c Tahap simbolik yaitu suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan itu dipresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak, yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan, baik simbol-simbol verbal (misalnya huruf-huruf katakata, kalimat-kalimat). Teorema tentang cara belajar dan mengajar matematika a Tahan konstruksi (contruction theorem) di dalam teorema ini dikatakan bahwa cara yang terbaik bagi seorang siswa untuk mempelajari sesuatu konsep
atau
sesuatu
prinsip
dalam
matematika
adalah
dengan
mengkonstruksikan sebuah representasi dari konsep atau prinsip tersebut, seperti yang diuraikan pada penjelasan tentang modus-modus representasi, akan lebih baik jika para siswa mula-mula menggunakan representasi konkret yang memungkinkan siswa untuk aktif, tidak hanya aktif secara intelektual (mental) tetapi secara fisik. b Teorema Notasi (notation theorema) menurut apa yang dikatakan dalam teorema notasi, representasi dari sesuatu materi matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila di dalam representasi itu digunakan notasi yang sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. c Teorema kekontrasan dan variasi (contrast and variation theorem) di kemukakan bahwa sesuatu konsep matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila konsep itu dikotraskan dengan konsep-konsep yang lain, sehingga perbedaan antara konsep itu dengan konsep-konsep yang lain jelas. Dalam pembelajaran matematika ada beberapa hal penting mengapa matematika harus diajarkan. Menurut Cornelius mengemukakan lima alasan perlunya belajar matematika, antara lain: (1) Sarana berfikir yang jelas dan logis; (2) Sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari; (3) Sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman; (4) Sarana untuk mengembangkan kreativitas; dan (5) Sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. Sedangkan menurut Cockroft, bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) Selalu digunakan dalam segi kehidupan;
24
(2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (5) Memberi kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang27. Dalam pembelajaran matematika salah satu upaya yang dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan media benda asli/manipulatif. Penggunaan media dalam pembelajaran matematika sangat menunjang dikarenakan dengan menggunakan media siswa lebih mudah memahami konsep matematika yang abstrak. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menyatakan bahwa potensi siswa harus dapat dikembangkan secara optimal dan di dalam proses belajar matematika siswa dituntut untuk mampu; a) Melakukan kegiatan penelusuran pola dan hubungan; b) Mengembangkan kreatifitas dengan imajinasi, intuisi, dan penemuannya;
c)
Melakukan
kegiatan
pemecahan
masalah;
d)
Mengkomunikasikan pemikiran matematisnya kepada orang lain. Menurut Depdiknas untuk mencapai kemampuan tersebut perlu dikembangkannya proses belajar matematika yang menyenangkan, memperhatikan keinginan siswa, membangun pengetahuan dari apa yang diketahui siswa, menciptakan suasana kelas yang mendukung kegiatan belajar, memberikan kegiatan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, memberikan kegiatan yang menantang, memberikan kegiatan yang memberi harapan keberhasilan, menghargai setiap pencapaian siswa28. Selain itu di dalam mempelajari matematika siswa memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda sehingga diperlukan usaha guru untuk : 1) menyediakan dan menggunakan berbagai alat peraga atau media pembelajaran yang menarik perhatian siswa; 2) memberikan kesempatan belajar matematika di berbagai tempat dan keadaan; 3) memberikan kesempatan menggunakan matematika untuk berbagai keperluan; 4) mengembangkan sikap menggunakan 27
Mulyono Abdurrahman, Pendidkan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), h. 253 28 Departemen Pendidikan Nasional, “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan”,dalam http://edukasi.kompasiana.com, 1 Juli 2011
25
matematika sebagai alat untuk memecahkan matematika baik di sekolah manaupun di rumah; 5) menghargai sumbangan tradisi budaya dan seni di dalam pengembangan matematika; 6) membantu siswa menilai sendiri kegiatan matematikanya. Dengan demikian pembelajaran matematika dalah proses yang harus lebih dulu dirancang oleh guru agar mampu mengorganisir semua komponen dalam belajar matematika dan hendaknya antara komponen yang satu dengan komponen yang lainnya dapat berinteraksi secara harmonis dengan tujuan untuk menciptakan belajar matematika yang efektif.
2) Pengertian Matematika Secara bahasa matematika memiliki akar kata mathema atau mathanein. Mathema berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge/science), sedangkan mathanein berarti belajar atau berpikir.29 Dalam kamus bahasa Indonesia matematika diartikan sebagai “Ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”. Matematika menurut Ruseffendi dalam Heruman menyatakan bahwa: Matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi dalam Heruman yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif30. Menurut Suyitno matematika adalah ilmu tentang logika mengenal bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang bilangan dan ruang yang bersifat abstrak. Untuk menunjang kelancaran 29
Erman Suherman dan Udin S.W., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: UT, 1999), h. 119 Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. Ke-3, h. 1 30
26
pembelajaran di samping pemilihan metode yang tepat juga perlu digunakan suatu pembelajaran yang sangat berperan dalam membimbing abstraksi siswa31. Menurut James bahwa ”Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.” Sedangkan menurut Johnson dan Rising mengatakan bahwa ”Matematika adalah pola fikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi”32. Matematika adalah cara atau metode berfikir dan bernalar. Matematika dapat digunakan untuk memutuskan apakah suatu ide itu benar atau salah, atau paling sedikit ada kemungkinan benar. Matematika adalah suatu medan eksplorasi dan penemuan. Matematika adalah cara berfikir yang digunakan untuk memecahkan semua jenis persoalan di dalam sains, pemerintah dan industri. Matematika adalah seni, seperti halnya musik, penuh dengan simetri, pola dan irama yang dapat sangat menyenangkan.33 Selain dari definisi matematika di atas ada beberapa definisi lain yang dikemukakan oleh para tokoh matematika antara lain: a. Jhonson dan Myklebust,“Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekpresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir”. b. Lerner,“Matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mendata, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas”.
31
Suyitno, “Matematika”, dalam http://www.dunia.guru.com, 16 Juni 2011 Erman Suherman, et.al., Strategi Pembelajaran matematika Kontemporer, (Bandung: UPI, 2003), h. 16-17 33 Sukardono, Filsafat dan Sejarah Matematika, (Jakarta: UT, 2000), h.13 32
27 c. Kline,“Matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara berfikir deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif”.34 Siswa dalam belajar matematika secara bertahap sebab,“Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Dalam matematika terdapat topik atau konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami topik atau konsep berikutnya. Menurut Jujun S. Suriasumantri matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “Artifisial”, yaitu baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya. Tanpa itu matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus mati.35 Berdasarkan beberapa pengertian tentang matematika yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah cara berfikir dengan bahasa simbolis yang bernalar deduktif dan induktif yang terdiri dari pengetahuan tentang bilangan-bilangan, bentuk, susunan besaran, konsep-konsep yang berhubungan dan terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri. Matematika juga perlu penggunaan logika deduktif dan induktif yang dapat dipahami dan diterapkan secara optimal. Karakteristik matematika menurut Sumardyono dalam Abdul Halim Fathani, antara lain36: a. Memiliki objek kajian abstrak Dalam matematika objek dasar yang di pelajari adalah abstrak, sering juga disebut objek mental. Objek-objek itu merupakan objek pikiran. Objek dasar itu meliputi (1) fakta, (2) konsep, (3) operasi ataupun relasi dan (4) prinsip. Dari objek dasar itulah dapat disusun suatu pola struktur matematika. 34
Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), h.252 35 Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: PT. Sinar Harapan, 1995), h. 357 36 Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat dan Logika, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), Cet. Ke-1, h. 59-71
28
1) Fakta (abstrak) berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan simbol tertentu. Simbol bilangan “3” sudah dipahami sebagai bilangan “tiga”. Jika disajikan angka “3” orang sudah dengan sendirinya menangkap maksudnya yaitu “tiga”. Sebaliknya kalau seseorang mengucapkan kata “tiga” dengan sendirinya dapat disimbolkan dengan “3”. 2) Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek, apakah objek tertentu merupakan contoh konsep atau bukan. “kubus” adalah nama suatu konsep abstrak. Dengan konsep itu sekumpulan objek dapat digolongkan sebagai contoh atau bukan contoh. Definisi Konsep berhubungan erat dengan definisi. Definisi adalah ungkapan yang membatasi suatu konsep. Dengan adanya definisi ini orang dapat membuat ilustrasi atau gambar atau lambang dari konsep yang didefinisikan. Sehingga menjadi semakin jelas apa yang dimaksud dengan konsep tertentu. Konsep prisma misalnya bila dikemukakan dalam definisi “prisma adalah bangun ruang yang alas dan tutupnya kongruen”. Konsep prisma dapat juga dikemukakan dengan definisi lain, misalnya “bangun ruang sisi datar yang dibatasi oleh dua bidang yang sejajar (alas dan tutup) adalah prisma”. 3) Operasi (abstrak) adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar dan pengerjaan matematika yang lain. Sebagai contoh misalnya “penjumlahan”, “perkalian”, “pembagian”. 4) Prinsip (abstrak) adalah objek matematika yang komplek. Prinsip dapat terdiri atas beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi ataupun operasi. Secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa prinsip adalah hubungan antara berbagai objek dasar matematika. b. Bertumpu pada kesepakatan Dalam matematika kesepakatan merupakan tumpuan yang amat penting. Kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma dan konsep primitif. Aksioma diperlukan untuk menghindarkan berputar-putar dalam pembuktian. Sedangkan konsep
primitif
diperlukan
untuk
menghindarkan
berputar-putar
dalam
29
pendefinisian. Aksioma juga disebut sebagai postulat (sekarang) ataupun pernyataan pangkal (yang sering dinyatakan tidak perlu dibuktikan). c. Berpola pikir deduktif Dalam matematika sebagai “ilmu” hanya diterima pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran “yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus”. Pola pikir deduktif ini dapat terwujud dalam bentuk yang amat sederhana tetapi juga dapat terwujud dalam bentuk yang tidak sederhana. d. Memiliki simbol yang kosong dari arti. Dalam matematika jelas terlihat banyak sekali simbol yang digunakan, baik berupa huruf ataupun bukan huruf. Rangkaian simbol-simbol dalam matematika dapat membentuk suatu model matematika. Model matematika dapat berupa persamaan, pertidaksamaan, bangun geometri tertentu, dsb. Huruf-huruf yang digunakan dalam model persamaan, misalnya x + y = z belum tentu bermakna atau berarti bilangan, bilangan tersebut bisa berupa panjang, jumlah barang, volume, dan lain-lain tergantung pada konteks penerapan bilangan tersebut. e. Memperhatikan semesta pembicaraan Sehubungan dengan penjelasan tentang kosongnya arti dari simbol-simbol dan tanda-tanda dalam matematika diatas, menunjukkan dengan jelas bahwa dalam menggunakan matematika diperlukan kejelasan dalam lingkup apa model itu dipakai. Bila lingkup pembicaraanya adalah geometri, maka simbol-simbol diartikan geometri. Lingkup pembicaraan itulah yang disebut dengan semesta pembicaraan. Benar atau salahnya ataupun ada tidaknya penyelesaian suatu model matematika sangat ditentukan oleh semesta pembicaraannya. f. Konsisten dalam sistemnya. Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada sistem yang mempunyai kaitan satu sama lain, tetapi juga ada sistem yang dapat dipandang terlepas satu sama lain. Misal sistem-sistem aljabar, sistem-sistem geometri. Sistem aljabar dan sistem geometri tersebut dapat dipandang terlepas satu sama lain, tetapi dalam sistem aljabar sendiri terdapat beberapa sistem yang lebih “kecil” yang terkait satu
30
sama lain. Demikian juga dalam sistem geometri, terdapat beberapa sistem yang “kecil” yang berkaitan satu sama lain.
d. Konsep Matematika Bangun Ruang Sisi Datar Bangun ruang adalah bangun matematika yang mempunyai isi atau volume. H
Unsur-unsur bangun ruang sisi datar : 1.
Sisi/bidang adalah bidang pada bangun ruang yang
E
membatasi antara bangun ruang dengan ruangan di sekitarnya. Misalkan pada gambar 1, ABCD, ABFE, dll
F
D A
merupakan sisi/bidang. 2.
G
Rusuk adalah pertemuan dua sisi yang berupa ruas garis
C B
Gambar 1
H
G
pada bangun ruang. Misalkan pada gambar 1, AB, CD, E
AE, HG, dll merupakan rusuk. 3.
F
Titik sudut adalah titik hasil pertemuan rusuk yang berjumlah tiga atau lebih. Misalkan pada gambar 2, A, B, C, D, dll merupakan titik sudut.
4.
Diagonal
bidang/diagonal
sisi
D adalah
garis
menghubungkan 2 titik sudut berhadapan dalam satu A bidang. Misalkan pada gambar 1, BE merupakan diagonal bidang. 5.
C
yang
Diagonal ruang adalah garis yang menghubungkan 2 titik
B Gambar 2
H
G
E
F
sudut berhadapan yang tidak sebidang. Misalkan pada gambar 2, AG merupakan diagonal ruang. 6.
Bidang diagonal adalah bidang yang melalui 2 diagonal
D A
C Gambar 3
bidang sejajar. Misalkan pada gambar 3, BDHF merupakan bidang diagonal. 7. 1) KUBUS Kubus merupakan bangun ruang sisi datar dengan 6 sisi yang sama besar (kongruen).
B
31
Ciri-ciri kubus: Kubus mempunyai 6 sisi berbentuk persegi. Kubus mempunyai 12 rusuk yang sama panjang. Kubus mempunyai 8 titik sudut. Jaring-jaring kubus berupa 6 buah persegi yang kongruen. Jaring-jaring kubus Adalah rangkaian persegi pembentuk kubus yang direbahkan. Contoh:
s ( ii )
(i) Kerangka kubus Panjang kerangka kubus = 12 x s Luas Permukaan Kubus
Luas permukaan kubus adalah jumlah seluruh sisi kubus. Sebuah kubus memiliki 6 buah sisi yang setiap rusuknya sama panjang, dan s menyatakan panjang rusuk pada kubus tersebut. s s s
s s
(a)
(b) Gambar 4
s
s
32
Untuk mencari luas permukaan kubus, berarti sama saja dengan menghitung luas jaring-jaring kubus tersebut. Oleh karena jaring-jaring kubus merupakan 6 buah persegi yang sama dan kongruen maka : Luas permukaan kubus = Luas jaring-jaring kubus = 6 × luas persegi = 6 × (s × s) = 6 × s2 = 6 s2 Jadi, luas permukaan kubus dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut.
Luas Permukaan Kubus = 6s2
2) BALOK Balok merupakan bangun ruang yang dibatasi 6 persegi panjang dimana 3 pasang persegi panjang kongruen. Ciri-ciri balok: Balok mempunyai 6 sisi berbentuk persegi panjang. Balok mempunyai 3 pasang bidang sisi berhadapan yang kongruen. Balok mempunyai 12 rusuk. 4 buah rusuk yang sejajar sama panjang. Balok mempunyai 8 titik sudut. Jaring-jaring balok berupa 6 buah persegi panjang.
Jaring-jaring balok Adalah rangkaian persegi panjang pembentuk balok yang direbahkan. Contoh:
Kerangka balok Panjang kerangka balok = 4p + 4l + 4t = 4(p + l + t)
33
Luas Permukaan Balok Cara menghitung luas permukaan balok sama dengan cara menghitung
luas permukaan kubus, yaitu dengan menghitung semua luas jaring jaringnya. Coba kamu perhatikan gambar berikut. H
G
E
F
t
D A
C p
B
l
t y l 3
p
l
4
t l
(a)
p
6
t 5 l
l
p 2p p
t
1
l p
Gambar 5
(b)
Misalkan, rusuk-rusuk pada balok diberi nama p (panjang), l (lebar), dan t (tinggi) seperti pada gambar . Dengan demikian, luas permukaan balok tersebut adalah : Luas permukaan balok = luas persegi panjang 1 + luas persegi panjang 2 + luas persegi panjang 3 + luas persegi panjang 4 + luas persegi panjang 5 + luas persegi panjang 6 = (p × l)+(p × t)+(l × t)+(p × l)+(l × t)+(p × t) = (p × l)+(p × l)+(l × t)+(l × t)+(p × t)+(p × t) = 2 (p × l) + 2(l × t) + 2(p × t) = 2 ((p × l) + (l × t) + (p × t) = 2 (pl+ lt + pt) Jadi, luas permukaan balok dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut. Luas Permukaan Balok = 2(pl + lt + pt)
34
3) PRISMA Prisma merupakan bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang sejajar dan kongruen (alas dan tutupnya) dan bidang-bidang tegak yang saling berpotonngan menurut rusuk-rusuk sejajar. Ciri-ciri prisma: Rusuk prisma alas dan atas yang berhadapan sama dan sejajar. Rusuk tegak prisma sama dan sejajar. Rusuk tegak prisma tegak lurus dengan alas dan atas prisma. Rusuk tegak prisma disebut juga tinggi prisma. Prisma terdiri dari prisma segitiga dan prisma segi-n beraturan. Prisma segitiga mempunyai bidang alas dan bidang atas berupa segitiga yang kongruen.
Luas Permukaan Prisma Sama seperti kubus dan balok, luas permukaan prisma dapat dihitung
menggunakan
jaring-jaring
prisma
tersebut.
Caranya
adalah
dengan
menjumlahkan semua luas bangun datar pada jaring-jaring prisma. Coba kamu perhatikan prisma segitiga beserta jaring-jaringnya pada Gambar 2.5 berikut ini. E D
F
E
D
F
E
C
C
A
C
C
E A (a) B
(b) Gambar B6
Gambar 6 (a) menunjukkan prisma tegak segitiga ABC.DEF, sedangkan, Gambar 6 (b) menunjukkan jaring-jaring prisma tersebut. Sehingga rumus luas permukaan prisma dari jaring-jaring prisma tersebut, adalah :
Luas permukaan prisma
35 = luas DEF + luas ABC + luas BADE + luas ACFD + luas CBEF = (2 luas ABC) + (AB BE) + (AC AD) + (CB CF) = (2 luas ABC) + (AB AD+ (AC AD) + (CB AD) = (2 luas ABC) + [(AB + AC + CB) AD] = (2 luas alas ) + (keliling ABC tinggi) = (2 luas alas) + (keliling alas tinggi) Dengan demikian, secara umum rumus luas permukaan prisma sebagai berikut : Luas permukaan prisma = (2 x luas alas) + (keliling alas x tinggi)
4) LIMAS Limas adalah bangun ruang sisi datar yang mempunyai bidang alas segi banyak dan dari bidang alas tersebut dibentuk suatu sisi berbentuk segitiga yang akan bertemu pada satu titik. Ciri-ciri limas: Nama limas ditentukan oleh bentuk alasnya. Tinggi limas adalah garis tegak lurus dari puncak limas ke alas limas. Memiliki alas dan titik puncak.
Luas Permukaan Limas Sama halnya dengan prisma, luas permukaan limas pun dapat diperoleh
dengan cara menentukan jaring-jaring limas tersebut. Kemudian, menjumlahkan T luas bangun datar dari jaring-jaring yang terbentuk. T C
D D
C
A
T
T A
B (a)
B
(b) Gambar 7
T
36
Gambar 7 memperlihatkan sebuah limas segiempat T.ABCD beserta jaring-jaringnya. Dengan demikian, luas permukaan limas tersebut adalah sebagai berikut. Luas permukaan limas T. ABCD = luas ABCD + luas Δ ABT + luas Δ BCT + luas Δ CDT + luas Δ ADT = luas ABCD + (luas Δ ABT + luas Δ BCT + luas Δ CDT + luas Δ ADT) = luas alas + jumlah luas seluruh sisi tegak Jadi, secara umum rumus luas permukaan limas sebagai berikut. Luas permukaan limas = luas alas + jumlah luas sisi-sisi tegak
2.
Pembelajaran Menggunakan Media Manipulatif
a.
Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin bentuk jamak dari medium yang
secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan37. Gerlach dan Ely dalam Azhar Arsyad mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alatalat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, menyusun kembali informasi visual atau verbal38. Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology/AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs berpendapat 37 38
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 3 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran.....h .3
37
bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah contohcontohnya. Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca. Apa pun batasan yang diberikan, ada persamaan di antara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi39. Dalam pengajaran matematika penggunaan media yang bervariasi dapat mempengaruhi kreativitas dan kecepatan pemahaman siswa terhadap konsep matematika. Guru dapat menyeleksi media-media yang mudah didapatkan, aman, dan dapat digunakan dengan berbagai cara yang berbeda. Penyedian media tidak selamanya harus dengan harga yang mahal, cukup dengan model yang sederhana dan biasa ditemukan oleh siswa dalam kesehariannya. Sedangkan Arief S. Sadiman menyatakan,”di antara hal terpenting dalam proses pembelajaran adalah cara penyampaian informasi suatu bahan pelajaran, karena pembelajaran itu merupakan proses komunikasi, yaitu penyampaian informasi melalui saluran tertentu kepada si penerima”.40 Dalam komunikasi sering timbul hambatanhambatan yang menyebabkan proses komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien, diantaranya adalah:41 1) Verbalisme, dimana guru menerangkan pelajaran hanya melalui kata-kata atau secara lisan, di sini yang aktif hanya guru, sedangkan murid lebih banyakbersifat pasif, dan komunikasi bersifat satu arah. 2) Perhatian yang bercabang, yaitu perhatian murid tidak terpusat pada informasi yang disampaikan guru. 39
Arief S, Sadiman, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 6-7 40 Arief S, Sadiman, Media Pendidikan.........h. 184 41 Asnawir dan M. Basyiruddin, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 6
38
3) Kekacauan penafsiran, ini terjadi disebabkan daya tangkap yang berbedabeda. 4) Tidak adanya tanggapan, yaitu murid-murid tidak merespon secara aktif apa yang disampaikan guru, sehingga tidak terbentuk sikap yang diperlukan. 5) Kurang perhatian, disebabkan prosedur dan metode pengajaran kurang bervariasi, sehingga penyampaian informasi bersifat monoton, yang menyebabkan kebosanan. 6) Keadaan fisik dan lingkungan yang menganggu. 7) Sikap pasif anak didik, yaitu tidak bergairahnya siswa dalam mengikuti pelajaran disebabkan kesalahan memilih teknik komunikasi. Oleh sebab itu, bermacam-macam media digunakan guru untuk menyampaikan pesan ajaran kepada siswa, agar komunikasi berjalan dengan efektif dan efisien. Media yang digunakan bisa berupa media penglihatan, pendengaran, maupun keduanya. Sadiman, dkk menyampaikan fungsi media (media pendidikan) secara umum, adalah sebagai berikut: (i) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat visual; (ii) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misal objek yang terlalu besar untuk dibawa ke kelas dapat diganti dengan gambar, slide, dsb., peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat film, video, fota atau film bingkai; (iii) meningkatkan kegairahan belajar, memungkinkan siswa belajar sendiri berdasarkan minat dan kemampuannya, dan mengatasi sikap pasif siswa; dan (iv) memberikan rangsangan yang sama, dapat menyamakan pengalaman dan persepsi siswa terhadap isi pelajaran42. Fungsi media, khususnya media visual juga dikemukakan oleh Levie dan Lentz, seperti yang dikutip oleh Arsyad bahwa media tersebut memiliki empat fungsi yaitu: (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensatoris. Dalam fungsi atensi, media visual dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran. Fungsi 42
Arief S, Sadiman, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 16-17
39 afektif dari media visual dapat diamati dari tingkat “kenikmatan” siswa ketika belajar (membaca) teks bergambar. Dalam hal ini gambar atau simbul visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Berdasarkan temuan-temuan penelitian diungkapkan bahwa fungsi kognitif media visual melalui gambar atau lambang visual dapat mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran untuk memahami dan mengingat pesan/informasi yang terkandung dalam gambar atau lambang visual tersebut. Fungsi kompensatoris media pembelajaran adalah memberikan konteks kepada siswa yang kemampuannya lemah dalam mengorganisasikan dan mengingat kembali informasi dalam teks. Dengan kata lain bahwa media pembelajaran ini berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dalam bentuk teks (disampaikan secara verbal)43. Menurut Asnawir dan Basyiruddin penggunaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut:44 1. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa; 2. Media dapat mengatasi ruang kelas; 3. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungannya; 4. Media mnghasilkan keseragaman pengamatan; 5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis; 6. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru; 7. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar; 8. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang konkrit sampai kepada yang abstrak. Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu Edgar Dale mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling konkrit ke yang paling abstrak, dari pengalaman langsung, obsevasi, partisipasi, demonstrasi, 43 44
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 16-17 Asnawir dan M. Basyiruddin, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 16
40
wisata, tv, film, radio, visual,simbol visual, dan verbal. Klasifikasi pengalaman tersebut diakui secara luas oleh kalangan pendidik dalam menentukan alat bantu apa seharusnya sesuai untuk pengalaman belajar tertentu. Klasifikasi pengalaman tersebut dikenal dengan nama kerucut pengalaman (Cone of Experience).
Abstrak Verbal Simbol Visual Visual Radio Film Televisi Pameran Karyawisata Pengalaman Demonstrasi Pengalaman Dramatisasi Pengalaman Tiruan
Konkrit
Pengalaman Langsung
Gambar 1: Kerucut Pengalaman Edgar Dale Kerucut pengalaman adalah sebuah teori pola media pendidikan yang dikemukakan oleh seorang ahli audio-visual material yang bernama Edgar Dale. Dalam
bukunya
yang
berjudul
Audio-Visual
Methods
in
Teaching,
digambarkannya tentang tingkat-tingkat pengalaman dan alat-alat yang diperlukan untuk memperoleh pengalaman itu. Pengalaman berlangsung dari tingkat yang kongkrit naik menuju ke tingkat yang abstrak. Pada tingkat yang kongkrit seseorang belajar dari kenyataan atau pengalaman langsung yang bertujuan dalam kehidupan kita. Kemudian meningkat ke tingkat yang lebih atas menuju kepuncak kerucut, dalam tingkat yang abstrak dalam bentuk simbol-simbol. Semakin ke atas semakin abstrak, tetapi tidak berarti semakin sulit. Pembagian tingkat-tingkat ini semata-mata untuk membantu kita melihat pengalaman belajar.
41
b. Jenis-Jenis Media Pembelajaran Menurut Amir Hamzah Sulaiman seperti yang dikutip oleh Wijaya jenisjenis media dapat digolongkan sebagai berikut: (1) Alat-alat visual dua dimensi pada bidang yang tidak transparan yang meliputi gambar, lembaran balik, wayang beber, grafik, diagram, bagan, peta, poster, gambar hasil cetak saring, foto dan gambar sederhana, (2) Berbagai macam papan yang meliputi papan tulis, papan flannel, papan magnet dan papan peragaan, (3) Alat-alat visual tiga dimensi yaitu meliputi benda asli, model, barang contoh, alat tiruan sederhana, diaroma, pameran, dan bak pasir, (4) Alat-alat audio yang meliputi tape recorder dan radio, (5) Alat-alat audio visual murni yang meliputi film suara, (6) Demonstrasi dan widyawisata45. Menurut Rudy Bretz dalam Sadiman mengidentifikasi jenis-jenis media berdasarkan tiga unsur pokok, yaitu: suara, visual dan gerak. Visual sendiri dibedakan menjadi tiga yaitu gambar, garis, dan simbol. Berdasarkan tiga unsur tersebut, Bretz mengklasifikasikan media ke dalam delapan kelompok, yaitu: (1) media audio, (2) media cetak, (3) media visual diam, (4) media visual gerak, (5) media audio semi gerak, (6) media semi gerak, (7) media audio visual diam, (8) media audio visual gerak46. Dalam perkembangannya media pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi. Teknologi yang paling tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar adalah percetakan yang bekerja atas dasar prinsip mekanis. Kemudian lahir teknologi audio-visual yang menggabungkan penemuan mekanis dan elektronis untuk tujuan pembelajaran. Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, Arsyad mengklasifikasikan media atas empat kelompok: 1) media hasil teknologi cetak, 2) media hasil teknologi audio-visual, 3) media hasil teknologi berbasis komputer, dan 4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Seels dan Glasgow dalam Arsyadmembagi media ke dalam dua kelompok besar, yaitu: media tradisional dan media teknologi mutakhir. Pilihan media tradisional berupa I Wayan Sukra Warpala, “Strategi Pembelajaran, Bahan Sajian Program Pendidikan Akta Mengajar”, dalam http://edukasi.kompasiana.com, 1 Juli 2011. 46 Arief S, Sadiman, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 20 45
42
media visual diam tak diproyeksikan dan yang diproyeksikan, audio, penyajian multimedia, visual dinamis yang diproyeksikan, media cetak, permainan, dan media realia. Sedangkan pilihan media teknologi mutakhir berupa media berbasis telekomunikasi (misal teleconference) dan media berbasis mikroprosesor (misal: permainan komputer dan hypermedia)47. Dari beberapa pengelompokan media tersebut, dapat dilihat bahwa hingga kini belum ada suatu pengelompokan media yang mencakup segala aspek, khususnya untuk keperluan pembelajaran. pengelompokan yang ada dilakukan atas bermacam-macam kepentingan. Namun apapun dasar yang digunakan dalam pengelompokan itu, tujuannya sama saja yaitu agar orang lebih mudah mempelajarinya. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis media dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu: 1) Media yang tidak diproyeksikan Meliputi (a) Media realia/media manipulatif yaitu benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau sumber belajar. Ciri media realia yang asli adalah benda yang masih dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan, dalam ukuran yang sebenarnya dan dapat dikenali sebagai wujud aslinya, (b) Model yaitu benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan representasi atau pengganti dari benda yang sesungguhnya. Contoh model adalah: Candi borobudur, pesawat terbang atau tugu monas yang dibuat dalam bentuk mini, (c) Media grafis, tergolong jenis media visual yang menyalurkan pesan lewat simbol-simbol visual. Grafis juga berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelassajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika hanya dijelaskan melalui penjelasan verbal saja. Media grafis banyak jenisnya misalnya: gambar/foto, sketsa, bagan, diagram, grafik, poster, kartun dan sebagainya. 2) Media yang diproyeksikan Meliputi (a) Transparansi OHP, visualnya diproyeksikan ke layar menggunakan proyektor. Media ini terdiri dari dua perangkat yaitu 47
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 29-35
43
perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Perangkat lunaknya berupa transparansi yang disebut OHT (overhead transparency) dan perangkat lunaknya adalah OHP (overhead projector), (b) Film bingkai/slide, adalah suatu film tranparan yang umumnya berukuran 35 mm dan diberi bingkai ukuran 2x2 inci. 3) Media Audio Media audio secara khusus membahas tentang kaset audio, karena media ini yang paling sering digunakan di sekolah. 4) Media Video Media video merupakan salah satu jenis media audio visual. Sebagai media audio visual video dapat menampilkan suara, gambar, dan gerakan sekaligus. Sehingga media ini efektif untuk menyajikan berbagai topic pelajaran yang sulit disampaikan melalui informasi verbal.
c.
Media Manipulatif Menurut Martiningsih benda asli/manipulatif adalah benda yang
sebenarnya, yang dapat diamati secara langsung oleh panca indera dengan cara melihat, mengamati, dan memegangnya secara langsung tanpa melalui alat bantu48. Media manipulatif merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat dipakai pada proses pembelajaran matematika. Penggunaan media manipulatif ini pada proses pembelajaran matematika akan sangat membantu siswa dalam memahami konsep, sesuai dengan tingkat kognitif siswa. Media manipulatif (konkrit) adalah segala benda yang dilihat, disentuh, didengar, dirasakan, dan dimanipulasikan (penyimpangan dari fungsi yang sebenarnya). Hal ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang bisa ditemukan oleh siswa dalam kesehariannya dapat dijadikan media matematika, seperti batang korek api, uang logam, bola, balok, jam dinding, papan tulis, meja, lemari, dan
48
Martiningsih,“Penelitian Tindakan http://www.martiningsih.co.cc, 6 Juni 2011.
Kelas
SMP
Kelas
IX”,
dalam
44
masih banyak lagi media lain yang bisa digunakan dalam kegiatan pembelajaran dan stimulasi matematika. Menurut Aristo Rahadi benda asli/manipulatif atau benda realia adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau sumber belajar. Benda asli dapat digunakan dalam kegiatan belajar dalam bentuk sebagaimana adanya tidak perlu dimodifikasi, tidak ada pengubahan kecuali dipindahkan dari kondisi lingkungan aslinya. Ciri media asli (realita) adalah benda yang masih dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan, dalam ukuran yang sebenarnya dan dapat dikenali sebagai wujud aslinya. Menurut Muhammad Ikhsan mengatakan bahwa media asli adalah media realita. Benda tersebut tidak harus dihadirkan di ruang kelas, tetapi siswa dapat melihat langsung ke objek. Kelebihan dari media asli adalah dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa49. Menurut Agung Raharjo mengatakan bahwa benda asli/manipulatif adalah benda-benda yang sebenarnya. Pengalaman melalui benda sebenarnya yakni benda-benda real yang dipakai manusia di dalam kehidupan sehari-hari. Golongan ini merupakan golongan utama yaitu pengalaman-pengalaman yang diperoleh adalah pengalaman langsung dan nyata. Benda-benda asli itu banyak macamnya, mulai dari manusia, benda atau makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan, juga termasuk benda-benda mati seperti batuan, air, tanah, dan lain-lain50. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa media benda asli/media manipulatif adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima yang berwujud benda sebenarnya yang dapat diamati secara langsung oleh pancaindera dengan cara melihat, mengamati, dan memegangnya tanpa melalui alat bantu. Penggunaan media manipulatif dalam pembelajaran matematika yang dilakukan sekolah menengah pertama memiliki beberapa fungsi diantaranya sebagai berikut: 49
Muhammad Ikhsan,” Berbagai Jenis Pembelajaran”,dalam http://alazka.sch.id, 19 Juni
2011. 50
Agung Raharjo, “Pengembangan Model Remedial Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar dengan Menggunakan Alat Manipulatif”, dalam http://www.unisla.ac.id, 19 Juni 2011.
45
a. Untuk menarik perhatian siswa, atau menumbuhkan kesukaan siswa akan matematika. b. Untuk memperagakan objek atau operasi matematis, ketika siswa belum mampu bekerja dengan objek atau operasi yang abstrak. c. Untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati peristiwa yang terjadi ketika mereka mengutak atik media manipulatif untuk memperoleh pemahaman tentang konsep matematis atau sifat matematis. Hal ini dapat dikerjakan secara kelompok atau secara individu.
d. Keuntungan Penggunaan Media Manipulatif Media manipulatif yang digunakan dalam proses pembelajaran matematika mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari penggunaan media manipulatif antara lain: 1) Menimbulkan minat dan motivasi belajar siswa. 2) Mengembangkan kreativitas siswa. 3) Mengefektifkan komunikasi. 4) Menjelaskan konsep matematika. 5) Merumuskan atau membentuk konsep. 6) Melatih siswa untuk belajar menemukan suatu ide dan relasi tentang konsep yang diketahui. Kelemahan dari penggunaan media manipulatif antara lain: 1) Media manipulatif perlu dipersiapkan dengan matang agar siswa dapat menemukan sendiri, karena kalau tidak waktu yang dibutuhkan tidak mencukupi. 2) Tidak semua konsep dapat dijelaskan dengan menggunakan media manipulatif. 3) Bagi siswa yang pintar penggunaan media manipulatif tidak menarik. 4) Butuh biaya yang tidak sedikit51.
51
Fitrani Dwina dan Yerizon, “Alat Manipulatif dalam Proses Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar”, dalam http://www.duniaguru.com, 8 Juni 2011
46
B. Hasil Penelitian yang Relevan 1.
Menurut penelitian Diah Puspita dengan judul ”Penggunaan Media Benda Asli Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Dalam Pembelajaran Matematika Kelas III SD Negeri Baran I Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo” tahun 2010 menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran dengan
menggunakan
media
benda
asli/media
manipulatif
dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di kelas III sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep pecahan. 2.
Menurut penelitian Suhariyanto dengan judul “Peningkatan Pemahaman Konsep Geometri Melalui Pembelajaran Kooperatif Menggunakan Media Benda Kongkret Dan Lembar Kerja Siswa” tahun 2007 menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif menggunakan media benda-benda kongkrit dan lembar kegiatan siswa dapat meningkatan aktifitas siswa dalam belajar, pemahaman konsep geometri, dan meningkatan hasil belajar siswa.
C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: 1.
Penggunaan
media
manipulatif/benda
konkret
dapat
meningkatkan
pemahaman konsep bangun ruang sisi datar. 2.
Penggunaan media manipulatif/benda konkret dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di MTs Jam’iyyatul Khair Ciputat Tangerang Selatan
kelas VIII-2 yang berjumlah 32 siswa. Adapun waktu
penelitian ini dilaksanakan pada semester genap bulan Januari sampai dengan Maret 2010 tahun pelajaran 2009/2010.
B. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas atau classroom action research, yaitu penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran.1 Penelitian tindakan kelas ini adalah usaha guru untuk dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri.2 Metode penelitian
kelas
ini
dilakukan
pada
pembelajaran
matematika
dengan
menggunakan media manipulatif sebagai upaya meningkatkan pemahaman konsep BRSD (Bangun Ruang Sisi Datar). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa siklus, dimana tiaptiap siklus terdiri dari empat tahapan, diantaranya: 1.
Perencanaan (Planning) Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Peneliti
menyiapkan skenario pembelajaran dan instrumen penelitian yang terdiri atas lembar soal-soal latihan, lembar tes formatif, lembar observasi dan lembar wawancara. 2.
Tindakan (Acting) Tahap kedua dari penelitian ini adalah pelaksanaan yang merupakan
implementasi atau isi rancangan, yaitu menggunakan tindakan kelas.
1
Suharsimi,dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h.58. Rochiati Wiraatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), Cet. 1, h. 13. 2
47
48 3.
Pengamatan (Observation) Tahap ketiga yaitu selama tahap pelaksanaan peneliti mengobservasi
keaktifan dan respon siswa terhadap skenario pembelajaran yang telah dibuat peneliti, dengan menggunakan lembar observasi. 4.
Refleksi (Reflecting) Pada tahap ini, hasil yang didapat dari observasi dikumpulkan dan
dianalisa bersama oleh peneliti dan guru, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Hasil analisis tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Adapun alur penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan digambarkan sebagai berikut3 : Tabel. 1 Diagram Desain Penelitian
3
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
Permasalahan Kurangnya pemahaman konsep yang dimiliki siswa
Permasalahan baru hasil refleksi I
Permasalahan baru hasil refleksi II
Perencanaan tindakan 1
Perencanaan tindakan II
Pelaksanaan tindakan 1
Pelaksanaan tindakan II
Pelaksanaan tindakan III
Pengamatan/ pengumpulan data
Pengamatan/ pengumpulan data
Pengamatan/ pengumpulan data
Refleksi 1
Refleksi II
Suharsimi,dkk., Penelitian Tindakan..., h. 74
Perencanaan tindakan III
Refleksi III
49 Berdasarkan analisis tersebut maka dapat ditentukan apakah siklus selanjutnya perlu dilanjutkan atau tidak, sedangkan penelitian akan dihentikan dengan indikator keberhasilan sebagai berikut : 1) Hasil belajar matematika siswa berupa nilai tes formatif akhir siklus menunjukkan 75%4 siswa mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh MTs Jam’iyyatul Khair Ciputat Tangerang Selatan yakni 62. 2) Persentase aktivitas belajar matematika siswa selama satu siklus mencapai 72%5, yang diperoleh dari rata-rata skor aktivitas dalam instrumen aktivitas belajar matematika siswa. Peneliti mengembangkan kategorikategori aktivitas belajar matematika siswa sebagai ukuran dalam menggambarkan bagaimana aktivitas belajar matematika siswa yang dicapai. Kategori-kategori tersebut tercantum dalam tabel sebagai berikut: Tabel. 2 Kategori Aktivitas Belajar Siswa Kategori Kurang aktif Cukup aktif Aktif Sangat aktif
Deskripsi Persentase aktivitas belajar siswa mencapai ≤ 60%. Persentase aktivitas belajar siswa mencapai 60% – 70%. Persentase aktivitas belajar siswa mencapai 71% – 95%. Persentase aktivitas belajar siswa mencapai 96% – 100%.
Indikator keberhasilan kinerja aktivitas belajar matematika siswa yang ditetapkan yakni sebesar 72%. Hal ini jika dibandingkan dengan tabel kategori aktivitas belajar maka berada pada rentang batas bawah kategori aktif. Jika kedua indikator kinerja tersebut terpenuhi maka penelitian tindakan ini berhasil dan tindakan penelitian dihentikan. Sebaliknya, jika salah satu atau kedua indikator keberhasilan kinerja belum terpenuhi, maka tindakan penelitian ini harus dilanjutkan ke siklus berikutnya, dan disertai dengan adanya perbaikanperbaikan yang menjadi kekurangan dari siklus sebelumnya. 4
Akhmad Sudrajat,”Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning) dalam KTSP”,dalam http://akhmad sudrajat.wordpress.com, 5 Oktober 2011. 5 Akhmad Sudrajat,”Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning) dalam KTSP”,dalam http://akhmad sudrajat.wordpress.com, 13 Oktober 2009.
50 C. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-2 Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair Ciputat Tangerang Selatan tahun pelajaran 2009/2010, dengan jumlah 32 siswa yang terdiri dari putra 15 orang dan putri 17 orang. Alasan peneliti mengambil objek penelitian kelas VIII-2 karena di kelas ini pemahaman konsep matematika rendah dan aktivitas dalam pembelajaran belum maksimal, hal ini berdasarkan data hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap guru mata pelajaran. Dari data yang ada menunjukkan bahwa 90% (27 orang) yang nilainya di bawah nilai KKM yang sudah ditetapkan oleh sekolah tersebut, jadi hanya 10% (3 orang) yang nilainya di atas atau sama dengan nilai KKM.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaksana tindakan penelitian dan pewawancara terhadap subjek penelitian. Peneliti bekerja sama dengan dua orang guru kolaborator, guru kolaborator pertama bertugas: (a) Mengamati aktivitas belajar matematika siswa dan menulisnya dalam instrumen catatan observasi aktivitas belajar matematika siswa, serta memberikan skor pada instrumen aktivitas belajar matematika siswa. (b) Mengamati pelaksanaan tindakan penelitian dan menuangkannya dalam lembar catatan evaluasi tindakan penelitian. (c) Bersama peneliti mengevaluasi tindakan penelitian yang telah dilakukan pada suatu siklus tertentu dalam tahap refleksi. Sedangkan guru kolaborator kedua bertugas mendokumentasikan aktivitas pembelajaran dalam bentuk foto-foto selama penelitian berlangsung.
E. Tahapan Perencanaan Kegiatan Tahap penelitian ini dimulai dengan kegiatan pendahuluan (tahap prapenelitian) yang akan dilanjutkan dengan siklus 1, setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II dan seterusnya.
51 Adapun tahapan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan digambarkan sebagai berikut: 1.
Tahapan Penelitian Kegiatan Awal
a.
Observasi
b.
Mengurus surat izin penelitian
c.
Membuat instrument penelitian
d.
Mempersiapkan media manipulatif
e.
Menghubungi kepala sekolah
f.
Menentukan kelas subjek penelitian
g.
Wawancara terhadap guru mata pelajaran
h.
Memberikan tes bangun ruang sisi datar untuk mengetahui kemampuan awal.
i.
Observasi proses pembelajaran di kelas penelitian
j.
Mensosialisasikan pembelajaran matematika dengan menggunakan media manipulatif.
2.
Siklus I
a.
Tahap Perencanaan Tindakan I 1) Membuat rencana pembelajaran. 2) Mempersiapkan media manipulatif/benda konkret, 3) Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan, 4) Membuat LKS, 5) Menyiapkan soal latihan pada setiap pertemuan, 6) Menyiapkan soal akhir siklus I 7) Mempersiapkan semua keperluan untuk observasi. 8) Menyiapkan alat dokumentasi.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan I 1) Pendahuluan a) Memotivasi
siswa pembelajaran
dengan
manipulatif. b) Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran
menggunakan
media
52 2) Kegiatan inti a) Guru memberikan LKS b) Siswa bekerja dalam kelompok dan mendiskusikan LKS. c) Siswa
mempresentasikan
pekerjaannya
dan
kelompok
lain
menanggapi. d) Siswa menyebutkan benda-benda yang termasuk bangun ruang sisi datar beserta nama bangun ruangnya. e) Guru menjelaskan dengan mengajak siswa berdiskusi mengenai LKS yang telah dikerjakan siswa, dalam berdiskusi guru mengkonstruk pemahaman siswa mengenai bangun ruang sisi datar. f) Guru menjelaskan sambil memperagakan media manipulatif/benda konkret. g) Untuk meningkatkan pemahaman terhadap bangun ruang sisi datar guru memberikan latihan kepada siswa. h) Membahas dan mengoreksi latihan bersama-sama. i) Mengerjakan soal tes siklus I j) Mewawancarai siswa k) Dokumentasi 3) Penutup a) Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang telah dibahas. b) Memberikan tugas kepada siswa. c.
Tahap Observasi Tindakan I 1) Observer mencatat kegiatan belajar mengajar siswa yang menggunakan lembar kerja siswa di kelas. 2) Menganalisis data yang telah terkumpul pada setiap pertemuan.
d. Tahap Refleksi Tindakan I 1) Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan siklus I yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya. 2) Merefleksi kekurangan pada siklus I
53 3.
Siklus II Dengan memperhatikan
hasil tindakan dalam siklus I, maka penelitian
ditindaklanjuti dengan berbagai tahapan sebagai berikut: a.
Tahap Perencanaan Tindakan II 1)
Membuat rencana pembelajaran.
2)
Mempersiapkan media manipulatif/benda konkret,
3)
Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan,
4)
Membuat LKS,
5)
Menyiapkan soal latihan pada setiap pertemuan,
6)
Menyiapkan soal akhir siklus II
7)
Mempersiapkan semua keperluan untuk observasi.
8)
Menyiapkan alat dokumentasi.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan II 1) Pendahuluan a) Memotivasi siswa pembelajaran dengan menggunakan media manipulatif. b) Mengomunikasikan tujuan pembelajaran. 2) Kegiatan inti. a)
Pembelajaran diulang dengan tetap mengacu pada LKS di siklus I
b)
Siswa didampingi teman yang menguasai materi.
c)
Siswa dapat membuat jaring-jaring bangun ruang dari benda-benda yang sudah ditugaskan kepada siswa.
d)
Guru menjelaskan dengan mengajak siswa berdiskusi mengenai LKS yang telah dikerjakan siswa, dalam berdiskusi guru mengkonstruk pemahaman siswa mengenai bangun ruang sisi datar.
e)
Guru menjelaskan sambil memperagakan media manipulatif/benda konkret.
f)
Siswa diberikan latihan-latihan.
g)
Mengerjakan soal tes siklus II
h)
Mewawancarai siswa,
i)
Dokumentasi
54 3) Penutup a) Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang telah dibahas. b) Memberikan tugas kepada siswa. c.
Tahap Observasi Tindakan II 1) Observer mencatat kegiatan belajar mengajar siswa yang menggunakan lembar kerja siswa di kelas. 2) Guru mengadakan post test pada akhir siklus II. 3) Menganalisis data yang telah terkumpul pada setiap pertemuan.
d. Tahap Refleksi Tindakan II 1) Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan siklus II yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya. 2) Menarik kesimpulan mengenai hasil yang dicapai dalam proses belajar mengajar selama penelitian baik kekurangan maupun kelebihannya melalui metode dan media yang dipakai dalam pembelajaran. Keterangan: Apabila permasalahan belum terselesaikan dilanjutkan ke siklus selanjutnya.
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Hasil intervensi tindakan yang diharapkan adalah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu meningkatkan pemahaman konsep Bangun Ruang Sisi Datar kelas VIII-2 MTs Jam’iyyatul Khair Ciputat Tangerang Selatan dengan menggunakan media manipulatif, guna meningkatkan hasil belajar matematika siswa dan meningkatnya aktivitas belajar matematika siswa sesuai dengan indikator keberhasilan kinerja.
G. Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif 1. Data kualitatif: hasil catatan observasi aktivitas belajar matematika siswa, hasil catatan evaluasi tindakan penelitian, hasil catatan tindakan penelitian,
55 hasil
wawancara terhadap subjek penelitian, dan hasil dokumentasi
(berupa foto kegiatan pembelajaran). 2. Data kuantitatif: nilai tes formatif akhir siklus yaitu berupa tes pemahaman konsep matematika bangun ruang sisi datar dan persentase aktivitas belajar matematika siswa pada setiap siklus. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari seluruh siswa kelas VIII-2 Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair Ciputat Tangerang Selatan tahun pelajarn 2009/2010 sebagai subjek penelitian, guru kolaborator, dan peneliti.
H. Instrumen-instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu: 1. Instrumen Tes Instrumen tes digunakan tes formatif pemahaman konsep matematika bangun ruang sisi datar yaitu tes yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Tes ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan pemahaman konsep matematika bangun ruang sisi datar dengan menggunakan media manipulatif dan ketuntasan belajar siswa terhadap seluruh materi yang telah diberikan pada kedua siklus. Tabel. 3 Kisi-Kisi Instrumen Test Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar Siklus I Dimensi Pemahaman Konsep Jumlah Bloom soal No Indikator Translasi Interpretasi Ekstrapolasi
1
Siswa dapat menghitung jumlah panjang rusuk-rusuk bangun ruang sisi datar 1
2
Siswa dapat menghitung luas permukaan bangun ruang sisi datar.
3
Siswa dapat menerapkan konsep luas permukaan bangun ruang sisi datar dalam kehidupan sehari-hari.
1 2 3 6
3
4
2
5 Jumlah
6
56 Tabel. 4 Kisi-Kisi Instrumen Test Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar Siklus II Dimensi Pemahaman Jumlah No Indikator Konsep Bloom Translasi Interpretasi Ekstrapolasi soal 1
2
3
Siswa dapat menghitung jumlah panjang rusuk-rusuk bangun ruang sisi datar 1 Siswa dapat menghitung volume bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prisma, dan limas) jika diketahui luas permukaan, jumlah panjang rusuk-rusuk dan perbandingan panjang rusukrusuknya.
1
3 4 6
Siswa dapat menerapkan konsep volume bangun ruang sisi datar dalam kehidupan sehari-hari
3
2 2 5
Jumlah
6
2. Instrumen Non Tes Instrumen non tes ini terdiri dari: a. Instrumen aktivitas belajar matematika siswa untuk mengukur aktivitas belajar matematika siswa saat tindakan dikenakan terhadap subjek penelitian tindakan. Berikut kisi-kisi instrumen aktivitas belajar matematika siswa. Tabel. 5 Kisi-kisi Instrumen Aktivitas Belajar Matematika Siswa No 1
2
Indikator aktivitas belajar Motivasi Belajar
Keaktifan Belajar Kelompok
Butir-butir pernyataan Memperhatikan penjelasan teman/guru dengan serius Bersemangat dan antusias dalam belajar Rasa ingin memahami materi tinggi Tekun dalam menghadapi tugas Banyak bertanya/menjawab pertanyaan guru/teman Senang mencari dan memecahkan soal Dapat mempertahankan pendapatnya
Nomor butir 1 2 3 4 5 6 7
57 b. Catatan evaluasi tindakan penelitian Catatan evaluasi tindakan penelitian digunakan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran terlaksana dengan baik, bagaimana interaksi yang terjadi dikelas, bagaimana aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung,
serta
untuk
mengetahui
kekurangan
dalam
proses
pembelajaran. Observasi ini dilakukan oleh guru matematika kelas VIII-2 di MTs Jam’iyyatul Khair Ciputat Tangerang Selatan. Lembar observasi ini digunakan untuk menganalisa dan merefleksi setiap siklus untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya. c. Lembar Wawancara Wawancara dilakukan terhadap subjek penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung kondisi siswa serta untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalahmasalah yang dihadapi di kelas serta untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan media manipulatif. Berikut adalah tabel kisi-kisi instrumen pedoman wawancara: Tabel. 6 Kisi-kisi Instrumen Pedoman Wawancara Indikator aktivitas belajar Keaktifan Belajar Siswa
Butir-butir pertanyaan Apakah anda mendengarkan penjelasan yang disampaikan teman/guru? Apakah anda antusias dalam mengikuti pembelajaran? Apakah anda merasa terbebani dengan kemampuan minimal yang harus dikuasai? Apakah anda merasa terbantu dengan teman anda ketika mengalami kesulitan? Apakah anda selalu membantu teman yang mengalami kesulitan? Apakah media yang digunakan oleh guru membantu memudahkan anda dalam memahami konsep matematika bangun ruang sisi datar?
Nomor butir 1 2 3 4 5
6
58 I. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian tindakan ini data-data yang dikumpulkan berupa informasi tentang: 1.
Data aktivitas belajar matematika siswa Data aktivitas belajar matematika siswa diperoleh dari instrumen aktivitas
belajar matematika siswa, instrumen catatan observasi aktivitas belajar matematika siswa yang diisi oleh guru kolaborator, catatan tindakan penelitian yang diisi oleh peneliti, hasil wawancara terhadap subjek penelitian, serta fotofoto aktivitas pembelajaran saat tindakan berlangsung. 2.
Data hasil belajar matematika siswa Data hasil belajar matematika siswa diperoleh dari tes formatif akhir
siklus. J.
Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Studi Instrumen yang akan mengukur hasil belajar siswa adalah tes formatif
akhir siklus, untuk memvalidasi validitas instrumen tes formatif akhir siklus digunakan validitas judgement yaitu validitas yang berdasarkan para ahli/pakar. Instrumen yang akan mengukur aktivitas belajar matematika siswa adalah instrumen aktivitas belajar matematika siswa, instrumen catatan observasi aktivitas belajar matematika siswa dan pedoman wawancara terhadap subjek penelitian. Teknik pemeriksaan kepercayaan yang digunakan terhadap data aktivitas belajar matematika siswa ini adalah dengan menggunakan metode triangulasi. Triangulasi merupakan proses memastikan sesuatu (getting a fix) dari berbagai sudut pandang. Triangulasi berfungsi untuk meningkatkan ketajaman hasil pengamatan melalui berbagai cara dalam pengumpulan data. Metode triangulasi terhadap data aktivitas belajar matematika siswa diperoleh dari data yang dihasilkan dari instrumen aktivitas belajar matematika siswa, instrumen catatan observasi aktivitas belajar matematika siswa, dan hasil wawancara terhadap subjek penelitian. Sehingga hasil dari ketiga data tersebut semuanya mengarah dan memperkuat data aktivitas belajar matematika siswa.
59 K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Data Setelah
data-data
penelitian
yang
dihasilkan
terkumpul,
peneliti
memeriksa kembali kelengkapan dan keabsahan data-data tersebut. Tahap selanjutnya adalah menganalisis data-data tersebut. 1.
Data kuantitatif Data kuantitatif berupa data skor aktivitas belajar matematika siswa dan
nilai tes formatif akhir siklus. Data-data tersebut penulis sajikan ke dalam bentuk tabel dan mengelompokkannya ke dalam tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan aturan sturgess. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif berupa nilai persentase, rata-rata (ukuran pemusatan data), nilai tertinggi, dan nilai terendah. Rumus persentase yang digunakan adalah6:
Keterangan: p
= Angka persentase.
f
= Frekuensi yang akan dicari persentasenya.
N
= Number of Cases (Jumlah frekuensi/banyaknya individu). Analisis data dilakukan pada berbagai kesempatan, dari awal penelitian
sampai berakhirnya proses penelitian. Hasil dari analisis data ini berupa informasi berbentuk kalimat-kalimat yang memberi gambaran proses penelitian. Setelah
menganalisis
data-data,
selanjutnya
adalah
memberikan
interpretasi terhadap nilai persentase dan rata-rata sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang tepat. 2.
Data kualitatif Data kualitatif berupa data aktivitas belajar matematika siswa yang
diperoleh dari instrumen catatan observasi aktivitas belajar matematika siswa, catatan evaluasi tindakan penelitian, catatan tindakan penelitian, dan hasil wawancara peneliti terhadap subjek penelitian. Dianalisis secara kualitatif dengan 6
h. 43.
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008),
60 proses koding untuk mengorganisasi data, selanjutnya membuat interpretasi data dan mendeskripsikannya secara jelas atas dasar data sehingga menjadi suatu kesimpulan.
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan Media
manipulatif/benda
konkret
merupakan
salah
satu
media
pembelajaran yang dapat dipakai pada proses pembelajaran matematika. Penggunaaan media manipulatif pada proses pembelajaran matematika akan sangat membantu siswa dalam memahami konsep matematika sesuai dengan tingkat kognitif siswa. Berdasarkan teori yang diuraikan bahwa media manipulatif/benda konkret merupakan media pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan belajar setiap siswa dan membantu dalam mengembangkan potensi belajar semua siswa. Zaman selalu berubah dan kompetitif berdasarkan perkembangan teknologi informasi, untuk itu guru yang ideal harus merancang media pembelajaran bagi siswanya demi kesuksesan siswa dalam menghadapi perkembangan zaman. Sejalan dengan alasan tersebut penulis mengharapkan bahwa tindak lanjut tindakan penelitian ini tidak berhenti sampai penelitian ini berakhir, tetapi juga dikembangkan secara maksimal sesuai dengan teori media pembelajaran. Dalam media pembelajaran terdapat banyak jenis-jenis media yang digunakan dalam melaksanakan pembelajara, diantaranya media gambar, multimedia, media interaktif dan sebagainya. Penulis menawarkan kepada pihak lain untuk meneliti/mengembangkan penggunaan media pembelajaran berdasarkan jenisjenis media pembelajaran yang lainnya dalam aplikasi pembelajaran, demi terciptanya kualitas pembelajaran yang maksimal dan memperhatikan kebutuhan belajar siswa. Sebagai bahan referensi penulis menyediakan contoh format instrumen-instrumen penilaian, rencana pelaksanaan pembelajaran yang dapat diadopsi
atau
dikembangkan
sesuai
dengan
kebutuhan.
61
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Penelitian Pendahuluan Peneliti melakukan observasi selama tiga kali yaitu pada tanggal 19, 25, dan 26 Januari 2010. Observasi yang dilakukan peneliti pada hari Selasa, 16 Januari 2010 yaitu ke bagian kurikulum untuk menanyakan silabus yang digunakan untuk bahan pembelajaran, besar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang digunakan di MTs Jam’iyyatul Khair, khususnya pelajaran matematika yaitu sebesar 62,0. Senin, 25 Januari 2010 peneliti melakukan wawancara kepada guru bidang studi matematika, tujuannya untuk mengetahui proses pembelajaran matematika di kelas VIII dan mengetahui tentang sikap siswa terhadap pelajaran matematika terkait dengan pembelajaran matematika dengan menggunakan media manipulatif. Dari hasil wawancara digunakan untuk bahan perencanaan tindakan kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, diperoleh informasi bahwa pembelajaran matematika yang selama ini digunakan adalah dengan mengunakan metode ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab. Menurut guru tersebut, sikap siswa yang cenderung pasif dalam belajar matematika sehingga kurang adanya interaksi antara guru dan siswa. Selain itu guru menganggap karena kemampuan siswa dalam pelajaran matematika masih rendah, sehingga guru kesulitan untuk mencoba metode lain untuk pembelajaran matematika. Dari hasil wawancara ini, ditentukan kelas VIII-2 sebagai kelas yang cocok untuk penelitian, terkait dengan permasalahan pemahaman konsep siswa dalam belajar matematika. Penentuan ini didasarkan pada pengamatan yang dilakukan oleh guru selama mengajar di kelas tersebut. Dalam pengamatan ini terlihat sikap dari sebagian siswa di kelas tersebut memiliki prestasi yang lebih rendah dibandingkan kelas yang lain. Hal ini terlihat dari beberapa hasil ulangan harian matematika, dimana hampir seluruh siswa pada kelas tersebut harus
61
62
melakukan remedial. Dimana nilai rata-rata ulangan hanya 47,7 dengan persentase nilai di atas KKM hanya 10% (3 orang) dan 90% nilai di bawah KKM (27 orang). Dalam proses pembelajaran siswa masih terlihat takut untuk bertanya. Berdasarkan masalah di atas dapat disimpulkan, bahwa seorang guru harus dapat
membuat
sebuah
pembelajaran
matematika
yang
menarik
dan
menyenangkan, agar materi yang disampaikan mudah diterima dengan baik oleh siswa. Selain itu, siswa akan lebih bersemangat dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menggunakan media manipulatif sebagai media pembelajaran matematika yang diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa serta dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Selasa, 26 Januari 2010 peneliti mengobservasi keadaan sekolah. Di sekolah sama sekali tidak mempunyai fasilitas pembelajaran matematika seperti buku paket, alat peraga, serta alat pendukung lainnya yang berhubungan dengan pembelajaran matematika. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan hasil observasi pembelajaran di kelas dari penelitian pendahuluan yang dilakukan adalah: a. Metode pembelajaran matematika yang sering digunakan oleh guru matematika adalah metode ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab. b. Pada saat kegiatan pembelajaran siswa kurang bersemangat dan kurang termotivasi untuk belajar, hal ini ditunjukan dengan kurang antusiasnya siswa dalam menerima pelajaran, siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. c. Kurangnya pendekatan guru terhadap murid sehingga menyebabkan siswa masih merasa takut untuk bertanya kepada guru. d. Siswa tidak terbiasa belajar secara berkelompok e. Tingkat kemampuan siswa dalam belajar matematika masih kurang Berdasarkan hasil observasi penelitian pendahuluan, maka peneliti melaksanakan penelitian di sekolah MTs Jam’iyyatul Khair Ciputat Tangerang Selatan, hal ini disebabkan pembelajaran matematika dengan metode ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab terlihat belum maksimal sehingga peneliti mencoba
63
pembelajaran matematika dengan menggunakan media manipulatif, dan pengggunaan media manipulatif menjadikan siswa lebih aktif dalam belajar serta akan menumbuhkan sikap saling kerja sama dalam belajar kelompok. Di samping itu, pembelajaran menggunakan media manipulatif diharapkan dapat membantu siswa untuk aktif bertanya kepada guru sehingga akan meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar matematika.
B. Data Penelitian dan Analisis Data 1. Analisis Pemahaman Konsep Matematika Siswa Data pemahaman konsep matematika yang dimaksud adalah pemahaman konsep matematika bangun ruang sisi datar, adapun sub pokok bahasannya hanya sampai menghitung luas permukaan bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prisma dan limas). Data pemahaman konsep matematika siswa diperoleh dari nilai tes formatif akhir siklus. Data-data nilai tes formatif akhir siklus I dan II peneliti analisis dengan menggunakan analisis kualitatif. Analisis kualitatif penulis menganalisisnya berdasarkan data hasil jawaban tes formatif akhir siklus I dan II. Pada tes formatif akhir siklus I, siswa yang berkemampuan akademik tinggi mendominasi daftar ketuntasan. Pada siklus I ini skor pemahaman konsep bangun ruang sisi datar yang mendapat persentase paling besar adalah dimensi translation sebesar 83,75%, sedangkan pemahaman konsep pada dimensi interpretation dan ekstrapolation berturut-turut sebesar 71,18% dan 41,52%. Peneliti menganalisis proses-proses dalam menemukan jawaban, penemuan peneliti bahwa terdapat siswa yang dapat mengerjakan semua soal dengan cepat dan hanya saja karena kurang teliti siswa tersebut salah dalam perhitungan akhir, padahal langkah-langkah sudah sesuai dengan konsep materi. Ada pula siswa lainnya dalam pengisisan jawaban secara konsep benar namun karena kurang teliti dalam hal operasi aljabar mengakibatkan jawaban akhirnya kurang tepat. Pada siswa berkemampuan akademik sedang tidak begitu banyak yang tuntas. Mereka hanya mampu menyelesaikan yang soal-soal dengan tingkat kesukaran mudah dan beberapa yang sedang. Dalam mengisi jawaban mereka dapat menggunakan konsep yang tepat. Namun kendalanya adalah mereka belum
64
bisa mengoperasikan konsep secara aljabar hingga menemukan jawabannya, mereka hanya bisa sebatas menginput angka-angkanya saja. Siswa berkemampuan rendah belum ada yang mencapai tuntas. Berdasarkan
isian jawaban mereka baru benar pada soal dengan tingkat
kesukaran mudah. Pada soal yang lain mereka berusaha untuk menjawabnya. Isian jawaban menunjukkan bahwa mereka dapat menyebutkan konsep dengan benar namun kendala mereka adalah belum tepat dalam menginput angka-angka ke dalam konsep tersebut dan operasi aljabar yang masih keliru. Pada tes formatif akhir siklus II siswa berkemampuan akademik tinggi semuanya tuntas. Mereka dapat mengerjakan soal-soal dengan baik dan sistematis. Siswa berkemampuan sedang tuntas dalam tes formatif siklus II, sebagian besar dapat mengerjakan soal dengan baik pada soal-soal dengan tingkat kesukaran mudah dan sedang. Siswa yang lainnya belum mencapai nilai ketuntasan, namun pada sisi lain terjadi peningkatan jumlah soal yang dijawab dengan benar dari pada siklus I, akibatnya nilai yang diperoleh tidak terlalu rendah. Skor pemahaman konsep matematika didominasi pada dimensi pemahaman translation. Hal ini terlihat dari persentase tiap dimensi, dimana dimensi translation memperoleh persentase yang paling besar yaitu 88,43% sedangkan dimensi interpretation dan dimensi extrapolation memperoleh persentase berturut-turut sebesar 82,01%, dan 55,62%. Hasil yang diperoleh bahwa terdapat peningkatan pemahaman konsep matematika siswa pada siklus II. Hal ini berdasarkan nilai persentase rata-rata pemahaman konsep matematika akhir siklus II mencapai 75,35 % sedangkan pemahaman konsep matematika pada akhir siklus I hanya mencapai 65,48% artinya pemahaman konsep matematika bangun ruang sisi datar dari siklus I dan siklus II mengalami peningkatan sebesar 9,87%. Selain itu, pada akhir siklus II menunjukkan 78,1% siswa tuntas dalam belajar matematika, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menguasai materi bangun ruang sisi datar di akhir siklus II. Data persentase rata-rata pemahaman konsep matematika akhir siklus I dan II peneliti sajikan dalam tabel 7 sebagai berikut:
65
Tabel. 7 Persentase Rata-rata Pemahaman Konsep Siklus I dan Siklus II Indikator Pemahaman Konsep
Siklus I (%)
Siklus II (%)
Peningkatan (%)
Translasi
83,75
88,43
4,68
Interpretasi
71,18
82,01
10,83
Ekstrapolasi
41,52
55,62
14,1
Rata-rata
65,48
75,35
9,87
2. Analisis Catatan Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Data aktivitas belajar matematika siswa dari catatan observasi aktivitas belajar matematika siswa pada siklus I lebih memfokuskan pada keaktifan siswa dalam berdiskusi yang belum maksimal. Karena jika aktivitas diskusi dapat berjalan dengan baik, maka aktivitas lainnya pun akan terpengaruhi dengan baik pula. Faktor-faktor yang diuraikan oleh guru kolaborator mengenai ketidakaktifan siswa dalam berdiskusi diantaranya adalah penempatan kelompok belum maksimal. Selain itu, siswa kelihatan lelah dan kurang berkonsentasi karena pembelajaran terletak pada jam ke-5 dan ke-6, dan siswa cenderung mengerjakan soal secara sendiri-sendiri tanpa mendiskusikannya. Secara umum pada siklus I keaktifan siswa dalam pembelajaran sudah kelihatan, tetapi belum maksimal dan perlu diperbaiki lagi dalam siklus selanjutnya. Pada siklus II keaktifan siswa dalam pembelajaran lebih baik dari pada siklus sebelumnya, dimana siswa yang mengalami kesulitan belajar mengalami kemajuan dengan sering memperhatikan dan mengerjakan tugas dengan baik, pembelajaran sangat fokus, sebagian besar siswa aktif dalam memperhatikan penjelasan
dan
mencatat
materi
pembelajaran,
kegiatan
diskusi
sudah
menunjukkan perbaikan dari pada siklus I, namun pada pertemuan tertentu masih saja terdapat kegiatan diskusi kurang maksimal dikarenakan waktu pembelajaran yang kurang terkelola dengan baik.
66
Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan, ditemukan bahwa pada
siklus I pada saat peneliti berkeliling melakukan observasi ke setiap kelompok yang sedang melakukan diskusi kelompok, ada beberapa kelompok yang menanyakan pemahaman materi kepada peneliti, dan ada juga yang bertanya kepada tutor siswa kelompok lain. Oleh karena itu pada siklus II kerja kelompok baru dilakukan apabila siswa sudah dianggap siap melakukan diskusi kelompok. Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan media mampu membuat siswa aktif mengikuti proses belajar mengajar. Di samping itu, pembelajaran yang dilakukan dengan cara melibatkan siswa secara langsung membuat siswa senang dan lebih akrab dengan guru. Hal ini peneliti perhatikan bahwa
setelah
pertemuan
ini
siswa
menjadi
lebih
berani
bertanya,
mengungkapkan pendapatnya, bahkan mau berusaha menjawab petanyaan temannya. Setelah peneliti memberikan motivasi, siswa terlihat bersemangat mengikuti pelajaran, apalagi ketika siswa tetap mendapatkan pujian walaupun hasil pekerjaannya kurang bagus, hal ini diketahui peneliti ketika siswa tidak mau penelitian ini berakhir dengan alasan bahwa peneliti tidak pernah marah ketika siswa tidak dapat menyelesaikan soal dengan baik, malah tetap memberikan pujian sehingga siswa merasa malu apabila tidak dapat mengerjakan tugas. Oleh karena itu apabila penelitian ini dilanjutkan tindakan seperti ini perlu dipertahankan, agar siswa merasa dihargai sehingga siswa terus memiliki keinginan bahkan merasa senang untuk belajar matematika.
3. Analisis Data Hasil Wawancara Hasil wawancara yang dilakukan terhadap subjek penelitian bahwa pada siklus I dalam aktivitas mendengarkan siswa cenderung mendengarkan penjelasan yang disampaikan guru/teman dan sering meresponnya. Antusias mereka dalam pembelajaran sangat antusias dan sering bersemangat dalam pembelajaran. Siswa kadang-kadang merasa terbebani dengan kemampuan minimal yang harus mereka kuasai karena sulit, sedangkan LKS membuat siswa tertantang dalam pembelajaran walaupun tidak jarang mereka belum berhasil menyelesaikannya.
67
Peran tutor sebaya sangat membantu mereka dalam pembelajaran dan membantu teman jika ada kesulitan dalam pembelajaran. Penggunaan media manipulatif atau komputer sangat membantu mereka dalam pembelajaran, mereka dapat belajar dengan baik, walaupun terkadanng penggunaan media belum maksimal karena cukup memakan waktu dalam belajar, di samping itu, penggunaan media dalam pembelajaran menurut mereka lebih memudahkan pemahaman bagi siswa terutama materi bangun ruang, mereka kesulitan dalam menvisualkan gambar. Pada siklus II hasil wawancara yang diperoleh bahwa aktivitas mendengarkan pada siswa berkemampuan rendah rata-rata menjawab jarang mendengarkan. Mereka mendengarkan ketika mereka lagi bagus mood nya dan ketika materi yang diajarkan mudah untuk dipahami. Siswa berkemampuan tinggi dan sedang rata-rata mereka menjawab sering mendengarkan penjelasan yang disampaikan teman/guru. Antusiasme mereka dalam pembelajaran rata-rata mereka sangat antusias dengan berbagai alasan diantaranya suka dengan matematika, mau naik kelas IX, materi mudah untuk dipahami. Sebagian besar siswa tidak merasa terbebani dengan kemampuan minimal yang harus dikuasai karena materi yang diajarkan relatif mudah. Soal tantangan membuat siswa tertantang dalam menyelesaikannya, mereka berusaha menjadi orang pertama yang berhasil mengerjakannya. Peran tutor sebaya sangat membantu mereka dalam memahami materi yang belum dipahaminya. Penggunaan media manipulatif dan komputer sangat membantu siswa dalam pembelajaran, salah satu alasannya adalah lebih memudahkan untuk memahami materi dan terdapat pembahasan soal dan latihannya yang tersusun secara sistematis.
4. Rekapitulasi Data Aktivitas Belajar Matematika Siswa Data mengenai aktivitas belajar matematika siswa salah satunya diperoleh dari instrumen aktivitas belajar matematika siswa. Rata-rata persentase aktivitas belajar matematika siswa pada akhir siklus I masih rendah, tetapi pada akhir siklus II rata-rata persentase aktivitas belajar matematika siswa mengalami peningkatan. Rata-rata persentase aktivitas belajar matematika siswa siklus I dan siklus II, penulis sajikan pada tabel 8, 9, dan 10 di bawah ini:
68
Tabel. 8 Persentase Hasil Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II Persentase
Aspek Aktivitas
Siklus I
Siklus II
1. Memperhatikan penjelasan guru/teman dengan serius
49,3%
87,1%
2. Bersemangat dan sangat antusias dalam belajar
36,4%
73,3%
3. Rasa ingin memahami materi tinggi
34,8%
79,3%
4. Tekun dalam menghadapi tugas
31,4%
73,3%
Rata-rata
37,9%
78,3%
Tabel. 9 Persentase Hasil Aktivitas Keaktifan Belajar Kelompok pada Siklus I dan Siklus II Persentase
Aspek Aktivitas
Siklus I
Siklus II
1. Banyak bertanya/menjawab pertanyaan guru/teman
33,6%
73,9%
2. Senang mencari dan memecahkan soal
26,9%
59,4%
3. Dapat mempertahankan pendapatnya
30,8%
68,4%
30,4%
67,2%
Rata-rata
Tabel. 10 Persentase Rata-rata Aktivitas Belajar Matematika Siswa pada Siklus I dan Siklus II Siklus
Rata-rata (%)
Siklus I
34,2
Siklus II
72,8
Peningkatan (%) 38,6
Pada tabel 10 diketahui bahwa persentase rata-rata aktivitas belajar matematika siswa pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 38,6% dari siklus I, hal ini menunjukkan bahwa tindakan perbaikan yang dilakukan pada siklus II dapat memperbaiki dan meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.
69
Berdasarkan keempat instrumen penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan media manipulatif dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika bangun ruang sisi datar, hal ini dapat dilihat dari hasil nilai persentase rata-rata pemahaman konsep matematika di akhir siklus II mengalami peningkatan sebesar 9,87% dari siklus I. Selain itu, penggunaan
media
manipulatif
dalam
pembelajaran
matematika
dapat
meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa dilihat dari hasil lembar aktivitas belajar matematika mengalami peningkatan sebesar 38,6%, hasil catatan observasi aktivitas belajar siswa dan hasil wawancara.
C. Tindakan Pembelajaran Siklus I 1. Tahap Perencanaan Pembelajaran pada siklus I ini terdiri dari 6 kali pertemuan dengan berdurasi masing-masing 2 x 40 menit. Materi yang akan diajarkan pada siklus I adalah mengenai Bangun Ruang Sisi datar dengan sub pokok bahasan, pengertian bangun ruang sisi datar, bagian-bagian dari bangun ruang, jaring-jaring bangun ruang, dan luas permukaan bangun ruang sisi datar. Peneliti mempersiapkan pedoman lembar observasi kegiatan belajar mengajar siswa untuk menilai aktivitas siswa selama proses pembelajaran kelompok. Selain itu peneliti juga membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dilengkapi dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dibuat setiap pertemuan untuk memudahkan peneliti dalam menyampaikan materi pelajaran, sehingga peneliti dapat menyampaikan materi dengan baik. Untuk menunjang pembelajaran, peneliti menyiapkan media pembelajaran yang berupa bentuk-bentuk bangun ruang yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, kerangka bangun ruang, serta dilengkapi dengan menggunakan media komputer untuk memperlancar proses pembelajaran. Instrumen lain yang disiapkan oleh peneliti pada tahap perencanaan ini adalah lembar kegiatan siswa berisi ringkasan materi dan soal-soal dan soal latihan untuk setiap pertemuan. Pada siklus I ini, peneliti memperkenalkan pembelajaran dengan menggunakan media manipulatif kepada siswa dengan harapan siswa dapat
70
menyukai pelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika khususnya pada materi bangun ruang sisi datar serta meningkatkan hasil belajar matematika. Penelitian dilaksanakan di kelas VIII-2 yang berjumlah 32 siswa yang terdiri dari 17 perempuan dan 15 laki-laki. Pada setiap pembelajaran siswa dikelompokkan menjadi 6 kelompok dengan jumlah masingmasing anggota kelompok berjumlah 5 orang dan ada 2 kelompok yang berjumlah 6 kelompok. Penentuan kelompok dilakukan secara acak, tidak ditentukan berdasarkan
nilai-nilai
siswa
pada
pelajaran
matematika
sebelumnya.
Pengelompokan ini dipergunakan pada saat siswa mengerjakan LKS dan mempermudah melihat keadaan siswa pada tahap pelaksanaan. 2. Tahap Pelaksanaan Pada pelaksanaan siklus I pokok bahasan yang disampaikan adalah mengenai Bangun Ruang Sisi datar dengan sub pokok bahasan, pengertian bangun ruang sisi datar, bagian-bagian dari bangun ruang, jaring-jaring bangun ruang, dan luas permukaan bangun ruang sisi datar yang disampaikan sebanyak 6 kali pertemuan. Adapun uraian proses pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan Pertama / Rabu, 27 Januari 2010 Pertemuan pertama peneliti tidak langsung menjelaskan materi karena pada awal pertemuan peneliti terlebih dahulu memberikan tes pra penelitian selama 1 jam pelajaran (40 menit) dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan dasar matematika tentang bangun ruang sisi datar. Dari hasil tes tersebut ternyata sebagian besar pemahaman konsep bangun ruang sisi datar siswa masih kurang, bahkan untuk membedakan nama bangun ruang sisi datar masih salah, selain itu dalam menerapkan dalam soal perhitungan juga masih banyak yang salah konsep sifat-sifat operasi aljabar. Peneliti masuk kelas
pada
pukul
10:30
WIB.
Pertemuan
itu
dimulai
dengan
mensosialisasikan model pembelajaran yang akan dilakukan peneliti kepada siswa. Kemudian peneliti membentuk kelompok menjadi 6 kelompok dari 32 siswa, masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 siswa. Kemudian peneliti menginformasikan materi yang akan disampaikan selama penelitian ini.
71
Peneliti memberikan pengantar materi bangun ruang sisi datar dengan cara memberikan contoh bentuk-bentuk bangun ruang sisi datar yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Namun siswa masih kesulitan untuk membedakan antara kubus dan balok, serta prisma dan limas, selain itu untuk bangun ruang prisma dan limas jarang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa kesulitan untuk memahami konsep dari prisma dan limas. Setelah selesai menjelaskan siswa diberi kesempatan untuk mencatat namun sebagian besar siswa lambat dalam mencatat sehingga menghabiskan banyak waktu yang telah ditargetkan penulis, baru setelah sebagian besar siswa selesai mencatat, bel waktu pelajaran pertama selesai berbunyi. Di bawah ini jenis bangun ruang yang sering dijumpai dalam kehidupan seharihari.
Gambar 2: Bentuk-bentuk bangun ruang dalam kehidupan sehari-hari Sehubungan dengan peristiwa yang terjadi di atas, mengakibatkan waktu pembelajaran tidak cukup, sehingga pembelajaran pada pertemuan pertama
tidak
sesuai
dengan
rancangan
pembelajaran
yang
telah
direncanakan. Diantaranya hanya satu dari dua contoh soal yang dapat disampaikan, lembar kerja siswa ke-1 tidak sempat didiskusikan dan latihan soal untuk masing-masing siswa tidak sempat juga diberikan. Di akhir pertemuan peneliti meminta siswa mempelajari kembali contoh soal agar pada pertemuan selanjutnya siswa siap menghadapi materi, siswa juga diminta untuk mencatat dan mempelajari materi yang ada di LKS sekolah. 2) Pertemuan kedua / Rabu, 03 Februari 2010 Pertemuan ini berlangsung selama 2 jam pelajaran. Materi yang dibahas pada pertemuan kedua ini adalah membuat jaring-jaring bangun
72
ruang sisi datar. Sebelum siswa membuat jaring-jaring terlebih dahulu peneliti menjelaskan pengertian dari jaring-jaring. Media yang digunakan oleh peneliti adalah media komputer dan bentuk-bentuk bangun ruang sebagai bahan siswa membuat jaring-jaring bangun ruang. Pada saat penjelasan materi siswa mulai banyak yang memperhatikan penjelasan peneliti. Pada penjelasan awal siswa masih bersemangat untuk belajar terlihat dengan respon siswa dalam menjawab pertanyaan peneliti. Ketika peneliti meminta salah seorang meminta membuat jaring-jaring di whiteboard siswa mulai diam dan tidak merespon pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
Gambar 3: Jenis-jenis bangun ruang Peneliti kemudian membagikan lembar LKS dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari dan mengisi soal LKS selama 30 menit. Pada saat kerja kelompok berlangsung
peneliti dan observer
berkeliling melakukan observasi proses pembelajaran yang dilakukan kelompok siswa. Setelah waktu yang disediakan peneliti untuk bekerja sama habis, peneliti meminta siswa untuk segera mengumpulkan hasil diskusi mereka, namun hanya 2 kelompok yang mengumpulkan hasil kerjanya, sedangkan tiga kelompok lainnya mengeluh untuk tidak mengumpulkan jawaban terlebih dahulu karena masih banyak soal yang belum dikerjakan, oleh karena itu penulis memberikan perpanjangan waktu sebanyak 10 menit. Dari lembar LKS tersebut nampak bahwa pemahaman konsep mengenai membuat jaring-
73
jaring bangun ruang sisi datar masih rendah, hanya kurang lebih 25% siswa dapat membuat jaring-jaring bangun ruang dan menentukan ukurannya kemudian menghitung berapa panjang ukuran minimal untuk membuat kerangka bangun ruang yang sudah ditentukan. Peneliti mendatangi kelompok satu persatu untuk membantu menjelaskan materi. Namun sampai waktu tambahan selesai masih juga siswa tidak dapat menyelesaikan LKS. akhirnya penulis terpaksa tetap meminta jawaban soal seadanya dari siswa. Penulis mananyakan alasan mengapa siswa lama mengerjakan LKS, salah seorang siswa mengeluhkan tidak dapat bekerja sama dengan baik bersama anggota kelompoknya. Peneliti juga sepakat dengan siswa yang berani bercerita mengenai situasi kerja kelompoknya, hal itu terlihat dari keadaan beberapa kelompok dimana kertas coretannya masih kosong, buku LKS yang tetap tertutup menandakan tidak ada usaha yang sungguh-sungguh dari siswa untuk menjawab soal dan suasana diskusi yang tenang tampak tidak ada masalah. Melihat keadaan seperti ini akhirnya penulis menjelaskan kembali materi cara membuat jaring-jaring bangun ruang sisi datar, akan tetapi tidak lama kemudian bel tanda pelajaran selesai berbunyi, sehingga siswa tidak jadi mengerjakan soal latihan. Penulis meminta siswa untuk membaca kembali materi dirumah dan memberikan tugas kelompok agar pada pertemuan yang akan datang dapat bekerja sama dengan baik.
Gambar 4: Siswa berusaha membuat jaring-jaring bangun ruang
74
3) Pertemuan ketiga / Kamis, 04 Februari 2010 Pertemuan ini berlangsung selama 2 jam pelajaran (80 menit). Kegiatan pembelajaran dilaksanakan mulai pukul 08.50 sampai dengan 10.10 WIB. Pada pertemuan ini jumlah siswa yang hadir 29 siswa, dan yang absen 3 orang. Materi yang disampaikan pada pertemuan ketiga ini mengenai menentukan luas permukaan bangun ruang sisi datar, yakni kubus dan balok. Sebelum menjelaskan materi, peneliti membagikan LKS kepada setiap kelompok, dan benda-benda yang akan dijadikan media untuk menentukan luas permukaan kubus dan balok, kemudian peneliti menjelaskan bagaimana cara mengerjakannya. Kemudian peneliti meminta siswa untuk mengumpulkan tugas kelompok. Peneliti memberikan penjelasan materi bagaimana cara mencari luas permukaan dari bangun ruang sisi datar. Materi yang pertama disampaikan adalah kubus berikut contoh-contohnya. Setelah siswa memahami cara menentukan luas permukaan kubus tersebut barulah peneliti melanjutkan kepermasalahan menentukan luas permukaan balok berikut dengan contoh-contohnya. Peneliti meminta siswa bersama dengan kelompoknya untuk mengerjakan lembar kerja siswa, saat itu peneliti dan observer berkeliling kesetiap meja kelompok untuk melakukan observasi proses pembelajaran kelompok siswa. Dari hasil lembar kerja siswa nampak bahwa siswa sudah memahami tentang konsep mencari luas permukaan bangun ruang sisi datar, dan dari hasil latihan siswa hampir 90 % siswa mengerjakan soal latihan dengan benar.
Gambar 5: Aktivitas siswa melakukan kerja kelompok hanya mengandalkan teman yang pintar untuk mengerjakan tugas kelompok
75
4) Pertemuan keempat / Rabu, 10 Februari 2010 Pada pertemuan ini, siswa berkumpul sesuai dengan kelompok belajar masing-masing, kegiatan belajar mengajar berlangsung selama 2 jam pelajaran mulai pada pukul 10.30 sampai dengan 11.50 WIB. Pertemuan ini semua siswa hadir yaitu 32 siswa. Materi yang disampaikan pada pertemuan kali ini menentukan luas permukaan prisma dan limas. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai seperti biasa peneliti membagikan LKS kepada setiap kelompok dan benda-benda sebagai media manipulatif yang akan dijadikan untuk menentukan luas permukaan prisma dan limas, kemudian peneliti menjelaskan bagaimana cara mengerjakannya. Peneliti langsung menyampaikan materi bagaimana menentukan luas permukaan bangun ruang sisi datar yaitu prisma dan limas beserta contohnya. Setelah menjelaskan materi peneliti meminta siswa untuk mengerjakan LKS yang sudah dibagikan sebelumnya, peneliti berkeliling ke setiap meja kelompok untuk melakukan observasi proses pembelajaran kelompok siswa. Di akhir pembelajaran peneliti meminta siswa untuk membuat rangkuman mengenai luas permukaan prisma dan limas. Dari hasil LKS siswa terlihat belum memahami konsep luas permukaan prisma dan limas, baik dari dimensi pemahaman konsep translasi, interpretasi, maupun ekstrapolasi. Dari latihan yang diberikan pun sebagian besar siswa masih banyak yang salah dalam menjawab soal. Dokumentasi aktivitas siswa melakukan kegiatan belajar kelompok.
Gambar 6: Aktivitas Siswa Melakukan Kegiatan Kerja Kelompok
76
Gambar 7: Cara menentukan luas permukaan limas dan prisma 5) Pertemuan kelima / Rabu, 17 Februari 2010 Pertemuan ini berlangsung selama 2 jam pelajaran, jumlah siswa yang hadir 30 siswa. Diawal pertemuan peneliti menanyakan pemahaman siswa mengenai materi luas permukaan kubus dan balok, kemudian peneliti membagikan lembar kegiatan siswa kepada setiap kelompok dan meminta kelompok untuk mempelajarinya dan menyelesaikan soal yang ada pada lembar tersebut. peneliti mengobservasi siswa disaat siswa melakukan diskusi kelompok. Setelah soal-soal LKS selesai dikerjakan, peneliti membagikan lembar latihan
soal
agar
dikerjakan
masing-masing
siswa,
namun
siswa
diperbolehkan bertanya kepada teman kelompoknya. Peneliti meminta siswa yang telah selesai menjawab minimal satu soal untuk menulis jawabannya di papan tulis. Dari LKS dan latihan yang diberikan terlihat sebagian besar siswa sudah memahami pemahaman konsep dimensi translasi, tetapi untuk dimensi interpretasi dan ekstrapolasi masih banyak siswa yang masih salah menafsirkan soal dari bentuk cerita ke dalam bentuk gambar, bahkan penempatan angkannya pun masih salah. Peneliti memberitahukan bahwa pada hari Rabu, 24 Februari akan diadakan tes siklus I. oleh karena itu siswa ditugaskan untuk menyelesaikan soal-soal LKS sekolah halaman 39 sampai 43 pilihan ganda, untuk menghadapi tes tersebut.
77
6) Pertemuan keenam / Kamis, 18 Februari 2010 Pertemuan keenam ini merupakan akhir dari siklus I. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada pertemuan ini, pembelajaran akan diisi masih dengan diskusi kelompok. Pembelajaran kali ini peneliti akan memperbanyak latihan soal mengenai prisma dan limas. Kemudian peneliti membagikan lembar kegiatan siswa kepada setiap kelompok dan meminta kelompok untuk mempelajarinya dan menyelesaikan soal yang ada pada lembar tersebut. peneliti mengobservasi siswa disaat siswa melakukan diskusi kelompok. Pada saat diskusi berlangsung, beberapa siswa mengaku kesulitan dalam menghitung luas permukaan limas. Padahal sebelumnya peneliti sudah menjelaskan bagaimana menghitung luas permukaan limas, hal ini menunjukkan bahwa siswa masih lemah dalam pemahaman konsep bangun ruang sisi datar yaitu limas. Selain itu dalam menggambar bangun ruang sisi datar yaitu prisma dan limas masih agak kesulitan padahal pada pertemuan sebelumnya sudah dibahas. Setelah soal-soal LKS selesai dikerjakan, peneliti membagikan lembar latihan
soal
agar
dikerjakan
masing-masing
siswa,
namun
siswa
diperbolehkan bertanya kepada teman kelompoknya. Peneliti meminta siswa yang telah selesai menjawab minimal satu soal untuk menulis jawabannya di papan tulis. Pada akhir pertemuan peneliti mengingatkan kembali bahwa hari Rabu, 24 Februari akan ada tes siklus I, peneliti mengarahkan siswa untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi tes ini, karena tes ini akan dijadikan sebagai nilai individu. 3. Tahap Observasi/Pengamatan Tahap observasi dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan guru kolaborator. Untuk mengamati aktivitas siswa, peneliti melakukan teknik bertanya kepada setiap siswa untuk lebih meyakinkan peneliti terhadap apa yang dirasakan oleh siswa. Pada awal observasi, peneliti mengalami kendala dalam mengisi lembar observasi
78
dikarenakan aspek-aspek yang diamati secara langsung. Melalui diskusi dengan guru kolaborator, ditetapkan teknik bertanya kepada siswa. Pengisian
lembar
observasi selanjutnya dilakukan secara bersama-sama oleh peneliti dan guru kolaborator. Di setiap akhir pembelajaran peneliti bersama guru kolaborator mendiskusikan terkait pembelajaran yang dilaksanakan. Hasil pengamatan siswa melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel 11 berikut:
Tabel. 11 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I No
1
2
Aspek Aktivitas
Pertemuan Ke
Rata
1
2
3
4
5
6
-rata
%
%
%
%
%
%
%
Memperhatikan dengan serius
32,3
42,9
48,3
46,9
60
65,5
49,3
Bersemangat dan sangat antusias
22,6
28,6
34,5
37,5
43,3
51,7
36,4
Rasa ingin tahu tinggi
19,4
28,6
31
34,4
40
55,2
34,8
Tekun menghadapi tugas
16,1
25
27,6
31,3
40
48,3
31,4
Jumlah rata-rata
22,6
31,3
35,4
37,5
45,8
55,2
37,9
Banyak bertanya
16,1
25
31
34,5
43,3
51,7
33,6
Senang mencari dan memecahkan soal
9,7
17,9
27,6
28,1
36,7
41,4
26,9
Dapat mempertahankan pendapatnya
16,1
21,4
27,6
31,3
40
48,3
30,8
Jumlah rata-rata
13,9
21,4
28,7
31,3
40
47,1
30,4
31
28
29
32
30
29
Motivasi Belajar Siswa
Keaktifan Belajar Kelompok
Jumlah siswa yang hadir
Persentase rata-rata total
Dari hasil skor lembar observasi, rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I masih rendah yaitu 34,2% dari jumlah siswa yang hadir. Dengan data tersebut, pembelajaran yang dilakukan masih harus terus diperbaiki sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika semakin meningkat. Di samping itu, dari lembar observasi dapat dilihat bahwa pada kegiatan siklus I pelaksanaan pembelajaran kelompok kurang efektif, karena setiap sub pokok bahasan, siswa dianjurkan untuk kerja kelompok. Sedangkan siswa belum siap untuk kerja kelompok. Disamping itu anggota kelompok-kelompok tertentu tidak terbiasa
34,2
79
belajar kelompok sehingga untuk memahami materi tetap menunggu penjelasan dari guru. Hal itu terlihat ketika peneliti mendekati kelompok tertentu untuk melakukan observasi, kelompok tersebut menanyakan materi yang belum mereka pahami, pada saat itulah mereka mengatakan lebih paham jika peneliti yang menjelaskan. Selain lembar observasi, peneliti juga melakukan wawancara pada akhir siklus I untuk memperkuat data observasi. Hasil wawancara pada akhir siklus I adalah sebagai berikut: 1.
Siswa menyukai pembelajaran matematika dengan menggunakan media.
2.
Siswa lebih bersemangat dalam belajar menggunakan media dibandingkan dengan pembelajaran yang dahulu, lebih membuat siswa selalu ingat akan materi yang disampaikan.
3.
Pembelajaran menyenangkan sehingga membuat siswa berani untuk bertanya.
4.
Siswa merasa pada saat diskusi kelompok terjadi dominasi tugas pada siswa yang lebih pintar dan kurangnya kerjasama antar kelompok.
5.
Soal-soal yang diberikan terlalu banyak dan susah sehingga sering memusingkan beberapa siswa pada saat mengerjakan soal.
6.
Siswa akan mulai takut jika guru menyuruh siswa untuk maju ke depan mengerjakan soal. Setelah enam kali tindakan penelitian berlangsung, diakhir siklus I
diadakan tes formatif akhir siklus I yang dilaksanakan pada pertemuan ke-7 yaitu Rabu, 24 Februari 2010. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) siklus I adalah 62 artinya jika siswa memperoleh nilai
62 maka siswa tersebut dinyatakan tuntas.
Data nilai siswa pada tes formatif akhir siklus I penulis lampirkan pada bagian lampiran.
4. Tahap Refleksi Data yang diperoleh dari siklus I bahwa persentase aktivitas belajar matematika siswa sebesar 34,2% yang berada pada kategori kurang aktif, serta data hasil belajar matematika siswa berupa tes formatif siklus I sebanyak 40,6%
80
siswa tuntas (memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan KKM). Data-data tersebut jika dibandingkan dengan indikator keberhasilan kinerja baik aktivitas belajar matematika siswa maupun hasil belajar matematika siswa, maka penelitian tindakan siklus I belum berhasil memenuhi indikator keberhasilan kinerja. Sehingga, penelitian tindakan ini harus dilanjutkan ke siklus II dan disertai dengan adanya perbaikan-perbaikan tindakan dari siklus I. Dengan menggunakan aturan sturgess, penulis menyajikan data nilai tes formatif akhir siklus I dalam tabel 12 distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel. 12 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Formatif Akhir Siklus I Nilai 25 – 35 36 – 46 47 – 57 58 – 68 69 – 79 80 – 90
Frekuensi 4 4 5 8 6 5
32 28 24 19 11 5
100 87,5 75 59,375 34,375 15,625
Keterangan: : Frekuensi kumulatif lebih dari : Persentase frekuensi kumulatif lebih dari Dari data nilai tes formatif akhir siklus I diketahui bahwa terdapat 13 siswa tuntas (40,6%), sedangkan 19 siswa belum tuntas (59,4%). Peneliti dan guru kolaborator mencermati serta mendiskusikan hal-hal yang menyebabkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa di siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan kinerja, juga hal-hal yang menjadi keberhasilan dan kekurangan tindakan di siklus I. Ramainya siswa ketika pembagian kelompok menandakan adanya ketidaknyamanan berada dalam kelompok tertentu atau ada rasa iri terhadap kelompok lain. Untuk mengatasi hal ini peneliti memberikan pandangan bahwa syarat seseorang dapat menguasai materi pelajaran atau memahami suatu konsep adalah timbul dari diri sendiri, jadi apabila ingin menjadi yang terbaik atau memiliki kelompok terbaik berarti harus berusaha sebaik mungkin secara
81
bersama. Sedangkan untuk mengatasi ketidaknyamanan dengan anggota kelompok, peneliti menganjurkan siswa untuk memberi nama kelompoknya. Banyak siswa yang mengeluh tidak dapat menyelesikan soal bangun ruang yang berbentuk soal cerita. Hal ini menunjukan bahwa masih banyak siswa yang lemah dalam memahami soal untuk dirubah dalam simbol matematika. Untuk mengatasi hal ini pada pembelajaran siklus II akan digunakan media/alat peraga untuk menvisualkan soal cerita, sehingga soal yang dianggap sulit menjadi lebih mudah diselesaikan oleh siswa. Dari sekian banyak siswa masih ada beberapa orang yang kurang memahami operasi pembagian. Hal itu terlihat dari proses pengerjaan lembar kerja siswa ketika belajar kelompok. Untuk mengatasi kelemahan siswa tersebut, setiap peneliti menyelesaikan contoh soal yang berhubungan dengan pembagian diselesaikan secara terurut tahap demi tahap. Dari lembar observasi dapat dilihat bahwa masih ada beberapa kelompok yang tidak dapat bekerja kelompok dengan baik. Kelompok tersebut lebih senang jika peneliti yang menerangkan materi secara langsung dan mendetail. Untuk mengatasi hal ini maka pada pembelajaran siklus berikutnya penjelasan materi dilakukan oleh peneliti sedangkan siswa hanya mendiskusikan soal-soal LKS yang diberikan oleh peneliti setelah siswa dianggap benar-benar telah memahami materi yang dipelajari. Keberhasilan tindakan di siklus I adalah penggunaan media/alat peraga pembelajaran dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran dan memudahkan dalam mengerjakan tugas serta membantu siswa dalam memahami konsep-konsep bangun ruang sisi datar yaitu kubus, balok, prisma dan limas. Kekurangan tindakan di siklus I diantaranya adalah aktivitas diskusi kelompok yang belum berjalan dengan maksimal, hal tersebut disebabkan karena: (1) Penentuan anggota kelompok yang kurang cocok, (2) Sebagian siswa berkemampuan tinggi belum bisa diandalkan menjadi tutor sebaya sehingga diskusi kurang begitu berjalan dengan baik, (3) Pengaturan posisi tempat duduk kelompok yang belum terkondisikan dengan baik.
82
Dari kekurangan-kekurangan tersebut maka perlu adanya perbaikan tindakan untuk siklus II, diantaranya adalah: (1) Peneliti bersama guru kolaborator mengelompokkan kembali bagi siswa yang kurang nyaman dikelompoknya di siklus I, (2) Mengantisipasi siswa berkemampuan tinggi yang belum bisa diandalkan menjadi tutor sebaya, maka siswa berkemampuan tinggi tersebut dikelompokkan bersama dengan siswa berkemampuan sedang yang dapat diandalkan menjadi tutor teman sebaya, (3) Upaya meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar siswa peneliti harus lebih banyak menerangkan dengan media komputer, sehingga siswa mudah memahami materi yang disampaikan demi kemajuan belajar matematika siswa, (4) Penataan posisi tempat duduk siswa menjadi lebih kondusif untuk berdiskusi, (5) Memberikan reward berupa souvenier bagi kelompok yang aktif dan memperoleh rata-rata poin kemajuan tertinggi, serta reward bagi siswa yang aktif menjadi tutor sebaya.
D. Tindakan Pembelajaran Siklus II 1.
Tahap Perencanaan Pada siklus II, pembelajaran yang dilakukan lebih banyak terpusat pada
peneliti, sedangkan kegiatan yang dilakukan secara berkelompok hanya untuk menyelesaikan soal dalam LKS. Hal ini dilakukan berdasarkan temuan penelitian pada siklus I dimana siswa dalam kelompoknya tidak mampu memberikan penjelasan dengan baik terhadap temannya yang sulit memahami materi. selain itu untuk meningkatkan semangat siswa dalam belajar, peneliti memberikan motivasi bentuk lain berupa pujian, hadiah, atau memberikan apersepsi. Materi yang akan dibahas pada siklus II ini adalah volume bangun ruang sisi datar.
2.
Tahap Pelaksanaan 1) Pertemuan kedelapan / Kamis, 25 Februari 2010 Pertemuan ini berlangsung 2 jam pelajaran. Pada pertemuan ini peneliti telah mempersiapkan materi volume kubus dan balok, dan mempersiapkan media berupa dadu-dadu kecil yang terbuat dari karton dan berupa kotak yang berbentuk balok. Selain itu peneliti juga mempersiapkan
83
penghargaan kelompok berupa bingkisan bagi yang selesai menyelesaikan LKS
dengan cepat dan benar. Di samping itu peneliti mempersiapkan
pembelajaran dengan menggunakan media lain berupa multimedia, berupa peragaan bagaimana menemukan volume kubus dan balok. Setelah peneliti perhatikan ternyata siswa lebih antusias belajar dengan menggunakan multimedia, karena sebelumnya mereka belum pernah melihat guru matematika mengajar dengan menggunakan media komputer atau pun alat peraga lainnya. Hasil latihan menunjukkan pemahaman siswa untuk menentukan volume kubus dan balok sudah baik, terlihat dari berbagai dimensi pemahaman konsep, bahkan untuk dimensi pemahaman konsep translasi dan interpretasi hampir 100% siswa bisa menjawab dengan benar, tetapi untuk dimensi ekstrapolasi masih banyak siswa yang mengalami kesulitan, masih banyak yang salah dalam menafsirkan soal cerita.
Gambar 8: Cara menentukan volume kubus Sebelum pelajaran diakhiri peneliti menjelaskan kembali pemahaman konsep siswa tentang luas permukaan bangun ruang sisi datar, mengingat hasil tes siklus I masih di bawah rata-rata. Di akhir pembelajaran peneliti seperti biasa menyarankan kepada siswa untuk membuat rangkuman yang
84
sudah dipelajari hari ini, selain itu peneliti juga memberikan latihan yang ada di buku LKS siswa. 2) Pertemuan kesembilan / Rabu, 03 Maret 2010 Pertemuan ini berlangsung 2 jam pelajaran. Pada awal pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada kelompok lain agar lebih meningkatkan kerjasamanya sehingga dapat meningkatkan nilai kelompok dengan baik. Kemudian melanjutkan memberikan materi dengan menanyakan pelajaran yang kemarin terlebih dahulu yaitu menentukan volume kubus dan balok. Peneliti menjelaskan pengertian kubus, balok, prisma dan limas secara teoritis. Peneliti membagikan LKS kepada masing-masing kelompok. Kemudian peneliti menjelaskan bagaimana cara menentukan volume prisma dan limas. Peneliti meminta setiap kelompok untuk menjelaskan hasil yang telah didiskusikan bersama teman kelompoknya di depan kelas. Dari hasil pengamatan peneliti ternyata pemahaman konsep matematika siswa dalam menentukan volume prisma dan limas masih lemah, terlihat masih banyak LKS yang masih kosong belum selesai dikerjakan, selain itu siswa masih belum percaya diri ketika menjelaskan hasil kerjasamanya kepada temanteman yang lain. Setelah semua kelompok menjelaskan hasilnya, kemudian peneliti menambahkan penjelasan mengenai bagaimana menentukan volume prisma dan limas dengan alat peraga berupa multimedia. Setelah dijelaskan siswa menjadi lebih paham, sehingga ada yang berkata”...Pak, kenapa ga dari tadi pake media komputer, kan jadi lebih cepet ngerti”. H
G F
E
D
A Gambar 9: Cara menentukan volume limas
C B
85
Diakhir pembelajaran peneliti memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari dan mencatat materi LKS dari sekolah tentang penjelasan materi volume prisma dan limas. 3) Pertemuan kesepuluh / Kamis, 04 Maret 2010 Pertemuan ini berlangsung 2 jam pelajaran. Materi yang akan dibahas pada pertemuan ini adalah menghitung volume kubus. Penjelasan yang diberikan adalah menentukan volume kubus jika diketahui panjang rusuknya, menentukan volume kubus jika diketahui luas permukaannya, dan menentukan panjang rusuk jika diketahui volumenya serta menyelesaikan soal kubus dalam bentuk soal cerita. Pada awal pertemuan peneliti memberikan motivasi agar siswa lebih berkonsentrasi dalam menerima pelajaran. Peneliti menanyakan pemahaman siswa mengenai materi yang disampaikan pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ini, peneliti tidak terlalu banyak dalam menjelaskan, peneliti lebih banyak membimbing siswa dalam mengerjakan soal dengan cara yang tepat. Karena pada pertemuan ini, peneliti hanya menjelaskan satu materi saja sehingga banyak siswa dapat mengerti apa yang sudah dijelaskan peneliti. Siswa mengaku pembelajaran hari ini tidak terlalu memusingkan walaupun materi yang dibahas pada hari ini membutuhkan konsentrasi dan keseriusan dalam belajar matematika. Siswa diberikan kesempatan untuk mengerjakan lembar kerja siswa yang telah dirancang sedemikian rupa, sehingga menuntun siswa untuk dapat menyelesaikan soal dan memahami cara penyelesaiannya. Kemudian siswa juga diminta untuk menyelesaikan latihan soal yang soal-soalnya diambil dari LKS sekolah. Diakhir pertemuan peneliti memberikan PR kepada siswa agar mengerjakan LKS dari sekolah berupa soal pilihan ganda. Setiap siswa hanya mengerjakan 2 soal akan tetapi soal yang dikerjakan tidak boleh sama dengan soal teman satu kelompoknya. 4) Pertemuan kesebelas / Rabu, 10 Maret 2010 Pertemuan ini berlangsung selama 2 jam pelajaran dimana setiap jamnya 40 menit, yaitu mulai pukul 08.20 sampai pukul 09.40 WIB. Jumlah
86
yang hadir adalah 24 siswa, banyak siswa izin untuk main marawis karena pada hari ini kepala sekolah mau menunaikan ibadah umroh, sehingga banyak dari kelas VIII-2 yang ikut main marawis. Materi yang disampaikan pada pertemuan ini adalah menghitung volume balok. Sebelum pembelajaran dimulai peneliti bersama dengan siswa mengumpulkan dan memeriksa tugas LKS. Peneliti menerangkan materi dimulai dengan memberikan pengertian bahwa untuk menghitung volume balok tidak terlalu beda dengan menghitung volume kubus. Oleh karena itu peneliti meminta siswa dapat membedakan antara kubus dan balok terlebih dahulu. Peneliti menerangkan materi dengan menyelesaikan dua contoh soal. Pada pertemuan ini, perhatian siswa pada pembelajaran ini terlihat jauh lebih baik dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya. Siswa lebih terlihat aktif dalam menjawab pertanyaan peneliti. Peneliti mengukur kemampuan siswa dengan meminta perwakilan siswa dari tiap-tiap kelompok untuk menyelesaikan soal yang ada pada LKS sekolah kemudian membahasnya secara bersama-sama di depan kelas. 5) Pertemuan kedua belas / Kamis, 11 Maret 2010 Pertemuan ini berlangsung selama 2 jam pelajaran dan jumlah siswa yang hadir adalah 30 siswa, ada 2 siswa yang sakit. Pembelajaran di mulai pukul 10.00 sampai dengan 11.20 WIB. Materi yang akan disampaikan adalah
menghitung
volume
prisma,
sebelum
menjelaskan
peneliti
mengingatkan bahwa dalam menghitung volume prisma para siswa harus mempelajari lagi tentang jenis-jenis bangun datar yang telah dipelajari dikelas VII. Karena bentuk-bentuk prisma banyak, tergantung bentuk alasnya. Namun banyak siswa yang mengeluh sudah lupa materi kelas VII, sehingga peneliti menjelaskan ulang dan memberikan materi macam-macam bangun datar beserta rumus-rumusnya. Karena hal tersebut pembelajaran yang seharusnya lebih maksimal pada materi menghitung volume prisma dan latihan-latihan, tetapi peneliti hanya menyampaikan beberapa contoh mengenai materi menghitung volume prisma.
87
Gambar 10: Macam-macam bangun ruang prisma Peneliti meminta siswa untuk konsentrasi dalam memahami menghitung volume prisma. Karena bentuk-bentuk prisma banyak, sehingga siswa harus benar-benar paham pengertian prisma itu sendiri. Peneliti memberikan dua bentuk contoh prisma yang alasnya trapesium dengan belah ketupat. Kemudian peneliti bersama dengan siswa menentukan volome prisma tersebut. Diakhir pertemuan peneliti meminta siswa membuat rangkuman yang sudah dipelajari hari ini dan memberikan latihan yang ada di buku LKS sekolah. Dan mengingatkan siswa bahwa pekan depan akan diadakan tes tentang volume bangun ruang yaitu kubus, balok, prisma dan limas, sehingga peneliti meminta siswa untuk belajar di rumah dan bertanya jika ada kesulitan dalam menjawab soal tentang volume bangun ruang 6) Pertemuan ketiga belas / Rabu, 17 Maret 2010 Pertemuan keenam ini merupakan akhir dari siklus II. Pertemuan ini berlangsung selama 2 jam pelajaran. Materi yang akan dibahas pada pertemuan kali ini adalah menghitung volume limas. Peneliti memberikan dua bentuk contoh soal, dan salah satunya berupa soal aplikasi. Untuk memudahkan
siswa
dalam
menghitung
volume
peneliti
mencoba
menggunakan media komputer dan alat peraga berupa bentuk limas yang sudah dibuat siswa pada pertemuan sebelumnya. Namun siswa masih kesulitan dalam menghitung volume limas, peneliti mencoba menerangkan lagi bagaimana menghitung volume limas dengan pelan-pelan, dan ternyata siswa mampu memahami dan mengerti volume bangun ruang berupa limas.
88
Pada pertemuan ini peneliti tidak memberikan tugas kepada siswa, dengan harapan siswa supaya lebih fokus untuk mempersiapkan untuk tes akhir siklus II esok hari, dengan harapan nilai yang diperoleh siswa lebih baik dari nilai tes akhir siklus I dan siswa yang tuntas dalam belajar matematika bangun ruang sisi datar lebih banyak dari tes akhir siklus I. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang disampaikan hari ini dan materi yang sudah dipelajari. Ada beberapa siswa yang bertanya: ”Pak, besok soalnya pilahan ganda atau essay”? besok soalnya essay 6 soal, yang terdiri dari translasi 1 soal, interpretasi 3 soal dan ekstrapolasi 2 soal. Peneliti menyarankan supaya belajar di rumah apa yang sudah dipelajari sebelum-sebelumnya. Tes ini bertujuan untuk mengetahui nilai siswa pada siklus kedua. Serta untuk mengetahui apakah ada peningkatan nilai yang diperoleh siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan mengunakan media manipulatif atau alat peraga yang berupa bentuk-bentuk bangun ruang dan untuk memberikan motivasi terhadap siswa bahwa pembelajaran matematika sebernarnya mudah dipahami.
3.
Tahap Observasi/Pengamatan Pada siklus II ini, berdasarkan observasi yang dilakukan terdapat
peningkatan pada aktivitas belajar siswa. Siswa mulai tidak takut bertanya kepada peneliti, terkadang siswa lain berani menjawab pertanyaan dari siswa yang bertanya tersebut. Siswa mulai terbiasa dengan banyaknya soal-soal latihan yang dikerjakan, hal ini terbukti dengan berkurangnya keluhan siswa terhadap soal yang diberikan dan siswa pun lebih bersemangat dalam mengerjakannya. Selain itu siswa juga termotivasi karena dalam waktu dekat akan dilaksanakan ujian semester II yang akan menentukan naik atau tidak kejenjang yang lebih tinggi. Hasil observasi yang diperoleh pada siklus II dapat dilihat pada tabel 13 sebagai berikut:
89
Tabel. 13 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus II Pertemuan Ke No
1
2
Aspek Aktivitas
Rata -rata
1
2
3
4
5
6
%
%
%
%
%
%
Memperhatikan dengan serius
61,7
92
95,8
89,7
90
93,5
87,1
Bersemangat dan sangat antusias
54,8
72
83,3
72,4
76,7
80,6
73,3
Rasa ingin tahu tinggi
58,1
80
87,5
82,8
83,3
83,9
79,3
Tekun menghadapi tugas
51,6
72
83,3
72,4
76,7
83,9
73,3
Jumlah rata-rata
56,6
79
87,5
79,3
81,7
85,5
78,3
Banyak bertanya
58,1
76
83,3
72,4
73,3
80,6
73,9
Senang mencari dan memecahkan soal
41,9
56
62,5
58,6
63,3
74,2
59,4
Dapat mempertahankan pendapatnya
48,4
64
75
68,9
73,3
80,6
68,4
Jumlah rata-rata
49,5
65,3
73,6
66,6
69,9
78,5
67,2
31
28
29
32
30
29
Motivasi Belajar Siswa
Keaktifan Belajar Kelompok
Jumlah siswa yang hadir
Persentase rata-rata total
Dari hasil skor lembar observasi, terlihat rata-rata aktivitas siswa pada siklus II terjadi peningkatan yaitu 72,8% dari jumlah siswa yang hadir. Dengan data tersebut, bahwa pembelajaran yang dilakukan menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam belajar matematika semakin meningkat setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan media manipulatif. Hasil wawancara yang dilakukan pada siswa mengarah kepada meningkatnya pemahaman konsep dan aktivitas siswa dalam belajar matematika. Hasil wawancara dengan siswa pada siklus II ini dirangkum sebagai berikut: 1. 100% siswa menyukai pembelajaran dengan menggunakan media. 2. Sebagian besar siswa tidak takut lagi jika bertanya kepada peneliti dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa lainnya. 3. Siswa mulai menyukai diskusi kelompok yang dilakukan karena mulai ada perubahan pada kerjasama yang dilakukan. Beberapa siswa mengatakan
72,8
90
banyak terbantu pada saat diskusi kelompok karena teman yang pintar sering mengajari anggota lain. 4. Semua siswa berharap belajar dengan menggunakan media ini dilaksanakan terus-menerus karena siswa lebih mudah menerima pelajaran dan suasana belajar lebih seru dan tidak menegangkan. 5. Siswa menjadi terbiasa dengan soal-soal yang banyak sehingga mereka tidak khawatir lagi jika menghadapi ujian karena sudah mendapat latihan sebelumnya. Pada siklus II dilakukan enam kali tindakan. Pertemuan ke-14 merupakan tes siklus II, tes ini dihadiri oleh 32 siswa. Tes siklus II mengukur kemampuan siswa atas kompetensi dasar selama siklus II. Kisi-kisi soal dan instrumen soal penulis lampirkan pada halaman lampiran. Hasil yang diperoleh dari tes siklus II, bahwa siswa yang tuntas mencapai 78,1% dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 6,2. Untuk lebih detailnya mengenai data tes siklus II penulis bahas dalam analisis data. Selama tindakan penelitian berlangsung guru kolaborator mengamati jalannya tindakan, dan mengamati aktivitas belajar matematika siswa pada siklus II. Diakhir siklus II (pertemuan ke-14) siswa diberikan tes formatif akhir siklus II, kriteria ketuntasan minimal (KKM) siklus II adalah 6,2.
Peneliti
lampirkan hasil tes formatif akhir siklus II pada bagian lampiran.
4.
Tahap Refleksi Siswa sangat antusias mengikuti pembelajaran pada saat melakukan
percobaan dengan menggunakan media pembelajaran, bahkan siswa yang biasanya tidak aktif menjadi ikut melakukan percobaan. Hal ini dapat dilakukan kembali apabila menyampaikan materi yang sama, atau guru dapat melakukan hal yang sama dengan ketentuan media disesuaikan dengan materi yang disampaikan. Namun pada saat menjelaskan materi guru harus memastikan tidak ada siswa yang memainkan media sehingga semua siswa memperhatikan kedepan. Siswa terlihat bersemangat mengikuti pembelajaran setelah diberikan motivasi terutama berupa pujian. tindakan seperti ini dapat diterapkan untuk
91
pembelajaran selanjutnya, dan bentuk motivasi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan siswa, agar motivasi yang diberikan benar-benar dapat memotivasi siswa. Selain itu hal yang perlu diperhatikan adalah penghargaan. Siswa membutuhkan motivasi berupa penghargaan atas usaha belajar yang telah dilakukan walaupun hasilnya kurang baik. Hal ini peneliti ketahui ketika mereka menyampaikan perasaan senangnya kepada peneliti karena telah memuji pekerjaannya padahal siswa tersebut sadar bahwa pekerjaannya salah, bahkan siswa menyatakan akan lebih berusaha lagi untuk belajar lebih giat karena dia merasa malu atas pekerjaannya yang tidak baik. Hasil tindakan penelitian siklus II diperoleh data persentase aktivitas belajar matematika siswa sebesar 72,8% dengan kategori aktif dan ketuntasan tes formatif akhir siklus II mencapai 78,1%. Hal ini jika dibandingkan dengan indikator keberhasilan kinerja maka tindakan penelitian siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan kinerja, sehingga tindakan penelitian ini dihentikan. Dengan menggunakan aturan sturgess, penulis menyajikan data nilai tes formatif akhir siklus II dalam tabel 14 distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel. 14 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Formatif Akhir Siklus II Nilai Frekuensi 38 – 47 2 32 100 48 – 57
3
30
93,75
58 – 67
6
27
84,375
68 – 77
10
21
65,625
78 – 87
8
11
34,375
88 – 97
3
3
9,375
Dari tabel 14 distribusi frekuensi terlihat bahwa terdapat 25 siswa (78,1%) tuntas, sedangkan 7 siswa (21,9%) belum tuntas. Keberhasilan tindakan penelitian ini tidak terlepas dari perbaikanperbaikan yang diperoleh dari siklus I, yakni upaya dalam meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa peneliti bersama guru kolaborator mengelompokkan kembali bagi siswa, hal ini dapat dilihat berdasarkan kurang nyaman saat
92
berdiskusi, pembagian siswa yang berkemampuan tinggi tidak merata disiklus I, penataan posisi tempat duduk siswa menjadi lebih kondusif untuk berdiskusi, dan memberikan reward bagi kelompok yang aktif dan memperoleh rata-rata poin kemajuan tertinggi, serta reward bagi siswa yang aktif menjadi tutor sebaya. Sedangkan upaya dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa disetiap pertemuan peneliti menggunakan media untuk memudahkan siswa dalam belajar. Selain keberhasilan tindakan penelitian yang telah dicapai, namun masih terdapat kekurangan dalam tindakan di siklus II diantaranya adalah belum optimalnya aktivitas senang mencari dan memecahkan soal yang hingga siklus II hanya mencapai 59,4%. Hal ini disebabkan karena subjek penelitian cenderung sedikit malas dan tidak percaya diri dalam menjawab soal yang diberikan, hanya beberapa subjek saja yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang besar yang dapat melakukan aktivitas ini. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan guru kolaborator kelompok yang aktif dan konsisten keaktifannya dalam berdiskusi sehingga memperoleh reward adalah kelompok 3, sedangkan siswa yang aktif menjadi tutor sebaya dan peduli terhadap anggota kelompok lainnya adalah S14.
E. Hasil Temuan Media merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar. Media tidak saja berpengaruh terhadap pemahaman konsep, tetapi juga berpengaruh terhadap proses belajar. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan deskripsi data-data hasil penelitian, maka temuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Penggunaan media manipulatif dalam pembelajaran terutama materi bangun ruang sisi datar dapat membantu siswa dalam pemahaman konsep matematika. Pernyataan ini berdasarkan hasil tes formatif siklus I dan siklus II yang menunjukkan peningkatan disetiap dimensi pemahaman konsep, translasi mengalami peningkatan sebesar 4,68%, sedangkan interpretasi dan ekstrapolasi berturut-turut sebesar 10,83% dan 14,10% serta
93
pengamatan peneliti dan hasil wawancara yang dilakukan terhadap subjek pembelajaran. Menurut hasil wawancara bahwa dengan adanya media pembelajaran
dapat
membantu
memudahkan
siswa-siswa
dalam
memahami materi pembelajaran. Penggunaan media dalam pembelajaran membuat pembelajaran lebih menyenangkan. b. Peran tutor sebaya dalam pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. Pernyataan ini berdasarkan hasil pengamatan peneliti maupun guru kolaborator yang dilakukan terhadap subjek penelitian. Tutor sebaya merupakan motor keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya peranan tutor sebaya akan memunculkan interaksi sesama anggota kelompok dalam sebuah kegiatan diskusi. Akibat dari kegiatan diskusi yang berjalan dengan baik, maka keaktifan siswa dalam pembelajaran akan terpengaruh dengan baik pula. c. Pemberian
reward
berupa
souvenier
dalam
pembelajaran
dapat
memotivasi siswa untuk belajar lebih aktif Pernyataan ini berdasarkan hasil pengamatan peneliti di siklus II, dimana pada siklus II diadakan reward berupa souvenier sebagai upaya untuk perbaikan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Reward ini diberikan kepada siswa yang paling aktif menjadi tutor sebaya dan kelompok yang paling aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya reward ini siswa berusaha menjadi tutor sebaya bagi kelompoknya dan juga masing-masing kelompok berusaha menunjukkan keaktifannya dalam pembelajaran. Dari sisi lain, hal ini dapat diartikan juga bahwa kemampuan subjek penelitian dalam menguasai materi sudah baik dari berbagai tingkatan akademik, sehingga pembelajaran dengan menggunakan media manipulatif dapat terbukti memenuhi kebutuhan belajar siswa dan memaksimalkan potensi belajar siswa.
94
F. Teknik Pemeriksan Kepercayaan (Trusworthiness) Studi Dari hasil tes pemahaman konsep bangun ruang sisi datar yang diperoleh bahwa terdapat peningkatan pemahaman konsep matematika siswa pada siklus II. Hal ini berdasarkan nilai persentase rata-rata pemahaman konsep matematika akhir siklus II mencapai 75,35 % dan pada akhir siklus II menunjukkan 78,1% siswa tuntas dalam belajar matematika. Selain itu, pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan media manipulatif mampu membuat siswa aktif mengikuti proses belajar mengajar sehingga pada akhir siklus II terdapat peningkatan terhadap aktivitas belajar matematika siswa sebesar 38,6%. Di samping itu, pembelajaran yang dilakukan dengan cara melibatkan siswa secara langsung membuat siswa senang dan lebih akrab dengan guru. Hal ini peneliti perhatikan bahwa setelah pertemuan demi pertemuan siswa menjadi lebih berani bertanya, mengungkapkan pendapatnya, bahkan mau berusaha menjawab petanyaan temannya. Sedangkan dari hasil wawancara siswa diperoleh bahwa peran tutor sebaya sangat membantu mereka dalam memahami materi yang belum dipahaminya. Penggunaan media manipulatif dan komputer sangat membantu siswa dalam pembelajaran, salah satu alasannya adalah lebih memudahkan untuk memahami materi dan terdapat pembahasan soal dan latihannya yang tersusun secara sistematis. Berdasarkan hasil
pengumpulan data-data
berupa instrument
tes
pemahaman konsep bangun ruang sisi datar, catatan observasi aktivitas belajar matematika siswa, catatan evaluasi tindakan penelitian dan wawancara yang diperoleh bisa disimpulkan bahwa penggunaan media manipulatif dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang sisi datar dan aktivitas belajar matematika siswa.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan deskripsi data yang telah diuraikan
sebelumnya, maka penulis menyimpulkan bahwa: 1.
Pembelajaran bangun ruang sisi datar dengan menggunakan media manipulatif/benda asli dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa, hal ini dapat dilihat dari peningkatan pemahaman konsep matematika siswa sebesar 9,87%. Pada akhir siklus nilai menunjukkan 78,1% siswa (25 siswa) tuntas dalam belajar matematika bangun ruang sisi datar.
2.
Pembelajaran matematika dengan menggunakan media manipulatif/benda asli dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa, hal ini dilihat dari hasil lembar aktivitas belajar matematika siswa dimana hampir semua indikator aktivitas belajar matematika siswa termasuk katagori aktif (lebih dari 72%), akan tetapi siswa dalam mempertahankan pendapatnya yang disampaikan yang hingga akhir siklus II hanya mencapai 68,4% (kriteria: cukup aktif). Hal ini disebabkan karena subjek penelitian cenderung tidak berani dan tidak percaya diri dalam menjelaskan kembali, hanya beberapa subjek saja yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang besar yang dapat melakukan aktivitas ini.
B.
Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang
dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain:
1.
Bagi guru a. Sebaiknya guru meningkatkan kualitas pembelajaran dengan merancang proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga siswa menjadi lebih tertarik dan pembelajaran akan menjadi lebih kondusif dan bermakna. Hal ini membuat siswa tidak mudah bosan dan tetap termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran yang pada akhirnya
95
96
dapat meningkatkan pemahaman konsep pada materi pelajaran. Selain itu solusi untuk meningkatkan aktivitas belajar
matematika adalah
memberikan banyak kesempatan kepada siswa dalam menjelaskan kembali materi pelajaran, menghargai sekecil apapun yang telah dilakukan siswa sehingga turut menumbuhkan sikap rasa percaya diri siswa. b. Dalam penyampaian materi guru hendaknya menggunakan media yang sesuai karena dapat memberikan kemudahan terhadap peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap, dan keterampilan tertentu, serta mampu memberikan pengalaman yang berbeda dan bervariasi sehingga merangsang minat peserta didik sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. c.
Guru hendaknya mengupayakan tindak lanjut terhadap pembelajaran dengan menggunakan media manipulatif/benda asli pada pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2. Bagi peneliti lain Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya lebih cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran yang menggunakan media benda asli/media manipulatif guna melengkapi kekurangan yang ada, misalnya benda-benda sulit didapatkan untuk pelaksanaan penelitian, serta sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap materi bangun ruang sisi datar yang belum tercakup dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1999. Anitah, Sri, et. al, Strategi Pembelajaran Matematika, Jakarta: Universitas Terbuka, 2008. Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:Bumi Aksara, 2008. Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Asnawir dan M. Basyiruddin, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers, 2002 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Sinar Grafika, 2006. Departemen Pendidikan Nasional, “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan” dari http://edukasi.kompasiana.com, 1 Juli 2011. Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002. Dwina, Fitrani dan Yerizon, “Alat Manipulatif dalam Proses Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar”, dari http://www.duniaguru.com, 8 Juni 2011. Fathani, Abdul Halim, Matematika Hakikat dan Logika, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009. Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010. Ikhsan, Muhammad “Berbagai Jenis Pembelajaran”, dari http://alazka.sch.id, 19 Juni 2011. Ismail dkk, Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, Jakarta: Universitas Terbuka, 2002. Martiningsih,“Penelitian Tindakan Kelas SMP http://www.martiningsih.co.cc, 6 Juni 2011.
97
Kelas
IX”,
dari
98
Mulyati, Pengatar Psikologi Belajar, Jogjakarta: Quality Publishing, 2007. Nata, Abuddin, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002. Purwanto, Ngalim, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997. Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002. Raharjo, Agung, “Pengembangan Model Remedial Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar dengan Menggunakan Alat Manipulatif”, dari http://www.unisla.ac.id, 19 Juni 2011. Rosyada, Dede, Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta: Universitas Terbuka, 2001. Sadiman, Arief, S, et al, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2007. Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Problematika Belajar dan Mengajar, Bandung:Alfabeta, 2007. Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta:Kencana, 2007. Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008. Satriawati, Gusni, Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended untuk Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP, dalam Algoritma, Vol. 1, No. 1, Tahun 2006. Shamsudin, Baharudin, Kamus Matematika Bergambar, Jakarta: Grasindo, 2002. Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grasindo Persada, 1996. Sudrajat, Akhmad, “Pembelajaran Tuntas (Mastery learning) dalam KTSP”, dari http://akhmad sudrajat.wordpress.com, 13 Oktober 2009. Suharsimi,dkk., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006. Suhendra dkk, Materi Pokok Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.
99 Suherman, Erman, “Strategi Bandung:UPI, 2003.
Pembelajaran
Matematika
Kontemporer”,
Suherman, Eman dan Udin, S.W., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Universitas Terbuka, 1999. Sukardono, Filsafat dan Sejarah Matematika, Jakarta: Universitas Terbuka, 2000. Suprapto Jiel Wongsolo, “Penggunaan Media Pada Pembelajaran Matematika”, dari http://supraptojielwongsolo.wordpress.com, 1 Juli 2011. Suriasumantri, Jujun S, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Sinar Harapan, 1995. Suwarsono. “Teori-teori Perkembangan Kognitif dan Proses Pembelajaran yang Relevan Untuk Pembelajaran Matematika” dari http://www.masbied.com, 3 Juli 2011. Suyitno, “Matematika”, dari http://www.dunia.guru.com, 16 Juni 2011. Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2001. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003. Warpala, I Wayan Sukra, “Strategi Pembelajaran, Bahan Sajian Program Pendidikan Akta Mengajar”, dari http://edukasi.kompasiana.com, 1 Juli 2011. Winkel W.S, Psikologi Pengajaran, Jakarta: PT Grasindo, 1998. Wiraatmadja, Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005. Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan (Pengantar dan Dasar-dasar Pendidikan), Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
100
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I Satuan Pendidikan
: MTs Jam’iyyatul Khair
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/semester
: VIII / II
Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.. Kompetensi Dasar
: Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma, dan limas, serta bagian-bagiannya.
Indikator
: Menyebutkan unsur-unsur bangun ruang yaitu; rusuk, titik, sudut, bidang/sisi, diagonal bidang, diagonal ruang dan bidang diagonal.
Alokasi Waktu
: 2 x 40 Menit
I. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat menyebutkan unsur-unsur bangun ruang yaitu; rusuk, titik, sudut, bidang/sisi, diagonal bidang, diagonal ruang dan bidang diagonal. b. Siswa dapat menentukan penggunaan konsep dalam menyelesaikan masalah.
II. Materi Pembelajaran Kubus dan balok 1. Pengertian Kubus Perhatikan Gambar 1 secara saksama. Gambar tersebut menunjukkan
H
G
E
F
sebuah bangun ruang yang semua sisinya berbentuk persegi dan semua rusuknya sama panjang. Bangun ruang seperti itu dinamakan kubus.
D
Gambar 1 menunjukkan sebuah kubus ABCD.EFGH yang memiliki
A
unsur-unsur sebagai berikut. 2. Pengertian Balok
C
Gambar 1
H E
B
G F
Balok adalah bangun ruang yang memiliki tiga pasang sisi berhadapan yang sama bentuk dan ukurannya,di mana setiap sisinya berbentuk D A
C B
101
persegi panjang. Gambar 1 menunjukkan sebuah kubus ABCD.EFGH yang memiliki unsur-unsur sebagai berikut. a. Sisi/Bidang Sisi kubus adalah bidang yang membatasi kubus. Dari Gambar 1 terlihat bahwa kubus memiliki 6 buah sisi yang semuanya berbentuk persegi, yaitu ABCD (sisi bawah), EFGH (sisi atas), ABFE (sisi depan), CDHG (sisi belakang), BCGF (sisi samping kiri), dan ADHE (sisi samping kanan). b. Rusuk Rusuk kubus adalah garis potong antara dua sisi bidang kubus dan terlihat seperti kerangka yang menyusun kubus. Coba perhatikan kembali Gambar 1 Kubus ABCD.EFGH memiliki 12 buah rusuk, yaitu AB, BC, CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan DH. c. Titik Sudut Titik sudut kubus adalah titik potong antara dua rusuk. Dari Gambar 1 terlihat kubus ABCD. EFGH memiliki 8 buah titik sudut, yaitu titik A, B, C, D, E, F, G, dan H. Selain ketiga unsur di atas, kubus juga memiliki diagonal. Diagonal pada kubus ada tiga, yaitu diagonal bidang, diagonal ruang, dan bidang diagonal. d. Diagonal Bidang Coba kamu perhatikan kubus ABCD.EFGH pada Gambar 1. Pada kubus tersebut terdapat garis BE yang menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan dalam satu sisi/bidang. Ruas garis tersebut dinamakan sebagai diagonal bidang. e. Diagonal Ruang Sekarang perhatikan kubus ABCD.EFGH pada Gambar 1. Pada kubus tersebut, terdapat ruas garis CE yang menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan dalam satu ruang. Ruas garis tersebut disebut diagonal ruang. f. Bidang Diagonal H
Perhatikan kubus ABCD.EFGH pada Gambar. 2 secara seksama. Pada
G
E
F
gambar tersebut, terlihat dua buah diagonal bidang pada kubus ABCD.EFGH yaitu BD dan FH Ternyata, diagonal bidang BD dan FH beserta dua rusuk
D A
C Gambar 2
B
102
kubus yang sejajar, yaitu BF dan DH membentuk suatu bidang di dalam ruang kubus bidang BDHF pada kubus ABCD.EFGH. Bidang BDHF disebut sebagai bidang diagonal. Balok Balok merupakan bangun ruang yang dibatasi 6 persegi panjang dimana 3 persegi panjang kongruen. Balok mempunyai 6 sisi berbentuk persegi panjang. Balok mempunyai 3 pasang bidang sisi berhadapan yang kongruen. Balok mempunyai 12 rusuk. 4 buah rusuk yang sejajar sama panjang. Balok mempunyai 8 titik sudut. Jaring-jaring balok berupa 6 buah persegi panjang.
Prisma Definisi Prisma Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua buah bidang segi banyak ( segi n ) yang sejajar dan kongruen serta bidang-bidang tegak yang menghubungkan bidang segi banyak tersebut. Prisma diberi nama berdasarkan segi-n pada sisi atas atau sisi alas Garis t disebut tinggi prisma. Unsur-unsur Prisma Unsur- unsur yang dimiliki oleh suatu prisma : 1. Titik sudut 2. Rusuk. 3. Bidang sisi.
Ciri-ciri suatu prisma: 1. Bidang atas dan bidang bawah berbentuk bangun datar 2. Bidang atas dan bidang bawah sejajar serta kongruen 3. Mempunyai bidang sisi tegak
103
Pada prisma segi-n banyaknya :
Titik sudut = 2n
Rusuk
= 3n
Sisi
= n+2
Limas Definisi Limas Limas adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah segi banyak (segi n) dan segitiga-segitiga yang mempunyai titik puncak persekutuan di luar bidang segibanyak itu. Garis t disebut tinggi limas dan titik T disebut titik puncak. Seperti prisma, nama limas juga berdasarkan jumlah segi-n sisi alasnya. Apabila alas limas berupa segi-n beraturan dan tiap sisi tegak merupakan segitiga sama kaki yang beraturan, maka limasnya disebut limas segi-n beraturan.
Unsur-unsur Limas Unsur- unsur yang dimiliki oleh suatu limas : 1. Titik sudut 2. Rusuk 3. Bidang sisi Ciri-ciri suatu limas : 1. Bidang atas berupa sebuah titik ( lancip ) 2. Bidang bawah berupa bangun datar 3. Bidang sisi tegak berupa segitiga. Untuk memberi nama sebuah limas, lihat bidang alasnya
III. Metode Pembelajaran : Ceramah, diskusi, inquiri, Tanya Jawab, dan observasi/pengamatan.
104
IV. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-I (2 x 40 menit) a. Kegiatan Awal 1. Guru mengabsen siswa dilanjutkan dengan memberikan apersepsi tentang pokok bahasan yang ada kaitannya dengan materi. 2. Memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik untuk mempelajari materi yang akan diberikan dengan cara memberikan manfaat dan tujuan pembelajaran serta menyebutkan bangun-bangun ruang yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dengan memberikan lembar kerja siswa. 3. Apersepsi dengan mengingat kembali bentuk-bentuk bangun datar dan ruang. b. Kegiatan Inti 1. Guru menjelaskan lembar kerja siswa. 2. Siswa bekerja dalam kelompok dan mendiskusikan lembar kerja siswa. (Siswa dibiarkan menyelesaikan masalah menurut cara mereka masing-masing. Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi, memfasilitasi kerja siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan). 3. Guru
meminta
satu
atau
dua
kelompok
mempresentasikan
pekerjaannya dan meminta kelompok lain menanggapi. 4. Guru menjelaskan dengan mengajak siswa berdiskusi mengenai lembar kerja siswa yang telah mereka kerjakan dan mengunakan ruang kelas dalam memahami bagian-bagian ruang. 5. Untuk meningkatkan pemahaman konsep terhadap bangun ruang guru memberikan latihan kepada siswa. 6. Membahas dan mengoreksi latihan bersama-sama. c. Kegiatan Akhir : 1. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang dibahas. 2. Guru memberikan tugas rumah.
105
V. Sumber Belajar 1. Alat dan Bahan a. Lembar kerja siswa 1 b. Lembar kerja siswa 2. c. Model-model bangun ruang 2. Referensi a. Kurniawan, ( 2003 ), Evaluasi Mandiri Matematika SMP untuk Kelas VIII, Jakarta: Erlangga b. M. Cholik Adinawan dan Sugijono, ( 2007 ), Matematika untuk SMP Kelas VIII 2B, Jakarta: Erlangga c. Sukino dan Wilson Simangunsong, ( 2006 ), Matematika untuk SMP Kelas VIII, Jakarta: Erlangga VI. Penilaian 1. Penilaian Proses yaitu dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. 2. Penilaian hasil akan dilakukan dengan memanfaatkan latihan.
Jakarta, Januari 2010 Peneliti
Khumaidi M
106
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan
: MTs Jam’iyyatul Khair
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/semester
: VIII / II
Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.. Kompetensi Dasar Indikator Alokasi Waktu
: Membuat jaring-jaring bangun ruang sisi datar. :Siswa dapat Membuat jaring-jaring bangun ruang sisi datar. : 2 x 40 Menit
I. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat: a. Memahami konsep dalam membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma tegak, dan limas. b. Menentukan penggunaan konsep dalam menyelesaikan masalah. c. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.
II. Materi Pembelajaran Model Kerangka serta Jaring-jaring Kubus dan Balok 1. Jaring-jaring Kubus dan Balok Jaring-jaring kubus adalah sebuah bangun datar yang jika dilipat menurut ruasruas garis pada dua persegi yang berdekatan akan membentuk bangun kubus. Jaring-
jaring kubus dapat pula diartikan sebagai rangkaian enam daerah persegi yang kongruen, yang jika dilipatkan menurut garis-garis pertemuan dua sisinya dapat membentuk bangun kubus dan tidak ada sisi yang rangkap (ganda). Gambar di bawah ini merupakan gambar kotak roti yang digunting (diiris) pada tiga buah rusuk alas dan atasnya serta satu buah rusuk tegaknya, yang direbahkan pada bidang datar sehingga membentuk jaring-jaring kotak roti. E
H
F
D A
C B
H
G
G
H
D
C
G
H
E
A
B
F
E
E
F
107
Jaring-jaring balok adalah sebuah bangun datar yang jika dilipat menurut ruasruas garis pada dua persegi panjang yang berdekatan akan membentuk bangun balok. Jarring-jaring balok tersusun atas rangkaian 6 buah persegi panjang. Rangkaian
tersebut terdiri atas tiga pasang persegipanjang yang setiap pasangannya memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Gambar di bawah ini merupakan contoh dari jaring-jaring balok.
2. Model Kerangka Kubus dan Balok Jika panjang rusuk sebuah kubus adalah s maka jumlah panjang rusuknya = 12s. Jika sebuah balok berukuran panjang = p, lebar = l, dan tinggi = t maka jumlah panjang rusuknya = 4p + 4l + 4t = 4(p + l + t)
3. Jaring-jaring Prisma Jaring-jaring merupakan bentuk dua dimensi dari suatu bangun tiga dimensi. Jaring-jaring prisma dapat dibentuk dengan memotong beberapa rusuknya
4. Jaring-jaring Limas Jaring-jaring merupakan bentuk dua dimensi dari suatu bangun tiga dimensi. Jaring-jaring limas dapat dibentuk dengan memotong beberapa rusuk limas
108
III. Metode Pembelajaran : Ceramah, diskusi, inquiri, Tanya Jawab, dan observasi/pengamatan.
IV. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-II (2 x 40 menit) a. Kegiatan Awal 1.
Memeriksa kehadiran siswa.
2.
Memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik untuk mempelajari materi yang akan diberikan dengan cara memberikan manfaat dan tujuan pembelajaran serta menyebutkan bangun-bangun ruang yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Apersepsi dengan mengingat kembali definisi unsur-unsur bangun ruang sisi datar yaitu kubus, balok, prisma dan limas.
b. Kegiatan Inti 1. Guru menjelaskan lembar kerja siswa. 2. Siswa bekerja kelompok dan mendiskusikan lembar kerja siswa dengan menggunakan media manipulatif berupa kemasan-kemasan produk dan model bangun ruang. (Siswa dibiarkan menyelesaikan masalah menurut cara mereka masing-masing. Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi, memfasilitasi kerja siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan). 3. Guru
meminta
satu
atau
dua
kelompok
mempresentasikan
pekerjaannya dan meminta kelompok lain menanggapi. 4. Guru menjelaskan dengan mengajak siswa berdiskusi mengenai lembar kerja siswa dalam berdiskusi guru mengkonstruk pemahaman siswa tentang bangun ruang. 5. Untuk meningkatkan pemahaman konsep terhadap bangun ruang guru dengan memberikan latihan kepada siswa. 6. Membahas dan mengoreksi latihan bersama-sama.
109
c. Kegiatan Akhir : 1. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang dibahas, 2. Guru memberikan tugas rumah V. Sumber Belajar 1. Alat dan Bahan a. Lembar kerja siswa b. Lembar latihan c. Model bangun ruang d. Kemasan suatu produk 2. Referensi a. Kurniawan, ( 2003 ), Evaluasi Mandiri Matematika SMP untuk Kelas VIII, Jakarta: Erlangga b. M. Cholik Adinawan dan Sugijono, ( 2007 ), Matematika untuk SMP Kelas VIII 2B, Jakarta: Erlangga c. Sukino dan Wilson Simangunsong, ( 2006 ), Matematika untuk SMP Kelas VIII, Jakarta: Erlangga VI. Penilaian 1. Penilaian Proses yaitu dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. 2. Penilaian hasil akan dilakukan dengan memanfaatkan latihan
Jakarta, Januari 2010 Peneliti
Khumaidi M
110
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan
: MTs Jam’iyyatul Khair
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/semester
: VIII / II
Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.. Kompetensi Dasar
: Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas
Indikator
: Siswa dapat menemukan rumus luas permukaan kubus, balok, prisma dan limas
Alokasi Waktu
: 4 x 40 Menit (2 x Pertemuan)
I. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat: a. Memahami konsep mencari luas permukaan balok, kubus, prisma, dan limas. b. Menentukan penggunaan konsep dalam menyelesaikan masalah.
II. Materi Pembelajaran Menentukan rumus luas permukaan bangun ruang sisi datar. Luas permukaan balok Karena pada balok terdapat 3 buah pasang sisi yang berahadapan sama besar, maka luas bidang sisi balok adalah: a. Sepasang sisi depan dan sisi belakang 2 x p x l b. Sepasang sisi samping kiri dan kanan 2 x l x t c. Sepasang sisi atas dan alas 2 x p x t Luas semua bidang sisi balok adalah: Luas permukaan balok = 2pl + 2lt + 2pt = 2 (pl +lt + pt)
111
Dengan p = panjang balok l = lebar balok t = tinggi balok Luas permukaan kubus Dari Gambar 8.10 terlihat suatu kubus beserta jaring-jaringnya. Untuk mencari luas permukaan kubus, berarti sama saja dengan menghitung luas jaring-jaring kubus tersebut. Oleh karena jaring-jaring kubus merupakan 6 buah persegi yang sama dan kongruen maka luas permukaan kubus = luas jaring-jaring kubus = 6 × (s × s) = 6 × s2 L = 6 s2 Jadi, luas permukaan kubus dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut. Luas permukaan kubus = 6s2
Luas permukaan prisma Luas permukaan prisma dapat ditentukan dengan menjumlahkan luas sisi-sisi tegak, luas alas dan luas bidang atas. Misal : Prisma segitiga ABC.EFG
Jika diiris menurut rusuk-rusuk FC, DF, EF, AC dan BC maka didapat jaringjaring ;
112
Luas permukaan prisma = ( luas EDF + luas ABC) + (luas ACFD + luas CBEF + luas BADE) = ( 2 x luas ABC ) + { ( AC x t ) + ( CB x t ) + ( BA x t ) } = ( 2 x luas alas ) + { t ( AC + CB + BA ) } = ( 2 x luas alas ) + ( t x keliling alas ) Kesimpulan : Luas permukaan prisma = ( 2 x luas alas ) + ( keliling alas x tinggi )
Luas permukaan limas Luas permukaan limas dapat ditentukan dengan menjumlahkan luas sisi-sisi tegak dan
luas
alas.
Misal : limas segitiga T.ABC
Jika dipotong menurut rusuk-rusuk TC, TB dan TA, maka didapat jaring-jaring
Luas permukaan limas = luasT.AB + luasT.AC + luas T.BC + L.ABC = (luasT.AB + luasT.AC + luas T.BC) + L.ABC = jumlah luas sisi tegak + luas alas Kesimpulan :
III. Metode Pembelajaran : Ceramah, diskusi, inquiri, Tanya Jawab, dan observasi/pengamatan.
113
IV. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-III (2 x 40 menit) Materi ajar : luas kubus dan balok. a. Kegiatan Awal 1.
Memeriksa kehadiran siswa.
2.
Memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik untuk mempelajari materi yang akan diberikan dengan cara memberikan manfaat dan tujuan pembelajaran serta menyebutkan bangun-bangun ruang yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
3. Apersepsi/tanya jawab mengenai luas suatu bangun. b. Kegiatan Inti 1. Untuk menemukan konsep luas permukaan kubus dan balok guru mempresentasikan lembar kerja siswa. 2. Siswa bekerja dalam kelompok dan mendiskusikan lembar kerja siswa. (Siswa dibiarkan menyelesaikan masalah menurut cara mereka masing-masing. Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi, memfasilitasi kerja siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan). 3. Guru
meminta
satu
atau
dua
kelompok
mempresentasikan
pekerjaannya dan meminta kelompok lain menanggapi. 4. Guru menjelaskan dengan mengajak siswa berdiskusi mengenai lembar kerja siswa dalam berdiskusi guru mengkonstruk pemahama siswa mengenai luas kubus dan balok. 5. Untuk meningkatkan pemahaman konsep terhadap bangun ruang guru memberikan latihan kepada siswa. 6. Membahas dan mengoreksi latihan bersama-sama. c. Kegiatan Akhir : 1. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang dibahas, 2. Guru memberikan tugas rumah
114
Pertemuan ke-IV (2 x 40 menit) Materi : Luas prisma dan limas. a. Kegiatan Awal 1. Memeriksa kehadiran siswa. 2. Memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik untuk mempelajari materi yang akan diberikan dengan cara memberikan manfaat dan tujuan pembelajaran serta menyebutkan bangun prisma dan limas ruang yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. 3. Apersepsi/tanya jawab mengenai luas bangun ruang yaitu kubus dan balok. b. Kegiatan Inti 1. Untuk menemukan konsep luas permukaan prisma dan limas guru mempresentasikan lembar kerja siswa . 2. Siswa bekerja dalam kelompok dan mendiskusikan lembar kerja siswa . (Siswa dibiarkan menyelesaikan masalah menurut cara mereka masing-masing. Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi, memfasilitasi kerja siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan). 3. Guru
meminta
satu
atau
dua
kelompok
mempresentasikan
pekerjaannya dan meminta kelompok lain menanggapi. 4. Guru menjelaskan dengan mengajak siswa berdiskusi mengenai lembar kerja siswa dalam berdiskusi guru mengkonstruk pemahama siswa mengenai luas prisma dan limas. 5. Untuk meningkatkan pemahaman konsep terhadap bangun ruang guru memberikan latihan kepada siswa. 6. Membahas dan mengoreksi latihan bersama-sama. c. Kegiatan Akhir : 1. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang dibahas, 2. Guru memberikan tugas rumah V. Sumber Belajar 1. Alat dan Bahan
115
a. Lembar kerja siswa b. Lembar latihan c. Model bangun ruang d. Kemasan suatu produk 2. Referensi a. Kurniawan, ( 2003 ), Evaluasi Mandiri Matematika SMP untuk Kelas VIII, Jakarta: Erlangga b. M. Cholik Adinawan dan Sugijono, ( 2007 ), Matematika untuk SMP Kelas VIII 2B, Jakarta: Erlangga c. Sukino dan Wilson Simangunsong, ( 2006 ), Matematika untuk SMP Kelas VIII, Jakarta: Erlangga VI. Penilaian 1. Penilaian Proses yaitu dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. 2. Penilaian hasil akan dilakukan dengan memanfaatkan latihan
Jakarta,
Januari 2010 Peneliti
Khumaidi M
116
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan
: MTs Jam’iyyatul Khair
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/semester
: VIII / II
Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.. Kompetensi Dasar :Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma, dan limas, serta bagian-bagiannya. Indikator
:Menghitung luas permukaan kubus, balok, prisma, dan limas..
Alokasi Waktu
: 4 x 40 Menit (2 x Pertemuan)
I. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat menghitung luas permukaan kubus dan balok. b. Siswa dapat menghitung luas permukaan prisma dan limas. c. Siswa dapat menentukan penggunaan konsep dalam menyelesaikan masalah.
II. Materi Pembelajaran Menghitung luas permukaan bangun ruang sisi datar. Contoh kubus: 1. Hitung Luas permukaan kubus dengan panjang rusuk 7 cm ! Jawaban : Luas permukaan kubus = 6 x s2 = 6 x 72 = 6 x 49 = 294 cm2 2. Hitung Luas permukaan kubus jika luas salah satu sisinya 10 cm2 ! Jawaban : Luas salah satu sisi = 10
117
s2 = 10 Luas permukaan kubus = 6 x s2 = 6 x 102 = 6 x 100 = 600 cm2 Contoh balok: 1. Hitung Luas permukaan balok dengan ukuran 2 cm x 3 cm x 4 cm ! Jawaban :
2. Luas permukaan balok adalah 108 cm2. Hitung tinggi balok jika panjangnya 4 cm dan lebarnya 3 cm ! Jawaban :
Contoh prisma Hitunglah luas permukaan prisma segitigadengan alas berbentuk segitiga sikusiku berukuran 3cm, 4cm, 5cm dan tinggi prisma 10 cm ! Jawaban: Sisi alas; a = 3 cm t = 4 cm
118
Luas alas
=
= = 6 cm2 Keliling alas = 3 cm + 4 cm + 5 cm = 12 cm Luas permukaan prisma = ( 2 x luas alas ) + ( keliling alas x tinggi ) = (2 x 6 cm2 ) + ( 12 cm x 10 cm ) = 12 cm2 + 120 cm2 = 132 cm2 Jadi, luas permukaan prisma 132 cm2 Contoh limas : Sebuah limas segi empat beraturan, rusuk-rusuk alasnya 15 cm dan jarak dari puncak ke rusuk alas 20 cm. Tentukan luas sisi limas ! Jawaban :
III. Metode Pembelajaran : Ceramah, diskusi, inquiri, Tanya Jawab, dan observasi/pengamatan.
119
IV. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-V (2 x 40 menit) Materi: Luas permukaan kubus dan balok a. Kegiatan Awal 1. Memeriksa absen siswa. 2. Memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik untuk mempelajari materi yang akan diberikan dengan cara memberikan manfaat dan tujuan pembelajaran serta menyebutkan bangun-bangun ruang yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. 3. Apersepsi dengan mengingat kembali rumus-rumus bangun ruang sisi datar yaitu kubus dan balok. b. Kegiatan Inti 1. Guru mulai menjelaskan materi bagaimana menerapkan besaran luas permukaan pada kubus dan balok dalam bentuk soal cerita. 2. Dengan tanya jawab, siswa diminta untuk mengerjakan soal di depan kelas. 3. Tanya jawab tentang materi yang sedang diajarkan. 4. Siswa mengerjakan latihan soal. c. Kegiatan Akhir : 1. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang dibahas, 2. Guru memberikan tugas rumah
Pertemuan ke-VI (2 x 40 menit) Materi: Luas permukaan prisma dan limas. a. Kegiatan Awal 1. Memeriksa absen siswa. 2. Memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik untuk mempelajari materi yang akan diberikan dengan cara memberikan manfaat dan tujuan pembelajaran serta menyebutkan bangun-bangun ruang yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
120
3. Apersepsi dengan mengingat kembali rumus-rumus bangun ruang sisi datar yaitu prisma dan limas. b. Kegiatan Inti 1. Guru mulai menjelaskan materi bagaimana menerapkan besaran luas permukaan pada prisma dan limas dalam bentuk soal cerita. 2. Dengan tanya jawab, siswa diminta untuk mengerjakan soal di depan kelas. 3. Tanya jawab tentang materi yang sedang diajarkan. 4. Siswa mengerjakan latihan soal. c. Kegiatan Akhir : 1. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang dibahas, 2. Guru memberikan tugas rumah V. Sumber Belajar 1. Alat dan Bahan a. Lembar kerja siswa b. Lembar latihan c. Model bangun ruang d. Kemasan suatu produk 2. Referensi a. Kurniawan, ( 2003 ), Evaluasi Mandiri Matematika SMP untuk Kelas VIII, Jakarta: Erlangga b. M. Cholik Adinawan dan Sugijono, ( 2007 ), Matematika untuk SMP Kelas VIII 2B, Jakarta: Erlangga c. Sukino dan Wilson Simangunsong, ( 2006 ), Matematika untuk SMP Kelas VIII, Jakarta: Erlangga
121
VI. Penilaian 1. Penilaian Proses yaitu dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. 2. Penilaian hasil akan dilakukan dengan memanfaatkan laihan
Jakarta, Januari 2010 Peneliti
Khumaidi M
122
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS II Satuan Pendidikan
: MTs Jam’iyyatul Khair
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/semester
: VIII / II
Standar Kompetensi: Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.. Kompetensi Dasar
:Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas
Indikator
: Menentukan rumus volum kubus, balok, prisma dan limas.
Alokasi Waktu
: 4 x 40 Menit ( 2 x Pertemuan )
I. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat: a. Memahami konsep mencari volum balok, kubus, prisma, dan limas. b. Menentukan penggunaan konsep dalam menyelesaikan masalah. II. Materi Pembelajaran Cara menentukan rumus volum bangun ruang sisi datar. Volum Kubus Kubus ABCD dengan panjang rusuk s satuan Luas Alas ABCD = sisi x sisi =sx s = s2 Volum Kubus
= Luas Alas ABCD x tinggi = s2 x s = s3
Volum Kubus dengan panjang sisi s satuan adalah s3 satuan volum.
Volume Balok Perhatikan balok ABCD.EFGH !
123
Luas Alas ABCD = AB x BC =px l = pl Volum balok = Luas Alas ABCD x tinggi = pl x t
Volum Prisma Volum prisma dapat ditentukan dengan membelah sebuah balok menjadi dua bagian sama besar melalui salah satu diagonal bidang sehingga membentuk dua prisma yang kongruen. 2 Volum prisma = volume balok = pxlxt 1 xpxlxt 2
Volum prisma
=
Volum prisma
= (
Volum prisma
= luas alas prisma x t
Volum prisma
= luas alas x tinggi
1 xluas alas balok) x t 2
Kesimpulan : Volum Prisma = luas alas x tinggi
Volum Limas Volum limas dapat ditentukan dengan membelah sebuah kubus bersisi r menjadi enam buah limas yang kongruen, dimana:
124
Maka didapat:
Kesimpulan :
III. Metode Pembelajaran : Ceramah, diskusi, inquiri, Tanya Jawab, dan observasi/pengamatan.
IV. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-VII ( 2 x 40 menit ) Materi: volum kubus dan balok. a. Kegiatan Awal 1. Memeriksa kehadiran siswa. 2. Memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik untuk mempelajari materi yang akan diberikan dengan cara memberikan manfaat dan tujuan pembelajaran serta menyebutkan bangun-bangun ruang yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. 3. Apersepsi/tanya jawab mengenai volum bangun ruang. b. Kegiatan Inti 1. Untuk
menemukan
konsep
volum
kubus
dan
balok
guru
mempresentasikan lembar kerja siswa . 2. Siswa bekerja dalam kelompok dan mendiskusikan lembar kerja siswa. (Siswa dibiarkan menyelesaikan masalah menurut cara mereka
125
masing-masing. Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi, memfasilitasi kerja siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan). 3. Guru
meminta
satu
atau
dua
kelompok
mempresentasikan
pekerjaannya dan meminta kelompok lain menanggapi. 4. Guru menjelaskan dengan mengajak siswa berdiskusi mengenai lembar kerja siswa dalam berdiskusi guru mengkonstruk pemahaman siswa mengenai volum kubus dan balok. 5. Untuk meningkatkan pemahaman konsep terhadap bangun ruang guru memberikan latihan kepada siswa. 6. Membahas dan mengoreksi latihan bersama-sama. c. Kegiatan Akhir : 1. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang dibahas, 2. Guru memberikan tugas rumah.
Pertemuan ke-VIII (2 x 40 menit) Materi : volum prisma dan limas. a. Kegiatan Awal 1. Memeriksa kehadiran siswa. 2. Memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik untuk mempelajari materi yang akan diberikan dengan cara memberikan manfaat dan tujuan pembelajaran serta menyebutkan bangun prisma dan limas ruang yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. 3. Apersepsi/tanya jawab mengenai volum bangun ruang.
b. Kegiatan Inti 1. Untuk
menemukan
konsep
volum
prisma
dan
limas
guru
mempresentasikan lembar kerja siswa . 2. Siswa bekerja dalam kelompok dan mendiskusikan lembar kerja siswa. (Siswa dibiarkan menyelesaikan masalah menurut cara mereka masing-masing. Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi,
126
memfasilitasi kerja siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan). 3. Guru
meminta
satu
atau
dua
kelompok
mempresentasikan
pekerjaannya dan meminta kelompok lain menanggapi. 4. Guru menjelaskan dengan mengajak siswa berdiskusi mengenai lembar kerja siswa dalam berdiskusi guru mengkonstruk pemahaman siswa mengenai volum prisma dan limas. 5. Untuk meningkatkan pemahaman konsep terhadap bangun ruang guru memberikan latihan kepada siswa. 6. Membahas dan mengoreksi latihan bersama-sama.
c. Kegiatan Akhir : 1. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang dibahas, 2. Guru memberikan tugas rumah.
V. Sumber Belajar 1. Alat dan Bahan a. Lembar kerja siswa b. Lembar latihan c. Model bangun ruang d. Kemasan suatu produk 2. Referensi a. M. Cholik Adinawan dan Sugijono, ( 2007 ), Matematika untuk SMP Kelas VIII 2B, Jakarta: Erlangga b. Sukino dan Wilson Simangunsong, ( 2006 ), Matematika untuk SMP Kelas VIII, Jakarta: Erlangga c. Kurniawan, ( 2003 ), Evaluasi Mandiri Matematika SMP untuk Kelas VIII, Jakarta: Erlangga
127
VI. Penilaian 1. Penilaian Proses yaitu dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. 2. Penilaian hasil akan dilakukan dengan memanfaatkan latihan.
Jakarta, Januari 2010 Peneliti
Khumaidi M
128
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan
: MTs Jam’iyyatul Khair
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/semester
: VIII / II
Standar Kompetensi :Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.. Kompetensi Dasar :Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma, dan limas, serta bagian-bagiannya. Indikator
: Menghitung volum kubus, balok, prisma, dan limas..
Alokasi Waktu
: 2 x 40 Menit
I. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat menghitung volum kubus dan balok. b. Siswa dapat menghitung volum prisma dan limas. c. Siswa dapat menentukan penggunaan konsep dalam menyelesaikan masalah. II. Materi Pembelajaran Cara menghitung volum bangun ruang sisi datar. Contoh Kubus : 1. Hitung Volum kubus jika luas salah satu sisinya 9 cm2 ! Jawaban: Luas salah satu sisi = 9 s2 = 9 s = 3 cm Volum = s3 = 33 = 27 cm3 2. Volum sebuah kubus adalah 125 cm3. Hitung panjang rusuk kubus tersebut ! Jawaban : Volum = s3
129
125
= s3
53
= s3
s
= 5 cm
Contoh Balok: 1. Hitung Volum balok dengan ukuran 6 cm x 5 cm x 4 cm ! Jawaban :
2. Hitung tinggi balok jika diketahui Volum balok 200 cm, panjang 5 cm dan lebar 4
cm !
Jawaban :
Contoh Prisma: Hitunglah volum prisma segilima jika luas alasnya 50 cm2 dan tinggi 15 cm ! Jawaban : Luas alas = 50 cm2 t = 15 cm Volum prisma = luas alas x tinggi = 50 cm2 x 15 cm = 750 cm3 Contoh Limas : Hitunglah volum limas yang mempunyai tinggi 30 cm dan luas alas 100 cm2 ! Jawaban :
130
III. Metode Pembelajaran : Ceramah, diskusi, inquiri, Tanya Jawab, dan observasi/pengamatan.
IV. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke-IX (2 x 40 menit) Materi: Volum Kubus a. Kegiatan Awal 1. Memeriksa absen siswa. 2. Memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik untuk mempelajari materi yang akan diberikan dengan cara memberikan manfaat dan tujuan pembelajaran serta menyebutkan bangun-bangun ruang yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. 3. Apersepsi dengan mengingat kembali rumus-rumus mencari volum bangun ruang sisi datar yaitu kubus, balok, prisma dan limas. b. Kegiatan Inti 1. Guru mulai menjelaskan materi bagaimana menerapkan besaran volum pada kubus dalam bentuk soal cerita. 2. Dengan tanya jawab, siswa diminta untuk mengerjakan soal di depan kelas. 3. Tanya jawab tentang materi yang sedang diajarkan. 4. Siswa mengerjakan latihan soal. c. Kegiatan Akhir : 1. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang dibahas, 2. Guru memberikan tugas rumah
Pertemuan ke-X (2 x 40 menit) Materi: Volum Balok a. Kegiatan Awal 1.
Memeriksa absen siswa.
2.
Memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik untuk mempelajari materi yang akan diberikan dengan cara memberikan manfaat dan
131
tujuan pembelajaran serta menyebutkan bangun-bangun ruang yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. 3.
Apersepsi dengan mengingat kembali rumus-rumus mencari volum bangun ruang sisi datar yaitu kubus, balok, prisma dan limas.
b. Kegiatan Inti 1.
Guru mulai menjelaskan materi bagaimana menerapkan besaran volum pada kubus dalam bentuk soal cerita.
2.
Dengan tanya jawab, siswa diminta untuk mengerjakan soal di depan kelas.
3. Tanya jawab tentang materi yang sedang diajarkan. 4. Siswa mengerjakan latihan soal. c. Kegiatan Akhir : 1. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang dibahas, 2. Guru memberikan tugas rumah
Pertemuan ke-XI (2 x 40 menit) Materi: Volum Prisma a.
Kegiatan Awal 1.
Memeriksa absen siswa.
2.
Memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik untuk mempelajari materi yang akan diberikan dengan cara memberikan manfaat dan tujuan pembelajaran serta menyebutkan bangun-bangun ruang yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Apersepsi dengan mengingat kembali rumus-rumus mencari volum bangun ruang sisi datar yaitu kubus, balok, prisma dan limas.
b. Kegiatan Inti 1. Guru mulai menjelaskan materi bagaimana menerapkan besaran volum pada kubus dalam bentuk soal cerita. 2. Dengan tanya jawab, siswa diminta untuk mengerjakan soal di depan kelas. 3. Tanya jawab tentang materi yang sedang diajarkan.
132
4. Siswa mengerjakan latihan soal. c. Kegiatan Akhir : 1. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang dibahas, 2. Guru memberikan tugas rumah
Pertemuan ke-XII (2 x 40 menit) Materi: Volum Limas a. Kegiatan Awal 1.
Memeriksa absen siswa.
2.
Memberikan motivasi kepada siswa agar tertarik untuk mempelajari materi yang akan diberikan dengan cara memberikan manfaat dan tujuan pembelajaran serta menyebutkan bangun-bangun ruang yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Apersepsi dengan mengingat kembali rumus-rumus mencari volum bangun ruang sisi datar yaitu kubus, balok, prisma dan limas.
b. Kegiatan Inti 1.
Guru mulai menjelaskan materi bagaimana menerapkan besaran volum pada kubus dalam bentuk soal cerita.
2.
Dengan tanya jawab, siswa diminta untuk mengerjakan soal di depan kelas.
3. Tanya jawab tentang materi yang sedang diajarkan. 4. Siswa mengerjakan latihan soal. c. Kegiatan Akhir : 1. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang dibahas, 2. Guru memberikan tugas rumah
V. Sumber Belajar 1. Alat dan Bahan a. Lembar kerja siswa b. Lembar latihan c. Model bangun ruang
133
d. Kemasan suatu produk 2. Referensi a. M. Cholik Adinawan dan Sugijono, ( 2007 ), Matematika untuk SMP Kelas VIII 2B, Jakarta: Erlangga b. Sukino dan Wilson Simangunsong, ( 2006 ), Matematika untuk SMP Kelas VIII, Jakarta: Erlangga c. Kurniawan, ( 2003 ), Evaluasi Mandiri Matematika SMP untuk Kelas VIII, Jakarta: Erlangga VI. Penilaian 1. Penilaian Proses yaitu dilakukan melalui pengamatan pada saat peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. 2. Penilaian hasil akan dilakukan dengan memanfaatkan latihan
Jakarta, Januari 2010 Peneliti
Khumaidi M
134
Nama Anggota Kelompok: 1………………………………..
5……………………………
2………………………………..
6……………………………
3………………………………..
7……………………………
4………………………………..
8……………………………
Kelas
:
Hari/Tanggal
: Lembar Kerja Siswa 1
Mungkin kalian pernah melihat benda-benda yang berbentuk bangun ruang sisi datar, coba sekarang sebutkan benda-benda tersebut dan tentukan nama bangunnya sebanyak-banyaknya sesuai tabel di bawah ini!.
Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama Benda
Nama Bentuk Bangun Ruang
135
Nama Anggota Kelompok: 1………………………………..
5……………………………
2………………………………..
6……………………………
3………………………………..
7……………………………
4………………………………..
8……………………………
Kelas
:
Hari/Tanggal
: Lembar Kerja Siswa 2
Bahan 1. Kerangka kubus/balok dari kawat 2. Tali 3. Kertas 4. Lidi 5. Gunting Kegiatan 1 Perhatikan kerangka yang ada di atas meja kalian dan perhatikan juga lembar yang memuat cara pembuatan kerangka tersebut. Diskusikan dengan teman sebangkumu atau kelompokmu dan jawablah pertanyaan berikut! 1. Apakah bentuk kerangka yang ada dihadapan Anda? Berikan alasannya? 2.
Berapa banyak potongan yang kalian butuhkan untuk membuat kerangka tersebut?
3. Berapa banyak bidang sisinya? 4. Berapa banyak sudutnya?
Kegiatan 2 Gunakan lidi untuk menghubungkan sudut-sudut yang saling berhadapan. Diskusikan dengan teman sebangkumu atau kelompokmu dan jawablah pertanyaan berikut.
136
1. Gunakan lidi untuk menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan pada sisi kubus, lidi tersebut sekarang menjadi ruas garis. Ruas garis itu dinamakan diagonal sisi, berapa banyak diagonal sisi? 2. Berapa banyak diagonal sisi, pada sebuah sisi kotak tersebut? 3. Gunakan lidi itu untuk menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan tetapi tidak sebidang, lidi tersebut sekarang menjadi ruas garis. Ruas garis itu dinamakan diagonal ruang, berapa banyak diagonal ruang? Kegiatan 3 Gunakan tali untuk membentuk bidang diagonal pada kerangka (lihat gambar)
tali
Gunakan kertas seukuran dengan luas bidang diagonal yang terbuat dari tali tersebut. Ulangi cara kerja 1 dan 2 pada bidang diagonal-bidang diagonal lain. Diskusikan kembali dengan teman sebangkumu atau kelompokmu dan jawablah pertanyaan berikut. 1. Bidang diagonal pada jaring-jaring tersebut daerah yang berbentuk bangun datar bukan, dapatkah kamu menunjukkan apa nama bangun datar tersebut? 2. Berapa banyak bidang yang terjadi pada kotak tersebut? 3. Bandingkanlah luas bidang diagonal-bidang diagonal pada kotak, apakah luasnya sama? Bila sama, mengapa? 4. Buatlah kesimpulan dari kegiatan 1, 2, dan 3 yang telah kalian lakukan!
137
Nama Anggota Kelompok: 1………………………………..
5……………………………
2………………………………..
6……………………………
3………………………………..
7……………………………
4………………………………..
8……………………………
Kelas
:
Hari/Tanggal
: Lembar Kerja Siswa 3
Bahan 1. Kemasan produk berbentuk balok 2. Model sebuah dadu dan jaring-jaringnya 3. Kemasan sebuah produk berbentuk prisma segitiga 4. Model piramida dan jaring-jaringnya Kegiatan 1 1. Irislah kemasan berbentuk balok pada sebagian rusuknya. 2. Bentangkan jaring-jaring balok tersebut dimeja. 3. Gambarlah irisan tersebut pada kertas Kegiatan 2 1. Perhatikan model dadu yang kalian buat 2. Perhatikan jaring-jaring dadu tersebut Kegiatan 3 1. Irislah kemasan berbentuk prisma pada sebagian rusuknya 2. Bentangkan jaring-jaring prisma tersebut dimeja. 3. Gambarlah irisan tersebut pada kertas Kegiatan 4 1. Perhatikan model piramida yang kalian buat 2. Perhatikan jaring-jaring piramida tersebut Diskusikan dengan teman sebangkumu atau kelompokmu dan jawablah pertanyaan berikut 1. Bagaimana perbedaan kubus dan balok, baik dilihat dari modelnya maupun jaring-jaringnya?
138
2. Bagaimana perbedaan prisma dan limas, baik dilihat dari modelnya maupun jaring-jaringnya?
139
Nama Anggota Kelompok: 1………………………………..
5……………………………
2………………………………..
6……………………………
3………………………………..
7……………………………
4………………………………..
8……………………………
Kelas
:
Hari/Tanggal
: Lembar Kerja Siswa 4
Amatilah benda-benda di sekitarmu, seperti lemari pakaian, kulkas, buku, penghapus, kalkulator, kotak korek api, kotak pensil, kompor, kompor gas, dan lain-lain. Bentuk bangun ruang apakah yang paling banyak digunakan? Balok bukan? Untuk mengemas barang tersebut biasanya digunakan kardus untuk mengemasnya. Untuk membuat jaring-jaring balok prinsipnya sama dengan membuat kubus, perhatikanlah dan diskusikanlah gambar kemasan berbentuk balok di bawah ini serta jawablah pertanyaan- pertanyaan dibawah ini! 15 cm 12 cm
8 cm
1. Jelaskan bentuk sisi kemasan di atas yang membentuk masing-masing jaring-jaring kemasan tersebut? Dan sebutkanlah ukurannya! 2 buah pesegi panjang yang berukuran....... 2 buah pesegi panjang yang berukuran....... 2 buah pesegi panjang yang berukuran....... 2. Carilah luas seluruh permukaan kemasan tersebut! 3. Bagaimana rumus luas permukaan balok tersebut?
140
4. Tentu kalian masih ingat, kubus merupakan balok yang rusuknya sama panjang, yaitu p = l = t = s, s adalah rusuk. Dapatkah kalian menunjukkan bagaimana rumus permukaan kubus?
141
Nama Anggota Kelompok: 1………………………………..
5……………………………
2………………………………..
6……………………………
3………………………………..
7……………………………
4………………………………..
8……………………………
Kelas
:
Hari/Tanggal
: Lembar Kerja Siswa 5
Mencari Luas Permukaan Prisma.
Diskusikan dengan teman sebangkumu atau kelompokmu dan jawablah pertanyaan berikut 1. Terdiri dari bangun apakah kemasan cokelat berbentuk prisma segitiga di atas? 2. Dapatkah kalian menentukan luas permukaannya? Bagaimana kalian mendapatkannya? 3. Bagaimana jika kemasan tersebut berbentuk prisma segienam, dapatkah kalian menggambarkan prisma segienam beserta juring-juringnya! 4. Dapatkah
kalian
menentukan
luas
permukaan
prisma
segienam
tersebut!bagaimana kalian mendapatkannya? 5. Buatlah kesimpulan tentang mencari luas prisma dari pertanyaanpertanyaan di atas yang kalian diskusikan?
Mencari Luas Permukaan Limas.
142
Diskusikan dengan teman sebangkumu atau kelompokmu dan jawablah pertanyaan berikut 1. Terdiri dari bangun datar apakah piramida berbentuk limas segiempat di atas? 2. Dapatkah kalian menentukan luas permukaannya? Bagaimana kalian mendapatkannya 3. Bagaimana jika kemasan tersebut berbentuk limas segitiga di bawah ini, buatlah jaring-jaringnya? 4. Dapatkah kalian menentukan luas permukaan limas tegak segitiga tersebut! Bagaimana kalian mendapatkannya? 5. Buatlah kesimpulan tentang mencari luas limas dari pertanyaan-pertanyaan di atas yang kalian diskusikan?
143
Nama Anggota Kelompok: 1………………………………..
5……………………………
2………………………………..
6……………………………
3………………………………..
7……………………………
4………………………………..
8……………………………
Kelas
:
Hari/Tanggal
: Lembar Kerja Siswa 6
Bahan 1. Balok tanpa tutup
1cm
2. Kubus kecil berukuran 1 cm
1cm 1cm 1cm
Prosedur kegiatan
1cm
1cm
4 cm 3 cm 6 cm
Ambil balok, isilah balok tersebut dengan kubus satuan Diskusikanlah dengan kelompok kalian dan jawablah pertanyaan di bawah ini! 1. Berapa banyak kubus yang ada pada lapisan bawah? Bagaimana kalian mencarinya? 2. Berapa banyak kubus yang terdapat pada balok? Bagaimana kalian mencarinya? 3. Berapa volume balok tersebut? 4. Dapatkah kalian simpulkan bagaimana cara mencari volume balok tersebut? 5. Tulislah rumus mencari volume balok! 6. Bagaimana jika balok tersebut memiliki panjang rusuk yang sama, buatlah balok yang panjang rusuknya 4 cm, apa nama lain dari balok tersebut? 7. Jika s adalah panjang rusuk pada balok yang memiliki panjang rusuk yang sama, dapatkah kalian menentukan rumusnya?
144
Nama Anggota Kelompok: 1………………………………..
5……………………………
2………………………………..
6……………………………
3………………………………..
7……………………………
4………………………………..
8……………………………
Kelas
:
Hari/Tanggal
: Lembar Kerja Siswa 7
Menentukan Volum Prisma Kerjakan dan diskusikanlah dalam kelompok untuk mencari volume sebuah prisma dan limas. Prosedur kegiatan 1 Bahan 1. Bangun ruang berbentuk balok 2. Pisau Belahlah sama besar secara diagonal, lihat gambar.
1. Belahan balok tersebut tetap menjadi bangun ruang bukan, dapatkah kalian menyebutkan nama bangun ruang tersebut? 2. Berapa bagaiankah volume belahan tersebut dibanding dengan volume balok? Bagaimana kalian mendapatkannya? 3. Tulislah rumus volume belahan balok tersebut? 4. Buatlah kesimpulan dari kegiatan 1 yang kalian lakukan?
Menentukan Volum Limas Prosedur Kegiatan 2 1. Gambarlah jaring-jaring di bawah ini pada kertas karton.
145
2. Guntinglah jaring-jaring itu dan letakkan atau lem rusuk-rusuknya sehingga membentuk sebuah kubus dan sebuah limas segiempat beraturan. Tiap-tiap model satu muka terbuka.
1.
Bandingkan luas alas kubus dan limas tersebut?
2.
Bandingkan tinggi kubus dan limas tersebut?
3. Isilah limas tersebut dengan beras dan tuangkan beras tersebut ke dalam kubus. Berapa kali limas yang terisi penuh beras tersebut dapat mengisi penuh kubus tersebut? 4. Berapa bagiankah volume limas tersebut dibandingkan dengan volume kubus tersebut? 5. Tulislah rumus volume limas
146
Nama
:.........................................
Kelas
:.........................................
Hari/tanggal
:........................................
Latihan 1 Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan benar! 1. Perhatikan kubus ABCD.EFGH! isilah titik-titik di bawah ini! a. a. Titik sudut berjumlah....adalah....
H
b. Sisi/bidang berjumlah...adalah....
G
E
F
c. Rusuk-rusuk berjumlah....adalah... d. Diagonal sisi berjumlah....adalah...
D
e. Diagonal ruang berjumlah....adalah...
C
A
B
f. Bidang diagonal berjumlah....adalah...
2. Perhatikan balok ABCD.EFGH! isilah titik-titik di bawah ini! a. Banyaknya titik sudut ada...yaitu... b. Banyaknya rusuk ada...yaitu... c. Banyaknya sisi/bidang ada...yaitu...
H
G
E
F
d. Banyaknya diagonal sisi ada...yaitu... D
e. Banyaknya diagonal ruang ada...yaitu... f. Banyaknya bidang diagonal ada...yaitu...
C
A
B
T
3. Perhatikan gambar di samping! a. Bentuk limas apakah T. ABCDEF? b. Berapa banyak rusuknya? c. Berapa banyak sisinya? d. Berapa banyak titik sudutnya? e. Sebutkan bidang sisi tegaknya? f. Sebutkan bidang alasnya? g. Berbentuk apakah sisi tegaknya?
D
E
F A
B
C
147
4. Dalam sebuah prisma tegak segi enam ABCDEF. GHIJKL, tuliskanlah! K
L
a. Semua rusuk yang dimiliki 1) Rusuk alas 2) Rusuk atas
J
G I
H
3) Rusuk tegak b. Sisinya berjumlah...yaitu... c. Sudutnya berjumlah...yaitu...
F
E
A
D
B
C
148
Nama
:.....................................
Kelas
:.....................................
Hari/tanggal
:.....................................
Latihan 2 1. Gambarlah rangkaian-rangkaian persegi di bawah ini pada kertas berpetak, periksalah masing-masing jaring-jaring tersebut dengan menggunting dan melipatnya, manakah yang merupakan jaring-jaring kubus? Jika ya tandai dengan (√) dan jika bukan tandai dengan (x)!
2. Gambarlah rangkaian-rangkaian persegi panjang di bawah ini pada kertas berpetak,
periksalah
masing-masing
jaring-jaring
tersebut
dengan
menggunting dan melipatnya, manakah yang merupakan jaring-jaring balok? Jika ya tandai dengan (√) dan jika bukan tandai dengan (x)!
3. Gambarlah dengan teliti jaring-jaring prisma dan limas!
149
Nama
:.......................................
Kelas
:.......................................
Hari/tanggal
:......................................
Latihan 3 1. Andi berkeinginan membuat kerangka balok dari kayu dengan panjang 25 cm, lebar 10 cm, dan tinggi 10 cm. Maka panjang kayu yang diperlukan untuk membuat kerangka balok tersebut adalah........ 2. Panjang satu kerangka balok 1,8 m. Jika balok tersebut berukuran panjang 22 cm dan lebar 14 cm, maka tinggi balok itu adalah…. 3. Model kerangka kubus akan dibuat dari kawat yang panjangnya 7,5 m. Jika panjang rusuk kubus 15 cm, maka banyak kerangka kubus yang dapat dibuat adalah…. 4. Tersedia kawat yang panjangnya 3,5 m. Jika dengan kawat itu akan dibuat kerangka kubus dengan panjang rusuk 27,5 cm, maka panjang kawat yang tidak terpakai… 5. Kawat sepanjang 4 m akan dibuat kerangka balok dengan ukuran panjang 12 cm, lebar 8,5 cm, dan tinggi 4,5 cm. Banyak kerangka balok yang dapat dibuat adalah…. 6. Tersedia kawat yang panjangnya 2 m. Bila dibuat kerangka balok yang berukuran 18 cm 12 cm 9 cm, maka sisa kawat yang tak terpakai adalah........
150
Nama
:.......................................
Kelas
:.......................................
Hari/tanggal
:......................................
Latihan 4 1. Sebuah kemasan teh berbentuk balok memiliki panjang 16 cm, lebar 7 cm, dan tinggi 10 cm, tentukan luas permukaan kemasan teh tersebut! 2.
Gambar di samping memiliki panjang rusuk 1,5 cm, tentukan luas permukaannya!
3. Setiap tanggal 17 agustus, panitia memberikan hadiah untuk para peserta lomba, hadiah tersebut dikemas dengan menggunakan kardus berbentuk kubus dan balok. Setiap hadiah yang berbentuk kubus memiliki panjang rusuk 20 cm dan dan hadiah berbentuk balok memiliki panjang 40 cm, lebar 30 cm, dan tinggi 20 cm. Dapatkah kalian menunjukkan luas permukaan sebuah hadiah berbentuk kubus dan sebuah hadiah berbentuk balok? 4. Diketahui luas permukaan sebuah kubus adalah 1.350 cm2. tentukan panjang rusuk kubus tersebut! 5. Keliling alas sebuah kubus adalah 32 cm. hitunglah luas permukaan kubus tersebut! 6. Sebuah balok berukuran panjang 15 cm dan lebar 10 cm. Jika luas permukaan balok tersebut 550 cm2, tentukan tingginya! 7. Perbandingan panjang, lebar, dan tinggi sebuah balok berturut-turut adalah 4 : 3 : 2. hitunglah ukuran balok tersebut, jika luas permukaannya 468 cm2
151
Nama
:.......................................
Kelas
:.......................................
Hari/Tanggal :...................................... Latihan 5 1. Alas limas segiempat beraturan T.ABCD pada gambar di samping berbentuk persegi dengan panjang rusuk-rusuk alas adalah 10 cm tinggi T
limas 12 cm. Hitunglah: a. Panjang TA b. Luas persegi ABCD
C
D
c. Luas ΔTBC d. Luas semua sisi limas
A
B
2. Dr. Ahmad membuat papan nama dari karton seperti gambar. Jika panjang AD = 30 cm, DE = 12 cm, DF = 20 cm, dan DE tegak lurus EF, hitunglah luas karton yang dibutuhkan.
3. Alas sebuah prisma berbentuk belah ketupat dengan panjang sisi 10 cm dan panjang diagonalnya masing-masing 12 cm dan 16 cm. Jika tinggi prisma 20 cm, hitunglah luas permukaan prisma tersebut! 4. Sebuah limas diketahui alasnya berbentuk persegi dengan panjang sisi 14 cm, sedangkan panjang rusuk tegaknya masing-masing 25 cm. Hitunglah: a. Tinggi segitiga pada bidang tegak b. Luas salah satu bidang tegak c. Luas permukaan limas
152
Nama
:.......................................
Kelas
:.......................................
Hari/Tanggal :...................................... Latihan 6 1. Hitunglah volume bangun ruang di bawah ini! H E
G
D A
W
F
V
T
U
15 cm C
12 cm B
S P
12 cm
R Q 8 cm
2. Sebuah bak mandi berukuran panjang 40 cm, lebar 40 cm, dan dalamnya 1 m. Suatu hari keran air itu rusak maka fikri mengisinya dengan dengan gayung yang dapat menampung air 2 liter. Berapa gayungkah untuk mengisi bak tersebut! 3. Jika volume sebuah dadu yang berbentuk kubus adalah 125 cm3 , berapa panjang rusuknya? 4. Suatu ruang kelas dapat dianggap sebagai balok dengan panjang 8 m, lebar 7 m, dan tinggi 3 m. Bila seorang siswa memerlukan 6 m3 ruang udara. Berapakah jumlah siswa yang dapat menempati ruang itu! 5. Sebuah balok berukuran panjang 12 cm dan lebar 9 cm. Tentukan tinggi balok tersebut jika volumenya 864 cm3. 6. Perbandingan panjang, lebar , dan tinggi sebuah balok berturut-turut adalah 4 : 3 : 2. Hitunglah volume balok tersebut jika luas alasnya 108 cm2.
153
Nama
:.......................................
Kelas
:.......................................
Hari/Tanggal :...................................... Latihan 7 1. Sebuah piramida memiliki panjang 250 m dan lebarnya 150 m. Apabila tinggi piramida 80 m, merapa meter kubikkah udara yang berada dalam piramida? 2. Alas sebuah prisma berbentuk segitiga sama sisi 10 cm. Hitunglah volume prisma tersebut jika tingginya 12 cm? 3. Atap sebuah rumah berbentuk prisma segitiga siku-siku dengan sisi-sisi 6 cm, 8 cm, dan 10 cm. Jika panjang atap 15 cm, berapa meter kubikkah udara yang ada di ruang atap rumah itu! 4. Alas sebuah limas beraturan berbentuk persegi dengan panjang sisi 10 cm. Jika volume limas 400 cm3. hitunglah tinggi limas tersebut! 5. Alas sebuah prisma berbentuk segitiga siku-siku dengan panjang sisi 5 cm, 12 cm, dan 13 cm. Hitunglah tinggi prisma tersebut, jika volumenya 160 cm3. 6. Volume suatu limas 450 cm3 dan tingginya 15 cm. Hitunglah luas alasnya! 7. Alas sebuah limas berbentuk segitiga siku-siku dengan panjang sisi-sisinya 10 cm, 24 cm, dan 26 cm.jika volume limas 1.600 cm3, hitunglah tinggi limas tersebut!
154
KISI-KISI UJI COBA TES PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG SISI DATAR PRA PENELITIAN
Indikator Pemahaman Konsep Bloom No
Indikator soal
Translasi 1.
2.
3.
Siswa dapat mengidentifikasi sifatsifat bangun ruang (sudut, rusuk, sisi, diagonal ruang, diagonal sisi, bidang diagonal). Siswa dapat membuat jaring-jaring balok dan kubus. Siswa dapat menentukan bentuk prisma dan limas. Siswa dapat menentukan jaringjaring prisma dan limas. Siswa dapat menghitung luas permukaan kubus. Siswa dapat menghitung luas permukaan balok. Siswa dapat menghitung volume balok. Siswa dapat menghitung volume kubus. Siswa dapat menghitung volume prisma. Siswa dapat menghitung volume limas.
Interpretasi
Ekstrapolasi
Jumla h soal
1
1
Skor maksi mum
10
2 10 3 3
10
4 10
5
10
6
10
7
10 6
Jumlah
8
10
9
10
10
10 10
100
154
155
KISI-KISI SOAL TES KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA ( Siklus I )
No
Indikator
Indikator Pemahaman Konsep Bloom Translasi
Siswa dapat menghitung jumlah panjang rusukrusuk bangun ruang 1. sisi datar (kubus, balok, prisma, dan limas).
Interpretasi
Ekstrapolasi
1
Siswa dapat menghitung luas permukaan bangun 2. ruang sisi datar (kubus, balok, prisma, dan limas).
Jumlah soal
Skor Maksi mum
1
10
2
15
3
3
6
Siswa dapat menerapkan konsep luas permukaan bangun ruang sisi 3. datar (kubus, balok, prisma, dan limas) dalam kehidupan seari-hari
15 15
4
25 2
5
Jumlah
20
6
100
156
KISI-KISI SOAL TES KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA ( Siklus II )
No
Indikator
Indikator Pemahaman Konsep Bloom Translasi
Siswa dapat menghitung volume bangun ruang sisi 1. datar (kubus, balok, prisma, dan limas).
Interpretasi
Ekstrapolasi
1
Siswa dapat menghitung volume bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prisma, dan limas) jika diketahui luas 2. permukaan, jumlah panjang rusukrusuk dan perbandingan panjang rusukrusuknya.
Jumlah soal
Skor Maksi mum
1
10
3
15
4
3
6
Siswa dapat menerapkan konsep volume bangun ruang sisi datar 3. (kubus, balok, prisma, dan limas) dalam kehidupan seari-hari
15
15
2
20 2
5
Jumlah
25
6
100
157
INSTRUMEN TES PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG SISI DATAR PRA PENELITIAN Nama
:.......................................
Kelas
:.......................................
Hari/Tanggal :...................................... Jawablah pertanyaan berikut dengan baik dan benar! 1. Perhatikan gambar bangun ruang di samping ini tentukan jumlah dari: a. Titik sudut :
H
b. Rusuk:
E
c. Sisi/bidang:
E
G F
D
d. Digonal sisi: e. Diagonal Ruang:
A
C B
f. Bidang Diagonal: 2. Buatlah jaring-jaring kubus dan balok masing-masing dua macam! 3. Perhatikan gambar di samping ini dan jawablah pertanyaan di bawah ini
(a)
(f)
(b)
(g)
(c)
(h)
(d)
(e)
(j)
(i)
a. Manakah bangun ruang di atas yang merupakan bangun limas! b. Manakah bangun ruang di atas yang merupakan bangun prisma! 4. Perhatikan gambar di bawah ini! a. Gambar 1 adalah jaring-jaring..... b. Gambar 2 adalah jaring-jaring..... c. Gambar 3 adalah jaring-jaring.....
(1 )
(2 )
(3 )
158
5. Hitunglah luas permukaan gambar di samping! 6 cm
6 cm 6 cm
6. Tentukan luas permukaan balok yang memiliki ukuran panjang 5 cm, lebar 3 cm, dan tinggi 4 cm! 7. Tentukan volume bangun ruang pada gambar di bawah!
8. Sebuah kardus berbentuk kubus dengan panjang rusuk 12 cm. Berapa besar volume kardus tersebut! 9. Perhatikan gambar di bawah dan tentukan besar volumnya! 24 cm
G
E
F
30 cm C A
25 cm
B
10. Jika alas bangun di bawah berbentuk persegi dengan panjang rusuk 9 cm,
10 cm
dan tinggi 10 cm, berapakah volumnya!
9 cm 9 cm
159
Instrumen Tes Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar ( Siklus I ) Waktu : 80 menit Petunjuk : o Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakannya. o Tulislah nama dan kelas kamu pada lembar jawaban yang telah disediakan. o Selesaikanlah semua soal sesuai dengan perintah. o Kerjakan terlebih dahulu soal yang kamu anggap mudah. o Periksa kembali hasil kerjamu sebelum dikumpulkan. 1. Model kerangka balok berukuran panjang 17 cm, lebar 10 cm, dan tinggi 8 cm, akan dibuat dari bahan kawat. Jika tersedia kawat 8,5 m. Hitunglah panjang kawat yang tidak terpakai, jelaskanmu! 2. Perbandingan rusuk sebuah balok p : l : t = 3 : 2 : 1. Jika balok tersebut memiliki luas permukaan 352 cm2. Maka jumlah panjang rusuk-rusuk balok T
tersebut adalah... T1
3. Alas sebuah limas berbentuk persegi panjang dengan ukuran 32 dm 18 dm. Jika tinggi limas tersebut adalah 12 dm.
T2
D
C 18 dm
A
32 dm
B
Maka luas permukaannya adalah... 4. Paman akan membuat sebuah etalase toko berbentuk balok yang ukuran panjang = 150 cm, lebar = 40 cm, dan tinggi = 70 cm. Rangka etalase itu terbuat dari alumunium dan permukaannya ditutup kaca. Jika harga batang alumunium Rp. 12.000 per meter dan harga kaca Rp. 50.000 per meter persegi, hitunglah besar biaya yang dibutuhkan untuk membuat etalase tersebut. 5. Sebuah kolam ikan berbentuk kubus dengan ukuran sisinya 3 m. Jika seluruh permukaan bagian dalamnya dilapisi keramik dengan ukuran 30 cm x 30 cm, maka banyak keramik yang dibutuhkan adalah.......
160
6. Alas sebuah prisma berbentuk trapesium sama kaki dengan panjang garis sejajar 15 cm dan 27 cm serta panjang kaki trapesium 10 cm. Bila tinggi prisma 32 cm, maka luas permukaan prisma itu adalah.... 27cm
32 cm 15 cm
“Selamat Mengerjakan”
Instrumen Tes Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar ( Siklus II ) Waktu : 80 menit Petunjuk : o Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakannya. o Tulislah nama dan kelas kamu pada lembar jawaban yang telah disediakan. o Selesaikanlah semua soal sesuai dengan perintah. o Kerjakan terlebih dahulu soal yang kamu anggap mudah. o Periksa kembali hasil kerjamu sebelum dikumpulkan.
1. Jumlah Luas sisi kubus 1.350 cm persegi. Tentukan volum kubus. 2. Sebuah alat pengangkut pasir berbentuk prisma seperti gambar di samping. Jika alas prisma berbentuk trapesium sama kaki dan volumenya 151.200 cm3, berapakah luas bahan yang diperlukan untuk membuat alat tersebut! 108 cm
40 cm 60 cm
3. Hitunglah volume prisma, jika diketahui luas permukaan prisma 510 cm2. Alas prisma berbentuk segitiga siku-siku dengan panjang sisi 5 cm, 13 cm, dan 12 cm adalah .... 4. Limas T.PQRS yang alasnya berbentuk persegi mempunyai volum 400 cm3. Berapakah panjang TB jika tinggi limas tersebut 12 cm .... T
S
R B
P
Q
5. Sebuah kotak tanpa tutup berbentuk balok. Perbandingan panjang, lebar dan tingginya adalah 4 : 3 : 2. Volume kotak tersebut 648.000 cm3. Bila seluruh
permukaan bagian luar kotak tersebut dicat dengan biaya pengecetan Rp 3.500,00/m2, maka biaya pengecetan kotak tersebut adalah........ 6. Sebuah bak mobil yang berbentuk balok mempunyai ukuran panjang 3 m, lebar 2 m, dan tinggi 1,5 m akan diisi dengan keranjang telur berukuran 50 cm x 40 cm x 25 cm. Jika berat 1 keranjang telur 24 kg maka banyak kg telur yang dapat dimuat bak mobil itu adalah….
“Selamat Mengerjakan”
LEMBAR INSTRUMEN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA Petunjuk
: Berilah tanda (ѵ) pada kolom aktivitas belajar matematika siswa berikut, sesuai dengan pengamatan anda!
Hari/tanggal/pertemuan ke-
: ……………………………………………………..
Nama siswa No
Aktivitas Belajar Matematika Siswa
1
Memperhatikan penjelasan guru/teman dengan serius
2
Bersemangat dan antusias dalam belajar
3
Rasa ingin memahami materi tinggi
4
Tekun dalam menghadapi tugas
5
Banyak bertanya/menjawab pertanyaan guru atau teman
6
Senang mencari dan memecahkan soal
7
Dapat mempertahankan pendapatnya
1
2
3
4
5
Jumlah Persentase (%) …
32
∴ Rata-rata persentase aktivitas belajar matematika siswa: ……. %
Kehadiran Siswa hadir Siswa tidak hadir 1. 2. 3.
Jumlah
Ciputat, ………………………2010 Guru kolaborator,
……………………………
163
164
INSTRUMEN CATATAN OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Siklus I) Hari/tanggal/pertemuan ke- : .................................................................... Kelompok 1
2
3
4
5
6
Nama
Catatan
INDRA SETIAWAN (S13) M. AZKA ADRIAN B (S19) M. HUSEN (S20) NANDA MONICA P (S22) REGITA OKTAVIANI (S26) SUMI NURSIAH (S30 ALIF BAHARUDIN (S4) ANDI FIANI AHMAD (S5) DERIL RIMANSYAH N (S8) DESTI NURWULANDARI (S9) DEA TIARA SARI (S7) MIFTAH HUSABILLAH (S17) FRASETYO ADITAMA (S12) M.AFRIZAL (S18) LINGIT SAFITRI (S15) NIA WATI (S23) NURIZKY ZAINI (S24) ALFIAN FITRI YADI (S3) IRFAN ROFIQ H (S14) FEBRI DONNA S (S11) RIZKY KARINA D (S27) RUSLI ATMIJI (S28) AHMAD AJI MAKMUR (S2) M. NUGROHO (S21) SILVIA YULIANTI (S29) TRIESA SAIDA N (S31) WULAN NURFITRIAH (S32) APRIYANT. (S6) ELY WULANDARI (S10) ACHMAD FAUZI (S1) NYIMAS WADASARI (S25) M. SIDIK (S16)
∴ Aktivitas belajar matematika siswa secara keseluruhan: .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. ............................................................................................................................................ Ciputat, .......................... 2010 Guru kolaborator,
(..........................................)
165
INSTRUMEN CATATAN OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA (SIKLUS II) Hari/tanggal/pertemuan ke- : .................................................................... Kelompok 1
2
3
4
5
6
Nama
Catatan
INDRA SETIAWAN (S13) TRIESA SAIDA N (S31) M. HUSEN (S20) NANDA MONICA P (S22) ELY WULANDARI (S10) SUMI NURSIAH (S30 RUSLI ATMIJI (S28) ANDI FIANI AHMAD (S5) DERIL RIMANSYAH N (S8) DESTI NURWULANDARI (S9) DEA TIARA SARI (S7) MIFTAH HUSABILLAH (S17) FRASETYO ADITAMA (S12) SILVIA YULIANTI (S29) LINGIT SAFITRI (S15) NIA WATI (S23) M. SIDIK (S16) ALFIAN FITRI YADI (S3) IRFAN ROFIQ H (S14) FEBRI DONNA S (S11) RIZKY KARINA D (S27) ALIF BAHARUDIN (S4) AHMAD AJI MAKMUR (S2) M. NUGROHO (S21) M. AFRIZAL (S18) M. AZKA ADRIAN B (S19) APRIYANT. (S6) WULAN NURFITRIAH (S32) REGITA OKTAVIANI (S26) ACHMAD FAUZI (S1) NYIMAS WADASARI (S25) NURIZKY ZAINI (S24)
∴ Aktivitas belajar matematika siswa secara keseluruhan: .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. Ciputat, .......................... 2010 Guru kolaborator,
(.........................................)
166
CATATAN EVALUASI TINDAKAN PENELITIAN
Hari/tanggal/pertemuan ke- : ....................................................................
Catatan evaluasi
:
.............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. . Ciputat, ............................ 2010 Guru Kolaborator,
(…………………………..)
167
CATATAN TINDAKAN PENELITIAN
Hari/tanggal/pertemuan ke- : ....................................................................
Catatan tindakan penelitian : .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. Ciputat, ............................ 2010 Peneliti,
Khumaidi M
168
PEDOMAN WAWANCARA GURU Pewawancara
: Peneliti
Terwawancara
: Guru Mata Pelajaran Matematika
Tujuan wawancara
: Untuk mengetahui kondisi awal siswa dan kemampuan matematika siswa secara umum serta sistem pembelajaran yang diterapkan di kelas.
1. Bagaimana keadaan kelas VIII selama proses belajar berlangsung? 2. Model pembelajaran yang biasa Bapak terapkan selama ini seperti apa? 3. Menurut Bapak kelas yang cocok untuk penelitian kelas mana? 4. Apakah mereka menyukai pelajaran matematika? 5. Materi apa yang paling dianggap sulit oleh siswa dari pelajar matematika semester 2 ini? 6. Menurut pengalaman Bapak selama mengajar Geometri khususnya Geometri Bangun Ruang Sisi Datar, apa saja kendala utama siswa dalam mempelajari materi tersebut? 7. Standar nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk pelajaran matematika untuk tahun ini berapa? 8. Bagaimana cara Bapak dalam menangani siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika Bangun ruang sisi datar? 9. Bagaimana dengan menggunakan media, apakah dapat membantu guru ketika mengajarkan bangun ruang sisi datar? 10. Apakah dengan menggunakan media, khususnya media manipulatif/benda konkrit dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa dillihat dari hasil belajar matematika siswa? 11. Apakah penggunaan media manipulatif/benda konkrit memberikan kesempatan siswa untuk lebih aktif dalam belajar matematika?
169
PEDOMAN WAWANCARA Pewawancara
: Peneliti
Terwawancara
: Subjek penelitian
Tujuan wawancara
: Untuk mengetahui aktivitas belajar matematika siswa dan mengetahui
penggunaan
media
pembelajaran
dapat
meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang. Pertanyaan-pertanyaan: 1.
Apakah anda mendengarkan penjelasan yang disampaikan teman/guru?
2.
Apakah anda antusias dalam mengikuti pembelajaran?
3.
Apakah anda merasa terbebani dengan kemampuan minimal yang harus dikuasai?
4.
Apakah anda merasa terbantu dengan teman anda ketika mengalami kesulitan?
5.
Apakah anda selalu membantu teman yang mengalami kesulitan?
6.
Apakah media yang digunakan oleh guru membantu memudahkan anda dalam memahami konsep matematika bangun ruang sisi datar?
170
Pembagian Kelompok Siklus I Kelompok
1
2
3
4
5
6
Subjek Penelitian Indra Setiawan (S13) M. Azka Adrian B (S19) M. Husen (S20) Nanda Monica P (S22) Regita Oktaviani (S26) Sumi Nursiah (S30 Alif Baharudin (S4) Andi Fiani Ahmad (S5) Deril Rimansyah n (S8) Desti Nurwulandari (S9) Dea Tiara SARI (S7) Miftah Husabillah (S17) Frasetyo Aditama (S12) M. Afrizal (S18) Lingit Safitri (S15) Nia Wati (S23) Nurizky Zaini (S24) Alfian Fitriyadi (S3) Irfan Rofiq H (S14) Febri Donna S (S11) Rizky Karina D (S27) Rusli Atmiji (S28) Ahmad Aji Makmur (S2) M. Nugroho (S21) Silvia Yulianti (S29) Triesa Saida N (S31) Wulan Nurfitriah (S32) Apriyanti (S6) Ely Wulandari (S10) Achmad Fauzi (S1) Nyimas Wadasari (S25) M. Sidik (S16)
171
Pembagian Kelompok Siklus II Kelompok
1
2
3
4
5
6
Subjek Penelitian Indra Setiawan (S13) Triesa Saida N (S31) M. Husen (S20) Nanda Monica P (S22) Ely Wulandari (S10) Sumi Nursiah (S30 Rusli Atmiji (S28) Andi Fiani Ahmad (S5) Deril Rimansyah N (S8) Desti Nurwulandari (S9) Dea Tiara Sari (S7) Miftah Husabillah (S17) Frasetyo Aditama (S12) Silvia Yulianti (S29) Lingit Safitri (S15) Nia Wati (S23) M. Sidik (S16) Alfian Fitriyadi (S3) Irfan Rofiq H (S14) Febri Donna S (S11) Rizky Karina D (S27) Alif Baharudin (S4) Ahmad Aji Makmur (S2) M. Nugroho (S21) M. Afrizal (S18) M. Azka Adrian B (S19) Apriyanti (S6) Wulan Nurfitriah (S32) Regita Oktaviani (S26) Achmad Fauzi (S1) Nyimas Wadasari (S25) Nurizky Zaini (S24)
172 HASIL REKAPITULASI INSTRUMEN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA
Pertemuan No
Aktivitas belajar matematika siswa
Siklus I
1
2
3
4
5
6
Rata-rata Siklus I
Siklus II
7
8
9
10
11
12
Rata-rata Siklus II
1
Memperhatikan penjelasan guru/teman dengan serius
10
12
14
15
18
19
15
21
23
23
26
27
29
25
2
Bersemangat dan antusias dalam belajar
7
8
10
12
13
15
11
17
18
20
21
23
25
21
3
Rasa ingin memahami materi tinggi
6
8
9
11
12
16
10
18
20
21
24
25
26
22
4
Tekun dalam menghadapi tugas
5
7
8
10
12
14
9
16
18
20
21
23
26
21
5
Banyak bertanya/menjawab pertanyaan dari guru atau teman
5
7
9
11
13
15
10
18
19
20
21
22
25
21
6
Senang mencari dan memecahkan soal
3
5
8
9
11
12
8
13
14
15
17
19
23
17
7
Dapat mempertahankan pendapatnya
5
6
8
10
12
14
9
15
16
18
20
22
25
19
NILAI HASIL TES PRA PENELITIAN BERDASARKAN DIMENSI PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG SISI DATAR
5 5 0 3 7 5 3 0 2 0 5 5 0 5 5 5 5 5 0 0 2 5 5 2 5 5 5 6 5 7 5 5 122 10
10 10 0 5 7 5 5 5 4 10 5 5 0 10 5 5 2 5 5 0 5 10 10 5 10 5 10 6 10 6 10 8 198 10
Rata-Rata
4.8125
Persentase (%)
48.125
5 10 10 10 0 0 5 5 5 10 4 10 5 5 5 5 10 5 10 10 5 5 6 8 10 10 10 10 7 8 10 10 10 5 5 10 10 6 0 0 2 3 10 10 10 8 2 2 10 5 0 10 10 5 10 4 10 10 8 5 10 10 6 10 220 224 10 10
0 0 0 3 0 0 2 2 0 0 0 0 0 2 2 2 0 0 2 0 0 4 10 0 0 0 5 0 0 4 3 5 46 10
0 5 0 2 0 2 2 3 0 0 0 2 0 2 0 5 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5 0 5 5 0 3 46 10
3.8 6.2 7.4 3.13 2.4
6.9
7
1.4 1.4 4.9688 17.438 22.313
38
69
70
14
2 2 0 2 0 2 5 3 8 5 0 5 0 4 3 2 2 2 2 0 2 5 5 5 0 0 0 2 0 4 2 4 78 10
74 31.3 24
7
8
si
10
8 2 10 4 0 0 10 5 10 2 7 0 5 3 5 2 4 0 10 0 5 5 10 2 10 0 10 4 10 4 5 2 10 2 5 4 10 2 0 0 5 2 10 10 10 10 3 2 5 5 5 5 10 4 8 2 10 5 10 5 10 5 8 2 238 100 10 10
6
ol a
9
62
5
5 7 0 5 7 5 5 5 5 5 5 3 0 5 7 8 5 7 5 0 2 5 10 5 10 7 5 4 5 4 5 3 159 10
23 25 0 18 24 17 13 10 10 20 15 20 10 25 20 15 17 15 15 0 12 25 25 10 20 15 25 20 25 23 25 21 558 30
Ek st r
Skor Max Persoal
5 7 0 5 7 5 5 5 5 5 5 3 0 5 7 8 5 7 5 0 2 5 10 5 5 7 5 4 5 4 5 3 154 10
4
er
3
ap
sla
2
an
1
Tr
Butir Soal No. Subjek S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30 S31 S32 Jumlah
as i
Skor
Ekstrapolasi
pr et
Interpretasi
si
Translasi
In t
Tipe Soal
19 31 0 22 17 18 22 20 23 25 15 23 20 32 24 31 19 21 22 0 9 44 43 11 20 15 29 18 30 31 30 30 714 60
14 49.688 58.125 37.188
Skor Total (Nilai)
47 63 0 45 48 40 40 35 38 50 35 46 30 62 51 54 41 43 42 0 23 74 78 26 45 37 59 42 60 58 60 54 1426 100
NILAI TES FORMATIF BERDASARKAN DIMENSI PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG SISI DATAR SIKLUS I po la s
an sla
i
Skor
Ekstrapolasi
as i
Interpretasi
In te rp re t
Translasi
si
Tipe Soal
Rata-Rata
8.375
11.3
11
9.7 9.594 9.094
8.375
32.03125 18.6875
Persentase (%)
83.75
75.4
74
64 38.38 45.47
83.75
71.18056 41.5278
3
6
10 8 7 10 10 15 15 10 10 10 10 10 15 15 15 8 5 7 5 10 10 8 10 10 5 10 5 10 10 5 10 5 5 15 10 8 5 5 5 15 15 15 15 15 15 10 10 7 15 15 10 1 8 7 15 15 15 15 15 15 15 13 13 10 5 5 15 10 10 5 5 5 15 15 15 15 15 15 10 15 10 10 5 5 15 15 10 10 15 10 15 15 5 15 15 10 362 354 309 15 15 15
4
5
5 20 15 10 19 10 5 13 5 10 5 15 5 15 10 10 12 10 20 5 5 5 15 0 10 10 5 5 5 8 10 10 307 25
10 17 12 10 15 7 5 10 8 5 5 15 5 15 13 10 20 3 10 12 5 5 6 5 13 11 9 5 5 5 10 5 291 20
7 10 10 5 10 5 5 7 5 10 5 10 5 10 10 8 10 10 10 10 10 5 10 6 10 10 10 10 10 10 5 10 268 10
25 35 35 30 45 20 25 28 20 25 20 33 15 45 45 27 40 16 45 45 41 20 35 15 45 45 35 20 40 35 35 40 1025 45
Ek
2
st ra
7 10 10 5 10 5 5 7 5 10 5 10 5 10 10 8 10 10 10 10 10 5 10 6 10 10 10 10 10 10 5 10 268 10
1
Tr
Butir Soal No. Subjek S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30 S31 S32 Jumlah Skor Max Persoal
Skor Total (Nilai)
15 37 27 20 34 17 10 23 13 15 10 30 10 30 23 20 32 13 30 17 10 10 21 5 23 21 14 10 10 13 20 15 598 45
47 82 72 55 89 42 40 58 38 50 35 73 30 85 78 55 82 39 85 72 61 35 66 26 78 76 59 40 60 58 60 65 1891
100
NILAI TES FORMATIF BERDASARKAN DIMENSI PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG SISI DATAR SIKLUS II
Persentase (%)
2
5
15 20 15 15 20 10 15 15 10 10 6 15 20 20 10 10 10 14 20 10 9 5 17 10 14 10 5 10 9 7 10 15 401 20
14 13 15 17 18 7 10 13 8 10 10 15 15 25 10 0 16 12 15 13 10 5 20 13 15 15 15 13 5 10 10 13 400 25
13 10.9 12.5
12.5
87 72.9 62.7
50
10 8 7 10 10 15 15 10 7 15 10 10 15 15 15 10 10 7 15 10 10 15 15 10 10 10 10 10 10 10 10 15 8 15 10 8 10 10 15 15 15 15 15 15 13 10 8 5 15 15 10 15 15 10 15 15 15 15 15 15 15 15 15 10 10 5 15 15 10 10 15 5 15 15 15 15 15 15 10 15 10 10 15 10 15 15 15 10 15 10 15 15 15 15 15 10 415 416 350 15 15 15 13
88.4375 86.5
10 10 10 5 10 5 10 10 10 6 5 10 10 7 10 5 10 10 10 10 10 10 10 5 10 10 10 10 10 10 5 10 283 10
25 35 32 35 45 27 35 40 30 30 33 33 35 45 43 23 40 40 45 45 45 25 40 30 45 45 35 35 45 35 45 40 1181 45
po la s
6
st ra
8.84375
4
29 33 30 32 38 17 25 28 18 20 16 30 35 45 20 10 26 26 35 23 19 10 37 23 29 25 20 23 14 17 20 28 801 45
8.84375 36.90625 25.03125 88.4375 82.01389
Skor Total (Nilai)
Ek
Rata-Rata
3
an sla
10 10 10 5 10 5 10 10 10 6 5 10 10 7 10 5 10 10 10 10 10 10 10 5 10 10 10 10 10 10 5 10 283 10
1
Tr
Butir Soal No. Subjek S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30 S31 S32 Jumlah Skor Max Persoal
i
Skor
Ekstrapolasi
as i
Interpretasi
In te rp re t
Translasi
si
Tipe Soal
55.625
64 78 72 72 93 49 70 78 58 56 54 73 80 97 73 38 76 76 90 78 74 45 87 58 84 80 65 68 69 62 70 78 2265 100
188
Hasil Tes Pemahaman Konsep Matematika Bangun Ruang Sisi Datar Pra Penelitian
No 1
Subjek Penelitian S1
Nilai 47
Ketuntasan Belum Tuntas
2
S2
60
Belum Tuntas
3
S3
-
-
4
S4
45
Belum Tuntas
5
S5
48
Belum Tuntas
6
S6
40
Belum Tuntas
7
S7
40
Belum Tuntas
8
S8
35
Belum Tuntas
9
S9
38
Belum Tuntas
10
S10
50
Belum Tuntas
11
S11
35
Belum Tuntas
12
S12
46
Belum Tuntas
13
S13
30
Belum Tuntas
14
S14
62
Tuntas
15
S15
51
Belum Tuntas
16
S16
54
Belum Tuntas
17
S17
41
Belum Tuntas
18
S18
43
Belum Tuntas
19
S19
42
Belum Tuntas
20
S20
-
-
21
S21
23
Belum Tuntas
22
S22
74
Tuntas
23
S23
78
Tuntas
24
S24
26
Belum Tuntas
25
S25
50
Belum Tuntas
26
S26
37
Belum Tuntas
27
S27
59
Belum Tuntas
28
S28
42
Belum Tuntas
29
S29
60
Belum Tuntas
30
S30
58
Belum Tuntas
31
S31
60
Belum Tuntas
32
S32
54
Belum Tuntas
Rata-rata
47.7
Nilai Tertinggi
78
Nilai Terendah
23
189
Nilai Tes Formatif Akhir Siklus I
No 1
Subjek Penelitian S1
Nilai 47
Ketuntasan Belum Tuntas
2
S2
82
Tuntas
3
S3
72
Tuntas
4
S4
55
Belum Tuntas
5
S5
89
Tuntas
6
S6
42
Belum Tuntas
7
S7
40
Belum Tuntas
8
S8
58
Belum Tuntas
9
S9
38
Belum Tuntas
10
S10
50
Belum Tuntas
11
S11
35
Belum Tuntas
12
S12
73
Tuntas
13
S13
30
Belum Tuntas
14
S14
85
Tuntas
15
S15
78
Tuntas
16
S16
55
Belum Tuntas
17
S17
82
Tuntas
18
S18
48
Belum Tuntas
19
S19
85
Tuntas
20
S20
72
Tuntas
21
S21
61
Belum Tuntas
22
S22
35
Belum Tuntas
23
S23
66
Tuntas
24
S24
26
Belum Tuntas
25
S25
78
Tuntas
26
S26
76
Tuntas
27
S27
59
Belum Tuntas
28
S28
40
Belum Tuntas
29
S29
60
Belum Tuntas
30
S30
58
Belum Tuntas
31
S31
60
Belum Tuntas
32
S32
65
Tuntas
Rata-rata
59
Nilai Tertinggi
89
Nilai Terendah
26
190
Nilai Tes Formatif Akhir Siklus II
No
Subjek Penelitian
Nilai
1
S1
64
Tuntas
2
S2
78
Tuntas
3
S3
72
Tuntas
4
S4
72
Tuntas
5
S5
93
Tuntas
6
S6
49
Belum Tuntas
7
S7
70
Tuntas
8
S8
78
Tuntas
9
S9
58
Belum Tuntas
10
S10
56
Belum Tuntas
11
S11
54
Belum Tuntas
12
S12
80
Tuntas
13
S13
64
Tuntas
14
S14
97
Tuntas
15
S15
73
Tuntas
16
S16
38
Belum Tuntas
17
S17
76
Tuntas
18
S18
76
Tuntas
19
S19
90
Tuntas
20
S20
78
Tuntas
21
S21
74
Tuntas
22
S22
45
Belum Tuntas
23
S23
87
Tuntas
24
S24
58
Belum Tuntas
25
S25
84
Tuntas
26
S26
80
Tuntas
27
S27
65
Tuntas
28
S28
68
Tuntas
29
S29
69
Tuntas
30
S30
62
Tuntas
31
S31
70
Tuntas
32
S32
78
Tuntas
Rata-rata
Ketuntasan
70,5
Nilai Tertinggi
97
Nilai Terendah
38
191
PERHITUNGAN DISTRIBUSI FREKUENSI TES FORMATIF AKHIR SIKLUS I
1) Distribusi frekuensi 26
30
35
35
38
40
40
42
47
48
50
55
55
58
58
59
60
60
61
65
66
72
72
73
76
78
78
82
82
85
85
89
2) Banyak data (n) = 32 3) Rentang data (R) = Xmax – Xmin Keterangan : R
= Rentangan
Xmax
= Nilai Maksimum (tertinggi)
Xmin
= Nilai Minimum (terendah)
R = Xmax – Xmin = 89-26 = 63 4) Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n Keterangan : K = Banyak kelas n = Banyak siswa K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 32 = 1 + (3,3 x 1,50) = 5,95 6 (dibulatkan ke atas) 5) Panjang kelas (i) Interval Kelas 25 – 35 36 – 46 47 – 57 58 – 68 69 – 79 80 – 90 Jumlah
=
Fi 4 4 5 8 6 5 32
Mean Median
R 63 = = 10,5 11 (dibulatkan ke atas) K 6
Frekuensi Fk ≥ Fk (%)≥ 32 100 28 87,5 24 75 19 59,375 11 34,375 5 15,625
Titik tengh (Xi) 30 41 52 63 74 85 59,09 61,62
Fi.Xi 120 164 260 504 444 425 1917
192
a. Mean/Nilai Rata-rata (Me) Mean ( X ) =
f X f i
i
i
Keterangan : Me
= Mean/ Nilai Rata-rata
f X i
i
= Jumlah dari hasil perkalian midpoint (nilai tengah) dari masingmasing interval dengan frekuensinya.
f
i
= Jumlah frekuensi/ banyak siswa
Mean ( X ) =
f X f i
i
i
1917 59,09 32
b. Median/ Nilai Tengah (Md)
1 n fk i Md l 2 fi Keterangan : Md
= Median/ Nilai Tengah
l
= Lower Limit (batas bawah dari interval kelas median)
n
= Jumlah frekuensi/ banyak siswa
fk
= Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah interval kelas median
fi
= Frekuensi kelas median
i
= Interval kelas
1 n fk i 57,5 16 13 11 61,62 Md l 2 fi 8
193
PERHITUNGAN DISTRIBUSI FREKUENSI TES FORMATIF AKHIR SIKLUS II
1) Distribusi frekuensi 38
45
49
54
56
58
58
62
64
64
65
68
69
70
70
72
72
73
74
76
76
78
78
78
78
80
80
84
87
90
93
97
2) Banyak data (n) = 32 3) Rentang data (R) = Xmax – Xmin Keterangan : R
= Rentangan
Xmax
= Nilai Maksimum (tertinggi)
Xmin
= Nilai Minimum (terendah)
R = Xmax – Xmin = 97-38 = 59 4) Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n Keterangan : K = Banyak kelas n = Banyak siswa K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 32 = 1 + (3,3 x 1,50) = 5,95 6 (dibulatkan ke atas) 5) Panjang kelas (i) Interval Kelas 38 – 47 48 – 57 58 – 67 68 – 77 78 – 87 88 – 97 Jumlah
=
Fi 2 3 6 10 8 3 32
Mean Median
R 59 = = 9,83 10 (dibulatkan ke atas) K 6
Frekuensi Fk ≥ Fk (%)≥ 32 100 30 93,75 27 84,375 21 65,625 11 34,375 3 9,375
Titik tengh (Xi) 42,5 52,5 62,5 72,5 82,5 92,5 70,50 68,75
Fi.Xi 85 157,5 375 725 660 277,5 2280
194
a. Mean/Nilai Rata-rata (Me) Mean ( X ) =
f X f i
i
i
Keterangan : Me
= Mean/ Nilai Rata-rata
f X i
i
= Jumlah dari hasil perkalian midpoint (nilai tengah) dari masingmasing interval dengan frekuensinya.
f
i
= Jumlah frekuensi/ banyak siswa
Mean ( X ) =
f X f i
i
i
2280 70,50 32
b. Median/ Nilai Tengah (Md)
1 n fk i Md l 2 fi Keterangan : Md
= Median/ Nilai Tengah
l
= Lower Limit (batas bawah dari interval kelas median)
n
= Jumlah frekuensi/ banyak siswa
fk
= Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah interval kelas median
fi
= Frekuensi kelas median
i
= Interval kelas
1 n fk i 67,5 16 15 10 68,75 Md l 2 fi 8
195
LEMBAR HASIL WAWANCARA GURU Pewawancara
: Peneliti
Terwawancara
: Guru Mata Pelajaran Matematika
Tujuan wawancara
:Untuk mengetahui kondisi awal siswa dan kemampuan matematika siswa secara umum serta sistem pembelajaran yang diterapkan di kelas.
Wawancara ini diksanakan pada: Hari/tanggal
: Senin, 07 Januari 2010
Tempat
: Ruang guru MTs Jam’iyyatul Khair Ciputat Tangerang Selatan
Teks wawancara: Peneliti
:Bagaimana keadaan kelas VIII selama proses belajar berlangsung?
Guru
:Anak-anak masih cenderung pasif, mereka belum terbiasa untuk bertanya,
masih menganggap matematika sulit saja, mereka
masih menjadi pendengar yang baik. Peneliti
:Model pembelajaran yang biasa Bapak terapkan selama ini seperti apa?
Guru
:Saya masih biasa menggunakan metode konvensional, yaitu metode ceramah, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru saja, tapi saya pernah juga menggunakan metode diskusi tapi kurang berjalan maksimal.
Peneliti
:Menurut Bapak kelas yang cocok untuk penelitian kelas mana?
Guru
:Sepertinya kelas VIII-2, karena di kelas ini cukup beragam siswanya dan agak sedikit rame, di samping itu tingkatkan kemampuan matematikanya juga masih kurang baik, mudahmudahan anda dengan mengajar dengan menggunakan media mereka menjadi lebih senang belajar dan mudah memahami materi.
Peneliti
:Apakah mereka menyukai pelajaran matematika?
Guru
:Kalau saya perhatikan selama mengajar di kelas yang anda teliti sedikit sekali yang suka matematika kurang lebih 30% yang suka
196
dengan pelajaran matematika, yang lainnya hanya sekedar mengikuti saja. Peneliti
:Materi apa yang paling dianggap sulit oleh siswa dari pelajar matematika semester 2 ini?
Guru
:Yang pertama persamaan garis lurus, dan yang kedua bangun ruang yang akan anda ajarkan, selama saya mengajar, para siswa masih lemah untuk membedakan mana yang termasuk bangun datar dan bangun ruang, bahkan siswa masih belum bisa untuk menggambarkan bangun datar atau bangun ruang atau hanya sekedar membayangkan.
Peneliti
:Menurut
pengalaman
Bapak
selama
mengajar
Geometri,
khususnya Geometri Bangun Ruang Sisi Datar, apa saja kendala utama siswa dalam mempelajari materi tersebut? Guru
:Tadi yang sudah saya jelaskan, siswa masih kesulitan untuk menggambar bangun ruang, untuk membedakan kubus dan balok saja masih banyak siswa yang salah, karena pengetahuan dasar bangun ruangnya saja mereka masih lemah.
Peneliti
:Standar nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk pelajaran matematika untuk tahun ini berapa?
Guru
:Di sini standarnya belum terlalu tinggi,yaitu hanya 62,0 tapi siswa masih banyak yang mendapat nilai di bawah KKM.
Peneliti
:Bagaimana cara Bapak dalam menangani siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika Bangun ruang sisi datar?
Guru
:Banyak cara yang saya lakukan, salah satu diantaranya adalah dengan memberikan contoh-contoh yang konkrit dan menggunakan alat/media untuk memudahkan siswa dalam memahami materi yang diajarkan.
Peneliti
:Bagaimana dengan menggunakan media, apakah dapat membantu guru ketika mengajarkan bangun ruang sisi datar?
Guru
:Ya, karena dengan menggunakan media siswa akan lebih paham dan jelas sehingga anak tidak harus berimajinasi penuh.
197
Peneliti
:Apakah
dengan
menggunakan
media,
khususnya
media
manipulatif/benda konkrit dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa dillihat dari hasil belajar matematika siswa? Guru
:Ya, karena siswa dalam belajar langsung melihat benda-benda konkritnya, dan itu membuat siswa menjadi paham tentang konsepnya.
Peneliti
:Apakah penggunaan media manipulatif/benda konkrit memberikan kesempatan siswa untuk lebih aktif dalam belajar matematika?
Guru
:Ya, sudah pasti. Karena selain dapat meningkatkan pemahaman siswa, dengan media manipulatif/benda konkrit juga dapat menarik perhatian siswasehingga siswa lebih aktif dalam belajar.
198
HASIL WAWANCARA SIKLUS I Pewawancara
: Peneliti
Terwawancara
: Subjek penelitian
Tujuan wawancara
:Untuk mengetahui aktivitas belajar matematika siswa dan mengetahui
penggunaan media pembelajaran dapat
meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang.
Pertanyaan-pertanyaan: 1.
Apakah anda mendengarkan penjelasan yang disampaikan teman/guru? Jawaban-jawaban: S6 : 35% saya mendengarkan. Tidak mendengarkan ketika saya bosen dan saya memang tidak suka matematika, jadi saya ngobrol dengan teman. S29 : Sangat sering mendengarkan karena enak penjelasannya, dan gampang materinya. Saya tidak mendengarkan ketika saya ngantuk, dan klo ribet materinya bikin males belajar. S14 : Tergantung, jika materinya mudah dimengerti maka saya sering mendengarkan. Sebaliknya jika materinya susah, dan gak ngerti maka saya jarang mendengarkannya dan saya biasanya ngerjain soal yang lain he...
2.
Apakah anda antusias dalam mengikuti pembelajaran? Jawaban-jawaban: S6 : Kagak. Tapi tergantung mood sih klo lagi asyik ya..belajar... S29 : Sering antusias karena enak, senang dalam belajar matematika dan saya tidak pernah tidak antusias karena saya suka dengan pelajarn matematika. S14 : Antusias karena saya ingin lulus ujian entar pas kelas IX.
3.
Apakah anda merasa terbebani dengan kemampuan minimal yang harus dikuasai? Jawaban-jawaban: S6 : Terbebani dikit, kan otak saya pas-pasan.
199
S29 : Biasa aja. Tidak merasa terbebani karena materinya gampang. Oke-oke aja, tapi nilainya ga bagus-bagus banget sih, lumayanlah ga malu-maluin. S14 : Tidak terbebani. 4.
Apakah anda merasa terbantu dengan teman anda ketika mengalami kesulitan? Jawaban-jawaban: S6 : Iya. S29 : Sangat merasa terbantu. S14 : Sangat terbantu,kan kadang saya malu nanya langsung sama guru,biasanya saya nanya pas selesai pelajarannya.
5.
Apakah anda selalu membantu teman yang mengalami kesulitan? Jawaban-jawaban: S6 : Kagak. S29 : Sering, abis kasian kalo ga dikasih tau, entar disangkanya sombong. S14 : Selalu membantu jika minta diajarin.
6.
Apakah media yang digunakan oleh guru membantu memudahkan anda dalam memahami konsep matematika bangun ruan sisi datar? Jawaban-jawaban: S6 : Kadang-kadang membantu sih... tapi tetep aja gak ngerti, emang dasarnya udah susah pelajaran matematika, mau pake apa aja susah. S29 : Membantu sekali dan apalagi materi bangun ruang, kadang saya susah mengimajinasikan gambarnya, kalo ada gambarnya langsung kan lebih mudah, apalagi kalo media dari komputer makin seru aja belajarnya. S14 : Sangat membantu, jadi lebih mudah memahami materinya, belajarnya kayak sambil nonton he,he,, maklum ga punya laptop.
200
HASIL WAWANCARA SIKLUS II Pewawancara
: Peneliti
Terwawancara
: Subjek penelitian
Tujuan wawancara
:Untuk mengetahui aktivitas belajar matematika siswa dan mengetahui
penggunaan
media
pembelajaran
dapat
meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang.
Pertanyaan dan jawaban: 1.
Apakah anda mendengarkan penjelasan yang disampaikan teman/guru? Jawaban-jawaban: S29 : Jarang mendengarkan. Jika ada yang ngajak ngobrol maka saya ngobrol. Saya mendengarkan saat guru menjelaskan rumus dan cara-cara penyelesaian soal. S6 : Jarang mendengarkan. Saya mendengarkan jika saya lagi fresh otaknya atau lagi mood, atau juga materi yang disampaikan mudah dicerna. Sebaliknya, saya malas mendengarkan ketika materinya sulit, lagi boring, dan lagi ada masalah dengan teman pokoknya pengen cepat aja deh pelajaran matematika. S14 : 50:50. Ketika guru sedang menjelaskan pertama kalinya, dalam arti pengetahuan yang baru bagi saya maka saya berusaha mendengarkan dan berusaha untuk mengerti lebih dulu daripada teman saya. Tidak mendengarkan karena materinya sudah saya tahu sebelumnya. Ketika saya tidak mendengarkan maka saya suka menjaili teman saya.
2.
Apakah anda antusias dalam mengikuti pembelajaran? Jawaban-jawaban: S29 : Kadang-kadang karena pada awalnya saya ngerti. Tidak antusias jika saya lagi kurang sehat dan susah materinya. S6 : Merasa antusias. S14 : Antusias karena saya sangat suka menghitung dan menyenangi matematika. Semakin susah materi, maka saya semakin tertantang.
201
3.
Apakah anda merasa terbebani dengan kemampuan minimal yang harus dikuasai? Jawaban-jawaban: S29 : Tidak terbebani. Jika awalnya gampang maka saya merasa tertantang. S6 : Tidak merasa terbebani. S14 : Tidak merasa terbebani.
4.
Apakah anda merasa terbantu dengan teman anda ketika mengalami kesulitan? Jawaban-jawaban: S29: Sangat terbantu. S6 : Dalam kelompok ini saya merasa tidak terbantu. Saya minta diajarin sama kelompok lain. S14 : Saya berusaha menyelesaikannya sendiri.
5.
Apakah anda selalu membantu teman yang mengalami kesulitan? Jawaban-jawaban: S29 : Jika mengerti maka saya jelaskan. S6 : Sering. S14 : Tergantung mood. Sebenarnya saya senang mengajarkan, tetapi jika orangnya tidak mengerti-mengerti maka saya tinggalkan.
6.
Apakah media yang digunakan oleh guru membantu memudahkan anda dalam memahami konsep matematika bangun ruang sisi datar? Jawaban-jawaban: S29 : Ya, lebih memudahkan karena gambarnya benar-benar nyata.. S6 : Membantu. S14 : Sangat membantu, karena terdapat gambar yang kongkrit, saya tidak harus membayangkan terlebih dahulu, emang materi bangun ruang lebih mudah dipelajari jika menggunakan media gambar.