1
2
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENCERITAKAN ISI DONGENG MELALUI MEDIA GAMBAR DI KELAS II SDN 05 MANANGGU KABUPATEN BOALEMO ARDINO MANGGAS Dra. Hj. Evi Hasyim, M.Pd1 Wiwy T. Pulukadang, S.Pd. M.Pd2 Email:
[email protected]
ABSTRAK Ardino Manggas. 2014. Meningkatkan Kemampuan Siswa Menceritakan Isi Dongeng Melalui Media Gambar di Kelas II SDN 05 Mananggu Kabupaten Bualemo. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Hj Evi Hasyim, M.Pd dan Pembimbing II Wiwy T. Pulukadang, S.Pd, M.Pd. Masalah dalam penelitian ini dirumuskan Apakah dengan menggunakan media gambar kemampuan siswa menceritakan isi dongeng di Kelas II SDN 05 Mananggu Kabupaten Bualemo dapat ditingkatkan ? Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menceritakan isi dongeng melalui media gambar di Kelas II SD Negeri 05 Mananggu Kabupaten Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian tindakan kelas yaitu untuk memperoleh data kemampuan siswa menceritakan isi dongeng di Kelas II SDN 05 Mananggu Kabupaten Bualemo. Berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan dua siklus pada siklus I yang mampu 13 orang siswa (65%) yang kurang mampu 4 orang siswa (20%) dan yang tidak mampu 3 orang siswa (15%) kemudian pada siklus II Menujukan, bahwa jumlah hasil Kemampuan siswa menceritakan isi dongeng dari 20 orang siswa 17 orang siswa (85%) yang mampu sedangkan tidak mampu 3 orang siswa (15%) Dengan demikian Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa media gambar dapat meningkatkan kemampuan siswa menceritakan isi dongeng di Kelas II SDN 05 Mananggu Kabupaten Bualemo Kata Kunci : Kemampuan, Menceritakan, Dongeng, Media Gambar1 Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar "baca-tulis-hitung", pengetahuan dan ketrampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangan. Terkait dengan tujuan memberikan bekal kemampuan dasar "baca-tulis", maka peranan pengajaran bahasa Indonesia di SD yang bertumpu pada kemampuan dasar "baca- tulis", Dra. Hj. Evi Hasyim, M.Pd1 adalah Dosen Pembimbing Sikripsi I Wiwy T. Pulukadang, S.Pd. M.Pd2 adalah Dosen Pembimbing Sikripsi II 1
3
pembelajaran tidak hanya pada tahap belajar di kelas-kelas awal tetapi juga pada kemahiran atau penguasaan di kelas-kelas tinggi. Bahasa Indonesia sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan membekali siswa untuk mengembangkan bahasa di samping aspek penalaran dan hafalan sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima siswa sebatas produk bahasa dan sastra. Padahal dalam proses belajar mengajar keterlibatan siswa secara totalitas, artinya melibatkan pikiran, penglihatan, pendengaran dan psikomotor (keterampilan). Jadi dalam proses belajar mengajar, seorang guru harus mengajak siswa untuk mendengarkan, menyajikan metode yang dapat dilihat, memberi kesempatan untuk menulis dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan, sehingga terjadi dialog kreatif yang menunjukkan proses belajar mengajar yang interaktif. Dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi (Poerwadarminta, 1985: 357). Menurut pengamatan peneliti dongeng sangat baik digunakan dalam pembelajaran, karena siswa akan lebih tertarik dengan adanya dongeng dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pandapat Abdul Aziz Abdul Majid (2002:30) yang mengatakan bahwa dongeng dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada anak. Dongeng yang sering digunakan dalam pembelajaran untuk anak kelas II adalah dongeng tentang binatang (fabel). Berdasarkan hasil belajar bahasa Indonesia di Kelas II SDN 05 Mananggu, Kabupaten Boalemo belum menggembirakan. Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi awal banyak siswa yang sulit mengemukakan kosa katanya dalam hal menceritakan isi dongeng. Hal itu adalah akibat dari belum efektifnya pembelajaran bahasa Indonesia yang dimana guru pada saat mengajarkan materi dongeng kepada siswa guru hanya membacakan cerita-cerita dongeng secara mengimlah dari buku cerita oleh karena itu untuk melatih kemampuan berbicara siswa yang dilaksanakan di kelas II maka guru mencoba menggunakan media pembelajaran yang menarik bagi siswa yaitu media gambar atau media gambar. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti memandang perlu melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “ Meningkatkan Kemampuan Siswa Menceritakan Isi Dongeng Melalui Media Gambar Di Kelas II SDN 05 Mananggu Kabupaten Boalemo. Rumusan Masalah ini adalah Apakah dengan menggunakan media gambar kemampuan siswa menceritakan isi dongeng di kelas II SDN 05 Mananggu Kabupaten Boalemo dapat ditingkatkan ? Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan menceritakan isi dongeng melalui media gambar di kelas II SDN 05 Mananggu Kabupaten Boalemo. Manfaat penelitian ini adalah diharapkan dapat memberika manfaat kepada sekolah, guru, siswa dan peneliti. Hakikat Kemampuan Bercerita Kemampuan yang dimiliki oleh manusia merupakan bekal yang sangat pokok. Kemampuan ini telah berkembang selama berabad-abad yang lalu untuk memperkaya diri dan untuk mencapai perkembangan kebudayaan yang lebih tinggi. Misalnya para ilmuwan berusaha terus menemukan sumber-
4
sumber energi yang baru, dengan menggunakan hasil penemuan ilmiah yang digali oleh generasi terdahulu terjadi karena manusia dibekali berbagai kemampuan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:235) kemampuan berarti kesanggupan; kecakapan; kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Poerwadarminta (2007:742) mempunyai pendapat lain tentang kemampuan yaitu mampu artinya kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu,sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Pendapat lain dikemukakan juga oleh Nurhasnah (2007: 552) bahwa mampu artinya (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan. Sehubungan dengan hal tersebut Didik Tuminto (2007:423) menyatakan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau kekuatan. Sedangkan Woodworth dan Marquis (1957: 58) memberikan defisi bahwa kemampuan (ability) mempunyai 3 arti yaitu (achievement) yang merupakan actual ability, yang dapat diukur langsung dengan alat atau tes tertentu; (capacity) yang merupakan potential ability, yang dapat diukur secara tidak langsung dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, di mana kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara dasar dengan training yang intensif dan pengalaman; (aptitude) yaitu kualitas yang yang hanya dapat diungkap/diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu. Kegiatan bercerita dilakukan setiap orang mulai dari bangun tidur sampai dengan tidur kembali. Dari empat keterampilan berbahasa, berbicara memiliki frekuensi yang lebih sering kita lakukan dalam pengertian yang paling sederhana yaitu bahwa berbicara memiliki arti sama dengan bercakap-cakap atau melakukan pembicaraan, seperti bercerita, melawak menyampaikan informasi kepada anggota keluarga dan sebagainya. Tetapi dalam pengertian berbicara yang komplek, bertujuan dan terstruktur dalam kegiatan ilmiah,maka berbicara masih sangat jarang dilakukan. Sehingga mendefinisikan berbicara muncul banyak pendapat. Menurut Tarigan (dalam Riyandari, 2006: 5) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.Pendapat yang sama disampaikan oleh Tarigan, dkk (dalam Riyandari, 2006: 5). Mereka berpendapat bahwa bericara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan kepada orang lain. Pengertian Bercerita Bercerita adalah bercakap, berbahasa, mengutarakan isi pikiran,melisankan sesuatu yang dimaksudkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:165). Sedangkan Djago Tarigan (1998: 15), mengungkapkan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Berbicara merupakan suatu sistem tanda- tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide yang dikombinasikan. Hal yang berbeda dikemukakan oleh Maidar, Arsjad dan Mukti US (1991: 17) bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan
5
bunyi-bunyian artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan pesan, pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara adalah unkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa Sehubungan dengan hal itu Widdowson (1978: 59) menyatakan bahwa berbicara sesungguhnya merupakan kemampuan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Berbicara dapat pula diartikan sebagai kemampuan mengungkapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagasan, atau perasaan secara lisan (Brown G&G Yule, 1983: 2). Pendapat lain diungkapkan pula oleh Nuraeni (2002: 87) bahwa berbicara merupakan suatu proses penyampaian informasi, idea tau gagasan dari pendengar sabagai komunikan. Pengertian Dongeng Berbagai cara dapat dilakukan untuk menyampaikan pesan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pesan disampaikan secara langsung melalui percakapan antara penyampai pesan dengan pihak yang menjadi sasaran pesan tersebut. Pesan dapat juga disampaikan secara tidak langsung melalui metode khusus, seperti lagu, komik maupun dongeng. Menurut Poerwadarminto (1985: 357) mendefinisikan dongeng adalah: "Cerita terutama tentang kejadian zaman dahulu yang aneh-aneh atau cerita yang tak terjadi", sedangkan menurut sarikata bahasa Indonesia (1998: 155) dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi (terutama tentang kejadian zaman dahulu yang aneh-aneh). Jadi dongeng merupakan cerita yang dibuat tentang hal-hal aneh yang merupakan kejadian yang tidak sesunggguhnya terjadi. 3 Macam-Macam Dongeng Cerita dalam sebuah dongeng dapat mempengaruhi minat anak untuk membacanya, karena setiap anak mempunyai selera yang berbeda- beda dalam diri mereka. Dilihat dari isinya, dongeng dibedakan menjadi 5 macam yaitu : 1) Dongeng yang lucu 2) Fabel Langkah dalam Mendongeng Abdul Aziz Abdul Majid (2002:30-34) menjelaskan langkah-langkah mendongeng dalam proses pembelajaran yaitu: 1) Pemilihan Cerita 2) Persiapan Sebelum Masuk Kelas 3) Perhatikan Posisi Duduk Siswa Pengertian Media Gambar Media berbasis gambar (image atau perumpamaan) memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media gambar dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Gambar dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi efektif, gambar sebaiknnya ditempatkan padakonteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan gambar (image) itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi.
6
Bentuk gambar bias berupa : (a) gambar representasi seperti gambar, lukisan atau foto yang menunjukkan bagaimana tampaknya sesuatu benda; (b) diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi, dan struktur isi material; (c) peta yang menunjukkan hubungan-hubungan ruang antara unsurunsur dalam isi materi; (d) grafik seperti table, grafik, dan chart (bagan) yang menyajikan gambaran/kecenderungan data atau antarhubungan seperangkat gambar atau angka-angka. Langkah- Langkah Penggunaan Media Gambar Adapun langkah-langkah menggunakan media gambar yang dilakukan dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa yakni melalui media cerita bergambar dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Guru menjelaskan tujuan pembelajarann yang ingin dicapai 2. Guru menampilkan media pembelajaran 3. Guru mengkomunikasikan cara menceritakan dongeng melalui media gambar dengan baik. 4. Guru harus memperbanyak contoh media gambar yang menarik dalam menceritakan dongeng pada siswa 5. Guru memberikan penilaian kepada siswa yang mampu menceritakan isi dongeng dengan bahasa yang baik sesuai gambar. Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar Kelebihan Media Gambar 1. Repeatable, dapat dibaca berkali-kali dengan menyimpannya atau mengelipingnya. 2. Analisa lebih tajam, dapat membuat orang benar-benar mengerti isi berita dengan analisa yang lebih mendalam dan dapat membuat orang berfikir lebih spesifik tentang isi tulisan. 3. Dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik. 4. Media gambar memungkinkan adanya interaksi antara peserta didik dengan lingkungan sekitarnya. 5. Dapat menanamkan konsep yang benar. 6. Dapat membangkitkan keinginan dan minat baru 7. Dapat meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa. Kekurangan Media Gambar 1. Lambat dan kurang praktis. 2. Tidak adanya audio, media gambar hanya berbentuk tulisan tentu tidak dapat didengar. Sehingga kurang mendetail materi yang disampaikan. 3. Gambar yang terbatas, media ini hanya dapat memberikan gambar berupa gambar yang mewakili isi berita. 4. Biaya produksi cukup mahal karena media cetak harus menyetak dan mengirimkannya sebelum dapat dinikmati oleh masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 05 Mananggu yang terletak di Kecamatan Mananggu, Kabupaten Boalemo. Jumlah siswa sebanyak 20 siswa terdiri dari 11 laki-laki dan 9 perempuan. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan maret sampai mei 2014. Alasan pemilihan tempat adalah karena sekolah ini sebagai tempat mengajar peneliti dengan pertimbangan bahwa tempat
7
mengajar. Kelas II SD menjadi subjek dalam penelitian ini didasarkan oleh data beradasarkan observasi dan komunikasi dengan guru kelas bahwa kelas ini sangat perlu diperhatikan dalam hal pengajaran bahasa Indonesia. Karna masih perlu dibimbing bagaimana mengembangkan keterampilan berbicara sehingga siswa mampu menceritakan kembali isi dari media pembelajaran yang digunakan guru yakni media gambar. Oleh karena itu subjek penelitian tidaan kelas ini dilaksanakan di kelas II SDN 05 Mananggu Kabupaten Boalemo. Observasi Awal Pada pelaksanaan observasi awal ini peneliti mengadakan pengamatan secara umum dengan melihat dan mengamati proses pembelajaran bahasa indoensia di kelas II. dalam pelaksanaan observasi awal ini siswa dilihat bagaimana kemampuannya dalam keterampilan berbicaranya dalam menceritakann isi dongeng. Siklus I Tahap pelaksanaan tindakan yang dilakukan peneliti adalah melaksanakan isi rencana pembelajaran pada kegiatan pembelajaran di kelas II dengan menceritakan isi dongeng melalui media gambar . Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam hal ini yakni: a. Menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. b. Menjelaskan indicator pembelajaran dan menjelaskan secara singkat proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. c. Memperkenalkan materi yang akan dilaksanakan. d. Menjelaskan secara singkat tentang media atau alat peraga yang digunakan dalam proses pembelajaran nanti. e. Guru menjelaskan materi pelajaran yang akan diajarkan dengan menggunakan media gambar. f. Menampilkan media yang berhubugan dengan benda sebagaimana diuraikan tersebut berlangsung terus pada setiap siklus pembelajaran sampai akhirnya kemampuan mendeskripsikan siswa melalui permainan kartu akan meningkat. g. Mengevaluasi hasil tindakan pengamatan aktivitas guru, aktivitas siswa dan observasi kemampuan berbicara siswa. h. Mengadakan refleksi atas pelaksanaan siklus I sebagai acun pelksanaan tindaka pada siklus II. Siklus II a. Menetapkan tindaka lanjut perbaikan selanjutnya b. Bersama supervaisor menganalisis faktor yang menjadi kendala pada siklus sebelumnya c. Melaksanakan proses pembelajaran. d. Memberikan petunjuk penggunaan media gambar. e. Melaksanakan evalusai f. Melakukan refleksi atas pelaksanaan tindakan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Observasi Awal
8
Dari hasil observasi awal yang ditemui Kelas II SDN 05 Mananggu Kabupten Boalemo. pada aspek Kemampuan menceritakan isi dongeng dari 20 orang siswa pada aspek pelafalan dalam bercerita yang mampu hanya 2 orang siswa atau 10% dan yang kurang mampu 7 orang siswa atau 35 % dan tidak mampu ada 11 orang siswa atau 55 % Kemudian pada aspek intonasi dalam bercerita dari 20 orang siswa tidak terdapat dan yang kurang mampu terdapat 8 orang siswa atau 40 % dan yang tidak mampu terdapat 12 oarang siswa atau 60%. Aspek ketepatan menceritakan isi dongeng hanya 2 orang yang mampu atau 10% dan yang kurang mampu ada 11 orang siswa atau 55% dan yang tidak mampu 7 orang siswa atau 35%. Untuk aspek gerak mimik wajah dalam bercerita yang mampu terdapat 1 orang siswa atau 5% dan yang kurang mampu hanya 6 orang siswa atau 30% dan yang tidak mampu terdapat 13 orang siswa atau 65 %. Untuk kemampuan menceritakan isi dongeng melalui media gambar dari hasil observasi awal hanya mencapai 10 % dari 20 orang siswa. Hasil Penilaian Kemampuan Siswa Menceritakan Isi Dongeng Siklus I Dari hasil yang ditemui pada siklus I Kelas II SDN 05 Mananggu Kabupten Boalemo. pada aspek Kemampuan menceritakan isi dongeng dari 20 orang siswa pada aspek pelafalan dalam bercerita yang mampu hanya 8 orang siswa atau 40% dan yang kurang mampu 9 orang siswa atau 45% dan tidak mampu ada 3 orang siswa atau 15 %. Kemudian pada aspek intonasi dalam bercerita dari 20 orang siswa yang mampu ada 9 orang siswa atau 45% tidak dan yang kurang mampu terdapat 9 orang siswa atau 45 % dan yang tidak mampu terdapat 2 oarang siswa atau 10%. Aspek ketepatan menceritakan isi dongeng hanya 9 orang yang mampu atau 45% dan yang kurang mampu ada 9 orang siswa atau 45% dan yang tidak mampu 2 orang siswa atau 10%. Untuk aspek gerak mimik wajah dalam bercerita yang mampu terdapat 9 orang siswa atau 45% dan yang kurang mampu hanya 11 orang siswa atau 55% dan yang tidak mampu tidak diperoleh. Untuk kemampuan menceritakan isi dongeng mealui media gambar dari hasil siklus I hanya mencapai 65 % dari 20 orang siswa. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis pengelohan data dan uraian pada pembahasan pada hasil penelitian, maka dapat dismpulkan kemampuan siswa menceritakan isi gambar melalui media gambar siklus I, bahwa jumlah hasil Kemampuan menceritakan isi dongeng yaitu sebesar 65 % atau 13 orang siswa yang kurang mampu sebesar 20% atau 4 orang siswa dan yang tidak mampu sebesar 15 % atau 3 orang siswa Setelah diadakan refleksi dan perbaikan pembelajaran kembali pada siklus II, jumlah hasil kemampuan menceritakan isi dongeng siswa meningkat menjadi 85 %. atau 17 orang siswa dan yang tidak mampu sebesar 15 % atau 3 orang siswa. Dengan pengertian bahwa siklus I ke siklus II mencapai peningkatan sebesar 20%. Selain itu dapat pula disimpulkan bahwa pembelajaran di kelas sangat baik diterapkan menggunakan media gambar. Berdasarkan beberapa simpulan tersebut dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:
9
1.
2.
3.
4.
Diharapkan kepada guru agar dapat menerapkan media pembelajaran yang menarik bagi siswa yang disesuaikan dengan materi pelajaran yang ada. Diharapkan kepada siswa penelitian ini dapat memberikan motivasi dan kemajuan dalam belajar khususnya siswa dapat dilatih keterampilan berbicara. Kepada pihak-pihak yang terkait terutama kepada sekolah, kiranya dapat memberikan dukungan moral dan material terhadap penelitian tindakan kelas di sekolah guna peningkatan kualitas proses pembelajaran. Diharapkan kepada peneliti lain dapat melaksanakan penelitiaan tindakan kelas yang serupa untuk pokok-pokok bahasan yang lain dalam pembelajaran bahasa Indonesia guna perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas II
10
DAFTAR PUSTAKA Abdul Aziz Abdul Majid. 2002. Mendidik dengan Cerita. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ahmad Rofi' Uddin dan Darmiyati Zuchi. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi. Malang: UNM Akhadiah. Dkk. 1998. Petunjuk Pengajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen P dan K. Bahri Djamarah dan Asmawan Zain. 1996. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali Pers. Brown G&G Yule. 1999. Developing Language Skills in the Elementary Schools. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Danandjaja. 1986. Cerita rakyat. Yogyakarta: IKIP. Darmiyati Zuchi dan Budiasih. 2001. Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas Rendah. Yogyakarta: PAS. Departemen P dan K. 1993. Pembelajaran Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat Kurikulum Pendidikan Dasar. Depdikbud. 1994. Metode Pembelajaran. Jakarta: Pusat Kurikulum Pendidikan Dasar. Didik Tuminto. 2007. Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Rajawali Pres. Djago Tarigan. 1998. Berbicara. Bandung: Angkasa. Djamarah. 1997. Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi. Malang: UNM. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto, Sutijan. 1998. Belajar dan Pembelajaran. Surakarta: UNS Pres. Herry Guntur Tarigan. 1999. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: CV Angkasa. Isnaini Yulianita Hafi. 2000. Reproduktif Siswa dalam Keterampilan Berbahasa. Yogyakarta: IKIP. James Danandjaja. 1986. Dongeng. Bandung: Angkasa. Knower, Franklin H. 1958. Speech dalam Encyclopedia of Educational Research. New York: Macmillan Company 1960. Lustantini Septiningsih. 1998. Komponen-komponen Dongeng. Yogyakarta: IKIP. Maidar G, Arsyad dan Mukti US. 1991. Pembelajaran Berbicara. Jakarta: Rineka Cipta. Mangkunegara. 2000. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Moedjiono, Moh. Dimyati. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Muhammad Ali. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa. Mulgrave, Dorothy. 1954. Speech. New York: Barnes & Noble, Inc. . 2005. Peran Guru di Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nana Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nuraeni. 2002. Pembelajaran Bahasa Indonesia SD dan Apresiasi Bahasa
11
dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: BPG. Nurhasnah. 2007. Kemampuan Berbahasa Indonesia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nyimas Aisyah. 2007. Pembelajaran Sekolah Dasar. Jakarta: Balai Pustaka. Oemar Hamalik. 1995. Proses Belajar Mengajar. Semarang: IKIP Semarang Press. Poerwadarminta. 1995. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Poerwadarminta. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Saliwangi. 1994. Pendidikan Bahasa dan Sastra. Jakarta: Rineka Cipta. Sarwiji Suwandi. 2006. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen P dan K. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara. Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Sumadi Suryabrata. 1981. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Perkasa. Sunaryo. 1995. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: FKSS - IKIP. Suprapto. 2003. Pengembangan Pembelajaran SD. Bandung: Angkasa.