MEMBUDAYAKAN COACHING DI TEMPAT KERJA OLEH: SEGER, Widyaiswara Madya pada Pusdiklat PSDM
“Coaching” sebuah kata yang akhir-akhir ini telah menjadi sebuah istilah yang sering kita dengar dalam lingkungan organisasi, apalagi bila dikaitkan dengan kebutuhan organisasi dalam rangka meningkatkan kapasitas atau performance pegawainya – yang pada gilirannya performance organisasi akan mengalami peningkatan juga. Disadari atau tidak, coaching saat ini menjadi trend tersendiri bagi organisasi dalam upaya meningkatkan performanya. Coaching merupakan metode yang dianggap mudah untuk menjadikan pegawai lebih berdaya guna, karena dengan coaching para atasan dapat lebih mudah
mengetahui
permasalahan
yang
dialami
bawahannya
untuk
dicarikan
jalan
pemecahannya. Melalui coaching juga akan terjalin komunikasi antara atasan dengan bawahannya, sekaligus merupakan cara memberikan motivasi kepada bawahan tersebut. Makna coaching Apakah coaching itu? Sebuah pertanyaan yang lazim kita dengar, lebih-lebih bila disandingkan dengan “counseling”. Carol Wilson (2011) dalam bukunya “Performance Coaching, Metode Baru Mendongkrak Kinerja Karyawan”, mendefinisikan coaching sebagai “Suatu profesi yang membantu individu atau organisasi untuk meraih kinerja optimal, mengatasi hambatan dan rintangan terhadap pertumbuhan, dan untuk meraih tujuan-tujuan spesifik dan tantangan-tantangan sebagai sarana pemenuhan, pengembangan pribadi dan professional, keseimbangan hidup dan karya, serta pencegahan” Dari rumusan yang cukup panjang tersebut, jika diambil kesimpulan secara sederhana adalah bahwa coaching merupakan profesi yang dimaksudkan untuk membantu perseorangan atau suatu organisasi dalam
meningkatkan kinerjanya dengan mengatasi hambatan dan
tantangan yang ada. Marianne Minor (2007) dalam bukunya: “Meningkatkan Kinerja Tim Melalui Coaching and Counseling” menyatakan bahwa: “Coaching adalah proses mengarahkan yang dilakukan seorang manajer untuk melatih dan memberikan orientasi kepada seorang karyawan tentang realitas di tempat kerja dan membantunya mengatasi hambatan dalam mencapai prestasi yang optimum”. Secara teoritis, coaching adalah proses pengarahan yang dilakukan atasan/senior untuk melatih dan memberikan orientasi kepada bawahannya tentang realitas di tempat kerja dan 1
membantu mengatasi hambatan dalam mencapai prestasi kerja yang optimal. Kegiatan ini sangat tepat diberikan kepada orang baru, orang yang menghadapi pekerjaan baru, orang yang sedang menghadapi masalah prestasi kerja atau orang yang menginginkan pembinaan kerja. Tujuannya adalah untuk memperkuat dan menambah kinerja yang telah berhasil atau memperbaiki kinerja yang bermasalah (Endang, 2007, Membudayakan Coaching di Tempat Kerja, dalam http://endang965.wordpress.com/2007/page/7/). Dari rumusan-rumusan tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa coaching pada intinya adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh para pimpinan untuk melatih para bawahannya guna meraih kinerja yang optimum dan mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta bagaimana memanfaatkan peluang yang ada. Coaching merupakan sarana untuk mengoptimalkan sasaran yang telah ditetapkan dengan memanfaatkan peluang dan menghilangkan hambatan yang dapat mengganggu pencapaian kinerja. Melalui coaching, seorang coach (yang memberikan coaching) dapat meningkatkan kepercayaan diri coachee (orang yang diberikan coaching), baik dalam kehidupan organisasinya maupun dalam kehidupan pribadinya sehingga dapat memberikan kontribusi yang besar bagi pencapaian kinerja organisasinya. Coaching menjadi alat yang penting dalam proses pengembangan kepribadian dan keprofesionalan seseorang, sehingga seorang pemimpin (atasan) diharapkan mampu menjadi coach yang baik kepada bawahannya. Coaching tidak hanya diberikan oleh pimpinan saja, tetapi bisa oleh orang lain. Coaching di Tempat Kerja Dewasa ini semakin disadari bahwa coaching, baik di kalangan perusahaan maupun organisasi publik merupakan sarana yang efektif untuk meningkatkan performa organisasi. Coaching merupakan suatu proses yang dipakai untuk mengidentifikasi semua permasalahan yang dihadapi oleh pegawai untuk kemudian dapat dicari alternatif pemecahannya. Coaching juga dimanfaatkan untuk mengenali potensi pegawai bersangkutan untuk digali dan diberdayakan sehingga performa akan meningkat. Sebagai pimpinan di suatu kantor kemampuan untuk dapat mengoptimalkan kineja bawahannya merupakan kebutuhan yang sangat penting dengan berfokus pada usaha mengatasi segala problem yang timbul di tempat kerja melalui mekanisme coaching. Kunci sukses peran pemimpin di sini ialah membuat bawahan mampu mengelola permasalahan dengan menggunakan sumber-sumber daya mereka sendiri. Data hasil coaching dapat juga digunakan sebagai sumber data dalam rangka succession planning. Dari data-data tersebut
2
seorang pemimpin dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan para bawahannya, yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan mutasi atau promosi. Persoalannya tidak sesederhana itu! Permasalahan utamanya adalah: “Siapakah yang akan menjadi coach di tempat kerja itu?” Apabila coach-nya adalah sesama staf, kadangkadang timbul resistensi dari beberapa staf apabila di coach oleh staf tertentu. Adakalanya mereka hanya mau jika di coach oleh staf yang lebih senior, atau bahkan hanya bersedia di coach oleh mereka yang tidak pernah bertemu di tempat kerja sehari-hari (orang lain). Jadi, pada prinsipnya coaching performance dapat dilakukan oleh siapa saja, bisa atasan, rekan kerja, atau dari kalangan profesional. Bahkan sangat memungkinkan, seorang coach yang sudah berpengalaman, melakukan coaching pada atasannya. Namun pada umumnya, dalam sebuah organisasi coaching performance dilakukan oleh atasan langsung kepada bawahannya. Namun demikian, seperti yang dikatakan oleh Carol Wilson (2011) bahwa: “Tidak direkomendasikan atasan meng-coach secara formal anak buahnya sendiri, karena akan memunculkan konflik kepentingan. Namun demikian, kami merekomendasikan agar atasan memanfaatkan keterampilan coaching-nya untuk meng-coach secara informal anak buahnya, karena hal ini akan membantunya menjadi pemimpin yang efektif”. Coaching jika dilakukan secara tepat memang dapat meningkatkan kompetensi individu yang nantinya akan mengarah pada perbaikan kinerja yang bermasalah atau bahkan dapat meningkatkan kinerja individu tersebut yang sudah baik. Di sini coaching berfungsi meningkatkan kinerja individu dan organisasi. Apabila coaching dilakukan di tempat kerja oleh atasan kepada bawahannya, maka proses coaching dapat merupakan suatu dialog atau komunikasi dua arah antara atasan yang memberikan coaching tersebut dengan bawahannya. Dalam beberapa kasus, mungkin saja terjadi bawahan tersebut sebenarnya sudah mengetahui jawaban akan permasalahan yang dihadapi, tetapi dia tidak dapat mengemukakan karena suatu sebab. Di sinilah dituntut peran atasan untuk dapat memberikan dorongan dan motivasi untuk mengidentifikasi solusi dari persoalan yang dihadapi, sekaligus memberikan arahan sehingga didapatkan solusi yang disepakati. Membudayakan Coaching di Tempat Kerja Situasi di tempat kerja biasanya tidak selamanya tetap, dan cenderung berubah sesuai dengan kondisi pada saat itu. Perubahan tersebut bisa disebabkan karena adanya pegawai baru karena mutasi atau penambahan pegawai baru, adanya pekerjaan baru karena perubahan 3
struktur organisasi atau perubahan tugas dan fungsi, adanya perubahan sasaran organisasi, sering terjadi konflik di antara para pegawai, dan lain sebagainya. Dengan terjadinya kondisi-kondisi tersebut, seorang pimpinan suatu unit organisasi dituntut dapat memberikan coaching (pembinaan) kepada bawahannya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, baik dilakukan sendiri, melalui pegawai yang lebih senior, maupun dengan menyewa tenaga trainer frofesional. Namun demikian, yang paling efektif adalah apabila pimpinan bersangkutan dapat melakukan sendiri secara informal, karena hal itu akan dapat meningkatkan kepercayaan bawahannya. Untuk dapat memberikan coaching secara efektif kepada bawahannya, berikut beberapa manfaat coaching yang perlu diketahui oleh pimpinan: 1.
Membuat pekerjaan pimpinan menjadi lebih mudah karena pegawai bisa memiliki keterampilan sesuai dengan tuntutan pekerjaan;
2.
Memungkinkan pimpinan untuk mendelegasikan tanggung jawab dan mendayagunakan pegawai;
3.
Meningkatkan reputasi sebagai pimpinan yang berhasil mengembangkan bawahan dan mampu mendorong pegawai mencapai hasil yang sesuai dengan harapan;
4.
Meningkatkan komitmen pegawai untuk berhasil karena mereka memahami prestasi yang diharapkan dan cara mencapainya;
5.
Membangun kolaborasi di antara sesama pegawai dalam satu tin karena mereka juga harus saling membina;
6.
Meningkatkan motivasi dan inisiatif pegawai karena adanya pengakuan dan umpan balik yang positif;
7.
Membantu meningkatkan kualitas kerja pegawai;
8.
Menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan pada saat proses penilaian prestasi;
9.
Membantu meningkatkan kreativitas dan inovasi;
10. Meningkatkan kekompakan tim terutama dalam kesamaan persepsi mengenai sasaran dan peran setiap anggota. Satu hal yang penting untuk diketahui adalah bahwa seorang pimpinan yang melakukan coaching harus menghidari untuk berperan sebagai seorang ahli yang mengetahui segala sesuatu mengenai bagaimana melakukan pekerjaan secara teknis, tetapi ia harus dapat mengidentifikasi
permasalahan
yang
dihadapi bawahannya
untuk
kemudian mencari
pemecahannya.
4
Proses coaching tidak akan berhasil tanpa adanya komitmen antara pimpinan dengan bawahannya untuk bersama-sama berupaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa adanya komunikasi yang terbangun dengan baik, proses coaching tidak akan terlaksana secara efektif, sehingga sasaran yang telah ditetapkan akan sulit diwujudkan. Membudayakan coaching di tempat kerja merupakan upaya yang harus dilakukan oleh setiap pimpinan suatu organisasi apabila menginginkan kinerja organisasi dapat meningkat. Untuk itu dibutuhkan juga komitmen pimpinan sebagai “pionir coaching” jika menghendaki prestasinya akan meningkat dan performa organisasi tampil mengesankan. Jika bukan Anda siapa lagi, dan jika tidak sekarang kapan lagi??
Sumber Pustaka Minor, Marianne. Meningkatkan Kinerja Tim Melalui Coaching and Counseling. Jakarta: Penerbit PPM, Cetakan I, 2007 Wilson, Carol. Performance Coaching, Metode Baru Mendongkrak Kinerja Karyawan. Jakarta: PPM Manajemen, Cetakan I, 2011 http://endang965.wordpress.com/2007/page/7/. Membudayakan Coaching di Tempat Kerja.
5