TINJAUAN ATAS HAK CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1976 DAN SURAT EDARAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTRIAN KEUANGAN NOMOR SE-3559/MK.1/2009 TANGGAL 10 DESEMBER 2009 Ditulis oleh: Sarwadi Kepala Bidang Penyelenggaraan pada Pusdiklat PSDM - BPPK Dalam pasal 8 undang-undang nomor 43 tahun 1999 tentang pembahasan atas undang-undang Nomor 8 tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian disebutkan bahwa pegawai negeri sipil (PNS) berhak atas cuti. Kemudian cuti PNS tersebut diatur dalam peraturan pemerintah nomor 24 tahun 1976 tanggal 23 Desember 1976. Dalam penjelasan tentang peraturan cuti disebutkan bahwa yang dimaksud dengan cuti adalah keadaan tidak masuk bekerja yang diizinkan dalam jangka waktu tertentu. Cuti dimaksudkan dalam usaha menjamin kebugaran jasmani dan rohani setelah PNS bekerja selama jangka waktu tertentu. Dalam tulisan ini penulis membatasi pada cuti bersalin atau cuti untuk persalinan, cuti besar, dan cuti tahunan. 1. Cuti Bersalin/ Cuti untuk Persalinan Salah satu jenis cuti PNS yang dikhususkan untuk wanita adalah cuti bersalin yang diatur dari pasal 19 sampai dengan pasal 21 dari peraturan pemerintah nomor 24 tahun 1976 dan dibawah ini akan kami tuliskan bunyi pasal 19 ayat (1), (2), dan (3) dari peraturan pemerintah tersebut sebagai berikut : a. Cuti Bersalin Pasal 19 berbunyi : (1) Untuk persalinan anaknya yang pertama, kedua dan ketiga, Pegawai Negeri Sipil Wanita berhak atas cuti bersalin. (2) Untuk persalinan anaknya yang keempat dan seterusnya, kepada Pegawai Negeri Sipil Wanita diberikan cuti di luar tanggungan negara. (3) Lamanya cuti-cuti bersalin tersebut dalam ayat (1) dan ayat (2) adalah satu bulan sebulan dan 2 bulan sesudah persalinan. Dalam surat edaran kepada BAKN Tahun 1977 disebutkan bahwa persalinan pertama, kedua, dan ketiga dihitung sejak yang bersangkutan
1
menjadi PNS dan untuk persalinan anaknya yang keempat dan seterusnya dapat menggunakan hak cuti besar apabila PNS tersebut masih mempunyai hak cuti besar menjelang persalinan. b. Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Nomor SE3559/MK.1/2009 tanggal 10 Desember 2009 huruf D Cuti Bersalin sebagai berikut : 1. Hak Cuti Bersalin a. Merupakan hak PNS/ CPNS wanita untuk persalinan anaknya yang pertama, kedua, dan ketiga. b. Cuti bersalin yang digunakan oleh CPNS wanita untuk persalinan anaknya yang pertama akan mengurangi hak cuti bersalin setelah yang bersangkutan menjadi PNS. 2. Penggunaan Cuti Bersalin dan Cuti Lain untuk Persalinan a) PNS wanita dapat diberikan cuti besar untuk persalinan naknya yang keempat, apabila yang bersangkutan mempunyai hak cuti besar menjelang persalinan. b) PNS wanita dapat diberikan cuti diluar tanggungan negara untuk persalinan anaknya yang kelima dan seterusnya. c. Dari point a dan b dapat diambil kesimpulan. 1) Ada Yurisprudensi hokum cuti bersalin bagi CPNS wanita (SE _3559/MK/1/2009) Dalam pasal 19 ayat (1) di atas dan surat edaran Kepala BAKN Tahun 1977 jelas disebutkan bahwa PNS wanita (bukan CPNS wanita) yang berhak atas cuti bersalin. 2) Pada point 2b surat edaran Sekjen Kementerian Keuangan, perlu ada tambahan kata “dan seterusnya” di belakang keempat dan pada point 2d kata “kelima” diganti keempat. Pada poin 2b dimaksudkan untuk mengantisipasi kemungkinan untuk kelahiran anak keempat dan seterusnya yang bersangkutan mempunyai cuti besar pada saat akan persalinan dan untuk poin 2d untuk
2
mengantisipasi kelahiran anak dkeempat dan seterusnya apabila yang bersangkutan tidak mempunyai cuti besar saat persalinan. 3) Waktu menjalankan cuti bersalin untuk persalinan pertama, kedua dan ketiga sama dengan menggunakan cuti di luar tanggungan negara untuk persalinan anak keempat dan seterusnya yaitu satu bulan sebelum dan dua bulan setelah melahirkan. Tetapi berbeda dengan waktu persalinan anak keempat dan seterusnya dengan menggunakan hak cuti besar selama tiga bulan yang tanpa dibatasi waktu satu bulan sebelum dan dua bulan sesudah melahirkan. Usulan Kepada Pejabat yang Berwenang Berdasarkan
uraian
di
atas
diusulkan
agar
sesuai
dengan
perkembangan jaman, maka cuti bersalin untuk PNS/ CPNS dibatasi untuk persalinan anak yang pertama dan kedua dan lamanya cuti bersalin tiga bulan dengan tidak dibatasi waktu sebulan sebelum dan dua bulan sesudah melahirkan. Untuk persalinan anak ketiga seterusnya dapat menggunakan cuti di luar tanggungan negara atau cuti besar sesuai ketentuan yang berlaku. Alasan 1. ikut menyukseskan program pemerintah yaitu program keluarga berencana dengan dua anak saja. 2. Pemerintah secara implisit telah memberi hak cuti bersalin kepada PNS wanita selama tiga bulan. 3. Yurisprudensi CPNS wanita berhak cuti bersalin. 4. Pembatasan waktu mengurangi hak cuti bersalin karena manusia tidak bisa menentukan kapan bayinya akan lahir. Kemungkinan terjadi sudah cuti satu bulan anak belum lahir padahal hitunganya ditambah dua bulan setelah melahirkan dan hal itu berati cuti bersalinya lebih dari tiga bulan atau baru cuti kurang dari satu bulan anak sudah lahir dan hitunganya ditambah dua bulan setelah melahirkan yang berati cuti bersalinya kurang dari tiga bulan
3
2. Cuti Besar a. Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya enam tahun secara terus menerus berhak atas cuti besar yang lamanya tiga bulan. Pegawai Negeri Sipil yang menjalani cuti besar tidak berhak lagi atas cuti tahunannya dalam tahun yang bersangkutan. Cuti besar dapat digunakan oleh pegawai negeri sipil yang bersangkutan untuk memenuhi kewajiban agama (pasal 9 dan 10 peraturan pemerintah nomor 24 Tahun 1976). b. Cuti besar merupakan hak PNS yang telah bekerja paling kurang enam tahun secara terus menerus. PNS yang akan/ telah menjalani cuti besar tidak boleh lagi atas cuti tahunan dalam tahun yang bersangkutan. PNS perlu merencanakan penggunaan cuti besar sejak awal tahun. Cuti besar dapat digunakan oleh PNS untuk memenuhi kewajiban agama. PNS yang telah melaksanakan cuti tahunan dan akan mengambil cuti besar pada tahun
yang
bersangkutan,
harus
mengembalikan
TKPKN
yang
diterimanya selama melaksanakan cuti tahunanya (B. Cuti besar angka 1a, 1b, 2a, 2b.1. Surat Edaran Sekjen Kementrian Keuangan Nomor SE3559/MK.1/2009). c. Dari point a dan point b dapat disimpulkan bahwa PNS yang dalam tahun yang bersangkutan telah/ akan mengambil cuti besar tidak boleh mengambil cuti tahunan dalam tahun yang bersangkutan. Contoh : PNS yang dalam tahun 2010 mengambil cuti besar, maka yang bersangkutan tidak berhak lagi atas cuti tahunan tahun 2010. Bagi PNS Kementerian Keuangan yang terlanjur mengambil cuti tahunan dan cuti besar dalam tahun yang sama diminta untuk mengembalikan TKPKN selama menjalankan cuti tahunan. Sebagaimana disebutkan diatas bahwa cuti besar dapat digunakan untuk menjalankan kewajiban agamanya dan untuk yang beragama islam dapat digunakan untuk menjalankan ibadah haji. Hal ini perlu dicarikan jalan keluar karena jika tidak mereka akan sering meninggalkan kantor dan hal ini adalah bagian niat tidak baik dalam
4
rangka menjalankan ibadah haji. Jalan keluar yang diharapkan agar berlaku umum (untuk PNS berbagai agama), agar tidak menimbulkan kecemburuan yang tidak perlu. Usulan Kepada Pejabat yang Berwenang Jalan yang diusulkan berlaku umum adalah PNS yang telah mengambil cuti tahunan sekurang-kurangnya selama tiga hari kerja dalam tahun yang bersangkutan dan akan mengambil cuti besar dalam tahun yang sama diberikan cuti besar selama-lamanya dua bulan. Alasanya adalah : a. Berdasar hitungan hari kerja : 1)
Yang tidak boleh mengambil cuti tahunan hitunganya Lamanya jumlah cuti tahunan selama 5 tahun (5x12 hari kerja) adalah 60 hari kerja Lamanya jumlah cuti besar selama 3 bulan (3x22+1 haro kerja) adalah 67 hari kerja Jumlah (60 +67) hari kerja
2)
:
127 hari kerja
Yang boleh mengambil cuti tahunan hitunganya Lamanya jumlah cuti tahunan selama 6 tahun (6x12 hari kerja) adalah 72 hari kerja Lamanya jumlah cuti besar selama 2 bulan (3x22+1 hari kerja) adalah 45 hari kerja Jumlah (72+45) hari kerja Berdasarkan
pemerintah
perhitungan
: diatas,
masih
117 hari kerja menguntungkan
selama sepuluh hari kerja apabila pemerintah masih
memperbolehkan menggunakan cuti tahunan dan cuti besar dalam tahun yang sama. b. Disamping itu PNS yang akan mengambil cuti besar dalam tahun yang bersangkutan berhak atas cuti bersama dalam tahun yang bersangkutan. Kita ketahui bersama bahwa cuti bersama mengurangi cuti tahunan atau dapat dikatakan cuti bersama adalah menjalankan cuti tahunan bersama-
5
sama. Berdasarkan uraian di atas secara implisit PNS yang menjalani cuti besar masih berhak atas cuti tahunan dalam tahun yang sama. c. Ibadah haji regular (bukan haji plus) butuh waktu 40 hari. d. Yurisprodensi CPNS boleh cuti bersalin 3. Cuti Tahunan a. Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya satu tahun secara terus menerus berhak atas cuti tahunan. Lamanya cuti tahunan adalah dua belas hari kerja. Cuti tahunan tidak dapat dipecah-pecah hingga jangka waktu yang kurang dari tiga hari kerja (pasal 4 peraturan pemerintah Nomor 24 tahun 1976). b. Cuti tahunan merupakan hak PNS termasuk CPNS yang telah bekerja secara terus-menerus selama satu tahun. Penggunaan cuti tahunan dapat digabungkan dengan cuti bersama, dengan jumlah paling sedikit menjadi tiga hari kerja. Cuti bersama yang tidak digunakan karena kepentingan dinas dan berdasarkan surat tugas, tetap menjadi hak cuti tahunan PNS (surat Edaran Sekjen Kementrian Keuangan Nomor SE-3559/MK.1/2009 huruf A cuti tahunan). c. Dari point a dan point b dapat ditarik kesimpulan bahwa minimal cuti tahunan 3 hari kerja dapat terdiri atas hari cuti bersama dan hari kerja. Contoh : cuti bersama untuk Idul Fitri pada tahun 2010 adalah hari Kamis tanggal 9 September 2010 dan Senin tanggal 13 September 2010. Dalam hal ini cuti tahunan dapat diambil tiga hari mulai dari Rabu 8 September 2010 s/d Senin 13 September 2010 (satu hati kerja pada hari Rabu). Kenapa bisa demikian? karena cuti bersama mengambil hak cuti tahunan PNS/ CPNS.
6