Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 27-32
PEMAHAMAN KONSEP LUAS DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL LEARNING CYCLE 5E DISERTAI PETA KONSEP Trysa Gustya Manda1), Mukhni2), Atus Amadi Putra3) 1)
FMIPA Universitas Negeri Padang E-mail:
[email protected] 2,3) Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Padang Abstract
Student mathematics understanding ability will be better if they find the concepts by their self. By implementing the learning cycle 5E model with concept map, students can construct their knowledge and know the relation of concepts. For that, it has to do the research in other to mathematics understanding ability to students is better than previous. This research is experiment research with Randomized Control Group Only Design. The result of research shows that the mathematics understanding ability to students with learning cycle 5E model is better than convensional learning model. Keyword: learning cycle 5E model, concept map, mathematics understanding ability.
PENDAHULUAN Pembelajaran matematika memegang peranan penting dalam perkembangan teknologi, sains dan pengembangan daya fikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Tujuan pembelajaran matematika (Depdiknas, 2006: 3),menuntut siswa dapat memahami konsep matematika, menggunakan penalaran, memecahakan masalah, mengkomunikasikan gagasan, dan memiliki sikap menghargai terhadap kegunaan matematika. Berdasarkan tujuan tersebut, untuk dapat menguasai matematika dengan baik perlu diketahui dan dipahami konsep yang ada dalam pembelajaran matematika. Dengan menguasai konsep matematika, siswa dapat mengaplikasikannyadalam menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman konsep matematika memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, tetapi dengan pemahaman siswa lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri.Pemahaman tersebut ditandai dengan kemampuan dalam menjelaskan dengan kata-kata sendiri, membandingkan, membedakan, dan mempertentangkan ide yang diperoleh dengan ide yang baru. Hal ini sesuai dengan indikator yang menunjukan pemahaman konsep menurut Depdiknas (2008:4), antara lain: a. Menyatakan ulang sebuah konsep b. Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya) c. Memberi contoh dan bukan contoh dari konsep d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep
f. g.
Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.
Pembelajaran matematika belum berhasil meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep dan aturanaturan matematika. Belajar matematika merupakan belajar konsep,namun selama ini siswa cenderung diposisikan sebagai obyek, siswa dianggap tidak tahu dan belum tahu apa-apa, sementara guru memposisikan diri sebagai yang mempunyai pengetahuansehingga siswa belum mampu mengembangkan pengetahuan mereka sendiri. Hal ini mengakibatkan siswa kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan matematika dalam bentuk yang berbedasesuai dengan konsep yang diberikan. Dapat dikatakan bahwa siswa belum mampu memahami konsep yang telah mereka pelajari. Oleh karena itu, guru memerlukan solusi untuk mengatasi hal tersebut sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa terhadap materi yang diberikan. Untuk mengantisipasi rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematika siswa, maka diperlukan adanya suatu proses pembelajaran dimana siswa harus membangun pengetahuannya sendiri. Model siklus belajar 5E (learning cycle 5E) merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan kognitif siswa dalam belajar matematika. Dalam model pembelajaran learning cycle 5Esiswa dapat memperoleh keuntungan pada setiap fase. Pada fase pertama yaitu engagement, siswa dapat lebih termotivasi untuk belajar, dan siswa mampu mengkonstruk pengetahuannya sendiri terhadap materi yang akan di pelajari. Fase kedua yaitu exploration, siswa dapat membuktikan pengetahuan awal atau ide-ide yang dimilikinya dengan bekerja sama dan bertukar pendapat dalam kelompok.
27
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 27-32 Pada fase ketiga yaitu explanation, siswa dapat memiliki kemampuan untuk menjelaskan pemahaman mereka terhadap konsep dan memproleh kejelasan terhadap konsep melalui kegiatan diskusi. Pada fase keempat yaitu elaboration, siswa telah mampu menerapkan konsep yang dimiliki dalam pemecahan masalah. Dan pada fase kelima yaitu evaluation, siswa dapat mengetahui sejauh mana pemahamannya terhadap konsep matematika pada materi yang dipelajari. Dalam hal ini digunakan kuis yang diberikan setiap akhir pertemuan dimana hal ini dapat meningkatkan keseriusan siswa selama proses belajar mengajar. Pada kegiatan diskusi yang dilakukan, siswa menggunakan lembar kegiatan siswa (LKS) yang dapat menuntun siswa untuk memahami konsep-konsep dalam materi yang dipelajari. Rendahnya pemahaman konsep siswa juga di karenakan tidak adanya penggunaan media atau bahan ajar yang dapat membantu siswa untuk mengetahui kaitan antar konsep. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan guru adalah dengan menggunakan peta konsep, salah satunya peta konsep pohon jaringan. Melalui peta konsep dapat diperlihatkan bagaimana konsep-konsep pada materi pelajaran itu saling berkaitan. Proses pembelajaran yang dilaksanakan guru hendaknya sesuai Permendiknas nomor 41 tahun 2007 untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Model pembelajaran learning cycle 5E ini sesuai dengan standar proses yang dinyatakan dalam permendiknas nomor 41 tersebut, dimana fase engagement termasuk pada kegiatan pendahuluan. Fase exploration, explanation, dan elaboration termasuk pada kegiatan inti. Serta fase evaluation termasuk pada kegiatan penutup. Dengan ini, diharapkan kemampuan pemahaman konsep siswa terhadap materi yang dipelajari khususnya untuk indikator pemahaman konsep berikut: (1) menyatakan ulang sebuah konsep, (2) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, (3) mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep, dan (4) mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalahmenjadi lebih baik sehingga berpengaruh kepada peningkatan hasil belajar. Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan manfaat sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman yang dapat diterapkan dalam menjalankan profesi mengajar nantinya bagi peneliti, dan sebagai bahan masukan bagi guru matematika untuk dapat menggunakan model learning cycle 5E yang disertai peta konsep untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep luas dan volume bangun ruang sisi datar siswa.
Karena keterbatasan waktu dan keterbatasan izin sekolah tempat penelitian, maka penelitian dilakukan pada dua kelas yang diambil sebagai kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengambilan sampel dilakukan secara random sampling karena populasi berdistribusi normal, homogen dan memiliki kesamaan rata-rata. Prosedur dalam penelitian ini adalah: (1) tahap persiapan: merancang perangkat pembelajaran serta instrumen penelitian berupa tes pemahaman konsep, kemudian divalidasi oleh dua orang dosen matematika Universitas Negeri Padang dan satu orang guru mata pelajaran matematika. Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan, perangkat dan instrumen penelitian sudah valid dan dapat digunakan di sekolah. Untuk melihat keterpakaian, tes pemahaman konsep diujicobakan di sekolah lain yang memiliki kemapuan rata-rata yang sama dengan kelas sampel yaitu SMP Negeri 22 Padang, (2) tahap pelaksanaan: menerapkan skenario proses pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menggunakan model learning cycle 5E disertai peta konsep dan pada kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional, dan (3) tahap penyelesaian: melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan melakukan analisis terhadap hasil yang diperoleh dari tes pemahaman konsepyang diberikan di akhir penelitian pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hipotesis dalam penelitian ini di uji dengan menggunakan uji t. Sebelum dilakukan uji t, terlebih dahulu diselidiki normalitas distribusi data dengan menggunakan uji Anderson-Darling dan uji homogenitas variansi dengan menggunakan uji F (Ref.[8])).
METODE
Dari Tabel 1 diatas diketahui bahwa rata-rata nilai pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yaitu 79,20 pada kelas eksperimen dan 72,42 pada kelas kontrol. Jumlah siswa yang tuntas pada kelas eksperimen yaitu 82,86% dan 55,56% pada kelas kontrol dengan nilai KKM yang ditetapkan sekolah adalah 70. Data pemahaman konsep siswa pada tes yang dilakukan, di anĂ¡lisis terhadap masing-masing item soal tes pemahaman konsep. Dari hasil analisis yang dilakukan
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang digunakan untuk menyelidiki pemahaman konsep matematika siswa dengan menggunakan model learning cycle 5E disertai peta konsep lebih baik daripada pemahaman konsep matematika siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional.Rancangan penelitian yang digunakan adalah The Statistic Group Conparison: Randomized Control Group Only Design.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tes pemahaman konsep dilakukan di akhir penelitian pada kelas sampel sehingga diperoleh data tentang pemahaman konsep matematika siswa yang dideskripsikan pada Tabel 1 berikut: TABEL 1. HASIL TES PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA
Statistik Sampel N x maks x min Tuntas(%)
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
35 100 48 79,20 82,86%
36 95 22 72,42 55,56%
28
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 27-32 diperoleh data berdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen. Setelah itu, dilakukan uji hipotesis dilakukan uji hipotesisuntuk melihat perbandingan kemampuan pemahaman konsep di kedua kelas. Hasil analisis uji hipotesis dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:
Kelas Eksperimen
TABEL 2. HASIL UJI HIPOTESIS KELAS SAMPEL pada SELANG KEPERCAYAAN 95%
Kelas Jumlah Siswa Nilai Maks Nilai Min Nilai Rata-rata Simpangan Baku dk thitung P-value
Kelas Kelas Eksperimen Kontrol 35 36 100 95 48 22 79,2 72,42 12,36 16,76 69 1,94 0,028
Berdasarkan Tabel 2 di atas, terlihat bahwa pada selang kepercayaan 95%diperoleh thitung=1,94 dan harga ttabel=1,66. Karena thitung lebih besar dari ttabel maka tolak H0, atau terima H1. Artinya,pemahaman konsep luas dan volume bangun ruang sisi datar siswa dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E disertai peta konsep lebih baik daripada pemahaman konsep luas dan volume bangun ruang sisi datar siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini terjadi karena melalui model pembelajaran learning cycle 5E disertai peta konsep yang diterapkan di kelas eksperimen, siswa dilatih untuk dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri dan saling bertukar ide dengan siswa lainnya melalui diskusi kelompok serta dilakukannya evaluasi pada setiap akhir pembelajaran sehingga siswa dapat memahami konsep dengan baik. Pemahaman konsep matematika siswa untuk setiap materi juga dibantu dengan adanya peta konsep yang dibuat oleh siswa, sehingga siswa dapat membedakan anatara satu konsep dengan konsep lainnya. Berdasarkan hasil jawaban siswa pada tes pemahaman konsep, dapat dilihat pemahaman konsep siswa yang sama anatara kelas eksperimen dan kelas kontrol, namun secara umum pemahaman konsep luas dan volume bangun ruang sisi datar siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari hasil jawaban beberapa orang siswa berdasarkan indikator pemahaman konsep sebagai berikut: a. Menyatakan ulang sebuah konsep Indikator ini terdapat pada soal nomor 1 dan 3. Hasil jawaban salah seorang siswa untuk soal nomor 1 yaitu pada pertanyaan b pada kedua kelas sampel dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:
KelasKontrol
Gambar. 1 Hasil Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 1
Hasil jawaban salah seorang siswa untuk soal nomor 3 pada kedua kelas sampel dapat dilihat pada Gambar 2 berikut: Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Gambar. 2 Hasil Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 3
Berdasarkan kedua hasil jawaban siswa di atas dapat dikatakan bahwa pemahaman konsep matematika siswa untuk indikator menyatakan ulang sebuah konsep kelas eksperimen lebih baik daripada pemahaman konsep matematika siswa kelas kontrol walaupun hasil jawaban kedua kelas benar, namun siswa pada kelas eksperimen lebih baik dalam menyampaikannya.
29
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 27-32 b. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis Indikator ini terdapat pada soal nomor 2 dan 8. Hasil jawaban salah seorang siswa untuk soal nomor 2 yaitu pada pertanyaan a pada kedua kelas sampel dapat dilihat pada Gambar 3 berikut:
c. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep Indikator ini terdapat pada soal nomor 4, 6, dan 7. Hasil jawaban salah seorang siswa untuk soal nomor 4 pada kedua kelas sampel dapat dilihat pada Gambar 5 berikut:
Kelas Eksperimen
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Kelas Kontrol
Gambar. 3 Hasil Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 2
Hasil jawaban salah seorang siswa untuk soal nomor 8 yaitu pada pertanyaan a pada kedua kelas sampel dapat dilihat pada Gambar 4 berikut: Kelas Eksperimen
Gambar. 5 Hasil Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 4 Kelas Kontrol
Berdasarkan Gambar 26 di atas dapat dikatakan bahwa pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada pemahaman konsep siswa kelas kontrol dalam menentukan luas bangun pada soal nomor 4. Hasil jawaban siswa untuk soal nomor 6 pada kedua kelas sampel dapat dilihat pada Gambar 6 berikut: Kelas Eksperimen
Gambar. 4 Hasil Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 8
Berdasarkan kedua hasil jawaban siswa di atas dapat dikatakan bahwa pemahaman konsep matematika siswa dalam menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Secara umum dari hasil jawaban pada kedua kelas sama, namun terdapat beberapa orang siswa pada kelas kontrol yang belum benar dalam menggambarkannya.
30
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 27-32
Gambar. 7 Hasil Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 7
Kelas Kontrol
Berdasarkan ketiga hasil jawaban siswa di atas dapat dikatakan bahwa pemahaman konsep matematika siswa dalam mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. d. Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah Indikator ini terdapat pada soal nomor 5 dan 8. Hasil jawaban salah seorang siswa untuk soal nomor 5 pada kedua kelas sampel dapat dilihat pada Gambar 8 berikut: Kelas Eksperimen
Gambar. 6 Hasil Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 6
Pada Gambar 28 di atas terlihat bahwa kemampuan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih baik penyampaian dan penulisannya dari pada siswa kelas kontrol. Hasil jawaban salah seorang siswa untuk soal nomor 7 pada kedua kelas sampel dapat dilihat pada Gambar 7 berikut: Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Kelas Kontrol Gambar. 8 Hasil Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 5
31
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 27-32 Hasil jawaban salah seorang siswa untuk soal nomor 8 yaitu pada pertanyaan b pada kedua kelas sampel dapat dilihat pada Gambar 9 berikut:
atau algoritma pemecahan masalah dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep siswa kelas eksperimen juga lebih baik daripada kelas kontrol.
Kelas Eksperimen
KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep luas dan volume bangun ruang sisi datar siswa dengan penerapan model pembelajaran learning cycle 5E disertai peta konsep lebih baik daripada pemahaman konsep luas dan volume bangun ruang sisi datar siswa dengan pembelajaran konvensional. Pemahaman konsep tersebut terutama ditunjukkan dalam indikator berikut: (1) menyatakan ulang sebuah konsep, (2) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, (3) mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep, dan (4) mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. Dari hasil penelitian tersebut, maka model pembelajaran learning cycle 5E disertai peta konsep dapat diterapkan oleh guru matematika untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. I.
Kelas Kontrol
[1] [2] [3]
[4] [5] [6] [7]
Gambar. 9 Hasil Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 8
Berdasarkan kedua hasil jawaban siswa di atas dapat dikatakan bahwa pada indikator mengaplikasikan konsep
[8] [9]
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta:Bumi Aksara. .2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (edisi revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta. Fajaroh, Fauziatul dan I Wayan Dasna. 2008. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning cycle). Melalui http://massofa.wordpress.com/2008/01/06/pembelajaran-denganmodel-siklus-belajar-learning-cycle/ (diakses pada 20 juli 2011). Hudoyo, H. 2002. Peta Konsep. Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas. Suherman, Herman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA. Tisno H, Saroso Purwadi. 1995. Daur Belajar Bidang IPA. Jakarta(http://lubisgrafura.wordpress.com)di akses tanggal 21 Juni 2011. Trianto.2011.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep, Landasan, dan Implementtasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Walpole, Ronald.E. 1992. Pengantar Statistika Edisi Ke-3. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta : Bumi Aksara.
32